MODUL SEJARAH DAN KEBUDAYAAN MALANG RAYA Tahu kah kalian kalau kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Malang Raya masa modern saat ini merupakan hasil bentukan dari kebudayaan dan kebiasaan masyarakat di masa lampau? Lalu apakah saat ini masih ada kebudayaan masa lalu yang masih eksis? Nah.. untuk menjawab rasa penasaran kalian silahkan baca modul ini dengan seksama. Modul ini akan menceritakan mengenai sejarah dan kebudayaan masyarakat yang ada di Malang Raya. Pada bagian awal modul ini akan dijelaskan tentang apa itu makna sejarah dan kebudayaan secara umum sebagai dasar pemahaman. Setelah kalian benar-benar memahami maka barulah akan dijelaskan lebih mendalam tentang apa saja dan bagaimana perkembangan Kebudayaan masyarakat di Malang Raya? Agar dapat mengukur hasil capaian belajar kalian, pada setiap akhir bab modul ini disediakan evaluasi sebagai latihan. 1. RUANG LINGKUP SEJARAH DAN KEBUDAYAAN Bagian awal modul ini akan menguraikan tentang ruang lingkup sejarah dan kebudayaan. Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar istilah ³VHMDUDK´? Tentunya peristiwa di masa lampau kan. Kemudian apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar istilah kebudayaan? Mungkin yang anda pikirkan adalah sebuah kebiasaan atau tradisi yang. merupakan hasil karsa atau karya manusia. Pertanyaan awal itu penting untuk menjadi motivasi dalam belajar, jawaban awal kalian juga penting untuk mengetahui tahap pengetahuan kalian. Pada pembahasan ini akan diuraikan secara lengkap tentang definisi, fungsi, lingkup sejarah, dan budaya sebagai kajian dalam sejarah. Oleh karena itu selamat belajar dan keep spirit. A. Definisi Sejarah Kata sejarah berasal dari bahasa arab yakni syajara yang maknanya terjadi, dan syajaratun artinya pohon kayu, pohon sendiri menggambarkan bahwa terdapat pertumbuhan yang terus menerus di muka bumi, begitulah sejarah yang berarti pohon, juga berarti silsilah, asal-usul dan keturunan (Ismaun, 2012). Moh Hatta berpendapat bahwasanya sejarah merupakan permasalahan masa lalu yang di dalamnya terkandung berbagai dinamika serta problematika manusia (Sanusi, 2017). Menurut Edward Hallet Carr definisi sejarah adalah proses interaksi yang terus menerus antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya, serta suatu
dialog yang tidak pernah berhenti antara masa silam dan masa sekarang, sedangkan Robert V Daniels dengan singkat mengatakan sejarah merupakan kenangan dari pengalaman manusia (Ismaun, 2012). B. Fungsi Sejarah Mempelajari sejarah bukanlah semata-mata hanya untuk mempelajari cerita rakyat baik itu legenda atau mitos yang di buat dengan tujuan tertentu, akan tetapi mempelajari sejarah sangat penting guna menjawab rasa ingin tahu manusia. Sejarah sering kali di kaitkan dengan peristiwa masa lalu yang berdasarkan pada peninggalan sejarah, peninggalan ini merupakan hasil dari perbuatan manusia sebagai makhluk sosial (Rulianto & Hartanto, 2018). Dari setiap peristiwa yang terjadi tentunya memiliki fungsi tersendiri, begitupun dengan sejarah, jika di lihat dari maknanya ada beberapa fungsi sejarah yakni: fungsi edukasi, fungsi inspiratif, fungsi rekreasi dan fungsi instruksi (Cikka, 2019). Salah satu fungsi sejarah yang penting untuk di pahami ialah fungsi pendidikan (edukatif), diantaranya pendidikan moral dan kebijakan atau kebijaksanaan (Wijayanti, 2017). Sejarah sendiri sarat dengan pendidikan moral, sebab sejarah mengungkap kejadian yang pada hakikatnya memuat dua sifat, yakni: benar dan salah, baik dan buruk, benci dan cinta, tidak berhak dan berhak (Wijayanti, 2017). Melalui sejarah seseorang bisa mengetahui perjuangan manusia, pemikiran dan tindakan dalam mempertahankan nasibnya di masa lalu, sedangkan pengetahuan sejarah mampu memberikan landasan dalam menentukan perjuangan ke masa yang akan datang (Samat, 2021). C. Lingkup Sejarah Ruang lingkup sejarah merupakan kajian yang mencakup beberapa aspek kehidupan dengan memberikan identitas pada suatu objek, objek kajian sejarah ini meliputi sejarah sosial, sejarah politik, sejarah ekonomi, sejarah kebudayaan dan objek lain yang masuk ke dalam 4 konsep ruang lingkup sejarah (Rahmah, 2022). Ruang lingkup sejarah menurut Rahmah, (2022) terbagi menjadi 4 yakni sejarah sebagai seni, sejarah sebagai kisah, sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai ilmu. Kajian sejarah sendiri tidak berbeda dengan kajian ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu hukum, psikologi, ekonomi, filsafat, politik, antropologi dan sosiologi yang mana objek kajiannya adalah masyarakat atau manusia dalam masyarakat
(Irwanto & Syair, 2014). Sedangkan menurut Miftakhuddin & Senen, (2020) mengacu pada Sjamsuddin (1996) setidaknya ada sepuluh ruang lingkup sejarah, diantaranya sejarah medis, sejarah pendidikan, sejarah keluarga, sejarah etnis, sejarah intelektual, sejarah politik, sejarah kebudayaan, sejarah demografi, sejarah sosial dan sejarah ekonomi. D. Budaya Sebagai Kajian dalam Sejarah Kajian budaya dalam sejarah tidak dapat dipisahkan dari manusia yang menciptakan budaya itu sendiri. Budaya ini dikaji dalam sejarah Ketika sejarawan atau arkeolog mempelajari manusia masa lampau melalui aktifitas kebiasaankebiasaan atau kebudayaannya. Kebudayaan masa lampau ini bersifat dinamis, selalu berkembang dari masa ke masa. Oleh karena itu sejarawan dan arkeolog memisahkan kajian kebudayaan sejarah berdasarkan waktunya ke dalam pembabakan sejarah. Pembabakan sejarah selalu dibuktikan dengan adanya perbedaan pada produk budaya (Wiradimadja, 2021). Tidak hanya di Indonesia, hampir di seluruh dunia produk-produk budaya merupakan salah satu dasar dalam pembabakan sejarah. Misalkan di Eropa yang sampai pada abad 19 menggunakan periodisasi sejarah dengan pertimbangan budaya seperti zaman klasik, renaisance, sampai pada romantisme (Kuntowijoyo, 2013). Hal ini karena budaya adalah suatu fenomena universal yang dialami oleh setiap manusia, sebagai akibat diberikannya akal budi kepada manusia (Hermanto & Winarno, 2018; Mahdayeni et al., 2019; Soekmono, 1973). Budaya sebagai salah satu kajian dalam sejarah memiliki cakupan yang sangat luas. Hal ini karena budaya bersifat komprehensif, mencakup seluruh pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (Tylor, 2016). Oleh karena itu, banyak tema yang bisa dikaji dalam sejarah kebudayaan, mulai dari gaya hidup, etika, etiket, adat istiadat, upacara, permainan, olah raga, mode, sampai pada masakan (Kartodirjo, 2014). Perubahan kebudayaan yang berjalan secara terus menerus juga menjadi salah satu penyebab luasnya cakupan sejarah kebudayaan. Namun, perjalanan perubahan yang cenderung lambat, khususnya pada masa prasejarah menyebabkan pengklasifikasian sejarah masih bisa dilakukan.
Pembabakan sejarah berdasarkan budaya dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu zaman prasejarah dan zaman sejarah. Pertama, Zaman prasejarah atau juga bisa disebut sebagai zaman pra aksara secara mudah disebut sebagai masa dimana manusia masih belum mengenal tulisan. Oleh karena tidak adanya tulisan atau manuscript sebagai bukti sejarah membuat kita harus melihat sisa-sisa peninggalan untuk mengetahui kehidupan manusia dan hasil kebudayaannya (Rohman, 2018). Sehingga pembahasan sejarah pada masa pra aksara erat kaitannya dengan ilmu arkeologi. Arkeologi tradisional dengan pendekatan kultural historis mengungkap dan memberikan sumbangan pemikiran tentang tipologi, klasifikasi, dan seriasi produk budaya, yang masih digunakan sampai saat ini (Kaharudin, 2020). Arkeologi dalam memandang klasifikasi zaman pra-sejarah memiliki dua sudut pandang. Pada sudut pandang lama yang berdiri atas dasar konsep model teknologi membagi pembabakan pada zaman prasejarah menjadi 1) Zaman Paleolithikum, 2) Zaman Mesolitikum, 3) Zaman Neolitikum, dan 4) Zaman Perunggu-Besi (Suprapta, 2016). Pada pembabakan zaman prasejarah di Indonesia dikenal juga tradisi Megalitikum yang dipandang sebagai wujud pemikiran tentang kepentingan religi dan sosial (Hasanuddin, 2016). Sementara itu, pada sudut pandang baru yang lebih menekankan pada manusia sebagai aktor utama, membagi pembabakan prasejarah Indonesia ke dalam 1) Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, 2) Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut dengan teknologi zaman mesolitikum, 3) Masa bercocok tanam dengan teknologi neolitikum, dan 4) Masa perundagian yang sudah menggunakan teknologi logam (Suprapta, 2016). Kedua, Zaman sejarah diakui sebagai zaman dimana manusia sudah mengenal tulisan. Persebaran bahasa tulis sebagai penanda zaman sejarah tidak serta merta menyebar ke seluruh dunia. Sebagai contoh adalah bangsa Sumeria yang sudah meninggalkan prasejarah sekitar 3500 SM dengan peradaban Mesopotamia (Adryamarthanino, 2022). Sementara Indonesia baru memasuki zaman sejarah sekitar abad ke 4-5 m dengan bukti ditemukannya prasasti Yupa peninggalan kerajaan Kutai Kartanegara (Jati, 2015).
