The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Harga merupakan nilai atau uang yang diberikan pelanggan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Rahmaw Tilina, 2023-12-05 14:15:11

PROJEK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN

Harga merupakan nilai atau uang yang diberikan pelanggan

HARGA PRODUK BARANG/JASA A. Pengertian Harga Kenapa penting untuk menentukan harga jual produk? Seperti yang kamu ketahui, bahwa harga jual adalah jumlah yang nantikan akan kamu terima ketika penjualan produk tersebut laku. Namun, menentukan harga jual bukan hanya sekedar penetapan biaya yang harus dibayar oleh pelanggan. Nyatanya, penetapan harga merupakan proses bisnis yang keputusannya sangat penting. Adapun karena harga menentukan masa depan produk dan mempengaruhi bagaimana penerimaan oleh pelanggan terhadapan produk itu sendiri. Selain itu, yang membuat hal ini penting adalah karena harga juga menunjukkan seberapa layak produk tersebut untuk bisnismu dan untuk dibayarkan oleh pelanggan. Sederhananya harga jual ini memberikan gambaran yang nyata untuk pelanggan apakah produk tersebut sepadan dengan uang dan waktu mereka. Harga merupakan nilai atau uang yang diberikan pelanggan sebagai imbalan atas penawaran tertentu yang berfungsi untuk memuaskan kebutuhan dan


Keinginan mereka. Secara sederhana harga merupakan ukuran nilai yang ditukarkan pelanggan membeli suatu penawaran Harga berfungsi sebagai sebuah mekanisme ekonomi dengan memakai penawaran yang bisa didistribusikan di antara pelanggan di pasar. Hal itu juga bertindak sebagai indikator tentang sejauh mana penawaran diminta dan sejauh mana hal itu disediakan atau tersedia. Harga suatu produk merupakan nilai keseluruhan dari penawaran termasuk nilai dari semua bahan mentah dan jasa yang dipakai untuk membuat suatu penawaran. Harga layanan mempertimbangkan seluruh elemen yang terhubung dalam pembuatan layanan apa adanya. Secara lebih jelas mengenai harga berikut adalah beberapa pengertian harga berdasarkan para ahli. 1. Menurut Kotler dan Amstrong Menurut Kotler dan Amstrong, menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan kepada suatu produk (barang atau jasa) atau jumlah nilai yang harus dibayar konsumen demi memperoleh manfaat dari produk tersebut. 2. Menurut Philip Kotler Menurut Philip Kotler, menyatakan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan kepada suatu produk atau layanan jasa. Artinya bahwa harga


merupakan jumlah nilai yang harus dibayar konsumen demi memiliki atau mendapatkan keuntungan dari sebuah produk atau jasa. 3. Menurut Joko Untoro Menurut Joko Untoro, menyatakan bahwa harga merupakan kemampuan yang dimiliki suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam bentuk uang. 4. Menurut Samsul Ramli Menurut Samsul Ramli, menyatakan bahwa harga merupakan nilai relatif yang dimiliki oleh suatu produk. Nilai tersebut tidak hanya indikator secara pasti yang menunjukan besarnya sumber daya yang diperlukan guna menghasilkan produk. 5. Menurut Imamul Arifin Menurut Imamul Arifin, menyatakan bahwa harga merupakan kompensasi yang harus dibayarkan konsumen demi mendapatkan produk barang maupun jasa. B. Konsep Harga Setelah mengetahui pengertian harga, pada bagian ini akan dibahas tentang konsep dari harga itu sendiri. Di dalam Buku Manajemen dan Pemasaran Jasa karya Buchari Alma yang terbit pada tahun 2005, menyatakan bahwa di dalam teori terdapat value dan utility yang menjadi konsep penetapan harga. Berikut ini adalah


beberapa konsep harga yang perlu kamu ketahui, di antaranya yaitu: 1. Utility Utility merupakan suatu atribut yang telah melekat pada suatu barang. Dengan memungkinkan barang guna memenuhi kebutuhan keinginan dan memuaskan konsumen. 2. Nilai atau Value Nilai suatu produk untuk ditukar dengan produk lain. Nilai ini dilihat dalam situasi barter atau pertukaran barang dengan barang. Sekarang ini kegiatan perekonomian sudah tidak dilakukan secara barter lagi, melainkan memakai uang sebagai ukuran yang disebut harga. C. Fungsi Harga Pada bagian ini akan disajikan ulasan tentang beberapa fungsi dari harga yang perlu untuk diketahuinya, antara lain sebagai berikut : 1. Fungsi Pendistribusian Harga Harga mempunyai kemampuan untuk pendistribusian sumber daya yang langka. Kelangkaan sumber daya mengakibatkan harga sumber daya menjadi tinggi, sehingga hanya pelanggan yang membeli yang menunjukan kemauan dan kemampuan. Contohnya, berlian merupakan barang mewah yang


hanya bisa dibeli oleh mereka yang mau dan mempunyai sumber daya keuangan yang cukup guna membelinya. 2. Fungsi Sinyal Harga Seringkali, harga penawaran bervariasi sebab volume permintaan dan penawaran pasar. Bila permintaan tinggi, tetapi penawaran rendah naka pasar secara jelas akan melihat kenaikan harganya. Contohnya emas merupakan sumber daya langka yang mengalami kenaikan harga secara konstan selama bertahun-tahun sebab permintaan meningkat. Demikian juga, bila pasar mempunyai kelebihan komoditas tertentu sebab permintaan yang lebih rendah dan penawaran yang lebih tinggi maka harganya cenderung turun. Hal itu yang memungkinkan penghapusan surplus komoditas di pasar. 3. Fungsi Intensif Harga Umumnya, saat harga komoditas naik, sebab permintaan meningkat. Hal itu memungkinkan pemasok melihat tren permintaan pelanggan yang berubah di pasar. Oleh sebab itu, mereka akan lebih memilih untuk menghasilkan penawaran tertentu sebab kemungkinan besar akan menguntungkan.


4. Fungsi Transmisi Harga Harga sendiri diketahui sebagai salah satu informasi yang harus disampaikan kepada semua pihak yang terlibat baik di pasar maupun tempat lain yang dilakukan secara bergiliran. Hal tersebut akan memungkinkan untuk para produsen dan pelanggan untuk membuat keputusan sesuai ketentuan yang telah ada dan berlaku. Contohnya pada penawaran yang berkualitas lebih mahal akan berbeda dengan penawaran yang menggunakan bahan baku yang lebih murah. Oleh sebab itu, secara umum para pelanggan akan mendapatkan informasi tersebut dari berbagai perbedaan drastis dalam harga penawaran yang serupa. Harga penawaran akan dapat membantu dalam proses pemasaran untuk menentukan jenis permintaan yang dilihat dari penawaran di pasar tersebut. Hal tersebut akan mempengaruhi hasil keputusan dari pemasok atau produsen untuk memutuskan apakah barang produksi ataupun pasokan penawaran mampu membantu mereka dalam mendapatkan keuntungan yang lebih signifikan. Mari kita simak bagaimana harga pasar ditentukan. Apakah harga pasar sesuai dengan ketentuan yang telah berlalu. Ibu-ibu rumah tangga akan mengalami kesulitan apabila harga di pasar melambung tinggi.


