HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
sudah mengerti betul tatakrama melayani orang yang lebih tua, maka kelak anak ini juga akan
mewariskan tatakrama yang sama kepada keturunannya. (*)
84
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB XVIII
PENDIDIKAN YANG AMAT PENTING DALAM HIDUP INI: TUMBUHKAN
TATAKRAMA DAN SIKAP PENUH HORMAT DALAM DIRI ANAK
Kita bersama-sama akan masuk kedalam Bab II Di Zi Gui yang berjudul: CHU ZE TI. Pelajaran
pertama berbunyi: Kakak mengayomi adik, adik menghormati dan menyayangi kakak. Bila antara
saudara rukun dan harmonis maka bakti kepada orangtua dapat terwujud. Pepatah Tiongkok
kuno mengatakan: “Keluarga yang rukun dan harmonis akan membawa berkat berlimpah, saudara
kandung yang sehati, maka tanah dapat berubah menjadi emas.”
Guru Cài bercerita tentang bagaimana orangtua murid bisa bekerjasama dengan guru dalam
memberi pendidikan moral dan budipekerti kepada anak-anak. Seorang kakak mendengar cerita
tentang “Kong róng ràng lí孔融让梨” di sekolah. Hari itu di sekolah sedang dilakukan pembagian
buah pir kepada siswanya. Sang kakak yang mendapat sebuah pir tergerak untuk memberikan
buah itu seutuhnya kepada adiknya. Adiknya kemudian makan dengan lahap dan tidak terpikir
berbagi buah itu dengan sang kakak. Sang kakak melihat adiknya makan dengan sangat lahap.
Ketika hampir setengah buah pir tersebut habis dimakan, sang kakak tidak bisa lagi menahan
diri untuk merebut kembali pir itu dari tangan adiknya lalu menghabiskannya. Sang ibu yang
melihat kejadian itu buru-buru menelepon guru anaknya dan menceritakan seluruh peristiwa
yang dilihatnya itu. Ini contoh kerjasama yang baik antara orangtua dan guru dalam pendidikan
moral anak. Perlu diingat bahwa setiap ayat suci yang diajarkan tidak mungkin ditangkap dan
dipahami anak dalam satu langkah. Perlu bimbingan berkelanjutan dari guru dan orangtua.
Keesokan harinya, Guru Cai bercerita kepada para siswa tentang sebuah kisah dari zaman
Dinasti Hàn (汉朝). Ada dua orang bersaudara, sang kakak bernama Zhào xiào (赵孝) dan adiknya
bernama Zhào li (赵礼). Sang adik sangat tidak beruntung. Ia ditangkap dan dibawa kesarang
penyamun. Tanpa mempedulikan resiko, sang kakak segera menyatroni sarang penyamun. Di sana
ia melihat para penyamun sudah sangat lapar dan bersiap-siap menyantap adiknya. Sang kakak
sangat panik dan berlari sekuat tenaga menemui para penyamun lalu berkata, ” adik saya sakit,
badannya juga kurus, janganlah memakannya. Bila kalian mau makan, makanlah saya. Saya lebih
85
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
berisi, badanku juga lebih sehat.” Giliran sang adik yang panik melihat kakaknya berkata demikian.
Maka ia berlari mendorong kakaknya sambil berkata kepada para penyamun bahwa ia telah
tertangkap oleh mereka, maka sudah menjadi takdir dan sudah sepantasnya ia yang dimakan,
bukan kakaknya. Begitulah kakak-beradik itu berebut untuk dijadikan korban para penyamun.
Para penyamun sangat tersentuh melihat hal ini, dan akhirnya mereka membebaskan Zhào li (赵
礼).
Kisah Zhào xiào (赵孝) dan Zhào li (赵礼) memberi inspirasi bagi kita bagaimana kakak
dan adik begitu saling menyayangi dan rela mengorbankan nyawa untuk melindungi yang lain.
Dengan demikian pantaskah sebuah apel atau pir diperebutkan kakak dan adik kita? Cerita
tentang semangat rela berkorban demi saudara, yaitu dua bersaudara Zhào xiào (赵孝) dan
Zhào li (赵礼), sampai ke telinga Kaisar. Kaisar pun mengangkat keduanya menjadi pejabat tinggi
Negara untuk memerintah rakyat dengan bijaksana. Bila mereka bisa saling menyayangi dan
saling berkorban demi saudara, pasti mereka juga berbakti kepada orangtuanya. Dengan perilaku
seperti ini, sebagai pejabat mereka pasti akan mengayomi rakyatnya. Sebab mereka yang berbakti
kepada orangtuanya pasti akan hormat kepada semua orang yang dituakan. Mereka yang saling
menyayangi antara sesama saudara kandung, pasti juga akan hormat orang-orang yang lebih
senior.
Bila anak melakukan hal yang baik dan mulia maka sebagai orangtua atau guru kita harus
memberi anak kita pujian serta pengakuan atas perilakunya. Kita patut mencontohi Kaisar yang
memberi jabatan kepada dua bersaudara Zhào xiào (赵孝) dan Zhào li (赵礼).
Guru Cài kemudian bercerita tentang kisah seorang anak kecil. Dari kecil sang anak diajarkan
agar “Jangan cepat bosan dengan sesuatu yang lama dan jangan hanya menyukai sesuatu yang
baru.” Prinsip hidup itu diterapkan dalam hidupnya. Ketika sepatu yang sedang dipakainya mulai
sedikit rusak, kedua orangtuanya membelikannya sepatu baru. Anak itu pun memakai sepatu baru
tetapi tidak membuang sepatu lama. Sepatu lama memang agak rusak tetapi masih bisa dipakai.
Karena itu setelah dibersihkan, sepatu lama itu disimpan dibawah ranjangnya. Suatu hari sepatu
seorang teman sekolah anak ini rusak. Maka guru bertanya kepada anak-anak di kelasnya, apakah
ada yang mempunyai sepatu ekstra yang bisa diberikan kepada anak itu. Anak kecil yang dibelikan
orangtuanya sepatu baru itu berkata kepada guru bahwa ia mempunyai sepatu ekstra. Keesokan
harinya anak yang sepatunya rusak itu telah memakai sepatu baru. Semua orang bertanya-tanya
86
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
sepatu baru itu dari mana. Ternyata anak kecil ini memberikan sepatu barunya kepada anak yang
sepatunya rusak itu dan ia sendiri kembali memakai sepatu lamanya. Mendengar hal itu, semua
teman sekelasnya sangat terharu. Anak ini begitu peduli pada temannya! Melihat perilaku si anak
yang demikian mulia, kita sebagai guru wajib segera memberikan pujian dan dorongan. Bukan
hanya pujian, kita pun perlu menyampaikan HARAPAN-HARAPAN yang tinggi kepada si anak.
Misalnya kita berharap anak dapat terus menjadi panutan bagi teman-temannya di kelas. Jadi,
berbarengan dengan pujian atas perilaku mulia si anak, jangan lupa menitip harapan-harapan
yang setinggi-tingginya agar si anak tidak melupakan tekad mulianya dan terus mempertahankan
jati dirinya.
Kita sering mendengar pepatah “saat kecil terkesan pandai, tetapi setelah meningkat dewasa
ternyata tidak terlihat perkembangan diri yang hebat!” Mengapa terjadi demikian? Penyebabnya
tak lain karena dalam perjalanan hidupnya anak tidak mempunyai IDOLA, tidak punya panutan
hidup!
Seorang ayah yang mempunyai anak berusia dua tahun merasa bahwa kelak anaknya bisa
menjadi pejabat tinggi negara. Kemudian, ketika anak duduk di kelas SMP, ia berharap anaknya
bisa kuliah di perguruan tinggi saja sudah cukup. Kemudian, pada saat anak duduk di kelas SMA,
ia hanya berharap anaknya bisa lulus dan mendapat pekerjaan saja sudah syukur. Apakah ayah
dengan harapan seperti ini anaknya akan berhasil dalam hidupnya? Jawabannya tentu tidak!
Ketika orangtua tidak menjadi panutan yang baik, anak tidak akan bercita-cita tinggi, pelan-
pelan ia akan merasa hidup tanpa tujuan dan makna. Itulah sebabnya, pada saat kita memulai
pendidikan di sekolah: pertama, kita harus menegakkan TEKAD BAJA untuk meraih ilmu setinggi-
tingginya; kedua, tetapkan sasaran belajar dengan bijak yakni untuk menjadi manusia berkarakter,
berperilaku bijak dan berguna bagi masyarakat dan bukan dengan tujuan dapat merengkuh harta
sebanyak-banyaknya.
Mengapa pada saat kecil seorang anak terlihat pintar tetapi setelah dewasa hidupnya tidak
berhasil? Ada sebuah kisah tentang anak yang sejak kecil diajari keterampilan berbahasa Inggris.
Anak itu memang menjadi terampil berbahasa Inggris. Maka, orangtua dan kakek- nenek suka
membawanya ke rumah teman-temannya untuk dipamerkan. Anak ini dari kecil suka mendengar
pujian sehingga ketika dewasa agak sulit baginya mendengar kritikan-kritikan. Karena itu pujian
terhadap anak kecil juga harus dilakukan wajar dan bijak.
87
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Dalam Kitab Suci Li jì (礼记), pada halaman pertama, tertera ayat yang berbunyi:
“Kesombongan jangan ditumbuhkan; Nafsu kehendak jangan senantiasa dituruti; Gantungkan
cita-cita setinggi langit; Kesenangan tidak perlu berlebihan.” Mari kita bahas satu per satu keempat
larangan tersebut:
Orang yang congkak merasa dirinya sudah sangat pandai, maka ia merasa tidak perlu lagi
menambah ilmu, tidak perlu belajar lagi. Dengan demikian ia akan sulit baginya untuk berkembang.
Bila sejak kecil anak sudah congkak, akan sangat sulit baginya meraih sukses dalam hidupnya.
Sebab tidak ada perjalanan akhir dalam meraih pengetahuan. Hanya orang yang bersikap rendah
hati dan bijak dapat memaknai ungkapan “Di luar langit yang satu, masih ada langit lain.” Larangan
kedua: “Nafsu kehendak jangan senantiasa dituruti.” Kita semua dapat mengamati bahwa ada
anak yang senantiasa menuruti nafsu kehendaknya untuk bermain electronic gadget atau bermain
apa saja yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
Anjuran ketiga : “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Anak jaman sekarang ini banyak
yang tidak mempunyai cita-cita hidup! Yang digandrungi mereka adalah hidup berfoya-foya
dan bersenang-senang tanpa tujuan jelas. Hanya anak dengan cita-cita luhur dan tinggi dapat
merasakan kehidupan yang bermakna dan senantiasa termotivasi meningkatkan harkat dirinya
supaya dapat lebih banyak mengabdi kepada masyarakat.
Larangan keempat: “Kesenangan jangan berlebihan.” Ingat pepatah yang mengatakan
kesenangan berlebihan akan menimbulkan duka atau malapetaka. Seorang anak yang bersenang-
senang sampai lupa daratan mudah sekali terjerumus kedalam situasi yang membahayakan
keselamatannya!
Guru Cài bercerita tentang dirinya sebagai cucu sulung. Ia sering mendapat kasih sayang,
pujian dan tepuk tangan berlebihan dari seluruh keluarga besar. Tanpa sadar Guru Cài selalu hidup
didalam pujian dan senantiasa mendambakan tepuk tangan dari orang-orang. Guru Cài baru
menyadari hal ini setelah berceramah dengan sukses. Tanpa disengaja seorang teman dekatnya
memuji Guru Cài, ”Guru Cài, Anda benar-benar hidup dalam tepuk tangan semua orang.” Teman ini
samasekali tidak bermaksud menyindir. Tetapi kata-katanya benar-benar menghentak kesadaran
Guru Cai dan membuatnya mawas diri. Ia disadarkan bahwa tepuk tangan orang-orang itu telah
menumbuhkan EGO nya. Hidup dalam tepuk tangan orang-orang berarti hidup yang sangat
88
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
egosentris. Orang yang hidup seperti ini tidak akan bahagia.
