The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by yoastrijoko, 2021-03-10 07:15:51

PALAGAN AMBARAWA

PALAGAN AMBARAWA

Serangan Umum 1 Maret 99

ngliman

warungbung

wonogiri ponorogo

kediri

sobo

baturetno sawo

nawangan

racimantoro tulungagung
Pringapus
tegalombo trenggalek
wonokerto

100 Peperangan dan Serangan

Letkol dr. Wiliater menurut kabar ada di Gunung Lawu.
Hutagalung
Setelah dilakukan pembahasan yang
Setelah Agresi Milter Belanda II, mendalam, rancangan besar Perintah
Desember 1949, TNI mulai menyusun Siasat yang diajukan oleh Hutagalung,
strategi guna melakukan pukulan balik tanggal 1 Januari 1949 disetujui. Khusus
terhadap tentara Belanda, dengan mengenai “serangan spektakuler”
komando dari Panglima Sudirman dari terhadap satu kota besar, Panglima
medan gerilya. Divisi III/GM III Kolonel Bambang
Sugeng bersikukuh, bahwa yang harus
Dimulai dengan memutus jaringan diserang adalah Yogyakarta.
telepon, merusak jalur kereta api,
menyerang konvoi Belanda, serta Tiga alasan penting yang dikemukakan
tindakan sabotase lainnya Belanda Bambang Sugeng untuk memilih
terpaksa memperbanyak pos-pos Yogyakarta sebagai sasaran utama
di sepanjang jalan-jalan besar yang adalah:
menghubungkan kota-kota yang telah
diduduki. 1. Yogyakarta adalah Ibu kota RI,
sehingga bila dapat direbut walau
Hal ini berarti kekuatan pasukan hanya untuk beberapa jam, akan
Belanda tersebar pada pos-pos kecil berpengaruh besar terhadap
di seluruh daerah republik yang kini perjuangan Indonesia melawan
merupakan medan gerilya. Dalam Belanda.
keadaaan pasukan Belanda yang
sudah terpencar-pencar, mulailah TNI 2. Keberadaan banyak wartawan asing
melakukan serangan terhadap Belanda. di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta
masih terdapat anggota delegasi
Pada 27 Desember 1948 Panglima UNCI (KTN) serta pengamat militer
Besar Sudirman meninggalkan Desa dari PBB.
Karangnongko dan pindah ke desa di
lereng Gunung Wilis. Panglima Besar 3. Langsung di bawah wilayah Divisi
Sudirman mengutus Kolonel Bambang III/GM III sehingga tidak perlu
Supeno supaya mencari hubungan persetujuan Panglima/GM lain dan
dengan Pemerintah pusat di Jawa, yang semua pasukan memahami dan
menguasai situasi/daerah operasi.

Sejak dikeluarkan Perintah Siasat
tertanggal 1 Januari 1949 dari Panglima
Divisi III/Gubernur Militer III, untuk
selalu mengadakan serangan terhadap
tentara Belanda, telah dilancarkan
beberapa serangan umum di wilayah
Divisi III/GM III.

Seluruh Divisi III dapat dikatakan
telah terlatih dalam menyerang
pertahanan tentara Belanda. Pimpinan
pemerintah sipil dari mulai Gubernur

