The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kolidatulmukhoyaroh52, 2022-12-17 17:27:12

modul 2.2 Kesadaran Diri_merged

modul 2. 2 Kesadaran Diri_merged

KELAS: 7 MATA PELAJARAN: HARI/TANGGAL:
SOSIAL EMOSIONAL

TOPIK: KESADARAN DIRI PELAJARAN: MENGENAL EMOSI
Rencana Pembelajaran

TUJUAN PEMBELAJARAN:
• MENGENAL EMOSI DIRI MENGGUNAKAN RODA EMOSI PLUTCHIK
• MENGEKSPLORASI MACAM-MACAM EMOSI DIRI
• MEMPRAKTIKKAN KESADARAN PENUH
• MENJELASKAN EMOSI YANG DIRASAKAN

ALAT DAN BAHAN: NILAI YANG DICAPAI:
• DIAGRAM RODA EMOSI PLUTCHIK
• BUKU TULIS/JURNAL KESADARAN DIRI
• GAMBAR EKSPRESI WAJAH PENGENALAN EMOSI
• HP/SPEAKER/LAPTOP EMPATI
RASA SYUKUR

AKTIVITAS:

Kegiatan Awal (terapkan pembukaan yang hangat)
• Menyambut setiap murid dengan sapaan hangat
• Memberikan waktu untuk murid berdiskusi dengan teman sekelas
• Guru bertanya tentang keadaan murid; apa yang dilakukan di hari

sebelumnya, hal-hal menarik yang terjadi serta kesulitan yang
dialami
• Mengajak murid menuliskan pengalamannya dalam jurnal/buku tulis:
apa kejadiannya? apa yang dirasakan saat itu dialami? bagaimana
respon setelah kejadian itu?
• Praktik kesadaran penuh dengan teknik mendengarkan musik (guru
dapat menggunakan musik instrumental ataupun memberi kesempatan
pada murid untuk memberikan rekomendasi lagu untuk di dengarkan
bersama)
• Murid diajak membagikan secara lisan apa yang dirasakan saat
mendengarkan musik: apa pendapat mengenai musik yang didengar,
apa perasaan dan pikiran yang timbul saat mendengarkan

PPPPGGPPMMOODDUULL22.2.2"P"PEEMMBBEELALAJAJARRAANNSSOOSSIAIALLEEMMOOSSIOIONNAAL"L"AANNGGKKAATTAANN55, ,2200221.1.

AKTIVITAS:

Kegiatan Inti: (mengenal macam-macam emosi melalui roda emosi
Plutchik)

• Guru menunjukkan diagram roda emosi bersamaan dengan gambar
ekspresi wajah yang berbeda-beda

• Murid diinstruksikan untuk menginterpretasi emosi yang terlihat
melalui gambar ekspresi wajah berdasarkan roda emosi (Guru
menunjukkan beberapa gambar yang berbeda-beda)

• Guru mengajak murid hening sejenak untuk: mengidentifikasi emosi,
perasaan, dan pikiran yang sedang dirasakan dan dipikirkan, emosi
yang paling sering dialami

• Murid menjelaskan hasil identifikasinya
• Berikan pilihan pada murid untuk menjelaskan dengan metode yang

diingingkan: 1). Menggambar - murid mendeskripsikan emosi-
emosinya dalam bentuk gambar, 2). Menulis - murid dapat
menuliskan emosinya dalam bentuk narasi ataupun deskripsi, puisi,
dll, 3). musik/lagu - murid dapat membuat lagu/musik ataupun
memilih lagu yang dapat merepresentasikan emosi-emosi terkait dan
menuliskan alasan pemilihan lagu tersebut
pelajaran kolaboratif:
• Murid dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 per
kelompok)
• Berbagi dalam bentuk penjelasan individual secara bergantian -
murid yang lain mendengarkan tanpa interupsi
• Memberikan apresiasi pada murid yang selesai menjelaskan: apa
yang berkesan dari penjelasan teman?

Kegiatan Penutup (penutupan optimis)
• Guru meminta murid mengumpulkan hasil karya yang dibuat
• Murid melakukan refleksi kegiatan dengan cara: bagaimana perasaan
setelah kegiatan belajar, apa yang diperoleh dari pelajaran hari ini,
kebaikan apa yang dapat dilakukan hari ini dan besok
• Guru memberikan apresiasi dan motivasi pada murid

PPPPGGPP MMOODDUULL 22..22 ""PPEEMMBBEELLAAJJAARRAANN SSOOSSIIAALL EEMMOOSSIIOONNAALL"" AANNGGKKAATTAANN 55,, 22002211..

REFLEKSI GURU:
- GURU MEMBACA CATATAN MURID DARI HASIL KARYA YANG DIKERJAKAN
TERLEBIH DAHULU SEBAGAI DASAR SEBELUM MELAKUKAN REFLEKSI.
- SEDIAKAN WAKTU 2-5 MENIT UNTUK HENING SEJENAK, MENGENALI EMOSI,
PIKIRAN, DAN PERASAAN
- SIAPKAN SEBUAH JURNAL/BUKU TULIS UNTUK MENUANGKAN HASIL
REFLEKSI
PERTANYAAN PANDUAN REFLEKSI:

• APA EMOSI YANG SAAT INI DIRASAKAN?
• MENGAPA EMOSI TERSEBUT?
• EMOSI APA YANG DIALAMI SAAT KEGIATAN BELAJAR BERSAMA MURID?
• SITUASI/KEJADIAN APA YANG MEMUNCULKAN EMOSI TERSEBUT?
• APAKAH ADA PERBEDAAN SECARA EMOSIONAL SEBELUM, SEMENTARA, DAN

SETELAH KEGIATAN BELAJAR? ELABORASIKAN.

PPGPPPMGOPDUMLOD2U.2L "2P.E2M"BPEELMABJAERLAAJNARSAONSISAOLSEIMALOSEIMOONSAILO"NAANL"GKAANTGAKNAT5A,N2052,12.021.

KESADARAN SOSIAL

kelas : SMP Hari/Tanggal :

Topik : Membangun Empati - Wawancara Teman Sebaya

Fokus dan Tujuan Pembelajaran:
Dapat mendemonstrasikan cara berempati pada orang lain, menggunakan
kompetensi kesadaran diri dan manajemen diri melalui teknik kesadaran penuh
dalam mewawancarai teman sebaya

KEGIATAN AWAL (PEMBUKAAN HANGAT)

• BERIKAN WAKTU UNTUK MURID BERBINCANG-BINCANG DENGAN TEMAN
SEKELAS ATAUPUN GURU DALAM KONTEKS KASUAL.

• Ajak murid untuk hening sejenak dan menyadari napas
• arahkan siswa untuk mengambil posisi yang nyaman untuk melakukan latihan

gerak sadar (mindful movement) sederhana, contoh: perenggangan otot
leher, bahu, paha, lutut, pinggang, dan seluruh tubuh
• Guru dapat menggunakan video sebagai panduan, ataupun memberikan
arahan secara langsung.
• Murid membagikan refleksi pengalamannya secara lisan: sensasi apa yang
dapat dirasakan saat berlatih - tubuh, pikiran, emosi, dan perasaan

KEGIATAN INTI
• KELOMPOKKAN MURID SECARA BERPASANGAN UNTUK MELAKUKAN
WAWANCARA
• Keduanya secara bergantian menjadi pembicara dan pendengar
• Guru dapat menggunakan panduan pertanyaan/pernyataan yang akan
menjadi dasar wawancara: pengalaman menarikmu, tokoh idola dan
mengapa, kegiatan yang membuat kamu bersemangat, hal apa yang paling
membuat kamu sedih akhir-akhir ini, cara kamu menghadapinya
• Waktu menjawab/menjelaskan maksimum 2 menit, dan pendengar tidak
dapat memotong penjelasan, memberikan respon, sebelum pembicara selesai
menjelaskan

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

LANJUTAN KEGIATAN INTI

• MURID DAPAT MENGGUNAKAN PERTANYAAN PANDUAN DARI GURU DAN
JUGA PERTANYAAN YANG DIKEMBANGKAN SENDIRI (5-10 PERTANYAAN)

murid membuat rangkuman wawancara dalam bentuk penulisan biografi (narasi
ataupun deskripsi)

• Guru menjelaskan pentingnya memiliki empati dalam mendengarkan orang
yang sedang berbagi cerita (dapat memutar video tentang empati dan
perwujudannya

KEGIATAN PENUTUP

Refleksi hasil wawancara
Sebagai pembicara:

• Apa hal-hal yang kamu temukan tentang dirimu sendiri saat menjawab
pertanyaan? apa yang menarik dan sulit untuk kamu bagikan?

