(Antologi Puisi Cinta untuk Bunda)
Penulis :
Abdul Rahman H, Syakhrial Efriadi, Lusiana, Erna
Puspita, Eny Suryaningsih, Taslimatul Atsna Faizati, Sri
Wardhanih, Yam@to Takhashimura, Ishaq, Chairo
Ardianto, Fanny Widyanti, Daniasih, Muhamad Ali
Sodikin, Erwinsyah Satria, Ahmad Fitriyadi Sari, Iin Maya
Aliyyuida, Dicky Dominggus, Ani Khaerani, Nana
Suryana, Penny Hendriyati, Muh. Rasyid Salam, Muhana,
Lina Herawati, Eny Khusnul, Priska Arum Sari, Myrtha
Dewi, Hartini Dewi, Risandi, Puryati Mulyanto, Eka
Nurhayati, Yulismarika Putri, Zainab, Nanik Trihasanah,
Yani Nuraeni, Dwi Septiyana, Nuraeni, Joko Susilo,
Mokh. Agung, Santoso, Mimi Jamilah, Dody Dadang
Firmansyah, Edy Riyanto, Siti Nurhayati, Abas,
Khususiatul Ubudiyah, Era Amelia, Inka, Dalilah Nurul
Hija, Adi Purnomo, Widi Setianah, Wa Ode Darniati, Anas
Basaruddin.
(Antologi Puisi Cinta untuk Bunda)
Penulis
Abdul Rahman H., dkk
ISBN : 978-623-92234-1-0
Editor
Abdul Rosid
Desain Sampul
Lukas Liani
Layout
Asep Nugraha
Cetakan Pertama, November 2019
V + 86 hlm ; 14.8 x 21 cm
Penerbit
Yayasan Pendidikan dan Sosial
Indonesia Maju (YPSIM) Banten
BCP 2 Blok E. 18 No.14 Desa Ranjeng Kec. Ciruas Kab. Serang
Banten 42182
E-mail: [email protected]
WhatsApp: 0815 9516 818
Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-undang Dilarang
mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis
dari Penerbit
KATA PENGANTAR
Deburan ombak cinta yang selalu ingin diungkapkan kepada
wanita pertama yang layak dipuja dapat di alirkan melalui kata-kata.
Ada yang berupaya membuka folder-folder lama dalam memori
pikiran hingga terungkap jelas di depan mata. Saat berlarian di taman,
belajar naik sepeda, tangis perih saat kaki terluka, terharu ketika
wisuda, bahagia saat mendapat restu ingin menikah, maupun saat
rindu membara di atas pusara ibunda.
Puisi, saat tak lagi mampu berucap melalui lisan yang sering
kelu dihadapan yang tercinta--menjadi resep ampuh mengatasi
kebekuan hati yang bisa mencair walau tak menjadi air. Puisi bisa juga
menjadi teman saat tak benar-benar butuh seseorang.
Buku ‘Cahaya yang Tak Pernah Padam (Antologi Puisi Cinta
untuk Bunda) merupakan kumpulan ekspresi cinta yang mendalam
tentang seorang wanita idaman semua anak yang pernah dilahirkan.
Buku ini adalah karya para praktisi pendidikan yang tergabung dalam
Grup Whatsapp Pecinta Buku 2, yang selalu berusaha meningkatkan
kemampuan diri dengan menghasilkan karya-karya yang nantinya
diharapkan menjadi manfaat pembaca dan ladang pahala bagi penulis
semua.
Didalamnya ada puluhan ekspresi kasih kepada sang
madrasatul ula dalam bait-bait diantaranya Terima Kasih tak
Terbatas, Ibu, Ibuku Luar Biasa, Rindu Ibu, Ibuku Mataku,
Sepenggal Cerita yang Tersisa, Kerinduan, Tentang Ibu, Tak Ada
Kado Istimewa, Ibu Kendedes, Maafkan Anakmu, Mama…Nafas
Surgaku, Ibu (Kala itu, Kini dan Nanti), Doa Ibu, Ibu adalah Special,
Sajak Kecil tentang Aku, Puisi untuk Ibu, Bonekamu, Hasrat yang
Terbungkam, Mendung di Mata Ibu, Syair Rindu dan Ridhomu Ibu,
Rinduku Padamu Ibu, Sebening Embun di Pagi Hari, Sebutan Surga
untuk Ibu, Sepucuk Surat untuk Ibu, Surgaku, Tentangmu Ibu,
Terima kasih Ibu, Wanita Surga, Sendainya Ibu, Beri Aku Waktu,
Bunda, Bunda Cahaya Hidupku, Cahaya Surgaku, Ibu Sejati, Ibuku,
Ibuku Penawar Luka, Kasih Ibunda Sang Pelita Harapan, Kekasihku
Ibu, Menanti Langkah Ibu, Rindu yang Tak Terungkap, Peranmu
Peranku, Si Mbokku Sayang Si Mbokku kan selalu Ku Kenang, Kisah
Seorang Ibu dan Uwais Al Qarni, dan lain-lain.