Guru Cài mulai mengoreksi diri. Sejak dulu terlalu sering ia mendengar kata-kata pujian. Begitu
mendengar sebuah kritikan, hatinya menjadi tidak nyaman. Pernahkah kita renungkan, dua mata
kita bisa melihat sejauh mana dan dua telinga kita bisa mendengar seberapa banyak? Ketika kita
memiliki sebuah kerendahan hati, kita akan memiliki banyak mata yang membantu kita melihat
jalan, dan banyak telinga yang membantu kita mendengar berita. Karena itu anak sejak kecil harus
dididik dan ditumbuhkan sikap rendah hatinya dan bukan kesombongannya. Ketika kita memuji
anak, kita harus memuji kebajikan yang diperbuatnya dan bukan memuji kemampuannya. Sering
memuji kemampuan anak secara berlebihan lama kelamaan akan berdampak buruk bagi si anak.
Dan jangan pula memuji anak karena kecantikan mereka. Pujian seperti ini tidak akan membantu
mereka sama sekali. Yang harus kita puji adalah perilaku bajik mereka. Apakah perilaku bajik
mereka dibangkitkan oleh pelajaran pelajaran buku Dì Zi Guī 《弟子规》? Kalau ya, memuji
akan membuat mereka makin bersemangat mempelajari buku Dì Zi Guī 《弟子规》.
Guru Cài bercerita tentang sepasang kakak beradik yang bersekolah di TK yang sama.
Keduanya sangat cantik dan ganteng. Kecantikan kakak perempuan lebih menarik perhatian
para orangtua. Banyak dari mereka memuji kecantikannya. Akibatnya, anak ini kalau kemana-
mana membawa cermin. Terkadang sambil mendengar guru mengajar, ia mengeluarkan cermin
untuk bercermin. Karena tidak berkonsentrasi pada pelajaran, pencapaian nilai sekolah anak ini
jauh dibawah adiknya. Karena hanya mementingkan kecantikan fisiknya, gadis ini tidak terlalu
memperhatikan pelajaran sekolah. Seringkali ia ingin tahu apakah ada yang sedang menatapnya.
Kelak anak seperti ini kemungkinan besar akan cenderung bermewah-mewahan dan materialistis.
Karena itu janganlah memuji anak dari paras fisiknya saja. Jangan pula memuji talentanya, tetapi
berikan pujian atas kebajikan yang ditunjukkannya.
Kalaupun kita memuji talenta yang dimiliki anak, kita harus mengingatkan makna dan tujuan
dari talentanya itu. Misalnya sang anak mempunyai talenta bermain musik. Orangtua berpikir anak
perlu menunjukkan talenta musiknya didepan orang banyak agar mereka memuji kehebatannya.
Nah, ini kesalahan besar ! Sebagai orangtua, kita seharusnya membimbing anak kita dengan
berkata, “Belajarlah bermain musik dengan sungguh-sungguh, dan kemudian mainkanlah alat
musikmu di hadapan orang banyak. Tujuannya adalah kamu menghibur dan membahagiakan
orang banyak.” Bila dalam diri anak ditanamkan dan ditumbuhkan hati penuh welas asih dan
89
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
peduli terhadap kebahagiaan orang lain, maka apa yang didambakan anak adalah memberikan
kebahagiaan kepada orang banyak.
Jadi, bila suatu saat Anda bertemu dengan seorang anak yang sangat berbakti kepada
orangtuanya, jangan segan-segan memuji perilaku bajiknya ini. Katakan, “Kamu sungguh
berbakat!” Pujian seperti ini tidak ada efek sampingnya. Setelah mendengar pujian Anda, sang
anak akan bertambah giat melakukan perbuatan bakti kepada orang tua! Dan perilaku bajik, tolok
ukurnya terdapat di dalam “Di Zi Gui” !
Perbuatan Anda membimbing anak dengan cara demikian memberi sumbangan kepada
masyarakat. Camkanlah bahwa “Masyarakar dan Negara adalah suatu badan yang dapat
terbentuk oleh semangat saling membantu diantara para anggota atau warganya.” Sekali pada diri
dan pikiran anak tertanam pemahaman bahwa masyarakat adalah wadah bagi warganya untuk
saling bantu, anak akan memperlakukan orang dari segala lapisan masyarakat dan profesi dengan
penuh hormat! Dengan penuh rasa terima kasih! Sebaliknya, orangtua tidak boleh menanamkan
pemahaman keliru yaitu bahwa belajar dan menguasai keterampilan bertujuan mengeruk harta
sebanyak-banyaknya! Kelak, anak akan memandang dan mengukur berbagai profesi di masyarakat
dengan kacamata: Berapa uang yang bisa diraih? Ia akan memandang rendah profesi yang tidak
mendatangkan banyak uang!
Kebetulan anak berbakti yang disebut di atas pergi ke supermarket bersama dengan ibunya.
Di sana mereka membeli roti. Setelah keluar dari supermarket, sang ibu memberikan penjelasan
kepada anaknya, “Seperti roti yang kita beli tadi. Paman pembuat roti butuh keterampilan untuk
membuatnya. Karena itu kita harus berterima kasih atas keterampilannya. Karena jika tidak ada
keterampilan paman tersebut, kita tidak bisa makan roti. Ucapan terima kasih ini juga tidak bisa
diungkapkan dengan memberikan dia mainan kamu karena belum tentu ia memerlukan itu. Karena
itu kita memberinya sejumlah uang agar ia bisa membeli kebutuhannya.” Penjelasan seperti ini
sangat mudah dimengerti oleh sang anak.
Guru Cài bercerita tentang pengalamannya memuji seorang teman yang lebih muda darinya.
Teman ini sangat ganteng dan tinggi. Teman ini juga belajar Buku Suci para bijak jauh lebih awal
dari Guru Cài. Karena itu Guru Cài tidak bisa menahan diri untuk memujinya. Ia juga mengangap
orang itu seperti adiknya sendiri. Guru Cài dan orang ini kebetulan harus menghabiskan waktu
90
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
berduaan selama seminggu. Pada suatu saat Guru Cài kebetulan melihat orang ini melakukan
kesalahan kecil. Sebagai seorang kakak, Guru Cài memberinya nasihat, tetapi apa yang terjadi?
Orang ini tidak bisa menerima, malah agak marah. Dari peristiwa ini Guru Cai menarik sebuah
pelajaran berharga, yakni bila memuji seseorang, pujilah perilaku moralnya, bukan penampilan
fisiknya. Dan memberi pujian harus dilakukan dengan cermat, teliti, jangan baru bertemu satu
kali sudah dengan royal memberi pujian kepada seseorang. Sebab hanya waktulah yang bisa
membuktikan apakah perilaku seseorang layak untuk dipuji!
Dalam pendidikan keluarga, ayah dan ibu tidak berhenti pada memuji anak-anaknya yang
berkarakter dan berperilaku moral yang baik. Pujian mereka harus dilanjutkan dengan pernyataan
harapan bahwa anak-anak akan terus mempertahankan karakter dan perilakunya. Dengan
demikian mereka akan menjadi teladan bagi adik-adiknya untuk berkarakter dan berperilaku yang
sama.
Pendidikan tata krama terhadap anak harus dimulai sedini mungkin. Dari cara makan dan
minum sampai sikap rendah hati, perilaku sopan dan kesediaan selalu mengalah. Ada urutan
perlakuan terhadap yang sulung dan yang bungsu. Yang lebih tua harus selalu didahulukan
dari yang muda.【Huò yǐn shí 或饮食。Huò zuò zǒu或坐走。Zhǎng zhě xiān长者先。Yòu
zhě hòu幼者后。】Walaupun ini hal kecil dalam kehidupan tatakrama, ini sangat penting
untuk menumbuhkan hati yang penuh hormat dalam diri seorang anak, hati yang senantiasa
mendahulukan kepentingan orang lain.
Fàn zhòng yān (范仲淹)memberi nama Fàn chún rén (范纯仁) bagi putera sulungnya.
Chún Rén berarti “hati penuh welas asih”. Anak diharapkan akan senantiasa ingat akan namanya
dan selalu memiliki hati yang mulia. Memberi nama seperti ini merupakan budaya turun temurun
dalam masyarakat Tionghoa. Nama anak sesuai dengan harapan orangtua. Orangtua sangat
berharap anak akan senantiasa ingat akan pesan orangtua ketika mendengar namanya disebut.
Suatu hari Fàn chún rén (范纯仁) dipanggil oleh ayahnya. Sang ayah berkata kepadanya
bahwa mereka memiliki 5000 liter gandum, dan sang ayah ingin agar gandum itu dikirim kembali
dari ibukota ke kampung mereka di Jiāng sū (江苏). Dalam perjalanan Fàn chún rén (范纯仁)
bertemu dengan teman sekampung sang ayah. Teman ayahnya itu bercerita tentang keadaan
keluarganya. Kedua orangtuanya telah meninggal, tetapi karena tidak ada uang maka belum
91
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
dikubur. Adik-adik perempuannya belum menikah. Kehidupan dalam keluarga mereka sangat
susah. Setelah mendengar kisah tentang keluarga itu, Fàn chún rén (范纯仁) memutuskan
menjual 5000 liter gandum yang dibawanya dan memberikan uang hasil penjualan sebagai
bantuan kepada teman sang ayah. Tetapi uang itu ternyata masih belum cukup. Fàn chún rén
(范纯仁) memutuskan untuk menjual kapal yang mengangkut gandum itu karena bantuan harus
diberi sepenuhnya agar bisa bermanfaat. Setelah semuanya beres, Fàn chún rén (范纯仁) kembali
ke ibu kota menemui ayahnya dan memberi penjelasan kepadanya. Ketika sang ayah mendengar
uang hasil penjualan gandum masih belum cukup untuk membantu temannya, ia pun berkata,
”Jual saja kapal pengangkut gandumnya.” Fàn chún rén (范纯仁) berkata, ”Sudah saya jual.” Ayah
dan anak memiliki kemurahan hati yang sama yang akan membawa berkat besar bagi seluruh
keluarga besar mereka. Kejayaan keluarga terus langgeng dan tidak memudar!
Penulis buku ini oleh ayahnya diberi nama Cai Li Xu. Li berarti tata krama atau sopan santun,
dan Xu berarti matahari terbit. Saat memberi nama ini kepada Guru Cai, ayah menitipkan harapan
mulia. Harapan itu adalah agar Guru Cai senantiasa berperilaku sopan dan mempunyai misi hidup
yaitu senantiasa menjadikan tatakrama bagai matahari yang terbit setiap pagi dan menyinari
kehidupan manusia. Nama “Guru Cài” berarti senantiasa sopan serta menyinari dunia dengan
kesopanannya seperti 9 matahari yang bersinar.
Jadi, pengetahuan akan tatakrama harus ditumbuhkan sejak anak masih kecil agar ia
benar-benar menghayati dan menerapkannya. Dan dengan menghayati ayat-ayat Di Zi Gui
lalu menerapkannya dalam kehidupan keluarga, hal ini benar-benar dapat mengubah seluruh
“atmosfer” keluarga! Suasana keluarga akan terasa begitu hangat, harmonis karena diisi dengan
welas asih, dan penuh dengan tata krama.
Pada saat makan kita harus mempersilahkan orang yang lebih tua duduk dan makan terlebih
dahulu. Selain itu kita juga harus tahu kursi mana adalah kursi utama. Kursi utama adalah kursi
yang posisinya menghadap ke luar. Orang yang lebih tua juga di persilahkan untuk duduk di kursi
utama. Hal ini sangat penting! Bila suatu hari kita diajak makan oleh bos atau klien kita maka kita
harus ingat agar mempersilahkan mereka duduk di kursi utama. Jangan sampai kita tidak tahu
sopan santun dan langsung duduk sembarangan.
92
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Selain itu, jika meja makan bergaris, garis itu tidak boleh langsung menghadap ke orang yang
duduk di kursi utama. Hal ini tidak sopan. Guru Cài sering bepergian untuk memberi ceramah dan
sudah cukup lama tidak makan siang bersama murid-muridnya. Suatu hari mereka duduk makan
bersama dan kebetulan garis pada meja makan menghadap ke Guru Cài. Teringat akan ajaran para
bijak, anak-anak itu buru-buru memutar meja agar garis pada meja itu tidak menghadap ke Guru
Cài. Guru Cài sangat terharu.
