EKSIS JURNAL RISET EKONOMI DAN BISNIS VOLUME 10 NO 2, OKTOBER 2015
EKSIS: Jurnal Riset Ekonomi Dan Bisnis Diterbitkan oleh Lembaga Publikasi Dan Penerbitan Karya Ilmiah (LP2KI) STIE PGRI Dewantara Jombang Terbit 2 (dua) kali setahun (April dan Oktober). ISSN: 1907 – 7513 berisi tentang hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori dalam bidang ilmu ekonomi dan bisnis Penanggung Jawab Yuniep Mujati Suaidah, Ketua STIE PGRI Dewantara Jombang, Indonesia Ketua Dewan Editor Langgeng Prayitno Utomo, STIE PGRI Dewantara Jombang Dewan Penyunting: Nur Anisa, STIE PGRI Dewantara Jombang Lilik Pujiati, STIE PGRI Dewantara Jombang Dwi Ermayanti Susilo, STIE PGRI Dewantara Jombang Nuri Purwanto, STIE PGRI Dewantara Jombang Penyunting Kehormatan: Sri Endah Nurhidayati, Universitas Airlangga Rahmat Yuliawan, Universitas Airlangga Ardi Gunardi, Universitas Pasundan Bandung Edi Subiyantoro, Universitas Merdeka Malang Harianto Respati, Universitas Merdeka Malang Mirna Indriani, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Alamat Redaksi dan Tata Usaha Gedung Business Center Jln. Prof. M.Yamin No 77 Jombang, telp (+62 321 – 865180) Fax (+62 321 – 853807)
EKSIS: JURNAL RISET EKONOMI DAN BISNIS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PGRI DEWANTARA JOMBANG VOLUME 10 NOMOR 2, OKTOBER 2015 DAFTAR ISI Langgeng Prayitno Utomo Pengaruh Postur Motivasi Atas Cara Pandang Wajib Pajak Kepada Fiskus Terhadap Kepatuhan Pembayaran Pajak Orang Pribadi 106-118 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S Investment Opportunity Set (Ios) Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia 119-135 Supriadi Analisis Pengaruh Perubahan Laba, Debt To Equity Ratio (Der), Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman (Food And Beverage) Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Bei) 136-155 Oktaviani Mariyanti, Nur Anisah Perlakuan Akuntansi Ijarah Dalam Pembiayaan Multi Jasa Berdasarkan Psak 107 Pada Pt. Bprs Lantabur Tebuireng Jombang 156-170 Prasetya Tri Mahendra Pengaruh Kebijakan Hutang, Struktur Modal Dan Profitabilitas Terhadap Aktivitas Investasi Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 171-180 Mutmainah Analisis Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan 181-195 Lina Ariani Analisis Faktor-Faktor Kepuasan Karyawan Pt. Osi Electronics Displays Batam 196-204 Lilik Pujiati, Widya Ratna Pengaruh Penggunaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Perusahaan Sub Sektor Kosmetik Dan Keperluan Rumah Tangga Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 205-214
PENGARUH POSTUR MOTIVASI ATAS CARA PANDANG WAJIB PAJAK KEPADA FISKUS TERHADAP KEPATUHAN PEMBAYARAN PAJAK ORANG PRIBADI Writer: Langgeng Prayitno Utomo Correspondence: [email protected] Institution: STIE PGRI Dewantara Jombang EKSIS Vol X No 2, Oktober 2015 ISSN: 1907-7513 http://ejournal.stiedewantara.ac.id Abstract The purpose of this study was to determine the effect of posture motivation and level of education of the individual taxpayer compliance in reporting tax. This study used a sample of 99 individual taxpayers who have small businesses. Analysis model used in this research is regression analysis berganda.Hasil study showed that motivation in the form of a variable posture capitulation, resistance, disengagement and playing games as well as a variable level of education is partially not affect the compliance of ndividual taxpayers in implementing tax compliance, while factors such as motivation posture variable commitment partially affect an individual taxpayer compliance in implementing tax compliance. Taken together, all of the variables do not affect the compliance of individual taxpayers in implementing tax compliance. Keywords: Posture motivation, level of education, tax compliance Absrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh postur motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan SPT. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 99 wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha kecil. Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur motivasi berupa variabel capitulation, resistance, disengagement dan game playing serta variabel tingkat pendidikan secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak, sedangkan faktor postur motivasi berupa variabel commitment secara parsial mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Secara bersama-sama, seluruh variabel tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Kata Kunci: Postur motivasi, tingkat pendidikan, kepatuhan wajib pajak
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 107 A. PENDAHULUAN Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan bernegara, tidak hanya berfungsi sebagai sumber pendapatan negara namun juga memiliki fungsi distribusi pendapatan. besarnya peran pajak dalam membiayai pembangunan juga tercermin dari sumber APBN tahun 2013 yakni 77,9% dari total penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak. Mengingat pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktora Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dengan diberlakukannya self assessment system dalam pemungutan pajak sejak tahun fiskal 1984. Menurut Dudi Wahyudi (2007), pelaksanaan sistem self assessment tersebut harus didukung oleh tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Sayangnya di Indonesia tingkat kesadaran dan kepatuhan tentang pajak ini sangat rendah . ada dua faktor yang mendorong tingkat kesdaran wajib pajak yaitu faktor ekonomi adalah: the level of actual income,tax rates, tax benefits, penalties, tax audits, fines, audit probability, dan faktor non ekonomi adalah: attitude toward taxes, personal, social and national norms, dan perceived fairness of tax system. Selain itu motivasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alm (2013), menujukan bahwa keputusan kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh utilitas yang akan diperoleh dengan adanya insentif keuangan. Insentif keuangan dibentuk oleh sanksi dan denda perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak. Penelitian Alm ini juga menyebutkan bahwa wajib pajak tidak selalu berperilaku dalam pandangan teori kriminologi ekonomi di atas, seperti egois, rasional, mementingkan diri sendiri, melainkan sering termotivasi oleh banyak faktor lain seperti norma- norma sosial, moralitas, altruisme, dan keadilan. Penelitian yang dilakukan oleh Braithwaite, Murphy, and Reinhart (2007) dengan menggunakan indikator postur motivasi (motivational posture) untuk mengetahui motivasi wajib pajak dalam memenuhi kepatuhan pajak. Postur motivasi adalah gabungan dari kepercayaan, sikap, preferensi, minat, dan perasaan yangsecara simultan akan mengkomunikasikan sejauh mana sikap suatu individu terhadap kebijakan pemerintah. Dalam postur motivasi menjelaskan sikap wajib pajak yang harus dikelola ketika fiskus membutuhkan perubahan atau menginginkan penjelasan atas suatu perilaku pajak atau jarak sosial yang diambil oleh wajib pajak ketika berhadapan dengan fiskus. Perilaku pajak yang terkait dengan kepatuhan atau ketidakpatuhan antara lain adalah tidak menyampaikan surat pemberitahuan tahunan, tidak melaporkan pendapatan dalam surat pemberitahuan tahunan, keterlibatan dalam shadow economy, atau tidak melaporkan biaya sesungguhnya. Cara pandang atau evaluasi wajib pajak terhadap fiskus tampak dalam lima postur motivasi yang diidentifikasikan dalam penelitian tersebut adalah 1) commitment, 2) capitulation, 3) resistance, 4) disengagement dan 5) game playing. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa commitment adalah tingkatan ketika wajib pajak secara sadar berkeinginan atas kehendaknya sendiri untuk merasa terlibat dengan misi otoritas pajak sebagai regulator. Penelitian Braithwaite tersebut dilakukan di Australia dengan didasari pemikiran bahwa dalam mengusahakan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 108 munculnya kepatuhan wajib pajak, fiskus seharusnya bersikap profesional, tanggap, adil (fair), terbuka dan bisa diandalkan dalam membantu wajib pajak untuk patuh. Artinya, jarak sosial antara fiskus dan wajib pajak semakin dekat, fiskus bisa mendapatkan respek dari wajib pajak dan dengan demikian semakin banyak wajib pajak tidak secara sengaja menghindari kewajiban perpajakannya. Contohnya, ketika wajib pajak mau secara terbuka mengakui kesalahannya, melakukan koreksi atau pembetulan dan memenuhi harapan negara, maka wajib pajak menunjukkan postur commitment atau capitulation. Torgler and Schneider (2005:231) menyebutkan bahwa faktor kepatuhan wajib pajak di Austria juga dipengaruhi oleh motivasi instrinsik wajib pajak yaitu faktor moral. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak adalah variabel kepercayaan atau kebanggaan yang mempengaruhi moral wajib pajak sehingga diidentifikasi sebagai faktor penentu utama yang membentuk semangat kepatuhan pajak wajib pajak Austria. Di sisi lain wajib pajak tetap ingin memanfaatkan adanya celah dalam peraturan perpajakan yang memungkinkan pembayaran pajak yang minimal atau yang biasa disebut sebagai perencanaan pajak. Dengan demikian kepatuhan wajib pajak bukan hanya didasarkan pada faktor-faktor ekonomi tersebut, tetapi juga faktor-faktor non ekonomi, seperti faktor motivasi, norma sosial, dan etika. Salah satu faktor motivasi yang diduga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dengan mempertimbangkan postur motivasi. Penelitian selanjutnya oleh Susi (2008) yang menunjukkan bahwa motivasi dan tingkat pendidikan secara bersama-sama (silmutan) berpengaruh secara signifikan sebesar 37 % terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan sisanya 63 % dijelaskan oleh variabel lain. Penelitian lain oleh Mangoting (2013) menunjukkan bahwa postur motivasi berupa variabel commitment, capitulation, resistance dan disengagement secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Variabel game playing secara parsial mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Namun faktor postur motivasi secara simultan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya penulis mencoba untuk meneliti kembali. Apakah commitment, capitulation, resistence, disengament, dan game playing mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pibadi ?, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh postur motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, apakah terdapat pengaruh yang signifikan atau tidak. B. LANDASAN TEORI Konsep Dasar Perpajakan Menurut Feldmann dalam De Over Heidsmiddelen Van Indonesia dalam buku Waluyo, (2011:2) Pajak adalah prestasi yag dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapka secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Menurut Smeets dalam De Economische Betekeis Belastingen dalam buku Thomas Sumarsan, (2010:3) pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-orma umum dan yang dapat
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 109 dipaksakannya, tanpa adaya kontraprestasi yag dapat ditunjukkan dalam hal individual, dimaksudkan untuk membiayai pegeluaran pemerintah. Pajak Penghasilan Setelah mengetahui pengertian pajak, definisi penghasilan penghasilan menurut UU No. 38 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 adalah : “setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun .” Postur Motivasi ditinjau dari Commintment, Capitulation, Resistance, Disengagement, dan Game Playin. Pemerintah harus menyadari bahwa faktor ekonomi dalam meningkatkan kepatuhan pajak seperti tarif pajak, sanksi dan denda administrasi seharusnya tidak lagi menjadi fokus utama pemerintah untuk membuat wajib pajak patuh dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Meskipun pemerintah mempunyai legitimasi hukum untuk memaksa wajib pajak, tetapi pemerintah tidak mempunyai legitimasi psikologi, sehingga diperlukan adanya pendekatan baru dalam rangka meningkatkan kepatuhan pajak. Individu dan kelompok- kelompok di sisi lain akan memberikan evaluasi terhadap pemerintah, atau dalam hal ini fiskus, untuk melihat bagaimana keberpihakan fiskus atau kinerja fiskus, yang pada akhirnya akan membentuk jarak antara wajib pajak dan fiskus. Bogardus yang dikutip oleh Braithwaite (2007:138) menyebut jarak ini sebagai jarak sosial (social distance), jarak sosial tercipta saat individu atau kelompok tadi memilih apakah mereka akan lebih dekat, mendukung, sejalan dengan fiskus atau memilih apakah mereka menjauh, menghindari kontak dengan fiskus. Jarak yang tercipta pertama kali mungkin adalah sebuah intuisi, namun dalam jangka panjang sudah bukan intuisi lagi. Individual dan kelompok wajib pajak ini akan mengartikulasikan keyakinan mereka, mengembangkan rasionalisasi dari intuisi atau perasaan tadi serta menggunakan nilai dan ideologi untuk menempatkan diri, menjaga jarak dengan fiskus. Gabungan antara keyakinan dan perilaku yang saling terkait dibagikan, dipertanyakan, diuji, dan menjadi bagian dari kehidupan sosial sebuah komunitas. Gabungan dari kepercayaan, sikap, preferensi, minat, dan perasaan yang secara simultan akan mengkomunikasikan sejauh mana suatu individu, dalam hal ini wajib pajak, bersikap terhadap pemerintah, dalam hal ini fiskus, disebut sebagai postur motivasi. Menurut Braithwaite, postur motivasi adalah sinyal sosial yang dikirimkan oleh individu kepada otoritas pemungut pajak sebagai alat komunikasi sosial untuk mengetahui jarak sosial antara wajib pajak dan otoritas pemungut pajak. Dalam kaitannya dengan peraturan perpajakan, konsep jarak sosial berguna untuk menjelaskan bagaimana individu individu menempatkan diri mereka di luar jangkauan dan pengaruh otoritas, sehingga otoritas tidak mengerti atau tidak mau mendengar tuntutan, dan akhirnya individu sebagai pembayar pajak tidak takut konsekuensi dari ketidakpatuhan. Semakin jauh jarak sosial menandakan bahwa peraturan- peraturan perpajakan yang dibuat belum mencerminkan keinginan individu pembayar berkaitan dengan keadilan pemungutan pajak, keadilan penetapan tariff pajak, kesederhanaan tata cara pemungutan pajak.