Akhirnya, terima kasih Penulis haturkan kepada pembimbing
kami, Bapak Abdul Rahman H, atas arahan dan nasihat yang selalu
diberikan, sehingga akhirnya Buku ini ada di tangan pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI 1
2
Kata Pengantar 4
Daftar isi 6
Maafkan Anakmu, Ibu 7
Seandainya Ibu 9
Beri Aku Waktu 10
Bunda 13
Bunda Cahaya Hidupku 14
Cahaya Surgaku 16
Ibu Kendedes 18
Ibu Sejati 20
Ibu 21
Ibu 24
Ibuku 26
Ibuku, Penawar Luka 28
Ibunda, Sang Pelita Harapan 29
Kekasihku Ibu 31
Mama…Nafas Surgaku 32
Menanti Langkah Ibu
Ibu (Kala Itu, Kini Dan Nanti) 34
Rindu Yang Tak Terungkap 37
Peranmu Peranku 39
Simbokku Sayang, Simbokku Kan Slalu 40
Kukenang" 42
Kisah Seorang Ibu Dan Uwais Al-Qarni *) 44
Ibuku Mataku 46
Sajak Kecil Tentang Aku 47
Doa Ibu 48
Ibu Kekuatan Hidupku 49
Ibu Adalah Spesial 50
Ibu
Ibu
Ibuku Luar Biasa
Kerinduan
Rindu Ibu 51
Tentang Ibu 53
Puisi Untuk Ibu 54
Ibu 56
Boneka Mu 57
Sepenggal Cerita Yang Tersisa 58
Terima Kasih Tiada Batas 60
Hasrat Yang Terbungkam 62
Mendung Di Mata Ibu 64
Rinduku Padamu Ibu 65
Syair Rindu Dan Ridhomu Ibu 66
Sebening Embun Di Pagi Hari 69
Sebutan Surga Untuk Ibu 70
Sepucuk Surat Untuk Ibu 72
Surgaku; Yuli Hayati 74
Tak Ada Kado Istimewa 76
Tentangmu, Ibu 77
Terima Kasih Ibu 79
Terima Kasih Tiada Batas 81
Wanita Surga 82
1
Maafkan anakmu, Ibu
Karya : Abdul Rahman H
Ibu…
Terima Kasih telah merawatku
Terima Kasih telah mendidikku hingga jadi orang
Terima Kasih tak terhingga
Ibu..
Maafkan anakmu belum bisa membalas kebaikanmu
Maafkan anakmu belum bisa merawatmu
Maafkan anakmu belum bisa menemanimu
Disaat sore, disaat sepi, disaat lebaran ini
Maafkan anakmu yang jauh diperantauan
Ibu..
Anakmu hanya bisa mendoakamu
Anakmu hanya bisa melihat fotomu disaat rindu
Ibu…
Engkau wanita terhebat disisiku
Ibu..
Maafkan anakmu. Maafkan anakmu ini
Rindu tetap rindu…. Tapi…
Ibu.. Maafkan anakmu…
2
Seandainya Ibu
Oleh: Taslimatul Atsna Faizati
Andai ku bisa mengulang waktu di kala itu
Kala malam berselimut pelukanmu ibu.
Kala siang berteduh dalam tatapmu
Yah kala itu…seandainya waktu bisa berputar kembali
Damai itu akan selalu menjadi milikku bersamamu ibu
Tapi, aku tau dengan pasti waktu tidak akan berputar kembali
Hingga hanya sesal yang tersisa kini
Hingga hanya rindu yang selalu bersemayam di hati
Hingga hanya doalah yang menjadi perantaraku untukmu
Hingga hanya tetes air mata ini yang dapat menghapus lukaku
Ibu, andai waktu itu aku tidak membuatmu terluka, apakah kau akan
selalu ada untukku?
Ibu, andai aku tidak pernah berkata keras padamu, apakah kau akan
memelukku saat ini?
Ibu, andai aku tidak membuatmu menangis dalam sujudmu, apakah
kau sudi mengiringi langkahku?
Seandainya…cuma seandanya saja…meskipun aku tahu andai itu tak
akan jadi nyata.
Ibu…aku tau andai ini tak akan jadi nyata untukku
Ijinkan aku ibu menulis kata ini untukmu sebagai salam perpisaan
untukmu
Kini engkau telah berpindah alam tak lagi sama denganku
Aku disini, akan selalu merindukanmu dalam doa dan langkahku
Untumu ibu, aku akan kuat sepertimu…tak ada keluhku untuk dunia
Karna darimu aku belajar tentang tegar
Darimu aku mencuri ilmu kesabaran dalam mendidikku
Darimu aku mengetahui ujung tombak perjuangan hidup
Darimu aku sadar bahwa hidup akan terus berjalan
3
Darimu aku tahu bahwa semua masalah akan tetap akan selesai,
hanya menunggu waktu
Terimakasih ibu, karnamu aku lahir ke dunia
Terimakasih ibu, selamat jalan ke haribaanmu
Selamat berjumpa kembali di kehidupan yang lebih kekal
Aku akan selalu menjadi anakmu, disini dan di kekal nanti.