• Apa yang ada dalam pikiranmu ketika menjawab?
• Bagaimana menurutmu teman yang mewawancarai kamu? apa perasaan dan

emosi yang muncul saat itu?
Sebagai pendengar:

• Apa informasi baru yang kamu dapat tentang temanmu?
• Hal-hal menarik dari jawaban dan mengapa?
• Apakah emosi-emosi yang muncul pada temanmu saat menjawab?
• Bagaimana empati dapat digunakan saat menjadi pendengar?

Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja murid dan memberikan motivasi untuk
berempati ketika bersama dengan keluarga ataupun komunitas

REFLEKSI GURU: JURNAL PEMBELAJARAN

• SEDIAKAN WAKTU KHUSUS UNTUK REFLEKSI DIRI: BUATLAH SUASANA RUANGAN
YANG NYAMAN

• Latih teknik bernapas/STOP/praktik kesadaran penuh yang diinginkan
buatlah jurnal pembelajaran dengan panduan sebagai berikut:

• Emosi dan perasaan apa saja yang dapat diidentifikasi saat ini
• Sensasi apa yang dapat dirasakan pada tubuh
• Hal-hal menarik dan kesulitan-kesulitan apa yang ditemukan melalui

pembelajaran hari ini
• Bagaimana respon dan antusiasme murid selama kegiatan?
• Apa yang dapat ditingkatkan?

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

Keterampilan Berelasi

TOPIK: RESOLUSI KONFLIK KELAS: SMP/SMA

TUJUAN: RESOLUSI KONFLIK DAN MEMBANGUN HUBUNGAN POSITIF DENGAN TEMAN
SEBAYA MENGGUNAKAN I-MESSAGE

KEGIATAN AWAL

(PEMBUKAAN HANGAT)
-Guru telah mempersiapkan suasana ruang kelas yang menenangkan dan nyaman serta
menyambut setiap murid yang masuk dengan sapaan yang ramah

(aktivitas dapat dilakukan dalam beberapa kali pertemuan)
MENGGUNAKAN PRAKTIK KESADARAN PENUH DAN PENGENALAN EMOSI:

• Guru menyediakan bahan bacaan (yang berkaitan dengan topik yang akan dibawakan)
• mainkan lagu-lagu yang bernuansa instrumental menenangkan dan berikan waktu yang

cukup bagi murid untuk membaca (10-15 menit) - ingatkan murid untuk memperhatikan
napas dan sensasi yang dirasakan pada tubuh, emosi, dan perasaan
• membuat refleksi (dapat berupa jurnal atau secara lisan ajak murid berbagi: apa sensasi
yang dirasakan? adakah perubahan pada pernapasan?

RESOLUSI KONFLIK: I-MESSAGE KEGIATAN INTI

MENGUNGKAPKAN PERASAAN DAN PIKIRAN DENGAN SUDUT PANDANG I – MESSAGE

DALAM RESOLUSI KONFLIK

• Murid bekerja secara berpasangan (ditentukan secara acak oleh Guru )

• Guru menjelaskan 2 gaya komunikasi menggunakan

1. Pesan “Saya” (I - Message): berfokus pada perasaan penyampai pesan, bukan pikiran atau

karakteristik lawan bicara.

2. Pesan “Kamu” (You-Message): berfokus pada lawan bicara dengan menunjukkan

karakteristik, kesalahan atau perilaku lawan bicara.

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

KEGIATAN INTI

(lanjutan kegiatan inti)

Contoh situasi:

-Ada teman yang membuat kecewa karena tidak datang tepat waktu

-Ada teman yang membuat marah karena ia merusak barang yang dipinjam darimu

-Ada salah satu anggota kelompok yang belum menyelesaikan pekerjaan bagiannya, padahal waktu

pengumpulan tugas sudah mepet.

-Murid dapat memberikan usulan situasi konflik lainnya.

Konflik I - Message You - Message
Kamu mengecewakan. Ini
Ada teman yang membuat kecewa Saya kecewa ‘kan latihan terakhir kita.

karena tidak datang tepat waktu untuk banget. Ini latihan

latihan akhir terakhir kita

PENUTUP

Praktekkan. Perhatikan dan refleksikan perbedaan nuansa emosi yang ditimbulkan dari 2
pernyataan yang berbeda dalam sebuah konflik yang sama.

PENUTUPAN MOTIVASI
Ajak murid untuk hening sejenak dan melatih napas, mengembalikan fokus dan
konsentrasi murid dengan menyadari napas

Menulis jurnal pembelajaran:
• Bagaimana teknik I-Message dapat membantu dalam menghadapi situasi konflik ?
• Apa saja yang dapat kamu terapkan dari teknik ini ketika berada di rumah dan di lingkungan
pergaulanmu/komunitas?

REFLEKSI GURU

REFLEKSI GURU - JURNAL PEMBELAJARAN
AMBIL WAKTU UNTUK MEREFLEKSIKAN PEMBELAJARAN YANG BERLANGSUNG

Menulis jurnal pembelajaran:
• Apa saja yang diperhatikan dari proses diskusi murid?
• Bagaimana guru menerapkan Teknik I-Message dalam resolusi konflik dalam membangun
hubungan positif dengan murid dan juga rekan kerja?

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

Aku bisa...

Kelas: 7 Pelajaran: Sosial Topik: Manajemen
Emosional Diri

Hari/Tanggal: Capaian pembelajaran: murid dapat
mengetahui cara mengelola emosi

Pada akhir pembelajaran ini, murid diharapkan dapat:
• Mengeksplorasi cara-cara mengelola emosi yang muncul
• Mengidentifikasi pengelolaan emosi diri yang tepat
• Menggunakan praktik kesadaran penuh (mindfulness) dalam upaya mengelola
emosi

Tujuan pembelajaran:
• Manajemen diri (emosi dan perasaan)
• Menumbuhkan empati dan saling menghormati

Struktur pembelajaran: (Guru telah mempersiapkan isi ruang kelas yang nyaman
dan menenangkan; dapat berupa dekorasi kelas ataupun dengan memainkan
lagu/instrumen. Menyambut setiap murid yang masuk dengan sapaan)

Kegiatan awal (Pembukaan hangat)
• Berikan kesempatan pada murid untuk saling berinteraksi (termasuk dengan
guru)
• Guru mengajak murid untuk hening sejenak dengan latihan bernapas; dapat
menggunakan teknik STOP, five finger breathing, body scanning (observasi diri),
dan dapat menutup dengan gratitude note / affirmation (ungkapan rasa
syukur/motivasi diri)
• Guru membagikan tiga hal yang disyukuri, kemudian mendorong murid untuk
turut menyampaikan tiga hal yang disyukuri di hari itu

Kegiatan Inti

Salah satu metode yang dapat digunakan adalah bermain peran.
Guru telah menyediakan beberapa pilihan skenario berisikan situasi-situasi
umum yang dapat mendorong reaksi emosional yang kuat.