Maka sebab itu penentuan harga ditentukan berdasarkan hukum permintaan dan penawaran. Yang artinya, apabila harga naik atau turun sampai jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Hal tersebut akan dikenal dengan sebutan harga keseimbangan. Ketentuan dimana permintaan pada suatu penawaran lebih besar dari pada penawaran, maka harga tersebut akan naik yang menyebabkan hanya pembeli yang memiliki akses penawaran yang mampu untuk memiliki kemauan dan kemampuan untuk membeli produk tersebut. Hal tersebut akan sampai bertemu dengan keseimbangan harga. Titik ekuilibrium sering disebut penawaran yang melebihi permintaan yang menyebabkan harga barang jatuh. D. Jenis-Jenis Harga Setelah memahami dan mengerti apa itu harga ataupun biaya, mari kita lanjut dengan jenis-jenis harga sebagai berikut : 1. Harga subjektif yaitu harga yang ditetapkan oleh pendapat ataupun taksiran seseorang. 2. Harga objektif (harga pasar) yaitu harga yang telah disepakati antara pembeli dan penjual yang terkadang melakukan penawaran. 3. Harga pokok yaitu nilai rill untuk produk.


4. Harga jual yaitu harga yang berdasarkan dari tambahnya besaran keuntungan yang diperoleh dari penjual atau biasanya harga jual mengikuti harga pasar pada umumnya. E. Tujuan Penetapan Harga Hidup di kota-kota besar memerlukan pengeluaran yang banyak untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata masyarakat banyak yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Membuka usaha memerlukan harga yang sesuai. Harga sangatlah penting dalam melakukan transaksi jual dan beli dari produsen ke konsumen. Hal tersebut akan mempermudahkan penentuan harga dan akan terlihat untuk posisi kelayakan produk dari nilai ekonominya jika dicermati seksama dan baik-baik. Berikut ini adalah beberapa tujuan dari penetapan harga yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu: • Kestabilan harga, yang dimana perusahaan akan memegang kendali atas harga. Selain itu usaha pengendalian harga akan diarahkan secara benar dan baik untuk mencegah terjadinya perang harga. Kejadian tersebut akan memungkinkan terjadinya permintaan yang sedang menurun secara drastis dan sebagainnya.


• Untuk mencapai penghasilan ataupun investasi maka pada keuntungan investasi ini sudah ditetapkan. Maka untuk besar kecilnya keuntungan dari suatu investasi akan ditetapkan dari persentasenya yang setelah itu akan dilakukan penetapan harga dari barang yang telah dihasilkan • Seorang pebisnis harus mempertahankan dan meningkatkan usahanya untuk mendapatkan sasaran penghasilan serta mengembangkan bisnisnya agar berkembang dengan baik. Usahakan mengikuti anjuran yang telah ada apabila memiliki bisnis. Dalam hal tersebut sekarang ini Pemerintah telah memberikan kebijakan untuk penetapan harga harus sesuai dengan perhitungan untuk menghindari terjadinya kerugian. Selain itu penetapan harga mampu untuk meningkatkan laba, karena hal tersebut akan mengacu pada setiap bisnis masing-masing apakah mampu bertahan sebab setiap bisnis sangat memikirkan keuntungan yang lebih tinggi daripada pengeluarannya. Pada dasarnya penentuan harga tidak sembarangan dalam menentukan, akan tetapi harus sesuai dengan anjuran ataupun metode yang telah ada. Oleh sebab itu mari kita simak apa saya metode dalam penetapan harga. Berikut empat metode dalam penetapan harga, antara lain :


1. Berbasis biaya Pada umumnya berbasis biaya ini merupakan aspek penting karena mampu mempengaruhi penawaran maupun biaya. Dimana harga akan ditentukan berdasarkan biaya produksi serta biaya pemasaran produk. Terkadang hal tersebut mampu untuk menutupi biaya langsung, laba, rugi dan overhead. 2. Berbasis permintaan Pada berbasis permintaan adalah metode yang menekankan pada berbagai jenis faktor yang mempengaruhi selera anda, maka hal tersebut akan mempengaruhi akan kemampuan dan kemauan pelanggan untuk bertransaksi. 3. Berbasis laba Berbasis laba merupakan keseimbangan biaya antara pendapatan. Maka dalam berbasis laba ini memiliki tiga pendekatan yaitu target profit pricing (penetapan harga berdasarkan target keuntungan yang didapat), target return on sales pricing (penetapan harga berdasarkan penjualan) dan target return on investment pricing. 4. Berbasis persaingan Pada berbasis persaingan ini penetapan harga ditetapkan dengan mengikuti cara pesaing melakukan penetapan harga. Dalam hal tersebut memiliki tiga metode pendekatan yaitu : sistem penjualan dibawah


harga atau dikenal dengan diskon, memberi harga yang jauh tinggi tapi kualitas produk jauh lebih baik dan menyamakan harga yang tujuannya agar para pesaing tidak terlalu besar. F. Perbedaan Antara Harga Dan Biaya Perkembangan ekonomi yang selalu meningkat dengan varian harga yang berbeda-beda. Pada zaman sekarang ini harga minyak goreng naik tanpa henti dan meresahkan banyak warga. Akan tetapi banyak masyarakat yang menyamakan kata harga dan biaya itu sama artinya. Pada dasarnya harga dan biaya merupakan suatu konsep yang berbeda dalam pengucapan namun berbeda dalam keuangan. Semisalnya : “Rani harus membayar mahal untuk uji sampel di laboratorium Universitas Indonesia yang baru-baru ini dia bayar”. Hal itu tertuju pada pengucapan biaya, bukan harga. Sedangkan untuk harga penawaran dimana jumlah moneter yang dibayarkan pelanggan untuk mendapatkan penawaran tertentu, yang artinya biaya penawaran tersebut mempertimbangkan pengeluaran penjual dalam membuat penawaran. Artinya harga adalah menyangkut pembeli, sedangkan untuk biaya menyangkut produsen ataupun pembeli dalam melakukan transaksi tawar menawar.


Di zaman sekarang banyak lahan-lahan yang dibuka usaha untuk membangun perusahan-perusahan. Perusahan zaman sekarang memiliki tujuan yang berbeda akan tetapi sama-sama untuk memaksimalkan memperoleh keuntungan untuk mengurangi biaya yang kemudian akan berdampak jumlah harga itu. Artinya dalam hal tersebut mereka akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar pada umumnya. Pada ketentuan harga penawaran, dimana harga penawaran ditentukan berdasarkan ke titik yang lebih rendah maka untuk biayanya sendiri akan lebih tinggi dari harga umumnya. Oleh sebab itu banyak para perusahaan akan mengalami kerugian akibat penjualan yang tidak mampu kembali ke jumlah yang dikeluarkan dalam membuat penawaran. Apabila perusahan mengalami hal dimana harga dan biaya penawaran sama, maka perusahaan tersebut sedang mengalami titik impas yang artinya tidak menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. Maka sebelum melakukan bisnis ataupun usaha sebaiknya anda harus memastikan bahwa harga yang anda tawarkan harus sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Yang artinya selain menjual atau sebagai produsen anda harus mendapatkan keuntungan dari bisnis atau usaha yang anda lakukan.


