The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Hidup adalah suatu perjuangan. Untuk memenanginya diperlukan kecerdasan dalam memilih jalan hidup itu sendiri, ke mana muaranya. Kompasnya adalah budi pekerti luhur dan moral kebajikan yang didapatkan dari pendidikan para orangtuanya bagi anak-anaknya. Pendidikan tersebut tidak dihafal, melainkan membiasakan anak-anak mempraktikkannya. Inilah warisan sejati sumber dari puncak kebahagiaan hidup yang menebarkan senyum dan tawa. Demikian antara lain Guru Cai Li Xu mengajak para orangtua dalam mendidik anak-anaknya berlandaskan DI ZI GUI - Standar Budi Pekerti Seorang Anak dan Pelajar yang merupakan isi penting dari buku ini dan wajib dibaca oleh siapa pun untuk membentuk generasi unggul.

Naning Pranoto
Sastrawati dan Perintis Pendidikan Creative Writing di Indonesia.


Di zaman sekarang nilai-nilai kebaikan mulai dilupakan. Itu sebabnya setiap orang perlu diingatkan untuk kembali kepada nilai-nilai luhur yang bersifat universal, yang terwujud dalam tingkah laku yang luhur. Hal tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang sebagai bagian dari keluarga, masyarakat, dan negara. Buku-buku yang bermuatan budi pekerti seperti ini adalah salah satu sumber pengetahuan yang kita butuhkan.
Seandainya PESAN dalam buku-buku ini bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari, akan tumbuh pribadi-pribadi yang unggul, yang disiplin, mandiri punya daya juang tinggi, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta mengasihi dan peduli pada sesama.

Renny Yanior
Penulis 148 buku cerita anak, pernah menjadi wartawan dan pemimpin redaksi di Grup Majalah Kompas Gramedia.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Pahoa, 2022-05-13 02:53:29

Seminar hidup bahagia pembahasan rinci Di Zi Gui Jilid 3

Hidup adalah suatu perjuangan. Untuk memenanginya diperlukan kecerdasan dalam memilih jalan hidup itu sendiri, ke mana muaranya. Kompasnya adalah budi pekerti luhur dan moral kebajikan yang didapatkan dari pendidikan para orangtuanya bagi anak-anaknya. Pendidikan tersebut tidak dihafal, melainkan membiasakan anak-anak mempraktikkannya. Inilah warisan sejati sumber dari puncak kebahagiaan hidup yang menebarkan senyum dan tawa. Demikian antara lain Guru Cai Li Xu mengajak para orangtua dalam mendidik anak-anaknya berlandaskan DI ZI GUI - Standar Budi Pekerti Seorang Anak dan Pelajar yang merupakan isi penting dari buku ini dan wajib dibaca oleh siapa pun untuk membentuk generasi unggul.

Naning Pranoto
Sastrawati dan Perintis Pendidikan Creative Writing di Indonesia.


Di zaman sekarang nilai-nilai kebaikan mulai dilupakan. Itu sebabnya setiap orang perlu diingatkan untuk kembali kepada nilai-nilai luhur yang bersifat universal, yang terwujud dalam tingkah laku yang luhur. Hal tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang sebagai bagian dari keluarga, masyarakat, dan negara. Buku-buku yang bermuatan budi pekerti seperti ini adalah salah satu sumber pengetahuan yang kita butuhkan.
Seandainya PESAN dalam buku-buku ini bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari, akan tumbuh pribadi-pribadi yang unggul, yang disiplin, mandiri punya daya juang tinggi, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta mengasihi dan peduli pada sesama.

Renny Yanior
Penulis 148 buku cerita anak, pernah menjadi wartawan dan pemimpin redaksi di Grup Majalah Kompas Gramedia.

Keywords: Psikologi

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

mempunyai suatu keluarga yang lebih makmur? Demi kehidupan anak-anaknya yang lebih baik?
Nah, apa yang kita lihat? Kita lihat bahwa begitu kemaruknya orangtua itu mencari uang, sehingga
melupakan tujuan awalnya. Kisah diatas sungguh membuat hati kita jadi pedih. 

     Setelah mantan wali kelas memperkenalkan siswa-siswa kelas tersebut (19 siswa , 17 siswi),
disimpulkan bahwa hanya empat siswa mempunyai perilaku lumayan. Selebihnya susah diatur.
Sebagai guru wali kelas, Guru CAI tertantang untuk memperbaiki kelas ini hanya dalam waktu 4
bulan.

Pada saat yang kritis ini, timbul suatu pemikiran pada diri Guru CAI bahwasanya: Hanya
apabila seorang siswa melakukan “Kesalahan”, terbukalah kesempatan baik bagi seorang Guru
untuk mendidiknya dan memperbaiki kesalahannya.

Tetapi, Guru bersangkutan harus ingat betul bahwa ia sama sekali tidak boleh mengumbar
amarah. Dengan sikap seperti inilah Guru CAI menerima tanggung jawab sebagai Wali Kelas
tersebut. Andaikata seorang Guru tidak memiliki Sikap dan Konsep seperti tersebut di atas,
misalnya ketika seorang siswa melakukan kesalahan, Sang guru tak dapat mengendalikan
amarahnya bertubi-tubi omelan keluar dari mulutnya, reaksi apa yang akan diberikan sang siswa
tersebut? Siswa dalam hatinya akan berkata: “Guru ini galak amat, sekarang aku tahu, jika aku
akan melakukan kesalahan serupa, aku akan berupaya jangan sampai dipergoki Guru.”

Siswa itu bukan menyesali dan mawas diri atas kesalahan yang dibuat, melainkan sudah
ancang-ancang akan mengulangi kesalahannya dengan cara yang lebih canggih, Jadi, banyak
kesempatan baik bagi seorang guru untuk mendidik siswa dengan baik. Sebagai guru, gunakanlah
kesempatan ini dengan sebaik mungkin.

        Sikap Guru CAI seperti ini dipelajarinya dari siapa? Guru CAI sangat beruntung bahwa dalam
beberapa tahun terakhir  telah bertemu dengan Guru- guru dan Tetua- tetua yang luar biasa baik.
Mengapa Guru CAI bisa demikian beruntung? Ini semua adalah akibat. Dan apa penyebabnya?
Penyebabnya tidak lain: Sikap hormat guru CAI terhadap para Tetua dan para Guru. Juga tekad
kuat dalam hatinya untuk bisa dalam bidang Pendidikan, memberi Sumbangsih  sebesar-besarnya
bagi kepentingan Siswa dan masyarakat. Peribahasa mengatakan: “Barangsiapa mempunyai
kemauan Mulia, Tuhan akan mengabulkannya“ Apabila kita mempunyai Hati yang Mulia, Tuhan

32

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

akan menyayangi kita, akan muncul banyak sekali orang-orang bijaksana yang datang menolong
kita.

Guru CAI bercerita tentang sebuah peristiwa yang tak pernah terlupakan olehnya. Suatu
ketika, Guru CAI belum berstatus resmi sebagai Guru. Seorang kawan karibnya sejak kecil mencari
dia, dan mengatakan ingin mengajak teman dekat wanitanya untuk diperkenalkan kepada Guru
CAI.  Datanglah teman karibnya itu bersama dengan pacar wanitanya ke rumah Guru CAI. Dalam
obrolan santai, si pacar temannya itu berulangkali menyebut nama gurunya, mengutip kata-kata
bijak yang pernah diucapkan gurunya. 

Ini kasus yang jarang terjadi dalam pergaulan muda-mudi jaman sekarang. Umumnya
seorang pemuda /pemudi yang berusia diatas 20 tahun, dalam obrolan dengan teman-temannya,
mengutip kata-kata teman sekolah atau selebriti tenar.  Jarang sekali mereka mengutip kata-kata
Guru.

       Bahwa pacar temannya ini yang sudah berusia diatas 20 tahun seringkali mengutip kata-kata
gurunya, ini sungguh mengejutkan Guru CAI. Seakan-akan sang Guru tersebut disetarakan dengan
orangtuanya. Guru CAI tertarik pada pesona sang Guru, dan mohon untuk berkenalan dengan
sang Guru. Dengan senang hati sang pacar kawannya tersebut menyanggupinya.

      Maka pada suatu hari minggu, si teman dekat guru CAI bersama pacarnya berkendaraan
datang ke rumah Guru CAI untuk menjemputnya. Kemudian mereka bertiga menjemput sang
Guru pacarnya.  Ternyata sang Guru yang bermarga CHEN itu bertempat tinggal hanya 500 meter
dari rumah Guru CAI. Memang bila Nasib & Jodoh sudah tiba, maka Guru Cai dan Guru Chen yang
mempunyai Tujuan Hidup yang sama - yakni sama-sama ingin mengabdi kepada Dunia Pendidikan
akan dipertemukan.

       Setelah Guru Chen masuk ke dalam mobil dan mengambil tempat duduk di depan, ia menengok
ke belakang dan mengucapkan sepatah kalimat yang meninggalkan kesan yang sangat dalam bagi
Curu CAI. Guru Chen berkata: “Selama hampir 30 tahun mengisi kehidupanku dengan Mendidik
& Mengajar, saya belajar banyak hal dari murid-muridku. Pengalaman mendidik selama 30 tahun
telah mempersembahkan suatu KEBENARAN  yang berbunyi: “Dalam Mendidik, telah terjadi
saling menumbuhkan (antara Guru dan Murid) seperti dikatakan didalam Kitab Suci

33

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

礼 记。 学 记, “学  而   后   知   不   足

Li Ji Xue Ji Xue er hou zhi bu Zu,

教 而 后    知  困,  知    不    足    而    后    能     自    反    也,

jiao er hou zhi kun zhi bu zu er hou neng zi fan ye,

知 困 而 后 能 自 强 也“.

zhi kun er hou neng zi qiang ye.

“Setelah belajar,  kita baru paham apa yang kurang, setelah mengajar, kita baru paham
akan kendala. Paham akan apa yang kurang, mendorong kita mawas diri.  Paham akan kendala,
menempa kita menjadi semakin kuat dan kokoh”.  Guru CAI memberikan contoh: Suatu hari saat
mengajar didepan kelas, dan menjelaskan sebuah teori, tampak mata beberapa siswa hampir
terpejam. Ini menandakan bahwa cara kita mengajar sulit dipahami siswa. Pada saat ini, sebagai
guru, kita harus kuatkan diri, coba memikirkan cara lain untuk membimbing dan menjelaskan,
antara lain dengan menyodorkan beberapa contoh-contoh menarik agar siswa mudah mencerna
apa yang kita ajarkan.

  Atau, Guru Cai pernah juga mengalami siswa-siswa yang mengajukan banyak pertanyaan sulit,
yang saat itu juga tak dapat dijawabnya. Ini seharusnya dapat mendorong kita untuk “Mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab tersebut“, antara lain dengan mencari
bahan-bahan sendiri, bertanya dan belajar dari guru yang lebih senior. Dengan demikian kita
mampu untuk tidak hentinya meningkatkan diri.

       Beberapa kawan datang kepada Guru CAI dan berkata: “Saya juga ingin mengikuti jejak Guru
CAI, mencoba menyebarluaskan Kebudayaan Tiongkok. Tetapi saya sangsi akan kemampuan saya.”
Wahai, kawan-kawanku, jangan sekali-kali engkau khawatir bahwa kemampuanmu tidak cukup.
Kita harus berpegang kepada prinsip: “Berkarya sambil belajar, Belajar sambil berkarya“. 

  Bila murid atau orangtua murid mengajukan suatu pertanyaan kepada kita, kita tak perlu
tegang. Bila engkau menguasai pertanyaan tersebut, berilah jawaban sejujurnya. Bila engkau
tidak menguasainya, engkau cukup mengatakan bahwa “saat ini saya belum siap menjawab
pertanyaanmu, tapi saya akan kembali kepada kamu di lain kesempatan.” Apakah si penanya akan
memandangmu rendah? Tidak. Sebaliknya ia akan menghargai dan berterima kasih kepada anda,
sebab anda telah berupaya membantunya.

34

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Sungguh tepat kata-kata yang berbunyi “Dalam Mengajar, dapat saling menumbuhkan“. Ini
adalah kalimat pertama yang diucapkan Guru CHEN. Kalimat itu menggetarkan hati Guru CAI. Guru
CHEN kemudian melanjutkan: “Ketika seorang anak didik melakukan kesalahan, inilah saat yang tepat
untuk mendidiknya. Jangan anda menanganinya dengan emosi, jangan pula dengan marah-marah”.

Nasihat-nasihat bijak diberikan Guru CHEN pada waktu Guru CAI  belum resmi berkarya sebagai
Guru.  Nasihat-nasihat tersebut telah menanamkan sikap guru yang bijak dalam diri Guru CAI, sehingga
kelak setelah berkarya sebagai Guru dan mendidik anak-anak, Guru CAI tidak pernah lepas kendali,
tak pernah marah-marah hanya karena anak didik melakukan kesalahan.

      Guru CAI berpesan kepada Guru-guru muda yang baru memulai profesi Guru, agar menanamkan
Sikap & Konsep Bijak dalam mendidik anak: “Bila anak didik melakukan kesalahan, inilah saat tepat
untuk anda mendidiknya dengan bijaksana“.  Demikian pula dengan Guru CAI, saat menerima
Penugasan sebagai seorang Guru Pengganti Wali Kelas di sebuah Sekolah yang terkenal dengan
kenakalan siswa-siswanya.  Setelah mendengar laporan mantan wali kelasnya yang menguraikan satu
persatu kondisi perilaku siswa-siswanya, Guru CAI menerima laporan tersebut dengan penuh sukacita
dan menyambut tantangan kenakalan-kenakalan siswa yang dihadapinya.

       Di dalam kelas ini terdapat empat anak pentolan nakal. Mereka dikenal  sebagai siswa-
siswa pelanggan Bagian Penegakan Disiplin Siswa atau siswa-siswa yang paling sering mendapat
Surat Peringatan Pelanggaran Disiplin. Padahal, setelah dilakukan pendekatan-pendekatan
oleh Guru CAI,  rata-rata mereka sesungguhnya memiliki hati yang baik. Mereka hanya kurang
mendapat perhatian. Ketika anda memperlakukan mereka dengan baik, dan penuh perhatian,
maka mereka pun akan membalasmu dengan kebaikan.

     Alkisah, didalam kelas tersebut terdapat seorang anak yang berpenampilan sangat beringas dan
ganas, tanpa senyuman. Pada suatu hari, Guru Cai memanggilnya datang ke kantor, dan bertanya:
“Parasmu terlihat begitu sangar, apakah akibat dari guru yang memperlakukanmu kurang baik?”
Ia menjawab: “Tidak”. Guru CAI melanjutkan pertanyaan: “Sejak kapan sih kamu memasang paras
garang begini?” Anak itu menjawab: “Sejak semester 1 kelas 5”. Nah, anak ini ingat dengan jelas
sejak kapan ia berubah paras menjadi garang. Tetapi, apakah orangtua dan guru-gurunya merasakan
perubahan yang terjadi pada anak ini? Sehingga dapat dengan tepat waktu memberikan bimbingan
dan pendidikan yang tepat.

35

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Kemudian, Guru CAI menasihati anak itu: “Parasmu begitu garang, sangat mudah menim-
bulkan kesalahpahaman pada orang sekitarmu. Mereka akan berpikir bahwa engkau tidak
menyukai mereka. Maka coba kendurkan sedikit wajahmu itu.“ Mendengar nasihat Guru CAI, si
anak cuma menjawab singkat: “Baiklah”. Tetapi, apa benar parasnya langsung berubah? Tidak. 
Jadi, mendidik seorang anak memang menuntut kesabaran. Tak mungkin perubahan terjadi
demikian kilat.

Guru CAI terus berupaya menciptakan kesempatan untuk melatih dan “memoles” anak ini.
Pada suatu ketika, sekolah membentuk Satuan Pengaman yang terdiri atas siswa-siswa kelas
6 yang berperilaku baik dan berdisiplin. Satuan pengaman ini mendapat tugas piket di sekitar
tempat Rekreasi Siswa, mencegah dan menasihati siswa-siswa kelas 2 junior agar tidak berlarian
dan saling bertabrakan. Dan Guru CAI mengangkat si anak bertampang garang ini menjadi salah
seorang anggota Satuan Pengaman tersebut.  Ketika seseorang memangku jabatan sebagai
seorang “Polisi”, maka ia mengatur tingkah lakunya dengan sangat hati-hati. Maka ketika si anak
itu ditugasi menjadi anggota Satpam sekolah, segala tindak tanduknya mulai berubah. Ia langsung
menjaga-jaga agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik, yang nantinya akan menjadi bahan
olok-olok siswa-siswa yang lebih junior. Dan menjadi suatu peristiwa yang memalukan.

Pada suatu saat jedah belajar, Guru CAI tidak sengaja mendengar obrolan siswa-siswa SD kelas
6. Ia mendengar bahwa si siswa bermuka garang terlihat di pasar membantu ibundanya berdagang
pakaian. (Sang ibunda memang membuka sebuah kios kecil berjualan pakaian). Wah, seorang
siswa SD kelas 6 masih berniat membantu ibundanya berjualan di pasar. Hal ini menunjukkan
bahwa anak ini memiliki rasa bakti kepada orangtua, dan anak yang berbakti kepada orangtua
sesungguhnya memiliki dasar Moral yang mulia. Anak ini takkan sulit untuk dididik dan dibina.
Karena itu Guru CAI semakin mencurahkan perhatian lebih besar kepadanya.