Serangan Umum 1 Maret 101

Kol. Bambang Sugeng Hal penting yang lain adalah, dunia
internasional harus mengetahui adanya
Wongsonegoro serta para Residen serangan Tentara Nasional Indonesia
dan Bupati, selalu diikutsertakan dalam terhadap tentara Belanda, terutama
rapat dan pengambilan keputusan yang terhadap Yogyakarta, Ibu kota
penting dan kerjasama yang baik, untuk Republik. Dalam menyebarluaskan
memastikan dukungan logistik dari berita ini ke dunia internasional
seluruh rakyat. dibantu oleh Kol. T.B. Simatupang yang
bermarkas di Pedukuhan Banaran,
Selanjutnya dibahas, pihak-pihak mana Desa Banjarsari, untuk menghubungi
serta siapa saja yang perlu dilibatkan. pemancar radio Angkatan Udara RI
Untuk skenario tersebut, akan dicari (AURI) di Playen, dekat Wonosari, agar
beberapa pemuda berbadan tinggi setelah serangan dilancarkan berita
dan tegap, yang lancar berbahasa mengenai penyerangan besar-besaran
Belanda, Inggris atau Prancis dan akan oleh TNI atas Yogyakarta segera
dilengkapi dengan seragam perwira disiarkan.
TNI dari mulai sepatu sampai topi.
Mereka sudah harus siap di dalam Bambang Supeno kembali dan pada
kota, dan pada waktu penyerangan 11 Januari 1949 di Desa Wayang,
telah dimulai, mereka harus masuk ke terjadi pertemuan dengan Menteri
Hotel Merdeka guna menunjukkan Pembangunan Supeno dan Menteri
diri kepada anggota-anggota UNCI Kehakiman Susanto Tirtoprojo.
serta wartawan-wartawan asing yang Selama beberapa hari banyak tamu-
berada di hotel tersebut. Kolonel tamu dari berbagai kota dan daerah
Wiyono, Pejabat Kepala Bagian Pepolit datang menemui Pak Dirman. Selama
Kementerian Pertahanan yang juga perjalanan, Kapten Supardjo (ajudan
berada di Gunung Sumbing akan Panglima Besar), selalu mengirimkan
ditugaskan mencari pemuda-pemuda utusan untuk memberikan berita
yang sesuai dengan kriteria yang kepada KBN-KBN, di mana rombongan
telah ditentukan, terutama yang fasih berada.
berbahasa Belanda dan Inggris.
Pada awal Februari 1949 di perbatasan
Jawa Timur, Letkol. dr. Wiliater
Hutagalung—yang sejak September
1948 diangkat menjadi Perwira Teritorial
dan ditugaskan untuk membentuk
jaringan pesiapan gerilya di wilayah
Divisi II dan III—bertemu dengan
Panglima Besar Jenderal Sudirman
untuk melaporkan mengenai resolusi
Dewan Keamanan PBB dan penolakan
Belanda terhadap resolusi tersebut
dan melancarkan propaganda yang
menyatakan bahwa Republik Indonesia
sudah tidak ada lagi.

102 Peperangan dan Serangan

Melalui Radio Rimba Raya, LETKOL T.B. Simatupang
Panglima Besar Sudirman juga telah
mendengar berita tersebut, Panglima Letkol Wiliater Hutagalung, juga hadir
menginstruksikan untuk memikirkan Komandan Wehrkreis II, Letkol. Sarbini
langkah-langkah yang harus diambil Martodiharjo, dan pucuk pimpinan
guna merespon balik propaganda pemerintahan sipil, yaitu Gubernur
Belanda. Sipil, Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro,
Residen Banyumas R. Budiono, Residen
Hutagalung yang membentuk jaringan Kedu Salamun, Bupati Banjarnegara
di wilayah Divisi II dan III, dapat selalu R. A. Sumitro Kolopaking dan Bupati
berhubungan dengan Panglima Besar Sangidi.
Sudirman, dan menjadi penghubung
antara Panglima Besar Sudirman Dalam kapasitasnya sebagai Wakil
dengan Panglima Divisi II, Kolonel Kepala Staf Angkatan Perang, Kolonel
Gatot Subroto dan Panglima Divisi T.B. Simatupang lebih kompeten
III, Kol. Bambang Sugeng. Selain itu, menyampaikan hal ini kepada pihak
sebagai dokter spesialis paru, setiap AURI daripada perwira Angkatan Darat.
ada kesempatan, ia juga ikut merawat Diperkirakan apabila Belanda melihat
Panglima Besar Sudirman yang saat itu bahwa Yogyakarta diserang secara
menderita penyakit paru-paru. besar-besaran, dipastikan mereka akan
mendatangkan bantuan dari kota-kota
Di Desa Pringapus, 8 Februari 1949 lain di Jawa Tengah, seperti pasukan
Panglima Besar Sudirman mengirimkan Belanda yang kuat seperti Magelang,
beberapa orang ke Yogyakarta, di Semarang dan Solo. Jarak tempuh
antaranya Harsono Tjokroaminoto (waktu itu) Magelang - Yogya sekitar
untuk mendapatkan keterangan 3 - 4 jam saja; Solo - Yogya, sekitar 4 - 5
mengenai politik, Letnan Basuki dan jam, dan Semarang - Yogya, sekitar 6 - 7
dr. Suwondo (dokter pribadi Panglima jam. Magelang dan Semarang (bagian
Besar) untuk mencari obat-obatan, Barat) berada di wilayah kewenangan
Kapten Tjokropanolo untuk menghadap Divisi III GM III, namun Solo, di bawah
Sri Sultan. Orang-orang yang dikirim wewenang Panglima Divisi II/GM II
ke Yogya hampir semuanya ditangkap Kolonel Gatot Subroto. Oleh karena itu,
Belanda, yang tidak ditangkap hanya dr. serangan di wilayah Divisi II dan III harus
Suwondo dan Kapten Tjokropranolo. dikoordinasikan dengan baik sehingga
dapat dilakukan operasi militer bersama
Pada 18 Februari 1949 Letkol. dr.
Hutagalung, masih tinggal beberapa
hari guna membantu merawat Panglima
Besar Sudirman, sebelum kembali
ke markasnya di Gunung Sumbing.
Sesuai tugas yang diberikan oleh
Panglima Besar Sudirman, dalam
rapat Pimpinan Tertinggi Militer dan
Sipil di wilayah Gubernur Militer III,
yang dilaksanakan di markas yang
terletak di lereng Gunung Sumbing.
Selain Gubernur Militer/Panglima
Divisi III Kol. Bambang Sugeng, dan

