Volume 2 Nomor 1, Januari-Juli 2019 ISSN 2654-4326
JMD JURNAL RISET MANAJEMEN DAN BISNIS DEWANTARA VOLUME 2 NO 1, JANUARI-JULI 2019
JMD JURNAL RISET MANAJEMEN DAN BISNIS DEWANTARA Diterbitkan oleh LP2KI STIE PGRI Dewantara Jombang Terbit 2 (dua) kali setahun (Juli dan Desember). ISSN 2654-4326 berisi tentang hasil pelaksanaan penelitian dalam bidang riset akuntansi dan keuangan Dewan redaksi Ketua Redaksi : Rita Mutiarni Redaksi Pelaksana Rahmat Rahmat Yuliawan, Universitas Airlangga Surabaya Mirna Indriani, Universitas Syiah Kuala, Aceh Andri Putra Kesmawan, Universitas Airlangga Surabaya Nuri Purwanto, STIE PGRI Dewantara, Indonesia Alamat Redaksi dan Tata Usaha: LP2KI STIE PGRI Dewantara Jombang Jln. Prof. M.Yamin No 77 Jombang, telp (+62 321 – 865180) Fax (+62 321 – 853807)
DAFTAR ISI JMD : Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Dewantara Volume 2 Nomor 1, Januari-Juli 2019 Penulis Judul Halaman Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Pengaruh Kompetensi dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang 1-12 Laily Nurida Safitri, Mardi Astutik Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Dengan Mediasi Stress Kerja 13-26 Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Pengaruh Citra Merek, Desain Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Merek Bata 27-36 Hanim Nur Hanifah, Nurul Hidayati, Rita Mutiarni Pengaruh Produk Ramah Lingkungan/Green Product Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Tupperware 37-44 Danes Jaya Negara, Vivy Kristinae Pengaruh Teknologi dan Inovasi dalam Persaingan Traditional Food di Kalimantan Tengah 45-52
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 1 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Pengaruh Kompetensi dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti STIE PGRI Dewantara Jombang Korespondensi: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Kompetensi dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari di Jombang. Tehnik pengambilan sampel ditentukan dengan sampling jenuh dengan membagikan kuesioner pada karyawan devisi produksi PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang sebanyak 37 karyawan. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier sederhana, pengujian hipotesis menggunakan uji signifikan parsial (Uji - t) dan pengujian koefisien determinasi (R2 ). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan variabel Kompetensi (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y) PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang dan adanya pengaruh yang positif dan signifikan variabel Kompetensi (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang. Kata Kunci :Kompetensi, Kompensasi, Kinerja . Abstract This study aims to find out and analyze the Effect of Competence and Compensation on Employee Performance at PT. MaanGhodaqoShiddiq Lestari in Jombang. The sampling technique was determined by saturated sampling by distributing questionnaires to employees of the production division of PT. MaanGhodaqoShiddiq Lestari Jombang as many as 37 employees. The analytical method used is descriptive analysis method, statistical analysis method consisting of simple linear regression analysis, hypothesis testing using a significant partial test (Test - t) and testing the coefficient of determination (R2 ). The results of this study indicate a positive and significant effect of the Competency variable (X1) on Employee Performance (Y) PT. MaanGhodaqoShiddiq Lestari Jombang and the existence of a positive and significant effect of the Competency variable (X2) on Employee Performance (Y) PT. MaanGhodaqoShiddiq Lestari Jombang. Keywords: Competence, Compensation, Performance A. PENDAHULUAN Pada setiap perjalanan bisnis, sebuah perusahaan tidak akan terlepas dari berbagai masalah yang berkaitan dengan fungsi perusahaan. Permasalahan dapat muncul dari berbagai hal diantaranya adalah dari fungsi operasi yang meliputi faktor produksi, faktor personalia, faktor pemasaran, serta faktor modal, dan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian yang terjadi di perusahaan. Kedua hal tersebut dapat dipicu oleh pengaruh dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Sebagai sumber daya manusia, kinerja karyawan merupakan hasil pekerjaan yang dicapai seseorang karyawan, dengan tingkat kemampuan dan keterampilan yang beraneka ragam dalam mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaanya. Pendapat yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2014) tentang kinerja karyawan (prestasi kerja) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2014) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja karyawan adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi. Sedangkan menurut A.Dale Timple dalam A.A. Anwar Prabu Halaman 1 -12 E-ISSN: 2654-4326
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 2 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Mangkunegara (2014) faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor internal berhubungan dengan sifat-sifat seseorang, dan faktor eksternal berhubungan dengan pengaruh dari lingkungan sekitar. Sesuai dari pendapat diatas bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja salah satunya adalah faktor kemampuan dan faktor internal maka hal ini merujuk pada kompetensi kerja yang dimiliki karyawan PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari sedangkan faktor motivasi dan faktor eksternal yang merujuk pada kompensasi yang diterima karyawan. Menurut Spencer dalam Sudarmanto (2009) mengatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul didalam pekerjaan. Menurut Sudarmanto (2014) kompetensi memiliki lima indikator yang berpengruh antara lain adalah keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), konsep diri (self concept), motif (motive) dan sifat (traits). Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Rahayuningsih (2017) menunjukkan bahwa kompetensi memiliki pengaruh yang positif serta signifikan terhadap sebuah kinerja. Dan hal serupa juga terjadi pada hasil penelitian yang diambil oleh Ni Luh Putu Sukmayanti, I Wayan Bagia, I Wayan Suwendra (2016), Rafdan Rahinnaya dan Mirwan Surya Perdhana (2016), Mutiarni, R., & Hidayati, N. (2018) serta Prasetyo, D. W. (2018) yang menghasilkan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Selain kompetensi, untuk memaksimalkan kinerja karyawan, faktor motivasi dan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah kompensasi. Kompensasi karyawan juga perlu diperhatikan, karena merupakan hasil pendapatan yang karyawan terima dalam bentuk upah yang dapat berbentuk barang dan jasa secara langsung ataupun tidak dari perusahaan. Menurut Sedarmayanti (2011) menyatakan bahwa kompensasi merupakan segala hal yang diperoleh karyawan sebagai umpan balik terhadap mereka setelah menyelesaikan tugas dalam bekerja. Menurut William B. Wether dan Keith Davis dalam Hasibuan (2014) mengatakan bahwa kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Ada 5 indikator kompensasi yang disampaikan oleh Hasibuan (2014) yaitu gaji, insentif, bonus, pengobatan, dan asuransi. Penelitian terdahulu yang dihasilkan oleh Erik Martinus (2016) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Dan dalam penelitian yang lain oleh Edrick Leonardo dan Fransisca Andreani (2015) juga menghasilkan hal yang sama yaitu kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berusaha mengidentifikasi masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: Apakah kompetensi dan pemberian kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang secara positif dansignifikan ? Hasil dari penelitan ini akan menunjukkan seberapa pentingnya kompetensi, dan kompensasi dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja karyawan. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Kompetensi Kompetensi secara umum adalah sebuah kecakapan, keterampilan, dan kemampuan. Dalam konteks manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), istilah kompetensi mengacu pada karakteristikindividu yang menjadikannya berhasil dalam melaksanakan pekerjaan.Beberapa pihak biasanya menggunakan istilah kompetensi merupakan kemampuan untuk melakukan kinerja (the ability to perform).
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 3 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Beberapa pernyataan para ahli untuk mendefinisikan tentang kompetensi diantaranya menurut Spencer dalam Sudarmanto (2009) mengatakan bahwa kompetensi merupakan karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul didalam pekerjaan. Pendapat Brian dalam Sudarmanto (2009) mendefinisikan kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, kemampuan atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan. Sedangkan Murphy juga mengungkapkan dalam Sudarmanto (2009) bahwa kompetensi adalah bakat dan keahlian individu apapun yang dapat dibuktikan, dan dihubungkan dengan kinerja yang efektif dan baik sekali. Dimensi kompetensi merupakan aspek-aspek yang lebih spesifik untuk menjelaskan kompetensi, sehingga dibagi menjadi 3 yaitu kompetensi kognitif, kompetensi kecerdasan emosional, dan kompetensi kecerdasan sosial.Seperti yang telah diklasifikasikan oleh Spencer dan Spencer dalam Jurnal Sri Wahyuningsih (2017).Uraian masing-masing dimensi kompetensi dijelaskan sebagai berikut: 1. Kompetensi Kognitif Kompetensi kognitif adalah sebagai suatu kemampuan untuk berfikir dan menganalisa suatu informasi dan situasi, yang dapat menyebabkan adanya keefektifan dalam berkinerja. Penekanan kompetensi ini pada pemikiran system dan pengenalan pola para ekerja atau karyawan dalam melaksanakan pekerjaanya. 2. Kompetensi Emosional Kompetensi emosional yaitu karakter sikap serta perilaku yang mencakupkemampuan serta kemauan untuk menguasai diri dan memahami kondisi lingkungan secara objektif sehingga tingkat emosinya relatif stabil ketika menghadapi berbagai masalah ditempat kerja. 3. Kompetensi sosial Kompetensi sosial merupakan sikap atau karakter dan perilaku atau kemauan membangun jaringanuntuk bekerja sama dengan orang lain ketika menghadapi permasalahan ditempat kerja. Menurut Spencer dalam Sudarmanto (2014) ada lima karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut: 1. Keterampilan (Skill), yaitu kemampuan untuk melaksanakan tugas fisik maupun manual secara tertentu. 2. Pengetahuan (Knowledge), yaitu pengetahuan atau informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang spesifik tertentu. 3. Konsep diri (Self Concept), yaitu sikap, nilai dan citra diri seseorang. 4. Motif (Motive), yaitu sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau dikehendaki seseorang yang menyebabkan tindakan. Motif menggerakkan, mengarahkan, dan menyeleksi perilaku terhadap kegiatan atau tujuan tertentu dan menjauh dari yang lain. 5. Sifat (Traits), yaitu karakteristik-karakteristik fisik dan respon-respon konsisten terhadap berbagai situasi atau informasi. 2. Kompensasi Menurut Hasibuan (2013) kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Menurut pendapat William B. Wether dan Keith Davis dalam buku Hasibuan (2013) mengatakan bahwa kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Baik upah perjam maupun gaji periodik diatur dan dikelola oleh bagian personalia.
