29 Memaknai multikultural dalam konteks pendidikan memiliki implikasi bahwa, secara operasional pendidikan multikultural pada dasarnya adalah program pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang beragam bagi peserta didik. Penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan akademik peserta didik. Beberapa ahli pendidikan semisal Hilda Hernandez yang dikutip dari karyanya yang berjudul “Multicultural Education, A Teacher’s Guide to linking context, proses, and content”, menjelaskan bahwa pendidikan multikultural adalah suatu proses pendidikan yang memungkinkan individu untuk mengembangkan diri dengan cara merasa, menilai, dan berperilaku dalam sistem budaya yang berbeda dengan budaya mereka. Pendidikan multikultural diperlukan untuk membangun karakter suatu bangsa. Melalui pendidikan multikultural, sikap saling menghargai, saling pengertian, dan saling percaya terhadap perbedaan akan terbangun dan berkembang dengan baik. Dengan ketiga nilai tersebut, pendidikan multikultural bisa dikatakan sangat mendesak sebagai sarana yang paling strategis untuk mengasah, menanamkan kesadaran, dan mengembangkan warga negara yang memiliki keadaban, keterampilan dan menumbuhkan kesadaran akan cara hidup yang demokratis, yang intinya adalah
30 penanaman moral serta partisipasi aktif menuju masyarakat madani Indonesia. Ketika pendidikan berperan sebagai proses individuasi, yaitu suatu perpaduan yang menyeluruh dari dinamika individu dan partisipasinya di dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaannya seperti pemikiran Berger and Luckman, bahwa dalam memahami dunia kehidupan selalu dalam proses dialektik antara the self (individu) dan dunia sosial kultural. Pembangunan dan pembentukan karakter tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Berdasarkan konsep-konsep teori di atas pengertian impementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMA adalah suatu proses penanaman nilai-nilai secar sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya dalam konsep pendidikan yang menyalurkan nilai-nilai kemampuan mencerdaskan dan memuliakan manusia dengan menghargai identitas dirinya, menghargai perbedaan suku bangsa, budaya, ras, agama dan kepercayaan, cara pandang dalam ruang lingkup pendidikan agama Islam di SMA yang meliputi lima aspek (Al-Quran dan Hadits, keimanan, akhlak, fiqih dan Tarikh).
31 B. Kerangka Berfikir Seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada Bab I yaitu Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis. Dalam dunia pendidikan pembangunan karakter bisa diterapkan dengan pendekatan pendidikan multikultural. Untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural maka dibutuhkan konsep pendidikan multikultural Abdullah Aly (2011: 109) diantaranya sebagai berikut: 1. Keadilan Pendidikan multikultural membantu siswa mengerti, menerima, dan menghargai orang dari suku, budaya, dan nilai berbeda. Untuk itu, anak didik perlu diajak melihat nilai budaya lain, sehingga mengerti secara dalam, dan akhirnya dapat menghargainya. Modelnya bukan menyembunyikan budaya lain, atau menyeragamkan sebagai budaya nasional, sehingga budaya lokal hilang. Pengakuan terhadap pluralitas budaya merupakan suatu keadaan untuk mengurangi batas atau sekat-sekat budaya dan itu bisa terwujud apabila proses transformasi antarbudaya dibangun dengan citra dan cita-cita yang penuh persahabatan dan perdamaian.
32 Ajaran keadilan dimaksudkan dapat membentuk sikap empati terhadap orang lain serta memiliki kepekaan sosial terhadap sesama manusia, merasa sama dan sederajat dalam hubungan sosial dan anti terhadap diskriminasi dan marginalisasi, aspek-aspeknya antara lain: 1. Menjaga keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu suatu sikap sadar dalam menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibannya sebagai manusia. Indikatornya: Menghormati hak orang lain, mendahulukan kewajiban daripada hak, dengan ciri menaati aturan, tidak main hakim sendiri, bekerja dengan baik, menangkal pengaruh negatif budaya lain, dan melestarikan budaya nasional. Menempatkan hak dan kewajiban secara seimbang, dengan ciri : setiap pelanggar hukum harus ditindak, berperan serta dalam kegiatan-kegiatan sosial, tanggap dan peduli pentingnya stabilitas nasional. 2. Rasionalitas antarbudaya, dimaksud sebagai suatu sikap yang menganggap bahwa dengan menggunakan pikiran secara cerdas dapat memcahkan segala bentuk permasalahan yang dihadapi dalam masyarakat multibudaya. Indikatornya :Mengakui budaya sendiri dan budaya orang lain, memahami budaya sendiri dan budaya orang lain, menghargai budaya
33 sendiri dan budaya orang lain. 3. Anti diskriminasi dan marginalisasi yaitu suatu sikap yang menunjukkan kesamaan hak dan kesempatan dalam aktivitas kehidupan sebagai warga manusia. Indikatornya : Anti terhadap subordinasi peran dan tanggungjawab, mengakui adanya potensi yang sama dalam berekspresi, mengakui adanya kesempatan yang sama dalam pelayanan publik. 2. Kemanusiaan Dalam sistem nilai budaya bangsa Indonesia nilai tolongmenolong itu mengandung empat konsep yaitu : Pertama manusia di dunia ini tidak hidup sendirian, kedua manusia bergantung dengan sesamanya; ketiga manusia harus berusaha memelihara hubungan baik dengan sesamanya atas dasar sama rata sama rasa; dan keempat manusia mereka harus sedapat mungkin bersifat konform, guyub, berbuat sama dan bersama dengan sesamanya dalam komunitas berasas pada jiwa sama tinggi dan sama rendah. Karena itu nilai kemanusiaan dimaksudkan dapat membentuk sikap peduli dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dengan mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban sesama manusia. Aspeknya yaitu : a). Humanis adalah suatu sikap yang menjunjung tinggi nilai-nilai
34 kemanusiaan, indikatornya : mencintai sesama manusia dan gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. b). Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Indikatornya ; Persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender dan golongan. C. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah judul penelitian-penelitian terdahulu: 1. IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PAI (TELAAH TERHADAP HIDDEN CURRICULUM DI SMAN 1 DAN SMAN 2 GRABAG TAHUN 2018. Peneliti: Khuzaimah (Mahasiswi IAIN SALATIGA). Tempat Penelitian: SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag, Magelang. Metode penelitian: Kualitatif. a. Hasil Penelitian: Hasil Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Hidden Curriculum Pembelajaran PAI di SMAN 1 Grabag Hasil implementasi nilai-nilai multikultural sesuai