Pada setiap kesempatan mengajar di depan kelas, bilamana anak ini memberi jawaban
yang benar atas pertanyaan Matematika yang dilontarkannya, maka Guru CAI akan memberikan
pujian tulus. Dan ternyata sebuah pujian tulus atas prestasi seorang siswa dapat meninggalkan
kesan amat dalam pada diri siswa tersebut, dan turut memotivasi dia untuk belajar lebih giat
lagi. Alhasil, pada Ujian Mid-semester kedua, anak ini meraih ranking ke- 5 di kelasnya. Dari salah
seorang gembong anak nakal di kelas, ia berubah menjadi siswa ranking ke-5 dalam kelas.

36

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

       Dalam proses pembetulan dan pemberdayaan si anak ini, Guru CAI pun berniat mengangkatnya
menjadi Ketua Kelas. Ketika hal ini disampaikan kepada anak itu, ia sangat kaget, karena tidak
menduga akan datang tawaran seperti itu. Dan ia berkeras tidak mau menerima pengangkatan
itu. Guru CAI kemudian membujuknya untuk menerima Jabatan Ketua Kelas untuk satu minggu
saja. Dengan perasaan terpaksa anak itu menerimanya. Alhasil, setelah lewat seminggu, apa yang
terjadi? Masih tetap ia menjabat Ketua Kelas, sampai berakhirnya tahun ajaran.

Jadi, dapat anda simak di sini, bahwa melalui proses Bimbingan dan Tempaan yang tepat,
Potensi terpendam seorang anak dapat tergali keluar.  Setelah menjabat sebagai Ketua Kelas,
maka Rasa Tanggung jawabnya bertumbuh, kemampuannya memimpin dan mengelola pun ikut
bangkit.

Kebetulan pula, anak ini meraih ranking ke-5 pada prestasi Akademik dalam kelasnya, maka
Guru CAI memutuskan memberi penghargaan kepada siswa-siswa yang berprestasi termasuk si
anak ketua kelas dengan mengajak mereka makan bersama.

Seusai makan bersama, Ibunda si ketua Kelas datang dengan sepeda motor menjemput
puteranya. Sang Ibunda menghampiri Guru CAI dan berkata: “Putera saya selama lima setengah
tahun bersekolah, tidak pernah mendapat perhatian layak dari guru-gurunya, hanya pada setengah
tahun terakhir, putera saya beruntung mendapatkan Guru CAI sebagai wali kelas”.

Di sini kita melihat, betapa setiap anak senantiasa mendapat tempat khusus dalam hati sang
ibunda, betapa orangtua turut merasa “sakit hati” bilamana anaknya tidak mendapat perhatian
layak dari guru-gurunya. Disini juga kita melihat bahwa tidak ada anak, senakal apapun, yang tidak
bisa dididik dan diajar. 

         Tahun ajaran selesai sudah, dan pada acara pelepasan siswa kelas 6, Kepala Sekolah
menyiapkan beberapa hadiah bagi siswa dengan Prestasi Nilai Akademik dan prestasi Nilai
Moral & Etika tertinggi. Pemilihan siswa tersebut diserahkan kepada seluruh siswa kelas 6 secara
demokratis. Dan ternyata yang terpilih, tak lain adalah mantan siswa nakal yang kini menjabat
sebagai Ketua Kelas. Ketika hadiah Kepala sekolah diberikan kepadanya, ia menangis sesunggukan
karena terharu.

    Demikian, kami akhiri Bab ini, dan akan kami lanjutkan dengan Bab-bab berikutnya.

37

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

38

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

BAB XXIV

MENJAGA SIKAP SERTA PERILAKU HORMAT DAN CERMAT,
JADIKAN “SIKAP WELAS ASIH” KEWAJIBANMU.

持    身    恭    谨,      仁      以    为    己      任。
chi  shen gong jin。    ren     yi    wei   ji    ren
【  宽      转      弯,    勿      触      棱    】

kuan zhuan wan, wu   chu  ling。

“BERHATI-HATILAH. KETIKA MENGITARI SEBUAH KURSI ATAU MEJA, JANGAN SAMPAI
MEMBENTUR POJOK MEJA ATAU KURSI.”
Pada Bab yang lalu kami pernah menyinggung perilaku remaja masa kini: Kebut-kebutan
di jalan raya mengganggu lalu lintas umum, membahayakan nyawa pengguna jalan lain dan diri
sendiri. Daripada bapak polisi berusaha mengejar dan menangkap para remaja tersebut, lebih
baik kita menyelesaikannya dari akar masalah. Dan akar masalah kenakalan Remaja ini tidak lain
adalah keadaan mereka di keluarganya dimana mereka tidak memperoleh pendidikan keluarga
yang baik. Sesungguhnya, tenang tenteram atau gejolak pada suatu masyarakat, berakar pada
keluarga-keluarga yang membentuk sebuah masyarakat.
Pendidikan Keluarga harus berbarengan dengan pendidikan di sekolah yang secara konsisten
dijalankan oleh Orangtua terhadap putera-puterinya sejak usia dini. Pendidikan Moral dan Budi
Pekerti harus dimulai sejak usia dini, pada jenjang TK, dan berkelanjutan hingga jenjang SMA.
Apabila seorang siswa sadar sedalam-dalamnya bahwa segala ilmu yang diberikan Guru
kepada siswa-siswinya dimuka kelas mengalir dari jiwa yang tanpa pamrih, maka sang Guru
menanamkan kesan yang begitu dalam pada diri siswanya. Karena itu tak jarang kita melihat, bila
kelak dalam hidupnya siswa itu menemui kesulitan, ia akan mencari sang Guru untuk meminta
nasihat-nasihatnya.

39

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Seorang anak remaja yang beruntung karena memperoleh Pendidikan Budi pekerti dan Moral
baik di tengah keluarga maupun di sekolah tak mungkin akan salah langkah dalam perjalanan
Hidupnya.
Seorang anak remaja yang memperoleh Perhatian dan Kasih Sayang di tengah keluarganya
dan juga di sekolah, tak mungkin akan bertindak ugal-ugalan di jalan raya. Tak mungkin ada rasa
kecewa dalam dirinya.
Maka bagi para orangtua, bila kita menemukan seorang anak berkelakuan tidak baik, janganlah
kita hanya mengumbar amarah saja. Harus kita tangani anak tersebut dari akar masalahnya.
Marah-marah tidak menyelesaikan persoalan sang anak.
Jadi, bila seseorang senantiasa menjaga sikap dan perilaku hormat dan cermat, maka akan
sangat kecil kemungkinan terjadinya suatu “kecelakaan” pada dirinya. Sikap serta perilaku hormat
dan hati-hati diperlukan tidak hanya pada saat mengemudi kendaraan. Melainkan dalam segala hal
dan disegala tempat dan waktu, sikap dan perilaku hormat serta hati-hati perlu dijaga, termasuk
saat berjalan mengitari meja atau kursi. Perlu berhati-hati agar tidak sampai membentur sudut
meja atau kursi.

【 执      虚      器 ,      如      执      盈 。      入      虚      室 ,      如      有      人】

  zhi    xu      qi。    ru      zhi    ying。    ru      xu      shi ,。 ru    you    ren

【MENGGENGGAM SEBUAH  BEJANA KOSONG, BAGAI MENGGENGGAM

  BEJANA BERISI.    MEMASUKI SEBUAH KAMAR KOSONG, BAGAI KAMAR BERPENGHUNI】

  Mari kita menyimak kalimat pertama: “Menggenggam sebuah bejana kosong” misalnya
menggenggam piring sayur yang sudah kosong, yang tentu saja sangat ringan. Mengapa harus
bersikap bagai “menggenggam piring berisi penuh?”. Ini mengandung arti bahwa: seringkali ketika
menggenggam suatu barang yang sangat ringan, bisa terjadi kita bersikap agak lengah, tidak
berhati-hati. Barang tersebut jatuh dan pecah.  Dengan kata lain, kita dituntut setiap saat bersikap
dan bertindak hati-hati. Mulai dari hal sepele dalam hidup ini, kita senantiasa harus waspada.
[Memasuki sebuah kamar kosong, bagai kamar berpenghuni ] ,
Artinya: bila berada disuatu tempat dimana tidak ada seorang pun, kita harus bersikap seakan-
akan ada orang disamping kita. Dalam Kitab Klasik Confusius “ 中  庸: zhong   yong: The Middle
Path” dikatakan: Seseorang harus bersikap “cermat konsisten”; Sikap seseorang dalam menangani
atau menyikapi suatu persoalan hidup, mutlak tidak boleh dipengaruhi oleh ada atau tidak ada
orang disekitar kita. Jika tidak ada orang disekitar kita, maka kita jangan bersikap “Aji Mumpung”

40

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

dan bertindak semaunya. Kalimat ini juga mengingatkan kita agar konsisten dalam sikap dan perilaku.

Mutlak, sikap ini tidak dapat dibenarkan, yaitu sikap Lain Kata Lain Perbuatan. Alkisah, seorang
guru di Tiongkok memberi peringatan keras kepada siswa-siswinya agar tidak sembarang “Meludah”.
Namun pada suatu hari, tatkala dilihatnya tidak ada orang di sekitarnya, ia pun meludah di lantai
kelas. Tiba-tiba dari kejauhan, terdengar teriakan seorang siswa: “Lao Shi, bagaimana anda boleh
sembarang meludah?”. Mendengar teguran siswa tersebut, guru tersebut kaget tercampur malu
tidak kepalang.
Menjaga Konsistensi satu kata dengan perbuatan, apakah hal ini sulit dilakukan dan melelahkan?
Tidak sama sekali.  Seorang yang terbiasa dengan Sikap dan Perilaku Positif akan merasa ringan
menjalankannya, akan semakin mendulang rasa hormat orang kepadanya.
Anak-anak sering punya kebiasaan buruk: bila berada disuatu tempat yang sepi, sering
berbicara dengan suara keras. Misalnya: anak-anak yang melakukan kegiatan mendaki gunung,
di alam bebas, anak-anak itu kemudian berteriak-teriak dengan suara keras. Guru Cai pernah
menegur anak-anak itu, dengan berkata: Bukit yang kalian daki ini, siapa pemiliknya? Pemiliknya
tidak lain adalah: Pohon-pohonan yang tumbuh diatasnya, Binatang-binatang yang tinggal
diatasnya.  Sedang kalian datang kesini sebagai apa? Sebagai tamu. Apakah pantas seorang
tamu yang datang bertamu ke rumah seseorang berteriak-teriak se-enaknya?   Sebagai manusia,
kita harus menghormati makhluk yang mendiami bumi kita ini.  Jadi, ketika melakukan kegiatan
Mendaki Gunung, janganlah kalian berteriak-teriak sehingga mengganggu ketenteraman
binatang-binatang penghuni gunung ini. Lagi pula, ketika orang bersuara terlampau keras, gelombang
bunyi yang ditimbulkan dapat menggetarkan batu-batuan dipuncak gunung. Bila kebetulan ada batu
yang tidak kokoh pada posisinya, getaran tersebut dapat menyebabkan batuan tersebut lepas dari
posisinya dan menggelinding jatuh. Jadi datang ke suatu tempat yang sepi dari manusia, kita tetap
perlu bersikap seakan terdapat banyak orang.
 Jaman sekarang, banyak anak tatkala berkunjung ke rumah orang, saat pemilik rumah sedang
sibuk di dapur, anak-anak ini lalu berkeliling sendiri memasuki setiap kamar. Ini adalah tingkah
laku yang tidak sopan dan tidak hormat kepada Tuan Rumah. Lebih-lebih lagi, kamar tidur tuan
rumah tidak boleh sembarang dimasuki.  “Tata Krama Berkunjung Ke rumah orang” sangat penting
diajarkan kepada putera-puteri anda.  Lagi pula, kalau tuan rumah kemudian sadar suatu barang
telah hilang setelah kunjungan anak tersebut, maka siapa yang pertama-tama dicurigai? Tentu si
anak yang keluar masuk kamar-kamar tadi.  Jadi, mengunjungi kamar yang kosong, bersikaplah
seakan kamar tersebut berpenghuni.

41

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Bait berikut dalam Di Zi Gui berbunyi: “Sebelum melangkahi pintu rumah orang, ketuklah
pintu sambil menyapa: Permisi. Ketika melangkah ke ruang tamu, suaramu ditinggikan agar
terdengar oleh tuan rumah. Inilah tata krama yang harus dipatuhi dan dicermati bila berkunjung
kerumah orang.

【  事     勿      忙。       忙      多      错。】
   shi     wu    mang。 mang  duo   cuo

【 MENANGANI SESUATU HAL, JANGANLAH TERGESA-GESA.  BILA TERGESA-GESA, AKAN
MENGAKIBATKAN BANYAK KESALAHAN 】

“Tergesa-gesa” menyebabkan kesemrawutan. Apa cara terbaik mengatasi kesemrawutan?
Kalem dan Tenang. Kalem dan Tenang membuat kita terhindar dari Penyesalan. Sedang “Sikap
Siap Mundur” dapat membuat kita terhindar dari Petaka. Bekerja dengan RAPI akan membantu
kita terhindar dari Kesalahan. Kemudian, memahami saat untuk maju dan mundur akan membuat
seseorang terhindar dari Petaka.   “Tidak tergesa- gesa menangani sesuatu Hal” dan “Cermat dan
Hati-hati”, jika kedua Ajaran ini digabung menjadi satu, anda pasti akan dapat menangani sesuatu
hal dengan baik.
Mari kita kembali kepada contoh pada Bab Di Zi Gui yang lalu tentang “Menyimpan Pakaian
dan Topi, harus disimpan ditempat tertentu, jangan sembarang anda letakkan, sebab dapat
berakibat Kotor.” Inilah suatu kebiasaan baik untuk selalu menyimpan barang di tempatnya yang
semula.
Bila anda menjaga kebiasaan ini, maka kapan saja anda memerlukan barang tersebut, anda
akan segera mendapatkannya. Anda tidak harus bingung mencarinya, dan tentu saja setelah
selesai memakainya, anda akan mengembalikan barang tersebut ke tempat penyimpanannya
semula.
Contoh lain adalah: Bila anda tinggal di sebuah asrama, atau beramai-ramai tinggal di
sebuah rumah pondokan, di situ ada barang yang dipakai bersama dengan penghuni asrama
lainnya. Setelah memakainya, kembalikanlah barang itu ke tempatnya semula, agar memudahkan
penghuni lain yang ingin menggunakan barang tersebut.
“Menangani sesuatu jangan tergesa-gesa; Jika tergesa-gesa, kesalahan-kesalahan akan timbul”
berlaku juga bagi pengelolaan rumah tangga. Bila anda akan bepergian lama, periksalah dengan
teliti semua Instalasi dalam rumah: Listrik; Air; AC , Gas (gas kota atau gas LPG); apakah semua

42

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

sudah dimatikan atau ditutup rapat, atau dikembalikan ke posisi semula?  Keteledoran dalam hal
ini akan berakibat FATAL bagi keamanan serta keselamatan rumah tangga.
Untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam menangani suatu urusan, kita juga
dapat menggunakan suatu “Alat” yang disebut Agenda Harian. Misalnya kita berkata kepada
teman kita bahwa kita sanggup untuk suatu urusan, kita perlu segera mencatatnya dalam agenda
harian kita. Setiap pagi, ketika bangun tidur, simak agenda harian anda, simak Janji-janji yang
telah anda nyatakan. Dengan demikian anda terhindar dari Kesalahan melanggar janji yang telah
anda buat.

