The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Volume 2 Nomor 1, Januari-Juli 2019

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rita.dewantara, 2023-02-22 00:53:26

JMD, VOL 2 NO 1, JUN 2019

Volume 2 Nomor 1, Januari-Juli 2019

Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 47 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan dengan didukung beberapa literatur pendukung maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :1) menganalisis teknologi sebagai strategi bersaing dalam pemasaran untuk memberikan informasi tentang produk makanan tradisional UKM dan 2) menganalisis inovasi sebagai proses pemasaran dengan audio visual, sehingga dapat menarik konsumen dan meningkatkan desain produk misalnya rasa dan kemasan untuk menarik konsumen. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing merupakan teori mengacu pada keunggulan posisi (lebih dari pesaing) yang berasal dari eksploitasi kemampuan, termasuk keuntungan berbiaya rendah (biaya lebih rendah daripada pesaing)dan keunggulan diferensiasi (produk yang berbeda) dan menjadi acuan kinerja inovasi produk mengacu pada nilai ekonomi menjadi pendorong kompetitif (Adeniran & Johnston, 2012). Menurut teori keunggulan kompetitif, keunggulan kompetitif posisional termasuk keunggulan biaya rendah dan keunggulan diferensiasi adalah faktor penentu utama kinerja. Teori kompetitif keuntungan juga menyatakan bahwa sangat penting untuk menggunakan kapabilitas / kompetensi perusahaan sejauh mungkin mendapatkan keunggulan kompetitif posisional kinerja yang unggul, perusahaan harus terlebih dahulu mengembangkan kemampuan pemasaran. Pemasaran dalam melakukan inovasi harus memungkinkan perusahaan untuk memberikan informasi produk / layanan ini lebih baik daripada pesaing, sehingga melalui pencapaian keunggulan kompetitif posisional, itulah kemampuan pemasaran dapat mewujudkan potensi kinerjasecara tepat jika keunggulan kompetitif dapat dipertimbangkan secara bersamaan dalam program strategi bersaing dengan indikator : (1) kami telah memperoleh keunggulan strategis dibandingkan pesaing kami, (2) produk baru kami ditawarkan dengan pertimbangan tanggung jawab sosial,(3) produk kami menggabungkan pengetahuan dan konsep ketahanan lingkungan (Robert M Grant, 1991). 2. Teori Resources Based View (RBV) dan Teknologi Teori tampilan berbasis sumber daya dari perusahaan untuk menjelaskan dan menganalisis efek inovasi, penciptaan teknologi, manajemen kualitas, dan kemampuan manajemen informasi pada kinerja organisasi dalam keunggulan bersaing. Dari perspektif saling melengkapi sumber daya, manajemen informasi dan kemampuan mencakup rutinitas atau praktik yang melengkapi inovasi, penciptaan teknologi, dan manajemen mutu. Teori RBV berpendapat bahwa sumber daya menghasilkan keunggulan kompetitif dapat menjangkau batas-batas organisasi dan menjadi hubungan antar organisasi. Kemampuan manajemen informasi adalah kapasitas yang dilakukan oleh UKM yang memiliki keahlian wirausaha dan penting menerapkan teknologi informasi untuk mengendalikan implementasi suatu informasi sebagai strategi penciptaan teknologi (Dustin, Bharat, & Jitendra, 2014). Inovasi dan kinerja organisasi semakin meningkat dapat menjadi penentu utama keunggulan kompetitif perusahaan karena inovasi memainkan peran penting ketika pelanggan membangun hubungan dengan perusahaan dan relatif stabil dan sadar bahwa kecenderungan hubungan yang diciptakan oleh pelanggan dengan pelaku usaha kategori produk tertentu (Deniz, 2016). Teknologi adalah proses penting berdasarkan pada pengetahuan gabungan antara sumber daya dan inovasi sebagai komponen kunci dari pengetahuan manajemen sebagai ukuran indikator : (1) mampu meningkatkan kemampuan usaha seiring waktu, (2) pelaku usaha memiliki pengetahuan pembuatan teknologi khusus beberapa aspek dari usaha, (3) Pelaku usaha percaya bahwa kemampuan kreasi dari teknologi, (4) pelaku usaha


Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 48 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD percaya diri mengandalkan teknologi informasi sehingga lebih efektif dan efisien (Adeniran & Johnston, 2012). Menurut Calantone, Chan, and Cui (2006) pentingnya penerapan teknologi : 1. Teknologi berubah sangat cepat seiring adanya produk baru, proses dan layanan baru dari pesaing, dan ini mendorong usaha entrepreneurial untuk bersaing dan sukses. Yang harus dilakukan adalah menyesuaikan diri dengan inovasi teknologi baru. 2. Efek perubahan lingkungan terhadap siklus hidup produk semakin pendek, yang artinya bahwa produk atau layanan lama harus digantikan dengan yang baru dalam waktu cepat, dan ini bisa terjadi karena ada pemikiran kreatif untuk melakukan inovasi. 3. Konsumen saat ini ahli dalam memilih produk dan untuk menuntut pemenuhan kebutuhan. Harapan kebaruan dalam inovasi dengan teknologi untuk pemenuhan kebutuhan kualitas, pembaruan, dan harga. Oleh karena itu skill inovatif dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen sekaligus mempertahankan konsumen sebagai pelanggan.4, Perubahan pasar dan teknologi yang berubah sangat cepat, ide yang bagus dapat semakin mudah ditiru, membutuhkan informasi metode penggunaan produk, proses yang baru dan lebih baik, dan layanan yang lebih cepatsecara kontinyu. 3. Inovasi Inovasi adalah proses untuk menciptakan, memperoleh, berbagi, dan memanfaatkan pengetahuan untuk mengembangkan kinerja dan pembelajaran organisasi, modifikasi, pemanfaatan,serta mengakses pengetahuan. Inovasi dan kemampuan kinerja organisasi mempengaruhi usaha untuk lebih cenderung melakukan sumber daya manajerial dalam hal waktu dan upaya untuk hubungan antar perusahaan (Aboulnasr, Narasimhan, Blair, & Chandy, 2008). Penelitian mencakup inovasi sebagai variabel memiliki indikator : (1) Pelaku usaha berbagi informasi dalam pengetahuan tentang inovasi dalam sektor, (2) Pelaku usaha berbagi pengalaman atau pengetahuan inovasi, (3) pelaku usaha menerapkan pengetahuan inovasi yang dipelajari pengalaman, (4) pelaku usaha menggunakan pengetahuan inovasi untuk menyelesaikan masalah baru, (5) pelaku usaha menerapkan pengetahuan inovasi untuk menyelesaikan persaingan dalam sektor (Y. Chen, Wang, Nevo, Benitez-Amado, & Kou, 2015). Inovasi pemasaran sering kali menyediakan perbaikan cepat yang inovatif melalui solusi yang menekankan modifikasi, ekstensi, dan produk yang berisiko rendah dalam perubahan desain.inovasi pemasaran dapat menyajikan strategi menarik (keterjangkauan) untuk mencoba membalikkan metode penjualan yang menurun untuk meningkatkan pendapatan dengan logika inovasi pemasaran menekankan pertumbuhan penjualan dengan kurva permintaan konsumen dari kebutuhan ke segmen pasar melalui pengiriman nilai yang lebih baik kepada pelanggan (Bygballe & Ingemansson, 2014). 4. Teknologi dalam Inovasi Meningkatnya tekanan daya saing global, mengurangi usia siklus produk dan kemudahan meniru mengharuskan perusahaan untuk berinovasi agar tetap dapat bertahan dalam bisnis yang kompetitif. Dengan kata lain, inovasi telah menjadi platform untuk produktivitas, peningkatan, pertumbuhan volume penjualan, dan daya saing perusahaan. Kondisi demikian juga mendesak perusahaan untuk menjadi inovatif dalam rangka meningkatkan daya saing produk mereka dalam hal desain,kualitas, dan keandalan layanan. Karena itu, perusahaan harus meningkatkan kemampuan inovasi mereka mengembangkan dan mengkomersialkan teknologi baru secara efektif dan membawa perkembangan inovasi dengan teknologi untuk memperkuat keunggulan kompetitif mereka (Albort-Morant, LealMillán, & Cepeda-Carrión, 2016). Mengkonseptualisasikan Teknologi dalam inovasi, mendefinisikan TI sebagai jenis sumber daya khusus yang perlu secara efektif


Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 49 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD meningkatkan produk yang ada,proses pembuatan dan untuk membuat yang baru. Dalam hal ini, TI termasuk produk untuk kemampuan inovasi yang mengacu pada serangkaian langkah yang saling terkait yang digunakan untuk terlibat dalam inovasi produk yang berbeda, seperti pengembangan produk baru dan produk yang sudah (Berghman, Matthyssens, & Vandenbempt, 2012). Proses kemampuan inovasi mengacu pada teknologi yang digunakan dalam mengembangkan inovasi dan memungkinkan pelaku usaha untuk memilih dan memanfaatkan teknologi secara strategis untuk mengembangkan teknik baru, proses, dan metode produksi. Berdasarkan pada pengetahuan dan keahlian bahwa kemampuan proses inovasi berasal dari pembelajaran proses dimana perusahaan dapat menginternalisasi pengetahuan baru untuk menghasilkan teknologi mengubah suatu metode dan akhirnya mendapatkan proses baru yang lebih baik (Aljanabi, 2018). 5. Kerangka Penelitian Berdasarkan kajian pustaka yang telah disampaikan dengan didukung penelitian terdahulu serta fenomena yang terjadi saat ini maka kerangka penelitian dan hipotesis yang diangkat adalah: Gambar 1. kerangka penelitian H1 : Teknologi berpengaruh untuk meningkatkan Competitive Advantage H2 : Inovasi berpengaruh untuk meningkatkan Competitive Advantage H3 : Teknologi dan Inovasi secara bersama-sama berpengaruh untuk meningkatkan Competitive Advantage C. Metode Penelitian Penelitian ini berjenis kuantitatif, yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian melalui model persamaan struktural yang diusulkan untuk menjelaskan pengaruh Teknologi (X1) dan Inovasi (X2) terhadap Competitive Advantage (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku UKM di Kalimantan Tengah yang tidak diketahui jumlahnya, sehingga pengambilan sampel yang diambil menggunakan metode non probabilitas sampling. Dari perhitungan selanjutnya diambil sampel sebanyak 50 responden dengan kriteria telah menjalankan usaha minimal selama 3 (tiga) tahun. Data yang digunakan adalah data primer yang bersumber langsung dari responden berupa jawaban atas sejumlah pertanyaan yang diajukan peneliti dengan beberapa pilihan jawaban menggunakan skala Likert, mulai opsi sangat setuju (bernilai 7) hingga sangat tidak setuju (bernilai 5). Alat Analisa menggunakan Regresi Linear Berganda, Uji – T dan Uji F dengan alat bantu pengolahan data menggunakan SPSS 22.0 Teknologi (X1) Inovasi (X2) Competitive Advantage (Y) H1 H2 H3


Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 50 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD D. Hasil Penelitian dan pembahasan Dari hasil analisis data primer dengan menggunakan regresi untuk variabel yang diajukan tampak hasilnya sebagai berikut: Tabel 1. Uji determinasi-Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .915a .863 .841 ,729 a. Predictors: (Constant), x2, x1, b. Dependent Variable: Y (Competitive Advantage) Sumber: Data Primer diolah, 2018 Berdasarkan hasil Tabel 1, koefisien determinasi pengaruh dari variabel terikat (X) terhadap variabel bebas (Y ) adalah sebesar 0,841. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 84,1% variable bebas dipengaruhi oleh variable terikat, dan sisanya sebesar 15,9 % di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan Uji-T dan Uji-F, dan hasilnya tampak pada tabel berikut: Tabel 2. Uji –T Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 3.646 .748 2.109 .005 X1 (Teknologi) .575 .071 .565 6.445 .000 X2 (Inovasi) .468 .062 .451 5.823 .001 a. Dependent Variable: y Sumber: Data Primer diolah, 2018 Tabel 3.Uji - F ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 12.892 2 26.146 41.499 .000a Residual 106.075 47 ,549 Total 118.967 49 a. Predictors: (Constant), Teknologi, Inovasi, Teknologi Inovasi. b. Dependent Variable: y (Competitive Advantage) Sumber: Data Primer diolah, 2018 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh hipotesis diterima. Hal ini tampak dari nilai sig 0,00<0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Agostini (Agostini & Nosella, 2016) yang menyatakan bahwa agar bisnis UKM unggul, peran teknologi sebagai pendukung setiap bisnis UKM terutama dalam pemasaran sangat dibutuhkan. Demikian juga inovasi, mutlak diperlukan agar UKM menjadi unggul dan mampu bersaing. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alegree (Alegre et al., 2011). Inovasi dan teknologi mutlak diperlukan oleh pelaku UKM untuk : 1) Berbagi informasi tentang inovasi 2) Berbagi pengalaman tentang inovasi, 3) Menerapkan inovasi yang dipelajari berdasarkan pengalaman, 4) Menggunakan teknologi dan inovasi untuk menyelesaikan masalah baru, 5) Menerapkan teknologi dan inovasi untuk menyelesaikan persaingan. Pengetahuan pelaku usaha terhadap kebaikan dan keuntungan menggunakan teknologi sangat mendukung keberhasilan bisnis (A. S.-Y. Chen & Hou, 2016; Y. Chen et al., 2015). Kemampuan pelaku usaha menerapkan teknologi juga mendukung proses pemasaran atau program pemasaran (Ahn & Seo, 2018). Inovasi juga diperlukan guna mencapai competitive


Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 51 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD advantage karena ide-ide yang inovatif ditambah dengan penerapan teknologi akan semakin menguatkan pelaku UKM untuk bersaing di pasaran (Gupta et al., 2016; Hsu, 2011; Adeniran & Johnston, 2012; Adhikari & Gill, 2011; AH Affendy, 2015) E. Penutup Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan tampak bahwa teknologi dan inovasi terbukti secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap competitive adavantage. Karena itu disarankan kepada pihak-pihak yang terkait, khususnya bagi pemerintah Kalimantan Tengah untuk memberikan pelatihan sebagai pengembangan kemampan dan keahlian pelaku usaha terlebih mengenai aplikasi teknologi sehingga beberapa UKM yang belum mampu dapat mampu bertahan di persaingan bisnis saat ini. Daftar Pustaka Aboulnasr, K., Narasimhan, O., Blair, E., & Chandy, R. (2008). Competitive Response to Radical Product Innovations. Journal of Marketing, 72, 17. Adeniran, T. V., & Johnston, K. A. (2012). Investigating the dynamic capabilities and competitive advantage of South African SMEs. African Journal of Business Management, 6(11), 4088-4099. doi: http://dx.doi.org/10.5897/AJBM11.1673 Adhikari, A., & Gill, M. S. (2011). Impact of resources, capabilities and technology on market orientation of Indian B2B firms. Journal of Services Research, 11(2), 74. Agostini, L., & Nosella, A. (2016). The central role of a company’s technological reputation in enhancing customer performance in the B2B context of SMEs. Journal of Engineering and Technology Management, 42, 1-14. doi: 10.1016/j.jengtecman.2016.08.001 AH Affendy, T., Nizam,MS Farid. (2015). Entrepreneurial Orientation Effects on Market Orientation and SMEs Business Performance – A SEM Approach. Society of Interdisciplinary Business Research (www.sibresearch.org), 4(3), 259-271. Ahn, J. A., & Seo, S. (2018). Consumer responses to interactive restaurant self-service technology (IRSST): The role of gadget-loving propensity. International Journal of Hospitality Management, 74, 109-121. doi: 10.1016/j.ijhm.2018.02.020 Albort-Morant, G., Leal-Millán, A., & Cepeda-Carrión, G. (2016). The antecedents of green innovation performance: A model of learning and capabilities. Journal of Business Research, 69(11), 4912-4917. doi: 10.1016/j.jbusres.2016.04.052 Alegre, J., Sengupta, K., & Lapiedra, R. (2011). Knowledge management and innovation performance in a high-tech SMEs industry. International Small Business Journal, 31(4), 454-470. doi: 10.1177/0266242611417472 Aljanabi, A. R. A. (2018). The mediating role of absorptive capacity on the relationship between entrepreneurial orientation and technological innovation capabilities. International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, 24(4), 818-841. doi: 10.1108/ijebr-07-2017-0233 Bauer, M., & Auer-Srnka, K. J. (2012). The life cycle concept in marketing research. Journal of Historical Research in Marketing, 4(1), 68-96. doi: http://dx.doi.org/10.1108/17557501211195073 Berghman, L., Matthyssens, P., & Vandenbempt, K. (2012). Value innovation, deliberate learning mechanisms and information from supply chain partners. Industrial Marketing Management, 41(1), 27-39. doi: 10.1016/j.indmarman.2011.11.014


