The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fileskifileski, 2021-04-08 01:02:48

DIALOG DENGAN BULAN

KOMUNITAS NEGERI KERTAS

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

BUMI DAN GADIS
BERHATI BENING

---
Bilal Fatahurozy

---

Di sini, dalam ruang semesta yang luas tak berbatas. Aku berada
di salah satu galaksi dari jutaan galaksi. Galaksi Bimasakti. Tempat di
mana aku merasakan sakit yang teramat sangat. Menanggung
penderitaan yang seolah tak kunjung reda. Dingin yang menusuk dan
panas yang membakar, itulah yang selalu kurasakan. Aku semakin
rapuh dan tak berdaya. Kian hari kian lemah. Siapa peduli dengan
penderitaanku ini? Aku hanyalah planet jelek yang semakin tua dimakan
waktu. Rasanya aku ingin teriak saja. Tapi,selalu kutahan. Karena jika
aku melakukannya, seluruh isiku akan luluh lantak. Namun, semakin
sering aku menahan, rasa sakit di tubuhku semakin hebat. Aku hanya
bisa menangis. Tangisanku menyebabkan bencana tsunami dan hujan
badai yang melanda negeri-negeri kalian.

Kadang aku merasakan kedinginan yang begitu menusuk.
Selimut hijau yang ada pada tubuhku kian menipis seiring berjalannya
waktu. Para manusia yang tidak bertanggung jawab dengan tega
membakar dan menebang hutan-hutan. Mereka tidak peduli dengan
keadaanku. Oleh karena itu, jika hawa dingin menyergap, aku pasti
menggigil. Karena sedikit sekali pepohonan yang menyelimuti tubuhku
ini. Getaranku menyebabkan gempa bumi yang mengguncang.
Akibatnya, banyak dari penghuniku kehilangan keluarga dan tempat
tinggal mereka.

92 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Kulitku juga terasa perih. Sangat perih. Karena banyak manusia
yang melakukan perusakkan di atas permukaanku. Salah satunya
penambangan secara liar dan tidak memenuhi aturan. Mereka
melakukan penambangan secara terus-menerus tanpa memedulikan
kondisi tanah dan air di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan
bencana tanah longsor, banjir bandang, sungai keruh, dan rusaknya
ekosistem alam. Setelah puas membuat kulitku terluka dan
mendapatkan hasil tambang yang mereka inginkan, mereka
mencampakkanku begitu saja. Tidak peduli dengan kondisiku.
Mengucapkan salam dan terima kasih pun mereka lupa.

Di kala panas, ketika sinar mentari menyengat tubuhku. Tak ada
lagi payung yang melindungiku dari sinar ultraviolet. Karena lapisan
ozon yang selama ini memayungiku, kian lama kian rusak diakibatkan
oleh banyaknya volume kendaraan bermotor sehingga menimbulkan
asap yang berlebihan. Hutan yang menjadi pelindung kulitku bahkan
mereka bakar seenaknya. Akibatnya banyak dari kalian yang sulit untuk
bernapas lega. Udara sehat menjadi langka.

Tubuhku juga kian hari kian kotor. Sungai-sungai yang tadinya
jernih dan bersih berubah warna menjadi cokelat, bahkan ada yang
berwarna hitam pekat. Kondisinya sangat jauh dari kata bersih. Bau dan
kotor. Aku tak habis pikir, kenapa kalian betah melihat sungai dengan
kondisi seperti itu. Alih-alih peduli, tidak sedikit manusia dengan
seenaknya membuang sampah disungai. Akibatnyaketika musim
penghujan tibasungai pun meluap karena tidak mampu menahan
volume air yang melebihi batas normal. Kenapa. Karena banyaknya
sampah-sampah yang menghambat aliran sungai. Banjir pun melanda
daerah perkotaan yang mempunyai sedikit daerah serapan air. Bukan
hal yang aneh lagi, jika setiap tahun negeri kalian dihebohkan dengan
berita banjir. Semua itu disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
Dampaknya pun dirasakan oleh kalian bukan? Berbagai penyakit
bermunculan. Mulai dari penyakit mata hingga gangguan pencernaan.
Dan akhirnya, banyak nyawa yang terenggut sia-sia.

Aku sangat sedih mengingat kondisi fisikku saat ini. Aku rindu
pada saat-saat ketika hutan-hutan yang menyelimutiku masih sangat
lebat dan aku tidak perlu menggigil ketika hawa dingin datang, waktu itu
jugakulitku belum terdapat luka. Lapisan ozon juga belum rusak dan
masih mampu menahan dengan baik sinar ultraviolet dari matahari.
Sungai-sungai yang ada masih terlihat jernih dan tidak kotor seperti
sekarang. Pada waktu itu kondisinya sangat nyaman dan
menyenangkan. Ikan-ikan bebas berenang karena tidak perlu takut
dengan racun yang berasal dari limbah industri. Banjir sangat jarang
melanda negeri kalian. Bahkan hampir tak pernah.

[Dialog dengan Bulan] 93

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Dulu semua planet dan bintang mengagumiku. Bahkan, mereka
iri padaku. Waktu itu aku masih terlihat gagah dan segar. Rimbun
pepohonan, gemericik sungai yang jernih, tanah yang subur, semuanya
menyatu menjadi ekosistem alam yang tentram.

Tapi kini, planet-planet lain malah menertawakan keadaanku.
Bahkan aku iri pada mereka sekarang.

“Hai bumi si planet tua! Lihatlah aku si Saturnus! Banyak
penghunimu yang mengagumi cincin indahku. Hahahahaha....”

“Hahahaha, bumi, bumi… kasihan sekali dirimu, kamu hanya
planet rapuh yang selalu murung. Lihatlah kami para bintang yang
selalu memancarkan cahaya! Semua manusia memuji dan mengagumi
keindahan kami. Karena, memang wujud kami lebih indah dari pada
kau. Hahahaha…”

Ejekan-ejekan seperti itu membuat hatiku sedih dan sakit. Aku
sangat iri pada mereka. Karena mereka bisa bebas bergerak tanpa
merasakan sakit. Aku iri pada si Jupiter yang gagah perkasa, aku iri
pada Saturnus yang dengan bangga memamerkan cincin indahnya, aku
iri pada Mars si bintang merah yang merona. Aku iri pada mereka
semua. Mereka tidak merasakan penderitaan seperti yang aku rasakan
saat ini. Tapi, beruntung aku masih memiliki sahabat yang selalu
menemaniku ketika semua benda langit mengejekku. Dialah Sang
Bulan.

---oOo---

Seorang gadis kecil berkepang dua terlihat sedang duduk serius
di depan televisi. Ternyata ia sedang menyaksikan sebuah berita. Berita
itu menjelaskan tentang kondisi bumi dan atmosfernya yang kian
memprihatinkan. Dijelaskan dalam berita itu bahwa saat ini bumi
mengalami kondisi yang menyedihkan. Kebakaran hutan di mana-mana
sehingga hutan yang seharusnya menjadi penghasil oksigen yang
dibutuhkan manusia semakin berkurang. Kabut asap menghalangi
jalan-jalan dan membuat banyak orang sesak nafas. Lapisan ozon pun
rusak diakibatkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor.
Parfum dan pewangi ruangan yang digunakan oleh banyak manusia
juga menghasilkan gas berbahaya yang dapat merusak lapisan ozon.
Lapisan ozon yang seharusnya menjadi penahan sinar ultra violet pun
rusak, maka terjadilah pemanasan global. Hal ini berdampak serius
terhadap kondisi bumi, seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, hilangnya
gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Berita itu juga
menjelaskan dampak buruk dari pencemaran lingkungan yang

94 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya pencemaran
sungai yang disebabkan oleh pembuangan limbah pabrik dan
banyaknya manusia yang membuang sampah ke sungai. Sehingga,
ketika musim penghujan datang, banjir pun tak dapat dihindari. Akibat
dari banjir itu banyak rumah-rumah yang terendam air. Tidak sedikit
anak-anak yang seharusnya pergi ke sekolah, malah menghabiskan
waktunya untuk membantu kedua orang tua mereka menyelamatkan
perabotan rumah. Pada akhirnya, pendidikan mereka pun terbengkalai.
Berbagai macam penyakit bermunculan, seperti penyakit kulit dan
gangguan pencernaan mewabah penduduk setempat. Para korban
banjir juga sangat sulit memperoleh air bersih.

Bening, nama gadis kecil tersebut menitikkan air mata saat
menyaksikan berita itu. Hatinya tersentuh dan timbul hasrat untuk
membantu. Tapi membantu dengan cara apa. Bahkan, ia sendiri pun
tidak tahu harus mulai dari mana. Ia hanyalah seorang bocah SD yang
kata orang masih ingusan. Para orang dewasa akan menganggapnya
terlalu kecil untuk mengurusi hal-hal seperti itu. Pikirannya terus
berkecamuk sampai ibunya datang dan duduk di sebelahnya.

"Kamu kenapa Bening? Kok, keliatannya gelisah gitu?"
Bening menjawab pertanyaan yang dilontarkan ibunya. Ia
menceritakan tentang berita yang barusan ia lihat di televisi, dan
tanggapannya setelah menyaksikan berita tersebut. Ibunya
mendengarkan penjelasan Bening dengan baik kemudian tersenyum.
"Kata siapa kamu tidak mampu melakukan apa-apa, kamu bisa
mencegah itu semua Bening, asalkan kamu mempunyai tekad yang
kuat."
"Tapi dengan cara apa, Bu? Aku kan masih terlalu muda."
"Justru karena usiamu yang masih muda itulah yang membuatmu
mampu untuk melakukannya."
Bening semakin tidak mengerti apa maksud ibunya. Ibunya
paham akan hal itu.
"Bening, masa depan bumi ada di tanganmu dan tangan-tangan
seusiamu. Kamu adalah salah satu generasi penerus masa depan
bumi. Banyak hal yang kamu lakukan untuk menyelamatkan bumi ini.
Mulai dari yang terkecil dahulu, yaitu dengan tidak membuang sampah
sembarangan, kedengarannya sepele memang. Tetapi, jika semua
orang mau melakukannya, ini sangat berdampak baik bagi lingkungan.
Sampah-sampah disungai akan berkurang sedikit demi sedikit,
sehingga aliran sungai menjadi lancar dan masyarakat tidak perlu
khawatir akan datangnya banjir. Kemudian dilanjutkan dengan
penghijauan, yaitu penanaman pepohonan di sekitar lingkungan tempat
kita tinggal. Pepohonan dapat menukar gas karbondioksida dengan gas

[Dialog dengan Bulan] 95

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

oksigen yang kita butuhkan, sehingga udara pun menjadi segar dan
dapat mengurangi pemanasan global. Pemakaian kendaraan bermotor
juga sebaiknya dikurangi, kalau jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh,
apa salahnya berjalan kaki atau naik sepeda. Karena asap kendaraan
bermotor juga dapat memicu terjadinya pemanasan global. Oh iya,
kamu pernah mendengar tentang kampung iklim?"

Bening menggelengkan kepala, ia memang tidak tahu apa itu
kampung iklim. Kemudian ibunya menjelaskan apa itu kampung iklim.

"Kampung iklim merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
pemanasan global. Suatu daerah dapat disebut kampung iklim apabila
memiliki kawasan hijau atau memiliki banyak pepohonan. Dan tingkat
kepedulian masyarakatnya dalam menjaga lingkungan juga sangat
tinggi. Mereka memasak tidak menggunakan gas elpiji seperti
kebanyakan orang, karena gas elpiji yang banyak digunakan berasal
dari tempat yang jauh dan butuh kendaraan seperti mobil truk untuk
mengangkut tabung-tabung gas elpiji untuk diberikan kepada para
pedagang untuk dijual kepada masyarakat. Nah, asap kendaraan dari
mobil truk itulah yang menyebabkan pemanasan global. Oleh karena
itu, sebagai pengganti gas elpiji mereka menggunakan biogas."

"Biogas itu apa, Bu?"
"Biogas adalah gas yang dihasilkan dari kotoran-kotoran hewan,
seperti kotoran sapi dan kerbau. Untuk bisa memasak dengan biogas,
setiap satu keluarga harus menyiapkan sebuah lubang yang dalam
untuk menampung kotoran-kotoran hewan, setelah itu sebuah selang
dipasang kedalam lubang tersebut dan dihubungkan kepada sebuah
tabung gas khusus yang bisa mengubah kotoran hewan menjadi
biogas. Di kampung iklim kita jarang sekali melihat kendaraan bermotor,
karena kebanyakan mereka hanya mengendarai sepeda dan cukup
berjalan kaki jika jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, selain itu di
kampung iklim juga jarang kita menemukan sampah-sampah
berserakan. Masyarakat di kampung iklim sadar betul, bahwa menjaga
kebersihan amatlah penting. Semakin banyak kampung iklim,
pemanasan global dan pun semakin berkurang dan lingkungan di
sekitar kita juga menjadi bersih dan nyaman. ”
Sampai di situ ibu Bening menghentikan penjelasannya dan
mengajak Bening ke halaman belakang rumah. Bening menuruti apa
kata ibunya. Di halaman belakang rumah terdapat dua tempat sampah.
Sampah yang pertama terdapat tulisan ‘sampah organik’ dan tempat
sampah yang kedua terdapat tuliran ‘non organik’.
“Kamu tahu apa perbedaan dari kedua tempat sampah ini?”
“Tidak tahu, Bu.”