       Bagaimana sikap anda sebagai orangtua terhadap kasus dibawah ini:  anda mempunyai seorang
putera/puteri yang saat ini duduk dikelas 1 SD. Pada suatu hari, dari sekolah ia menelepon anda
dan memohon: “Pap/mam, Buku PR Bahasa Indonesiaku ketinggalan. PR sudah aku kerjakan,
pelajaran berikut ini adalah Pelajaran Bahasa Indonesia. Guru pasti akan memeriksa Buku PR
ku. Tolong cepat hantarkan Buku PR  ke sekolah ya”. Nah, bagaimana sikap anda menghadapi
permohonan puteramu ini?  Kebanyakan orangtua akan memenuhi permintaan anak itu. Termasuk
anda? Nah, walau ini hanya sebuah kasus kecil, tindakan kecil ini dapat sangat berpengaruh
terhadap perkembangan Mental si anak ini. Guru Cai selanjutnya bercerita bagaimana orangtua
bijak harus bertindak menghadapi persoalan seperti ini?
Beliau memberi contoh:  Paman Lu, suatu hari menerima telepon puterinya dari sekolah yang
meminta agar sang ayah membawakan Buku PR nya yang tertinggal dirumah. Paman Lu menjawab
dengan tegas: adalah kesalahanmu sendiri lupa membawa buku PR. untuk kesalahanmu ini,
engkau sendiri yang harus bertanggung jawab. Jika memang harus menerima hukuman, terimalah.
Selesai mengatakan ini, telepon langsung ditutup.  Disini dapat kita lihat: mendidik anak harus
“Kasih dan Wibawa/Keras” dijalankan bersama. Saat diperlukan Tegas dan Wibawa diperlukan,
saat Menegakkan Prinsip Moral dan Disiplin diperlukan, Orangtua harus mengambil Sikap Tegas
dan Tidak Goyah. 
 Sore hari, saat puteri Paman Lu pulang dari sekolah, mukanya tertunduk sedih. Apakah Paman
Lu perlu menegurnya lagi? Tidak.  tegas dan wibawa telah ditunjukan Paman Lu terhadap sang
puteri saat menjawab permintaannya melalui telepon tadi. Kini giliran Paman Lu menumpahkan
Kasih Sayang orangtua kepada puterinya. Ia pun memanggil puterinya itu dan berkata: “Apakah
engkau sempat dihukum guru karena kesalahanmu tadi?” Si Puteri hanya menganggukkan kepala.
“Sekarang Papa mengajarkan kamu suatu cara efektif yang bisa membebaskan kamu dari hukuman
akibat terlupa bawa buku PR. “

43

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Medengar itu, si Puteri bangkit semangatnya.  Paman Lu melanjutkan: “manfaatkan agenda
harianmu. Besok ada mata pelajaran apa? Perlu bawa apa ke sekolah, semua dicatat jelas dalam
agenda harianmu. Malam hari, sebelum tidur, simak Agenda Harianmu, semua yang perlu dibawa
sudah dimasukkan semua ke dalam tas sekolah. Engkau boleh tenang beristirahat”. Jadi, kita lihat
di sini, bila seorang anak melakukan kesalahan, itulah saat terbaik untuk mendidiknya. Jika sebagai
orangtua, anda hanya melampiaskan amarah kepada anak, anda kehilangan kesempatan itu.
     Tentu saja kalau ingin mendidik anak“. Jangan tergesa- gesa menangani  sesuatu; Tergesa-
gesa menimbulkan banyak kesalahan”, orangtua harus terlebih dahulu memberi teladan. Guru
Cai memberi contoh orangtuanya sendiri. Ketika berusia 10 tahun, beliau sering diajak ayahnya
jalan-jalan dengan mobil. Ayahnya memegang kemudi. Guru Cai tidak pernah lupa akan ucapan
ayahnya saat menyetir. Begini kata sang ayah: “Ngapain harus ngebut? Toh, beda waktu tiba
di tempat tujuan paling lama lima menit saja”. Ucapan sang ayah bagi Guru Cai sangat dalam
membekas. Karena itu, ketika memasuki usia dewasa dan Guru Cai sudah menyetir mobil sendiri,
ada kalanya timbul keinginan untuk ngebut. Namun ia selalu tersadar karena teringat akan ucapan
serta teladan yang diberikan sang Ayah saat kecil dahulu.

【  勿     畏      难 。     勿      轻       略   】
  wu   wei   nan。    wu    qing    lue

[TIDAK GENTAR MENGHADAPI KESULITAN JANGAN PULA MEMUDAHKAN PERMASALAHAN]

Kalimat di atas yang berbunyi: “ 勿  畏  难 - Tidak Gentar menghadapi Kesulitan” tertulis
didalam Buku Klasik Confusius yang berjudul “Zhong Yong- Middle Path”. Buku ini memaparkan
sebuah ajaran penting yang berbunyi: “ 人  一  能  之,己  百  之;人  十  能  之 , 己  千  之 ”,yang
berarti :  orang lain cukup sekali sudah bisa; kendati aku kurang pandai, aku akan lakukan 100 kali
sampai bisa.  Orang lain cukup 10 kali sudah bisa; walau diperlukan 1000 kali untuk bisa, tetap saja
aku akan berjuang terus sampai aku bisa. 
Jika setiap orang bisa menjaga sikap yang diajarkan di atas dalam menghadapi masalah,
maka yang terjadi adalah: “ Walau Bodoh, berakhir dengan cerdas” bagi otak seseorang mungkin
agak kurang, tetapi pada akhirnya kecerdasannya (Wisdom) akan terbuka.  Dengan sikap seperti di
atas, kita tidak mudah DIKALAHKAN OLEH DIRI SENDIRI. Guru Yang  Shu  Fen sering berkata bahwa
beliau sendiri seringkali MENDORONG dan MEMBERI SEMANGAT kepada dirinya sendiri.

44

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Menghadapi sebuah masalah sulit, beliau sering berkata kepada diri sendiri: Aku Pasti
Bisa.   Sebab, siapakah yang paling lama mendampingi anda dalam hidup? Dirimu sendiri.  Jadi,
sering-seringlah mendorong, menyemangati diri sendiri.
Selama dua tahun mengajar, Guru Cai semakin paham bahwa “Perilaku Bermoral “ adalah
akar dasar dari kehidupan seorang anak. Jadi, mumpung masih muda, Guru Cai ingin mendalami
Budaya Tionghoa. Beliau pun berhenti dari pekerjaannya sebagai guru. Ayahanda Guru Cai berkata
kepadanya, “Pendidikan adalah Program Besar 100 Tahun”, Suatu Upaya yang sangat sulit. Anda
sebaiknya mempertimbangkannya dengan jernih. 
Guru Cai pun menjelaskan kepada ayahnya: “Menurut analisa saya: dalam sejarah umat
manusia, mereka yang sangat berjasa, yang memberi sumbangsih luar biasa bagi umat manusia,
sama sekali bukanlah orang-orang kaya dan yang berkuasa. Mari kita simak, apakah Maha guru
Confusius kaya raya? Atau orang yang berkuasa?  Tidak.”
Beliau hanya memiliki hati yang LURUS dan TULUS.    Guruku - Hon DR Chin Kung AM, juga
tidak beruang dan tidak berkuasa. Tetapi berkat Hatinya yang lurus dan tulus, beliau mampu
menyebarluaskan ajaran ajaran Maha guru Confusius ke seluruh penjuru dunia.  Jadi kita kini
paham bahwa Gagal atau Berhasilnya suatu Upaya sama sekali tidak ditentukan oleh Faktor-faktor
Eksternal. Hati Yang Lurus Tulus menentukan Keberhasilan. Bila kita telah memiliki PEMAHAMAN
ini, Maka kita tidah mudah dibuat mundur atau putus asa. mengomentari kata-kata sang ayah yang
berbunyi: Upaya Pendidikan sungguh membutuhkan jangka waktu yang panjang sekali. Bahkan
harus menunggu 100 tahun untuk melihat hasilnya. 
Guru Cai menjelaskan: ”Generasi kami-kami ini tidak berilusi ingin melihat Budaya Tionghoa kembali
tumbuh jaya bagai kuncup yang mekar. Generasi kami ini akan sangat terhibur apabila budaya
Tionghoa tidak patah berguguran dihadapan kita”.
        Tadi dikatakan, bahwa apabila anda memiliki HATI TULUS dan LURUS Anda tak akan gentar dan
mundur menghadapi kesulitan.  Masih ada satu lagi pesan Guru Cai:  Situasi yang anda alami, dan
Hubungan Antar Manusia yang anda rasakan, Ini semua adalah AKIBAT. Dimana letak Akar Sumbernya?
Di dalam HATI anda. HATI anda dapat mempengaruhi situasi yang akan timbul.  Jika Hati anda penuh
dengan dendam dan Kebencian, bagaimana Hubungan Antar Manusia yang ditimbulkan? Bentrokan
dan Permusuhan tiada hentinya. Tetapi HATI yang dipenuhi KEMAUAN BAIK, yaitu kemauan untuk
bersumbangsih kepada masyarakat, secara alamiah menggerakkan banyak orang untuk datang
membantu. Jadi sekali lagi, jangan gentar menghadapi kesulitan. Asalkan anda memiliki HATI TULUS
LURUS dan BERKEMAUAN BAIK, bantuan-bantuan akan datang beruntun kepada Anda.

45

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

      Guru Cai melanjutkan kisah hidupnya: sekembalinya dari Australia Guru Cai mengikuti Guru
Senior Yang  laoshi berangkat ke Kota Hai Kou di Tiongkok untuk menyebarluaskan Di Zi Gui, namun
baru berjalan satu minggu, Guru Yang mengajak Guru Cai berkunjung ke Makam dan Museum
Confusius di kota kelahiran Confusius: 曲 阜  QU FU. Keduanya menyaksikan banyak peninggalan
Confusius dalam kondisi rusak parah namun belum juga di pugar. Maka Guru Yang memutuskan
mendirikan sebuah “GLOBAL CHINESE CULTURE WEBSITE” di Beijing untuk menghimbau manusia
diseluruh dunia membantu pemugaran Situs Sejarah di QU FU.
Guru Cai kemudian oleh Guru Yang diminta kembali sendirian ke Hai Kou untuk meneruskan
kegiatan penyebarluasan Di Zi Gui. Tiba-tiba Guru Cai terkenang kembali akan Sabda Maha Guru
Confusius yang berbunyi: “ 士 不 可 不 弘 毅, 任 重 而 道 远。 仁 以 为 己 任, 不 亦
重 乎。 死 而 后 己, 不 亦 远 乎。 ” “ 岂 能尽 如 人 意, 但 求 无 愧 我 心 ”.-  Seorang
Gentleman haruslah ber Hati Lapang, berwatak Kokoh serta Ulet. Sebab tugas yang diembannya
berat dan mulia, dan jalan yang ditempuhnya sangat panjang. Melaksanakan Welas Asih menjadi
Misi Hidupnya. Bukankah ini juga tugas berat? demi misi Hidup Mulia ini, ia berjuang seumur
hidup dan mencurahkan segenap tenaga dan pikiran, hingga ajal menjemput. Bukankah ini suatu
perjalanan panjang? Sesungguhnya, saat membuat rencana untuk melakukan banyak hal, jangan
anda pikirkan kegalauan yang bakal timbul. Selama arahnya benar, laksanakanlah tugas-tugasmu
dengan kesungguhan hati.
       Demikianlah Guru CAI kembali sendirian ke kota Hai Kou, dan mulai melakukan ceramah-
ceramah Di Zi Gui di kota itu.  Di saat menyampaikan Ceramah pertamanya dihadapan 300 orang
guru sekolah, Guru CAI sempat tegang dan gugup. Namun setelah itu ia mendalami Kitab Klasik
Confusius sampai paham paham betul akan Pedoman “Bila Kebenaran anda lakukan, maka hati
anda menjadi tenang”. Demikianlah, sejak ceramah pertamanya, berturut-turut dan tiada henti-
hentinya ceramah Di Zi Gui diselenggarakan setiap ada kesempatan. Guru Cai berceramah di
Sekolah, ditengah-tengah Keluarga dan di Organisasi Kemasyarakatan. Sebab, tak dapat disangkal,
kebutuhan akan Pendidikan Moral dan Etika di tengah masyarakat sungguh sangat mendesak.
Dan dengan serentetan ceramah yang dibawakannya, kemampuan dan kemahiran Guru Cai pun
semakin meningkat.
   Yakinlah, setiap manusia sesungguhnya tanpa disadarinya memiliki potensi diri sangat besar.
Bahkan ketika anda mulai mengaktualisasi Visi dan Misi Mulia anda, secara natural akan mengalir
berdatangan bantuan-bantuan kepada anda.  Kita harus yakin akan suatu Kebenaran Mutlak yang
berbunyi: “ Hukum Langit/ ALLAH tidak pilih kasih, Ia hanya DEKAT dengan Orang Baik”
Selama Bakti Sosial yang dilakukan di Hai Kou, Guru Cai menerima bantuan tidak sedikit dari segala

46

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

lapisan masyarakat. Sekali lagi, apabila Anda memiliki sebuah Hati yang TULUS LURUS,  maka Hati
setiap orang sekitar anda akan terbangkit untuk siap membantu anda.
Anda dapat buktikan sendiri KEBENARAN tersebut melalui pengalaman Hidup yang anda jalankan.
Pembuktian tersebut memperkokoh KEYAKINAN anda “KEYAKINAN” adalah Ibu Kandung segala
Kebajikan dan Pahala Dharma yang Anda lakukan. Tumbuh kembangkan segala Akar Bibit
Kebaikan”. Keberhasilan atau kegagalan Anda sangat tergantung kepada Keyakinan Anda. Bila
orangtua tidak yakin bahwa “Setiap Manusia yang terlahir di dunia pada awalnya semua berwatak
baik,” maka anda pun tidak yakin dan sulit mendidik anak anda sendiri.  Bila seorang isteri tidak
yakin bahwa “Setiap manusia yang terlahir didunia pada awalnya berwatak baik”, maka isteri tidak
akan berujung bertengkar terus dengan suaminya.
Nah, apabila anda telah bulatkan Hati dan Tekad akan bekerja memberi pelayanan kepada Di
Zi Gui, anda jangan galau.  Terus tingkatkan kemampuan anda, maka Hukum Alam akan dengan
sendirinya mengatur perjalanan anda selanjutnya dengan bijak dan tidak akan membiarkan anda
menjadi kewalahan. TUHAN memang maha ADIL dan PENGASIH bila anda hanya berkemampuan
mengangkat 20 kilogram beban, maka TUHAN pun akan mengatur agar anda dibebani 20 kilogram
beban. Tentu TUHAN mengharapkan anda terus tingkatkan kemampuan anda, dan tatkala anda
telah mampu mengangkat 50 kilogram, Ia pun akan memberimu beban 50 kilogram. Tak mungkin
TUHAN membebanimu melebihi kemampuanmu.

47

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

48

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

BAB XXV

MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB MEMBUAT ORANG
MENJADI TUMBUH SEMAKIN MATANG

            Banyak Guru pelayanan Di Zi Gui yang mengikuti Guru Cai, berkeliling mengunjungi kota-
kota di TIONGKOK untuk memberi Ceramah Di Zi Gui. Mereka mengamati bahwa semakin banyak
Guru Cai berceramah semakin ia bersemangat. Mereka pun sangat mengkhawatirkan kesehatan
Guru Cai. Karena itu mereka bertanya kepadanya: “Guru Cai, apakah anda tidak merasa letih?”

Dengan tenang Guru Cai menjawab: “Orang tidak perlu takut dengan tubuh yang letih. Yang
harus ditakuti adalah Hati yang letih. “Jika tubuh letih, cukup dengan merebahkan diri untuk
beristirahat 7 jam lamanya. Tubuh akan segar dan bertenaga kembali. Tapi, jika Hati yang letih,
sementara banyak hal penting yang perlu dikerjakan, maka tidak ada lagi kemampuan untuk
mengerjakannya.”

Nah, pada saat seperti ini hati tentu merasa sangat susah, galau dan letih. Karena itu, bila
kita mampu dengan segala upaya melakukan hal-hal penting dalam hidup ini, sesungguhnya hati
kita terhibur dan puas.

Saat duduk di bangku SMA, Guru Cai membaca sebuah karangan yang ditulis oleh Mahaguru
Mencius. Didalamnya ada kalimat-kalimat yang berbunyi: “TUHAN akan memberi tugas agung
kepada seseorang hanya setelah menguji tekadnya, menggembleng tulang dan ototnya, dan
melaparkan tubuhnya.”

Dengan tujuan apa?  tidak lain untuk “Menempa Tekad dan Keteguhan Hati, Kesabaran dan
Keuletan Hatinya, dan Meningkatkan Kemampuannya. “Sebagai remaja lugu, awalnya Guru Cai
menanggapi Sabda Mencius tersebut dengan pikiran. Guru Cai berkata: Dengan segala cobaan dan
penderitaan luar biasa, saya lebih memilih jadi manusia biasa, enggan menjalani hidup sebagai
manusia suci dan mulia.   

49

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Tetapi, dikemudian hari, ketika Guru Cai sungguh menjalani Tugas Agung sebagai Pelayan
Di Zi Gui, tiba-tiba beliau merasakan Ajaran Mencius tersebut memberi Makna yang
berbeda. Seluruh Sabda Mencius tersebut beliau hayati dengan pengertian: “ 甘 之 如 飴”.
Sebab, ketika kita sadar bahwa tugas yang kita jalankan teramat mulia dan penting, dalam hati
kecilnya Guru Cai mengkhawatikan kemampuan beliau yang tidak cukup untuk menunaikan tugas
mulia tersebut.

Maka, sesungguhnya, setiap tantangan dan ujian yang menghadang hanya akan
meningkatkan kemampuan kita. Dan Guru Cai dengan senang hati melayani tantangan
tersebut. Dengan  sikap demikian, ditambah dengan persamaan persepsi yang terbangun
dengan semua Guru Pelayan Di Zi Gui, maka saat Guru Cai harus meninggalkan HAI KOU
menuju SHEN  ZHEN untuk mengajar, beliau harus menyerahkan tugas mengajar di HAI KOU
kepada Guru-guru tersebut. Mereka menyambut tugas yang diberi Guru Cai dengan penuh
semangat sambil berkata: “Mengemban Tanggung Jawab adalah permulaan proses pema-
tangan diri.” Jadi, setelah Guru Cai meninggalkan Hai Kou, Pendidikan Di Zi Gui tidak pernah putus.
Semua berjalan lancar.

Bahkan menjelang Tahun Baru Imlek, saat liburan Imlek telah mulai, pendidikan Di Zi Gui
tidak pernah terputus. Alasan yang dikemukakan para Guru Di Zi Gui tersebut adalah: Proses
pembelajaran Moral Di Zi Gui jangan sampai jeda atau terputus, sebab sekali saja terputus, maka
dampak terhadap siswa didik sangat besar. Karena itu, mereka bersikeras tetap mengajar walau
pada hari libur Imlek. 