Dalam hal “mengambil tempat duduk” kita juga harus membiarkan yang tua mengambil
tempat duduk terlebih dahulu. Suatu hari seorang anak kelas 4 SD bersama ibunya mengunjungi
rumah keluarga mereka. Ketika tiba di tempat tujuan sang ibu kebetulan masih berbicara di
telepon genggamnya. Ia berkata kepada anaknya, ”Duduklah.” Sang anak berkata, ”Ibu duduk
dulu.” Ibunya tidak tahu mengapa anaknya disuruh duduk tetapi tidak mau duduk. Maka selesai
menelepon, sang ibu bertanya kepada anaknya mengapa ia tidak duduk? Sang anak menjawab,
”Para bijak mengajarkan bahwa anak harus membiarkan orangtuanya duduk terlebih dahulu.”
Ibunya sangat terharu melihat anaknya begitu patuh terhadap ajaran para bijak.
Tatakrama duduk tersebut di atas dapat kita terapkan pula dalam banyak hal, seperti bila kita
akan naik bus umum. Kita harus terlebih dahulu antri untuk masuk kedalam bus. Setelah masuk
bus kita harus terlebih dahulu mengisi tempat duduk di bagian belakang bus. Jangan menghalangi
jalan masuk sehingga orang lain sulit masuk. Bila kita melihat ada orang tua naik dan tidak ada lagi
tempat duduk maka kita harus berdiri dan membiarkan mereka duduk di tempat duduk kita. Hal
ini kita lakukan tidak hanya untuk orang yang lebih tua tetapi juga kepada orang cacat, ibu hamil
dan ibu yang membawa anak kecil. Kita harus mendidik anak kita agar selalu mengutamakan
orang yang lebih tua.
Menurut pengamatan Guru Cai, di awal 5 tahun ia berkarir sebagai guru, hubungan guru
dengan murid terasa lebih akrab dibandingkan dengan 5 tahun berikutnya. Mengapa demikian?
Seiring pengalaman mengajar, hubungan dengan anak-anak 5 tahun kemudian harusnya lebih
akrab. Tidak terjadi demikian, karena di awal karirnya, seorang guru lebih menggunakan “hati”
dalam mengajar. Ia takut tanpa “hati” ia tidak bisa mengajar dengan baik. Maka guru akan sangat
berhati-hati dalam mengajar. Pada saat yang sama anak-anak juga dapat merasakan itu, sehingga
apa yang diajarkan akan sangat berkesan dan senantiasa ada di benak mereka.
93
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Guru harus senantiasa berpegang pada prinsip “belajarlah untuk dapat diajarkan kepada
orang lain; berperilakulah untuk menjadi teladan masyarakat”. Guru yang baik tidak pernah
berhenti belajar dan tidak akan pernah berhenti mengajarkan ilmu pengetahuan serta ajaran moral
etika. “Dengan belajar, engkau menyelamatkan dirimu; dengan mendidik engkau menyelamatkan
manusia.” Jadi belajar dan mengajar sama-sama tidak boleh berhenti. Karena dengan belajar,
kita baru dapat meningkatkan harkat diri kita, menyempurnakan diri kita. Dengan mendidik,
kita menyelamatkan manusia, karena melalui pendidikan kita dapat menanamkan konsep hidup
mulia dan menegakkan pandangan hidup yang benar. Orang yang tidak berpendidikan tidak
mungkin menjadi orang bijak (wise). Orang yang tidak mengajar atau mendidik adalah orang
yang tidak berwelas asih dengan sesamanya. Sebab hanya melalui pendidikan, hidup seseorang
bisa bermakna, baik bagi keluarga, masyarakat dan negara. Singkat kata, belajar dan mengajar
senantiasa harus ditumbuhkan bersama.
Seorang guru, setelah menamatkan pendidikannya di Institut Pendidikan dan Perguruan,
tidak boleh menanggalkan semua bukunya. Sebaliknya, ia harus semakin giat belajar agar tidak
menyia-nyiakan harapan dan kepercayaan orangtua dan tidak menyia-nyiakan kecintaan anak-
anak didik kepadanya.
Kita semua tentu sudah pernah bertamasya beramai-ramai. Bertamasya bersama dengan
guru-guru dan teman-teman sekolah atau bersama dengan teman-teman sekantor. Apa yang
biasa dilakukan ketika sampai di hotel? Hal pertama yang biasa kita lakukan adalah menyalakan
semua lampu yang ada di semua kamar. Mengapa? Karena bukan kita yang membayar uang
listrik maka kita tidak perlu berhemat. Apakah itu benar? Tentu tidak ! Bukan masalah siapa yang
membayar listrik. Tetapi kita harus berpikir bahwa saat ini semua energi begitu terbatas di dunia.
Kita seharusnya memakai energi sesuai dengan kebutuhan agar energi tidak terbuang sia-sia. Itu
adalah dasar pemikiran yang harus kita terapkan kepada generasi muda kita dan kepada generasi
berikutnya.
Bila kita melihat orang menyalakan lampu yang tidak diperlukan, kita tidak perlu ribut-ribut
dengan mereka. Kita cukup mematikannya. Karena kita harus senantiasa ingat ajaran para bijak
yaitu selalu memberi contoh yang benar dan baik kepada orang-orang disekitar kita. Bila kita
benar-benar menjalankan hidup sesuai dengan tata krama ajaran para bijak, badan kita akan
sangat sehat dan hidup kita akan menjadi sangat ringan tanpa beban. Bila kita sudah menjiwai
94
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
sikap sopan santun dan tatakrama, hidup ini akan dijalani dengan sangat mudah, nyaman dan
alamiah. Sedikitpun tidak membawa beban penderitaan baik fisik maupun mental.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang-orang di sekitar kita yang
bertindak tidak bijak, tidak sopan dan tidak bertatakrama. Seringkali mereka bertindak demikian
karena mereka belum pernah mendapat pendidikan moral dan tidak paham akan arti tatakrama.
Menghadapi orang-orang seperti itu, adalah kewajiban kita untuk dengan ramah, dengan suara
lunak, serta paras penuh senyum, memberi mereka nasihat-nasihat untuk tidak melakukan hal-
hal yang berlawanan dengan sopan santun dan tatakrama. Bahkan tidak cukup dengan memberi
nasihat-nasihat, kita sebagai anak didik Maha Guru Konfusius harus senantiasa dengan karakter
dan perilaku kita menjadi teladan bagi orang sekitar kita. Secara terus menerus kita harus
menumbuhkan dan meningkatkan karakter dan perilaku moral kita, setiap saat dengan teladan
diri membimbing orang-orang lain menapaki jalan hidup penuh welas asih dan tata krama.
【Zhang hū rén长呼人。Jí dài jiào即代叫。Rén bù zài人不在。Ji jí dào己即到】
Bila seorang yang lebih tua sedang mencari seseorang, kita harus membantu mereka untuk
mencari orang tersebut. Bila kita tidak dapat menemukan mereka, segeralah menghadap orang
tua itu dan memberitahu mereka.
Guru Cài menutup pelajaran hari ini dengan bercerita tentang bagaimana di zaman dahulu
seluruh keluarga besar tinggal bersama di bawah satu atap. Bila ada tamu yang datang mencari
kakek atau paman, tidak mungkin tamu itu dibiarkan masuk rumah dan mencarinya sendiri. Bila
kita bertemu dengan tamu itu kita harus bertanya kepadanya: mau mencari siapa? Bila ia ingin
mencari paman, maka kita harus segera mencarikan paman kita dan memberitahunya bahwa
ada tamu yang menunggu di ruang tamu. Bila paman sedang tidak berada di tempat, kita harus
kembali kepada tamu tersebut dan berkata, ”Maaf sekali. Paman saya sedang tidak berada
dirumah. Mungkin ada yang bisa saya sampaikan bila beliau pulang nanti?”
Bila anak dididik seperti ini sejak kecil, dikemudian hari ia pasti akan menjadi orang yang
sangat bertanggungjawab dalam menghadapi segala hal. Bila ia memulai sebuah tugas ia pasti
akan menyelesaikannya sampai tuntas. Ini suatu bentuk pembelajaran moral bagi anak. (*)
95
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB XIX
TATAKRAMA YANG PERLU DIMILIKI OLEH SEORANG ANAK
Bila seseorang yang lebih tua memanggil seorang lain yang lebih muda, dan pada saat itu
orang yang dicari tidak ada di tempat, kita harus segera membantu memanggilkannya. Bila orang
yang dicari ternyata tidak berada di tempat, maka segeralah kembali menemui orang yang lebih
tua tadi dan menawarkan diri untuk membantu.” 【Zhang hū rén长呼人。Jí dài jiào即代叫。Rén
bùzài人不在。Ji jí dào己即到。】
Sopan santun dalam menyambut tamu sangatlah penting. Anak-anak zaman sekarang pada
umumnya tidak terlalu mengerti sopan santun dalam menyambut tamu yang datang ke rumahnya.
Misalnya ketika bibi berkunjung ke rumah, sang anak hanya membuka pintu dan berteriak, ”Ibu…
ada bibi datang.” Apakah ini sopan? Tidak sama sekali, bukan? Tidak ada rasa hormat sama sekali.
Karena itu sangat penting bagi orangtua untuk mendidik anak agar menghormati orang yang lebih
tua dan cara-cara menyambut tamu dengan sopan dan benar, terutama tamu yang lebih tua.
Pendidikan tatakrama ini akan sangat berpengaruh pada anak. Bila tatakrama dan sopan santun
ini tidak diajarkan kepada anak dengan benar, kemungkinan besar kekurangan ini akan berdampak
negatif pada kehidupannya di sekolah atau di kantor.
Mengajarkan sopan santun kepada anak tidak bisa tentang teori saja. Harus diiringi dengan
pratek berkali-kali agar mereka benar-benar menjiwai apa yang dipelajarinya. Mengajarlah mulai
dari hal kecil, misalnya tatakrama menerima tamu. Bila tamu tiba di pintu rumah segeralah
ambilkan sandal rumah dan letakkan di depan tamu agar tamu dapat memakainya dan masuk
kedalam rumah. Semua hal yang dilakukan mengutamakan kepentingan tamu, maka sedikit demi
sedikit kebajikan hati anak akan tumbuh. Sandal untuk tamu harus diletakkan pada tempat yang
memudahkan tamu memakainya. Anak juga diajarkan menyapa tamu. ”Bibi, silahkan duduk.
Saya akan ambilkan minuman.” Setelah tamu duduk dan anak sudah menyuguhkan minuman,
anak dapat berkata, ”Sebentar ya, saya panggilkan mama saya.” Ini adalah langkah demi langkah
tatakrama menyambut tamu yang harus senantiasa diterapkan di setiap rumah tangga.
97
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Contoh lain yang dapat kita jadikan bahan pendidikan kita kepada anak adalah: jangan
berteriak jika sedang memanggil orang. Misalnya seorang guru di kelas sebelah, datang mencari
guru wali kelas yang sedang berada dikelas anak Anda. Apakah anak Anda boleh berteriak
memanggil gurunya? Sungguh tidak sopan bukan? Kita harus memberitahukan tata tertib di
dalam kelas yang benar dan sopan. Terlebih dahulu sang anak harus menyapa sang guru dari kelas
sebelah itu. Kemudian membantunya mencari guru wali kelasnya lalu membawanya menemui
tamu guru tersebut. Dengan demikian serangkaian tatakrama menyambut tamu telah dilakukan
anak dengan baik dari awal hingga akhir. Sesungguhnya saat si anak melaksanakan rangkaian
tatakrama itu, kesabaran dan kemantapan sang anak ikut terlatih.
Sama halnya, bila sang anak beranjak dewasa, dan telah bekerja di sebuah perusahaan.
Sebagai resepsionis, ia kedatangan tamu yang mencari manajernya yang sedang rapat. Pada
dasarnya tatakrama menerima tamu sama seperti apa yang diajarkan kepada anak kita bila
tamu datang ke rumah kita. Anak mempersilahkan tamu duduk di ruang tamu, menyuguhkan
minuman kepada tamu kemudian mengundurkan diri dari depan tamu untuk mencari manajer
yang dimaksudkan. Bila manajer yang dicari belum bisa keluar menemui sang tamu karena sedang
rapat, ia perlu minta petunjuk manajer berapa lama ia baru dapat menerima tamunya. Lalu ia
menginformasikan hal itu kepada tamu termasuk berapa lama tamu harus menunggu. Dengan
demikian, sang tamu mempunyai persiapan mental dan merasa nyaman menunggu.