Serangan Umum 1 Maret 103

Panglima Besar
Sudirman dalam
keadaan sakit terus
bertahan dalam
medan gerilya.

104 Peperangan dan Serangan

Gatot Subroto LETKOL SOEHARTO

dalam kurun waktu yang ditentukan, tergantung kepada Kesehatan Rakyat
sehingga bantuan Belanda dari Solo dan PMI karena itu evakuasi para
dapat dihambat, atau paling tidak dokter dan rumah obat mesti menjadi
dapat diperlambat. perhatian. Sutardjo Kartohadikusumo,
Ketua DPA yang juga adalah Ketua PMI
Pimpinan pemerintahan sipil, Gubernur mengatur pengiriman obat-obatan bagi
Wongsonegoro, Residen Budiono, gerilyawan di front.
Residen Salamun, Bupati Sangidi dan
Bupati Sumitro Kolopaking ditugaskan Setelah rapat selesai, kurir segera
untuk mengkoordinasi persiapan dan dikirim untuk menyampaikan keputusan
pasokan perbekalan di wilayah masing- rapat di Gunung Sumbing pada 18
masing. Pada waktu bergerilya, para Februari 1949 kepada Panglima Besar
pejuang sering harus selalu pindah Sudirman dan Komandan Divisi II/
tempat, sehingga sangat tergantung Gubernur Militer II Kolonel Gatot
dari bantuan rakyat dalam penyediaan Subroto.
perbekalan. Selama perang gerilya,
bahkan Camat, Lurah serta Kepala Sebagaimana telah digariskan
Desa berperan dalam menyiapkan dalam pedoman pengiriman berita
dan memasok perbekalan bagi para dan pemberian perintah, perintah
gerilyawan, yang telah diatur dan yang sangat penting dan rahasia,
ditetapkan oleh pemerintah militer harus disampaikan langsung oleh
setempat. atasan kepada komandan pasukan
yang bersangkutan. Maka rencana
Untuk pertolongan dan perawatan penyerangan atas Yogyakarta yang
medis, diserahkan kepada PMI. Peran ada di wilayah Wehrkreise III di
PMI sendiri juga telah dipersiapkan bawah pimpinan Letkol. Suharto,
sejak menyusun konsep Perintah akan disampaikan langsung oleh
Siasat Panglima Besar. Dalam konsep Panglima Divisi III Kolonel Bambang
Pertahanan Rakyat Total sebagai Sugeng. Kurir segera dikirim kepada
pelengkap Perintah Siasat No. 1 Komandan Wehrkreise III/Brigade 10,
yang dikeluarkan oleh Staf Operatif Letkol. Suharto, untuk memberitahu
(Stop) tanggal 3 Juni 1948, butir 8 kedatangan Panglima Divisi III serta
menyebutkan: Kesehatan terutama mempersiapkan pertemuan.

