CHATOYANT
Erica Natalie
Natalie C. Gunawan
CHAPTER I
“Akhhhhhh!”. Teriakan Amme memenuhi gudang sekolah NeoKids Senior High
School.
“Aduh mending lo diem deh, nanti kalo ketahuan juga bakal susah di elo dasar
anak yatim piatu lo HAHAHAHAHHA”.
“HAHAHAHAHAHAH, aduh ngakak banget gue Bri.” ucap Lynette.
“Yang kek gini harus lebih dikasih pelajaran gak sih guys? Biar makin nurut sama
kita - kita.” tanya Florine.
Di NeoKids Senior High School ini ada 1 geng yang terdiri dari Brianna si ketua
geng, Florine, dan Lynette. Mereka adalah anak - anak cheers yang diidam -
idamkan oleh anak laki - laki di NeoKids.
“Lepas Bri, sakit…” teriak Amme kesakitan.
“Apa? Aduh gua gak denger nih, kalian dengar gak guys? HAHAHA” ucap
Brianna mengejek.
“Gak denger nih Bri”. Sambut mereka dengan tawa.
“Tuh, gak ada yang denger nih Me gimana ya?”
‘Brakkk’. Tubuh Amme menghantam lantai gudang sekolah yang keras dan
dingin.
Hal seperti ini seharusnya sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang Ammelia
Clementine, hanya karena Ia adalah seorang anak yatim piatu, Ia menjadi bahan
bully - bullyan geng Brianna. Meskipun hal seperti itu sudah setiap hari Amme
rasakan tetap aja terasa sakit karena selain mengejek, mereka juga melakukan
kekerasan fisik. Jadi, bukanlah hal yang aneh jika tubuh Amme memiliki banyak
lebam karena perlakukan Brianna and the geng.
Alasan Amme dibawa ke gudang sekolah ini karena Amme tidak mengerjakan
tugas rumah Brianna, Florine, dan Lynette. Seperti sudah kebiasaan mereka jika
ada tugas, mereka akan menyuruh Ammelia untuk mengerjakannya untuk mereka
dan Amme harus menyetujuinya jika tidak hal seperti saat ini akan terjadi terus
menerus. Amme tidak dapat mengerjakan tugas mereka karena tadi malam Ia
lembur karena Cafe tempat Ia bekerja sangat ramai jadi Ia tidak sempat untuk
mengerjakan 4 tugas sekaligus. Amme sudah memberikan alasannya kepada
Brianna and the geng tapi tidak ada yang peduli akan alasan Amme dan malah
terus menampar Amme.
1
“Gue ga mau tau ya kalau nilai kita bertiga jelek karena lo gak kerjain tugas kita.”
jawab Florine.
Tiba - tiba terdengar suara dobrakan pintu gudang.
“Woi, lo apain Amme lagi sih? Awas aja ya kalian bertiga.” itu adalah Kaleandra
Arsene Clovis atau yang sering dipanggil dengan Kale, teman dekat eh tidak, lebih
tepatnya teman Amme dari kecil yang selalu bersama Amme dan selalu
membantu Amme. Saat Kale sudah masuk ke gudang Ia langsung membantu
Amme berdiri.
“Lo gapapa kan Me? Mana yang luka? Ayo kita ke UKS.” ujar Kale dengan
khawatir.
“Aku gapapa kok Le, yuk kita keluar” jawab Amme dengan lembut.
Amme adalah anak yang baik dan lembut, tidak sekalipun Ia berperilaku jahat, Ia
selalu menerima semuanya dengan lapang dada dan meskipun Ia selalu diganggu
oleh Brianna, Florine, dan Lynette pun Ia tidak pernah sekalipun membenci dan
memiliki dendam akan tindakan mereka selama ini.
“Gak bisa gitu dong Me, nih tiga anak ini harus dikasih pelajaran. Ayo lo bertiga
ikut gua ke ruang Kepsek” ujar Kale dengan marah.
“Apa - apaan sih lo Kale, kita gak mau ya ikut - ikut lo. Lagian juga Kepsek
sekolah ini kan Ayah gue” ucap Brianna keceplosan karena kesal dan takut.
Brianna takut jika Ia akan dimarahi oleh Ayahnya karena sudah membongkar
rahasia yang ayahnya tutup rapat - rapat karena malu memiliki anak pembully
seperti Brianna yang dapat merusak reputasinya sebagai Kepala Sekolah di
NeoKids Senior High School.
“Oh!, jadi ini alasan lo selalu lolos dari hukuman dan tetep gangguin Amme,
karena lo anak Kepsek” tawa penuh kebencian keluar dari mulut Kale.
Brianna yang keceplosan membongkar rahasianya pun takut dan ingin segera
keluar dari gudang tersebut.
“Udah Kale yuk kita keluar lagian juga aku gak kenapa - kenapa kok” kata
Ammelia agar Kale tidak terlalu berurusan dengan masalahnya. “Tapi kan Me
mereka udah -“ ucapan Kale terputus karena Amme sudah menariknya keluar dari
gudang sekolah tersebut dan menyisakan Brianna and the geng disana yang
terdiam.
Tanpa semua orang sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari awal
kejadian tersebut terjadi. Orang itu pun langsung menghubungi Kakek-nya yang
merupakan pemilik NeoKids High School untuk meminta bantuan agar memecat
Kepala Sekolah yang menjabat saat ini alias Ayah dari Brianna sekarang juga.
Dan orang itu adalah Harzen Neivel Zetas, cucu dari pemilik sekolah dan anak
dari Halcyon Nouvel Zetas sang Direktur sekolah dan juga ketua kelompok mafia
2
terkaya di dunia. Murid yang langsung populer saat masuk SMA karena
ketampanan dan kepintarannya. Bukan hanya populer Ia juga mendapat julukan
Most Wanted di NeoKids High School.
Alasan Harzen atau yang biasa disebut dengan Arje itu melakukan hal tersebut
karena Ia telah menyukai Ammelia sejak pertama kali masuk SMA. Saat itu
mereka lagi menjalankan MOS atau Masa Orientasi Sekolah di NeoKids High
School, tetapi ada suatu kejadian dimana Harzen melawan Ketua Osis disana.
Flashback
Di pagi hari yang cerah, semua siswa sudah berkumpul di lapangan untuk
mengikuti MOS hari pertama. Ammelia dan Kale berjalan beriringan memasuki
lapangan NeoKids, sudah ada banyak murid - murid yang berbaris di lapangan
tersebut. Amme dan Kale berbaris di barisan paling belakang dekat gerbang
sekolah.
“Selamat pagi semua, gue Jordan Benedict selaku Ketua Osis di sekolah ini dan
gue biasa dipanggil Jordan”. sapa Jordan.
“Karena kita mau memulai upacara kita, gue mau kalian semua baris dengan rapi
dan yang untuk yang seragamnya ga lengkap bisa baris di depan sini” perintahnya.
Murid - murid yang tidak memakai seragam lengkap langsung berdiri di depan
dan upacara pun dimulai.
Sementara itu di rumah Harzen,
“Arje kamu ga mau sekolah? ini udah telat banget loh” teriak Ella, mama Harzen
dari luar kamar. “Iya ma, bentar lagi” sahut Harzen. “Bentar lagi gimana sih Arje,
ini udah mau jam 7 lewat!” teriak Ella lagi
Harzen pun bangun dan langsung mengecek handphone nya.
“MAMPUS DEH GUE!!!!” Harzen pun langsung bergegas ke kamar mandi.
Setelah itu Ia langsung memakai seragamnya dan berlari ke bawah untuk pergi ke
sekolah.
“MA.. PERGI DULU YA, BYE MAMA SAYANG” teriak Harzen sambil menuju
garasi motornya.
“SARAPAN DULU ARJE” Balas Ella tak kalah teriak.
“GA BISA MA… AKU UDAH TELAT BANGET NIH, NANTI AKU MAKAN
DI KANTIN SEKOLAH AJA” teriak Harzen lagi.
“Dasar anak muda, udah tau mau sekolah malah susah bangun sendiri” keluh Ella.
Sesampainya Harzen di sekolah, Ia langsung memarkirkan motornya dan berlari
menuju lapangan sekolah. Tetapi sebelum Ia sampai di lapangan, Ia langsung
3
diberhentikan oleh kakak-kakak Osis yang berjaga di depan. Dia pun langsung
dibawa dan ditempatkan di barisan khusus karena tidak memakai atribut lengkap
dan terlambat.
“Amme lu liatin apa?” tanya Kale penasaran
“Hah? Gua ga liat apa - apa kok” elak Amme.
Upacara pun berlangsung lancar hingga selesai.
Setelah upacara selesai murid - murid diizinkan untuk istirahat kecuali anak - anak
di barisan depan.
“Amme ke kantin yuk, haus nih gua” ajak Kale penuh semangat.
“Yuklah, aku juga haus.” jawab Amme. Lalu mereka berjalan menuju kantin,
tetapi mata Amme langsung tertuju pada Harzen yang ada di depan.
“Lo liatain apa sih dari tadi?” tanya Kale sangat penasaran.
“Engga kok, aku ga liat apa - apa beneran deh” elak Amme lagi.
Jarak dari kantin dengan lapangan bisa terbilang dekat jadi murid - murid yang
ada di kantin bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi lapangan.
“Karena kalian ga pake atribut lengkap udah pasti ada sanksinya. Kalian yang ada
di barisan ini bersihkan koridor kelas 10 dan 11” kata Jordan.
“Tapi buat lo, yang datengnya telat sendiri. Lo bersihin gedung olahraga” kata
Jordan lagi sambil menunjuk ke arah Harzen.
“Baik kak” jawab para murid yang lainnya.
“Lah kok gitu sih? Gue ga mau lah!” jawab Harzen dengan menantang.
“Ya kan lu udah telat terus ga pake atribut lengkap lagi. Mending lu cuma gua
suruh bersihin gedung olahraga, atau mau ditambah bersihin toilet juga?” jawab
Jordan dengan tak kalah menantang.
“Ck, ah elah” jawab Harzen lalu langsung pergi ke gedung olahraga.
Karena Amme memperhatikan Harzen dari kantin, Ia pun mengetahui dimana
tempat Harzen akan menjalankan hukumannya. Tidak tahu apa yang seorang
Ammelia sedang lakukan karena selama ini Ammelia tidak pernah sekalipun
tertarik dengan seorang laki - laki. Alasan Amme tertarik dengan seorang Harzen
karena Harzen mirip dengan seseorang yang pernah Ia temui.
Harzen POV
“Aduhhh… ribet banget sih tuh si Jordan. Gue sampe harus bersih - bersihin nih
gedung kotor” keluh Harzen sambil menyapu lantai.
“Ga pernah diberesin apa tah nih gedung? Masa sekolah segede ini ga ada OB
yang bersihin sih? Jelek nih sekolah, awas aja entar gue laporin kakek” keluh
Harzen lagi.
“Kriiettt…” suara pintu terbuka.
4
“Haiii…” sapa Ammelia dengan senyuman yang indah.
Gue yang lagi nyapu pun terkejut akan kehadiran sosok perempuan yang memiliki
senyum manis ini.
“Eh iyaa… siapa ya?” kata gua
“Hmm sorry, tadi aku denger kalo kamu dihukum disini jadi aku beliin minum
deh. Nihh..” kata perempuan itu sambil menyodorkan minuman botol.
“Ma - makasi” jawab gue terbata - bata.
“BTW, nama lo siapa?” kata gue lagi.
“Oh iyaa sampai lupa, kenalin nama aku Ammelia Clementine. Biasa dipanggil
Amme” jawab dia.
“Gua Harzen Neivel Zetas, panggil aja Arje”
“Okey.. haii Arje” sapa Ammelia lagi dengan senyuman yang lebih besar daripada
sebelumnya.
Dan gue pun makin jatuh dalam senyumannya. Ga tau kenapa gue ngerasa kalau
gue pernah liat senyuman ini sebelumnya, tapi gue ga inget siapa dan kapan.
“Yaudahlah ya, ga perlu diinget - inget juga” kata Harzen dalam hati.
“Sorry ya aku tiba - tiba nyamperin kamu terus ngasih minuman ke kamu gini,
sebenernya dari awal aku liat kamu tuh, aku ngerasa ga asing sama muka kamu
jadi aku penasaran ehehehehee” kata dia.
“Eh? Iya ga masalah kok tenang aja. Gue juga ngerasa ga asing sama senyuman
lo” kata gue.
“Oh yaa? Jadi kamu inget siapa orang yang mirip sama senyuman aku?” Tanya
Amme.
“Sayangnya gue ga inget” jawab gue dengan ketawa canggung.
“Yah…. sayang banget” balasnya.
“Oh iyaa.. kamu perlu bantuan?” tanya Amme lagi.
Sebenernya gue mau aja dibantu tapi ga deh kasihan Amme nanti kecapean. “Ga
usah kok, gue bisa sendiri. Lo duluan aja ke lapangan” tolak gue.
“Okey Harzen semangat ya!! Aku balik ke lapangan duluan ya..” sorak Ammelia.
Amme pun segera berbalik menuju lapangan. Harzen melihat itu dan tanpa sadar
ia berkata, “Cantik juga dia” sambil menyeringai. “Issh apa - apaan sih lo Harzen”
kata gue setelah tersadar dari lamunannya.
Flashback end
Saat jam istirahat Amme kembali ke kelas setelah dari UKS, tetapi tidak bersama
Kale lagi karena Kale mau makan di kantin. Dalam perjalanan menuju kelas ia
bertabrakan dengan seorang lelaki dan membuat barang bawaan lelaki itu terjatuh.