96 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“Perbedaannya adalah tempat sampah yang bertuliskan ‘organik’
diperuntukkan untuk sampah-sampah jenis organik. Sampah jenis
organik itu misalnya kertas, kulit buah-buahan, sisa daging, tulang
belulang, sisa sayuran yang terbuang, dan dedaunan. Sampah jenis ini
adalah sampah yang mudah terurai oleh mikroba. Agar sampah ini tidak
terbuang begitu saja, sebaiknya kita olah menjadi pupuk organik.”

“Caranya bagaimana, Bu, agar mengolah sampah-sampah ini
menjadi pupuk?”

“Pertanyaan yang bagus.”
Kemudian ibunya memperlihatkan kepada Bening sebuah lubang
berukuran satu meter. Bening tahu kalau lubang itu digali oleh ayahnya.
Tapi, sampai saat ini Bening tidak tahu apa kegunaan dari lubang
tersebut.
“Sampah organik kita masukkan kedalam lubang ini. Lubang
berukuran satu meter ini disebut lubang biospora. Setelah itu kita tutup
dengan tanah. Tunggu hingga tiga sampai empat minggu. Dan sampah-
sampah yang ada dilubang ini dapat digunakan sebagai pupuk, selain
itu sampah-sampah organik juga dapat menyuburkan tanah. Nah,
berbeda dengan sampah organik. Sampah non organik sangat sulit
diurai oleh mikroba. Jadi, sampah jenis ini tidak mudah hancur.
Contohnya sampah-sampah berbahan plastik dan karet.”
“Lalu cara memusnahkannya bagaimana?” Tanya Bening.
“Memusnahkan sampah jenis ini sangatlah sulit. Tapi kita bisa
mengurangi keberadaannya, yaitu dengan cara mengumpulkannya dan
mengolahnya menjadi barang-barang berguna. Contohnya seperti tas
ini yang terbuat dari bungkus-bungkus plastik bekas.” Ibu Bening
memperlihatkan sebuah tas yang terbuat dari gabungan sampah-
sampah plastik.
“Hihihi… lucu juga ya, Bu. Tapi, bagaimana cara membuatnya?”
“Sekarang sangat banyak industri-industri rumahan yang
mengolah sampah plastik menjadi barang-barang yang berguna bagi
kebutuhan kita. Seperti tas, sandal, dompet, layang-layang, karpet, dan
masih banyak lainnya. Dan Ibu mendapatkan ini dari teman Ibu yang
mempunyai usaha industri rumahan. Kita juga bisa membawa sampah-
sampah plastik itu ke sana, yang nantinya diolah menjadi barang-
barang cantik. Bisa juga kita bawa ke lapak-lapak. Jangan salah lho,
lapak-lapak pengolah limbah dan barang bekas juga sangat membantu
dalam usaha megurangi sampah-sampah yang ada. Jika semua orang
mau melakukannya, pemanasan global pun berkurang, polusi udara
semakin menurun, dan lingkungan pun bersih dari sampah. Membawa
bekal dari rumah ketika sekolah juga dapat membantu mengurangi
sampah, lho. Karena dengan membawa bekal dari rumah berarti kamu

[Dialog dengan Bulan] 97

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

dan teman-teman sekolahmu tidak membeli jajanan yang kebanyakan
dibungkus oleh bahan plastik. ”

Bening menyimak penjelasan ibunya dengan baik. Dalam hatinya
ia berjanji akan mempraktekkan apa yang telah dijelaskan ibunya. Mulai
dari yang terkecil dulu, yaitu tidak membuang sampah sembarangan
dan membawa bekal dari rumah ketika sekolah. Jadi, pada waktu
isirahat ia tidak perlu jajan. Selain mengurangi jumlah sampah, ia juga
bisa menghemat uang saku dari ibunya.

Malam harinya, Bening tidak bisa tidur. Ia duduk di dekat jendela
kamarnya menghadap ke arah luar jendela, merasakan udara malam
yang dingin. Kemudian ia mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen.
Lalu ia menulis di atas kertas tersebut.

Seandainya semua orang sadar dan peduli terhadap alam.
Mungkin kondisi bumi tidak akan seperti ini. Aku hanyalah seorang
gadis kecil yang belum bisa berbuat banyak. Tapi aku janji, ketika
dewasa nanti aku akan berusaha mengubah dunia. Mengajak semua
orang untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam. Mungkin, saat ini
aku hanya bisa mengajak teman-temanku saja. Tapi, suatu saat aku
akan mengajak lebih banyak lagi. Aku yakin, jika seluruh manusia mau
mempraktekkan apa yang sudah ibu jelaskan kepadaku. Maka, Bumi
kita akan selamat…

Lalu ia juga menulis sebuah puisi.
Di sini…
‘Ku terjebak dalam hiruk pikuk kota
Bising…
Asap kendaraan bermotor menghiasi udara
Pengap…
Mana kotaku dulu yang bersih lagi nyaman?
Mana sungaiku dulu yang jernih di penuhi kawanan ikan?
Andai mereka tahu…
Bahwa bumi kini sedang kesakitan
Merasakan perih sekujur tubuh
Menahan luka yang tak kunjung reda
Bening berhenti menulis. Matanya sudah mulai mengantuk.
Kertas dan pulpen ia biarkan tergeletak di dekat jendela kamarnya.
Sedangkan, ia sendiri beranjak ke tempat tidur untuk menjemput mimpi-
mimpi indahnya.
Bening sudah tertidur pulas. Ia lupa menutup jendela kamarnya.
Angin malam membawa kertas yang ia tulis tadi keluar jendela. Kertas
itu melayang-layang di antara dinginnya malam.

---oOo---

98 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Keesokan harinya di kelas, Bu Ita, guru bahasa Indonesia
menjelaskan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. Lalu, Bu Ita
menyuruh murid satu persatu untuk maju ke depan kelas. Para Murid
ditugaskan menyampaikan gagasan tentang bagaimana cara untuk
menjaga kelestarian alam. Tiba giliran Bening. Bening menyampaikan
gagasan tentang cara menjaga kelestarian alam. Apa yang telah
disampaikan ibunya ia jelaskan dengan baik. Tidak lupa ia juga
mengajak teman-temannya untuk membawa bekal dari rumah ketika
sekolah dan tidak membuang sampah sembarangan. Bu Ita dan semua
teman-teman Bening bertepuk tangan ketika bening selesai
memberikan gagasannya. Mereka semua setuju dengan gagasan
Bening. Dan mereka pun berjanji akan mempraktekkannya. Semenjak
saat itu, Bening menjadi pelopor di sekolahnya. Karena, berkat gagasan
Bening sekolah mereka mendapat penghargaan dari pemerintah
setempat sebagai sekolah terbersih. Selain itu, sekolah mereka juga
mendapat gelar sebagai ‘Sekolah Hijau’ karena di sekolah itu ditanami
banyak pepohonan yang membuat suasana menjadi nyaman.

---oOo---

Seperti biasanya, akhir-akhir ini Bumi sering termenung meratapi
penderitaannya. Akhir-akhir ini juga bumi selalu murung, jarang sekali
tersenyum seperti dulu. Sudah berkali-kali Bulan menghiburnya. Tapi
hasilnya sia-sia.

Keadaan itu terus berlanjut, sampai suatu ketika datanglah si
angin pembawa kabar. Kali ini ia ingin menyampaikan kabar gembira
untuk Bumi.

“Hai Bumi, yang selalu murung! Aku ingin menyampaikan berita
gembira untukmu. Semoga dengan berita ini kamu tidak akan sedih dan
murung lagi. ”

Bumi yang sedari tadi termenung, langsung sadar dari
lamunannya.

“Kabar apa itu?” Tanya Bumi penasaran.
“Ada seorang gadis kecil, namanya sesuai dengan hatinya.
Bening. Ia menulis sebuah puisi yang isinya tentang rasa pedulinya
terhadap kondisimu saat ini. Tulisan itu murni berasal dari lubuk hatinya
yang paling dalam.”
“Bisa kau bacakan puisinya?”
“Tentu saja.” Lalu Angin pun membaca puisi yang ditulis oleh
Bening. Sang Bulan yang ikut mendengarkan berharap dengan
datangnya berita ini, sahabatnya tidak sedih lagi.

[Dialog dengan Bulan] 99

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“Benarkah demikian? Masihkah ada manusia yang peduli
denganku?” kata bumi tak percaya.

“Tentu saja,” jawab Bulan.
“Tidak semua orang mencampakkanmu dan menyakitimu, Bumi.
Banyak dari mereka yang masih peduli terhadapmu. Dan gadis itu
adalah salah satu dari mereka.”
“Tapi para planet-planet lain selalu mencemoohku. Mereka benar,
aku hanyalah planet tua yang jelek yang semestinya berdiam diri saja
menunggu masa kehancuranku tiba.”
“Bumi, janganlah kau berkata seperti itu! Meskipun mereka selalu
mengejekmu, aku akan tetap selalu menemanimu. Janganlah berkecil
hati, wahai sahabatku! Lihatlah dirimu! Sebenarnya banyak sekali
kelebihan yang ada pada dirimu.” Bulan pun angkat bicara.
“Apa kelebihan yang ada pada diriku itu, Bulan?”
“Banyak sekali. Sangat banyak. Kau mempunyai banyak
kelebihan yang tidak dimiliki oleh planet-planet lain. Bahkan, aku
sekalipun tidak memilikinya. Kau mempunyai banyak penghuni yang
tinggal di atasmu. Mereka menjagamu, merawatmu, dan peduli
terhadapmu. Meskipun ada juga di antara mereka yang tidak peduli.
Tapi setidaknya kau masih mempunyai mereka. Kau juga memiliki
perhiasan yang indah berupa pemandangan-pemandangan alam yang
sangat menakjubkan. Laut, gunung, sungai, dan danau adalah
anugerah Tuhan yang diberikan untukmu.”
“Kenapa kau tahu itu semua, wahai Bulan?”
“Karena aku sahabatmu. Banyak pula di antara penghunimu yang
mencurahkan isi hatinya padaku setiap malam. Mereka bilang, betapa
beruntung dan bahagianya mereka bisa menginjakkan kakinya di bumi.
Mereka juga bilang, seandainya kau tidak diciptakan, mereka tidak akan
merasakan kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, hapuslah
kesedihanmu. Buanglah rasa iri! Tunjukkan pada planet-planet lain
bahwa kamu jauh lebih istimewa dibanding mereka!”

---oOo---

Kata-kata Sang Bulan membuat hatiku yang tadinya sedih
menjadi bangga. Tanpa kusadari, ternyata aku memiliki keistimewaan
yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan menciptakanku sebagai tempat hidup
para manusia, hewan dan tumbuhan. Aku sangat beruntung mempunyai
sahabat seperti Bulan. Aku baru sadar, bahwa aku memiliki peranan
penting bagi kehidupan semua makhluk hidup. Tapi, meskipun begitu

100 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

aku tidak boleh sombong. Karena, semua kelebihan yang ada pada
diriku bersifat sementara.

Aku tidak butuh hanya satu nama Bening. Tapi, aku butuh jiwa-
jiwa seperti Bening. Aku sangat berharap suatu saat bukan hanya
Bening yang peduli terhadapku. Aku ingin menikmati sisa hidupku
dengan penuh kedamaian. Aku ingin sekali rasa sakit di tubuhku hilang.
Dan yang bisa melakukannya hanya kalian. Jadilah seperti Bening.
Selamatkanlah diriku. Menyelamatkan diriku berarti sama saja kalian
menyelamatkan seluruh manusia, hewan dan tumbuhan. Sampaikan
salam dan ucapan terima kasih kepada mereka yang sudah mau peduli
terhadapku. Dan sampaikanlah pesan kapada seluruh manusia untuk
selalu menjaga, menyayangi, dan merawatku. Terima kasih kawan,
karena kau sudah mau menghabiskan waktumu membaca suara hatiku
ini. Aku sayang kalian. Sangat sayang....

***

Profil Penulis:

Nama: Bilal Fatahurozy
TTL: Tangerang, 11 Juli 1996
Status: Mahasiswa jusuran sastra Inggris UIN Bandung
Hobi: Membaca
Minat: Seni, musik, dan sastra
Organisasi: Paduan Suara Mahasiswa UIN Bandung
Motto: Keep calm and do all just for God

Alamat:
Kp. Kadu rt. 03/01
Kadu
Curug
Tangerang
Banten
15810
085721395377
[email protected]
Bilal Fatahurozy

[Dialog dengan Bulan] 101

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

SISIL

---
Ayu Kartika Sandy

---

Duduk di pojokan yang tak mengundang perhatian. Ditemani satu pak
rokok dan segelas mocha dingin. Entah sudah berapa batang yang
kuhisap. Aku tak menghitung jumlah kertas gulungan yang lebur
menjadi abu. Aku pun tak menghitung berapa detik yang telah

kuhabiskan untuk berdiam diri merenung di sebuah kafe tempatku biasa
mengusir penat.

Setiap pesan minum, barista tak perlu menanyakan namaku
untuk dipanggil mengambil pesanan. Mereka sudah hafal, Sisil.
Beberapa hari ini aku merasakan kebuntuan. Aku dan suamiku pisah
ranjang. Entah kenapa rasanya aku muak dan jenuh dengannya. Ingin
jauh-jauh. Mungkin ini adalah akumulasi dari kekesalan-kekesalan yang
tertimbun di benakku.

Saat ini yang kubutuhkan hanyalah teman curhat. Langsung saja
jempolku mengetik di BBM yang tertuju pada seorang sahabat.
Kuundang dia kemari. Semoga saja tidak sedang lembur, karena
biasanya dia masih asyik di ruang kerjanya sambil menyelesaikan
naskah berita.

“Kyu, aku di Coftof sendirian.”

