The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini adalah hasil riset komunitas LIRADEWA

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rita.dewantara, 2022-12-22 00:29:20

BUKU JOINT RESEARCH LIRADEWA

Buku ini adalah hasil riset komunitas LIRADEWA

Keywords: Joint research,Liradewa

97

sibuk. Jadi sekarang kita harus

booking jika Bu Sherly mengintruksi

untuk memainkan gamelan.

Gamelannya dari kita sendiri, tapi

personilnya dari luar.

Pemain alat musiknya Nggih, dari warga sekitar juga

23. ini dari warga sekitar

atau bagimana pak?

Kebudayaan gamelan Tidak rutin, hanya pada saat–saat

ini masih dilakukan tertentu saja. Semaunya Bu Sherly

24. secara rutin atau tidak gitu. Namun biasanya pada hari

pak? Sabtu atau Minggu. 1 bulan sekali

atau 2 bulan sekali

Kalau untuk kegiatan Kalau dari Dalem Simbah sih nggak

kebudayaan masyarakat ada sih, cuma ini aja. Kalau diluar

25. sekitar selain Dalem Simbah mungkin ada. Disini

memainkan gamelan ini ada kebudayaan seperti kuda

apa nggih pak? lumping seperti itu.

Kalau boleh tahu, Untuk bukanya itu mulai bulan

26. wisatanya ini berdiri Oktober 2019. Eh akhir 2020.
sejak kapan ya pak? Sekarang 2022 kan, udah 1 tahun

setengah, hampir 2 tahun.

Apa saja kendala yang Secara finansial kita belum ada

dihadapi dalam kendala, tapi kendala kita ada di Kesulitan

27. mengelola wisata ini promosi itu saja. Kemudian akses pemasaran
pak? Khususnya kan jalan.

pada saat pembukaan

itu ada pandemic

Bagaimana rencana Kedepannya akan ada Memperhatikan

pengoptimalan lahan pembangunan, namun amanah Bu ekosistem alam

yang kosong ini pak? Sherly walaupun ada

pembangunan, tumbuhan atau

28. pohon–pohon ini harus tetap dijaga.
Sebenarnya kita juga ada rencana

untuk pelatihan kopi itu, namun itu

bertentangan sama keinginan Bu

Sherly yang tidak boleh menebang

pohon.

Ini kan arsitekturnya Saya juga kurang tahu pasti,

kejawen nggih, kenapa karena ini keputusan ownernya.

29. kok memilih design Tapi sepertinya ini memang
interior yang jawa
seleranya beliau, beliau suka
banget gitu pak? dengan ornamen–ornamen jawa

gitu.

Lalu di bagian dapur itu Itu milik Bu Sherly sendiri mbak.

30. kan ada lukisan, itu Jadi beliau kan nggak pernah di
punya siapa pak? rumah, biasanya pulang bawa

barang-barang antik kayak gitu.

Kalau boleh tau Saya kurang tahu, karena ketika

31. gamelannya ini berasal saya kesini itu gamelannya sudah
darimana pak? ada. Sepertinya itu sudah ada

sebelum wisata ini dibangun.

Barangkali ada keluhan- Jadi gini, kebanyakan tamu yang

keluhan dari kesini itu bilang. Saya kan selalu di

32. pengunjung, itu lapangan, saya juga ngatur parkir

ditampung dimana ya disini. Kemudian kita juga ada Kesulitan

pak? google maps, kuisionernya juga pemasaran


98

Jadi untuk dari situ. Kebanyakan itu ngeluhnya
menyampaikan kritik akses jalan. Untuk kuisionernya kita
dan saran itu juga ambil dari google maps, karena kita
33. melalui google maps? belum ada wadah untuk komplain.

Barangkali anda tahu, Iya benar. Karena kita juga belum
asal usul nama “dalem punya wadah. Kita juga ada nomor
simbah” ini darimana telepon wisata. Biasanya juga WA
pak? kesini. Tapi jarang yang komplain,
biasanya komplainnya bagus gitu
34. aja sih, komplain jelek belum
pernah.
Dibelakang itu kan ada Nama “dalem”, ini kan dalam jawa
itu semacam sahutan ketika
bangunan seperti dipanggil, kemudian dalem juga
bisa diartikan rumah. jadi
35. rumah, itu digunakan maknanya ada 2, yang satu itu Kendala
untuk apa ya pak? bermakna ketika kita dipanggil pemasaran
simbah, kita menyahuti dengan
Untuk sistem berkata “dalem simbah”. Lalu Kendala
penginapannya ini makna lainnya yaitu “dalem” yang optimalisasi wisata
bagaimana pak? berarti rumah, sehingga “dalem
simbah” memiliki makna rumah
36. simbah kita.