“Maaf, aku tidak sengaja” sahut Amme sambil membantu lelaki itu.
5
“Tidak apa-apa, ini salahku juga karena tidak berjalan dengan hati-hati” jawab
lelaki itu.
“Eh? Lo Amme kan ya?” tanya cowo itu.
“Loh? Harzen. Aduh sorry ya aku beneran ga sengaja” ucap Amme dengan rasa
bersalah.
“Hahahahaha… gapapa kok Me gue juga salah. Lo mau ke kelas?” Tanya Harzen.
“Iya nih, duluan ya Harzen” ucap Amme.
“Okey bye Amme, see you later”
Dari kejauhan Brianna and the geng yang melihat interaksi Amme dan Harzen pun
kesal. “Apa - apaan sih Amme? Dia ngegodain cowo gue” kesal Brianna. “Menel
banget sih” sahut Lynette.
“Kayaknya dia mau cari masalah lagi deh sama kita” tambah Florine.
“Nanti kita samperin dia ke kelas” kata Brianna.
Amme sedang duduk di kursinya sambil mengerjakan tugas, dan tepat saat itu
Brianna and the geng nyamperin Amme dan menggebrak meja Amme hingga
Amme kaget.
“Heh, Ame lu ngapain godain cowo gua” kata brianna dengan kasar.
“Si-siapa?” tanya Amme dengan ketakutan.
“Gausah pura - pura gatau deh lo!” sahut Lynette.
“Masa sih lu gatau? Cowonya Brianna tuh salah satu cowo terpopuler di sekolah
kita! si Harzen” sahut Florine.
“Hah? Aku ga godain dia kok, tadi aku ga sengaja tabrakan sama dia” jawab Ame.
“Gausah boong deh lu Me, awas aja lu kalo ngegodain cowo gua lagi. Abis lo
sama gue!” kata Brianna penuh penekanan.
Harzen POV
“Hi guys! Sorry gua lama.”
“Dari mana lu zen?” tanya salah satu teman Harzen
“Dari perpustakaan gue abis mengembalikan buku”
“Btw, kalian tau Ammelia ga?” tambah gue.
“Ammelia Clementine yang sering di bully sama Brianna and the geng itu kan?”
sahut teman Harzen.
“Yang kemaren di pukulin sama Brianna and the geng di gudang sekolah kan?”
jawab teman Harzen yang lain.
“Emang kenapa zen” tanya Marko.
“Engga papa tadi gua ga sengaja aja tabrakan sama dia”
6
Saat gue mau balik ke kelas, gue ngelewatin kelas Amme dan gue ngeliat Amme
sedang di bully oleh Brianna. Setelah melihat itu gue pun menunggu Brianna dan
antek - anteknya di luar kelas dan mencegatnya saat mereka hendak keluar.
“Hi Harzen!”sapa Brianna.
“Lu abis ngapain Amme?”
“Oo.. itu.. ehh… Kita habis kasih dia nasihat” jawab Brianna panik.
“Kayaknya kebalik deh, harusnya lu yang dikasih nasihat bukannya Amme. Awas
aja lu kyk gitu lagi ke Amme” sahut gue ketus dan meninggalkan mereka.
POV Harzen end
Keesokan harinya, berita Kepala sekolah alias Bapaknya Brianna dipecat dari
sekolah karena menutup - nutupi kesalahan anaknya yang membully Ammelia dan
teman sekolah lainnya. Setelah itu orang - orang bergerombol mencari Brianna
dan mulai menghujatnya karena selama ini Ia selalu bebas dari segala hukuman
yang seharusnya Ia dapatkan sejak dulu.
“Lo gila sih Bri, selama ini lo ngebully kita dan lo sama sekali ga dapet sanksi?”
kesal salah satu murid NeoKids.
“Mampus lo Brianna, sekarang ga ada lagi yang bakal ngelindungin lo” kata
murid NeoKids lagi.
“Mending lo cepet - cepet minta maaf deh ke korban - korban lo. Trus jangan
ngebully lagi karena kita ga tau apa yang bakal sekolah lakuin ke elo” ucap murid
lagi.
Brianna yang di permalukan seperti itu pun langsung menangis dan lari menuju
toilet di ujung koridor dan diikuti oleh Florine dan Lynette.
Harzen mulai mengamati Amme dari jauh. Harzen juga melihat perbuatan Brianna
and the geng terhadap Amme dan beberapa kali memperingati Brianna agar tidak
mengganggu Amme lagi. Harzen selalu merasa cemburu jika Amme berdekatan
dengan Kale. Ia tidak tahu mengapa rasanya Ia sangat kesal jika ada laki - laki
yang mendekati Amme. Interaksi antara Amme dan Harzen pun mulai banyak,
Harzen selalu mencari kesempatan untuk berbicara dan menghabiskan waktu
bersama Amme seperti saat ini.
“Haii Amme…” sapa Harzen dengan semangat.
“Hai Arje!! Kamu abis dari mana? Kok bisa tahu aku disini?” Tanya Amme.
“Tadi gue ga sengaja ngeliat kamu jalan ke sini, jadi gue pikir gue samperin lu aja,
lagian gue juga ga sibuk” jawab Harzen
“Nihh gue bawain makanan buat lo, lo pasti belum makan siang kan” tambah
Harzen.
“Wahh thankyou Arjee, kita makan bareng yuk!”
7
“Ayuk” jawab Harzen sambil tersenyum
Harzen pun juga terlihat semakin dekat dengan Amme, hal itu membuat para
perempuan di sekolah itu merasa iri terhadap Amme. Brianna and the geng pun
merasa geram kepada Amme sehingga mereka makin membully Amme untuk
menunjukkan kekesalan mereka.
8
CHAPTER II
Saat ini Amme sedang berjalan di taman dan tiba tiba ada yang menyiramnya
dengan air bekas pel dari atas rooftop. Harzen yang melihatnya dari jauh pun
langsung menghampiri Amme.
“Byurrr”
“Rasain tuh akibatnya, HAHAHA” teriak Brianna dari rooftop.
Amme hanya bisa terdiam. Kale dan Harzen melihat hal itu dari jauh pun
langsung menghampiri Amme dan menutupi Amme dengan jaket Kale karena
hanya Kale yang memakai jaket. "Amme, lu ga papa kan?" Tanya Kale dan
Harzen barengan.
"Aku gapapa kok" jawab Amme.
Lalu Amme dan Kale pergi menuju toilet sedangkan Harzen rooftop menghampiri
dalang yang membuat Amme basah kuyup.
Harzen POV
“BRAKK..” suara pintu rooftop yang ditendang.
“AAHHK” teriak Brianna dan kedua temannya kaget.
“APA-APAAN SIH LOH HARZEN” teriak Brianna.
“ELO YANG APA - APAAN!!! LO ADA MASALAH APASIH SAMA
AMME?!”
“Gue gasuka aja sama dia, dia tuh sok baik, sok suci, sok polos, trus lu juga tau
kan gue suka sama lu. Tapi kenapa lu sukanya sama Amme sih.” jawab Brianna.
“Gue mana mungkin suka sama pembully” jawab gue sambil meremehkan
Brianna. Mendengar itu Brianna pun menangis.
“Awas ya lo! Sekali lagi gue ngeliat lu ngegangguin Amme lagi, habis lo sama
gue!”
“Lo tau kan kalo gue tuh cucu yang punya sekolah, gue bisa aja ngeluarin lo dari
sekolah ini dalam sekali telpon, kayak apa yang gua lakuin ke bapak lo” kata gue
sambil tersenyum jahat.
Florine dan Lynette yang mendengar itu pun shock.
“Jadi alasan bapak gue dipecat itu gara - gara lo?!” Murka Brianna.
“HAHAHAHAHHA” “Emangnya siapa lagi disini yang bisa pecat Kepala
sekolah selain gue?”
“Gue benci banget sama lo Harzen!!! Gue nyesel udah pernah suka sama iblis
kayak lo!!” teriak Brianna sambil nunjuk - nujuk gue.
“Yang iblis disini elo atau gue sebenernya hah?”
9
“Bukannya udah jelas banget ya kalo iblis disini tuh elo Brianna!! Satu sekolah
juga tau kali” jawab gue sambil ketawa
“Pokoknya gue benci banget sama lo!!!” Brianna pun langsung lari dari rooftop
dalam keadaan menangis.
“Yeah, so do i”
“Kok lo jahat banget sih Zen?” kata Florine
“Bagi gue ini udah keterlaluan banget! Brianna tuh beneran sayang sama lo, tapi
keknya dia salah udah suka sama lo yang jahat begini” sahut Lynette.
“Kalian ga ngaca? Yang lebih jahat tuh kalian”
“Kalian ngebully orang - orang yang ga ada salahnya sama sekali sama kalian.
Bandingin sama gue, gue ga bully kalian sama sekali kok. Gue cuma kasih
nasehat buat kalian intropeksi diri lagi”
Setelah ngomong itu gue langsung keluar dari rooftop dan mencari Ammelia dan
Kale.
POV Harzen end
Suara derap langkah kaki Harzen memenuhi koridor, sampai membuat murid -
murid yang berdiri koridor menatap Harzen keheranan. Ia sangat khawatir
keadaan Ammelia saat ini.
“Me lu gapapa kan?!”
“Ada yang luka ga?!”
“Sakit ga?!”
“Mana yang luka” tanya Harzen khawatir sambil mengecek seluruh tubuh Amme.
Kale yang melihat tindakan Harzen pun keheranan.
“Eh-h? Hum - em? Satu - satu dong nanyanya. Aku ga kenapa - kenapa kok. Ga
ada yang luka juga” jawab Amme keheranan sambil tersenyum tulus.
Kale yang merasa canggung dan sedikit cemburu dengan situasi ini pun langsung
izin pergi dari tempat dia saat ini.
“Me gue ke kelas duluan ya, gue lupa ada tugas yang belum gue selesaiin” kata
Kale.
“Tugas apa? Keknya kamu ga ada tugas yang belum kamu selesaiin” tanya Amme
bingung.
“Hah? Emm - mm ada kok tugas yang tadi, barusan dikasih sama Pak Risto”
jawab Kale terbata - bata karena sebenarnya Ia berbohong. Tidak ada tugas baru,
Ia hanya tidak suka dengan sikap perhatian yang diberikan oleh Harzen ke
Ammelia. Ia bisa dibilang cemburu karena terlihat ada yang menyukai Amme dan
Ia tidak suka dengan itu.
“Owhh.. yaudah gapapa duluan aja Kale, semoga tugasnya gampang ya!” jawab
Amme.
10
Setelah mendengar jawaban Amme, Kale hanya tersenyum lalu pergi dan
menyisakan Harzen dan Ammelia berdua.
POV Kale
Setelah meninggalkan mereka, gue langsung pergi menuju taman. Keadaan taman
sekolah saat ini sepi banget dan gue milih buat duduk di salah satu kursi di sana
sambil mikirin kejadian tadi. “Orang se - populer Harzen kok bisa deket Amme?”
gue pun bertanya - tanya dalam hati. “Ini gua dapet saingan baru tah? Dia ada niat
jahat ga sih sama Amme? Kalo Amme dijadiin mainan dia gimana ya? Tapi dia ga
pernah deket sama cewe satupun”
“Ahhkk!! Tau ah pusing gue” sambil mengacak - acak rambut.
POV Kale end
“Hey!”
Kale yang sedang melamun pun terlonjak kaget.
“Ehh… sorry, gue ngagetin ya?” tanya perempuan itu.
“Gapapa kok, emang gua nya tadi ga sadar. BTW ada apa ya?” tanya Kale
“Tadi gue liat lu sendiri, jadi gua samperin aja. Kenalin gue Izzy Marley.” jawab
Izzy.
“Gue Kale, lu kelas mana?” tanya Kale
“Ini gue ga disuruh duduk dulu?” sahut Izzy sambil tersenyum.
“Eeh.. iya.. Sorry, sini duduk.” Kale langsung bergeser.
“Gue dari 12 IPA 2, kalo lo?”
“Gue 12 IPA 3. Kok gue ga pernah liat lu ya?”
“Hahaha, gue baru pindah, jadi ini pertama kali lu liat gue.” jawab Izzy sambil
tertawa.
“By the way, lu temen pertama gue Kale disini. Semoga kita bisa jadi teman baik
ya.” tambah Izzy.
“Semoga bisa jadi temen baik dan nyaman ya sekolah disini” jawab Kale.
Kale langsung melihat jam tangannya dan tidak terasa “jam istirahat sudah mau
selesai
“Yuk balik ke kelas! Udah mau masuk nih. Gue anterin, siapa tau lo lupa dimana
letak kelas lo” kata Kale tertawa bercanda
“Gue inget yaa!!!! Ayok dah” jawab Izzy.
Disaat yang bersamaan, Amme dan Harzen lagi kebingungan karena Harzen
maupun Amme tidak ada yang membawa baju ganti. Sehingga Harzen menelepon
supirnya untuk menjemput mereka.
“Pak, tolong jemput saya ya”
“Kok udah minta jemput den?” tanya supirnya.
11
“Gapapa jemput aja pak, cepet!” jawab Harzen.
“Baik den, tunggu ya…”
“Tut..”
“Me, lu ikut ke rumah gua dulu ya..”
“Ngapain? Terus sekolahnya gimana?” tanya Amme kebingungan.
“Bolos sehari ga bikin bego kok” jawab harzen sambil tertawa.
“Ya kan tetep aj-”
Ucapan Amme pun terpotong karena Harzen menariknya ke arah parkiran.
“Jangan cepet - cepet Arje! Tungguin…” kesal Amme.