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

Skenario harus yang akrab dengan situasi yang sering dialami murid, misalnya:
a. "Kamu telah menyelesaikan PR yang dikerjakan hingga tengah malam. Namun,
keesokan harinya kamu lupa membawa tugas tersebut ke sekolah"
b. "Saat tugas kelompok, pendapat kamu tidak didengarkan oleh teman-teman"
c. "Karena macet, kamu terlambat datang ke sekolah dan akhirnya mendapatkan
hukuman"
d. "di rumah, kakak/adik memakan snack yang kamu simpan di kulkas, dan saat
kamu menegur mereka terjadi perselisihan. Kalian semua yang mendapat hukuman
dari orang tua"

(skenario dapat disesuaikan dengan konteks masing-masing murid yang diajarkan
- pilihlah yang paling umum terjadi)

Panduan bermain peran (kolaboratif):
Bermain peran

• Bagi siswa dalam kelompok kecil (3-4 orang)
• Berikan instruksi agar masing-masing kelompok dapat memilih salah satu dari

pilihan skenario
• Persiapkan drama singkat (durasi 1 menit) yang menggambarkan isi skenario

yang dipilih
• Setiap anggota kelompok terlibat dalam drama yang akan ditampilkan

Penonton dan penampil:
• Persiapkan panduan masukan dan refleksi yang akan diisi oleh semua murid
• Pertanyaan panduan: 1) Emosi apa saja yang dimunculkan setiap karakter? 2)
menurutmu, kenapa karakter-karakter tersebut mengalami emosi demikian? 3)
bagaimana sebaiknya mereka merespon kejadian tersebut?
• Pertanyaan refleksi:1) Coba posisikan dirimu dalam situasi salah satu dari
karakter yang ditampilkan, apa yang akan kamu lakukan? 2) apakah kamu
pernah mengalami situasi serupa atau yang tidak menyenangkan? jelaskan
situasinya dan apa emosi saja emosi yang kamu rasakan saat itu? bagaimana
kamu merespon situasi tersebut? 3) apa menurut kamu respon yang tepat
dalam menyikapi situasi yang tidak menyenangkan?

Masing-masing kelompok menyampaikan masukannya dengan tiga poin berikut
ini:

• Apresiasi: hal-hal yang menarik dari penampilan kelompok
• Peningkatan: hal-hal apa yang dapat ditingkatkan dari penampilan
• Motivasi: apa saja hal baru yang kamu pelajari dari tampilan drama kelompok
Setelah penampilan satu kelompok, satu perwakilan dari kelompok-kelompok lain
secara bergantian menyampaikan tiga poin masukan terhadap kelompok
penampil.

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

(aktivitas ini dapat diterapkan selama beberapa pertemuan kelas)

Setelah semua anggota kelompok telah selesai menampilkan drama singkatnya,

• Guru melanjutkan dengan mengajak siswa menonton video singkat tentang
cara mengelola emosi menggunakan latihan kesadaran penuh

• Murid mengidentifikasi mengapa latihan kesadaran penuh dapat membantu
pengelolaan emosi diri

• Dalam jurnal refleksi, berikan kesempatan pada murid untuk menuliskan cara
alternatif menggunakan salah satu teknik latihan kesadaran penuh saat
berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan

Kegiatan penutup (penutupan optimis)

- Berikan apresiasi atas usaha murid selama kegiatan dan aktivitas yang dilakukan
dengan cara mengajak murid untuk membentuk sebuah lingkaran. Masing-masing
menyampaikan satu umpan balik dan hal menarik yang dipelajari (dalam satu kata
yang mewakili - satu kata untuk umpan balik, dan satu kata untuk hal menarik) dan
apa yang akan mereka lakukan untuk mempraktikkan pelajaran saat mereka
kembali ke rumah masing-masing

Refleksi Guru: (Selesai mengajar, ambilah waktu sejenak untuk melakukan refleksi
diri dan hasil pembelajaran)

• Apa saja emosi dan perasaan Anda saat ini?
• Bagaimana keadaan secara fisik? apa yang dapat dirasakan?
• Apa pendapat Anda mengenai kegiatan pembelajaran yang dilangsungkan:

apakah topik sesuai dengan kebutuhan murid? apakah kegiatan dan metode
yang dipakai dapat menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi
manfaat bagi murid? Berikan bukti/contoh yang Anda temukan
• Apakah yang perlu menjadi perhatian untuk pertemuan dan topik
pembelajaran berikutnya?
• Berikan apresiasi untuk diri anda sebagai Guru yang telah melaksanakan
pembelajaran hari ini dan hadir bagi murid.

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

Sub Pembelajaran 2.2: Paradigma Berpikir dan Prinsip
Coaching

Durasi: 1 JP
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. CGP dapat menjelaskan paradigma berpikir coaching dalam komunikasi yang
memberdayakan untuk pengembangan kompetensi.

2. CGP dapat menjelaskan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang
memberdayakan untuk pengembangan kompetensi.

3. CGP dapat mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching
dengan supervisi akademik.

4. CGP dapat membedakan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi
dalam rangka memberdayakan rekan sejawat.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Mari kita bersama-sama mempelajari paradigma berpikir dan prinsip coaching.

Pada sub pembelajaran sebelumnya, kita sudah belajar salah satu tujuan dari supervisi
akademik adalah untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan
pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk dapat melakukan itu, diperlukan
paradigma berpikir bertumbuh dan keberpihakan pada murid. Apa pun pendekatan yang
digunakan untuk pengembangan kompetensi, kesemuanya diawali dengan paradigma
berpikir yang memberdayakan. Disebutkan di atas bahwa salah satu pendekatan yang
memberdayakan adalah coaching. Mengapa coaching menjadi pendekatan yang
memberdayakan, karena diawali dengan paradigma berpikir coaching.

Salah satu tujuan pengembangan kompetensi diri adalah agar guru menjadi
otonom, yaitu dapat mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara
mandiri (self-directed, self-manage, self-monitor, self-modify). Untuk dapat membantu
guru menjadi otonom, diperlukan paradigma berpikir dan prinsip coaching bagi orang
yang mengembangkan.

2.2.1 Paradigma Berpikir Coaching

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, untuk dapat membantu rekan sejawat kita
untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki
paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:

1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Masing-masing dari paradigma berpikir coaching akan dijelaskan pada bagian berikut ini.

1. Fokus pada Coachee
Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada coachee atau rekan sejawat

yang akan kita kembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat
kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada
"situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang
dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan
mereka. Berikut adalah percakapan yang menggambarkan bagaimana kita berfokus pada
rekan sejawat kita bukan pada "situasi" yang disampaikan dalam percakapan.

Coachee : Pak, bantu saya donk …. Saya kewalahan nih menghadapi salah satu
murid saya di kelas. Setiap saya sedang mengajarkan sebuah
konsep, ada saja yang dia lakukan untuk mengalihkan perhatian
saya dan teman-temannya.

Coach : Baik Bu. Apa yang dia lakukan untuk mengalihkan perhatian Ibu
Coachee dan teman-temannya? Bisa diceritakan?

: (bercerita tentang apa yang dilakukan oleh murid yang dimaksud)

Coach : Jadi itu yang dia lakukan. Lantas, situasi ideal apa yang Ibu
inginkan?

Coachee : Saya ingin murid saya ini bisa fokus menyimak penjelasan saya
pada saat saya mengajar.

Coach : Jadi Ibu ingin murid Ibu ini bisa fokus menyimak penjelasan Ibu
pada saat Ibu mengajar. Supaya murid Ibu ini bisa fokus menyimak
penjelasan Ibu pada saat Ibu mengajar, apa saja yang perlu Ibu
lakukan?