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 4 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Andrew F. Sikula dalam buku Hasibuan (2013) menyatakan kompensasi adalah segala sesuatu yang dikontruksikan atau dianggap sebagai suatu balas jasa.Berdasarkan pengertian dari beberapa penulis yang menerangkan kompensasi sehingga disimpulkan bahwa imbalan yang diberikan olehperusahaan pada karyawan baik secara finansial ataupun non finansial guna memberikan apresiasi terhadapapa yang dikerjakannya untuk perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi menurut Hasibuan (2013) adalah: 1) Permintaan dan penawaran tenaga kerja; 2) Kemampuan dan ketersediaan perusahaan; 3) Serikat buruh atau organisasi karyawan; 4) Produktivitas kerja karyawan; 5) Pemerintah dan undang-undang dan Keppres; 6) Biaya hidup Posisi jabatan karyawan; 7) Pendidikan serta pengalaman kerja; 8) Kondisi perekonomian nasional dan 9) Jenis serta sifat pekerjaan Jackson dan Mathis (2002) berpendapat, bahwa pada dasarnya kompensasi dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu langsung dan tidak langsung. Kompensasi langsung meliputi gaji pokok, gaji variable, serta upah dan segala bentuk kompensasi yang diberikan langsung kepada karyawan. Kompensasi tidak langsung meliputi tunjangan, asuransi, uang cuti, serta uang pensiunan dan bentuk kompensasi yang diberikan tidak langsung namun dirasakan manfaatnyaa dan termasuk dalam pembiayaan karyawan. Menurut A. Dale Timple dalam Mangkunegara (2014) menjelaskan bahwa faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Dapat diartikan bahwa faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri karyawan, dimana faktor internal ini dihubungkan dengan sifat-sifat seseorangdan kemampuan seseorang, sehingga erat kaitannya dengan kompetensi yang dimiliki karyawan. Yang kedua yaitu faktor eksternal, yang merupakan faktor kinerja karyawan yang terpengaruh dari luar, seperti lingkungan kerja. Pendapat lain disampaikan oleh Moody (2002) dalam jurnal peneltitian Sri Rahayuningsih (2017) yang menyampaikan ada empat faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: a. Faktor keterampilan, pengetahuan dan keahlian karyawan, bila penyebab terganggunya kinerja pegawai karena kurangnya ketetampilan, pengetahuan dan keahlian yang dimiliki karyawan dalam melaksanakan pekerjaanya, maka diperlukan pelatihan dan pengembangan dengan carameningkatkan kualitas pelatihan. b. Faktor sumber daya yang tersedia, yaitu faktor yang apabila sumber daya yang tersedia terbatas bagi karyawan, maka dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja karyawan. Sumber daya tersebut dapat berupa perlengkapan kantor, ruang kantor, staf pendukung dan lain sebagainya. c. Faktor pengalaman kerja dalam hal menjalin kerja sama dan penerimaan delegasi tugas yang diberikan. d. Faktor motivasi karyawan, yaitu merupakan faktor motivasi kerja, minat disiplin, dan kemampuan dari karyawan. Pendapat yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2014) tentang kinerja karyawan (prestasi kerja) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dari pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa kinerja karyawan memiliki indikator yaitu: 1) Kualitas pekerjaan, 2) Kuantitas pekerjaan dan 3) Tanggung awab dalam melaksanakan pekerjaan
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 5 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD 3. Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Karyawan Kinerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor internal dan faktor kemampuan, sehingga jika dihubungkan dengan kompetensi maka, kompetensi merupakan salah satu hal yang timbul dari faktor internal pada kinerja karyawan karena muncul dari dalam diri karyawan itu sendiri, kompetensi juga merupakan salah satu hal yang timbul dari faktor kemampuan pada kinerja karyawan karena didalam kompetensi terdapat kemampuan kinerja karyawan. Dilihat pada Jurnal penelitian dari Sri Rahayuningsih (2017) yang berjudul Pengaruh Kompetensi, Kompensasi dan Pengembangan Karier Terhadap Kinerja Karyawan PT. Aquafarm Nusantara Semarang menghasilkan kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. 4. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Karyawan Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan oleh perusahaankarena memberikan kontribusinya baik pikiran maupun jasa sebagai imbal balik untuk memenuhi kebutuhan keluarga karyawan. Kompensasi adalah salah satu akibat dari munculnya faktor kinerja karywan yaitu faktor eksternal dan faktor motivasi, dimana faktor eksternal merupakan hal yang dipengaruhi dari luar, seperti lingkungan kerja, fasilitas kerja dan lain sebagainya.Sedangkan faktor motivasi yang ditimbulkan oleh kinerja karyawan, sehingga muncul kompensasi sebagai salah satu hal untuk memberikan dorongan dan semangat karyawan dalam bekerja. Kompensasi menjadi hal yang mendasar bagi perusahaan kepada karyawannya, jika kompensasi yang diberikan dengan adil oleh perusahaan kepada karyawannya itu memberikan dorongan positif terhadap karyawan sehingga kinerja karyawan meningkat. Kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan baik secara langsung maupuntak langsung, hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi karyawan untuk meningkatkan prestasi kenerjanya.Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erik Martinus (2016) yang berjudul Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Devina Surabaya menyatakan bahwa kompensasi berengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan kajian pustaka serta penelitian terdahulu maka kerangka konseptual pada penelitian ini adalah: Gambar 1. Kerangka Konseptual Dari kerangka konseptual diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: H1 : Diduga semakin baik kompetensi yang dimiliki karyawan semakin tinggi kinerja karyawan. H2 : Diduga semakin baik kompensasi yang didapatkan karyawan semakin tinggi kinerja karyawan
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 6 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD C. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompetensi dan Kompensasi terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi (explanatory research). Menurut Sugiono (2010) definisi operasional variabel adalah suatu atribut, sifat, atau nilai dari obyek/sasaran atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (Dependent variable), yang dijelaskan sebagai berikut: (a) Variabel Bebas, yaitu (X1) Kompetensi serta (X2) Kompensasi (b) Variabel Terikat, yaitu Kinerja Karyawan (Y). Tabel 1: Operasionalisasi Variabel Variabel Penelitian/ Sumber Indikator Item Pernyataan Kompetensi (X1) Sudarmanto (2014) 1. Konsep Diri (Self Concept) a. Saya mampu mengatasi masalah saat bekerja b. Saya memiliki keyakinan yang kuat pada agama islam 2. Motif (Motive) a. Saya berusaha bekerja dengan sempurna b. Saya mengharapkan umpan balik dari perusahaan 3. Sifat (Traits) a. Saya memiliki sifat yang jujur saat bekerja b. Saya mampu mengontrol emosi diri saat bekerja Kompensasi (X2) Hasibuan (2014) Gaji a. Saya mendapatkan gaji dari perusahaan sesuai dengan UMK Jombang Insentif a. Saya mendapatkan jadwal lembur untuk memenuhi target dari perusahaan 1. Pengobatan a. Saya mendapatkan fasilitas kesehatan dari perusahaan ketika sakit 2. Asuransi a. Saya mendapatkan fasilitas asuransi kecelakaan ketika bekerja dari perusahaan Kinerja Karyawan (Y) Mangkunegara (2014) 1. Kualitas pekerjaan a. Saya mampu menghasilkan produk yang bekualitas sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan perusahaan. 2. Kuantitas pekerjaan a. Saya mampu mencapai target kuantitas produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan. 3. Tanggung jawab melaksanakan pekerjaan a. Saya mampu bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan. Menurut Sugiyono (2014), populasi merupakan sebuah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangtelah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Berdasarkan pengertian ini maka yang menjadi obyek populasi penelitian ini adalah karyawan PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang sejumlah 37 karyawan.
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 7 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Karena jumlah karyawan yang relatif sedikit, maka seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel penelitian, dan dikenal dengan istilah sampel jenuh (Sugiyono, 2014). 2. Uji Instrumen Penelitian Uji instrument digunakan untuk menilai apakah instrument yang dipakai memiliki kelayakan dan dapat dilanjutkan sebagai instrument dalam penelitian ini, instrument penelitian ini harus memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuisioner. Menurut Ghozali (2013) dalam Jeany, S. V. &Rahardjo, M 2015 suatu kuisioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas pada penelitian dengan kasus ini menggunakan rumus Pearson Product Moment.Perhitungan uji validitas tersebut menggunakan bantuan SPSS 23. Bila hasil uji kemaknaan untuk r menunjukkan r – hitung > 0,3 dinyatakan valid (Sugiyono,2007). Pada penelitian ini digunkan sampel untuk pengujian validitas dan reliabilitas sebanyak 30 karyawan. Berikut hasil uji validitas item pernyataan : Tabel. 2: Hasil Pengujian Validitas No item Variable r hitung r kritis Keterangan 1 Kompetensi (X1) 0,527 0,3 valid 2 0,901 3 0,497 4 0,901 5 0,863 6 0,469 1 Kompensasi (X2) 0.634 0,3 valid 2 0.695 3 0.582 4 0.470 1 Kinerja (Y) 0.381 2 0.624 0,3 valid 3 0.721 Sumber: Data primer yang diolah, 2018 Tabel.2 (dua) menunjukkan bahwa korelasi antara masing-masing item terhadap total skor dari setiap variabel menunjukkan hasil yang signifikan, dan menunjukkan bahwa r hitung >0,3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan dinyatakan valid. Uji reliabilitas dalam instrument menunjukan hasil yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudahlah baik (Arikunto : 1998). Menurut Nugroho (2005) reliabilitas adakah ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk- konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel yang diringkas pada tabel 3 (tiga) berikut ini:
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 8 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Tabel. 3: Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Alpha Koefisien Keterangan Kompetensi (X1) Kompensasi (X2) Kinerja karyawan (Y) 0,801 0,692 0,636 0,6 0,6 0,6 Reliabel Reliabel Reliabel Sumber: Data primer yang diolah, 2018 Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha yang cukup besar yaitu diatas 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel sehingga untuk selanjutnya item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur. Analisis Regresi Linear Berganda, Uji Koefisien Determinasi dan Uji-T Pada analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yang terjadi, apakah masing – masing variabel independen berpengaruh positif atau negatif. Berdasarkan uraian diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh variabel bebas yaitu Kompetensi (X1), Kompensasi (X2), terhadap Kinerja Karyawan (Y). Koefisiensi determinasi (R2 ) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisiensi determinasi terletak pada tabel model summeryb dan tertulis R square. Namun untuk regresi linier berganda akan lebih baik jika menggunakan R square yang sudah disesuaikan atau tertulis adjusted R square, Karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Kenyataanya nilai adjusted Rsquare dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R square(R2 ) negatif, maka nilai adjusted R square (R2 ) dianggap nol, (Gujarat,2003 dalam (Ghozali, 2011). Untuk membuktikan signifikan tidaknya pengaruh variabel Kompetensi (X1), Kompensasi (X2), secara parsial terhadap kinerja karyawan (Y), dilakukan Uji-T. Uji t (t– test) digunakan untuk menguji signifikan hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datang berbentuk ordinal (Sugiyono, 2014 ). D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Deskriptif Dari hasil data data primer yang telah diolah diketahui bahwa dari 37 responden pada karyawan bagian produksi di PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang, 100% adalah laki-laki. Hal ini karena karyawan laki-laki dibutuhkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk air minum dalam kemasan yang membutuhkan fisik yang kuat. Sedangkan dari masa kerja, diketahui bahwa karyawan dengan masa kerja <1 tahun sebanyak 8 orang (22%); masa kerja 1-3 tahun sebanyak 7 orang (19%); masa kerja 3 tahun lebih sampai 5 tahun sebanyak 5 orang (13%) dan masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 17 orang (46%). 2. Analisis Regresi Linier Berganda Dari pengolahan data primer yang masuk, selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20.0 for windows dan hasilnya tampak pada tabel berikut:
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 9 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Tabel 4: Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .395 .609 .648 .521 X1 .305 .068 .576 4.507 .000 .316 3.162 X2 .273 .094 .371 2.904 .006 .316 3.162 a. Dependent Variable: Y Sumber data : Data primer diolah, 2018 Berdasarkan hasil analisa regresi yang disajikan dalam Tabel 4.10 maka didapatkan persamaan sebagai berikut : Y= 0,395+ 0,305 X1+ 0,273X2 Persamaan regresi menunjukkan hubungan positif antara kompetensi dan kompensasi dengan kinerja artinya semakin tinggi kompetensi dan kompensasi maka kinerja karyawan PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang semakin meningkat. 3. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji T) Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Derajat signifikan yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Jika nilai signifikan lebih kecil dari derajat signifikan maka hipotesa alternatif diterima. Dari tabel 4 (empat) diatas, tampak bahwa variabel kompetensi (X1) memiliki nilai t sig = 0,000< α = 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, semakin baik kompetensi yang dimiliki karyawan semakin tinggi kinerja karyawan. Variabel kompensasi (X1) memiliki nilai t sig = 0,006 < α = 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, semakin baik kompensasi yang didapatkan karyawan semakin tinggi kinerja karyawan. 4. Uji Koefisien Determinasi (R²) Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, bisa dilihat dari nilai determinasi (R2 ), seperti yang tampak pada tabel 5 (lima) berikut: Tabel 5: Nilai Determinasi (R2 ) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .908a .824 .814 .425 2.090 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber data : Data primer yang diolah, 2018 Nilai R2 sebesar 0,824 artinya kinerjakaryawan dipengaruhi oleh variabel kompetensidankompensasisebesar 82,4%, dan sisanya 17,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini antara lain lingkungan kerja. E. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Kompetensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sehingga mampu meningkatkan kinerja karyawan PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa kompetensi yang miliki karyawan perusahaan ini berada pada kriteria rendah yang mendekati cukup yaitu bernilai 2,63, dan memiliki hubungan yang positif antara keduanya yang dapat dilihat dari hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y= 0,395+ 0,305 X1+ 0,273X2. Dalam
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 10 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD operasionalisasinya diperusahaan kompetensi yang dimiliki oleh perusahaaan ini rendah, sehingga kinerja karyawan yang dihasilkan juga cenderung rendah. Hal tersebut dikarenakan hanya sebagian indicator dalam teori yang diterapkan di perusahaan diantaranya hanyalah konsep diri, motivasi, dan sifat dan lainnya tidak disertakan seperti kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki karyawan, oleh sebab itu hasil kinerja karyawan cenderung rendah dan seringkali tak mencapai target, hal itu dikarenakan kompetensinya yang rendah. Variabel Kompensasi juga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sehingga mampu meningkatkan kinerja karyawan PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa kompensasi yang didapatkan karyawan perusahaan ini berada pada kriteria rendah yang mendekati cukup yaitu bernilai 2,65, dan memiliki hubungan yang positif antara keduanya yang dapat dilihat dari hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y= 0,395+ 0,305 X1+ 0,273X2. Dalam operasionalisasinya diperusahaan kompensasi yang diberikani oleh perusahaaan ini rendah, sehingga kinerja karyawan yang dihasilkan juga cenderung rendah. Hal tersebut dikarenakan ada indicator dalam teori yang tidak diterapkan di perusahaan yaitu bonus, oleh sebab itu hasil kinerja karyawan cenderung rendah dan seringkali tak mencapai target, hal itu dikarenakan kompesasinya yang rendah. Dari simpulan tersebut diatas, maka disarankan kepada PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang hendaknya memperhatikan kompetensi karyawan dengan mempertimbangkan kembali indikator keterampilan dan pengetahuan dalam bekerja sehingga karyawan mampu mengatasi masalah saat bekerja, misalnya dengan mengadakan pelatihan kerja secara rutin untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja. PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari Jombang hendaknya memperhatikan kompensasi karyawan, terutama dalam hal fasilitas asuransi kecelakaan ketika bekerja dari perusahaan serta memberikan bonus terhadap pekerjaan yang selesai sebelum ditargetkan. DAFTAR PUSTAKA Aksara. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara. (2009). “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”. Bandung: Remaja Rusdakarya Amstrong, M. 2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta : PT. Gramedia Elex Media Komputindo. Dessler, G. 1986. “Manajemen Personalia (Terjemahan: Agus Dharma)”. Jakarta: Erlangga Dessler, Gary. 2009. “Manajemen SDM buku 1 dan 2”.Jakarta :Indeks Distyawaty (2017).”Pengaruh Kompetensidan Pengembangan Karir terhadap Kinerja Aparatur Pengawas Inspektorat Daerah Provinsi Sulaweai Tengah.” https://media.neliti.com/media/publications/191017-id-pengaruh-kompetensi-danpengembangan-kar.pdf. (diakses tanggal 7 Juni 2018) Edrick Leonardo dan Fransisca Andreani (2015).”Pengaruh Pemberian Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan di PT Kopanitia.”