Para guru relawan Di Zi Gui baik di Hai Kou maupun di Shen Zhen, kecuali pada hari-hari
kerja Senin sampai Jumat menekuni profesi tetap mereka. Hari Sabtu, Minggu atau di malam
hari seusai kerja, mereka secara sukarela datang ke Di Zi Gui Center untuk mengajar.  Para guru
relawan ini sebelumnya telah mengikuti pelatihan oleh Guru Cai selama 4 bulan. Mereka diajak
Guru Cai mengunjungi berbagai Provinsi Tiongkok untuk mengajar Di Zi Gui.  Bagaimana hal ini
dapat terjadi? Tidak lain karena munculnya HATI yang penuh PASSION. Hati yang mencintai tugas
dan pekerjaan. Tidak putus-putusnya menempa diri, tidak putus–putusnya menyempurnakan diri,
maka secara alamiah semua dedikasi kita akan berbuah. Dan senantiasa bersikap: TIDAK GENTAR
MENGHADAPI KESULITAN.

50

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Jadi, bila setiap tugas dan kewajiban seorang anak diambil alih orangtua, maka tindakan
orangtua ini merampas kesempatan anak untuk BELAJAR dan MELATIH DIRI.

Baru saja pada BAB sebelumnya disinggung betapa Paman Lu menolak membawakan buku
catatan sang putri yang ketinggalan di rumah. Jikalau yang terjadi adalah Paman Lu mengikuti
kemauan sang putri, membawakan buku catatan sang putri ke sekolah, perbuatannya akan
membawa akibat yang sama sekali berbeda.  Sang putri akan menjadi sangat gembira. Papa
sungguh baik. Apapun yang aku minta, papa mengabulkannya. Perubahan apa yang terjadi dalam
hati kecil sang putri? Pokoknya, masalah apa saja yang aku hadapi, aku punya papa, mama, kakek
dan nenek bahkan pembantu yang siap menolong. Pendek kata, di punggung sang putri selalu ada
sandaran yang sangat kuat yang setiap saat dapat membantunya menyelesaikan semua masalah
yang dihadapinya.

Nah, tidak heran, di zaman ini, tidak jarang kita menjumpai pemuda berusia 20
tahunan masih berjiwa mentah, tidak mandiri, dan tidak punya rasa tanggung jawab. Ini
semua adalah akibat.  Sebabnya dimana?  Pemuda ini sejak kecil tidak pernah diberi
kesempatan melaksanakan tugasnya, dan bertanggung jawab atas tugas yang dilakukannya.

     Ketika kita sebagai orangtua membela dan menutup-nutupi kesalahan anak, maka di kemudian
hari si anak akan merasa bahwa senantiasa akan ada orang yang akan membantu dia. Ia tidak
pernah berpikir untuk berjuang sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Ia akan
selalu mengharapkan bantuan orangtua, keluarga, teman, dan lain-lain. Ia berkembang menjadi
manusia parasit. Manusia yang tidak berguna bagi masyarakat.

Di awal abad ke 20, tahun 1920-an, di Amerika Serikat hidup seorang anak berusia 11
tahun. Ketika bermain sepak bola dengan teman tetangganya di pekarangan rumah,  bola yang
ditendangnya melayang ke rumah tetangga dan menghancurkan kaca jendela. Kaca jendela
rumah tersebut bernilai  USD 12,5. Nilai tersebut pada zaman itu cukup tinggi.  Ayah si anak
dengan tegas berkata: “Engkau harus bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatanmu. Maka
mulai sekarang engkau harus bekerja paruh waktu, mencari uang untuk membayar hutangmu ini”.
Coba bayangkan kasus ini bila terjadi di Tiongkok. Apakah orangtua di Tiongkok tega melakukan ini
kepada anaknya?  Sangat sulit dan sangat jarang.

51

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Menurut statistik, uang jajan anak-anak di Tiongkok relatif paling tinggi di dunia, tetapi waktu
yang dipakai anak-anak untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah paling sedikit.  Kembali
kepada anak 11 tahun di Amerika tersebut. Mulai saat itu, ia bekerja paruh waktu, mengumpulkan
uang sen demi sen untuk membayar hutang kepada ayahnya.  Anak ini tumbuh menjadi seorang
yang sangat sukses dalam kariernya - Ia adalah almarhum Ronald Reagan, mantan Presiden
Amerika Serikat. Karena itu, biarkan sang anak menempa dirinya, tumbuhkan sikapnya yang
benar yaitu sikap bertanggung jawab. Tumbuhkan pula kemampuan mandirinya.  Singkat kata,
memelihara seorang anak perlu memakai RASIO, bukan PERASAAN, apalagi MEMANJAKAN anak. 
Ini merupakan KIAT penting bagi orangtua.

【 Tidak Gentar Menghadapi Kesulitan 】

Orangtua perlu sadar bahwa anak harus mempunyai KEBERANIAN begitu menghadapi
banyak masalah. Anak harus menyelesaikan masalahnya dengan CERDAS dan RASIONAL, bukan
EMOSIONAL.

Dalam sebuah rumah tangga kadang terdapat “kerikil” yang mengganggu keharmonisan
rumah tangga. Pepatah Tiongkok mengatakan: “Di setiap rumah tangga, terdapat ayat-ayat Kitab
Suci yang sulit dibaca.”

Karena itu, angka perceraian sangatlah tinggi.  Perkawinan yang berakhir dengan perceraian
meninggalkan LUKA yang sangat mendalam bukan saja pada pasangan itu sendiri, tapi juga
terhadap anak-anak.

Jadi, menghadapi suatu gangguan dalam perkawinan, kita pun harus mempunyai keberanian
untuk mengatasinya. Alkisah, saat berada di Hai Kou, seorang rekan guru wanita curhat kepada
Guru Cai. Guru wanita itu berkata bahwa terdapat “orang ketiga” dalam kehidupan suaminya. 
Guru Cai segera menanggapinya dengan berkata: “ 行 有 不 得, 反 求 诸 己, xing  you bu
de,   fan  qiu zhu ji  -  Bila  situasi berkembang tidak sesuai dengan harapanmu, coba mawas diri
terlebih dahulu”. Bila timbul suatu situasi yang tidak menyenangkan dalam kehidupan berkeluarga,
mutlak tidak mungkin seluruh kesalahan ada di pihak lawan, maka hanya aku yang benar. Tidak
mungkin.  Jadi, bila pasangan suami isteri menghadapi persoalan seperti ini, pikiran pertama yang
timbul seharusnya “Salahku dimana?”

52

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Tentu saja tidak mudah berpikiran seperti itu. Bila sebaliknya yang terjadi, pikiran
kita hanya dipenuhi dengan kebencian dan tuduhan yaitu bahwa hanya pihak lawan yang
SALAH, pihak lawan yang TIDAK BETUL. Hati kita penuh dengan GEJOLAK AMARAH yang
tidak terkendali. Pikiran kita gelap, KITA tidak dapat berpikir jernih. Dan akhirnya kita
terjerumus KE DALAM TINDAKAN EMOSIONAL, yang membuat konflik semakin menajam dan
MAKIN jauh dari penyelesaian.

Guru Cai melanjutkan nasihatnya. “ Andaikata 7 atau 8 bagian kesalahan ada pada suamimu, dan
1 atau 2 bagian kesalahan ada pada dirimu, tetap saja kamu harus bersikap tenang dan renungkan:
1 atau 2 bagian kesalahan itu, dimana letaknya? Jika sudah kamu sadari, coba perbaikilah. Ini sikap
penting pertama yang perlu kamu tanamkan dalam dirimu.  Guru Cai melanjutkan, “Api dalam
rumah tidak berkobar, maka api luar rumah takkan muncul.” Apa yang dimaksud dengan “api dalam
rumah”? Tidak lain: konflik internal, tidak saling memaafkan, intoleran. Bila api dalam rumah tidak
berkobar, api dari luar rumah tidak akan mungkin bisa menerobos masuk. Jadi, jangan tergesa-
gesa menyalahkan orang ketiga tersebut. Yang sudah pasti adalah kita sendiri yang terlebih dahulu
bermasalah. Jadi, inilah sikap penting ke-2 yang perlu kita ambil.

Sikap penting ke-3 adalah: ketika suamimu bertindak BENAR, perlakukan dia bagai ayahmu.
Dan, dalam keadaan normal, perlakukan dia bagai TEMAN. Di kala suamimu bertindak SALAH,
perlakukan dia bagai seorang ANAK, bahkan bagai anak kandungmu sendiri. Bayangkan bila anakmu
melakukan KESALAHAN, kamu sanggup tidak mengucapkan kata-kata: “Mulai saat ini hubungan kita
putus sudah.” Pasti tidak sanggup kita mengungkapkannya. Mengapa?  Kamu kok bisa bertindak
begitu tidak adil? Terhadap anakmu kamu pasti tidak sanggup mengucapkan kata-kata demikian.
Tetapi kok dengan suamimu sendiri kamu bisa? Jelas terlihat di sini ketidakadilan kamu.

Semua penghalang dan semua kegalauan tidak berada di luar dirimu. Semuanya berada pada
dirimu sendiri. Guru Cai memberi sebuah perumpamaan sebagai berikut:  Suatu hari, saat kamu
sedang berjalan di jalan, tiba-tiba datang seorang asing menghampirimu lalu menempelengmu.
Sebelum kamu sadar, orang asing itu sudah melarikan diri. Sambil mengusap pipimu kamu cuma
berkata: Ah, sial banget aku hari ini. lalu melanjutkan perjalananmu.  Kemudian, setiba kamu
dirumah, suamimu yang baru tiba di rumah dalam keadaan mabuk berat kamu sambut dengan
ketus. Suamimu yang tidak terima diperlakukan demikian pun menempelengmu. Dan segera
terlontar kata-katamu: “Hubungan kita putus sampai di sini.” 

53

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Sungguh aneh. Sama-sama sebuah tamparan di pipimu, tetapi dampaknya pada dirimu sungguh
berbeda. Mengapa kali ini dampaknya berbeda? Tidak lain kali ini, hatimu marah, benci dan tidak
bisa memaafkan. Kamu tidak mencoba melihat dari sudut pandang suamimu. Kamu hanya menuruti
kebencian dalam hatimu untuk mencoba menyelesaikan masalah. Apa yang kamu tidak sukai harus
dijauhkan dari kamu. Dengan demikian hati dan pikiranmu dipenuhi banyak kegalauan.

Rekan guru wanita yang perkawinannya bermasalah itu sudah berusia 40 tahunan. Harus
dikatakan bahwa usia bertambah tidak berarti seseorang menjadi makin bijaksana. Sebab, sampai
setua ini, walau pernah menempuh pendidikan lebih dari 10 tahun lamanya, tidak pernah sekalipun
ia menyimak bab tentang “KIAT-KIAT menghadapi masalah-masalah dalam perkawinan.” Padahal
hubungan suami istri teramat penting dalam kehidupan manusia. Di dalam 5 jenis hubungan
antarmanusia, salah satunya adalah hubungan suami istri. Asalkan diatur dengan baik, berbagai
jenis hubungan lain akan lebih mudah diatur.

Dalam dunia pendidikan modern sekarang ini, hampir semua ilmu pengetahuan dan
keterampilan (life skill) diajarkan di sekolah. Cuma ada satu Keterampilan yang KURANG, yakni
NORMA tentang: Hubungan Antarmanusia. Dalam hal ini: Hubungan suami isteri.  Jadi suamimu
sesungguhnya adalah KORBAN. Korban dari Ketidaktahuan (innocence). Jadi kita semua termasuk
isteri bertanggung jawab membantunya. “Manusia bukanlah malaikat, tidak mungkin tidak
melakukan kesalahan. “Jadi engkau sebagai isteri harus menganggap suamimu seperti anakmu,
maka kamu akan dapat segera memaafkannya. Dengan bersikap bijak seperti ini, sang suami akan
cepat sadar akan kesalahannya, dan kembali ke pangkuanmu.  Sebab orang ketiga diluar itu hanya
perbuatan iseng penuh kepalsuan.  Kadang-kadang orang memang harus melakukan KESALAHAN
supaya dapat menyadari KEBENARAN.

Alkisah, YANG LAOSHI, Guru Senior/Pembina Di Zi Gui di kota Hai Kou membuka kelas malam
khusus yang melayani ibu-ibu dengan masalah rumah tangga. Pada suatu malam seorang ibu datang
mengadu kepada Guru YANG bahwa suaminya mempunyai hubungan asmara dengan orang ketiga.
Pertanyaan pertama yang diajukan Guru Yang adalah: “Apakah kamu sungguh ingin menyelesaikan
masalah ini dengan baik-baik?” Si Ibu cepat menjawab: “Benar, Bu. “. Lalu Guru Yang berkata:
“Apabila kamu sungguh bertekad akan menyelesaikan masalah ini,  kamu harus sungguh-sungguh
melaksanakan nasihatku ini.   Pertama, kamu harus mengeluarkan  senjata ampuh wanita – yakni
KELEMAHLEMBUTAN. Mulai hari ini, terlebih dahulu singkirkan kesalahan yang dilakukan suamimu.

54

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Yang paling penting, kamu laksanakan dengan baik apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabmu
sebagai ibu dan istri. Anak dirawat dan dididik dengan baik. Layani dan rawat bapak dan ibu mertua
dengan baik. Semua kewajibanmu kamu tuntaskan dengan baik. Dengan KEBAJIKANMU ini kamu
coba sadarkan dan bangkitkan rasa penyesalan dalam diri suamimu.

Keesokan hari, ketika malam tiba dan setelah memberi makan anaknya, si Ibu memeriksa PR
sekolah anaknya, dan kemudian menemaninya tidur. Lalu ia bangun dan berdandan dengan rapi
dan anggun, kemudian dengan manis duduk di sofa menanti kepulangan sang suami. Lonceng
sudah menunjuk Jam 12 malam. Suami belum juga pulang. Saat itu kesabaran si Ibu sedang diuji.
Jika saat ini ia tidak kuat menahan kesabaran dan meledak, maka habislah semua upaya yang telah
dilakukannya sebelumnya. Si Ibu memutuskan untuk tetap menunggu. Akhirnya, tepat jam satu
malam sang suami pulang. Si Ibu segera menyambutnya di bagian depan rumah dengan senyuman
lebar dan dengan sigap menyambut tas kantor sang suami sambil berkata dengan lemah lembut:
“Abang sudah letih, bekerja seharian, sudah begini larut baru pulang. Abang pasti lapar ya? Mari
aku masakkan semangkuk mi kuah untuk Abang.” Si suami terbengong-bengong oleh sikap sang istri
yang tidak seperti biasanya.  Nah, mulai hari itu, setiap malam si Ibu menunggu suaminya pulang.
Sebulan lebih pun lewat.

Pada suatu malam, si suami tiba di rumah lebih awal. Begitu masuk rumah, ia langsung
menjatuhkan diri dan berlutut di depan isterinya, sambil berkata: “Ampunilah aku,
sebulan terakhir ini  aku telah mengalami siksaan batin hebat. Aku sungguh tidak tahan
lagi.”  Kisah berakhir dengan rujuk kembali keluarga si Ibu. Mereka hidup rukun kembali
seperti semula.

Maka, untuk menyelesaikan KEMELUT dan MASALAH dalam hidup, tidak ada jalan selain
KETULUSAN HATI dan SIKAP serta PERILAKU BAJIK untuk mendapat SOLUSI.

Tidak peduli, seberat apapun tantangan yang harus kita hadapi dalam hidup ini, harus kita
tumbuhkan sikap “tidak gentar menghadapi kesulitan.” Kita juga perlu INGAT akan PETUAH MENSIUS
yang berbunyi: “Tuhan hanya akan memberi KEWAJIBAN AGUNG kepada manusia yang mampu
menerimanya.” Terakhir, kita juga perlu menumbuhkan: “Mengemban suatu tanggung jawab baru,
yang berarti awal suatu pendewasaan.” 

55

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Rekan-rekanku sekalian, coba Anda renungkan, dalam perjalanan hidupmu ini, di masa periode 
yang mana Anda merasakan memperoleh KEMAJUAN yang luar biasa? Pasti pada masa periode
dimana Anda dihadapi dengan TANTANGAN dan KENDALA yang berat.  Jadi, kita semua sungguh harus
berterima kasih kepada TANTANGAN, berterima kasih kepada KENDALA.

   【  勿  轻  略  , wu  qing  lue.  JANGAN PANDANG RINGAN, JANGAN   ABAIKAN  】

“轻  qing ”  berarti: ”Pandang Ringan“, “略  lue” berarti:” Mengabaikan“. Apabila dalam
berhadapan dengan sebuah masalah kita bersikap “memandang rendah” dan “mengabaikan”, maka
hati kita telah kehilangan HORMAT, telah kehilangan CERMAT. Dalam menghadapi masalah apakah kita
mudah bersikap pandang ringan dan abai?