Secara umum banyak para usaha ataupun perusahaan-perusahaan yang selalu melakukan pricing ataupun mencatat dan menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan dan sebagainnya yang dikenal dengan sistem akuntansi. Sistem akuntansi akan membantu anda dalam pengelolaan penghasilan atau uang yang diperoleh dalam usaha. Banyak masyarakat menganggap bahwa harga dan biaya merupakan istilah yang sama. Padahal, keduanya memiliki suatu konsep berbeda pada konteks keuangan. Sederhananya, harga adalah sejumlah uang yang ditawarkan atau dibayarkan untuk memperoleh produk. Sedangkan, biaya didefinisikan sebagai sejumlah uang yang dibutuhkan untuk membuat atau menciptakan suatu benda. Istilah harga biasanya didefinisikan sebagai sejumlah uang yang layak diberikan untuk sebuah benda bukan hanya berdasarkan biaya pembuatannya, namun juga dengan mempertimbangkan kegunaan, kesesuaian, serta ketersediaannya. G. Cara Menentukan Harga Jual Produk Menentukan harga jual produk, seperti produk makanan dan minuman, menjadi salah satu proses bisnis yang harus dilakukan agar usaha dapat berjalan


dengan optimal. Namun, bagaimana cara menentukan harga jual makanan yang baik? Harga jual makanan dan minuman ini merupakan nominal uang yang perlu dikeluarkan oleh konsumen agar bisa mendapatkan produk tersebut. Karena itu, harga jualnya harus ideal agar bisa menarik konsumen untuk membelinya. Lantas, apa saja faktor yang mempengaruhi serta bagaimana cara menentukan harga jual makanan dan minuman? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu menyimak ulasan berikut : Faktor yang Perlu Diperhatikan untuk Menetapkan Harga Jual Agar bisnis dalam berjalan lancar, harga jual produknya perlu ditentukan sebaik mungkin. Kenapa demikian? Harga jual produk, seperti makanan dan minuman, menjadi langkah dasar untuk mencapai kesuksesan dalam berbisnis. Pasalnya, harga tersebut penting untuk ditetapkan dengan memperhatikan keuntungan bagi produsen. Sebelum itu, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menetapkan harga jual produk. Beberapa faktor tersebut yaitu: 1. Harga Kompetitor Perlu kiranya memperhatikan harga kompetitor terlebih dahulu sebelum menetapkan nominal jual produk sendiri. Dengan begitu, produknya bisa bersaing di pasar secara kompetitif.


2. Target Pasar Target pasar patut dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum ingin menentukan harga jual makanan. Contohnya, jika produk sudah ditargetkan bagi mahasiswa, berarti harga jual yang ditetapkan harus relatif lebih murah dan ramah di kantong. 3. Modal dan Persentase Keuntungan Menjadi salah satu elemen penting dalam berbisnis, modal juga penting untuk diperhatikan sebelum menetapkan harga jual makanan. Jadi, bisnisnya tidak mengalami kerugian dan berkembang dengan baik. Atau, harga jual produk tersebut bisa menyesuaikan dengan perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP). Tidak kalah penting, persentase keuntungan juga harus dimasukkan dalam penetapan harga jual makanan. Hal tersebut dikarenakan keuntungan dari penjualan ini merupakan pemasukan utama dalam suatu bisnis. 4 Cara Menentukan Harga Jual Makanan dan Minuman Nah, agar nominal harga jualnya ideal, bisa menggunakan beberapa cara sebagai berikut : Cara menentukan harga jual barang makanan yang dapat digunakan di antaranya, mark-up pricing, bundling, margin pricing, dan keystone pricing.


1. Mark-Up Pricing Cara menentukan harga jual makanan yang pertama yaitu mark-up pricing. Mark-up pricing merupakan penetapan harga jual produk yang dilakukan dengan menambahkan persentase profit dari jumlah modal yang dikeluarkan. Setelah memperhitungkan total biaya produksinya, maka dapat melakukan mark-up atau menambahkan nominal harganya untuk mendapatkan keuntungan. Mark-up pricing biasa dijadikan sebagai salah satu cara menentukan harga jual makanan ringan maupun minuman kemasan. Adapun rumus dari mark-up pricing adalah sebagai berikut : Harga Jual = Modal + (Modal x Persentase Markup) Contohnya : Bisa membuat bubur instan kemasan dengan biaya bahan baku Rp. 4.000 dan biaya pengemasan Rp. 1.500 untuk satu produknya. Kemudian, dapat menetapkan persentase keuntungan sebesar 25 persen. Maka perhitungan markup pricingnya yaitu: Modal = Rp. 4.000 + Rp. 1.500 = Rp. 5.500 Harga Jual = Rp. 5.500 + (Rp. 5.500 x 25%) = Rp. 6.875 atau dibulatkan menjadi Rp. 6.900. Jadi, bisa menjual bubur instan tersebut seharga Rp6.900 per bungkusnya.


2. Manufacturer Suggested Retail Price (MSRP) Manufacturer suggested retail price atau MSRP merupakan cara menentukan harga jual makanan online yang dapat diterapkan jika menjualkan kembali produk usaha milik orang lain. Karena, pada metode ini penentuan harganya dilakukan dengan menyesuaikan rekomendasi dari produsen utama. Misalnya, ingin menjual kembali camilan biskuit bermerek pada toko pribadi. Kemudian, produsen camilan menjual produk tersebut ke Anda selaku reseller seharga Rp. 3.500 serta merekomendasikan harga jualnya sebesar Rp. 5.000. Alasan diberlakukannya MSRP ini agar harga jual produk yang sudah cukup dikenal masyarakat tetap stabil pada pasaran. Jadi, konsumen tidak kebingungan karena ada harga produk yang berbeda antara reseller produk tersebut. 3. Margin Pricing Margin pricing adalah cara menentukan harga jual makanan catering selanjutnya. Metode ini dilakukan dengan memperkirakan serta menganalisis kesesuaian profit yang akan didapatkan. Adapun rumus margin pricing berikut ini : Margin = (Harga Jual – Modal) / Harga Jual