Meskipun dikatakan bahwa tulisan sudah dikenal dan sudah masuk dalam zaman sejarah, peran ilmu arkeologi masih sangat besar dalam perkembangan ilmu sejarah dan pembabakan zaman. Pasalnya hasil kebudayaan masa lampau seperti pada masa kerajaan Hindu-Budha masih banyak yang belum ditemukan. Oleh karena itu, zaman sejarah Indonesia dibagi menjadi 3 yakni 1) Zaman Purba yaitu zaman kerajaan Hindu-Budha, 2) Zaman Madya yaitu zaman kerajaan Islam, dan 3) Zaman Baru (Modern) yaitu sejarah pra kemerdekaan, pasca-kemerdekaan, sampai sekarang (Soekmono, 1973). 2. KONSEP KEBUDAYAAN DAN KESADARAN SEJARAH Apa arti sejarah dalam kehidupan manusia sehari-hari ?, tentu dalam hal ini dapat diketahui dengan mudah melalui internet. Lalu bagaimana dengan ilmu sejarah, Apa hubungannya dengan kebudayaan ?, terkadang tanpa disadari ketika ditanya demikian cukup banyak yang dibingungkan dan kurang dimengerti. Menurut R.Rahmat dalam bukunya yang berjudul ³3HQJDQWDU,OPX6HMDUDK´ menjelaskan bahwa ilmu sejarah mengkaji kehidupan masa lampau manusia dari suatu kejadian secara sistematis (Rahmat, 2015). Untuk dapat mengkaji manusia maka yang dibutuhkan ialah kebudayaan karena dalam segala aktivitas manusia, kebudayaan selalu lahir dari interaksi masyarakat yang akhirnya menjadi jembatan penghubung antara individu manusia dengan masyarakat (Dewi, 2022). Pernyataan tersebut menandakan bahwa ilmu sejarah mampu menelaah kehidupan masa lampau manusia dari kebudayaan yang dihasilkan. Maka jelas, perlu dipelajari terlebih dahulu konsep kebudayaan dan kesadaran sejarah secara seksama. A. Konsep Kebudayaan ,VWLODK ³NHEXGD\DDQ´ VHULQg dikaitkan dengan kesenian, bahasa, kebiasaan, pengetahuan, benda-benda khas, maupun bentuk karya budaya yang dihasilkan masyarakat lainnya (Ahimsa-Putra, 2019). Menurut Koentjaraningrat, arti dari kebudayaan ialah kumpulan ide gagasan, aktivitas manusia, dan karya budaya hasil dari tindakan manusia dalam aktivitas bermasyarakat. Selain itu Koentjaraningrat berpendapat bahwa istilah kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu: (1) kompleksitas nilai, ide, gagasan serta norma masyarakat yang kemudian dijadikan wujud kebudayaan, contohnya seperti norma, hukum, adat istiadat, (2)
aktivitas teratur manusia seperti upacara adat, dan permainan tradisional, (3) wujud kebudayaan yang berupa benda karya budaya manusia seperti artefak, dan candi (Sumarto, 2019). Sedangkan menurut Geertz (1986), kebudayaan adalah suatu skema simbol dan makna yang didefinisikan oleh manusia yang tujuannya untuk memaknai penguraian dunianya secara detail, mengutarakan pandangan serta penilaian yang ditransmisikan sebagai sarana bersosial seperti komunikasi, adaptasi, dan sarana belajar untuk membaca, memahami, dan dapat menginterpretasikan hasilnya pada integrasi secara simbolik. Masih pendapat yang sama, wujud kebudayaan menurut ahli antropologi Clifford James Greetz, ialah (1) tradisional, contohnya seperti hukum adat, kepala suku, berburu, dan meramu, (2) modernitas seperti hukum berdasarkan undang-undang, hakim, dan pengacara. Pada kehidupan yang serba modern saat ini sebagian besar tradisi dan budaya lokal daerah semakin tertindih dengan perubahan sosial, banyak benda-benda budaya yang dilupakan karena kehilangan fungsionalitasnya dalam kehidupan sosial sehari-hari dan tak jarang dari generasi muda yang tidak cukup mengerti mengenai peninggalan sejarah asal daerahnya dikarenakan disekuilibrium nilai pengetahuan, ketrampilan, sikap yang berpangkal pada etika lokal dan religiusitas. Permasalahan tersebut harus segera dimunculkan eksitensi tradisi dengan cara mendalami unsur kebudayaan. Apabila dipahami secara lebih luas kembali, maka dapat ditemukan bahwa kebudayaan memiliki unsur yang begitu universal dan kebanyakan mudah ditemukan pada berbagai kebudayaan di bermacam bangsa secara mendunia. Merujuk pada penelitian Ashadi (2020) yang menjabarkan bahwa unsur kebudayaan secara global menurut Koentjaraningrat meliputi antara lain: language (alat yang paling mendasar untuk manusia dapat berkomunikasi), social communities (manusia membentuk kelompok sosial untuk melestarikan kehidupan), knowledge (pengetahuan manusia untuk mempertahankan dan mempermudah kehidupannya), livelihood activities (mata pencaharian untuk pemenuhan kebutuhan finansial), religion (hubungan manusia dengan Tuhan), artistic (karya seni yang diciptakan manusia), technology and productive tools (manusia menciptakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas). Sedangkan
menurut B.Malinowski, unsur kebudayaan terdiri 4 jenis yaitu: economic organization (menciptakan kerjasama ekonomi), political organization (menciptakan kerjasama politik), educational organization (meningkatkan kualitas pendidikan), and social norms (menciptakan kerjasama sosial) (Rachman, 2021). Definisi konsep budaya lebih dihangatkan kembali oleh analisis sosiolog ternama Indonesia Selo Soemardjan yang menjelaskan sesungguhnya kebudayaan merupakan keutuhan gagasan hasil tindakan, dan segala totalitas karya budaya hasil manusia yang dilangsungkan secara hereditas (Rachman, 2021). Maka dari itu, ekspresi wujud kebudayaan secara konkret di masyarakat mencakup hal-hal tentang gagasan ideal, tindakan sehari-hari, dan benda budaya. Untuk mudah memahami wujud kebudayaan secara benar maka perhatikan contoh dibawah ini: a. Wujud kebudayaan berupa gagasan Gagasan masuk kedalam wujud kebudayaan yang sifatnya abstrak karena letaknya berada pada pemikiran manusia itu sendiri dalam sebuah kerangka warga sosial. Misalnya: norma, hukum (aturan), adat istiadat. Sebagai contoh di Malang Raya memiliki cerita rakyat yang berkaitan dengan toponimi, asal usul limitasi alam yang tentu banyak memuat unsur fiksi. Salah satu cerita toponomi yang populer yaitu asal usul Desa Bunulrejo yang sumbernya berasal dari prasasti Kanuruhan \DQJ EHUDGD GLEDOLN DUFD *DQHV\D \DQJ NRQRQ WHUGDSDW ³maling aguno´ PDOLQJ (pencuri) sakti yang meresahkan daerah Bunulrejo, yang kemudian akhirnya berhaVLO GLKHQWLNDQ GDQ GLNXWXN ROHK³ZDOL´PHQMDGLDUFD EDWX &DK\RQR Selanjutnya cerita rakyat yang tak kalah populer berasal dari Kali Mewek yang cerita singkatnya Mpu Udha adalah Mpu Kerajaan Medhang Kamulan dan rakyat pawijen yang berbondong-bondong gugur gunung untuk menggali gumuk dengan tujuan membangun sungai agar Desa Panawijen terbebas dari permasalahan kekeringan. Uniknya dikisah ini, warga Desa Panawijen tidak mengetahui bahwa Mpu Udha adalah Mpu Kanuruhan yang merupakan raja di wilayah Malang (Licin Wijaya et al., 2015). Selain cerita rakyat, di Malang Raya terkenal akan ungkapan tradisionalnya seperti Parikan Gaya Malangan (parikan umumnya memiliki sampiran dan rima persajakan yang khas, sedangkan parikan Malangan karakteristiknya lebih pada pola jumlah suku kata), Wangsalan Malangan
(biasanya wangsalan/tebak-tebakan diambilkan dari Macapat gending-gending Malangan), dan Macapat Malangan (Macapat Malangan tidak jauh berbeda dengan Macapat pada umumnya, yang membedakan ialah isi tembangnya lebih kepada keadaan sosial masyarakat Malangan) (Saefurrohman, 2013). Contoh tembang Macapat Malangan 1. Maskumambang Ijo royo-royo Kutha Malang iki (12 i) Sawangane jinglang (6 a) Katon nganan ngiri apik (8 i) Yaiki Malang tenanan (8 a) 2. Pocung Sore iki penake yo nonton ludruk (12 u) Akeh wong sing suka (6 a) Critane tan apik (8 i) Ludruk pambukane enggo tari remo (12 a) b. Wujud kebudayaan secara tindakan Wujud kebudayaan secara tindakan biasanya dilakukan oleh suatu masyarakat secara teratur dan menimbulkan interaksi mengenai suatu hal sehingga dapat dikatakan wujud kebudayaan ini dapat dilihat secara indrawi, dapat diabadikan, dan nyata. Untuk dapat mendalami materi, perhatikan contoh wujud kebudayaan tindakan yang terdiri dari upacara tradisional, kesenian tradisional, permainan tradisional (Licin Wijaya et al., 2015): ¾ Upacara Tradisional Ɣ Upacara Perkawinan Malang Keprabon Ɣ Upacara Kesuburan Dewi Sri Ɣ Upacara Bersih Desa ¾ Kesenian Tradisional Di Malang Raya memiliki banyak macam kesenian tradisional, mulai dari teater, kesenian rakyat, tari tradisional, hingga permainan tradisional. Untuk itu, perhatikan contoh dibawah ini :
x Teater : Wayang Topeng, Ludruk, Wayang Kulit Malangan x Kesenian Rakyat : Banthengan x Tari Tradisional : Beskalan, Bapang, Remo Malangan, Grebeg Jawa ¾ Permainan Tradisional x Bekthor x Dheg Pyar x Khonthuran x Jumprit Singit x Sadhak c. Wujud kebudayaan secara benda budaya Wujud kebudayaan ini memiliki bentuk material yang merupakan hasil karya, perilaku, tindakan masyarakat yang menyerupai benda yang dapat dilihat, dipegang, dan diabadikan. Benda budaya memiliki nilai fungsional multidemensi dimana dalam kehidupan sosial aktivitas masyarakat dipenuhi dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan materi yang simbolis dan juga praktis yang bersinggungan erat dengan aspek kehidupan, religi, dan sosial (Syakhrani & Kamil, 2022). Contohnya : di Malang Raya kaya akan prasasti, arca patung, candi, dan peninggalan artefaktual lainnya seperti Candi Singosari, Arca Dwarapala Singosari, Sumberawan Singosari, Candi Badut, Vihara Budha Malang, Klenteng An Eng Kiong Pasar Besar, Masjid Ki Ageng Gribig, Masjid Jami Kota Malang, Gereja Katedral Idjen, Gereja Kayu Tangan, Gereja Immanuel Kota Malang. B. Kesadaran sejarah Pada masa kini situs peninggalan sejarah atau warisan budaya kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil Susenas Tahun 2012 yang menunjukkan bahwa: persentase penduduk berusia di atas 10 tahun yang mengunjungi situs peninggalan sejarah hanya sekitar 2,51% (BPS, 2013). Data BPS selanjutnya pada tahun 2018 menunjukkan adanya peningkatan kunjungan terhadap situs peninggalan sejarah menjadi 10,90% meskipun telah ada peningkatan namun masih tergolong relatif kecil (BPS, 2019). Hasil Susenas berikutnya pada tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan persentase penduduk 5 tahun ke atas yang pernah berkunjung ke situs peninggalan sejarah hanya sekitar 3,21% dan secara virtual sebesar 3.39% (BPS, 2022).