Coachee : (bercerita hal-hal yang perlu dilakukan)

Perhatikan percakapan di atas, saat seorang guru (coachee) menyampaikan
situasi mengenai salah satu muridnya yang mengalihkan perhatian guru tersebut.
Kemudian rekan sejawatnya (coach) memfokuskan coachee kepada apa yang perlu
dilakukan. Percakapan ini berlanjut kepada hal-hal apa saja yang guru tersebut perlu
lakukan berbeda, apa yang perlu diketahui atau kuasai untuk dapat mencapai tujuan
yaitu, sang murid dapat fokus menyimak penjelasannya pada saat dia mengajar.
2. Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu

Paradigma berpikir yang kedua adalah bersifat terbuka dan ingin tahu. Kita perlu
berpikiran terbuka terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan.
Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah:

1. berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis
pemikiran orang lain;

2. mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi
emosional;

3. tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang
membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.
Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa

pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. Jika ada penghakiman atau asumsi yang
muncul di pikiran kita atas jawaban rekan kita, maka kita mengubah pikiran tersebut
dalam bentuk pertanyaan untuk mengonfirmasi penghakiman atau asumsi itu secara
hati-hati. Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah “Pada saat saya mendengarkan apa-
apa yang Ibu ceritakan, saya menangkap adanya keinginan Ibu untuk terus berusaha
sebisa Ibu. Apakah betul seperti itu Bu?”

Memelihara rasa ingin tahu membantu rekan kita dan diri kita untuk memahami
situasi rekan kita. Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah “Tadi Ibu mengatakan ya
sudah saya menurut saja apa yang dikatakan oleh kepala sekolah, dari mana datangnya
pikiran itu?”

Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi
Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.

3. Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat
Paradigma berpikir coaching yang ketiga adalah memiliki kesadaran diri yang

kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan
yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap
adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri
sendiri maupun dari rekan kita. Kompetensi yang merupakan perwujudan dari
paradigma berpikir ini akan kita pelajari lebih lanjut di bagian Kompetensi Coaching.

4. Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan
Paradigma berpikir coaching yang keempat adalah mampu melihat peluang baru

dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga
bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk
fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah
masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada
masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat
dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.

Agar rekan sejawat kita bisa melihat peluang baru dan fokus pada masa depan,
kita dapat mengajukan pertanyaan berikut kepada mereka:

a. Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan situasi Bapak/Ibu saat ini, lantas situasi ideal apa
yang Bapak/Ibu inginkan di masa depan?

b. Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan tantangan/masalah yang Bapak/Ibu hadapi saat
ini, lantas idealnya situasinya seperti apa?

c. Apa saja yang bisa dijadikan pilihan untuk dapat mewujudkan situasi ideal
tersebut?

d. Ada peluang apa saja yang dimiliki?
e. Apa yang perlu dilakukan untuk dapat memiliki peluang-peluang baru?
Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching
dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.

2.2.2 Prinsip Coaching

“ICF defines coaching as partnering with clients in a thought-provoking and creative
process that inspires them to maximize their personal and professional potential.”
www.coachingfederation.org

International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan
dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi
klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee.

Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching,
yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Dalam berinteraksi
dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching
tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi.
Berikut adalah penjelasan ketiga prinsip tersebut.

1. Kemitraan

Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching, posisi coach
terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun
lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan
rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri.
Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan
coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee.

Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan
orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara
keduanya. Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri kita,
pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior, dan atau
lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa rendah hati pada saat
rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang lebih muda, lebih junior,
dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari kita.

Kemitraan dalam mengembangkan rekan sejawat, juga ditunjukkan dengan cara
mengedepankan tujuan rekan yang akan kita kembangkan. Tujuan pengembangan

ditetapkan oleh rekan yang yang akan dikembangkan, bukan oleh kita, yang akan
membantu pengembangan tersebut. Mengapa? Dengan demikian, harapannya rekan
yang kita kembangkan akan lebih merasa termotivasi dan berkomitmen dalam
prosesnya.

Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk
membangun kemitraan ini adalah sebagai berikut:

a. Apa yang ingin Bapak/Ibu kembangkan dalam enam bulan ke depan?
b. Apa yang ingin Bapak/Ibu capai di akhir semester/tahun pelajaran ini?
c. Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang

menurut Bapak/Ibu paling perlu Bapak/Ibu tingkatkan/kembangkan?

Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching
dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.

2. Proses Kreatif

Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi
ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang
kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang:

1. dua arah
2. memicu proses berpikir coachee
3. memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru

Pada saat kita menggunakan prinsip coaching dalam mengembangkan
kompetensi diri rekan sejawat, maka percakapan yang berlangsung adalah dua arah.
Yang kita lakukan adalah mendengarkan rekan kita dan kemudian melontarkan
pertanyaan untuk membantu rekan kita untuk lebih memahami situasi dirinya, situasi
ideal yang dia inginkan, serta langkah-langkah untuk membawa dia dari situasi dia saat
ini ke situasi ideal yang dia inginkan.

Prinsip ini dapat membantu seseorang untuk menjadi otonom karena dalam
prosesnya orang yang dikembangkan perlu untuk berpikir ke dalam dirinya untuk
mendapat kesadaran diri akan situasinya dan kemudian menemukan langkah-langkah
apa yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Berikut adalah
percakapan yang menggambarkan proses kreatif antara seorang guru yang membantu
rekan sejawatnya dalam mengembangkan kompetensi dirinya.

Coach : Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian
mana yang menurut Ibu paling perlu Ibu tingkatkan atau
kembangkan?

Coachee : Saya ingin mengembangkan bagaimana saya bisa memenuhi
kebutuhan belajar murid-murid saya yang berbeda-beda, Pak.

Coach : O … jadi Ibu ingin mengembangkan bagaimana Ibu bisa memenuhi
kebutuhan belajar murid-murid Ibu yang berbeda-beda. Apa
indikator dari Ibu sudah bisa memenuhi kebutuhan belajar murid-
murid Ibu yang berbeda-beda tersebut?

Coachee : Indikatornya, semua murid saya bisa memahami konsep yang saya
ajarkan dengan lebih mudah. Mereka bisa menikmati proses belajar
mereka karena sesuai dengan gaya dan kecepatan belajar mereka
masing-masing.

Coach : Baik, jadi indikatornya adalah semua murid Ibu bisa memahami
konsep yang Ibu ajarkan dengan lebih mudah dan mereka bisa
Coachee menikmati proses belajar karena sesuai dengan gaya dan
Coach kecepatan belajar mereka masing-masing ya …. Sehubungan
dengan tujuan tersebut, skala 1-10, jika 10 Ibu sudah dapat
memenuhi kebutuhan belajar murid-murid seperti yang Ibu
sampaikan tadi, dan 0 belum memenuhi, Ibu ada di angka berapa
saat ini?

: Sepertinya saya masih di angka 6 deh Pak.

: Di angka 6 ya. Seperti apa itu angka 6 nya Bu? Bisa dijelaskan?

Coachee : Di angka 6 karena saat ini proses belajar saya baru mengakomodir
tiga tingkatan pemahaman, mudah, sedang, dan sulit. Saya belum
mempertimbangkan gaya belajar dan kecepatan belajar murid
sama sekali.

Coach : Baik … Ibu ingin meningkatkannya menjadi angka berapa dalam
beberapa minggu ke depan?

Coachee : Ditingkatkan ke angka 8 deh Pak.
Coach
Coachee : 8 nya seperti apa itu Bu?

: Saya akan mencoba menyiapkan proses belajar yang
mengakomodir gaya belajar murid-murid saya Pak.

Coach : Untuk bisa menyiapkan proses belajar yang mengakomodir gaya
belajar murid-murid Ibu, apa saja yang sudah Ibu lakukan?

Coachee : (bercerita hal-hal yang sudah dilakukan)
Coach
: Jadi Ibu sudah melakukan itu semua ya …. Apa lagi yang perlu
ditambahkan dilakukan berbeda, supaya murid Ibu ini bisa fokus
menyimak penjelasan Ibu pada saat Ibu mengajar?