Danes J Negara, Vivy Kristinae Halaman 52 dari 52 JMD: Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD Bygballe, L. E., & Ingemansson, M. (2014). The logic of innovation in construction. Industrial Marketing Management, 43(3), 512-524. doi: 10.1016/j.indmarman.2013.12.019 Calantone, R. J., Chan, K., & Cui, A. S. (2006). Decomposing product innovativeness and its effects on new product success. Journal of Product Innovation Management, 23(5), 408-421. Chen, A. S.-Y., & Hou, Y.-H. (2016). The effects of ethical leadership, voice behavior and climates for innovation on creativity: A moderated mediation examination. The Leadership Quarterly, 27(1), 1-13. doi: 10.1016/j.leaqua.2015.10.007 Chen, Y., Wang, Y., Nevo, S., Benitez-Amado, J., & Kou, G. (2015). IT capabilities and product innovation performance: The roles of corporate entrepreneurship and competitive intensity. Information & Management, 52(6), 643-657. doi: 10.1016/j.im.2015.05.003 Deniz, K. (2016). Strategic entrepreneurship: mediating the entrepreneurial orientationperformance link. Management Decision, 54(1), 24-43. doi: 10.1108/MD-11-2014- 0660 Dustin, G., Bharat, M., & Jitendra, M. (2014). Competitive Advantage and Motivating Innovation. Advances In Management, 7(1), 8. Grant, R. M. (1991). The resource-based theory of competitive advantage: implications for strategy formulation. California Management Review, 33(3), 114-135. Grant, R. M. (1991). The Resource-Based Theory of Competitive Advantage: Implications for Strategy Formulation. California Management Review, 3, 114-134. Gupta, S., Malhotra, N. K., Czinkota, M., & Foroudi, P. (2016). Marketing innovation: A consequence of competitiveness. Journal of Business Research, 69(12), 5671-5681. doi: 10.1016/j.jbusres.2016.02.042 Hsu, Y. (2011). Design innovation and marketing strategy in successful product competition. The Journal of Business & Industrial Marketing, 26(4), 223-236. doi: http://dx.doi.org/10.1108/08858621111126974 Mutiarni, R. (2016). EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MICROSOSFT EXCEL BERBASIS INTERAKTIF PADA MATA KULIAH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)(Study Kasus Pada Mahasiswa Manajemen STIE PGRI Dewantara Jombang). Eksis: Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, 11(2) Tabachnick, B. G., & Fidell, L. S. (2012). Using Multivariate Statistics (6 ed.). New York: Pearson Publisher. Yong-Ki, L., Sally, Y. K., Namho, C., Kwanghoon, A., & Jong-Won, L. (2016). When social media met commerce: a model of perceived customer value in group-buying. Journal of Services Marketing, 30(4), 398-410. doi: 10.1108/JSM-04-2014-0129 Zineldin, M., & Philipson, S. (2007). Kotler And Borden Are Not Dead: Myth of Relationship Marketing And Truth of The 4Ps. Journal of Consumer Marketing, 24(4), 229-241. doi: 10.1108/07363760710756011 .


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 53 dari 62 Analisa Epic Model: Mengukur Efektivitas Iklan Indomie Versi Ayam Geprek Di Televisi Erminati Pancaningrum*1 , Dwi Kartika Sari2 STIE PGRI Dewantara Jombang Korespondensi*: [email protected] Abtract This study aims to determine the level of effectiveness of advertisements that have been carried out by Indomie Chicken Geprek version on Television using the EPIC Model analysis method, towards the Sukoiber Village Community. This research uses descriptive quantitative approach with survey methods. In this study using a Likert measurement scale using a questionnaire. This study uses the entire population as a research sample of 100 people who have seen the Indomie ad version of the Chicken Geprek. The sampling technique used is non probability sampling. Data collection techniques using questionnaires, library data, and the internet. Analysis of the data used by using descriptive analysis method with the help of SPSS version 21.0. The results showed that each of the four dimensions of the EPIC Model namely empathy, persuasion, impact, and communication were declared effective. Overall, it can be concluded that the Indomie version of the Chicken Geprek ad on television was declared effective. Keywords: effectiveness, advertising, EPIC Model. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas iklan yang telah dilakukan oleh versi Indomie Chicken Geprek di Televisi menggunakan metode analisis Model EPIC, terhadap Komunitas Desa Sukoiber. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran likert menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel penelitian dari 100 orang yang telah melihat versi iklan Indomie dari Chicken Geprek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, data perpustakaan, dan internet. Analisis data digunakan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan SPSS versi 21.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing dari empat dimensi Model EPIC yaitu empati, persuasi, dampak, dan komunikasi dinyatakan efektif. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa versi Indomie dari iklan Chicken Geprek di televisi dinyatakan efektif. Kata kunci: efektivitas, iklan, Model EPIC. A. PENDAHULUAN Persaingan didunia bisnis yang begitu besar membuat suatu perusahaan berlomba-lomba bersaing dengan berbagai produk. Dengan banyaknya bermunculan produk Instan dipasaran, menuntut manajemen pemasar untuk memenangkan persaingan (Sian Yet, 2013:1). Manajemen perusahaan dituntut untuk lebih baik dalam mendesain dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang mampu untuk mempertahankan dan meningkatkan konsumen, Sehingga mampu menciptakan konsumen yang loyal pada suatu produk yang dipasarkan. Promosi melalui televisi juga berkaitan erat dengan biaya yang tinggi yang dikeluarkan perusahaan. Pemasaran suatu produk harus mengetahui pengertian dari komunikasi pemasaran adalah mengidentifikasi dan untuk memenuhi kebutuhan E-ISSN: 2654-4326 Halaman 53-62 JAD: Jurnal Manajemen dan Bisnis Dewantara Vol 2 No 1, Juni 2019 https://ejournal.stiedewantara.ac.id/index.php/JMD/issue/view/44


