The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Majalah An Najah, 2023-02-01 23:27:42

MAJALAH SAHID AGUSTUS 2022

MAJALAH SAHID AGUSTUS 2022

2 Masyarakat Indonesia dikenal sangat dermawan. Ini bukan sekadar klaim sepihak dari kita sendiri, tetapi berdasarkan hasil survei lembaga Charities Aid Foundation (CAF) di London. Tahun lalu, CAF merilis World Giving Index 2021 yang menempatkan Indonesia di peringkat pertama sebagai negara paling dermawan di dunia. Padahal sejak tahun 2020, dunia dilanda pandemi Covid-19 yang berdampak pada turunnya aktivitas ekonomi serta berkurangnya pendapatan mayoritas masyarakat; fenomena yang tentunya juga terjadi di Indonesia. Artinya, meskipun pendapatan berkurang, tapi masyarakat tidak menghentikan kegiatan penyaluran sebagian rezekinya kepada orang lain. Semangat altruisme masyarakat Indonesia yang demikian besar, hendaknya dijaga oleh para pengelola Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun lembaga filantropi dengan menjalankan amanah secara benar (jujur), taat terhadap regulasi, profesional, dan transparan. Karena mengelola dana yang diamanahkan oleh masyarakat, maka transparansi menjadi hal sangat penting bagi kredibilitas LAZ dan lembaga filantropi. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit akuntan publik hendaknya ditampilkan pada situs masing-masing lembaga, agar bisa dibaca oleh para pemangku kepentingan, utamanya para donatur. Termasuk yang perlu ditampilkan adalah gaji dan fasilitas para pengelolanya. Dengan adanya transparansi tersebut, donatur diberi hak dan kesempatan untuk menilai serta mengambil keputusan. Jika ada lembaga filantropi yang memberikan gaji hingga ratusan juta rupiah per bulan kepada para direkturnya, para donatur tinggal membandingkan dengan besarnya dana yang dikelola serta kinerja lembaga bersangkutan. Jika dana yang dikelola mencapai triliunan atau ratusan miliar, sementara kinerja lembaga itu dianggap baik, boleh jadi ada donatur yang menilai bahwa wajar saja kalau para direkturnya diberi gaji ratusan juta dan fasilitas eksekutif. Yang penting, tidak ada fraud (kecurangan) dalam pengelolaan keuangannya. Maka donatur itu akan terus mendonasikan sebagian rezekinya kepada lembaga filantropi tersebut. Sedangkan sebagian donatur lain, mungkin berpendapat bahwa jumlah gaji yang diperoleh direktur itu berlebihan. Sehingga, untuk bulan berikutnya sang donatur tinggal menghentikan transfer dana ke lembaga tersebut, kemudian mengalihkan donasinya kepada lembaga filantropi lain yang dianggap lebih tepat. Jadi, gampang saja solusinya. Jika kejujuran, profesionalisme, dan transparansi itu dijalankan, maka akan mudah mempertanggungjawabkannya, di dunia maupun di akhirat.* MUHARRAM 1444/ AGUSTUS 2022 3 Jujur, Profesional, dan Transparan


PENERBIT PT Lentera Jaya Abadi Izin Terbit SIUPP No 1105/SK/Menpen/SIUPP/1999 Pendiri Ustadz Abdullah Said (alm) Perintis Manshur Salbu (alm), Abdul Latief Usman Direktur Yusuf Madjid Wakil Direkur M. Hidayat, Miyantono Accounting System Purwanto Majalah Suara Hidayatullah General Manager Dadang Kusmayadi Pemimpin Redaksi Ahmad Damanik Redaktur Pelaksana Ahmad Fazeri Sidang Redaksi Hamim Thohari, Haryono Madari, Dzikrullah Pramudya, Saiful Hamiwanto, Mahladi Murni, Dadang Kusmayadi, Bambang Subagyo, Bahrul Ulum, Pambudi Utomo, Ahmad Damanik, Muh.Abdus Syakur, Masykur, Thoriq, Siradjudin Muslim Sekretaris Redaksi Akbar Muzakki Desain & Pracetak Tajuddin Syahriel, Musta’inul Haq, Muhammad Mushlih Al haq Pemasaran Rohman, Ahmad Kusaini, M.Azmi, Maryadi Ahmad, Jaiz Dede, Ashlih Maulana, Ismatullah Iklan Niesky H Permana, Nur Halim Keuangan Miftah Farid, M. Jazuli, Bambang Aprianto www.hidayatullah.com General Manager Mohammad Sobakh Pemimpin Redaksi Cholis Akbar Redaktur Rofi Munawwar, Nashirul Haq AR, Fida Ahmad Syuhada KANTOR Pusat Dakwah & Informasi Hidayatullah, Jl Kejawan Putih Tambak No 110-A, Keputih, Surabaya 60112. Telp 031-5998143, 5998146. Fax 5998145 JAKARTA: Jl Cipinang Cempedak I/14 Polonia, Jakarta Timur 13340. Telp/Fax 021- 85902045 EDISI INTERNET www.hidayatullah.com Email redaksi@hidayatullah.com, pemasaran@ hidayatullah.com, iklan@hidayatullah.com Twitter @mjlhidayatullah Facebook Majalah Hidayatullah Instagram @majalahhidayatullah Youtube Suara Hidayatullah Whatsapp Redaksi 0812-1634-911 Pemasaran Surabaya 0821- 4040-4051 Jakarta 0857-2020-6590 Iklan Surabaya 0813-3077-8253 Jakarta 0856-7835-657 HARGA Jawa Rp 29.500,- Luar Jawa 31.500,- Rekening Bank Muamalat Indonesia 3010071279, Bank Syariah Mandiri 7006573597 a.n. PT Lentera Jaya Abadi Kiriman naskah dan surat harap disertai identitas diri. Naskah dan foto yang masuk ke redaksi sepenuhnya menjadi hak milik redaksi. Naskah yang tidak dimuat, tidak dikembalikan kepada pengirimnya. Wartawan Majalah Suara Hidayatullah dalam menjalankan tugas tidak diperkenankan menerima imbalan dalam bentuk apapun Susunan Redaksi Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh Di momen tahun baru Islam, Muharram 1444 Hij - riah, kami coba hadirkan suatu yang baru kepada para pembaca. Hal ini sebagai bentuk kesungguh-sunggu - han kami dalam memberikan sajian dan informasi ter - baik di setiap lembar majalah tercinta ini. Hal baru itu diwujudkan dalam program Rerubrikasi dan Redesain. Rerubrikasi bermakna menghadirkan ru - brik baru. Di antara rubrik baru yang hadir di edisi kali ini yaitu: Kajian Utama bertema Jati Diri Hidayatullah, Konsultasi Hukum, Konsultasi Keluarga Sakinah, dan Konsultasi Fiqih. Jika ingin berkonsultasi, perta - nyaan dapat dikirimkan melalui email redaksi@hidaya - tullah.com. Selain itu, ada juga seri kajian pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat yang kami sajikan di rubrik Baiti Jannati, Madrasah, serta Madani. Termasuk be - berapa rubrik baru lainnya. Selain memperbarui beberapa rubrik, di edisi ini juga kami hadirkan tampilan cover dan isi majalah yang le - bih segar. Kami berharap, Anda berkenan dengan ikh - tiar kami dalam menghadirkan majalah tercinta ini agar menjadi lebih baik. 4 Rerubrikasi dan Redesain Pembaca yang Budiman, Untuk rubrik Kajian Utama, sebelum diluncurkan kami mengadakan pertemuan bersama tim penulis, yaitu: Drs Hamim Thohari (Ketua Dewan Pertimbangan Hidayatullah), KH. Hanifullah (Dewan Murobbi Pusat Hidayatullah), Dr. Nashirul Haq, Lc. MA (Ketua DPP Hidayatullah) dan Abdul Ghofar Hadi, S.Sos.I, M.S.I (Wakil Sekjen DPP Hidayatullah). “Insya Allah dari pertemuan ini mendapatkan materi tulisan yang terstruktur dan sistematis,” ujar Masykur Suyuti, penanggung jawab rubrik Kajian Utama. Di tengah pengerjaan edisi ini, St. Djuaeriah, ibun ­ da tercinta Ustadz Masykur—demikian kami menyapanya, meninggal dunia di Pangkep, Sulawesi Selatan. Seluruh awak redaksi bersama manajemen PT. Len ­ tera Jaya Abadi (LJA) turut berduka cita dan mendokan almarhumah diampuni dosa dan diterima seluruh amal ibadahnya. Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fuanha. Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Redaksi


MENGEKSPLORASI JATI DIRI HIDAYATULLAH 11 SISTEM WAHYU BAHAYA DI BALIK NIKAH BEDA AGAMA 19 LAPORAN KHUSUS SIMULASI HAJI LEWAT KA'BAH METAVERSE 46 JELAJAH 3 SALAM Jujur, Profesional, dan Transparan 4 DARI REDAKSI Rerubrikasi dan Redesain 8 DAFTAR ISI 9 SURAT PEMBACA 11 SISTEM WAHYU • Mengeksplorasi Jati Diri Hidayatullah • Mengenal Jati Diri Hidayatullah • Jati Diri Kuat, Peradaban Gemilang • Mengokohkan Jati Diri • Syahadat 18 HIMMAH Tegar 19 LAPORAN KHUSUS Bahaya di Balik Nikah Beda Agama 26 OPINI Pepen Irpan Fauzan Pengaruh A. Hasan terhadap Keislaman Soekarno 28 TA’AWUN Berjuang Demi Kornea Mata 30 HALAL Yakin Ganja Medis Solusi? 32 KONSULTASI HUKUM Bijak Menggunakan Medsos Untuk Dakwah 35 IHWAL Lika-liku Diplomasi Menuju Indonesia Merdeka 42 KOLOM Daniel Mohammad Rasyid Dekrit Presiden: Refleksi Kecendekiawan 44 BAITUL MAQDIS Menelisik Nama Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsha 46 JELAJAH Simulasi Haji Lewat Ka’bah Metaverse 48 OASE Hikmah di Balik Sakit Menahun 50 KITABAH 51 CELAH Ida S. Widayanti Toxic Parenting 52 USRAH Ketika Cela Pasangan Tampak di Depan Mata 6


70 Ghazwul Fikr Menjawab Kaum Atheis tentang Keberadaan Allah 74 SEJARAH Meluruskan Persepsi Keliru tentang Hajar 76 SEJUTA QUR’AN Al-Qur’an untuk Kampung Muallaf di Lereng Merbabu 78 WAKAF Muhaimin Iqbal Cerdas Mengelola Harta 80 SERIAL DAI Ustadz Abdul Rohim Lika-liku Dakwah Ustadz Abdul Rohim 82 POS DAI Rumah Dakwah Untuk Da’i di Mburak 83 DOA Mendapatkan Keturunan yang Shalih 88 SILATURAHIM Rumah Sajada Yogyakarta Membangun Generasi Qur’an dan Mandiri 90 KONSULTASI FIQIH Jika Imam Qunut, Apakah Makmum Harus Mengikuti? 92 KHAZANAH Perpustakaan dan Kemajuan Peradaban Islam SUSU, BERGIZI DAN BERKHASIAT 68 SYIFA 54 BAITI JANNATI Rumah Tempat Nyaman Anak Bermain 56 MADANI Mengajak Anak ke Majelis Ilmu 58 MADRASAH Membangun Mutu Sekolah 60 KONSULTASI SAKINAH Shalat Khusyu’ di Rumah “Bisa Mengendalikan Pemerintah Berarti Keuntungan untuk Para Cukong” 94 MUAMALAT Bisnis Minuman Ikhtiar Hanya Sepersen, 99 Persen Ridhanya Allah 96 KHITTAH Dr. Nashirul Haq Lc., MA. Memotivasi Tekun Beribadah 98 KABAR DIA Swasto Imam Teguh Dr Abdul Haris Achadi nyatakan tiada ilah selain allah,pasti menang! 62 INTERNASONAL Dzikrullah Alasan China Menjajah Turkistan Timur 64 PERJALANAN Padang, Sumatera Barat Berkunjung ke Rumah Kelahiran Mohammad Natsir 68 SYIFA Susu, Bergizi dan Berkhasiat COVER COVER 2 Ukuran 210 mm x 280 mm Rp 9.520.000,- COVER 3 Ukuran 210 mm x 280 mm Rp 8.480.000,- COVER 4 Ukuran 210 mm x 280 mm Rp 10.800. 000,- HALAMAN ISI 1 Halaman Ukuran 210 mm x 280 mm Rp 7.040.000 1/2 Halaman Ukuran 190 mm x 130 mm Rp 3.920.000,- 1 halaman Advertorial Ukuran 210 mm x 280 mm Rp 7.840.000,- KETERANGAN PEMASANGAN IKLAN Kami tidak menerima iklan minuman keras, rokok dan produk lain yang diragukan kehalalannya 7 85 Feri Amsari MUHARRAM 1444/ AGUSTUS 2022


8 Kasus penistaan agama kembali terjadi. Kali ini pelakunya pihak manajemen Holy Wings, sebuah kafe di Jakarta. Klub malam itu menggugah promosi minuman beralkohol gratis bagi pengunjung yang memiliki nama ‘Muhammad dan Maria’. Promosi tersebut sontak menjadi viral di media sosial, hingga mengundang reaksi banyak pihak terutama umat Islam. Bagi kaum mukmin mencintai Nabi Muhammad akan disertai dengan memuliakan sosoknya, karena itu tidak akan rela jika Nabi Muhammad dihinakan. Holy Wings Indonesia telah menyampaikan permintaan maafnya terkait promosi minuman alkohol gratis tersebut. Dalam pernyataan terbuka, Holy Wings berbicara nasib 3000 karyawan yang bergantung pada usaha food & beverage tersebut. Selain adanya muatan penghinaan kepada Nabi Muhammad , di balik kasus Holy Wings ini ada bahaya besar yang mengintai, yakni kemaksiatan yang terpelihara. Pasalnya, Holy Wings telah melakukan berbagai macam aktivitas haram dan melibatkan banyak Muslim di dalamnya. Ironis, keharaman tersebut dijaga dan dilindungi oleh sistem yang ada. Selain Holy Wings masih banyak pelaku usaha lainnya melakukan kegiatan serupa. Ini merupakan kejahatan terstruktur dan tersistematis, tetapi tidak ada yang mampu mencegah. Masyarakat bahkan para ulama hanya bisa diam jika tidak ingin dicap radikal dan intoleran. Di kafe dan bar semacam Holy Wings, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi sangat bebas, yang jelas melanggar syariat Islam. Bukan tidak mungkin di sana juga menjadi tempat berbagai kejahatan, seperti transaksi narkoba, perjudian, perzinaan, dan sebagainya. Para pekerjanya, yang menikmati jasa dan manfaat dari kafe tersebut sama sekali tidak merasa bersalah dengan segala kemaksiatan yang ada. Mereka bahkan bangga dan mengajak yang lainnya hingga Stop Kemaksiatan yang Terpelihara! terjerumus ke dalamnya. Betapa banyak Muslim yang beraktivitas di Holy Wings yang tersebar di berbagai daerah. Sementara pemerintah mendiamkannya, bahkan memfasilitasi dengan regulasi yang menjamin semua aktivitas itu legal dan sah di mata hukum negara. Inilah bahaya yang mengancam umat saat ini, berupa kemaksiatan yang terpelihara oleh sistem yang ada. Jika ini dibiarkan merajalela, tentu akan makin menjauhkan negeri ini dari ridha Allah dan keberkahan-Nya. Dengan demikian, kembali pada Islam adalah satu-satunya solusi bagi siapa pun yang menghendaki kebaikan dan keberkahan berlimpah di negeri ini.* Eti Mulyawati mulyawatieti36@gmail.com


MUHARRAM 1444 | AGUSTUS 2022 11 MENGEKSPLORASI JATI DIRI HIDAYATULLAH J ati diri berarti ciri khusus atau identitas. Maknanya bisa sangat luas, mendalam, menyeluruh, dan menyentuh semua aspek kehidupan. Nilai-nilai dasar ini menjiwai dan mewarnai kehidupan seseorang, suatu komunitas, bangsa, atau peradaban. Jamaah Hidayatullah sejatinya sejak dulu telah memiliki identitas yang khas. Nilai -nilai dasar itu telah terbangun dan terasa sejak perintisan awal Pesantren Hidayatullah di Balikpapan, Kalimantan Timur, sekitar 50 ta ­ hun silam. Di masa lalu, jati diri tersebut barangkali belum dibahasakan sefasih narasi sekarang. Namun sejatinya para kader dan jamaah telah memperagakannya. Contoh: para da’i Hidayatullah dikenal totalitasnya dalam berdakwah dan menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah . Begitu teguh memegang prinsip sami’na wa atha’na dalam bingkai kehidupan bermasyarakat yang terpimpin dan berjamaah. Para ustadz dan cendekiawan Hidayatullah kemudian merumuskan secara tertulis identitas lembaga ini menjadi konsep Jati Diri Hidayatullah. Yakni meliputi enam prinsip: Sistematika Wahyu, Ahlus Sunnah wal-Jama’ah, al -Harakah al -Jihadiyah, Imamah Jama’ah, Jama’atun minal Muslimin, dan Wasathiyah. Pembaca budiman, mulai edisi ini hadir rubrik Kajian Utama yang akan mengeksplorasi Jati Diri Hidayatullah. Tulisan awal ini menjadi pengantar, yang insya’Allah akan disambung dengan topik terkait di edisi selanjutnya. Bismillah.* TIM PENULIS : Drs. Hamim Thohari, M.Si (Ketua Dewan Pertimbangan Hidayatullah), Dr. Nashirul Haq, Lc, MA (Ketua Umum DPP Hidayatullah), Abdul Ghofar Hadi, S.Sos.I, M.Si (Wakil Sekjen DPP Hidayatullah). Penanggung jawab rubrik Masykur. Editor Pambudi Utomo FOTO: MUH ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH Pemasangan logo Hidayatullah jelang Silatnas Hidayatullah di Gunung Tembak (13-11-2018).