35 dengan tujuan nilai-nilai multikultural dalam Islam adalah sebagai berikut: 1). Silah, salam (perdamaian), yakni membangun perdamaian, menjaga perdamaian, dan membuat perdamaian. Hasil yang tampak siswa merasa nyaman karena tidak ada buli- bulian antar teman, merasa tentram, perkelahian pun juga jarang terjadi. Selain itu, timbul rasa kekeluargaan, kebersamaan dan kerukunan antar sesama. 2). Layyin ( lemah lembut atau budaya anti-kekerasan), yakni perilaku, perkataan, sikap, perbuatan, serta berbagai struktur dan sistem yang memelihara dan menjaga fisik, mental, sosial, dan lingkungan menjadi aman dan damai. Hasil yang tampak dari penerapan sikap di atas adalah siswa lebih ada rasa hormatnya, sopan santun, rendah hati, disiplin dan tanggung jawab. 3). Adl (keadilan), keseimbangan sosial yang memuat rasa peduli, saling berbagi, serta sikap moderat dalam merespon perbedaan, jujur, dan terbuka dalam segala sudut pandang atau perbuatan. Hasil yang tampak dari implementasi nilai-nilai di atas adalah anak terbiasa
36 untuk berbagi, bersodaqoh, menghargai satu sama lain, walaupun beda keyakinan, sesuai dengan yang telah di terapkan di atas. Selain itu juga, siswa juga lebih terbuka wawasannya tidak kaku akan satu hal pandangan, seperti yang di ungkapkan oleh guru PAI sebagai berikut:“Hasilnya ternyata anak enjoy dengan adanya budaya yang di gabungkan dengan agama Islam, mereka lebih respect ternyata Islam tidak kaku ya, ternyata bisa ya, kita kawinkan dengan budaya, siswa jadi lebih penasaran”. b. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Untuk menemukan sejauh mana implementasi nilainilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag. 2). Untuk menemukan sejauh mana hasil implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural dalam Hidden Curriculum pembelajaran PAI di SMA N 1 dan SMA N 2 Grabag. Perbedaan antara Penelitian yang berjudul Implementasi
37 Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta dengan Penelitian yang berjudul Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran PAI (Telaah Terhadap Hidden Curriculum di DI SMAN 1 dan SMAN 2 GRABAG TAHUN 2018 adalah terletak pada: 1. Fokus penelitiannya. Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta berfokus kepada Pendidikan Agama Islam yang memang sudah diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah dan merupakan bagian yang teratur sedangkan penelitian yang berjudul Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran PAI (Telaah Terhadap Hidden Curriculum di DI SMAN 1 dan SMAN 2 GRABAG TAHUN 2018 berfokus kepada Hidden Curriculum. Hidden Curriculum tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah dan merupakan bagian yang tidak teratur artinya kondisional. Istilah hidden curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam
38 berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain, konsep hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolah yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah. Hidden (ketersembunyian) merupakan aspek alamiah dalam hal yang berhubungan dengan pengalaman sekolah. 2. Tempat spesifik penelitian dan tahun penelitian Tempat penelitian Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta bertempat di SMAN 33 Jakarta dan penelitian dilakukan pada Tahun 2021 sedangkan penelitian yang berjudul Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran PAI (Telaah Terhadap Hidden Curriculum di DI SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag dan penelitian dilakukan pada tahun 2018. Jadi Penelitian Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta berbeda
39 dengan penelitian yang berjudul Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran PAI (Telaah Terhadap Hidden Curriculum di DI SMAN 1 dan SMAN 2 Grabag). 2. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA SELAMAT PAGI INDONESIA BARU. Peneliti: Nurul Islamiyah (Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim), Tahun 2015. Tempat Penelitian: SMA Selamat Pagi Indonesia Baru, Kota Batu, Jawa Timur. Metode penelitian: Kualitatif. Hasil Penelitian: a. Implementasi pendidikan multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Baru sangat baik, karena dapat dilihat dari: 1). Terciptanya suasana lingkungan sekolah yang multikultural. 2). Terwujudnya penanaman nilai-nilai multikultural dalam pendidikan formal (sekolah) di SMA Selamat Pagi Indonesia Baru. b. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
40 1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Batu. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Batu. Perbedaan antara Penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta dengan Penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Baru adalah terletak pada: 1. Fokus penelitiannya. Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta berfokus kepada Pendidikan Agama Islam yang memang sudah diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah dan merupakan bagian yang teratur sedangkan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Baru berfokus kepada Studi tentang sikap demokratis, dan toleransi dalam ranah ilmu pengetahuan sosial. 3. Tempat spesifik penelitian dan tahun penelitian
41 Tempat penelitian Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta bertempat di SMAN 33 Jakarta dan penelitian dilakukan pada Tahun 2021 sedangkan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Baru pada tahun 2015 bertempat di SMA Selamat Pagi Indonesia Baru. Jadi Penelitian Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta berbeda dengan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Baru. 3. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA NEGERI 1 PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS. Peneliti: Alfi Ramdhani (Mahasiswa IAIN Purwokerto). Tahun 2019. Tempat Penelitian: SMA N 1 Purwokerto, Kota Batu, Banyumas. Metode penelitian: Kualitatif. a. Hasil Penelitian: 1). SMA Negeri 1 Purwokerto mengimplementasikan