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 110 Seperti telah disampaikan, ada lima postur motivasi yang diidentifikasi oleh Braithwaite (2007:139) yaitu: 1) commitment, 2) capitulation, 3) resistance, 4) disengagement dan 5) game playing. Dua postur menunjukkan orientasi positif wajib pajak terhadap fiskus yaitu commitment dan capitulation. Tiga postur yang lainnya menunjukkan postur yang menunjukkan orientasi negatif. Pengukuran yang dilakukan oleh Braithwaite kepada tiap individu adalah dengan memberikan daftar pernyata-an kepada setiap individu. Dalam setiap postur diberikan beberapa pernyataan yang dianggap bisa menjabarkan postur tersebut. Commitment adalah cerminan keyakinan wajib pajak akan suatu sistem pajak yang dikehendaki, dan kesadaran wajib pajak bahwa ia memiliki obligasi moral untuk membayar pajak dengan benar. Capitulation (penyerahan) menggambarkan individu yang menerima fiskus sebagai pihak yang memiliki legitimasi dan menganggap bahwa fiskus akan melaksanakan berbagai aturan dengan benar. Resistance adalah suatu perlawanan terbuka terhadap otoritas pajak. Wajib pajak menguatirkan apakah fiskus benar-benar memiliki maksud yang baik dan terus menerus mengajukan kritik dan ajakan kepada wajib pajak lainnya untuk lebih berhati-hati dan memperjuangkan hak sebagai wajib pajak. Disengagement merupakan bentuk lain dari resistensi yang lebih dalam, melibatkan keterpisahan psikologis dari otoritas pajak akibat adanya kekecewaan yang meluas. Game playing mewakili perilaku yang lebih imajinatif dan praktek untuk menghindar dari ketentuan dengan cara “memainkan aturan”. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah sifat patuh, kaetaatan. Menurut Safri Nurmantu (2005:86) pengertian kepatuhan diarrtikan bahwa Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak dan perpajakannya. Terdapat dua macam kepatuhan, yakni kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang perpajakan. Yang sering terjadi wajib pajak telah memenuhi kepatuhan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatukeadaan dimana Wajib Pajak secara subtantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan. kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar SPT sesuai dengan ketentuan dan menyampaiakannya ke kantor pelayanan pajak sebelum batas waktu berakhir. Model Penelitian Model penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas (X) yang mempengaruhi variabel terikat (Y)seperti pada gambar berikut:
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 111 Gambar 1: Model Penelitian Hipotesis H1: Commitment berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Commitment menunjukkan keyakinan wajib pajak terhadap suatu sistem pajak yang dikehendaki. Dengan demikian wajib pajak secara sadar berkeinginan atas kehendaknya sendiri untuk merasa terlibat dengan misi otoritas pajak sebagai regulator. Wajib pajak merasa bahwa membayar pajak adalah hal yang benar dan ia bertanggungjawab terhadap kewajibannya dengan membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan kondisi yang sebenarnya (Braithwaite, 2007:138). Semakin baik komitmen wajib pajak, semakin patuh wajib pajak tersebut. H2: Capitulation berpengaruh terhadap kepatuh-an wajib pajak orang pribadi. Capitulation (penyerahan, kepasrahan) menunjukkan bahwa wajib pajak bisa menerima Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagai pihak yang memiliki legitimasi. Wajib pajak menerima berbagai aturan yang ditetapkan, menyadari bahwa peraturan itu tidak sempurna namun bisa diterapkan dengan baik. Wajib pajak lebih ingin terlibat banyak dengan DJP. Redistribusi pendapatan lebih dapat diterima oleh wajib pajak ketika proses politik dipersepsikan semakin adil sehingga hasil dari proses politik tersebut memiliki legitimasi yang baik pula (Braithwaite, 2007:138). Semakin tinggi capitulation wajib pajak, semakin patuh wajib pajak tersebut. H3: Resistance berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Dalam penelitian Braithwaite (2007:139) resistance menunjukkan bahwa wajib pajak menguatirkan apakah fiskus benar-benar memiliki maksud yang baik. Wajib pajak merasa bahwa fiskus lebih tertarik untuk “menangkap” wajib pajak karena melakukan yang salah dan tidak menolong wajib pajak untuk melakukan yang beanr. Wajib pajak terus menerus mengajukan kritik dan ajakan kepada wajib pajak lainnya untuk lebih berhati-hati dan memperjuangkan hak sebagai wajib pajak. Peran fiskus sangat mempengaruhi perilaku wajib pajak. Jika fiskus dipersepsikan oleh wajib pajak sebagai pihak yang tidak memiliki legitimasi, maka resistensi wajib pajak dalam postur motivasi akan semakin besar dan wajib pajak semakin tidak patuh. Postur Motivasi Commitment (X1) Capitulation(X2) Resistance (X3) Disengagement (X4) Game Playing (X5) Kepatuhan Pajak (Y)