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 11 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Ghozali, Imam, 2009.”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, badan” Penerbit Universitas Diponegoro-Semarang. Hasibuan, M. 2005. “Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi”. Bumi Aksara, Jakarta. Hasibuan, Malayu. 2012. “Manajemen Sumber Daya manusia”. Jakarta: PT Bumi Aksara http://eprints.undip.ac.id/49494/1/03_rahinnaya.pdf. (diakses tanggal 10 Juni 2018) Mangkunegara, A. P. 2004. “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan”. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Moeheriono. 2009. “Pengukuran Kinerja Berbasis kompetensi”.Ghalia Indonesia. Jakarta. Ni Luh Putu Sukmayanti, I Wayan Bagia, I Wayan Suwendra (2016).”Pengaruh Kompetensi Intelektual dan Pengembangan Karir Karyawan terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Wija Kusuma Nadi). ”http://download.portalgaruda.org/article.php?article=410092&val=1350&title=pen garuh%20kompetensi%20intelektual%20dan%20pengembangan%20karir%20karya wanterhadap%20kinerja%20karyawan. (diaksestanggal 7 Juni 2018) Rafdan Rahinnaya dan Mirwan Surya Perdhana (2016).”Analisis Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan, Kompensasi serta Kompetensi terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT. Pos Semarang). Rivai, V. 2004.“Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan”.PT Raja grafindo persada, Jakarta. Rivai,Veithzal, 2005. “Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teorike Praktik”.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2001.”Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Bahasa Indonesia Terjemahan Oleh Baldari Amartunga” , Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Sri Rahayuningsih (2017).” Pengaruh Kompetensi, Kompensasi, dan Pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT. Aquafarm Nusantara Semarang).” https://media.neliti.com/media/publications/173530-id-pengaruhkompetensi-kompensasi-dan-penge.pdf. (diakses tanggal 25 Mei 2018) Sugiono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung : CV Alfabeta. Sugiono.(2013). “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono.(2013). “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D”. Bandung: CV Alfabeta. www:https://media.neliti.com/media/publications/36466-ID-pengaruh-pemberiankompensasi-terhadap-kinerja-karyawan-pada-pt-kopanitia.pdf. (diakses tanggal 25 Mei 2018)
Marta Inova, Ratna Dwi Jayanti Halaman 12 dari 12 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Mutiarni, R., & Hidayati, N. (2018). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Di Kantor Kecamatan Wilayah Utara Brantas, Kabupaten Jombang. JMD: Jurnal Riset Manajemen & Bisnis Dewantara, 1(1), 25-36. Prasetyo, D. W. (2018). Pengaruh Motivasi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pada Rumah Sakit Nadhotul Ulama Jombang. JMD: Jurnal Riset Manajemen & Bisnis Dewantara, 1(1), 1-12.
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 13 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Dengan Mediasi Stress Kerja Laily Nurida Safitri, Mardi Astutik STIE PGRI Dewantara Jombang Korespondensi : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja melalui Stress Kerja baik secara langsung maupun tidak langsung pada perawat Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang yang berjumlah 38 orang. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda, analisis path dan uji sobel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Beban Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang (2) Beban Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stress Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang (3) Stress Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang (4) Stress Kerja memediasi secara parsial antara Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang. Kata Kunci : Beban Kerja, Stress Kerja, Kepuasan Kerja. Abstract This study aims to determine the effect of Workload on Job Satisfaction through Job Stress both directly and indirectly to nurses at the Unipdu Medika Hospital in Jombang. This research includes quantitative research using survey methods. The sample in this study were all nurses at Unipdu Medika Jombang Hospital, amounting to 38 people. Data collection by observation, interviews, questionnaires and documentation. While data analysis was carried out using multiple regression analysis, path analysis and sobel test. The results of this study indicate that: (1) Workload has a negative and significant effect on Nurse Job Satisfaction at Unipdu Medika Jombang Hospital (2) Workload has a positive and significant effect on Nurse Job Stress at Unipdu Medika Jombang Hospital (3) Influential Work Stress negative and significant for Nurse Job Satisfaction at Unipdu Medika Jombang Hospital (4) Work Stress mediates partial between the Workload on Nurse Job Satisfaction in Unipdu Medika Jombang Hospital. Keywords: Workload, Job Stress, Job Satisfaction. A. PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan pada rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang sangat penting, terutama pelayanan keperawatan secara profesional. Profesi perawat memiliki peran utama dalam kontak dengan pasien disebuah rumah sakit. Mayoritas tindakan medis yang diberikan kepada pasien dilakukan seluruhnya oleh perawat. Baumann (2007) menyatakan bahwa sumber daya manusia perawat merupakan faktor terpenting dalam pelayanan rumah sakit, bahkan hampir 80% pelayanan kesehatan diberikan oleh perawat. Ada berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan dalam hal ini adalah perawat yaitu dengan memperhatikan budaya organisasi (Bey, M. T., & Dewi, R. C. K., 2018), intensif (Nurali, N, 2018) serta beban kerjanya. Menurut Rivai (2011) Beban kerja adalah tuntutan pekerjaan yang dilaksanakan sehari-hari dan dianggap Halaman 13- 26 E- ISSN: 2654-4326
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 14 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD sebagai beban. Saat menghadapi tugas, seorang perawat diharapkan dapat menyelesaikan tugas tersebut pada waktu tertentu. Namun pada kenyataannya beban kerja perawat banyak yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Selain beban kerja, faktor lain yang harus diperhatikan untuk mencapai kepuasan kerja adalah stress kerja. Pada dasarnya profesi perawat adalah profesi yang rentan stress. Baumann (2007) juga mengatakan bahwa 50,9% perawat Indonesia diketahui mengalami stress kerja yang ditandai dengan sering merasa pusing, kurang istirahat akibat beban kerja yang terlalu banyak serta penghasilan yang rendah. Pertama, profesi perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. Kedua, profesi ini menerapkan sistem kerja rotasi (shift). Rice (2005) menyebutkan bahwa kerja shift merupakan stressor yang dapat menyebabkan stress kerja bagi karyawan. Perawat yang bekerja diluar jam normal adalah mereka yang mendapat kerja shift malam. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan perawat. Fenomena menurunnya kepuasan kerja di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang diduga disebabkan oleh beban kerja. Berdasarkan informasi dari Kabag Personalia yang menunjukkan jumlah pasien semakin meningkat perbulannya dibandingkan dengan jumlah perawat yang tetap selama tahun 2017 yakni 38 orang. Beban kerja yang banyak akan menimbulkan kesalahan akibat ketidakmampuan mengatasi tuntutan kerja. Karena dari data rekapitulasi, pasien terbanyak ada diruang IGD (Instalasi Gawat Darurat). Pasien yang masuk dijalur IGD adalah pasien yang mengalami keadaan darurat dan harus segera mendapatkan pertolongan pertama. Hal tersebut membutuhkan tanggung jawab yang besar terutama keselamatan pasien dan konsentrasi yang tinggi saat melakukan pekerjaan. Tingginya beban kerja diduga menjadi sebab meningkatnya stress kerja di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang. Hal ini terlihat pada mereka yang lebih banyak diam (tidak komunikatif), tampak kelelahan, sering pusing kepala, dan mudah marah (emosi). Sehingga dampak yang ditimbulkan dari stress kerja yaitu mereka sering datang terlambat saat bekerja, dan dari data kehadiran banyak perawat yang izin atau tidak masuk kerja karena sakit. Akibat stress kerja yang tinggi dapat membuat kesehatan karyawan terganggu yang kemudian menyebabkan banyaknya karyawan tidak masuk kerja. Jadi karena beban kerja yang banyak tersebut bisa membuat seseorang menjadi stress. Sesuai dengan penelitian Purboningrat Yo dan Surya (2015), didapati bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap stress kerja, yaitu bila beban kerja karyawan meningkat maka stress kerja karyawan juga akan meningkat. Dampak dari beban kerja dan stress kerja dapat menurunkan kepuasan kerja seseorang. Sesuai penelitian yang dilakukan Chuzaeni (2017) didapati beban kerja dan stress kerja berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja, dengan artian apabila beban kerja dan stress kerja meningkat maka akan menyebabkan penurunan kepuasan kerja. Kepuasan berkurang juga ditandai dengan ketidakpuasan terhadap kompensasi yang belum sesuai dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK). Dikarenakan semakin naiknya harga kebutuhan pokok, ditambah mayoritas perawat sudah berkeluarga membuat mereka cemas dan memikirkan apakah dengan kompensasi sedemikian akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Beban kerja tidak hanya berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja karyawan, tetapi dapat juga berpengaruh tidak langsung melalui mediasi stress kerja. Hal ini dibuktikan dengan penelitiannya Susanti, et al (2015) bahwa beban kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, maka dari itu harus menggunakan
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 15 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD mediasi stress kerja agar hasilnya signifikan, dan hasilnya stress kerja berperan sebagai full mediasi antara beban kerja terhadap kepuasan kerja. Sehingga diartikan beban kerja yang berlebihan pada individu dapat menyebabkan stress kerja pada pekerjaannya. Akibatnya yang terjadi yaitu apabila stress kerja terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan kepuasan kerja. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat pengaruh Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang? 2) Apakah terdapat pengaruh Beban Kerja terhadap Stress Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang? 3) Apakah terdapat pengaruh Stress Kerja terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang? 4) Apakah terdapat pengaruh Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja Perawat melalui Stress Kerja sebagai variabel mediasi di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang? B. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Beban Kerja Menurut Marquis dan Houston (2000), beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan. Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan,2008), Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Meshkati dan Hariyati (2011) dalam Saefullah (2017) Beban Kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat beban yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya tingkat beban yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan (understress). Indikator beban kerja yang digunakan menurut Tarwaka (2011) dalam Febriani (2017) dikategorikan dalam dimensi, antara lain : a. Beban waktu (time load), menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas atau kerja yang meliputi standar waktu pelaksanaan kerja, dan waktu istirahat. b. Beban usaha mental (mental effort load), banyaknya usaha mental atau tugas-tugas yang harus dikerjakan, volume (ukuran) pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan yang besar, tingkat kesulitan pekerjaan yang dihadapi, dan tingkat resiko pekerjaan. c. Beban tekanan psikologis (psychological stress load), yang menunjukkan kebingungan, frustasi dan konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan (fokus/tidak fokus). 2. Pengertian Stress Kerja Menurut Robbins (2007) stress kerja ialah kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Menurut Rivai (2009)) stress kerja ialah suatu keadaan yang menciptakan ketidakseimbangan fisik dan psikis yang berpengaruh pada emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Menurut Mangkunegara (2017) stress kerja ialah perasaan tertekan dalam menghadapi pekerjaan yang dialami karyawan. Stress yang tidak diatasi dengan baik akan berakibat pada ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 16 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Indikator Stress Kerja menurut Robbins (2008) dibagi menjadi tiga aspek, yaitu: 1) Indikator pada psikologis, 2) Indikator pada fisik, dan 3) Indikator pada perilaku. 3. Pengertian Kepuasan Kerja Menurut Milton dalam Nimran & Amirullah (2015) Kepuasan Kerja merupakan keadaan emosional positif atau menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian karyawan berdasarkan pengalaman kerjanya. Milton juga mengatakan reaksi positif karyawan terhadap pekerjaannya tergantung pada taraf pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis karyawan tersebut oleh pekerjaannya. Kesenjangan antara yang diterima karyawan dari pekerjaannya dengan yang diharapkannya menjadi dasar munculnya kepuasan kerja. Sedangkan menurut Handoko (2008) kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan para karyawan dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaaan puas seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini dimunculkan dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Indikator kepuasan kerja menurut Smith, Kendall, dan Hulin dalam Nimran & Amirullah (2015), menyebutkan lima indikator meliputi: 1) Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, 2) Kepuasan terhadap pembayaran/gaji, 3) Kepuasan terhadap promosi, 4) Kepuasan terhadap supervisi/pimpinan, 5) Kepuasan terhadap teman kerja. Kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh beban kerja sehari-hari, karyawan lebih merasa puas ketika mereka diberikan beban yang rendah atau sedang. Karena beban kerja yang berat, besar kemungkinan orang tersebut akan merasakan ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. Seperti yang dikemukakan Spector (1997) yang mengatakan tuntutan pekerjaan yang berlebihan sering menyebabkan ketidakpuasan kerja, stress dan kelelahan yang semuanya dapat mempengaruhi absensi. Sehingga bisa disimpulkan banyak yang meneliti bahwa beban kerja berdampak negatif terhadap kepuasan kerja. Berbagai jenis tugas dalam pekerjaan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seseorang. Namun dalam kenyataannya tidak menutup kemungkinan tugas-tugas tersebut menyebabkan munculnya stress kerja bagi karyawan. Beban kerja merupakan faktor penyebab stress kerja, sehingga beban kerja yang tinggi pasti akan menimbulkan stress kerja. Menurut Riggio (2000) menyatakan beban kerja adalah tugas-tugas pekerjaan yang menjadi sumber stress seperti pekerjaan yang mengharuskan bekerja lebih cepat, menghasilkan sesuatu dan konsentrasi dari stress kerja. Senada dengan Munandar (2001), berpendapat bahwa tidak kesesuaian antara tuntutan tugas dengan kapasitas yang dimiliki, maka akan menimbulkan stress kerja. Sehingga banyak penelitian yang menemukan bahwa beban kerja bersifat positif terhadap stress kerja. Stress kerja dan kepuasan kerja saling berhubungan. Seperti yang dikemukakan Robbins (2003), bahwa salah satu dampak stress secara psikologis dapat menurunkan kepuasan kerja. Kepuasan dalam bekerja dapat ditemukan apabila ada keseimbangan antara apa yang diharapkan dan apa yang diterimanya dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa stress kerja berdampak negatif terhadap kepuasan kerja karyawan. Yang sering terjadi adalah tekanan pada kondisi kerja dan rendahnya kompensasi dapat menimbulkan stress kerja dan penurunan kepuasan kerja. Sesuai dengan pendapat Wibowo (2011) dalam Putu dan Ida (2015) bahwa stress yang terjadi ditempat kerja menyebabkan : rendahnya kualitas pelayanan, pergantian staf yang tinggi, reputasi dan citra perusahaan menjadi buruk, dan ketidakpuasan kerja. Beban kerja dan stress kerja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya kepuasan kerja. Beban kerja dapat berpengaruh secara langsung maupun
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 17 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD tidak langsung terhadap menurunnya kepuasan kerja, secara tidak langsungnya yaitu dengan melalui mediasi stress kerja. Menurut Patricia, et al (2016) jika tuntutan pekerjaan lebih tinggi daripada kemampuan bekerja, akan memunculkan stress kerja. Jadi disisi lain stress kerja dapat terjadi akibat dampak dari beban kerja yang tinggi, hal inilah yang menyebabkan kepuasan kerja menurun. Senada dengan pendapat Mudayana dalam Hannani (2016) bahwa beban kerja karyawan perlu diperhatikan agar tidak terjadi over yang dapat menimbulkan stress kerja yang dapat berakibat pada menurunnya kepuasan kerja. Sehingga bisa disimpulkan banyak yang meneliti bahwa stress kerja memediasi penuh antara beban kerja terhadap kepuasan. 4. Kerangka Konseptual Dari kajian pustaka serta penelitian terdahulu yang telah dilakukan maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H4 H4 H2 H3 H1 Gambar 1: Kerangka Konseptual Dari gambar tersebut diatas, maka hipotesis yang berlaku pada penelitian ini adalah: H1 : Semakin tinggi Beban Kerja, maka Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang akan semakin menurun. H2 : Semakin tinggi Beban Kerja, maka Stress Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang akan semakin meningkat. H3 : Semakin tinggi Stress Kerja, maka Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang akan semakin menurun. H4 : Stress Kerja memediasi hubungan Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang C. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Perawat Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang yang berjumlah 38 orang. Melihat dari jumlah populasi, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampling Jenuh. Sehingga sampel responden yang akan diteliti yaitu tetap berjumlah 38 orang. 2. Uji Instrument Menggunakan uji instrumen yaitu uji validitas dan uji reliabilitas dengan teknik analisis deskriptif, analisis regresi berganda dan teknik analisis jalur (path analysis). Serta menggunakan uji hipotesis yaitu uji T, koefisien determinasi (R2 ) dan Sobel Test dengan bantuan program aplikasi SPSS 21. Stress Kerja (M) Beban Kerja (X) Kepuasan Kerja (Y)
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 18 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Tabel1: Hasil Uji Validitas Variabel Item r hitung r tabel Keterangan Beban Kerja (X) 1 0,617 0,361 Valid 2 0,635 0,361 Valid 3 0,745 0,361 Valid 4 0,747 0,361 Valid 5 0,592 0,361 Valid 6 0,796 0,361 Valid Stress Kerja (M) 1 0,640 0,361 Valid 2 0,803 0,361 Valid 3 0,791 0,361 Valid 4 0,574 0,361 Valid 5 0,640 0,361 Valid 6 0,803 0,361 Valid 7 0,777 0,361 Valid 8 0,534 0,361 Valid Kepuasan Kerja (Y) 1 0,700 0,361 Valid 2 0,708 0,361 Valid 3 0,707 0,361 Valid 4 0,395 0,361 Valid 5 0,621 0,361 Valid Sumber : Data primer yang diolah, 2018 Dari tabel 1 (satu) diatas menunjukkan bahwa semua item pernyataan memiliki nilai korelasi berada diatas 0,361, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan dinyatakan valid dan dapat dijadikan alat ukur untuk diteliti. Tabel 2: Hasil Uji Reliabilitas Variabel Alpha Koefisien Alpha Keterangan Beban Kerja (X) 0,763 0,60 Reliabel Stress Kerja (M) 0,836 0,60 Reliabel Kepuasan Kerja (Y) 0,626 0,60 Reliabel Sumber : Data primer yang diolah, 2018 Dari hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien alpha yang cukup besar yaitu diatas 0,60 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel tersebut adalah reliabel dan layak digunakan sebagai alat ukur.