Penurunan yang signifikan tersebut diakibatkan adanya pandemic Covid-19 sehingga berdampak pada ditutupnya situs peninggalan sejarah meskipun sudah ada layanan kunjungan virtual namun sebesar 93.11% masyarakat belum pernah mengunjungi baik secara langsung atau virtual. Minimnya perhatian masyarakat menjadi penyebab situs peninggalan sejarah kurang terawat hingga rusak. Diketahui terdapat 100 peninggalan sejarah di Kota Malang kurang terawat, hal tersebut disebabkan minimnya perhatian terhadap situs peninggalan sejarah ditambah lagi terkait anggaran dinas yang terbatas sehingga perawatan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal (Wibowo, 2014). Peran masyarakat lokal penting terhadap kelestarian situs peninggalan sejarah karena bersinggungan secara langsung sehingga kepedulian dan kesadaran masyarakat menentukan keberlangsungan dari situs peninggalan sejarah (Alvat, 2019). Kesadaran akan situs peninggalan sejarah merupakan bentuk penerapan dari pembelajaran sejarah dengan memiliki kesadaran sejarah diharapkan manusia atau generasi tersebut dapat merawat dan menjaga identitas bangsanya. Apabila identitas bangsa terjaga maka dapat diketahui dan dirasakan oleh generasigenerasi berikutnya (Amboro, 2015; Asril, 2022). Upaya dalam meningkatkan kesadaran sejarah harus dilakukan berbagai pihak. Pihak-pihak yang harus turut serta dalam meningkatkan kesadaran sejarah baik dari BPCB (Balai Pelestari Cagar Budaya), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, instansi pendidikan, para pegiat sejarah, dan masyarakat umum. Kolaborasi diperlukan karena berkaitan dengan identitas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain (Fitri, 2020). Upaya-upaya tersebut diantaranya melalui sebagai berikut: (1) Pendidikan Gambar 1. Pendidikan Melalui Keluarga Gambar 2. Wisata Sejarah ke Candi Badut
(MediaIndonesia, 2016) (Kompas, 2015) Gambar 3. Belajar dan Bermain di situs Candi Badut Kota Malang (Terakota, 2017) Pendidikan merupakan sektor penting dalam meningkatkan kesadaran sejarah. Melalui pendidikan setiap anak memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan tempat pembentukan karakter. Pada konteks ini melalui pendidikan diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan karakter akan kesadaran terhadap situs peninggalan sejarah. Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur informal yakni keluarga (Gambar 1.), formal yakni sekolah (Gambar 2.), dan non formal melalui kegiatan extra (Gambar 3.). (2) Sosialisasi dari BPCB Gambar 3. Sosialisasi oleh BPCB Provinsi Jawa Timur (BPCB, 2019) BPCB merupakan badan pelestarian cagar budaya yang memiliki fungsi ³melaksanakan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan \DQJGLGXJDFDJDUEXGD\D\DQJEHUDGDGLZLOD\DKNHUMDQ\D´.HPGLNEXGffi Selaku badan yang bertanggungjawab terhadap pelestarian cagar budaya maka sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai suatu kewajiban.
(3) Seminar atau diskusi ilmiah sejarah Gambar 4. Seminar pelestarian cagar budaya (Malangpost, 2021) Upaya untuk meningkatkan kesadaran akan sejarah di wilayah Malang raya juga dilakukan melalui kegiatan seminar. Kegiatan seminar tersebut baik yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan, universitas, komunitas, dan para pemerhati situs peninggalan sejarah di wilayah malang raya. (4) Organisasi/Lembaga mengadakan lomba Gambar 5. Lomba di Museum Mpu Purwa Gambar 6. Lomba Penulisan Artikel Sejarah (Pemkot Malang, 2020) (Malangtimes, 2020) Usaha menarik juga diadakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang guna meningkatkan kepedulian dan kesadaran akan situs peninggalan sejarah. Kegiatan tersebut yakni melalui perlombaan seperti lomba VLOG tentang museum Mpu purwa (Gambar 5.) dan lomba penulisan artikel sejarah (Gambar 6.). Melalui kegiatankegiatan yang menarik, kreatif, dan kontekstual harapannya dapat meningkatkan minat pelajar dan masyarakat umum untuk belajar sejarah sehingga secara perlahan-lahan kesadaran akan sejarah dapat meningkat.
EVALUASI BAB 1 A. Pilihan Ganda Pilihlah salah satu jawaban yang benar! 1. Sejarah berasa dari kata bahasa Arab yakni syajara \DQJPHPLOLNLPDNQD« a. Pohon b. Kayu c. Ranting d. Terjadi e. Masa lampau 2. Sejarah adalah permasalahan masa lalu yang di dalamnya terkandung berbagai dinamikan serta problematika manusia. Definisi sejarah di atas merupakan SHUQ\DWDDQVDODKVDWXDKOL\DNQL« a. Soekarno b. Moh Hatta c. Robert V Daniels d. Soekmono e. Soetomo 3. Jika dilihat dari maknanya ada beberapa fungsi sejarah yakni« a. Fungsi edukasi dan inspiratif b. Fungsi rekreasi dan pragmatis c. Fungsi instruksi dan informatif d. Fungsi pragmatis dan informatif e. Fungsi rekreasi dan informatif 4. 0DQDNDKGLEDZDKLQL\DQJPHUXSDNDQUXDQJOLQJNXSVHMDUDK«« a. Sejarah sebagai seni dan kisah b. Sejarah sebagai cerita dan keindahan c. Sejarah sebagai pengalaman dan ilmu d. Sejarah sebagai kisah dan kebudayaan e. Sejarah sebagai kisah dan pengetahuan
5. 3HQLQJJDODQVHMDUDKPHUXSDNDQKDVLONDU\DGDULPDQXVLDGLPDVD« a. Masa pra sejarah b. Masa lampau c. Masa penjajahan d. Masa sebelum merdeka e. Masa sekarang 6. Salah satu fungsi sejarah yang penting XQWXNGLSDKDPLLDODKIXQJVL« a. Fungsi pendidikan b. Fungsi inspiratif c. Fungsi pragmatis d. Fungsi informatif e. Fungsi rekreasi 7. Lihat pembabakan zaman di bawah ini: 1) Zaman Paleolithikum, 2) Zaman Mesolitikum, 3) Zaman Perundagian 4) Zaman Batu Baru 5) Zaman Berburu dan Mengumpulkan Makanan 6) Zaman Bercocok tanam Berdasarkan sudut pandang arkeolog lama, pembabakan zaman yang tepat DGDODK« a. 1) 2) dan 3) b. 1) 2) dan 4) c. 1) 2) dan 5) d. 1) 3) dan 5) e. 2) 3) dan 4) 8. Upaya untuk mengungkap kebudayaan masa lampau, Ilmu sejarah memerlukan EDQWXDQGDULLOPX« a. Arkeologi b. Budaya politik c. Antropologi budaya d. Geografi
e. Pendidikan 9. Lihat pembabakan zaman di bawah berikut: 1)Zaman Paleolithikum 2)Zaman Mesolitikum 3)Zaman Perundagian 4)Zaman Batu Baru 5)Zaman Berburu dan Mengumpulkan Makanan 6)Zaman Bercocok tanam Berdasarkan sudut pandang arkeolog baru, pembabakan zaman yang tepat DGDODK« a. 1) 3) dan 5) b. 1) 2) dan 4) c. 2) 3) dan 4) d. 3) 5) dan 6) e. 1) 2) 3) 4) dan 6) 10. Sudut pandang baru dalam ilmu arkeologi dalam memandang pembabakan zaman, dilatar belakangi oleh . . . . a. Sudut pandang baru lebih modern b. Tidak semua ahli setuju dengan pendapat terdahulu c. Barang yang ditemukan tidak mencakup semua bidang kehidupan d. Budaya tidak selalu bersifat benda e. Pengklasifikasian berdasarkan temuan kurang memperhatikan unsur manusia 11. Lihat pembabakan zaman di bawah berikut: 1) Zaman Megalitikum 2) Zaman Romantisme 3) Zaman Berburu dan Mengumpulkam Makanan 4) Zaman Kegelapan 5) Zaman Madya 6) Zaman Batu Baru
Berdasarkan pembabakan zaman di atas. Pembabakan sejarah kebudayaan yang dialami oleh Indonesia terdapat pada nomor . . . a. 1, 2, dan 3 b. 1, 2, dan 5 c. 1, 2, dan 4 d. 1, 3, dan 5 e. 2, 3, dan 6 12. ,VWLODK³NHEXGD\DDQ´VHULQJGLNDLWNDQGHQJDQ a. Adat-istiadat berbagai macam daerah di Indonesia b. Hasil kerajinan manusia untuk seni dan estetika c. Tradisi nenek moyang yang ditransmisikan secara simbolik d. Ciptaan dari aktivitas manusia dalam suatu kelompok saja e. Bentuk karya budaya yang dihasilkan masyarakat 13. Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat yang benar adalah ... a. Gagasan, artefak, modernitas b. Gagasan, tindakan, dan benda budaya c. Tradisional, modern, super modern d. Tradisional, modernitas, tindakan e. Gagasan tradisional, aktivitas, artefak 14. Adapun definisi konsep budaya menurut Koentjaraningrat tentang kebudayaan adalah ... a. Keutuhan gagasan hasil tindakan karya budaya manusia b. Bahasa yang dikaitkan dengan pengetahuan simbolik c. Kesenian lokal daerah yang mendarah daging d. Adat-istiadat daerah lokal yang masih lestari sampai saat ini e. Kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun 15. Gagasan masuk kedalam wujud kebudayaan yang sifatnya abstrak karena ... a. Hasil cipta para ahli budaya b. Letaknya berada pada pemikiran manusia c. Karya yang tidak bisa disalin oleh orang lain d. Pola pikir seseorang yang tidak nyata e. Budaya lokal yang masih murni
16. Mpu Udha dan rakyat Pawijen melakukan gugur gunung menggali gumuk agar Desa Pawijen terbebas dari permasalahan kekeringan, cuplikan tersebut merupakan cerita rakyat tentang ... a. Maling Aguno b. Ganesya c. Asal mula Desa Bunulrejo d. Kali Mewek e. Asal usul Danau Toba 17. Wujud kebudayaan secara tindakan biasanya dilakukan oleh suatu masyarakat secara ... a. Acak sehingga memotivasi kekayaan lokal b. Terurai dari budaya daerah ke budaya modern c. Teratur dan menimbulkan interaksi d. Campuran dari tradisi kuno yang dimodifikasi e. Sistem dengan bantuan teknologi yang ada 18. Contoh kesenian tradisional Malang Raya adalah ... a. Banthengan b. Kuda Lumping c. Megengan d. Barikan e. Wayang Topeng 19. Wujud kebudayaan secara artefak memiliki bentuk material yang merupakan hasil ... yang menyerupai benda yang dapat dilihat, dipegang, dan diabadikan. a. Kesenian budaya b. Teater budaya c. Tari budaya d. Permainan budaya e. Karya budaya
20. Pada era globalisasi masyarakat perlu melestarikan budaya asli Indonesia. Contoh tindakan melestarikan budaya Indonesia ditunjukkan oleh pernyataan « a. Raga belajar bahasa Inggris agar dapat berinteraksi dengan warga asing b. Rara suka membaca cerita sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia c. Rama belajar tari topeng agar dapat menjadi penari yang handal d. Rosa lebih senang menonton drama Korea daripada kisah rakyat e. Rani lebih senang berpakaian pakaian hanbok daripada batik 21. Suatu sikap yang berada dalam diri seseorang, menunjukkan orang tersebut melihat sejarah masa lampau untuk diambil hikmahnya dalam bertindak di masa kini dan masa depan. Berdasarkan penjelasan tersebut merupakan GHILQLVLGDUL« a. Kesadaran diri b. Kesadaran sejarah c. Kesadaran tanah air d. Patriotisme e. Demokratis 22. Apa fXQJVLGDULNHVDGDUDQVHMDUDK« a. Mendapatkan hikmah sebagai dasar mengambil keputusan b. Mendapatkan pengetahuan tentang kesadaran akan sejarah c. Mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Indonesia d. Mendapatkan pekerjaan sebagai guru sejarah di sekolah e. Mendapatkan pujian dari guru dan kepala sekolah 23. Lihat situs sejarah di bawah ini! 1)Candi Singosari 2)Candi Badut 3)Candi Penataran 4)Candi Kidal 5)Candi Jawi Situs peninggalan sejarah yang berada di Malang UD\DDGDODK« a. (1), (2), (3) b. (1), (2), (4)
c. (1), (2), (5) d. (3), (4) e. (3), (5) 24. Usaha untuk meningkatkan kesadaran sejarah masyarakat di Malang Raya adalah... . a. Bermain sejarah di tempat ibadah b. Bermain sejarah di museum Brawijaya c. Lomba VLOG di museum Brawijaya d. Lomba VLOG di museum Mpu Purwa e. Pertunjukan badut di museum Mpu Purwa Pahami pernyataan di bawah ini: (1) Mendatangi candi untuk mencari spot foto (2) Mendatangi candi sebagai tempat belajar sejarah (3) Mendatangi candi sebagai tempat bermain (4) Membuang sampah di teras candi (5) Membuang sampah di tempat sampah 25. Hal yang boleh dilakukan ketika mengunjungi situs sejarah berupa candi DGDODK« a. (1) dan (2) b. (1) dan (3) c. (2) dan (3) d. (2) dan (4) e. (2) dan (5)
B. Essay 1. Jelaskan secara singkat pengertian dari sejarah! 2. Dari berbagai ilmu yang ada berkembang saat ini, kenapa kebudayaan sangat mempengaruhi perkembangan ilmu sejarah? 3. Jelaskan dimana letak perbedaan pemaknaan arti kebudayaan dari tokoh Koentjaraningrat dengan Selo Soemardjan! 4. Jelaskan dampak negatif apabila kesadaran masyarakat akan peninggalan situs sejarah rendah! 5. Berikan ide atau gagasan kreatif agar kesadaran masyarakat akan situs peninggalan sejarah meningkat!