Serangan Umum 1 Maret 105

Diputuskan untuk segera berangkat untuk mencari pemuda berbadan
sore itu juga guna menyampaikan tinggi dan tegap serta fasih berbahasa
rancangan strategi kepada pihak-pihak Belanda, Inggris atau Prancis yang
yang terkait. Ikut dalam rombongan akan diberi pakaian perwira TNI.
Panglima Divisi selain Letkol. dr. Menjelang sore hari, Panglima Divisi
Hutagalung, antara lain juga dr. Kusen beserta rombongan tiba di Pedukuhan
(dokter pribadi Bambang Sugeng), Banaran mengunjungi Wakil Kepala
Bambang Surono (adik Bambang Staf Angkatan Perang Kol. Simatupang.
Sugeng), seorang mantri kesehatan, Selain anggota rombongan Bambang
seorang sopir dari dr. Kusen, Letnan Sugeng, dalam pertemuan tersebut
Amron Tanjung (ajudan Letkol hadir juga Mr. M. Ali Budiardjo.
Hutagalung) dan beberapa anggota
staf Gubernur Militer serta pengawal. Simatupang mengkoordinasi
pemberitaan ke luar negeri melaui
Pertama-tama rombongan singgah pemancar radio AURI di Playen dan
di tempat Kol. Wiyono dari Pepolit, di Wiladek, yang ditangani oleh
yang bermarkas tidak jauh dari markas Koordinator Pemerintah Pusat.
Panglima Divisi, dan memberikan tugas Setelah Simatupang menyetujui

Para wanita berperan dalam peperangan, baik
sebagai prajurit maupun Staf PMI yang siap
siaga di medan perang mengevakuasi korban
dan memberikan pertolongan

106 Peperangan dan Serangan

rencana tersebut, Panglima Divisi 19 Februari 1949, Panglima Divisi dan
segera mengeluarkan instruksi rahasia rombongan meneruskan perjalanan,
yang ditujukan kepada Komandan yang selalu dilakukan pada malam
Wehrkreise I Kolonel Bachrun, yang hari dan beristirahat pada siang hari,
akan disampaikan sendiri oleh Kol. untuk menghindari patroli Belanda.
Sarbini. Brigade IX di bawah komando Penunjuk jalan juga selalu berganti di
Letkol Achmad Yani, diperintahkan setiap desa. Dari Banaran rombongan
melakukan penghadangan terhadap menuju wilayah Wehrkreise III
bantuan Belanda dari Magelang ke melalui pegunungan Menoreh untuk
Yogyakarta. menyampaikan perintah kepada
Komandan Wehrkreis III Letkol.

Serangan Umum 1 Maret 107

Suharto. Bambang Sugeng beserta
rombongan mampir di Pengasih.
Pertemuan dengan Letkol. Suharto
berlangsung di Brosot, dekat Wates.
Semula pertemuan akan dilakukan di
dalam satu gedung sekolah, namun
karena kuatir telah dibocorkan,
maka pertemuan dilakukan di dalam
sebuah gubug di tengah sawah.
Hadir dalam pertemuan tersebut
lima orang, yaitu Panglima Divisi III/

SULTAN Hamengku

buwono IX

Gubernur Militer III Kol. Bambang
Sugeng, Perwira Teritorial Letkol.
dr. Wiliater Hutagalung beserta
ajudan Letnan Amron Tanjung,
Komandan Wehrkreise III/Brigade
X Letkol. Suharto beserta ajudan.
Kepada Suharto diberikan perintah
untuk mengadakan penyerangan
antara tanggal 25 Februari dan 1
Maret 1949. Kepastian tanggal baru
dapat ditentukan kemudian, setelah
koordinasi serta kesiapan semua
pihak terkait, antara lain dengan Kol.
Wiyono dari Pepolit Kementerian
Pertahanan.

Tanggal 24 Februari 1949, setelah
semua persiapan matang, baru
kemudian diputuskan bahwa
serangan tersebut akan dilancarkan
tanggal 1 Maret 1949, pukul 06.00
pagi. Instruksi segera diteruskan
ke semua pihak yang terkait.
Puncak serangan dilakukan dengan
serangan umum terhadap kota
Yogyakarta (ibu kota negara) pada
1 Maret 1949, dibawah pimpinan
Letnan Kolonel Suharto, Komandan
Brigade10 daerah Wehrkreise III,
setelah terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Kepala
Daerah Istimewa Yogyakarta.

