HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
lulus sebagai 状元 – Zhuang Yuan. Kertas Ujian tersebut tidak lain adalah milik Shi Ke Fa. Sudah
menjadi tradisi, bahwa para pelajar yang lulus dalam Ujian Negara wajib mendatangi Menteri
Penguji Utama dan mengangkat beliau sebagai Guru. Maka Shi Ke Fa pun memilih hari baik untuk
berkunjung ke rumah Menteri Zuo Zhong Yi Gong. Dan disana ia bersujud khidmat dihadapannya,
dan mengucapkan sumpah setia sebagai Murid. Menteri Zuo Zhong Yi Gong berpaling kepada
isterinya yang duduk disisinya sambil berkata: “Di kemudian hari, orang yang akan mewarisi cita-
citaku, bukan anakku, melainkan pelajar ini.”. Kemudian, Shi Ke Fa mengikuti jejak Gurunya dan
oleh kaisar Ming diangkat sebagai Menteri Kerajaan.
Namun, pada tahun-tahun terakhir Dinasti MING, menteri-menteri bermoral bejat yang
berkuasa. Guru dari Shi Ke Fa menanggung fitnah dan tanpa dosa dijebloskan kedalam penjara.
Shi Ke Fa sebagai murid yang setia merasa sangat terpukul dan khawatir akan nasib sang Guru.
Ia pun berupaya mendatangi penjara untuk menjenguk sang guru. Pada jaman itu pejabat tinggi
kerajaan korban fitnah seperti sang Guru pada umumnya mengalami siksaan-siksaan yang sangat
kejam. Sipir bui tidak segan-segan menusukkan sebatang besi yang telah dipanaskan hingga merah
ke dalam bola mata sang Guru. Dan kedua kakinya sampai sebatas dengkul di tebas hingga putus.
Setibanya ia di penjara, Shi Ke Fa memohon kepada Penjaga penjara agar di ijinkan menjenguk
sang Guru. Penjaga yang melihat ketulusan hati Shi Ke Fa ikut terharu lalu mengijinkannya
menyamar sebagai Petugas Kebersihan Penjara. Maka ia pun masuk ke dalam sel penjara tempat
sang Guru ditahan. Tatkala ia melihat keadaan Guru yang demikian mengenaskan, dengan air
mata bercucuran ia pun merangkul sang Guru erat-erat.
Sang Guru dengan mata tertutup masih dapat mengenal suara murid tersayangnya. Ia pun
menggunakan kedua jarinya untuk membuka kelopak matanya, dan samar-samar ia pun melihat
paras muridnya. Dan dengan mata melotot ia pun memaki Shi Ke Fa: “Apakah kamu sadar akan
kedudukanmu? Kamu adalah tulang punggung Kerajaan, mana boleh kamu menjerumuskan dirimu
ke situasi yang sangat berbahaya ini? Kalau sampai para pejabat pengkhianat itu tahu perbuatanmu ini
dan membunuh kamu, lebih baik aku saja yang turun tangan membunuhmu. Seusai berkata demikian,
sang Guru memungut sebuah batu besar di tangan untuk memukulkannya ke kepala Shi Ke Fa. Untung
Shi Ke Fa yang melihat gelagat kalapnya sang Guru cepat-cepat menyingkir jauh-jauh.
Kawan-kawanku sekalian, Sang Guru sebagai narapidana dalam kondisi yang begitu tragis,
begitu melihat murid kesayangannya datang menjenguk, pikiran apa yang pertama-tama muncul?
82
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Apakah ia memikirkan kepentingan dirinya? Tidak. Yang dipikirkannya adalah kepentingan Negara,
dan kepentingan keamanan diri sang murid. Akhir cerita, nyawa sang Guru tidak tertolong. Ia
meninggal di dalam penjara, Shi Ke Fa selamat dan dipercayai Raja dengan berbagai jabatan
Kerajaan penting. Antara lain, ia pernah ditugasi Negara memimpin pasukan kerajaan memerangi
pemberontak di perbatasan Negeri. Saat menjalakan tugas jaga, ia biasa memerintahkan pasukan
berjaga bergilir tiga shift. Dan ia pun bersama pasukannya ikut berjaga dan menolak beristirahat.
Ketika serdadu bawahannya memohonnya untuk menjaga kesehatan dan beristirahat, ia pun
menanggapi permohonan bawahannya itu dengan berkata: Apabila saat saya beristirahat, musuh
datang menyerang, maka Negara pasti dirugikan. Lalu bagaimana saya dapat mempertanggung
jawabkan diriku kepada Negara, dan kepada Guruku?
Dari sini kita dapat melihat bahwa Shi Ke Fa sesungguhnya tidak pernah melupakan ajaran-
ajaran sang Guru. Kita lihat zaman dulu, bagaimana seorang murid membalas Budi baik sang Guru?
Tidak lain dengan “Menjalankan apa yang diajarkan Guru”. Setiap kali Shi Ke Fa cuti ke kampung
halamannya, bukanlah rumah keluarganya yang pertama-tama didatanginya, melainkan janda
sang Guru. Dan, bahkan seluruh sanak keluarga Sang Guru dirawatnya seperti sanak keluarganya
sendiri. Inilah contoh kesetiaan seorang murid pada Guru.
Dalam 5 Prinsip Moral Hubungan Antar Manusia, Prinsip Ke 2 berbunyi: “Antara
Penguasa dengan Bawahannya terdapat Kebajikan, Kebenaran dan Keadilan”. Tidak boleh
ada kata-kata bualan keluar dari mulut seorang penguasa. Demikian pula, janji/komitmen
yang telah diucapkan seorang bawahan kepada atasan/pemimpinnya wajib ditepati. Jadi
dalam “Hubungan antar Penguasa dengan Bawahan”, di samping menjaga kepercayaan
atas kata-kata yang telah diutarakan, juga harus menjaga: “Kewajiban” masing-masing, “Moralitas
dan Keadilan”, dan “Kesetiaan”. Mari kita simak bagaimana Raja YAO DI (尧 帝) memperlakukan
rakyatnya.
Pada suatu hari Raja Yao Di turun “blusukan” ke jalan-jalan di ibu kota. Secara kebetulan
beliau berpapasan dengan dua orang rakyatnya yang ditangkap polisi dan sedang digiring ke
penjara. Melihat hal ini, Raja Yao Di dengan rasa khawatir menghampiri iring-iringan polisi itu,
lalu bertanya kepada kedua warganya itu: “Kesalahan apa yang kalian perbuat, sehingga kalian
ditangkap?”. Kedua orang itu menjawab: “Karena kemarau panjang menyebabkan gagal panen
dan kelangkaan pangan. Maka untuk keluarga kami, kami terpaksa mencuri bahan pangan milik
83
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
orang lain. Mendengar penjelasan mereka sang Raja merasa sangat terpukul dan menyesal. Ia
langsung memberi perintah kepada petugas polisi tersebut “Kamu boleh membebaskan kedua
rakyatku ini, dan sebagai ganti kedua orang ini, kamu boleh menahan saya”. Sang Polisi kaget
dan terheran-heran mendengar perintah raja tersebut. Bagaimana mungkin saya diperintah
menangkap seorang Raja? Raja Yao Di selanjutnya berkata: “Karena sebagai Raja, aku tidak
menjalankan Kebajikan. Akibatnya, Alam murka dan untuk waktu lama hujan tidak turun. Inilah
Kesalahanku yang pertama. Kesalahanku yang kedua adalah: Aku telah tidak mendidik baik-baik
rakyatku. Jadi aku telah melakukan dua kesalahan, maka yang seharusnya ditahan adalah aku.
Saat Raja Yao Di baru selesai mengucapkan kalimat terakhirnya, awan pekat tiba-tiba
menyelimuti langit biru. Tak lama kemudian turunlah hujan lebat, hujan pertama setelah kemarau
panjang di Negeri Yao. Seluruh rakyat negeri bersuka ria. Dari kisah di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa: apabila seorang Raja/Penguasa dengan tulus menyayangi rakyatnya, Ketulusan Hatinya
pasti akan tertularkan kepada rakyat di seluruh negeri. Dan rakyat akan mengikuti jejak Sikap
dan Perilaku sang Raja. Maka tumbuhlah Rasa Kasih Sayang dan semangat Kekeluargaan antar
sesama, dan Alam pun akan bermurah hati dan menjauhkan berbagai bencana dari negeri itu.
Kawan-kawanku sekalian, janganlah engkau mengecilkan arti sebuah Hati yang Tulus.
Dimana terdapat Ketulusan Hati, Batu Karang Keras pun akan Terbuka karenanya. Mengapa
Kaisar-kaisar Bijak zaman dahulu banyak meninggalkan Nama Harum bagi generasi-generasi
berikutnya? Tidak lain, kesemuanya berasal dari Kebajikan yang beliau-beliau tunjukkan kepada
rakyat.
Pada jaman dinasti XIA (夏朝),Raja Da Yu adalah Pemimpin pertama Dynasti XIA. Dalam
Sejarah Tiongkok beliau terkenal sebagai Raja pakar pengendali Air Bah. Ada sebuah kisah tentang
beliau ketika sedang bertugas mengendalikan Air Bah. Tiga kali ia lewat di depan pintu rumahnya,
namun ia menolak untuk singgah sejenak. Mengapa? Sebab ketika itu, Air Bah sedang dalam
keadaan sangat kritis. Apabila saat itu beliau lengah dan air bah datang tiba-tiba, bukan hanya
beliau dan keluarganya yang terkena musibah, tapi juga ribuan bahkan puluhan ribu orang akan
menderita akibat air bah tersebut. Maka beliaupun gigih, bertekad, dan dengan kewaspadaan
tinggi berupaya mengendalikan air bah.
84
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Da Yu menikah hanya empat hari sebelum Air Bah melanda daerahnya. Ia meninggalkan
keluarganya demi tugas mengendalikan banjir. Dan sejak itu, selama delapan tahun beliau tak
pernah pulang. Sebab memang beliau menghabiskan tidak kurang dari delapan tahun untuk
mengendalikan air bah. Beliau menemukan cara jitu untuk mengendalikan banjir, dan cara itu
dikenal dengan “Pembuatan saluran-saluran baru untuk mengalirkan Air Bah. “Cara ini telah
dengan jitu berhasil mengendalikan banjir. Cara ini jelas berbeda dengan cara yang dipakai Ayahnya,
yang menggunakan cara dibendung atau disumbat. Cara ini telah gagal mengendalikan air bah,
sebab air telah meluap dan keluar dari bendungan. Kisah tentang cara Da Yu mengendalikan Air
Bah ternyata juga ampuh dipakai untuk pendidikan anak di keluarga. Salurkan pendidikan anak
sesuai dengan bakat dan minat anak. Menjalankan pendidikan Anak harus bertolak dari Materi
yang dimiliki sang anak. Bimbing dan didiklah anak sesuai dengan watak, bakat dan minat sang
anak.
Jadi, dari kisah Raja Yao Di dan Raja Da Yu kita dapat menangkap dengan jelas bagaimana
seharusnya Kebajikan yang ditunjukkan seorang pemimpin kepada rakyatnya. Bagaimana
sepatutnya rakyat memperlihatkan sikap kepada pemimpin yang Bajik? Tidak lain hanya dengan
senantiasa mengenang dan membalas Budi Baik sang Pemimpin. Pepatah mengatakan “君 仁
臣 忠 - jun ren chen zhong” yang mengandung makna: Seorang Raja/Pemimpin harus penuh
welas asih, senantiasa peduli terhadap kehidupan rakyat. Dan seorang bawahan/Rakyat harus
senantiasa merasakan dan membalas Budi Baik sang Raja/Pemimpin sekuat tenaga dan dengan
seluruh pikiran dan kesetiaan kepada Raja/Pemimpin. Kesetiaan yang dimaksud adalah Kesetiaan
rasional dan kritis, yang senantiasa berani menasihati pemimpin. Apabila ia melakukan Kesalahan.
Mari kita simak bersama hal ini: Mengelola sebuah Perusahaan dapat disamakan dengan
mengelola sebuah negara. Sebagai Pemimpin Perusahaan, yang pertama dipikirkannya adalah
bagaimana menyejahterakan karyawan dan bawahannya. Bukan sebaliknya, hanya memikirkan
kantongnya saja. Apabila yang engkau pikirkan hanya mempertebal kantongmu sendiri, dan sama
sekali meremehkan kepentingan Karyawanmu, maka sudah dapat dipastikan, bawahanmu takkan
berlama-lama bergabung dengan kamu.