DAFTAR PUSTAKA Adryamarthanino, V. (2022). Bangsa Mana yang Pertama Kali Meninggalkan Zaman Prasejarah? Kompas.Com. https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/20/110000879/bangsa-manayang-pertama-kali-meninggalkan-zaman-prasejarah?page=all Ahimsa-Putra, H. (2019). Koentjaraningrat dan Integrasi Nasional Indonesia: Sebuah Telaah kritis. Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah Dan Budaya, 20(2), 115. https://doi.org/10.52829/pw.288 Alvat, P. A. (2019). Peran Penting Masyarakat dan Arti Penting Pelestarian Cagar Budaya. https://www.qureta.com/post/peran-penting Amboro, K. (2015). MEMBANGUN KESADARAN BERAWAL DARI PEMAHAMAN; RELASI PEMAHAMAN SEJARAH DENGAN KESADARAN SEJARAH MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO. +,6725,$ࣟ-fflXUQDO3URJUDP6WXGL3HQGLGLNDQ6HMDUDK, 3(2), 109±118. https://doi.org/10.24127/hj.v3i2.150 Ashadi, A. (2020). Positioning Architecture in Culture. Journal of Architecture and Built Environment, 47(1), 27±30. https://doi.org/10.9744/dimensi.47.1.27-34 Asril, A. (2022). Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Generasi Muda Melalui Kearifan Lokal Budaya Melayu Riau. SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, 4(1), 11±17. https://doi.org/10.31540/sindang.v4i1.1330 BPCB, S. (2019). Tugas Pokok dan Fungsi. Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/tugaspokok-dan-fungsi/ BPS. (2013). STATISTIK SOSIAL BUDAYA 2012 (Survei Sosial Ekonomi Nasional). Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/publication/2013/08/19/62be7b27d11123171305aa 6c/statistik-sosial-budaya-2012.html BPS. (2019). STATISTIK SOSIAL BUDAYA 2018 (Survei Sosial Ekonomi Nasional). Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/publication/2019/07/05/153a8fecadb642f5c4cf32e5 /statistik-sosial-budaya-2018.html BPS. (2022). STATISTIK SOSIAL BUDAYA 2021 (Survei Sosial Ekonomi Nasional). Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/publication/2022/06/30/6a2dabc16d556ab9d075f91 8/statistik-sosial-budaya-2021.html Cahyono, M. (2013). Wanwacarita Kesejarahan Desa-Desa Kuno di Kota Malang. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Malang. Cikka, H. (2019). SINOPSIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (Cara Mudah Memahami dan Mengingat Peristiwa Sejarah). Scolae: Journal of Pedagogy, 2(2), 300±306. https://doi.org/10.56488/scolae.v2i2.70 Dewi, N. (2022). Konsep Simbol Kebudayaan: Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya. Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama, 1±10. Fitri, D. D. (2020). UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH GENERASI MUDA. 1(1), 9.
Geertz, C. (1986). Mojokuto: Dinamika Sosial sebuah Kota di Jawa. PT Temprint. Hardjasaputra, A. S. (2015). Sejarah Dan Pembangunan Bangsa. Jurnal Artefak, Vol 3(1), 1±4. Hasanuddin. (2016). Nilai-Nilai Sosial dan Religi dalam Tradisi Megalitik di Sulawesi Selatan. Kapata Arkeologi, 12(2), 191±198. https://doi.org/10.24832/KAPATA.V12I2.313 Hermanto & Winarno. (2018). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bumi Aksara. Irwanto, D., & Syair, A. (2014). Metodologi dan Historiografi Sejarah. (pp. 1± 181). Ismaun. (2012). Pengertian Dan Konsep Dasar Sejarah. Psos4204/Modul 1, 3. Jati, S. S. P. (2015). Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi. Jurnal Sejarah Dan Budaya, 7(2), 22±32. Kaharudin, H. A. F. (2020). Kelahiran Arkeologi Indonesia di Ilmu Sosial dan Perkembangannya ke Ilmu Alam. Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, 3(1), 21±32. https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V3I1.20142 Kartodirjo, S. (2014). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (S. Pusoposaputro, Ed.). Penerbit Ombak. Kompas, M. (2015). Ternyata, Candi Itu Indah Ya... Halaman all. KOMPAS.com. https://travel.kompas.com/read/xml/2015/06/19/171200927/Ternyata.Cand i.Itu.Indah.Ya. Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Tiara Wacana. Licin Wijaya, Pinanggya Tri, Purnomo Sigit, Rudi Wibowo, & Tri Winarno. (2015). Pengetahuan Tradisi dan Ekspresi Budaya Tradisional Malangan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Malang. Mahdayeni, Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(2), 154±165. https://doi.org/10.30603/TJMPI.V7I2.1125 Malangpost. (2021, October 21). Dindikbud Kota Malang Gelar Seminar Pelestarian dan Pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya. MalangPost.Com. https://malang-post.com/2021/10/21/dindikbud-kota-malanggelar-seminar-pelestarian-dan-pemanfaatan-kawasan-cagar-budaya/ Malangtimes. (2020). Tumbuhkan Cinta Budaya Luhur Lokal, Disdikbud Bukukan Artikel Sejarah Kota Malang. Malang TIMES. https://www.malangtimes.com/baca/57048/20200901/103400/tumbuhkancinta-budaya-luhur-lokal-disdikbud-bukukan-artikel-sejarah-kota-malang MediaIndonesia. (2016, August 1). Cakupan Pendidikan Keluarga Diperluas. https://mediaindonesia.com/humaniora/59149/cakupan-pendidikankeluarga-diperluas Miftakhuddin, & Senen, A. (2020). Konsep dasar sejarah: Pengantar untuk pembelajaran IPS. Jurnal Ilmiah, 6(1). Pemkot Malang. (2020, September 7). #NawakNgalam, kamu suka bicara di depan kamera? Nah ini kesempatan buat kamu untuk ikut lomba vlog Museum MPU Purwa. Raih hadiah jutaan rupiah ᓜᓝᓞᓟᓠᓡᓣᓤᓥᓦᓧᓨᓪᓫᓬᓭᓮᓯ Informasi lebih lanjut hubungi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau scan QR
Code. #lombavlog #museummpupurwa #vlog https://t.co/hZOOtPSazf [Tweet]. Twitter. https://twitter.com/pemkotmalang/status/1302837131300098048 Rachman, A. (2021). Different Perspectives in Defining Culture. Indonesian Journal of Social Sciences, 13(2), 85±89. https://doi.org/10.20473/ijss.v13i2.29918 Rahmah, A. (2022). Pengertian Ruang Lingkup Sejarah Beserta 4 Konsep dan Ciri-cirinya. Rahmat, R. (2015). Pengantar Ilmu Sejarah. Alauddin University Press. Rohman, M. M. (2018). Pemanfaatan Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran sebagai Media Pembelajaran IPS dan Sejarah Bagi Pelajar. Jurnal Sangiran, 2018(7). https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/pemanfaatan-situsdan-museum-manusia-purba-sangiran-sebagai-media-pembelajaran-ipsdan-sejarah-bagi-pelajar/ Rulianto, & Hartanto, F. (2018). Pendidikan Sejarah Sebagai Penguat Pendidikan Karakter. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 4(2), 127±134. Saefurrohman, N. (2013). Sidik Wibisono Pelestari Kidungan Jawatimuran (Perjalanan Sidik Wibisono dalam kesenian Ludruk serta peranannya dalam melestarikan kidungan gaya Surabaya). Jurnal Pengkajian Dan Peniptaan Seni, 4(6), 100±103. https://doi.org/10.20111/st.v4i6.29 Samat, B. L. P. (2021). Sejarah Sebagai Identitas Bangsa [Preprint]. Open Science Framework. https://doi.org/10.31219/osf.io/a37uy Sanusi, A. (2017). isi buku {IS.pdf²IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Soekmono, R. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. PT Kanisius. 6XPDUWRffi%XGD\D3HPDKDPDQGDQ3HQHUDSDQQ\D³$VSHN6LVWHP5HOLJL %DKDVD3HQJHWDKXDQ6RVLDO.HVHQLQDQGDQ7HNQRORJL´Jurnal Literasiologi, 1(2), 148. Suprapta, B. (2016). Prasejarah Indonesia dalam Konteks Perkembangan Prasejarah Asia Tenggara: Kajian Arkeologi Pos-Prosesual Perspektif Strukturalisme Lévi-Strauss. 6HMDUDK'DQ%XGD\Dࣟ-fflXUQDO6HMDUDK Budaya, Dan Pengajarannya, 10(2), 131±143. https://doi.org/10.17977/UM020V10I22016P131 Syakhrani, A., & Kamil. (2022). Budaya dan Kebudayaan: Tinjauan dari berbagai pakar, wujud-wujud kebudayaan, 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal. Cross-Border, 5(1), 783±785. Terakota. (2017, November 20). Bermain dan Belajar di Candi Badut. Terakota. https://www.terakota.id/bermain-dan-belajar-di-candi-badut/ Tylor, E. B. (2016). Primitive Culture: Researches Into the Development of Mythology, Philosophy, Religion, Art, and Custom (Vol. 2). Courier Dover Publications. Wibowo, K. S. (2014, May 22). Seratus Benda Purbakala di Malang Tak Terurus. Tempo. https://nasional.tempo.co/read/579575/seratus-benda-purbakaladi-malang-tak-terurus Wijayanti, Y. (2017). Peranan Penting Sejarah Lokal Dalam Kurikulum Di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Artefak, 4(1), 53. Wiradimadja, A. (2021). Konsep Dasar IPS: dengan Pendekatan CLIL. Jagat Litera.