102 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“Oke, aku barusan sampai rumah. Aku mandi dulu ya lalu ke
sana.”

“Oke.”
Ah, syukurlah. Ternyata dia sedang tidak lembur. Akhirnya aku
bisa melepas uneg-uneg di kepala. Setidaknya bisa jadi pelipur lara.
Aku kembali menyalakan korek, menyulut rokok, menghisapnya, lalu
membumbungkan asapnya ke udara. Sambil sedikit melamun
menunggu sahabatku datang.
Dalam lamunan, tiba-tiba aku teringat kejadian kemarin malam.
Kejadian di mana aku seolah-olah mendapat petunjuk dari Tuhan.
Petunjuk itu datang di tempatku bekerja, tempat hiburan malam.
Sebagai sexy dancer, aku mengenal banyak tamu dari berbagai
kalangan dan bermacam karakter. Aku menghibur mereka di tempat
hiburan malam, agar mereka sejenak melepas kepenatan. Tak jarang
dari mereka yang curhat colongan ketika bertemu denganku.
Kemarin malam aku mendapat tamu seorang sopir truk. Dia
datang ke tempat hiburan dangdut di Surabaya tempatku mencari
nafkah seorang diri. Saat kudekati, dia langsung saja membuka obrolan.
Curhat masalah rumah tangganya yang sedang kacau.
“Aku lihat wanita bekerja seperti ini tidak tega, Mbak, teringat
istriku,” ujar sopir truk itu.
“Bagaimana lagi Mas, untuk biaya hidupku, anakku. Ya sudah
dijalani saja,” ucapku.
“Kalau aku yang jadi suamimu, sudah kusuruh diam di rumah,
Mbak. Biarkan aku yang kerja. Nyopir truk siang-malam pun tidak apa-
apa, pokoknya bisa menafkahi anak istri. Aku tidak makan pun tidak
masalah, yang penting anak istriku kenyang dulu,” sahut sopir truk itu
yang kemudian menenggak bir.
“Memangnya istrimu di mana, Mas?” tanyaku.
“Aku pisah sama istriku, sudah dua tahun ini dia tidak ada kabar,”
ucapnya sedih.
“Anakmu gimana, Mas?” tanyaku.
“Anakku ikut aku, umurnya masih tiga tahun. Istriku juga tidak
pernah tanya kabar anakku, cuek begitu saja,” katanya, “tidak masalah
Mbak, yang penting aku masih bisa ngurus anak. Aku sekolahkan
sampai tinggi nanti, biar jadi orang sukses,” tambahnya.
Dengan mata yang menerawang jauh dan menghela napas
panjang, sopir truk itu melanjutkan obrolan.

[Dialog dengan Bulan] 103

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“Tapi kadang yo nelongso1 Mbak, nek2 anakku nggoleki ibue3,”
lanjutnya dengan bahasa khas Surabaya.

Aku terdiam sejenak. Memikirkan kehidupanku sendiri. Dalam
hati aku ingin mempunyai suami sepertinya. Laki-laki yang begitu
bertanggung jawab pada keluarganya. Apakah ini merupakan pertanda
dari Tuhan, di saat aku sedang risau memikirkan nasib rumah tanggaku
yang harus diteruskan atau tidak. Apakah aku harus mempertahankan
suamiku yang tak kunjung mengerti lelahku untuk terus bekerja seperti
ini? Atau aku harus memilih hidup sendiri bersama anakku tanpanya?

Sebelum beranjak dari tempat dudukku, sopir truk itu
menyawerku dua ratus ribu. Aku berlalu darinya dan mendekati tamu
lain yang sudah menungguku. Mencari saweran dari kursi ke kursi para
tamu.

Kyu datang. Lamunanku menghilang. Ia menghampiriku dengan
senyuman. Duduk di depanku lalu menghela napas panjang. Kyu
seakan tahu apa yang sedang aku pikirkan. Mungkin feeling seorang
perempuan. Apalagi sahabat, dengan chemistry yang begitu kuat.

“Kenapa lagi dengan suamimu?”
“Aku gugat cerai dia. Sudah aku urus berkasnya di pengadilan.”
“What?! Kamu yakin mau cerai?”
“Iya, aku udah capek. Bahkan lebih dari itu.”
“Aku tidak tahu harus bilang apa. Pernikahanmu masih seumur
jagung. Jika masih bisa dipertahankan, lebih baik bertahan. Tapi kalau
sudah menemui jalan buntu ya apa boleh buat. Kamu yang menjalani
kamu yang lebih tahu. Aku hanya bisa memberikan support dan
mendoakan yang terbaik buat kamu.”
“Tidak ada yang perlu dipertahankan dari sebuah pernikahan
yang penuh penderitaan. Bahkan sebuah pernikahan dan anak yang
telah kulahirkan, yang sebetulnya tak pernah diharapkan oleh
keluarganya.”
Mataku sedikit berkaca-kaca. Tapi itu semua sirna ketika
ponselku berbunyi. Peri kecilku yang cantik dan lucu meneleponku.
“Mama, di mana? Cepet pulang.”
“Iya Nak, ini mama mau pulang, tunggu ya....”
Anakku sudah mencariku. Aku pun mengkhiri obrolanku dengan
Kyu. Aku ingin cepat-cepat sampai rumah untuk memeluk dan mencium
pipi anakku yang masih berumur lima tahun itu. Dialah yang menjadi

1
Ya nelangsa

2
Kalau

3
Mencari ibunya

104 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

penguatku. Dialah yang mampu membuatku bangkit. Anakkulah yang
membuatku bangkit dari hinaan yang menyerang langkahku. Juga
mereka orang-orang yang kucintai, selalu mengingatkanku pada mimpi
yang harus kuraih. Mereka adalah anakku dan keluargaku. Jika
memang bercerai nanti. Itu bukanlah akhir dari kisahku. Jalanku masih
panjang, bahagia masih menantiku. Tuhan pun tak pernah membatasi
doaku.

Surabaya, 2015

***

Profil Penulis:

Ayu Kartika Sandy. Lahir 14 September 1992 di Surabaya. Ia mulai
menulis sejak di bangku kuliah, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi –
Almamater Wartawan Surabaya. Saat ini Ayu berprofesi sebagai
reporter sebuah majalah yang berbasis di Surabaya. Untuk kenal
dengannya lebih dekat, kunjungi Facebook: Ayu K. Sandy, atau Twitter:
@ayukartikasandy.
Alamat: Kertajaya 8c / 17 Surabaya
Telp: 082233547992

[Dialog dengan Bulan] 105

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

AKU BENCI KATA MAAF

---
Dh
---

Dia berjalan sendiri menuju taman kota. Dengan langkah sedikit
gontai dia menuju sudut taman. Dia memilih duduk di bawah pohon
yang mampu menaungi seluruh tubuhnya. Tidak ada banyak orang di
sekitar situ karena langit sedang melukiskan wajah muramnya, padahal
masih jam dua siang.

Dia mengambil handphone dan headset dari sakunya kemudian
mulai menyalakan playlist music yang ada dalam daftar putarnya. Dia
melakukan begitu agar tidak terlihat seperti orang sedang menunggu
dan supaya waktu terasa cepat berlalu. Setelah satu dua lagu habis, dia
melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, “ah baru
lima belas menit...,” dia mencoba menghibur dirinya sendiri.

Tiba-tiba hujan turun cukup deras namun tak sampai
menembus rindangnya pohon yang ia singgahi. Orang-orang di sekitar
taman berhamburan keluar taman, mencari tempat berteduh. Kini
tinggal ia sendiri yang duduk di taman itu. Dia masih setia menunggu,
sudah puluhan lagu yang ia dengarkan, dan waktu menunjukkan pukul
tiga sore.

Ketika ia mulai jenuh dan ingin beranjak dari tempat duduknya,
datang seseorang dari arah utara tempat ia duduk. Sambil berlari-lari
kecil serta membawa payung.

106 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“Dimas tunggu!” ucap seseorang itu setengah berteriak. Dimas
pun menoleh ke sumber suara. Dia melihat paramita terengah-engah
mendekatinya. Setelah itu....

“Darimana saja tadi?!” Dimas agak sedikit kesal.
“Maaf, Mas, tadi ada sedikit kecelakaan di jalan.”
“Tapi dirimu tidak apa-apa, kan?”
“Tidak apa-apa, bis yang tadi aku tumpangi mogok di hutan
pinggir kota. Lantas aku menunggu bus operan yang satu arah lewat.
Namun aku baru mendapatkannya setelah lebih dari tiga puluh menit.
Kamu tahu sendiri kan akses dari rumahku ke sini memang sulit,” jelas
Paramita dengan panjang lebar. Tanpa ada tanggapan sedikit pun dari
Dimas. Paramita jadi merasa bersalah. Kemudian duduk di sampingnya.

Keadaan menjadi hening. Mereka terdiam cukup lama, sampai
hujan benar-benar reda. Meyisakan genangan-genangan air keruh di
sekitar mereka. Namun tak sekeruh keadaan mereka berdua.

“Aku minta maaf,” Dimas memulai percakapan.
“hah kenapa? bukankah aku yang salah. Aku membuatmu
menunggu terlalu lama di sini.”
“tidak, bukan masalah itu aku meminta maaf.”
“Lantas, karena apa?” Paramita sepertinya mencium aroma hujan
turun lagi.
“Aku bingung harus darimana memulainya, aku hanya ingin kamu
bahagia meski tanpaku.”
“Maksudmu?”
“Aku minta maaf telah mengatakan sayang padamu tiga hari lalu.
Aku tahu diriku salah sudah membuatmu terlalu nyaman. Mengucapkan
kata-kata manis, memberi perhatian lebih, membalas chat-mu terlalu
cepat, sampai mungkin telah membuatmu banyak berharap. Baru
kusadari saat itu diriku sedang khilaf. Ketika diriku mengucapkan kata-
kata itu, sebenarnya diriku sedang di luar kendali dan nafsu ingin
memiliki. Aku benar-benar minta maaf.”
“Oh… jadi begitu, okelah tak apa-apa.”
“Kamu memaafkanku?”
Paramita terbungkam, sesuatu menyentuh relung hatinya.
Seluruh harapannya pudar, memicu air matanya untuk terus mendesak
keluar. Kepalanya tertunduk lesu, hingga tak terbendung lagi, butiran-
butiran kekecewaan menetes di pangkuannya sendiri.

Sedangkan Dimas hanya bisa memandang wajah lesu
Paramita. Sebenarnya dia tak kuasa, namun mau bagaimana lagi,
kebenaran itu harus tega dia ucapkan sebelum semuanya terlambat
hanyut terlalu dalam. Ini demi prinsip yang telah ia pegang. Ada rasa

[Dialog dengan Bulan] 107

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

lega setelah ia mengucapkan semuanya namun juga perasaan bersalah
yang amat besar.

“Kalau memang dirimu belum bisa memaafkanku saat ini, biarkan
aku menanggung semua kesedihanmu. Karena ini memang
kesalahanku. Aku yang memulai dan aku yang harus bertanggung
jawab. Sudahi tangismu, mari kuantar pulang.”

Paramita mengusap air matanya, lalu...
“aku telah memaafkanmu,” jawabnya dengan nada terisak.

Semarang, 29-feb-2016

***

Profil Penulis:

Dh nama pena dari Ahmad Dhuha.
Seorang manusia tulen bernamakan palsu Nduka-uka kelahiran 3 mei
tahun 1994 di kota wali. Namun semenjak ia lulus TK tidak pernah
makan sekolah di tempat kelahirannya sendiri, sampai saat ini.
Sehingga membuat dia pribadi yang pendiam, aneh, dan jauh dari sifat
anak mami.
Penulis sekarang sedang menuntut ilmu di universitas islam negeri di
semarang jurusan Pendidikan Bahasa Arab semester enam.

Alamat:
Perum Bank Niaga,
Blok C26, Ngaliyan,
Semarang barat.
Hp: 089620594613

Email: [email protected]

108 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

ANGGREK DI PUNCAK
SLAMET (part 1)

---
Ayu Wihastanti

---

Malam telah datang sinar rembulan yang terlihat sendu dengan
taburan kerlap kerlip ditambah embusan angin malam yang begitu
menusuk. Di malam yang sendu itu Antoni merasa sangat bimbang, ia
hanya termangu di sudut kamarnya. Antoni sudah meminta izin kepada
kekasihnya tapi ia tak mendapatkan izin untuk mendaki Gunung Slamet
padahal ia sudah berjanji kepada temannya Zen untuk ikut dalam
pendakian itu.

“Ay, aku boleh nggak ndaki gunung,” pinta Antoni saat itu.
“Gunung apa?” jawabnya sambil mengerutkan dahi.
“Gunung Slamet Ay,” kata Antoni sambil menyunggingkan
senyum kepada kekasihnya. Antoni terus memandang wajah
kekasihnya berharap akan mendapatkan izin dari kekasihnya yang
sudah setahun ia pacari.
“Nggak boleh,” jawab Ayu sambil menggelengkan kepalanya
menandakan ia tak setuju dengan Antoni.
“Kenapa nggak boleh Ay, lagian aku sama Zen bareng-bareng
kesananya,” Antoni meyakinkan Ayu.

[Dialog dengan Bulan] 109

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“Aku khawatir sama kamu, Mas, aku takut kalau kamu kenapa-
kenapa, lagian tugas kampus kita banyak mesti kamu bakal absenkan?”
jawab Ayu memberi keterangan.

“Gunung Slamet itu deket Ay, nggak jauh banget paling cuma 2
hari, aku akan baik-baik aja Ay,” ucap Antoni sambil menggenggam
tangan kekasihnya itu.