Misalnya, kita ingin beramal, berbakti sosial, membagi-bagikan sembako kepada anggota
masyarakat yang kurang mampu. Layakkah sembako tersebut tidak dikemas dengan rapi, toh akan
dibagi-bagikan? Layakkah sembako-sembako tersebut tidak diserahkan langsung ketangan penerima,
melainkan dilemparkan ke arah kerumunan penerima untuk diperebutkan? Tentu tidak layak dan tidak
sopan. jadi walau berbuat amal, walau “memberi”, tidak boleh melupakan rasa HORMAT dan CERMAT
kepada penerima amal. Sesungguhnya, mereka, para fakir miskin itulah yang memberi KESEMPATAN
kepada kita untuk menanam KARMA baik. Jadi, kepada merekalah kita harus berterima kasih.

Guru Cai bercerita tentang ceramah-ceramah Di Zi Gui yang diselenggarakan di depan warga
lanjut usia di kota Hai Kou. Guru Cai sering memperhatikan sorotan mata yang lembut dan penuh welas
asih dari para pendengar ceramah tersebut. Guru Cai dan rekan-rekan guru lainnya merasa dihargai
dan terhibur. Semua guru tersebut merasa bahwa: Hadirnya mereka di dalam kelas-kelas ceramah
telah memberi mereka KESEMPATAN untuk TUMBUH dan BERKEMBANG. Jadi, sangat wajar, guru-guru
patut berterima kasih dan rendah hati. Bila sebaliknya, guru-guru kemudian bersikap congkak, tidak
hormat dan tinggi hati, maka seluruh upaya mereka menjadi sia-sia.

Dalam hal pemberian hadiah atau tanda mata kepada teman, misalnya Anda akan menghadiahi
sesuatu kepada temanmu, usahakan teman penerima hadiah darimu itu merasa gembira.  Tapi orang
kadang abai, dan berpikir, toh aku sudah memberi hadiah kepada dia, maka sudah sepantasnya ia
berterima kasih. Dengan sikap abai seperti ini, suatu kemauan baik bisa berujung pada rasa galau di
pihak penerima hadiah.

56

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Kasus lain, misalnya teman dekat Anda dari luar kota bertamu ke rumah Anda, dan bermaksud
bermalam dirumah Anda. Jangan lupa siapkan semua keperluan sehari-hari bagi temanmu itu:
handuk, sandal, sikat gigi lengkap dengan odol, air minum dan lain-lain. Dengan menunjukan
perhatian dan kepedulian kepada temanmu itu, maka pertemanan Anda akan semakin akrab.

Dalam hal pendidikan keluarga, misalnya Anda sebagai orangtua pertama kali menyuruh
anakmu membersihkan ruang tamu rumah. Tentu saja anda harus memberi contoh bagaimana
anak seharusnya membersihkan kamar, bukan? Dan ketika untuk pertama kalinya si anak
melakukan tugasnya membersihkan kamar tamu, anda harus memeriksa hasil pekerjaannya,
apakah sesuai dengan perintah yang diberikan? Kalau ternyata di sana-sini ditemukan banyak yang
belum bersih betul, ini menunjukan bahwa si anak bekerja asal-asalan dan tidak serius, bekerja
ada kepala tiada buntut. Tidak tuntas.  Maka sebagai Ayah, anda wajib segera memperbaikinya.
Segera Anda panggil si anak dan berkata: “Nak, papa lihat pekerjaanmu lumayan rapi, sih,” pujian
yang anak-anak pada umumnya senang mendengarnya. Tetapi kemudian Anda harus melanjutkan
dengan: “Tapi coba nih simak, jika sudut-sudut meja dan kursi ini dibersihkan lebih teliti, maka
akan menjadi lebih kinclong lagi. Ketika ayah seumur kamu, belum tentu ayah bisa sehebat
kamu.” Si anak berbunga-bunga hatinya mendengar pujian sang Ayah. Dengan demikian, Anda
telah tanamkan sikap HORMAT dan CERMAT terhadap semua urusan yang dihadapinya, juga sikap
hormat kepada setiap orang lain yang dihadapinya.

Guru Cai juga memberi contoh lain kasus bagaimana membina hubungan antar senior dengan
junior, dan membina hubungan pertemanan yang akrab.

Guru Cai menceritakan kisah beliau masih hidup seasrama dengan Paman Lu di Australia. Di
sana beliau betul-betul merasakan betapa Paman Lu senantiasa bersikap hormat dan tidak abai
terhadap orang lain, walau orang itu berusia lebih muda. Misalnya sikap Paman Lu terhadap Guru
Cai, walau ia tahu Guru Cai jauh lebih muda daripadanya. Paman Lu senantiasa bersikap hormat,
dan tak pernah bersikap dan bergaya layaknya seorang yang lebih senior.

Dalam pergaulan dengan teman-teman atau rekan-rekannya, Paman Lu senantiasa peduli
kepada kesukaan atau kebutuhan mereka. Dan setiap ada kesempatan, beliau selalu berupaya
memenuhi kebutuhan teman/rekan tadi. Di samping itu, Paman Lu juga sering menasihati rekan-
rekan yang muda usia, kalau tidak mampu memberi sesuatu, paling tidak, jangan melakukan hal

57

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

yang dapat menyusahkan teman/rekan/keluarga, atau yang dapat membuat mereka khawatir.
Misalnya, Anda pamit kepada orangtua atau istri atau keluarga akan terbang ke luar kota untuk
sebuah keperluan. Setelah tiba di tempat tujuan, jangan lupa segera menelpon orangtua/istri/
teman bahwa Anda telah tiba dengan selamat. Hal itu perlu agar mereka tidak khawatir. Ini juga
contoh dari sikap “tidak pandang ringan, peduli”.

【 斗    闹    场。      绝    勿    近。    邪    僻    事。      绝    勿    问 。

  dou  nao chang  jue wu  jin     xie pi   shi         jue wu wen  】

[Tempat-tempat penuh keributan jangan engkau dekati,   Hal-hal penuh kemaksiatan jangan
engkau libatkan diri di dalamnya.]

Yang dimaksud dengan tempat-tempat penuh keributan adalah tempat-tempat dimana
sering timbul percekcokan dan perkelahian antarpenghuni tempat tersebut.

Anak-anak kita jangan sampai memasuki tempat-tempat seperti itu. Mengapa? Anak-anak
umumnya masih POLOS, belum memiliki suatu tujuan hidup jelas dan masih ada satu faktor yang
mendasar dan sangat penting. Yakni si anak belum mempunyai kemampuan mengambil keputusan
tepat. Ia belum paham ia harus berteman dengan teman macam apa. Ia harus dekat dengan
suasana pergaulan seperti apa agar kelak berguna bagi kehidupannya.  Kemampuan memilah
antara BENAR dan SALAH harus mulai tumbuh dan dikembangkan sejak kapan?  Banyak orangtua
zaman sekarang mengkhawatirkan pergaulan anaknya.

Sering terlontar kata-kata orangtua: “Aku sungguh khawatir anakku terjerumus pada
pergaulan yang salah.” Hampir setiap orangtua di kota-kota besar memiliki kekhawatiran yang
sama. Namun, hanya berhenti pada “khawatir” saja akan menyelesaikan persoalan?  Tidak.

Mari kita pikirkan bagaimana dapat kita tumbuh-kembangkan kemampuan anak mengambil
keputusan bijak.

Alkisah, ada seorang anak yang melakukan tindakan pidana. Ia tertangkap basah dan dibawa
ke kantor polisi. Polisi lalu menelepon ke rumah orangtuanya anak itu. Si ibu mengangkat gagang
telepon, dan begitu mendengar laporan Pak Polisi tentang kasus anaknya tersebut, si Ibu langsung

58

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

menyergap: Tak mungkin, Pak. Tak mungkin anakku melakukan tindakan seperti itu.  Ketika si Ibu
tiba di kantor polisi dan melihat anaknya duduk di kursi tersangka dengan muka tertunduk, ia
masih tetap berkoar: Ini pasti perbuatan teman-teman brengsek kamu. Mereka menyeret-nyeret
kamu.

Dengan kata-katanya ini, si Ibu sedang melemparkan seluruh tanggung jawab sebagai
orangtua kepada orang lain.  Apa tindakan dan sikap si Ibu ini benar? Ingat kata-kata orang bijak: “
Menghadapi suatu permasalahan, coba mawas diri terlebih dahulu.” Apabila Anda tidak bersikap
seperti kata kata bijak di atas, dalam hidupmu ini, berapa banyak kesalahan yang Anda lakukan,
tidak jelas untuk Anda sekalipun. Maka Hidup manusia macam ini sungguh tak bernilai sama
sekali.

Sebenarnya, apakah anak kita  akan mendapatkan kawan yang BAIK atau kawan yang BURUK,
terpulang kepada Budi -pekerti anak kita sendiri. Dalam Kitab <  易  经:Yi  Jing > terdapat Ayat
yang berbunyi: “  方  以  类  聚。  物  以  群  分: Orang Baik umumnya berkumpul
dengan orang baik juga,  Orang jahat biasanya hanya dapat memikat sesama orang jahat”. Jadi,
apabila anak kita ber Budi Pekerti Baik, yang mengutamakan kebajikan, secara alamiah kawan
yang mendekat dengannya adalah orang bajik. Jadi, jalan atau cara terbaik dan terpenting tidak
lain: menumbuh-kembangkan KEBAJIKAN  anak kita.

Guru Cai mempunyai seorang keponakan yang sejak berusia 3 tahun telah diajari ibunya
melantunkan Di Zi Gui. Ketika usianya meningkat, si ibu mulai menjelaskan ayat demi ayat Di Zi
Gui dan ketika berusia 5 tahun, si ibu mengajak anaknya itu keluar rumah untuk bergaul dengan
teman-teman tetangga. Ketika ia menyaksikan anak-anak tetangga tersebut mulai mengucapkan
kata-kata KOTOR terhadap teman-temannya, bahkan beberapa diantaranya sampai berkelahi,
maka keponakan Guru Cai segera menarik tangan ibunya untuk menjauh sambil berkata: anak
itu kan tidak boleh memaki temannya sendiri. Anak itu kan tidak boleh main pukul temannya.
Mengapa sang keponakan sudah bisa membedakan yang BENAR dari yang SALAH? Karena ajaran
Di Zi Gui yang diterimanya dari sang ibu.

Apabila Anda sebagai orangtua mendidik anak Anda bahwa berbakti kepada orangtua adalah
kebajikan, apa yang Anda lakukan adalah perbuatan benar. Kepada si anak telah ditanamkan
pengertian bahwa tidak berbakti adalah perbuatan SALAH, SESAT.  Apabila Anda sebagai orangtua

59

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

mendidik anak Anda bahwa menyayangi adik/yang lebih muda, hormat/mengayomi kakak/yang
dituakan adalah perbuatan mulia. Kini anakmu paham bahwa tidak hormat dan tidak sayang
kepada saudara kandung adalah SALAH dan SESAT. Dengan demikian, anakmu sejak kecil telah
mampu membedakan mana benar, mana salah.  Dengan kemampuan ini, si anak bisa menarik
yang baik dan menolak yang jahat.

Dan bila Anda bersama anak Anda sudah berbudi-pekerti mulia, pada suatu waktu berada
di sebuah tempat yang suasananya  penuh dengan keonaran, maka dapat dipastikan bahwa anak
Anda akan merasa tidak nyaman, nafasnya sesak, dan kepalanya pusing. Medan magnetnya pasti
tidak baik. Anda akan segera bergegas meninggalkan tempat keonaran seperti ini. Jadi, dengan
kemampuan membedakan baik dari buruk, Anda tidak akan salah menjatuhkan pilihan. Sebaliknya,
bila sebagai orangtua, Anda tidak mendidik anak Anda dalam hal kebajikan/budi pekerti, maka
sejak kecil sang anak tidak mampu membedakan baik dan buruk. Ketika meningkat remaja, ia akan
terjerumus bergaul dengan anak-anak nakal, dan ia akan terseret masuk ke lingkaran kejahatan
remaja.

Jadi, dalam hal ini berlaku hukum sebab akibat. Seseorang sampai terjerumus bergaul dengan
teman jahat,  sebabnya apa?  Sebabnya adalah “ketidakmampuan membedakan baik dan buruk.”
Akibatnya apa? Akibatnya adalah munculnya teman jahat dalam hidup orang itu.  Banyak orang
hanya berkutat pada “akibat”, tapi tidak berupaya mencari sebabnya.

Mari kita simak sejarah munculnya para Nabi di dunia. Hampir semua Nabi muncul di
tengah kancah yang kalut, masyarakat penuh sesat dan maksiat, dan kacau balau. Namun kita
menyaksikan para Nabi tersebut tegak berdiri tidak goyah. Sebab mereka telah memiliki tolok
ukur menjadi manusia yang baik. Teman-temanku sekalian, apabila Anda berhasil menanamkan
kemampuan membedakan baik dan buruk di benak pikiran anakmu, maka di hari tuamu, Anda
akan dapat tidur nyenyak tanpa kekhawatiran sedikit pun. Amin.

60

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

BAB XXVI

HAL-HAL SEKECIL APAPUN, HARUS TETAP MEMPERHATIKAN
KEPENTINGAN ORANG LAIN

    Kawan kawan sekalian, dalam “BELAJAR SESUATU ILMU”, kita berharap apa yang kita
pelajari dapat TERSIMPAN dalam memori kita selama-lamanya. Maka orang Bijak sering
berkata: ”Setelah suatu Ilmu anda kuasai secara mendalam, dalam waktu yang panjang anda
harus mengulangnya belajar.” Jadi “Mengulang Belajar” sangat penting. Jika anda dapat
mengulang baca satu kali buku saku “Di Zi Gui” setiap malam, maka setiap memasuki satu
Bab baru, anda sudah langsung teringat akan judul bab yang telah Anda baca. Kita masih akan
membahas:【Tempat-tempat penuh keributan, jangan anda dekati,  Hal-hal sesat dan mak-
siat, jangan anda libatkan diri 】

Pada Bab sebelumnya, kita telah menganalisa dan menyimpulkan, bahwa seorang anak yang
salah bergaul, sampai datang ke tempat dengan suasana yang tidak baik, sumber masalah adalah:
si Anak tidak mampu membedakan antara Baik dan Buruk. Jadi jika menginginkan solusi dari akar
masalahnya, sudah pasti kedalam diri si anak sejak kecil sudah ditanamkan BUDIPEKERTI yang
baik.  Secara alamiah si anak akan menjauhi teman-teman yang buruk, tempat-tempat yang
penuh perbuatan sesat.

Alkisah, ada seorang berprofesi Guru yang seringkali mengajak anaknya yang berusia 2-3
tahun jalan-jalan di sore hari. Ketika melewati tempat-tempat hiburan seperti tempat perjudian
elektronik, sang Guru senantiasa bilang kepada anaknya bahwa tempat-tempat seperti itu adalah
tempat “kotor”. Tempat-tempat itu bisa membuat orang ikut jadi kotor dan anak-anak yang pergi
ke sana menjadi anak nakal. Jadi tempat-tempat seperti ini mutlak tidak boleh dimasuki.

Karena anak ini sejak kecil sudah diajari, maka setelah tumbuh dewasa, ia sudah terbiasa
“menjauhi” tempat-tempat seperti itu. Jadi Suatu Pendidikan Moral/Budipekerti sudah harus
dimulai sejak dini, sebelum seorang anak terlanjur nakal dan “terbiasa rusak”.

61

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Sebelum seorang anak terperosok kedalam lubang “kotoran”, PENCEGAHAN
harus dilakukan.  Sebab, bila sampai anak itu terjerumus, dan perbuatannya menjadi
KEBIASAAN, maka “MEMBETULKANNYA” kembali akan sangat sulit. Inilah yang disebut
“Pencegahan lebih baik dari Pengobatan”. Orangtua yang Bijak akan lebih mengutamakan tindakan
pencegahan. Dibawah ini, Guru Cai mencoba memberi beberapa DEFINISI tentang: “HATI PENUH
KEBAJIKAN” dan lawannya, “HATI BURUK”.

Mari kita mulai dengan HATI YANG BAJIK:

Definisike1: Adasebuahbarangyangsangatakuinginkan,tapikawankujugamenginginkannya,
maka aku MENGALAH dan membiarkan ia memilikinya. Ini adalah SIKAP MENGALAH & SIKAP
TOLERAN.

Definisi ke 2: Berbakti kepada Orangtua, menghormati orang lain. BERBAKTI dan TATA
KRAMA adalah AKAR & DASAR dari semua KEBAJIKAN, kemampuan seseorang ibarat sebuah
Gunung Es, puncak Gunung Es yang muncul di permukaan air hanya 5% dari seluruh tubuh
Gunung. Jadi 95% dari tubuh gunung berada dibawah permukaan air dan tidak terlihat.

Kemampuan seseorang bagaikan tubuh Gunung Es, 95% daripadanya terpendam.
Nah, bagaimanakah caranya menggali keluar kemampuan yang terpendam itu? Guru
Cai mempersembahkan 2 buah Anak Kunci untuk membuka pintu yang menutup rapat
“kemampuan” seseorang: Anak Kunci Pertama bernama “BERBAKTI”, Anak Kunci Kedua
bernama “TATA KRAMA”, (“Tata Krama” hakikatnya adalah sikap Hormat dengan sesamanya.).