12 Bagaimana jika dalam suatu perjalanan, seseorang telah mengetahui secara detail rute yang ditempuh, destinasi yang disinggahi, kendaraan yang digunakan, serta sopir dan penumpangnya? Tentu akan merasa nyaman dan jauh dari was-was. Sejauh apapun perjalanan, manusia akan merasa nyaman apabila mengetahui dengan pasti tujuan yang dicapai dan medan yang dilalui. Lebih nyaman lagi jika ia mengenal pimpinan perjalanan dan siapa saja yang akan membersamai. Kalau kendaraannya andal dan sopirnya ahli, sang penumpang tinggal memberi dukungan. Andai terjadi hambatan karena jalannya rusak atau ada gangguan, para penumpang akan siap berkorban jiwa raga demi mencapai cita-citanya. Manhaj Rabbani Bagi sebagian orang, hidup itu seperti perjalanan panjang yang mengerikan. Arah yang ditempuh tak jelas dan tidak menentu. Tak ubahnya berada di lorong panjang yang gelap tanpa cahaya. “Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai ge - lap gulita, guruh dan kilat, mereka me - nyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orangorang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (al-Baqarah [2]: 19-20). Sebagian lagi ada yang nekad. Seolaholah pemberani, padahal lebih takut, bahkan kepada bayangannya sendiri. Mereka menghibur diri dengan asumsi dan prasangka sendiri. Mereka berjalan di atas  zhan  dan berperilaku  trial and error. Menyangka zhan adalah kebenaran, padahal itu kebenaran palsu. ِ ۡرض َ ۡ َ ِن ف ٱل ََ م ۡث َك ۡ أ ِطع ُ َ ِإَون ت ُون ِع ب َّ ت َ ِن ي ِۚ إ َّ ِ ٱلل ِيل ب َ َن س َ ع وك ُّ ِضل ُ ي ١١٦ َ ُ ون ص ُ ر ۡ َ ي َّ ِل ۡ إ م ُ ۡ ه َّ ِإَون ن َّ َّ ٱلظ ِل إ “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (al-An’am [6]: 116). Adapun orang-orang yang berilmu, akan tahu dari mana berasal, hendak kemana jalan yang dituju, serta metode yang dipilih. Mereka melangkah dengan kepastian, keyakinan, dan keimanan. Langkahnya tegak, lurus, dan terus maju. Tidak ada zigzag apalagi ragu. Alhamdulillah, ilmu yang paling mendasar diajarkan di Hidayatullah adalah tentang makrifatullah, makrifatul insan, dan makrifatul alam. Ini pula yang diajarkan pertama kali oleh Rasulullah kepada para Sahabat di Darul Arqam dan di tempat-tempat pengajaran ilmu Tauhid. Bagi Hidayatullah, makrifat yang benar hanya bisa didapatkan melalui proses iqra’ yang benar pula. Sedangkan sistematika perlangkahannya disesuaikan dengan prioritas tarbiyah Ilahiyah, sebagaimana Allah mengajari Nabi Muhammad melalui urutan wahyuBagi Hidayatullah, makrifat yang benar hanya bisa didapatkan melalui proses iqra’ yang benar pula. Mengenal Jati Diri Hidayatullah


MUHARRAM 1444 | AGUSTUS 2022 13 wahyu pertama yang diturunkan melalui malaikat Jibril. Itulah Manhaj Rabbani. Jati Diri Mengenali Allah sebagai asal dari segala sesuatu, dari sanalah semua makhluq berasal dan hanya kepada-Nya segalanya akan kembali. Inilah yang menjadi landasan, mengapa ber-Islam harus diawali dari proses iqra’ yang benar. Kata pepatah Arab, “Awal beragama adalah mengenal Allah”. Itulah titik satunya. Setelah titik satu dicapai, maka siapapun dapat melanjutkan ke titik apapun sesuai kemampuannya. Tapi ketika masih nol, maka ditambah seberapapun besar angkanya, akan tetap nol. Itulah nilai Tauhid sebagai dasar segala kebaikan dan amal shalih. Agar semua amal perbuatan manusia bernilai, maka nilai nol harus dipecahkan dulu. Caranya: pahami, yakini, dan ketahuilah bahwa Allah adalah Tuhan, tiada Tuhan selain Dia. Kejelasan jalan inilah yang memberi kepastian, keyakinan, dan keimanan. Tidak ada keraguan, ketakutan, maupun kesedihan. Maju terus. Istiqamah. Namun langkah yang didasari keyakinan kuat dan benar sesuai Manhaj Rabbani, masih belum cukup tanpa diikuti kendaraan yang andal. Inilah yang kelak membawa para salikin (penempuh jalan) ke tujuan. Dan yang penting diketahui oleh para penempuh jalan adalah identitas diri. Di Hidayatullah, hal ini dikenal dengan istilah “Jati Diri”. Pertama, Hidayatullah menerapkan Sistematika Wahyu sebagai Manhaj Nabawi, baik materi tarbiyahnya maupun metode penerapannya. Kedua, Hidayatullah adalah keluarga besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Secara konsisten isi ajaran dan doktrin ideologisnya bersambung sampai kepada para ulama salaf, tabi’ut tabi’in, tabi’in, Sahabat, hingga Rasulullah . Ketiga, Hidayatullah menegaskan diri sebagai al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah. Tidak ragu, kemurnian perjuangan ini akan dijaga terus. Tidak boleh merugikan pihak manapun, apalagi sesama anak bangsa. Tidak malu, karena konsep jihad adalah inti ajaran Islam yang pasti untuk kemaslahatan bangsa dan umat secara utuh. Keempat, Hidayatullah meyakini dan bersungguh-sungguh akan menjalankan sistem Imamah Jama’ah secara inklusif. Inilah cara efektif merawat dan menumbuhkembangkan peradaban. Kelima, Hidayatullah berjuang membangun peradaban Islam tidak sendirian. Bersama dengan kelompok, harakah, jamaah, ormas, dan segenap komponen umat dan bangsa, Hidayatullah siap berkolaborasi, berkoalisi, dan bermitra. Keenam, Hidayatullah meyakini dan bersungguh-sungguh menjaga dan mengembangkan sikap hidup yang berprinsip pada keseimbangan (tawazun), keadilan (ta’adul), dan berada di tengahtengah (tawasuth). Jati diri itu menjadi penanda, batas, sekaligus kartu identitas jamaah. Inilah cara Hidayatullah membuka dan mengenalkan diri untuk diajak berpartisipasi, aktif bersama, berkolaborasi, dan berkoalisi keumatan. Semoga.* Secara konsisten isi ajaran dan doktrin ideologisnya bersambung sampai kepada para ulama salaf, tabi’ut tabi’in, tabi’in, Sahabat, hingga Rasulullah . FOTO: MUH ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH Peluncuran GNH pada Silatnas Hidayatullah 2018 di Gunung Tembak (25-11-2018).


14 S elain sebagai identitas, jati diri memiliki makna sangat luas, mendalam, menyeluruh, dan menyentuh semua aspek kehidupan. Inilah nilai-nilai dasar yang menjiwai dan mewarnai kehidupan seseorang, suatu komunitas, bangsa, atau peradaban. Dalam al-Qur’an, Tauhid sebagai nilai dasar digambarkan seperti pohon kurma yang akarnya kokoh sedangkan dahannya menjulang tinggi ke langit. “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan dahannya (menjulang) ke langit.” (Ibrahim [14]: 24). Begitu pula jati diri, harus menghunjam kuat dan tertanam kokoh dalam jiwa setiap individu maupun komunitas. Jika demikian maka berbagai bidang kehidupan dapat dikembangkan seluasluasnya berlandaskan nilai-nilai dasar yang telah dibangun. Inilah tujuan dan fungsi jati diri sesungguhnya. 1. Membangun Pondasi dan Menumbuhkan Karakter Jika dilakukan dalam kurun yang panjang dan intens, nilai jati diri niscaya bisa mewujud menjadi karakter. Mulai dari tampilan, pemikiran, imajinasi, ucapan, tingkah laku, bahkan perasaan. Umat, bangsa, atau peradaban manapun apabila memiliki jati diri yang kokoh dan mendarah daging, dijamin mampu menghadapi segala rintangan. Tidak mudah goyah. Jati diri itu menjadi pendorong untuk bangkit, maju, dan berkembang. Berbagai tantangan internal seperti lambatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterbelakangan di berbagai sektor, kemiskinan, keterbatasan sumberdaya, hingga ancaman eksternal, akan dapat dilewati apabila jati diri menjadi poros dan seluruh partikel mengorbit di sekitarnya. 2. Mengangkat Martabat dan Meraih Kemajuan Meneguhkan jati diri merupakan satu-satunya cara mengangkat harkat dan martabat umat dan bangsa. Keterpurukan yang panjang menyebabkan turunnya pemahaman dan komitmen umat Islam terhadap jati diri peradabannya sendiri. Inilah yang menyeret pada guncangan pemikiran dan budaya, sehingga umat mundur, lamKeterpurukan yang panjang menyebabkan turunnya pemahaman dan komitmen umat Islam terhadap jati diri peradabannya sendiri. Jati Diri Kuat Peradaban Gemilang Teladan Jati Diri Peradaban Islam memiliki karakter khas. Kekuasaannya pernah membentang dari Afrika Utara sampai ke Spanyol di belahan barat, serta Persia hingga ke India di belahan timur. Di masa itu pernah muncul sosoksosok pecinta ilmu yang teguh memegang jati diri sebagai spirit dan karakternya, antara lain: Ibnu Abbas, seorang Sahabat yang sejak kecil gemar menuntut ilmu dari Rasulullah . Sepeninggal Nabi, Ibnu Abbas terus menuntut ilmu dari para Sahabat. Suatu ketika, karena kelelahan menunggu, ia sampai tertidur di depan pintu rumah seorang Sahabat. Alangkah kagetnya tuan rumah ketika membuka pintu dan mendapati sepupu Rasulullah itu tertidur dengan wajah berdebu.


MUHARRAM 1444 | AGUSTUS 2022 15 ban, jumud, dan mudah terkontaminasi dengan pemikiran dan budaya luar yang menjauhkan umat Islam dari agamanya. Pancaran keindahan dan keagungan ajaran Islam menjadi tertutupi oleh pemikiran, kultur, dan budaya asing yang sangat masif merusak generasi. Dengan memahami jati diri, terus menggali dan menanamkan nilai-nilai Islam, membangun cara pandang Islami, serta menjalani tatanan kehidupan yang rasional, maka umat akan keluar dari keterpurukan. Kemajuan teknologi dan sains yang begitu pesat menjadi alat penunjang, bukan justru terhalang dan tergilas. Keteguhan terhadap jati diri akan melahirkan umat yang memiliki keteguhan hati, kesabaran dan tekad yang kuat, ghirah yang tak pernah padam, serta semangat dan cita-cita  (himmah)  yang tinggi. Olehnya, umat Islam harus menyadari eksistensi sebagai  khairu ummah  (umat terbaik) agar dapat bangkit, maju, dan bermartabat. Harus memiliki pemahaman yang benar, keimanan yang kokoh, karakter yang baik, metode berpikir dan etos kerja yang tinggi, serta sikap toleran (tasamuh)  dalam berinteraksi dengan seluruh elemen masyarakat. 3. Menjaga Eksistensi Allah memberi peringatan dan motivasi untuk meneguhkan jati diri dan terus bersiap menjadi pelaku yang berjuang dengan gigih menuju “kebangkitan”. ۡ م ُ ك َۡ َي ًا غ م ۡ و َ ق ۡ ِدل ۡ ب َ ۡ ت َس ي ْ ا ۡ و َّ ل َ و َ ت َ ِإَون ت ُ م ٣٨ َك ٰل َ ۡث م َ ْ أ ا ٓ و ُ ون ُ َك َ ي َّ ل م ُ ث “Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar), Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak durhaka seperti kamu ini.”  (Muhammad [47]: 38).* Kemajuan teknologi dan sains yang begitu pesat menjadi alat penunjang, bukan justru terhalang dan tergilas. Ketika ditanya kenapa tidak mengirim utusan atau minta didatangi? Ibnu Abbas menjawab: “Tidak, akulah yang lebih berhak mendatangimu. Telah sampai kepadaku hadits bahwa engkau mendengarnya dari Rasulullah , aku ingin mendengar langsung darimu.” Imam Syafi’i, yang menghafal alQur’an di usia 7 tahun serta menghafal al-Muwaththa’ karya Imam Malik di usia 12 tahun. Ahli fiqih ini mampu menggabungkan madrasah hadits Imam Malik dan madrasah ra’yi (logika) Imam Abu Hanifah. Kitab al-Umm dalam ilmu fiqh dan ar-Risalah dalam ilmu ushul fiqh, adalah dua karya monumental yang diwariskan kepada kaum Muslimin. Ibnu Rusyd, kelahiran Cordoba (Spanyol) tahun 520 H/1126 M. Sejak kecil tekun mempelajari al-Qur’an, tafsir, hadits, fiqih, dan sastra Arab. Menanjak dewasa, orientasinya mengarah kepada ilmu pengetahuan dan sains. Ia mendalami matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat, dan ilmu kedokteran, sehingga terkenal sebagai ahli dalam berbagai cabang ilmu. Juga lahir ulama besar lainnya seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hanbal dalam bidang Fiqih; Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, al-Nazzam, dan alJubba’i dalam Teologi; Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dalam Tasawuf; Al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam Filsafat; Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi, al-Razi, dan masih amat banyak lainnya. Pribadi-pribadi tersebut teguh memegang jati dirinya sebagai Muslim. Mereka lahir dengan karakteristik yang hampir sama, yakni kuat imannya, tinggi kecintaannya terhadap ilmu, serta semangat yang tak pudar dalam beramal shalih.*


16 J ati diri sebagai khittah atau garisgaris besar organisasi dalam merumuskan program kerja ke depan, haruslah kokoh. Untuk mengokohkannya tentu tidak mudah dan tidak bisa instan. Ada proses yang harus dilalui, kendala yang mesti diatasi, dan godaan yang wajib dihindari. Ada pula tantangan dan gelombang perubahan yang mutlak disikapi. Ada beberapa tips untuk mengokohkan jati diri Hidayatullah, antara lain: Memahami Sejarah Hidayatullah Sejarah adalah guru kehidupan. Ia memberikan pengalaman berharga bagi generasi pelanjut. Sejarah juga sumber pengetahuan. Ia mengajarkan tentang asal-usul, jerih payah perjuangan, dan semangat dari para pelaku sejarah.  Ada kisah heroik, suka duka, kenangan, keringat dan air mata dalam untaiannya. Mempelajari sejarah juga menjadikan generasi menjadi arif dan bijaksana dalam mengikuti proses perjalanan organisasi yang tidak mudah. Bahwa keberhasilan organisasi bukan datang dengan tiba-tiba atau instan. Awal berdiri Hidayatullah bukan dari kalangan pejabat atau pengusaha, tapi dari anak-anak muda sederhana yang memiliki keyakinan dan semangat menjalankan Islam serta membangun peradaban. Ketika Allahuyarham KH. Abdullah Said dan sahabatnya mengawali pendirian Pesantren Hidayatullah, mereka semua masih muda dan mendidik para santri yang juga belia. Pesantren Hidayatullah bukan lahir dari orang-orang mapan dari segi kekayaan materi. Merintis cabang-cabang dari nol di seluruh pelosok Nusantara dengan keterbatasan bahkan ketiadaan fasilitas. Dengan militansi, mujahadah, dan munajat, akhirnya mendapatkan kepercayaan masyarakat dan mengundang pertolongan Allah SWT. Pesantren Hidayatullah juga tidak mengandalkan nama besar tokoh, tetapi ada kebesaran jiwa dan semangat untuk meraih cita-cita besar. Kombinasi kerja keras, berpikir keras, dan beribadah keras melahirkan optimisme untuk membangun miniatur peradaban Islam di seluruh pelosok negeri. Hidayatullah lahir bukan dari ruang kosong tanpa dinamika. Perjalanan dari titik nol yang sangat berat dilalui oleh para pendiri dan santri awal, mengemban amanah kenabian dengan modal semangat dan idealisme perjuangan. Sejarah bisa menjadi patron bagi generasi penerus agar perjalanan orgaMempelajari sejarah bukan untuk bernostalgia dengan masa lalu, tidak pula demi membanggakan tokoh-tokoh dulu. Mengokohkan Jati Diri FOTO: MUH ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH Ustadz Zainuddin Musaddad dengan atribut Hidayatullah pada Munas V Hidayatullah di Depok (29-10-2020).