BAB II PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN PRA SEJARAH Pada pembahasan Bab 1 telah diuraikan makna sejarah dan kebudayaan secara umum. Bagaimana, pembahasan Bab 1 menarik kan? Meskipun menarik namun jangan berhenti sampai Bab 1. Bab sebelumnya masih menguraikan materi dasar pada modul ini. Materi Bab 2 akan disajikan pembahasan yang lebih menarik dan mendalam lagi pastinya. Apabila membahas tentang perkembangan kebudayaan masa pra sejarah maka kalian harus mengerti apa yang dimaksud dengan pembabakan zaman terlebih dahulu. Pembabakan zaman berarti pembagian suatu masa berdasarkan aspek tertentu. Pembabakan zaman penting agar pembaca lebih mudah memahami tentang sejarah. Pembahasan Bab 2 ini akan dibagi menjadi 2 subbab (1) Hasil kebudayaan Masa Pra Sejarah di Malang Raya (a) Pembabakan zaman pra sejarah secara Geologis dan Arkeologis (b) Perkembangan kebudayaan zaman prasejarah di Malang Raya; (2) Kebudayaan Animisme dan Dinamisme di Malang Raya (a) Perkembangan animisme dan dinamisme (b) Bentuk kebudayaan animisme dan dinamisme di Malang Raya. Tentunya kalian sudah tidak sabar lagi untuk mengetahui masa pra-sejarah di Malang Raya, mari simak pembahasan di bawah ini. 1. Perkembangan dan Hasil kebudayaan Masa Pra Sejarah di Malang Raya Pembahasan kali ini akan menguraikan perkembangan kebudayaan zaman prasejarah di Malang Raya. Kalian pasti sudah mengetahui arti kebudayaan dan wujud kebudayaan. Sebab, hal tersebut sudah dijelaskan pada Bab I. Lalu apa saja kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia pada masa prasejarah atau pra aksara di Malang Raya? Pertanyaan ini tidak kalah penting untuk diketahui oleh kalian, karena jika kalian mengetahui kebudayaan yang dihasilkan pada masa pra-sejarah atau pra-aksara tentunya kalian akan menghargai dan melestarikan kebudayaan tersebut. Pada pembahasan ini akan diuraikan secara lengkap mengenai pembabakan zaman pra-sejarah dan perkembangan kebudayaan zaman prasejarah di Malang Raya. Mari kita simak pembahasan di bawah ini, tetap semangat dan selamat belajar!
a. Pembabakan Zaman Pra-sejarah (Geologis dan Arkeologis) Prasejarah merupakan istilah yang merujuk pada zaman dimana belum ada bukti tertulis tentang suatu kisah. Prasejarah sendiri berasal dari 2 kata yaitu ³pra´ yang berarti sebelum dan ³sejarah´ yang memiliki arti kisah. Istilah prasejarah sering juga disebut zaman pra-aksara, penggunaan istilah tersebut telah disepakati oleh semua ahli sejarah di dunia. Pra-aksara juga terdiri dari 2 kata yakni ³pra´ yang berarti sebelum dan ³aksara´ yaitu tulisan, melalui 2 kata tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pra-aksara atau prasejarah merupakan suatu zaman dimana manusia belum mengenal tulisan (D. Y. Noor & Mansyur, 2015) Kapan mulai dan berakhirnya zaman prasejarah? zaman prasejarah ada dimulai sejak awal pembentukan awal bumi dan berakhir ketika manusia sudah mengenal tulisan atau mulai munculnya budaya menulis. Ketika manusia sudah mengenal tulisan maka disebut dengan zaman sejarah. Bagaimana manusia zaman praaksara berinteraksi? Karena pada zaman itu belum mengenal tulisan maka mereka berkomunikasi melalui simbol-simbol dan gerak tubuh (Susilowati & Nasoichah, 2019). Meski kehidupan masih sangat sederhana namun manusia pada masa itu telah mampu mengatasi kesulitan dan atau tantangan dengan memanfaatkan benda di sekitar (Muhammad, 2019). Supaya lebih memahami perbedaan zaman prasejarah dan sejarah, mari kerjakan aktivitas individu berikut ini:
Setelah mengerjakan aktivitas individu kalian pasti sudah memahami perbedaan zaman prasejarah dan sejarah kan? Namun jangan puas dulu karena kalian juga harus tau bahwa zaman prasejarah dibagi menjadi 2 yaitu geologis dan arkeologis. Pembabakan secara geologis berarti periodisasi masa yang didasarkan pada perkembangan bumi dari waktu ke waktu. Pembabakan secara geologis dibagi menjadi 4 zaman yaitu Arkaikum, Paleozoikum, Mesozoikum dan Neolithikum. Berikutnya pembabakan secara arkeologis berarti periodisasi berdasarkan benda-benda peninggalan hasil kebudayaan manusia di masa lalu. Pembabakan secara arkeologis dibagi menjadi zaman batu dan zaman logam (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016). Terkait penjelasan lebih lengkapnya yuk pahami materi berikutnya!
b. Perkembangan Kebudayaan Zaman Prasejarah di Malang Raya Kehidupan manusia di muka bumi tidak akan pernah lepas dengan sejarah dan kebudayaan manusia di masa lalu, kehidupan awal masyarakat Indonesia terdiri dari masa prasejarah atau praaksara dan zaman sejarah atau aksara begitu pun di Malang Raya. Prasejarah Indonesia adalah bagian awal dari sejarah kebudayaan Indonesia. Mempelajari tentang prasejarah diharapkan bisa memahami awal pertumbuhan kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri, bahkan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat prasejarah ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia saat ini (Jati, 2013). Menurut (Syafei, 2021) zaman prasejarah atau praaksara terbagi menjadi 2 yakni: zaman batu dan zaman logam. Pembagian ini didasarkan pada hasil kebudayan dan alat-alat yang mereka ciptakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun ada beberapa ahli yang membagi zaman prasejarah atau praaksara menjadi 3 yakni: zaman berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam dan zaman perundagian. Perbedaan pembabakan masa prasejarah tersebut didasarkan kepada alat yang digunakan dan juga aktifitas manusia pada masa itu. Soejono Soekanto membagi zaman prasejarah Indonesia ke dalam beberapa tingkat yakni: masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana atau tradisi paleolitik, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau tradisi epi-paleolitik, masa bercocok tanam atau tradisi nelitik, dan masa perundagian atau seni tuang perunggu (Yuwono, 1995). 1) Zaman Batu Zaman batu merupakan zaman dimana manusia pada masa tersebut melakukan aktivitas kegiatannya dengan peralatan yang terbuat dari batu. Menurut (Ahmad, 2010) mengacu pada Soekmono (1981) pembabakan zaman batu terbagi menjadi 3 yakni paleolitikum, mesolitikum dan neolitikum. Sedangkan menurut (Nuryana, 2018) membagi zaman batu menjadi beberapa periode yang di antaranya paleolithkum atau zaman batu tua, mesolithikum atau zaman batu tengah, neolithikum zaman batu muda dan megalithikum zaman batu besar.
a) Paleolithikum Pada zaman ini sering kali disebut sebagai zaman batu tua, zaman batu tua adalah zaman dimana peralatan yang di gunakan manusia prasejarah terbuat dari batu serta pengerjaan nya masih sangat kasar, zaman ini di diperkirakan berlangsung pada zaman pleistosen sekitar 600.000 tahun lamanya (Sudrajat, 2012). Kehidupan manusia pada masa ini masih tergolong sederhana dengan memperoleh makanan melalui berburu dan meramu. Alat-alat yang digunakan pada zaman inipun masih sederhana, alat-alat tersebut terbuat dari batu yang masih kasar dan belum di haluskan, contoh alat-alat yang ada di zaman paleolithikum adalah kapak genggam dan kapak perimbas (Suputra, 2016). Gambar 1. Kapak Genggam (idsejarah 2022) Gambar 2. Kapak Perimbas (kompas.com 2021) b) Mesolithikum Mesolithikum merupakan zaman batu tengah, pada masa ini hasil kebudayaannya sudah sedikit maju jika dibanding dengan zaman paleolithikum atau zaman batu tua. Manusia pada masa ini sudah mulai hidup menetap, berbeda dengan zaman batu tua yang hidupnya masih berpindahpindah (nomaden). Adapun ciri-ciri kebudayaan yang di hasilkan pada zaman ini ialah Abris Sous Roche dan Kjokkenmoddinger (Hartini, 2015). Abris sous Roche merupakan gua-gua yang di jadikan sebagai tempat tinggal manusia purba di zaman ini dan memiliki fungsi sebagai tempat berlindung dari binatang buas serta cuaca panas (Firmansyah & Ramdani, 2009). Kjokkenmoddinger yakni suatu istilah bahasa Denmark yaitu kjokken maknanya dapur dan modding artinya sampah, maka dapat di artikan bahwasanya kjokkenmoddinger adalah sampah dapur (Hartini, 2015).