Mahaguru MENSIUS pernah mencetuskan sebuah Ajaran maha penting sebagai berikut: “Bila
Raja memperlakukan Bawahannya bagai tangan & kakinya, maka Bawahannya akan memandang
Raja bagai jantung hati mereka. Bila Raja memperlakukan Bawahannya bagai binatang peliharaan,
85
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
maka bawahan akan memandang Raja bagai warga biasa. Bila Raja memperlakukan bawahan
bagai rumput ilalang, maka bawahan pun akan memandang Raja bagai musuh.”
Jadi, dari Ajaran Mensius tersebut di atas dapat dipahami, bahwa bila sebuah perusahaan,
sebuah organisasi, tidak berjalan baik, siapakah yang harus memikul tanggung jawab terbesar?
Jawabannya adalah: Pemimpinnya. Pepatah mengatakan: “Yang di atas menjalankan, yang di
bawah meniru” Jika suasana dan lingkungan kerja perusahaan tidak sehat atau tidak kondusif,
Pemimpinlah orang yang bertanggung jawab. Tanggung jawabnya dapat digantikan oleh orang lain.
Jadi, wahai para pemimpin perusahaan atau organisasi, janganlah bersikap seolah-olah staf dan
karyawanlah yang bersalah bila hal tidak beres terjadi pada perusahaan. Bersikaplah jantan dan
penuh tanggung jawab. Bila suatu hal berjalan tidak beres, terlebih dahulu lakukanlah Mawas Diri,
apa yang kurang pada diriku. Lalu berupaya memperbaikinya. Sebaliknya, karyawan atau bawahan
wajib senantiasa mengenang Budi dan jasa Pimpinan, karena telah mengenyam pertumbuhan
perusahaan yang bisa dirasakan melalui peningkatan kesejahteraan karyawan. Sebaliknya, setelah
lebih dari 10 tahun, tiba-tiba perusahaan mengalami kemunduran dan kesulitan, tidak pantas jika
sebagian karyawan mogok kerja sebagai tanda protes. Padahal kesulitan yang dialami Perusahaan
bukan karena ulah pemimpin perusahaan, melainkan disebabkan faktor eksternal diluar kendali
pemimpin Perusahaan. Sungguh menyedihkan.
Kehidupan manusia adalah seperti Pepatah Manchuria yang berbunyi: “Seumur hidup dijalani
dengan tiga kali masa Kejatuhan dan tiga kali masa Kemakmuran”. Dalam kehidupan Manusia, tak
terhindarkan, pasti terjadi Pasang Surut, Naik Turun. Hal ini tidak hanya terjadi pada individu dan
Rumah Tangga, tetapi juga pada Perusahaan. Sebuah Perusahaan yang berkembang lancar selama
belasan tahun membuat seluruh karyawan ikut menikmati pertumbuhannya. Kesejahteraan
mereka turut meningkat. Ekonomi Keluarga merekapun terjamin, putra putri mereka dapat
bersekolah dengan tenang. Tentu saja semua ini dapat terjadi terutama berkat Kerajinan, Keuletan
dan prestasi para karyawan perusahaan tersebut. Tetapi tidak boleh dilupakan jasa Perusahaan
tempat kalian bekerja, dan juga jasa para pemimpin serta pemilik perusahaan. Selesai bertugas
seorang karyawan dapat langsung pulang ke rumah untuk beristirahat. Tetapi bagaimana dengan
Pemimpin dan Pemilik perusahaan? Sampai tengah malam mereka masih memikirkan Masa
Depan perusahaannya, masih memikirkan Arus Kas perusahaan.
86
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Jadi sebagai bawahan, kita jangan sekali-kali memandang Pemilik dan Pemimpin Perusahaan
hanya dari sisi ekonomi keluarganya yang lebih makmur. Kita juga harus mengakui bahwa
sumbangsih mereka bagi perusahaan tidak lebih sedikit dibanding dengan apa yang dilakukan
para karyawan bagi perusahaan. Budi dan Jasa Pemilik dan Pemimpin Perusahaan tidak boleh
kita lupakan. Janganlah, umpamanya ketika Perusahaan goncang atau mengalami kemunduran,
para karyawan lama lantas bertindak emosional dan meninggalkan perusahaan. Siapa yang rugi
dengan tindakan emosional ini? Tiada lain, karyawan itu sendiri. Perusahaan yang ditinggalkannya
kemungkinan pada suatu hari bisa bangkit kembali, sementara kesempatan bangkit kembali bagi
si karyawan telah tertutup rapat.
Jadi sesungguhnya, manusia jangan sekali-kali bertindak emosional dan irasional. Jika anda
tidak puas dengan kebijakan perusahaan tertentu, secara tenang dan rasional ajukan usul-usul
perbaikan kepada pimpinan perusahaan. Bukalah pintu komunikasi dengan pimpinan. Apabila
Pemimpin yang bersangkutan memang peduli dan terbuka terhadap usul dari bawahan, maka
dengan tulus ia akan melakukan perbaikan dan para bawahan pun akan sangat menghargainya.
Dengan demikian, semua persoalan diselesaikan dengan damai.
Ingatlah Pepatah: “Hanya pada Keluarga atau Perusahaan yang dipenuhi Kedamaian akan
timbul Kejayaan, Kemakmuran dan Kebahagiaan”. Kesimpulan: Dalam Hubungan antara Penguasa/
Pemimpin dan Bawahan, kita harus senantiasa sadar akan kedudukan kita. Kita senantiasa sadar
apa yang sepatutnya menjadi tugas dan kewajiban kita. Kebajikan yang patut kita jalani, Budi Baik
yang patut kita kenang dan balas, dan Manusia yang senantiasa bersikap dan berperilaku seperti
di atas akan selalu mendapat tempat yang layak dalam masyarakat
87
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
88
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB: XXVIII
“ MENJAGA KEPERCAYAAN”: PENERAPANNYA PADA 5 PRINSIP
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA (五 伦:WU LUN )
Pada BAB 28 ini kita akan memasuki TEMA/TOPIC ke-4 dari Ajaran Di Zi Gui yakni “ 信 - XIN:
Menjaga KEPERCAYAAN”. Menilik Karakter 信 ( XIN ),yang disebelah kiri: Karakter 人(REN)
yang berarti “Manusia”, dan di sebelah kanan: karakter 言(YAN) yang berarti “Ucapan”, maka
Di Zi Gui memulai Tema/Topik ini dengan kalimat: “Apa yang Engkau ucapkan”, “Kepercayaanlah
yang engkau dahulukan”. Karakter “信 - XIN” masih mengandung makna yang lebih mendalam,
yakni “Kewajiban Moril Menjaga Kepercayaan”.
Kewajiban Moril seseorang tak perlu diucapkan. Tetapi harus senantiasa disimpan dalam
HATI, dan tidak boleh dilupakan sekalipun. Pada Bab-bab yang lalu pernah dibahas “Hubungan
antara Orangtua dengan Anak”, dengan mengambil kisah bagaimana seorang Zhu Shou Chang
yang telah terpisah dengan Ibundanya selama 50 tahun, sekalipun tak pernah sedetik pun
melupakannya, tak pernah sedetik pun mengurangi upayanya mencari Ibundanya. Pada akhirnya ia
berhasil menemukan sang Ibunda, membawanya pulang bersama-sama dengan adik-adik tirinya.
Ini sebuah contoh nyata, bagaimana Kewajiban Moril seorang anak senantiasa disimpannya
didalam hati, dan tak pernah dilupakannya.
Ketika bermukim di Australia, saya seringkali mendengarkan “Cerita-cerita bermuatan
Moral” yang dituturkan oleh Guru YANG. Setiap kali mendengarkan cerita-cerita itu saya tak bisa
menahan airmataku. Mengapa demikian? Sebab setiap cerita Moral yang dituturkan membuat
saya dapat menghayati Apa dan Bagaimana Nikmatnya menjadi Manusia Seutuhnya. Dan semakin
asyik aku mendengarkan Kisah-kisah mulia tersebut, semakin pula Hati Kecilku berteriak lantang:
Demikianlah sepatutnya manusia harus menjalankan Kehidupannya, maka hidup baru terasa
bermakna. Sebuah Kisah Moral yang sangat berbekas dalam hati sanubariku berjudul: “ 子 路
负 米 - Zi Lu Memanggul Beras”.
89
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Begini kisahnya: Pada jaman dahulu kala, hidup seorang Pelajar bernama “Zi Lu”. Walaupun
hidup dalam kemiskinan, ia tetap berupaya sekuat tenaga menyayangi dan merawat Ibundanya.
Setiap kali membutuhkan beras, keluarganya hanya bisa memperolehnya dari tempat yang berjarak
seratus li jauhnya. Dari tempat itu ia berjalan sambil memanggul beras yang dibelinya. Sepanjang
jalan ia tak pernah mengeluhkan beratnya panggulan berasnya.
Sebaliknya dalam hatinya ia merasa mantap dan gembira. Hal ini karena ia sepenuhnya
menghayati bahwa ia sedang memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak. Belakangan Zi Lu
berhasil menjabat sebagai seorang Menteri Kerajaan, dan hidupnya bertambah makmur. Sayang
sekali kedua orangtuanya telah tiada. Kini, setiap kali berhadapan dengan hidangan yang berlimpah,
ia tak berselera sama sekali.
Rekan-rekan yang duduk semeja dengannya bertanya: “Hidangan-hidangan ini demikian lezat,
kok kamu tidak berselera? ” Zi Lu menjawab: “Kedua orangtuaku telah tiada, saya sudah tidak mungkin
lagi berbagi dengan mereka. Keadaan seperti ini tidak bisa dibandingkan dengan keadaan dimana
saya masih berjalan memanggul beras ratusan kilometer untuk dimakan bersama orangtuaku. Pada
waktu itu, menyantap nasi terasa begitu nikmat. “
Bagaimana cara mempelajari Ajaran-ajaran Orang-orang Bijak? Hal-hal terpenting apakah
yang wajib dipelajari dari Ajaran-ajaran Orang-orang Bijak? Hal terpenting yang perlu kita pelajari
adalah ISI HATI orang-orang Bijak. ISI HATI Orang-orang Bijak adalah sebagai berikut: Tidak pernah
melupakan Prinsip Moral Mahaguru Confusius yang terdiri atas:”Berbakti Kepada Orangtua”;
“Menghormati yang lebih Tua”; “Kesetiaan”; Kepercayaan”; “Tata-Krama”; “Kebenaran/Keadilan”;”
Bersih/ Jujur”; “Tahu Malu”.
Apabila orang senantiasa menjunjung prinsip-prinsip Moral sebagai pedoman untuk
Pergaulan Antar Manusia, apabila orang senantiasa berperilaku berlandaskan Prinsip
Moral Confusius, maka semua kebiasaan buruk yang ada pada orang itu akan sirna secara
alamiah. Ketika kita mempelajari Di Zi Gui, kita pun senantiasa mengangkat Isi Hati & Jalan
Pikiran Mahaguru dalam melakukan Pengamatan Diri; Introspeksi Diri; Belajar dengan tekun dan
rajin; Saat ilmu telah engkau kuasai maka pikiran dan hati yang tersumbat akan terbuka lebar.
90
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Dan apabila seseorang dengan kesungguhan hati menggunakan Isi Hati dan Perilaku Mahaguru
Confusius sebagai pedoman bertindak dan bersikap, maka setiap hari ia telah menanamkan bibit
Karma baik bagi dirinya.
Pada bab sebelumnya sudah kita bahas bahwa sebagai bawahan atau rakyat, kita harus setia,
senantiasa mengingat budi baik Atasan, dan membalasnya kapan saja ada peluang untuk itu. Tetapi
bawahan juga tidak tinggal diam ketika Atasan lalai atau melakukan. Adalah kewajiban kita sebagai
bawahan menasihati atasan kita dengan tulus dan lembut. Namun, jauhilah Sikap serta Perilaku
menjilat atasan anda. Bawahan Penjilat tidak akan berani menunjukkan kesalahan Atasan, Dan
Atasan yang senang dengan Bawahan penjilat pasti bukan pemimpin yang baik. Bawahan dengan
sifat suka menjilat tidak akan memetik manfaat apapun dari Atasan yang senang dijilat. Hal ini
karena Atasan tersebut cepat atau lambat akan tergeser dari kedudukannya. Dan engkau pun akan
ikut terseret ke bawah.
Jadi, bagaimana sikap terbaik menghadapi atasan? Bersikaplah cermat dan benar. Patuhi
dan jalankan Perintah-perintahnya. Namun bila perintah tersebut keliru dan akan mengganggu
kepentingan masyarakat banyak, engkau wajib mengingatkan dan menasihati Atasanmu itu.