Sebagai contoh, modal dalam menjual bubur instan adalah Rp. 5.500. Jika ingin menjual Rp8.000, Anda dapat menyesuaikan profitnya melalui rumus margin pricing. Margin = (Rp8.000 – Rp5.500) / Rp5.500 = 0,45 atau 45% Berdasarkan perhitungan tersebut, margin dari penjualan bubur instan Anda yaitu 45%. Idealnya, margin penjualan tidak melebihi 50% jadi produk Anda telah sesuai dan bisa diperjualbelikan di pasaran. 4. Keystone Pricing Metode penetapan harga jual makanan selanjutnya yaitu keystone pricing. Keystone pricing adalah teknik dalam menentukan harga dengan melipatgandakan modal produk tersebut. Misalnya, produk bubur instan Anda yang bermodalkan Rp5.500 per produknya dapat dijual seharga Rp. 11.000. Keystone pricing ini biasa digunakan oleh retailer untuk menjualkan produknya. Demikian ulasan mengenai cara menentukan harga jual barang makanan yang perlu diketahui. Sebelum berbisnis, pastikan telah menetapkan harga jual secara bijaksana! Sehingga, konsumen akan merasa tertarik dengan produk yang dijual dan bisnis dapat berjalan secara optimal. Jika telah menentukan harga untuk


bisnis produk makanan melalui cara di atas, maka selanjutnya dapat melakukan riset kesesuaian harga tersebut dengan konsumen melalui survei online. Berikut beberapa cara menentukan harga jual barang: Harga Markup Markup biasanya dihitung sebagai persentase dari biaya akuisisi produk. Biaya perolehan dapat menjadi biaya pembelian barang atau jasa atau biaya produksi. Langkah pertama dalam menambahkan persentase markup ke biaya produk adalah memutuskan berapa banyak markup untuk keuntungan Anda. Setelah Anda memilih persentase markup, tentukan biaya produk, yang mencakup tidak hanya biaya barang, tetapi juga overhead jika ada biaya produksi, biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi, termasuk tunjangan untuk hal-hal seperti kerusakan barang dan barang hilang. Harga Jual = Harga Perolehan + (Harga Perolehan x % Markup) Berikut adalah contoh menghitung harga jual menggunakan metode harga markup. Misalnya Anda memiliki restoran Bakso dengan biaya satu porsi 15.000 IDR, dengan menghitung semua biaya seperti bahan baku (mie, bakso, rempah-rempah), biaya produksi seperti karyawan, gas, listrik, sewa tempat sampai risiko


barang tidak laku. Jadi jika Anda ingin mendapatkan untung 25% berarti harga jual Anda menjadi: Harga Jual = 15,000 IDR + ( 15,000 IDR x 25%) Harga Jual = 18,750 IDR Dengan demikian Anda mendapat untung dari 3,750 IDR per porsi, lalu Anda kalikan dengan target penjualan Anda per hari, per bulan dan perhatikan penghitungan tadi, apakah Anda mendapat untung yang cukup dengan menjual 18.750 IDR per porsi. Harga Margin Kita sering menggunakan kata-kata ini, berapa margin nya? Berbeda dengan markup di mana harga markup kita menambah persentase ke harga akuisisi (modal), tetapi pada persentase harga margin diperoleh dari perbandingan harga jual dan harga akuisisi (modal). Harga margin umumnya digunakan, jika kita sudah tahu berapa harga yang kita inginkan. Penting untuk melakukan perhitungan margin karena untuk membandingkan harga jual produk kita dengan tujuan untuk menentukan harga perolehan, sehingga harga kita tidak terlalu murah sebab banyaknya kompetisi sehingga kita rugi atau terlalu mahal sehingga tidak bisa bersaing. Berikut Rumus Cara Menghitung Harga Margin:


Harga Margin = (Harga Jual – Harga Perolehan) / Harga Jual Untuk contoh yang akan kita gunakan adalah sama dengan contoh perhitungan menggunakan metode harga markup. Contoh berikut cara menghitung harga jual menggunakan metode harga margin. Anda telah menentukan harga jual Bakso yang ingin Anda jual adalah 18.750 IDR dan biaya perolehannya 15.000, dengan demikian margin yang Anda dapatkan menjadi: Harga Margin = (18,750 IDR – 15,000 IDR) / 18,750 IDR Margin = 0.2 atau 20% Harga Keystone Harga Keystone adalah metode pengaturan harga di mana barang dagangan dihargai untuk dijual kembali dengan jumlah dua kali harga grosir atau biaya perolehan produk. Di Indonesia metode ini sering ditemui dalam bisnis konsinyasi di mana barang yang dijual disimpan di Departement Store misalnya. Sebenarnya harga keystone ini sama dengan markup, tetapi perbedaannya nilai markup sangat besar, misalnya harga jual 2 kali dari biaya perolehan atau markup 100%. Bahkan di industri tertentu dapat mencapai 3 kali lipat dari biaya perolehan, ini bukan karena ingin


mendapatkan keuntungan berlipat, tetapi ada faktor seperti barang yang tidak laku akan diretur, lalu menghasilkan stok barang berlebihan atau tidak bisa dijual. Risiko ini menjadi lebih tinggi jika barang yang dijual memiliki tren, seperti fashion yang tren-nya tergantung mode. Harga yang dianjurkan Pemilik Merek Jika Anda menjual barang dengan harga yang telah direkomendasikan oleh pemilik merek atau sering disebut MSRP (Manufacturing Suggested Retail Price), maka tidak berarti Anda harus mengikutinya, tetapi Anda masih harus menghitung biaya perolehan barang tersebut. Oleh karena itu metode perhitungan yang akan sangat membantu adalah menggunakan metode harga margin, sehingga Anda tahu keuntungan Anda, dan jika menjual dengan harga standar, maka Anda harus sudah tahu berapa harga barang yang dijual oleh pesaing Anda. Apakah semua penjual mengikuti harga yang disarankan oleh pemilik merek? Tentu saja tidak, karena jika bisnis ritel dijalankan dengan efisien dan dapat menghemat biaya, secara otomatis dapat menjual dengan harga yang lebih kompetitif. Tetapi jika biaya Anda terlalu besar dan harus menjual di atas harga yang disarankan, Anda harus berhati-hati karena pelanggan


bisa saja mengetahui hal-hal tersebut dan beranggapan Anda ingin mendapatkan keuntungan besar. Ini akan berdampak pembeli tidak jadi membeli barang dan juga mempengaruhi pembelian barang lain karena mereka menganggap semua barang yang Anda dijual lebih mahal. Beberapa metode cara menghitung harga jual yang telah dibahas di atas harus digunakan untuk setiap barang yang Anda jual, dan setiap barang dapat memiliki penilaian yang berbeda. Misalnya, Anda memilih metode harga markup, itu tidak berarti semua item yang Anda jual dengan markup 25%. Mungkin ada yang lebih tinggi karena barang itu laris manis dan sulit di pasar, atau tidak ada pesaing lain yang menjual. Ada juga item yang marginnya sangat kecil karena tersedia di mana saja. Faktor volume penjualan tentu saja tidak kalah pentingnya, itu menjadi faktor untuk menentukan harga jual, Anda dapat menjual dengan margin yang lebih kecil, tetapi jumlah item yang dijual lebih banyak, sehingga pada akhirnya penjualan Anda meningkat dengan keuntungan yang tentu saja meningkat. Cara menghitung dan menentukan harga jual produk dengan cara lain 1. Mencari tahu biaya produksi Secara umum, kamu bisa mencari tahu harga produksi dengan melihat fixed cost dan variable