108 Peperangan dan Serangan

SERANGAN umum 1 maret

Serangan Umum 1 Maret 1949 direncanakan dan dipersiapkan oleh
jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/ Gubernur Militer (GM) III
dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil
setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman sebagai
berikut:
1. Serangan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III,

yang melibatkan Wehrkreise I, II dan III.
2. Mengerahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah Gubernur

Militer III.
3. Mengadakan serangan spektakuler terhadap satu kota besar di

wilayah Divisi III.
4. Serangan tersebut harus diketahui dunia internasional, untuk itu

perlu mendapat dukungan dari Wakil Kepala Staf Angkatan Perang
guna koordinasi dengan pemancar radio yang dimiliki oleh AURI
dan Koordinator Pemerintah Pusat, Unit Pepolit (Pendidikan Politik
Tentara) Kementerian Pertahanan.
5. Yogyakarta adalah Ibu kota RI, sehingga bila dapat direbut walau
hanya untuk beberapa jam, akan berpengaruh besar terhadap
perjuangan Indonesia.
6. Keberadaan banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta,
serta masih adanya anggota delegasi UNCI (KTN) serta pengamat
militer dari PBB.
7. Langsung di bawah wilayah Divisi III/GM III sehingga tidak perlu
persetujuan Panglima/GM lain dan semua pasukan memahami dan
menguasai situasi/daerah operasi.

Serangan Umum 1 Maret 109

Panglima Besar Jenderal Sudirman
Memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949
MElalui medan gerilya

110 Peperangan dan Serangan

peta serangan 1 maret 1949

Sektor VI SWK 104
Sudarno Sektor V
Jupri
6. Hotel Tugu 7. Tugu
7

Sektor VI 56
Sudarno Malioboro
Sektor III
5. Stasiun Tugu Muchtar Sektor IV SWK 105
Rakido 3. Benteng Vreedeburg

1. Istana 13 4 4. Benteng Vreedeburg
Sektor I 2

SWK 103 Wuston Kali Code

Keraton

Sektor II
Sudomo

Kali Winongo SWK 102 2.Kantor pos

Serangan Umum 1 Maret 111

KEDU Kaliurang
Kabupaten Sleman

Sleman

Kabupaten Kulon Progo SURAKARTA
Wates Kabupaten Gunung Kidul

Bantul

Kabupaten Bantul

YOGYAKARTA

Kesatuan Belanda
Pos Komando Belanda

Timor Leste

112 Peperangan dan Serangan

jalannya SERANGAN

1 Maret 1949, pagi hari, serangan dilancarkan ke segala penjuru kota.
secara besar-besaran yang serentak Dalam penyerangan ini Letkol
dilakukan di seluruh wilayah Divisi III/ Soeharto langsung memimpin pasukan
GM III dimulai, dengan fokus serangan dari sektor barat sampai ke batas
adalah Ibu kota Republik, Yogyakarta, Malioboro. Sektor timur dipimpin
oleh pasukan Brigade X yang diperkuat Ventje Sumual, sektor selatan dipimpim
dengan satu batalyon dari Brigade Mayor Sardjono, sektor utara oleh
IX, sedangkan serangan terhadap Mayor Kusno. Sedangkan untuk sektor
pertahanan Belanda di Magelang kota sendiri ditunjuk Letnan Amir
dan di sekitar Yogyakarta, sesuai Murtono dan Letnan Masduki sebagai
Instruksi Rahasia yang dikeluarkan pimpinan. TNI berhasil menduduki
oleh Panglima Divisi III/GM III Kolonel kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat
Bambang Sugeng kepada Komandan pukul 12.00 siang, sebagaimana yang
Wehrkreis I, Letkol Bahrun dan telah ditentukan semula pasukan TNI
Komandan Wehrkreis II Letkol Sarbini. mengundurkan diri.
Pada saat yang bersamaan, serangan Serangan terhadap kota Solo dapat
juga dilakukan di wilayah Divisi II/GM menahan Belanda, sehingga tidak
II, dengan fokus penyerangan adalah dapat mengirim bantuan dari Solo ke
kota Solo, agar Belanda tidak dapat Yogyakarta, yang sedang diserang
mengirimkan bantuan ke Yogyakarta. secara bersamaan. Brigade IX, hanya
Pos komando ditempatkan di desa dapat memperlambat gerak pasukan
Muto. bantuan Belanda dari Magelang ke
Pada malam hari menjelang serangan Yogyakarta. Tentara Belanda dari
umum itu, pasukan mendekati kota Magelang dapat menerobos hadangan
mulai menyusup ke dalam kota. Pagi gerilyawan Republik, dan sampai di
hari sekitar pukul 06.00, sewaktu Yogyakarta sekitar pukul 11.00.
sirene dibunyikan serangan segera