Terutama, bila engkau adalah Pelayan Publik, yang harus engkau pertaruhkan adalah Tugas Moral
kamu dan kepentingan masyarakat banyak. Bukan Kepentingan pribadimu. Dengan demikian,
engkau akan memperoleh kekuatan lebih untuk tidak gentar berterus terang menasihati atasanmu.
Dan karena engkau senantiasa bertindak berdasarkan Kewajiban Moral dan kepentingan orang
banyak, maka kemampuanmu pun akan makin meningkat. Dan ketika Kemampuanmu makin
meningkat, begitu seorang Pemimpin yang Bijak dipromosikan menjadi Atasanmu, maka siapakah
yang dipercayainya menjadi Pembantunya? Pastilah orang yang kompeten dalam bidang tugasnya
dan yang dapat dipercaya. Bila saatnya tiba, tak perlu engkau kejar peluang itu, karena peluang
itulah yang datang menghampiri engkau. Kesimpulannya: bila engkau dalam kehidupanmu berjalan
pada JALAN MORAL & ETIKA, Hidupmu akan mengalir lancar-lancar saja, ibarat “air tiba, Saluran
pun tersedia”. Dan engkau tidak perlu hidup dalam kebimbangan akan kehilangan sesuatu dalam
hidup ini.
Belasan tahun yang lampau, ketika kawasan Asia Tenggara dilanda Krisis Moneter, banyak negara
Asia mengalami Krisis Ekonomi dan Keuangan yang dahsyat. Pada waktu itu pula, di Korea Selatan
muncul sebuah kisah unik: akibat krisis moneter, sebuah perusahaan mengalami masalah besar
91
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
dan berada diambang kebangkrutan. Pada saat-saat kritis itu seluruh staf dan karyawan perusahaan
tersebut menarik uang tabungannya di Bank, mengumpulkannya menjadi satu dan bersama-sama
mereka menghadap Pemilik Perusahaan lalu berkata: “ Perusahaan ini tidak boleh tutup. Tabungan
uang kami ini kami pinjamkan kepada Bapak untuk dipakai menjalankan roda perusahaan.” Inilah
contoh nyata Hubungan Antara Penguasa/ Pemilik dengan Bawahan yang penuh dengan Moral
Etika, penuh dengan Rasa Kesetiakawanan.
Bagaimana mungkin kisah yang menyentuh hati ini dapat terjadi di Korea? Dari mana orang-
orang Korea itu belajar Moral Etika tersebut? Jawabannya: dari Ajaran Confusius. Ternyata
Ajaran Confusius telah menyebar jauh melampaui batas-batas Negara Tiongkok hingga mencapai
Negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea. Bahkan di Korea, Ajaran Confusius dan
Budaya Tiongkok telah tertanam demikian kokoh di tengah-tengah masyarakat negeri itu. Terbukti
sejak Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi di Korea, Ajaran Confusius telah dimasukkan
dalam Kurikulum Pendidikan. Dan kebanyakan orang Korea merasa bangga dan terhormat atas
penguasaannya akan Ajaran Confisius. Guru CAI mengakhiri Topik ini dengan menghimbau kepada
Orang-orang Tionghoa agar lebih memahami dan menghargai Warisan Nenek Moyang yang tak
ternilai.
Kalau ternyata warisan Nenek Moyang Tionghoa tidak ingin dihidupi di negeri-negeri tetangga
Tiongkok, itu pertanda bahwa Anak Cucu Confusius sendiri kurang dapat memenuhi Kewajiban Moril
mereka sendiri. Berbicara tentang “Menjaga Kepercayaan” adalah berbicara tentang “Kewajiban
Moril”, tentang Tugas Yang Melekat pada diri masing-masing. Pada Bab terdahulu telah kita bahas
tentang “Kewajiban Moral” dan “Kewajiban Budi “ yang melekat pada Hubungan Antara Penguasa
dan Bawahan/Rakyat.
Masih dalam hal Hubungan antar Penguasa dengan bawahan, kita juga telah membahas
tentang: Tidak bijak bagi bawahan bertindak emosional dan irasional terhadap Atasannya. Bahwa
penting melakukan komunikasi dengan Atasan dengan rasional dan bijak. Jadi bila kita tilik secara
saksama, mengapa konflik antar manusia dapat terjadi? Kebanyakan adalah karena Jarak yang
demikian jauh. Kurangnya Komunikasi. Dan bila situasi kurangnya komunikasi dibiarkan berlarut-
larut, akan dengan mudah terjadi Polarisasi. Dan seterusnya menjadi Kontradiksi, yang berakhir
dengan Konflik. Jadi, Pemimpin wajib membuka Pintu Komunikasi selebar-lebarnya, dan juga harus
memiliki Kebesaran Jiwa untuk menerima nasihat bawahan. Dan menjadi Kewajiban bawahan pula
memberi nasihat kepada atasannya.
92
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Pada jaman Dinasti HAN, Kaisar Han Guang Wu Di ( 汉光武帝) mempunyai seorang menteri
kerajaan bernama SONG HONG ( 宋弘),Ia sangat jujur dan bersih, dan sangat bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya. Beliau menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum,
kedudukan yang sangat penting dalam kerajaan. Kaisar Guang Wu Di mempunyai seorang kakak
perempuan - Putri Hu Yang ( 湖阳)yang baru ditinggal mati suaminya. Kaisar Guang Wu Di berniat
mencarikan suami baru bagi sang kakak, dan ingin mencarinya dari jajaran menteri-menterinya.
Lalu Sang Kaisar bertanya kepada sang kakak: dari jajaran menteri-menteriku, mana yang kakak
paling kagumi? Puteri Hu Yang tanpa ragu menjawab, “Song Hong berpembawaan sangat santun
dan berperilaku penuh bajik.” Kaisar sangat paham akan komentar kakaknya ini, maka beliau pun
langsung memanggil Song Hong. Ia pun memancing menterinya itu dengan berkata, “Umumnya
pria jika sudah kaya raya selalu tergoda mencari teman baru. Jika sudah kaya dan berkedudukan
tinggi, selalu tergoda mengganti isteri”. Dengan kata-katanya itu Kaisar ingin memancing jalan
pikiran Song Hang, apakah ia bersedia menikahi kakaknya?
Kawan-kawanku sekalian, kalian tentu paham konsekuensi memperisteri kakak dari Kaisar?
Dalam sekejap dari seorang menteri biasa tiba-tiba menjadi keluarga bangsawan. Kebanyakan
orang akan bermimpi untuk mendapat kesempatan itu. Song Hong paham akan arah pembicaraan
Kaisar. Ia segera menjawab Kaisar dengan dua kalimat. “Persahabatan yang dijalin saat masih
hidup miskin dan susah tidak boleh dilupakan. Demikian pula isteri yang engkau kawini ketika kau
dalam kesulitan dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik tidak pantas engkau gantikan.”
Mendengar Song Hong berkata demikian, Kaisar pun mengurungkan niatnya menjodohkan
kakaknya dengan Song Hong.
Sikap dan Prinsip moral yang ditunjukan Song Hong tersebut bukan saja telah membawa
pengaruh terhadap keluarganya, tetapi juga terhadap semua pejabat-pejabat di kerajaan, bahkan
berpengaruh juga terhadap moral etik persahabatan dan kehidupan perkawinan beribu tahun
kemudian.
Dari kisah di atas dapat kita simak: Bila seorang cendikiawan bersikap “Tindakanmu di dunia
akan sejalan dengan Jalan Ilahi. Perilakumu di dunia akan menjadi hukum dunia. Perkataanmu akan
menjadi aturan dunia.” Maka kita senantiasa harus mengambil sikap: “Belajarlah sehingga engkau
layak dianggap sebagai guru. Bertindak sedemikian rupa sehingga kau layak dijadikan teladan
masyarakat”. Dengan sikap demikian, perbuatanmu benar-benar dapat mempengaruhi kelakuan
93
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
masyarakat. Kita semua yang hidup di zaman ini sepatutnya meneladani sikap dan perbuatan Song
Hong. Setiap kata dan perbuatan, setiap gerak-gerik, setiap pikiran yang terlintas wajib senantiasa
“memikirkan” kepentingan pasangan hidup kita. Jadilah manusia teladan di masyarakat.
Inilah prinsip moral “saling percaya” yang harus dijaga antara suami-isteri. Prinsip ke-4 dari 5
Prisip Hubungan Antarmanusia adalah: Hubungan antara saudara kandung yang dilandasi “Kakak
mengayomi dan menyayangi, adik menghormati”. Hubungan kakak-beradik juga perlu dilandasi
“kata yang diucapkan harus ditepati”. Jika antara kakak dan adik tidak ada sikap saling percaya,
maka kemungkinan besar suasana keluarga akan ricuh. Bahkan, sikap demikian akan berujung pada
bentrokan-bentrokan. Pendek kata, antara kakak dan adik harus ada welas asih dan budi asih, harus
bersatu dan kompak. Dengan demikian, kita dapat membuat hati orangtua kita merasa tenang dan
bahagia.
Ajaran dalam Di Zi Gui bahwa “Kakak mengayomi dan menyayangi adik, adik menghormati
kakak, kakak beradik rukun.” merupakan wujud dari bakti kepada orangtua. Memang orangtua
hanya sesekali saja menasihati anak-anaknya, bahwa kakak mengayomi dan menyayangi adik dan
adik menghormati kakak. Tetapi yang terpenting, orangtua melakukan tindakan dan perbuatan
nyata untuk diteladani anak-anaknya. Ingat akan pepatah di bawah ini. “Mendidik dengan memberi
teladan mendorong orang meniru. Mendidik hanya dengan kata kata hanya membuat orang
membangkang.”
Hal itu berarti bila sebagai orangtua sehari-hari anda telah bertindak dan berperilaku dengan
benar, maka anak-anakmu secara alamiah akan mengikuti jejak anda. Bila sebaliknya, anda
tidak melakukan apa yang anda ajarkan lewat kata-kata, mungkin anak-anakmu lama kelamaan
akan “bosan” dan membangkang dengan diam-diam. Bahkan keadaan ini bisa berujung pada
pertengkaran.
Sebuah peristiwa janggal yang banyak kita dengar akhir-akhir ini, gara-gara memperebutkan
harta, kakak-beradik saling mengadu di Pengadilan Negeri. Seorang Cendikiawan Tiongkok zaman
dahulu kala bernama Zhu Zi – 朱子 pernah mengarang sebuah norma pengelolaan keluarga bernama
“Norma Pengelolaan Keluarga oleh Zhu Zi”. Dalam norma tersebut, terdapat sebuah norma yang
berbunyi, “Sesama anggota keluarga pantang bertengkar yang berujung pada pengaduan kepada
yang berwajib.”
94
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Bagi sebuah keluarga, sebuah keluarga besar, pantangan terbesar adalah “Saling mengadu
kepada yang berwajib. Hubungan kekeluargaan harus penuh dengan saling asih, asah dan asuh.
Tanpa itu semua takkan ada kedamaian dan kerukunan dalam keluarga. Dan keluarga tanpa
Kedamaian dan kerukunan tak mungkin akan berjaya. Ketika anggota sebuah keluarga saling
mengadu di pengadilan hanya gara-gara rebutan harta, maka yakinlah harta hasil perebutan
itu takkan langgeng. Di samping hal buruk tersebut, bentrokan antara kakak dan adik, akan
meninggalkan suatu contoh buruk bagi keturunan-keturunan keluarga tersebut. Sudah terbayang
kehancuran pada keluarga ini. Jadi senantiasa ingatlah akan norma “Sesama pantang bagi anggota
keluarga saling mengadu ke pengadilan. Saling mengadu akan menuai akibat terburuk.”
Pada zaman Dinasti Ming hidup seorang wanita bermarga Chen. Kedua orangtuanya meninggal
dunia pada usia muda. Mereka meninggalkan Chen dengan dua adiknya yang berusia 6 tahun
dan 5 tahun. Sedangkan Chen sudah dewasa dan layak berumah tangga. Kedua orangtua mereka
mewariskan cukup banyak harta. Maka seluruh sanak keluarganya terus mengincar harta benda
mereka. Nah, Chen dihadapkan pada pilihan yang membutuhkan kecerdasan dan kebijaksanaan.
Ia harus menjatuhkan pilihan dengan tepat. Apabila ia memilih menikah, maka siapakah yang akan
menjaga dan merawat kedua adiknya? Maka akhirnya ia membulatkan tekad. Ia akan sepenuh
hati dan dengan penuh perhatian merawat baik-baik kedua adiknya. Kakak berhati mulia itu
tanpa halangan berhasil merawat dan membesarkan kedua adiknya hingga dewasa, menamatkan
sekolahnya, berkarier baik, dan berumah tangga. Sang kakak tetap hidup sendiri. Di usia lanjut,
kedua adiknya menjemputnya dan mengajaknya hidup bersama. Mereka merawat sang kakak
hingga akhir hayatnya.