Coachee : (berpikir dan mengatakan hal-hal yang perlu ditambahkan dan
dilakukan berbeda)

Coach : Apa lagi?

Perhatikan contoh percakapan di atas. Guru yang menjadi coach hanya
melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan sejawatnya memetakan situasi dia saat
ini dan situasi yang dia inginkan di masa depan. Dua pertanyaan terakhir adalah contoh
pertanyaan untuk menghasilkan ide-ide baru. Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita
pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.

3. Memaksimalkan Potensi

Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi. Untuk
memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri
dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan,
yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu
juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang
dikembangkan.

Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk
bergerak maju adalah sebagai berikut:

a. Jadi apa yang akan Bapak/Ibu lakukan setelah sesi ini dari alternatif-
alternatif tadi?

b. Kapan Bapak/Ibu akan melakukannya?
c. Bagaimana Bapak/Ibu memastikan ini bisa berjalan?
d. Siapa yang perlu dimintai dukungan?

Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk
meminta mereka menyimpulkan adalah sebagai berikut:

a. Apa yang bisa Bapak/Ibu simpulkan dari percakapan kita barusan?
b. Apa yang menjadi pandangan baru dari percakapan kita barusan?

Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi
Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.

Tugas 2.2.A
Kegiatan Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Dalam kehidupan sehari-hari, kemungkinan besar Bapak/Ibu sudah memiliki
paradigma berpikir coaching dan memegang prinsip coaching dalam
berkomunikasi dengan siapa saja. Mari kita lakukan refleksi diri sehubungan
dengan paradigma berpikir coaching dan prinsip dengan menjawab pertanyaan
berikut ini:

● Di antara paradigma berpikir dan prinsip coaching di bawah ini, manakah
yang sudah Anda miliki?

● Skala 1-10, jika 10 sudah dimiliki dan diterapkan setiap hari, 1 belum
dimiliki, ada di angka berapakah Anda?

● Di akhir Program Guru Penggerak, Anda ingin meningkatkannya ke angka
berapa?

No. Paradigma Berpikir dan Prinsip Nilai saat ini Ingin ditingkatkan
Coaching 1-10 ke
1-10

Paradigma Berpikir Coaching

1. Fokus pada coachee/rekan yang
akan dikembangkan

2. Bersikap terbuka dan ingin tahu

3. Memiliki kesadaran diri yang
kuat

4. Mampu melihat peluang baru dan
masa depan
Prinsip Coaching

1. Kemitraan

2. Proses kreatif

3. Memaksimalkan potensi

2.2.3 Prinsip dan Paradigma Berpikir Coaching dalam Supervisi
Akademik

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Kita sudah mempelajari paradigma berpikir coaching agar kita bisa
memberdayakan rekan sejawat kita. Kita juga sudah mempelajari tiga prinsip coaching
yang perlu kita pegang pada saat kita melakukan percakapan dengan rekan sejawat
dalam rangka membantu mereka untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan
menjadi otonom. Seperti kita ketahui bersama, di sekolah kita melakukan supervisi
akademik untuk mengembangkan kompetensi mengajar guru yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Prinsip dan paradigma berpikir coaching
ini sangat bisa digunakan dalam proses supervisi ini, agar semangat yang lebih mewarnai
proses supervisi adalah semangat yang memberdayakan, bukan mengevaluasi.

Kita ketahui bersama bahwa supervisi akademik memiliki tujuan untuk
mengevaluasi kompetensi mengajar guru dan proses belajar di kelas. Pertanyaannya,
apakah kita bisa mengevaluasi dan juga sekaligus memberdayakan? Costa dan Garmston
(2016) menyampaikan bahwa kita bisa memberdayakan guru melalui coaching,
kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung kepada tujuan dan
hasil yang diharapkan. Namun, posisi awal yang kita ambil adalah posisi sebagai seorang
coach, sebelum kita mengetahui tujuan dan hasil yang diharapkan oleh guru yang akan
kita berdayakan. Oleh sebab itu, prinsip dan paradigma berpikir coaching ini perlu selalu
ada sebelum kita memberdayakan seseorang.

Bagaimana coaching digunakan dalam supervisi akademik akan kita pelajari
secara lengkap di sub pembelajaran berikut. Tabel berikut memberikan gambaran
perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, dalam rangka
memberdayakan guru.

Tabel 3. Perbedaan Fungsi Pendukung dalam Pemberdayaan Manusia

Fungsi Maksud (intensi) Tujuan Sumber Kriteria
Pendukung untuk Penilaian

Coaching Meningkatkan dan Guru
Kolaborasi membiasakan belajar
Konsultasi Mengubah efektivitas mandiri: mengelola diri
pengambilan keputusan, sendiri, memantau diri
paradigma berpikir (mental sendiri, memodifikasi diri
model), dan persepsi serta sendiri.
membiasakan refleksi.

Membentuk ide, Memecahkan masalah Guru dan rekan
pendekatan, solusi, dan pembelajaran; sejawat
fokus untuk penyelidikan menerapkan dan menguji
(inkuiri). ide-ide bersama; belajar
bersama.

Konsultan

Menginformasikan tentang Meningkatkan
kebutuhan siswa, pedagogi, pengetahuan dan
kurikulum, kebijakan, keterampilan pedagogis
prosedur, dan memberikan dan konten; menerapkan

bantuan teknis. Menerapkan praktik dan kebijakan
standar pengajaran. dalam lingkup sekolah.

Evaluasi Memenuhi standar dan Menilai kinerja sesuai Evaluator
kriteria yang digunakan dengan standar yang mengacu pada
oleh sekolah. digunakan. standar yang
digunakan

Dari Tabel tersebut kita telah mengetahui perbedaan fungsi pendukung dalam
usaha kita memberdayakan setiap potensi yang ada dalam komunitas sekolah. Pada sub
pembelajaran selanjutnya, kita akan membahas kompetensi inti Coaching dan alur
percakapan Coaching TIRTA

POOCH

Hari/Tanggal : Kelas : SMP/SMA

Topik : Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Fokus dan Tujuan Pembelajaran :
Murid mengenal konsep pengambilan keputusan yang bertanggung jawab melalui
strategi POOCH
Menggunakan teknik kesadaran penuh

KEGIATAN AWAL (SAMBUTAN HANGAT)

Guru telah mempersiapkan suasana kelas yang nyaman dan menenangkan dengan

dekorasi kelas yang mendukung, atau memainkan lagu instrumental
• Menyambut setiap murid yang datang dengan sapaan hangat, dan

memberikan murid kesempatan untuk berbincang-bincang dengan teman
• Mengembalikan fokus murid dengan hening sejenak - berlatih napas
• Praktik kesadaran penuh: observasi/mindful seeing - murid mengobservasi isi

kelas (dapat dilakukan dari tempat duduk ataupun berkeliling) tanpa

berdiskusi dengan murid
• Setelah itu, murid membagikan secara lisan hal-hal baru apa yang dia

temukan (yang sebelumnya tidak disadari adalah bagian dari kelas) sebagai

bentuk refleksi kegiatan

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

KEGIATAN INTI
Forum diskusi:

• Apakah kamu pernah menyesali sebuah keputusan? mengapa?
• Apa yang kamu lakukan?
• Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab?