Salatiga, 20 Oktober 2019
4
Beri Aku Waktu
Sri Wardhanih
sriwardhanih@gmail,com
Senja temaram diawal bulan September
Awan berarak mengiring mentari keperaduan
Dering telepon memecah kesunyian
Terhenyak aku akan firasat buruk
Wajah ibu menari nari dipelupuk mataku
Bak petir menyambar bergetar menggelegar
Apa yang terjadi padamu ibu … ibu…oh ibu
Tubuh rentamu terbaring lemah tak berdaya
Wajah pucat pasi dan mata terpejam
Yang terdengar hanya dengkur lemahmu
Maafkan aku yang terlambat mengetahui
Celoteh tuamu tak terdengar kini
Tatap mata indahmu tak berbinar lagi
Aku rindu wejangan – wejanganmu
Aku rindu belai lembut tanganmu ibu
Andai dapat kuputar waktu yang berlalu
Aku akan bermohon meminta pada sang pencipta
Beri aku waktu untuk menunjukkan baktiku
Kan kurajut sisa hari bersamamu
Celoteh tentang masa depan
Sayup sayup terdengar kumandang takbir
Semakin sedih dan terpuruk aku ibu
Kulantunkan takbir itu ditelingamu
5
Berharap kau akan terbangun ibu
Kumandangkan takbir suka cita
Terbayang aku akan masa bersama
Bagaimana kau merangkai harimu
Pengorbananmu demi kami
Hanya mengharap ridho illahi
Walau cobaan tiada henti
Ibu bangun lah ibu … beri aku waktu
Tuk buktikan baktiku padamu
Kukan membuatmu bahagia selalu
Kembalilah ibu … damping kami
Saksikan celoteh cucu, cicitmu
Hari berganti ibu … bangunlah bu
Tatap kami dengan mata teduhmu
Usap kami dengan belai kasihmu
Mohonlah pada sang pencipta ibu
Beri aku waktu tuk bersamamu
Beri aku waktu merawatmu
Beri aku waktu membimbingmu
Beri aku waktu buatmu bahagia
Beri aku waktu meraih surgamu
Beri aku waktu disisa waktumu
6
Bunda
Karya : Wa Ode Darniati
Bunda ..
Malam mulai menyapa
Kalah wajahmu mulai hadir dipelupuk mataku
Memori kuputar kebelakang
Tentang kenangan masa kecilku
Bunda
Wajah berkerut tanda juang dan usahamu
Kau selip doa dalam malam dan siangmu
Untuk kami anak-anakmu
Bunda
Seribu kasih dan cinta lewat doa
Sujudmu
Adakah surga selain surga dari
Pelukmu?
Adakah cinta melebihi cintamu?
Ya rabby dalam doa pintaku
Sujudku
Untuk orang yang tulus mencintaiku
Untuk bunda yang hadir dalam doa
Pintaku
Dialah sosok bunda
Bunda dari semua luka kami
Dari jejak yang terukir
Dalam tinta sejarah
Baubau, 31-10-2019
Hadiah ultah ibu yang 69 tahun
7
Bunda Cahaya Hidupku
Muh. Rasyid Salam
FKIP UHAMKA
[email protected]
Bunda laksana lentera..