“HAHAHA, iya iya ditungguin.. Makanya cepetan dong” canda Harzen.
“Ya, kan kaki kamu lebih panjang” jawab Amme sambil merajuk.
“Iihh gemes banget sihh, pengen dicubit dehh” balas Harzen gemas.
“Apaansihh.. dah lah diem aja kamu!” Amme pun makin kesal.
“HAHAHAHAHAH iya - iya ini diem” jawab Harzen diakhir.
Setelah kejadian Harzen dengan Brianna di rooftop, Brianna tidak berniat turun
dan menyuruh teman - temannya untuk turun ke kelas duluan karena dia ingin
menenangkan dirinya sendiri. Sebenarnya tidak ada alasan untuk dia membenci
Ammelia, tetapi rasa iri itu selalu muncul yang membuat Brianna membenci
Ammelia. Tepat pada saat Harzen dan Ammelia masuk ke dalam mobil Harzen,
Brianna melihat kejadian tersebut dan makin membenci Ammelia karena ke
iriannya terhadap Amme. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membuat
Ammelia lebih sengsara saat di sekolah.
“Den, hayuk sini masuk!”
Ternyata supir Harzen sudah datang tanpa mereka sadari.
“Ayo Me masuk!”
“Tapi baju aku basah, nanti kursi mobil kamu kena basah” Amme merasa tidak
enak.
“Udah gapapa masuk aja, apa mau gua pangku?” goda Harzen.
“Ihh apa sihhh…..” muka Amme pun memerah dan langsung masuk ke dalam
mobil.
“Yaampun anak muda zaman sekarang, teruskan ya den!” canda pak supir.
“Tentu saja dong pak” jawab Harzen sambil mengedipkan sebelah matanya.
Amme yang mendengar percakapan mereka pun makin malu dan mukanya makin
memerah.
Harzen yang melihat muka Ammelia memerah pun tertawa.
“HAAHHAHAHAHA karena bapak sih, nih muka Amme merah banget”
“Aduh non, maap yaa non. Bapak teh ga bermaksud, suer dah non” jawab pak
supir merasa bersalah.
12
“Ehh? Gapapa kok pak” “Ihhh Harzen jangan gituu!!” jawab Amme merasa tidak
enak.
“HAHAHHA gapapa kok Me, udah biasa pak Tono mah diginiin. Ya ga pak?”
jawab Harzen.
“Wo jelas iya dong den” jawab pak Tono bersemangat.
Harzen dan Amme pun tertawa. Tak terasa mereka sudah sampai dirumah Harzen
yang lebih mirip dengan istana daripada rumah.
Mereka pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah Harzen.
“Pa, ma, Arje pulang” teriak Harzen.
“Kok dah pulang Je?” tanya Ella, Ia tidak sadar akan kehadiran Ammelia
dibelakang Harzen.
“Ini ma, dia bajunya basah dan dia ga bawa baju ganti” jawab Harzen.
“Ehh… Siapa ini? Ga biasanya loh Arje bawa cewe ke rumah” “Aduh cantik
banget ini Je, siapa namanya?” jawab Ella senang.
Karena Harzen tidak pernah sekalipun mengenalkan perempuan ke orang tuanya,
ini pertama kalinya seorang Harzen membawa perempuan kerumah. Ella sangat
senang dan akan memberi tahu kan kabar gembira ini ke suaminya.
“Halo tante, aku Ammelia.” jawab Amme dengan tersenyum malu.
“Yaampun udah cantik, namanya juga cantik lagi. Udah fix cocok sama Arje.”
sahut Ella dengan bersemangat.
Amme yang mendengar kata - kata itu dari Ella pun malu dan hanya bisa
membalas dengan tertawa canggung.
“Aduh mama bisa aja, aku jadi malu” jawab Harzen malu bercandaan.
“Dah ah, kesian Amme basah gini nanti dia masuk angin” jawab Harzen lagi.
“Iya, yaudah sana ke kamar kamu. Tapi jangan ngapa - ngapain ya kamu Arje,
awas aja kamu!” kata Ella skeptis.
“Yaelah ma, tenang aja kali. Arje ga bakal ngapa - ngapain kok. Tunggu halal dulu
HAHAHAHAH” jawab Harzen sambil bercandaan.
“Dah ahh, aku ke atas ya. Bye ma!” izin Harzen.
“Tante aku ke atas dulu ya” kata Amme lembut.
“Iya Amme, nanti turun lagi ya. Kita makan siang bareng” jawab Ella.
“Iyaa tante..”
Amme pun mengikuti Harzen ke lantai atas untuk berganti pakaiannya.
13
CHAPTER III
“Nih baju gue, tapi keknya bakal kebesaran deh kalau lo yang pake” sambil
memberikan baju miliknya.
“Gapapa kok Arje, yang penting ga basah kek gini”
“Oh iyaa Je, kamar mandi atau tempat ganti bajunya dimana yaa?”
“Udah lo ganti disini aja biar gue yang keluar”
Sepeninggal Harzen, Ammelia menelusuri kamar milik Harzen yang menurutnya
ini sangat rapi untuk ukuran laki - laki seperti seorang Harzen. Kamar ini memiliki
nuansa yang sangat cozy dengan campuran warna putih, hitam, dan abu - abu
yang mendominasi kamar seorang Harzen. Terdapat juga sebuah gitar yang
terlihat mahal, tiba - tiba Amme membayangkan jika Harzen memainkan gitar
tersebut. Lalu disebelah gitar tersebut ia melihat ada beberapa foto masa kecil
Harzen. Saat melihat foto itu, Amme merasa seperti pernah melihat anak yang ada
di foto tersebut. Tetapi Ia tidak begitu ingat dengan orang yang ada di dalam
bingkai foto itu. Tidak ingin terlarut dengan pikirannya, Amme pun langsung
mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah diberikan oleh Harzen. Ia
melihat pantulan dirinya dengan pakaian yang kebesaran itu. Setelah itu ia pergi
keluar kamar dan ternyata di depan pintu sudah ada Harzen yang menunggu.
“Cute” kata Harzen secara tidak sadar saat melihat Amme memakai bajunya yang
kebesaran itu.
“Eh? Apa? Coba diulang”
Bagi sebagian laki - laki yang melihat perempuannya mengenakan pakaian
miliknya dan itu terlihat kebesaran, entah bagaimana rasanya perempuannya itu
terlihat lebih menarik dan lucu disaat yang bersamaan, dan itu terjadi kepada
Harzen saat ini.
“Hah? Eh? Ga-gapapa kok.. Tadi ga ngomong apa - apa”
“Harzen, abis ini bisa anterin aku ke cafe ga?” tanya Ammelia.
“Mau ngapain Me ke cafe?”
“Aku kerja disana”
“Lo kerja?”
“Iya Harzen, aku kerja. Kalau aku ga kerja, aku ga ada uang”
Karena suasananya menjadi tidak baik karena Ammelia membicarakan tentang
keuangan, Harzen pun membisakan tawaran yang Ammelia berikan. Ia
sebenarnya pasti akan mengiyakan hanya saja ia terlalu penasaran alasan Ammelia
untuk pergi ke cafe.
14
“Ekhem! Okei nanti gue anterin”
“Btw lo laper ga? Yuk makan di bawah” lanjut Harzen.
“Hahahaha, iya ayok”
“He’s cute”
Ammelia tau jika Harzen mengalihkan pembicaraan tetapi Ia tidak mau membuat
Harzen semakin malu dan salah tingkah karena setelah Ammelia bertanya telinga
milik Harzen berubah menjadi merah.
Saat sampai di bawah Amme terkejut karena ada laki - laki yang duduk bersama
ibunya Harzen di meja makan dan ia bisa langsung menyimpulkan bahwa itu
adalah ayahnya Harzen.
“Loh papa kok dah pulang?”
“Loh kamu kok juga dah pulang? Bawa Cewe lagi”
“Udah, udah gausah ribut. Sini Ame duduk sebelah mama”
“Eh… iya tante”
“Udah manggil mama aja”
“Iyah ma”
“Oh ya Amme, ini kenalin papanya Arje.”
“Halo Om, Aku Ammelia temen sekolahnya Arje.”
“Udah panggil Papa aja biar sama kayak istri saya” sahut papa Harzen sambil
tertawa.
Amme yang diperlakukan seperti itu merasa sangat senang karena ini pertama
kalinya dia merasakan kehangatan sebuah keluarga, setelah ayah dan ibunya
meninggal.
Akhirnya mereka pun makan bersama. Namun, saat di pertengahan papa Harzen
bertanya kepada Amme.
“Amme, kamu anaknya Xavier dan Naeva kan?”
Amme yang mendengar pertanyaan itu pun sangat kaget, karena ia tidak tau kalau
papa Harzen mengenal orang tuanya. Ella yang mendengar pertanyaan suami nya
itu pun ikut terkejut.
“You know my parents?”
“Of course dear, kita sudah temanan semenjak kita SMA, kalian juga dulu
berteman” sambil menunjuk ke arah Amme dan Harzen.
Mereka yang mendengar itu pun ikut bingung dan juga kaget.
“HAH?!” jawab mereka barengan.
“Eh iya ma, siapa lagi ya satunya temen mereka yang dulu tinggal di gang
sebelah?”
“Siapa ya aduh mama juga lupa, oh itu pa Kale keknya namanya. Dulu suka
banget ngintilin Amme, akhirnya malah temenan bertiga hahahahaha”
15
“Oh iya Kaleandra, masih kenal kah kalian?”
“Kale temen aku om, eh pa” sahut Amme
“Iya Kale 1 sekolah sama kita”
“Wah bagus itu, suruh dia ke rumah Je. Mama mau ajak makan kalian bertiga,
udah kangen banget mama” kata Ella dengan penuh semangat.
“Pa, Ma, aku ke atas duluan ya sama Amme, yuk Me”
“Aku ke atas dulu yaa Pa, Ma”
“Iya - iya sana ke atas aja main sama Arje”
Setelah masuk ke kamar, Arje langsung menghantamkan badannya ke atas kasur
miliknya, Amme juga duduk di kursi belajar Arje.
“Me lo nyangka ga sih kita kek gini?” rasa tidak percaya masih hinggap dalam
pikiran Harzen.
“Sama, aku juga masih ga percaya kalau dulu kita temenan heheheheh”
“Pantesan pas kita awal masuk tuh gue bilang kan kalo senyum lo mirip seseorang
yang gue kenal”
“Ahh! Iya - iya aku inget HAHAHAAH. Aku kasih kamu minuman kalo ga salah
karena aku juga ngerasa ga asing sama muka kamu”
“Iya itu - itu AHHHHA ga nyangka ya”
“Gimana kalo Kale tau ya Je? Dia pasti shock banget deh wkwkwk. Aku udah
kebayang muka dia bakal bereaksi seperti apa HAHHAHA”
Mereka pun menertawakan kebodohan mereka.
“Tapi gue ga ngenalin Kale sama sekali loh Me”
“Loh kenapa gitu ya? Perasaan muka Kale ga berubah banyak deh”
“Ya karena yang selalu gue inget cuma lo Ammelia, dan ternyata lo itu first love
gue HAHHAH. Dunia sempit banget”
“Iya kenapa ya? HAHAHAH gue juga ga tau deh”
“Me, katanya mau ke cafe gue anterin yok.” Kata Harzen
“Eh! Astaga aku sampai lupa kalau harus ke cafe. Aku ngerepotin ga sih kalo
dianterin gini? Mending aku naik ojek online aja deh.”
“Heh! Engga ya, ga aman kalau pake ojek online. Aku ga mau nanti ada apa - apa
sama kamu di jalan. Udah aku aja yang anter”
“Hmmm… okei” jawab Amme
Mereka turun ke bawah dan pamit dengan orang tua Harzen.
“Pa, Ma aku anterin Amme ke Cafe dulu ya”
16
“Ma, Pa Amme izin pergi dulu ya. Makasih untuk menerima Amme dengan
tangan terbuka dan juga makasih untuk makan siangnya, itu enak banget! Amme
suka”
“Yaampun, pasti lah mama sama papa nerima kehadiran kamu. Makasih juga ya
atas pujian untuk makanan mama. Lain kali kita masak bareng ya sayang”
“Mama tinggal hubungi aku aja kok kalau mau masak - masak bareng”
“Pasti itu mah. Okei hati - hati ya sayang”
“Hati - hati ya kalian” kata Halcyon.
Setelah menempuh waktu 30 menit akhirnya mobil Harzen sudah terparkir rapih
di depan Cafe tempat Ammelia bekerja. Tentu saja Harzen sampai disana karena
arahan yang telah Ammelia berikan.
“Makasih ya Harzen hari ini udah bantuin aku, karena kamu aku jadi kenalan
sama mama papa yang baik kek mereka”
“Hahahha santai aja Me. Gue emang mau bantu lo kok”
“Oh iya, baju kamu besok ya aku balikkin. Aku cuci dulu”
“Eh! Gak usah, itu buat lo aja”
“Loh, gak bisa gitu Harzen. Aku kan minjem jadi harus aku balikkin. Besok di
sekolah aku kasih ke kamu” paksa Amme
“Gak usah Amme, baju gue udah kebanyakan. Mending buat lo aja ya, lemari gue
udah sumpek juga. Lagian baju itu gue udah ga muat lagi, jadi buat lo aja”
“Okei kalau gitu makasih ya Harzen bajunya. Kamu nolong aku terus hari ini.
Makasih banyak ya”
“Gak masalah Amme. Kan gue udah bilang, gue emang pengen bantuin lo kok”
“Okei Harzen, aku turun dulu ya. Kamu hati - hati, bye!”