Serangan Umum 1 Maret 113

setelah SERANGAN

Serangan besar-besaranTentara lemah. Keberhasilan pejuang RI
Nasional Republik Indonesia terhadap membuktikan kepada Belanda,
Belanda menjadi headlines di berbagai bahwa gerilya bukan saja mampu
media cetak yang terbit di India. Hal ini melakukan penyergapan atau
diungkapkan oleh Mr. Maramis kepada sabotase, tetapi juga mampu
dr. W. Hutagalung, ketika bertemu di melakukan serangan secara frontal
tahun 50-an di Pulo Mas, Jakarta. ke tengah kota yang dipertahankan
Serangan Umum 1 Maret mampu dengan pasukan kaveleri,
menguatkan posisi tawar dari Republik persenjataan berat - artileri,
Indonesia, mempermalukan Belanda pasukan infantri dan komando yang
yang telah mengklaim bahwa RI sudah tangguh.

114 Peperangan dan Serangan

pPeArbSaUnKAdNingan PASUKAN
Dalam SERANGAN 1 MARET

Seragam polisi dan seragam
operasonal pasukan TNI yang
digunakan pada agresi militer.

Serangan Umum 1 Maret 115

Ragam seragam tempur dan
operasional tentara Belanda yang
digunakan pada agresi militer

116 Peperangan dan Serangan

PERSENJATAAN
Dalam SERANGAN 1 MARET

Jenis senjata yang digunakan dari
senjata tradisional hingga pistol,
senapan ringan seperti jenis Danish
Madsen, Lee Enfield, dan senjata berat
seperti Sten Gun dan brent

Serangan Umum 1 Maret 117

Pesawat Pembom Belanda B-25
yang mengincar pos-pos TNI pada
agresi militer.

118 Peperangan dan Serangan

LINI MASA

September-Oktober 1948 Desember 1948, 27 Desember 1948

Muncul pemikiran untuk TNI mulai melakukan Panglima Besar Sudirman
meyakinkan dunia sabotase dan serangan mengutus Kolonel
internasional bahwa terhadap pos-pos militer Bambang Supeno supaya
pemerintahan Negara Belanda. mencari hubungan
Republik Indonesia ada, dengan pemerintah pusat
melalui sebuah tindakan di Jawa
penyerangan yang fenomenal.

Serangan Umum 1 Maret 1949 24 Februari 1949

Serangan secara besar-besaran Keputusan serangan akan
yang serentak dilakukan di dilancarkan tanggal 1 Maret

seluruh wilayah Divisi III/GM III 1949, pukul 06.00 pagi ke
dimulai. kota Yogyakarta (ibu kota
negara) dibawah pimpinan
Letnan Kolonel Soeharto.

Setelah 1 Maret 1949

Berita Serangan tertangkap lewat
radio di Burma dan menjadi
headlines di berbagai media cetak
yang terbit di India.

Serangan Umum 1 Maret 119

1 Januari 1949 11 Januari 1949 Februari 1949

Dikeluarkan Perintah Siasat Pertemuan Panglima Letkol. dr. Wiliater Hutagalung
tertanggal 1 Januari 1949 Besar Sudirman dengan bertemu dengan Panglima
dari Panglima Divisi III/ Menteri Pembangunan Besar Jenderal Sudirman untuk
Gubernur Militer III, untuk Supeno dan Menteri melaporkan mengenai resolusi
selalu mengadakan serangan Kehakiman Susanto Dewan Keamanan PBB dan
terhadap tentara Belanda. Tirtoprojo. penolakan Belanda terhadap
resolusi tersebut.

19 Februari 1949. 18 Februari 1949 8 Februari 1949

Pertemuan rahasia untuk Rapat Pimpinan Tertinggi Militer Panglima Besar Sudirman
kordinasi penyerangan dan Sipil di wilayah Gubernur mengirimkan beberapa orang ke
antara tanggal 25 Militer III, di lereng Gunung Yogyakarta, untuk mendapatkan
Februari dan 1 Maret Sumbing untuk merencanakan
1949. operasi bersama keterangan dan untuk
menghadap sultan.