Sopan santun dalam menerima tamu baik di rumah, di sekolah atau di kantor terutama di
kantor pemerintah yang sering menerima tamu dari luar negeri perlu diperhatikan sungguh-
sungguh. Bila tidak sopan santun dalam penyambutan tamu maka peristiwa memalukan ini
mungkin akan tersebar keluar negeri dan merusakkan nama baik negara sendiri.
Jangan menyapa orang yang lebih tua dengan langsung menyebut namanya. Dihadapan
orang yang lebih tua kita harus bersikap rendah hati. Jangan memamerkan kemampuan kita.
Bila bertemu dengan orang yang lebih tua di jalan, kita harus memberi salam. Berilah jalan
dan mundurlah bila ia tidak memberikan pesan. Tunggulah, sampai mereka terlebih dahulu
meninggalkan tempat. Bila kita sedang berada di dalam mobil dan bertemu dengan orang yang
lebih tua, kita harus terlebih dahulu turun dari mobil dan kemudian memberi salam kepada orang
yang lebih tua tersebut. Bahkan bila perlu kita tunggu mereka benar-benar telah meninggalkan
kita, baru kita melanjutkan perjalanan【Chēng zūn zhang称尊长。Wù hū míng勿呼名。Duì zūn
98
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
zhang对尊长。Wù jiàn néng勿见能。Lù yù zhang路遇长。Jí qū yī急趋揖。Zhǎng wú yán长无
言。Tuì gōng lì退恭立。Qí xià mǎ骑下马。Chéng xià chē乘下车。Guò yóu dài过犹待。Bai bù
yú百步余。】
Tidak memanggil orang yang lebih tua hanya dengan nama saja sesungguhnya merupakan
bentuk rasa hormat kita kepada mereka. Antara saudara, anak-anak harus dididik untuk menyapa
kakak atau adik dan tidak menyapa nama saja. Penyebutan “kakak” atau “adik” dapat membuat
hubungan antar saudara tanpa disadari menjadi jauh lebih dekat. Ketika kita berada di masyarakat,
kita juga harus menyapa orang yang dituakan dengan “paman” atau “bibi”, atau kalau di kantor
sapaan “manajer chén” atau “direktur chén” membuat mereka yang mendengar merasa sangat
nyaman dan tidak mendapat kesan kurang ajar. (Di Indonesia, yang dituakan lazim dipanggil
dengan “Bapak” atau “Ibu”).
Dalam hal tatakrama penyapaan, kita sebagai orangtua harus senantiasa menjadi teladan
bagi anak-anak. Sikap hormat dan sopan santun perlu ditumbuhkan dalam diri anak sejak kecil.
Tetapi yang terpenting melalui teladan diri orangtua.
Di dunia Barat banyak kita temukan anak menyapa ayah dan ibunya dengan NAMA thok! Sang
anak dengan demikian “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” dengan orangtuanya. Dengan
demikian anak tidak merasa berkewajiban tunduk pada perintah, bimbingan dan pendidikan
orangtua. Kalau keadaan sudah separah ini, akan sangat sulit bagi orangtua menanamkan
ajaran Para Bijak dalam diri anaknya. Kesimpulannya: Sapaan adalah penting dalam rangka
mengidentifikasi status SENIOR dan JUNIOR. Dengan mengajarkan sapaan yang sesuai dengan
tatakrama, kita menanamkan dalam diri anak sikap RENDAH HATI dan sikap HORMAT antar sesama
manusia dalam keluarga dan masyarakat.
Banyak orangtua memberi pendidikan terbaik bagi anaknya. Apa tujuannya? Membekali
anaknya agar menjadi anak yang mempunyai sopan santun dan memiliki keterampilan sebagai
bekal hidupnya. Jangan pernah memberikan les keterampilan hanya karena anak teman kita juga
mengambil les. Karena hal itu akan berakibat buruk bagi perkembangan psikologis anak. Bila sejak
kecil kita tanamkan dalam diri anak rasa tidak mau kalah dengan orang lain, yang akan terjadi
adalah anak akan selalu hidup dalam ketakutan. Ia senantiasa merasa terancam oleh orang lain
yang akan menjadi pribadi yang lebih baik darinya. Kalimat berikutnya berbunyi “Dui Zun Zhang,
99
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Wu Jian Neng ”. Dihadapan para tetua, bersikaplah rendah hati dan jangan pamer kemampuan
kita.
Sebagai orangtua kita memberi pendidikan kepada anak-anak kita, kita bekali mereka dengan
ilmu dan keterampilan. Namun sebagai orangtua kita perlu membimbing dan menanamkan dalam
diri mereka TUJUAN AKHIR dari semua upaya belajar itu. Penetapan tujuan belajar sang anak ini
sangatlah penting, karena tujuan belajar ini akan menuntun sang anak beriktiar mencapainya.
Tujuan belajar yang mulia dan luhur tercermin pada MOTTO Sekolah Terpadu Pahoa, yakni:
“Belajar Untuk Diamalkan”. DIAMALKAN mengandung makna diamalkan untuk kemaslahatan
orang banyak. Karena tujuan belajar telah ditetapkan untuk DIAMALKAN bagi kepentingan orang
banyak, maka tentu saja anak harus dididik menjadi manusia yang berkarakter dan perilaku mulia/
bajik. Ia juga diajarkan menjadi manusia cerdas dan bijaksana dan dilatih menjadi manusia mandiri
serta terampil. Demikian pula tujuan belajar ikut menentukan JALAN dan CARA mencapainya!
Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa banyak orangtua zaman sekarang yang salah
menetapkan TUJUAN BELAJAR!
Seorang ayah melihat para tetangganya mengirim putera-puteranya mengikuti berbagai jenis
kursus tambahan. Selain kursus tambahan untuk mata pelajaran sekolah, juga kursus main piano,
tarian dan lain-lain. Sang ayah yang tidak mau kalah dengan tetangganya, tidak peduli bahwa
puteranya sebenarnya sudah cukup baik nilai akademiknya di sekolah. Ia tidak menghiraukan ada
tidaknya bakat seni anaknya. Ia mengirim puteranya ke lembaga-lembaga kursus sebanyak yang
diikuti oleh putera tetangganya. Apa tujuan sang ayah mengirim puteranya mengambil kursus-
kursus sebanyak itu? Tujuannya agar keterampilan anaknya dapat dipamerkan kepada anggota
keluarga dan teman-teman si ayah? Apa akibat negatifnya bagi sang anak? Pertama: beban belajar
sang anak menjadi demikian berat, apalagi kursus yang diambil belum tentu sesuai dengan bakat
dan minatnya. Kedua: belajar begitu banyak cabang ilmu dan keterampilan membuat anak tidak
bisa fokus dan akhirnya tidak satupun cabang ilmu dikuasainya secara mendalam. Ketiga: karena
ilmu yang dipelajari dalam kursus dipamerkan kesana-kemari dan menuai pujian orang-orang,
timbullah rasa EGO dalam diri anak yang membuatnya semakin congkak dan puas diri, dan ini tak
mendorong dia untuk terus belajar, maka masa depannya akan suram. Jadi dapat kita lihat betapa
penentuan tujuan belajar akan menentukan nasib sukses atau gagalnya suatu proses belajar.
100
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Satu lagi TUJUAN BELAJAR yang keliru adalah: “Belajar untuk memupuk kekayaan diri sebesar-
besarnya.” Seorang yang belajar dengan tujuan seperti ini pastilah seorang yang egois, tamak,
serakah, dan akan menghalalkan segala cara termasuk cara-cara amoral dan melawan hukum
untu meraih tujuan yang hina ini. Hal terpenting untuk dicamkan oleh kita semua adalah: mereka
yang belajar dengan tujuan yang salah dan hina tidak akan pernah bisa mencapai hasil belajar
sebaik dan segemilang mereka yang belajar dengan tujuan belajar untuk diamalkan.
Kesimpulannya: Dalam hal proses panjang pembelajaran, sejak awal sudah harus “HATI-HATI
DAN TELITI” dalam hal penetapan tujuan dan konsep belajar.
Jadi kalimat Di Zi Gui yang mengatakan: “dihadapan tetua, jangan pamer kemampuanmu”
mengandung arti bahwa sikap “RENDAH HATI” seorang anak harus terus ditumbuhkan. Seorang
anak yang rendah hati, masa depannya akan gemilang! Seorang akademikus di Tiongkok kuno, Yuan
Liao Fan, mengamati siswa-siswa peserta ujian PTNS (Pejabat Tinggi Negeri Sipil). Ia menemukan
bahwa yang rendah hati, yang bersikap hormat, walau usianya masih belia, umumnya dapat lulus
dengan gemilang.
Jadi, anak sejak kecil harus senantiasa diingatkan untuk bersikap “Rendah Hati.” Sebab,
kendati ilmu yang kita kuasai hari ini sangat tinggi, kita harus ingat bahwa ilmu yang kita kuasai itu
bukan hasil ciptaan kita sendiri. Bukan! Itu semua adalah hasil pendidikan dan pembelajaran dan
juga hasil bimbingan serta perhatian dari banyak sekali orang di sekitar kita, dalam perjalanan
menempuh jenjang-jenjang pendidikan kita. Jadi, semakin tinggi ilmu yang kita miliki, semakin
harus kita rasakan besarnya pengorbanan yang diberikan kepada kita oleh begitu banyak orang
di sekitar kita. Dengan senantiasa rendah hati seperti ini, tidak mungkin kita akan menjadi
sombong.
Kalimat berikut Di Zi Gui berbunyi “bertemu tetua di jalan, maju menghampiri dan memberi
hormat.” Di tengah jalan, bila bertemu dengan tetua, kita harus proaktif menghampiri dan memberi
salam! Ibu dari Guru Cai yang mantan guru bercerita: Ada sebagian mantan muridnya, tatkala
berpapasan dengannya di jalan segera menyingkir menghindarinya! Nah, apa kira-kira penyebab
dari sikap siswa seperti ini? Banyak faktor penyebabnya, salah satunya: hubungan antara guru
dengan murid yang bersangkutan kurang akrab! Penyebab kedua, kemungkinan siswa ini sejak
kecil tidak dibiasakan memberi salam kepada orang lain! Jadi adalah tugas kita sebagai orangtua
101
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
untuk mendidik anak-anak kita agar memberi salam kepada orang yang lebih tua.
Guru Cai bercerita tentang sepasang suami isteri muda yang hanya mempunyai seorang anak.
Ibu anak ini memiliki tiga kakak perempuan. Ayah sang anak juga bersaudara empat. Jadi anak ini
adalah cucu tunggal dari keluarga besar ini. Dapat dibayangkan betapa anak ini dimanjakan oleh
kakek, nenek, ayah, ibu serta paman-paman dan bibi-bibinya.
Tambahan lagi, pada suatu hari ayah sang anak pernah berkata kepada seluruh anggota
keluarga besarnya bahwa orang yang bertemu dengan puteranya adalah ibarat bertemu dengan
dia sendiri. Apa yang diucapkan puteranya juga diucapkan dia sendiri. Dan siapa yang mengganggu
anaknya juga mengganggu dia juga. Nah bagaimana sikap dan perilaku sang putera mendengar
kata-kata ayahnya itu? Besar kepala! Inilah dampak buruk seorang ayah yang tidak paham cara
bijak mendidik anak!
Nyata-nyata, menyayangi anak secara berlebihan dapat mencelakakan anak! Kini kita semua
paham, anak-anak sekarang sulit dididik dan diajar, tidak lain karena “dimanjakan.”
Suatu saat ayah dan ibu si anak berkesempatan mulai belajar Di Zi Gui. Mereka mulai
merasakan ada yang tidak beres dengan sikap dan perilaku anaknya yang harus segera dikoreksi!
Suatu hari anak ini lapar dan minta makan. Di rumah sang ibu memasak satu-dua macam lauk.
Ketika hendak makan sang anak melihat lauknya hanya sedikit. Ia menendang kursi makan dan
berkata, ”Saya tidak mau makan, sayur sedikit sekali.” Ibunya sangat bijak. Ia berkata kepada
anaknya dengan halus dan sabar, ”Hari ini hanya ada ini lauknya. Bila kamu tidak mau makan,
ibu akan menyimpan sayuran ini di kulkas agar tidak rusak.” Sang anak tetap tidak mau makan.