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 112 H4: Disengagement berpengaruh terhadap kepatuh-an wajib pajak orang pribadi Braithwaite (2007:139) menyebutkan bahwa disengagement merupakan bentuk lain dari resis-tensi yang lebih dalam atau menjadi tidak peduli. Jika fiskus dirasakan terlalu keras terhadap wajib pajak, maka wajib pajak akan memilih untuk tidak kooperatif. Wajib pajak tidak terlalu peduli dengan apa yang diinginkan oleh fiskus dan juga tidak berusaha untuk menanyakannya. Wajib pajak semakin terpisah secara psikologis dengan fiskus. Semakin tinggi disengagement wajib pajak, maka wajib pajak tersebut semakin tidak patuh. H5: Game Playing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Game playing ditunjukkan oleh adanya praktek untuk menghindari pajak dengan cara “memainkan aturan”. Hukum atau aturan di-pandang sebagai sesuatu yang dapat dibentuk untuk memenuhi tujuan pihak-pihak tertentu. Para game players adalah sebagian wajib pajak yang berusaha untuk menemukan loophole dalam aturan-aturan perpajakan, memanfaatkan adanya grey area yang bisa memberikan keuntungan bagi mereka. Sementara di sisi lain, insentif yang disediakan bagi para wajib pajak yang membayar pajak dengan sesungguhnya sangat rendah, karena mereka yang tidak melaporkan seluruh penghasilannya juga tidak harus membayar pajak (Feld & Frey, 2007:105). Semakin tinggi game playing yang dilakukan wajib pajak, maka wajib pajak tersebut semakin tidak patuh. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, dengan mengunakan data statistik yang di dapatkan dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jombang, jumlah wajib pajak orang pribadi yang memiliki UMKM yang ada di Kabupaten Jombang hingga tahun 2014 sebanyak 29.093. Maka jumlah sampel untuk penelitian menggunakan rumus slovin (Riduwan, 2006:65) dengan margin of error sebesar 10% adalah: n = 29.093 1 + 29.093 (10%) = 98,65 Sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 wajib pajak orang pribadi dengan tehnik randem sampel. Definisi operasional Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sehubungan dengan hipotesis dan permasalahan adalah : Variabel independen (X). Variabel inedependen adalah tipe variabel menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah : 1. Commitment (X1) dengan indikasi prilaku wajib pajak secara sadar berkeinginan atas kehendaknya sendiri untuk merasa terlibat dengan misi otoritas pajak sebagai regulator. 2. Capitulation (X2) dengan indikasi gambaran individu yang menerima berbagai aturan yang diterapkan kepadanya oleh otoritas pajak tanpa harus merasa terlibat dengan otoritas pajak. 3. Resistance (X3) dengan indikasi adanya suatu perlawanan terbuka terhadap otoritas pajak. 4. Disengagement (X4) dengan indikasi melibatkan keterpisahan psikologis dari otoritas pajak. 5. Game playing (X5) dengan indikasi adanya suatu perilaku yang lebih imajinatif dan praktek untuk menghindar dari ketentuan dengan cara “memainkan aturan”. Variabel dependen (Y). Variabel dependen adalahh tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 113 bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y). Indikator yang dipakai adalah : 1. Mengenai kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 2. Mengenai kewajiban menyetor PPh Pasal 25. 3. Kewajiban menyetor SPT tahunan untuk orang pribadi. 4. Melaporkan SPT PPh Pasal 25. Teknik Analisis Data Uji Asumsi Klasik Dalam tahap ini akan dilakukan uji normalitas dan uji multikolinieritas dimana uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak serta uji ultikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF nya. (Ghozali, 2009:95) dan juga Uji Autokorelasi cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin–Watson (DW test). Uji Regresi Linier Berganda Metode analisis yang dilakukan untuk menguji hipotesis adalah metode regresi linear berganda. Regresi dalam analisa ini memprediksi besar variabel yang menggunakan data dengan model variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk membuat kategori data yang bersifat kualitatif. Rumus Regresi Linear Berganda dengan variabel Dummy adalah : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6D + e Dimana : Y = `Variabel dependen (kepatuhan wajib pajak orang pribadi) α = Konstanta β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien regresi berganda antara masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen X1, X2, X3, X4, X5 = Variabel independen (unsur-unsur postur motivasi = Commitment, Capitulation, Resistance, Disengagement, & Game playing) D = Variabel dummy (tngkat pendidikan) e = kekeliruan. Uji Signifikan Parsial (Uji T) Menurut Sudjana (2005:377), analisis uji t digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat secara sendiri-sendiri. D. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 99 UKM yang berada di wilayah Jombang. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 150 buah dengan jangka waktu selama satu bulan denga jumlah kuesioner yang terkumpul adalah sebanyak 75 kuesioner atau 50%, selanjutnya dilakukan kembali penyebaran kuisioner sebanyak 50 buah dan jumlah yang kembali 32 buah sehingga total 107 buah. Kuesioner yang diolah berjumlah 99 buah, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh responden. Setelah dilakukan uji kualitas data baik uji validitas, uji realibilitas dan uji asumsi klasik seluruh data telah bebas dari berbagi macam ganguan dan telah terdistribusi normal, maka data dilanjutkan dengan uji hipotesis.