Nyatanya kjokkenmoddinger adalah timbunan sampah kulit kerang dan siput yang sudah membatu atau menjadi fosil dengan ketinggian kurang lebih 7 meter. Gambar 3. Abris sous Roche (kompas.com 2021) Gambar 4. Kjokkenmoddinger (kompas.com 2021) c) Neolithikum Neolithikum sering dikenal sebagai zaman batu baru (batu muda), sebab ada beberapa perubahan mendasar pada zaman ini, manusia sudah mulai hidup menetap dan menghasilkan bahan makanan melalui bercocok tanam. Zaman Neolithikum ini ditandai dengan kehidupan manusia purba yang sudah menetap, sedangkan pada zaman mesolithikum masih berpindah-pindah untuk bertahan hidup (J. Setiawan & Permatasari, 2019). Hal ini berhubungan dengan pemikiran mereka agar tidak menggantungkan hidup kepada alam dan mulai berusaha menghasilkan makanan sendiri atau food producing dengan bercocok tanam (Y. Noor & Mansyur, 2015). Hasil dari kebudayaan di zaman neolithikum salah satu diantaranya adalah kapak lonjong dan kapak serpih (Prasetya, 2017). Gam bar 5. Kapak lonjong (rifaifajrin.com 2020) Gambar 6. Kapak serpih (zonapenemuan 2020)
d) Megalithikum Megalithikum berasal dari bahasa yunani yakni mega maknanya besar sedangkan lithos maknanya batu. Menurut (Tunggul et al., 2017) mengacu pada Darwin (2011) megalithikum adalah zaman batu besar, sebab pada zaman megalithikum ini manusia purba bisa membuat serta meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu besar. Pada zaman ini manusia purba sudah mulai mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib, menurut (Anggara, 2019) mengacu pada Mashoed (2004) menyatakan bahwasanya manusia purba percaya terhadap roh nenek moyang yang di yakini berada di ketinggian seperti diatas puncak bukit atau pohon yang tinggi. Hasil kebudayaan yang penting dari zaman megalithikum ini salah satu diantaranya adalah menhir, sarkofagus dan pundek berundak (Munawati & Idris, 2018). Gambar 7. Menhir (kompas.com 2021) Gambar 8. Sarkofagus (idsejarah 2019) 2) Zaman Logam Penggunaan material logam sudah dimulai sejak zaman logam, yang mana pada zaman ini logam di gunakan sebagai anak panah, kapak dan alat pertanian untuk bercocok tanam (Hartanti & Nediari, 2017). Kemampuan manusia dalam membuat alat-alat dari logam menunjukkan bahwa kebudayaan manusia terus berkembang terlebih jika di bandingkan dengan zaman batu (M. Junaedi Al Anshori, 2011). Di samping itu pembagian zaman logam di bedakan menjadi 3 yakni zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi, akan tetapi zaman tembaga tidak pernah berkembang di indonesia (Y. Noor & Mansyur, 2015). Wujud fisik dari kebudayaan yang di hasilkan pada zaman ini paling banyak yakni artefak yang terbuat dari logam
(Puja, 2016). Bisa dikatakan bahwa zaman logam Indonesia ialah zaman perunggu karena alat-alat perkakas besi tidak banyak bedanya dengan alatalat dari perunggu, dan hasil kebudayaan perunggu yang terpenting di Indonesia adalah nekara serta kapak corong (Soekmoono, 1981). Gambar 9. Nekara (tribunnews.com 2014) Gambar 10. Kapak Corong (kompas.com 2021) 2. Kebudayaan Animisme dan Dinamisme Apakah kalian tahu bahwa kepercayaan animisme dan dinamisme telah ada sejak zaman prasejarah? Ya fakta nya, manusia purba di zaman prasejarah hidup dengan meyakini keyakinan terhadap energi yang berada di luar kuasa manusia. Bahkan uniknya disebutkan dari buku karya sastrawan pujangga baru Sutan Takdir Alisjahbana bahwa kebudayaan asli warga Indonesia sebelum masuknya Hindu-Budha ialah kepercayaan animisme dan dinamisme yang kuat tentang roh gaib yang bersemayam pada pohon, benda, batu, gunung (Takdir, 1988). Roh-roh WHUVHEXW ELDVDQ\D GLNHQDO GHQJDQ VHEXWDQ ³hyang´ 'L 0DODQJ 5D\D VHQGLUL animisme dan dinamisme masih berkembang sampai saat ini, banyak sekali contoh kebudayaan yang terkadang tidak kita sadari sering jumpai. Kepercayaan terhadap hyang biasanya kerap ditampilkan saat upacara adat, kegiatan religi (ibadah) ataupun kegiatan lain yang berbau kearifan lokal. Dengan demikian, kita ketahui bahwa materi animisme dan dinamisme Malang Raya sangat pantas untuk kita ulas dan gali bersama. Mari kita bahas lebih lanjut dengan membaca modul ini. a. Perkembangan Animisme dan Dinamisme Keberadaan animisme dan dinamisme sudah kental sejak zaman prasejarah (Afandi, 2016). Yang mana pada kala itu manusia masih belum mengenal tulisan dan juga agama luar belum banyak masuk ke nusantara. Di zaman tersebut,
manusia belum memiliki aturan hidup, mereka memakai bahasa isyarat dalam berkomunikasi serta masyarakatnya belum bisa membedakan perbuatan mana yang baik dan buruk. Sehingga manusia yang hidup di zaman prasejarah lebih bersifat primitif. Dari gaya hidup tersebut, lahirlah kepercayaan animisme dan dinamisme yang berkembang dalam kehidupan yang akhirnya menuntun pada peradaban yang mana setiap suatu kelompok masyarakat dipimpin oleh kepala adat. Animisme merupakan aliran yang merujuk pada jiwa yang mendiami suatu benda atau daerah seperti sungai, pegunungan, batu, pohon (Fitria, 2014). Menurut Mc Kenzie Perkins, animisme merupakan gagasan yang menyatakan bahwa semua manusia, kenampakan alam, flora, fauna, geografis, ataupun benda mati sekalipun mempunyai roh yang mengonfrontasikan benang merah antara satu dengan yang lain (Perkins, 2019). Animisme secara antropologis dipakai untuk identifikasi kontruksi antara sistem kepercayaan dengan spritualitas yang berbeda (Possamai & Anthoni J, 2020). Sedangkan menurut E.B Tylor, animisme adalah kepercayaan yang berpendapat bahwa terdapat makhluk spritual yang jumlahnya tak hingga dapat berhubungan dengan makhluk hidup lain yang ada di dunia melalui sebuah kepekaan khusus dengan melibatkan perasaan, kepercayaan dan bathin (Swancutt, 2019). Di Malang Raya, animisme dikenal sebagai pemujaan terhadap jiwa supranatural yang mana kepercayaan tersebut diyakini karena anggapan bahwa setiap makhluk hidup ataupun benda benda tertentu juga memiliki jiwa yang wajib dihormati. Orang yang menganut sistem kepercayaan animisme percaya bahwa leluhur, arwah, roh dari makhluk hidup yang telah meninggal masih memiliki aspek spritual yang dapat mempengaruhi kehidupan di dunia. Biasanya orang yang telah meninggal, jiwanya akan berpindah dari jasmani ke tempat ataupun benda material tertentu (Kaltsum et al., 2022). Oleh karena itu, sebagai penghormatan mereka mengadakan pemujaan agar terhindar dari segala hal yang bersifat bala dan menjauhi sial (bencana). Roh leluhur atau arwah juga memiliki kedudukan sosial yang tinggi di mata masyarakat sehingga sering dianggap sebagai dewa (Graham Harvey, 2017). Selanjutnya pengertian dinamisme, pengertian dinamisme menurut Harun Nasution adalah paham yang menjelaskan adanya kekuatan gaib yang ada pada
benda-benda tertentu yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia dalam aktivitasnya (Syarif, 2021). Hal ini berarti animisme sangat berbeda dengan dinamisme, pengertian dinamisme yang sangat bertolak belakang dengan animisme menegaskan kembali bahwa dinamisme didefinisikan sebagai kepercayaan pada benda yang mempunyai energi magis yang dapat menyajikan rasa aman, nyaman untuk manusia dapat menjalani aktivitas kehidupan seharihari. Sebagai contoh, banyak orang yang percaya bahwa jimat ataupun batu akik merah delima dapat memberikan khasiat awet muda, kekayaan, kemakmuran, hingga kecantikan. Contoh-contoh tersebut didukung oleh pernyataan Sukardji yang berkata bahwa dinamisme merupakan paham yang mempercayai bahwa benda memiliki kesaktian atau kekuatan yang magis (Sukardji, 1993). Sedangkan menurut T.S.G Mulia, dinamisme adalah keyakinan terhadap benda hidup ataupun mati yang dianggap suci serta memiliki kekuatan supranatural yang menyinarkan energi buruk ataupun bahkan baik kepada alam sekitar dan manusia itu sendiri (Mulia, 1952). b. Bentuk Animisme dan Dinamisme di Malang Raya Animisme dan Dinamisme saat ini diakui pemerintah Indonesia sebagai agama kepercayaan. Kebudayaan ini masih dipegang erat oleh masyarakat di Jawa Timur termasuk Malang Raya. Pada modul ini penulis meminjam pemikiran Koentjaraningrat dalam menjabarkan bentuk kebudayaan animisme dan dinamisme yakni kebudayaan dalam bentuk ide/gagasan, aktivitas dan juga artefak (Koentjaraningrat, 2015). Banyak peninggalan khususnya berupa ide gagasan yang diakulturasikan dengan agama kepercayaan yang berkembang sekarang ini, seperti kegiatan Slametan, Tingkeban, dan upacara bersih desa pada umumnya (Miyanto, 2018). Tidak hanya itu, peninggalan animisme dan dinamisme juga sangat terlihat pada upacara-upacara adat masyarakat Tengger yang merupakan bentuk kepercayaan kosmik terhadap Gunung Bromo (Binada, 2019). Oleh karena itu, mari kita bagi pembahasan bentuk kebudayaan Animisme dan Dinamisme kali ini menjadi 1) ide atau gagasan, 2) aktivitas budaya, dan peninggalan artefak.