Apakah ada perizinan Itu villa, jika ada orang yang ingin
khusus bagi yang menginap akan berada di sana.
menginap gitu pak? Sebenernya rencananya bu Lis itu
mau dibangun banyak, Cuma
37. terkendala promosi jadi satu dulu
untuk uji coba.

Sementara ini yang kita jalankan...
Itu kan muat untuk 10 orang, jadi
misal kalau ada 10 orang kita
memasang tarif 500 ribu setiap
malamnya. Terus kita kasih
breakfast untuk 6 orang, jadi yang 4
orang bisa pesan sendiri. Tapi
kalau kita ada pengunjung kurang
dari 5, kita tarik tarif 100 ribu per
orangnya. Kalau misal 2 orang kita
tarik 350 ribu minimal. Jadi belum
ada pricelist yang jelas. Tapi itu
yang selama ini kita tawarkan ke
tamu. Jadi kita sistem nego.

Iya mbak, ada penyetoran tanda
pengenal. Namun sejauh ini yang
menginap itu hanya yang sudah
berlangganan saja mbak, jadi kita
itu sudah kenal dengan orangya.
Sehingga bisa menginap walaupun
tanpa menyetorkan tanda
pengenal.

Selanjutnya, dari hasil wawancara tersebut, dibuat kode sebagaimana yang tampak
pada table berikut:


99

Tabel 3: Pengkodean Hasil Wawancara

Pengelolaan satwa Lapangan kerja Media social Mengangkat

untuk seklitar budaya lokal

Penambahan Kekeluargaan dan Word of mouth Meyiapkan

freelance kerjasama gamelan

Jam kerja Kesulitan Door to door Rutin 1 bulan 2 kali

pemberdayaan instansi

sumber daya

Jam operasional Kekeluargaan dan Kesulitan

kerjasama pemasaran

Tiket sesuai Pemberdayaan Tidak boleh

ASPARJO SDA monoton

Evaluasi Belum ada struktur

organisasi

Kendala Inovasi SDA

optimalisasi wisata

Memperhatiakan

ekosistem alam

Dari tabel 3 (tiga) diatas apabila dibuat kategorisasi, akan tampak seperti gambar
berikut:
A. Kategori Optimalisasi Wisata

Penambahan
freelance

Optimalisasi Pengelolaan
wisata satwa

Tiket sesuai
ASPARJO

Jam kerja

Jam operasional
Gambar 1: Kategori Optimalisasi Wisata


100

B. Kategori Pemberdayaan Sumber Daya Alam/ Sumber Daya Manusia

Kesulitan Pemberdayaan Pemberdayaa
pemberdayaan sumber Sumberdaya n SDA

daya Inovasi SDA

Belum ada struktur Kekeluargaan dan
organisasi kerjasama

A. P Memperhatiakan Lapangan kerja
B. ekosistem alam untuk seklitar
C.
D. Kekeluargaan dan
kerjasama

Gambar 1: Kategori Pemberdayaan SDA/SDM

C. Kategori Pemasaran Obyek Wisata

Tidak boleh Pemasaran Media social
monoton Objek wisata
Door to door
Kesulitan instansi
pemasaran
Word of mouth

Gambar 2: Kategori Pemasaran Obyek Wisata


101

D. Kategori Kearifan Lokal

Mengangkat
budaya lokal

Kearifan Lokal Meyiapkan
gamelan

Rutin 1 bulan 2
kali

Gambar 3: Kategori Kearifan Lokal

Dari hasil pengkategorian diatas apabila disusun dalam bentuk gambar preposisi,
akan tampak seperti gambar berikut:

Optimalisasi Pemasaran Kearifan
wisata Objek wisata Lokal

Pemberdayaan
Sumberdaya

Gambar 4: Preposisl

D. PEMBAHASAN
1. Optimalisasi Wisata
1.1 Pengelolaan satwa

“Kita sudah ada izin dari BKSDA untuk mengelola itu” (Wakhid, 2022)
“Kalau untuk yang merak saya juga kurang tau, kalau kelincinya itu milik
pribadi Kalau merak itu sepertinya konservasi ya, Sudah ada itu izinnya
mbak” (Musthafa, 2022)