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 54 dari 62 manusia dan sosial. Efektivitas iklan adalah seberapa jauh pesan yang disampaikan dapat menarik, dipahami, dimengerti dan dapat menggerakan konsumen untuk menanggapi iklan tersebut (Efendy, 2002). Efektifitas iklan merupakan hal yang penting untuk perencanaan periklanan dan promosi. Dalam perkembangan industri makanan khususnya mie instan terdapat banyak produk mie yang saling memperebutkan pangsa pasar mie instan. Perebutan pangsa pasar ini dengan melalui berbagai media, salah satu diantaranya adalah melalui iklan yang efektif. Demikian yang dilakukan perusahaan pembuat produk Indomie. Indomie juga menggunakan iklan sebagai media untuk meraih pangsa pasar yang besar dengan berbagai versi. Efektivitas iklan tersebut sangat penting dalam mempertahankan pangsa pasar saat ini, terutama dalam memperkenalkan variasi produk baru yaitu Indomie Goreng Ayam Geprek. Produk tersebut diharapkan mampu mendapatkan celah pasar yang ada. Produk Indomie selalu mengenalkan varian cita rasa lokal setelah sebelumnya ada rasa rendang dan aceh, kini Indomie Goreng Ayam Geprek dikenal dengan mie yang kaya akan bumbu rempah menggugah selera. Iklan Indomie Mie Goreng versi Ayam Geprek memiliki keunikan dalam produknya seperti memiliki citra rasa ayam geprek dengan rasa kremes yang gurih, bumbu-bumbu tambahan yang sangat pedas, dan tampilan kemasan produk yang keren dan mencirikan bahwa Hypeabis atau Pedas dan bikin semangat. Iklan produk Indomie Goreng versi Ayam Geprek di televisi juga dimulai dengan tren di masyarakat yang sekarang menyukai makanan dengan versi geprek, sehingga Indomie meluncurkan varian rasa Indomie Ayam Geprek untuk memenangkan pangsa pasar mie instan. Dalam pra-penelitian kepada 10 orang masyarakat di Kabupaten Jombang. terdapat 6 orang yang memiliki ketertarikan membeli produk Indomie Goreng Ayam Geprek, karena adanya penayangan iklan Indomie di televisi. Dan 4 orang memiliki ketertarikan membeli produk Indomie Goreng Ayam Geprek karena varian rasa terbaru Indomie yang dipasarkan. Efektivitas iklan Indomie di televisi mendapatkan respon dan tanggapan konsumen yang dilihat dari pra-penelitian yang telah dilakukan, membuktikan bahwa pesan iklan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode. Salah satu metode yaitu metode EPIC Model (Empathy, Persuation, Impact, dan Communication). EPIC model merupakan alat untuk mengukur efektivitas iklan dengan mengunakan pendekatan komunikasi. Penelitian ini menggunakan metode EPIC Model yang dikembangkan oleh A.C Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia. Dalam model EPIC terdapat empat dimensi kritis sebuah iklan yaitu Empathy, Persuation, Impact, dan Communication (Sian yet, 2013). Dengan menggunakan metode EPIC model terdapat gambaran seberapa besar perbandingan efektivitas iklan di televisi. Keempat dimensi tersebut dianalisi secara terpisah untuk melihat tingkat efektivitas masing-masing dimensi. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas dengan didukung oleh penelitian terdahulu, maka penelitian ini berusaha menjawab tentang tingkat efektivitas iklan Indomie versi “Ayam Geprek” di televisi dengan menggunakan metode EPIC Model (Empathy, Persuasion, Impact and Communication. Implikasi penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan serta bahan kajian bagi pihak-