42 pendidikan multikultural dengan berprinsip pada kesetaraan dan keadilan, berorientasi pada kebersamaan, kemanusiaan, dan kedamaian, dan mengembangkan sikap mengakui, menerima, dan menghargai perbedaan. Bentuk nyata implementasi pendidikan multikultural dapat dilihat dari berbagai pembiasaan-pembiasaan, kegiatan-kegiatan, dan pemberdayaan kultur sekolah. 2). Implementasi pendidikan multikultural yang berbentuk pembiasaan yakni pembiasaan 3S (Salam, Senyum, Sapa). Lalu ada pembiasaan Jumat rohani, Jumat sehat, Jumat bersih, dan Jumat pembinaan wali kelas. Dalam hal yang berbentuk kegiatan yakni Live In, dan SBR (Sehari Bersama Rohis, Rohkris, dan Rohkat). Sedangkan implementasi dalam hal pemberdayaan kultur sekolah yakni terdapat pembagian kelas yang sesuai jurusan, peserta didik mendapatkan hak pendidikan agama dan mengadakan kegiatan agamanya masing-masing di sekolah, proses kegiatan belajar mengajar yang multikultural, mendapatkan hak untuk memilih organisasi atau
43 ekstrakurikuler sesuai bakat dan minat peserta didik, internalisasi nilai-nilai pendidikan multikultural dari guru, sikap saling menghargai dan menghormati. b. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural di SMA Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Perbedaan antara Penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta dengan Penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural di SMA Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas adalah terletak pada: 1. Fokus penelitiannya. Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta berfokus kepada Pendidikan Agama Islam yang memang sudah diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah dan merupakan bagian yang teratur sedangkan penelitian yang berjudul Implementasi
44 Pendidikan Multikultural di SMA Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas berfokus kepada penerapan pendidikan multikultural melalui kebiasaan secara umum yang ada di SMA Negeri 1 Purwokerto tidak melalui pendidikan agama Islam. 3. Tempat spesifik penelitian dan tahun penelitian Tempat penelitian Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta bertempat di SMAN 33 Jakarta dan penelitian dilakukan pada Tahun 2021 sedangkan penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural di SMA Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas pada tahun 2019 bertempat di SMA Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas . Jadi Penelitian Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMAN 33 Jakarta berbeda dengan penelitian yang berjudul SMA Negeri 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Berdasarkan Tinjauan penelitian diatas, maka penilitian yang berjudul IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 33 JAKARTA
45 tidak sama dengan beberapa penelitian-penelitian tersebut, yaitu pendidikan agama Islam menjadi perantara dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural.
46
47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMAN 33 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu metode yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Barmawi, 2004). Data tersebut didapatkan dari wawancara, catatan lapangan, alat perekam dan dokumen resmi lainnya. Berdasarkan tujuan Penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan adalah data yang mengambarkan konsep pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMAN 33 Jakarta dan implementasi pendidikan multikulturalnya melalui PAI. Oleh karena itu guru mata pelajaran pendidikan agama Islam, peserta didik, kepala sekolah, dewan guru dan tenaga pendidikan adalah sebagai partisipan, informan, narasumber, atau mitra penelitian dalam mencari data.
48 B. Waktu Dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 33 Jakarta yang beralamatkan di Jl. Kamal Raya No 54, RT. 6/RW 3, Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng. Kota Jakarta barat. Waktu penelitiannya dilakukan setelah terbit surat izin penelitian dari pihak akademis dan kesediaan pihak Sekolah SMAN 33 Jakarta; dalam hal ini yang berwenang adalah pihak sekolah terkait yang dijadikan objek penelitian dengan judul yang telah dirumuskan. C. Deskripsi Posisi Peneliti Deskripsi peneliti adalah sebagai berikut : 1. Mengimplementasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung kata-kata daripada angka-angka. 2. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada kepada hasil. 3. Melalui analisis Deduktif peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang terjadi. 4. Mengungkapakan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini terdapat beberapa karakteristik yang ditonjolkan pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama (key
49 instrument) dengan melakukan wawancara sendiri kepada informan penelitian dan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam proses penelitian. Kedua peneliti mengumpulkan dan mencatat data-data dengan rinci yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Ketiga melakukan triangulasi atau konfirmasi data. Berdasarkan dengan fokus masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan pada peenelitian ini adalah data yang menggambarkan implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam. Adapun aspek yang diteliti meliputi pengambilan data dari Populasi dan sampel di SMAN 33 Jakarta, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan responden yang mempunyai sifat umum yang sudah diidentifikasi, saat ini dipakai sebagai sumber informasi yang lebih spesifik, (Kurniawan, 2018). Populasi sebagai keseluruhan dari subyek penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi, a. Berdasarkan Jumlah Anggota Populasi 1). Populasi terbatas Populasi terbatas merupakan populasi yang dinyatakan secara kuantitatif sehingga bisa dihitung jumlahnya. Contoh
50 pada era digital ini banyak hp jenis smartphone dengan berbagai macam merknya. Maka populasi tebatasnya adalah guru hanya membolehkan siswa membawa hp konvensional (bukan smartphone) ke sekolah kepada seluruh siswa. Artinya terbatas hp yang dimaksud hanyalah hp model lama atau konvesional. 2). Populasi tak terbatas Populasi dengan jumlah yang tidak ditentukan atau jika diminta keterangan lebih lanjut mengenai jumlahnya yang pasti tidak bisa menjawab waktu itu juga sehingga relative tidak bisa dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh, para alumni SMA B angkatan 2020 menanam sejumlah pohon perindang di sepanjang Jalan Perjuangan, tidak dibatasi oleh jumlah pohon dan karakter tertentu, yaitu pohon perindang. Contoh lain, seluruh guru madrasah Aliyah di kota Cirebon, artinya tidak dibatasi. Dalam keadaan seperti ini jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum, yaitu orang– orang terdahulu, saat ini dan yang akan menjadi guru. Dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam Di SMAN 33 Jakarta yang digunakan peneliti adalah populasi terbatas.