Menjaga aku dalam dekapan
Memberikan cahaya kehidupan
Membimbing aku dalam banyak pengalaman
Aku disanjung dan dipuja
Bagai pahlawan pujangga
Aku disayang sepenuh jiwa
Bagai malaikat kecil penghibur duka
Kasih sayangmu tak terkira
Keikhlasanmu tak terbayarkan
Pengorbananmu penuh makna
Penasehatku untuk kebaikan
Layakkah aku menentangmu
Mungkinkah aku mengguruimu
Masih pantaskah aku menggerutu
Aku bersyukur atas kasih dan sayangmu
Aku lahir dari bundaku
Pandai berjalan karena bimbinganmu
Aku sekolah untuk mewujudkan harapanmu
Menjadi anak sholeh dan santun menjadi tugasku
Berjuang membesarkanku penuh pengaharapan
Karena engaku aku memahami arti kehidupan
Siang malam doa tulus selalu dipanjatkan
Demi aku sang buah hati yang diimpikan
8
Bunda kunci kesuksesanku
Nasehatmu penuh petuah bagiku
Hari ibu aku manjakan dirimu sebagai bakti diri
Tak akan aku tinggalkan masa tuamu seorang diri
Mentari kehidupan bagiku
Menjadi solusi dalam kegelapan
Kebijakanmu meringankan langkahku
Tanpa bunda tak akan ada cahaya kehidupan
9
Cahaya Surgaku
Karya : Ani Khaerani
Bersinar terang hadirnya
Sejuk dilihat
Hangat terasa
Tak pernah lelah mendoa
Untuk cintanya
Untuk kasihnya
Kaulah ibu
Tiga huruf beribu makna
Satu sosok berjuta peran
Surga dariNya semoga ku raih
Lewat doamu yang selalu terpanjat
Di siang dan malam
10
Ibu Kendedes
Oleh : Hartini Dewi, S.Pd
Semampai sintal kaki jenjang
Tubuh balutan wangi kembang
Kuning langsat sepadan keharuman
Raga penuh pesona Dewi kayangan
Senyum pikat pria rupawan
Tunggul Ametung sang bangsawan
Nikahi kemolekan gadis Tumapel berlesung
Kamasutra malam pertama berlangsung
Anugrahi jabang bayi direlung
Kemolekan membawa petaka bertarung
Suami dikudeta, cinta ku menggantung
Ken Arok gunai siasat berhitung
Kelicikan, keserakahan manusia
11
Haus tahta dan wanita
Bagai piala bergilir aku menikah
Untuk yang kedua karena kudeta
Ken Arok terhasut mitos pesona
Mulus paha ku bersinar menggoda
Usik hati seorang pria
Gulingkan tahta, duduk di singgasana
Menikahlah aku dengannya
Pembunuh suami tercinta
Adalah suami ku yang kedua
Hingga empat keturunan calon raja
Ku kandung dalam raga karsa
Ku lahirkan penuh cinta ke dunia
Walau hasil kudeta sepanjang masa
Raja-raja besar ada dalam rahim hamba
Selebihnya aku berpasrah sahaja
Ketika Ken Arok bermain dengan wanita
12
Kenangan silam suka duka
Terekam dalam Malang Kuseswara
Tumpang, 24 Desember 2018
13
Ibu Sejati
Karya : puryati mulyanto
Ibu,
senyummu,
selalu terkembang lebar
Ibu,
Kau perempuan
nan perkasa
Ibu,
Wajahmu selalu
ceria sepanjang masa
aku tak berarti
apa-apa tanpamu
Wahai ibuku,
Kau curahkan seluruh tenaga
Ibu,
kau bentangkan sayap sayap kekarmu
tuk mampu
Berkepak penuh geliat mesra
Agar mampu hidup
Ibu,
Kau cahaya
Ditengah kesunyian malam
Hitam, kelam,
Ibu,
Ku menjadi kuat karena mu
14
Ibu
Karya : Eka Nurhayati
Hai, Ibu.
Setiap pengharapan yang ku titip pada Sang Kuasa,
Dimanapun Kau,
Selalu bahagia yang kau terima.
Bu,
terima kasih,
untuk ruang pertama yang kau beri,
Sebelum ku hirup segarnya bau dunia,
terima kasih,
untuk sabar yang kau silakan,
mendengar setiap keluh yang keluar dari mulutku,
yang mungkin memusingkanmu,
yang mungkin juga suara bisingku mengganggu telingamu.
terima kasih,
selalu jadi yang paling utuh untuk menyemangatiku,
dalam memilih, menentukan, dan menjalankan hidup,
Bu,berjanjilah padaku,
adalah lengkung bahagia akan selalu nampak di bibirmu,
adalah kau yang akan selalu tetap dan bersama denganku
adalah kau yang mau berbagi lelah kepadaku.
Bu,
Percayalah,
Bahagiamu adalah wujud baktiku pada mendiang ayah,
Adalah amanat terakhirnya
15
Bu,
Aku cerminmu,
Kau bahagia, akupun merasa
Kau duka, aku tersiksa
Bu,
Sehat selalu,
Dari aku yang terus-terus butuh bersandar padamu
Cilegon, 19 Oktober 2019
16
Ibu
Oleh : Zainab
Sekian lama kita bersama
Tak pernah ku dengar keluh kesah dari mulut mu
Siang dan malam kau bergelut dengan kesibukan mu
Dengan kaki yang sudah tak lincah lagi melangkah pelan
Semua kau lakukan demi anak anak mu
Ibu
Engkau lah pahlawan dalam hidup ku
Apalah arti hidup ini jika tanpa mu
Ibu
Semoga Tuhan memperpanjangkan usia mu
Biar kita selalu bersama selamanya
Tak sanggup hati ini jika harus berpisah darimu
Kau besarkan diri ini dari susah mu
Tak kenal lelah demi anak anak mu
Ibu
Izinkan aku untuk membahagiakan dirimu
Kini wajahmu sudah tak muda lagi
Kerut di wajah mu mengiris pilu hati ku
Namun kau tetap tersenyum untuk ku
Ibu
Maafkan jika aku terkadang menyakiti hatimu
Kadang aku membuat air mata mu menetes di pipi
Ibu
Ampuni anak mu yang tak mampu membalas
17
Segala pengorbanan mu selama ini
Ibu
Tetap lah bersama ku untuk selamanya
Tuhan
Izinkan ibu bersamaku untuk selamanya.