“Nggak, Mas! Pokoknya aku nggak setuju kalau kamu ndaki.
Titik,” jawab Ayu melepaskan genggaman Antoni.

Antoni merasa sangat kecewa dengan apa yang dikatakan oleh
kekasihnya itu, ia sangat berharap kalau Ayu akan mendukung
kegiatannya tapi ternyata apa yang diharapkan tidak sesuai. Ayu
memang sangat keras kepala, apa yang dikatakannya harus dituruti dan
tidak mudah untuk membujuknya. Antoni hanya bisa menghelakan
napasnya.

Tiba-tiba HP Antoni berdering membuyarkan lamunannya. Ia
mengambil HP di meja dan melihat ada sebuah pesan ternyata dari
Ayu.

Sayangku (085647689522)
23/12/2015
20:54
Sayang, hari jumat besok aku ingin ke perpustakaan di Purwokerto sayang
anterin yah ?

Antoni membaca pesan dari Ayu tetapi ia tidak membalasnya,
ia masih bimbang dan masih menyimpan rasa kecewa kepada Ayu. Ia
menaruh kembali HP-nya di meja dan melanjutkan lamunannya. Antoni
sangat ingin mendaki gunung, dari dulu ia sangat menyenangi kegiatan
yang berbau dengan alam. Antoni ingin mendapatkan pengalaman
pertamanya mendaki gunung tertinggi di Jawa Tengah itu. Ia
menerawang jauh ke sana, ingin sekali ia mendaki dan menikmati
keindahan alam yang membuat sejenak melupakan kepenatan yang
ada di pikirannya. Tiba-tiba HP-nya berdering lagi, ia mengambil HP-
nya dan sudah menduga siapa yang menghubunginya. Terdapat 2
pesan yang muncul di layar HP-nya.

110 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Sayangku (085647689522)
23/12/2015
21:23
Sayang, udah bubu apa kok gak bales smsnya aku ?

Antoni membaca pesan dari Ayu, sekali lagi ia tidak
membalasnya. Lalu ia melihat ada satu pesan lagi yang muncul di layar
HP-nya, terlihat nomor baru.

+6282326436115
23/12/2015
21:20
Bull, gimana mau ikut gak? kalau ikut besok ngumpul di rumahku jam 5
subuh.
Zen-

☺☺☺

Fajar mulai menyingsing. Matahari malu-malu mengintip di balik
selimut bumi yang masih gelap. Udara dingin memberi peluang setiap
insan untuk tetap menjaga mimpi. Enggan meninggalkan selimut yang
hangat. Antoni terbangun dari mimpinya ia melihat jam yang sudah
menunjukkan 05:15. Ia tersentak kaget dan langsung beranjak dari
tempat tidur lalu Antoni mengemasi barang-barangnya, ia memilih
barang yang akan dibawanya saat pendakiannya. Ia sudah bertekad
untuk menaklukan gunung tertinggi di Jawa Tengah itu walaupun ia tak
mendapat izin dari kekasihnya. Ia membawa masker, kaos tangan,
penutup kepala, jaket, tenda, peralatan makan, makanan secukupnya
dan 4 botol besar air. Setelah packing Antoni berpamitan kepada kedua
orangtuanya, ia bergegas menuju tempat kostnya dengan sepeda
motor.

“Aku terlambat,” batinnya berkata. Setelah sampai di kost
teman-temannya sudah menunggu, tanpa pikir panjang ia beserta 2
temannya yaitu Zen dan Agus langsung tancap gas menuju Gunung
Slamet menggunakan sepeda motor.

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan
merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung
Merapi dengan ketinggian 3.428 mdpl. Pada masa penjelajahan dunia
yang pertama Sir Frances Drake, seorang pelaut Inggris pada tahun

[Dialog dengan Bulan] 111

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

1580, ketika itu melihat Gunung Slamet dan segera mengarahkan
perahunya dan berlabuh di Cilacap. Gunung Slamet dapat didaki
melalui tiga jalur, lewat jalur sebelah Barat Kaliwadas, lewat jalur
sebelah selatan Batu Raden dan lewat jalur sebelah timur Bambangan.
Dari ketiga jalur tersebut yang terdekat adalah lewat Bambangan.
Tetapi mereka memilih jalur Kaliwadas yang dekat dengan Bumiayu
tempat kost mereka. Sekitar pukul 10:00 Antoni dan teman-temannya
sampai di Desa Kaliwadas kecamatan Sirampog, Kaliwadas merupakan
sebuah dusun yang berketinggian 1850 mdpl dan masuk wilayah Desa
Dawehan, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, atau tepatnya
berada pada barat daya lereng Gunung Slamet dan di desa itulah
perjalanan dimulai. Antoni dan teman-temannya menitipkan motor
mereka di rumah juru kunci gunung tersebut.

“Kalian harus hati-hati saat mendaki dan jangan merusak alam,”
kata juru kunci itu mengingatkan. Juru kunci itu adalah seorang wanita
kurang lebih berumur 70 tahun, Antoni hanya mengangguk saja
mendengar perkataan juru kunci itu. Hawa terasa dingin sudah
menusuk sampai tulang, ia melihat pemandangan di sekeliling terlihat
hamparan sawah yang membentang luas dengan untaian gunung
rimbunnya pohon yang menambah keindahan anugerah-Nya. Mereka
bertiga langsung mendaki dengan perasaan yang berkecamuk,
terutama Antoni saat di perjalanan ia terus memikirkan kekasihnya Ayu.

“Ayu pasti marah kalau ia mengetahuinya,” batinnya berkata. Ia
mengalihkan pikirannya dengan melihat keindahan di sekelilingnya.
Begitu agung karunia-Nya yang telah menciptakan alam yang begitu
mahadahsyat. Di Gunung Slamet terdapat 9 pos yang harus dilalui
untuk mencapai puncak itu, di setiap pos ada tempat untuk beristirahat
sekadar untuk minum dan melepas kelelahan saat mendaki. Kira-kira
300 m selepas jalan desa, mereka diarahkan menuju jalan setapak.
Satu jam kemudian pendaki akan melewati Tuk Suci yang oleh
penduduk setempat diartikan sebagai mata air suci. Di Tuk Suci ini
terdapat aliran air yang dibendung, yang berfungsi sebagai pengairan
desa di bawahnya. Selepas Tuk Suci, medan mulai menanjak
menembus lorong-lorong tumbuhan Bambu yang berukuran kecil.
Penduduk sekitar menyebutnya Pringgodani. Dan tiba di pos 2 setelah
beristirahat mereka langsung melanjutkan perjalanan.

“Zen, jalannya ada 2,” Kata Agus.
“Kita pilih yang mana Zen?” Tanya Antoni melihat raut wajah
Zen yang kelelahan.
“Coba kita ke kiri,” jawab Zen tegas.

112 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Dengan percaya diri mereka memilih jalan ke kiri berharap jalan
itu benar. Tetapi ada rasa keraguan di benak mereka bertiga, mereka
sampai di hutan yang sangat menyeramkan hutannya masih sangat liar
bahkan kera-kera pun masih ada dan berkeliaran. Setelah berpikir
panjang karena mereka tak mau mengambil risiko akhirnya mereka
kembali ke pos 2 dan memilih jalan yang kanan dan jalan itu benar.

“Untung udah keluar dari hutan itu, slamet slamet,” ujar Antoni
mengelus-elus dadanya. Mereka melanjutkan perjalanannya, ada rasa
lelah yang menyelimuti mereka bertiga masih ada beberapa pos lagi
yang harus ditempuh dengan medan yang terjal lintasan semakin
menanjak di sepanjang lintasan kadang dijumpai pohon yang tumbang
dan lintasan kadang tertutup oleh semak belukar sehingga mereka
bertiga harus waspada agar tidak tersesat lagi. Ini adalah pertama
kalinya kakinya melangkah menapaki area gunung, ada rasa lelah yang
menggelayut di tubuh Antoni tetapi ia harus tetap kuat untuk mencapai
puncak. Ia kembali mengingat Ayu, ia mengambil HP di saku celananya.

“Ahh, tidak ada sinyal,” Antoni menggerutu. Ia ingin sekali
mengabarkan kepada Ayu, dan sekaligus meminta maaf. Tiba-tiba ada
pesan masuk dari HP-nya.

Sayangku (085647689522)
24/12/2015
04:25
Sayang, ada dimana? aku nunggu sayang di terminal, aku gak berani
sendirian? Aku kawatir sama kamu, :’(

Ia membaca pesan dari kekasihnya itu, ada rasa bersalah yang
menggelayut di hati Antoni. Ia menuliskan pesan untuk Ayu.

“Kenapa gagal sial! tadi ada sinyal sekarang ilang lagi,” ucap
Antoni dengan nada kecewa. Antoni bergelumut dengan hatinya cukup
lama, akhirnya ia menyerah tidak mendapatkan sinyal sama sekali. Ia
hanya bisa bergumam dengan batinnya yang ingin sekali mengabarkan
Ayu tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa hanya menunggu sinyal datang
menghampiri HP Antoni.

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 18.19, mereka
bertiga berencana untuk beristirahat dan mendirikan tenda. Mereka
bertiga melepas lelah dengan membuat mie instan yang dibawa mereka
dari rumah sekadar untuk memberikan energi, hawa dingin yang
menyelimuti badan bahkan jaket tebal yang mereka kenakan tembus
oleh hawa dingin tanpa memberi celah untuk tetap hangat. Mie Instan

[Dialog dengan Bulan] 113

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

cukup mengobati rasa lapar, kepulan asap yang muncul dari mie instan
itu memberi rasa hangat walaupun hanya sementara yang pada
akhirnya tetap kalah dengan rasa dingin. Setelah mengisi energi setelah
seharian berjalan mereka lalu beristrahat tetapi tidak dengan Antoni ia
masih ingin terus mengabarkan kepada Ayu melalui SMS ataupun
telepon, akhirnya ia keluar tenda agar bisa mendapatkan sinyal.
Ternyata harapannya terjawab ada sinyal walaupun lemah. Ia langsung
mengabarkan lewat telepon. Dalam hati Antoni ada rasa bahagia
sekaligus takut kalau Ayu akan marah.

“Halo,” terdengar suara Ayu dari seberang. Hati Antoni
berdebar-debar mendengar suara wanita yang ia cintai itu. Sebelum ia
menjawab, teleponnya sudah mati. Antoni merasa sangat kecewa
berkali-kali ia mencoba menelepon tetapi gagal. Tiba-tiba HP-nya
berdering ada seulas senyum yang terpancar dari bibir Antoni.

“Halo Ay,” ucapnya.
“Halo, Mas, lagi di mana? Aku khawatir sama kamu,” terdengar
suara yang lembut dengan nada khawatir. Saat itu juga Antoni
merindukan Ayu, ia ingin memeluknya untuk memberikan kehangatan.
Rasa tenang menyelimuti hati Antoni mendengar suara pujaan hatinya.
“Aku baik-baik aja, Ay, jangan mengkhawatirkanku, maafkan
aku ya Ay,” ucap Antoni.
Ayu merupakan sosok wanita idaman baginya, walaupun
kadang membuat Antoni menjadi kesal tetapi ia mengetahui kalau Ayu
selalu memberikan cinta yang tulus kepadanya tanpa mengharapkan
balasan. Ia baru menemui wanita yang sangat begitu tulus seperti Ayu.
Ia sangat merindukan Ayu ingin sekali mengecup keningnya serta
memeluknya dengan erat. Setelah mengabarkan Ayu ia langsung
beristirahat tanpa rasa gelisah ia berharap bermimpi bertemu dengan
Ayu.
Waktu menunjukkan pukul 05:00 pagi, mereka terbangun dari
mimpi masing-masing dan melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Untuk menuju puncak dibutuhkan waktu kira-kira 2 jam. Lintasan
semakin tajam hingga mencapai sudut pendakian 60ᵒ. Selanjutnya
keadaan lintasan semakin parah dengan medan bebatuan vulkanik
yang mudah longsor. Bau belerang terasa menyengat dari kawah ketika
mereka tiba di puncak. Rasa lelah terbayarkan, mereka bertiga serta
para pendaki lain melepas lelah dengan pemandangan yang begitu
menajubkan, untaian gunung yang mengesankan serta lautan di atas
awan yang menambah keindahan alam. Inilah yang menunjukkan
betapa besarnya Pencipta Alam Semesta. Kira-kira 3 jam mereka

114 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

menikmati keindahan serta mengambil foto untuk kenangan akhirnya
mereka turun Gunung.

Rasa bahagia menyelimuti hati Antoni, ia ingin membawa Ayu
lain waktu ke Gunung Slamet untuk melihat indahnya alam ini. Saat
turun gunung ia tiba-tiba melihat bunga Anggrek yang menempel di
sebuah pohon. Tanpa pikir panjang ia lalu mengambilnya dan akan
mempersembahkan bunga itu kepada kekasihnya. Bahagia, lelah
muncul dalam hati Antoni dalam perjalanan pulang. Apalagi ia akan
memberikan sebuah bunga untuk Ayu sebagai tanda cintanya kepada
Ayu. Ia meletakan bunga Anggrek di samping tas ranselnya. Di tengah
perjalanan ia memeriksa tasnya ternyata bunga Anggrek itu sudah tidak
ada.

“Mungkin Anggrek itu harus tetap di puncak “ pikirnya sambil
tersenyum.

Bersambung…
***

True strory, cerita ini aku persembahkan untuk kekasihku Dian Antoni
dalam pendakian 25 Desember 2015 lalu di Gunung Slamet dengan
ketinggian 3.428 mdpl.