Keesokan paginya, sang ibu sengaja tidak memasak apa pun kecuali bubur ayam. Anak itu kembali
berkata kepada ibunya, ”Ibu, saya lapar sekali. Apakah ada makanan?” Sang ibu berkata “ada”
lalu mengeluarkan semangkuk bubur ayam. Sang anak melihat hanya bubur dan berkata ia tidak
mau makan kalau hanya bubur. Ibunya tersenyum dan berkata, ”Kalau begitu kamu tahan lapar
saja karena hari ini hanya ada bubur”. Beberapa menit kemudian ibunya menyimpan kembali
bubur. Beberapa jam kemudian sang anak kembali mencari ibunya untuk meminta makan. Sang
ibu kembali mengeluarkan semangkuk bubur. Karena sudah tidak sanggup menahan lapar, anak
itu segera melahap semangkuk bubur itu dan berkata kepada ibunya, “ Ibu … ternyata bubur ayam
ini sangat enak tanpa harus dimakan bersama lauk lain.” Moral cerita ini adalah: Jangan manjakan
102
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
anak secara berlebihan. Displin yang diterapkan kepada anak bagi beberapa orang akan terkesan
kejam tetapi bila diterapkan dengan benar akan membentuk karakter baik anak.
Pada umumnya pada keluarga muda sekarang suami dan istri bekerja dan anak dititipkan di
rumah kakek dan neneknya. Didikan kakek dan nenek pada umumnya memanjakan cucu. Karena
itu ayah dan ibu harus bekerja sama dengan guru sekolah untuk mendidik anak menjadi tidak
manja dan mandiri. Karena waktu yang dihabiskan oleh anak di sekolah cukup panjang, maka
peranan penting dalam mendidik anak sudah tentu jatuh ke tangan guru. Tetapi ini tidak berarti
orangtua boleh melepaskan tanggung jawab atas anaknya. Guru dan orangtua harus bekerja sama
dalam mendidik anak agar tercapai hasil yang optimal.
Selanjutnya Guru Cài berbagi cerita tentang tatakrama dan sopan santun yang benar dalam
berkenalan, baik dengan orang yang lebih tua maupun dengan orang-orang dari dunia bisnis.
Apa yang biasa dilakukan orang ketika bertemu? Bila orang tersebut tidak kita kenal, kita biasanya
hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Bila orang itu yang sudah kita kenal, kita akan
menyalaminya sambil menanyakan kabar. Ini adalah tata krama dan sopan santun dasar yang
harus kita ajarkan kepada anak cucu kita. Bersalaman adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang
Barat. Bagi orang Timur yang biasa dilakukan adalah membungkukkan badan dan memberi salam
untuk menunjukkan rasa hormat. Tidak boleh dari kejauhan kita sudah melihat orang yang lebih
tua yang sebenarnya kita sudah kenal tetapi kita pura-pura tidak melihat dan pergi begitu saja.
Dalam dunia bisnis, saling bersalaman juga adalah sopan santun yang biasa dilakukan. Tetapi
yang penting kita ketahui di sini adalah urutan siapa yang harus terlebih dahulu mengulurkan
tangan untuk memberi salam. Bila kita bertemu orang yang lebih tua, kita sebagai yang muda
tidak boleh terlebih dahulu mengulurkan tangan memberi salam. Kita boleh menganggukkan
kepala sambil tersenyum, menunggu orang yang lebih tua tersebut mengulurkan tangan memberi
salam. Di dunia bisnis juga begitu, bila kita bertemu dengan atasan kita. Apakah sopan bisa kita
mengulurkan tangan terlebih dahulu? Tentu tidak. Kita harus menunggu atasan kita mengulurkan
tangan baru kita menyambut salaman tersebut.
Urutan-urutan ini jangan sampai salah. Di awal pertemanan, siapa yang harus terlebih dahulu
mengulurkan tangan untuk bersalaman, apakah pria atau wanita? Tentu wanita! Bila wanita tidak
terlebih dahulu mengulurkan tangan untuk bersalaman, seorang pria tidak boleh buru-buru
103
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
mengulurkan tangan. Sebab bila sang wanita tidak menyambut uluran tangan si pria, bisa timbul
situasi yang tidak mengenakkan.
Pada saat bersalaman kita juga harus menjaga sikap kita. Kita harus bersikap setenang
mungkin, jangan mengeluarkan tenaga yang berlebihan agar orang yang kita salami tidak merasa
kesakitan. Selain itu, ketika bersalaman kita harus menatap mata orang tersebut. Bisakah kita
bayangkan bila kita sedang bersalaman dengan seseorang tetapi mata orang itu menatap ke arah
orang lain atau ke arah lain. Bagaimana perasaan kita? Kita pasti akan merasa tersinggung dan
merasa tidak dihargai. Karena itu pastikan ketika bersalaman kita menatap mata orang tersebut
sambil berkata, ”Hallo, apa kabar ….” Dengan demikian orang yang bersalaman dengan kita juga
akan merasa nyaman.
Dalam hal memperkenalkan diri, urutannya terbalik dari tata krama bersalaman. Sesudah
bersalaman, yang terlebih dahulu memperkenalkan diri adalah orang yang lebih muda terhadap
yang lebih tua, atau bawahan terhadap atasan.
Bagaimana cara kita membagikan kartu nama yang benar? Bila kita sedang bertemu dengan
beberapa orang dalam acara bisnis, apakah kita langsung mengambil dompet kartu nama lalu
membagikan satu persatu? Cara seperti itu tidak sopan dan terkesan tidak menghormati orang
lain. Bila Anda tidak menghormati orang lain sesungguhnya Anda sudah tidak menghormati diri
Anda sendiri.
Kartu nama adalah representasi diri Anda. Tidak pantas bila kartu nama disodorkan secara
sembarang. Selembar kartu nama dipegang dengan dua tangan pada kedua sisinya, dan
diserahkan dengan dua tangan kepada orang lain. Pastikan sisi muka kartu nama berada di atas,
agar penerima kartu dapat langsung melihat nama dan jabatan pemberi kartu.
Kalau kita menerima kartu nama, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyimak nama
keluarga dan jabatannya di perusahaan. Kalau sesama orang Indonesia, kita cukup menyapa
dengan “Bapak” atau “Pak” yang disusul dengan nama keluarganya. Bila berhadapan dengan
seorang Tiongkok maka bila ia bermarga Tan dan berjabatan direktur, maka kita harus menyapanya
dengan “Direktur Tan” sebagai ungkapan hormat. Perlakukan kartu nama orang yang baru dikenal
dengan hormat dan simpanlah baik-baik di kantung atau dompet Anda. Jadi tatakrama perkenalan
104
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
antara dua orang yang baru saling berkenalan sangatlah penting karena hal ini dapat membangun
jembatan persahabatan antar manusia.
Bila bertemu dengan orang yang lebih tua di jalan, kita harus memberi salam. Bila mereka
tidak memberikan reaksi apa pun, mundurlah dan berilah jalan kepada mereka untuk pergi
terlebih dahulu.『Lù yù zhang路遇长,jí qū yī急趋揖,zhang wú yán长无言,tuì gōng lì退恭
立』. Pada umumnya mahasiswa-mahasiswa di Tiongkok tidak tinggal bersama orangtuanya.
Mereka tinggal di asrama. Mereka juga tidak sering-sering pulang. Tetapi ketika mereka pulang,
sesampai di rumah, mereka menyapa orangtuanya lalu pergi lagi berkumpul bersama teman-
temannya. Apakah ini adalah hal yang benar untuk dilakukan? Orangtua kita telah begitu lama
menunggu kita kembali saat libur. Apakah benar bila kita hanya menyapa mereka kemudian
kita pergi menyibukkan diri kita dengan teman-teman? Apakah pernah kita berpikir bagaimana
perasaan orangtua kita?
Bila kita jarang-jarang berada di rumah, ada baiknya kita meluangkan waktu lebih banyak
dengan orangtua kita. Banyak yang dapat kita lakukan, misalnya menemani mereka minum teh
atau menonton tv bersama-sama, atau hanya duduk bersama dan ngobrol. Mereka akan sangat
bahagia. Bila kita sudah menghabiskan waktu dengan mereka dan mereka juga sudah tidak ada
yang ingin disampaikan kepada kita, barulah kita mengundurkan diri untuk istirahat atau pergi
bermain bersama teman-teman.
Apabila Guru Cài kembali dari Ha kou (海口), Guru Cài akan langsung ke rumah kakeknya untuk
menjenguk beliau. Setelah itu Guru Cài akan pulang ke rumah untuk melihat ayah dan ibunya.
Setelah hampir 4 bulan tidak bertemu Guru Cài akan ngobrol panjang lebar dengan mereka,
terkadang bisa 2-3 jam. Apa yang biasa di perbincangkan adalah keseharian yang dilakukan oleh
Guru Cài ketika sedang mengajar di Hai kou (海口), dengan tujuan agar sang ayah dan ibu dapat
tenang karena mereka tahu apa yang terjadi dengan anak mereka di rantau.
Guru Cài bercerita tentang seorang anak yang setelah belajar ajaran Dì Zi Guī 《弟子规》,
bertekad berlutut untuk berterima kasih kepada orangtuanya. Begitu tiba di rumah, anak ini pergi ke
dapur mengambil dua buah gelas berisi teh. Anak ini menunggu orangtuanya keluar kamar. Hatinya
sedikit deg-degan karena tidak pernah berperilaku seperti ini. Kedua orangtuanya belum juga keluar
dari kamar, dan ada famili pula yang datang. Anak ini sudah tidak sabar, maka ia memutuskan tetap
105
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
berlutut di depan orangtuanya walaupun ada tamu di rumah itu. Saat itu semua orang terdiam
melihat perilaku anak ini. Anak ini menahan rasa malu, kemudian berkata kepada orangtuanya,
“Ayah dan ibu, anakmu ingin mengucapkan banyak terima kasih atas jasa ayah dan ibu dalam
membesarkan aku.” Para anggota keluarga yang saat itu berada disana merasa tersentuh melihat
itu.
Di zaman dahulu orang-orang menunggang kuda, tetapi di zaman sekarang kita semua
berkendaraan di jalan. Tetapi tata krama yang berlaku sama saja yaitu bila sedang berkendaraan
di jalan dan kita bertemu dengan orang yang lebih tua, maka kita harus turun dari kendaraan kita
dan kemudian memberi salam kepada mereka. Dan untuk menunjukkan rasa hormat kita, kita
harus menunggu mereka terlebih dahulu meninggal tempat tersebut. 『Qí xià ma骑下马,chéng
xià chē乘下车,guò yóu dài过犹待,bai bù yú百步余。』
Kalimat di atas dapat kita perluas artinya menjadi suatu TATAKRAMA menghantar tamu.
Kalimat “guò yóu dài过犹待,bǎi bù yú百步余” berarti “Dalam hal menghantar tamu, atau orang
yang lebih tua, kita harus menunggu sampai tamu telah meninggalkan tempat. Lalu kita sebagai
tuan rumah baru boleh pergi meninggalkan tempat”. Jangan sampai tamu yang dihantar baru
melangkah keluar pintu, kita sudah menutup pintu keras-keras! Mengapa? Sebab perilaku ini
memberi kesan Anda sedang mengusir tamu itu pergi!
Singkat kata, saat menghantar tamu keluar rumah, kita harus meninggalkan kesan pada tamu
bahwa ia diterima dengan hangat di rumah Anda, bahwa ia sangat dihormati oleh tuan rumah.
Bila menghantar tamu keluar kantor gedung bertingkat, hantarlah dia sampai di muka lift.
Tunggulah sampai tamu masuk lift. Setelah pintu lift telah menutup barulah Anda meninggalkan
tempat!
Saat kita bertemu dengan orang yang lebih tua, bila mereka sedang berdiri janganlah
kita duduk. Kita harus menunggu mereka duduk dan mempersilahkan kita duduk barulah kita
mengambil tempat duduk. Ketika berbicara dengan mereka, suara kita harus jelas namun lembut
dan tenang. Janganlah berbicara terlalu pelan karena itu bukan hal yang pantas kita lakukan. Bila
kita sedang ada perlu mencari orang yang lebih tua, kita harus maju menghadap dengan cepat.