51 b. Berpijak pada kelanjutan Populasi terbatas tetapi dengan cakupan yang lebih dipersempit 1). Populasi Teoritis Populasi teoritis adalah populasi yang diturunkan dari populasi terbatas agar hasil penelitian berlaku pula untuk hasil populasi yang lebih luas di mana batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Contoh yang menjadi populasi penelitian adalah dosen dengan jabatan Lektor kepala dari usia 40 sampai 60 tahun dengan pendidikan Magister. 2). Populasi tersedia Populasi tersedia merupakan populasi turunan dari populasi teoritis yang akan diteliti dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu, jumlah dana dan dengan memperhatikan karakteristik yang sudah ditetapkan pada populasi teoritis. Contoh Kementrian Agama pusat memberikan kesempatan kepada 30 dosen tahun 2017 untuk melanjutkan jenjang pendidikan doktoral (S3) di beberapa perguruan tertinggi ternama. Untuk mengetahui siapa saja guru yang mendapatkan kesempatan melanjutkan studi dapat melihat kriteria atau persyaratan di Kementrian Agama. Di dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah populasi tersedia c. Berdasarkan sifatnya
52 1). Populasi Homogen Populasi homogen adalah populasi di mana sumber data yang unsur-unsurnya mempunyai sifat yang sama sehingga tidak harus dipermasalahkan jumlahnya secara kuantitatif. Contoh segelas susu manis, diambil sebagian atau keseluruhan adalah sama. 2). Populasi Heterogen Populasi heterogen adalah populasi di mana pembentuk sumber data yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang berbeda (bervariasi) sehingga harus dipastikan batas-batasnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Biasanya populasi ini ada pada penelitian ada pada penelitian sosial atau terkait dengan manusia dan kehidupannya termasuk pendidikan. Contoh: seluruh siswa sekolah di Kota Madya Jakarta Barat. Maka seluruh siswa ini memiliki keadaan yang berbeda-beda, seperti siswa dengan latar belakang ekonomi orangtua, siswa dengan tingkatan sekolah berbeda, siswa yang ada di perkampungan atau komplek perumahan, dan lain-lain. Maka populasi heterogen inilah yang kami gunakan untuk penelitian kami yang berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam Di SMAN 33 Jakarta.
53 Dalam melakukan penelitian, meskipun terdapat populasi yang terbatas dan homogen, terkadang peneliti tidak mengumpulkan data secara populasi, tetapi mengambil sebagian dari populasi. Hal ini didasarkan pada alasan yang masuk akal, yaitu: 1) kepraktisan; 2) keterbatasan tenaga, waktu, biaya; 3) terdapatnya percobaan yang bersifat destruktif (merusak); dan 4) dapat memberikan informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh (komprehensif). Melalui penelitian populasi yang representative diharapkan hasil yang didapatkan bisa menyimpulkan dan memberikan deskripsi yang selaras dengan karakteristik populasi. Dengan demikian, hasil kesimpulan dari penelitian ini bisa digeneralisasikan terhadap populasi. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari suatu populasi baik jumlah maupun karakternya. (Kurniawan, 2018). Pengambilan sampel ini mengikuti cara-cara tertentu sehingga sampel ini betul-betul bisa mewakili atau representasi dari populasi. Sampel ini berguna untuk memudahkan kegiatan penelitian tanpa mengurangi makna populasi itu sendiri, seperti menghemat biaya, waktu dan tenaga. Terlebih pada populasi dalam jumlah sangat besar yang kecil kemungkinan peneliti melakukan penelitian sensus (total seluruh populasi). Pada penelitian implementasi
54 pendidikan multikultural melelaui pendididkan agama Islam ini, peneliti mengunakan sampel peserta didik kelas X dan XI di SMAN 33 Jakarta. D. Informan Penelitian Peneliti akan akan menjadikan informan sebagai subjek penelitian sebagai berikut: 1. Kepala sekolah SMAN 33 Jakarta. 2. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMAN 33 Jakarta. 3. Peserta didik SMAN 33 Jakarta. 4. Guru Bimbingan Konseling dan Karir SMAN 33 Jakarta. E. Teknik Pengumpulan Data Data merupakan catatan atas kumpulan fakta atau bukti dari hasil penggunaan instrumen penelitian. (Kurniawan, 2018). Data bisa menggambarkan tentang suatu keadaan atau persoalan tapi belum memiliki arti dan masih butuh pengolahan. Data adalah bentuk prulal dari datum, berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sesuatu yang diberikan”. Dalam pemakaian sehari-hari data adalah suatu pernyataan yang diterima apa adanya. Pernyataan ini merupakan hasil pengamatan atau pengukuran suatu variabel yang bentuknya bisa berupa citra, angka atau kata-kata. Dalam keilmuan (ilmiah) fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data lalu