Contoh klasik dari keampuhan SIKAP BERBAKTI ditunjukkan oleh RAJA SHUN ( 舜 帝). Karena
begitu berbaktinya beliau kepada kedua orangtuanya, maka KEBIJAKSANAAN ( WISDOM) beliaupun
sangat tinggi. Dan dengan Kebijaksanaan dan Kebajikannyalah Raja SHUN berhasil menuai rasa
sayang dan pujaan dari seluruh Rakyat Negeri, dan memberi teladan kepada rakyatnya untuk turut
Berbakti dan ber-Tata Krama. Dengan demikian, anda melihat sendiri kemampuan terpendam
Raja SHUN telah berhasil digali dan dikembangkan dengan baik.

Contoh dari Keampuhan Anak Kunci Tata Krama dapat dilihat pada diri Guru Cai sendiri: 
Karena sikap hormatnya kepada orang-orang sekelilingnya, Guru Cai sempat berkenalan dengan

62

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Paman LU. Dengan lancar semua Kebijaksanaan (Wisdom) dan Pengalaman pengalaman Paman
LU berhasil didapat Guru Cai. Dengan demikian kemampuan terpendam Guru Cai tergali dan
berkembang dengan baik.

  Ada orang yang berbuat Kebajikan dengan harapan memperoleh imbalan tertentu.
(Kalau bukan imbalan materi, setidaknya mengharapkan karma baik). Menurut Guru Cai, tidak
masalah bila orang mengharapkan suatu imbalan.  Paling tidak, apa yang ia perbuat telah
membawa kebaikan bagi sesama, dan mempunyai efek penularan, “Melihat seseorang berbuat
Kebajikan, orang lain terdorong untuk mengikutinya”, kata Guru Cai. Dan, orang yang semula
berbuat Kebajikan dengan tujuan tertentu, bila ia terus melakukannya maka lama kelamaan
hatinya yang Bajik akan tergali dan berkembang.  Jikalau, kita hanya menjadi penonton orang-
orang lain berbuat Kebajikan, sambil kita melontarkan kritik kepada mereka itu: Huh, dia hanya
mengharapkan sesuatu. Apakah pantas kita mengritik orang-orang yang berbuat Kebajikan-
kebajikan tersebut? Maka, ketika melihat orang lain berbuat Kebajikan, tidak peduli apakah
amalnya disertai tujuan tertentu atau tidak, tetap kita harus memberi pujian. Dengan demikian
orang itu akan merasa terdorong untuk lebih sering melakukan Kebajikan.

Kembali ke perihal dua anak kunci tersebut: Kapan waktu yang terbaik untuk
memakainya? Tidak ada batas usia. Teringat ketika Guru Cai berceramah di Hang
Zhou, ada seorang berusia lanjut mengikuti ceramahnya, dan di tengah jam istirahat ia
mendatangi Guru Cai dan berkata: “Guru Cai, pelajaran pertama dalam hidup - BERBAKTI,
baru aku peroleh malam ini pada usiaku yang sudah 70 tahun.” Guru Cai menjawab: “ Tetapi,
bila dimulai, tidak ada kata terlambat. “ Mahaguru Confusius pernah bersabda: “ Sekali sudah
memahami AJARAN, dan dengan sungguh sungguh anda laksanakan, maka Hidup ini tidaklah
sia- sia”.

Pada suatu kesempatan, ketika Guru Cai memberi Ceramah Di Zi Gui di kota Shanghai,
ceramah hari pertama mengambil tema “入则  孝:Ru  Ze  Xiao:  Berbaktilah Kepada
Orangtuamu” yang dihadiri oleh seorang tua dengan seorang anaknya. Selesai ceramah
di hari pertama itu, si orang tua tersebut menghampiri Guru Cai dan meluapkan
rasa harunya dengan berkata, “Aku sangat tersentuh, sebab setelah menjalani
pelatihan batin dan mental selama lebih dari 10 tahun, saya merasa perkembangan
mental saya mandek dan tak mampu berkembang lebih lanjut. Betapa kerasnya saya belajar,

63

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

tapi saya tetap saja merasa hatiku ini kurang tulus. Kurang hormat. Saya tetap tidak paham
mengapa? Sampai hari ini, setelah mendengar Ceramah Guru Cai yang bertemakan “Berbaktilah
kepada Orangtuamu”, mata dan pikiran saya baru terbuka. “Berbakti Kepada Orangtua” adalah
pondasi dan akar dari segala jenis kebajikan.

Orang tua ini belum mempelajari dan mempraktekkan ayat penting ini tetapi sudah langsung
masuk ke ayat-ayat lainnya. Dengan pondasi yang rapuh, tak mungkin ia dapat
mengembangkan mental dan batin lebih tinggi lagi.  Kini orang tua itu sadar bahwa ia
harus kembali dan mulai dari pondasi yang kuat terlebih dahulu. Akhirnya, pada hari itu, ia
menemukan jawaban atas terhentinya perkembangan batin dan mentalnya. Selanjutnya,
setiap langkah yang diambil orang tua itu dilakukannya dengan urutan yang jelas dan
mantap. Dengan ini kita sudah membahas panjang lebar Definisi Kebajikan kedua: “Bakti
kepada orangtua, Hormat kepada sesamanya” yang adalah pondasi dari segala kebajikan.

Definisi Kebajikan berikutnya adalah: Mempraktekkan Ajaran Di Zi Gui merupakan
Kebajikan, Definisi Kebajikan berikutnya: Hati yang Bijaksana adalah Kebajikan; Berbuat
baik kepada sesama yang dilakukan tanpa ada yang menyuruh adalah juga “Kebajikan”.
      
  Sekarang mari kita bahas “Keburukan Hati atau disingkat Keburukan”. Bagaimana para siswa
Guru Cai mengartikan “Keburukan”? Siswa pertama mengatakan: Keengganan membantu sesama
yang membutuhkan pertolongan adalah “Keburukan”. Siswa kedua berkomentar: Berbohong dan
menipu orang lain adalah keburukan. Sikap Pemboros: boros dalam pemakaian fasilitas umum
seperti air dan listrik, dan boros dalam pemakaian barang makanan dan waktu juga adalah
Keburukan. Siswa ketiga berkata: Menghina orang baik lewat kata-kata maupun tindakan adalah
keburukan; Siswa keempat berkata: Membenci dan menaruh dendam kepada orang lain adalah
Keburukan;  Orang yang Egois hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, dan juga orang yang
melupakan kebaikan orang terhadapnya, adalah keburukan. Orang yang pendendam  adalah
Keburukan. Ingat pepatah yang mengatakan: “Budi harus dibalas, Dendam harus dilupakan”.
Siswa lain mengatakan: Mereka yang berpikiran sempit, menolak mawas diri, adalah keburukan.

  Selanjutnya, ada seorang mengatakan: “Orang yang gentar menghadapi Kesulitan, yang tidak rela
bersusah payah” adalah Keburukan. Sebab ada pepatah yang mengatakan: “Semasa muda enggan
bersusah payah, maka seumur hidup ia akan susah. Mereka yang bersedia di masa muda bersusah

64

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

payah, maka ia hanya sebentar saja bersusah payah”. Artinya, mereka yang di masa mudanya rajin
dan tekun belajar dan bekerja, maka di hari tuanya akan menikmati hidup bahagia.”

Siswa berikutnya berkata: “Orang yang munafik-lain kata lain perbuatan, adalah
keburukan.”  Anak yang tidak berbakti kepada orangtua adalah Keburukan; Seorang yang
hatinya penuh ambisi yang merusak, juga adalah Keburukan. Orang yang berkemampuan,
namun kurang percaya diri untuk dapat melakukannya juga suatu “Keburukan”. Orang seperti
ini sebaiknya menyimak pepatah yang berbunyi: “Raja SHUN itu siapakah dia,  dan siapa pula
aku ini? Jika orang mampu berprestasi, maka orang itu boleh disejajarkan dengan Raja SHUN”. 
Terakhir, seorang siswa mengatakan: Apa yang seseorang tidak menyukainya, ternyata orang itu
melakukannya kepada orang lain, ini adalah juga suatu keburukan.  Orang yang mengganggu orang
lain juga suatu keburukan. Terakhir, “Orang yang menutupi keburukan orang, ia turut melakukan
Keburukan”.

Dari kisah di atas dapat kita simak bahwa siswa-siswa tersebut sejak awal sudah ditanamkan
kemampuan untuk membedakan antara Buruk dengan Baik. Jika mereka terus-menerus
digembleng selama 3 ~ 5 tahun, yakinlah akar dan pondasi kebajikan tertanam kokoh dalam
diri mereka. Dengan demikian, kita sebagai orangtua benar-benar dapat hidup tenang tanpa
kekhawatiran apapun.

Mari kita masuk ke ayat Di Zi Gui berikutnya:
【 Urusan Urusan Maksiat dan Sesat, Jangan Engkau Melibatkan Diri】

       Dalam urusan-urusan yang sesat dan penuh dengan kemaksiatan, tidak perlu engkau melibatkan
diri, karena berbuat demikian hanya akan mengotori batinmu. Maka dari itu, orang-orang yang
menjadi kawan anakmu,  situasi dan kondisi tempat yang dikunjungi anakmu, bahkan program
TV yang ditonton oleh anakmu, perlu mendapat pengawasan ketat dan cermat dari Anda sebagai
orangtua.  Sebab, sebelum anak tumbuh dewasa, Ayah dan Ibu adalah dua orang guru yang sangat
penting bagi si Anak bagai dua sosok malaikat yang bertugas melindungi sang anak dari ancaman
pengotoran batin.  Sebab, sekali batin anak sudah terpolusi, membersihkannya akan memakan
waktu yang panjang dan menguras energi yang besar.

65

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Maka, apabila situasi yang mengotori anak sejak awal sudah diketahui, hal tersebut dapat
dicegah sebelum anak tumbuh dan berkembang. Hal ini sangatlah penting.   Bukankah dewasa
ini banyak orang-orang dewasa yang hobby hiburannya mengikuti trend yang sedang “hot” di
masyarakat? Anak-anak juga tidak mau ketinggalan mengikuti trend yang berlaku saat ini. Misalnya
pada musim film HORROR, anak-anak pun beramai-ramai nonton film horror. Pulang nonton film
horror, di tengah malam, tak jarang anak itu terbangun oleh mimpi buruknya dan terus terjaga
hingga pagi hari.

Anak menderita kurang tidur. Jadi, sebagai orangtua, apa yang Anda lakukan kepada anakmu,
membawanya nonton film horror, bukan saja tidak bermanfaat bagi perkembangan jiwa sang anak,
tetapi telah menyiksanya dengan mimpi buruk. Ini namanya sudah menghambur-hamburkan uang,
malah celaka yang kamu dapatkan.  Jadi, sampai kepada kesukaan/hobi  sang anak, kita orangtua
harus mengarahkannya. Bahkan bila perlu membimbingnya.

Bila Anda telah mengarahkan anakmu sejak kecil menjalankan hobi yang sehat bagi batin dan
tubuh, lama kelamaan, anakmu akan menyukai hobi tersebut. Misalnya, hobi naik gunung dan
camping. Hobi-hobi seperti ini sangat baik bagi pertumbuhan karakter anak. Hobi-hobi seperti ini
dapat memupuk kecintaan anak pada alam dan meningkatkan daya juang sang anak. Jadi, sekali lagi
Guru Cai menekankan pentingnya bagi orangtua mengarahkan hobi anak ke arah yang benar.

Ayat berikutnya: 【Ketika akan memasuki rumah / kamar rumah seseorang, Anda baru masuk
setelah dipersilahkan masuk. Ketika akan memasuki ruang tamu,  beri tanda bahwa engkau akan
masuk. Bila Tuan Rumah bertanya siapa? Engkau langsung menyebut nama lengkapmu. Jangan
cuma menjawab: Ini aku.  Bila akan memakai barang milik orang lain, harus engkau minta izin kepada
pemiliknya, karena bila tidak, Anda mencuri. Bila meminjam barang milik orang lain, kembalikan
tepat waktu, sehingga bila engkau membutuhkannya, tidak akan sulit meminjam lagi 】

Jika ingin memasuki rumah atau kamar tidur orang, terlebih dahulu Anda harus mengetuk
pintu. Jika engkau menerobos masuk tanpa ketuk pintu, berarti anda telah bersikap kurang ajar.
Setelah mengetuk pintu rumah dan Tuan Rumah telah mempersilahkan Anda masuk, barulah
Anda masuk. Pedoman dasar dari hubungan antarmanusia adalah tata krama. Bertata-krama
membuat nyaman pergaulan antarmanusia. Anda terhindar dari perilaku sembrono.

66

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Sekarang kita perluas cakupan dari ayat tersebut dengan kasus sebagai berikut: “将 入
门, 问 孰 存 ” Bila akan menyambangi rumah seorang kawan, coba cari tahu kawanmu tinggal
bersama siapa di rumah tersebut”. Misalnya diketahui bahwa kawanmu tinggal bersama kedua
orangtuanya. Maka jangan lupa bawa sedikit buah tangan untuk kedua orangtua kawanmu itu.
Tindakan ini akan meninggalkan kesan mendalam bagi kawanmu beserta kedua orangtuanya.

Demikian pula bila engkau berkencan dengan seorang gadis, apakah cukup engkau mengencani
si gadis seorang?  Sebab perkawinan sesungguhnya bukan urusan dua orang - laki dan perempuan.
Perkawinan adalah urusan dua keluarga, yang juga ikut bersatu dan serasi. Suatu Perkawinan yang
tidak direstui oleh kedua orangtua, pada umumnya tidak akan berakhir bahagia.

Sama halnya, jika engkau berteman baik dengan seseorang dan diundang berkunjung ke
rumahnya. Upayakan engkau menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang tinggal
serumah. Apalagi, bila si teman ini sering menceriterakan perihal ia berteman baik denganmu
kepada kedua orangtuanya, kedua orangtuanya pasti makin terusik untuk ingin tahu tentang
Anda. Ini membuat engkau berupaya memperkenalkan diri kepada orangtua teman Anda dan
meninggalkan kesan yang baik pada mereka.

       Alkisah, Guru Cai dan Guru-guru Di Zi Gui lain, di hadapan anak-anak didik mereka, mencoba
mensurvei tingkat kedalaman pemahaman mereka tentang ajaran Di Zi Gui.  Berikut ini adalah
pertanyaan yang diajukan: “Bila suatu saat kelak engkau mempunyai uang seratus juta yuan
(setara dua ratus milyar rupiah), apa yang akan engkau kerjakan dengan uang sebanyak itu?” 

Anak pertama mengacung tangan dan menjawab: “Aku akan bangun sebuah sekolah, sekolah
dengan titik berat mengajarkan Ajaran Para Bijak - Ajaran Confusius dan Di Zi Gui agar semakin
banyak anak-anak di dunia bisa bersentuhan dengan ajaran mulia tersebut.

Anak kedua menjawab: “Aku akan bangun sebuah Rumah Sakit Sosial, untuk memberi
pelayanan terbaik bagi para Fakir Miskin yang menderita sakit secara cuma cuma.

Anak ketiga menjawab: “Aku akan membangun sebuah Stasiun TV mirip Da Ai TV. “.
Anak ini rupanya pernah menonton sebuah program Da Ai TV yang berjudul “ 牵 手 人
生: Qian  Shou  Ren  Sheng: Dalam kehidupan, Ulurkan Tangan Bantuan”. Program ini

67

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

menceritakan tentang seseorang bernama 马 文 仲  Ma Wen Zhong. Walau kedua kakinya
cacat dan lumpuh, dengan tekad baja, seluruh hidupnya dipersembahkannya bagi upaya pendidikan
dengan membangun sebuah sekolah. Diceritakan, bahwa disamping ketulusan hati dan tekad yang
mulia dan kuat, dalam mewujudkan tekad mulianya tersebut, Ma Wen Zhong mendapat dukungan
penuh dari kawan-kawan dekat dan keluarga. Ayahnya selalu berada di sampingnya untuk mendorong
dan memberinya semangat.

 Tuan Ma Wen Zhong mengutip sebuah Ayat dalam Kitab Klasik < 中 庸: Zhong. Yong: Middle
Path >  yang berbunyi: “ 诚  者, 物  之 终  始 :Dari Awal hingga Akhir, Suatu Tujuan Dapat Tercapai
Hanya Dengan Ketulusan Hati”.   Dimana kunci keberhasilan dan kegagalan suatu perkara? Dari awal
hingga akhir, hanya KETULUSAN HATI yang berputar keliling.

“Bila tidak ada ketulusan dalam hati, Seumur hidupmu takkan ada tugas hidup yang dapat engkau
selesaikan: 不 诚, 无  物” 。 Ini adalah suatu KEBENARAN MUTLAK. Lalu, bagaimana menjelaskan
kenyataan ini: banyak orang di masyarakat yang tidak tulus dan tidak jujur, tapi berhasil memupuk
kekayaan besar? Coba Anda perhatikan, harta yang dipupuk dari hasil korupsi, penipuan, ketidakjujuran,
cepat lambat akan tergerus habis.

Harta sesat yang sempat diwariskan ke anak pun akan segera tergerus habis. “Hanya perkara atau
harta yang diperoleh dengan TULUS JUJUR akan dapat kokoh berdiri bagai sebuah karang”.