[Dialog dengan Bulan] 115

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

ANGGREK DI PUNCAK
SLAMET (part 2 )

---
Ayu Wihastanti

---

Sang raja siang menampakan di langit biru, kadang setengah
mengintip di balik awan membawa sinar kehidupan yang digunakan
untuk semua insan di muka bumi ini. Dengan merekah senyuman di
wajah, manusia menjalani kehidupannya masing-masing. seperti halnya
aku menjalani rutinitasku sebagai mahasiswa di daerah Bumiayu. Di
tengah-tengah banyak orang yang menuntut ilmu dengan harapan
memperoleh kehidupan dan menjamin di masa depan yang lebih bagus,
itu demikian yang dikatakan banyak orang tidak denganku karena tanpa
sekolah pun di antara mereka yang bisa memperoleh penghasilan yang
fantastis bahkan dikatakan milioner tanpa harus memakan bangku
perguruan tinggi. Yang harus berkutat dengan dosen untuk mengemis
IPK, menulis essai lembar demi lembar yang pada akhirnya akan
dibiarkan di rak perpustakaan dan diabadikan sebagai kenangan.
Perjuangan yang tidak mudah harus mengeluarkan jiwa dan raga hanya
untuk IPK. Sangat miris sekali, kadang essai seorang mahasiswa selalu
salah di mata dosen dengan tanpa rasa bersalah mencoret-coret yang
dianggap tidak benar. Tapi apakah dosen tahu untuk menulisnya
kadang mereka mahasiswa tidak tidur dan nafsu makan menjadi
berkurang, ya sekali lagi hanya untuk IPK itu jawabannya. Tapi
sudahlah walaupun demikian itulah tugas mahasiswa yang harus
mengemban dengan bekal dari bangku perkuliahan dituntut untuk

116 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

membangun yang lebih baik. Aku hanya bisa tersenyum sendiri, pikiran
itu datang seketika tetapi mudah pergi, bagiku hal itu bisa dipikirkan
nanti. Aku dilanda kecemasan dan kekhawatiran dalam benakku, hari
itu adalah matakuliah Perencanaan Pembelajaran biasanya aku sangat
bersemangat dalam mata kuliah tersebut tetapi tidak untuk hari ini yang
dirasa sangat lama. Aku ingin segera berbicara kepada kekasihku
Antoni, aku melihat di bangku seberang. Aku dan Antoni memang satu
kelas yang kadang membuat iri teman-temanku di kelas yang dianggap
pamer kemesraan padahal menurutku wajar-wajar saja tetapi mungkin
persepsi mereka berbeda. Kadang aku mencuri-curi pandang saat
matakuliah berlangsung yang membuat mataku bertemu dan tidak
tahan untuk membuat seulas senyum di bibirku. Hari ini aku dan Antoni
duduk berjauh-jauhan, aku tidak sedang bertengkar tetapi inilah yang
sering dilakukanku agar tidak dianggap pamer kepada seisi kelas yang
selalu berduaan. Tetapi hari ini aku sedemikian begitu gelisah tak
menentu, kakiku sering bergetar aku sering menggeser tempat dudukku
yang menandakan aku tidak tenang.

“Kenapa Ay? Gak tenang banget rasanya?” tanya Ifah yang
duduk di sebelahku. Aku tak menjawab pertanyaan Ifah hanya
tersenyum dan menggelengkan kepala. Dalam penantian yang cukup
lama akhirnya matakuliah itu selesai, aku langsung menghampiri Antoni.

“Sayang,” bisikku yang melihat kekasihnya membereskan
bukunya di meja.

“Kenapa Ay?” Antoni memandangku.
“Sayang, beneran tidak bohongkan?” kataku sambil
mengerutkan dahinya menunggu jawaban dari kekasihnya.
“Enggak, Ay sayang, aku enggak bohong lagian aku juga
enggak punya uang Ay,” jawab Antoni. Jawaban itu cukup melegakan
hatiku, setidaknya aku tidak kepikiran terus dan membuatku gelisah.
“Udah yuk kita makan,” ajak Antoni.

☺☺☺

Pagi menjelang kabut pagi yang masih tertutup sedikit demi
sedikit sirna oleh sinar sang raja siang. Tetesan embun masih terlihat di
dedaunan, sejuknya udara pagi membuat Aku bangun lebih pagi untuk
menikmati indahnya pagi. Setelah melaksanakan salat subuh aku keluar
rumah untuk menikmati udara yang masih segar, aku melihat sekeliling
rumahku yang masih gelap karena pagi itu masih menunjukkan pukul
05.00 WIB. Setelah cukup menikmati udara pagi itu, aku mengambil
HP-ku yang diletakkan di kamar. Ada rasa kecewa di hatiku.

[Dialog dengan Bulan] 117

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“Tak ada balasan,” kataku lirih. Aku sedang menunggu balasan
seseorang yaitu Antoni yang sejak tadi malam tidak membalas pesan
dariku.

“Mungkin masih tidur,” pikirku begitu. Karena greget aku
mengirimkan sebuah pesan untuk Antoni.

Sayang Kodok
Selamat pagi kodok, duh tidurnya pulas banget sih ? bangun sayang , nanti tak cubit
biar bangun sekalian hehehe . . :* :* =))

Aku tersenyum sendiri saat mengirimkan pesan itu,
kebiasaanku sejak dulu aku sering mengirimkan SMS ucapan selamat
pagi untuk Antoni. Aku memang sangat perhatian kepada Antoni,
kadang aku selalu melakukan hal-hal yang akan membuatnya bahagia,
aku melakukannya karena kumencintainya. Lebih dari dua tahun yang
lalu, aku telah terluka oleh seorang laki-laki yang banyak menorehkan
luka, sampai aku lupa untuk tersenyum kembali. Tetapi setelah bertemu
dengan Antoni, aku lupa tentang luka itu Antoni memberikan sebuah
senyuman yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku sangat
merasa nyaman berada di dekatnya, entah magnet dari mana aku
bingung menjelaskannya tetapi inilah yang aku rasakan. Aku benar-
benar mencintainya. Tetapi satu hal yang sering dilakukan oleh Antoni,
ia pernah berbohong. Bahkan kebohongan itu membuatku sangat
kecewa, sangat sakit sekali. Tetapi sudahlah aku berusaha untuk
melupakannya. Karena itu hanyalah masa lalu yang harusnya dijadikan
sebagai pelajaran di masa depan agar tidak terulang kembali.

Aku mengambil HP-ku kembali, masih tak ada balasan.
Mungkin aku akan menunggu sampai siang kalau tidak ada balasan aku
akan menelepon Fitri, adiknya Antoni. Aku tak mau memikirkan tentang
Antoni dulu, aku akan menyelesaikan tugas kuliahku terlebih dahulu.
Minggu ini tugasku sangat banyak mulai dari presentasi, membuat
makalah, tugas individu yang harus dikumpulkan besok. Aku mulai
mengetik tugas di laptopku, kali ini aku akan menyelesaikan tugas
Psikologi Perkembangan. Dunia psikologi menurutku sangat menarik
karena dengan psikologi kita bisa mengetahui karakter-karakter
seseorang. Menurut buku yang aku baca dengan adanya psikologi kita
bisa memahami kepribadian diri sendiri serta orang lain yang kita tidak
tahu. Mengetahui masa perkembangan manusia serta kepribadian
manusia dari lahir sampai menjelang kematian, sungguh luar biasa.
Bisa menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dengan rasa
semangat aku menyelesaikan tugas makalahku. Aku melihat waktu

118 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, aku mengambil HP-ku. Masih tak
ada balasan, aku meneleponnya berkali-kali tetapi nomornya tidak aktif.
Aku sangat cemas, kesal, dan perasaanku campur aduk. Akhirnya aku
putuskan untuk menelepon Fitri, aku mencoba berkali-kali tapi tidak
diangkat. Aku semakin gelisah, lalu aku teringat ponakan perempuan
Antoni yang bernama Efa kebetulan rumahnya berdekatan. Mungkin
ada jawaban kalau bertanya kepadanya dan Efa bisa membantuku. Aku
memberikan pesan singkat kepada Efa.

Efa (085747568345)
Mba, mas Antoni lagi di rumah?
-Ayu

Aku menunggu sangat lama sekali, tetapi tak ada balasan dari
Efa.

“Kakaknya, adiknya, ponakannya sama aja,” gerutuku yang
kesal sekali. Aku sangat mengkhawatirkannya tetapi kenapa tidak ada
yang memberitahuku di mana dia. Rasanya aku sangat ingin menangis
ingin sekali marah tetapi aku hanya bisa menghelakan napas.

“Ay, kamu mau berangkat ke kost kapan?’’ kata mama yang
tiba-tiba muncul dan membuyarkan lamunanku.

“Sekarang mah “ kataku lirih.
“Ini udah sore, kamu minta jemput Antoni aja,” mamaku
menyarankan.
“Nomornya lagi enggak aktif, Mah, mungkin aku naik bus aja,
Mah.”
“Iya sudah, nanti Mamah anterin ke terminal ya,” kata mama
sambil tersenyum.

☺☺☺

Sore ini begitu sendu, lintasan garis senja di langit menambah
kesenduan di hatiku. Aku melihat sekeliling terminal Ajibarang, banyak
orang yang berlalu lalang di hadapanku. Aku masih menunggu bus
jurusan Ajibarang-Bumiayu, aku duduk di kursi tempat pedagang
gorengan.

“Mau ke mana, Mba ?” tanya pedagang gorengan.
“Mau ke Bumiayu, Bu, tapi belum ada bus,” jawabku dengan
ramah.
“Mungkin magrib, Mbak, baru datang busnya soalnya tadi
setengah jam yang lalu udah lewat,” ujar pedagang gorengan itu yang

[Dialog dengan Bulan] 119

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

mengenakan kerudung hitam. Aku hanya mengangguk-angguk saja
karena tak ingin banyak bicara. Aku melihat HP-ku lagi tak ada SMS
dari siapa pun, aku sudah putus asa hatiku tak bisa terlukiskan. Setelah
menunggu setengah jam, akhirnya bus jurusan Bumiayu datang, aku
menaiki bus itu dengan pikiran yang berkecamuk. Pikiranku masih pada
kekasihku, tak ada yang memberitahu di mana Antoni berada. Yang
bisa dilakukan hanya menunggu. Bus melaju dengan kencang satu jam
lamanya berada di bus akhirnya sampai di Bumiayu. Dengan tergopoh-
gopoh membawa tas berisi pakaian, aku harus berjalan kira-kira 200 m
dari jalan raya menuju tempat kost. Setelah sampai aku merebahkan
diriku di kasur melepas lelah yang ada. Mata ini semakin berat dan
kemudian terpejam.

☺☺☺

Aku terbangun dari tidurku, karena HP-ku berdering. Aku
langsung mengambil HP-ku dan senyum di wajahku mengembang
kembali.

“Halo, Halo sayang,” kataku. Tetapi tidak ada jawaban dari
seberang. Aku mencoba meneleponnya kembali tetapi sekarang
nomornya tidak aktif. Aku mengeram dan aliran darahku naik, aku
meneleponnya berkali-kali tetap masih sama.

“Aku coba yang terakhir, kalau tidak aktif aku menyerah.”
Dan keajaiban entah dari mana, nomornya tersambung kembali. Aku
sangat gembira sekali mendengar suara kekasihnya itu. Tetapi aku
sangat kecewa ternyata ia sedang berada di Gunung Slamet, Antoni
berbohong. Butiran kecil di mataku mengalir deras, aku tak percaya
kalau ia membohongiku. Antoni sudah berjanji kalau ia tidak akan
mendaki gunung, tetapi ternyata ia melanggar janjinya. Tapi aku sadar
aku tak mungkin marah kepadanya, aku hanya berdoa untuk
keselamatan Antoni agar bisa kembali dengan selamat. Aku mengusap
air mataku sendiri, dan mencoba untuk menata hati. Setidaknya Antoni
masih mengingatku dan mengabarkanku, hatiku mulai lega walaupun
ada rasa kecewa di hatiku.

Sayang kodok
Sayang, hati-hati yah di sana, semoga km baik-baik aja. Aku menanti km kembali
-kekasihmu yang merindukanmu

☺☺☺

120 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Bulan tersenyum kembali kepadaku, sinarnya membawa hawa
malam yang begitu menusuk. Hanya kerlap kerlip bintang yang
menemani kadang sinar itu redup tetapi bulan itu tetap tersenyum.
Menebar cinta kepada siapa pun yang memandang langit, begitu sendu
malam ini. Ketukan pintu terdengar, aku membuka pintu terlihat sosok
wajah yang aku sangat kenal. Ia mengenakan kaos yang lusuh dengan
wajah yang menampakkan lelah. Ia memelukku erat begitu sangat erat,
seperti menumpahkan rasa rindunya kepadaku. Aku mencium bau
badannya begitu sangat khas dan aku menyukainya. Ia mengelus
rambutku dengan rasa kasih sayang, aku merasa nyaman di
pelukannya.

“Aku kembali Ay, maafkan aku Anggreknya masih di Puncak
Slamet,” katanya berbisik di telingaku.

[Dialog dengan Bulan] 121

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

SURAT CINTA UNTUK
MAMAH

---
Ayu Wihastanti

---

Azan subuh berkumandang, terdengar suara samar-samar
tangis bayi. Wanita muda itu terlihat sangat bahagia senyum merekah di
bibirnya. Bayi perempuan mungil itu diciumnya dengan penuh kasih
sayang. Walaupun melahirkan dengan penuh perjuangan
tetapi hilang seketika saat melihat bayi yang belum tergores oleh dunia.