“Bye Amme”
Lalu Ammelia turun dari mobil Harzen, Harzen tidak langsung menjalankan
mobilnya, ia menunggu hingga Ammelia masuk ke dalam cafe dengan selamat.
Setelah Ammelia sudah masuk, Harzen pun menjalankan mobilnya untuk kembali
ke rumah.
17
CHAPTER IV
Keesokan harinya, saat Amme sampai di sekolah ia langsung mencari keberadaan
Kale.
“KALE… KALEE…” Teriak Amme
“Apaan sih Me? Pagi - pagi dah teriak aja. Ada apa sih?”
“Tau gak sih… kemaren kan aku ke rumah Arje. terus kan ketemu orang tuanya
tuh.. Ternyata kita bertiga dulu pas kecil temen deket tau!”
“Lu ngapain Me ke rumah Arje?”
“Ahh… itu ga penting Kale!”
“Yang lebih penting itu, ternyata kita bertiga temen deket dari kecil”
“Kita bertiga? Lo, gue sama Harzen?”
“IYAA!!”
“Jadi cewe yang sering gue ikutin pas kecil itu lo?”
“HAHAHA.. Iyaa”
Setelah itu Amme dan Kale pun saling bertukar cerita kenangan masa kecil.
Disaat itu Kale bertanya kepada Amme tentang anak baru
“Me, lo tau ga ada anak baru di sekolah kita?”
“Hah? Siapa ya?”
“Dia masuk ke 12 IPA 2 tau, namanya Izzy.”
“Ga tau sih aku, tapi kok kamu tau dia”
“O-o-oh itu kemaren gue ketemu di taman sekolah, terus ya gitu deh ngobrol -
ngobrol bentar”
“Oohh gituu.. Terus?”
“Ya gapapa cuma pengen kasih tau aja. Siapa tau mau temenan sama dia, dia
belum ada temen di sekolah ini selain aku”
“Yaudah, kenalin aku sama dia dong”
“Oke, nanti pas istirahat aja”
Tak terasa pelajaran pun sudah mulai, Amme pun kembali ke tempat duduknya
Kantin
“Duduk sini aja kali ya Me?” Tanya Kale.
“Iya disini aja”
Ammelia akan berkenalan dengan Izzy seperti yang sudah dijanjikan Kale di
paginya.
Tidak lama Izzy masuk ke kantin dan matanya langsung tertuju pada Kaleandra.
“KALE!!” Serunya.
“Hei Zy, sini duduk”
“Hai Izzy, kenalin aku Amme teman dekatnya Kale” Kata Amme sambil
menjulurkan tangan.
18
“Owh hello Amme. Aku Izzy, OMG nice to meet you. Aku jadi punya temen baru
lagi yeayy!”
“Nice to meet you too Izzy, Kamu mau pesen makan apa? Biar Kale aja yang
pesanin”
“Kok gue sih Me?” Protes Kaleandra.
“Ya masa yang pesan aku atau Izzy?” Sewot Amme.
“Huftt.. okei” Jawab Kaleandra pasrah.
“Makanan disini yang enak apa aja ya?” Izzy penasaran karena belum pernah
nyobain makanan yang ada di kantin sekolah karena Ia selalu membawa makanan
dari rumah. Tetapi karena Ia di ajak oleh Kaleandra ke kantin, Ia tidak memakan
makanan yang dibawanya dari rumah.
“Ayam geprek dan Nasi uduknya enak” jawab Amme
“Yaudah deh, aku mau Ayam geprek aja.”
“Lu mau apa Me?” Tanya Kale.
“Aku mau bakso deh”
“Oke, ditunggu pesanannya” kale pun langsung pergi memesannya.
Setelah ditinggal oleh Kale, mereka berdua berbincang - bincang tentang masalah
sekolah.
“Zy, gimana rasanya sekolah disini?” Tanya Amme penasaran.
“Nyaman sih sejauh ini, tempatnya juga oke buat belajar, tapi kalo untuk masalah
teman aku agak susah sih, karena aku orangnya sulit bersosialisasi”
“Gapapa kok, kan kamu sekarang udah ada aku sama Kale, nanti aku kenalin
kamu ke Harzen dehh”
“Makasih ya Me, kamu baik banget”
Saat mereka sedang asik berbincang, dari jauh Brianna memantau Amme dan
sudah merencanakan sesuatu ke Ammelia karena Ia sudah terlanjur kesal dan
benci terhadap Amme. Kali ini Ia hanya sendiri, tidak bersama Florine dan
Lynette karena mereka izin tidak masuk sekolah dan Brianna sudah tidak sabar
untuk mencaci maki Ammelia.
“Aakkh” teriak Amme saat Brianna tiba - tiba menarik tangannya.
“Ini apa - apaan sih?” Izzy kebingungan dan Ia sudah merasa ada yang tidak beres
dengan situasi saat ini.
“Sini lu, ikut gue” jawab Brianna sambil menarik Amme.
Setelah Amme dibawa pergi oleh Brianna, Izzy langsung samperin Kale dan
memberi tahu jika Amme dibawa oleh Brianna.
“KALEE!!! Amme dibawa sama Brianna”
“Hah? Kok bisa sih?” Jawab Kale sedikit panik
“Udah ayo cepet, nanti kita ga tau mereka kemana”
19
“Kamu mau bawa aku kemana Bri?” tanya Amme sambil berlari mengikuti
langkah Brianna yang masih memcengkram tangannya.
“Udah deh mending lo diem aja. Ikutin aja gue mau kemana!” Jawab Brianna
kesal.
Brianna membawa Amme ke dekat tangga karena disana lah lokasi yang sepi
untuk mencaci maki Ammelia.
“Heh! Lo tuh mau apa sih? Kenapa lo makin deket sama Harzen? Kan lo tau kalo
gue tuh suka sama dia. Tapi kenapa malah lo makin lengket ke dia sih?!!” Teriak
Brianna di depan muka Amme.
Amme yang diteriakkin pun terkejut, Ia tidak menyangka jika Brianna akan
semurka ini hanya karena seorang Harzen.
“Lo punya mulut ga sih? Kalo ditanya tuh jawab!” Brianna makin kesal karena
Amme tidak menjawab pertanyaannya.
“Kamu emang berharap aku jawab apa Bri?”
“Jawab kalo lo emang ga deket sma Harzen dan lo ga ada apa - apa sama Harzen!”
“Tapi kalau aku jawab begitu sama aja aku bohong dan kamu tau jika itu hanya
kebohongan”
“Gue benci banget sama lo Ammelia. Lo selalu dapetin apa yang gue ga bisa
dapetin!!” Brianna yang sudah sangat kesal itu pun langsung menarik rambut
Amme.
“Akhhh!! Lepasain Bri, sakittt!” Teriak Amme kesakitan.
“Gak bakal! Lo tuh cuma benalu di hidup Harzen. Yang cocok sama Harzen tuh
gue! Cuma gue. Bukan anak Yatim Piatu kek elo!!”
Brianna lupa kalau mereka saat ini sedang berada di tangga.
“AAAAAAAAAA”
Sehingga Ia dengan tidak sengaja mendorong Amme. Amme jatuh dari tangga
lantai 3 sampai lantai 1. Brianna terdiam di tempat karena shock atas apa yang
sudah terjadi di depannya.
“AMMEEEE!!!” Teriak Kale dan Izzy yang baru sampai.
“Brianna lo gila ya?!!! Awas aja ya lo, gue laporin lo ke polisi” Kata Izzy penuh
penekanan.
20
CHAPTER V
“Tok tok tok”
“Arje, bangun dulu yuk, kita makan dulu”
“Iya ma”jawab Harzen lesu, demam sedang melanda dirinya.
Harzen pun bangun dan langsung menuju ke ruang makan untuk makan siang.
“Sayur hari ini apa ma?”
“Sini mama cek dulu, masih panas ga badan kamu.” Ella pun langsung
menempelkan punggung tangannya ke dahi anaknya.
“Masih demam ini kamu Je, abis makan jangan lupa minum obat trus langsung
tidur aja ya”
“Iya ma, ayo kita cepetan makan aku dah laper nihh”
“Haha, iya ayo - ayo”
Setelah makan Harzen pun langsung minum obat dan menuju ke kamarnya.
Karena pengaruh obat, Harzen pun mengantuk dan ingin cepat - cepat tidur.
Tetapi, dibatalkan karena tiba - tiba ada panggilan masuk dari Kale.
“Harzen lu dimana?!!” dengan nada panik.
“Gue di rumah Le”
“Kenapa lu kayak panik gitu sih?” tanya Harzen kebingungan.
“Ya gimana gue ga panik? Ini sekarang Amme lagi ada di rumah sakit!” Jawab
Kale ngegas.
“HAH??? Kok bisa? Rumah sakit mana?” Harzen pun kaget dan dia jadi panik.
“Cepat kesini, Rumah sakit Stayzen. Dia lagi di UGD”
Telepon pun langsung Harzen matikan dan dengan cepat bangun dari tempat
tidurnya lalu berganti pakaiannya secepat mungkin. Walaupun saat ini Ia sedang
demam tetapi Ia lebih takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap Amme.
Ella melihat Harzen lari - lari menuruni tangga pun penasaran.
“Kamu mau kemana Harzen, Kamu tuh lagi demam loh”
“Aku harus pergi sekarang ma, Amme lagi di rumah sakit.”
“HAH?! Di Rumah Sakit? Kenapa?”
“Ayo sini kita ke mobil, kita ke sana sekarang.” Sambung Ella.
Mereka pun langsung memasuki mobil dan menuju ke Rumah Sakit.
Sesampainya mereka di Rumah Sakit, mereka pun langsung menuju UGD tempat
dimana Ammelia sedang ditangani. Mereka bertemu dengan Kale dan Izzy.
“Kale, Amme kenapa?” Tanya Harzen panik.
“Dia jatuh dari tangga, di dorong sama Brianna” Jawab Kale
“Hah? Kok bisa sih?! Bener - bener ya Brianna nih, kalau sampai Amme kenapa -
kenapa. Awas aja anak itu, abis dia sama gue.”
21
Tidak lama kemudian, dokter yang menangani Amme pun keluar dari UGD, dan
menghampiri mereka.
“Keluarga Ammelia?”
“Iya dok, saya mama nya Amme” Jawab Ella.
“Keadaan Ammelia saat ini tidak terlalu buruk, hanya saja kepalanya sedikit
terbentur dan ada retakan di kaki kiri dan tangan kirinya. Itu yang membuat dia
harus memakai gips kurang lebih sekitar 2 minggu”
“Puji Tuhan, yang penting keadaan Amme ga kritis. Terima kasih dok, terima
kasih banyak”
“Iya ibu, sama - sama”
Harzen, Kale, dan Izzy menghela nafas lega setelah mendengar kabar yang
lumayan baik dari dokter yang menangani Amme.
“Liat aja lo Brianna, hidup lo ga bakal tenang” kata Harzen sambil menunjukkan
smirk andalannya.
Setelah dokter memberi tahu mereka, Amme pun langsung dipindahkan ke tempat
rawat inap. Harzen, Kale dan Izzy pun mengikuti suster yang mengantarkan
Amme ke kamar inap. Sedangkan Ella, mengurus administrasi.
“Kalian pulang aja, biar gue yang jagain” kata Harzen ke Kale dan Izzy.
“Yakin lo Je? Lu kan lagi sakit juga mending gue aja”
“Gapapa Kale, anterin dia pulang sebelum kemaleman. Ada mama gue juga yang
nemenin disini.”
“Yaudah deh, gue sama Izzy duluan ya”
“Nanti kabarin ya kalo Amme dah sadar” sahut Izzy penuh khawatir.
“Iya, nanti gue kabarin, hati - hati ya kalian berdua”
Kale dan Izzy keluar kamar inap Amme dan saat itu bertepatan dengan Ella yang
menuju kamar inap Amme.
“Kalian udah mau pulang ya?”
“Iya tanta, aku sama Izzy pulang duluan ya. Takut nanti Izzy kemaleman
pulangnya”
“Iya - iya cepat pulang saja, hati - hati ya Kale berkendaranya”
“Siap tan, aku duluan ya”
“Aku duluan ya tante”
“Iya - iyaa”
Sesampainya Harzen di rumah ia langsung menemui dan berbicara kepada
Ayahnya.
“Halo pa”
“Halo Je, kenapa ya?”
22
“Amme masuk rumah sakit pa. Dia didorong sama Brianna and aku boleh minta
bodyguard buat jaga depan pintu kamar rawat Amme ga ya?”
“APA? BRIANNA ITU SIAPA? ANAK MANTAN KEPALA SEKOLAH YANG
KEMARIN ITU YA?”
“Iya pa, dia anaknya”
“Oke Arje, Papa akan suruh 2 anak buah papa buat jaga kalian”
“Oke pa makasih ya”
“Tidak perlu makasih, itu hal yang memang harus papa lakukan. Kita bahas soal
Brinana nanti ya Harzen”
“Brianna pa namanya”
“Iya - iya itu lah, ga penting itu”
Bodyguard suruhan Halcyon telah sampai rumah sakit dan langsung menyapa Ella
dan Harzen yang masih menunggu Ammelia sadar. Mereka menjalankan tugas
mereka yaitu menunggu di depan kamar rawat Ammelie.
“Arje, kamu ga lapar nak? Makan dulu yuk, nanti kalau Amme sadar malah kamu
yang sakit.”
“Aku ga mau makan ma…”
“Ayolah sedikit saja ya? Mama belikan dulu di kantin”
“Hmm… okeii”
Ella pun keluar dari kamar dan pergi ke kantin rumah sakit bersama salah satu
bodyguard kiriman Halcyon.