Inilah sikap moral, sikap mengayomi penuh asih seorang kakak terhadap adik-adiknya. Inilah
sikap yang harus dimiliki seorang kakak terhadap adik-adiknya. Sesungguhnya bila kakak-beradik
terlampau menghitung-hitung untung rugi. Misalnya, merasa jika aku terlampau banyak melayani
adik-adik, maka aku akan dirugikan. Bila orang hidup terlampau berhitung-hitung, maka hidupnya
tidak akan mantap, tenang dan bahagia. Bila saudara kandungmu berada dalam kesulitan, anda
harus membantunya.
Di kota Shen Zhen hidup sepasang suami istri guru sekolah. Sang suami mempunyai seorang
adik perempuan yang beremigrasi ke Hawaii, Amerika Serikat. Di sana ia hidup dalam kesulitan
ekonomi yang berat. Suatu hari si suami berkata kepada isterinya, “Saya ingin membantu
95
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
adikku dengan seluruh uang tabungan kita berdua selama tiga tahun terakhir, sebab hidupnya
sangat sulit.” Pada saat itu, apa yang ada dalam benak pikiran sang istri? Dengan lapang dada ia
merelakan uang tabungan bersama selama tiga tahun untuk menolong adik iparnya yang berada
dalam kesulitan. Dengan demikian suami dapat melaksanakan prinsip moral seorang kakak yang
mengayomi dan menyayangi adiknya, sekaligus sang suami melaksanakan prinsip bakti kepada
orangtua, sebab kedua orangtua sang suami turut merasa bahagia dengan perbuatan sang kakak
menolong adiknya. Bila hubungan antara suami isteri diisi dipenuhi sikap tolong-menolong, maka
yakinlah hubungan antara keduanya akan semakin kokoh dan mesra.
Dengan mengorbankan sebagian harta yang dimiliki, mereka memperoleh kebahagiaan
rumah tangga.
Pepatah mengatakan: “Keharmonisan Keluarga membawa Kejayaan & Kemakmuran”. Dengan
tibanya Kejayaan dan kemakmuran, rejeki pun mengalir deras. Maka hidup manusia memang perlu
menunaikan Kewajiban Morilnya, berlapang dada, dan berpikiran jauh. Dan jangan terlampau
berhitungan. Inilah Hubungan Moral yang perlu ditegakkan antara kakak dan adik.
Mari kita simak Hubungan ke 5 dari Kelima Hubungan Antar Manusia yaitu: hubungan antar
teman harus dilandasi Saling Percaya. Antar teman, bukan cuma menepati apa yang diucapkan,
tapi juga menegakkan Kesetiaan dan Kewajiban Moril.
Alkisah, pada jaman Dinasti HAN hidup dua cendikiawan bernama Zhang Shao 张 劭 dan
Fan Shi 范 式,Keduanya bersekolah di sekolah yang sama, dan hubungan mereka sangat akrab.
Setelah tamat sekolah, mereka berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Sebelumnya mereka
saling berjanji bahwa dua tahun kemudian, pada hari yang sama, Fan Shi akan menyambangi
Zhang Shao di rumahnya. Dua tahun kemudian, pada hari yang dijanjikan, Zhang Shao berkata
kepada ibunya: “ Temanku Fan Shi akan tiba hari ini. Ibunya berkata: “Janji yang dibuat dua tahun
lalu, ibu rasa Fan Shi mungkin sudah lupa. Apalagi jarak rumah tinggal keduanya ribuan kilometer
jauhnya”. Zhang Shao berkata: “Temanku ini sangat teguh memegang janji, ia pasti akan datang”.
Mendengar ini Sang Ibu pun segera menyiapkan hidangan mewah untuk menyambut teman
puteranya itu. Seperti yang diharapkan, Fan Shi tiba di rumah Zhang Shao tepat tanggal dan
waktu. Kedua teman akrab ini saling melepas rindu sambil menyantap hidangan yang tersedia.
96
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Persahabatan keduanya semakin erat dari hari ke hari.
Beberapa waktu kemudian, Fan Shi sakit keras. Ia pun meminta isterinya mencari Zhang Shao
dan memberitahu dia bahwa ia sakit dan dalam keadaan sangat kritis, dan meminta Zhang Shao
hadir pada saat ia meninggal. Mendengar berita buruk ini, isterinya bergegas berangkat ke rumah
Fan Shi. Namun sebelum isterinya tiba di tempat tujuan, Fan Shi menutup mata untuk selamanya
dan siap dimakamkan.
Menurut tradisi adat Tiongkok, pekerja makam perlu menggali, mengukur dan mengarahkan
liang lahat sesuai dengan petunjuk Ahli. Namun, sebuah keanehan terjadi. Walaupun pengukuran
dilakukan berulang kali, hasil pengukuran yang tepat tidak diperoleh. Karena itu penurunan peti
mati keliang lahat tertunda terus menerus sampai Zhang Shao tiba di tempat pemakaman.
Pengukuran liang lahat pada saat Zhang Shao hadir langsung memberi hasil yang
tepat. Zhang Shao sendiri ikut menurunkan peti mati ke dalam liang lahat. Mengapa Fan
Shi menjelang ajalnya meminta Zhang Shao mengantarnya ke liang lahat dan mengu-
rus keluarganya sepeninggalnya, termasuk mengurus isteri yang ditinggalkannya? Sebab ia sangat
mempercayai Zhang Shao. Kita dapat menyimak di sini, betapa kesetiaan Persahabatan yang
terjalin erat antara dua sahabat membuat kita benar benar terharu.
Sebuah kisah lain bercerita tentang seorang cendikiawan bernama Zhu Hui(朱 晖). Di
sekolah Zhu Hui bertemu dengan seorang teman bernama Zhang Kan ( 张 勘),Walaupun
sekelas, mereka jarang berbicara satu sama lain. Zhang Kan diam-diam mengamati perilaku
dan sikap Zhu Hui. Dari pengamatannya akan Tutur Kata, Sikap dan Perilakunya sehari-hari, ia
berkesimpulan bahwa Zhu Hui memang teman yang dapat dipercayai. Pada suatu hari ZHang
Kan mendatangi Zhu Hui dan berkata: “Di suatu hari nanti, bila aku menutup mata, aku akan
menitipkan isteriku padamu untuk engkau rawat. Zhu Hui hanya menganggukkan kepalanya.
Beberapa waktu kemudian, Zhang Kan benar-benar menutup mata. Begitu mendengar berita
duka ini, Zhu Hui pun bergegas. Ia mengajak anaknya pergi ke rumah Zhang Kan untuk melayat
sambil membawa sangat banyak bingkisan untuk isteri almarhum.
Sang anak heran melihat sikap bapaknya, lalu bertanya: ”Ayah, aku perhatikan ayah
97
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
tidak begitu akrab dengan dia semasa hidupnya. Mengapa ayah memberikan bantuan
begitu besar kepada keluarganya? Zhu Hui pun menjelaskan: “Semasa hidup Zhang
Kan menitipkan isterinya pada ayah. Ia sampai meminta seperti itu tidak lain karena ia
sangat mempercayai ayah. Baginya ayah seakan bagian dari keluarganya. Maka dalam
hati kecil ayah berkata aku telah menerima dia sebagai sahabat dekatku dan bersumpah
akan menepati janjiku kepadanya”.
Dari kisah ini kita dapat menyimak betapa seorang sahabat sejati tak akan rela mengkhianati
janji sucinya. Sebab mengkhianati janji suci kepada sahabat sejati akan membuat hati nuraninya
tidak tenang. Dengan demikian kita melihat bahwa Zhu Hui telah menunaikan kewajiban moralnya
kepada sahabat sejati.
Maka, diantara kawan, kewajiban Moril apa saja yang perlukan dilakukan? Kewajiban pertama:
“Saling menasihati”, seperti Ajaran Di Zi Gui mengatakan; “Pujilah perbuatan baik yang dilakukan
kawan, maka kebajikan telah engkau tegakkan. Bila kesalahan kawan tidak engkau perbaiki maka
engkau pun melakukan kesalahan”. Apabila kawan berbuat kesalahan, dan kita tidak menasihatinya,
maka sesungguhnya kita telah lalai melaksanakan kewajiban moril kita. Jadi sekali lagi, kewajiban
pertama adalah “Saling Menasihati”.
Kewajiban Moril kedua adalah: “Kepedulian”, dan Kewajiban; Moril ketiga adalah:
“Saling memotivasi/memuji”. “Memuji Kebajikan yang dilakukan kawan, berarti engkau
telah turut berperan melakukan Kebajikan. Kawan yang menerima pujian akan termotivasi”.
Kewajiban Moril ke 4 adalah: “Tidak menyebar luaskan kabar-kabar tidak baik dari keluarga
kawan”. Tindakan seperti ini adalah tindakan tidak bermoral. Kewajiban Terakhir adalah: “Kewajiban
Tembus Harta”.
Khusus tentang kewajiban “Saling Menasihati”, Guru Cai sangat menekankan hal ini. Mengapa?
Karena pada masyarakat modern yang sangat kompleks ini, manusia hidup hanya dengan sepasang
mata. Maka tidak mungkin semua aspek dari sebuah persoalan dapat masuk dalam perhatiannya.
Jadi, semua orang, baik orangtua, anak-anak, maupun pimpinan dan bawahan, semua membutuhkan
“Nasihat atau Peringatan” dari istri, saudara-saudara kandung dan sahabat-sahabat. Sebab dengan
menerima peringatan dari orang-orang sekitar, kita akan menerima banyak masukan yang membuat
kita memahami banyak hal. Hal pertama yang paling penting adalah: kita harus siap menerima
98
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
nasihat dan peringatan orang. Yang terpenting kedua adalah: kita wajib dan paham bagaimana
menasihati kawan dan kerabat, apabila mereka melakukan kesalahan.
Selanjutnya,“Kepedulianterhadapsesamaharusterusmeneruskitapelihara,dankitawujudkan.”
Kepedulian terhadap sesama tidak terbatas pada kerabat dan kawan saja. HATI manusia hanya satu.
Tak mungkin Hatimu dibagi kedalam “DUA SISI”: sisi pertama penuh Kepedulian terhadap kawan dan
kerabat; sisi lainnya tak peduli terhadap orang-orang yang asing. Logikanya, apabila terhadap orang
yang asing saja, seseorang demikian peduli, maka sudah pasti terhadap orangtua, saudara, kerabat
dan kawan, ia akan lebih peduli. Maka sebagai orangtua kita wajib seringkali mengingatkan anak-
anak kita. Bila bertemu dengan orang cacat tubuh, maka kita harus lebih menghormati mereka. Bagi
orang cacat sikap orang lain yang tidak simpatik terhadapnya akan sangat menusuk perasaannya.
Maka suatu sikap simpatik dan hormat terhadap orang cacat perlu ditanamkan pada putera dan
puteri anda. Bila naik kendaraan umum dan melihat orang tua atau orang cacat juga naik, maka
segera ajak anak kita berdiri dan memberikan tempat duduknya bagi mereka itu. Inilah Sikap “Peduli
terhadap sesama” yang harus ditanamkan pada anak-anak kita.
Masih tentang “Sikap Peduli terhadap kawan”, kita diharapkan tidak berhenti pada Peduli
kepada kawan kita saja, tapi juga kepada orangtua kawan kita. Maka kawan tersebut akan sangat
terharu dan senang, bahkan saudara-saudaranya akan ikut bergembira. Dengan demikian, anda
tidak berteman dengan kawan itu saja, tapi juga dengan seluruh anggota keluarganya. Coba, saat
anda menelepon kawanmu itu, perlu basa-basi menanyakan kesehatan ayah dan ibunya. Bagaimana
perasaan kawanmu tersebut? Ia akan merasakan kehangatan persahabatan. Apalagi, anda juga
memperhatikan dan peduli terhadap “Pendidikan Putra & Putri” kawanmu itu. Maka lengkaplah
kepedulian anda kepada sesama.
Sebuah peristiwa terjadi saat Guru Cai berceramah di Kota Shen Zhen. Seorang nyonya hadir
bersama empat anaknya dan suaminya. Mereka mendengarkan Ceramah Di Zi Gui. Saat itu,
hubungan antara si nyonya dengan suaminya kurang harmonis. Usai ceramah si nyonya dengan
suaminya mendatangi Guru Cai lalu berkata: “Sebelum mendengar ceramah Guru, saya selalu
menyalahkan pihak lain, yaitu suamiku. Sekarang saya bisa menerima INTI Ajaran Confusius yang
berbunyi: “Apabila tindakanmu tidak diterima atau ditolak orang, jangan salahkan orang itu. Mawas
dirilah terlebih dahulu”.