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 55 dari 62 pihak terkait. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelasakan efektivitas iklan Indomie versi “Ayam Geprek” di Televisi dengan menggunakan metode analisa EPIC Model (Empathy, Persuasion, Impact and Communication). B. TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran merupakan sarana perusahaan untuk memberikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen secara langsung maupun tidak langsung mengenai suatu produk dan merek. Semua perusahaan pasti menerapkan upaya komunikasi pemasaran (marketing communication) pada tingkat berbeda. Terdapat beberapa pertimbangan mengenai contoh dari komunikasi pemasaran terpadu (IMC) yaitu: 1) Komunikasi antara bisnis ke konsumen (business to counsumer/B2C). 2) Komunikasi antara bisnis ke bisnis (businees to business/B2B), 3) Program komunikasi pemasaran yang mengarah ke pelanggan individu maupun ke pelanggan bisnis. Komunikasi pemasaran merupakan aspek yang sangat penting dalam semua misi suatu perusahaan dan menentukkan kesuksesan dan kegagalan suatu perusahaan. Bentuk dasar dalam komunikasi pemasaran terdiri dari media tradisional (majalah, televisi, dan seterusnya), iklan online (SMS, situs, pesan surat elektronik, dan seterusnya), promosi penjualan (kupon, sampel, rabat, dan seterusnya), komunikasi di tempat dan label toko, secara kolektif macam-macam sarana promosi dan media komunikasi adalah hal secara tradisional yang dinamakan promosi dalam komponen bauran pemsaran (marketing mix). Dalam bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion) atau 4P. Integrated Marketing Communication (IMC) IMC merupakan suatu proses komunikasi membutuhkan adanya perencanaan, penciptaan, integrasi dan implementasi dari beberapa bentuk marketing communication (promosi penjualan, iklan, publisitas, acara-acara, dan seterusnya) telah disampaikan dari waktu ke waktu kepada pelanggan target merek dan calon pelanggan. IMC memiliki tujuan akhir yaitu untuk mempengaruhi secara tidak langsung atau langsung audiens yang menjadi tagert Marketing Comunication, IMC menjelaskan bahwa syarat semua media komunikasi merek menyampaikan pesan yang benar dan konsisten. Dalam proses IMC mengharuskan bahwa calon pelanggan merupakan awal untuk menentukan jenis pesan dan media yang nantinya mampu membujuk, menginformasikan dan mendorong tindakan yang diharapkan. Periklanan Periklanan (advertising) adalah suatu penyajian dan promosi atas ide-ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan tertentu. Kunci utama dari periklanan adalah suatu iklan harus dapat membuat perhatian calon konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan (Hermawan, 2012:72). Sedangkan menurut Kotler dan Keller periklanan suatu bentuk non personal dari ide-ide, barang atau jasa oleh sponsor diidentifikasi melalui media penyiaran, media jaringan, media cetak, media elektronik dan media display (billboard, poster dan tanda-tanda) (Kevin, 2016).


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 56 dari 62 Periklanan merupakan suatu faktor yang penting dalam perusahaan. Periklanan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengembangkan suatu merek dalam produk. Konsumen yang sudah ada dengan adanya periklanan menjaga hubungan dengan produk dan jasa terbaru yang telah tersedia bagi konsumen, dengan mengingatkan keberadaan produk. Terdapat beberapa tujuan dari suatu iklan merupakan bentuk komunikasi yang spesifik untuk meraih dikhalayak khusus di beberapa periode waktu tertentu. (Kotler, 2008:221), menjelaskan bahwa tujuan dari periklanan terdapat 3 kategori utama yaitu: 1) Memberikan informasi (to inform) artinya menyampaikan ke konsumen mengenai suatu produk baru. 2) Membujuk (to persuade) artinya mendorong calon konsumen untuk beralih ke produk berbeda. 3) Mengingatkan (to remind) artinya mengingatkan kepada pembeli untuk memperoleh produk. Efektivitas iklan Menurut Efendy (2002) Efektivitas iklan adalah seberapa jauh pesan yang disampaikan dapat menarik, dipahami, dimengerti dan dapat menggerakan konsumen untuk menanggapi iklan tersebut. Efektifitas periklanan dapat diukur dari seberapa besar dampak komunikasi yang disampaikan melalui iklan yang tujuannya untuk mengetahui potensi iklan pada kesadaran dan pengetahuan konsumen.Suatu perusahaan menggunakan televisi sebagai media iklan dikarenakan televisi merupakan media yang menggabungkan audio, visual dan gerak. Untuk diharapkan dengan adanya media televisi dapat mempengaruhi minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Berikut penjelasan beberapa kreteria iklan yang dianggap efektif menurut Shimp dan Andrews (2013) sebagai berikut: 1) Iklan merupakan manifestasi dari stategi pemasaran. 2) Iklan efektif berasal dari konsumen, ini berdasarkan nilai yang diinginkan konsumen bukan hanya berdasarkan kebutuhan pemasar. 3) Iklan dapat menemukan cara yang unik untuk menembus iklan di pasar. 4) Iklan yang efektif tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat dilakukan. 5) Mencegah ide-ide kreatif yang berasal dari strategi tidak jelas. EPIC Model Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan EPIC Model yang dikembangkan oleh AC Nielsen (2008), merupakan salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia. Berikut dipaparkan dimensi-dimensi pada EPIC Model. 1) Empathy (empati), berhubungan dengan emosional yang memberikan informasi, apakah konsumen menyukai iklan yang disampaikan dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara iklan dengan pribadi konsumen. 2) Persuasion (persuasi) berusaha mempengaruhi sikap dan perilaku pelanggan melalui media persuasif. Persuasi adalah suatu perubahan sikap, perilaku dan kepercayaan berperilaku yang disebabkan suatu komunikasi promosi. 3) Impact (dampak) merupakan dampak yang diinginkan dari hasil promosi di media sosial yang artinya meningkatkan pengetahuan tentang media sosial dan melihat respon penonton (Syah, 2016:2667). 4) Communication (komunikasi) dimaknai sebagai kemampuan konsumen untuk mengingat pesan utama iklan yang disampaikan, pemahaman konsumen serta kekuatan pesan yang tertanam di benak konsumen.