Dabo Singkep, 25’10’2019
18
Ibuku
Karya : Mimi Jamilah
Sembilan bulan
Aku dalam kandungan
Ibuku sayang
Saat kulahir
Senyum bahagiamu
Mengucap syukur
Masa kanakku
Rewel dan nakalku
Kau pun tak jenuh
Aku remaja
Hati-hatilah slalu
Engkau berpesan
Aku wisuda
Engkau haru dan bangga
Menjulang harap
Aku menikah
Kau hantarkan langkahku
Bertabur restu
Putih rambutmu
Tampak lemah dirimu
Umur menua
Berteman bulan
Di keheningan malam
Aku bersujud
Lantun doaku 19
Memohon kepada-Nya
Sayangi ibu Tangerang, 201019
MIMI JAMILAH
20
Ibuku, penawar luka
Karya Widi Setianah
Senja menyeruak melintasi sang malam
Angin dingin menembus tulang
Usia yang tak lagi muda
Tetapi senyuman itu terus ada
Saat ku merasakan luka nan lara
Engkau penawarnya
Saat ku mencoba menutupi luka
Untaian do’a terucap dari lisannya
Terkadang ku terlena dengan dunia
Hingga kau mengingatkan kampung akhirat
Hidup hanya sekali jangan kau sesali
Tiada yang bisa mengerti kecuali Sang Ilahi
Semarang, 31 Oktober 2019
21
Ibunda, Sang Pelita Harapan
Iin Maya Aliyyuida, S.Pd., M.Pd
Wahai pujaan dalam hari-hariku Kau sang penguat hati kala
terpuruk Kau sang penguat jiwa saat hampa Semangat terpancar
kala melihatmu
Terbersit dalam benak
penuh asa menghampiri
Terasa darah berdesir
mengalir dalam tubuh
Jantung berdetak keras
mengayunkan harapan
Jiwa penuh memanggil dengan nadi-nadi berdenyut kencang
Kaulah pujaan hari-hariku wahai ibundaku
Sesosok jiwa berharap penuh doa yang mengantarkan
harapan
Sepenggal ucap yang terlontarkan menguatkan segala
khayal dan harapan Doa yang menjadi pelita seraya
didambakan
Sang penenang
jiwa, ibundaku
sayang Kaulah sang
pelita penenang
jiwaku Terberai air
mataku, tertunduk
pilu batinku
Saat kau tahu, engkaulah hiasan jiwaku saat luluh lantak tak
berdayaku
Wahai ibundaku sayang
Matahari tidak akan menyinari siangku
22
Bulan tidak akan
menerangi cahaya
malamku Darah tak
mengalir dalam
tubuhku
Dan jantung pun tak akan berdetak tanpa pengorbananmu
Kaulah ibundaku sayang Kaulah pelita hari-hariku Kaulah pelita
harapan hidupku Ibunda, sang pelita harapan
Setiap nadimu, setiap detak jantungmu
Setiap pengorbanan jiwa ragamu
Setiap hela nafasmu, setiap semua belamu
Adalah sejatinya jati dirimu, wahai ibundaku
Senyum yang tersungging dari bibirmu yang merona
Ceria yang tergambarkan dari sela raut wajahmu yang ayu
Canda tawamu yang menghiasi harmoninya rasa cintamu
Kasih sayang yang tak terhingga menyapa selalu untuk kami anak-
anakmu
Kasih yang tak terbayarkan, tak akan kau pinta
Sepanjang masa tak kan terhenti semua perjuanganmu
Qodrat Illahi telah kau sampaikan pada kami anak-anakmu
Semua menjadikan pahalamu sebagai amanah illahi Rabbi
Ya Allah ... Ya Tuhanku ... berilah surgamu kelak untuk ibundaku
Beliau yang telah menjalankan tugas mulia sebagai qodrat amanah
Mu ya Tuhanku
Budi yang tak terbalaskan sebagai Ridha Mu ya Tuhanku
Tugas mulia sudah dijalankan olehnya sebagai pelita harapanku
Bersyukur aku tertunduk doaku menyertai
Aku tak akan berdaya tanpa pengorbananmu
Aku bukan siapa-siapa tanpamu dalam hidupku
23
Engkaulah sejatinya pelita harapanku
Terimakasih wahai ibundaku sayang
Kami anak-anakmu akan menjadi teladanmu
Bersyukur selalu dari sosokmu dalam hari-hariku
Doa yang menyertai dari kami anak-anakmu
Sebagai budi kasih untukmu wahai ibunda, sang pelita harapan.