Sepeninggal Ella, Harzen pergi ke kamar mandi karena ia sudah tidak bisa
menahan untuk membuang air kecil. Kamar rawat Ammelia itu kamar VVIP, jadi
ruangannya ada kamar mandi, televisi, sofa besar, dan meja makan.
Selepas dari kamar mandi, Harzen kaget melihat Amme yang sudah sadar dan
sudah duduk di ranjang sambil menatapnya penuh senyum.
“Hi Arje”
“AMME, LO GAPAPA KAN? GA ADA YANG SAKIT? GUE PANGGIL
DOKTER DULU DEH”
Saat Harzen hendak pergi, Amme menahan tangan Harzen dan berkata “Aku
gapapa Arje” dengan suara yang lembut.
“Yakin lo gapapa?”
“Iyaa, aku beneran gapapa, astaga”
“Fyuh, syukurlah lu gapapa, gua panik banget tau ga”
“By the way, tadi kenapa kamu ga sekolah?”
“Ehh, gapapa kok” jawan Harzen sambil tertawa canggung.
“Arjee makan dulu nih, nanti kamu tambah sakit loh” kata Ella yang baru masuk.
23
Amme yang mendengar itu kaget dan merasa bersalah ke Arje, karena Arje harus
menjaganya disaat ia pun sama - sama sakit.
“KOK MAMA GA KETUK PINTU DULU SIH!!” kesal Harzen
“Amme kamu udah sadar? Puji Tuhan, ada yang sakit ga? Udah panggil dokter
belum?” tanya Ella cepat.
“Aku gapapa kok ma”
“Ga! Kita harus tetap panggil dokter. Udah mama panggil dokter dulu, ini
makanannya kamu makan ya Arje”
“Oke ma” jawab Harzen
"JEE!"
“KENAPA ME? ADA YANG SAKIT?” Tanya Harzen panik
“Bukan aku baru inget kalo aku ada shift di cafe” jawab Amme
“Aku harus cepet - cepet kesana, duh mana dah telat banget lagi” tambah Amme
sambil berusaha bangun dari tempat tidur nya.
“Ya ampun Amme, lu dalam kondisi gini masih inget aja sama kerjaan lo. Tenang
aja Me, gua dah suruh anak buah papa gue gantiin lu kerja” jawab Harzen sambil
menenangkan Amme.
“Makasih ya Je. habisnya gimana, aku harus kerja untuk bisa memenuhi
kebutuhan aku”
“Amme, kamu kalo mau apa - apa blg aja ke gue, gue pasti bakal bantu lo kok”
Amme pun menjawab Harzen dengan senyuman.
“Me, gua makan dulu ya sebentar”
“Iya Je”
Saat Harzen hendak meninggalkan Amme untuk makan, tiba tiba Amme menarik
tangan Harzen.
“Kenapa Me?”
“Kamu ga bakal apa-apain Brianna kan Je?”
“Ga kok, ga bakal gue apa-apain” sambil tersenyum paksa.
“Oke aku percaya sama kamu” Jawab Amme sambil tersenyum tulus.
Harzen yang melihat senyum tulus Ammelia pun merasa bersalah.
“Sorry ya Me, gue boongin lo kali ini. Gue ga mau hal ini terjadi lagi ke elo” kata
Harzen dalam hati.
Ella datang bersama dokter yang menangani Amme dan dokter pun langsung
mengecek keadaan Amme.
Dokter mengatakan jika keadaan Amme sampai besok sudah baik - baik saja maka
Amme sudah diperbolehkan pulang di hari ke 4.
24
Harzen sampai di rumahnya dan langsung bertemu dengan Halcyon untuk
membahas tentang Brianna. Yang menjaga Amme di rumah sakit malam ini
adalah Ella karena Harzen juga tidak enak badan jadi Ella tidak mau menularkan
penyakit Harzen ke Amme.
“Hai pa” sapa Harzen saat memasuki kamar Halcyon dan Ella.
“Hum, hai Je”
“Kita bisa bahas masalah Brianna sekarang pa?”
“Bisa kok nak, secepatnya kita selesaikan masalah ini”
“Aku mau kita ngelakuinnya sebelum Amme pulang dari rumah sakit pa”
“Iya bagus seperti itu, papa juga sudah pikirkan caranya”
25
CHAPTER VI
07:10
Anak - anak NeoKids sudah ramai di sekolah, ada yang di depan kelas masing -
masing, di kelas untuk bergossip, di lapangan untuk bermain sebelum memulai
pelajaran, di kantin untuk sarapan, dan di depan gerbang untuk masuk ke sekolah.
Seperti Harzen, dia berjalan memasuki sekolah saat ini dan tentu saja keadaan dia
sudah lebih baik dari pada kemarin. Dia berjalan santai menuju kelasnya dan
seluruh murid menatapnya penuh kagum, Ia sudah terbiasa seperti ini karena itu
lah hal yang tiap hari ia rasakan. Saat di lapangan ia berpapasan dengan Kale dan
Izzy.
“Harzen!” panggil Izzy.
“Hei! Kenapa?”
“Keadaan Amme gimana Je?” tanya Kale
“Dia udah membaik dan kata dokter sih mungkin 3 atau 4 hari lagi udah boleh
pulang”
“Syukur deh Amme ga kenapa - kenapa, gue khawatir banget sama dia sampe ga
bisa tidur” kata Izzy.
“BTW, yang jagain Amme tadi malam siapa?” tanya Kale lagi.
“Mama gue yang jaga, kemarin gue ga enak badan jadi disuruh di rumah aja sama
mama”
“Ya betul sih mama lo, yang ada lo malah nularin Amme lagi” sahut Kale
bercanda.
“Iya ya, gue juga baru kepikiran” jawab Harzen sambil tertawa.
Kale dan Izzy terdiam kaget.
“Kalian kenapa gitu dah?” tanya Harzen penasaran.
“Gue baru pertama kali liat seorang Harzen ketawa, jadi agak shock aja sih” jawab
Kale.
“Iya gue sama kek Kale” sahut Izzy juga.
“Gak jelas! Oh iya tunggu pertunjukan yang gue buat ya nanti pas istirahat” kata
Harzen sambil mengedipkan sebelah matanya lalu pergi meninggalkan Kale dan
Izzy.
Mereka yang tidak mengerti maksud Harzen pun mengedikkan bahu mereka.
Tidak seperti biasanya, Harzen menyapa Brianna yang sedang bersama kedua
temannya dengan senyuman. Mereka pun kaget karena senyuman yang ditujukan
oleh Harzen ke mereka, padahal mereka tahu jika Brianna melakukan hal yang
pasti sangat membuat Harzen marah kepadanya. Tetapi kenapa malah ia
tersenyum?
“Hai Brianna”
26
“E- ee hai?” jawab Brianna bingung.
“Nanti ke kantin sama gue ya”
“Hah? Gak makasih” bingung Brianna.
“Itu bukan penawaran tapi pernyataan” jawab Harzen diikuti dengan smirk
andalannya.
Brianna dan teman - temannya pun kaget dan panik. Mereka tidak menyangka hal
ini akan terjadi tetapi mereka juga takut dengan hal yang bisa saja Harzen lakukan
kepada mereka.
“Kringgggg..”
Bel istirahat pun berbunyi. Murid - murid NeoKids pun berlarian menuju kantin
untuk mengisi perut mereka yang sudah sangat lapar itu. Kecuali Harzen, ia
berjalan menuju kelas Brianna.
“Ayo Bri” ajak Harzen.
“Hah? Ayo kemana?”
“Kan gue dah bilang tadi, lo ikut ke kantin bareng gue” jawab Harzen penuh
penekanan.
“Emang ada apa sih?” tanya Brianna kesal dan penasaran.
“Mending lo ikut aja, daripada penasaran kan?”
Brianna mempertimbangkan apakah ia harus ikut dengan Harzen atau tidak.
Tetapi ini pertama kalinya Harzen mau berdekatan dengan dirinya jadi sekarang ia
sudah menetapkan jawabannya.
“Iya ayo”
Harzen tersenyum bangga atas jawaban yang Brianna berikan.
Saat mereka sampai di kantin, seluruh mata tertuju kepada mereka. Bagaimana
bisa seorang Harzen ke kantin bersama Brianna yang notebanenya fans dirinya.
Itu adalah hal yang sangat tidak mungkin.
“Bri, duduk disini aja”
“Hm okeii” Brianna pun duduk di kursi kantin paling tengah, tempat dimana
seluruh kantin bisa melihat dirinya.
“Lo mau pesen apa? Biar gue yang pesenin” tanya Harzen.
“Samain sama lo aja”
“Okei bentar ya” Harzen pun berlalu dan memesan makanannya.
Setelah makanannya sudah di meja mereka memulai makan dan Harzen izin untuk
ke toilet bentar.
“Gue ke toilet dulu ya”
“Ya, okei” jawab Brianna santai.
Harzen tidak ke toilet melainkan menelpon ayahnya.
“Pa, sekarang ya” perintah Harzen lewat telepon.
27
“Okei nak, mereka sudah OTW”
“Sip, thank you pa”
“Apapun buat kamu dan Amme”
“Udah ke toiletnya?” tanya Brianna saat Harzen sudah duduk di depannya.
“Udah, cepet makan nanti malah ga keburu lagi” kata Harzen.
“Iya iya ini mau makan”
Kale dan Izzy pun ke kantin dan terkejut akan hal itu, mereka kira Harzen hanya
main - main dengan perkataannya tadi pagi. Tetapi ternyata hal lain mengejutkan
mereka karena tiba - tiba saja banyak polisi yang memasuki kantin sekolah.
“Atas nama Brianna Adelia?” tanya salah satu polisi yang menghampiri meja
Harzen dan Brianna.
Semua orang yang ada di kantin terkejut karena orang yang di cari oleh polisi
adalah Brianna. Brianna sendiri pun kaget, ia sama sekali tidak menyangka hal ini
akan terjadi. Ia melihat ke arah Harzen untuk meminta pertolongan tetapi yang
Harzen lakukan adalah menatap Brianna dengan senyuman liciknya. Brianna baru
mengerti kenapa tiba - tiba saja Harzen baik kepadanya dan mengajaknya untuk
pergi ke kantin bersama. Seharusnya dari awal Brianna sudah mengetahui jika
sikap baik Harzen ini akan menjadi nightmare bagi dirinya, harusnya ia tidak
setuju untuk pergi ke kantin bersama Harzen. Tapi apa yang harus ia perbuat
sekarang? Percuma menyalahkan dirinya sendiri karena hal ini sudah tidak bisa ia
hindari.
“Iya saya sendiri” jawab Brianna.
“Bisa ikut saya ke kantor polisi?”
“Bi-bisa pak” jawab Brianna sedikit ketakutan.
Mereka pun langsung membawa Brianna pergi dari sekolah menuju kantor polisi.
Orang - orang yang menyaksikan kejadian tersebut kaget dan bingung, apa alasan
mereka membawa Brianna ke kantor polisi?
Seluruh murid di sekolah ini tidak tau kejadian Ammelia yang jatuh dari tangga
karena ulah Brianna, sehingga mereka tidak dapat memperkirakan alasan Brianna
di bawa ke kantor polisi.
Kale dan Izzy langsung menghampiri Harzen.
“Woi gila! Ini apa - apaan? Kenapa ga diomongin dulu sama kita?” tanya Kale
kesal, ia merasa seperti orang bego yang tidak tau apa - apa tentang hal ini.
“Ada hal yang tidak harus kalian tau kok hehehehe”
“Harzen mending lo jelasin ke kita deh” kata Izzy.
“Jadi…..”
28
Flashback
“Aku mau kita ngelakuinnya sebelum Amme pulang dari rumah sakit pa”
“Iya bagus seperti itu, papa juga sudah pikirkan caranya”
“Giman pa?” tanya Harzen penasaran.
“Eh tapi, nanti abis masalah Brianna selesai kamu lamgsung papa angkat jadi
ketua …. ya? Papa udah males ah kerja - kerja gini. Papa mau honeymoon lagi
sama mama heheheheh” kata Halcyon cengengesan.
“Hah? Aduh pa, kenapa jadi ini sih? Kan kita lagi bahas tentang Brianna. Fokus
dong pa!” jawab Harzen sedikit kesal.
“Y-ya maaf sih, kan papa takut lupa. Kamu tau kan papa udah tua, udah sering
pikun. Jadi pas papa inget ya papa omongin” Halcyon membela dirinya, ia sedikit
takut jika anaknya murka.
“Jadi? Ini mau bahas tentang Brianna ga?” Harzen makin kesal.
“Ya bahas dong! Oke - oke let’s go back to the topic”
“Jadi gimana rencana papa?”
“Jadi gini, papa mau buat dia agak malu tapi ga malu - malu banget gitu loh Je”
“Hah? Gimana maksudnya? Papa jelasin yang bener dong”
“Ya kamu sabar dong! Papa kan belum selesai ngomong” Halcyon ikut kesal.
“Hehehehehe iya - iya maaf ya pa, peace” sambil menunjukkan jari v.
“Pokoknya papa mau dia ditangkep polisi, tapi harus dilihat banyak orang. Kamu
ada ide ga?”
“Hmm, aku sih mikirnya di kantin ya pa. Kan pasti banyak murid di kantin”
“Boleh tuh, jadi dikantin ya?” tanya Halcyon memastikan.
“Iya di kantin aja pa”
“Dia sering ke kantin ga Je?”