Ayat dalam Ajaran ini menyadarkan ibu itu, bahwa ia memang belum berbuat cukup bagi
99
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
suaminya. Maka ia tidak sepantasnya menyalahkan suami. Terhadap anak-anaknya pun demikian.
Sebelumnya, si nyonya senantiasa menumpahkan kesalahan pada Anak-anaknya. Kini, setelah
mawas diri, ia sadar bahwa ia tidak cukup memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Nah,
setelah Pencerahan Ajaran Inti Confusius tersebut, timbul Kesadaran pada nyonya itu. Semua
kendala yang ada langsung sirna.
Selanjutnya, mari kita bahas: “Saling Memuji, saling Meneguhkan”. Dalam perjalanan Hidup
Manusia, sering terjadi Pasang Surut, Naik Turun emosinya. Pada saat seperti ini kita makin
membutuhkan dukungan, simpati dan empati dari teman. Sebuah pepatah berbunyi: “Antara
orang-orang bijak, saling memuji dan mendorong”. Bayangkan sebaliknya yang terjadi: merasa diri
paling hebat, mengatakan orang lain lebih buruk dari dia. Pada saat timbul pikiran seperti itu, ia
sebenarnya sedang menuju jurang kegagalan hidup. Orang seperti itu tak mungkin sukses dalam
hidupnya. Orang bijak dan terpelajar, semakin dalam ilmunya, semakin rendah hati perangainya”.
Ia memandang semua orang sama. Ia suka dan disukai orang.
Musuh terbesar kedua bagi seorang Cendekia adalah: Rasa Cemburu. Begitu rasa cemburu
muncul, bukan ia sendiri saja yang kena mudaratnya, dan bukan cuma orang yang dicemburuinya
yang terpengaruh. Masyarakat banyak juga akan terkena dampaknya. Cemburu mencerminkan
sikap manusia kerdil. Jadilah Manusia yang berlapang dada, sangat murah dalam memberi pujian
kepada orang.
Mari kita bersama-sama menjalankan Ayat dalam Di Zi Gui yang berbunyi: “Memuji Orang
melakukan Kebajikan, maka Anda sendiri telah bertindak Bajik. Orang yang menerima pujian
anda tersebut akan semakin termotivasi untuk bertindak lebik bajik. Bila anda melihat seorang
melakukan Kebajikan, segeralah berpikir mengikuti jejaknya. Walau belum dapat sebajik orang
itu, tetapi anda akan dapat semakin mendekati kebajikannya”. Jadi antara kawan, bila kita dapat
saling Memuji dan saling meneguhkan kebaikan kawan. Maka Persatuan dan Kesatuan dalam
sebuah organisasi akan semakin kokoh.
Moral Etika ke-4 adalah: “Tidak menyebarluaskan kabar tentang kondisi keluarga kawan”.
Kadang-kadang kawan yang mempercayai kita, membocorkan rahasia keluarganya kepada kita.
Maka sebagai kawan, kita wajib dengan sangat cermat dan hati-hati menyimpan baik-baik rahasia
keluarga kawan kita itu. Jangan sampai rahasia keluarganya tersebar luas keluar. Sebaliknya,
100
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
sebagai isteri atau suami dalam keluarga, urusan yang merupakan rahasia keluarga tidak perlu
diperbincangkan dengan orang lain.
Jika hal itu diketahui oleh suami atau isteri yang diperguncingkan itu, maka suami atau isteri
bersangkutan pasti akan marah besar. Hal demikian akan memperburuk hubungan suami-isteri.
Lebih dari itu, penghargaan masyarakat luas terhadap suami isteri tersebut akan berkurang.
Sebaliknya, bila seorang isteri di hadapan teman-temannya senantiasa memuji dan memuja
suaminya, jika pada suatu hari sang suami mendengar bahwa isterinya memuji dan memujanya
di depan orang-orang lain, maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk menjadi lebih baik agar
tidak mengecewakan sang isteri. Sesungguhnya sang suami itu merasa ia belum sebaik yang
digambarkan isterinya.
Etika Moril yang terakhir adalah: “Etika Persahabatan yang menembus tembok-tembok
Harta.”Hidup manusia tidak bisa terhindar dari siklus naik turun, pasang-surut. Jadi, kita
mungkin dihadapkan pada sebuah situasi dimana seorang teman benar-benar berada dalam
krisis. Di satu pihak ia harus membiayai orangtuanya yang tiba-tiba sakit berat yang butuh biaya
rumah sakit yang besar. Di lain pihak, usahanya sedang mengalami krisis, sehingga ia tidak
mampu menanggung biaya perawatan orangtuanya. Maka menghadapi keadaan darurat yang
membutuhkan pertolongan, kita wajib membantu semampu kita. Inti dari pertolongan bukan
pada jumlahnya melainkan mendesaknya pertolongan bagi yang membutuhkannya. Temanmu
yang mengalami keadaan kritis mendapatkan pertolongan dari anda dan kepedulian anda. Ia akan
sangat terharu. Inilah Etika Persahabatan yang menembus tembok batas harta.
101
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
102
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB XXIX :
PENYEBARLUASAN KEBIJAKSANAAN;
JADILAH MANUSIA YANG TERPERCAYA DAN BERMORAL ETIKA.
Kawan-kawanku sekalian, pada Bab sebelumnya kita telah membahas: “Antar kawan
harus ada Moral Etika dan Kepercayaan”. Kita juga sudah membahas bahwa antara kawan
harus ada “Saling Menasihati; Saling Peduli; Saling Memuji; dan Saling Menghargai”. Kemudian,
kita juga membahas: “Tidak menggunjingkan kekurangan/keburukan keluarga orang”; dan
terakhir: “kewajiban moril lintas harta”.
“Harta” disini terdiri atas dua jenis: “Harta Luar” dan “Harta Dalam”. Menolong dengan
Harta Dalam, berarti kita memakai “Tenaga” dan “Pengalaman serta Kebijaksanan kita” menolong
orang. Pepatah mengatakan: “Tolonglah mereka yang membutuhkan, dan menolong bukan
menolong semata – mata karena miskin”.
Kawan-kawanku sekalian, apa yang disebut miskin? Apakah tidak punya uang disebut
miskin? Orang yang saat ini tidak punya uang, asalkan orang itu mempunyai kemauan dan tekad
kuat, asalkan ia tidak berhenti Belajar, satu hari kelak ia akan kembali punya uang. Hanya mereka
yang tidak punya tekad untuk maju, tidak juga berkeinginan untuk belajar, orang semacam inilah
yang dapat dikatakan Miskin Tulen. Orang semacam ini, apabila anda membantunya dengan
uang, akan semakin besar ketergantungannya pada anda. Bahkan lama kelamaan ia malah merasa
sesuatu yang wajar saja ia menerima bantuan uang anda. Jadi, niat semula anda membantunya,
malah sebaliknya yang terjadi, anda telah “meracuni” jiwanya.
Jadi membantu / menolong orang pun harus menggunakan Kebijaksanaan (Wisdom)
kita. Bila tidak, bisa terjadi “Berhati Bajik, tetapi perbuatan buruk yang dilakukan”. Mari
kita ambil sebuah contoh nyata: Seorang kawan karibmu mempunyai kebiasaan buruk
peminum Alkohol berat. Keluarganya pun diterlantarkan. Pada suatu hari ia datang kepadamu
untuk meminjam uang, Apakah anda kabulkan permintaannya itu? Tentu tidak kan? Tetapi apakah
anda akan mengusirnya jauh-jauh? Tentu juga tidak, sebab perbuatan anda akan menimbulkan
103
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
permusuhan. Anda tetap akan mempersilahkan ia masuk dan duduk. Tetapi anda harus kokoh
dalam prinsip, takkan goyah terhadap bujuk rayunya.
Mulailah anda beri dia pencerahan tentang bagaimana layaknya menjadi Manusia
seutuhnya. Paparkan juga beberapa pengalaman hidup anda, bagaimana cara melepaskan
kebiasaan-kebiasaan buruk anda. Anda memotivasi dan mendorong semangatnya agar ia sadar
dan memperbaiki diri. Tentu saja anda perlu mempersiapkan, sejilid buku “Di Zi Gui” untuknya,
agar ia tidak kehilangan muka. Anda boleh berkata: “Kamu mempunyai seorang anak yang manis,
coba deh, kamu berikan buku ini kepada anakmu untuk dibaca dan dipahami. Kelak buku ini akan
sangat bermanfaat bagi kehidupannya”. Kemudian katakan juga kepadanya “Para Mahaguru Bijak
Tiongkok zaman dahulu pernah bersabda Pendidikan adalah: Apa yang dilakukan oleh yang di atas
akan di ikuti/di tiru oleh yang dibawah, Jadi kita sebagai orangtua wajib memberi Teladan Baik
bagi anak kita”.
Anda tentu tak perlu langsung berkata: “kamu belum memberi teladan baik bagi anaknya”.
Dengan cara halus seperti ini anda menasihati dia. Yakinlah sedikit demi sedikit ia akan berubah
menjadi baik. Sudah tentu keberhasilan ini sangat ditentukan oleh HATI-mu, oleh keyakinanmu
bahwa: “Semua manusia lahir dimuka bumi ini dengan watak/karakter mulia”. Hanya dengan
ketulusan hatimu, anda akan mampu mengangkat kawanmu dari lubang kenistaan.
Jadi, yang perlu kita tegakkan adalah “Kewajiban Moril Lintas Harta”. Harta di
sini bukan harta Uang melainkan Kebijaksanaan kita, Pengalaman Berharga kita. Bila
kita mau dan bersedia BERBAGI Kebijaksanaan, Pengalaman kiat-kiat hidup kita dengan
mereka yang membutuhkan, yakinlah kawanmu yang alkoholik itu, pada satu hari akan sadar.
Ia akan mengelola keluarganya dengan penuh tanggung jawab. Pertolongan anda seperti ini,
bukan cuma menolong sesaat saja, melainkan menolong seumur hidup.
Di atas kita telah membahas secara menyeluruh panca Prinsip Moril Hubungan Antar Manusia.
Kini, mari kita kenang bersama ajaran-ajaran Para Bijak yang masih dapat kita nikmati bersama
hingga hari ini, bagaimana kemunculannya dan bagaimana pula penyebarannya sehingga dapat
dinikmati ribuan tahun sesudah kemunculannya. Ajaran-ajaran mulia ini diciptakan oleh para
Bijak ribuan tahun lalu melalui keringat dan darah, melalui pengalaman-pengalaman yang penuh
dengan penderitaan lahir batin, hingga akhirnya melahirkan karya kebijaksanaan yang abadi ini.
104
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Jadi Lahirnya ajaran- ajaran mulia ini bukan sebuah kebetulan. Beberapa tahun lalu, Guru
Cai yang menghadiri acara ceramah yang dibawakan oleh Master JING KONG, mendengar Master
berkata: “Dari keempat peradaban kuno terbesar dunia, Tiongkok, Mesir, Yunani dan Roma, kini
hanya tersisa satu saja, yakni Tiongkok.
Ada akibat tentu ada sebab. Mengapa peradaban Tiongkok masih bertahan hingga kini,
sedang peradaban lain semuanya telah musnah? Hal ini bukan sebuah kebetulan.
Master Jing Kong melanjutkan: Para Bijak Tiongkok Kuno sadar sedalam-dalamnya, bahwa
jika Ajaran Bijak yang diciptakan Para Bijak tidak di sebar-luaskan, tidak diturun-temurunkan, maka
Kehidupan Manusia Tiongkok yang lahir di abad berikutnya terpaksa harus meraba-raba jalan
hidupnya mulai dari awal lagi, karena kelangkaan Pedoman Hidup. Maka para Mahaguru Bijak
Tiongkok Kuno tersebut, didasari Kecintaan yang luar biasa kepada Anak cucu manusia generasi
berikutnya, berupaya agar Ajaran Bijaksana yang diciptakannya dapat diturunkan beribu tahun
tanpa putus kepada generasi berikutnya. Untuk tujuan mulia tersebut mereka menciptakan suatu
Alat Penerus Ajaran mulia mereka ,yang dinamai: Wen Yan Wen 文 言 文 atau Bahasa Tionghoa
Kuno.