55 diolah sehingga bisa diutarakan secara tepat dan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Hal ini disebut deskripsi. Pemilahan banyak data selaras dengan perbedaan atau persamaan yang dikandungnya disebut klasifikasi. Dalam bahasa penelitian data harus bisa menjawab beberapa kata tanya yaitu apa (what), kapan (when), di mana (where), bagaimana (how), dan siapa (who). What adalah berita peristiwanya, when adalah kapan terjadi peristiwa, where adalah di mana peristiwa itu terjadi, how adalah bagaimana peneliti mendapat data tentang peristiwa itu, dan who siapa pelaku dalam peristiwa itu serta siapa yang mendapatkan data. Data yang digunakan pada penelitian yang bersifat kualitatif berbentuk pernyataan dalam kalimat verbal atau uraian untuk menggambarkan fakta yang diperoleh, bukan berupa bilangan atau angka. Data kualitatif diperoleh melalui suatu proses memakai teknik analisis mendalam dan tidak mampu didapatkan secara langsung. Bisa juga dalam cerita pendek. Pada data tertentu, bisa memperlihatkan perbedaan dalam bentuk tingkatan meskipun tidak jelas batas-batasnya. Misalnya sangat paham, kurang paham , tidak paham., sangat indah, kurang indah dan tidak indah, data yang bersifat kualitatif berupa: 1. Data Kasus Data Kasus adalah data kualitatif yang menjelaskan kasus
56 tertentu. Data Kasus hanya berlaku bagi kasus tertentu dan tidak bertujuan untuk digeneralisasi dan menguji hipotesis penelitian. Kelebihan data kasus adalah mendalam dan komprehensif untuk mengekspresikan suatu objek penelitian. Area data kasus berdasarkan pada luas wilayah penelitian kasus tertentu. Untuk itu, data kasus bisa seluas negara, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, lembaga pendidikan tertentu ataupun hanya untuk sejumlah orang bahkan satu orang. Contoh penelitian implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMAN 33 JAKARTA tidak dapat digeneralisasi pada kasus implementasi pendidikan multikultural di lembaga yang lain. 2. Data pengalaman pribadi Data pengalaman pribadi merupakan data hasil pengalaman seseorang yang menjadi objek penelitian. Data pengalaman pribadi sangat erat akan unsur-unsur subjektif sehingga terkadang tidak sesuai dengan realita keadaan masyarakat yaang menjadi objek penelitian. Walaupun demikian, subjektifitas tersebut bisa digunakan sebagai bagian dan realita masyarakat yang diteliti. Manfaat dari data jenis ini adalah peneliti dapat mendapatkan suatu pandangan dari dalam melalui reaksi, tanggapan, interpretasi dan penglihatan para warga subjek penelitian dan dapat memperdalam
57 pengertian secara kualitatif tentang detail yang tidak bisa didapatkan melalui wawancara atau pengamatan saja. Contoh penelitian tentang para pelajar yang dalam aktifitas belajarnya sudah melakukan pengimplementasian pendidikan multikultural di lingkungan sekolahnya . Untuk mendalami hal tersebut peneliti dapat menggali opini warga di dalam lingkungan sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, penjaga sekolah dan sahabat-sahabatnya yang berada di dalam lingkungan sekolah tempat mereka belajar. Sedangkan jika dilihat berdasarkan sumbernya maka data dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Data Primer Data Primer adalah data yang hanya bisa peneliti dapatkan dari sumber pertama atau asli. Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh dirinya sendiri atau peneliti sendiri. Ini adalah data yang tidak pernah dikumpulkan sebelumnya baik pada periode waktu tertentu atau dengan cara tertentu. 2. Data sekunder. Data sekunder adalah data yang didapatkan bukan dari sumber pertama tetapi peneliti mendapatkannya dari sumber kedua atau melalui perantara orang lain. Data ini umumnya berasal dari
58 penelitian lain yang dilaksanakan oleh organisasi atau lembagalembaga seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan lain-lain. Walaupun data sekunder secara fisik telah tersedia, tetapi dalam penggunaannya peneliti tidak boleh mengambil dan menggunakannya secara serampangan. Untuk memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti membutuhkan banyak pertimbangan, diantaranya sebagai berikut: a. Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. b. Data sekunder yang diperlukan bukan memfokuskan pada jumlah terapi pada kesesuaian dan kualitas. c. Data sekunder umumnya dipakai sebagai pendukung data primer. Berdasarkan keterangan tersebut peneliti perlu mengambil teknik dalam mengambil data dalam penelitian agar pertanyaan penelitian atau masalah penelitian dapat dijawab dan dipecahkan, maka data sebagai bahan baku pemecahannya bisa didapatkan sebaik mungkin dengan mencapai tingkat keabsahan yang tinggi. (Kurniawan, 2018) Proses ini terkesan sederhana, tetapi sesungguhnya sangat kompleks. Banyak peneliti yang memiliki metode dan instrumen yang baik, tetapi menemui kegagalan disebabkan kecerobohan di dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu, agar proses pengumpulan data ini dapat dilaksanakan
59 dengan benar, maka berikut ini adalah Teknik pengambilan data melalui: 1. Penelitian Kepustakaan Kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti berbagai buku yang berhubungan dengan masalah yang akan penulis bahas. Penelitian kepustakaan juga dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan dan konsep yang berkaitan dengan kajian teori. 2. Penelitian Lapangan a. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pemusatan perhatian dan pencatatan terhadap fenomena yang muncul pada subjek penelitian dengan semua panca indera (empiris). (Kurniawan, 2018). Oleh karena itu mengobservasi mampu dilakukan dengan peraba, penglihatan, penciuman dan perasaan. Apa yang disebutkan ini realitanya adalah pengamatan secara langsung, artinya instrumen observasi bisa dilakukan melalui rekaman gambar, kuisioner, rekaman suara ataupun tes. Observasi yang peneliti lakukan untuk mengamati perbuatan (action) atau pelaksanaan perilaku yang mencerminkan implementasi pendidikan multikultural yang dilakukan peserta didik SMAN 33 Jakarta, seperti pelaksanaan kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah
60 tersebut. proses tersebut mengubah fakta menjadi data. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi dapat diklasifikasikan menurut cara sudut pandangnya, sebagai berikut: 1) Menurut partisipasi peneliti a) Jenis observasi partisipasi Observasi partisipasi merupakan observasi yang dilaksanakan dengan terlibatnya peneliti secara langsung dalam aktivitas kegiatan belajar peserta didik SMAN 33 Jakarta. b) Observasi nonpartisipasi Dalam pengamatan jenis ini, peneliti tidak ikut serta dalam aktivitas kegiatan belajar peserta didik SMAN 33 Jakarta. Posisi pengamat berada diluar “pagar" objek pengamatan. 2) Menurut sifat, observasi dibagi menjadi sebagai berikut: a) Observasi terbuka atau terus terang Dalam observasi ini pengamat menyatakan terus terang
61 kepada responden atau orang yang dijadikan sasaran pengamatan bahwa ia melakukan penelitian. Terkadang pengamatan jenis ini bisa menimbulkan penelitian yang tersetting tidak apa adanya, karena responden akan berusaha melakukan yang terbaik, perilaku yang dibuat-buat atau perilaku yang tidak biasa dilakukan sehari-hari. b) Observasi tertutup Peneliti melakukan pengamatan dengan tidak memberitahukan kepada responden atau orang yang menjadi sasaran pengamatan untuk mendapatkan data yang alami atau apa adanya. Jadi sifatnya rahasia, atau jika dilakukan pengamatan terus terang dikhawatirkan peneliti tidak mendapatkan izin pengamatan. Dari jenis observasi yang didasarkan atas sifatnya di atas, peneliti menggunakan jenis observasi terbuka atau observasi terus terang dengan meminta izin terlebih dahulu kepada pihak SMAN 33 Jakarta. 3) Menurut caranya, observasi terbagi menjadi dua jenis: a) Observasi sistematis Maksudnya adalah observasi yang telah ditetapkan
62 terlebih dahulu kerangkanya. Kerangka ini terdiri dari faktorfaktor yang akan diamati berdasarkan kategorinya. b) Observasi nonsistematis Observasi yang tidak disiapkan dengan sistematis mengenai apa yang hendak diamati. Ketika melakukan pengamatan, peneliti tidak memakai instrumen yang baku, terapi hanya semacam rambu-rambu pengamatan. Adapun aspek yang akan diteliti antara lain, konsep pendidikan multikultural yang diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar, mulai dari masuk sekolah, di waktu istirahat di lingkungan SMAN 33 Jakarta. b. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan secara langsung antara peneliti dengan responden untuk bertukar informasi dan ide , sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (Kurniawan, 2018). Wawancara ini digunakan untuk melengkapi data observasi dan dokumen. Penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru-guru di SMAN 33 Jakarta terutama guru mata pelajaran pendidikan Agama Islam, guru mata pelajaran agama non muslim dan peserta didik tentang apa yang mereka alami selama
63 kegiatan belajar dan mengajar di SMAN 33 Jakarta terkait pengimplementasian pendidikan multikultural. Konsep pendidikan multikultural yang diterapkan melalui pendidikan agama Islam, upaya yang sudah dilakukan dan hasil yang dirasakan.Wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Secara garis besar cara tersebut dibagi menjadi dua: 1) Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur sering kali dipakai dalam penelitian kuantitatif atau penelitian survei meskipun dalam banyak kondisi tertentu. Wawancara jenis ini lebih mirip seperti angket tertutup, bedanya diutarakan secara lisan, dan lebih mirip dengan interogasi sebab sifatnya kaku, dan pertukaran informasi antar peneliti dengan subjek penelitian sangatlah minim. Dalam pelaksanaan wawancara terstruktur, fungsi peneliti secara dominan sekedar memberikan pertanyaan dan subjek peneliti diminta untuk menjawab pertanyaan saja. Di antara ciri-ciri wawancara terstruktur adalah sebagai berikut: Kategori jawaban dan daftar pertanyaan sudah disiapkan, waktu wawancara diperhitungkan, tidak ada keluwesan, mengindahkan pedoman wawancara, dan bertujuan untuk mendapatkan penjelasan fenomena.
64 2) Wawancara semi terstruktur Wawancara semi terstruktur memuat sejumlah pernyataan atau pertanyaan kunci yang dapat membantu peneliti untuk mengidentifikasi banyak wilayah yang hendak digali, tetapi juga mengizinkan pewawancara atau yang diwawancarai untuk berpendapat atau merespons secara lebih rinci. Tujuannya adalah untuk mendapatkan masalah secara lebih terbuka, dengan cara informan diminta ide-ide dan pendapatnya. 3). Wawancara tidak terstruktur Wawancara tidak terstruktur wawancara yang tidak mencerminkan ide, teori atau dilakukan tanpa ada pengorganisasian. Selain itu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap. Namun bukan pedoman wawancara sepenuhnya tidak ada yang digunakan hanyalah garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Kelebihan instrumen wawancara tidak terstruktur sebagai berikut: a) Peneliti mempunyai kesempatan atau waktu untuk mendapatkan jawaban atau respons yang sangat tinggi dari informan.