Karya Tuan Ma yang berkiprah di bidang pendidikan Budi Pekerti anak-anak semakin menarik
simpati dan empati masyarakat, termasuk seorang gadis terpelajar yang begitu terkesan dengan
ketulusan. Gadis ini sengaja datang dari tempat yang jauh untuk menikahi Ma. Jadi, ketulusan hati
seseorang sungguh dapat menggugah hati nurani banyak orang di masyarakat.   

Anak ketiga yang bercita-cita membangun sebuah Stasiun TV yang mirip Da Ai TV, sangat terkesan
dengan sinetron di atas. Cita citanya adalah agar stasiun TV yang akan dibangun itu dapat menayangkan
program-program yang mendidik hati pemirsa. Menanamkan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan
yang baik di masyarakat.  Di dunia ini, terdapat dua macam manusia yang berkemampuan tinggi
mengubah dunia: Yang pertama adalah pimpinan sebuah negara besar dunia. Yang kedua adalah
media penyiaran, sebab melalui media elektronik, suatu Ajaran Moral & Etika dapat dalam sekejap
tersiar ke seluruh dunia sehingga anak-anak di seantero dunia berkesempatan menerima Ajaran Suci
tersebut dan tertanam di dalam hatinya.

68

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Anak keempat di dalam kelas juga ikut angkat tangan dan berkata: “Aku ingin menjadi seperti
Guru Cai.” Ibu anak ini yang kebetulan berada di dalam kelas, langsung angkat tangan mohon
berbicara: “Anakku, Mama sangat gembira mendengar  cita-citamu. Untuk mewujudkan cita-cita
ini, kita tidak harus memiliki uang sebesar seratus juta Yuan. “Nah, kita melihat betapa bijaksana
sang Ibu ini. Ia tidak ingin anaknya berandai-andai dan memberikan janji kosong. Sebuah janji harus
berdasar pada  kondisi kehidupan saat ini. Setiap langkah  harus berangkat dari kondisi kehidupan
saat ini. Si Ibu melanjutkan: “Coba, Nak, engkau lihat apakah Guru Cai memiliki uang sebanyak
seratus juta yuan? Jadi, asalkan kita menguasai ilmu pengetahuan yang mumpuni, memiliki hati
yang tulus, walau tidak memiliki uang sebanyak itu, tetap saja kita dapat memberi sumbangan
bagi masyarakat. Si anak setelah mendengar pesan Ibunya itu, segera kembali menyesuaikan cita-
citanya didasari atas kondisi saat ini, dimana kondisi saat ini adalah: Si anak masih perlu terus
memperkaya diri dengan moral, etika, dan ilmu pengetahuan.

Kisah anak-anak di atas memperlihatkan bagaimana didalam diri anak-anak sejak kecil
sudah tertanam konsep hidup dan pandangan hidup yang demikian mulia. Itu semua tidak
terlepas dari lingkungan dimana mereka berada.  Di samping lingkungan keluarga dengan kedua
orangtua, suami istri yang mengacu kepada Di Zi Gui dalam mendidik anak, lingkungan masih
dapat diperluas sehingga termasuk para guru dan para karyawan Pahoa. Mereka semua dapat
berlibur bersama sambil membawa anak-anaknya, disamping memperkuat tali silaturahmi antara
orangtua. Kebersamaan ini juga akan meninggalkan kesan dan teladan yang mendalam pada anak-
anak. Maka dengan sendirinya terbentuklah suatu lingkungan lebih luas yang kondusif terhadap
pembentukan karakter anak.

Sebelum ini kita sudah membahas: Ketika memasuki rumah orang, jika tidak terlihat ada
tuan rumah, kita sebagai tamu perlu bertanya dengan suara lantang: Pak xxx atau Ibu xxx, apa
kalian di rumah? Tidak boleh sama sekali menerobos masuk tanpa izin pemilik rumah. Inilah sikap
cermat dan hati-hati.  Bila engkau sampai masuk tanpa izin, dan kebetulan di ruang yang engkau
masuki itu tuan rumah kehilangan sesuatu barang, dan tuan rumah memergoki engkau di ruang
tersebut, maka engkau menjadi sasaran kecurigaan yang tidak perlu. Jadi, di manapun kita berada,
jaga nama baikmu, jaga kehormatan dan kepercayaan dengan bertindak cermat dan hati hati.

Masih tentang kunjungan ke rumah orang. Saat engkau menekan bel, Tuan Rumah dari dalam
rumah bertanya: Siapa ya?  Anda tidak pantas hanya menyahut: Saya, Pak / Ibu.  Dengan menyahut

69

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

seperti itu, engkau membuat tuan rumah bingung. Maka lengkapi sahutanmu dengan menyebut
nama lengkapmu. Demikian pula dengan tata krama berbicara di telepon, Ketika melakukan
panggilan telelpon, setelah tersambung kita harus segera berkata: Halo, nama saya xxxxx, ingin
bicara dengan Pak xxxxx. Saya minta waktu untuk bicara, apakah Bapak xxxxx bebas bicara saat
ini? Dengan tata krama berbicara seperti ini, lawan bicara akan merasa sangat nyaman menerima
panggilan telepon Anda.  Hal-hal tata krama seperti di atas perlu ditanamkan sejak anak-anak.

Ayat terakhir bab ini berbunyi: “Memakai barang orang, harus terlebih dahulu memperoleh
izin pemilik barang. Jika tidak, berarti mencuri.”

Seorang anak yang belum pernah diajarkan tata krama di atas belum paham mana boleh, dan
mana tidak boleh. Jadi, bila anak engkau ajak ke rumah orang, ia melihat sesuatu yang menarik,
maka ia pun tanpa pikir mengambil barang tersebut untuk dimainkan di tangannya.  Maka sebagai
orangtua, tata krama ini wajib diajarkan kepada si anak sejak kecil.

Alkisah, ada sepasang kakak beradik perempuan. Pada suatu hari sang kakak menegur keras
sang adik. Si adik sambil menangis lalu mengadu kepada Ibunya: “Mama, kakak mengomeli aku.”
Bagi para Ibu kebanyakan, ia akan segera memanggil si kakak dan segera menegurnya: “Bagaimana
boleh kamu omeli adikmu sendiri?  Yang jadi kakak harus mengalah kepada adik dong.”  Memvonis
si kakak bersalah tanpa mengusut duduk perkara yang sebenarnya terjadi adalah tindakan yang
tidak bijaksana. Tetapi tidak demikian dengan Ibu ini. Dengan tenang, sambil memasak sayur, ia
bertanya kepada di adik yang datang mengadu: “Mengapa kakak bisa memarahi kamu?” Si adik
menjawab terpatah-patah: “Sebab, aku telah mengambil mainan kakak tanpa memberitahu kakak,
kakak terus marah dan mengomeli aku.” Karena kakak beradik di rumah itu sudah pernah diajari
Di Zi Gui, maka Si Ibu menanggapi dengan mengutip ayat-ayat dalam Di Zi Gui, “Memakai barang
orang......... “ Si Ibu berhenti sambil melihat ke arah Si Adik, si adik pun menyambung: “Harus
seizin pemiliknya...........” Si Ibu melanjutkan: “Bila tanpa seizin pemiliknya, berarti mencuri.”
Mendengar kata “mencuri”, si adik menangis lebih keras sambil bergumam: “Aku tidak mau jadi
pencuri kecil”.

    Jadi sangat penting, ditengah anggota keluarga terdapat persamaan bahasa dan persamaan
standar atau norma Tata Krama dan Etika. Ini sangat memperlancar komunikasi di antara orangtua
dan anak.

70

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Bukan cuma anak-anak yang perlu diajarkan “Memakai barang orang harus seizin pemiliknya”,
Orang-orang dewasa pun harus juga ditanamkan norma ini.  Faktanya, masih banyak orang dewasa
yang tidak paham akan norma penting ini. Coba simak kisah di bawah ini: Sebuah perusahaan
eksportir besar di Tiongkok ingin merekrut Staf Pemasaran. Setelah melalui ujian ketat, tinggal 5
calon yang dikumpulkan di kamar kerja Bos. Dengan alasan ada tamu yang mesti ditemui, sang
bos keluar meninggalkan 5 orang calon itu di kamar kerjanya. Begitu sang Bos keluar, kelima
calon itu langsung mulai membuka-buka dokumen-dokumen yang berserakan di meja Bos. Tanpa
mereka sadar tindakan mereka disorot oleh CCTV yang terpasang dalam kamar kerja Bos. Selang
beberapa waktu kemudian, ketika kembali, sang Bos menyatakan bahwa mereka berlima tidak
lulus.
Satu hal lagi yang perlu diingat: bila akan meminjam sesuatu barang milik orang lain,
janganlah mengambil barang tersebut terlebih dahulu, baru minta izin kepada pemilik barang.
Perbuatan ini tidak sopan.  Jadi, jika ingin meminjam sesuatu, biarkan pemilik barang sendiri yang
memberikan barang tersebut kepada kamu. Jadi, hal-hal detail seperti ini, harus juga kita pikirkan
karena menyangkut kepentingan dan perasaan si pemilik barang.

71

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

72

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

BAB  XXVII

言    而     有     信
Yan  Er    You  Xin

TEPATILAH  APA  YANG TELAH DIUCAPKAN

Mari kita teruskan menyimak ayat Di Zi Gui dibawah ini:
【 借   人    物 。   及    时    还 。    后    有     急 。    借    不     难。】

  Jie Ren Wu     Ji     Shi   Huan Hou You Ji Jie Bu Nan

[BILA MEMINJAM BARANG ORANG, HARUS TEPAT WAKTU MENGEMBALIKANNYA]
[BILA KELAK ANDA MEMBUTUHKAN,  TIDAK SULIT MEMINJAMNYA LAGI]

Bila kita meminjam barang orang lain kita harus selalu ingat kapan harus mengembalikannya.
Ini selalu perlu dicermati. Sebab orang yang meminjamkan barangnya kepada kita sesungguhnya
telah memberikan kita bantuan, telah mengungkapkan budi baiknya kepada kita. Jika kita tidak
mengembalikan barang yang kita pinjam tepat waktu, kita sungguh sangat tidak berbudi. Maka
bila kita sudah memastikan kapan kita akan mengembalikan barang pinjaman, kemudian khawatir
kita akan lupa melakukannya, maka langsung saja kita mencatatnya pada kalender meja kita, atau
pada buku harian kita. Apabila sikap anda yang teliti, berdisplin, dan cermat anda jaga setiap
kali meminjam barang orang, maka di kemudian hari pemilik barang dengan senang hati akan
meminjamkan barang-barangnya kepada anda.

Alkisah, dahulu kala di zaman Dinasti MING, hidup seseorang yang bernama 宋  濂 - Song
Lian. Pada suatu hari, ia pergi ke rumah seorang hartawan untuk meminjam buku. Si pemilik buku
minta agar buku yang dipinjam itu dikembalikan dalam 10 hari.  Waktu 10 hari memang teramat
singkat, tapi Song Lian tetap bersyukur karena telah dipinjami buku oleh sang hartawan.

Pada hari kesepuluh, terjadi badai salju yang sangat dahsyat. Si pemilik buku mungkin mengira
Song Lian takkan pernah bisa datang. Tetapi Song Lian tetap bertekad menerjang badai salju

73

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

mendatangi rumah si pemilik buku. Maka si hartawan pemilik buku itu sangat terharu, dan sangat
mengagumi Song Lian. Ia pun berkata kepadanya:  “Pada hari-hari yang akan datang, semua buku
dalam rumahku aku rela meminjamkannya kepadamu”.

Jadi apabila kita ingin meminjam sesuatu kepada orang lain, dan orang itu memperlihatkan
muka masam, jangan kita cepat-cepat menyalahkan dia. Kita justru perlu mawas diri.  Kepercayaan
sosial yang kita miliki harus kita bangun sendiri setetes demi setetes. Tidak layak kita iri pada
seseorang yang begitu mudahnya memperoleh kepercayaan orang lain, karena semua itu
pasti ada sebabnya. Dan kita seharusnya berupaya keras melangkah ke arah yang telah
diteladankannya.

Di zaman sekarang ini, peminjam uang (debitur) kadang bersikap seperti Kakak Tua, sedang
yang meminjamkan uang (kreditur) malah seperti Adik Bungsu. Sang debitur seakan berada jauh
di atas sana, sedang si kreditor malah harus mengemis-ngemis untuk menagih pengembalian
uangnya. Coba anda simak betapa etika sosial telah diputarbalikkan.

Orang nekad meminjam, tapi enggan membayar hutangnya. Sungguh sangat keterlaluan bila
si peminjam tidak lagi berpikir betapa orang lain telah demikian berbaik hati meminjamkan uang
kepadanya.

Tata nilai etika zaman dulu membuat orang merasa malu berhutang, dan bila terpaksa
harus berhutang, maka begitu ada uang, tanpa diingatkan, orang itu langsung membayar lunas
hutangnya.

Zaman dahulu, kepercayaan (trust) adalah karakter, kualitas moral. Untuk pinjam-meminjam
apakah diperlukan surat perjanjian pinjam-meminjam? Tidak. Cukup dengan ucapan janji.

Enam puluh tahun lalu, di tahun lima puluhan, di kalangan komunitas Tionghoa masih berlaku
tata nilai etika moral seperti itu.  Guru Cai mempunyai kakek luar yang pada masa itu berdagang
beras. Pada waktu itu masih banyak keluarga berpenghasilan rendah, maka mereka biasa
mendatangi warung beras kakek Guru Cai untuk membeli beras dengan cara berhutang. Biasanya
di akhir bulan setelah menerima gaji, mereka membayar lunas hutangnya. Tetapi kadang-kadang
karena suatu hal, sebagian kecil tidak melunasi hutangnya pada waktunya. Mereka memakai

74

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

gajinya untuk keperluan mendesak lainnya. Sang Kakek pun tidak memaksa mereka untuk segera
membayar kerena ia maklum mereka pasti dalam kesulitan sehingga tidak dapat segera melunasi
hutangnya. Ia berpendapat tidak berperikemanusiaan mengejar-ngejar orang dalam kesulitan
untuk membayar hutang-hutangnya.

Dari contoh di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa di zaman dahulu kepercayaan yang
terbangun antarmanusia begitu luhur.

Bagaimana dunia barat  memandang “Kepercayaan”? Sudut pandang dunia barat terhadap
“Kepercayaan” adalah terlebih dahulu mencurigai apakah seseorang itu “Orang Baik”? Apakah
seseorang itu layak dipercaya? Engkau terlebih dahulu harus membuktikan bahwa dirimu layak
dipercaya. Jadi memang dunia timur dan barat berbeda pandangan terhadap “Kepercayaan”. 
Dan orang-orang dari dunia timur, zaman sekarang sudah condong memakai cara Barat dalam
menangani masalah pinjam-meminjam. Mengapa? Karena tidak banyak orang yang berani
memakai cara “Timur”.

Banyak orang khawatir kalau-kalau orang zaman sekarang “Tidak menepati apa yang telah
diucapkan”. Mari kita renungkan bersama, dunia memang makin maju, tapi apakah moral
manusia juga semakin maju atau malah merosot?

Mengingkari hutang, atau tidak rela membayar hutang, adalah perbuatan mengeruk
keuntungan dari penderitaan orang lain.  Perbuatan hina seperti ini telah sedikit demi sedikit
menggerus kepercayaan masyarakat (Social Trust). 

Alkisah di kota Shen Zhen, Tiongkok, baru-baru ini terdapat seorang pedagang yang
membujuk seorang petani pemilik sebidang lahan untuk menjual lahan tersebut kepadanya.
Setelah harga tertentu disepakati, jual-beli lahan tersebut pun dilaksanakan. Si pedagang hanya
membayar separoh dari harga yang disepakati. Dan setelah mengantongi Surat Kepemilikan
Tanah, si pedagang pun ingkar membayar sisa harga lahan tersebut yang bernilai 6000 yuan.  Si
petani sangat marah karena lahan tersebut adalah satu-satunya miliknya yang berharga. Dan si
pedagang yang jelas masih berhutang 6000 yuan kepadanya menolak untuk membayar. Maka
selang beberapa hari kemudian, petani ini nekad membawa sebuah bom  ke rumah si pedagang
dan meledakkan bom tersebut bersama si pedagang. Keesokan hari, koran setempat merilis berita
utama berbunyi:”Nyawa dua orang hanya bernilai 6000 yuan.”

75

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

Coba simak, betapa penting “Menjaga Kepercayaan”.  Jadi, kita semua pertama-tama harus
benar-benar menjaga kepercayaan. Kedua, kita senantiasa harus bersyukur kepada orang yang
telah bersedia meminjamkan uang atau barang kepada kita. Karena orang itu sesungguhnya
telah membantu kita.  Kita tidak boleh melupakan Budi Baik ini. Dengan kita selalu mengingat
kedua Prinsip Moral tersebut, maka kita akan selalu terjaga agar tidak tergelincir menjadi orang
yang ingkar janji.  Maka Maha guru Confusius, dalam Kitab Klasik “LUN YU”, berulang-ulang
menyinggung pentingnya “Menjaga Kepercayaan”.