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 19 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD 2. Pengujian Pengaruh Beban Kerja terhadap Stress Kerja Tabel 3: Regresi Linier Sederhana (X Terhadap M) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Correlations B Std. Error Beta Zeroorder Partial Part 1 (Constant) 12.076 5.695 2.120 .041 BebanKrj .814 .228 .512 3.574 .001 .512 .512 .512 a. Dependent Variable: StressKrj Sumber : Data primer diolah, 2018 Berdasarkan hasil analisis regresi diatas, diperoleh persamaan regresinya yaitu M = 12.076 + 0,814X + e1. Sehingga diperoleh Beban Kerja (X) berpengaruh positif terhadap Stress Kerja (M) dengan koefisien regresi sebesar 0,814 yang artinya jika beban kerja perawat mengalami peningkatan, maka stress kerja juga akan meningkat. Tabel 4: Koefisien Determinasi (R2 ) X Terhadap M Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics DurbinR Square Watson Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .512a .262 .241 4.130 .262 12.773 1 36 .001 1.198 a. Predictors: (Constant), BebanKrj b. Dependent Variable: StressKrj Sumber : Data primer diolah, 2018 Berdasarkan tabel diatas, nilai koefisien determinasinya adalah sebesar 0,262. Hal ini berarti bahwa variabel Stress Kerja dapat dijelaskan oleh variabel Beban Kerja sebesar 26,2% sedangkan sisanya sebesar 73,8% dijelaskan oleh sebab lain diluar variabel beban kerja. Koefisien determinasi juga dapat digunakan untuk menghitung error, sehingga nilai error 1 (e1) yaitu sebesar √1 − 2 = √1 − 0,262 = √0,738 = 0,85 (Marsono, 2014 : 14) 3. Pengujian Pengaruh Beban Kerja dan Stress Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Tabel 5: Regresi Linier Berganda (X dan M terhadap Y) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Correlations B Std. Error Beta Zeroorder Partial Part 1 (Constant) 17.657 2.989 5.908 .000 BebanKrj -.317 .131 -.386 -2.419 .021 -.038 -.378 -.331 StressKrj -.352 .082 -.680 -4.263 .000 -.483 -.585 -.584 a. Dependent Variable: KepuasanKrj Sumber : SPSS 21, 2018
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 20 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Berdasarkan hasil regresi diatas, diperoleh persamaan regresinya yaitu Y = 17.657 – 0,317X - 0,352M + e2. Sehingga diperoleh variabel Beban Kerja (X) berpengaruh negatif terhadap Kepuasan Kerja (Y) dengan koefisien regresi sebesar - 0,317 yang artinya jika beban kerja mengalami peningkatan, maka kepuasan kerja perawat justru mengalami penurunan. Sedangkan variabel Stress Kerja (M) berpengaruh negatif terhadap Kepuasan Kerja (Y) dengan koefisien regresi sebesar - 0,352 yang artinya jika stress kerja mengalami peningkatan, maka kepuasan kerja perawat justru mengalami penurunan. Nilai koefisien regresi untuk variabel Beban Kerja (X) terhadap Kepuasan Kerja (Y) menunjukkan hasil signifikansinya adalah 0,021 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel Beban Kerja (X) berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y). Selanjutnya nilai regresi untuk variabel Stress Kerja (M) terhadap Kepuasan Kerja (Y) menunjukkan bahwa hasil signifikannya adalah 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel Stress Kerja (M) berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y). Adapun besarnya pengaruh beban kerja dan stress kerja terhadap kepuasan kerja yaitu : Tabel 6: Koefisien Determinasi (R2 ) X dan M terhadap Y Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics DurbinR Square Watson Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .585a .343 .305 2.043 .343 9.126 2 35 .001 1.000 a. Predictors: (Constant), StressKrj, BebanKrj b. Dependent Variable: KepuasanKrj Sumber : Data primer diolah, 2018 Berdasarkan tabel diatas, nilai koefisien determinasinya adalah sebesar 0,343. Hal ini berarti bahwa variabel Kepuasan Kerja dapat dijelaskan oleh variabel Beban Kerja dan Stress Kerja sebesar 34,3% sedangkan sisanya sebesar 65,7% dijelaskan oleh sebab lain diluar kedua variabel bebas tersebut. Koefisien determinasi juga dapat digunakan untuk menghitung error, sehingga nilai error 2 (e2) yaitu sebesar √1 − 2= √1 − 0,343 = √0,657 = 0,81 (Marsono, 2014 :14) 4. Pengujian Stress Kerja Memediasi Pengaruh Antara Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja a. Analisis Jalur (Path Analysis) Analisis jalur adalah analisis hasil lanjutan dari kedua model regresi untuk mencari nilai dari hipotesis 4 (H4). Hasil dari analisis jalur ini ditunjukkan dengan hasil diagram jalur sebagai berikut :
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 21 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Berdasarkan hasil diagram jalur diatas, diketahui bahwa pengaruh langsung X ke Y sebesar -0,386, kemudian dilanjutkan dengan uji sobel untuk mengetahui seberapa besar Stress Kerja dalam memediasi hubungan antara Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja. b. Uji i Sobel (Sobel Test) Dari data yang masuk, selanjutnya diolah menggunakan uji Sobel. Perhitungan dengan uji sobel menunjukkan nilai sobel test (z-value) sebesar -3.535 dengan p-value 0.000 < alpha (0,05), dan menunjukkan hasil bahwa penelitian ini terdapat pengaruh mediasi dengan tipe completely mediation. Kemudian disisi lain diketahui bahwa pengaruh tidak langsungnya sebesar -0,348 nilainya lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh langsungnya sebesar -0,386. Sehingga disimpulkan bahwa Stress Kerja memediasi secara parsial hubungan antara Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja, yang artinya beban kerja dapat berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja, tanpa harus melalui mediasi stress kerja, dan juga beban kerja dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja melalui mediasi stress kerja. Sehingga disimpulkan bahwa hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini diterima. 5. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh beban kerja terhadap kepuasan kerja. Beban kerja yang berlebihan menyebabkan penurunan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang sehingga semakin banyak pekerjaan yang ditangani, membuat semakin rendah tingkat kepuasan kerja perawat. Dalam persepsi karyawan, beban kerja adalah penilaian individu atas sejumlah tuntutan tugas yang membutuhkan kekuatan dan konsentrasi yang kuat. Sedangkan kepuasan ditemukan apabila ada keseimbangan antara apa yang diharapkannya sesuai dengan apa yang diterimanya dalam bekerja. Dari penelitian diketahui bahwa beban kerja yang diberikan perusahaan dirasa masih tinggi, sehingga perawat mengalami penurunan kepuasan kerja. Hal ini terlihat bahwa waktu penyelesaian tugas, waktu istirahat, tingkat kesulitan, resiko pekerjaan masih tinggi dan belum sesuai dengan harapan perawat. Kepuasan kerja menurun juga disebabkan karena beban kerja yang ditugaskan belum sesuai dengan upah yang diberikan. Sesuai dengan wawancara awal bahwa kepuasan menurun disebabkan karena kompensasi belum sesuai dengan tuntutan kerja yang diberikan perusahaan. Hasil penelitian memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karina Anggraeni (2018) yang membuktikan bahwa beban kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan di CV. Bartec Utama Mandiri Semarang. 6. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stress Kerja Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh beban kerja terhadap stress kerja. Beban kerja yang berlebihan menyebabkan peningkatan pada stress kerja perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang, sehingga semakin banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tidak dipungkiri akan semakin tinggi pula stress kerja perawat, karena stress kerja dapat timbul akibat tekanan yang bersumber dari ketidaksesuaian antara kemampuan seorang individu dengan banyaknya pekerjaan yang ditangani. Beban kerja tidak akan menimbulkan stress kerja, apabila beban kerja yang ditangani seimbang dengan jumlah perawat dan pembagian tugas yang sesuai.