cost. Fixed cost adalah biaya tetap yang tidak terpengaruh terhadap jumlah barang yang diproduksi. Biasanya biaya ini tidak terpengaruh pada aktivitas bisnis. Melainkan mencangkup hal-hal yang bersifat mati atau tetap, seperti sewa tempat/toko, pajak bangunan, dan asuransi. Sedangkan variable cost adalah setiap biaya yang berubah berdasarkan berapa banyak perusahaan memproduksi dan menjual barang. Ini berarti bahwa biaya variabel meningkat ketika produksi meningkat dan menurun ketika produksi turun. Secara umum, biaya variabel adalah hal-hal yang biasanya kamu temui dalam memproduksi barang, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya. Dengan mengetahui kedua jenis biaya ini, kamu juga akan dengan mudah menentukan biaya modal yang dibutuhkan dalam produksi. Yang mana ini tentunya akan berpengaruh terhadap harga jual. Karena aspek seperti tenaga, bahan baku, hingga kemasan nantinya akan masuk dalam biaya produksi dan menjadi dasar dari harga jual. 2. Menghitung biaya total produksi Langkah selanjutnya adalah mencari biaya total produksi. Adapun rumus sederhananya yaitu, total cost = fixed cost + variable cost


Jika kita misalkan dalam contoh sederhana, kamu ingin menjual masker. Adapun untuk total fixed cost nya yaitu sekitar Rp 2.000.000 yang terdiri dari sewa tempat selama satu periode produksi. Kemudian, untuk total variable cost nya dalam satu produksi sekitar 1000 masker, yaitu Rp5.500.000 dengan rincian • Bahan baku :Rp2.000 x 1000 = Rp2.000.000 • Tenaga kerja :Rp1.000.000 x 2 = Rp2.000.000 • Kemasan :Rp500 x 1000 = Rp500.000 • Peralatan dan operasional = Rp1.000.000 Sehingga total produksi untuk 1000 masker yaitu sebesar Rp7.500.000 yang didapatkan dari Rp2.000.000 + Rp5.500.000. Kemudian setelah mengetahui total biaya produksi, kamu kan mencari tahu biaya harga dari satu maskernya. Adapun untuk mencarinya yaitu membagi total biaya dengan jumlah produk. Sehingga dalam perhitungan akan menjadi, Rp7.500.000 : 1000 = Rp7.500 Sehingga kamu mendapatkan harga dasar dari satu masker yaitu sebesar Rp7.500. 3. Menentukan harga jual produk dari biaya produksi Setelah mengetahui jumlah harga per produknya, kamu dapat mencari harga jual dengan menggunakan perhitungan persentase keuntungan/laba. Misalnya pada


produk masker ini, kamu menginginkan persentase keuntungan sebesar 50% dari biaya produksi atau biaya modal. Untuk menghitungnya kamu bisa menggunakan rumus : Biaya produksi+(Persentase keuntungan x biaya produksi) = Harga jual Jadi dalam perhitungan, harga jual per produknya adalah Rp7.500 + (50% x Rp7.500) = Rp11.250. Sehingga kamu bisa mendapatkan harga jual produk untuk satu maskernya yaitu Rp11.250. 4. Menggunakan keystone pricing Selain menggunakan cara berdasarkan biaya produksi, kamu juga bisa menentukan harga jual dengan menggunakan keystone pricing. Keystone pricing adalah metode penetapan harga produk yang diberi harga dua kali lipat atau ditambahkan 100% dari biaya grosir atau modal. Biasanya metode ini sering digunakan oleh pengecer ketika menjual produk mereka. Adapun untuk menentukannya kamu bisa menggunakan perhitungan, seperti Harga jual = Biaya modal x 2. Jika kamu ingin menjual produk dengan biaya modal produksi sekitar Rp. 10.000, maka dengan penggunaan keystone pricing kamu akan mendapatkan harga jual sebesar Rp. 20.000.


5. Break even pricing Dalam menentukan harga jual produk, kamu juga bisa menentukannya berdasarkan metode break even pricing. Break even pricing adalah metode menetapkan titik harga di mana bisnis akan memperoleh keuntungan nol dari penjualan. Sederhananya, kamu menggunakan harga produk sesuai dengan harga modal atau harga yang rendah dari harga pasar. Tujuannya adalah sebagai alat untuk mendapatkan pelanggan dan mengusir pesaing dari pasar. Di samping itu, penentuan harga dengan metode ini sangat berkaitan dengan produksi dan permintaan. Karena secara umum dikarenakan harga yang rendah, volume produksi biasanya akan ditingkatkan untuk mendapatkan keuntungan. Namun, dikarenakan permainan harga yang rendah, biasanya ini juga bergantung pada permintaan. Karena ketika permintaan berkurang dan kamu tetap memproduksi dengan jumlah yang banyak, akan menyebabkan resiko kerugian. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumus harga jual adalah sebagai berikut : ➢Harga Pokok = Biaya Tetap + Biaya variablel ➢Harga Jual = Biaya Tetap + Biaya variable + Laba


Atau Harga Pokok + Laba ➢Harga Jual Per satuan = Biaya tetap + Biaya Variabel + Laba Jumlah Produk Komponen biaya dan harga jual selain dapat dihitung seperti teresebut di atas , juga dapat dihitung sebagai berikut : Harga Jual Makanan terdiri dari 4 komponen yaitu : 1. Biaya bahan makanan ( Food Cost ) 2. Biaya karyawan ( Labour Cost ) 3. Biaya lain-lain ( Overhead Cost ) 4. Keuntungan ( Profit ) Contoh Soal Biaya bahan makanan (Food Cost) untuk membuat 20 buah Donat Rp. 12.000. Berapa harga jual Donat per buah. Perhitungan Harga Jual Biaya bahan makanan ( Food Cost ) 60 % = 60 x Rp. 12.000 = Rp. 1.000 60 Biaya karyawan ( Labour Cost ) 20 % = 20 x Rp. 12.000 = Rp. 4.000


60 Biaya Lain-lain ( Overhead Cost ) 10 % = 10 x Rp. 12.000 = Rp. 2.000 60 Keuntungan ( Profit ) 10 % = 10 x Rp. 12.000 = Rp. 2.000 60 ------------ ------------- 100 Harga Jual Rp. 18.000 Harga Jual Satuan = 18.000 = Rp. 900 20 Teknik Menghitung Harga Jual yang selanjutnya adalah sebagai berikut : Komponen biaya untuk menghitung harga jual a. Biaya bahan makanan = 40 % b. Biaya tenaga kerja = 20 % c. Biaya bahan bakar = 11 % d. Biaya penyusutan alat = 17 % e. Keuntungan bersih = 12 % ------------------------------------------------------ Harga Jual = 100 % Rumus Harga Jual Biaya bahan makanan x 100 %