Penjelasan Konsep
• Guru menceritakan kasus (dapat mengambil contoh dari pengalaman pribadi
ataupun pengembangan kasus yang sesuai konteks murid secara umum):
terlambat mengumpulkan tugas, memilih untuk berkata jujur/bohong, memilih
kegiatan ekstrakurikuler, dan lain sebagainya.
• Memperkenalkan konsep/strategi POOCH (Problem/Masalah, Options/Alternatif
Pilihan, Outcomes/Konsekuensi, Choices/Keputusan yang diambil) dengan
demonstrasi langsung menggunakan kasus yang diceritakan sebelumnya

Strategi POOCH
• Murid mengelaborasi pengalaman mengambil keputusan yang disesali untuk
dianalisis
• Murid menganalisis pengalamannya tersebut menggunakan strategi POOCH
• berikan waktu yang cukup untuk murid menulis (Guru dapat memainkan lagu
instrumental yang menenangkan sembari murid mengerjakan)
• Murid mempresentasikan hasil pengerjaannya

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

KEGIATAN PENUTUP (REFLEKSI) - Penutupan Optimis
• Menurutmu, bagaimana sebuah keputusan dapat dikatakan bertanggung
jawab?
• Apakah strategi POOCH dapat diterapkan dalam proses pengambilan
keputusan?
• Apa saja tantangan dan hambatan dalam pengambilan keputusan?
• Emosi dan perasaan apa yang muncul saat kamu menjelaskan kembali
pengalaman mengambil keputusan yang kemudian disesali?
• Adakah perbedaan dalam emosi dan perasaanmu ketika selesai
mengelaborasi?
• Apa pendapatmu mengenai presentasi teman? jelaskan menggunakan tiga
poin: Apresiasi (hal menarik), Peningkatan (apa yang dapat ditingkatkan),
Experience (hal baru yang dipelajari)
• Bagaimana kamu dapat menerapkan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari?

Guru memberikan apresiasi atas hasil kerja murid dan penguatan untuk
mengaplikasikan.

Catatan: pembelajaran ini dapat diberikan dalam beberapa kali pertemuan. praktik
kesadaran penuh disesuaikan dengan kebutuhan murid.

REFLEKSI GURU: Jurnal pembelajaran
• Sediakan waktu khusus untuk refleksi diri: buatlah suasana ruangan yang
nyaman
• Latih teknik bernapas/STOP/praktik kesadaran penuh yang diinginkan
• Buatlah jurnal pembelajaran dengan panduan sebagai berikut:
• Emosi dan perasaan apa saja yang dapat diidentifikasi saat ini
• Sensasi apa yang dapat dirasakan pada tubuh
• Hal-hal menarik dan kesulitan-kesulitan apa yang ditemukan melalui
pembelajaran hari ini
• Bagaimana respon dan antusiasme murid selama kegiatan?
• Apa yang dapat Anda tingkatkan?

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

Contoh Strategi POOCH

Problems/ Masalah:

Apa masalahnya? Apa penyebabnya?

• Realita: Saya mendapat nilai 50 di pelajaran IPA
• Harapan: Saya ingin mendapatkan nilai di atas 80 untuk

pelajaran IPA
• Analisis penyebab: kesulitan memahami penjelasan

Guru, dan kurangnya waktu belajar

Options/ Alternatif Pilihan:

Apa saja yang dapat dilakukan?

• Saya dapat menghubungi Guru yang bersangkutan
• Saya dapat meminta bantuan teman dan orang tua
• Saya dapat mencari informasi dan penjelasan dari

internet

Outcomes/ Hasil atau Konsekuensi:

Apa saja kemungkinan yang dapat terjadi?
• Pilihan 1

Negatif:
Positif:
• Pilihan 2
Negatif
Positif

Choices/ Pilihan Keputusan:

Apa keputusan yang dapat diambil?
• Setelah mempertimbangkan konsekuensi yang ada maka saya

akan…, untuk…, karena/agar…,

PPGP MODUL 2.2 "PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL" ANGKATAN 5, 2021.

Sub Pembelajaran 2.4: Supervisi Akademik

dengan Paradigma Berpikir Coaching

Durasi: 1 JP
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. CGP dapat memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip
coaching.

2. CGP dapat mempraktikkan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan
paradigma berpikir coaching.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Kita telah mengeksplorasi peran seorang coach dan bagaimana kita membangun
percakapan yang memberdayakan potensi rekan sejawat kita. Dengan memiliki
paradigma berpikir coaching, kita bersama akan meningkatkan peran kita di sekolah
sebagai seorang supervisor. Supervisor yang dimaksud dapat diperankan oleh kepala
sekolah, guru senior dan rekan sejawat.

Bukan hal yang mudah pastinya, karena apa yang selama ini kita alami ketika
sedang disupervisi merupakan pengalaman yang berbeda. Hal yang serupa ini juga
dialami oleh Pak Lukman dalam usahanya mengembangkan kompetensi dirinya sebagai
seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi akademik terhadap rekan-rekan
gurunya.

Mari kita simak video berikut ini dimana Pak Lukman sedang menjalani
percakapan coaching terkait situasi yang dihadapi:

Tugas 2.4.A
Refleksikan
Bagaimana Anda selama ini melihat dan merasakan peran supervisi
akademik dalam proses pengembangan diri Anda?

Secara definisi, supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang
bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan
pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai
kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak
pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni
pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa
mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Hal peningkatan performa pembelajaran tersebut juga tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 201 Tentang Standar
Nasional Pendidikan, bagian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan berikut:
Pasal 14 ayat (1)
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, penilaian proses
pembelajaran selain dilaksanakan oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
yang dapat dilaksanakan oleh:

a. sesama pendidik;
b. kepala Satuan Pendidikan; dan/atau
c. Peserta Didik.
Penilaian proses pembelajaran oleh sesama pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a merupakan asesmen oleh sesama pendidik atas perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik yang bersangkutan. Sedangkan penilaian
proses pembelajaran oleh kepala Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan asesmen oleh kepala Satuan Pendidikan pada Satuan Pendidikan
tempat pendidik yang bersangkutan atas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik yang bersangkutan.

Memang dalam pelaksanaannya, tidak bisa kita pungkiri bahwa seringkali
supervisi akademik dilihat sebagai sebuah proses yang bersifat satu arah. Apalagi jika
supervisi akademik ini hanya terjadi satu tahun sekali menjelang akhir tahun pelajaran.
Supervisi menjadi sebuah tagihan atau kewajiban para pemimpin sekolah dalam
tanggung jawabnya mengevaluasi para tenaga pendidik. Saatnya sekarang kita
mengembalikan semangat supervisi akademik mula-mula dengan melihat dan berpikir
dengan menggunakan kacamata dan topi seorang coach: supervisi akademik sebagai
proses berkelanjutan yang memberdayakan.

Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi
akademik, namun hal ini tidak berarti supervisi akademik hanya berfokus pada
peningkatan keterampilan dan pengetahuan semata. Kualitas guru yang diharapkan
untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri.
Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru.

2.4.1. Supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching

Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita
menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma
pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.

Setiap kepala sekolah dan pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus pada
peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada
murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik
pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi
akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007):

1. Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar
bagi pengembangan performa sebagai seorang guru,

2. Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan
merencanakan area pengembangan diri,

3. Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.

Tujuan supervisi akademik ini terpadu dan integral, tidak mengesampingkan tujuan yang
satu dari yang lainnya.

Dalam setiap interaksi keseharian di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran
dan sekolah perlu menghidupi paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap
warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya. Melalui
supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan
yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan
menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah
satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui
percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir
coaching meliputi:

1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
3. Terencana
4. Reflektif
5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
6. Berkesinambungan
7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik

Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan
tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan
supervisi, dan tindak lanjut. Pada tahap perencanaan, supervisor merumuskan tujuan,
melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih pendekatan, teknik, dan model,
menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam instrumen.

Tahap pelaksanaan diisi dengan kegiatan berdasarkan teknik dan model yang
dipersiapkan. Kegiatan bervariasi dari kegiatan individu dan/atau berkelompok. Salah
satu bagian dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi
pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Istilah
supervisi klinis ini diperkenalkan oleh Morris Cogan dari Harvard University. Dalam buku
Supervision for a Better School, Lovell (1980) mendefinisikan supervisi klinis sebagai
rangkaian kegiatan berpikir dan kegiatan praktik yang dirancang oleh guru dan
supervisor dalam rangka meningkatkan performa pembelajaran guru di kelas dengan
mengambil data dari peristiwa yang terjadi, menganalisis data yang didapat, merancang
strategi untuk meningkatkan hasil belajar murid dengan terlebih dulu meningkatkan
performa guru di kelas.