24
Kekasihku Ibu
Oleh: Nanik Trihasanah
Ibuku tersayang
Ibuku tercinta
Adanya aku berasal dari segumpal darah
Sampai sebesar ini
Titipan tuhan utukmu
Merawat siang dan malam
Mengeluh pun tak pernah ku dengar
Apalagi lelah, pasti tanpa kenal lelah
Perjuangan mu sungguh bertarung nyawa
Sakit, pedih hingga tak terasa
Ibuku yang baik
Kau adalah malaikat tak bersayapku
Tiada hari yang ku jalani
Tanpa sedikit pun untuk tidak mengingatmu
Menggingat pengorbananmu
Aku nyaman dalam dekapanmu
Tak ada hari tanpa doa yang terus dipanjatkan kepadaku
Dan tidak ada henti kau untuk menasehatiku
Menyayangiku sepanjang usiamu
Terimakasih malaikat tak bersayapku
Ibu telah menghiasi histori hidupku
Senyuman mengembang menguatkan batinku
Terimakasih malaikat tak bersayapku
Mengajarkan ku berbagai hal
Maafkan bila aku mengoreskan hatimu
Cahaya cintaku kekal abadi
Ibu
25
Kini anakmu yang dulu ditimang sudah tumbuh besar
Mengamalkan ilmu yang sudah diajarkan
Waktuku terasa kurang padamu
Kesibukan melalaikan tugas mu
Maafkan aku belum bisa sepertimu
Keadaan apapun ibu selalu ada untukku
Sejak aku balita, remaja, dewasa
Nantinya pasti akan menjadi seorang seperti ibu
Ibu doakan aku
Maafkan anakmu ini
Aku sayang ibu karena Allah SWT.
26
Mamah.... Nafas Surgaku
Karya : Yani Nuraeni
Lengkingan rintihanmu memecah pekat malam,
Nafas tersengal berpacu bersama irama detak jarum jam,
Terasa jiwa lepas dari raga menahan rasa terperih,
Pada Sakit terus mendera bak memutus tulang pinggulmu,
Mamah…
Kau terkapar lemas tanpa daya,
Sesekali mereggang bermandikan air mata,
Lirih kalimat Laa illallaahu penawar menit kontraksi raga,
Menembus ujung kuku jari jari kaki lepaskan asa,
Hingga waktu menghadirkan rasa suka,
Pada suara tangisan memecah dunia,
Mamah…
Kupeluk tubuhmu semerbak wangi surga,
butiran peluh membanjiri ragamu nan suci.
Jatuh menetes ke dalam perut bumi,
Menjadi saksi pada suatu kehidupan diri,
Bersemayam hingga dunia terhenti.
Mamah ..
Kepadamu diri mengais butiran mutiara doa,
Dari setiap nafasmu terus kuhirup angin surga ,
Menjadi hamparan tempat berpijak jiwa,
Pada setiap guliran waktu menapaki langkah kaki,
Mamah …
Terus kuminta satu kata bertinta emas merangkai kata RIDHO mu,
27
Menjadi jembatan penghubung ruhku dengan Illaahi Rabbi
Membuka segala pintu menuju penjuru Jannah-Nya yang hakiki.
Aamiin.
(Mamah)
28
Menanti Langkah Ibu
Muhamad Ali Sodikin
Tetesan air hujan yang menempel pada kaca jendela malam ini
Rintiknya jatuh membasahi bumi
Setapak kaki melangkah terus kedepan
Aku hanya bisa melihatnya disebalik kaca jendela
Setiap langkah kaki dengan cipratan basah hujan
Mataku terus tertuju pada pandangan yang tak bertepi
Kapankah hujan itu akan berhenti?
Agar aku bisa melihat kaki yang melangkah
Adakah beban di setiap jejak kakinya?
Peluh... lelah tergambar
Dijalani demi sebuah harapan
Harapan untuk anak tercinta
Ibu....
Kurindu langkahmu mendekat
Mendekap kesepian ini...
29
Ibu (Kala itu, Kini dan Nanti)
Nana Suryana
Kala itu engkau muda dan bercahaya,
Laksana bunga anggrek yang harum dan indah rupa
Lihat betapa mereka mengagumi dan memuja
Engkau lari, terbang dan hinggap di mana engkau suka
Engkau ceria dengan senyum tak terkira
Kini hidupmu tak lagi sama
Ada kami yang engkau pilih di antara hidup yang kau jalani dan
engkau tata
Lonceng hidup baru, telah engkau gemakan,
masa rehat dan malas telah usai dan bungkam
Untuk pintar kami, engkau letakkan pintar kepalamu
Untuk sokong tubuh lemah kami, engkau remuk patahkan
tulangmu
Untuk gaun cantik dan baju indah kami, engkau sobek kain suci
yang engkau sayangi
Untuk sungging senyum kami, sering kali air matamu mengurai
diantara kepiluan
Untuk kenyang kami, engkau ikat kuat perutmu dengan dahaga
dan lapar tak terkira
Untuk mengalir darahku, engkau kuras segenap sari pati cintamu
Kini engkau lelah dan layu.