MUHARRAM 1444 | AGUSTUS 2022 17 nisasi ke depan tidak menyimpang dari cita-cita para pendiri. Dalam sejarah itulah ada nilai-nilai jati diri yang senantiasa harus dijaga, melekat, dan menjadi karakter bagi generasi selanjutnya. Mempelajari sejarah bukan untuk bernostalgia dengan masa lalu, tidak pula demi membanggakan tokoh-tokoh dulu. Tapi menyerap nilai-nilai dasar untuk menjadi energi dan motivasi demi perjalanan ke depan. Mengikuti Dinamika Organisasi Perkembangan Hidayatullah mengalami beberapa fase. Tumbuhnya sebuah cita-cita dari Muhsin Kahar (nama KH. Abdullah Said) membuat perkampungan Islam, merintis gagasan di Gunung Sari dan Karang Rejo, kemudian mewujudkan idealisme di Karang Bugis dan Gunung Tembak, Balikpapan. Selanjutnya melakukan ekspansi dakwah ke luar Kalimantan, mengalami masa transisi saat sang pendiri sakit hingga wafat, dan beralih pada kepemimpinan kedua. Sekarang menjadi salah satu organisasi massa Islam. Roda zaman terus berputar, berbagai dinamika timbul silih berganti. Di era teknologi informasi dan komunikasi, gempuran budaya dan sistem kehidupan luar biasa begitu cepat perubahannya. Setiap organisasi yang eksis bertahan hingga berumur puluhan atau ratusan tahun pasti memiliki jati diri yang dinamis. Mengikuti dinamika Hidayatullah artinya terlibat langsung dalam tarbiyah, dakwah, ekonomi, organisasi, atau yang lain. Tidak harus sebagai pengurus struktural, tapi bisa berkiprah di amal-amal usaha atau secara kultural menjadi anggota yang aktif berhalaqah. Artinya, harus menjadi pemain bukan penonton, pelaku bukan pengamat, pelopor tidak sebatas komentator. Bahasa di Hidayatullah: harus lebur, totalitas, all out. Ini menunjukkan keseriusan dalam mengikuti dan memberikan kontribusi dalam menumbuhkembangkan organisasi. Jika setengah-setengah atau sekedarnya, maka tidak bisa menumbuhkan jati diri dalam dirinya. Bahkan bisa rendah diri dan gelisah sendiri. Mengikuti dinamika perkembangan berarti belajar agar tidak taqlid buta. Sebab ada proses transformasi ilmu dan nilai dalam setiap kegiatan yang diikuti. Hal ini juga sangat penting untuk menumbuhkan jati diri. Mempraktikkan Kultur Setiap organisasi memiliki kultur yang dijalankan oleh anggotanya. Inilah  cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kultur di Hidayatullah adalah penguatan terhadap praktik syariat Islam. Mulai dari mengucapkan salam saat bertemu saudara, melayani tamu, membatasi pergaulan putra dan putri, musyawarah dalam menentukan sebuah program, izin saat bepergian, dan sebagainya. Kultur yang sifatnya amalan ibadah adalah menjaga amalan sunnah yang disebut Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH). Yaitu menjaga shalat sunnah rawatib, shalat lail, membaca al-Qur’an satu juz sehari, wirid pagi sore dan malam, shalat berjamaah dan di awal waktu, infaq, dan dakwah fardhiyah. Semua rangkaian amalan tersebut terorganisir dalam halaqah sebagai sistem organisasi terkecil. Halaqah inilah yang menjadi media bagi seluruh anggota. Tujuannya  untuk update informasi perkembangan dan kemampuan, mempersaudarakan, melakukan tarbiyah secara tersistem, dan evaluasi amalan ibadah. Peran murabbi sangatlah penting untuk transformasi nilai dan ilmu serta menjadi teladan dan pelopor. Kultur tersebut mengantar anggota memiliki karakter taat, berani, semangat berkorban, etos kerja, gairah belajar, tekun ibadah, dan akhlaq yang mulia. Secara tidak langsung, terjadilah internalisasi jati diri.* Kultur yang sifatnya amalan ibadah adalah menjaga amalan sunnah yang disebut Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH).


Pernahkah Anda melihat seorang narapidana yang sedang mengendap-endap hendak menemui ibu kandungnya yang sedang sendirian di rumah, sedang seorang petugas Polisi sedang bersiap berada di depan rumah sang ibu untuk menangkapnya. Narapidana tersebut sangat merindukan sang ibu, tapi ada perasaan khawatir, was-was, dan gelisah karena takut kepada Polisi yang siap menangkapnya. Itulah perasaan “raghaban wa rahaban” (Surat Al-Anbiya [21] :90). Orang yang beriman selalu dihinggapi perasaan takut dan khawatir jika dosa dan kesalahannya tidak diampuni Allah . Sementara mereka sangat paham bahwa tiada hari kecuali kesalahannya terus bertambah. Ada-ada saja kesalahan yang diperbuat oleh mata, telinga, tangan, kaki, mulut, pikiran, dan hatinya. Kalau kepada Polisi mereka bisa berlari, tapi kepada Allah di mana mereka bisa bersembunyi? Mata, telinga, otak, sekaligus hati akan menjadi saksi. Jika mau kabur, silakan cari bumi lain selain milik-Nya. Raghaban wa rahaban adalah campuran antara rasa cinta dan khawatir, rasa harap dan takut, rindu dan cemas. Antara ingin mendekat tapi was-was. Mereka adalah orang-orang yang beruntung, karena hatinya diliputi rasa rindu. Rasa rindu yang dimotivasi karena ketiadaan untuk berlari dan menghindar dari-Nya. Allah berfirman, “… dan kepada Kami mereka itu khusyu” Para sahabat adalah orang-orang yang telah tercerahkan melalui pendidikan ruhani al-Hady Al-Musthafa Muhammad dengan ilmu dan akhlaknya. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yang paling mudah menumpahkan air mata. Begitu juga Umar bin Khaththab. Abdullah bin Syaddad berkata, “Aku mendengar isak tangis Umar, padahal aku berdiri di barisan terakhir. Ketika itu Umar membaca surat At Thur ayat ketujuh, ٌع ِ َ اق ِّ َك لو َب ِ َّن َ عَذ َ اب ر ا) sungguh, azab Tuhanmu pasti terjadi).” Tak kalah menariknya adalah sosok Ali bin Abi Thalib. Tatkala waktu shalat tiba, muka beliau berubah. Ada yang bertanya kepadanya, “Ada apa denganmu wahai Amirul Mukminin?” Maka ia menjawab, “Telah datang waktu (melaksanakan dan mempertanggungjawabkan) amanat yang pernah Allah sodorkan kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, lalu semuanya enggan menanggung amanat tersebut karena mereka takut, akan tetapi aku justru memikul amanat tersebut”. Shalat adalah sarana untuk bertemu, mengadu, mengeluh, merintih, serta merindu. Melalui shalat semua hamba dapat menumpahkan segala keluh kesah dan doa kepada-Nya. Shalat adalah sarana menyambung tali penghubung kepada Allah (Hablum minallah). Melalui shalat kita bersedih dan bergembira bersama Allah.* TEGAR Oleh Hamim Thohari 18


BEDA AGAMA BAHAYA DI BALIK NIKAH S ejumlah pernikahan beda agama menjadi sorotan publik di beberapa waktu terakhir. Nikah terlarang ini pun dilakukan oleh rakyat biasa hingga lingkaran istana. Seseorang yang sering “membimbing” pernikahan beda agama, mengaku telah menikahkan 1.424 pasangan. Salah satunya pasangan di Semarang yang kemudian video pernikahannya viral. Beberapa pihak tampak berusaha “memaksa” agar nikah beda agama ini bisa legal. Mereka mengusung berbagai argumentasi, antara lain isu kebebasan dan hak asasi manusia (HAM), kemudian menggugat perundang-undangan yang selama ini telah terbukti mampu menjaga harmoni sesama anak bangsa. Sebenarnya ada apa di balik isu nikah beda agama? Benarkah ada misi liberalisasi dan deislamisasi? Simak sajian Laporan Khusus edisi ini. Penanggung jawab Sirajuddin Muslim Reporter Muh. Abdus Syakur, Cholis Akbar, Fida’ Ahmad Syuhada, Sirajuddin Muslim Editor Pambudi Utomo TIM LAPORAN KHUSUS MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 19


Pada 20 Juni 2022 lalu, Pengadilan Negeri (PN) Surabaya mengesahkan atau mengizinkan permohohan nikah beda agama. Alasan pengadilan adalah lebih kepada pemenuhan keinginan, bukan hak. “Kedua mempelai mempunyai hak untuk mempertahankan agamanya sesuai dengan pasal 29 UUD 1945 tentang kebebasan memeluk keyakinan,” ujar hakim PN Surabaya. Sebelumnya pada 18 Maret 2022, salah satu staf khusus presiden yang bernama Ayu Kartika Dewi, menikah beda agama dengan seorang pria bernama Gerald Sebastian. Prosesi pernikahan dilakukan dengan dua cara, yaitu akad nikah sesuai agama Ayu dan prosesi di gereja Katedral sesuai agama Gerald. “Dengan penuh syukur, kami memohon dukungan dan Praktik pernikahan beda agama banyak terjadi di negeri ini. Dilakukan oleh rakyat biasa hingga lingkaran istana. Gerilya Nikah Beda Agama 20 bagaimana bisa muridmuridnya mempermasalahkan Undang-Undang yang selama ini telah terbukti mengatur harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara doa dari keluarga, sahabat, teman, dan semuanya untuk kelancaran pernikahan kami hari ini,” tulis Ayu di akun Instagram @ayukartikadewi. Beberapa saat sebelumnya, masyarakat sempat dihebohkan oleh video viral yang memperlihatkan prosesi pernikahan dua mempelai berbeda agama. Pernikahan antara wanita Islam dengan pria Katolik tersebut terjadi di sebuah gereja di Semarang, Jawa Tengah. “Beginilah seharusnya: perbedaan tak (lagi) menjadi penghalang untuk mengarungi hidup bersama dan juga bahagia,” Ahmad Nurcholis, yang “membimbing” Pernikahan beda agama di semarang FOTO: HIDAYATULLAH.COM


Gerilya Nikah Beda Agama pasangan itu, menulis di akun media sosialnya. Ahmad mengaku di akun media sosialnya sebagai Deputy Director di Pusat Studi Agama dan Perdamaian (ICRP). Dia menikahi seorang perempuan Konghucu bernama Ang Mei Yong, pada 8 Juni 2003. Pernikahan tersebut, menurut pengakuannya, memunculkan reaksi keras dari pimpinan masjid tempat dia beraktivitas. Namun ia tetap meneruskan niatnya. Dalam sebuah wawancara, Ahmad mengaku pada Juni 2015 sudah menikahkan 638 pasangan beda agama. Dan dalam unggahan terbaru, ia menyebut baru saja menikahkan pasangan ke-1.424. Yakni pasangan beda agama di Semarang yang kemudian video pernikahannya viral itu. Menurutnya, ada tiga interpretasi dalam Islam terhadap pernikahan beda agama. Pertama, melarang secara mutlak, baik bagi perempuan maupun laki-laki Muslim untuk menikahi nonMuslim. Kedua, membolehkan secara bersyarat, yaitu membolehkan pernikahan laki-laki Muslim dengan perempuan non-Muslim, tetapi perempuan Muslimah tidak boleh menikahi laki-laki non-Muslim. “Nah, saya pada kelompok ketiga, yaitu baik laki-laki maupun perempuan Muslim, boleh menikah dengan non-Muslim,” kata Ahmad Nurcholis. Dalih Kebebasan Pada tahun 2020 lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) telah menerima gugatan judicial review (uji materi) yang dilayangkan seorang pria bernama E. Ramos Petege. Pria asal Kampung Gabaikunu, Mapia Tengah (Papua) ini menggugat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Gugatan dilayangkan lantaran Ramos merasa dirugikan oleh UU tersebut usai gagal menikah dengan kekasihnya yang beragama Islam. Menurutnya, ada pasal dalam UU Perkawinan yang bertentangan dengan prinsip kemerdekaan dan kebebasan beragama yang dijamin pasal 29 Ayat (1) dan (2) UUD 1945. Kasus ini mengingatkan pada kejadian serupa pada tahun 2014. Kala itu Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Anbar Jayadi, bersama 4 orang temannya yang bernama Damian Agata Yuvens, Rangga Sujud Widigda, Varida Megawati Simarmata, dan Lutfi Saputra menggugat UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan ke MK. Menurut para mahasiswa itu, pasal 2 ayat 1 UU No. 1/1974 yang berbunyi “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agamanya dan kepercayaan itu”, telah menyebabkan ketidakpastian hukum bagi yang akan melakukan pernikahan beda agama. Anbar berpendapat, biarkan masyarakat yang memutuskan berdasarkan hati nurani dan keyakinannya sendiri untuk mengikuti atau tidak mengikuti ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya. Menurutnya pula, setiap agama memiliki hukum yang berbeda, maka ia menilai ada ketidakpastian hukum bagi mereka yang ingin melangsungkan pernikahan beda agama. Atas pengajuan uji materi tersebut, terjadilah pro dan kontra. Banyak pihak yang tidak setuju dengan pandangan para mahasiswa itu, tetapi ada pula yang mendukung meskipun jumlahnya sedikit. Pakar Hukum Islam di UI, Neng Djubaedah, SH, MH, PhD, menyayangkan sikap kelima mahasiswanya yang menjadi penggugat UU Perkawinan. Ia mengaku tidak habis pikir, bagaimana bisa muridmuridnya mempermasalahkan Undang-Undang yang selama ini telah terbukti mengatur harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Dari materi Hukum Perdata Islam yang pernah kami sampaikan, kami tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Di dalam konstitusi kita pun, tidak boleh. Mereka berpendapat, bebas menjalankan agama dan bebas tidak menjalankan agama. Tapi tidak seperti itu,” katanya dengan nada prihatin sebagaimana dikutip Hidayatullah.com.* 21 Ahmad Nurcholis Konselor NIkah Beda Agama MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 FOTO: HIDAYATULLAH.COM


Adanya gerilya dan upaya paksa dari segelintir pihak untuk melegalkan nikah beda agama, memancing reaksi berbagai elemen masyarakat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan akan melaporkan hakim yang mengesahkan pernikahan beda agama ke Komisi Yudisional (KY), juga meminta Mahkamah Agung (MA) untuk turun tangan. Menurut Ketua Komisi Hukum dan HAM MUI, Prof. Dr. Deding Ishak, SH, MH, keputusan PN Surabaya yang mengesahkan pasangan suami-istri beda agama adalah keputusan yang tidak benar dan tidak tepat. Keputusan hakim itu bertentangan dan menyimpang secara substansial dari Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dikatakan oleh Deding, dalam UU Perkawinan su22 Selain nikah beda agama, proyek dan gerakan liberalisme secara sistematis berusaha mempengaruhi rumusan kebijakan publik Dalam UU Perkawinan sudah jelas bahwa sahnya perkawinan adalah harus sesuai dengan agama dan kepercayaannya Misi Tersembunyi Sekularisasi dan Moderasi dah jelas bahwa sahnya perkawinan adalah harus sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Oleh karena itu, tidak ada istilah kawin campuran yang berbeda agama. “Pasal 1 itu jelas ya. Artinya, pelaksanaan perkawinan itu harus sesuai dengan norma, syariat agama, dalam hal ini adalah Islam,” ujarnya dikutip dari website resmi MUI, Juni 2022 lalu. Deding memberi contoh, seorang Muslimah yang menikah dengan bule, maka dia harus sama agamanya karena harus mengikuti undangundang. Terkait kasus di PN Surabaya, maka Deding menegaskan bahwa pihak MUI akan menyikapi kasus pernikahan beda agama itu dengan langkah melaporkan sang hakim ke KY. “Hakim itu harus diperiksa. MA juga harus turun kalau emang ini komparasi, termasuk pemerintah, Presiden juga, soalnya (masalah) serius ini,” tegasnya. Prof. Deding Ishak, Ketua Komisi Hukum dan HAM MUI FOTO: HIDAYATULLAH.COM