Sebuah kegiatan supervisi klinis bercirikan:
1. Interaksi yang bersifat kemitraan
2. Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek
pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama
antara guru dan supervisor
3. Siklus supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi
4. Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan
5. Objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik
6. Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui
percakapan guru dan supervisor
7. Menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri
8. Merupakan kegiatan yang berkelanjutan

Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni
Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi.

Pra-observasi Pertemuan pra-observasi ini merupakan percakapan yang
membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai
Observasi mitra dalam pengembangan kompetensi diri
Pasca-observasi
Aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor

Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data
observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana
pengembangan kompetensi. Proses percakapan bersifat
reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan.

2.4.1.1 Percakapan Pra-observasi

Ada alasan penting mengapa percakapan dengan guru sebelum kegiatan observasi
kelas dibutuhkan. Pertama, percakapan awal ini membangun kepercayaan dari guru
kepada pimpinan sekolah sebagai supervisor yang profesional karena merencanakan
kegiatan ini dengan baik. Kedua, percakapan awal memberikan perasaan tenang
mengenai tujuan dari rangkaian supervisi klinis. Supervisor menempatkan diri sebagai
mitra atau rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri. Ketiga, kesepakatan
yang dihasilkan pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan yang akan
diobservasi memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru merasakan
keterlibatan aktif dalam proses. Guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan
rancangan pembelajaran dan apa yang menjadi target pengembangan untuk diobservasi.

Percakapan pra-observasi ini biasanya berlangsung singkat sekitar 15 sampai 20
menit. Dengan menggunakan percakapan coaching untuk perencanaan, supervisor dapat
mencatat apa yang menjadi sasaran pengembangan guru dan menginformasikan kepada
guru prosedur supervisi klinis ini.

1. Supervisor menyampaikan tujuan besar supervisi dan tujuan dari percakapan
awal.

2. Guru menyampaikan rancangan pelaksanaan pembelajaran dan
menginformasikan aspek perkembangan yang hendak diobservasi

3. Supervisor dan guru menyepakati sasaran observasi, waktu kunjungan kelas
dan waktu percakapan pasca-observasi

4. Supervisor menginformasikan bahwa ia akan mencatat kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru di kelas

Percakapan pra-observasi baiknya berlangsung dengan suasana santai dan kekeluargaan
dan dengan semangat positif.

Gambar 1. Contoh instrumen pra-observasi

2.4.1.2. Observasi

Observasi adalah aktivitas pengamatan oleh supervisor pada saat guru
melaksanakan pembelajaran di kelas. Tujuan utama tahap ini adalah mengambil data
atau informasi secara obyektif mengenai aspek pengembangan yang sudah disepakati.
Motif pelaksanaan observasi kelas ini harus berawal dari kebutuhan pembelajaran murid
dan kebutuhan pengembangan potensi guru serta pemahaman bahwa observasi ini
dilakukan supervisor bersama-sama dengan guru.

Pengamatan oleh supervisor menggunakan instrumen yang telah ditentukan
sebelumnya dan fokus pada sasaran yang sudah disepakati. Namun dapat saja pada saat
observasi ada hal-hal menarik di luar hal yang sudah disepakati yang ditemukan oleh
supervisor yang dapat bermanfaat bagi guru dalam pengembangan kompetensi dirinya
sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid.

Gambar 2: Contoh instrumen observasi kelas

2.4.1.3. Percakapan Pasca-observasi

Dalam proses percakapan pasca-observasi ini, supervisor dan guru secara
bersama memahami tujuan percakapan dan saling percaya akan tahapan kegiatan yang
berlangsung. Percakapan pasca-observasi idealnya berisikan aktivitas berikut:

1. Tujuan percakapan: analisis hasil data observasi
2. Percakapan umpan balik
3. Percakapan perencanaan area pengembangan
4. Rencana aksi pengembangan diri

Dalam percakapan pasca-observasi, supervisor dapat menggunakan model
percakapan untuk refleksi dan percakapan untuk kalibrasi dengan menggunakan data
yang telah diambil pada saat kunjungan kelas sesuai dengan kesepakatan akan aspek-
aspek yang hendak diperhatikan. Supervisor memberikan ruang bagi guru berefleksi
pada saat analisis hasil data observasi dan melalui percakapan coaching, guru dapat
menemukan sendiri area pengembangan selanjutnya. Saat guru, dengan dituntun oleh
pertanyaan berbobot dan proses pemberian umpan balik berbasis coaching, menemukan
area pengembangan dan perbaikan diri yang hendak dilakukan, guru akan merasakan
kepemilikan akan proses supervisi yang memberdayakan dirinya dan berkelanjutan.

Gambar 3. Contoh instrumen pasca-observasi

2.4.2. Tindak lanjut Supervisi
Kegiatan supervisi akademik tidaklah berhenti saat rangkaian supervisi klinis

selesai. Dengan prinsip berkesinambungan dan memberdayakan, seorang supervisor
meneruskan hasil dari tahapan pelaksanaan supervisi akademis dan klinis sebagai
pijakan lanjutan bagi proses tindak lanjut yang meliputi refleksi, perencanaan
pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran. Kegiatan tindak lanjut
dapat berupa kegiatan langsung atau tidak langsung seperti percakapan coaching,
kegiatan kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya
dimana para guru belajar dan memiliki ruang pengembangan diri lewat berbagai
kegiatan. Semua kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan
pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensi.

Gambar 4. Roda Supervisi Akademik

Seorang supervisor dengan paradigma berpikir seorang Coac
rekan sejawatnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang berpiha
guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menem
individu. Supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seora
dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan

Gambar 5. Contoh Lemba

ch akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri para guru dan
ak pada murid. Percakapan-percakapan antara supervisor dan para
mukan potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap
ang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid
n.

ar Rencana Pengembangan Diri

2.4.3. Kepala Sekolah sebagai seorang Coach

Dalam menjalankan peran sebagai kepala sekolah dan supervisor dilema yang
dialami Pak Lukman sering kali terjadi. Dapatkah seorang pemimpin dapat menjadi
seorang evaluator atau penilai dan coach dalam menjalankan perannya? Jawabannya, Ya.

Carl Glickman (1985) dari Universitas Georgia menemukan jawaban dari dilema
ini. Glickman mengatakan bahwa hal ini mungkin terjadi jika:

1. Adanya rasa percaya dalam hubungan supervisor dan guru serta dalam
proses supervisi akademik ini

2. Guru menyadari dan memahami peran yang sedang ditunjukkan oleh kepala
sekolah

3. Peran kepala sekolah tulus dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
Ketika menjadi sedang dalam kebutuhan untuk evaluasi, hanya perilaku sebagai
evaluator yang ditunjukkan. Ketika sedang melakukan percakapan coaching, maka
perilaku seorang coach-lah yang ditampilkan. Begitupula dengan peran lainnya yang
mungkin dibutuhkan seperti konsultan atau trainer. Terlepas dari proses supervisi
akademik, kepala sekolah perlu menginformasikan pada coachee mengenai peran yang
sedang dilakukan.
Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching memberikan sebuah
dimensi pertumbuhan dan pengembangan diri yang seringkali hilang dari sebuah
rangkaian supervisi (Dolcemascolo, Miori- Merola, dan Ellison 2014 dalam Costa, A.
2016). Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam
(metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya
sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang
berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi
tercapainya pembelajaran yang berpihak pada murid.