102

Objek wisata Dalem Simbah memiliki beberapa spesies sarwa didalamnya,
seperti contohnya Merak, Kelinci, dkk, menurut informan keberadaan satwa tersebut
sudah berijin melalui BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Masyarakat boleh
memelihara atau melakukan penangkaran satwa liar yang dilindungi, asalkan sesuai
dengan izin Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
1.2 Penambahan Freelance

“biasanya di hari besar, hari libur atau apa kita ada freelance untuk
tambahan pembantu” (Wakhid, 2022)
“Di dapur aja itu biasanya ada freelance cuma 1 orang. Sabtu – minggu
atau hari-hari rame” (Musthafa, 2022)

Ketika Dalem Simbah dalam keadaan yang ramai pengunjung, seperti di hari
sabtu-minggu dan hari libur/hari besar, pihak wisata melakukan penambahan
karyawan untuk membantu operasional wisata.
1.3 Jam Kerja Karyawan

“untuk jam kerjanya sendiri itu bareng-bareng, Jadi untuk piketnya ya kita
bareng-bareng, belum ada shift saat ini” (Wakhid, 2022)
“untuk piket, kita cuma ada 1 shift saja” (Musthafa, 2022)
“Kita itu ada libur 1 bulan 3 kali. Tapi selain weekend” (Musthafa, 2022)

Pengaturan mulai dan berakhirnya waktu atau jam kerja setiap hari di bidang
usaha pariwisata, khususnya di objek wisata Dalem Simbah dilakukakn secara
besama-sama dan kesepatan Bersama, tidak ada system shift. Para karyawan
diwajibkan dating jam 07.30 wib setengah jam sebelum wisata dibuka. System libur
kerja pun diatur 3 hari dalam satu bulan untuk mengajukan libur, selain hari sabtu-
minggu.
1.4 Jam Operasional Wisata

“untuk jam operasionalnya sendiri kita mulai buka itu jam 8 pagi sampai
dengan jam 4 sore, itu untuk loket” (Wakhid, 2022)
“Ketika ada pengunjung maka bisa sampai jam 17.00 WIB, Kita bukanya
kan jam 08.00 WIB untuk karyawan kita masuk jam 07.30 WIB sampe jam
16.00 WIB” (Musthafa, 2022)

Objek wisata Dalem Simbah memiliki jam operasional yaitu mulai jam 08.00-
16.00 wib. Ketika jam 16.00 wib masih ada pengunjung, karyawan Dalem Simbah
memberikan kelonggaran hingga jam 17.00 wib.


103

1.5 Tiket sesuai ASPARJO
“makanya kalo mbak lihat tiket wisata di Jombang kan hampir sama untuk biaya
HTM nya. Yang beda mungkin cuma paket-paket tertentu” (Wakhid, 2022)
“jadi kita lihat dari teman–teman ASPARJO yang memiliki wisata-wisata lain
disini. Kisaran tiketnya yang tepat itu berapa, gitu. Jadi tidak ada selisih harga
yang terlalu jauh” (Musthafa, 2022)
Tiket masuk Dalem Simbah sudah disesuaikan dengan kesepakatan

Bersama oleh ASPARJO (Asosiasi Pariwisata Jombang), yang berbeda adalah paket-
paket tertentu. Kisaran tiketnya tidak jauh-jauh dari selisih rata-rata objek wisata di
Jombang.

2. Pemberdayaan Sumber Daya Alam/ Sumber Daya Manusia
2.1 Lapangan Kerja Untuk Seklitar

“membuat wisata ini untuk membuka lowongan pekerjaan” (Wakhid, 2022)
“Motivasi beliau itu ingin mengangkat perekonomian di desanya, Jadi ingin
meningkatkan ekonomi di desanya, khususnya Banyon. Makanya
karyawan disini itu kebanyakan orang asli sini” (Musthafa, 2022)
“kita butuh bantuan freelance, juga orang sekitar sini aja” (Musthafa, 2022)

Salah satu tujuan pembangunan objek wisata yang ada di daerah
Wonosalam ini adalah untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Ketika membutuhkan tenaga lepas, juga tetap mencari dari masyarakat sekitar.
2.2 Kekeluargaan dan Kerjasama