1) Bentuk Animisme dan Dinamisme berupa Ide atau Gagasan Pada dasarnya kepercayaan Animisme dan Dinamisme juga merupakan ide atau gagasan. Adapun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya animisme merupakan kepercayaan terhadap kekuatan yang luar biasa seperti roh nenek moyang atau tempat-tempat yang bisa memberikan kekuatan (Hasan, 2012). Ide/gagasan sebagai produk budaya animisme dan dinamisme pada masa sekarang ini masih bisa dirasakan dan diketahui dari peraturan-peraturan tak WHUWXOLV \DQJ ELDVDQ\D GLSHUFD\D VHEDJDL NHJLDWDQ \DQJWLGDNHORN³gak ilok´ jika dilakukan. Adapun contohnya seperti tidak boleh makan di depan pintu , keluar pada waktu senja, dan menyapu pada malam hari. Tidak hanya itu, penggunaan weton sebagai perhitungan hari baik juga merupakah salah satu hasil budaya berupa gagasan yang masih dianut oleh kebanyakan masyarakat Malang pada saat ini. Pada era sekarang ini pelaksanaan kegiatan dan ide yang mengandung unsur animisme dan dinamisme tidak hanya didasarkan pada kebiasaan atau kegiatan turun temurun yang dilakukan oleh nenek moyang. Kegiatan yang mengandung unsur animisme dan dinamisme dalam pandangan masyarakat modern sekarang ini juga dipercaya mampu menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga, pengkultusan terhadap tempat-tempat tertentu juga masih dilakukan. Masyarakat Malang raya dalam beberapa keadaan masih mempercayai dan mengkultuskan tempat-tempat seperti laut, sumber mata air, pohon-pohon besar, dan juga gunung. Dalam pemahaman masyarakat modern sekarang ini kegiatan tersebut dipercaya dapat menjaga kelestarian sumber daya alam. Seperti pengkultusan pohon-pohon di Sumber Jenon merupakan salah satu bentuk pelestarian lingkungan dan sumber mata air Sumber Jenon. Pengkultusan terhadap pohon ini terjadi karena pohon merupakan pengikat air yang menjadi sumber pada mata air Sumber Jenon. Adapun Aliran sumber Jenon banyak dimanfaatkan warga untuk mengairi sawah maupun untuk pemenuhan kebutuhan air rumah tangga di Kecamatan Tajinan dan sekitarnya (Sulistyani & Irianto, 2018).
Ide tentang pengkultusan Gunung khususnya Gunung Bromo juga menjadi salah satu bentuk gagasan yang diwariskan animisme dan dinamisme kepada masyarakat Malang Raya khususnya suku Tengger. Suku Tengger sangat mengkultuskan Gunung Bromo sebagai pusat episentrum kosmos. Hal ini karena seluruh kondisi lingkungan dan ekonomi masyarakat Tengger disokong oleh Gunung Bromo (Fatmawati, 2016). Sehingga, masyarakat Tengger sampai menganggap bahwa nenek moyang mereka ada di dalam Gunung Bromo. Oleh karena itu, banyak upacara adat yang dilaksanakan sebagai rasa terima kasih dan penghormatan kepada gunung Bromo, seperti upacara Yadnya Kasada, Upacara Karo, dan Unan-unan dan masih banyak lainnya (Worouw et al., 2012). Pengkultusan terhadap laut juga merupakan salah satu ide animisme dan dinasmisme yang sampai sekarang masih dipercayai oleh masyarakat Malang Raya. Pengkultusan laut sebagai sumber penghidupan masyarakat khususnya yang ada di tepi pantai memunculkan upacara syukuran atau yang sekarang disebut sebagai upacara Petik Laut. Upacara petik laut sering dilakukan di Pantai Sendang Biru juga Pantai Ngliyep (Putra, 2019; Suwarno, 2021). Upacara ini sebagai bentuk terima kasih karena telah diberikan keselamatan dan limpahan hasil ikan. Tidak hanya itu, acara ini juga dianggap sebagai sesajen kepada Nyi Roro Kidul karena telah menjaga keselamatan serta membawa hasil ikan yang melimpah kepada nelayan (Susanti, 2014). 2) Bentuk Animisme dan Dinamisme berupa Aktivitas Budaya Budaya dalam tataran ide memberikan pemahaman dan kearifan seperti yang telah dijelaskan di atas. Sementara itu, sebagai konsekuensi dari adanya ide tersebut adalah adanya tindakan atau aktifitas kebudayaan. Hal ini karena perilaku manusia berkembang seiring pematangan kognitif dan juga proses belajar (Arifin, 2017). Aktivitas budaya pada masa Animisme dan Dinamisme merupakan hasil dari ide tentang adanya kekuatan luar biasa di luar manusia. Aktivitas ini biasanya dilakukan secara turun menurun sebagai bentuk adat istiadat masyarakat (Afni et al., 2020). Aktivitas budaya dengan unsur peninggalan animisme dan dinamisme banyak ditemukan mulai dari upacara adat, kegiatan
masyarakat, sampai pada kesenian tradisional. Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Upacara Adat Kegiatan upacara adat erat kaitannya dengan peninggalan animisme dan dinamisme di Malang raya. Hal ini karena seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan adat biasanya telah diwariskan secara turun-temurun sampai pada masa sekarang (Afni et al., 2020). Adapun upacara adat yang masih dilakukan oleh masyarakat Malang Raya seperti, Kirab Sesaji di Gunung Kawi, Entas-entas yang ada pada masyarakat Tengger, Grebeg Tirto Aji yang di pemandian Wendit (Mulyaningtyas, 2019; A. Setiawan, 2021; Wijoto, 2019). Tidak hanya itu, Upacara Karo, Yadna Kasada, dan Pujan di desa Ngadas, dan Larung saji atau petik laut di Pantai Ngliyep dan Sendang Biru juga merupakan beberapa contoh upacara adat, dari banyaknya upacara adat yang ada di Malang raya (Putra, 2019; Suwarno, 2021; Worouw et al., 2012). b) Kegiatan Masyarakat Peninggalan budaya animisme dan dinamisme di masyarakat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya upacara-upacara penting, peninggalan yang sudah menjadi adat istiadat menghiasi seluruh siklus hidup manusia. Mulai dari ketika kehamilan, kelahiran, umur, pernikahan, kematian sampai setelah kematian. Sebagai contoh budaya Tingkeban yang merupakan ritual terima kasih pada masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Upacara ini biasanya dilakukan pada waktu umur kandungan menginjak 7 bulan. Kegiatan ini juga disebut sebagai mitoni yang bertujuan untuk berdoa agar ibu dan bayi yang ada dalam kandungan selalu diberi kesehatan, keselamatan, dan kesempurnaan (Nursyifa & Susilo, 2022). Adapun dalam tingkeban besar di Kabupaten Malang banyak hal yang perlu dipersiapkan mulai dari bunga tujuh rupa, kelapa gadhing, jarik berjumlah tujuh, tumpeng robyong, nasi gurih, ingkung, rujak gobet, jenang abang, golekan ripih, jenang putih, jenang sangkal, jenang procot, pala pendem, dan jajanan pasar.
Tidak hanya pada siklus hidup manusia, slametan juga bisa dilakukan pada saat kegiatan membangun rumah, awal musim, atau meminta berkah pada tahun berjalan. Seperti kegiatan Keleman yang dilakukan oleh masyarakat Peniwen Kecamatan Kromengan. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk sedekah bumi sebagai ucapan terima kasih, doa bersama, untuk meminta hujan (Kormengan-OPD, 2019). c) Kesenian Tradisional Beberapa seni pertunjukan di Jawa Timur khususnya Malang Raya juga mengandung unsur-unsur animisme. Adapun seperti Tari Purbo Murtim yang bertujuan untuk menghormati roh nenek moyang juga mengkultuskan suatu tempat. Tari yang merupakan kesenian khas masyarakat Tengger ini merupakan tari yang menunjukkan rasa syukur. Tari ini menggambarkan kebahagiaan masyarakat Tengger karena bisa mengambil air suci dari Sendang Widodaren. Air suci ini dianggap menjadi media pembawa berkah, menjauhkan dari segala macam penyakit, dan kesejahteraan masyarakat (Nana, 2018) 3) Bentuk Animisme dan Dinamisme berupa Artefak Sebagai konsekuensi adanya aktivitas manusia adalah adanya peninggalan yang berupa produk fisik (artefak). Peninggalan budaya dalam bentuk ini merupakan total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya dalam bentuk konkret yaitu benda yang dapat diraba, dilihat, serta difoto (Koentjaraningrat, 2015). Begitu pula dengan kebudayaan animisme dan dinamisme. Hasil produk budaya fisik dari animisme dan dinamisme juga merupakan hasil aktivitas budaya masyarakatnya. Seperti kalung jimat yang diberikan kepada anak kecil. Kalung yang biasanya dipakaikan kepada anak kecil di bawah umur 2 tahun ini memiliki tujuan untuk menolak bala dan memberikan manfaat kepada sang anak (Sarinastiti, 2018). Beberapa artefak berupa janur juga terlihat pada aktivitas masyarakat seperti pernikahan dan slametan. Pada kegiatan pernikahan khas Jawa Timur, janur merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan. Janur dapat digunakan sebagai anyaman, kembar mayang, bleketepe, dan hiasan pintu masuk upacara (Jazeri, 2020). Adapun makna janur dalam pernikahan adalah harapan agar Tuhan menerangi jalan
untuk menjadi keluarga yang bahagia. Terlebih lagi kembar mayang sebagai salah satu artefak dalam pernikahan jawa dipercaya dapat mendatangkan halhal baik dalam pernikahan (Sari, 2020). Peninggalan artefak berupa bangunan-bangunan megalitik juga dapat dijumpai di Malang Raya. Adapun batuan situs-situs tersebut mulai dari menhir, dolmen, sarkofagus, lumpang batu, batu kenong, batu dakon, batu gores, dan tempayan batu (Jati & Wahyudi, 2015). Adapun situs-situs megalitik sangat berkaitan dengan animisme dan dinamisme seperti Menhir yang merupakan batu tegak yang sengaja di letakkan di suatu tempat untuk pemujaan arwah (Soejono et al., 2010), sarkofagus sebagai perahu yang mengantarkan arwah nenek moyang ke dunia arwah (Jati & Wahyudi, 2015), serta batu gores yang berfungsi sebagai tempat upacara (Fahriani, 2019).