Keriput telah memakan manja dan cantikmu
Hempasan beban dalam sokongan waktu membuatmu semakin
renta
Kini engkau dikepung dunia untuk dilupakan
30
Bahkan oleh kami… anakmu.
Ibuku tersayang, kemarilah!
Duduklah engkau disampingku dengan tenang
Akan aku jaga
Akan aku bela
Akan aku hidupi engkau, meski aku tak mampu
Akan aku bahagiakan engkau, meski selalu kelabu
Kemarilah dan akan kudoakan dengan doa sang kekasih
Pejamkanlah matamu dengan indah dan senyum
dan engkau akan bahagia di sana
Tangerang, 03 Oktober 2019
Nana Suryana.
31
Rindu Yang Tak Terungkap
By : Risandi, S.Si.
Ibu
Bertahun telah berlalu
Ketika terakhir kulihat senyummu
Senyum yang penuh beban
Untuk anakmu yang sedang berjuang
Ibu
Tetes air mata terakhirmu
Di saat mulutmu terkunci
Masih berbekas di hatiku
Pesanmu yang tak tersampaikan
Ku tangkap lewat tatap matamu
Ibu
Bait-bait puisi yang kutuliskan
Teriring dengan tetes-tetes air mata
Ungkapan kerinduan hati
Yang tak lekang oleh waktu, tak luntur oleh hujan
Walau dirimu telah lama meninggalkanku
Ibu
Bibirku kan selalu bergetar
Menyebut baris-baris do’a
Sebagai obat rindu yang dalam
Rinduku dan rindumu yang terhalang
Oleh dua alam yang memisahkan
32
Peranmu Peranku
Oleh : Lina Herawati
Selalu ku menggerutu karena lelah
Selalu ku kecewa karena kelakuan anak-anak
Selalu ku marah karena keinginanku tidak terpenuhi
Akhirnya aku menangis karena kondisi itu
Benakku kembali pada masa kecil dulu
Saat kasih hangat ibu masih memenuhi putaran waktu
Terbayang kembali bagaimana kau jalani hidupmu
Beban berat kau pikul demi kami, anak-anakmu
Kau hentikan langkah akhirmu saat mendengar anakmu menangis
Kau tahan sakitmu, saat anakmu memerlukan kehangatan
gendonganmu
Kau diam, saat penghinaan-penghinaan menerpamu
Kau tetap tersenyum, walau perutmu perih
Lalu lihatlah aku, ibu
Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu pejuang
Tapi kenapa aku begitu lemah?
Mengapa aku tidak setegar dirimu, ibu?
Kini peranmu adalah peranku!
Dan porsi beban peran itu jauh lebih ringan
Mengingat perjuanganmu untuk keluarga
Tidak ada alasan untukku selalu mengeluh
Delapan tahun namamu tertulis di batu nisan
Namun Padamnya gerak detik jarum jam kehidupanmu
Tidak menghentikan kasih sayangmu, ibu
Tidak menghentikan ajaran peran seorang ibu
33
Semangatku adalah semangat perjuangan hidupmu
Hangat belaianmu adalah hilangnya keluhanku
Senyumanku adalah kenangan bersamamu
Ketentraman jiwaku adalah bayangan senyumanmu
34
Simbokku Sayang,
Simbokku Kan Slalu Kukenang
Karya : Yam@to Takhashimura
Mbok..
Engkau bangun saat orang sedang nyenyak dalam tidur
Engkau basuh mukamu dengan air wudhu di pagi buta itu
Lalu.. kau panjatkan do'a 'tuk putra - putrimu
Dengan do'a terbaikmu
Lalu ...
Kau dorong gerobag sayurmu
Dengan sekuat tenagamu
Engkau susuri jalan di sepanjang Wonodri itu
Agar sampai di pasar yang kau tuju
Mbok...
Begitu lama dan panjang langkahmu
Sedari kami kecil
Hingga kami bisa mengeja aksara dengan fasih
Bahkan...hingga kami mampu merenda masa depan dengan terang
Engkau juga masih susuri jalan di tepian kota itu
Tak terhitung...
Berapa juta kilo meter langkah yang kau tempuh
Tak terbayang..
Berapa tetes peluh yang bercucur
Tak tergambar...pengorbanan yang kau persembahkan
Mbok...
Saat itu...
Aku pernah kau ajak kesana
Saat aku masih kecil
Dan saat itu..
Entah mengapa
Saat hendak berpisah denganmu
35
Terasa air mataku membuncah tak terbendung
Seolah tak mau berpisah denganmu
Seolah hatiku tak tega melepas dirimu dalam kesendirian mencari
bekal buat kami
Dan akhirnya
Ku ucapkan selamat tinggal mbok..
Semoga langkahmu selalu dalam kasih sayang Tuhan
Mbok...
Kami tahu..
Betapa hidup itu berat
Tak mudah untuk bertahan
Dan mempersiapkan bekal
Namun
Semua engkau lalui dengan semangat yang tak pernah padam
Mbok...