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 57 dari 62 C. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Teknik dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan nonprobability sampling untuk jenis purposive sampling dengan kriteria orang yang sering melihat iklan tayangan Indomie versi “Ayam Geprek” yang lebih dari 2 kali. Subjek penelitian Mayarakat Desa Sukoiber Kabupaten Jombang yang pernah melihat iklan televisis Indomie versi “Ayam Geprek”. Sedangkan objek yang dilakukan dalam penelitian ini adalah efektivitas ikan di televisi yang dilakukan oleh Indomies versi “Ayam Geprek”. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan alat analisis SPSS V. 21. Populasi yang ditargetkan yaitu Mayarakat Desa Gudo Kabupaten Jombang yang menjadi konsumen Indomie dan sering melihat televisi dan pernah melihat iklan yang dtayangkan Indomie versi “Ayam Geprek”. Jumlah populasinya banyak dan jumlahnya belum diketahui. Pada penelitian ini populasi yang digunakan berukuran besar dan tidak diketahui jumlahnya. Dengan menggunakan rumus Wibisono (2003:43), maka digunakan sampel sebanyak 97 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang, hal ini untuk mengantisipasi apabila terdapat kuesioner (data) penelitian yang tidak lengkap atau rusak. Analisis Diskiptif dengan Metode EPIC Model Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan analisis EPIC Model dengan menggunakan Skala Likert untuk mengukur efektivitas iklan dalam setiap dimensi, untuk responden digunakan untuk menyatakan tingkat efektif dan tidak efektif mengenai pernyataan tentang orang, objek, perilaku atau kejadian. Kemudian hasil pengukuran diberikan kepada responden untuk meminta menjawab satu untuk masing-masing jawaban yang memiliki nilai yang berbeda. Efektivitas iklan dapat diketahui dengan menggunakan analisis tabulasi sederhana, perhitungan rata-rata terbobot, EPIC rate dan standar deviasi. Analisis Tabulasi Data Untuk metode rumus yang digunakan menurut Sudjana (2001) yaitu: Rentang skor nilai skor tertinggi  nilai skor terendah jumlah kategori 5  1 5 0,8 Di mana nilai skor tertinggi = 5 dan nilai skor terendah = 1 Dalam setiap dimensi EPIC Model secara terpisah akan dianalisis dengan menggunakan metode skor rata-rata untuk mengetahui apakah efektivitas setiap dimensi, selanjutnya nilai rata-rata tersebut akan dimasukkan dalam rentang skala dari sangat tidak efektif (STE) sampai dengan rentang skala sangat efektif (SE). Dengan demikian posisi keputusan menjadi: STE TE CE E SE


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 58 dari 62 1,00 1,80 2,60 3,40 4,20 5,00 Keterangan : STE = Sangat Tidak Efektif (masuk skala 1,00 1,80) TE = Tidak Efektif (masuk skala 1,81 2,60) CE = Cukup Efektif (masuk skala 2,61 3,40) E = Efektif (masuk skala 3,41 4,20) SE = Sangat Efektif (masuk skala 4,21 5,00) D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Responden Dari hasil pengelolaan data, diketahui bahwa diskriptif responden sebanyak 100 yang terdiri dari 43 laiki dan 57 perempuan. Sebagian besar responden memiliki usia diatas 30 tahun sebanyak 45 orang dan dibawah 30 tahun sebanyak 55 orang. Berdasarkan tingkat pekerjaan responden terbesar pada pekerjaan lainlain sebanyak 42 orang, pekerjaan karyawan swasta sebanyak 36 orang, pelajar atau mahasiswa sebanyak 19 orang, pekerjaan TNI/POLRI/PNS sebanyak 3 orang. dan pendapatan tertinggi 1.000.000 sebanyak 55 orang dan terendah 500.000-1.000.000 sebanyak 45 orang. Hasil Perhitungan EPIC Model Setelah dimensi dari iklan diperoleh hasilnya, langkah selanjutnya adalah mengetahui efektivitas iklan secara keselurahan. Rumusnya sebagai berikut: EPIC Rate = Xempathy+ Xpersuasion+ Ximpact+ Xcommunication 4 EPIC Rate = 3,60 + 3,43 + 3,74 +3,65 = 14,42 4 = 3,60 Setelah dimensi dari iklan diperoleh hasilnya, langkah selanjutnya adalah mengetahui efektivitas iklan secara keselurahan. Tabel 1. Skor EPIC Model pada Iklan Indomie versi Ayam Geprek No Dimensi Rata-rata Keterangan 1 Empathy (X1) 3,60 Efektif 2 Persuasion (X2) 3,43 Efektif 3 Impact (X3) 3,74 Efektif 4 Commuication (X4) 3,65 Efektif Rata-rata 3,60 Efektif Sumber: Analisis Data Primer (2019) Berdasarkan tabel 1. secara keseluruhan dapat dinyatakan hasil akhir dari EPIC rate iklan Indomie versi Ayam Geprek adalah 3,60 dan termasuk dalam kategori efektif. Kategori ini menunjukkan bahwa iklan Indomie versi Ayam Geprek efektif dalam menginformasikan ke konsumen yang melihat tayangan iklan tersebut di


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 59 dari 62 3,60= Efektif 3,74= Efektif 3,43= Efektif 3,65= Efektif Impact Persuasion televisi. Nilai tertinggi pada variabel impact sebesar 3,74, yang berarti bahwa iklan mampu membuat masyarakat mengetahui tentang varian terbaru produk Indomie yang mengikuti tren di masyarakat yang sedang menggemari makanan pedas, seperti ayam geprek. Dari keempat dimensi EPIC Model juga disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 1. Empathy 5 4 3 2 5 4 3 2 1 2 3 4 5 2 3 4 5 Communication Sumber: Analisis Data Primer (2019) Gambar 1. Analisis EPIC Model pada iklan Indomie versi Ayam Geprek Pembahasan Berdasarkan pada hasil analisa EPIC Model yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi (empathy, persuation, impact, dan communication). keempat variabel secara terpisah menunjukan hasil yang efektif dan penilaian iklan secara keseluruhan termasuk dalam kategori efektif. Menurut Shimp, (2014:198) Beberapa perusahaan bisnis dan tidak hanya non-profit mempunyai keyakinan akan iklan. Secara umum, periklanan memiliki lima nilai fungsi penting dalam komunikasi, yaitu Memberikan informasi, memberi pengaruh , dan mengingatkan. Dimensi empati adalah kemampuan yang berhubungan dengan perasaan orang lain atau merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain. Menurut Peter, Olson (2010) empathy melibatkan afeksi dan kognisi konsumen. Afeksi melibatkan perasaan dan kognitif melibatkan pemikiran. Dari hasil analisis EPIC Model variabel empathy masuk dalam kategori efektif. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen menyukai iklan Indomie versi Ayam Geprek di Televsi, karena iklan telah memberikan perasaan seperti sangat mewakili semangat mudah dan rasa ingin untuk mencoba.