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 114 Uji Regresi Linier Berganda Tabel 1: Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) 20.774 4.195 4.952 .000 x1 .791 .325 .302 2.436 .018 x2 .033 .296 .014 .111 .912 x3 .551 .317 .211 1.640 .087 x4 .057 .260 .029 .218 .828 x5 .135 .158 .113 .855 .396 a. Dependent Variable: y Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS ver 16, 2015 Dari tabel diatas didapatkan nilai konstanta, maka model regresi yang terbentuk dinyatakan sebagai berikut : Y = 20,774 + 0,791X1 + 0,033X2 + 0,551X3 + 0,057X4 + 0,135X5 + e Keterangan: Y = kepatuhan wajib pajak orang pribadi α = Konstanta β1 = Koefisien regresi commitment β2 = Koefisien regresi capitulation β3 = Koefisien regresi resistance β4 = Koefisien regresi disengagement β5 = Koefisien regresi game playing X1 = commitment X2 = capitulation X3 = resistance X4 = disengagement X5 = game playing Hasil persamaan regresi, nilai konstanta sebesar 20,774 artinya commitment (X1), capitulation (X2), resistance (X3), disengagement (X4), dan game playing (X5) dianggap konstan maka kepatuhan wajib pajak orang pribadi konstan sebesar 20,774. H01 : Commitment berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Koefisien regresi variabel commitment (X1) sebesar 0,791 artinya kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,791 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Sedangkan Commitment berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, hasil perhitungan signifikan t menunjukkan bahwa nilai thitung 2,436 lebih besar dari ttabel 1,67 dan nilai signifikannya 0,018 lebih kecil probabilitas signifikan α = 0,05. Maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa commitment berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Yenni Mangonting (2013) yang menyebutkan bahwa commitment berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari hasil uji statistik parsial, variabel commitment adalah satu-satunya yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang yang memiliki usaha. Ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah merasa membayar pajak adalah hal yang benar dan ia bertanggung jawab terhadap terhadap kewajibannya dengan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 115 membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan kondisi sebenarnya. Semakin baik komitmen wajib pajak, semakin patuh pajak tersebut. H02 : Capitulation berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Koefisien regresi variabel capitulation (X2) sebesar 0,033 artinya kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,033 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.Capitulation berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, hasil perhitungan signifikan t menunjukkan bahwa nilai thitung 0,111 lebih kecil dari ttabel 1,67 dan nilai signifikannya 0,912 lebih besar probabilitas signifikan α = 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa capitulation tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yenni Mangonting (2013) yang menyebutkan bahwa capitulation secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari hasil uji statistik parsial, variabel capitulation tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun dari hasil penelitian ada responden yang setuju terhadap variabel capitulation. Hasil ini menunjukkan tanpa didasari variabel capitulation yang jelas, para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah tampaknya melakukan kewajiban perpajakannya semata-mata hanya karena ada aturan yang ditetapkan. H03 : Resistance berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Koefisien regresi variabel resistane (X3) sebesar 0,551 artinya kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,551 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Resistance berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, hasil perhitungan signifikan t menunjukkan bahwa nilai thitung 1,640 lebih kecil dari ttabel 1,67 dan nilai signifikannya 0,087 lebih besar probabilitas signifikan α = 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa resistance tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yenni Mangonting (2013) yang menyebutkan bahwa resistance secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari hasil uji statistik parsial, variabel resistance tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun dari hasil penelitian ada responden yang setuju terhadap variabel resistance. Hasil ini menunjukkan tanpa didasari variabel resistance yang jelas, tampaknya kegagalan untuk melaporkan dan menyetorkan pajak yang berimplikasi pada sanksi, denda dan pemeriksaan berusaha dihindari supaya social distance yang sudah terbentuk tidak berubah. H04 : Disengagement berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Koefisien regresi variabel disengagement (X4) sebesar 0,057 artinya kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,057 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Disengagement berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, hasil perhitungan signifikan t menunjukkan bahwa nilai thitung 0,218 lebih kecil dari ttabel 1,67 dan nilai signifikannya 0,828 lebih besar probabilitas signifikan α = 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa disengagement tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yenni
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 116 Mangonting (2013) yang menyebutkan bahwa disengagement secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari hasil uji statistik parsial, variabel disengagement tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun dari hasil penelitian ada responden yang setuju terhadap variabel disengagement. Hasil ini menunjukkan tanpa didasari variabel disengagement yang jelas, para pelaku usaha ini tampaknya sebisa mungkin menghindar dari kemungkinan diperiksa oleh fiskus. Braithwaite (2007:139) menyatakan bahwa disengagement pada tingkat yang lebih dalam justru semakin membuat wajib pajak berusaha memiliki jarak sosial yang semakin jauh, bahkan wajib pajak memilih supaya tidak menjadi perhatian atau deteksi fiskus. H05 : Game Playing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Koefisien regresi variabel game playing (X5) sebesar 0,135 artinya kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,135 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Serata game playing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, hasil perhitungan signifikan t menunjukkan bahwa nilai thitung 0,855 lebih kecil dari ttabel 1,67 dan nilai signifikannya 0,396 lebih besar probabilitas signifikan α = 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa game playing tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Yenni Mangonting (2013) yang menyebutkan bahwa game playing secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dari hasil uji statistik parsial, variabel game playing tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun dari hasil penelitian ada responden yang setuju terhadap variabel game playing. Hasil ini menunjukkan tanpa didasari variabel game playing yang jelas, para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah lebih mendasarkan motivasi membayar pajak karena melihat peluang untuk membayar pajak serendah mungkin tanpa melanggar aturan pajak. H06 : Commitment, Capitulation, Resistance, Disengagement,dan Game playinng berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi Pada hipotesis keenam (H06) yaitu postur commitment, capitulatin, resistance, disengagement, game playing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, hasil perhitungan simultan F menunjukkan bahwa nilai Fhitung 2,466 lebih besar dari Ftabel 2,37 dan nilai signifikannya 0,043 lebih besar standart signifikan α = 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa commitment, capitulatin, resistance, disengagement,dan game playing berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yenni Mangonting (2013) yang menyebutkan bahwa postur motivasi (commitment, capitulatin, resistance, disengagement, game playing) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak mempunyai motivasi untuk berkomitmen melaksanakan kewajiban pajak dan mentaati peraturan perpajakan yang berlaku, tetapi kemudian dipengaruhi faktor lain, seperti besaran pajak, denda, pemeriksaan. Maka muncul perlawanan terbuka terhadap otoritas pajak (resistance), dan timbul ketidakcocokan dengan otoritas pajak dan ketidakpedulian (disengagement) dan muncul keinginan untuk melakukan perencanaan pajak (game playing).