Untuk mamah
Mah, aku tuliskan sebuah surat untuk wanita yang telah melahirku
sepenuh jiwa. Aku tahu mamah sangat kesakitan saat melahirkanku. Aku juga tahu
betapa lelahnya mamah mengandungku selama 9 bulan lamanya. Air mata
bahagiamu pecah bersama teriakan tangismu, kau usap aku, kau peluk aku dan kau
cium keningku terbayar sudah harapanmu.
Wanita itu terbangun di tengah malam, hanya untuk mengganti
popok dan menyusui bayinya di waktu malam. Walaupun matanya berat
tetapi wanita itu tak pernah protes untuk menyusui bayinya itu. Ia
berusaha menahan kantuknya, menahan lelahnya setelah seharian

122 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

menjaga bayinya. Tetapi ia tetap tersenyum saat melihat tingkah laku
sang bayinya. Ia memeluknya erat.

Mamah, pasti lelah yah saat aku haus di tengah malam, aku juga kadang
pipis sembarangan yang harus merepotkan mamah untuk bangun, aku juga sering
menangis membuat mamah tidak bisa tidur. Aku tahu mamah sangat lelah.

Kini sang anak sudah bisa berjalan, walaupun kadang terjatuh
tetapi wanita itu tetap membantu. Dengan telaten mengajari, penuh
perhatian dan kesabaran tetap membantu sang anak. Senyuman di
bibirnya tak pernah redup saat anaknya telah melakukan sesuatu,
wanita itu juga tak pernah marah saat anaknya tengah rewel.

Mah, masihkah kau ingat waktu itu aku memecahkan piring tetapi engkau
tak pernah marah kepadaku. Dan hanya mengelus rambutku waktu itu, aku takut
kalau kau sangat marah makanya aku menangis mah.

Wanita itu selalu mendengarkan ocehan anak itu, tetapi wanita
itu tetap berantusias untuk mendengarkannya. Saat itu sang anak
meminta mainan boneka Barbie seharga lima puluh ribu, wanita itu
melihat dompet apakah ia bisa membelinya. Ternyata uangnya hanya
dua puluh ribu. Ia memberi pengertian kepada sang anak, tetapi si anak
tidak mau mendengarkan alasan dari wanita itu ia terus merengek
meminta boneka Barbie. Akhirnya ia pergi ke pasar dengan uang
seadanya membeli boneka yang murah untuk hadiah si anak. Tetapi si
anak tidak menyukainya dan melemparkan boneka murah itu.

Mamah, saat ku ingat itu aku begitu menyesal, maafkan aku mah
melemparkan hadiah mamah yang pernah kau beri kepadaku. Seharusnya aku
senang, tetapi aku malah menyakiti hati mamah.

Saat ini si anak sudah tumbuh dewasa, ia sudah duduk di
bangku SMA. Si anak yang dulu sangat kecil kini tumbuh menjadi gadis
cantik. Wanita itu jarang bercerita dengan si anak, kadang si anak
pulang sore dan jarang bercerita tentang hari-harinya waktu di sekolah.
Padahal wanita itu ingin sekali mendengarkan cerita sehari-hari si anak.
Wanita itu ingin dibantu si anak walaupun sekadar mencuci piring. Tapi
si anak hanya diam dan menutup telinganya dengan bantal. Saat si
anak melakukan kesalahan dan dinasihati malah membanting pintu.

[Dialog dengan Bulan] 123

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Mah, aku kadang membantah mamah, kadang pula mengacuhkan apa yang
diperintahkan mamah kepadaku. Aku pulang sekolah dengan memasang muka
muram tapi engkau tak pernah marah malah engkau masih sangat baik kepadaku.
Mah, aku sangat menyesal waktu itu sudah membanting pintu, padahal kau hanya
mengarahkanku yang terbaik kepadaku.

Wanita itu sedang menderita sakit, dan terbaring di rumah sakit.
Si anak menangis tersedu-sedu, sampai habis air matanya. Ia tak
sanggup melihat wanita itu terbaring lemah di rumah sakit untuk
melawan sakitnya yang diderita.

Mah, saat itu dokter telah memvonis mamah terkena meningitis atau
radang selaput otak. Tahukah kau mah, aku begitu sangat sedih dan terpukul aku
tak henti-hentinya menangis. Berharap semua itu hanya mimpi atau lelucon belaka.
Tapi ternyata itu nyata, kau harus berusaha melawan virus radang selaput otak itu.
Aku selalu berdoa kesembuhan mamah di setiap sujudku agar engkau bisa kuat di
saat sakit. Mamah, aku mohon untuk mamah agar bisa kuat agar bisa menyaksikan
anakmu ini menjadi seseorang yang bisa dibanggakan. Maafkan kesalahan aku mah,
engkau bagaikan malaikat yang diturunkan Tuhan untuk menjagaku, merawatku
dengan sepenuh hati tanpa memperoleh pamrih apapun. Aku sangat bersyukur
dilahirkan di rahim mamah yang begitu tulus menyayangiku. Terimakasih atas
segalanya, terimakasih untuk semuanya yang telah engkau berikan kepadaku.

Aku sangat mencintaimu mamah,
Anakmu
-Ayu

Cerita ini aku persembahkan untuk ibunda tercintaku Ibu Tuti Hartini.
Ibu yang sangat tulus menyayangiku sepenuh hatiku. Love you mom

***

124 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Profil Penulis:

Nama : Ayu Wihastanti

TTL : Banyumas, 8 Februari 1996

Alamat : Randegan Rt 04/03 kecamatan Wangon,

Kabupaten Banyumas kode pos

53176 Jawa Tengah

No Hp : 085747059778

Email : [email protected]

Facebook : Ayu Wihastanti

Judul cerpen : 1. Anggrek di Puncak Slamet (part 1)

2. Anggrek di Puncak Slamet (part 2)

3. Surat Cinta untuk Mamah

Tentangku :
Wanita berhijab ini senang dunia tulis menulis, karya-karya sempat di
publikasikan di Radar Banyumas tahun 2013. Puisi yang berjudul
“Perjalanan Mimpi” pernah dimuat dalam antologi puisi pemantik mimpi.
Hal ini yang membuatnya semangat dalam dunia menulis. Ia juga
senang mengoleksi buku di rumahnya.

[Dialog dengan Bulan] 125

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

MEDIA DUKA

---
Nur Pujiati

---

Salahkah jika yang kurasa ini cinta?
Semua berawal dari dunia maya membosankan yang kusebut

itu sosial media. Sebut saja facebook, banyak orang bilang media ini
sangatlah menyenangkan. Kebanyakan dari mereka mengaku dirinya
sebagai facebooker. Rasa penasaran itu muncul, ingin mencoba
bagaimanakah rasa menyenangkan yang sering mereka sebut-sebut
itu.

Sudah 4 tahun lamanya aku bergabung di dunia facebook ini.
Ikut meramaikan beranda, update status, upload foto, saling comment di
status-status yang gak jelas, hingga saling like pun menjadi rutinitas
yang tak bisa kutinggalkan. Rutinitas kecil yang membosankan, tapi jika
tak dilakukan makin terasa membosankan hari-hariku.

Hingga suatu hari di bulan Februari 2012 aku mendapat sebuah
permintaan pertemanan dari seorang cowok. Yang awalnya aku gak
pernah respect sama dia. Bisa dibilang sih aku terlalu cuek sama dia.
Lama-kelamaan dia terasa menyenangkan, dia jadi teman yang baik.
Mulai dari saling menge-like status, saling comment dan sampai
akhirnya saling chatting bersama.

Kenapa aku mulai respect sama dia? Pertanyaan yang bagus
hehehehe. Karena dia mulai menceritakan tentang Jepang. Negri

126 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

sakura yang sangat aku idam-idamkan. Ternyata dia belajar bahasa
Jepang, dan baru aja selesai ujian. Aku pun mulai tertarik, dulunya sih
waktu tingkat SMP, aku pernah belajar nihonggo alias Bahasa Jepang.
Tapi cuma sampai tingkat 2. ‘Setidaknya kini aku punya teman berbagi
cerita tentang bahasa itu’ pikirku.

Indahnya belajar tentang Jepang, dia juga banyak mengajariku
tentang bahasa yang ia kuasai. Dari situlah aku mulai bisa sdikit terbuka
kepadanya, tentang namaku, tentang diriku. Sebut saja Ofick namanya,
dia mulai memberanikan diri bertanya tentang tempat tinggalku. Yang
jelas saja aku masih ragu untuk memeritahukan kepadanya. Yang
sebenarnya dia ingin datang dan berkunjung ke rumah untuk
berpamitan. Dia mau berangkat ke jepang. Dan alasan itu belum
kuketahui. Hingga berjuta alasan kusampaikan, beribu cara kulakukan
untuk menolak secara halus kedatangannya ke rumahku.

Hari berganti hari bulan pun berganti dengan sendu. Beberapa
minggu kulewati tanpa kabar dari teman mayaku ini. Di mana aku makin
bersahabat erat dengan buku-buku panduan bahasa Korea. Yang mana
aku akan disibukkan oleh berbagai macam tryout untuk menyambut
ujian yang akan datang. Hingga ujian pun terlaksana, teman mayaku itu
tak jua muncul, lama kelamaan aku mulai lupa tentang dia. Aku pun
mulai menjalani rutinitasku biasanya.

Di pertengahan Juni, sungguh kuingat. Ofick kembali
berseliweran di dunia maya kembali. Setelah kian lama menghilang
tanpa adanya sebuah kabar. ‘Ah benar, untuk apa dia harus
mengabariku,toh aku bukan apa-apanya dia juga’ pikirku bercakap-
cakap dengan angin. Lamunanku buyar saat dia meng-inbox-ku,

“Hai, Put.”
“Hai juga, Pik,” jawabku singkat.
“Lama jga ya gg chat sma kmu.”
“iyya nih,, kmana ajja kmu? Gg ada kbar sma skali”
“maap-maap, lagi penyesuaian aku d sini. Jdi e gg bsa ngasi
kbar” jelasnya panjang kali lebar kali tinggi dan hasilnya volume.#eh
loh.
“lho ,, emang lgi penyesuaian d mna? “ bingung
“skrg aq uda d Japan”
JDAR ,, kagetnya bukan main “lho kok gag blang2 sih??”
“lha aku mw k ruma kmu pmit, tpi kmuny mbulet”

Sumpah demi apa, aku gak nyangka kalau waktu itu dia
nanyain rumahku tuh cuma sekadar mau pamit. Hanya itu, gak lain dan
gak bukan hanya untuk pamit. Gila nih anak, pikirku. Sekarang dia udah

[Dialog dengan Bulan] 127

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

ada di negeri sakura impianku. Dan rasa kagumku padanya makin
bertambah.

Dia terlalu baik, terlalu bisa mengerti bagaimana cara
memperlakukan wanita. Bagaimana membuatku selalu merasa nyaman
walaupun sekadar bermain huruf dengannya lewat sosial media.
Walaupun sekadar bercerita tanpa harus melihat dan menatap
matanya. Tanpa mendengar suaranya ketika bercerita tentang
segalanya. Tapi perasaan nyaman ini sungguh terasa adanya. Kian
mengenalmu kian terasa indah duniaku. Mungkin masih banyak hal
yang tak kutahui tentangnya, dan banyak hal pula yang tak ia ketahui
tentang duniaku. Tapi satu yang kuketahui, bahwa kami mengetahui
satu dunia yang berada di tengah-tengah kami. Yaitu dunia maya, yang
slalu menemani kami, mempertemukan kami, dan menyatukan kami.

Makin hari makin terasa dekat, rasanya udah ketagihan sama
chatting-an darinya. Kalo dia telat chatt, rasanya kayak gimana gitu. Ya
mungkin inilah namanya cinta buta. Ketemu saja gak pernah, ngobrol
aja juga gak pernah, tapi getaran ini rasa bahagia ini selalu ada ketika
barisan tulisan muncul dari layar monitor. Dan tentunya itu dari kamu
Ofick. Kamu, iya itu kamu dan memang kamu. Gila ya? Bisa-bisanya
menyukai seseorang hanya dari gambar dan tulisan saja. Bodoh sih
memang, tapi itu yang kurasa.

Ternyata bahagia itu gak selalu ada ya? Kebersamaan dan
kenyamanan yg udah terjalin indah ini harus kandas jua. Semua ini
berawal dari saat sobat baikku nge-add akunnya si Ofick. Aku sih
santai-santai aja toh dia sobatku, Ofick juga statusnya juga masih
temen. Biarpun aku ngerasanya lebih dari temen sih, dia udah kayak
calon imamku gitu. Aku percaya dia, dan tentunya percaya sobatku itu.
Sebut saja Saras sobatku ini. Dia adalah sobat baikku sejak kami kenal
di lembaga Bahasa Korea. Sejak saat itu kami sama-sama saling
berbagi segalanya.

Akhir-akhir ini Saras berubah menjadi sedikit misterius. Gak
seperti biasanya dia menyembunyikan sesuatu dariku. Setelah
putusnya dia dengan pacarnya yang baru, dia tak pernah bercerita
dengan siapakah dia dekat seseorang. Aku pun tak ambil pusing, aku
pikir toh dia lama-lama bakal cerita juga kalau udah siap. Lambat laun
aku baru tahu dari status-status yang dia tuangkan di akun FB. Kalau
dia lagi deket sama seseorang yang bekerja di Japan. ‘Wah pas banget’
seseorang yang deket denganku juga lagi ada di Japan. Kali aja mereka
juga sama-sama berteman baik.’ Aku tak pernah buruk sangka sama
dia. Saras pun toh tak pernah mau bercerita tentang hal itu, aku juga tak
pernah cerita tentang kedekatanku dengan Ofick.