EVALUASI BAB II A. Pilihan Ganda Pilihlah salah satu jawaban yang benar! 1. 3HUQ\DWDDQ\DQJWHSDWWHUNDLW]DPDQSUDVHMDUDKDGDODK« a. Zaman dimana masyarakat belum mengenal gambar b. Zaman dimana masyarakat belum mengenal tulisan c. Zaman dimana masyarakat telah mengenal tulisan d. Zaman dimana masyarakat telah mengenal gambar e. Zaman dimana masyarakat telah mengenal bercocok tanam 2. Perhatikan peninggalan berikut ini untuk menjawab soal no 2 dan 3: (1)Prasasti (2)Tulisan di daun lontar (3)Kapak perimbas (4)Fosil (5)Cerita rakyat Berdasarkan uraian di atas yang termasuk peninggalan masa prasejarah DGDODK« a. (1) dan (2) b. (1) dan (3) c. (2) dan (3) d. (3) dan (4) e. (4) dan (5) 3. Berdasarkan uraian di atas yang tidak termasuk peninggalan masa prasejarah DGDODK« a. (1) (2) (3) b. (1) (2) (4) c. (1) (2) (5) d. (2) (3) (4) e. (2) (3) (5)
4. Periodisasi berdasarkan benda-benda peninggalan atau hasil kebudayaan DGDODK« a. Arkeolog b. Arkeologis c. Geologis d. Geologi e. Geografi 5. .DSDNSHULPEDVPHUXSDNDQEHQGDSHQLQJJDODQSDGDPDVD« a. Neolithikum b. Paleolithikum c. Mesolithikum d. Megalithikum e. Zaman logam 6. Manusia purba sudah bisa membuat serta meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu besar. Pada zaman ini manusia purba sudah mulai mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Pada zaman apa manusia purba sudah mulai mengenal kepercayaan «« a. Zaman Neolithikum b. Zaman Arkaikum c. Zaman Mesozoikum d. Zaman Mesolithikum e. Zaman Logam 7. Zaman ini diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden). Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian, serta menangkap ikan. Dari SHUQ\DWDDQGLDWDV]DPDQDWDXPDVDWHUVHEXWPDVXNNHGDODP««««« a. Zaman Logam b. Zaman Arkaikum c. Zaman Tertier d. Zaman Paleolithikum e. Zaman Neozoikum
8. Pada zaman ini, manusia sudah ada yang hidup menetap sehingga kebudayaan yang menjadi ciri dari zaman ini adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan kebudayaan Abris sous Roche. Dari pernyataan di atas zaman atau masa WHUVHEXWPDVXNNHGDODP««««« a. Zaman Arkaikum b. Zaman Paleozoikum c. Zaman Mesozoikum d. Zaman Kenozoikum e. Zaman Mesolithikum 9. Pada zaman batu tengah di temukan kebudayaan berupa Kjokkenmoddinger, biasanya Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra, yakni antara Langsa dan Medan. Arti dari Kjokkenmoddinger itu sendiri DGDODK««« a. Gua tempat tinggal manusia purba b. Timbunan sampat kulit kerang dan siput yang sudah menjadi fosil c. Sisa makanan berupa timbunan kulit kerang d. Fosil manusia pra aksara berupa alat-alat untuk memasak e. Tempat untuk memuja roh-roh nenek moyang 10. Di zaman ini, kehidupan manusia sudah menggunakan batu yang diasah, bertani dan beternak secara menetap, serta sudah melakukan pembuatan tembikar. Kapak lonjong merupakan salah satu benda peninggalan pra sejarah di zaman ini. .DSDNORQMRQJELDVDQ\DGLWHPXNDQSDGD]DPDQ««« a. Zaman Tertier b. Zaman Logam c. Zaman Neolithikum d. Zaman Mesolithikum e. Zaman Paleolithikum 11. Bangunan berupa batu tegak atau tugu yangberfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah PHQLQJJDOEDQJXQDQWHUVHEXWGLQDPDNDQ«««« a. Dolmen b. Menhir
c. Kubur peti batu d. Waruga e. Sarkofagus 12. Kepercayaan animisme dan dinamisme telah ada sejak zaman ... a. Megalitikum b. Pra sejarah c. Sejarah d. Paleolitikum e. Purbakala 13. Buku karya sastrawan pujangga baru yang bernama Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan bahwa kepercayaan asli masyarakat Indonesia sebelum masuknya agama Hindu-Budha adalah ... a. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Kepercayaan terhadap berhala Yahudi c. Kepercayaan animisme dan dinamisme d. Kepercayaan terhadap agama Kristen e. Kepercayaan terhadap agama Katholik 14. Kepercayaan terhadap hyang pada animisme dan dinamisme biasanya kerap ditampilkan saat upacara adat, kegiatan religi (ibadah), ataupun kegiatan lain yang berbau kearifan lokal. Istilah hyang berarti ... a. Mitologi kuno b. Roh nenek moyang c. Sistem kebaktian d. Tuhan di Hindu Bali e. Supranatural kasatmata 15. Animisme adalah kepercayaan yang berpendapat bahwa terdapat makhluk spritual yang jumlahnya tak hingga yang dapat berhubungan dengan makhluk hidup lain yang ada didunia melalui kepekaan khusus yang melibatkan perasaan, kepercayaan, dan bathin. Pernyataan ini merupakan pendapat dari ... a. E.B Tylor b. Swancutt c. T.S.G Mulia
d. A. Afandi e. Mc Kenzie 16. Pada zaman prasejarah, alat komunikasi yang digunakan masyarakat adalah menggunakan bahasa ... a. Bahasa Isyarat b. Simbol-simbol c. Bahasa Tamil d. Bahasa Basque e. Mesir Koptik 17. Animisme merupakan gagasan yang menyatakan bahwa semua manusia, kenampakan alam, flora, fauna, geografis, hingga benda mati mempunyai roh. Pernyataan tersebut merupakan pengertian animisme menurut ... a. Graham Harvey b. Swancutt c. E.B. Tylor d. Mc Kenzie Perkins e. Selo Soemardjan 18. Orang yang menganut sistem kepercayaan animisme, beranggapan bahwa roh leluhur memiliki kedudukan sosial yang ... a. Sederajat dengan roh lainnya di dunia b. Kompleks dengan para penganutnya c. Terstruktur ada yang rendah dan tinggi d. Sejajar dengan kepercayaan lainnya e. Tinggi yang sering dianggap dewa 19. Dinamisme merupakan kepercayaan terhadap kekuatan yang luar biasa yang mendiami suatu tempat. Berikut ini yang merupakan salah satu bentuk kepercayaan dinamisme adalah .... a. Upacara petik laut b. Pohon Sumber Jenon Pembawa Berkah c. Slametan Siklus Hidup Manusia d. Grebek Suro di Gunung Kawi e. Tradisi Keleman
20. Tari Probo Mutrim merupakan tari yang digunakan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat suku tengger. Adapun alasan masyarakat tengger masih tetap melaksanakan budaya ini adalah karena. . . . a. Manfaat terhadap kelestarian lingkungan b. Memberikan manfaat kepada banyak orang c. Banyak orang memiliki pengalaman mistis terhadap tari ini d. Sarana hiburan dan pariwisata e. Menghormati nenek moyang 21. Berikut merupakan peninggalan budaya fisik di Malang Raya 1. Candi Badut 2. Sarkofagus 3. Batu Lumpang 4. Kampung Heritage Katjoetangan 5. Candi Sumberawan 6. Punden Petren Dari beberapa peninggalan budaya tersebut, yang merupakan artefak peninggalan budaya pada masa animisme dan dinamisme adalah . . . . a. 1, 2, dan, 3 b. 2, 3, dan 4 c. 2, 3, dan 5 d. 2, 3, dan 6 e. 2 dan 3 saja 22. Bentuk peninggalan animisme dan dinamisme berupa gagasan bijak berkenaan dengan lingkungan serta masih dipercayai masyarakat disebut sebagai . . . . a. Adat istiadat b. Kearifan lokal c. Peraturan adat d. Norma sosial e. Kepercayaan mistis 23. Berikut merupakan contoh kebiasaan dan budaya peninggalan animisme dan dinamisme di Malang Raya. 1. Tari Probo Murtim 4. Kegiatan Tingkeban 2. Upacara Petik Laut 5. Grebeg tirto Aji 3. Tari Bantengan 6. Kepercayaan Kosmik Gunung Bromo
Dari beberapa contoh tersebut yang memiliki unsur animisme dan dinamisme terapat pada nomor . . . . a. 1, 2, 5, dan 6 d. 2, 3, 5, dan 6 b. 1, 3, 4, dan 6 e. 2, 4, 5, dan 6 c. 3, 4, 5, dan 6 24. Roro Anteng dan Joko Seger merupakan nenek moyang daripada masyarakat Suku Tengger. Untuk menghormati nenek moyang, beberapa upacara adat dilakukan oleh masyarakat tengger. Kegiatan upacara tersebut termasuk dalam kategori . . . . a. Kegiatan religi b. Kegiatan keagamaan c. Kegiatan budaya d. Kegiatan berdasar norma masyarakat e. Kegiatan Pemujaan 25. Pengkultusan pohon-pohon di sekitar sumber air merupakan salah satu contoh bentuk unsur animisme dan dinamisme dalam . . . . a. Memberikan efek jera kepada masyarakat b. Kehidupan sosial c. Sistem religi masyarakat d. Menjaga lingkungan e. Menjaga nama baik nenek moyang B. Soal Uraian 1. Jelaskan apa yang membedakan antara zaman prasejarah dan zaman sejarah! 2. Jelaskan secara singkat hasil kebudayaan di zaman batu (paleolithikum dan mesolithikum)! 3. Berilah satu contoh peninggalan animisme dan dinamisme di daerahmu, kemudian analisis unsur-unsur peninggalan animisme dan dinamisme dalam budaya tersebut! 4. Jelaskan pengertian kepercayaan animisme dan dinamisme menurut pemahaman kalian sendiri! 5. Berdasarkan modul diatas, animisme secara antropologis biasanya digunakan untuk identifikasi hal apa saja?
LEMBAR KERJA MAHASISWA 1. PUNDEN MBAH TUGU MALANG (Jl. Jaksa Agung Suprapto Gang II B, RT 005, RW 003) Kelompok Animisme Artefak Nama Kelompok « Ketua Kelompok « Anggota Kelompok 1. « 2. « Deskripsi kegiatan Kelompok ini melakukan pengamatan pada situs peninggalan sejarah Punden Mbah Tugu yang ada di Jl. Jaksa Agung Suprapto Gang II B, RT 005, RW 003 Kota Malang. Identitas juri kunci punden Kegiatan yang diamati « Alamat « Hal yang diamati 1. Bagaimana sejarah terbentuknya Punden Mbah Tugu? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 2. Mengapa situs Punden Mbah Tugu begitu dihormati oleh masyarakat sekitar? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 3. Siapa konsumen dari produk wisata yang ditawarkan? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 4. Apakah ada kegiatan khusus yang dilakukan oleh peziarah ketika hendak memasuki wilayah Punden Mbah Tugu? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 5. Sebutkan benda cagar budaya yang ada di Punden Mbah Tugu dan jelaskan filosofinya? ««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««
Lembar Jawaban LKM «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« Bukti dokumentasi Pengamatan
LEMBAR KERJA MAHASISWA 2. Kelompok Animisme Gagasan Nama Kelompok « Ketua Kelompok « Anggota Kelompok 1. « 2. « Deskripsi kegiatan Kelompok ini melakukan pengamatan mengenai kepercayaan masyarakat Kota Malang terhadap nenek moyang Identitas juri kunci punden Kegiatan yang diamati Kepercayaan masyarakat Kota Malang terhadap nenek moyang Alamat « Hal yang diamati 1. Apa saja kepercayaan masyarakat Kota Malang terhadap nenek moyang? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 2. Dari beberapa kepercayaan pilihlah 1 kepercayaan yang akan kalian teliti? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 3. Bagaimana awal mula munculnya kepercayaan tersebut? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 4. Jelaskan dampak positif dari adanya kepercayaan tersebut? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 5. Jelaskan dampak negatif dari adanya kepercayaan tersebut? ««««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««««««««« 6. Mengapa kepercayaan tersebut masih di percaya masyarakat pada era modern? ««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««
Lembar Jawaban LKM «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««««««««««««««« Bukti dokumentasi Pengamatan