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 22 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Dari penelitian diketahui bahwa Beban kerja perawat Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang dirasa masih tinggi, sehingga perawat mengalami peningkatan stress kerja. Hal ini terlihat dari perawat yang menjadi mudah marah, sering kelelahan, sering pusing, dan mengalami gangguan tidur. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purboningrat Yo dan Surya (2015) yang membuktikan bahwa beban kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja karyawan di PT. Lianinti Abadi Denpasar Bali. 7. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh stress kerja terhadap kepuasan kerja. Stress kerja yang tinggi menyebabkan penurunan kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang, sehingga semakin banyak mereka mengalami stress, semakin rendah kepuasan kerja mereka. Hal ini menunjukkan bahwa stress kerja dapat berdampak pada penurunan fisik karyawan. Secara sederhana berarti bahwa stress berpotensi mengganggu pelaksanaan kerja perawat. Stress yang tidak dapat diatasi dapat berpengaruh pada ketidakpuasan kerja. Dari penelitian diketahui bahwa stress kerja perawat dirasakan cukup namun cenderung tinggi. Hal ini terlihat dari perawat yang menjadi mudah marah, sering kelelahan, sering pusing, dan mengalami gangguan tidur. Apabila hal tersebut tidak segera ditangani, maka dapat membuat fisik perawat sakit sehingga akan mempengaruhi tingkat absensi yang semakin tinggi. Akan tetapi masih ada beberapa perawat yang tidak menganggap bahwa stress kerja sebagai sesuatu yang menghambat pekerjaan mereka, namun lebih menganggap bahwa stress kerja sebagai sesuatu yang sifatnya membantu mereka untuk bekerja lebih keras. Hal ini dikaitkan dengan banyaknya yang menjawab pernyataan “netral”. Kemudian kaitan lainnya stress kerja dengan kepuasan kerja adalah terdapat pada skor terendah kepuasan kerja yaitu pembayaran/gaji belum sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR). Sehingga disimpulkan stress kerja dapat ditimbulkan akibat kompensasi yang minim. Hal ini sesuai dengan wawancara awal bahwa dengan kompensasi yang minim ditambah mayoritas sudah berumah tangga dan naiknya kebutuhan pokok dapat menyebabkan stress kerja dan kepuasan kerja perawat menurun. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Nelfiandra Susanti, dkk (2015) yang membuktikan bahwa stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja Guru SDN di Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. 8. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Stress Kerja Sebagai Variabel Mediasi Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja dengan dua jalan yaitu beban dapat berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja perawat dan dapat berpengaruh dengan melalui mediasi Stress kerja. Artinya semakin tinggi beban kerja akan mengakibatkan semakin tinggi stress kerja perawat, dengan tingginya stress kerja perawat maka dapat membuat semakin menurunnya kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian dari Purboningrat Yo dan Surya (2015) yang membuktikan bahwa stress kerja berperan sebagai mediasi hubungan
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 23 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD antara beban kerja terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Lianinti Abadi Denpasar Bali. E. PENUTUP Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa beban kerja yang tinggi dan berlebihan menyebabkan penurunan pada Kepuasan Kerja Perawat Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang. Beban kerja yang tinggi dan berlebihan juga menyebabkan peningkatan stress kerja perawat dan stress kerja yang tinggi menyebabkan penurunan pada kepuasan kerja perawat. Stress kerja memediasi pengaruh antara beban kerja terhadap kepuasan kerja perawat sehingga dapat diartikan apabila terjadi peningkatan beban kerja pada perawat, akan meningkatkan pula stress kerjanya, dengan meningkatnya stress kerja mereka, terjadilah penurunan kepuasan kerja secara signifikan. Maka dari simpulan tersebut diatas, disarankan kepada pihak rumah sakit perlu memperhatikan beban kerja perawat yang tinggi, terutama standar waktu pelaksanaan kerja, waktu istirahat, jumlah pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan dan tingkat resiko pekerjaan. Pihak rumah sakit perlu memperhatikan stress kerja perawat yang tinggi, terutama pada indikator sering mudah marah, sering mengalami kelelahan fisik, sering pusing kepala, dan mengalami gangguan tidur. Manajemn rumah sakit sebaiknya memberikan pengarahan terutama pada pelayanan yang perawat berikan, hal ini akan mempengaruhi kepuasan pasien, mengadakan family gathering, serta diharapkan dapat mengelola stress kerja tersebut agar tidak sampai tinggi. Selain itu, pihak rumah sakit perlu memperhatikan Kepuasan kerja perawat yang rendah, terutama pada pembayaran/gaji, kesempatan memperoleh promosi jabatan, dan sikap pimpinan. Manajemen rumah sakit hendaknya memberikan gaji sesuai dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) bagi perawat yang sudah menjadi pegawai tetap, mengadakan promosi jabatan, dan selalu mengupayakan agar pimpinan dapat bersikap terbuka dan ramah terhadap semua karyawan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan, meningkatkan kesejahteraan dan komitmen terhadap perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain kedalam penelitian ini seperti kompensasi, disiplin kerja, lingkungan kerja, K3 (kesehatan dan keselamatan kerja), kinerja atau variabel lainnya dengan menggunakan objek yang berbeda sehingga hasil penelitian jadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ahmadun, Muhammad dan Syaifudin. 2017. Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Stress Kerja Di Puskesmas Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Alhasanah, Nuril Hidayah. 2016. Gambaran Kinerja Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan. Skripsi Manajemen Pelayanan Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 24 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Ambarwati, Diah. 2014. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stress Kerja Perawat IGD Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderating Pada RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Amelia, Reza. 2013. Pengaruh Budaya Organisasi dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Karyawan Bank Mandiri Cabang Padang. Jurnal Manajemen Universitas Andalas Padang. Anggraeni, Karina. 2018. Analisis Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Stress Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Karyawan CV. Bartec Utama Mandiri Semarang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. Baron, R.M dan Kenny, D.A. 1986. The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychological Research : Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 51. No.6. pp 1173-1182. Bey, M. T., & Dewi, R. C. K. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Jombang. JMD: Jurnal Riset Manajemen & Bisnis Dewantara, 1(1), 37- 48. Chuzaeni, Faisal. 2017. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Melalui Stress Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Lavalette Malang. Jurnal Manajemen Universitas Negeri Malang. Dhania, Dhini Rama. 2010. Pengaruh Stress Kerja, Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pada Medical Representatif Di Kota Kudus. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. Vol I, No. 1. Febriani, Diana. 2017. Pengaruh Beban Kerja dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank BCA KCP Golden Trade Center Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Medan. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2011. Analisis Multivariate SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Handoko, T Hani. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Hannani, Ahmad, dkk. 2016. Pengaruh Beban Kerja, Kepuasan, dan Fasilitas Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Perawatan Mawar Lantai II RSU Wisata UIT Makassar. Jurnal Mirai Manajemen. Vol 1, No.2. Mahfudz, Muhammad. 2017. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan dan Stress Kerja Sebagai Variabel Mediasi Pada Karyawan Divisi Sales Consumer PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Jurnal Eksekutif Manajemen Universitas Pancasila. Vol 14, No.1. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 25 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Marsono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Bogor : IN MEDIA Munyati, Eka Amalina, dkk. 2017. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Stres Kerja Karyawan Bagian Maintenance PT. Semen Bosowa. Jurnal Universitas Hassanudin Makassar. Nimran, Umar dan Amirullah. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perilaku Organisasi (Pendekatan Riset). Malang : Sinar Akademika Malang Noor, Juliansyah. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta : PRENAMEDIA GROUP. Nurali, N. (2018). Pengaruh Insentif Terhadap Kinerja Karyawan Yang Dimediasi Motivasi Kerja Karyawan Pada PT Sedulur Guyub Rukun Pandanwangi Jombang. JMD: Jurnal Riset Manajemen & Bisnis Dewantara, 1(1), 13-24. Nurcahyati, Bibit. 2014. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stress Kerja Perawat IGD RSUD A Wahab Sjahrani. Jurnal Psikologi Universitas 17 Agustus Samarinda. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 2008. Analisis Beban Kerja di Departemen Kementrian dan Pemerintah Daerah. Priansa, Donni Juni. 2017. Perilaku Organisasi Bisnis. Bandung : Penerbit Alfabeta. Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Edisi Dua. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang. Saefullah, Encep, dkk. 2017. Pengaruh Beban Kerja dan Stress Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Venia Agape Indonesia. Jurnal Akademika STIE Bina Bangsa Banten.Vol 15, No. 2. Sarwendah, Endah. 2013. Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja Pada Pekerja Sosial Caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia DKI Jakarta. Skripsi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Siagian, Sondang P. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Satu. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sobirin, Achmad dan Khairi Setiawan Sejati. 2015. Pengaruh Stress Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan yang Dimediasi Oleh Kepuasan Kerja di PT. Madubaru Yogyakarta. Diakses Tanggal 13 Maret 2018. Jurnal Manajemen Universitas Diponegoro. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta Susanti, Nelfiandra. 2015. Pengaruh Karakteristik Individu dan Beban Kerja Guru Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Stress Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Guru SDN di Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Manejemen Pascasarjana Universitas Bung Hatta.
Laily N Safitri, Mardi Astutik Halaman 26 dari 26 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Sutarni, Nani. 2008. Hubungan Beban Kerja Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Tesis Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung : Pustaka Setia Wijaya, Andri. 2018. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Stress Kerja Sebagai Variabel Mediasi Pada Pekerja di Hotel Maxone Kota Malang. Jurnal Parsimonia Universitas Ma Chung Malang. Vol 4, No. 3. Yo, Putu Melati Purboningrat dan Ida Bagus Ketut Surya, 2015. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dengan Stress Kerja Sebagai Variabel Mediasi di PT. Lianinti Abadi Denpasar. Jurnal Manajemen Universitas Udayana. Vol 4 No. 5.
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 27 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Pengaruh Citra Merek, Desain Produk Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Merek Bata Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah STIE PGRI Dewantara Jombang Korespondensi: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel citra merek, desain produk dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian sepatu Bata di Ruko Citra Niaga Jombang. Populasi pada peneitian ini konsumen sepatu Bata yang membeli di outlet sepatu Bata di Ruko Citra Niaga Jombang, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling. Instrument penelitian ini menggunakan angket dan dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, uji hipotesis dan uji asumsi klasik dengan SPSS for windows versi 20. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan keputusan pembelian dapat disebabkan oleh: 1) Citra merek yang baik, meliputi kenyamanan saat dipakai, kesan yang mewah, model yang beragam dan warna yang bervariasi; 2) Desain produk meliputi desain mewah, kuat dan awet serta pilihan yang sangat bervariasi dan 3) Kualitas produk meliputi fitur dan rancangan produk. Kata kunci : Citra merek, Desain Produk, Kualitas Produk, Keputusan Pembelian Abstract This study aims to determine the effect of variable brand image, product design and product quality on the decision to purchase Bata shoes in Ruko Citra Niaga Jombang. The population in this research was Bata shoe consumers who bought at Bata shoe outlets in Ruko Citra Niaga Jombang, while the samples used in this study were 100 respondents using the Non Probability Sampling technique. This research instrument uses questionnaires and analyzed using multiple regression analysis, hypothesis testing and classic assumption test with SPSS for Windows version 20. Based on the results of this study indicate that an increase in purchasing decisions can be caused by: 1) Good brand image, including comfort when used, luxurious impression, diverse models and varied colors; 2) Product design includes luxurious design, strong and durable as well as very varied choices and 3) Product quality includes product features and design. Keywords: Brand Image, Product Design, Product Quality, Purchasing Decision A. PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha dewasa ini telah diwarnai oleh persaingan yang semakin ketat. Hal ini diakibatkan karena adanya arus globalisasi yang semakin terbuka lebar bagi setiap pelaku bisnis. Timbulnya persaingan yang sangat ketat tersebut menyebabkan kalangan usaha saling berlomba untuk dapat menghadapi persaingan dan mendapatkan keunggulan kompetitif. Persaingan mencakup semua penawaran dan produk yang ditawarkan oleh pesaing, baik yang aktual maupun yang potensial, yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli (Kotler (2012). Banyak produsen barang dan jasa dari suatu negara bersaing dengan produsen dari negara lain untuk menarik minat konsumen dalam perdagangan nasional maupun internasional. Untuk mempertahankan persepsi yang positif di benak konsumen, perusahaan harus melakukan strategi pemasaran yang tepat untuk meraih pangsa pasar serta membangun image merk agar melekat di benak masyarakat (Wirayanthy, N., & Santoso, S, 2018). Dengan banyaknya para pesaing baru dan semakin pesatnya perkembangan teknologi menyebabkan perusahaan harus selalu mengetahui kebutuhan ruko pada saat ini. Pentingnya memahami kemauan konsumen dalam produk yang Halaman 27 – 36 E-ISSN: 2654-4326
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 28 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD diinginkan telah menjadi perhatian pada sekian banyak industri. Salah satunya ialah industri sepatu, sebab perkembangan industri sepatu sangat pesat seiring dengan peningkatan permintaan akan sepatu dengan kualitas dan model yang lebih modern. Rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah: 1) Apakah variabel citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sepatu Bata?, 2)Apakah variabel desain produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sepatu Bata? Dan 3) Apakah variabel kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sepatu Bata? Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat khususnya bagi pihak manajemen produsen sepatu Bata agar mampu terus bersaing dan menjadi pilihan bagi konsumen sepatu. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Citra Merek Menurut Setiadi (2003) citra merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi suatu merek. Konsumen yang memiliki citra positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Kotler dan (Armstrong (2001) citra merek ialah anggapan dari konsumen terhadap produk dari suatu perusahaan. Menurutnya, citra suatu merek bisa selalu diingat didalam pikiran pelanggan dalam waktu yang cepat dan melalui suatu media, citra suatu merek harus juga disampaikan kepada pelanggan lewat sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara berkelanjutan karena tanpa merek yang kuat maka sangatlah susah bagi sebuah perusahaan untuk mampu menarik pelanggan baru untuk membeli produk dari perusahaan tersebut dan menciptakan loyalitas dari konsumen yang telah ada. 2. Desain Produk dan Kualitas Produk Kotler (2011) menyatakan desain ialah totalitas kesempurnaan yang mempengaruhi rasa, bentuk dan manfaat produk berdasarkan keperluan pelanggan. barang yang tahan lama dan berkualitas merupakan faktor penting dalam pembuatan desain. Perusahaan seharusnya bisa menciptakan produk yang memiliki kelebihan dari para kompetitor sehingga dapat menjadi pilihan utama dimata konsumen dibanding dengan produk dari kompetitor lain. Diantaranya dengan desain produk. Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2001) desain produk ialah proses mendesain bentuk dan manfaat dari produk tersebut sehingga bisa memiliki suatu ciri-ciri yang khas. desain secara sederhana menggambarkan bentuk luar produk. Wujud produk yang menarik ialah gambaran dari desain yang berkualitas. Perancang yang baik memperhitungkan bentuk luar dari produk dan juga menghasilkan produk yang aman, murah, dan gampang untuk setiap pemakaian, serta ekonomis untuk diproduksi serta pendistribusiannya Kotler dan Armstrong (2001). Sedangkan kualitas produk menurut Kotler dan Amstrong (2008) ialah bagaimana produk tersebut memiliki manfaat yang bisa menyenangkan konsumen baik melalui bentuk fisik maupun secara pikiran yang menunjuk pada kelengkapan atau ciri-ciri yang ada dalam suatu barang. Assauri (2004) menerangkan bahwa kualitas produk ialah hal yang ada pada suatu barang atau hasil yang mengakibatkan barang tersebut sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan. Kualitas produk ialah faktor penting yang semestinya harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan bilamana ingin menggarapkan produk yang diciptakan bisa bersaing dengan pesaingnya. Dikarenakan tingkat pendidikan dan perekonomian masyarakat lebih meningkat, sebagaian masyarakat semakin bijak dalam memilih sebuah produk. Konsumen menginginkan produk yang