“Aku mana perhatiin dia sih pa? Aku ga peduli sama kehadiran dia” jawab Harzen
dengan high pitch miliknya.
“Yaudah kalau gitu kamu buat dia ke kantin”
“Ya gimana?”
“Kamu yang ajakin lah! Masa harus papa yang ngajakin dia?”
“AKU GA MAU YA PA TITIK!”
“Loh kenapa?”
“Bisa jelek image aku pa kalo ngajak dia ke kantin bareng. Apa kata orang coba
geh!”
“Kan ini demi Amme, kamu mau Brianna tetap hidup enak setelah apa yang dia
perbuat ke Amme?”
“Huftt.. okei”
“Nah gitu dong, baru anak papa” kata Halcyon dengan senyumannya.
“Trus gimana pa?”
29
“Ya ga gimana - gimana”
“Lah?! Gimana sih pa?!!!!” Harzen mulai kesal lagi.
“Papa belum kepikiran selanjutnya, kamu aja yang mikir”
“Ihh papa mah aneh. Aku abis di kantin aku telpon papa ya?”
“Buat apa telpon papa?”
“YA BUAT HUBUNGIN POLISI LAH PA!!!!”
“Oh iya yaa, papa lupa eheheheh” Halcyon menjawab dengan senyum tanpa
dosanya.
“Dah lah aku cape sama papa. Pokoknya gitu lah ya pa, aku mau tidur biar besok
udah sehat dan bisa menjalankan misi dengan lancar” kata Harzen.
“Ya, yaudah sana”
“Bye pa, goodnight”
“Goodnight sayang” jawab Halcyon.
“Ewhh, jijik pa”
“HAHAHAHAHAHAH” tawa Halcyon pecah.
flashback end.
“Bagus juga ide lo sma papa lo” kata Kale.
“Woh ya jelas dong. Anggota maf-” jawab Harzen setengah kata.
“Maf apa Harzen?” tanya Izzy.
“Hah? e-ee engga bukan apa - apa. Salah kata aja tadi” jawab Harzen panik karena
hampir keceplosan.
“Oh yaudah” jawab mereka berdua.
“Fyuhh”
Harzen sedikit tenang karena Kale dan Izzy mudah dibohongi.
30
CHAPTER VII
“Jadi kamu tau alasan kamu dibawa kesini?” tanya salah satu polisi pada Brianna.
“Kurang tau sih” jawab Brianna.
“Kamu masih muda, masih punya masa depan yang baik, eh malah ngerusak masa
depan sendiri ckckckckck. Masih zaman tah bully-bullyan?”
Brianna yang mendengarnya pun langsung diam dan menunduk. Ia tidak
menjawab sedikit pun pertanyaan polisi yang barusan.
“Jadi ada alasan kenapa kamu membully Ammelia?”
“T-tidak ada pak”
“Trus kenapa kamu bully dia?”
“Merasa tersaingi, Amme tuh selalu menghalangi kebahagiaan aku, dia tuh selalu
diatas dan aku ga suka”
Polisi yang mendengar itu pun terdiam, setelah mendengar alasan Brianna,
akhirnya polisi ini tau jika Brianna ada gangguan mental. Polisi itu memberi
laporan ke kepala kepolisian jika Brianna ini ada gangguan mental dan mereka
sepakat untuk membawa Brianna ke Psikiater. Brianna dijatuhkan penjara 1,5
tahun, dikurangi karena Brianna ada gangguan mental.
Orang - orang di sekolah sudah mengetahui hal itu, tak terkecuali Ammelia yang
sudah sehari bersekolah lagi.
“Hai Amme, udah kamu udah mendingan kan” tanya Izzy.
“Udah mendingan kok, udah sehat malahan”
“Syukurlah kalo begitu”
Saat Amme sedang berbincang - bincang dengan Izzy, tiba - tiba Lynette dan
Florine menghampiri mereka.
“Hi Amme”
“Eh-iya Hi” jawab Amme kaget
“Amme, jadi gini… ehh.. Kita mau minta maaf ke kamu, karena udah bersikap
tidak baik sama kamu”
“Eh-uhm i-iya aku maafin kok” jawab Amme kebingungan sambil menatap ke
arah Izzy.
“Kita bener-bener minta maaf ya, kita bener-bener nyesel kok, jangan laporin kita
ke polisi ya”
“Maksudnya apa ya?”
“Bukannya kamu yang kemarin laporin Brianna ke polisi?”
“HAH!! BRIANNA DI KANTOR POLISI?!” tanya Amme
“Loh, memangnya bukan kamu yang laporin?”
“Bukan”
31
Amme pun menatap Izzy seperti meminta penjelasan. Izzy makin panik setelah
Amme menatapnya, tetapi ia tetap pura - pura tidak tau.
Lynette dan Florine yang merasa permintaan maafnya sudah tersampaikan,
meninggalkan Amme dan Izzy.
“Zy, kamu tau sesuatu kan?”
“Eng-enggakk, gue ga tau apa - apa soal ini”
Karena Amme sangat penasaran, ia menghampiri Kale yang baru saja mau
menghampiri mereka berdua.
“Kale, ada yang kamu sembunyiin ga dari aku?”
“Eh” jawab kale bingung sambil menatap Izzy.
“Brianna” jawab Izzy dengan tidak bersuara, memberikan petunjuk ke Kale.
“Ooh- eh- ga ada kok Me, gue mau sembunyiin apa dari lu, gua kan selalu cerita
apapun ke lo hehehehe” jawab Kale berbohong sambil tertawa canggung.
“Okedeh gue mau nanya ke Arje aja”
“EEHHH—- JANGAN JANGAN JANGAN!!” Izzy dan Kale berteriak secara
berbarengan.
“DUH KAGET! Kenapa aku gaboleh nanya ke Arje? Kalian pasti tau sesuatu kan,
tentang masalah Brianna?” tanya Amme sanksi.
“Ya ga tau apa - apa sih, cuman ya ngapain aja gitu tanya ke Arje.” jawab Kale
“Ya terserah aku dong mau nanya ke siapa”
“Ya-yaudah terserah lo Me” jawab Kale pasrah.
Karena Amme tidak mendapat jawaban yang diharapkan dari Kale dan Izzy,
akhirnya ia mencari dan bertanya ke Harzen. Karena ia tahu kalau Harzen pasti
tau sesuatu.
“ARJE!!” teriak Amme
Harzen pun menengok ke arah sumber suara.
“Loh Amme?Kenapa?”
“Akhirnya ketemu, aku dah cari kamu kemana - mana tau”
“Tumben lu nyari gue”
“Aku mau tanya sesuatu ke kamu”
“Apatuh?”
Amme tidak melanjutkan kata - katanya karena ia sibuk mengatur nafasnya.
Harzen menatap ke belakang Amme dan melihat Kale dan Izzy yang sedang
mengucapkan nama “Brianna” tanpa suara. Dari situ Harzen langsung tau apa
yang ingin Amme tanyakan.
“Huh…. Kamu tau sesuatu tentang Bri-” ucapan Ammelia terputus karena Harzen
secara tiba - tiba menarik tangan Amme menuju rooftop.
32
“Kok kamu ajak aku ke rooftop?”
“Biar bahasnya lebih private ehehehhe” Harzen cengengesan.
“Okei, jadi apa penjelasan kamu tentang ini?”
“Hmm, sejujurnya Papa gue tuh ketua mafia”
“Hah?” Ammelia jelas sangat kaget tapi ia tidak mau terlalu menunjukkannya.
Karena apa salahnya menjadi keluarga mafia?
“Iya, maaf udah boongin lo selama ini”
“Aku ga masalah kok, itu kan personal life kamu. Kamu juga ga harus ngumbar -
ngumbar tentang hal itu”
Harzen tidak menyangka jika reaksi Amme akan seperti ini.
“Ada yang mau kamu jelasin lagi?” tanya Amme
“Ada satu hal lagi yang mau gue sampein”
“He’eh?”
“Jadi soal Brianna, sebenernya gue yang laporin dia ke polisi. Alasan gue laporin
dia itu karena gue ga tega ngeliat banyak anak - anak lain termasuk lo dibully
sama orang kek dia”
“Tapi kamu kan dah janji sama aku kalo kam–”
“Iya, gue minta maaf karena udah ngelanggar janji itu, tapi hal yang kemarin saat
dia dorong lo sampai jatuh itu, gue ga bisa maafin dia semudah itu”
“Je, tap–”
“Gue ngelakuin ini karna gue sayang sama lo Me. Gue ga mau ngeliat lu di bully
sama dia lagi”
Amme yang mendengar itu agak tertegun, dan ia pun meninggalkan Harzen di
rooftop. Tetapi Harzen mengejar Amme.
“Me, jangan marah dong. Kan gue ngelakuin ini demi kebaikan lo juga” sambil
memutar badan Amme menghadap ke arah dirinya. Setelah Amme menghadap ke
arah Harzen, Amme tidak berani mengangkat mukanya.
“Me, tatap gue dong. Kalo ada orang ngomong mukanya ditatap dong”
Harzen yang sedikit kesal, akhirnya ia mengangkat muka Amme untuk
menatapnya
“Me, kenapa muka lo me-”
“DIEM JE!” teriak Amme dan menunduk lagi karena malu.
“Loh kok nunduk lagi? hahahah”
“Ihh… diem Arje” kesal Ammelia.
“HAHAHAA okei gue diem”
Amme mengangkat kembali kepalanya untuk menatap Harzen.
“Jadi lo ga marah Me sama gue?” tanya Harzen lagi.
“Engga kok, kamu udah ngelakuin hal yang bener. Tapi cara kamu terlalu
berlebihan, kesian Brianna nanti”
33
“Udah ga usah dipeduliin dia mah, dia pantes kok nerima itu”
“Hm, okeii” jawab Amme pada akhirnya.
34
CHAPTER VIII
Saat jam istirahat berbunyi, Kaleandra buru - buru keluar dari kelas hanya untuk
menghampiri Izzy.
Ada suatu hal yang ingin ia sampaikan.
Anak kelas Izzy sudah beberapa yang keluar, tetapi Kale belum melihat Izzy
keluar dari kelasnya.
“Eh lo liat Izzy dimana ga?” tanya Kale kepada salah satu teman sekelas Izzy.
“Oh, Izzy masih di dalam kelas kok. Dia lagi nyalin catetan temennya” jawab
orang yang ditanya Kale.
“Oke, thankyou bro” lalu anak itu meninggalkan Kale yang berdiam di depan
kelasnya.
Kale tidak ingin mengganggu Izzy, jadi ia menunggu sampai Izzy keluar dari
kelasnya sendiri. Ga berapa lama, Izzy keluar dari kelas sendirian dan melihat
Kale yang sedang bersender pada tembok kelasnya.
“Loh, Kale? Ngapain disini?” tanga Izzy.
“Gue nungguin lo” Kale menjawabnya to the point. Izzy yang mendengar jawab
Kale sedikit tertegun, karena selama ini Kale tidak pernah mencari dirinya terlebih
dahulu.
“Tumben lo nyariin gue, ada apa?”
“Sabtu lo kosong?”
“Hmm… kosong sih keknya mah, kenapa?”
“Gue mau ajak lo jalan sih sebenernya”
“Kemana?”
“Seaworld” cicit Kale.
Izzy yang melihat Kale malu - malu saat bertanya pun tertawa gemas.
“Lo lucu deh” kata Izzy sambil tertawa.
Kale yang melihat respon Izzy tertawa pun makin menambah kadar malunya.
“Jadi lo mau ngajak gue ngedate ke seaworld nih?” tanya Izzy sambil terkekeh.
Kale yang mendengar pertanyaan dari Izzy untuk dirinya pun semakin malu untuk
menatap Izzy. Tetapi karena ia harus terlihat macho di depan Izzy jadi dia
menjawab “Iya. Lo mau?”
“Iya gue mau kok” jawab Izzy.
Tersenyum adalah reaksi Kale setelah mendengar jawab Izzy. Izzy yang melihat
Kale tersenyum pun ikut tersenyum.
Time skip
Hari sabtu
35
Amme keluar dari mobil Harzen, dan ia langsung bertemu kedua orang tua Harzen
yang sedang menunggu di depan rumah Harzen.
“Halo ma, halo pa”
“Halo Amme, apa kabar kamu sayang?” tanya Ella.
“Baik ma”
“Yuk masuk” Ajak Halcyon.
“Je, ini ada apaan kok rame banget?” bisik Amme ke Harzen.
“Ini hari gue diangkat ketua mafia, buat ngegantiin papa gue”
“What?!”
“Kenapa lu bawa gue kesini?” lanjut Amme.
“Ya, memangnya kenapa kalo gue bawa lo kesini? Kan lo salah satu orang
terpenting di hidup gue”
“Ehh– yaudah deh masuk aja” jawab Amme sambil menutupi mukanya yang
merah.
Harzen yang melihat itu tertawa kecil dan mengikuti Amme masuk ke dalam
rumahnya.
“Yuk, kita mulai aja” kata Halcyon
“Oke pa” jawab Arje
“Jadi alasan saya mengumpulkan kalian semua disini hari ini adalah untuk
menobatkan anak saya Harzen Neivel Zetas menggantikan saya menjadi penerus
Chatoyant. Seperti yang sudah kalian tau, ketua yang sudah memiliki anak dan
telah berumur 17 tahun dapat menggantikan posisi ketua” jelas Halcyon
“Jadi dengan ini, saya menyerahkan posisi saya kepada anak saya, sehingga mulai
saat ini kalian harus mematuhi apa yang diperintahkan anak saya”
“Baik pak” Jawab seluruh anggota mafia
“Harzen, kamu kasih beberapa kata ya”
“Baik pa”
“Halo semuanya, saya Harzen dan saya yang akan meneruskan posisi Ayah saya
sebagai ketua mafia Chatoyant yang sudah menjabat selama 38 tahun, dan saya
harap kita semua bisa menjalankan pekerjaan ini dengan baik dan kooperatif.