Lebih jauh Deding mengkhawatirkan bahwa hal ini ada yang “bermain”. Padahal, agama dan hukum tidak boleh menjadi bahan main-main. Itulah sebabnya ia meminta agar Presiden dan Wakil Presiden memberikan perhatian terhadap masalah yang dinilainya sangat serius ini. “Presiden dan Wakil Presiden harusnya paham ini, harus memberikan perhatian terkait hal ini. Meskipun ada koridor hukum, tapi ini harus jadi perhatian jangan-jangan ini dimainkan. Jadi, janganlah bermain-main dengan agama dan hukum di Indonesia. Tidak benar ini,” tegasnya. Deding menjelaskan bahwa setiap pembuatan undangundang harus mempunyai tiga landasan, yakni filosofis, yuridis, dan sosiologis. Secara filosofis, bagaimana bisa membangun ikatan perjanjian suci antara laki-laki dan perempuan yang merupakan Sunatullah, apabila berbeda agama dan kepercayaan? Selain itu, bagaimana mengurus rumah tangganya? Deding menilai akan banyak dampak negatifnya. “Sosiologisnya masyarakat Islam yang memang berpedoman Kitabullah, tentu saja syariat Islam itu menjadi pedoman,” sambungnya. Deding memberi gambaran bahwa sekarang ini hukum Islam sudah masuk dalam sistem hukum nasional. Seperti dalam aturan mengenai Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan ekonomi syariah. Adapun MUI, menurut Deding, menjadi pihak yang terkait aspek yuridis. Tokoh dari Jawa Barat ini menilai, hakim yang kontroversial tersebut hanya mencari popularitas pada hal yang salah. Kristenisasi dan Liberalisme Kasus yang terjadi di PN Surabaya juga memantik reaksi dari pengurus MUI Jawa Timur. Ketua MUI Jatim, Ainul Yaqin, mengatakan bahwa kasus nikah beda agama adalah bagian dari proyek liberalisme. “Gencarnya wacana perkawinan beda agama mempunyai benang merah dengan gerakan kristenisasi dan proyek deislamisasi,” kata Ainul beberapa waktu lalu. Dalam sejarahnya, jelas Ainul, MUI telah lama menanggapi fenomena perkawinan beda agama semacam ini. Bahkan pernah mengeluarkan fatwa yang mengharamkannya. “Sekitar tahun 1980-an banyak media massa memberitakan kasus perkawinan beda agama, terutama antara pemeluk Islam dan Kristen. Majelis Ulama Indonesia akhirnya mengeluarkan fatwa tertanggal 1 Juni 1980 yang isinya larangan perkawinan campuran, baik antara wanita Muslimah dengan laki-laki non-Muslim, atau sebaliknya,” jelas Ainul. Bahkan Ainul mengatakan, pernikahan laki-laki Muslim dengan perempuan ahli kitab pun dinyatakan haram. Hal itu setelah mempertimbangkan mafsadah-nya yang lebih besar daripada maslahah-nya. Dijelaskan oleh Ainul, MUI kembali mengeluarkan fatwa larangan perkawinan beda agama pada Musyawarah Nasional tahun 2005 dengan fatwa nomor: 4/MUNAS VII/ MUI/8/2005. “Fatwa ini dikeluarkan untuk mempertegas fatwa sebelumnya dan merupakan jawaban atas opini yang secara gencar digulirkan oleh para aktivis liberal,” paparnya. Selain nikah beda agama, Ainul juga menyebut proyek dan gerakan liberalisme secara sistematis berusaha mempengaruhi rumusan kebijakan publik. “Sebut saja terkait inisiasi RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) dan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). Juga adanya upaya judicial riview (uji materi)) terhadap peraturan perundang-undangan, seperti UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, dan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,” ungkapnya.* 23 Ainul Yaqin Ketua MUI Jatim Gencarnya wacana perkawinan beda agama mempunyai benang merah dengan gerakan kristenisasi dan proyek deislamisasi MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 FOTO: HIDAYATULLAH.COM


24 S alah satu argumen para praktisi dan pembela nikah beda agama adalah hak asasi manusia (HAM). Undang-Undang (UU) tentang Perkawinan –yang melarang nikah beda agama-- dianggap melanggar HAM. Argumen itu disangkal oleh banyak pihak, termasuk dari para wakil rakyat. Hal itu antara lain disampaikan dalam keterangan resmi untuk judicial review (uji materi) UU Nomor 1 Tahun 1974 di Mahkamah Konstitusi (MK). “DPR ingin menyampaikan bahwa negara tidak melarang orang untuk melangsungkan perkawinan berdasarkan kehendak bebasnya, tetapi negara hanya mencatatkan perkawinan yang sah sesuai dengan agama yang dianutnya,” demikian sikap resmi DPR yang disampaikan Anggota DPR, Arsul Sani, sebagaimana dilansir laman resmi MK (5 Juli 2022). Selain itu, negara tidak melakukan paksaan, penipuan, ataupun tekanan apapun kepada calon mempelai untuk menganut agama dan kepercayaan yang sama dengan agama pasangannya. “Sehingga tidak terdapat satu pun hak asasi manusia yang dilanggar,” beber Arsul yang juga Wakil Ketua MPR ini. Pernikahan beda agama tidak sesuai dengan hukum agama dan kepercayaan, Pancasila dan UUD 1945, dan ketentuan perundang‐undangan lainnya. Berkilah Dengan HAM Dalil penggugat --Ramos Petege, warga Papua—dinilai menunjukkan adanya kurang pemahaman terhadap esensi dari permohonan. “Dalam mempertaruhkan permasalahan UU HAM, seharusnya Pemohon memahami UU HAM secara keseluruhan karena pengaturan mengenai perkawinan dalam UU HAM tidak hanya diatur dalam pasal 10 saja, melainkan juga diatur dalam pasal‐pasal lainnya, seperti pasal 50,” urai Arsul Sani. Pasal 50 yang dimaksud berbunyi: “Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya”. Arsul menegaskan bahwa pengaturan itu adalah hasil kesepakatan politik hukum yang harus dipertahankan, meski sudah berusia 40 tahun lebih. Oleh sebab itu, Arsul mewakili DPR meminta tegas agar MK menolak judicial review tersebut. FOTO: HIDAYATULLAH.COM Arsul Sani, Anggota Komisi III DPR RI


25 Tidak Mungkin Disamakan Pada tanggal 4 Juni 2022, Pemerintah telah menyatakan menolak melegalkan pernikahan beda agama. Sikap ini diwakili oleh Menkumham Yasonna Laoly dan Menag Yaqut Cholil Qoumas, yang disampaikan oleh kuasa dari Kemenag, Kamaruddin Amin. “Menolak permohonan pengujian Pemohon untuk seluruhnya. Atau setidak‐ tidaknya menyatakan permohonan pengujian Pemohon tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard),” demikian keterangan Pemerintah yang dikutip dari laman MK. “Makna hukum atau legal meaning ketentuan pasal 29 UUD 1945 sebagai batu uji pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) dan pasal 8 huruf f UU Perkawinan oleh Pemohon telah ditafsirkan secara keliru. Bahwa prinsip kemerdekaan dan kebebasan agama disamakan sebagai prinsip yang membolehkan perkawinan beda agama,” kata Kamaruddin. Menurut Pemerintah, hukum perkawinan masing‐masing agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia berbeda‐beda, sehingga tidak mungkin untuk disamakan. Suatu hukum perkawinan menurut satu hukum agama dan kepercayaan untuk menentukan sahnya perkawinan adalah syarat‐ syarat yang ditentukan oleh agama dari masing‐masing pasangan calon mempelai. “Dan terhadap perkawinan tersebut dilakukan pencatatan sebagai tindakan yang bersifat administratif yang dilaksanakan oleh negara guna memberikan jaminan perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-hak asasi manusia yang bersangkutan yang merupakan tanggung jawab negara, serta sebagai bukti autentik perkawinan.” Menurut Pemerintah, ketentuan pasal 8 justru memberikan kepastian hukum bagi setiap orang yang akan melaksanakan perkawinan sesuai dengan hukum perkawinan agama dan kepercayaan yang dianut tidak dengan cara melaksanakan perkawinan beda agama. Justru kehendak untuk melaksanakan perkawinan beda agama adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum agama dan kepercayaan, tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, dan ketentuan peraturan perundang‐undangan lainnya. Menurut Kamaruddin, keinginan pemohon adalah kehendak bebas dan menyimpang dari aturan perkawinan. Hal ini dinilai sebagai upaya mencari jalan pintas yang menyimpang dari aturan agama. Itulah sebabnya, gugatan pemohon menjadi tidak jelas atau kabur (obscuur libel) dari petitum permohonan. Petitum lain yang dianggap kabur adalah pemaknaan pemohon terhadap pasal 8 huruf f UU Perkawinan. Pasal itu menyebut 2 orang yang menjalin hubungan dilarang menikah karena sah atau tidaknya perkawinan menurut hukum masing-masing agama. Hukum mengenai perkawinan di masingmasing agama menjadi bagian penting. Karena itu, menghapus larangan dalam hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaannya merupakan permohonan yang kabur. Adapun UU tentang Perkawinan dibuat justru untuk memberikan rasa aman dan kepastian hukum kepada setiap pemeluk agama. Sementara, setiap agama memiliki aturan yang berbeda, sehingga tidak mungkin untuk disamakan. Pemerintah juga menyodorkan sejumlah dalil dalam hukum Islam, termasuk fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan pernikahan beda agama. Pemerintah pun menyatakan pernikahan beda agama dan kepercayaan tidak boleh dilakukan atas dasar HAM dan kebebasan. Dalam menjalankan dua hal itu, negara telah menetapkan pembatasan. “Dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, serta untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan etical, nilai-nilai agama, keamanan, ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis,” tutur Kamaruddin. Atas dasar dalil dan bantahan itu, Pemerintah menilai bahwa pemohon tidak memiliki authorized standing. Pemerintah juga meminta agar MK menolak gugatan dari pemohon.* MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022


Ada yang menarik dari berita Pewarta Surabaja pada 15 September 1958. Surat kabar itu memberitakan tentang Presiden Soekarno menerima tamutamu yang datang melayat— sehubungan dengan wafatnya ibunda beliau, Ny. Sosrodihardjo. Anehnya, para tamu yang datang melayat itu tidak diberi makan dan minum. Para pejabat serta duta besar yang datang— dari mengantarakan jenazah— tampaknya kehausan karena terik siang, namun makanan dan minuman yang dinanti itu tidak kunjung datang. Ternyata, itu memang disengaja. Kepada mereka, Soekarno pun meminta maaf. Ia tidak dapat menyuguhkan sesuatu, karena harus mematuhi prinsip-prinsip hukum Islam. Untuk meyakinkan orang-orang yang belum tahu, ia kemudian berpaling ke Menteri Sosial Moeljadi Djojomartono— tokoh Muhammadiyah—yang kemudian membenarkan hal tersebut. Ia juga bertanya kepada Prawoto Mangkusasmito dari Masyumi dan memperoleh penguatan. Bahkan, juga meminta pendapat dari Oleh: Pepen Irpan Fauzan* Pengaruh A. Hassan terhadap Keislaman Soekarno 26 Menteri Agama KH. M Ilyas dari Nahdlatul Ulama (NU). Sang Menag menjelaskan, aturanaturan Islam memanglah begitu. Para pelayat justru seharusnya memberikan sumbangan kepada keluarga yang berduka. Hal lain yang diberitakan, Soekarno melarang kakak perempuannya, Ny. Wardojo, mengantarkan jenazah ibunda ke Taman Makam Pahlawan. Ia melarang wanita turut mengantarkan jenazah ke kuburan. Ia juga tidak memperkenankan diadakan tahlilan—sebagaimana tradisi kebanyakan kaum Muslimin di Tanah Air waktu itu. Terkait fenomena ini, majalah Risalah (No. 9 Mei 1966, hlm. 27) merilis kembali berita itu dengan judul “Presiden Soekarno Melaksanakan Hukum-hukum Islam.” Fenomena itu menunjukkan bahwa mengenai urusan ibadah, Soekarno menganut paham puritan—yang waktu itu disebutsebut sebagai paham Wahabi. Jika dalam konteks pemikiran kenegaraan, ia dikenal sebagai pendukung sekularisme. Maka, lain halnya dengan ritual peribadatan. Ia justru mendukung paham puritanisme. Lalu, dari mana Soekarno punya pemikiran keagamaan puritan seperti di atas? Tokoh ulama yang memberikan pengaruh paham puritanisme itu, adalah Tuan A. Hassan (1887- 1958), guru utama Persatuan Islam Bandung. Persatuan Islam atau PERSIS sendiri adalah organisasi yang dikenal sangat


puritan. Perkenalan Soekarno dengan A. Hassan diawali saat keduanya sama-sama ketemu di percetakan milik pengusaha China di Bandung, “Drukerij Economy.” Ia hendak mencetak surat kabar “Fikiran Rakjat,”. Sementara A. Hassan hendak mencetak majalah dan buku karyanya, yang mayoritas membahas masalah-masalah agama. (Tamar Djaja. Riwayat Hidup A. Hassan, 1980: 24-25). Keakraban Soekarno dengan kalangan Persatuan Islam Bandung terlihat tahun 1929 waktu ia berada di penjara Sukamiskin (Bandung). A. Hassan serta anggota-anggota PERSIS lainnya sering berkunjung untuk memberikan banyak buku serta brosur tentang Islam kepadanya. Demikian juga ketika A. Hassan dirawat di rumah sakit Malang pada tahun 1953. Mulanya mendapat perhatian biasa saja dari pihak RS. Lalu, ada kiriman untuk A. Hassan pos wesel sebesar Rp. 12.500 (nominal yang besar waktu itu), yang dikirim Soekarno. Sejak itu, pihak RS pun berubah jadi lebih perhatian kepada A Hassan—yang baru diketahui sebagai kolega Presiden RI. Diduga kuat, setelah dialog dengan A. Hassan, Soekarno mulai tertarik masalah-masalah agama Islam secara lebih mendalam, termasuk aspek ibadah dan syariah. (Badri Yatim. Soekarno, Islam dan Nasionalisme, 1985: 55). Persahabatan yang diwarnai dialog dan pertukaran pikiran antara kedua tokoh itu semakin intensif saat Soekarno menjalani hukuman; dibuang Pemerintah Kolonial Belanda ke Pulau Endeh, Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam kesepiannya di tanah pembuangan, Soekarno lebih banyak mendalami masalah-masalah keislaman, yang diekspresikan melalui korespondensi (suratmenyurat) dengan A. Hassan. Korespondensi yang sungguh memikat ini dicatat dalam sejarah sebagai “Surat-surat Islam Endeh: Dari Ir. Sukarno kepada Tuan A. Hassan Guru Persatuan Islam Bandung”. Dari korespondensi tersebut terdapat total sebanyak 12 surat yang tercatat rapi sepanjang 21 halaman (325-344) dalam buku “Di bawah Bendera Revolusi Jilid I”. Menurut catatan Solichin Salam, di dalam surat-surat Soekarno tertuang isi hati dan jiwanya tentang agama Islam dan umat Islam di Indonesia, yang pada waktu itu diliputi kebekuan dan kekolotan. Suratsurat di atas dihimpun dan diterbitkan juga oleh A. Hassan dengan judul “Surat-Surat Islam Dari Endeh”. (Persatuan Islam Bandung, 1936). Penting diungkap, korespondensi di antara kedua tokoh itu perlu dipahami dalam konteks jiwa zaman (zeitgeist) pada masa itu. Pada abad ke-20, terutama dekade 1920-an dan 1930-an, saat Soekarno menunjukkan gairah untuk mendalami Islam, kaum terpelajar Indonesia pada umumnya sedikit sekali yang memberi perhatian kepada agama Islam. (Merle C. Ricklefs, Polarizing Javanese Society: Islamic and Other Visions 1830-1930, University of Hawaii Press, 2007). Dalam hal ini, Soekarno memiliki nilai lebih dengan menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Meskipun belum memahami seluruh ajaran Islam secara mendalam, setidaknya ia sudah membuktikan minatnya yang besar untuk melakukan kajian masalah-masalah keislaman. Salah satu indikasi adalah munculnya tulisantulisan Soekarno tentang Islam pada masa pengasingan, terutama “Surat-Surat Islam dari Endeh” tersebut. Korespondensi Soekarno—A Hassan pada awal sampai pertengahan tahun 1930-an dengan jelas menunjukkan, betapa ia mengikuti dinamika serta pergumulan pemikiran Islam. Bukan saja domestik, tetapi juga mancanegara, terutama Mesir. Pada suratnya yang paling awal, Soekarno menuliskan permintaan pada A Hassan. Dalam suratnya, tertulis: “Endeh, 1 Desember 1934. Assalamu’alaikum, Jikalau saudara-saudara memperkenankan, saja minta saudara mengasih hadiah kepada saja buku-buku jang tersebut di bawah ini: 1 Pengadjaran Shalat, 1 Utusan Wahabi, 1 alMuchtar, 1 Debat Talqien, 1 alBurhan compleet, 1 al-Jawahir. Kemudian daripada itu, jika saudara-saudara ada sedia, saja minta sebuah risalah yang membitjarakan soal “sayid”. Ini buat saja bandingkan dengan alasan-alasan saja sendiri tentang hal ini.” (Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, hlm. 325). Dari sini kita bisa memaklumi, bagaimana pengaruh A. Hassan terhadap Soekarno begitu signifikan. Pengaruh itu tidak sekadar pada aspek pemikiran saja. Tapi lebih dari itu, ajaran Islam—lewat pengajaran A. Hassan—telah merasuki keyakinannya. Tak hanya pemikiran, namun menjadi tindakan nyata yang diyakini kebenarannya oleh Soekarno. *Dewan Tafkir PP PERSIS MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 27