40 Prosentase komponen biaya di atas bias berubahubah tergantung dari jenis usahanya. Apakah usaha termasuk usaha komersial atau semi komersial. Contoh Soal : Diketahui biaya untuk membuat Bakwan Jagung 25 buah sebesar Rp. 25.000 Harga jual Bakwan Jagung adalah : 25.000 x 100 = Rp. 62.500 40 Harga jual Bakwan jagung per buah 62.500 = Rp. 2.500 25 Cara menghitung biaya pengeluaran masing-masing komponen : a. Biaya bahan makanan = 40 x 62.500 = Rp. 25.000 100 b. Biaya tenaga kerja = 20 x 62.500 = Rp. 12.500 100 c. Biaya bahan bakar = 11 x 62.500 = Rp. 6.875 100 d. Biaya penyusutan alat = 17 x 62.500 = Rp. 10.625 100


e. Keuntungan bersih = 12 x 62.500 = Rp. 7.500 100 H. Harga Pokok Produksi (HPP) Harga Pokok Produksi (HPP) berkaitan dengan keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu periode. Umumnya, perhitungan HPP ditujukan untuk mengetahui besaran biaya yang dikorbankan dalam proses produksi. Dikutip dari buku Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing (2021) oleh Siti Nur Qomariyah dan Candra Fatmawati Firdaus, berikut pengertian HPP: "Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan dari proses manufaktur atau pengolahan bahan baku menjadi barang jadi." Rumus Harga Pokok Produksi (HPP) Dilansir dari buku Penganggaran Perusahaan (2022) karya Zainah, rumus untuk menghitung harga pokok produksi adalah: Harga pokok produksi = total biaya produksi + saldo awal persediaan barang dalam produksi - saldo akhir persediaan barang dalam produksi. Agar bisa menghitung HPP, dibutuhkan perhitungan total biaya produksi, serta saldo awal dan akhir persediaan barang. Untuk menghitungnya, berikut rumus yang diperlukan: Bahan baku yang dipakai =


saldo awal bahan baku + pembelian bahan baku - saldo akhir bahan baku. Setelah diketahui berapa jumlah bahan baku yang dipakai, langkah selanjutnya, kita bisa menghitung total biaya produksi. Total biaya produksi = bahan baku yang digunakan + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead produksi. Dengan demikian, urutan rumus untuk menghitung harga pokok produksi adalah: • Perhitungan bahan baku yang digunakan • Total biaya produksi • Harga pokok produksi. Cara menghitung Harga Pokok Produksi (HPP) Menurut Mutia Arda, dkk dalam buku Perencanaan Bisnis dan Cara Mudah Menyusun Business Plan (2022), berikut cara menghitung harga pokok produksi: ➢Menghitung semua biaya yang berkaitan dengan produksi Untuk bisa menghitung HPP, kita harus mengetahui biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, misal harga baku dan biaya overhead pabrik. ➢Menghitung biaya produksi Setelah mengetahui besaran biaya yang dibutuhkan dalam produksi, kita harus menentukan biaya produksinya.


Kemudian, hitung harga pokok produksi menggunakan rumus yang telah ditentukan dengan memasukkan semua data yang telah diketahui. I. Break Event Point Break Even Point atau nama lain dari analisis titik impas diartikan sebagai suatu keadaan atau titik di mana perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian juga. Jumlah laba dan biaya suatu perusahaan dalam posisi yang sama atau seimbang, sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian. Break Even Point (BEP) adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan. Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 (nol). Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka artinya perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan, maka perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan.


Perhitungan untuk mencari nilai Break Even Point (BEP) sangat penting bagi sebuah perusahaan karena dapat membantu Anda dalam membuat keputusan, seperti contoh apakah Anda perlu menaikkan harga produk atau mengurangi biaya operasional. Selain itu, informasi ini juga sering digunakan oleh para pelaku saham. Kalkulasi saham yang dibuat dengan menggunakan metode Break Even Point (BEP) saat seseorang melakukan kegiatan jual beli saham dapat menganalisa kapan saat yang tepat untuk membeli (call) dan kapan harus menjual (put). Berikut adalah beberapa manfaat dan tujuan dari titik impas, yakni : Untuk Menentukan Efisiensi Kerja Titik impas membantu perusahaan dalam mengevaluasi efisiensi kerja mereka. Dengan mengetahui titik impas, perusahaan dapat mengidentifikasi sejauh mana mereka mencapai tingkat produksi yang menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya operasional. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan efisiensi operasional.


Untuk Menentukan Berapa Besar Kapasitas Produksi yang Tersisa Dengan mengetahui titik impas, perusahaan dapat menilai kapasitas produksi yang tersisa. Mereka dapat menentukan apakah masih ada kapasitas produksi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan volume produksi atau menghasilkan produk baru. Hal ini membantu perusahaan dalam merencanakan ekspansi bisnis dan pengembangan produk. Untuk Membantu Permudah Perusahaan dalam Melihat Potensi Keuntungan atau Laba Titik impas memungkinkan perusahaan untuk memperkirakan potensi keuntungan atau laba yang dapat mereka capai. Dengan memahami titik impas, perusahaan dapat menentukan target penjualan yang diperlukan untuk mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan. Hal ini membantu perusahaan dalam merencanakan strategi pemasaran dan penetapan harga yang tepat. Untuk Membantu dalam Mengetahui Perubahan Pada Nilai Laba Saat Terjadi Perubahan Harga Produk Titik impas juga memberikan pemahaman tentang dampak perubahan harga produk terhadap nilai laba


perusahaan. Dengan mengetahui titik impas, perusahaan dapat menganalisis dan memprediksi perubahan laba yang terjadi saat harga produk berubah. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk membuat keputusan yang tepat dalam menetapkan harga produk mereka dan mengoptimalkan profitabilitas. Dalam kesimpulannya, titik impas memiliki peranan penting dalam evaluasi kinerja dan perencanaan bisnis perusahaan. Dengan memahami dan menggunakan titik impas secara efektif, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi kerja, mengoptimalkan kapasitas produksi, merencanakan strategi pemasaran, dan mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan harga produk. Perhitungan atau penutupan BEP tergantung pada konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan didalamnya. Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan”, terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam menghitung Break Even Point (BEP) yaitu adalah sebagai berikut: 1. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel. 2. Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.


3. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah. 4. Harga jual per-unit konstan selama periode dianalisis. 5. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual. 6. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan” setiap produk tetap. Selain itu, ada juga istilah yang disebut Break Even Analysis yang merupakan dasar dari seluruh metode titik impas. Fungsi Break Even Analysis adalah untuk mengetahui volume penjualan akan menghasilkan keuntungan atau kerugian. Break Even Analysis (Analisis Titik Impas) adalah metode yang digunakan dalam analisis keuangan untuk menentukan titik di mana pendapatan yang diperoleh sama dengan biaya total, sehingga perusahaan tidak mengalami keuntungan atau kerugian. Dalam analisis ini, Break Even Point (Titik Impas) dihitung untuk menentukan jumlah unit atau pendapatan yang diperlukan agar perusahaan mencapai titik impas. Break Even Analysis melibatkan perhitungan biaya tetap, biaya variabel, dan harga jual per unit produk.


Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah tergantung pada volume produksi atau penjualan, seperti sewa, gaji karyawan tetap, dan biaya administrasi. Biaya variabel, di sisi lain, berubah sesuai dengan volume produksi atau penjualan, seperti bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya. Dalam analisis ini, Break Even Point (Titik Impas) dapat dihitung dalam jumlah unit atau pendapatan dengan rumus sebagai berikut: • Cara Mencari dan Menghitung BEP / Break Even Point dalam Jumlah Unit = Biaya Tetap/ (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit) • Cara Mencari dan Menghitung BEP / Break Even Point dalam Pendapatan = Biaya Tetap/Kontribusi Margin Ratio • Kontribusi Margin Ratio = (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit) / Harga Jual per Unit Dengan menggunakan analisis ini, perusahaan dapat mengetahui jumlah unit atau pendapatan minimum yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian. Selain itu, analisis ini juga membantu perusahaan dalam merencanakan strategi penjualan, mengevaluasi kinerja keuangan, dan mengidentifikasi risiko dan peluang bisnis.


Manfaat perhitungan Break Even Analysis yaitu: Adapun manfaat perhitungan break event analysis adalah : 1.Memberikan informasi banyaknya investasi yang butuhkan agar dapat mengimbangi pengeluaran awal. 2.memberi margin sebagai langkah pembatas supaya tidak mengalami kerugian 3. Digunakan secara luas, baik dalam analisa jual beli saham dan menganalisa budget dari berbagai macam project yang dilakukan perusahaan. Komponen dalam Perhitungan Break Even Point (BEP) Sebelum menghitung nilai Break Even Point (BEP), baik itu dalam unit produksi atau Rupiah, terlebih dahulu Anda harus memahami komponen penting di dalamnya: 1.Biaya Tetap (Fixed Cost), baik ketika perusahaan sedang berproduksi maupun tidak berproduksi. 2.Biaya Variable (Variabel Cost), Komponen ini bersifat dinamis dan bergantung pada tingkat volume produksinya. Jika produksi meningkat, maka biaya variabel juga akan meningkat. 3.Harga Jual (Selling Price), harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.


4.Pendapatan (Revenue), merupakan jumlah pemasukan yang diterima oleh penjual barang. 5.Laba (Profit), merupakan sisa penghasilan setelah dikurangi biaya tetap dan biaya variable. Metode Perhitungan dan Rumus Cara Menghitung Break Even Point (BEP) Dalam dunia akuntansi, Break Even Point (BEP) sering digunakan untuk menemukan persamaan dimana biaya yang dikeluarkan untuk produksi barang sesuai dengan pendapatan yang didapat dalam satu periode. Ada beberapa rumus yang biasa digunakan sebagai cara untuk menghitung Break Even Point Analysis (BEP), yaitu adalah sebagai berikut: BEP = Biaya Tetap : (Harga jual per unit – biaya variabel per unit ) Selisih dari pengurangan harga jual per unit dan biaya variabel per unit adalah rumus dari margin kontribusi (contribution margin). Cara ini bisa digunakan untuk mengetahui titik dimana jumlah beban setara dengan jumlah biaya dan jumlah unit yang dikeluarkan. BEP = Biaya tetap : Margin kontribusi per unit


BEP tidak hanya dapat dihitung dalam bentuk unit, jika Anda sudah mengetahui berapa banyak minimal unit yang harus dijual untuk menutup biaya produksi Anda dapat mengalikannya dengan biaya per unitnya. Apabila diinginkan dalam mata uang Rupiah, maka dari formulasi rumus break even point dalam unit dikalikan dengan harganya, sehingga : BEP dalam bentuk mata uang = harga jual per unit x BEP per unit Setelah mengetahui rumus cara menghitung Break Even Point (BEP) untuk bisnis, Anda juga perlu mengetahui tentang margin kontribusi. Margin kontribusi dapat mengetahui berapa keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual, dengan mengukur efek dari sales terhadap keuntungan. Adapun rumus cara menghitungnya yaitu: Margin kontribusi : Total sales – Biaya variabel Dalam menghitung margin kontribusi, hal penting yang harus perhatikan adalah biaya variabel yang dikenakan, baik relasinya dengan total biaya ataupu dengan total penjualan atau sales suatu perusahaan. Dengan menggunakan margin kontribusi sebuah perusahaan dapat memisahkan biaya tetap produksinya dengan keuntungan yang didapat. Dengan begitu perusahaan mengetahui interval harga produk yang akan dijual.


Contoh Langkah Cara Menghitung Titik Impas (Break Even Point / BEP) Secara Umum Titik impas (break even point) adalah titik di mana pendapatan perusahaan sama dengan biaya total, sehingga perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau kerugian. Berikut adalah contoh cara menghitung titik impas: 1. Menghitung Biaya Tetap (Fixed Costs): • Identifikasi semua biaya tetap yang harus dibayar perusahaan dalam periode tertentu. Contohnya adalah sewa, gaji tetap karyawan, asuransi, dan biaya administrasi. • Jumlahkan semua biaya tetap tersebut. Misalnya, total biaya tetap per bulan adalah Rp. 10.000.000. 2. Menghitung Biaya Variabel per Unit (Variable Costs): • Identifikasi biaya variabel yang berkaitan dengan produksi atau penjualan suatu produk. Misalnya, biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya pengemasan. • Hitung biaya variabel per unit produk. Misalnya, biaya variabel per unit adalah Rp 5.000. 3. Menentukan Harga Jual per Unit: • Tentukan harga jual per unit produk atau layanan. Misalnya, harga jual per unit adalah Rp 15.000.


4. Menghitung Titik Impas dalam Jumlah Unit: • Bagi biaya tetap dengan selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit. Misalnya, Titik Impas = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit). • Jika biaya tetap adalah Rp 10.000.000, harga jual per unit adalah Rp 15.000, dan biaya variabel per unit adalah Rp 5.000, maka Titik Impas = Rp 10.000.000 / (Rp 15.000 – Rp 5.000) = 1.000.000 / Rp 10.000 = 100 unit. Dalam contoh di atas, perusahaan harus menjual minimal 100 unit produk untuk mencapai titik impas di mana pendapatannya sama dengan biaya total. Jika perusahaan menjual lebih dari 100 unit, mereka akan menghasilkan keuntungan. Jika perusahaan menjual kurang dari 100 unit, mereka akan mengalami kerugian. Penting untuk diingat bahwa contoh di atas bersifat sederhana dan hanya menggambarkan konsep dasar penghitungan titik impas. Dalam situasi nyata, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti fluktuasi harga bahan baku, perubahan biaya tetap, dan perubahan harga jual untuk menghitung titik impas dengan lebih akurat.