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 117 Koefisien Determinasi (R2 ) Sumber: Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS ver 16, 2015 Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,320 dapat disimpulkan bahwa variabel commitment, capitulatin, resistance, disengagement, game playing berpengaruh sebesar 32% terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dan sisanya 68% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. E. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan melaluwi hasil uji statistik dan pembahasan dalam penelitian ini, maka postur motivasi berupa variabel capitulation, resistance, disengagement, dan game playing secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Variabel commitment secara parsial mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kepatuhan pajak. Ini menunjukkan bahwa para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah merasa membayar pajak adalah hal yang benar dan ia bertanggung jawab terhadap terhadap kewajibannya dengan membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan kondisi sebenarnya. hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak mempunyai motivasi untuk berkomitmen melaksanakan kewajiban pajak dan mentaati peraturan perpajakan yang berlaku, tetapi kemudian dipengaruhi faktor lain, seperti besaran pajak, denda, pemeriksaan. Maka muncul perlawanan terbuka terhadap otoritas pajak (resistance), dan timbul ketidakcocokan dengan otoritas pajak dan ketidakpedulian (disengagement) dan muncul keinginan untuk melakukan perencanaan pajak (game playing). Agar wajib pajak terus dapat menjaga komitmen untuk membayar pajak tepat waktu dan tepat jumlah hendanya pendampingan dan penyuluhan perpajakan perludilakukan secara intensif yang tidak kalah penting perludilakukan oleh fiskus adalah memberi pelayanaan yang baik bukan menjadi debkolektor atau memberikan setikma buruk, serta menakutkan bagi bagi wajib pajak tetapi lebih mendekati sebagi teman dan rekan yang baik. Penelitian ini mempunyai keterbatasan. Periode penelitian ini dilakukan selama enam bulan saja, untuk itu pada penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode penelitian agar hasil penelitian lebih akurat. Selain itu, perlu diperhatikan juga operasional penelitian untuk memberikan hasil yang berkualitas atas instrumen yang diuji dan untuk mengukur variabel yang diteliti. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperluas lingkup penelitian, yaitu dengan menambah objek penelitian dan menambah variabel penelitian. Model Summaryb ,581a ,338 ,320 1,920 1,748 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate DurbinWatson a. Predictors: (Constant), X5, X2, X4, X1, X3 b. Dependent Variable: Y
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Langgeng Prayitno Utomo 118 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad.2009.Pendidikan untuk Pembangunan Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Grasindo : Jakarta. Alm, James.2013. Expanding the Theory of Tax Compliancefrom Individual Group Mativation. Deparment of Economics, Tulane University New Orlean, LA. Amilin. 2009. AnalisisPengaruh Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Wajib Pajak Terhadap Motivasi dalam Memenuhi Kewajiban Pajak. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta :Jakarta. Braithwaite,V., Murphy, K., & Reihart,M,. 2007. Taxaxion, Threat, Motiva tional Postures, and Responsive Regulation. Law and Policy,1. Dianawati, Susi. 2008. Analisis Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Field, Lars P., & Bruno S. Frey. 2007. Tax Compliance as the Result of a Psychological Tax Contract: The Role of Incentive and Responsive Regulation. Law& Policy, Vol. 29, No1. Ghozali.,Imam. 2009. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang Guwo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Grasindo : Jakarta. Harinaldi. Prinsip-Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta. Hutagoal, John. 2005. Sekilas tentang Badan Hukum Pendidikan dan Aspek Perpajakan. Berita pajak no 1525/tahun 37. Hutagoal, John. 2007. Perpajakan IsuIsu Kontenporer. Graha Ilmu : Yogyakarta. Mangonting, Yenni. 2013. Pengaruh Postur Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Universitas Kristen Petra Surabaya. Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta. Nurseto, Cahyo. 2002. Pengaruh Persepsi Tentang Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kesadaran Wajib Pajak. STAN Jakarta. Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta : Bandung. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Taisto: Bandung. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung ________, 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung Sumarsan, Thomas. 2010. Sistem Pengendalian Manajemen. Indeks : Jakarta Tongler, B., & Scheider, F. Attitudes Towards Paying Taxes in Austria.. An Epirical Analysis. Empirica 32 (2), 231- 250 : 2005 Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat : Jakarta http://dinkop-umkm.gievo.org. Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Jombang.Diakses pada 20 Juni 2015 http://pajak.go.id/content/pajak- penghasilan-orang-pribadi-untuk- keadilan Diakses pada 20 Maret 2015
INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) SEKTOR PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Writer: Omi Pramiana Dhani Ichsanuddin Diah Hari S Correspondence: Institution: UPN Veteran Jawa Timur EKSIS Vol X No 2, Oktober 2015 ISSN: 1907-7513 http://ejournal.stiedewantara.ac.id Abstract This study aims to test and prove the influence of company growth to profitability, funding decisions and IOS. Test and prove the effect of profitability on funding decisions and IOS, as well as test and prove the influence funding decisions on IOS. This research is quantitative. The sampling method used is purposive sampling with a sample of 168 financial statement. Data collection methods documentary studies obtained from the web the Indonesia Stock Exchange (www.idx.com). Analysis of the data to test the hypothesis in this study using Structural Equation Modeling (SEM) with Amos. The result of this study indicate that the Company growth does not make a major contribution to profitability. Company growth does not contribute significantly to the funding decision. Company growth contributed greatly to IOS. Profitability make a major contribution to the funding decision. Profitability did not contribute greatly to IOS. Funding decisions provide a major contribution to the IOS. Keywords: Growth, profitability, funding, IOS abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas, keputusan pendanaan dan IOS. Tes dan membuktikan pengaruh profitabilitas terhadap keputusan pendanaan dan iOS, serta pengujian dan membuktikan mempengaruhi keputusan pendanaan pada IOS. penelitian ini adalah kuantitatif. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel 168 laporan keuangan. pengumpulan data penelitian metode dokumenter yang diperoleh dari web Bursa Efek Indonesia (www.idx.com). Analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan Amos. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Perusahaan tidak membuat kontribusi besar untuk profitabilitas. pertumbuhan perusahaan tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap keputusan pendanaan. Pertumbuhan perusahaan memberikan kontribusi untuk IOS. Profitabilitas memberikan kontribusi besar terhadap keputusan pendanaan. Profitabilitas tidak berkontribusi besar untuk IOS. keputusan pendanaan memberikan kontribusi besar untuk IOS. Kata kunci: Pertumbuhan, profitabilitas, pendanaan, IOS