28 S eperti biasa, setelah sarapan pagi sekira pukul 08.00 WIB, Alamsyah pun bersiap untuk pergi ke sebuah SPBU mini yang berada di Jalan Menceng Raya, Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Alamsyah tak lupa membawa sebuah tongkat dan kardus kecil dengan tali. Pada kardus itu terdapat tulisan, "Tolong bantu saya untuk mengganti kornea” (mata). Kardus berwarna coklat itupun digantung di lengan sebelah kirinya. Sambil berjalan perlahan dengan bantuan tongkat tuna netra, bapak dua anak ini menempuh sejauh 3 kilometer dari kontrakan sempitnya untuk bisa menuju SPBU tersebut. Sesampainya di SPBU, lelaki berusia 44 tahun itu langsung jongkok serta menaruh kardus di depannya. Alamsyah berharap belas kasihan dari warga yang tengah mengisi bensin dan juga pengguna jalan. Rutinitas seperti itu sudah dilakukan sejak dua tahun belakangan. Ia nekat melakukan hal itu karena sudah tak ada pilihan lain. Dengan kondisi mata yang tak bisa melihat, membuat mobilitasnya sangat terbatas. Alamsyah mengalami kebutaan sudah lima tahun. Sebelumnya hanya mata kirinya yang tidak berfungsi. Kemudian sejak tahun 2017, mata kanannya mengalami hal serupa. "Yang kiri sudah pakai mata palsu setelah katarak sejak usia 11 tahun DANA YANG MASUK TIDAK HANYA DISALURKAN KEPADA PASIEN YANG DIMUAT MAJALAH INI. TAPI JUGA PASIEN LAIN YANG MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN Berjuang Demi Kornea Mata dan yang kiri hanya bisa melihat kurang dari lima persen. Sinar putih saja," ungkapnya. Sebelum kondisi seperti sekarang, Alamsyah masih bisa berjualan cilok di sebuah sekolah yang tidak jauh dari kontrakannya. Sementara itu sang istri hanya seorang tukang setrika baju, dengan penghasilan tiap bulannya hanya cukup untuk makan. Sedangkan anak perempuannya bekerja di sebuah pabrik dengan upah harian. "Pendapatan saya dan anak cukup untuk bayar kontrakan serta makan sehari-hari saja," kata istri Alamsyah saat ditemui di kontrakannya yang sempit. Alamsyah sebenarnya telah melalukan operasi mata sebanyak tiga kali di RS Cipto Mangunkusumo. Terakhir di tahun 2019, dengan biaya ditanggung oleh BPJS. Lalu tahun 2020, kondisi mata kanannya semakin memburuk dan harus segera diganti kornea dengan lensanya. "Terakhir kontrol tahun 2021, dokter menyarankan untuk ganti kornea kalau saya ingin bisa melihat lagi," jelasnya. Akan tetapi untuk penggantian kornea tidak ditanggung oleh BPJS. Bagi Alamsyah biayanya amat mahal. "Kata dokter sekitar 20 juta, saya tidak punya uang segitu," ucapnya dengan nada lirih. Ia pun sangat berharap mata kanannya bisa berfungsi kembali setelah korneanya diganti. *Islamic Medical Service/Suara Hidayatullah Pembaca yang ingin membantu pasien Ta’awun bisa mengirimkan donasinya melalui Dana Kemanusiaan Ta’awun. Bank Mandiri No. Rek: 141-00-0972414-7 / a.n PT. LENTERA JAYA ABADI DANA KEMANUSIAAN. Info: (031) 5998146 / 0821 32 300 579 Program ini merupakan kerjasama antara Majalah Suara Hidayatullah dengan Islamic Medical Service (IMS) Alamsyah


Yakin Ganja Medis Solusi? Poster bertuliskan ‘Tolong Anakku Butuh Ganja Medis’ di pagelaran Care Free Day (CFD) Jakarta yang dibawa oleh seorang ibu sempat menghiasi linimasa media berhari-hari. Narasi pro-kontra mengenai legalisasi ganja untuk medis pun viral di berbagai platfrom sejak itu. Saking ramainya, Wapres Ma’ruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) segera menerbitkan fatwa terkait ganja yang di peruntukkan medis. Namun, apakah benar ganja adalah solusi dari beberapa kondisi medis tertentu? Merespons hal tersebut, Ketua Bidang Fatwa MUI Pusat, Asrorun Niam Sholeh menyatakan jika ada kebutuhan yang dibenarkan secara syariah, bisa saja penggunaan ganja dibolehkan, dengan syarat dan kondisi tertentu. “Perlu ada kajian mendalam mengenai manfaat ganja tersebut. Kita akan kaji substansi masalah terkait dengan permasalahan ganja dari sisi kesehatan, sosial, ekonomi, regulasi, serta dampak yang ditimbulkan,” kata kiai Niam melalui rilisnya kepada media Juni lalu. Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Apt. Zullies Ikawati, Ph.D menjawab hal demikian. Ia menjelaskan ada dua senyawa besar dalam ganja, yakni tetrahydrocannabinol (THC) yang bersifat psikoatif dan cannabidiol (CBD) yang bersifat tidak psikoatif. “Ada yang memabukkan, seperti THC.Sementara, CBD tidak memabukkan,” ujar Prof Zullies kepada Suara Hidayatullah pertengahan Juli lalu. Prof Zullies secara tegas menolak upaya legalisasi ganja meskipun dengan alasan tujuan medis. “Tapi ketika itu dipisah komponennya, kemudian efek memabukkannya sudah tidak ada, sebetulnya itu sudah jadi bentuk senyawa sendiri. Jadi itu silakan itu fatwanya seperti apa,” ungkap Guru Besar Fakultas Farmasi UGM ini. Untuk CBD, kata Zullies, memang memiliki efek farmakologi sebagai anti kejang. Sudah lolos uji klinis dan dikembangkan menjadi obat. CBD sendiri sudah disetujui peredarannya di Amerika dan Eropa. Penumpang Gelap Beberapa negara sudah menjadikan tanaman ganja sebagai komoditas yang diperuntukkan medis. Meski begitu, ujar Prof Zullies, tidak kemudian Indonesia ikut-ikutan. 30 FOTO: CNN INDONESIA


Menurutnya jika nanti tanaman ganja dilegalisasi, maka potensi penyalahgunaannya akan besar. “Walaupun alasannya adalah untuk terapi, khawatir akan banyak penumpang gelap. Berapa persen sih pengguna ganja yang benar-benar butuh untuk terapi dibandingkan dengan yang untuk rekreasi?” gugatnya. Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo menyampaikan wacana legalisasi ganja untuk medis harus disikapi dengan penuh kehati-hatian. Setelah ada kajian yang menyatakan ganja benar-benar aman untuk kepentingan medis, ia mendorong agar adanya pengawasan yang sangat ketat. “Kalau ganja medis diizinkan, aturan tersebut harus diikuti pengawasan yang ketat,” ujarnya. Aturan Narkotika Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika membagi tiga golongan narkotika, hal itu mengacu pada Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Untuk golongan 1 merupakan jenis narkotika yang tidak boleh digunakan dalam medis. Golongan ini hanya boleh digunakan untuk kepentingan penelitian. Sedangkan untuk medis hanya diperbolehkan menggunakan jenis narkotika golongan 2 dan 3. Prof Zullies mengatakan bahwa ganja sampai saat ini masih masuk dalam narkotika golongan 1. Tetrahydrocannabinol (THC) pun masuk dalam daftar golongan satu, namun Cannabidiol (CBD) sama sekali belum masuk daftar obat narkotika golongan mana pun. Untuk itu, Prof Zullies menyarankan Kemenkes dapat memperbaharui Permenkes tersebut dan memasukkan CBD ke dalam daftar. Dengan buktibukti klinis yang sudah ada, dan tidak adanya sifat psikoaktif, maka mungkin dimasukkan ke dalam narkotika golongan 2 atau 3 dalam lampiran daftar obat golongan narkotika. “Perlu koordinasi semua pihak terkait, yakni DPR, Kemenkes, BPOM, BNN, dan MUI untuk membuat regulasi pengembangan dan pemanfaatan obat yang berasal dari ganja, seperti Cannabidiol, dengan mempertimbangkan semua risiko dan manfaatnya,”urainya. Menkes Siapkan Regulasi Baru Ganja Medis Saat media ramai membahas ganja medis, Kementerian Kesehatan tak butuh lama buka suara. Menkes Budi Gunadi Sadikin menyatakan, lembaganya memberikan izin ganja digunakan untuk penelitian medis. Namun secara beriringan ia menegaskan bahwa ganja untuk konsumsi tetap dilarang. “Kami sudah melakukan kajian. Nanti, sebentar lagi, akan keluar regulasinya untuk kebutuhan medis,” ucap Budi Gunadi, seperti dikutip dari web resmi Menkes. Adapun, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui ketua umumnya, Dr M Adib Khumaidi menuturkan pihaknya masih butuh riset lebih lanjut terkait ganja untuk medis. Ia mengaku IDI masih mengumpulkan referensi ilmiah terkait ganja medis. Adib mengatakan ketika suatu hal baru dijadikan pengobatan, pasti akan memiliki efek samping sendiri. Karenanya, semua butuh waktu untuk diperhitungkan lebih matang demi keamanan. “Kita coba elaborasi dengan dasar ilmiah yang ada, tentunya riset dengan referensi ilmiah. Harus melihat juga dari sisi keamanan, karena dalam pengobatan ada namanya efek samping yang juga harus diperhitungkan,” kata Adib Khumaidi. * Azim Arrasyid, dari berbagai sumber/ Suara Hidayatullah 31 jika ada kebutuhan yang dibenarkan secara syariah, bisa saja penggunaan ganja dibolehkan, dengan syarat dan kondisi tertentu MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022


32 Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. S aya sering melihat pemberitaan beberapa media massa tentang kasus hukum yang menimpa para da’i maupun pegiat media sosial (medsos) saat ber­aktifias memberikan pen­ce­rahan kepada masyarakat. Bagaimana menggunakan media sosial untuk kegiatan dakwah agar aman serta tak tersandung masalah hukum? Mohon penjelasannya. Jazakallahu khairan … Maryudi Jayapura, Papua Wa’alaikum salam Warahmatullah Wabarakatuh. S aya sampaikan terima kasih atas pertanyaannya yang sangat menarik, bahkan kontekstual. Dakwah sendiri sudah sejatinya mengikuti perkembangan zaman, terutama terkait penggunaan metode dan media, sehingga tema-tema dakwah bisa tersaji lebih menarik dan bisa dinikmati oleh masyarakat sesuai zamannya. Proses internalisasi nilai pun bisa lebih efektif dalam menyentuh semua lapisan masyarakat. Saat ini penggunaan medsos sebagai sarana dakwah dan penyebaran informasi semakin marak dilakukan para pegiat dakwah. Di antaranya melalui instagram, facebook, youtube, whatsapp, dan sebagainya. Meski demikian, para da’i perlu bijak dalam menggunakan medsos sebagai sarana dakwahnya. Alih-alih hendak bermaksud mengajak orang lain menuju kebaikan, tapi justru menjerumuskan diri pada keburukan. Jangan sampai karena tidak bijak dalam menggunakan jari, justru berujung kriminalisasi diri. Imbas buruknya tak hanya menimpa diri sendiri tapi juga keluarga, institusi, bahkan mampu menghambat proses dakwah secara lebih luas lagi. Di negara kita sudah ada perundangan-undangan yang mengatur hal tersebut, yakni Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE. Pertama kalinya disahkan sebagai UU No. 11 Tahun 2008 pada 21 April 2008 lalu diubah menjadi UU No. 19 Tahun 2016 pada 27 Oktober 2016. Kini muncul desakan agar UU ini kembali direvisi karena dinilai mengandung beberapa pasal karet yang bisa disalahgunakan. Fokus pada pertanyaan yang disampaikan Mas Yudi terkait dengan berdakwah yang aman saat menggunakan medsos, saya perlu sampaikan bahwa dalam UU ini ada berbagai sanksi pidana yang tertuang di beberapa pasal di dalamnya. Karena itu, sangat bijak seorang da’i untuk memahaminya. Bukan bermaksud membatasi para da’i dalam menyampaikan kebenaran saat berdak­wah, namun kecerdasan memilih kon­ten serta diksi yang tepat dan dengan tidak mengubah substansi pesan tentu diperlukan. Sehingga dakwah dapat berjalan aman tanpa khawatir ada pihak yang dirugikan maupun menabrak aturan negara. Beberapa konten yang mengandung sanksi pidana di dalam UU ITE antara lain; soal penyebaran konten cabul, perjudian, pen­cemaran nama baik, pemerasan, penyebaran berita bohong yang bisa merugikan konsumen, pe­nye­baran ujaran kebencian bernada SARA, serta konten yang berisi ancaman terhadap Bijak Menggunakan Medsos untuk Dakwah Oleh: Dudung A. Abdullah*


MUHARRAM 1444 | AGUSTUS 2022 33 ini hanya bisa ditindak jika orang yang merasa dihina atau dicemarkan nama baiknya melaporkan langsung ataupun menguasakan kepada pihak tertentu yang ditunjuk untuk melaporkan pelakunya. Jika pelanggaran ini dilaporkan oleh orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kasus tersebut atau tidak mendapatkan kuasa dari korban, maka tidak bisa ditindak, karena pelapor tidak memiliki legal standing. Terakhir, saya ingin memberikan tips kepada para da’i agar bisa berdakwah di media sosial dengan aman antara lain: Pertama, pahami aturan hukum yang berlaku di negeri kita ini. Kedua, pastikan menggunakan etika maupun bahasa yang baik dalam berinteraksi. Ketiga, jika menyampaikan sebuah berita, pastikan itu berasal dari sumber yang benar dan otoritatif. Keempat, jika ingin meneruskan sebuah pesan atau berita, pastikan saring sebelum sharing. Kelima, jika hendak memposting hal-hal yang bersifat pribadi dari seseorang, upayakan lebih hati-hati, khawatir orang yang bersangkutan tidak menerima. Keenam, kalau ingin memberikan komentar atau caption atas link berita atau gambar, pastikan menggunakan kata maupun diksi yang tidak menyinggung, menghina atau menjatuhkan. Dan ketujuh, kalau hendak mengutip kalimat dari seseorang dan dijadikan kata mutiara bergambar, sebaiknya memberitahu atau meminta izin dari yang bersangkutan. Wallahu A’lam.* pribadi. Sanksi maksimal dari pelanggaranpelanggaran tersebut pun sangat beragam dan yang paling tinggi adalah 6 tahun penjara dan/ atau denda sebesar 1 miliar rupiah. Diantara pasal yang paling sering menimpa para da’i adalah pencemaran nama baik dan penyebaran ujaran kebencian bernada SARA. Keduanya termuat pada Pasal 28 ayat (2) terkait Ujaran Kebencian bernada SARA, yang mana ancaman hukumannya dimuat pada Pasal 45A ayat (2), dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak 1 miliar rupiah. Sedang Pasal 27 ayat (3) mengatur tentang penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, yang mana ancaman hukumannya dimuat pada Pasal 45 ayat (3), dengan ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak 750 juta rupiah. Khusus konten yang mengandung muatan penghinaan atau pencemaran nama baik sebagaimana telah diatur dalam Pasal 27 ayat (3), merupakan delik aduan. Artinya pelanggaran Khusus konten yang mengandung muatan penghinaan atau pencemaran nama baik sebagaimana telah diatur dalam Pasal 27 ayat (3), merupakan delik aduan.