“Wen Yan Wen” adalah Bahasa Tulisan (Written Language) Kuno Tiongkok yang
diciptakan Nenek Moyang bangsa Tionghoa untuk penulisan Kitab-kitab Suci Agama-agama
Asli Tiongkok seperti Confusianism, Daoism, dan juga kitab-kitab Falsafah dan Ajaran Moral
seperti Di Zi Gui. Para Nenek Moyang Bijak bangsa Tionghoa pada jamannya mengamati
dan menyimpulkan bahwa, Bahasa Tulisan perlu dipisahkan dari Bahasa Percakapan
(Spoken Language), dimana Bahasa Tulisan dibuat baku dan tidak berubah karena waktu.
Dengan demikian Kitab-kitab Suci & Kebudayaan Tiongkok dapat disebar luaskan dan diwariskan
kepada generasi berikut tanpa kendala.
Mari kita tengok Peradaban Roma. Nenek Moyang orang Roma memang mempunyai
Bahasa Roma, tetapi Bahasa Tulisan tidak dipisahkan dari Bahasa Percakapan. Pada jamannya
mereka banyak meninggalkan Kitab-kitab Falsafah, namun hanya segelintir sejarawan
dan Ahli Purbakala yang mungkin masih dapat membaca dan memahami isi Kitab-kitab
Kuno tersebut. Masyarakat awam tidak dapat membaca apalagi memahami isi kitab-kitab
tersebut. Bahasa yang dipakai untuk menulis Kitab-kitab kuno sudah berbeda dengan bahasa
105
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
yang digunakan kini. Seorang kawan tetangga kami ketika masih kecil, meninggalkan kampungnya
dan merantau ke daerah. Dua Puluh tahun kemudian, ketika pulang kampung, dan bercengkerama
dengan teman-teman sekampungnya, ia mendengar banyak kata yang baru bagi telinganya dan
tidak ia pahami. Jadi, Bahasa Percakapan itu, setiap dua puluh tahun pasti terjadi perubahan kecil,
dan setiap dua ratus tahun pasti terjadi perubahan besar.
Jadi bila Bahasa Tulisan sama dengan Bahasa Percakapan maka coba bayangkan,
tulisan orang pada dua ribu tahun yang lalu. Apakah anda dapat membaca dan
memahaminya? Sudah pasti tidak. Situasi ini berbeda dengan di Tiongkok jaman dahulu kala.
Pada jaman itu semua kitab suci dan kitab-kitab berisi ajaran-ajaran Bijak tidak ditulis
dengan Bahasa Percakapan melainkan dengan Bahasa Tulisan Kuno bernama “Wen Yan
Wen”. Apabila kita paham akan “Wen Yan Wen”, maka dengan mudah kita layak menjadi
Anak Didik Confusius atau Murid Mensius 2000 tahun yang lalu. Maka, dengan penguasaan
“Wen Yan Wen”, kita dapat melampaui Ruang dan Waktu untuk mempelajari Kebijaksanaan yang
diwariskan oleh Para Mahaguru Bijak. Maka “Wen Yan Wen”adalah warisan nenek moyang kita
yang tak ternilai.
Guru Cai, semasa di SMA, nllai bahasa Tionghoanya buruk. Pada Jam pelajaran
“Wen Yan Wen”, ia senantiasa terkantuk-kantuk, dan pelajaran tersebut tak pernah
masuk kedalam perhatiannya. Namun, setelah mendengarkan ceramah Master Jing
Kong tentang Karya Maha Agung dari Nenek Moyang Bangsa Tionghoa, yang berbentuk
Bahasa Tulisan Wen Yan Wen dan yang kemudian dipakai untuk menulis Kitab-kitab
Suci dan Kitab-kitab berisi Ajaran-ajaran Moral oleh para Mahaguru Bijak
Tiongkok Kuno, sikap guru Cai berubah. Ia pun membulatkan tekad mempelajari “Wen Yan Wen”,
karena dengan menguasi Wen Yan Wen ia dapat memperdalam Kitab-kitab Klasik Para Bijak &
Maha Suci.
Maka, sebagai anak cucu keturunan Kaisar Pertama Bangsa Tionghoa - Kaisar YAN &
Kaisar HUANG, kita mempunyai Kewajiban Moril untuk terus menyebarluaskan Ajaran-ajaran
Bijak / Moral, namun untuk tujuan mulia tersebut, syarat awalnya adalah: kita harus
mengikrarkan “Komitmen”, tanpa Komitmen, akan sulit kita melaksanakan penyebarluasan
ini. bahkan bisa keliru. Jika kita telah menjadikan Penyebarluasan Ajaran-ajaran Bijak/Moral
sebagai Misi Hidup kita, maka kita harus memulainya dengan diri kita sendiri, bahkan me-
mulainya dengan baik.
106
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
KItab Klasik Confusius 【Great Learning】 memberikan kita sebuah pedoman/Ajaran berbunyi:
“Sejak dahulu kala, bila ingin memberi Pencerahan dan Penyelamatan bagi dunia, maka terlebih dahulu
KELOLA dengan Baik Negara-negara di dunia; untuk dapat mengelola baik negara-negara di dunia,
terlebih dahulu Kelola & Atur baik-baik keluarga-keluarga; untuk dapat mengelola dan mengatur baik-
baik keluarga, terlebih dahulu perbaiki/sempurnakan tubuh manusianya; untuk dapat memperbaiki
& menyempurnakan tubuh manusianya, terlebih dahulu luruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya,
terlebih dahulu luruskan nuraninya; untuk dapat meluruskan nuraninya, terlebih dahulu upayakan
kesadarannya; Kesadaran akan Melawan dan mengikis Ketamakan dan Kebiasaan buruk”.
Apakah hukum tersebut di atas hanya berlaku untuk manusia dengan profesi tertentu dengan
usia tertentu? Tidak. Hukum tersebut diatas berlaku untuk segala lapisan masyarakat, segala bidang
profesi dan usia. Jadi dimulai dengan “Kesadaran akan Mengikis Ketamakan dan Kebiasaan Buruk,
Hati Nurani akan dapat dibuat Tulus, Hati akan dibuat Lurus, kemudian dari ucapan dan tindakan
akan dapat diperbaiki dan disempurnakan, dan ketika Lahir Batin kita telah dapat disempurnakan,
maka wajah dan atmosfir akan mengalami perubahan, demikian pula dengan tempat usaha dan
berkarya kita akan turut berubah. Dengan menjalani hukum ini, anda sudah selayaknya menjadi
murid Mahaguru Confusius yang baik.
Dari 5 Prinsip hubungan antar Manusia jelas ditunjukan peran yang dimainkan oleh
setiap manusia yang hidup di Dunia, dan ditetapkan pula posisi dari kehidupan manusia.
Apabila kita telah berdiri dengan tegak mantap, dengan sendirinya kita dapat melangkah
dengan mantap, setapak demi setapak kita maju menjalani kehidupan ini dengan penuh
makna, dan penuh dengan nilai-nilai positip. oleh HATI mu, oleh keyakinanmu bahwa: “Semua
Manusia lahir di muka bumi ini, dengan watak/karakter Mulia”. Hanya dengan Ketulusan Hatimu,
anda akan mampu mengangkat kawanmu dari lubang kenistaan.
Jadi, yang perlu kita tegakkan adalah “Kewajiban Moril Lintas Harta”. Harta disini bukanlah
harta Uang. melainkan Kebijaksanaan kita, Pengalaman Berharga kita, Bila kita mau dan bersedia
BERBAGI Kebijaksanaan, Pengalaman Kiat kiat hidup kita dengan mereka yang membutuhkan,
yakinlah kawanmu yang alkoholik itu, pada satu hari akan sadar dan akan mengelola keluarganya
dengan penuh tanggung jawab. Pertolongan anda seperti ini, bukan cuma menolong sesaat saja,
melainkan menolong seumur hidup.
107
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Diatas kita telah membahas seluruhnya Panca Prinsip Moril Hubungan Antar Manusia.
Kini, mari kita kenang bersama, Ajaran-ajaran Para Bijak yang masih dapat kita nikmati bersama
hingga hari ini, bagaimana kemunculannya dan bagaimana pula penyebarannya sehingga
dapat dinikmati ribuan tahun sesudah kemunculannya? Ajaran-ajaran mulia ini diciptakan
oleh para Bijak ribuan tahun yang lalu melalui Keringat dan Darah, melalui pengalaman-
pengalaman yang penuh dengan penderitaan lahir batin, baru akhirnya melahirkan Karya
Kebijaksanaan yang Abadi ini, jadi Lahirnya Ajaran ajaran mulia ini bukanlah suatu kebetulan.
Beberapa tahun yang lalu, Guru Cai yang hadir pada suatu acara ceramah yang dibawakan
oleh Master JING KONG, mendengar Master berkata: “Dari keempat Civilisasi Kuno Terbesar
Dunia - Tiongkok, Mesir, Yunani dan Roma, kini hanya tersisa satu saja, yakni Tiongkok.
Ada akibat tentu ada sebab. Mengapa Civilisasi Tiongkok yang masih bertahan hingga
kini, sedang Civilisasi lainnya semua telah musnah? Semua ini bukan terjadi secara kebe
tulan.
Master Jing Kong melanjutkan: Para Bijak Tiongkok Kuno menyadari sedalam-
dalamnya, bahwa jika Ajaran Bijak yang diciptakan Para Bijak tidak di sebar-luaskan, tidak
di-turun-temurunkan, maka Kehidupan Manusia Tiongkok yang lahir diabad berikutnya,
terpaksa harus meraba- raba jalan hidupnya mulai dari awal lagi, karena kelangkaan Pedo-
man Hidup. Maka para Mahaguru Bijak Tiongkok Kuno tersebut, dengan didasari Kecintaan
yang luar biasa kepada Anak cucu manusia generasi berikutnya, maka mereka ber
upaya agar Ajaran Bijaksana yang diciptakannya dapat diturunkan beribu tahun tanpa
putus ke generasi berikutnya, Untuk tujuan mulia tersebut, mereka menciptakan suatu
alat penerus ajaran mulia mereka, yang dinamai: Wen Yan Wen 文 言 文 atau Bahasa Tionghoa
Kuno.
108
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB XXX
MEMBANGUN SEMANGAT KETELADANAN
“ KATA- KATA & JANJI YANG DAPAT DIPERCAYA “
【奸巧语。秽污词。市井气。切戒之 - Kata-kata manis berbisa, kata-kata kotor dan tidak
bermartabat, serta kata-kata kasar, sama sekali wajib anda hindari 】
Apabila dalam kehidupan berkeluarga kita senantiasa memelihara suasana percakapan yang
sopan, manis dan jujur, maka dapat dipastikan keluarga kita akan diliputi suasana hangat dan
harmonis.
Juga, bila sebagai pemimpin suatu organisasi, atau perusahaan, seringkali perkataan yang
keluar dari mulut kita adalah kata-kata sopan, halus, dan jujur, maka rekan-rekan yang terlibat
dalam percakapan dengan kita merasa bagaikan bermandikan angin musim semi. Maka yang
terjadi adalah “saling mendorong” dan “saling memberi pengakuan”.
Kita semua wajib membangun suasana percakapan seperti ini. Sebaliknya apabila seorang
pemimpin organisasi, atau pejabat tinggi pemerintah, dalam setiap percakapan sering melontarkan
kata-kata penuh makian terhadap orang lain dan membuka kekurangan orang di belakangnya,
maka kata-katanya itu bernada menyerang, kasar, dan tidak bermartabat.
Walaupun hal itu membawa kegembiraan sesaat bagi dia, tetapi dampak buruk yang
ditimbulkannya akan sangat sulit diperhitungkan. Seorang anak yang belum mampu membedakan
baik dan buruk, melihat dan mendengar ucapan merendahkan seperti yang dilontarkan seorang
pemimpin maka akan serta merta menirunya.
Pepatah mengatakan: “Seorang pejabat pemerintah harus bijak”, sebab dampak dan
pengaruh ucapan seorang pejabat tinggi pemerintah sangatlah luas. Satu perkataannya dapat
membangkitkan semangat sebuah kelompok orang, tetapi bisa juga membinasakan kelompok
tersebut.
109
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Maka kita sebagai pemimpin, dalam setiap kata yang diucapkan, mau tidak mau harus sangat
cermat dan hati-hati. Pemimpin harus mempertimbangkan masak-masak kata-katanya sebelum
melontarkannya. Kalau kita memegang sikap ini, maka yakinlah kata-kata yang kita ucapkan akan
membangun suasana yang sangat baik dalam masyarakat.
“ 奸巧语 - Jian Qiao Yu “, Huruf pertama “ 奸- Jian” yang berarti “tipu “ , “ 巧- Qiao” berarti
“licik”. Dua kata ini digabung menjadi “ 奸巧- jian qiao” yang berarti kata-kata yang penuh tipu
ditutupi dengan kata manis dan licik dengan tujuan berbohong.