65 b) Peneliti dapat membantu menerangkan lebih, apabila ternyata informan mendapatkan kesilitan merespons yang disebabkan ketidakjelasan pertanyaan atau pernyataan. c) Peneliti bisa mengendalikan jawaban informan secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tanggapan yang disebabkan oleh pernyataan atau pertanyaan selama proses wawancara. d) Peneliti bisa mendapatkan informasi yang tidak bisa diutarakan melalui observasi dan angket. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data yang berupa catatan yang ditulis, tercetak, atau dipindai dengan optik (dengan bahasa lain, untuk data yang sifatnya benda mati). Contoh: notulen rapat guru, nilai Raport, nilai ulangan harian, buku bimbingan penyuluhan dan konseling peserta didik, peraturan, tata tertib, hak dan kewajiban peserta didik, catatan harian dan lain-lain. Dokumentasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai bukti fisik dari suatu kegiatan yang dilaksanakan. Dokumen dapat berupa foto-foto kegiatan, catatan-catatan, arsip sekolah dan buku-buku. Peneliti juga mencoba untuk mengumpulkan data
66 berupa gambaran umum tentang implementasi pendidikan multikultural di SMAN 33 Jakarta meliputi sarana prasarana, sumber daya manusia, peserta didik, organisasi, visi dan misi SMAN 33 Jakarta. Metode dokumentasi bisa dilakukan dengan: 1). Pedoman dokumentasi yang terdiri dari kategori atau garis-garis besar yang akan dicari datanya. 2) Checklist adalah daftar variabel yang hendak dikumpulkan datanya. Dalam hal ini, peneliti hanya menandai semua pemunculan fenomena yang dimaksud. F. Kisi-Kisi Instrument Penelitian Instrument yang peneliti gunakan adalah: 1. Observasi, dari hasil observasi ini peneliti akan memperoleh gambaran secara global yang berkaitan dengan konsep, implementasi pendidikian multikultural di peserta didik dan warga sekolah umumnya di lingkungan SMAN 33 Jakarta. 2. Wawancara atau interview akan peneliti lakukan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam daripada konsep dan pengimplemetasian pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMAN 33 Jakarta, dengan teknik wawancara ini
67 peneliti mengharapkan: a. Memperoleh data langsung dari sumbernya. b. Informasi lebih mendalam dari responden. Karena responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya, dapat dipercaya. c. Responden dan peneliti memiliki interpretasi tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Tabel 3.1 Butir Pertanyaan Wawancara kepada Guru Pendidikan Agama Islam SMA N 33 Jakarta. No Pertanyaan 1. Bagaimana penerapan sikap peserta didik SMA N 33 Jakarta dalam hal keadilan yaitu mereka mengerti, menerima, dan menghargai orang dari suku, budaya, dan nilai berbeda dalam kegiatan belajarnya? Sambunagn tabel 3.1 Butir Pertanyaan Wawancara kepada Guru Pendidikan Agama Islam SMA N 33 Jakarta. 2. Bagaimana perilaku peserta didik SMA N 33 Jakarta dalam menerapkan sikap peduli dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dengan mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban sesama manusia ? 3. Contoh apakah yang sudah dilakukan peserta didik SMA N 33 Jakarta dalam menerapkan kepekaan sosial terhadap sesama manusia, merasa
68 sama dan sederajat dalam hubungan sosial dan anti terhadap diskriminasi dan marginalisasi ? 4. Apakah peserta didik SMA N 33 Jakarta memahami budaya sendiri dan budaya orang lain, menghargai budaya sendiri dan budaya orang lain? 5. Apa contoh dari peserta didik SMA N 33 Jakarta dalam memelihara hubungan baik dengan sesamanya atas dasar sama rata sama rasa? Tabel 3.2 Butir Pertanyaan Wawancara kepada Kepala SMAN 33 Jakarta. No Pertanyaan 1. Sejauh mana sikap peserta didik SMAN 33 Jakarta dalam menerapkan pelajaran pendidikan agama Islam terkait perihal menghargai orang dari suku, budaya, dan nilai berbeda? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan SMAN 33 Jakarta untuk membangun persahabatan dan perdamaian di lingkungan sekolah yang memiliki perbedaan ras, suku, agama dan budaya? 3. Apa tindakan yang dilakukan oleh SMAN 33 Jakarta untuk menjaga keseimbangan hak dan kewajiban kepada warga sekolah? Sambungan tabel 3.2 Butir Pertanyaan Wawancara kepada Kepala SMAN 33 Jakarta.
69 4. Apa hal yang di terapkan oleh SMAN 33 Jakarta agar seluruh warga sekolah menaati aturan, tidak main hakim sendiri, bekerja dengan baik, menangkal pengaruh negatif budaya lain? 5. Bagaimana perlakuan Kepala SMAN 33 Jakarta dalam menyikapi kondisi peserta didik yang memiliki latar belakang yang heterogen? Tabel 3.3 Butir Pertanyaan Wawancara kepada Guru Bimbingan Konseling dan Karir SMAN 33 Jakarta. No Pertanyaan 1. Apa yang dilakukan Guru bimbingan konseling dan karir SMAN 33 Jakarta terhadap peserta didik yang belum dapat menghargai perbedaan suku bangsa, budaya, ras, agama? 2. Bagaimana sikap Guru bimbingan konseling dan karir SMAN 33 Jakarta terhadap peserta didik yang memiliki sikap intoleran di lingkungan sekolah? 3. Apa yang diperbuat Guru bimbingan konseling dan karir SMAN 33 Jakarta kepada peserta didik yang melakukan tindakan diskriminasi? 4. Upaya apa yang dilakukan Guru bimbingan Konseling dan karir SMAN 33 Jakarta dalam mencegah sikap bullying pada peserta didik?
70 5. Bagaimana cara menanamkan esensi pendidikan multikulturalisme kepada peserta didik? c. Dokumentasi. Peneliti menggunakan dokumen yang berhubungan dengan konsep pendidikan multikultural di SMAN 33 Jakarta, diantaranya mengenai tata tertib sekolah, visi dan misi, serta peraturan sekolah. Peneliti juga menggunakan data siswa dan warga sekolah yang berkaitan dengan nilai-nilai multikultural seperti jenis kelamin dan latar belakang agama. d. Angket. Peneliti akan menggunakan angket tertutup karena merupakan instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah respoden dan jawaban yang sudah ditetapkan oleh pembuat artikel. Jawaban dapat berupa ya atau tidak, sangat setuju, setuju, netral, kurang setuju, ragu-ragu dan tidak setuju ( sumber yang diambil datanya melalui angket ), Dalam hal ini untuk menemukan titik fokus tujuan penelitian.