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 119 A. PENDAHULUAN Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para investor. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:201). Menjelang akhir triwulan III- 2008, perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak baru yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global, seiring dengan meluasnya krisis finansial ke berbagai negara Di penghujung triwulan III-2008, intensitas krisis semakin membesar seiring dengan bangkrutnya bank investasi terbesar AS Lehman Brothers yang diikuti oleh kesulitan keuangan yang semakin parah di sejumlah lembaga keuangan berskala besar di AS, Eropa, dan Jepang. Krisis keuangan dunia tersebut telah berimbas ke perekonomian Indonesia sebagaimana tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar uang (Outlook Ekonomi Indonesia 2009 – 2014). Menghadapi tahun 2014 ini, dengan menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang US Dollar dan stabilnya perekonomian Amerika Serikat, membuat harga emas menurun drastis. Turunnya harga emas, membuat ketertarikan sebagian investor ikut menurun. Padahal turunnya harga emas sekarang ini, merupakan momen yang baik untuk mulai berinvestasi. Kekhawatiran investor terhadap harga emas yang terus merosot di penghujung tahun ini, membuat peminat investasi ini juga menurun. Namun, menurunnya minat investor di akhir tahun ini akan menjadi penyesalan jika tren kenaikan harga emas terjadi lagi. Beberapa perusahaan investasi akan tetap menawarkan produk emas miliknya (Heru, 2014). Invesment Opportunity Set (IOS) merupakan sekumpulan kesempatan investasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang, dengan adanya penurunan IOS memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa perusahaan memiliki sedikit kesempatan investasi. Dari uraian diatas, maka rumusan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1) apakah terdapat pengaruh positif company growth terhadap profitabilitas, 2) apakah terdapat pengaruh positif company growth terhadap keputusan pendanaan, 3) apakah terdapat pengaruh positif company growth terhadap IOS, 4) apakah terdapat pengaruh positif profitabilitas terhadap keputusan pendanaan, 5) apakah terdapat pengaruh positif profitabilitas terhadap IOS, 6) apakah terdapat pengaruh positif keputusan pendanaan terhadap IOS? B. LANDASAN TEORI Agency Theory Menurut Brigham (1997) konflik kepentingan antara agen dan principal disebut dengan agency problem. Pada konteks manajemen keuangan pengaruh keagenan dapat terjadi antara Manajer dan pemegang saham serta pemegang utang dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) mengungkapkan konflik kepentingan dapat terjadi pada banyak pihak, misalnya antara Manajer, pemegang saham, pemasok, konsumen, kreditur dan pegawai. Menurut teori keagenan, pemegang saham akan selalu curiga bahwa Manajer hanya bertindak untuk kepentingannya sendiri dan selalu mengambil keputusan tanpa memperhatikan kepentingan pemegang saham. Hal ini terjadi karena kecenderungan Manajer lebih mementingkan tujuan individu dari pada
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 120 tujuan perusahaan sehingga menimbulkan konflik antara pemegang saham dan Manajer yang disebut agency problem. Signalling Theory Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 2011) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Brigham dan Houston (2011) menjelaskan perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Trade-off Theory Menurut trade off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001) perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Trade off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya agensi (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar. Tingkat utang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Pecking Order Theory Menurut Myers (1984) pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat utangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Pada pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut- urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan intemal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling rendah risikonya, turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hyband (sekuritas yang sifatnya sampuran antara ekuitas dengan utang) seperti. Obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi lancar yang tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Invesment Opportunity Set (IOS)
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 121 Set kesempatan investasi juga memainkan peranan penting dalam teori keuangan perusahaan karena gabungan aset milik perusahaan (asset in place) dengan kesempatan investasi akan berpengaruh pada struktur modal, kebijakan dividen maupun pada kinerja perusahaan (Myers, 1977; Smith dan Watts, 1992). Perusahaan tidak akan menjadi tumbuh atau memiliki saham tumbuh hanya karena memiliki aktiva dan laba yang meningkat dari waktu ke waktu karena inti dari pertumbuhan bukanlah ekspansi, tetapi keberadaan kesempatan perusahaan untuk menginvestasikan sejumlah besar dananya dengan tingkat pengembalian yang lebih besar dari tingkat pengembalian normal di pasar modal. Aktiva riel seringkali disebut sebagai asset in place sedangkan investasi masa depan yang mungkin dilakukan disebut kesempatan bertumbuh. Penjelasan pentingnya peranan set kesempatan investasi pada perusahaan dijelaskan oleh Myers (1977). Teori ini memulai dengan observasi bahwa sebagian besar perusahaan dinilai dari kelangsungan hidupnya (going concern) dan nilai ini merefleksikan harapan investasi perusahaan yang kontinu di masa mendatang. Ada jenis investasi hanya dimiliki secara khusus oleh suatu perusahaan karena jumlah yang diinvestasikan tergantung pada nilai opportunity (peluang) yang muncul di masa mendatang. Jika keadaan di masa mendatang kurang mendukung maka perusahaan akan memilih untuk tidak melakukan investasi. Keputusan Pendanaan Menurut Kasmir (2012:6) keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan jumlah dana yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat utang atau modal sendiri. Menurut Horne dan Wachowicz Jr (2012:3), salah satu fungsi manajemen keuangan adalah keputusan pendanaan dimana menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan harus dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan guna pembiayaan investasi dimasa akan datang. Profitabilitas Fahmi (2012:135) menyatakan profitabilitas mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan dengan penjualan maupun