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 60 dari 62 Menurut Peter, Olson (2010) dimensi persuasi berupaya memberikan informasi apakah suatu iklan bisa merubah pandangan konsumen atau justru kepercayaan menjadikan munculnya keinginan dan sikap untuk membeli produk yang diiklankan. Dari hasil analisis EPIC Model variabel persuasion termasuk dalam kategori efektif. Dapat disimpulkan bahwa hal ini menunjukkan iklan Indomie versi Ayam Geprek mempengaruhi konsumen untuk membeli produk Indomie setelah melihat iklan Indomie versi Ayam geprek. Menurut Durianto (2003) Dimensi impact menunjukkan apakah suatu merek terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang sama dan apakah iklan mampu melibatkan konsumen dalan pesan yang disampaikan. Hasil dari analisis impact masuk dalam kategori efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa iklan Indomie versi Ayam Geprek bahwa konsumen mengetahui produk Indomie yang diiklankan di televisi. Menurut Durianto (2003) dimensi communication menyampaikan informasi mengenai kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen dan kekuatan kesan yang ditinggalkan. Hasil dari analsis EPIC Model dari variabel Communication termasuk dalam kategori efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa iklan dapat mengenalkan produk Indomie kepada konsumen. Secara keseluruhan efektivitas iklan Indomie versi Ayam Geprek dinytakan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari keempat variabel yang diteliti, impact merupakan variabel yang tertinggi dibandingkan variabel lainnya. Sedangkan variabel persuasion memiliki nilai efektivitas rendah, sehingga perlu melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja iklan selanjutnya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ari (2016). Hasil penelitian tersebut menunjukkan efektivitas iklan dari keempat variabel yang diteliti dinyatakan efektif, sehingga dapat diketahui dimensi EPIC Model dijadikan sebagai metode untuk mengukur efektivitas periklanan. E. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efektivitas iklan Indomie versi Ayam Geprek di televisi dengan menggunakan EPIC Model. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa masing-masing dari keempat dimensi EPIC Model yaitu empathy, persuasion, impact dan communication dinyatakan efektif. Dapat disimpulkan bahwa secara iklan Indomie versi Ayam Geprek di televisi adalah efektif dalam mempengaruhi masyarakat. Implikasi penelitian ini bagi perusahaan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan iklan agar kinerja dari iklan menjadi lebih efektif. Iklan yang efektif dengan menciptakan iklan yang kreatif, sehingga mampu menarik konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain untuk mengukur efektivitas iklan seperti metode Direct


E. Pancaningrum, D. K. Sari Halaman 61 dari 62 Racting Method, Media Mix Planning, Customer Response Index atau Consumer Desicion. DAFTAR PUSTAKA Durianto. (2003). Invasi pasar dengan iklan yang efektif. Jakarta : Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama. Efendy, O. U. (2002). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Ekarina. (2019, April 6). Retrieved from Katadata: http://m.katadata.co.id Fajar, T. (2019, 7 4). Okefinance. Retrieved from Okezone: https://economy.okezone.com Febrina Syah, A. S. (2016). efektivitas iklan media sosial menggunakan EPIC AC Nielsen pada operator seluler di Indonesia. e-Proceeding of Management, 2667. Ferdinand, A. (2014). Metode penelitian Manajemen . Semarang. Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Penerbit: Universitas Diponogoro. Graham Kemp, H. R. (2010). judging creative idea- a best practice guide to assessing agency creativity. UK:IPA. Hermawan, D. A. (2012). Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ihza, Y. (2013). Bujuk rayu konsumerisme, menelaah persuasi iklan di Era konsumsi. Depok, Jawa Barat : Linea Pustaka. Kevin, P. K. (2016). Marketing Management 16 edition. New Jarsey: Person . Kotler, P. A. (2008). Principles of marketing (ed 5 ed.). New York: Prentice Hall. Olson, J. P. (1996). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta. Prisgunanto, I. (2006). Komunikasi pemasaran: Strategi dan Taktik. Bogor: Ghalia Indonesia. Rahadian, L. (2019, maret 22). Retrieved from bisnis.com: https://m.bisnis.com Shimp, T. A. (2014). Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Periklanan dan Promosi . Jakarta: Salemba Empat. Shimp, T. A., and Andrews, C. J. (2013). Advertising, promosion, and other aspects of integrated marketing communication. Ninth edition: USA: Cengage learning. Sian yet, P. G. (2013). Analisis efektivitas iklan TV sirup Markisa dengan pendekatan EPIC Model Pt. Majujaya Pohon Pinang. Sugiyono. (2014). metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta. T Shimp, J. A. (2010). iklan prmosi dan aspek lain dari komunikasi pemasaran terpadu (ed 9 ed.). Thomson selatan-barat. Wibisono, D. (2003). Riset Bisnis . Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.


Click to View FlipBook Version