B.2. Kompetensi Sosial dan Emosional
(KSE)

Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)

Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL)

Definisi Contoh

Kesadaran Diri:  Dapat menggabungkan identitas

kemampuan untuk memahami pribadi dan identitas sosial
perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri  Mengidentifikasi kekuatan/aset
sendiri, dan bagaimana
pengaruhnya pada perilaku diri diri dan budaya
dalam berbagai situasi dan konteks  Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
kehidupan.  Menunjukkan integritas dan kejujuran
 Dapat menghubungkan perasaan, pikiran,

dan nilai-nilai

 Menguji dan

mempertimbangkan prasangka dan bias

 Memupuk efikasi diri

 Memiliki pola pikir bertumbuh

 Mengembangkan minat dan menetapkan arah

tujuan hidup

Manajemen Diri: kemampuan  Mengelola emosi diri
untuk mengelola emosi, pikiran,  Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-
dan perilaku diri secara efektif
dalam berbagai situasi dan untuk strategi pengelolaan stres
mencapai tujuan dan aspirasi  Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
 Merancang tujuan pribadi dan bersama
 Menggunakan keterampilan

merancang dan mengorganisir
 Memperlihatkan keberanian untuk mengambil

inisiatif

 Mendemonstrasikan kendali diri dan
dalam kelompok

Kesadaran Sosial: kemampuan  Mempertimbangkan pandangan/pemikiran
untuk memahami sudut pandang orang lain
dan dapat berempati dengan orang
lain termasuk mereka yang berasal  Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain
dari latar belakang, budaya, dan  Mendemonstrasikan empati dan rasa welas
konteks yang berbeda-beda
kasih
 Menunjukkan kepedulian atas perasaan orang

lain
 Memahami dan mengekspresikan rasa syukur
 Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk

dengan norma-norma yang menunjukkan
ketidakadilan

Keterampilan  Berkomunikasi dengan efektif
Berelasi: kemampuan untuk  Mengembangkan relasi/hubungan positif
membangun dan mempertahankan  Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
hubungan-hubungan yang sehat  Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan
dan suportif
masalah secara kolaboratif
 Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
 Menunjukkan sikap

kepemimpinan dalam kelompok
 Mencari dan menawarkan bantuan apabila

membutuhkan
 Turut membela hak-hak orang lain

Pengambilan Keputusan yang  Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan
Bertanggung Jawab: kemampuan pikiran
untuk mengambil pilihan-pilihan
membangun yang berdasar atas  Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah
kepedulian, kapasitas dalam pribadi dan sosial
mempertimbangkan standar-

standar etis dan rasa aman, dan  Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk
untuk mengevaluasi manfaat dan akal, setelah menganalisis informasi, data, dan
konsekuensi dari bermacam- fakta
macam tindakan dan perilaku
untuk kesejahteraan psikologis  Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-
(well-being) diri sendiri, konsekuensi dari tindakannya
masyarakat, dan kelompok
 Menyadari bahwa keterampilan berpikir
kritis sangat berguna baik di dalam maupun di
luar lingkungan sekolah

 Merefleksikan peran
seseorang dalam memperkenalkan
kesejahteraan psikologis (well-being) diri
sendiri, keluarga, dan komunitas

 Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang,
hubungan interpersonal, komunitas, dan
kelembagaan

Jika kita analisis lebih lanjut, 5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang
telah kita bahas berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil
Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika seorang murid perlu
mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan
masalah (dimensi kreatif) diperlukan juga kemampuan bernalar
kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut,
murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri.

Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan
akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi
beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan
keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu
melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar

belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan
global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial,

keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung
jawab.

C.2. Praktik Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Selain itu, ada beberapa teknik lain yang dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan hobi Anda, s

C.3. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
Ketika Bapak/Ibu hendak mengimplementasikan kompetensi kesadaran diri, manajemen Diri,
kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung Jawab,
praktik kesadaran penuh ini menjadi fondasinya. Mempraktikkan kesadaran penuh membawa fokus
kita kembali pada saat ini, yang dimana akan memberikan Anda waktu dan kesempatan untuk
mengenal emosi, perasaan, dan pikiran apa adanya, tanpa penilaian dan penghakiman, namun
dengan kepedulian. Pengenalan dan penerimaan emosi, perasaan, dan pikiran yang sedang dialami,
akan membuat Anda mampu mengidentifikasi cara pengelolaan yang tepat. Indikasi pencapaian
kompetensi kesadaran diri dan manajemen diri sudah terlihat.
Selanjutnya, emosi yang telah dikenali, diterima, dan dikelola akan menumbuhkan empati dan pikiran
yang terbuka untuk memahami orang lain dan situasi di luar diri Anda dengan sikap yang netral. Hal
ini membuka ruang yang luas bagi suatu relasi positif dapat terjalin. Dengan sendirinya, kompetensi
kesadaran sosial dan keterampilan berelasi semakin terasah.

D. Implementasi pembelajaran sosial
dan emosional di kelas dan sekolah

Bapak/Ibu CGP, seperti kita pelajari sebelumnya, Pembelajaran Sosial
dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
oleh seluruh komunitas sekolah yang
memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah
memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai 5 Kompetensi Sosial dan Emosional.

Mulai dari pengajaran secara eksplisit di kelas hingga kemitraan
dengan keluarga dan komunitas untuk terus mengupayakan proses
kolaboratif dan berkelanjutan. Indikator penerapan KSE dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini:

Tabel D. Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

KELAS Pengajaran eksplisit:

Secara khusus, muurid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan,

melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan

cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya yang

dimiliki

Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE:
Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam
konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi
akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani

Pelibatan dan Suara murid:
Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai
perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid sebagai
pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan

SEKOLAH Iklim kelas dan sekolah yang mendukung:
Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung
pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara
budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan
komunitas

Berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK):
Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara
reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya
mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan
saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat

Kebijakan yang mendukung:
Kebijakan dan praktik pendisiplinan dengan instruksi yang jelas,
restorative, sesuai dengan perkembangan anak dan diterapkan secara
adil

Dukungan terintegrasi yang berkelanjutan:
Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi dengan mulus ke
dalam rangkaian dukungan akademik dan perilaku dengan
menyediakan kesempatan untuk memastikan semua kebutuhan
murid terpenuhi
KELUARGA Pelibatan kemitraan dengan orangtua:
& KOMUNITAS Keluarga dan Pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah memiliki
kesempatan yang regular dan bermakna untuk membangun
hubungan dan berkolaborasi untuk mendukung perkembangan
sosial, emosional dan akademik, murid

Kemitraan dengan komunitas:
Pendidik dan tenaga kependidikan dan mitra masyarakat
menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi yang sama seputar

pengupayaan dan inisiatif terkait KSE, termasuk kegiatan di luar
sekolah

Terbentuk sistem dalam upaya peningkatan berkelanjutan:
Data implementasi dan artefak dikumpulkan dan digunakan untuk
memantau progress menuju tujuan dan terusmeningkatkan semua
system, praktik baik, dan kebijakan terkait PSE dengan fokus pada
kesetaraan

Tabel di atas menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran sosial
dan emosional bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah,
namun juga melibatkan keluarga dan komunitas. Hal ini sejalan dengan
prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan
Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus
berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dengan kolaborasi dan gotong royong, keluarga, sekolah, dan
komunitas bersama-sama mewujudkan pendidikan yang berkualitas
untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis murid-
murid kita.

Dalam modul 2.2 ini, kita secara khusus membahas 4 indikator
pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan
sekolah, yaitu:

1. Pengajaran eksplisit
2. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
3. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
4. Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah

Selanjutnya kita akan membahas tiap indikator dan contoh
penerapannya.

D.1. Pengajaran Eksplisit

Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid
memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan
berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang
sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit
KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara
atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial
dan emosional secara eksplisit.


Click to View FlipBook Version