71 Tabel 3.4 Kuisioner pemahaman peserta didik SMAN 33 Jakarta. No Pernyataan Setuju Raguragu Tidak setuju 1. Saya berusaha untuk menghargai perbedaan pendapat saat rapat pemilihan ketua kelas. 2. Saya berusaha untuk tidak mudah terpengaruh berita bohong (hoax) di media sosial. 3. Saya bersemangat untuk bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa 4. Berprasangka baik kepada orang lain akan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. 5. Tali persaudaraan harus dijaga agar hidup bermasyarakat semakin harmonis. 6. Sebagai muslim, kita harus menjaga tali persaudaraan dengan siapapun 7. Sikap saling menghormati dan menghargai akan melahirkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. 8. Sikap saling menghormati dan menghargai akan terbentuknya kerukunan hidup antara sesama warga masyarakat. 9. Setelah mempelajari materi Dakwah Nabi Muhammad Saw.di Madinah telah menumbuhkan kesadaran diri saya untuk selalu menyeru kebaikan dimanapun saya berada. 10. Setelah memahami materi Dakwah Nabi Muhammad Saw.di Madinah, mendorong diri saya untuk mengembangkan ajaran Islam yang washatiyah (Moderat). 11. Setelah memahami materi Dakwah Nabi Muhammad Saw.di Madinah, menumbuhkan semangat saya, untuk bersama-sama menjaga persaudaraan sesama muslim dan sesama anak bangsa.
72 G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis mulai dari proses pengumpulan sampai dengan selesainya proses pengumpulan data. Dalam menganalisis data pada penelitian ini penulis menggunakan analisis model Miles dan Huberman, dimana aktivitas dalam menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu dimulai dari reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), sampai dengan menarik kesimpulan (conclusion drawing/ verification). (Sugiyono, t.t.) 1. Reduksi Data (Data Reduction) Ketika penulis mulai melakukan penelitian tentu saja akan mendapatkan data yang banyak dan relative beragam dan bahkan sangat rumit. Maka dari itu, perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. (Sugiyono, t.t.) Reduksi data
73 merupakan langkah awal menganalisa data dalam penelitian ini. Dari sekian banyak data yang telah dikumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara, dan beberapa dokumentasi yang dibutuhkan direduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan penting, mengklasifikasikan sesuai dengan fokus judul penelitian penulis. Dengan adanya proses reduksi data ini, data yang ada diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penyajian data dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian ini. 2. Penyajian Data (Data Display) Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay atau menyajikan data, di mana penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, penyajian data dalam penelitian kualitatif yang paling sering adalah teks naratif, kemudian dapat juga dilakukan dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, dan sejenisnya. (Sugiyono, t.t.) Melalui penyajian data, maka data dapat tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami serta dapat direncanakan langkah selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. penulis melakukan penyajian data dalam beberapa bentuk berdasarkan hasil dari proses reduksi data yang telah dilakukan mengenai data-data tentang implementasi pendidikan multikultural di SMA Negeri 33 Jakarta.
74 3. Menarik Kesimpulan (conclusion drawing/ verification). Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan kosnsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. (Komariah, 2017). H. Validasi Data (Validitas Dan Reliabilitas Data) Pengambilan data melalui tiga tahapan diantaranya, tahapan pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang. Pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh karena sebab itu terjadi data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki validitas yang tinggi. Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk menguji keabsahan data-data penelitian ini digunakan beberapa cara antara lain: (Moloeng, 2002) 1. Kepercayaan (kredibilitas), yaitu:pemeriksaan datanya dilakukan
75 dengan perpanjangan keikut-sertaan sehingga tingkat kepercayaan pemuannya dapat dicapai. 2. Keteralihan, yaitu: konsep validitasi itu menyatakan bahwa suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks pada populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative memilki populasi itu. 3. Triangulasi, yaitu: tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak di gunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain.
76
77 BAB IV HASIL PENELITIAN A. HASIL PENELITIAN Implementasi Pendidikan Multikultural melalui pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan dalam membangun karakter peserta didik, dikarenakan merekalah yang akan mengisi dan membangun bangsa Indonesia selanjutnya. Indonesia adalah bentuk negara yang majemuk terdiri dari beragam suku, bahasa, dan agama yang multikultural. Keharmonisan seluruh komponen bangsa mutlak dibutuhkan dalam keberlangsungan hidup antar warga negaranya untuk sama-sama membangun bangsa Indonesia. Maka penanaman pendidikan multikultural melalui pendidikan agama islam harus sejak dini dimasukkan kedalam pola pikir generasi bangsa dalam hal ini adalah peserta didik yang mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMAN 33 Jakarta. Dalam penelitian tersebut ada dua hal yang ditemukan: 1. Konsep pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMAN 33 Jakarta.
78 Konsep pendidikan multikultural di SMAN 33 Jakarta diterapkan di dalam kegiatan belajar dan mengajar pada lingkungan sekolah tersebut, hal ini sesuai dengan visi dan misi SMAN 33 Jakarta yaitu cerdas, berkarakter, dan berwawasan lingkungan . Pada point “berkarakter” semua warga sekolah di SMAN 33 Jakarta harus menghormati perbedaan latar belakang yang beraneka ragam baik dari suku, budaya dan agama yang mereka miliki. Sehingga konsep tersebut ditanamakan mereka agar tercipta hubungan yang harmonis antar sesama warga sekolah. Konsep pengamalan dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural termuat juga pada tujuan sekolah yaitu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Gambaran implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Islam kepada peserta didik SMAN 33 Jakarta. Implementasi pendidikan multikultural dilakukan secara terus menerus dalam kegiatan belajar mengajar SMAN 33 Jakarta melaui arahan dan bimbingan kepala SMAN 33 Jakarta yaitu Ibu Noviolaleni, S.Pd., Hal tersebut juga dilakukan oleh guru-guru mata pelajaran pendidikan agama Islam kelas X yaitu Bapak Ustadz Ahmad Fahri Rizal S.Pd., kelas XI yaitu Bapak Ustadz Muhammad Royyan, M.Pd.I