Tetapi ketika urusan telah selesai, kita harus mengundurkan diri secara perlahan. Bila orang yang
106
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
lebih tua sedang berbicara kepada kita, hendaknya kita mendengarkan baik-baik. Kita harus
menatap mereka ketika sedang berbicara, jangan melirik ke kanan dan ke kiri. 【Zhang zhě lì长
者立。Yòu wù zuò幼勿坐。Zhang zhě zuò长者坐。Mìng nai zuò命乃坐。Zūn zhang qián尊长
前。Shēng yào dī声要低。Dī bù wén低不闻。Què fēi yi却非宜。Jìn bì qū进必趋。Tuì bì chí退
必迟。Wèn qi duì问起对。Shì wù yí视勿移。】
Guru Cài menutup pelajaran hari ini dengan bercerita tentang satu hal yang dilakukannya
ketika belajar di Australia. Malam hari setelah kakak kelasnya selesai mengajar, mereka bersama-
sama mengantar kakak kelas itu ke rumahnya. Setelah tiba dirumah kakak kelas, Guru Guru Cài
masih menunggu di depan rumahnya sampai terlihat lampu menyala di kamar kakak kelas tersebut.
Teman-teman Guru Cài bertanya mengapa mereka harus menunggu sampai begitu lama. Guru Cài
menjelaskan ini untuk menunjukkan rasa hormatnya dan rasa berterima kasih kepada kakak kelas
tersebut. Karena bila tidak bertemu dengan sang kakak kelas, ilmu mereka tidak akan bertambah.
Karena itu semua dilakukan dengan hati yang penuh rasa berterima kasih. Para bijak yang hidup
di zaman dahulu memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan sesamanya. Semua ini terlihat dari
hasil karya mereka yang berupa puisi ataupun tulisan sastra lain. (*)
107
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Bab XX
PENERAPAN “BAKTI” DAN “HORMAT KEPADA YANG LEBIH TUA”
KEDALAM PERGAULAN DI MASYARAKAT
Pada zaman Tiongkok kuno, orang-orang sangat memperhatikan hubungan antar sesama.
Mereka sangat menghormati orang yang lebih tua. Bila mereka berpisah dengan teman, mereka
menunggu sampai temannya itu pergi jauh sampai tidak terlihat lagi. Barulah mereka beranjak
dari tempat itu. Mengapa demikian? Karena mereka sangat menghargai pertemanan. Mereka
sungguh-sungguh menghargai satu sama lain. Hal seperti ini sudah jarang terlihat dalam kehidupan
zaman modern ini.
Kebetulan kakak angkat Guru Cài datang untuk mendengarkan ceramah. Ia datang dari
Tái zhōng (台中) untuk memberikan dukungan kepada Guru Cài. Tetapi baru mengikuti dua
sesi pelajaran, sang kakak angkat sudah harus kembali ke Tái zhōng (台中) karena ada urusan
mendadak. Sang kakak angkat sangat sedih karena tidak bisa tetap berada di tempat ceramah
untuk memberi dukungan kepada Guru Cài. Walaupun dukungannya tidak terucap, tetapi berada
di sana untuk mendengarkan ceramah merupakan dukungan kakak angkat kepada guru Cai.
Akhirnya Guru Cài mengantarkan kakak angkatnya ke stasiun kereta api. Sampai di sana Guru Cài
merasa sangat berat hati berpisah dengan kakaknya. Teringat dalam benaknya hubungan mereka
yang sudah terjalin selama lebih dari sepuluh tahun. Selama sepuluh tahun itu sang kakak angkat
memberinya banyak dukungan, juga ketika Guru Cai mengalami beberapa kegagalan. Kakak
angkat begitu percaya kepadanya dan menghiburnya. Katanya kepada Guru Cai: ”Selama kamu
melakukan segala sesuatu dengan hati yang mengutamakan orang lain dan masyarakat, suatu
saat kamu pasti akan berhasil melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.” Selama ini ia
terus memperhatikan perkembangan Guru Cài dan sangat mendukung pilihannya untuk berkarir
dalam dunia pendidikan.
Bila kita sedang bersama orang yang lebih tua, dan saat itu orang yang lebih tua itu sedang
berdiri, kita janganlah duduk. Kita baru boleh duduk setelah ia duduk dan mempersilahkan kita
109
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
duduk. 【Zhang zhě lì 长者立。Yòu wù zuò幼勿坐。Zhang zhě zuò长者坐。Mìng nai zuò命
乃坐。】Ketika belajar Etika dan Tatakrama kita harus bertindak fleksibel, tidak boleh kaku.
Misalnya kita sedang berada di dalam lift yang sudah sangat padat. Ketika melihat paman kita
dalam lift yang sama, apakah kita perlu membungkuk memberi hormat? Tentu tidak, karena saat
itu lift begitu penuh. Sebagai gantinya, kita dapat memberi anggukan dan menyapanya. Bila kita
sedang berada didalam toilet, apakah kita perlu memberi hormat dengan membungkuk? Tidak
perlu. Tunggu saja sampai kita sudah berada diluar, baru kita dapat memberi salam.
Belajar etika harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Janganlah terlalu kaku. Seorang
rekan Guru Cài sedang berbicara dengan seniornya. Pada awalnya mereka berdua berbicara sambil
berdiri. Tetapi lama-kelamaan sang senior merasa capai kemudian duduk. Tetapi ia lupa meminta
teman Guru Cài itu duduk. Karena ingat ajaran dari para bijak, teman Guru Cài itu tetap berdiri.
Ia belum disuruh duduk oleh senior tersebut. Karena postur tubuh teman Guru Cài cukup tinggi,
sang senior yang sedang duduk itu terpaksa mendongakkan kepalanya agar dapat menatap teman
Guru Cài sambil terus bercakap-cakap. Sampai akhirnya rekan senior itu meminta teman Guru Cài
duduk karena lehernya sakit akibat terlampau lama mendongkakkan kepalanya. Maka janganlah
kita terpaku pada arti sebuat kalimat Di Zi Gui.
Ada seorang anak berumur sekitar tiga tahun yang telah belajar ajaran Dì Zi Guī 《弟子规》.
Suatu hari anak ini bertamasya dengan ayah, ibu dan neneknya. Mereka duduk di sebuah taman.
Sang ayah membaca koran dan anak ini duduk pada sebuah bangku. Ketika melihat neneknya
menghampirinya, anak ini langsung melompat dari bangku yang sedang didudukinya. Karena
bangku ini agak tinggi, ia terjatuh ke tanah. Ayah dan neneknya terburu-buru menghampirinya,
karena khawatir anak itu terluka. Mereka bertanya kepadanya, ”Mengapa kamu melompat dari
kursi yang begitu tinggi?” Ia menjawab, “Di sekolah, kami diajarkan bila melihat orang yang lebih
tua, kami harus berdiri.” Mendengar hal ini sang nenek sangat terharu, anak yang baru berumur
tiga tahun sudah bisa mengerti tata krama seperti ini. Kita harus belajar dari anak ini, ia langsung
mempraktekkan apa yang dipelajarinya dari orang bijak.
Bila kita berbicara dengan orang yang lebih tua, berbicaralah dengan suara lembut, tenang
dan jelas. Tidaklah pantas bila orang yang lebih tua tidak dapat mendengar suara kita, karena kita
berbicara terlalu pelan. Bila kita perlu menghadap orang yang lebih tua, melangkahlah dengan
cepat ke hadapannya. Bila ia bertanya kepada kita, dengarkanlah dengan seksama, dan jangan
110
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
melirik ke kanan dan ke kiri. 【Zūn zhang qián尊长前。Shēng yào dī声要低。Dī bù wén低不
闻。Què fēi yi却非宜。Jìn bì qū近必趋。Tuì bì chí退必迟。Wèn qi duì问起对。Shì wù yí视勿
移。】
Ini semua adalah sopan santun dalam bertutur kata. Dihadapan orang-orang yang lebih tua,
berbicaralah dengan pelan agar tidak mengganggu percakapan mereka. Anak-anak zaman sekarang
tidak banyak yang mengerti kapan mereka boleh berbicara dan kapan tidak boleh berbicara. Yang
lebih banyak terjadi adalah ketika mereka berkumpul, mereka tidak bisa diam, suka berteriak-
teriak dan berbic ara lantang. Kadang-kadang karena bersuara terlalu lantang, dan mengganggu
para orang tua yang sedang mengobrol, orang-orang di sekitar menegor mereka dan meminta
mereka menurunkan volume suaranya. Tetapi itu bisa bertahan paling lama 3 menit karena setelah
itu mereka kembali gaduh. Apabila orang-orang tua itu kewalahan dan membiarkan anak-anak
itu berteriak-teriak terus, maka jelas pembiaran itu salah, sebab anak-anak tersebut akan terus
berperilaku kurang ajar sepe rti itu. Mengajar Etika dan Tatakrama membutuhkan kesabaran.
Orang Tionghoa sangat mengutamakan “JALAN TENGAH”. Jalan Tengah ini terlihat dalam
keseharian mereka. Misalnya dalam hal berpakaian, apakah perlu Jalan Tengah? Ya, perlu Jalan
Tengah. Karena bila kita berpakaian terlalu banyak, kita kepanasan. Bila berpakaian terlalu
sedikit, kita kedinginan. Bagaimana dengan bersantap? Bila kekenyangan kita akan sakit lambung,
bila makan terlalu sedikit kita akan kelaparan. Bagaimana dengan volume suara ketika bercakap-
cakap? Perlukah Jalan Tengah saat bercakap-cakap? Tentu perlu ! Dihadapan orang-orang tua,
berbicaralah pelan dan lembut! Tetapi, tidak sopan apabila kita berbicara terlalu pelan dan
tidak jelas. Jadi, ketika berbicara dihadapan seorang tua, pastikan ia paham akan apa yang kita
sampaikan. Harus diperhatikan pula, ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, kita harus
menatapnya. Anak-anak zaman sekarang ketika diajak berbicara tidak bisa fokus menatap kita.
Paling lama 10 detik mereka bisa menatap kita. Mereka juga sangat tidak sabaran. Mengapa mereka
berperilaku begitu? Karena kurangnya pendidikan tentang tata krama dan sopan santun. Dan lama
kelamaan, anak-anak akan terbiasa dengan perilaku buruk ini. Jadi, tentang Etika dan Tatakrama
yang tidak jarang dianggap sebagai urusan kecil, dibutuhkan perhatian dan kesabaran orangtua
untuk mendidik anak-anak sejak usia dini. Dengan demikian sejak kecil Etika dan Tatakrama harus
sudah tertanam dalam diri anak supaya mereka senantiasa memperhatikan kepentingan orang
lain.
111
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Bila anak kecil dipanggil oleh orang yang lebih tua, ia harus segera menghampiri dia. Setelah
orang yang lebih tua itu selesai berbicara, anak itu dapat meninggalkan tempat itu dengan
tenang.
Kita harus berbakti kepada orang yang lebih tua dan yang patut di hormati seperti paman
dan bibi, sama seperti kita berbakti kepada orangtua kita sendiri. Begitu juga dengan sepupu
dan keponakan, harus kita sayangi dan hormati seperti saudara kandungkita. 【Shì zhū fù 事诸
父。Rú shì fù如事父。Shì zhū xiōng事诸兄。Rú shì xiōng如事兄。】Bab kedua Di Zi Gui “Chu
Ze Ti” berbunyi: “Melayani Paman dan Bibi, bagai terhadap Orangtua sendiri; Bersikap terhadap
Saudara Sepupu, bagai terhadap Saudara Kandung sendiri.”
Dalam seminar kali ini Guru Cài bertemu dengan banyak orang yang lebih tua yang sudah
dikenalnya beberapa tahun sebelumnya. Ada yang sudah beberapa tahun tidak pernah berjumpa
dengan Guru Cai. Mereka itu menghadiri seminar ini untuk mendukung Guru Cài. Ia sangat terharu
dan sangat berterima kasih atas dukungan mereka. Guru Cài tumbuh dan berkembang bersama
mereka. Jalinan kasih ini harus senantiasa dikenang di hati. Bila suatu hari mereka membutuhkan
sesuatu, Guru Cai akan berusaha sekuat tenaga membantu.