128 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Waktu terus bergulir dan mengalir, memang sepertinya tak
pernah terjadi apa-apa antara aku dan sobatku Saras. Tapi merasa
kami memang semakin terasa jauh. Mungkin karena kami sudah
mempunyai prince charming masing-masing. Walaupun kami tak
pernah menceritakan satu sama lain. Hubunganku dengan Ofick pun
juga sama seperti biasanya. Dia selalu ada, baik, dan tetap perhatian.
Meskipun aku kadang merasa dia sedang sibuk dengan seseorang,
entah di mana itu. Aku terus dan terus berusaha berpikir positif. Tentang
dia dan aku, dia sudah merencanakan tentang keseriusannya
denganku. Ofick mengatakan akan membuat ikatan antara kami,
sepulangnya dari Japan. Gembiranya bukan main saat dia berkata
seperti itu. Aku merasakan keseriusan dari kata-kata yang terlontar dari
tiap baris tulisannya. Oh Tuhan, aku jatuh cinta hanya karena tulisan
indah, sungguh tak kupercayai hal ini.

Saras mulai mencoba mendekat dengan pertanyaan-
pertanyaan yang kurasa kian mendesak. Dia selalu mengorek-ngorek
dengan siapa aku dekat kini. Aku selalu berkata jujur padanya, tapi dia
selalu diam beribu bahasa tiap aku bertanya akan hal sama seperti
yang ia tanyakan padaku. Aku kian merasakan ada hal yang aneh, ada
apakah gerangan? Kenapa semua terasa ada yang disembunyikan?
Aku pun tak ingin berpikir macam-macam yang nantinya akan
menjadikan hal yang tidak disukai. Selalu saja kusimpan rapat-rapat
pertanyaan ini dalam benakku. Sambil perlahan kuselidiki, apakah yang
sedang terjadi? Ofick pun menjadi tempat curhatku tentang keanehan
sahabatku ini. Dan dia pun berusaha meyakinkanku tidak ada apa-apa
dan semua akan baik-baik saja.

Dan suatu hari, Saras mengatakan hal yang sangat amat
membuatku hampir gila. Ternyata prince charming-nya Saras adalah
Ofick. Iya Ofick-ku, Saras menceritakan semuanya padaku. Tentang
apa yang dia rasa, tentang bagaimana Ofick selalu ada untuknya,
tentang ceritanya, masa lalunya, dan semuanya. Ternyata sama persis
seperti apa yang dilakukan dan dikatakan Ofick padaku lewat setiap
kata yang muncul di layar monitor. Oh Tuhan, kurasakan dada ini kian
sesak, tak sanggup lagi benapas, tak sanggup lagi berkata-kata. Hanya
lewat bulir air mata ini yang bercerita. Bagaimana pedihnya dibohongi,
pedihnya dikhianati, dan pedihnya dibodohi. Oleh mereka orang-orang
yang kuanggap napasku. Aku sungguh tak bisa berkata apa-apa, hanya
diam dan menahan segala sesak di dada inilah cara yang bisa
kulakukan. Hanya suara saras yang bisa kudengar dari ganggang
telepon yang masih kupegang.

“Put, kmu gpp kan??”

[Dialog dengan Bulan] 129

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

“put,,, maav,, bukan nya aku gag mau cerita ke kamu, ,cuman
aku masi nyari waktu yang pas. ” jelasnya dari ujung telpon

“iya,, waktu aku udah terlanjur jatuh, terpuruk,, krna terlanjur
sayng sama dia???!!” jeritku dalam hati yang tak bisa ku ungkapkan
lewat sepatah katapun

“put,, ngomong dong…”
“put,, jangan bikin aku takut..” katanya lagi.

Sungguh air mata ini tak terbendung lagi, terasa sesak yang
mendalam. Tak sanggup lagi aku mendengar kata-katanya.
Handphone-ku pun terjatuh sampai mati. Begitu juga hatiku rapuh dan
terjatuh hingga hancur berkeping-keping tak bersisa. Sungguh tak
kusangka, sahabatku selama ini menusukku dari belakang. Kenapa gak
bilang dari dulu? Kenapa? Kenapa baru sekarang, setelah semua
sakura dalam hatiku berbunga dan mekar? Kini sakura itu layu dan
gugur dalam waktu singkat. Sungguh tak bisa kubendung lagi rasa
kecewa ini, sakit ini, sesak ini. Dan saat itu juga semua social media-ku
aku non-aktifkan, tak terkecuali handphone-ku. Semua mati.

Berhari-hari aku merenungkan apa yang telah terjadi. Mencoba
memahami apa arti dari semua ini, mencoba mengambil hikmah yang
ada. Mencoba dan terus mencoba, semakin aku mencoba tegar,
semakin sesak yang kurasa. Tak terasa, berhari-hari air mata ini jatuh
tak terkendali. Hanya karena oleh ulah seorang Ofick dari dunia maya.
Yang tak pernah kuketatui bagaimana wajah aslinya, yang tak pernah
kudengar suaranya, dan yang tak pernah terasa nyata kehadirannya di
sekitarku. Dia telah berhasil menghancurkan semuanya.
Menghancurkan hati seorang yang polos sepertku ini, menghancurkan
sebuah harapan besar dalam hidup, dan menghancurkan mimpi-mimpi
yang telah susah-payah kurangkai. Kamu berhasil, sangat berhasil
menghancurkan segalanya termasuk persahabatanku dengan Saras.
Semuanya memang maya, tapi rasa sakitnya bener-bener nyata.

Butuh berminggu-minggu bahkan hitungan bulan aku bisa
mengatasi hati ini, melupakan segalanya. Dan mencoba kembali
memperbaiki segalanya. Terutama sahabatku Saras. Kami berusaha
memulai semuanya dari awal. Bersahabat seperti dulu, tapi entah
kenapa rasanya masih ada lobang yang menganga di antara kami. Aku
dan Saras sepakat untuk menghapus nama Ofick dan antek-anteknya
dari memori hati kami. Untuk mempermudah hari esok yang harus
dihadapi. Awalnya memang sulit, tapi kami masih berusaha dan terus
berusaha mencobanya.

130 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Jujur saja, sebenarnya hanya Ofick yang berhasil meluluhkan
hati ini. Hanya Ofick yang mampu memahami dan mengerti apa yang
kumau dan kuinginkan. Tapi ternyata dia melakukan hal itu bukan
padaku seorang, tapi banyak prempuan lain di luar sana. Ofick memang
Pangeran Harapan Palsu (PHP). Aku tak akan dan tak akan pernah lagi
tertipu dengan hal semacam ini lagi. Gak akan pernah!! #catet.

***

Profil Penulis:

Nur Pujiati, lahir di Malang, 18 Maret 1993. Lulusan SMK Negeri 1
Turen yang saat ini bekerja di sebuah toko. Membaca dan menulis
adalah hobynya. Cewek pecinta warna hijau ini mempunyai moto
“mimpi adalah awal dari segalanya”. Ia dapat di hubungi di e-mail
[email protected], bisa juga di Facebook Nur Pujiati dan di Twitter
@JupRun
no Hp : 081259081437
alamat : Jl.manggis RT.1 RW.4 Desa : Kemulan Kec:Turen Kab:Malang
JATIM kodepos : 65175

[Dialog dengan Bulan] 131

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

EMBUN DALAM SENJA

---
Ridaul 'Aini

---

Tidak ada yang tahu kehidupan kita esok akan bagaimana.
Terkadang nalar manusia tak mampu untuk menjangkau setiap sudut
arti kehidupan, walau kita telah belajar banyak dari sudut-sudut yang
paling kecil sekalipun. Bahkan sudah sulit melihat ukuran besar kecil itu.
Mungkin hari ini kita bisa tertawa lepas, sedetik kemudian, apa yang
terjadi kita tidak akan tahu.

Pagi ini di sudut kota Surabaya, Embun menatap langit yang
menguning. Dilihatnya senja dari sudut danau. Dia telah mencari
ketenangan yang dia kira akan dia dapat dengan duduk bersanding
bersama danau. Namun, ketika matanya menatap senja yang muncul
perlahan, yang dia ingat adalah Senja. Senjanya yang telah berlalu
lama. Senjanya yang telah menghilang bersama kenangan. Hati
kecilnya menanyakan kehadiran Senja diantara senja dan dia. Akan
tetapi tidak sedikit pun dia tidak pernah tahu jawabannya, di mana
Senja berada.

Sejak lima tahun terakhir, jiwa dan raganya telah terpisah dengan
Senja. Senja masih ada, entah di belahan bumi yang mana. Ketika
Embun merindukan Senjanya, maka dia akan mencari senja. Rindunya
akan menguap bersama tenggelamnya sang surya.

Embun telah menanti begitu lama. Yang Embun pikirkan
hanyalah, bahwa Senjanya akan kembali lagi di sisinya. Namun, yang
Embun dapat hanya kisah-kisah Senja bersama orang lain. Embun

132 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

sendiri yang memaksakan diri menatap Senja tanpa dia tahu bahwa
Senja telah bersama orang lain.

“Embun!”
Embun menatap sumber suara yang memanggilnya.
“Lintang? Kenapa?”
“Yuk, pulang, senja sudah menghilang ditelan malam.”
Embun beranjak dari singgasana yang selalu dia tempati untuk
menatap senja. Lintang adalah sahabatnya. Sahabat yang selalu setia
menemaninya menemui senja. Mungkin pada kenyataannya Lintang tak
pernah benar-benar menemani Embun menatap senja. Namun, Lintang
hanya ingin bersama Embun. Menikmati senjanya bersama Embun,
walau Embun menikmati senjanya untuk Senja. Lintang ingin
menggantikan posisi Senja yang selalu ada di pikiran Embun. Lintang
adalah laki-laki yang super sabar menghadapi tingkah Embun yang
semakin hari semakin tidak dapat dimengerti. Mereka berdua, Embun
dan Lintang, sama-sama bermimpi tentang senjanya. Namun di sisi
dunia yang lain, yang tidak pernah mereka ketahui bahwa ada yang
akan mendapatkan impiannya.
Lintang dan Embun bertemu satu tahun yang lalu di sebuah
acara kampus. Lintang adalah senior Embun. Setelah bercakap-cakap
mereka semakin hari semakin dekat. Hingga Lintang menyimpan
perasaan untuk Embun. Namun, apa daya Lintang karena yang dicinta
lebih memilih menunggu sang Senja. Embun tak pernah tahu, karena
bagi Lintang cukup dia yang tahu.
“Mau makan?”
“Ayo!”
Makan bersama adalah agenda rutin yang mereka lakukan
setelah Embun puas menatap senja.
“Kamu nggak capek menanti yang tak pasti?”
Seketika Embun menoleh. Tatapan yang tidak disukai Lintang
muncul di hadapannya. Ini yang Lintang tidak pernah suka dari Embun,
Embun itu keras kepala.
“Kamu butuh jawaban seperti apa?”
“Baiklah Embun, aku tidak akan menanyakan apapun lagi.
Karena aku tidak akan pernah siap dengan jawaban yang akan kau
utarakan.”
“Maksudmu apa?”
“Sudahlah, aku mau pergi.”
Lintang berlalu dari hadapan Embun. Itulah terakhir kali mereka
jalan bersama. Tidak ada lagi Lintang yang menemani Embun untuk
menatap sang senja.

[Dialog dengan Bulan] 133

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

***

“Kenapa ya Lintang marah sama aku?”
“Kamu belum sadar juga Embun? Lintang telah melakukan
banyak hal untuk kamu, dan kamu tidak pernah tau apa yang
sebernarnya dia rasakan?”
“Maksud kamu apa?”
“Kamu benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh? Lintang
menaruh harapan yang besar terhadapmu! Kamu tidak pernah sadar
bahwa Lintang yang selalu ada untuk kamu karena yang ada di
pikiranmu hanya si Senja, Senja dan Senja!”
“Cukup! Kamu mungkin benar! Aku memang bodoh! Tapi aku
hanya menganggapnya sebagai sahabatku.”
“Tidakkah ada yang berbeda di celah-celah hatimu itu ketika
bersama dia. Bisa saja kau mencintainya, namun semua tertutup oleh
obsesimu terhadap Senja.”
“Bulan, ada ruang untuk Lintang yang pasti kusisakan. Namun
hanya sebatas seorang sabahabat.”
“Kamu akan sadar betapa berharganya dia ketika kamu benar-
benar kehilangannya!”

***

Satu bulan berlalu. Tidak ada yang tahu Lintang dimana. Tidak
juga teman-teman Lintang. Tidak ada lagi yang menemani Embun
menikmati senja. Bagaikan ada sebagian dari diri Embun yang
menghilang ketika memikirkannya. Bahkan Embun sampai lupa rasanya
nikmatnya menikmati senja. Kenyamanan yang selama ini dia dapat
hanya ketika bersama Lintang.

“Embun!”
“Bulan kenapa? Kok lari-lari?”
“Lintang!”
“Lintang kenapa?”
“Lintang sakit! Parah!”
Ada yang berkata bahwa ketika kamu merasakan nyeri di dada
kamu ketika seseorang dalam keadaan tidak baik, maka kemungkinan
kamu lebih dari sekedar peduli terhadap orang itu. Dan yang dirasakan
Embun adalah nyeri seketika pada bagian dadanya. Sudah tidak
berjumpa sekian lama, yang datang bukan orangnya, tapi kabar yang
seperti itu.