MUHARRAM 1444 | AGUSTU 2022 35 Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Hal ini me - ngawali berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain perjuangan fisik melawan penjajah, kemerdekaan Indonesia juga diraih melalui upaya diplomasi yang dilakukan anak negeri di seantero bumi. Perjuangannya penuh liku, diwarnai oleh berbagai macam intrik po - litik dan pengkhianatan oleh sesama anak bangsa. Menurut Mohammad Rasjidi, diplomasi menuju Indonesia merdeka antara lain ter - pupuk saat umat Islam di Nusantara menja - lankan ibadah haji. Bagaimana bisa seperti itu? Inilah lika-liku perjuangan diplomasi menuju Indonesia merdeka, yang dinukil dari beberapa buku sejarah. Selamat membaca. * Pizaro Gozali Idrus, dosen Hubungan Internasional Universitas al-Azhar Indonesia/Suara Hidayatullah


36 S ejak dulu, haji adalah ibadah yang amat didambakan umat Islam di Nusantara. Sepulang dari Tanah Suci, jamaah seringkali mendapat banyak pengalaman spiritual dan inspirasi. Ibadah haji rupanya juga menjadi sarana diplomasi tersendiri. Bangsa Indonesia menjadi dikenal oleh seluruh dunia Islam. Demikian ditulis oleh Mohammad Rasjidi dalam Negara-Negara Arab Adalah Yang Pertama Mengakui Kemerdekaan Indonesia (1978). Menurut Rasjidi, diplomasi Indonesia sudah terpupuk saat umat Islam di Nusantara menjalankan ibadah haji. Perjuangan melalui jalur ini sudah sejak lama dimulai, bahkan jauh sebelum Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Di masa itu (dekade 1920- an. red), Rasjidi menyebut ada 3.000 orang lebih warga Nusantara di kota Makkah. Selain menjalankan berbagai macam ibadah, mereka juga aktif menyuarakan kemerdekaan Indonesia ke Tanah Arab. Sebagai contoh, di Makkah, diaspora Indonesia ketika itu tidak mau mengakui kedaulatan Belanda di wilayah Nusantara. Juga memboikot konsulat Belanda di Makkah yang menyediakan klinik kesehatan bagi orang-orang Indonesia. Sebagai gantinya, warga kemudian iuran untuk membangun fasilitas medis sendiri dengan membayar seorang dokter asal Pakistan. Muhammad Zein Hassan, mantan Ketua Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia di Timur Tengah, mengatakan hubungan Indonesia dengan negaranegara Arab berkembang pada era 1920-1930-an. Hubungan itu terbina lewat ikut sertanya delegasi Indonesia dalam kongres-kongres Islam yang berlangsung di Tanah Arab. Misalnya pada tahun 1924, Indonesia ikut dalam kongres yang disponsori Raja Abdul Aziz Ibnu Saud usai dirinya berkuasa di Hijaz. Kongres itu dihadiri oleh Oemar Said Tjokroaminoto dari Sarekat Islam dan KH. Mas Mansur dari Muhammadiyah. Menurut Zein Hassan dalam Hubungan Indonesia-Mesir dan Negara-negara Liga Arab (1978), kedua tokoh Islam tersebut giat menyuarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia agar lepas dari penjajah Belanda. Hal ini pun diceritakan oleh Tjokroaminoto dan Mas Mansur kepada para pelajar Indonesia di Kairo sepulangnya dari kongres. Upaya diplomasi untuk menuju kemerdekaan Indonesia sejatinya tidak hanya dilakukan oleh tokoh-tokoh Islam. Para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Kairo juga turut berjuang. Zein Hassan mencatat, “hubungan resmi” antara Mesir dan mahasiswa Indonesia pertama kali terjadi pada 14 September 1923. Kala itu, Pemerintah Mesir mengizinkan mahasiswa Indonesia mendirikan perkumpulan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Meski bertajuk kegiatan sosial, mahasiswa Indonesia memanfaatkan wadah dan momentum ini guna memperjuangkan kemerdekaan. Pemerintah Mesir pun Ibadah Haji dan Diplomasi Meski kondisinya sedang sulit, bangsa Palestina aktif dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Palestina menjadi salah satu negara yang tanpa ragu memberikan pengakuan dan dukungan bagi kemerdekaan Indonesia.


MUHARRAM 1444 | AGUSTU 2022 37 tidak melarang mahasiswa Indonesia ikut menerbitkan majalah politik Seruan AlAzhar dan Pilihan Timur pimpinan Mukhtar Lutfi, Ilyas Ya’kub, dan Abu Bakar al-Alasyari dari Malaysia. Beberapa saat kemudian, mahasiswa Indonesia mendirikan Perhimpunan Indonesia Raya. Tujuannya agar diplomasi perjuangan kemerdekaan berjalan lebih terorganisir dan solid. Muncul pula berbagai macam organisasi pelajar dan pemuda di berbagai negara. Misalnya Persatuan Talabah Indonesia-Malaya (Partindom) di Arab Saudi, Majelis Kebangsaan Indonesia Malaya (Makindom) di Iraq, Persatuan Indonesia Malaya (Pesindom) di India, dan Kesatuan Rakyat Indonesia – Semenanjung (Keris) di Sri Lanka. “Persatuan-persatuan mahasiswa itu memiliki ciri khas, yaitu menolak kerja sama Indonesia dengan Belanda,” tulis Zein Hassan. Dukungan Palestina Ada fakta menarik dari bangsa Palestina. Ketika itu, meski kondisinya juga sedang sulit, namun Palestina termasuk aktif dalam membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menurut Zein Hassan dalam Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri (1980), Perdana Menteri Jepang saat itu, Kaiso, pada 6 September 1944 di hadapan parlemen berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Mendengar hal tersebut, Palestina secara de facto langsung mengakui kemerdekaan Indonesia. Mufti besar Palestina, Syaikh Muhammad Amin alHusaini, dan Muhammad Ali Taher, saudagar kaya Palestina, menyiarkan dukungan rakyat Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia. Misalnya disebarluaskan melalui radio berbahasa Arab pada 6 September 1944 di Berlin, Jerman. Saat itu, al-Husaini yang sedang mencari suaka di Jerman, mengumumkan dukungannya di tengah situasi dirinya yang juga sulit. Di masa itu bangsa Palestina sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai al-Quds. Tidak berhenti di situ. Palestina kemudian melobi negara-negara di kawasan Timur Tengah yang berdaulat di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Palestina menjadi salah satu negara yang tanpa ragu memberikan pengakuan dan dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Pasca Indonesia merdeka tahun 1945, dukungan Palestina tidak berhenti. Hal ini antara lain dikisahkan oleh Menteri Muda Penerangan Indonesia, AR. Baswedan, dalam artikel Catatan dan Kenangan (1978). Kisahnya, Kedutaan Indonesia di Kairo pernah menga - lami kesulitan dana operasional. Ini akibat agresi yang dilakukan Belanda serta penangkapan terhadap Presiden Soekarno. Jurnalis Palestina, M. Ali Attahir, rela mengeluarkan kocek pribadinya bagi kelangsungan operasional kedutaan Indonesia di Kairo. “Bantuan moril dan materil, yang menunjukkan keyakinannya pada kesucian perjuangan bangsa Indonesia. Semoga Allah membalas semua jasanya,” tulis AR. Baswedan.* Muhammad Ali Taher bersama Haji Agus Salim di tahun 1946 FOTO: DOK. ELTAHER.ORG/KASIHPALESTINA.COM


38 Pria berkopiah hitam itu akhirnya menginjakkan kaki di lapangan terbang La Guardia, New York, Amerika Serikat. Bulan Februari 1948, seluruh wilayah di kota megah itu tertutup salju. Pria itu adalah Ali Sastroamidjojo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Dia diutus ke New York untuk berpidato di sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsabangsa (PBB), sebagai bagian dari langkah diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan. Para utusan negara biasanya berpakaian mahal dan necis, namun Ali Sastroamidjojo tampil ala kadarnya. Para diplomat Indonesia yang bertugas di Amerika merasa prihatin melihat lelaki kelahiran 21 Mei 1903 tersebut. “Teman-teman itu memperhatikan pakaian kami, yang menurut ukuran Yogya sudah termasuk ‘kelas menteri’, tetapi di New York, apalagi di antara para diplomat di Dewan Keamanan, akan sangat menyolok kejelekannya, karena potongannya menurut selera perjuangan, jadi agak tidak karuan!” ungkap Ali dalam otobiografinya yang berjudul Tonggak-Tonggak di Perjalananku (1974). Perwakilan Indonesia di Amerika kemudian tergerak untuk mencarikan pakaian yang lebih layak bagi sang jurubicara. Maklum tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) itu akan tampil di depan para pemimpin dunia. “Esok harinya kami dibelikan pakaian baru yang berharga murah tetapi kelihatannya rapi dan up to date. Sebagai uang saku saya menerima 7 dolar sehari dari kantor perwakilan kita. Bukan main banyaknya kalau … dikurs dalam ‘uang kiblik’ kita pada waktu itu,” terang Ali. Yang disebut “uang kiblik” adalah mata uang rupiah atau Oeang Republik Indonesia (ORI) yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI pada akhir Oktober 1946. Uang ini untuk mengganti uang Jepang yang pada waktu itu masih berlaku di daerah Indonesia. Ditikam Bangsa Sendiri Kemerdekaan Indonesia saat itu masih seumuran bayi. Eksistensinya belum diakui. Dalam kondisi seperti itu, Ali Sastroamidjojo harus berhadapan dengan bangsa sendiri yang menjadi pengkhianat di sidang PBB. Belanda melancarkan taktik tipu muslihat dan pecah belah, dengan memanfaatkan para pengkhianat. Mereka kemudian berusaha menikam perjuangan diplomasi Indonesia. Diplomat “Melarat” Melawan Pengkhianat Kisah perjuangan para diplomat bersahaja di tengah mewahnya New York. Taktik diplomasi itu terbukti jitu. Komentarnya menghiasi halaman media-media besar di Amerika. FOTO: AKCDN.DETIK.NET.ID


MUHARRAM 1444 | AGUSTU 2022 39 Ada dua orang penasihat asal Indonesia yang memihak Belanda. Mereka ditugaskan untuk berdebat dengan Ali. Tujuannya untuk menunjukkan kepada PBB dan dunia internasional bahwa masih ada rakyat Indonesia yang mendukung Belanda. “Melihat mereka duduk di belakang delegasi Belanda, sungguh menimbulkan perasaan yang tidak enak sekali. Kehadiran mereka dan duduk di dalam kelompok delegasi lawan kita itu dipertontonkan di muka forum internasional,” kata Ali. Namun bapak pendiri bangsa itu tidak gentar. Ia terus melakukan lobi-lobi kepada para tokoh dunia agar mengakui kemerdekaan Indonesia. Maklum, saat itu peristiwa kemerdekaan Indonesia belum mencuri banyak perhatian dunia, baik di kalangan PBB maupun masyarakat internasional. “Persoalan itu masih hangat-hangatnya pada masa itu,” tukas pria asal Magelang (Jateng) ini. Untuk mencuri perhatian, Ali kemudian memberikan pernyataan pers secara keras terkait perjuangan kemerdekaan. Pernyataan itu disampaikan guna merespons pidato Ratu Belanda, Wilhelmina, yang tak menghendaki kemerdekaan Indonesia. Taktik diplomasi itu terbukti jitu. Komentarnya menghiasi halaman mediamedia besar di Amerika. “Pernyataan saya itu dimuat di The New York Times dan lain-lain surat kabar yang besar pengaruhnya, sehingga mulailah ‘Soal Indonesia’ mendapat perhatian,” ungkapnya. Dalam waktu yang sama, Ali aktif melakukan pendekatan ke Sekretaris Jenderal PBB, Trygve Lie, agar memberi dukungan diplomasi. Juga gencar melobi negara-negara lain seperti Pakistan, Suriah, Kanada, hingga China. Akhirnya pada 17 Februari 1948, Trygve Lie mempersilakan Ali untuk mengemukakan pendirian Republik Indonesia. Sontak, persoalan penjajahan Belanda terhadap Indonesia akhirnya banyak diketahui oleh para pemimpin dunia. Indonesia menjadi pembicaraan di sidang-sidang PBB. Ali juga diundang makan malam di rumah Sekjen PBB, yang menunjukkan simpatinya terhadap perjuangan bangsa Indonesia. “Kami diterima dengan ramah sekali dan mendapat banyak petunjuk tentang seluk-beluk prosedur Dewan Keamanan,” terang Ali Sastroamidjojo. Menolak Tidur di Hotel Mewah Pendek kata, Ali Sastroamidjojo menjadi bintang dalam sidang PBB. Meskipun demikian, ia tetaplah tampil sederhana. Selama misi diplomasi, perwakilan Indonesia di Amerika Serikat sudah menyiapkan kamar hotel berbintang di tengah kota New York. Bak peristirahatan para raja, kamar itu dilengkapi dengan ruang untuk menerima tamu dan segala perlengkapan serba mewah. Ali kemudian bertanya berapa harga satu malam kamar hotel serba eksklusif tersebut. Ternyata nilainya fantastis untuk ukuran saat itu: 50 dolar dalam semalam. Esok harinya, Ali memutuskan angkat kaki dari kamar hotel. Ia memilih menginap di rumah staf diplomat Indonesia saja. “Kami hitung-hitung kalau bertinggal di situ hanya 3 atau 4 hari saja, kami akan kehabisan uang sama sekali. Bahwa ‘delegasi kiblik’, meskipun diketuai oleh seorang Menteri, tidak mampu singgah di kamar mewah Hotel Plaza itu,” ungkap Ali Sastroamidjojo.* PM Indonesia, Ali Sastroamidjojo (kiri), menyambut Presiden Sukarno di KAA 1955, Bandung. Howard Sochurek/The LIFE Picture Collection/Getty Images FOTO: NASIONAL.TEMPO.CO