120 Peperangan dan Serangan

Panglima Besar Jenderal Sudirman
KEMBALI KE YOGYAKARTA

Serangan Umum 1 Maret 121

122 Peperangan dan Serangan

DAFTAR PUSTAKA

Carey, Peter. Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855). Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2015.
Direktorat Sejarah, Depdikbud. Satu Abad Jenderal Soedirman Mengukuhkan Karakter Bangsa. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
Disjarah AD. SUDIRMAN Prajurit TNI Teladan. Bandung: Dinas Sejarah Tentara Nasional

Indonesia Angkatan Darat, 1978.
Nasution, A.H. Memenuhi panggilan Tugas, Jilid 2A, Kenangan Masa Gerilya. Jakarta:

CV Haji Masagung, 1989.
Said, Haji Mohammad. Aceh Sepanjang Abad, Jilid II, Harian Waspada Medan, 2007.
Zengraaff, HC. Aceh. Jakarta: Beuna, 1983.
Heijboer, Pierre. AGRESI MILITER BELANDA, Memperebutkan Pending Zamrud Sepanjang

Khatulistiwa 1945/1949. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia bekerjasama dengan
Perwakilan Koninklijk Instituut voor Taal,-land-en Volkenkunde (KITLV), 1998.
Safwan, Mardanas. Pahlawan Indonesia Teuku Umar. Jakarta: Departemen P dan K, 1977.
Ibrahim, Muchtaruddin. Cut Nyak Din, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996.
Van T Veer, Paul. Perang Aceh, Kisah kegagalan Snouck Hurgonje. Jakarta: PT Grafiti Pers, 1985.
Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh. Perang Kolonial Belanda di Aceh, 1977.
Sudirjo, Radik Utojo. Panglima Besar Sudirman, Sebuah Kenangan Perjuangan. Jakarta: Aida, 1985.
Hurgonje, Snouck. Aceh di Mata Kolonialis. Jakarta: Yayasan Soko Guru, 1985.
MD, Sagiman. Mengenal Pahlawan Indonesia, Jakarta: Baharatara, 1975.
Jasamihardja, Sutopo. 19 Desember 1948, Perang Gerilya, Perang Rakyat Semesta. Yayasan 19 Desember 1948,
cetakan pertama 1998.
Salam, Solichin. Djenderal Sudirman, Pahlawan Kemerdekaan. Jakarta, 1983
Djamhari, Saleh As’ad. Strategi Menjinakkan Diponegoro, Stelsel benteng, 1827-1830. Komunitas Bambu, 2014.
Tempo. SOEDIRMAN Seorang Panglima, Seorang Martir. Seri Buku Tempo. Jakarta: KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia) bekerjasama dengan Majalah Tempo, 2012.
Joehanda, Wawan K. Mereka Pernah di sini Dec 1948-Juni 1949. Djocjakarta: Mata Padi Pressindo, 2017.

Sumber web :
http://serbasejarah.wordpress.com/2012/11/24/jenderal-soedirman-kisah-panglima-besar-pejuang-bersahaja/
http://www.idsejarah.net/2015/02/agresi-belanda-i.html?m=1
http://www.idsejarah.net/2015/02/agresi-militer-belanda-ii.html?m=1
http://www.idsejarah.net/2017/01/pertempuran-medan-area.html?m=1
httP://www.idsejarah.net/2017/01/pertempuran-palagan-ambarawa.html?m=1
http://www.idsejarah.net/2017/01/pertempuran-5-hari-di-semarang.html?m=1
http://www.markijar.com/2016/08/14-pertempuran-dalam-mempertahankan.html?m=1
https://acehdesain.wordpress.com/wallpaper-aceh/potret-aceh-tahun-1874-pasca-parang-aceh-i/
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4e/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Marechaussee_op_patrouille_
in_Aceh_TMnr_10001664.jpg
https://acehdesain.wordpress.com/wallpaper-aceh/potret-aceh-tahun-1874-pasca-parang-aceh-i/
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4e/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Marechaussee_op_patrouille_
in_Aceh_TMnr_10001664.jpg


Click to View FlipBook Version