Orang yang lebih tua, baik yang mempunyai pertalian keluarga dengan kita maupun yang
tidak, harus kita hormati seperti orangtua kita sendiri. Begitu juga terhadap orang lain, baik kakak
dan adik kandung maupun yang bukan, harus kita hormati seperti saudara kandung kita. Dengan
demikian berkat akan datang dengan sendirinya.
Guru Cài pernah bercerita tentang seorang wanita Singapura yang berhati sangat mulia
(ibu Xu Zhe) yang melayani banyak orang yang tua, sakit dan miskin. Pernah wartawan yang
mewawancarinya berkata: “Anda membantu begitu banyak orang lain.” Ibu Xu langsung memotong
kata-kata wartawan itu. “Siapa bilang saya telah banyak membantu orang lain? Semua yang aku
bantu adalah adik-adik kandungku.” Dengan sikap kedermawanan seperti itu, ketika ditanya
”Dimanakah anda tinggal?”, Ibu Xu menjawab, “Di setiap tempat, karena saya mempunyai banyak
saudara dan kakak yang tinggal di sekitar sini.” Wartawan bertanya lagi, ”Anda senantiasa menjaga
orang lain, siapakah yang menjaga Anda?” Wanita ini menjawab, ”Tuhan yang akan menjaga saya.”
Betapa positifnya pandangan hidup Ibu Xu.
112
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Menurut Maha Guru LAO Tse, “orang yang berhati Mulia dan Penuh Welas Asih adalah
orang yang penuh berkat.” Ibu Xu berkata bahwa ia tidak pernah tahu mengapa lemari esnya bisa
penuh dengan sayur dan makanan. Kisah Ibu Xu ini mengajarkan bahwa orang yang memberi
dengan tulus tidak mengharapkan balasan. Orang yang berbalas budi juga tidak ingin ketahuan
ia sedang berbalas budi. Bila kita memberi sesuatu kepada orang lain dengan maksud tertentu,
maka penerima bantuan akan “terbebani” karena merasa berhutang sesuatu kepadamu. Dengan
demikian hubungan antar manusia dijalin dengan “tekanan-tekanan.” Ibu Xu melakukan semuanya
tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan dari semua orang yang pernah ditolongnya. Ia bahkan
menganggap apa yang telah dilakukannya sudah sewajarnya demikian. Dengan demikian orang-
orang yang merasa terbantu olehnya, secara diam-diam dan setiap ada kesempatan, berupaya
membalas budinya antara lain dengan mengisi lemari es Ibu Xu dengan sayuran dan makanan.
Kesimpulannya: Bila kita bersungguh-sungguh dan dengan hati tulus menjalin hubungan
dengan sesama, menganggap dan memperlakukan setiap manusia sebagai saudara kita sendiri,
maka sesama kita juga akan memperlakukan kita sebagai saudaranya. Maka terbuktilah sabda
Mahaguru Confusius yang berbunyi: “ALL MEN ARE BROTHERS.” Camkanlah bahwa sabda Maha
Guru ini adalah suatu AKIBAT ! Mengapa demikian? Karena, apabila kita menganggap dan
memperlakukan semua manusia di dunia ini sebagai SAUDARA kita, buah yang akan kita petik
adalah mereka akan memperlakukan kita sebagai saudara mereka.
Dalam kitab Xiào jīng 《孝经》 disebutkan bahwa sebenarnya hubungan antar sesama
manusia itu tidak rumit. Kita hanya perlu sebuah hati yang tulus dan mulia untuk dapat
memenangkan simpati dan empati dari sesama. Bila kita menghormati ayah dari seseorang,
maka putera-puterinya akan merasa sangat berbahagia. Seluruh anggota keluarganya pasti akan
menyukai kita. Bila engkau menghormati kakak seseorang, maka seluruh adik-adik dari kakak
orang itu akan turut bergembira. Demikian pula, bila engkau menghormati “atasan” seseorang,
seluruh “bawahan” orang itu akan ikut hormat kepada Anda. Jadi, bila kita senantiasa memiliki
sebuah Hati yang tulus dan mulia, secara alamiah kita akan dapat memenangkan persahabatan
dengan banyak orang.
Baru saja disinggung bahwa kita harus menjalin hubungan baik dengan sepupu atau keponakan
kita. Kita harus menyayangi mereka seperti kita menyayangi saudara kandung kita sendiri.
113
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Pada zaman Dinasti Míng hidup seorang wanita yang bernama Zhāng jiā yīng (章佳英) .
Waktu kecil Zhāng jiā yīng (章佳英) ditinggal mati oleh kedua orangtuanya. Zhāng jiā yīng (章佳
英) mempunyai tiga kakak. Ketiga kakaknya juga meninggal pada usia muda, dengan meninggalkan
beberapa putera yang masih kecil. Zhāng jiā yīng (章佳英) bersama dengan kakak-kakak iparnya
membesarkan mereka. Kebetulan sekali kakak-kakak iparnya tidak lama kemudian juga meninggal
dunia. Dengan demikian Zhāng jiā yīng (章佳英) menjadi tulang punggung yang membesarkan
keponakan yang ditinggalkan orangtuanya itu. Karena kasih sayangnya yang begitu besar pada
para keponakannya itu, Zhāng jiā yīng (章佳英) tidak menikah. Apakah dengan demikian Zhāng
jiā yīng (章佳英) akan dirugikan? Tentu tidak. Di masa tuanya Zhāng jiā yīng (章佳英) mendapat
kasih sayang dari para keponakan yang telah dibesarkannya dengan sepenuh hati itu.
Guru Cài juga pernah bertemu dengan murid yang dibesarkan oleh bibinya, karena anak
itu sudah yatim piatu waktu masih kecil. Sang bibi pada saat berpacaran berkata kepada calon
pasangannya, “Bila kita menikah, saya harus membawa kedua keponakan saya. Karena saya
yang bertanggung jawab menjaga mereka.” Guru Cài sempat berbincang-bincang dengan sang
bibi itu. Mendengar ceritanya, Guru Cài sangat terharu dan hampir menangis. Bila seorang bibi
begitu sayang dan mementingkan kebahagiaan keponakan-keponakannya, maka yakinlah sebuah
keluarga yang sudah tidak lagi “lengkap” masih tetap berkesempatan berkembang baik. Hal ini
bisa terjadi asalkan Prinsip Moral “Hormatilah yang lebih tua, Ayomi dan sayangilah yang lebih
muda” tetap dijaga.
Kita sudah mendengar cerita tentang Xu zhé (许哲),yang menganggap semua orang di
seluruh dunia adalah saudaranya. Pada zaman Dinasti Jìn (晋朝) terdapat seorang terpelajar yang
bernama Zu tì (祖逖). Waktu itu Dinasti Jìn (晋朝) sedang kacau balau karena diserang musuh-
musuhnya. Zu tì (祖逖) membawa ratusan keluarga meninggalkan tempat tinggal mereka untuk
mencari tempat yang aman. Sepanjang perjalanan ia menjaga orang-orang sakit dan orang-
orang lanjut usia. Semua obat pribadinya dipakai untuk menyelamatkan orang-orang sakit. Raja
yang mengetahui hal ini memberi Zu tì (祖逖) penghargaan, dan kemudian Raja mengangkatnya
menjadi pejabat Negara.
Selama berada di perantauan, Zu tì (祖逖) mengajar orang-orang sekampungnya bercocok
tanam sebagai mata pencaharian. Suatu hari Zu tì (祖逖) menemukan banyak tengkorak. Waktu itu
sedang ada peperangan sehingga banyak tengkorak bertaburan. Ia membawa pulang tengkorak-
114
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
tengkorak itu untuk di bersihkan dan dikuburkan dengan baik. Banyak orang sangat terharu
oleh perilaku Zu tì (祖逖). Cerita ini tersebar dari mulut ke mulut sehingga seluruh rakyat sangat
menghormati Zu tì (祖逖). Ketika Zu tì (祖逖) meninggal dunia, begitu banyak orang datang untuk
memberikan penghormatan terakhir. Mereka semua menangis karena sangat bersedih, seperti
telah kehilangan orangtuanya sendiri.
Waktu belajar di Australia, Guru Cài bertemu dengan seseorang yang sebaya dengan ayahnya.
Paman ini mengalami pendarahan lambung sehingga banyak muntah darah. Pada suatu hari Guru
Cài kebetulan bertemu dengannya di depan pintu. Muka orang ini sangat pucat, maka Guru Cai
langsung memanggil beberapa pekerja untuk segera mengantarkannya ke rumah sakit. Karena
di rumah sakit paman ini membutuhkan seseorang untuk menjaga dan melayaninya, Guru Cài
menawarkan diri menjadi sukarelawan bagi si sakit. Ia ingin merasakan sendiri pengalaman
merawat seorang tua. Guru Cai merasa begitu berbahagia dapat merawat dan melayani kebutuhan
paman yang sakit ini. Untuk menjaga paman ini Guru Cài terpaksa bolos belajar. Tetapi ia merasa
lebih penting menjaga paman ini karena dengan demikian ia dapat langsung mempraktekkan
ajaran Di Zi Gui.
Karena mengidap penyakit lambung yang cukup parah, paman yang dirawat itu tidak bisa
memakan makanan yang susah di cerna. Ia harus makan bubuk gandum yang biasa dimakan
oleh bayi. Selain itu ia juga harus makan dua jam sekali. Guru Cài mulai belajar merawat paman
ini, setiap dua jam sekali ia memasak bubuk gandum lalu menyuapi sang paman. Selama proses
perawatan ini, Guru Cai juga melatih diri dan meningkatkan keterampilan merawat seorang pasien
tua. Sang paman juga merasa bahagia dengan perawatan Guru Cai. Kedekatan ini memberi Guru
Cài kesempatan melihat sisi lain dari sang paman. Dulu paman ini bekerja sebagai mandor para
tukang asal India yang harus turun bekerja di gorong-gorong. Pekerjaan mereka cukup berbahaya,
dan sang paman selalu turun terlebih dahulu untuk memastikan semuanya aman sebelum para
anak buahnya turun mengikutinya. Ia selalu dengan murah hati membantu bawahannya yang
mengalami kesulitan, tanpa pamrih.
Tinggal di rumah sakit menjadi kesempatan bagi Guru Cai kembali bertemu dan mengenal
dari dekat seorang paman bijak. Walaupun seorang pekerja kasar, paman yang sakit itu sangat
menyukai budaya China. Ia memiliki kemampuan menulis kaligrafi dengan indah. Karena itu
janganlah menilai orang dari penampilan luarnya saja. Walaupun kita tidak pernah mengenal
115
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
orang-orang disekitar kita, kita harus senantiasa memiliki rasa hormat kepada orang-orang yang
lebih tua disekitar kita. Maka dimanapun, Anda sesungguhnya dapat menjumpai Tuan Penolong
(Gui REN). Anda betul-betul dapat menghayati ungkapan “mendekatkan diri kepada Orang Bijak
akan memberi manfaat luar biasa bagi Anda. Kebajikan Anda kian menumpuk, kesalahan Anda
kian berkurang!”
Selang beberapa waktu Guru Cài harus terlebih dahulu kembali ke Tiongkok. Paman Chén
bersama teman-teman pria yang lain berkumpul bersama Guru Cài. Walaupun bersama sesama
pria, ternyata ada perasaan sangat kuat tidak ingin berpisah. Ini disebabkan oleh rasa persahabatan
yang begitu tulus dimana setiap orang memiliki hati saling membantu tanpa pamrih.
Guru Cài mengingatkan kita untuk senantiasa berhati-hati dalam bertutur kata dan dalam
melakukan segala hal. Maksud berhati-hati di sini adalah berhati-hati dalam mempratekkan
Ajaran Di Zi Gui yang telah diajarkan di Bab-bab sebelumnya. Misalnya, ajaran tentang Tatakrama,
yaitu ketika yang lebih tua duduk, yang lebih muda harus berdiri. Setelah yang lebih tua duduk
dan meminta kita duduk, barulah kita mengambil tempat duduk. Saat bersantap bersama dan
saat duduk dan berjalan bersama, dahulukan yang lebih tua, baru yang muda-muda. Tatakrama
tersebut harus dijalankan dengan HATI-HATI dan BENAR.
Sebuah perusahaan cukup besar di Beijing sedang melakukan rekrutmen karyawan/karyawati.