Dalam “LUN YU” terdapat bait yang berbunyi “MANUSIA TANPA  TRUST TIDAK DAPAT TEGAK
BERDIRI”, Manusia tanpa TRUST tidak berdaya untuk “berdiri/eksis” di tengah-tengah masyarakat,
dan komunitas.   Sebab masyarakat adalah suatu kehidupan berkelompok, maka jika orang-orang
dalam kelompok itu tidak lagi mempercayai anda dan meninggalkan anda sendiri, bagaimana
anda dapat eksis dan berkembang? Confusius juga bersabda: “Manusia tanpa TRUST, Manusia
seperti ini sungguh tidak layak hidup di dunia.”

TRUST (Terpercaya) dalam karakter HAN, adalah “信 - XIN”,

Mari kita simak karakter “信 ”, sebelah kiri karakter ini: 人 - ren , artinya “MANUSIA”,
sebelah kanan karakter adalah huruf: 言 yan,yang berarti “KATA KATA”. Gabungan kedua huruf
ini, mengandung arti: “Kata kata yang diucapkan Manusia wajib di-TEPATI”; Kata-kata anda harus
terpercaya.

Orang-orang zaman dahulu melukiskan kata-kata yang diucapkan Manusia sebagai: “Sebuah
Janji bernilai Ribuan Tael Emas. Sepatah Kata bernilai Sembilan bejana emas “.

Sebuah huruf  XIN -信, disamping berarti TERPERCAYA, juga umumnya digandengkan dengan
huruf  “YI - 义”yang berarti LURUS & ADIL.
Kedua kata tersebut digandeng jadi satu menjadi XIN YI - 信义,yang bermakna “Keterpercayaan
adalah Wujud dari Sikap Lurus & Adil”. XIN YI - 信义 dapat juga bermakna “Keterpercayaan sebagai
Kewajiban Mulia Manusia”. Dengan dua kata “ 信义- Xin Yi” yang digandeng, kita akan dapat
memahami “Keterpercayaan” dengan lebih jelas, gamblang dan luas.

Ajaran-ajaran Mahaguru Confusius tidak lain adalah: Bagaimana mengatur Hubungan Antar
Manusia dengan baik. Dan untuk mencapai tujuan mulia ini, upaya paling utama adalah: Bagaimana

76

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

menjadi manusia seutuhnya. Hanya Manusia seutuhnya yang mampu menjalani/menerapkan “LIMA
PRINSIP HUBUNGAN ANTAR MANUSIA - 五伦 WU LUN”, seperti yang diajarkan oleh Mahaguru
Confusius sebagai berikut: “Antar Orangtua dan Anak terdapat Kasih Sayang; Antar Pemerintah/
majikan dan Rakyat/pegawai terdapat Keadilan & Kewajiban Mulia; Antara Suami dan Istri terdapat
Pembagian Tugas & Kewajiban yang jelas; Antara Kakak/Senior dan Adik/Junior terdapat urutan
yang jelas; Antara Teman terdapat Keterpercayaan”.

Coba kita simak kelima prinsip hubungan tersebut, apakah ada kalimat yang mengatakan:
Antar Kaisar dengan menteri-menterinya, harus ada KESETIAAN sang Menteri terhadap Kaisarnya?
Tidak ada dan tidak perlu, sebab kesetiaan adalah kewajiban mulia dan moral etika yang patut
dimiliki seorang manusia seutuhnya, termasuk Sang Menteri. Jadi tidak perlu menyebutnya secara
gamblang.

      Mari kini kita simak Hubungan antara Orangtua dan Anak. Pertama-tama Orangtua harus
“Tepati apa yang engkau ucapkan.”, barulah anda sebagai orangtua  dapat membangun
dan membina Rumah Tangga dan Putra Putrimu dengan baik. Anak-anakmu akan percaya
dan patuh kepadamu.  Jika sebagai Ayah, apa yang anda ucapkan berbeda dengan apa yang
anda perbuat, bisakah anakmu menghormatimu? Tidak mungkin.  Dan apabila hal buruk ini terus
anda lakukan, dapat dipastikan pada suatu hari anak ini akan berontak. Sebab ketidakpuasannya
terhadap sang ayah pembohong terus menumpuk hari demi hari. Sampai pada suatu hari, bagaikan
sebuah gunung berapi yang telah matang, tumpukan ketidakpuasannya pun meletus. Jadi, sekali
lagi, terhadap anak kita, bangunlah kepercayaan, tepatilah janji anda.

     Alkisah, di zaman Dinasti ZHOU di Tiongkok, beredar sebuah kisah menarik berjudul “ZHEN  ZI
Menyembelih Seekor Babi”.

Jalan cerita berbunyi demikian: Di suatu pagi hari, istri Zhen Zi akan keluar rumah membeli
sayuran.  Anaknya merengek minta ikut.  Sang Ibu berkata: ”Sudah, engkau jangan ribut lagi.
Kalau engkau duduk manis di rumah, nanti setelah mama kembali dari pasar, mama akan
menyembelih seekor babi untuk engkau makan”. Sudah jelas, ibunya tidak serius dengan
kata-katanya itu. Ia hanya mencoba “meredam kerewelan anaknya”. Namun, Kata-katanya
terlanjur terdengar oleh Zhen Zi. Akibatnya, saat ia pulang dari pasar, dilihatnya Zhen Zi sedang
mengasah golok siap menyembelih babi peliharaannya. Sang isteri sangat kaget. Dan sambil
berlari menghampiri suaminya, ia berkata: “Aku kan cuma bercanda dengan anakku, kok kamu

77

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

anggap serius”? Zhen Zi segera berkata kepada isterinya: “Jika satu kata saja yang engkau ucapkan
kepada anakmu tidak engkau tepati, maka seumur hidupmu, jangan berharap anakmu akan tetap
mempercayaimu. Akan sangat sulit baginya mempercayaimu.”

Karena itu orangtua benar-benar harus berhati-hati dalam BICARA, dan berpikir matang
sebelum bertindak. Apabila engkau yakin dapat melakukan sesuatu hal, engkau boleh menjanjikan
hal itu. Lagi pula, bukan semata-mata karena engkau sanggup kerjakan lalu engkau boleh langsung
janjikan. Melainkan, engkau harus juga menimbang masak-masak, apakah apa yang engkau
janjikan itu  berguna atau tidak bagi  anak itu? 

Maka, di dalam Kitab “Di Zi Gui” terdapat kalimat yang berbunyi:
[事  非  宜 - Hal hal diluar Kewajaran; 勿  轻  诺 - Jangan Mudah Membuat Janji;
苟  轻  诺 - Terlanjur Membuat Janji; 进 退 错 - Akan Mempersulit Diri Sendiri.]

Jadi, wahai para orangtua, anda senantiasa harus mempertimbangkan masak-masak dan
cermat dalam berkata-kata.

Di atas telah dibahas bahwa antara Ayah dan Anak harus ada Saling Percaya. Di samping
itu, yang tak kalah penting adalah: Ayah Menyayangi Anak, dan Anak Berbakti kepada Ayah/
Ibu. Banyak petuah orangtua berbunyi: “Seorang anak yang lahir di suatu keluarga, sudah patut
mendapat pendidikan keluarga dalam usia sedini mungkin. Ini adalah kewajiban mulia seorang
manusia. Sejak usia dini, sang anak sudah harus ditanamkan kewajiban mulia seorang anak untuk
berbakti kepada orangtua.

      Dahulu kala, di zaman Dinasti SONG, hidup seorang cendikiawan bernama  Zhu Shou Chang 
朱  寿  昌, Dia saat berusia tujuh tahun, ia dipaksa berpisah dengan ibu kandungnya.  Dikisahkan
bahwa ibu kandung berstatus isteri muda dari ayahnya. Dan sang isteri tua sangat cemburu serta
membenci si isteri muda. Ia pun mengusir isteri muda keluar untuk dinikahkan pada keluarga lain.
Maka sejak usia tujuh tahun, Zhu Shou Chang hidup terpisah dari ibu kandungnya. Coba anda
bayangkan anak berusia tujuh tahun sudah harus mengalami tragedi hidup sepedih ini. Sebuah
ujian hidup yang maha berat. Akan tetapi anak ini tak pernah sedetikpun melupakan ibunya. Pada
usianya itu telah bertekad pada suatu hari akan mencari dan mendapatkan kembali ibu tercintanya.
Menyaksikan seorang anak berusia tujuh tahun telah menunjukkan sikap begitu berbakti kepada

78

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

ibunya, sungguh membuat orang terharu. Banyak orang tentu bertanya, bagaimana mungkin anak
berusia tujuh tahun dapat bersikap demikian mulia?  Ya, itu semua mungkin saja terjadi apabila
sejak usia dini, anda sebagai orangtua telah mendidiknya dan menanamkan dalam diri anak anda
Moral Etika Di Zi Gui. 

 Sebagai cendikiawan berbakat, karier Zhu Shou Chang pun meningkat dengan pesat. Di Era
Kaisar Song Shen Zong  宋  神  宗,ia telah dianugerahi jabatan tinggi di istana. Pada usia 57 tahun,
ia pun membulatkan tekad mencari ibu kandungnya yang telah hilang selama 50 tahun lamanya.
Ia pun berpesan kepada seluruh anggota keluarganya, bahwa ia telah bertekad mencari ibunya
sampai ketemu. Dan bila akhirnya tidak berhasil, ia pun bersumpah tidak akan pulang. Alhasil,
berkat tekad bajanya dan sikap pantang menyerah, ditambah dengan sambung rasa antara ibu
dan anak yang begitu kuat, maka tanpa direncanakan, tibalah ia di Propinsi Shaan Xi, di suatu
tempat bernama Tong Zhou ( 同 州),Setibanya ia di kota itu, tiba-tiba hujan turun sangat lebat.
Ia pun terpaksa bermalam di kota itu. Seperti sudah ada yang mengaturnya ia pun mendapat
informasi tentang keberadaan ibu kandungnya di kota ini. Dan ia pun berhasil bertemu dengan ibu
tercinta.

Nah, Bapak Ibu sekalian, bila niat hati baik, bumi langit turut merestui kita.  Orang bijak
sering berkata: “Alam Semesta BERTAUTAN dengan hati nurani manusia. Bila manusia di suatu
negara  semua berhati mulia luhur, maka dapat dipastikan negara jaya makmur, dan rakyatnya
aman sejahtera. Sebaliknya, bila berhati busuk, negara dan rakyatnya akan dirundung malang dan
ditimpa bencana alam bertubi-tubi”.

       Bila ingin memperbaiki masyarakat yang tidak beres, orang tidak perlu berkeluh kesah semata
dan bertanya, dari mana harus memulainya?
Mulailah dari unsur dasar yang membentuk masyarakat, yaitu manusia. Dan itu berarti harus
dimulai dari HATI kita sendiri  yang harus mulai menjadi BAIK, baru kemudian mempengaruhi
lebih banyak orang untuk turut berubah menjadi manusia ber-HATI lebih BAIK. Dan pada akhirnya
hati manusia dalam masyarakat tersebut berubah menjadi baik, dan bencana alam yang menimpa
masyarakat tersebut pun lenyap. 

    Kembali kepada kisah Zhu Shou Chang yang telah berhasil menemukan ibunya yang
telah berusia hampir 80 tahun. Ibu dan anak sangat terharu. Keduanya berpelukan sambil

79

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

bercucuran airmata.  Zhu Shou Chang tidak hanya memboyong ibunya pulang, tapi ia juga
membawa pulang adik-adik tirinya yang lahir dari ayah yang berbeda. Semua turut diboyong
untuk hidup bersama.

Begitu mulia dan berlapang dada Zhu Shou Chang ini, walaupun lain ayah, Zhu tetap
menganggap adik-adik tirinya itu seperti adik kandungnya sendiri. Itulah yang disebut dalam Di Zi
Gui: Sikap RIGHTEOUSNESS - Kebenaran & Keadilan.  “Kakak menyayangi Adik; Adik menghormati
Kakak; Kakak Beradik hidup rukun ; itulah wujud dari Berbakti.” Jadi, tidak cukup hanya berbakti
kepada orangtua, tapi juga kakak harus sayang pada adiknya, dan adik harus menghormati kakak,
dan mereka hidup rukun.

Seperti telah kita simak dari kisah Zhu Shou Chang di atas, ada sebuah kisah lain yang juga
terjadi di Dinasti SONG. Kisah tentang seorang cendikiawan ternama bernama Huang Ting Jian
黄  庭  坚 , Walaupun telah menjabat sebagai Tai Shi - suatu jabatan kerajaan yang tinggi, tetap
saja setiap hari ia menyempatkan diri membersihkan pispot air seni ibundanya, padahal ada cukup
banyak pembantu rumah tangga di rumahnya ia tetap bersikeras setiap hari mengerjakan hal-hal
yang selayaknya dikerjakan oleh seorang anak, termasuk membersihkan pispot air seni ibunya.
Hal ini juga menunjukkan karakter lain dalam diri Huang, yaitu bahwa semua tugas yang menjadi
tanggung jawabnya akan dikerjakannya sendiri dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh
tanggung jawab. Coba kita perhatikan, Huang Ting Jian walaupun sudah berpangkat demikian
tinggi, dan telah memperoleh harta dan nama besar, apakah  rasa baktinya kepada orangtuanya
berkurang? Tidak.   Sebaliknya, mari kita simak apa yang terjadi dalam masyarakat kita zaman
sekarang? Orang telah berhasil dalam masyarakat dan menjadi kaya karena usahanya, apa yang
terjadi dengan kadar baktinya kepada orangtua?  Sangat besar kemungkinan , karakter orang itu
berubah karena kekayaannya. Ia bisa menjalani baktinya dengan uang, tetapi melakukan itu tanpa
HATI. Mari kita belajar dari orang bijak seperti pada kisah Huang Ting Jian di atas.

Di atas telah dibahas tentang “Hubungan antara Orangtua dan Anak” dimana “Apa yang
dijanjikan harus ditepati.”. Disamping itu harus ada” 信  义 - KESETIAAN” dan “ 要尽本分 –
Tunaikan tugas dan kewajiban masing-masing”.

Di zaman kuno, masih terpelihara suatu “Hubungan Antar manusia” yang juga berpengaruh
sangat besar terhadap kehidupan manusia, yakni “Hubungan Antara Guru Dengan Murid”. Pepatah

80

HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui

mengatakan: “sehari engkau bertindak sebagai GURU, maka seumur hidup engkau dipandang
sebagai Orangtua”. Dengan demikian, Hubungan antara Guru dengan Murid tidaklah beda dengan
hubungan antara Orangtua dengan Anak. Mari kita simak bagaimana seharusnya hubungan antar
Guru dengan Murid? Jawabannya adalah hubungan yang didalamnya saling percaya antar Guru
dan Murid harus dijaga. Apa yang diucapkan Guru harus ditepati. Dengan demikian sang Guru
akan dapat membuat sang murid tunduk dan menaruh hormat pada Guru dan apa yang dijanjikan
murid kepada Gurunya pasti juga akan dipenuhinya dengan sepenuh hati.

Mahaguru Confusius pada jamannya mendidik 3000 murid, 72 orang diantaranya dinobatkan
sebagai “贤人 - Orang Bijak”. Saat Maha guru meninggal dunia, semua muridnya membangun
gubuk tenda di sekeliling makam Guru mereka. Dan mereka berkabung di dalam gubuk-gubuk
yang mereka bangun selama tiga tahun lamanya. Apakah hal ini diatur dalam Hukum Negara?
Tidak. Mereka melakukan itu secara sukarela, didorong oleh” 恩义 – Ungkapan rasa terimakasih
dan kesetiaan mendalam”.

Alkisah, di jaman Dinasti MING, hidup seorang Menteri Kerajaan ternama bernama  史
可法 - Shi Ke Fa. Ia mempunyai seorang Guru bernama 左忠毅公 – Zuo Zhong Yi Gong, yang
menjabat sebagai Menteri Besar Kerajaan. Cerita berawal ketika Shi Ke Fa masih berstatus pelajar
cerdas. Pada suatu saat, Menteri Besar Zuo Zhong Yi Gong menyelenggarakan ujian Negara untuk
memilih calon-calon Pejabat Tinggi Negara. Semua pelajar terbaik dari semua penjuru Negara
datang ke Ibu Kota untuk mengikuti ujian Negara tersebut. Salah seorang dari mereka adalah Shi
Ke Fa.  Menjelang hari ujian, Menteri Besar Zuo Zhong Yi Gong turun ke bawah untuk blusukan
ke klenteng-klenteng. Disana para pelajar yang menempuh perjalanan jauh mampir untuk
bermalam, termasuk Shi Ke Fa. Secara kebetulan sang Menteri Besar mampir di malam hari ke
klenteng tempat Shi Ke Fa bermalam.  Shi Ke Fa saat itu baru saja menyelesaikan sebuah karangan
dan tertidur karena letih. Sang menteri besar yang sempat membaca tulisan tersebut, dan ia
terkagum-kagum pada isinya yang penuh dengan Semangat Patriotik. Begitu terharunya beliau
sampai-sampai ia segera melepas mantel yang sedang dikenakannya dan membaluti tubuh Shi Ke
Fa. 

Tibalah hari ujian, Sang Menteri Zuo Zhong Yi Gong yang bertindak sebagai penguji
mendapatkan sebuah kertas ujian A yang isinya dipenuhi dengan Semangat Patriotik. Kata-
katanya jelas dengan koreografi yang sangat indah. Beliau pun memberi nilai tertinggi sehingga

81


Click to View FlipBook Version