Ki Agus Salim berbincang dengan salah satu pembesar KNIL pada resepsi pembubaran tentara kerajaan Hindia Belanda, Jakarta 25 Juli 1950. 40 Pasca Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, perjuangan diplomasi tidak lantas surut. Upaya lanjutan dalam meraih dukungan internasional terus dilanjutkan, misalnya di wilayah Timur Tengah. Delegasi Republik Indonesia (RI) diketuai oleh Haji Agus Salim, saat itu Menteri Luar Negeri di kabinet Perdana Menteri Sjahrir. Dalam buku Dua Puluh Lima Tahun Departemen Luar Negeri 1945-1970 (1970), misi mengirim Agus Salim dan delegasi RI ke negara-negara Arab dimulai pada 4 April 1947. Kala itu Agus Salim didampingi Rasjidi (sekretaris dan bendahara) serta tiga orang anggota, yakni Nazir Pamoentjak, Abdul Kadir, dan AR. Baswedan. Terbangnya para diplomat tersebut membuat Belanda murka. Penjajah mengklaim Indonesia terikat dengan Perjanjian Linggarjati yang baru saja diteken pada 25 Maret 1947. Menteri Belanda saat itu, Jan Jonkman, mengatakan bahwa selama masa peralihan, berdasarkan persetujuan itu, orang-orang Indonesia akan diperkerjakan dalam perwakilan-perwakilan luar negeri Belanda. Indonesia juga tidak boleh mengadakan perwakilannya sendiri di luar negeri. Dalam kata lain, Indonesia tidak berhak melakukan kegiatan diplomasi tanpa persetujuan Belanda. Perjanjian Linggarjati meng - hasilkan beberapa pasal, yaitu: Pertama, Belanda mengakui secara de facto wilayah RI yaitu Jawa, Sumatera, dan Madura; kedua, Belanda harus meninggalkan wilayah RI selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1949; ketiga, Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS); keempat, RIS harus bergabung dengan negaranegara persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda. Namun delegasi Indonesia punya tafsiran yang berbeda. Bagi Indonesia, ini adalah pengakuan de facto dan de jure dari Belanda kepada Tanah Air. Dengan adanya pengakuan itu, posisi Indonesia sebagai negara merdeka makin kokoh. Agus Salim dan kawan-kawan terus menjalankan aktivitas diplomasi ke negara-negara Arab. Misalnya membalas kunjungan Konsul Jenderal Mesir, Muhammad Abdul Mun’im, yang pernah datang ke Yogyakarta pada 13-16 Maret 1947. Tujuan kedatangan Abdul Mun’im dalam rangka menyampaikan pesan dari Liga Arab untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Akhirnya pada 11 Juni 1947, perjanjian persahabatan antara RI dengan Mesir ditandatangani di Kairo. Pengakuan ini meningkatkan kepercayaan diri Indonesia untuk meraih dukungan lebih luas. Menurut Rasjidi dalam buku Seratus Tahun Haji Agus Salim (1996), pengakuan Mesir telah menghancurkan harapan Belanda untuk dapat menguasai Indonesia kembali. Benar saja, selanjutnya negara-negara Arab terpicu untuk memberikan pengakuan de facto terhadap RI. Bak bola salju, pengakuan diberikan oleh Lebanon (29 Juni 1947), Suriah (2 Juli 1947), Arab Saudi (24 November 1947), dan Kemenangan Diplomasi Indonesia Perjuangan untuk membebaskan negeri-negeri yang saat ini masih terjajah adalah amanat konstitusi dan utang yang harus dibayar. FOTO: KOLEKSI MUSEUM BRONBEEK


Presiden Soekarno dan Haji Agus Salim Berjalan Bersama di Pengasingan Dekat Danau Toba MUHARRAM 1444 | AGUSTU 2022 41 Yaman (5 Mei 1948). Penga - kuan juga mengalir dari Afghanistan (23 September 1947), Burma (23 November 1947), dan Uni Soviet (20 Maret 1948). Tak heran jika Wakil Presiden Mohammad Hatta mengatakan bahwa kemenangan diplomasi Indonesia sesungguhnya berpangkal dari Mesir. Dengan pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya, maka segala jalan telah tertutup bagi Belanda untuk memungkiri janji, seperti yang sering dilakukan sebelumnya. Tugas Belum Usai Pada tahun 1949 atau empat tahun setelah proklamasi, akhirnya Belanda mengakui dan sepenuhnya menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia. Kemudian pada 27 Desember 1949 dilaksanakan upacara penyerahan kedaulatan kepada Indonesia di Amsterdam dan di Jakarta. Di Istana Dam, Amsterdam, penyerahan kedaulatan ditandai dengan penandatanganan dokumen oleh Ratu Juliana dan Perdana Menteri Mohammad Hatta. Pada hari yang sama, di Istana Rijswijk, Jakarta (kini Istana Negara) diadakan upacara penurunan bendera Belanda dan diganti dengan bendera merah putih. Upaya diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan melalui serangkaian perundingan dengan Belanda yang berlangsung antara tahun 1946 hingga 1949. Ada tiga perundingan penting, yakni Perundingan Linggarjati (1946), Perundingan Renville (1947-1948), dan Konferensi Meja Bundar (1949). Meski telah meraih kedaulatan, semangat perjuangan Indonesia untuk membebaskan negeri-negeri terjajah terus terpatri dalam prinsip diplomasi dan kebijakan luar negeri Indonesia. Hal itu terlihat jelas dalam garis-garis besar politik luar negeri Indonesia sebagaimana Keputusan Dewan Pertimbangan Agung pada 19 Januari 1961, yakni pertama, mengabdi pada perjuangan untuk kemerdekaan nasional Indonesia; kedua, mengabdi pada perjuangan untuk kemerdekaan nasional dari seluruh bangsa di dunia, ketiga, mengabdi pada perjuangan untuk membela perdamaian dunia. Prinsip itu dipertegas dalam Ketetapan MPRS No. XII/ MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966 tentang Penegasan Kembali Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia. Yakni bahwa sifat politik luar negeri Indonesia antara lain bebas aktif, anti-imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk manifestasinya, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Jadi, tugas diplomasi sejatinya belumlah usai. Perjuangan untuk membebaskan negeri-negeri yang saat ini masih terjajah adalah amanat konstitusi dan utang yang harus dibayar. Di tengah Dirgahayu Indonesia ke-77, semoga tugas ini tidak dilupakan.* FOTO: TROPENMUSEUM Perjanjian persahabatan antara RI dengan Mesir ditandatangani di Kairo. Pengakuan ini meningkatkan kepercayaan diri Indonesia untuk me - raih dukungan lebih luas. Me - nurut Rasjidi dalam buku Seratus Tahun Haji Agus Salim (1996)


Prof. Sri Edi Swasono, begawan ekonomi sekaligus menantu Bung Hatta, suatu ketika mengatakan bahwa sejak reformasi yang telah mengubah UUD 1945 menjadi UUD 2002, kehidupan berbangsa dan bernegara kita mengalami deformasi besar-besaran menjauh dari prinsip-prinsip Pancasila. Tatanan politik kita makin liberal, sedangkan tatanan ekonominya makin kapitalistik. Serangkaian undang-undang politik lahir merusak sistem permusyawaratan perwakilan yang dipimpin hikmah kebijaksanaan dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menjadi pemilihan langsung one-man one-vote memuja keterpilihan. Pemilu sebagai instrumen rekrutmen pejabat publik makin rumit dan mahal, namun gagal menghasilkan pemimpin negarawan yang kompeten. Juga lahir serangkaian undang-undang ekonomi yang menggelar karpet merah bagi investor asing untuk mengeksploitasi kekayaan sumber daya alam kita sekaligus memperjongos bangsa sendiri. Begitulah kebanyakan profil dan mutu para pejabat negara kita di cabang eksekutif maupun legislatif, di pusat maupun di daerah. Tentu masih ada figur pejabat publik yang kompeten yang terpilih. Namun ini boleh dikatakan sebagai perkecualian. Deformasi kehidupan berbangsa dan bernegara terjadi setelah partai-partai politik dirancang untuk mendominasi secara radikal sistem perpolitikan nasional seperti persekolahan formal telah dirancang jauh sebelumnya untuk mendominasi secara radikal sistem pendidikan nasional. Baik politik maupun pendidikan sebagai public goods makin langka dan mahal. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) misalnya, yang tidak diawaki oleh personil p a r p o l , b o l e h 42 Dekrit Presiden : Refleksi Kecendekiaan Oleh : Daniel Mohammad Rosyid*


dikatakan dikebiri peran politiknya. Pada saat DPD dipimpin oleh La Nyalla Mattaliti makin nyaring mengkritisi kekuatan oligarki politik ekonomi yang mendominasi kehidupan berbangsa dan bernegara, Efendi Simbolon dari PDIP langsung menuduhnya secara personal. Para anggota parpol secara eksklusif melihat dirinya sebagai satu-satunya instansi yang boleh berbicara politik, sedangkan anggota DPD pun tidak. Apalagi warga negara biasa. Berbeda dengan para pendiri bangsa yang telah berdebat panjang tentang sistem kenegaraan Republik ini, para pendiri bangsa seperti Bung Karno, Hatta dan Syahrir, serta ulama-ulama lurus negarawan seperti Ki Bagus Hadikoesoemo dan H. Agus Salim besar dan tumbuh dalam suasana perjuangan merebut kemerdekaan dari Belanda, kemudian Jepang. Para pendiri bangsa itu tidak saja lurus, namun juga cendekia walaupun bukan doktor apalagi profesor kehormatan. Nama-nama para pendiri bangsa itu bukan panjang gelar, tapi panjang akal dan moral. Kecendekiaan mereka ditempa oleh pengalaman perjuangan kemerdekaan yang memeras akal dan moral, serta bacaan literatur yang kaya. Sebagian besar mereka juga penulis artikel publik dan buku. Perlu dicatat bahwa saat UUD 1945 diubah secara serampangan oleh legislatif hasil Pemilu 1999 yang liberal, lalu banyak undang-undang yang dikebut beberapa minggu lalu diketuk palu di tengah malam semacam UU Omnibus Law Cipta Kerja, kita bisa bandingkan bagaimana elaborasi dan perdebatan konstituante hasil Pemilu 1955 untuk menyepakati UUD baru yang gagal mencapai kesepakatan. Kebuntuan politik itu kemudian diakhiri oleh Dekrit Presiden Soekarno pada 5 Juli 1959 yang mengantarkan Republik ini kembali ke UUD 1945 membatalkan UUD Sementara yang digunakan sebelumnya. Walau terbukti kemudian bahwa Dekrit Presiden ini adalah blunder politik monumental Soekarno, kebuntuan politik saat itu ditandai oleh kualitas anggota parlemen yang mumpuni yang direkrut melalui Pemilu 1955 paling demokratis dalam sejarah Indonesia modern. Sampai di sini baiklah dicermati karya politik para pendiri bangsa ini yang dibesarkan oleh perjuangan kemerdekaan sebuah much less schooled society jika dibandingkan dengan karya politik para politikus sejak reformasi 20 tahun lebih yang lalu dalam sebuah too well schooled society. Sebelum kemerdekaan, pendidikan berlangsung sebagai strategi untuk mewujudkan prasyarat budaya bagi bangsa yang merdeka, sebuah platform bagi warga untuk belajar merdeka. Setelah reformasi, persekolahan massal justru semakin menjadi instrumen penjongosan politik dan ekonomi yang melahirkan politikus tukang bayaran petugas partai. Bukan negarawan. Jika saat ini telah terjadi penurunan kecendekiaan di tengah masyarakat yang makin bersekolah, degradasi demokrasi, ketimpangan sosial ekonomi yang memburuk, dan kebuntuan politik dalam masyarakat yang terbelah menjadi masyarakat kampret dan cebong, saya ragu apakah masih ada petugas partai politik yang berani meneladani langkah Dekrit Presiden Bung Karno kembali ke UUD 1945? Mungkin hanya La Nyalla Mattaliti yang berani walaupun dia bukan penyandang gelar doktor apalagi profesor kehormatan. *Pengamat Sosial Politik MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 43 Sebelum kemerdekaan, pendidikan berlangsung sebagai strategi untuk mewujudkan prasyarat budaya bagi bangsa yang merdeka, sebuah platform bagi warga untuk belajar merdeka Dekrit Presiden : Refleksi Kecendekiaan


Pada abad pertama dan ke-2 Hijriyah, belum bisa ditemukan kitab-kitab tertentu yang khusus mengumpulkan tentang keutamaan-keutamaan suatu wilayah atau kota. Tapi, Hasan alBashri—wafat tahun 110 H, dari masa pertengahan Tabi’in—pernah menulis mengenai keutamaan kota Makkah. Tulisan ini terdiri 8 halaman, kini tersimpan di Perpustakaan Raza Rampur, India, bernomor 3609, dan disimpan oleh The Institute of Arabic Manuscripts Mesir dalam gambar nomor 3032. Keutamaan Makkah dan Madinah diriwayatkan dalam beberapa Hadits dan kisah-kisah diniyah. Hal ini tercatat di dalam buku-buku sunnah nabawiyah dan lainnya seperti al-Fara’id karya Imam Sufyan ats-Tsauri, wafat tahun 161 H, tercantum di bab Keutamaan Kota Madinah. Pada abad ke-3 Hijriyah muncul beberapa kitab yang menuliskan soal keutamaan-keutamaan itu. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah: Berita Makkah al-Musyarafah oleh Abu Walid al-Azraqi, wafat tahun 222 H. Ini adalah buku tertua yang hanya khusus menuliskan tentang keutamaan-keutamaan itu. Berita Madinah oleh Ibnu Syazan al-Wasiti, wafat tahun 246 H. Para Sahabat yang Menetap di Palestina oleh Musa bin Sahl bin Qadim al-Ramli, wafat tahun 261 H. Berita Madinah, Berita Makkah, dan Berita Ahlul Madinah. Ketiga kitab ini ditulis oleh ‘Umar bin Syabah an-Numairi, wafat tahun 264 H. Berita Makkah oleh al-Fakihi, wafat tahun 272 H. Keutamaan-keutamaan Baghdad dan Beritanya oleh Abu Abbas Ahmad Sarkhasi at-Tayib, wafat tahun 286 H. Keutamaan Makkah dan Keutamaan Madinah, keduanya ditulis oleh Abu Sa’id al-Mufadhal bin Muhammad bin Ibrahim al-Jundi asy-Sya’bi, wafat tahun 308 H. Setelah itu, banyak bermunculan kitab-kitab Keutamaan Baitul Maqdis Menurut Hadits (2) Menelisik Nama Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsha 44 Apa arti kata al-quds? Mengapa disebut Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsha?


dan tulisan tentang sejarah negerinegeri dan kota-kota. Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsha Para ahli bahasa dan yang lainnya mengatakan, bahwa arti al-quds dengan huruf dal yang berharakat sukun atau dhammah, maknanya adalah bersih dan berkah. Sedang at-taqdis artinya membersihkan dan mensucikan Allah Yang Maha Tinggi, Maha Perkasa, lagi Maha Agung dari apa yang tidak pantas bagi-Nya. Makna Baitul Maqdis dengan harakat fathah pada huruf mim, sukun pada huruf qaf, dan kasrah pada huruf dal atau dhammah pada mim, fathah pada qaf, dan huruf dal tasydid, artinya adalah rumah yang bersih. Yakni bersih dari dosa-dosa. Makna di atas diuraikan dalam berbagai kitab, misalnya Hadzihil Ma’aany min ash-Shahhah (Ismail bin Hammad al-Jauhari), Lisaanul Arab (Jamaluddin Muhammad bin Makram al-Anshari), Maraashid al-Ithilaa’ ‘alaa Asmaa’ al-Amkinah wa al-Baqaa’ (Shafiyuddin Abdul Mu’min bin Abdul Haq al-Baghdadi), dan Ittihaf al-Akhshaa bi Fadhaail Masjidil Aqsha (Abi Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Abdul Khaliq Manhaji asSuyuti). Asal-usul dari kesucian, keberkahan, kebersihan, dan kedudukan Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsha didasarkan pada fiman Allah di awal Surat al-Isra’: ِ ام ْ َحرَ ال ْ َم ْس ِج ِد ال ِّ َن َ ليْ ًلا م ٖه بْ ِد ِعَ ْس ٰرى ب اَ ٓيْ َّ ِذ ال ُسبْ ٰح َن تِنَۗا يٰ اٰ ْن ِ م ِنُِريَ ٗه ل َل ٗه ْكنَ َ ا حوْ رَ بٰ ْي َّ ِذ ْاَْق َصا ال ال ْ َم ْس ِج ِد َلى ال اِ ْبَ ِصيْرُ ال َّ السِميْ ُع ُ هوَ نَّ ٗه اِ “Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Isra’ [17]: 1). Menurut para ahli tafsir, makna “berkah” pada ayat tersebut adalah keberkahan yang ada di sekitar Masjid al-Aqsha. Ini bersifat sudah seharusnya dan diberkahi dengan kedudukannya yang dilebihkan di MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 45 atas semua masjid lain. Sedang makna dari “berkah di sekelilingnya” adalah, berkah atas sungai-sungai, pohon-pohon, tanaman-tanaman, maupun buah-buahannya. Juga berkah karena terdapatnya makam para nabi dan tempat tinggal maupun kiblat mereka, serta tempat turunnya malaikat dan wahyu. Di sana pula nanti tempat dikumpulkannya manusia pada hari kiamat. Penafsiran seperti di atas bisa dijumpai dalam Tafsir al-Qur’anul Adzim (Ibnu Katsir), Anwar atTanzil wa Asraar at-Ta’wil (al-Baghawi), Irsyaadul ‘Aql as-Salim ila Mazaaya al-Qur’anul Karim (Abi as-Sa’ud), al-Anas al-Jalil bi Taarikh al-Quds walKhalil (Mujizuddin al-Hanbali), dan lain-lain. Adapun soal Masjid al-Aqsha, sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa dinamakan demikian karena jaraknya yang jauh dari Masjid al-Haram. Dikatakan pula bahwa, dulu ini adalah masjid terjauh bagi manusia di muka bumi yang sangat dianjurkan untuk didatangi, dan karena masjid ini jauh dari kotoran serta kekejian. Ada juga yang meriwayatkan bahwa Aqsha adalah pusat bumi. Penjelasan-penjelasan di atas menjadi sebab penamaan Masjid al-Aqsha. Kecuali penjelasan terakhir—pusat bumi—karena diketahui bahwa Makkah dan Masjid al-Haram adalah pusat bumi dan pusat yang selalu berada di tengah. Allahu a’lam. *Diolah dari tulisan Dr. Ahmad Yusuf Abu Halabiya, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam, Gaza, dalam Buku Emas Baitul Maqdis yang diterbitkan oleh Institut al-Aqsha untuk Riset Perdamaian (ISA) dan Sahabat al-Aqsha FOTO: FREEPIK