Banyak orang datang mendaftar, dan mereka harus mengikuti serangkain tes. Mereka juga dites
dalam kemampuan berbahasa Inggris. Setelah menjalani tes, beberapa peserta dinyatakan
lolos dan menunggu diwawancarai oleh manajer perusahaan. Mereka dikumpulkan dalam satu
ruangan. Manajer pun datang lalu berbincang-berbincang sebentar dengan mereka. Kemudian
ia mohon diri untuk keluar ruangan sebentar. Di dalam ruangan itu terdapat dokumen-dokumen.
Beberapa peserta iseng mencuri baca isi dokumen-dokumen itu. Calon satu membacanya lalu
memberikannya kepada calon-calon lain. Ada juga yang hanya duduk diam dan tidak melakukan
apa-apa. Sepuluh menit berlalu. Manajer kembali ke ruangan dan berkata kepada para peserta
yang membaca dokumen-dokumen tadi bahwa mereka tidak lolos wawancara. Mengapa? Karena
ternyata ruangan itu dilengkapi kamera CCTV. Jadi, manajer itu keluar ruangan untuk menguji
para peserta tes. Di antara mereka ada yang tidak lolos karena mereka tidak tahu sopan santun,
tidak memiliki etika. Mereka telah mencuri-curi melihat isi dokumen kantor yang bukan haknya
untuk dilihat. Rupanya para pelamar kerja itu sepanjang umurnya belum pernah belajar Ayat
116
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Di Zi Gui yang berbunyi: “Meskipun sebuah tindakan sangat kecil, tetap tidak boleh sembarang
melakukannya. Bila tetap sembarang melakukannya akan merugikan moral Anda.” Dan Ayat Di
Zi Gui lainnya yang berbunyi: “Bila Anda masuk ke sebuah kamar kosong dimana penghuninya
sedang tidak berada di sana, Anda harus bersikap seakan-akan ada penghuninya”. Jadi, etika
seperti tersebut diatas perlu ditanamkan dalam diri anak-anak kita sejak usia dini agar mereka
tidak melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang berakibat besar.
Tidak berhati-hati dalam masalah kecil dan sepele pun dapat merugikan orang lain. Misalnya,
posisi duduk kita yang sembarangan seperti melonjorkan kedua kaki keluar dapat menyebabkan
orang yang lewat tersandung dan terjatuh! Bila dalam hal besar kita tidak berhati-hati, musibah
dan bahkan kehilangan nyawa bisa terjadi. Beberapa kasus kecelakan pesawat udara sering
disebabkan oleh keteledoran, baik keteledoran mekanik dalam perawatan maupun keteledoran
pilot.
Guru Cài sering berpergian keluar negeri untuk memberikan ceramah. Bila tidak berhati-hati
sampai kehilangan paspor. Apa akibatnya? Pertama, bukan hanya rasa tegang yang memuncak,
khawatir batal terbang ke negara dimana ia harus memberikan ceramah. Kedua, rasa bersalah
terhadap orang-orang yang telah mendaftar untuk mengikuti ceramahnya. “Sikap HATI-HATI”
terkesan sepele, tetapi dampak yang ditimbulkan sungguh besar. Apalagi bila sikap berhati-hati
dilanggar oleh pejabat tinggi pemerintah, bisa terjadi musibah yang tidak bisa diatasi! Maka dari
itu “Sikap HATI-HATI” perlu ditanamkan dan ditumbuhkan dalam diri seorang anak sejak kecil!
Beberapa tahun lalu di Tiongkok terjadi kasus besar dimana seorang mahasiswa bernama
Ma jiā jué (马加爵), pemenang beberapa perlombaan ilmiah nasional, membunuh empat
temannya karena berselisih. Peristiwa ini menggemparkan seluruh dunia pendidikan di negeri
itu! Bagaimana mungkin seseorang yang mempunyai prestasi gemilang dapat melakukan hal
keji seperti itu? Karena Ma jiā jué (马加爵) tidak pernah belajar ajaran Dì Zi Guī 《弟子规》
yang mengajarkan moral dan tatakrama bagaimana berhubungan dengan sesama manusia dan
bagaimana memperlakukan teman seperti saudara sendiri.
Kejadian yang menggegerkan ini perlu mendorong setiap keluarga di Tiongkok mawas diri.
Dunia Pendidikan Tiongkok juga perlu mengkaji ulang kebijakan-kebijakan yang ada. Mengapa
seorang mahasiswa dengan prestasi demikian gemilang dapat terjerumus sehingga melakukan
117
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
tindakan AMORAL hanya karena ia belum pernah bersentuhan dengan ajaran Moral & Budi
Pekerti Di Zi Gui? Dari peristiwa inipun kita secara nyata dapat disadarkan bahwa seseorang
dapat menapaki jalan hidupnya dengan Mantap, Tegar dan Mulus tidak bisa hanya dengan
mengandalkan Prestasi & Gelar Akademik, melainkan yang terlebih penting adalah Karakter dan
Perilaku Bajiknya.
Siswa Ma JIA JUE itu tidak pernah berkesempatan belajar Di Zi Gui. Andaikata ia pernah
belajar Ayat Di Zi Gui yang berbunyi: “Semua umat manusia harus saling Welas Asih” ia tentu
tidak akan terjerumus sehingga melakukan tindakan balas dendam secara keji. Andaikan ia juga
pernah belajar Ayat Di Zi Gui lain yang berbunyi: “Kakak mengayomi dan menyayangi Adik, Adik
pun hormat dan menyayangi Kakak” dan “Jagalah tutur kata, maka hilanglah rasa dendam dan
marah”, maka peristiwa naas itu tidak akan pernah terjadi!
Apa motif Ma jiā jué (马加爵) membunuh? Karena teman-teman kuliahnya sering
menertawakan dirinya yang miskin. Karena dicemooh, Ma jiā jué (马加爵) menjadi minder
dan malu. Hal ini membuatnya marah dan kehilangan akal sehat sehingga membunuh teman-
temannya. Di dalam tahanan, Mǎ jiā jué (马加爵) berkata kepada kepala penjara bahwa pakaian
penjara yang sedang dikenakannya adalah pakaian terbaik yang pernah dipakainya selama ini. Bila
kita melihat dari sisi lain, mengapa teman-teman Ma jiā jué (马加爵) bisa terbunuh? Ini bukan
sebuah kebetulan! Mereka selalu mengolok-olok kekurangan orang lain sehingga orang yang
diolok-olok kehilangan akal sehat dan membunuh mereka. Mereka, teman-teman Ma ini, telah
bertindak dan berperilaku tidak bijak. Mereka lupa atau mungkin belum pernah belajar ayat-ayat
Di Zi Gui yang berbunyi: “Jangan menjunjung yang kaya dan menghina yang miskin.”
“Kekurangan seseorang jangan engkau ungkapkan di muka orang lain.” Rahasia seseorang
jangan engkau sebar luaskan. Mereka mengolok-olok kemiskinan Ma Jia Jue. Maka tidak heran ia
tersinggung, marah dan kehilangan akal sehat.
Masih ada satu ayat Di Zi Gui yang patut disimak: “Menyebarluaskan keburukan orang adalah
perbuatan tercela. Mencaci orang berlebihan akan berakibat datangnya malapetaka. Jangan
terlampau memojokkan seseorang, sebab orang itu bisa nekad melawan dan membahayakan
nyawa.”
118
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Hikmah dari kisah Ma jiā jué (马加爵) adalah kita sebagai orangtua harus sering
mengingatkan anak kita agar jangan pernah bertutur kata dan berperilaku yang menyakiti orang
lain. Demikian pula, kita sebagai orangtua harus juga mendidik anak dengan sangat berhati-hati
agar di kemudian hari anak kita tidak mengalami musibah akibat tutur kata yang tidak bijak dan
perilaku yang buruk. Melalui peristiwa Ma jiā jué (马加爵), kita menjadi sangat paham bahwa setiap
langkah perjalanan hidup menuntut kehati-hatian, termasuk dalam tutur kata dan perilaku.
Anak harus bangun lebih pagi, mengisi setiap kesempatan dan waktu yang ada dengan tekun
belajar. Tidur larut malam tidak baik bagi kesehatan dan berpengaruh buruk bagi aktivitas kita di
siang hari. Waktu berlalu tidak menunggu, karena itu kita harus menghargai masa remaja kita.
Seperti pepatah yang berbunyi: ”Jika tidak giat berusaha di masa muda, maka hanya bisa bersedih di
hari tua.”【Cháo qi zao 朝起早. Yè mián chí。夜眠迟。Lao yì zhì老易至。Xī ci shí惜此时。Chen
bì guàn晨必盥。Jiān shù kou兼漱口。Biànnì huí便溺回。Zhé jìngshao辄净手。】
Banyak orangtua berpendapat bahwa tidur itu sangat penting bagi pertumbuhan anak. Tidur
mungkin lebih penting daripada makan, karena pada saat tidur semua organ tubuh beristirahat.
Karena itu daya tahan tubuh akan pulih. Maka anak kecil relatif membutuhkan jam tidur lebih
panjang.
Guru Yáng shū fēn (杨淑芬) tidur pagi dan bangun pagi. Tidur pagi disini adalah tidur jam
2 pagi dan bangun jam 6 pagi. Waktu tidurnya sekitar 4 jam. Dengan waktu tidur yang begitu
pendek Guru Yáng shū fēn (杨淑芬) masih terlihat begitu sehat dan bersemangat. Apa rahasianya?
Rahasianya adalah hiduplah dengan penuh makna, penuh semangat dan banyak membaca buku.
Ketika Anda hidup penuh suka cita, keinginan Anda untuk tidur dengan sendirinya berkurang.
Orang zaman dahulu sangat berbakti. Mereka bangun pagi untuk melakukan pekerjaan
rumah. Menjelang malam mereka memeriksa semua pintu dan jendela rumah apakah sudah
tertutup dengan baik.
Orangtua senantiasa dipersilahkan untuk beristirahat terlebih dahulu. Kalau orangtua sudah
tidur, barulah anak tidur. Ketika seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas, dengan sendirinya
ia akan menghargai waktu, ia tidak akan menyia-nyiakan waktu. Ketika kita kaya raya, ada satu
hal yang tidak dapat kita beli, yaitu waktu yang telah lewat. Bila seorang anak sangat menghargai
119
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
waktu, sangat teliti dan berhati-hati, maka tidak mudah baginya menyia-nyiakan waktu! Ingat
pepatah Tiongkok yang berbunyi: “Seratus sungai mengalir menuju Laut Timur, kapan pernah
ia mengalir balik kearah barat? Bila di usia belia engkau tidak rajin belajar dan bekerja, maka
tinggal penyesalan dan kekecewaan di hari tua!” Sebagai orangtua, kita tentu tidak menginginkan
anak-anak kita di hari tuanya kecewa dan menyesal! Jadi, sejak kecil, anak harus sudah dididik
menyayangi waktu, berpola hidup teratur, disiplin dalam mengalokasikan waktu bekerja dan
waktu beristirahat. Jangan mengizinkan anak begadang hingga larut malam dan bangun di tengah
hari walau sedang berlibur panjang.
Guru Cài menutup ceramah hari ini dengan bercerita betapa pentingnya mendisiplinkan anak
terhadap waktu. Guru Cài senantiasa membiasakan anak didiknya bangun jam 6:30 pagi. Jam
7 pagi sudah mulai belajar Dì Zi Guī 《弟子规》. Anak-anak ini baru berusia 6-7 tahun. Pada
Imlek hari pertama, ibu dari salah satu anak didik Guru Cài berpikir ini hari libur. Ia ingin anaknya
tidur lebih lama dari hari biasa. Sang ibu kemudian memutar alarm dua jam lebih lama dari yang
seharusnya. Apa yang terjadi? Ketika alarm berbunyi anaknya bangun dan melihat sudah jam 8
pagi. Anak ini langsung berlari mencari ibunya sambil menangis. Ia sudah terlambat dan sudah
lewat waktunya untuk belajar Dì Zi Guī 《弟子规》. Kita dapat melihat betapa displinnya anak ini.
Ia telah mengerti betapa pentingnya waktu. Karena itu kita sebagai orangtua harus bekerjasama
dengan guru dalam mendidik anak. Dengan cara ini kita bisa mendapatkan hasil yang optimal
dalam mendidik anak. (*)
120