Jadi bila seorang anak menggunakan kata-kata manis dan licik, maka sebenarnya ia sedang
menebar kebohongan. Dan seorang anak yang pandai berbohong, pada umumnya pintar. Anak
yang tidak pintar biasanya juga tidak pandai berbohong.
Alkisah, seorang siswa SMP, suka memamerkan kepada teman-teman sekelasnya benda-
benda mewah bermerk yang dipakainya, termasuk kacamatanya. Pada suatu hari ia datang kepada
ibunya dan minta dibelikan frame kacamata bermerek mahal. Si ibu menolak, sambil berkata,
frame kacamata yang ia pakai masih bagus. Mengapa harus beli lagi?
Si anak pun dengan tenang keluar rumah, dan tidak berapa lama ia pulang lalu berkata kepada
ibunya, “Frame sudah kupasang, ibu tinggal bayar saja.” Coba lihat, tanpa sepeser uang pun, anak
itu bisa meyakinkan pemilik toko kacamata bahwa ibunya pasti akan datang membayar frame
yang dibelinya.
Celakanya, ada orangtua yang bangga dengan anaknya yang penuh “akal” dan memujinya,
“Wah, pintar ya kamu.” Guru Cai sangat khawatir dengan pujian pintar yang dilontarkan kepada si
anak. Yang seharusnya dituntut dari seorang anak adalah kesederhanaan dan kejujurannya.
Anak-anak zaman modern sekarang, ke mana kepintarannya mereka pakai? Mereka sering
memakainya untuk berbohong. Berbohong untuk kepentingan pribadinya. Apabila pemikiran
seorang anak dipenuhi dengan “egoisme”, maka dalam pertumbuhannya, sedikit demi sedikit,
moral etika yang ada dalam dirinya akan terkikis habis.
110
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Jadi kepintaran seorang anak harus digunakan untuk menjadi anak berbakti; menjadi pelajar
teladan; menjadi warga masyarakat yang baik. Ini baru dapat dikatakan bahwa kepintaran anak
digunakan pada tempatnya.
Motif seorang anak berbohong memang bermacam-macam, dan ini perlu dicermati orangtua.
Yang pasti, saat kita mendapati anak berbohong, orangtua harus segera mencermati: apakah yang
telah mendorong si anak melakukan kebohongan? Apakah untuk mengejar keuntungan pribadi?
Di bawah ini kisah tentang orang yang berbohong untuk memenuhi hasrat mendapat
keuntungan pribadi: Seorang anak suatu hari pulang ke rumah menghadap ayahnya dan meminta
uang 2 yuan. Tanpa pikir panjang si ayah memberinya selembar recehan 2 yuan, tetapi si anak
bersikeras minta 2 lembar recehan 1 yuan.
Ayahnya menggerutu, “Kan sama saja, 1 lembar 2 yuan dengan 2 lembar 1 yuan.” Si anak
menjawab, “Jika saya bilang saya menemukan selembar uang, berapapun nilainya, dan saya
serahkan kepada Bagian Disiplin Sekolah, saya akan dihadiahi poin 10 dalam nilai pelajaran moral
saya. Jadi, jika ayah beri saya selembar 2 yuan, saya cuma memperoleh poin 10, tetapi jika ayah
memberi 2 lembar 1 yuan, saya akan peroleh poin 20.”
Si ayah sangat bangga dengan “kepintaran” anaknya, padahal faktanya si anak sedang
memanipulasi peraturan sekolah. Si anak sedang berbohong. Di sini terlihat bahwa sang ayah
kurang peka terhadap masalah pendidikan moral anaknya. Si anak yang terang-terangan
berbohong malah dianggapnya sebagai anak pintar.
Motif kedua sang anak melakukan kebohongan adalah “mengejar suatu kemunafikan”.
Dikisahkan, di sebuah sekolah, diselenggarakan suatu acara amal oleh para siswa dimana mereka
diharapkan beramal dari uang tabungannya masing masing. Seorang anak yang beramal dengan
tulus dari hasil tabungannya sendiri sebesar 7 yuan saja, tidak mendapat penghargaan. Sebaliknya,
siswa-siswa lain yang datang dengan donasi 500 yuan sampai 1000 yuan, bukan dari tabungan
sendiri melainkan pemberian orangtua mereka masing-masing malah mendapat sekuntum mawar
sebagai hadiah dari panitia. Nah, penyelenggaraan acara amal ini tidak menumbuhkan sikap
amal siswa, tetapi sebaliknya menumbuhkan “sikap munafik” dan persaingan “pamer kekayaan”
antarsiswa. Hal ini sungguh berlawanan dengan norma “Beramal/berbuat kebajikan tidak perlu
orang tahu”. Berbuat kebajikan adalah kewajiban moral setiap umat manusia.
111
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Motif ketiga seorang anak berbohong adalah “merasa terhibur dan senang bisa menebar
kebohongan”. Melihat tingkah laku orang yang dibohonginya, ia merasa terhibur. Ini merupakan
kekeliruan bimbingan yang fatal. Kalian tentu masih ingat akan cerita rakyat yang berjudul “Serigala
Datang.”.
Begini kisahnya: Seorang anak penggembala sedang menggembala sekawanan domba.
Hanya karena iseng, tanpa sebab ia berteriak “Serigala datang.” Warga desa-desa sekitar yang
memang rata-rata lugu polos, berduyun-duyun datang untuk menolong mengusir serigala.
Ternyata, setelah tiba di tempat, seekor serigala pun tidak tampak. Si anak penggembala yang
baru saja menyaksikan orang-orang desa bergegas datang itu tertawa terbahak-bahak. Dengan
perasaan dongkol, penduduk desa pulang ke rumah masing-masing. Beberapa waktu kemudian,
sekawanan serigala benar-benar datang menyerang. Si anak gembala tadi menjerit sekuat-kuatnya
“Serigala datang. Serigala benar-benar datang.” Namun tidak seorang pun datang membantu.
Habislah domba-domba itu menjadi santapan serigala lapar. Si anak gembala hanya bisa meratapi
nasibnya. Jadi jangan ada lagi main-main dengan kebohongan.
Motif keempat seorang anak berbohong adalah “sikap munafik, sok pamer kehebatannya”.
Karena ingin pamer kehebatan, si anak membesar-besarkan kata-katanya. Seringkali kita curi-curi
mendengarkan percakapan anak-anak yang memamerkan kehebatan isi rumahnya. Seorang anak
mengatakan mobil sedannya ada dua, yang lain menimpali bahwa ayahnya punya empat.
Guru yang mendengar percakapan yang menjurus ke adu pamer kekayaan wajib segera
menyetopnya dan memperingatkan mereka agar tidak mengulanginya.
Pada zaman Dinasti SONG ( 宋朝)hiduplah seorang menteri kerajaan tersohor bernama: SI
MA GUANG - 司马光. Di masa kecilnya, pada suatu hari ia bertanding adu cepat mengupas buah
persik dengan kakak perempuannya. Saat sang kakak keluar sebentar, pembantu rumah tangganya
membisikinya untuk merendam buah persik yang akan dikupas ke dalam air panas sebentar saja
agar lebih mudah mengupasnya. maka Si Ma Guang cepat-cepat menyiramnya dengan air panas.
Dan benar saja, persik tersebut dengan mudah dapat dikupasnya. Saat sang kakak kembali ke
ruang pertandingan, ia melihat adiknya mengupas persik dengan lancar dan cepat. Si Kakak
bertanya, “Adik, kok kamu lihai sekali mengupasnya? Dari mana kamu pelajari teknik mengupas
itu?” Si Ma Guang berbohong, “Aku pelajari sendiri.” si ayah yang sejak tadi berada tidak jauh dari
kedua anaknya itu, segera menghampiri Si Ma Guang lalu berkata, “Katakan saja apa yang benar-
benar menjadi kemampuanmu. Tidak boleh sekali-sekali engkau membual.” Karena Si Ma Guang
112
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
pertama kali berbohong, sang ayah langsung dengan tegas menegurnya. Ini adalah cara mendidik
anak yang tepat. Maka Si Ma Guang betul-betul kapok dan tidak berani mengulangi kesalahannya.
Bayangkan apa yang akan terjadi apabila sang ayah membiarkan anaknya berbohong dan
tidak mengambil tindakan tegas. Si anak yang kebohongan pertamanya dibiarkan akan kembali
berbohong untuk kedua dan ketiga kalinya, dan lama kelamaan kebohongan menjadi kebiasaan
hidupnya.
Si Ma Guang kemudian tumbuh dewasa sebagai pemuda cendekia yang jujur dan bijaksana.
Akhirnya ia diangkat menjadi menteri kerajaan yang tersohor. Apa yang terjadi pada diri Si Ma
Guang bukan sebab melainkan akibat. Apa sebab musababnya? Tidak lain Sikap correct dan tegas
orangtuanya. Tepat pada waktunya mereka membimbing dan mengarahkan Si Ma Guang.
Motif kelima seorang anak berbohong adalah “Menutup-nutupi kesalahan dan memelintir
kesalahan menjadi kebenaran”. Banyak anak yang sekali melakukan kesalahan merasa sedikit
tegang. Mereka khawatir orang lain akan menemukan kesalahannya.
Alkisah, pada suatu hari seorang anak tidak sengaja membuat rak bajunya lepas dan rusak.
Padahal rak baju yang lepas bukan masalah gawat karena mudah sekali memasangnya kembali
dengan utuh. Tetapi karena tidak paham, anak itu menjadi begitu tegang, khawatir akan dipergoki
guru dan mendapat hukuman. Maka cepat-cepat ia berkata kepada teman sebangkunya, “Eh,
tolong ya, jangan beritahu guru.” Kebetulan saat itu guru wali kelas sedang lewat di depan kelas
dan melihat semua kejadian tersebut. Sang guru langsung mendatangi anak yang ketakutan itu.
Dengan suara lembut sang guru berkata, “Jika kesalahan tanpa disengaja, itu namanya khilaf;
dan kesalahan yang disengaja, itu namanya kejahatan”. Jadi, perbuatan merusak rak baju tanpa
sengaja bukanlah peristiwa serius dan gawat, tetapi menyembunyikan dan tidak melapor ke guru
merupakan hal serius. Dan anak yang berbohong tidak akan dipercaya lagi oleh guru. Jadi, bila
engkau melakukan kesalahan, segera akui dan berjanji tidak akan mengulanginya.
Pepatah mengatakan, “Kesalahan yang engkau perbaiki, kesalahan tersebut menjadi tiada.”
Dibantu sang guru, anak itu memperbaiki rak baju yang lepas. Nah, sikap correct dan tegas dari
sang guru berhasil menumbuhkan sikap dan watak jujur dan bertanggung jawab pada diri anak
tersebut.
113
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Jadi, apabila melihat seorang anak berbohong dengan motif menutupi kesalahan
dan memelintir kesalahan, sebagai orangtua kita harus cepat dan tegas bertindak memperbaikinya,
jangan biarkan anak mengulangi perbuatannya sehingga menjadi kebiasaan buruk.
Motif terakhir seorang anak berbohong adalah “Pengaruh buruk orangtua”. Bila orangtua/
orang dewasa berbohong di depan anak, diam-diam si anak akan menirunya. Contoh: Suatu hari
Ibu si anak menerima telepon di rumahnya, dan si anak dan sang ayah berada di sekitar ibunya
itu. Ketika penelepon menanyakan sang ayah, dengan lantang si ibu menjawab, “Suamiku tidak
di rumah”. Si anak langsung menyela, “Papa ada, kok dibilang tidak di rumah?” Nah, diam-diam
adegan kebohongan itu terekam dalam benak anak itu dan memberinya alasan untuk berbohong.
Satu kasus lagi diangkat oleh Guru Cai: Bahwasanya dalam pergaulannya orang harus belajar
mengatakan “TIDAK”. Bila anda tidak pernah bisa mengatakan “tidak” atau anda tidak bisa
menolak maka orang akan menyimpulkan bahwa anda sesungguhnya adalah orang yang tidak
berpendirian. Anda adalah orang yang tidak memiliki prinsip hidup. Bila untuk hal yang seharusnya
ditolak anda berani berkata TIDAK, maka kawan anda akan memahami alasan anda menolak,
dan ia akan menyesuaikan diri dengan prinsip hidup anda. Tidak boleh anda memaksa diri untuk
mengatakan YA, namun akhirnya anda tidak dapat memenuhinya, atau anda akhirnya berbohong.
Suatu perkara yang sesungguhnya sederhana akhirnya dibuat rumit akibat sikap anda tersebut.