Kalian juga tidak perlu kaku dengan saya, dan saya juga masih memiliki banyak
kekurangan, jadi mohon bantuannya”
“Baik pak” jawab seluruh anggota mafia.
Semua orang bertepuk tangan, tak terkecuali Ammelia yang sedang memandang
Harzen dengan senyum bangganya.
Disaat yang bersamaan Kale dan Izzy sedang berjalan - jalan di seaworld
“Kale, liat deh ni ikan mirip lo, lucu bangett”
“Kayaknya lebih mirip kamu deh”
36
“Hah? Ganti aku kamu nih?”
“Ya, masa gue lo terus sih, kan gue mau mulai sesuatu”
“Hah? Sesuatu apaan? Gajelas deh lo”
“Tunggu aja nanti Zy”
Izzy pun menganggukan kepala, meninggalkan Kale.
“Tungguin dong” rengek Kale.
“Ya lo lama”
“Fotoin gue dong”
“Yaudah mana sini handphone lo? Tapi bagusan foto sama gue ga sih?”
“Paan sih lo” Izzy pun langsung memberikan handphone nya ke Kale.
Izzy berterimaksih karena minimnya pencahayaan di Seaworld, sehingga kale
tidak dapat melihat mukanya yang kemerahan.
Karena sudah jam makan siang, Kale dan Izzy pun mencari tempat makan di dekat
Seaworld.
“Lo mau makan apa Zy?”
“Humm… gue mau makan nasi goreng deh minumnya gue mau es jeruk ya”
“Siap” jawab Kale
Setelah memesan makanannya Kale pun kembali menghampiri Izzy yang sedang
duduk.
“Zy, gue mau ngomong sesuatu”
“Ini ya mas, mba es jeruk nya” kata penjual
“Iya mas, makasih ya” jawab Izzy ramah.
“Lo mau ngomong apa tadi Le”
“Jadi.. gini.. Gue sebenernya mau minta izin lo buat— “
“Ini nasi goreng nya ya mas, mba”
“Mas bisa cari timing yang tepat ga sih?” Tanya Kale
“Ya sorry atuh mas, mas nya gada omongan sama saya” jawab penjual sambil
tertawa kecil.
“Maafin ya mas, temen saya emang dia agak rada - rada. Lu bikin malu gue aja
deh”
Penjual tersebut pun tersenyum dan langsung meninggalkan mereka berdua.
“Dah, lanjutin apa yang lo mau omongin”
“Jadi gini, gue mau minta ijin sama lo”
“Ijin apaan”
“Boleh ga gue ngedeketin lo” tanya Kale
Izzy yang saat itu sedang makan tersedak karena mendengar pertanyaan itu dan ia
langsung minum.
“Lo gapapa kan Zy?”
“Gapapa - gapapa kok gue”
37
“Jadi jawban lo gimana?”
“Ya terserah lo lah”
“Jadi boleh nihh?”
“Udahlah cepet makanannya dihabisin”
“Oke” Kale pun yang mendengar persetujuan secara tidak langsung itu pun
tersenyum dan melanjutkan makannya. Izzy yang menjawab pun tak kalah
bahagia.
38
CHAPTER IX
22:00
Tamu di rumah Harzen pun sudah mulai berpulangan. Ammelia membantu Ella
membersihkan rumah dan mencuci piring. Setelah melihat jam yang sudah
menunjukkan pukul 10 malam, Harzen menghampiri Ammelia yang sedang
bersama mamanya.
“Me, udah jam 10 nih”
“Eh, iyaa. Cepet banget waktunya. Aku bantuin mama dulu ya Harzen, gapapa
kan nunggu?”
“EH, EH, EH ga ada ya Amme. Kamu pulang sekarang sama Harzen! Mama bisa
sendiri kok, ini juga udah mau selesai”
“Gapapa ma, Amme bantu biar cepet selesai juga”
“No! Udah sana Je bawa Amme pulang kerumahnya” Ella pun mendorong Amme
ke arah Harzen untuk diantarkan pulang.
“Ih ma, aku kan mau bantu” jawab Amme dengan sedikit merajuk.
“Iya kapan - kapan ya sayang bantu mamanya. Ini udah terlalu larut, jadi kamu
harus pulang” jawab Ella dengan sabar.
“Huft, okei deh. Yuk Je! Ma, Pa Amme pulang dulu ya”
pamit Ammelia.
“Hati - hati ya Amme. Harzen bawa mobil yang bener!” perintah Halcyon pada
anaknya.
“Siap pa! Amme bakal sampai di rumahnya dengan selamat dan ga lecet. Tenang
aja” jawab Harzen.
“Papa pegang omongan kamu ya hahahaha”
Harzen langsung mengambil kunci mobilnya dan mengantarkan Ammelia.
Mobil Harzen berhenti tepat di depan rumah sederhana milik Ammelia.
“Me, besok bisa jalan ga?” tanya Harzen dengan gugup.
“Hmm… bisa kok aku. Emang mau kemana?”
“Dufan?”
“BOLEH!! Aku mau naik kora - kora!!” jawab Ammelia dengan sangat semangat
dan itu membuat Harzen tersenyum.
“Kamu suka naik kora - kora?” tanya Harzen.
“Banget!” jawab Ammelia dengan senyuman lebar.
“Okei, kita kesana sama Kale, Izzy juga kok. Karena besok sabtu jadi kita bisa
seharian disana”
“Okei Je, aku turun ya. Hati - hati dijalan ya Je”
Setelah Amme turun, Harzen langsung menjalankan kembali mobilnya menuju
rumahnya.
39
Saat sampai dirumah, Harzen buru - buru membersihkan badannya dan menelepon
Kaleandra.
“Le, lo besok kemana gitu ga?”
“Ada apa nih bro? Tumben banget nelpon trus nanya - nanya lagi”
“Udah jawab dulu napa sih?”
“Gak kemana - mana gue besok. Mau tidur seharian sih niat gue mah” jawab Kale
dengan santai.
“Okei, besok kita ke Dufan. Ajak Izzy juga ya” kata Harzen semangat.
“Hah? Ngapain ke Dufan?” tanya Kale.
“Gue mau nembak Amme”
“APA? GILA YA LO? PUNYA APA LO SAMPE MAU NEMBAK AMME
TANPA RESTU GUE?” teriak Kale.
“Aduhh.. lo jangan teriak gitu dong. Sakit nih kuping gue” keluh Harzen.
“Ya lo sih tiba - tiba banget. Lo harusnya minta restu dulu sama gue”
“Dih, ngapain minta restu lo? Gue mah mengikuti jawaban yang Amme kasih aja”
“Ya iya sih bener, tapi kan gue temen Amme selama ini”
“Aduh udah deh! Lo bacot banget. Dah ya, pokoknya besok jam 10 ketemuan di
depan Dufan. Tiket gue yang tanggung, lo tinggal bawa diri dan bawa Izzy.
Jangan lupa ya bro”
“Hmm oke”
Hari telah berganti menjadi hari sabtu. Harzen sudah siap - siap untuk menjemput
Ammelia. Tidak lupa ia meminta restu orang tuanya agar Amme menerima
dirinya menjadi pacar seorang Ammelia.
“Ma, Pa doain Arje ya semoga nanti Amme bisa nerima Arje”
“Tentu saja kami doakan. Dari tadi malam sudah kita doakan kan ma?”
“Iya Je, mama dan papa sudah mendoakan keberhasilan kamu hari ini”
“Okei ma, pa makasi. Arje pergi dulu. BABAY!” Harzen melambaikan tangannya
ke arah Halcyon dan Ella.
“Kek masih kecil ya dia ma? Tapi udah mau nembak cewe aja”
“Iya ya pa. Tingkahnya masih kek anak kecil, diterima ga ya sama Amme?”
Kedua orang tua Harzen itu pun tertawa bersama.
Setelah ia meninggalkan rumahnya, ia segera menjemput Amme.
“Morning Je.”
“Morning Me”
“Yuk, kita langsung jalan”
Mereka pun segera menuju dufan. Saat mereka sampai di Dufan, mereka melihat
Kale dan Izzy yang sedang menunggu di depan loket.
40
“Eh itu mereka” kata Izzy
“Eh iyah” jawab Kale sambil melihat ke arah mobil Arje yang sedang memarkir.
“Hi Kale! Izzy!” teriak Amme sambil berlari kecil ke arah Izzy dan Kale.
“Tin tin” suara klakson mobil
Harzen yang melihat dan mendengar suara itu langsung segera menarik tangan
Amme.
“Sreet” tangan Amme ditarik oleh Harzen karena ia melihat ada mobil yang akan
“ME! Kalo mau nyebrang hati - hati dong, liat kanan kiri ada mobil atau enggak”
Amme pun hanya dapat mengangguk, ia masih terkejut dengan kejadian yang
barusan terjadi itu.
Setelah itu, Amme dan Harzen bersamaan menuju ke tempat Kale dan Izzy.
“Widihh, ada adegan sinetron tadi” goda Kale
“Apaansih, dah yuk beli tiket dlu” jawab Harzen sambil menuju ke loket.
“Mbak tiketnya yang express 4 ya”
“Baik kak, harganya 500.000 ya” jawab petugas loket.
“Ni mbak duitnya”
“Terima kasih ya kak” lalu petugas loket tersebut memasangkan gelang kertas
kepada mereka berempat.
“Kita main apa dulu nih buat pertama kalinya?”tanya Harzen
“Rumah Hantu” jawab Kale, Amme dan Izzy serentak.
“Kompak amat kalian nih”
Mereka bertiga meresponnya dengan tertawa.
Tak terasa hari sudah semakin sore. Harzen pun ingin memulai rencananya. Dia
mengkode ke arah Kale jika ia ingin menjalankan rencananya sekarang. Kale pun
cepat tanggap dengan kode yang telah Harzen berikan.
“Eh Zy, kita pulang dulu yuk” Kale pun langsung mengajak Izzy untuk
meninggalkan Harzen dan Ammelia.
“Loh kenapa? Kan masih ada Kora - kora sama Bianglala. Nanti aja sih
pulangnya, Amme sama Harzen aja belum pulang” tolak Izzy. Harzen dan Kale
lupa untuk memasukkan Izzy dalam rencana mereka.
“Yaudah gak usah pulang, tapi lo bisa ga nemenin gue bentar aja Zy” Kale tidak
pantang menyerah untuk mengajak Izzy pergi meninggalkan Harzen dan
Ammelia.
“Tapi nanti kita naik yaa Le?” Izzy memastikannya dengan Kale.
“Iya janji kok, tapi sekarang temenin gue dulu ya?”
“Okei. Me, Je gue sama Kale pergi bentar ya.” izin Izzy.
41
“Loh kalian mau kemana?” tanya Ammelia.
“Gak tau nih si Kale, katanya minta temenin dia” jawab Izzy. Kale hanya
tersenyum saat Ammelia menatapnya.
“Bentar doang kok Me, kan lo ada Harzen juga” kata Kale.
“Hmm yaudah. Hati - hati ya kalian” jawab Ammelia pada akhirnya.
Harzen pun berterima kasih kepada Kale lewat kode mata. Dan Kale
membalasnya dengan gerakan mulut “Goodluck bro”
“Naik Kora - Kora kan Me sekarang?” tanya Harzen.
“IYAA!!” jawab Ammelia bersemangat dengan lompat - lompat kecil.
Harzen pun tertawa dengan tingkah lucu Ammelia.
Mereka mengantri sebentar untuk menaiki Kora - kora, karena Dufan di malam
hari pun sama ramainya dengan di siang hari. Langit sudah berwarna orange,
Harzen dan Ammelia sudah memilih tempat duduk di bagian paling akhir karena
“Nanti kita duduk di paling belakang ya Je”
“Kenapa paling belakang?”
“Karena lebih seru ehehehehe”
“Gak bisa agak depanan ya Me?” tanya Harzen.
“Kamu takut yaa?” jawab Ammelia dengan nada yang menggoda ketakutan
Harzen.
“Hah? Engga lah. Ayo kita paling belakang” Amme pun tertawa karena ucapan
Harzen.
Permainan sudah mau dimulai, Harzen dapat melihat wajah Amme yang sangat
bergembira dengan langit berwarna orange yang sangat indah. Ini adalah salah
satu momen terindah yang pernah Harzen alami.
“1, 2, 3!” teriak petugas yang berjaga di permainan Kora - kora.
Harzen pun memegang erat pegangan yang sudah ada disana. Ammelia pun
melirik Harzen saat permainan dimulai dan sangat terlihat jika Harzen sedikit
ketakutan.
Saat permainan sudah di pertengahan, orang - orang sudah mulai berteriakkan dan
begitu juga dengan Ammelia. Sedangkan Harzen, ia sedang menetralkan
jantungnya untuk menyatakan perasaannya dan nembak Ammelia.
Ditengah langit sore yang indah dan dengan suara - suara teriakkan pengunjung
Harzen menyatakan perasaaanya kepada Ammelia.
“Me, gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?” Harzen berbisik pas di telinga
Ammelia.
Ammelia yang tadinya teriak pun langsung terdiam dan ia langsung melihat ke
arah Harzen. Tidak lama kemudian Kora - kora yang mereka naiki sudah berhenti
dan mereka pun segera turun. Setelah Harzen menyatakan perasaannya Amme
42
tidak merespon apapun ke Harzen, hal itu pun membuat Harzen gelisah. Harzen
pun yang merasa tidak enak, ia pun berbicara kepada Amme.