134 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Mereka bergegas ke Rumah Sakit tempat Lintang dirawat. Bukan
kali pertama Embun mengetahui Lintang sakit. Namun, rasa
bersalahnya membuatnya semakin merasakan sakit yang teramat
dalam.

Dari penjelasan orangtua Lintang, bahwa Lintang mengalami
kecelakaan dalam perjalanan pulang dari danau setelah bertemu
Embun. Namun Lintang waktu itu sempat membaik keadaannya dan
mengatakan tidak perlu memberitahu siapapun termasuk Embun. Dan
Bulan mengetahui semuanya karena tidak sengaja melihat orangtua
Lintang di Rumah Sakit. Dan akhirnya dia tau semuanya.

Bulan hanya berbohong masalah Lintang yang sakit parah.
Sebenarnya Lintang hari ini akan pulang. Hanya saja Bulan hanya ingin
Lintang dan Embun berdamai di hari itu.

***

“Masih belum bosan menatap senja seperti itu?”
“Tidak. Karena aku menatap senja, bukan Senja.”
“Yakin?”
“Kenapa tidak. Aku selalu yakin senja akan membawaku kepada
malam-malam yang indah.”
“Bukan sedang menunggu ketidakpastian Senja?”
“Cukup Lintang! Jangan merusak suasana hatiku.”
“Ayo makan. Pasti lapar.”
“Ayo!”
Arah pandang memang telah berubah, begitu pula hati sang
Embun. Tidak lagi ada Senja dengan ketidakpastiannya. Yang ada
hanya Lintang yang selalu setia menjadi teman hidupnya. Ya!
Lintanglah yang menjadi sandaran Embun. Sandaran dalam menikmati
senja, tanpa bayang-bayang Senja.

SELESAI
***

Profil Penulis:

[Dialog dengan Bulan] 135

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Nama saya adalah Ridaul 'Aini. Saya lahir di Kediri pada tanggal 29 Mei
1994. Saya adalah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Prodi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Saat ini saya aktif di Komunitas Rabo Sore (KRS) yang
merupakan salah satu komunitas di Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Karya pertama saya yang dibukukan adalah sebuah puisi
yang berjudul Senja Menghilang, yaitu pada buku Antologi Puisi
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2015. Selain itu tiga puisi
saya lolos dalam antologi Negeri Kertas Kerinduan Hujan.
Sekarang saya tinggal di Asrama Puteri Unesa Gedung P6 Unesa Lidah
Wetan. Sedangkan alamat asal saya adalah Dusun Susuhbango Utara
RT 01 RW 01 Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten
Kediri. Nomor yang dapat dihubungi 085790473131 dan facebook saya
adalah Ridaul Aini.Dsn. Susuhbango Utara RT/RW 01/01 Ds.
Susuhbango Kec. Ringinrejo Kab. Kediri Jawa Timur 64176
085790473131. Email: [email protected]

136 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

LOVE STORY

----

Achmad Fadhil Ihsan
----

Seorang gadis yang beruntung itu bernama Widya. Namun
Widya selalu galau karena caranya sendiri. Dari awal SMP Widya sudah
mengenal arti cinta. Ya, walaupun nggak begitu paham sih. Yang
memperkenalkan cinta pada Widya bernama Kirun. Widya masih ingat
saat Kirun menyatakan cinta kepadanya, dan masjid besar di desa
Kauman menjadi saksi bersejarah dalam hidup Widya itu. Namun Widya
belum menjawab karena dia gugup baru pertama ada orang yang
menyatakan cinta kepadanya.

“Maaf Run, aku belum bisa menjawab sekarang,” jawab Widya
dengan nada pelan.

Mendengar jawaban itu Kirun langsung pergi. Pada malamnya
Kirun memperjelas lagi melalui alat komunikasi atau bahasa kerennya
‘gadget’. Dan kali ini Widya menerimanya juga. Dia belum sebegitu
kenal dengan Kirun, namun sudah main terima aja. Yang membuat
Widya yakin menerima Kirun adalah dia selalu kepo tentang kegiatan
yang dilakukan Widya dari keluarga, teman bahkan Kirun tahu kalau
pada malam hari Widya tidak pernah makan atau sering disebut diet.

***

[Dialog dengan Bulan] 137

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Akhir dari kisah percintaan mereka begitu kejam. Kirun yang
mengajari Widya jatuh cinta, dan Kirun juga yang membuat hatinya lara.
Kirun berkata bahwa dulu ia menyatakan cinta itu karena unsur
keterpaksaan. Widya kurang begitu tahu apa yang sebenarnya terjadi,
yang ia tahu Kirun itu tulus banget mencintainya.

Beberapa bulan saat Widya jomblo, ada seorang yang
mencintainya dengan tulus, ia bernama Ciko, Widya berencana
melupakan Kirun dengan cara mencintai Ciko. Namun yang dilakukan
Widya adalah sebatas pelampiasan kekesalannya kepada Kirun.

Kisah percintaan kedua Widya bersama Ciko berakhir selama
satu bulan. Ternyata Widya gagal ‘Move On’ dari Kirun. Widya pun
meminta bantuan teman-temannya untuk ‘putus’dari Ciko, salah
satunya Damar. Meski memiliki rupa yang nakal, Damar selalu ada
disaat Widya sedih. Damar pun yang selalu menenangkan Widya ketika
melihat Kirun dekat dengan orang lain. Dan hingga akhirnya, Widya
jatuh cinta dengan Damar.

***
Tahun ajaran baru pun mulai bergulir. Widya kurang begitu
suka dengan suasana kelasnya yang sekarang. Karena ia tidak sekelas
dengan sahabat-sahabatnya. Namun Damar selalu mengajarinya untuk
selalu bersyukur.
“Gak papa tidak sekelas dengan sahabat-sahabatmu. Kan
kamu bisa bermain dengan mereka saat bel istirahat berbunyi,” hibur
Damar
Namun lama-kelamaan Widya risih dengan kelakuan Damar.
Akhirnya Widya mencoba meninggalkan Damar demi keinginannya
memiliki pacar yang notabene satu kelas dengannya. Hingga akhirnya
Widya bertemu dengan Adnan. Awalnya hanya sebatas teman mesra
hingga menjadi pacarnya.
Meskipun Adnan adalah pacarnya, Widya belum begitu akrab
dengan cowok satu kelasnya ini. Motif awalnya Widya menerima Adnan
adalah hanya coba-coba. Agar Widya merasakan rasanya berpacaran
dengan teman sekelasnya. Namun seiring berjalannya waktu Widya
semakin nyaman dengan Adnan. Adnan pun demikian, ia selalu

138 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

memperhatikan Widya meskipun Widya agak cuek dengannya. Namun
cinta tak mengenal kekurangan.

****
Sudah 5 tahun Widya dan Adnan bersama. Hingga Cantik
(nama panggilan kesayangan dari Adnan) mulai ingin tahu tentang
masa lalunya Adnan. Widya selalu mengajukan pertanyaan yang aneh-
aneh seperti, punya mantan berapa? Pacaran sama siapa saja? Rata-
rata pacaran berapa lama? Yang selalu membuat Adnan sedikit kesal.
Namun ia selalu menanggapi pertanyaan tersebut dengan sangat
sabar.
“Masa lalu biarlah berlalu. Yang terpenting adalah sekarang dan
masa depan,” kata Adnan.
Ketika Widya marah karena pertanyaannya tidak pernah
dijawab, Adnan malah berbalik cuek. Dan saat seperti inilah yang Widya
tidak senang karena ia menjadi kangen untuk ‘es em es san’ dengan
Adnan. Hati Widya pun luluh dan ia menghubungi Adnan untuk baikan
seperti biasannya.
Seiring berjalannya waktu, Widya memperlihatkan
kecemburuannya kepada Adnan. Dalam hal berhubungan yang
namanya cemburu sudah biasa. Seringkali hubungan mereka tak
selurus yang mereka harapkan karena sebuah hubungan tak akan
pernah selalu berjalan lurus, pasti ada liku-liku yang harus kita lewati
bukan hindari.
Semakin hari makin cuek-cuek dan cuek. Itulah sifat cowok,
perhatian hanya di awal saja. Sebanarnya sih jika Widya berpikir lebih
dewasa, Adnan nggak perlu disalahkan. Memang kegiatan sekolah
semakin padat. Seharusnya Widya bisa berpikiran lebih dewasa.
Namun apa daya, sifatnya yang masih seperti anak kecil, yang selalu
baper, tidak professional membuat hubungan mereka semakin rumit
rumit dan rumit.
Widya selalu cengeng melihat Adnan deket dengan cewek lain,
padahal mereka hanya berteman. Entah ianya yang terlalu baper atau
mungkin cewek lain itu yang terlalu nggak sadar ataupun rasa sayang
Adnan yang sudah hilang. Widya bingung dengan keadaan saat itu.
Sampai akhirnya Adnan lelah dengan sifatnya yang masih seperti anak

[Dialog dengan Bulan] 139

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

kecil. Seperti salah satu lirik lagu ini “...bukan Cuma hati yang kau sakiti,
juga hidupku...” kemudian saat Adnan lelah, dia bernyanyi, salah satu
liriknya “...aku hanya minta bebaskan diriku...”. Sahabat-sahabatnya
Widya tidak ada yang tahu tentang apa yang ia sedang rasakan. Namun
anehnya, saat di sekolah ia mencoba untuk tetap tersenyum.

Saat mendengar lirik lagu itu, Widya sadar, memang Adnan
benar. Adnan memilih jalan masing-masing di antara mereka. Di situlah
hati Widya sangat sedih dan patah untuk yang kedua kalinya. Namun di
sisi lain mereka berjanji untuk hati mereka tetap saling menyatu.

“...cinta ini selalu untukmu,
rasaku tak mungkin pernah habis...
meski kita tak lagi bersama...”
Akibat dari rasa kekurang sabaran Widya, yang selalu meminta
untuk balikan balikan dan balikan. Ia terlalu baper sampai menyalahkan
seseorang cewek yang sedang dekat dengan Adnan walaupun mereka
hanya berteman, Adnan makin lelah dengan semua itu, akhirnya dia
sangat marah, sampai ia berkata, “dengan sikapmu yang masih seperti
anak kecil, yang selalu menyalahkan aku dan aku rela berkorban demi
kamu, kamu masih berharap balikan sama aku?? TIDAK!!”
Widya saat itu nggak tahu kata-kata itu benar atau salah.
Soalnya Adnan terlalu tertutup tentang perasaan. Adnan selalu
melindungi teman ceweknya itu daripada Widya, karena sikap Widya
itu.
Disaat itu hati Widya mungkin sangat patah, Widya menangis
sampai tak memedulikan kesehatannya karena terlalu baper. Sampai-
sampai sahabat-sahabatnya yang awalnya tidak mengetahui hubungan
Widya dengan Adnan, sekarang menjadi tahu karena kemarahan Widya
terhadap Adnan yang membuat hati Widya ingin bercerita tentang
hubungannya. Setelah itu Widya benar-benar menyesal dengan
sikapnya itu. Sampai akhirnya Adnan menonaktifkan semua jejaring
sosial mendiannya supaya Widya bisa tenang dan tidak baper, kecuali
normo hp. Adnan takut jika nomor hp dinonaktifkan, ia akan sulit untuk
dihubungi kedua orangtuanya dan cewek yang sedang dekat
dengannya. Di situ Widya merasa hancur mendengar kata-kata Adnan
seperti itu sampai pertengkaran hebat terjadi antara Widya dan Adnan.
Namun Sahabat-sahabatnya Widya tidak ada yang tahu tentang hal ini.

140 [Komunitas Negeri Kertas]

Antologi Puisi dan Cerpen Komunitas Negeri Kertas

Selama tiga atau nggak lima harilah, baru Adnan aktifkan kembali
semua jejaring sosialnya. Widya mencoba memperbaiki diri. Widya pun
harus sabar dan harus bisa menahan rasa bapernya ini.

Akhirnya Adnan mau memaafkan Widya, namun satu yang dia
takutkan. Adnan semakin cuek bahkan sampai nggak bales chatt-an
Widya waktu itu. Widya sudah berusaha sabar dan ikhlas. Widya yakin
jika cinta, dia akan kembali walaupun 8 tahun atau 10 tahun yang akan
datang, menurut pengamatannya di pasangan lainnya.

Kenapa Widya menunggu seseorang yang belum jelas? Itu
mungkin karena hati Widya sangat yakin seyakin-yakinnya bahwa esok
Adnan akan kembali kepadanya. Namun penglihatannya mengarahkan
bahwa Adnan tak akan kembali kepadanya. Sampai akhirnya Widya
harus menghindar dari Adnan, bukan berarti Widya tidak mencintainya.
Namun Widya harus menerima kenyataan bahwa Adnan sekarang
belum menjadi jodohnya.

***

Profil Penulis:

Achmad Fadhil Ihsan. Penulis adalah seorang yang dilahirkan di
Rembang, tanggal 29 Januari 1998, dengan nama lengkap Achmad
Fadhil Ihsan. Biasa dipanggil Fadhil namun teman teman memanggil
Odol. Penulis betempat tinggal di Rembang, Jalan HOS Cokroaminoto
No 7 Rembang. Saat ini tercatat masih sebagai siswa SMA N 1
Rembang. Jika ingin berkenalan dengan penulis silakan follow akun
facebook Achmad Fadhil Ihsan, Yahoo : [email protected]. No
Hp : 089691350650 . Kode Pos : 59218

[Dialog dengan Bulan] 141


Click to View FlipBook Version