Kami sekarang semakin tahu
Betapa yang pernah engkau perjuangkan
Harus kami lanjutkan semangat itu
Ya...semangat untuk hidup
Semangat untuk memberi yang terbaik buat putra putri
Semangat untuk mengabdi kepada Ilahi Robbi
Mbok....
Maafkan ...
Jika aku kadang kurang berbakti
Bahkan tidak berbakti
Tak mampu memberikan yang terbaik
Tak mampu menjagamu di saat engkau di usia senja
Tak bisa selalu membersamaimu
Di saat engkau terbaring sakit
Mbok...
Maafkan anakmu...
36
Mbok...
Ada suatu
Do' a dan pengharapan
Kiranya Tuhan 'kan berkahi semua masa usiamu
Menerima segala pengorbananmu
Membalas semua pengabdianmu
Dan Tuhan..
Berkehendak memuliakanmu
Di dunia dan di akhir masa.
Kotawaringin Barat, 5 Oktober 2019
37
Kisah Seorang Ibu Dan Uwais Al-Qarni *)
Dwi Septiyana
Tuhan,
Kau Mahatahu, apa yang ada dalam kalbu ini
Tak pernah terbersit sedikit membangkang kepada-Mu
Tak pernah ada niat abai terhadap kehendak-Mu
Kau perintahkan hamba-Mu berbuat baik pada kedua orang tuaku **)
Aku hanya hamba yang lemah dan bodoh
Tuhan,
Kau Maha Berkehendak, apa yang terjadi di alam semesta
Bapakku sudah tiada,
sedang Ibuku sudah tua renta, keinginannya ingin mengunjungi
rumah-Mu
Baitullah
Sekiranya hamba memiliki harta yang cukup
Sehingga Ibu dapat menunaikan hajatnya
Tuhan,
Kau Maha Kuasa, untuk memberangkatkan siapa pun
ke rumah-Mu
Engkau beserta malaikat-malaikat-Mu menjadi saksi
Aku telah menggendong Ibuku yang renta pergi ke tanah suci
Aku telah berpayah-payah menyusuri gurun gersang
tanah tandus dan terik yang mematikan
menempuh jarak jutaan langkah
Kupertaruhkan raga dan nyawaku, demi Ibuku, Yaa Rabb
Tuhan,
Kau Maha Welas, sudilah kau ampuni dosaku
Balaskanlah semua pengorbanan yang sudah Ibuku berikan
kepadaku
Hamba tak pernah berkata “ah”
38
Hamba tak pernah membangkang
Bahkan hamba rela mengorbankan hidup hamba untuk
memberangkatkan
Ibu menunaikan ibadah haji
(Diriku melakukan thawaf untuk Ibu yang berada dalam
gendonganku,
“Sesungguhnya diriku adalah tunggangan Ibu yang sangat patuh,
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari”
Lalu, aku bertemu Ibnu Umar, dan aku berkata “Wahai Ibnu Umar,
apakah aku telah membalas budi kepadanya?
Alangkah kagetnya diriku, ketika Ibnu Umar menjawab:
“Laa, walaa bizafroti waahidah, sekali-kali tidak Wahai orang
Yaman,
walaupun semua yang telah kau lakukan selama hidupmu kepada
ibumu dibanding dengan satu tarikan nafas saja ketika ibumu
melahirkan.
Seketika, air mataku meleleh, membanjiri bajuku
Aku tak kuasa menahan kesedihan, karena merasa apa yang
kulakukan
telah membalas semua kebaikan Ibu kepadaku)
Yaa, Rabb ... ampunilah hamba-Mu yang penuh dosa ini
Cikande musim pancaroba, Safar 1440
-ooOoo-
* ) Uwais ibn Abi Uwais dikenal dengan Uwais Al-Qarni, seorang
waliyullaah, yang tidak dikenal di bumi, tetapi terkenal di langit.
Beliau berasal dari Yaman, menggendong ibunya untuk
menunaikan haji ke Makkah Al Mukaramah.
** ) Alquran Surah Al Isra : 23
39
Ibuku Mataku
Siti Nurhayati
Ibu…
Meski mata ibu tidak melihat
Tapi ibu selalu memelihara mataku.
Ibu selalu mengajarkan mataku.
Untuk belajar menulis.
Untuk belajar membaca.
Untuk belajar memahami.
Untuk belajar menghargai.
Untuk belajar mandiri.
Dan untuk belajar hidup...
Ibu...
Ibuku adalah mataku.
Dalam mengarungi hidup ini perlu mataku.
Sudah pasti ibu adalah mataku.
Tapi mataku tidak seperti ibu.
Dengan perjalanan hidup yang sudah kulalui.
Banyak yang terlihat mataku tidak seperti ibu.
Belum seutuhnya mataku seperti ibu.
Maafkan aku ibu...
Banyak hal yang kuabaikan dari mata ibu.
Aku selalu berdoa untuk ibu.
Semoga mata ibu menjadi pintu jalan ke Surga.