“Kita merangkul semua mbak” (Wakhid, 2022)
“Lalu jika yang disini kuwalahan yang bagian dapur juga akan ikut
membantu. Semuanya butuh kerjasama.” (Wakhid, 2022)
“Kalau saya libur nanti ada teman saya yang menghandle, kalau teman
saya libur ada yang menghandle juga, dan seterusnya” (Wakhid, 2022)
“kita kompak kita bekerja sama tanpa ada batasan antara atasan dengan
bawahan ataupun lainnya” (Wakhid, 2022)
“Terserah saja sih, selama ini kita kebetulan kita ini kan keluarganya
sangat kuat” (Musthafa, 2022)

Membangun ikatan kerja sama dan kekeluargaan dengan tim merupakan
suatu hal yang di miliki untuk mencapai tujuan Bersama. Semuanya saling bantu
membantu jika membutuhkan. Jika ada yang shift libur maka yang lain menggantkan


104

posisi tersebut. Tidak ada gap atau batas antara atasan dan Batasan, semuanya bantu
membantu dalam hal kelancaran Bersama.
2.3 Kesulitan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

“Manajemen itu susah lo mbak, jadi apa ya yang susahnya itu mencakup
karakter antar teman” (Wakhid, 2022)

Dalam lingkungan kerja ada banyak sekali karakter yang tercipta, tidak jarang
terjadi gesrekan antar teman kerja, kesulitan tersebut yang dialami oleh para karyawan
di Dalem Simbah.
2.4 Belum ada struktur organisasi

“kebetulan disini itu belum ada struktur organisasi yang jelas” (Musthafa,
2022)

Struktur organisasi yang ada di Dalem Simbah hanya owner dan koordinato
saja, tidak ada struktur yang jelas sesuai jobdesk.
2.3 Inovasi SDA

“Kita punya ide untuk wisata edukasi proses pengolahan kopi jadi mulai
dari pembibitan, perawatan, pengolahan kopi sampai menjadi bubuk”
(Musthafa, 2022)

Tahap selanjutnya para karyawan memiliki ide untuk memberikan wisata
edukasi pengolahan kopi, mulai dari pembibitan hingga menjadi bubuk kopi.
2.4 Memperhatikan ekosistem alam

“Kedepannya akan ada pembangunan, namun amanah Bu Sherly
walaupun ada pembangunan, tumbuhan atau pohon–pohon ini harus tetap
dijaga” (Musthafa, 2022)

Agar keseimbangan ekosistem hutan juga terjaga, meskipun nantinya aka
nada pembangunan-pembangunan di Dalem Simbah ini, bu Sherly sebagai owner
tetap berpesan agar pepohonan disekitar Kawasan tetap dijaga kelestariannya.

Gambar 5: Lokasi Wisata Dalem Simbah


105

3. Pemasaran Objek Wisata
3.1 Media Social

“Strategi promosi kita sendiri itu ibaratnya apa ya mbak media sosial juga
aktif” (Wakhid, 2022).
“Cuma facebook aja mbak” (Wakhid, 2022)
“Promosi untuk saat ini yang kita jalankan melalui media sosial, seperti
facebook atau Instagram” (Musthafa, 2022)

Pemasaran yang digunakan oleh objek wisata Dalem Simbah juga
menggunakan sosial media.
3.2 Word of Mouth

“terus juga antar masyarakat dikasih tau” (Wakhid, 2022)
Selain pemasaran yang sudah modern menggunakan media sosial, Dalem

Simbah juga tetap melaksanakan pemasarn “getok tular” atau dalam Bahasa
pemasarannya adalah pemasaran worth of mouth, pemasaran dari mulut kemulut.
3.3 Door To Door Instansi

“Untuk program sekolahan, kita langsung datangi sekolahannya untuk kita
kasih surat” (Wakhid, 2022)
“Datang ke sekolahan, kita presentasi, kita jelaskan kalau di Dalem Simbah
ada kegiatan seperti ini, untuk harga siswa segini biasanya itu 50% dari
harga tiket kita untuk siswa” (Wakhid, 2022)
“Kemudian kita juga door to door ke sekolah–sekolah. Sekolah SD-SMA
karena kita juga ada program separuh harga untuk rombongan wisata
sekolah” (Musthafa, 2022)