Cara Menghitung Break Even Point (BEP) dengan Contoh Soal Berikut ini adalah contoh serta rumus cara menghitung atau mencari Break Even Point (BEP) dengan menggunakan sebuah studi kasus dari bisnis UMKM: Contoh Cara Menghitung BEP Dan Contoh Soal 1 Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Gemilang” memiliki data-data biaya dan rencana produksi seperti berikut ini: Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp140 juta yaitu terdiri dari: • Biaya Gaji Pegawai + Pemilik : Rp75.000.000 • Biaya Penyusutan Mobil : Rp1.500.000 • Biaya Asuransi Kesehatan : Rp15.000.000 • Biaya Sewa Gedung Kantor : Rp18.500.000 • Biaya Sewa Pabrik : Rp30.000.000 Biaya Variable per Unit Rp75.000.00 yaitu terdiri dari : • Biaya Bahan Baku : Rp35.000 • Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp25.000 • Biaya Lain : Rp.15.000


Harga Jual per Unit Rp95.000 Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun dalam rupiah dengan menggunakan rumus. Contoh perhitungan BEP “Usaha Gemilang” adalah sebagai berikut: Break Even Point (BEP) Unit = Biaya Tetap : (harga/unit – biaya variable/unit) BEP Unit =Rp.140.000.000 : (Rp95.000 – Rp75.000) = Rp140.000.000 : Rp20.000 = 7000 Jadi, dengan rumus ini, nilai BEP dari contoh di atas adalah 7.000 unit Break Even Point (BEP) Rupiah = Biaya Tetap : ( kontribusi margin / unit harga / unit) BEP Rupiah = Rp.140.000.000 : (Rp20.000 Rp95.000) = Rp140.000.000 : 0.2105 = Rp. 665.083.135 Jadi, dengan rumus perhitungan di atas, BEP dalam nilai Rupiah dari contoh di atas adalah Rp. 665.083.135. Dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh titik impas dengan harga penjualan sebesar Rp. 95.000,


maka perusahaan harus dapat menjual sebanyak 7.000 unit. Jika jumlah penjualan tidak sampai 7.000 unit, maka tidak akan menutup biaya produksi yang sudah sudah dikeluarkan. Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, Anda juga akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk mendapatkan laba yang Anda targetkan. Sebagai manager atau pemilik usaha, Anda dapat menambahkan laba yang ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda miliki. Misalnya target laba sebulan adalah Rp. 60 juta, maka minimal penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut: Rumus cara mencari BEP Laba = (biaya tetap + target laba) : (harga/unit- biaya variable/unit) = (140.000.000 + 60.000.000) : (95.000 – 75.000) = 200.000.000 : 20.000 = 10.000 unit Contoh Cara Menghitung BEP Dan Contoh Soal 2 Misalnya ada seorang akuntan manajer perusahaan ABC bertanggung jawab dalam operasional produksi dan persediaan stok barang ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan untuk menutup biaya operasional sebesar Rp.50.000.000,- dan ingin mendapat keuntungan sebesar Rp.20.000.000,-


Penjabaran biaya yang dikeluarakan untuk operasional adalah sebagai berikut: Total biaya tetap: 50.000.000 Biaya variabel per unit: 30.000 Harga jual per unit: 50.000 Keuntungan yang diinginkan: 20.000.000 Berikut adalah cara menghitung atau mencari nilai unit Break Even Point (BEP) untuk contoh soal ini: BEP = Total biaya tetap : margin kontribusi = 50.000.000 : (50.000 – 30.000) = 50.000.000 : 20.000 = 2,500 Unit Artinya perusahaan harus menjual 2,500 unit agar tidak mengalami kerugian tidak akan memperoleh keuntungan. Poin penting selanjutnya bagi akuntan manajer yang mengawasi produksi adalah menghitung dalam bentuk rupiah atau mata uang lainya. Kendalanya semua biaya baik itu biaya tetap ataupun variabel harus dalam nilai Rupiah. BEP dalam Rupiah = Harga jual per unit x BEP unit = 50.000 x 2.500 unit = Rp.125.000.000 Selanjutnya yang merupakan point penting dalam perhitungan analisis Break Even Point (BEP) adalah


bagaimana penerapan untuk menghasilkan nilai atau keuntungan unit yang dinginkan. N unit yang dibutuhkan = (Keuntungan yang diingankan : Margin kontribusi) + BEP unit = (20.000.000 : 20.000) + 2.500 = 1.000 +2.500 = 3.500 unit Dengan menggunakan korelasi dari metode cara mencari BEP dan break even analysis, manajer produksi ABC dapat mengetahui berapa banyak unit yang harus terjual agar perusahaan ABC mendapat keuntungan yang di inginkan. Dalam contoh kasus ini, Perusahaan ABC harus menjual sebanyak 3.500 unit agar memperoleh keuntungan sebesar Rp.20.000.000. Contoh Cara Menghitung BEP Dan Contoh Soal 3 Sebuah perusahaan menghasilkan dan menjual suatu produk dengan harga jual per unit sebesar Rp 20.000. Biaya tetap per bulan adalah Rp 200.000.000, sedangkan biaya variabel per unit adalah Rp 10.000. Berapa jumlah unit yang harus dijual agar mencapai titik impas? Pembahasan: 1.Biaya Tetap (Fixed Costs): Rp 200.000.000 2.Biaya Variabel per Unit (Variable Costs): Rp 10.000 3. Harga Jual per Unit: Rp 20.000


Langkah-langkah perhitungan cara mencari BEP: Titik Impas = Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit) Titik Impas = Rp 200.000.000 / (Rp 20.000 – Rp 10.000) Titik Impas = Rp 200.000.000 / Rp 10.000 Titik Impas = 20.000 unit Jadi, perusahaan harus menjual minimal 20.000 unit produk agar mencapai titik impas di mana pendapatannya sama dengan biaya total. Jika perusahaan menjual lebih dari 20.000 unit, mereka akan menghasilkan keuntungan. Jika perusahaan menjual kurang dari 20.000 unit, mereka akan mengalami kerugian. Penting untuk diingat bahwa contoh di atas adalah situasi sederhana dan perhitungan titik impas dapat lebih kompleks tergantung pada faktor-faktor lain seperti fluktuasi harga bahan baku, perubahan biaya tetap, dan perubahan harga jual. Contoh Soal Cara Menghitung BEP (Break Even Point) Unit 1 Berikut adalah contoh soal menghitung Titik Impas (Break Even Point / BEP) dalam jumlah unit : Sebuah perusahaan memproduksi dan menjual produk dengan harga jual per unit sebesar Rp 50.000. Biaya tetap per


Click to View FlipBook Version