Kita telah simak bersama, begitu banyak motif seorang anak berbohong. Sebagai orangtua,
pada kesempatan pertama anda temukan anak anda berbohong, segeralah ambil tindakan
hukuman yang tegas agar si anak seumur hidupnya tidak akan melupakan hukuman yang ia
terima, dan tidak akan berani mengulanginya.
Si anak tadi yang telah menerima hukuman tegas dari ayahnya saat dipergoki menipu dan
berbohong untuk pertama kalinya, tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah untuk bekerja di
suatu perusahaan keluarga. Ia juga diizinkan tinggal di rumah keluarga tersebut. Setiap hari ia
bangun pagi-pagi lalu menyapu dan membersihkan rumah. Tiba-tiba saat membersihkan lantai, ia
menemukan selembar uang seratusan. Ia memungut uang itu dan menyerahkannya kepada bos
pemilik perusahaan.
114
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Pada hari kedua, ketiga dan seterusnya, hampir setiap kali menyapu lantai rumah, selalu
ditemukan uang kontan yang berceceran di lantai, yang jumlahnya semakin besar. Dan setiap kali
pula ia memungutnya lalu menyerahkannya kepada bos. Si bos sungguh merasa senang melihat
perilakunya walaupun latar belakang pendidikannya tidak tinggi. Maka sang majikan terus
memberikan dia kesempatan untuk belajar dan menggali ilmu praktis sedalam-dalamnya.
Setelah berkarya belasan tahun lamanya, ia pun minta ijin kepada bos untuk mengundurkan
diri dengan maksud memulai usaha sendiri. Bos mengabulkan permohonan pengunduran dirinya.
Ia mengundangnya makan bersama dan memberinya hadiah uang dalam jumlah besar. Selesai
makan malam bersama, sebelum berpamitan, ia berkata kepada bos, “Sebelum berpisah, ada satu
hal yang mengganjal pikiran saya yang perlu saya tanyakan kepada Bos. Mengapa di rumah Bos
saya sering menemukan uang berceceran di lantai?” Si bos dengan tersenyum menjawab, “Ketika
engkau pertama kali datang bekerja dan tinggal di rumah saya, bagaimana aku tahu watak dan
perilakumu? Jadi, uang-uang yang berserakan di lantai sebenarnya sengaja aku letakkan untuk
mengujimu.” Andaikata pemuda itu berperilaku tidak jujur maka sebuah tindakan sesat akan
mengikis habis kesempatan emas yang menantinya. Maka, kepercayaan dan kejujuran sungguh
sama penting seperti kehidupan manusia itu sendiri.
Mari kita beralih ke ayat berikut dalam Di Zi Gui:
见未真 - Jian Wei Zhen,勿轻言- Wu Qing Yan.
知未的- Zhi Wei De, 勿轻传 - Wu Qing Zhuan.
事非宜 - Shi Fei Yi,勿轻诺 - Wu Qing Nuo.
苟轻诺 - Gou Qing Nuo, 进退错 - Jin Tui Cuo.
【凡道字 - Fan Dao Zi, 重且舒 - Zhong Qie Shu.
勿急疾 - Wu Ji Ji, 勿模糊 - Wu Mo Hu ,
彼说长 - Bi Shuo Zhang, 此说短 - Ci Shuo Duan ,
不关己 - Bu Guan Ji, 莫闲管 - Mo Xian guan.】
Kalimat pertama: “ 见未真 - jian wei zhen,勿轻言- Wu Qing Yan”. Apabila kita belum
menyaksikan sendiri faktanya dan hanya mendengar kata-kata orang lain secara sepihak, mutlak
tidak boleh kita sebarkan kata-kata tersebut. Ini suatu sikap “Cermat dan Hati-hati” yang sangat
penting. Jika anda belum mengkonfirmasi kebenarannya, kemungkinan besar kata-kata tersebut
115
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
hanyalah rumor belaka. Dan jika anda serta merta menyebarkannya, anda telah menjadikan diri
anda sebagai pembantu tindakan jahat.
Jadi dalam sebuah organisasi, hal penting yang harus dijaga adalah kedamaian. Jangan engkau
lakukan hal yang memecah-belah. Persepsi bersama ini sangatlah penting. Yang dibutuhkan di
dalam sebuah organisasi adalah sikap toleran, bukan sikap saling serang, bukan pula sikap
saling hujat. Maka kita harus selalu bersikap cermat dan hati-hati dalam bertutur kata. Hal ini
sangat penting diperhatikan karena seringkali kata-kata yang diucapkan menjadi sumber suatu
kekacauan.
Kata-kata bohong bagaikan sebuah tangga dimana setiap kata bohong pelan-pelan bertambah,
sepatah demi sepatah, dan akhirnya menimbulkan kekacauan.
Apabila “Kaisar mendengar kata-kata penuh fitnah, Sang Menteri menjadi korban”. Dan juga,
“Apabila seorang Kaisar mempercayai kata-kata penuh fitnah, Sang Menteri jujur akan menjadi
korban”.
“Ayah mendengar kata-kata penuh fitnah, maka anak kandung menjadi korban”. Dan,
“Apabila ayah mempercayai kata-kata fitnah dari ibu tiri, maka anak kandungnya menjadi korban,
hubungan darah antara ayah dan anak menjadi rusak.” Kata-kata fitnah suami-istri berakibat pada
perceraian; antarteman mendengar kata-kata fitnah, hubungan mereka menjadi renggang. Jadi,
berhadapan dengan kata-kata penuh fitnah, juga ketika didatangi orang yang bercerita tentang
baik-buruknya orang lain, kita harus ekstra hati-hati.
Coba pikir, apakah orang bijak bisa menceritakan keburukan orang lain di belakangnya?
Seorang teman bijak justru mengharapkan manusia dengan manusia lain hidup berdampingan
dengan akrab dan rukun. Bahkan apabila ia tahu bahwa hubungan antara kawan agak renggang, ia
akan menengahinya. Ia mengingatkan kawan yang satu bahwa kawan lainnya sangat memujanya.
Dengan demikian emosi keduanya dapat diredakan, dan akhirnya kedua kawan tersebut menjadi
sadar bahwa gesekan yang terjadi hanya kesalahpahaman. Setelah saling toleran dan saling
memaafkan, mereka akhirnya berbaikan lagi.
116
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Ada sebuah pepatah kuno berisi peringatan untuk berhati-hati agar tidak sampai mengeluarkan
kata-kata fitnah, bunyinya, “Orang dengan tinggi 7 kaki jangan sampai mendengarkan lidah yang 3
inci panjangnya. Di atas lidah ada naga ganas yang dapat membunuh tanpa meneteskan darah”.
Karena itu, sebuah rumah tangga, organisasi dan bahkan sebuah negara, bila kita menginginkan
para anggotanya hidup berdampingan dengan rukun dan damai, maka seluruh anggotanya
harus mampu membedakan kata-kata fitnah dari kata-kata bijak.
Suatu saat, anda kebetulan mendengar seseorang sedang menggunjingi keburukan orang
lain di belakangnya. Kebetulan anda kenal dengan orang yang dijelek-jelekkan itu. Pada saat
itu anda tentu tidak layak menyebarkan berita gunjingan tersebut. Sebaliknya sebagai seorang
teman, anda akan mendatangi kawan yang dipergunjingkan itu, dan dengan ketulusan hati anda
akan berkata, “Sekarang tengah beredar isu-isu tentang anda.” Bila ternyata isu-isu tersebut
salah dan fitnah, maka anda perlu menghibur kawan yang sedang difitnah itu. Bila ia benar-benar
tidak berbuat, maka cepat atau lambat kebenaran akan terbongkar juga. Sebaliknya, bila isu-isu
tersebut mengandung kebenaran, maka sebagai teman anda wajib menasihatinya. Nama baik
seseorang di dalam organisasi sangat penting. Kita memang harus sigap menjaganya.
117
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
118
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
PROFIL PENULIS
Mr. Cai Li Xu first served as a primary school teacher in Taiwan
before he went on to become a senior lecturer for the Lujiang
Chinese Culture Education Centre in China. He sincerely believes
that human beings are innately good and everyone can be
taught to become a good person. Mr. Cai expounds the moral
and ethical values of Confucianism to solve social and personal
problems. He has lectured in the education and business sectors
and inspired positive changes to the Hainan prison system.
As a passionate student of Confucianism, Mr. Cai’s journey
began in 2005. Mr. Cai’s work continued as an invited speaker to various countries including
China, Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Singapore, Indonesia, Australia, London as well as the
UNESCO Headquarters in Paris, France. In total, Mr Cai has given more that 1000 lectures on
traditional Chinese culture and how it can be applied in modern daily life today. In Malaysia,
Mr. Cai has conducted training workshop for more than 2,000 teachers from local Chinese
schools. His lectures are closely connected to ordinary person as it illustrates how the ‘Five
Moral Relationships’ and the ‘Eight Virtues’ of Confucianism are used by real people in
education, civil service, prisons, corporations and governments. Mr. Cai’s lectures are sincere,
humorous, engaging, deeply moving and thought provoking.
119
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
120
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
PROFIL PENYADUR
Suryono Limputra. Lahir pada di Jakarta pada tanggal 13
November 1940. Pendidikan Sekolah Dasar PAHOA/THHK
tahun 1952. Sekolah Menengah Pertama PAHOA/THHK tahun
1955. Sekolah Menegah Atas PAHOA/THHK tahun 1958. Tahun
1958-1959 kuliah di tingkat 1: Akademi Pimpinan Perusahaan,
Departemen Perindutriaan. Tahun 1959 – 1964 memperoleh
beasiswa dari Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan RI
untuk melanjutkan studi di Tian Jin University China di bidang
Power/electrical Engineering dan lulus Cum Laude dengan
Gelar Master of Engineering (ME) tahun 1964.
Karir beliau dimulai dengan menjalani ikatan dinas pada Kementrian Perindustrian Dasar pada
1964- 1970, menjadi dosen tidak tetap tahun 1964 – 1978 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Elektro, Universitas Trisakti, Jakarta serta mendirikan Biro Instalatir Listrik & Mekanical PT
First Pura Djaja Tehnika.
Kewirausahaan beliau dimulai pada tahun 1973 dengan mendirikan PT PURA MAYUNGAN
yang bergerak dibidang Keagenan Tunggal Peralatan Listrik ex Eropa dan di bidang manufaktur
Panel-panel Listrik dan komponen-komponennya. Menyusul kemudian di tahun-tahun 1978
dan 1980, beliau berturut-turut mendirikan PT DUTA FUJI ELECTRIC yang bergerak di bidang
Keagenan Tunggal Produk-produk FUJI ELECTRIC JAPAN untuk wilayah Indonesia, dan PT DUTA
LISTRIK GRAHA PRIMA yang bergerak di bidang Keagenan Tunggal Produk-produk LUCKY
GOLDSTAR KOREA untuk wilayah Indonesia. Pada tahun 1981, mendirikan PT TRAFOINDO
PRIMA PERKASA yang bergerak di bidang Full Manufacturing Trafo Distribusi 20 KV & MV
Instrument Transformers. Pada tahun 2006, mendirikan PT. POWERINDO PRIMA PERKASA,
yang bergerak dibidang Pembuatan “ Peralatan Switchgear & Proteksi pada Jaringan Tegangan
Menengah PLN”. Sejak tahun 2008, jabatan-jabatan Eksekutif pada Perusahaan-perusahaan
121
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
tersebut di atas telah diserahkan kepada putera-putera beliau dan professional-professional
muda, dan beliau hanya menjabat sebagai Dewan Komisaris saja.
Kegiatan sosial juga tak luput dari perhatiannya. Tahun 1984 – 1998 menjadi anggota Badan
Pengawas Perkumpulan Pancaran Hidup (Ikatan Alumni Pahoa) dan dilanjutkan menjadi ketua
umum pada tahun 1998 – 2005. Tahun 2007- sekarang beliau konsentrasi di dunia Pendidikan
dengan menjadi anggota Dewan Pembina Yayasan Pendidikan & Pengajaran Pahoa, dan tahun
2011-2016 menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Yayasan Pendidikan & Pengajaran Pahoa.
Beliau juga amat peduli dengan pendidikan moral dan etika, sehingga berkenan meluang-
kan energinya untuk menterjemahkan dan menyadur buku-buku dari bahasa Tionghoa ke
dalam bahasa Indonesia. Buku-buku yang telah disadur antara lain: Seminar Hidup Bahagia
Pembahasan Rinci Di Zi Gui jilid 1, Seminar Hidup Bahagia Pembahasan Rinci Di Zi Gui jilid 2,
Norma Budipekerti Anak dan Pelajar jilid 1 – 6 (buku pelajaran kelas 1 sampai kelas 6).
122