Karena salah satu target pasar dari wisata Dalem Simbah adalah instansi-
instansi Pendidikan yang melakukan LDKS, maka Dalem Simbah juga melakukan
system pemasaran secara door to door ke instansi Pendidikan, atau dalam arti lain
pemasaran dari pint ke pintu. Mereka menggunakan salah satu startegi yaitu
memberikan diskon separuh harga untuk rombongan wisata sekolah.
3.4 Tidak Boleh Monoton

“Wisata itu nggak boleh monoton seperti ini orang juga bosen mbak, agar
para pengunjung tidak bosen” (Wakhid, 2022)

Objek wisata harus memiliki kreatifitas dalam pengelolannya, tidak boleh
monoton agar para pengunjung dapat merasakan hal baru dan tidak mudah bosan
ktika berwisata ke Dalem Simbah.


106

3.5 Kesulitan pemasaran
“Iya mbak, salah satunya ya itu mbak akses jalan sama sinyal” (Wakhid,
2022)
“tapi kendala kita ada di promosi itu saja” (Musthafa, 2022)
“Kebanyakan itu ngeluhnya akses jalan” (Musthafa, 2022)
“Cuma terkendala promosi jadi satu dulu untuk uji coba” (Musthafa, 2022)
Kesulitan yang dialami oleh tim Dalem Simbah ada beberpa hal yaitu akses

jalan yang masih sulit untuk ditempuh, kesulitan sinyal dan dalam hal promosi
penjualan.

4. Kearifan Lokal
4.1 Mengangkat Budaya Local

“kita kan ada perangkat gamelan mbak satu set” (Wakhid, 2022)
“pengen menguri-uri supaya anak–anak sekarang itu tahu kalau gamelan
itu ini” (Wakhid, 2022)
“Paling tidak 1 bulan 2 kali atau 2 minggu sekali seperti itu” (Wakhid, 2022)

Dalem Simbah mencoba untuk mengangkat Kembali budaya jawa yaitu
gamelan, tujuannya agar generasi muda dapat mengerti dan memhami gamelan jawa,
hal tersebut dilakuakan 1 bulan 2 kali.

E. PENUTUP
Dari hasil peneltian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Objek wisata

dalam simbah memiliki beberapa satwa didalamnya dan sudah berijin melalui Balai
Konservasi Sumber Daya Alam. Tiket Dalem Simbah sudah disesuaikan ASPARJO
(Asosiasi Pariwisata Jombang). Lokasi Objek Wisata Dalem Simbah banyak digunakan
untuk pelatihan instansi Pendidikan. Hal yang menarik dari Objek wisata Dalem
Simbah adalah menggabungkan wisata alam dengan menssosialisasikan budaya
Gamelan agar para generasi muda mengetahui dan memahami gamelan Jawa.


DAFTAR PUSTAKA

Digdoyo, Eko. (2015). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Gioia, D.A., Corley, K.G., & Hamilton, A.L. (2012). Seeking Qualitative Rigor in Inductive
Research: Notes on the Gioia Methodology. Organizational Research Methods. Vol. 16
No. 1: 15-31.

Katz, H. (2008). The Media Handbook. 2nd ed. London: Lawrence Erlbaum Associates, pp.68-
101.

Maxwell, Joseph A. (1996). Qualitative Research Design, An Interactive A Halroach. California:
Sage Publications, Inc

Ogden, Mike (1999). "Master four strategies of marketing warfare". Jacksonville Business
Journal: 1.

Rafiek, M. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Rafika Aditama.

Rothschild, P. (2012). Harnessing social media strategies: Harnessing social media strategies:
Strategic Direction: Vol 28, No 6. Strategic Direction, [online] 28(6),pp.11-13

Shah, S.K., & Corley, K.G. (2006). Building Better Theory by Bridging the Quantitative–
Qualitative Divide. Journal of Management Studies. Vol. 43 No. 8: 1821-1835.

Smith, J.A., Flowers, P., and Larkin. M. (2009). Interpretative phenomenological analysis:
Theory, method and research. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washington:
Sage.

Smith, P. (2015). Sostac. PRSmithMarketing.

Wahyuni. (2013). Perilaku Beragama Studi Sosiologi Terhadap Asimilasi Agama dan Budaya Di
Sulawesi Selatan. Makassar: Alauddin University Press.


Click to View FlipBook Version