“Me, naik bianglala yuk” Ajak Harzen.
“Eh-uh- i-iya ayok” jawab Amme terbata -bata
Mereka pun segera menuju ke tempat antrian permainan bianglala. Saat mereka
masih ngantri, mereka merasa suasana saat itu sangat canggung untuk satu sama
lain. Amme yang bingung ingin berkata apa dan juga Harzen takut salah ngomong
lagi. Tidak lama menunggu mereka segera menaiki bianglala.
“Me, lu denger apa yang gue omongin tadi di kora - kora”
“Denger kok”
“Jadi respon lo apa?”
“Gimana ya Je, aku juga bingung sama perasaan aku sendiri”
“Gapapa Me, lu bilang aja semua yang pengen lo ungkapin. Gue terima semua
kok”
“Aku ga mau nambahin beban kamu, kamu sekarang udah punya tanggung jawab
jadi ketua CHATOYANT. Kita juga udah mau Ujian kelulusan. Intinya aku gamau
jadi beban tambahan kamu”
“Me, apapun yang gue udah lakuin pasti sebelumnya udah gue pikirin sebelumnya
dan yang lo khawatirin ini udah gue pertimbangkan sebelumnya. Jadi, please
jangan merasa lo beban tambahan gue”
Setelah mendengar pernyataan Harzen, Ammlia terdiam dan itu membuat Harzen
sangat gelisah. Tidak berbohong, kalau Harzen mengharapkan jawaban yang baik
dari Ammelia.
“Jadi respon kamu gimana Me?”
“Oke, Je”
“Oke apa me?”
“Jadipacarkanu” jawab Amme dengan suara berbisik
“Apa Me? Ga kedengeran”
“Jadipacarkamu” kali ini terdengar lebih jelas dari yang seblumnya tetapi Harzen
masih ingin mendengar jawan yang jelas.
“Apa Me? Ga kedengeran loh” jawab Harzen sambil menahan senyumnya
walaupun ia telah mendengarnya.
“JADI PACAR KAMU!” teriak Amme sedikit kesal.
Harzen pun tertawa, sedangkan Ammelia dia sedang menunduk karena menahan
malu. Harzen yang melihat itu langsung saja memeluk Amme dan Amme pun
menerima pelukan Harzen dengan senang.
Setelah Kale dan Izzy meninggalkan Harzen dan Ammelia, Izzy sedikit merengut
karena ia tidak dapat ikut bermain bersama Harzen dan Ammelia. Kale yang
mengetahui jika Izzy badmood pun ingin menaikkan mood calon pacarnya itu.
43
“Zy, mau cotton candy?”
“Mau!” Izzy pun langsung merubah raut mukanya menjadi semangat lagi dan itu
membuat Kale melebarkan senyumnya.
“Okei ayo kita kesana”
Mereka pun sudah sampai ke tempat penjual cotton candy dan Kale memesankan
satu untuk Izzy.
“Kale, kamu ga mau cerita gitu?”
“Cerita apa? Oh, alasan kita pergi dari mereka ya? Hahahahh”
Melihat Kale yang tertawa, Izzy pun bingung.
“Jadi tadi malam tuh Harzen telpon aku, dia bilang mau nembak Amme hari ini
jadi tadi aku dikode buat ninggalin mereka hahahaha gitu”
Ya, mereka sudah merubah panggilan mereka dengan “aku, kamu” biar romantis
kata Kale.
“Astaga, bentar lagi kita punya couple baru!” jawab Izzy exited.
“Harusnya kamu kasih tau aku Kale, kalau aku tau kan aku ga bakal susah waktu
diajak pergi dari mereka” kata Izzy rada kesal.
“Iya maaf ya Zy, aku lupa jadi ya gitu deh hehehehe. Sorry yaa”
“Iya gapapa, lain kali jangan lupa kasih tau ya. Aku ga mau jadi orang yang ga tau
apa - apa
“Iya pasti, aku janji”
44
CHAPTER X
Harzen maupun Ammelia, tidak ada satupun yang ingin mengumbar hubungan
mereka ke orang lain seperti murid - murid NeoKids. Jadi hubungan mereka
hanya mereka dan orang - orang terdekatnya saja yang tau. Saat ini mereka
berempat sedang berada di kantin untuk makan siang.
“Kalian nanti sore ada waktu luang?” Tanya Ammelia.
“Ada kok Me, kita ga kemana - mana. Kenapa Me?” Tanya Izzy.
“Kita kan udah kelas 3 nih, ayo kita belajar bareng! Bentar lagi udah ada Ujian
Akhir” Ajak Ammelia.
“Wihh boleh tuh” Jawab Kaleandra.
“Eh tapi kalian belum kasih kita PJ loh” Kata Kaleandra lagi sambil cengengesan.
“Aduh gampang lah itu. Nanti ke cafe gue yang traktir kalian. Pesen aja yang
kalian mau” Kata Harzen.
Izzy dan Kale bersorak gembira karena akan mendapat makan gratis dan mereka
tau jika makanan di tempat Ammelia bekerja itu sangat enak.
Sepulang sekolah, mereka berempat langsung menuju ke Cafe tempat Amme
bekerja. Dikarenakan Amme ada shift kerja, mereka berencana untuk makan
terlebih dahulu dan setelah itu baru belajar.
“Guys, kalian makan dulu aja, aku kerja dulu cuman sebentar kok”
“Me, kamu ga makan bareng kita dulu?” Tanya Harzen
“Aku bisa makan nanti kok” jawab Amme sambil meninggalkan meja yang
mereka tempati.
Mereka pun segera memilih dan memesan makanan.
“Ini makanan kalian” kata Amme.
“Thankyou Amme” jawab mereka bertiga.
Tidak terasa waktu jam kerja Amme telah usai. Amme pun menghampiri mereka
bertiga.
“Hai guys, kalian dah pada kenyang”
“Udah dong, kamu dah makan belom Me?” tanya Izzy
“Belom, nanti abis belajar aja aku makannya”
“Me, makan dong nanti kamu sakit malah gabisa ikut ujian nanti. Aku pesenin
deh, mau makan apa kamu?” sahut Harzen.
“Apa aja, teserah kamu” jawab Amme karena ia tidak bisa membantah jika
Harzen yang ngomong. Akhirnya mereka belajar dan Amme sambil makan
makanannya.
45
Hari semakin malam dan mereka juga sudah kelelahan, mereka pun memutuskan
untuk pulang.
“Keknya buat hari ini cukup ya” Kata Ammelia.
“Iya, aduh aku dah capek banget sama rumus - rumus ini” Keluh Izzy pada
Ammelia.
“Dah yuk kita pulang” Ajak Harzen.
“Yuk!” Jawab Izzy semangat.
Mereka membereskan barang - barang mereka dan keluar dari Cafe.
“Je, Me kita pulang duluan ya” Pamit Kale.
“Iya, tiati bro”
“Hati - hati ya Kale, Izzy”
“Bye guys” Kata Izzy.
“Yuk Me, masuk”
Harzen pun mengantarkan Amme ke rumahnya.
Sudah hampir 2 minggu mereka terus - terusan belajar dan akhirnya harinya telah
tiba. Hari ini adalah hari semua anak kelas 12 melaksanakan ujian akhirnya.
Ammelia dan Kale 1 ruangan sedangkan Harzen dan Izzy mendapatkan ruangan
yang berbeda - beda.
Sebelum ujian dimulai mereka sarapan dulu di kantin sambil review pelajaran
yang akan mereka kerjakan. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat dan lonceng
pemberitahu jika ujian akan dimulai pun berbunyi. Mereka lalu bersiap - siap
untuk menuju ruangan masing - masing. Tetapi sebelum pergi mereka pergi
mereka memberi semangat pada satu dengan yang lain.
“Semangat yuk, hari pertama, pelajaran pertama. Kita pasti bisa” Seru Kaleandra.
“Iya kita pasti bisa. Semangat kawan!” Seru Izzy.
“Iya semangat!” Seru Ammelia.
Mereka menatap Harzen, menunggu Harzen mengucapkan kata semangat. Harzen
yang tidak mengerti tuh awalnya bingung tetapi akhirnya dia mengerti maksud
teman - temannya menatap dirinya.
“Semangat” Seru Harzen akhirnya.
Setelah itu mereka langsung menuju ruangan masing - masing.
Selesai ujian mereka bertemu kembali dan saling bertanya
“Je, gimana lancar ujian hari pertamanya?” tanya Kale.
“Lancar dong kayak jalan kereta” jawab Harzen dengan percaya diri
“Widihh, sombong banget deh nih orang” sahut Izzy
Amme yang ada di sana hanya bisa tertawa kecil melihat kesombongan Harzen.
46
Seminggu kemudian ujian pun telah selesai, mereka berempat berencana untuk
pergi liburan bersama.
“Akhirnya ujian kita selesai juga” seru Izzy
“Iya ya, ga kerasa banget” jawab Amme
“Guys, gue kepikiran mau liburan bareng, gimana menurut kalian”” Tanya Izzy
“Boleh juga Zy” sahut Harzen
“Tapi liburan kemana kita?” tanya Kale
“Humm… ke pantai aja gimana? Pink beach?” sahut Amme
“Boleh tuh, gue belum pernah kesana juga” jawab Izzy.
Harzen dan Kale yang ada disitu juga setuju, dan akhirnya mereka menentukan
kapan mereka akan pergi.
Hari mereka liburan bersama telah tiba, mereka berkumpul bersama di rumah
Harzen.
“Udah pada lengkap semua kan bawaan - bawaannya tanya Harzen yang sedang
menutup bagasi mobil
“Udah semua kok” jawab Kale.
“SAATNYA BERANGKATT!” seru Izzy yang sangat senang.
Mereka semua menaikki mobil menuju bandara, Halcyon dan Ella ikut
mengantarkan mereka ke bandara Soekarno Hatta. Mereka menunggu sebentar
lalu nomor pesawat mereka dipanggil untuk memasuki pesawat.
“Ma pa, Arje pergi dulu ya”
“Ma pa, Amme juga pergi dulu ya”
“Iyah, hati - hati ya” sahut Halcyon
“Kalian hati - hati ya disana” tambah Ella
“Om tante kita pergi dulu ya” kata Izzy dan Kale berbarengan.
“Iya kalian hati - hati ya”
Setelah menempuh jarak 2 setengah jam di dalam pesawat akhirnya mereka
sampai di Labuan Bajo. Sampi disana mereka menyewa mobil dan di mobil
mereka bercanda tawa dan tidak terasa mereka sudah hampir sampai di pink
beach.
“WAHH, keren bangett”teriak Izzy
“Kita harus banyak foto disini Zy” sahut Amme
“Bener banget Me. Kale, tolong fotoin aku sama Amme” pinta Izzy
“Mana sini hape kamu”
“Nihh..” jawab Izzy sambil menyodorkan hapenya
Setelah mereka berfoto - foto, mereka mengeluarkan barang bawaan mereka ke
gazebo yang sudah mereka sewa dan mereka langsung bermain.
47
Hari semakin siang, mereka pun memutuskan untuk makan karena mereka lelah
bermain.
“Lapaarr” kata kale.
“Lo jangan kayak orang gapernah diksih makan sih le” jawb Harzen
“Habisnya gue laper banget Je”
“Nih makan” sahut Amme kepada Kale sambil menggelengkan kepalanya
Setelah mereka makan siang, mereka bersiap - siap untuk pulang. Di perjalanan
pulang mereka mengobrol
“Guys kita kalo pas kuliah nanti, kita harus main bareng terus ya walaupun kita
beda jurusan” kata Kale
“Pasti dong, kita tetap harus main bareng sih” jawab Amme dan Izzy.
Satu setengah tahun kemudian…
Amme, Harzen, Kale dan Izzy masih sering main bersama, walaupun mereka telah
berbeda jurusan. Amme dan Izzy mengambil jurusan komunikasi, sedangkan
Harzen mengambil jurusan Bisnis dan Kale mengambil jurusan teknik. Amme
juga sudah tidak bekerja di cafe lagi, karena mama dan papa Harzen melarangnya.
Suatu hari, mereka sedang berkumpul di sebuah Cafe dekat kampus mereka. Tiba-
tiba ada seseorang yang menghampiri meja mereka.
“Me”
“Ini gue Brianna”
Mereka yang mendengar itu langsung kaget dan Harzen yang saat itu sedang
minum, ia tersedak
“Ooh-i-iya Brianna. Ada apa ya Bri? Tanya Amme yang penasaran karena ia tidak
menyangka Brianna akan menghampirinya.
“Gue mau minta maaf ke lo. Gue ga perlu lo maafin gue karena gue tau perlakuan
gue ke lo ga bakal bisa lo maafin. Gue selama 1,5 tahun dipenjara ini, gue
ngerasain apa yang lo rasain waktu gue ngebully lo. Makasih udah dengerin
permintaan maaf gue, gue pergi dulu”
“Gue udah maafin lo kok bri” jawab Amme
“Lo gaperlu maafin gue kok Me” sahut Brianna sambil meninggalkan mereka
berempat.
“Brii—” perkataan Amme terputus karena Brianna telah meninggalkan mereka.
“Wah, ada apaan nih? Ga nyangka gue dia bisa minta maaf ke lo Me” Kata Kale
“Mungkin dia ngerasain kali di bully sama orang lain di penjara” jawab Izzy.
Amme yang melihat Brianna yang telah berubah pun turut senang.
48