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 29 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD berkualias sesuai dengan nilai yang dibayarkan, meskipun ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa, produk yang mahal adalah yang berkualitas. 3. Keputusan Pembelian Schiffman dan Kanuk (2014) menyatakan keputusan pembelian ialah sebuah tindakan dari beberapa atau lebih alternatif yang ada. Untuk melakukan proses keputusan pembelian pada dasarnya memerlukan ketepatan dan ketelitian dalam memutuskan untuk melakukan suatu pembelian produk atau jasa yang dapat diharapkan oleh konsumen. Perilaku pembelian konsumen bisa merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir yaitu individu atau rumah tangga yang membeli suatu barang dan jasa untuk dikonsumsi pribadi Konsumen di dunia sangat berbeda dalam urusan tingkat pendidikan, pendapatan ,dan selera mereka dalam membeli macam macam jenis barang dan jasa. Bagaimana konsumen yang begitu berbeda ini memutuskan pilihan diantara sekian banyak produk yang beredar merupakan suatu susunan faktor yang menarik. Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah disampiakan maka rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah: Gambar 1: Rumusan Hipotesis Hipotesis: H1: Diduga, Citra Merk berpengaruh pada Keputusan Pembelian H2: Diduga, Desain Produk berpengaruh pada Keputusan Pembelian H3: Diduga, Kualitas Produk berpengaruh pada Keputusan Pembelian C. METODE PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Citra merek desain Produk dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk Sepatu Bata pada Toko Sepatu BATA Ruko Citra Niaga Jombang. Variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini yaitu Citra Merk (X1), Desain Produk (X2) dan Kualitas produk (X3), sedangkan yang menjadi variabel terikat (Y) atau dependent variable atau adalah keputusan pembelian Sepatu Bata pada Toko Sepatu BATA Ruko Citra Niaga Jombang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Analisis deskriptif, dimana penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel Citra Merek (X1) Kualitas Produk (X3) Desain Produk (X2) Keputusan Pembelian (Y) H1 H2 H3
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 30 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD yang akan diteliti dalam obyek atau subyek yang akan diteliti tanpa menghubungkan dengan variabel yang lain. Alat Uji menggunakan Analisa Regresi Linear Berganda dan untuk menguji hipotesis yang diajukan menggunakan Uji – T. Uji validitas bisa diketahui dengan melihat r hitung, apabila r hitung sig. ≤ 0,05 = valid dan r hitung sig. > 0,05= tidak valid. Suatu variabel dikatakan relliabel apabila : Hasil α > 0,60 = reliabel dan Hasil α < 0,60 = tidak reliabel. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Dalam analisis regresi ini dapat digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antar variabel dependen (Keputusan Pembelian) dengan variabel independen (Citra Merek, Desain Produk dan kualitas produk) secara parsial pada keputusan pembelian. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS versi 20 diperoleh tabel analisis regresi linier berganda dibawah ini : Tabel 1: Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5,471 2,110 2,592 ,011 X1 ,295 ,090 ,301 3,291 ,001 X2 ,164 ,080 ,213 2,056 ,043 X3 ,314 ,126 ,252 2,484 ,015 a. Dependent Variable: Y Sumber: Data Primer Diolah, 2018 Dari tabel diatas maka persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Ŷ = 5,471+ 0,295X1 + 0,164X2 + 0,314X2 Dari persamaan diatas tampak bahwa nilai signifikansi dari seluruh variabel adalah < 0,05 sehingga bisa disimpulkan bahwa variabel citra merek (X1), desain produk (X2), dan kualitas produk (X3) konstan, berpengaruh pada keputusan pembelian (Y) Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan grafik dan pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dari hasil pendekatan grafik, diketahui bahwa titik-titik terletak di sepanjang garis diagonal yang berarti berarti data berdistribusi normal, sebagaimana yang tampak pada gambar berikut:
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 31 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Gambar 2: Hasil Output Normalitas Untuk mengetahui adanya linier yang sempurna dilakukan Uji Multikoliniertas. Deteksi terhadap adanya multikolinieritas adalah dengan melihat besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance melalui SPSS dan koefesien korelasi antar variabel bebas. Antar variabel tidak terjadi multikolinieritas jika VIF < 10 dantolerance diatas 0,1. Dari hasil pengolahan data, tampak pada tabel berikut: Tabel 2: Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 5,471 2,110 2,592 ,011 X1 ,295 ,090 ,301 3,291 ,001 ,768 1,301 X2 ,164 ,080 ,213 2,056 ,043 ,598 1,672 X3 ,314 ,126 ,252 2,484 ,015 ,627 1,595 a. Dependent Variable: Y Sumber: Data Primer diolah, 2018 Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh nilai VIF dari semua variabel lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 0,1. Dengan demikian kedua variabel bebas tersebut tidak terjadi multikolinieritas . Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson test. Kemudian nilai d hitung akan dibandingkan dengan
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 32 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD nilai dtabel dengan tingkat signifikan 5% (0,05). Jika DW hitung berada diantara dU (batas atas) dan dL (batas bawah) maka tidak ada autokorelasi. Dari hasil pengolahan data, tampak hasilnya sebagai berikut: Tabel 3: Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,618a ,382 ,363 2,400 1,743 a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y Dari hasil pengujian diperoleh nilai DW (d) sebesar 1,743. Sedangkan nilai du menurut tabel untuk sampel (n) 100 dengan variabel independen 3 (k=3) adalah 1,736, sehingga didapat nilai du < d < 4 – du. (1,736 < 1,743 < 2 – 1736). Nilai ini merupakan syarat tidak terjadinya autokorelasi. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model yang bebas dari heteroskedastisitas memiliki grafik Scatter plot dengan pola titik yang menyebar diatas dan dibawah sumbu Y. Hasil dari pengolahan data, tampak seperti gambar berikut: Gambar 4 Grafik Scatter plot Berdasarkan gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa grafik Scatter Plot terlihat titik-titik yang menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan selanjutnya dilakukan Uji parsial (T-Test) . Hal ini dilakukan guna menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel independen yang meliputi citra merek, desain produk dan kualitas produk terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian. Dalam penelitian ini digunakan toleransi
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 33 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD kesalahan atau level of significant () sebesar 5% atau = 0.05 (df) sebesar n – k – 1 = 100 – 4 – 1 = 95, sehingga diperoleh ttabel sebesar 1.985 . Hasil uji t variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) dapat dilihat pada tabel 1 diatas dan dapat disimpulkan bahwa dari ketigas variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian adalah variabel citra merek, desain produk dan kualitas produk. Sehingga disimpulkan bahwa seluruh hipotesis yang diajuka terbukti bisa diterima. Untuk mengetahui seberapa besar varian dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen digunakan Uji Koefisien determinasi. Berdasarkan tabel 1 (satu) diatas diperoleh nilai R2 sebesar 0,382, yang dapat disimpulkan bahwa 38,2% variasi perubahan keputusan pembelian dijelaskan oleh perubahan faktor citra merek desain produk, dan kualitas produk sementara sisanya 61,8 % dijelaskan oleh faktor lain yaitu seperti variabel harga, promosi iklan, kualitas pelayanan, gaya hidup dan variabel produk yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil analisis didapat bahwasanya variabel citra merek berpengaruh secara langsung atau signifikan terhadap keputusan pembelian sepatu bata di Toko Bata Jombang, kenyamanan saat dipakai, kesan yang mewah, model yang beragam dan warna yang bervariasi membuat pelanggan tertarik untuk membeli sepatu Bata.Citra merek berperan dalam mempengaruhi suatu keputusan pembelian. Citra merek merupakan persepsi baik atau buruk dari komnsumen terhadap suatu merek. Merek yang memiliki citra baik dapat meningkatkan keputusan pembelian pada suatu produk. Menurut (Ekawati (2014) konsumen cenderung melakukan pembelian pada merek yang sudah dikenal, karena merasa aman dengan sesuatu yang dikenal dan memiliki anggapan bahwa merek tersebut memiliki kualitas yang dapat dipertangung jawabkan dan diandalkan. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen. Citra yang negatif dan tidak jelas akan berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan dan hubungan dengan konsumen. Sebaliknya citra positif dan jelas, misalnya citra organisasi dengan pengalaman yang sangat baik secara internal menceritakan nilai-nilai yang jelas dan menguatkan sikap positif terhadap organisasi. Menurut (Sutisna (2001) citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan citra yang jelek akan merugikan organisasi. Citra yang baik berarti masyarakat (khususnya konsumen) mempunyai kesan positif terhadap suatu organisasi, sehingga citra yang kurang baik berarti masyarakat mempunyai kesan yang negatif). Pengaruh desain produk terhadap keputusan pembelian Desain produk, terbukti secara signifikan berpengaruh kepada keputusan pembelian. Desain sepatu Bata yang cocok digunakan sehari-hari, terlihat mewah, kuat dan awet serta pilihan yang sangat bervariasi membuat pelanggan tertarik untuk membeli sepatu Bata. Faktor kedua yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah desian produk. Menurut Kotler (2005) mengartikan “Desain atau rancangan adalah totalitas keistimewaan yang mempengaruhi penampilan fungsi produk dari segi kebutuhan pelanggan”. Bagi perusahaan, produk yang didesain dengan baik adalah produk yang mudah diproduksi dan didistribusikan. Sedangkan bagi pelanggan, produk yang didesain dengan baik adalah produk yang menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibuka, dipasang digunakan, diperbaiki serta dibuang. Kotler dan Keller (2012) mengatakan bahwa desain yang baik bagi perusahan merujuk pada kemudahan dalam pembuatan dan distribusi. Sedangkan bagi konsumen, desain yang baik adalah produk yang indah atau bagus untuk dilihat, mudah di buka,
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 34 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD dipasang, digunakan, diperbaiki, dan dibuang. Desain produk adalah fitur yang terdapat dalam suatu produk yang membedakan produk tersebut dari produk pesaing. Oleh sebab itu, produk yang dihasilkannya tidak hanya terfokus pada tampak luarnya saja namun kenyamanan saat memakai produk dan kualitas produknya juga selalu diperhatikan. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Fuad Asshiddieqi (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Harga, Desain Produk dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain produk terbukti mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yang membeli produk Crooz di Distro Ultraa store Semarang. Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian Kualitas produk juga terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian sepatu bata di Toko Bata Jombang. Kualitas sepatu bata yang unggul dibanding produk lain, fitur dan rancangan produk yang bagus membuat pelanggan tertarik untuk membeli sepatu bata. Sumarwan (2004) menyatakan pada hakikatnya seseorang membeli barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan. Seseorang membeli barang bukan hanya fisik semata, melainkan manfaat yang ditimbulkan oleh barang atau jasa yang dibeli. Maka dari itu pengusaha dituntut untuk selalu kreatif, dinamis dan berfikiran luas. Selain itu pengetahuan konsumen mengenai produk juga akan mempengaruhi keputusan pembelian. Pengetahuan produk ini meliputi kelas produk, bentuk produk, merek dan fitur produk. Dengan demikian apabila produk yang berkualitas akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya tentang kualitas produk yang telah dilakukan oleh Wiratama (2012), yang menyatakan kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, terbukti kebenarannya. E. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa Citra merek, Desain produk dan Kualita produk berkontribusi terhadap peningkatan keputusan pembelian. Semakin baik citra merek, desain yang dibuat serta kualitas sepatu Bata maka semakin tinggi pula keputusan pembelian sepatu bata. Maka sesuai dengan simpulan tersebut diatas, disarankan kepada perusahaan untuk selalu membuat inovasi-inovasi dalam menciptakan model sepatu terbaru dan diiringi dengan kualitas yang baik maka konsumen akan memberikan kesan positif terhadap sepatu Bata. Toko sepatu Bata Jombang juga perlu memperhatikan keputusan pembelian terutama merekomendasikan kepada orang lain untuk melakukan pembelian di Toko sepatu Bata Jombang misalnya dengan menciptakan image yang baik kepada konsumen. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, hendaknya perlu dilakukan pengkajian dengan cara memperdalam atau mengembangkan variabel penelitian misalnya menggunakan variabel harga dan promosi, sehingga dapat diperoleh temuan lainnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya kepuasan konsumen dengan loyalitas Toko sepatu Bata Jombang dengan menggunakan analisis diskriminan.
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 35 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD DAFTAR PUSTAKA Aditya Yoga Wiratama 2012, Analisis Pengaruh Produk, Persepsi Harga, Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Olahraga Merek Nike Di Kota Semarang. Jurnal Skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Assauri, S. (2010). Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Assauri, Sofjan, (2004), Manajemen Produksi. Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Asshiddieqi, Fuad. 2012. Analisis Pengaruh Harga, Desain Produk dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Produk Crooz di Distro Ultraa Store Semarang). Diponegoro Journal Of Management Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-9 http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/dbr. Kotler, Philip dan Amstrong Gary. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Alih bahasa Bob Sabran M.M. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Diterjemahkan oleh: Bob Sabran. Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Diterjemahkan oleh: Bob Sabran. Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2012. Marketing Management 14e Global Edition. Pearson Education Limited. Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Kotler, Philip. 2007. Marketing Management. 11th edition. Prentice Hall, New Jersey Kotler, Philip.2002.Manajemen Pemasaran, edisi millennium, jilid 1. PT. Prenhalindo, Jakarta. Luthfia , W. E. (2012). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan, dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Coffee Shop Kofisyop Tembalang. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dipenogoro. Semarang Mas Murni Distributor Oasis Cabang Jakarta Selatan). Jurnal Skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Mustikasari, Wening, Setiyo Budiyarti (2013). Pengaruh kualitas produk, desain produk dan harga terhadap keputusan pembelian kopiah Merk Gading Gajah Gresik. Ejournal.unesa.ac.id diakses tgl 3 Oktober 2015 Mutmainnah (2015). Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian Rinso Cair (Studi pada ibu-ibu rumah tangga Pulo Tegalsari Wonokromo Surabaya). Ejournal.unesa.ac.id diakses tgl 3 Oktober 2015 Nuki Dian Marchiani, Wahyu Hidayat, Reni Sinta Dewi (2013). Pengaruh gaya hidup, citra merk, dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian sepatu sneakers merk Converse. Ejournal.unesa.ac.id Petricia, Diana (2015). Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Proses Keputusan Pembelian (Studi Kasus Konsumen Kopi Progo Bandung). Skripsi Universitas Telkom Bandung
Dewi Saidatul Mukarromah, Chusnul Rofiah Halaman 36 dari 36 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Robby Selestio 2013, Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan (Amdk) Merek Oasis (Studi Pada Konsumen Cv. Sinar Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo. Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie Lazar.(2010). Consumer Behaviour: New Jersey: Pearson Education Inc. Schiffman, Leon, Kanuk, Leslie Lazar and Wisenblit, Joseph. (2013). Consumer Behavior, 10 Edition, Prentice Hall, Singapore . Schifman, Leon G & Keanuk, Leslie Lazar. (2007). Perilaku Konsumen (Edisi Ketujuh). Jakarta: Indeks. Setiyadi, Nugroho, J. 2003, Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi Penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sutisna. (2001). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Sutisna. (2001). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Tjiptono, Fandy, 2002, Strategi Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta. Wayan Adi Virawan 2013, Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Pengguna Helm Merek Ink). Jurnal Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Wirayanthy, N., & Santoso, S. (2018). Pengaruh Harga, Citra Merek Dan Kualitas Terhadap Minat Beli Produk Private Label. JMD: Jurnal Riset Manajemen & Bisnis Dewantara, 1(2), 87-96.