Jelajah Ka’bah Metaverse Simulasi Haji Lewat Pemerintah Arab Saudi beberapa waktu lalu meluncurkan proyek Metaverse bernama  Virtual Black Stone Initiative. Teknologi tersebut memfasilitasi pelayanan untuk merasakan pengalaman melihat Ka’bah hingga menyentuh Hajar Aswad secara virtual reality (VR). Virtual Black Stone Initiative merupakan proyek Badan Urusan Pameran dan Museum Arab Saudi yang bekerja sama dengan Universitas Umm Al-Qura. Presiden Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Syaikh Dr Abdulrahman bin Abdul Aziz As-Sudais menjadi orang pertama yang mencoba teknologi VR Hajar Aswad tersebut. “Arab Saudi memiliki situs keagamaan dan sejarah besar yang harus kita digitalkan dan komunikasikan kepada semua orang melalui sarana teknologi terbaru,” ujar Sudais kala peluncuran seperti dikutip Middle East Monitor terkait dengan tujuan Virtual Black Stone Initiative. Adanya proyek ini, umat Islam bisa merasakan, menyentuh, bahkan mencium aroma Hajar Aswad meski tidak ke Makkah secara langsung. Apa itu Metaverse? Nama Metaverse makin dikenal luas sejak raksasa teknologi dunia Facebook mengganti nama perusahaannya menjadi Meta pada bulan Oktober tahun lalu. Perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu dipastikan akan lebih berfokus menggarap Metaverse di masa depan. Sebenarnya Metaverse bukanlah barang baru. 46 Orang pertama yang tercatat menciptakannya adalah Neal Stephenson pada novelnya Snow Crash yang terbit tahun 1992. Istilah Metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang ditempati oleh avatar dari manusia sungguhan di dunia nyata. Anggaplah Metaverse merupakan internet yang hadir dalam bentuk 3D. Manasik Haji di Metaverse Saat peluncuran proyek VR Ka’bah Masjidil Haram beberapa waktu lalu, Imam Besar Masjidil Haram itu juga mengatakan ada banyak peninggalan sejarah dan Islam di masjid-masjid Makkah yang harus diubah dalam digital untuk kepentingan semua orang. “Muslim akan dapat mengunjungi batu Hajar al-Aswad secara virtual berkat Metaverse,” ujar laporan itu. Seorang pejabat Arab Saudi mengatakan Metaverse bisa jadi media manasik haji atau simulasi pelaksanaan ibadah haji sesuai urutan tata cara yang menjadi rukun haji. “Inisiatif ini memungkinkan umat Islam untuk menyaksikan Hajar Aswad secara virtual sebelum ziarah ke Makkah,” jelasnya. Tanggapan MUI Proyek itu, kemudian mendapat respons dari  Majelis Ulama Indonesia (MUI). Wakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas buka suara terkait proyek tersebut. Dia mengatakan pelaksanaan ibadah haji dituntut untuk hadir secara fisik di tempat-tempat yang ditentukan oleh syara’ yaitu di Padang Arafah,


Muzdalifah, Mina, Ka’bah, Shafa, dan Marwah. Selain itu ibadah haji juga harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan yakni di bulan Dzulhijjah. Hal ini juga sesuai dengan Hadist Nabi yakni haji itu intinya wukuf di Arafah, barang siapa yang menjumpai wukuf di Arafah, maka ia menjumpai haji. “Ini artinya kalau ada orang yang tidak bisa hadir di Padang Arafah pada waktu yang telah ditentukan oleh syara’ tersebut, maka yang bersangkutan secara syar’i tidak bisa diakui telah melaksanakan ibadah haji karena yang bersangkutan tidak bisa hadir di tempat dimaksud pada waktu yang telah ditentukan,” ujar Anwar dalam keterangan tertulisnya. “Belum lagi yang menyangkut mabit di Muzdalifah, melempar jumroh di Mina, thawaf di Ka’bah, dan sai antara Shafa dan Marwah, itu semua harus dilakukan secara fisik di tempat dan waktu yang sudah ditentukan oleh syara’. Ketentuan itu semua sudah qath’i atau tidak boleh diubah,” lanjutnya. Pria yang akrab disapa Buya Anwar ini menilai ibadah haji secara virtual via Metaverse yang hanya melalui penglihatan saja sudah jelas tidak masuk ke dalam kategori melaksanakan ibadah haji. Namun, jika seseorang menganggap hal tersebut sama dengan melaksanakan ibadah haji, maka disebut sebagai sebuah bid’ah yang dhalalah atau sesat. “Jadi tidak boleh ditolerir karena yang bersangkutan berarti telah mengacak-acak ajaran Islam yang ketentuannya telah ditentukan sen d i r i oleh All a h d a n Rasul-Nya,” ucapnya. Hanya saja, Buya Anwar menyampaikan Metaverse dapat digunakan jika hanya sebagai pengetahuan terkait penyelenggaraan ibadah haji. “Ya boleh saja, hal demikian jelas akan menimbulkan kebaikan dan manfaat bagi yang bersangkutan karena dengan itu dia akan tahu banyak tentang hal-hal yang terkait dengan masalah haji,” tutupnya. Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh juga menegaskan bahwa haji virtual dengan memanfaatkan Metaverse atau secara virtual tersebut tidak bisa menggantikan haji secara langsung atau fisik. “Haji itu adalah ibadah mahdhah,” kata Kyai Niam. Kyai Niam menambahkan, ibadah haji terkait dengan tempat dan waktu. Yakni harus berada di Arafah untuk melaksanakan wukuf pada 9 Dzulhijjah. Kemudian, ibadah tawaf juga harus dilakukan dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran. Yang kesulitan berjalan bisa mengelilingi Ka’bah dengan bantuan kursi roda. Bahkan, saat ini disiapkan motor elektrik di Kompleks Masjidil Haram untuk memudahkan pelaksanaan tawaf. “Tawaf tidak bisa dilakukan dengan replika Ka’bah. Tidak bisa dalam angan-angan. Tidak bisa dengan gambar Ka’bah,” tuturnya. *Sirajuddin Muslim/Suara Hidayatullah MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 47 Hal ini juga sesuai dengan Hadist Nabi yakni haji itu intinya wukuf di Arafah, barang siapa yang menjumpai wukuf di Arafah, maka ia menjumpai haji


Hikmah di Balik Sakit Menahun “Syaikh, kapan kita mulai belajar bahasa Arab?” “Afwan akhi, tadi sakitku kambuh,” kata Syaikh Ahmad sambil memegangi perutnya. “Syafakallah. Sakit maag Syaikh?” “Semisal itu, tapi bukan maag dan lambung. Sakit saya ini sudah bertahun-tahun.” Berobat ke Berbagai Negara Syaikh Ahmad adalah orang Sudan dan bekerja di salah satu kantor kedutaan. Dia rajin ke Masjid Baitul Karim di Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, dengan mengajak 3 anaknya yang masih usia sekolah dasar (SD), hasil pernikahannya dengan istri asli Indonesia. Tidak banyak orang yang tahu bahwa pria berusia 51 tahun ini ternyata telah menahan sakit bertahun-tahun. “Saya sakit sejak tahun 2013. Sudah pernah berobat ke manamana, Thailand, Nepal, Mesir, Sudan,” ujarnya. “Allahu Akbar, sakit apa sebenarnya Syaikh,” saya penasaran. “Tidak ditemukan penyakit satupun, termasuk penyebabnya. Padahal saat di ruang ICU rumah sakit Nepal, saya ditangani 10 dokter spesialis dari berbagai ilmu yang tercanggih. Dari ujung rambut sampai kaki diperiksa, tak ditemukan penyakit apapun. Dokter heran, sebab jelas-jelas anggota badan saya tak bisa digerakkan, bibir kering sulit bicara, jantung berdebardebar kencang,” ujar pria berbadan tinggi besar ini. “Apa kata dokter?” “Mereka tidak bisa berbuat apaapa. Ketika alatalat di tubuh saya berbunyi karena jantung berdetak kencang, rasanya seperti ada truk besar bermuatan berton-ton berjalan pelanpelan menindih kaki. Sangat berat dan sakit sekali. Saya seperti tidak punya kaki, terasa kaku dan dingin, terus naik ke betis dan paha. Seperti ada malaikat akan segera mencabut nyawa. Saya terus berdoa dan syahadat bergantian dengan khusyuk, karena sebentar lagi seperti mau mati.” Ketika itu Syaikh Ahmad pun berdoa. Roda truk besar itu seperti terus berjalan hingga ke perut. Isinya seperti 48


dilipat dan diperas-peras kuat, luar biasa sakitnya. “Saya pikir jika roda truk itu sampai jantung, maka melayanglah nyawa saya. Saya pun sudah pasrah dengan terus berdoa,” ujar pria yang fasih berbahasa Indonesia ini. Syaikh Ahmad memanggil keponakannya yang ikut menjaganya di ICU. Ia ingin menitip wasiat kepada ayahnya (kakak). “Saya ingin menyampaikan wasiat terakhir sebelum Allah mencabut nyawa, yaitu agar dia menjaga dan merawat anak-anak saya di Indonesia. Keponakan saya menangis kemudian lari keluar dari ruang ICU, mungkin tak tega melihat penderitaan saya.” “Subhanallah, Allahu Akbar, saya terus berdoa. Alhamdulillah truk besar itu tidak jadi naik ke jantung, tapi ke bawah hingga ke ujung kaki dan akhirnya hilang. Badan dan jantung mendadak pulih. Semua dokter terheranheran.” Syaikh Ahmad pernah juga dirawat tiga bulan di rumah sakit di Mesir. Dokter-dokter spesialis saraf datang memeriksa, tapi lagi-lagi tidak menemukan sebab dan jenis penyakitnya. Termasuk juga berobat ke Thailand yang dikenal banyak pengobatan alternatif tradisional yang manjur. Juga pernah berobat ke Sudan. Sebulan Syaikh Ahmad menjalani pengobatan rukyah pada seorang syaikh. Siapa tahu ada sihir atau hal-hal mistik. Tapi Allah belum memberikan titik temu. Akhirnya ia kembali berobat ke Indonesia agar dekat dengan keluarga. “Jangan ditanya rumah sakit apa, dokter siapa, obat apa, sepertinya semua sudah saya coba ikhtiarkan untuk kesembuhan penyakit ini. Namun Allah tampaknya punya rencana lain dan insya Allah pasti itu kebaikan,” ujarnya. Hikmah Karena sakitnya, Syaikh Ahmad pernah selama delapan bulan hanya berbaring, tak mampu duduk apalagi berdiri dan berjalan. Tidur juga tidak bisa. “Kalau memejamkan mata, maka terbayang semua orang yang sudah wafat, dari kakek nenek, paman-paman. Ada rasa sedikit ketakutan dan kekhawatiran. Tak bisa juga berbicara dengan jelas. Saat sedikit bicara maka jantung langsung berdetak kencang dan kepala pusing.” Namun Syaikh Ahmad merasakan mendapat banyak hikmah selama sakit. “Laa haula wa laa quwwata illa billah. Saya semakin yakin dengan kekuasaan Allah. Tubuh saya ini kan normal dan lengkap, tidak ada luka, tidak ada yang sakit, tak ada kelainan, tapi tak ada kekuatan sama sekali. Jika Allah kehendaki, maka ada kekuatan. Jika tidak, maka tak bisa kita gerakkan anggota badan ini.” “Apakah saat ini sudah sembuh?” tanya saya. “Belum sepenuhnya, tapi saya sudah bisa belajar untuk mengantisipasi dan mengatasi jika akan kambuh.” “Contohnya seperti apa?” “Penyakit itu dari pikiran dan makanan. Kalau mikir yang sedih-sedih, berat, atau hal-hal yang tidak bagus, maka penyakit itu datang. Jadi, saya berusaha untuk menghindari berpikir yang tak perlu. Makanan juga banyak yang harus dihindari. Setiap per dua atau tiga jam, harus ada makanan yang masuk meski hanya satu dua suap. Kalau terlambat beberapa menit, jantung mulai berdebar dan kepala pusing.” “Saya semakin dekat dengan Allah dan keluarga. Saya semakin yakin bahwa Allah Mahakuasa atas semuanya. Saya juga selalu teringat dengan kematian dan akhirat. Allah memberikan ketegaran dan kesabaran kepada istri yang setia dan tekun mendampingi dan merawat saya bertahun-tahun, apapun kondisinya.” *Dikisahkan oleh Syaikh Ahmad kepada Abdul Ghofar Hadi/Suara Hidayatullah Penyakit itu dari pikiran dan makanan. Kalau mikir yang sedihsedih, berat, atau hal-hal yang tidak bagus, maka penyakit itu datang. Jadi, saya berusaha untuk menghindari berpikir yang tak perlu MUHARRAM 1443/ AGUSTUS 2022 49


Umat Islam pada hari ini masih belum bisa lepas dari cengkeraman kemiskinan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabannya sangat kompleks. Namun, sebenarnya ada dua faktor inti yang menjadi modal utama bagi bangkitnya kejayaan umat Islam melalui sektor ekonomi, yaitu faktor mentalitas dan faktor paradigma. Buku ini dihadirkan dengan tujuan mengulas lebih dalam paradigma umat Islam terhadap kekayaan dunia. Kiranya perlu dipupuk semangat baru atas dasar kesadaran bahwa kita pernah berada di puncak kejayaan dunia, dijadikan kiblat ilmu pengetahuan dunia, juga sebagai rujukan seluruh orang di dunia Judul buku : Muslim Preneur Penulis : Nurdin Apus Sarbini, Lc, M.Pd Penerbit : Pustaka Imam Asy-Syafi'i Cetakan : Januari 2022 Tebal Buku : 168 Halaman Raih Kembali Kejayaan Islam Lewat Ekonomi untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Jangan sampai Muslim di seluruh dunia terus-menerus terlena dan menganggap prestasi tersebut sebagai angin lalu, harus dijadikan batu lompatan agar bisa maju dan kembali seperti kondisi dahulu itu. Buku ini juga menyajikan secara terbuka ihwal pentingnya entrepreneurship, tentang jiwa wirausahawan. Yang ternyata itu pun bagian dari Sunnah Nabi Muhammad . Berwirausaha atau berbisnis telah dicontohkan beliau semasa hidup. Dan dicontohkan pula oleh para sahabat beliau. Tinggal kita yang memutuskan, maukah berkaca dari kisah sukses dunia-akhirat mereka ataukah kita memilih tetap berdiam diri dan berharap kesuksesan menghampiri kita tanpa keberanian menanggung segala risiko yang menyertainya? Azim Arrasyid/Suara Hidayatullah Pemikiran dan perjuangan bangsa Indonesia. Tokohtokoh itulah yang menggerakkan berbagai motivasi perjuangan maupun pemikiran masing-masing, s ej a k p r a - k e m e r d e k a a n hingga Indonesia merdeka. Bahkan dalam konstelasi perkembangan dan pergerakan bangsa dan negara ini pun para tokoh Isl am sel alu terlibat aktif dalam kontribusi pembangunan negeri ini. Judul buku :Mewarnai Indonesia, Jejak Perjuangan & Pemikiran Tokoh Islam dalam Mengisi Ke-Indonesiaan Penulis : Antologi Penerbit : YPM, Tangerang Cetakan : Juni 2022 Tebal Buku : 152 Halaman Para Bintang Pemikiran Islam di Indonesia Tidak tinggal diam, tapi terus mewarnai. Spirit ketokohan, kepemimpinan, keintelektualan, dan pemandu kebangsaan dan kebijakan negeri ini pun diwarnai. Para tokoh umat sebagaimana yang tertuang dalam buku ini rata-rata mempunyai spektrum pemikiran futuristik di bidang Pendidikan, hukum, politik, hingga ketatanegaraan. Rasanya buku tipis ini bisa dijadikan referensi dan panduan buat pembaca untuk bisa meneladani dan dijadikan patokan dalam arus pergerakan bangsa saat ini. Akbar Muzakki/Suara Hidayatullah 50


Click to View FlipBook Version