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 37 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Pengaruh Produk Ramah Lingkungan/Green Product Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Tupperware Hanim Nur Hanifah, Nurul Hidayati, Rita Mutiarni STIE PGRI Dewantara Jombang Korespondensi: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk ramah lingkungan/green product dan harga terhadap keputusan pembelian produk Tupperware di kelurahan Wringinpitu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksplanatory research yang dilakukan dengan pengumpulan data dilapangan. Sampel yang digunakan sebanyak 81 responden yang merupakan pengguna produk Tupperware yang ada di kelurahan Wringinpitu. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda, asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil analisis menunjukkan bahwa produk ramah lingkungan/green product serta harga yang ditawarkan mampu meningkatkan keputusan pembelian akan produk Tupperware. Kata kunci : Produk Ramah Lingkungan (Green Product), Harga, Keputusan Pembelian. Abstract This study aims to determine the effect of environmentally friendly products / green products and prices on the decision to purchase Tupperware products in Wringinpitu village. The research method used in this study is explanatory research conducted by collecting data in the field. The sample used was 81 respondents who were users of Tupperware products in the Wringinpitu village. Data analysis method used is multiple linear regression, classical assumptions and hypothesis testing. The results of the analysis show that environmentally friendly products / green products and prices are able to increase purchasing decisions for Tupperware products. Keyword : Environmentally Friendly Products/Green Product, Price, Purchase Decision. A. PENDAHULUAN Kerusakan lingkungan merupakan masalah yang saat ini mendapat perhatian masyarakat luas khususnya masyarakat Indonesia, mulai dari masalah pencemaran udara, pencemaran air serta yang paling fenomenal adalah masalah sampah. Kerusakan lingkungan menjadi masalah besar ketika jumlah sampah terus meningkat dan dan sulit untuk didaur ulang. Meningkatnya jumlah sampah dikarenakan banyaknya sampah yang dihasilkan industri rumah tangga per harinya. Di Indonesia menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa jumlah sampah mencapai 17,2 juta ton pertahun (Pikiran rakyat, 2018) Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat ketika sampah sulit untuk didaur ulang. Konsumen sekarang merupakan konsumen yang pintar, dimana dalam menentukan pilihan pembeliannya selalu dengan pertimbangan jangka panjang, dan lebih sadar kesehatan serta sadar lingkungan. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi produsen untuk dapat memenuhi keinginan konsumen serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan atau istilah lain yaitu green product. Menurut Pankaj dan Vishal (2014), Green product menawarkan alternatif produk yang diproses menggunakan bahan organik, menghemat penggunaan energi, menghilangkan produk beracun dan mengurangi polusi serta limbah. Salah satu perusahaan yang menerapkan produk ramah lingkungan yaitu Tupperware. E-ISSN: 2654-4326 Halaman 37 - 44
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 38 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Tupperware merupakan perusahaan terkemuka di bidang wadah plastik untuk penyimpanan maupun penyajian makanan serta minuman yang berkualitas tinggi. Tupperware menjadi produk wadah plastik yang diminati oleh masyarakat sampai saat ini, hal ini dibuktikan dengan diraihnya posisi pertama dalam Top Brand Award. Top Brand Award merupakan sebuah penghargaan yang diberikan kepada merek-merek yang meraih predikat TOP. Berikut data Top Brand Indeks tahun 2015 – 2017. Tabel 1: Top Brand Indeks Tupperware melalui Top Brand Award Merek Top Brand Tahun 2015 Top Brand Tahun 2016 Top Brand Tahun 2017 Tupperware 50,5 % 44,6 % 43,3 % Lion Star 31,6 % 36,9 % 38,7 % Lock and Lock 2,6 % 1,1 % 1,0 % Sumber : Top Brand Award,2018 Dalam Top Brand Award tahun 2015 Tupperware mendapatkan nilai tertinggi sebesar 50,5 %, namun pada tahun 2016 sampai 2017 Tupperware mengalami penurunan nilai Indeks sebesar 5,9 %. Berbeda dengan”Lion Star yang terus mengalami”meningkatan dari tahun 2015 sampai 2017. Meskipun Tupperware mengalami penurunan nilai Indeks namun Tupperware dapat mempertahankan posisi pertamanya. Hal ini karena Tupperware merupakan produk wadah plastik yang dalam proses produksi menggunakan bahan kimia yang tidak beracun, selain itu Tupperware memberikan garansi seumur hidup bagi pelanggannya, artinya Tupperware akan mengganti”produk yang”rusak dalam pemakaian normal, semua kerusakan akan diganti kecuali meleleh akibat terkena api atau benda yang sangat panas seperti wajan atau penggorengan yang menimbulkan kerusakan. Hal ini membuat Tupperware mampu”bersaing dengan produk plastik lainnya serta masih diminati sampai saat ini. Di kelurahan Wringinpitu Tupperware juga mulai diminati oleh sebagian masyarakat, hal ini dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian di kelurahan Wringinpitu. Harga merupakan sejumlah uang yang”ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk”memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa”(Kotler dan Amstrong, 2008:345). Harga produk ramah lingkungan (green product) cenderung mahal dibanding produk konvensional. Hal ini karena bahan-bahan pembuatannya merupakan bahan berkualitas tinggi, terlebih lagi dengan nilai lingkungan dan kesehatan yang dikandung produk ramah lingkungan (green product) yang dapat memberikan perbedaan dan nilai tambah sehingga membuat harga produk ramah lingkungan”(green product) lebih mahal. meskipun harga Tupperware lebih mahal dibandingkan dengan Lion Star tidak menutup kemungkinan Tupperware masih diminati oleh masyarakat. Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka rumusan masalah yang diagkat dalam penelitian ini adalah: apakah produk ramah lingkungan/green product serta harga yang ditawarkan mampu meningkatkan keputusan pembelian akan produk Tupperware. HAsil dari penelitian ini diharapkan akan berguna bagi pihak manajemen Tupperware, team promosi serta pihak lain yang tertarik dengan kajian Green Product.
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 39 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD B. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Dalam perusahaan agar pemasaran berjalan dengan baik harus ada suatu sistem yang disebut dengan manajemen pamasaran. Manajemen pemasaran adalah sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi (Kotler dan Keller, 2009:6). Tidak hanya suatu sistem yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menjalankan proses pemasaran tetapi bagaimana suatu perusahaan menyampaikan produk mereka kepada konsumen. Dengan manajemen pemasaran, perusahaan menciptakan suatu alat atau media untuk menyampaikan produk mereka ke konsumen. 2. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2009:240), adalah suatu tindakan konsumen untuk membeli satu merek dari beberapa merek yang terencana, berdasarkan beberapa faktor diantaranya waktu pembelian, kualitas produk, penyaluran dan distributor serta banyak yang lainnya. Sedangkan menurut Kotler (2009:184), keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Keputusan pembelian merupakan sebuah proses ataupun tahapan yang dilakukan oleh konsumen didalam memutuskan membeli produk atau jasa, adapun tahapan yang dilakukan oleh konsumen yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pasca pembelian Kotler dan Keller (2009:240). a. Pengenalan Kebutuhan. Merupakan proses dimana pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan yang timbul dari rangsangan intrnal maupun eksternal. b. Pencariaan Informasi. Konsumen yang tertarik terhadap sebuah produk akan mencari informasi mengenai produk tersebut. c. Evaluasi Alternatif. Setelah mendapat informasi mengenai produk tersebut, maka akan diadakan evaluasi untuk memelih beberapa alternatif. d. Keputusan Pembelian. Setelah mengevaluasi sebuah produk dan melihat secara jelas, maka konsumen akan membuat sebuah keputusan untuk membeli sebuah produk tersebut. e. Perilaku Pasca Pembelian. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan. 3. Produk Ramah Lingkungan (Green Product) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 2012:248). Sedangkan Green product merupakan suatu produk yang ramah atau tidak berbahaya terhadap lingkungan, baik pada saat proses produksinya atau saat mengkonsumsinya. Menurut Rath (2013) merujuk pada pendapat Elkington et al., (1993), green product adalah produk-produk industri yang
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 40 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD diproduksi melalui teknologi ramah lingkungan dan tidak menyebabkan bahaya terhadap lingkungan. Menurut Pankaj dan Vishal (2014), green product menawarkan alternatif produk yang menggunakan bahan organik, menghemat penggunaan energi, menghilangkan produk beracun dan mengurangi polusi serta limbah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk ramah lingkungan (Green Product), adalah produk yang baik bagi pengguna juga tidak mencemari lingkungan. Menurut Pankaj dan Vishal (2014), indikator green product dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu : 1. Green product bermanfaat bagi lingkungan. Produk yang baik merupakan produk yang tidak mencemari lingkungan. 2. Kinerja green product sesuai harapan konsumen. Produk yang mempunyai kinerja tinggi menjadi incaran konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. 3. Bahan baku green product terbuat dari bahan – bahan yang tidak berbahaya. Konsumen membeli suatu produk hijau dengan pertimbangan bahwa produk tersebut terbuat dari bahan baku yang aman bagi mereka. Sedangkan menurut Rath (2013) merujuk pendapat dari Elkington et al., (1993), indicator green product dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Tingkat bahaya produk. Konsumen melihat green product sebagai produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. 2. Kemasan yang ditimbulkan produk. Kemasan yang ditimbulkan tidak berdambak buruk bagi lingkungan sekitar. 3. Material bahan baku. Pernyataan mengenai bahan baku green product yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. 4. Sertifikat eco label/sertifikat ramah lingkungan. Logo atau pernyataan yang menunjukkan aspek lingkungan dalam suatu produk atau jasa. 4. Harga Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa (Kotler dan Amstrong, 2008:345). Menurut Mursid (2014), harga adalah menyangkut penetapan harga jual barang yang sesuai dengan kualitas barang dan dapat dijangkau oleh konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:278), indikator harga dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : 1. Keterjangkauan harga. Harga merupakan”penyataan nilai dari suatu produk.”Harga yang baik merupakan harga yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. 2. Kesesuaian dengan kualitas produk. Kualitas produk merupakan hal utama yang diharapkan oleh pelanggan dari produsen. Konsumen akan merasa puas jika harga suatu produk sesuai dengan kualitas produk yang dijual. 3. Daya saing harga, Perusahaan akan dapat bertahan lama jika harga yang dikeluarkan dapat bersaing dengan produk-produk sejenisnya. 4. Kesesuaian harga dengan manfaat. Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. Sedangkan menurut Mursid (2014:83-84), indikator harga dibagi menjadi 4, yaitu : 1. Harga yang kompetitif yaitu harga yang ditawarkan lebih kompetitif dari pesaing. 2. Kesesuaian harga dengan kualitas yaitu harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk.
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 41 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD 3. Kesesuaian harga dengan harga pasar yaitu kesesuaian harga dengan harga pasar. 4. Angsuran yaitu pembayaran yang bisa diangsur sampai jangka waktu tertentu. 5. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka yang telah disampaikan serta didukung dengan penelitian terdahuku maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Semakin baik produk ramah lingkungan (Green product) maka semakin tinggi keputusan pembelian. H2 : Semakin kompetitif harga maka semakin tinggi keputusan pembelian. C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan penelitian verifikatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksplanatory research. Penelitian ini dilakukan pada konsumen Tupperware di kelurahan Wringinpitu kecamata Mojowarno dengan jumlah sampel sebesar 81 responden. Data yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh melalui kuisioner yang berisi beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab Sugiyono (2014:199), Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda, asumsi klasik, uji hipotesis (uji t dan uji R2 ) dan diolah dengan menggunakan SPSS. B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Sumber : Data primer diolah,2018 Berdasarkan tabel 2 (dua) diatas, dapat disimpulkan persamaannya sebagai berikut : Y=2,662+1,186X1+0,195X2 Persamaan regresi menunjukkan hubungan positif antara produk ramah lingkungan/green product (X1) dan harga (X2) dengan keputusan pembelian (Y). artinya semakin baik produk ramah lingkungan/green product (X1) dan semakin kompetitif harga (X2) maka semakin tinggi keputusan pembelian (Y). 2. Pengujian Hipotesis Menggunakan Uji T (T-Test) Berdasarkan tabel 2 (dua) diatas maka kedua variabel dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pengaruh produk ramah lingkungan/green product terhadap keputusan pembelian Hasil pengujian untuk pengaruh produk ramah lingkungan/green product terhadap keputusan pembelian memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana < 0,05. Maka Coefficientsa 2.662 .891 2.986 .004 1.186 .072 .819 16.447 .000 .877 1.140 .195 .048 .204 4.089 .000 .877 1.140 (Constant) totalx1 totalx2 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics a. Dependent Variable: totaly
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 42 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “Semakin baik produk ramah lingkungan/green product maka semakin tinggi keputusan pembelian produk Tupperware” dengan demikian dapat diterima. Keputusan pembelian produk Tupperware dipengaruhi oleh produk ramah lingkungan/green product. Pengaruh tersebut disebabkan karena bahan baku yang digunakan produk Tupperware merupakan bahan yang tidak berbahaya bagi pengguna produk maupun lingkungan. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa semakin baik produk ramah lingkungan/green product maka semakin tinggi keputusan pembelian produk Tupperware. Hal ini berarti bahwa produk ramah lingkungan/green product memiliki peran penting terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian ini mendukung penelitian oleh Firliani (2014), penelitian tentang “pengaruh green product dan green advertising terhadap keputusan pembelian konsumen membeli mobil Suzuki karimun Wagon R di kota Jember”. Dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa green product dan green advertising berpengaruh positif terhadap keputusan membeli mobil Suzuki karimun wagon R di kota Jember. Demikian hasil penelitian yang dilakukan Syafrina (2016), penelitian tentang “pengaruh green product”terhadap keputusan pembelian”Tissue Tessa di wilayah kabupaten”Bandung dan Kota Bandung”. Dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa green product berpengaruh terhadap keputusan pembelian Tissue Tessa di wilayah kabupaten Bandung dan kota Bandung. b. Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian Hasil pengujian untuk pengaruh harga terhadap keputusan pembelian memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “Semakin kompetitif harga maka semakin tinggi keputusan pembelian produk Tupperware” dengan demikian dapat diterima. Harga merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam menentukan pilihan produk hijau yang akan mereka beli. Konsumen mempersepsikan suatu harga sebagai cerminan dari kualitas produk. Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa semakin harga kompetitif maka semakin tinggi keputusan pembelian produk Tupperware. Hal ini berarti bahwa harga dari produk Tupperware memiliki peran penting terhadap keputusan pembelian konsumen. Hasil penelitian ini mendukung penelitian oleh Wulandari (2015), penelitian tentang pengaruh kualitas produk, harga dan brand image terhadap keputusan pembelian pada produk Tupperware (studi kasus masyarakat di Kelurahan Mandonga) hasil menunjukkan bahwa secara parsial kualitas produk, harga dan brand image memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian produk Tupperware pada masyarakat Kelurahan Mandonga serta penelitian yang dilakukan Wirayanthy, N., & Santoso, S. (2018) tentang Pengaruh Harga, Citra Merek Dan Kualitas Terhadap Minat Beli Produk Private Label. C. Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan bahwa Produk ramah lingkungan/green product memiliki peran penting dalam meningkatkan keputusan pembelian produk Tupperware. Selain itu, dari hasil penelitian diketahui bahwa harga juga memiliki peran penting dalam meningkatkan keputusan pembelian produk Tupperware.
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 43 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Dari simpulan diatas, maka disarankan kepada pihak perusahaan Tupperware dapat mempertahankan konsep produk ramah lingkungan yang dimiliki Tupperware serta memberikan informasi yang lebih detail dan akurat mengenai produk yang ditawarkan sehingga akan meningkatkan pengetahuan konsumen terhadap produk Tupperware khususnya mengenai produk ramah lingkungan dimana terbuat dari plastik murni yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan pemakainya. Tupperware hendaknya juga dapat mempertahankan serta meningkatkan kualitas produknya karena konsumen merasa harga yang dikeluarkan sebanding dengan kualitas produk yang diperoleh. Bagi peneliti lain yang akan melakukan kajian sejenis, disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel lain seperti promosi, kualitas produk, serta atribut produk. DAFTAR PUSTAKA Firliani, Isna Poinsefty. 2014. Pengaruh green product dan green advertising terhadap keputusan pembelian konsumen membeli mobil Suzuki Karimun Wagon R di kota Jember. Vol : 7 no 1 April 2014. http://www. Topbrand-award.com/top-brand-survey result/top_brand_index_2015 http://www. Topbrand-award.com/top-brand-survey result/top_brand_index_2016 http://www. Topbrand-award.com/top-brand-survey result/top_brand_index_2017 http://www.pikiranrakyat.com/nasional/2017/04/01/total-sampah-di-indonesia-capai1872-jutatontahun-397726/25/05/2018 Kotler, Philip and Gery Amstrong. 2012. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip and Gery Amstrong.2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta :Erlangga Kotler, Philip and Kevin Lane Keller.2009. Marketing Management 13th Edition. New Jersey. Pearson Prentice Kotler, Philip.2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 13. Jakarta: Erlangga. Mursid. 2014. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara, Jakarta. Pankaj, K.A. and Vishal, K.L. (2014). Consumer adoption of green products and their role in resource management. Indian Journal of Commerce and Management Studies. 5 (3), 22-28. Rath, Ramesh Chandra 2013. An impact of Green marketing on practices of supply chain management in Asia Emerging Economic opportunities and challenges International journal of supply chain management, Vol : No : 2 Maret 2013. Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke 17. Alfabeta. Bandung. Syafrina, Ika 2016. “Pengaruh green product (Tissue Tessa) terhadap keputusan pembelian wilayah kabupaten Bandung dan kota Bandung. Vol: 10 No 1 April 2016.
Hanim NH, Nurul H, Rita M Halaman 44 dari 44 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Wirayanthy, N., & Santoso, S. (2018). Pengaruh Harga, Citra Merek Dan Kualitas Terhadap Minat Beli Produk Private Label. JMD: Jurnal Riset Manajemen & Bisnis Dewantara, 1(2), 87-96. Wulandari, Husni Aprilianti. 2015. ”Pengaruh kualitas produk, harga dan brand image terhadap keputusan pembelian pada produk Tupperware (studi kasus di masyarakat kelurahan Mandonga)”. Vol : 20 No 2 September 2015
Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 45 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Pengaruh Teknologi dan Inovasi dalam Persaingan Traditional Food di Kalimantan Tengah Danes Jaya Negara1 , Vivy Kristinae2 Universitas Palangka Raya Korespondensi: [email protected] Abstrak Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam berbagai sektor dan strategi. Kalimantan Tengah memiliki UKM yang bergerak pada sektor bidang makanan tradisional memiliki persaingan dalam menarik konsumen karena banyaknya makanan dari luar negeri yang mengancam keberadaan pelaku usaha makanan tradisional. Tujuan dari penelitian menganalisis sejauh mana Teknologi dan Inovasi dapat berjalan sebagai proses dalam informasi dan komunikasi kepada pelanggan sebagai keunggulan bersaing dalam sektor makanan saat ini. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis regresi linear berganda, melibatkan 50 responden pengusaha makanan dan minimal tradisional agar mampu bertahan dalam persaingan (Competitive advantage) Kata Kunci : UKM, Traditional Food, Teknologi, Inovasi, Competitive Advantage Abstract Small and Medium Enterprises (SMEs) in Indonesia have the potential to be developed in various sectors and strategies. Central Kalimantan has SMEs that are engaged in the traditional food sector having competition in attracting consumers because of the many foods from abroad that threaten the existence of traditional food businesses. The purpose of the study analyzes the extent to which Technology and Innovation can run as a process in information and communication to customers as a competitive advantage in the food sector today. The research uses quantitative methods with multiple linear regression analysis tools, involving 50 respondents of traditional food and minimal entrepreneurs to be able to survive in competition (Competitive advantage) Keywords: SMEs, Traditional Food, Technology, Innovation, Competitive Advantage A. Pendahuluan Indonesia adalah negara yang memiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di dukung oleh berbagai pihak seperti pemerintah, bank swasta ataupun pengusaha bidang Industri Kecil Menengah. Kalimantan Tengah memiliki 13 kabupaten dan 1 kota Palangka Raya, dari sumber data Dinas kopersai dan UKM Provinsi. Kalimantan Tengah tentang keberadaan UKM Tradisional Food pada 3 (tiga) tahun terakhir maret 2019, ada penurunan pendapatan rata-rata sekitar 30% per-tahun dan yang menjadi poin penting penelitian ini berdasarkan pengamatan langsung, banyaknya makanan luar (korea,jepang,junk food) yang dapat mengancam keberadaan UKM sektor makanan tradisional di tambah dengan harga yang kompetitif. Menurut Adhikari and Gill (2011) bisnis dalam sektor besar dan kecil adalah suatu usaha yang dalam pemasaran untuk dapat bertahan dengan teori Competitive Advantage untuk selalu mengelola sumber daya pelaku bisnis dengan didukung kemampuan pemasaran dan teknologi, yang berfokus pada konsumen dan pesaing. Sebelum memasuki pemasaran di lingkungan pasar secara global, pelaku usaha harus dapat mengidentifikasi pesaing untuk mengatasi konflik dan tantangan yang terus berubah. Selain itu, bisnis tersebut harus mengembangkan produk dengan inovasi berdasarkan tujuan inovasi dalam strategi pemasaran dan berhasilnya penerapan teknik tergantung pada integrasi pelaku usaha dalam kemampuan pemasaran (Alegre, Sengupta, & Lapiedra, 2011). Dalam sebuah studi tentang interaksi antara Research & Development dan program pemasaran menemukan bahwa inovasi produk di industri tergantung teknologi sebagai faktor penting dalam tahap pengembangan produk (Hsu, 2011). Memasuki era digitalisasi E-ISSN: 2654-4326 Halaman 45 - 52
Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 46 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD UKM mendapat dukungan pemerintah dengan memberikan pelatihan untuk dapat memasarkan produk dengan keahlian yang di dorong kemampuan menggunakan teknologi sebagai proses inovasi pemasaran produk makanan tradisional sangat penting untuk terapkan sebagai media jualan secara daring. Pemasaran online menurut (Gupta, Malhotra, Czinkota, & Foroudi, 2016) strategi pemasaran dirancang untuk memandu suatu perusahaan untuk menggunakannya sumber daya untuk memenuhi persyaratan pelanggan sasaran dan mewujudkan tujuan pemasaran lebih efisien daripada para pesaingnya, serta mempertimbangkan strategi pemasaran untuk melibatkan empat dimensi, termasuk strategi branding, strategi biaya, strategi saluran, dan strategi inovasi. Dari perspektif ini, strategi pemasaran dan inovasi produk terkait erat. Menurut Zineldin and Philipson (2007) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai seperangkat prinsip bisnis yang digunakan perusahaan untuk melayani pelanggan dan mencapai profitabilitas mengenai jenis pemasarannya dan strategi melalui aspek dimasukkan 4P (Produk, Harga, Tempat, dan Promosi) menggunakan ide pemasaran sebagai variabel pengukuran untuk survei kuesioner dan analisis strategi pemasaran produk. Strategis berbasis pada kasus-kasus produk yang sukses,terdiri dari faktor-faktor strategis yang praktis terhadap inovasi desain dari serangkaian proses untuk mencapai tujuan inovasi spesifik desain produk, dan keunggulan kompetitif dalam desain yang berbeda dan menarik (desain yang inovatif) di dukung teknologi menunjukkan metode pencapaian tujuan desain inovasi (Bauer & Auer-Srnka, 2012). Tim desain dapat mengimplementasikan, merancang strategi dengan menganalisis kebutuhan pelanggan dan dampaknya terhadap pesaing dalam mencapai tujuan kinerja perusahaan (Hsu, 2006). Pelaku usaha UKM sering menghabiskan banyak waktu dan sumber daya yang sangat besar mengembangkan teknologi dan produk baru sebagai informasi untuk mengeksploitasi teknologi dan produk baru yang telah dikembangkannya. Menurut Yong-Ki, Sally, Namho, Kwanghoon, and Jong-Won (2016)menyatakan bisnis yang lebih menyadari skala ekonomi dan ruang lingkup dengan mengeksploitasi pengetahuan di berbagai pasar dengan sumber daya (terutama teknologi) dan eksploitasi pasar bagian di berbagai pasar cenderung spesifik untuk profitabilitas dan produk juga akan slit di tiru, karena telah beredar di media online atau cetak. Beberapa produk makanan tradisional yang di buat oleh UKM di Kalimantan Tengah adalah keripik singkah, kerupuk amplang, ikan saluang goreng,ikan lais goreng dan lainnya. Harga bervariasi mulai dari Rp.10.000,00 – Rp. 150.000,00 yang diolah dengan di awasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan berlabel halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), dapat di jadikan cenderamata maupun konsumsi masyarakat. Sebagian besar penelitian sebelumnya mengusulkan bahwa perangkat teknologi informasi (TI) memengaruhi langkah-langkah efisiensi dan tidak banyak memiliki dampak yang signifikan dalam kegagalan mencapai pasar, karena penggunaan TI pada langkah-langkah efektivitas (Mutiarni, R, 2016) seperti informasi kualitas produk, inovasi pemasaran produk, dan kinerja pasar secara langsung signifikan dapat memengaruhi kinerja produk di pasar melalui kemampuan teknologi sebagai proses inovasi (Ahn & Seo, 2018) Tradisional food UKM di Kalimantan Tengah memiliki keterbatasan inovasi dalam keunggulan bersaingnya berkaitan dalam pemasaran dan promosi dengan teknologi sebagai media untuk pemasaran dan pengenalan produk kepada konsumen. Manfaat teknologi terhadap inovasi dalam proses dan produk dapat menjadi strategi bisnis untuk mendapatkan konsumen dari dalam dan menjangkau konsumen dari luar kota dengan pemasaran produk (informasi dan komunikasi) melalui teknologi seperti sosial media dengan audio visual atau website pelaku usaha, di sisi waktu ini lebih efisien dan efektif dalam inovasi.