investasi. Company Growth Menurut Kasmir (2012:107) rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sector usahanya. Menurut Prakosa (2012:47) suatu perusahaan yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan dana makin besar maka perusahaan akan lebih cenderung menahan sebagian besar pendapatannya dalam waktu yang lama, paling tidak dalam waktu satu tahun. Hipotesis 1. Pengaruh Company Growth Terhadap Profitabilitas Adanya peningkatan pertumbuhan perusahaan akan meberikan sinyal positif dengan kenaikan profitabilitas perusahaan. Menurut Yoo dan Kim (2015) pertumbuhan perusahaan masa lalu dapat menyebabkan peningkatan profitabilitas saat ini. Gagasan yang meningkat dinamis menyatakan bahwa biaya produksi berkurang dan peningkatan produktivitas didasarkan pada pengalaman yang diperoleh melalui pertumbuhan yang cepat dan membantu perusahaan meningkatkan profitabilitas, hal ini didukung dengan pendapat Mogensen (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 122 pertumbuhan dan profitabilitas, ini berarti semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar efek pada profitabilitas tahun depan. H1 : Terdapat pengaruh positif company growth terhadap profitabilitas 2. Pengaruh Company Growth Keputusan Pendanaan Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang kecil, dapat disimpulkan bahwa perusahaan akan lebih menyukai menggunakan dana yang bersifat internal terlebih dahulu seperti laba ditahan dibandingkan dengan penggunaan dana eksternal yang bersumber dari utang terutama bila pihak manajemen memiliki informasi lebih dibandingkan pihak eksternal seperti investor dan kreditor. Menurut Chechet, dkk (2013) terdapat hubungan positif antara pertumbuhan perusahaan dan leverage perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi memerlukan keuangan tinggi yang hampir tidak dapat ditanggung oleh sumber internal, dan dari sumber eksternal yang paling disukai berasal dari utang. Menurut Mahnazmahdavi, dkk (2013) pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan sales growth berpengaruh positif terhadap keputusan pendanaan dimana semakin tinggi pertumbuhan penjualan akan meningkatkan struktur modal perusahaan (rasio utang). H2 : Terdapat pengaruh positif company growth terhadap keputusan pendanaan 3. Pengaruh Company Growth Terhadap IOS Set kesempatan investasi menurut Myers dan Mailuf (1984) dapat dipahami sebagaimana teori pensinyalan manajemen kepada pihak luar perusahaan (signalling theory). Tujuan manajemen adalah memaksimalkan nilai pemegang saham dapat dipenuhi dengan merealisasikan set kesempatan investasi menjadi pertumbuhan yang sesungguhnya (Ehie dan Otibe, 2010). Menurut Hendijani (2014) pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap IOS, dengan peningkatan IOS maka pertumbuhan aset perusahaan akan berada di arah yang positif. H3 : Terdapat pengaruh positif company growth terhadap IOS 4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Keputusan Pendanaan Pecking order theory dapat disimpulkan bahwa perusahaan akan lebih menyukai menggunakan dana yang bersifat internal terlebih dahulu seperti laba ditahan dibandingkan dengan penggunaan dana eksternal yang bersumber dari utang terutama bila pihak manajemen memiliki informasi lebih dibandingkan pihak eksternal seperti investor dan kreditor. Bayunitri dan Malik (2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal dimana perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang kecil karena keuntungan yang tinggi memungkinkan untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. H4 : Terdapat pengaruh positif profitabilitas terhadap keputusan pendanaan 5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap IOS Apabila terdapat sinyal positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nitai pasarnya naik, sebaliknya bila informasi negatif maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan (Bhushan, 1989). Yendrawati dan Adhianza (2013) menjelaskan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS) artinya semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi kesempatan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 123 tumbuh perusahaan. Profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, dimana sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatakan nilai parusahaan. Menurut Utama dan Sulistika (2015) menjelaskan bahwa profitabilitas memiliki efek positif pada IOS. H5 : Terdapat pengaruh positif profitabilitas terhadap IOS 6. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap IOS Teori yang menjadi dasar pengaruh set kesempatan investasi terhadap struktur modal adalah teori pensinyalan (signalling theory) yang dikembangkan dari model asimetri informasi Myers dan Majluf (1984). Menurut pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat dan hutang yang kecil. Menurut Martati (2010) terdapat hubungan positif antara kebijakan pendanaan dengan IOS. H6 : Terdapat pengaruh positif keputusan pendanaan terhadap IOS Secara diagram, hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Konseptual Keterangan: CG = Company Growth Prof = Profitabilitas KP = Keputusan Pendanaan IOS = Invesment Opportunity Set C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanasi (Explanatory Research). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sector perbankan yang terdaftar di Bursa Metode pengumpulan data studi documenter yang diperoleh dari web Bursa Efek Indonesia (www.idx.com). Analisis data untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan program Amos. Populasi dan Sampel Populasi yang diambil oleh peneliti adalah laporan keuangan perusahaan sector bank di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 41 perusahaan periode 2009 sampai dengan 2014. Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini menggunakan data laporan keuangan selama 6 periode yaitu tahun 2009-2014 (time series) dan 28 perusahaan. 2. Definisi Operasional a. IOS. Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah: A. MBE adalah peluang investasi perusahaan yang berkaitan dengan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 124 ekuitasnya. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio MBE (Kallapur dan Trombley, 1999) sebagai berikut: MBE= B. MBA adalah peluang investasi perusahaan yang berkaitan dengan asetnya. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio MBA (Kallapur dan Trombley (1999) sebagai berikut: MBA= b. Keputusan Pendanaan. Proksi keputusan pendanaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: A. DAR adalah persentase dana yang diberikan oleh kreditor yang diukur dengan total kewajiban terhadap asset. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio DAR (Brigham & Houston, 2011:143) sebagai berikut: B. DER adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio DER (Kasmir, 2012:157) sebagai berikut: c. Profitabilitas. Proksi profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: A. ROA adalah kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan menggunakan aktiva. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio ROA (Kasmir, 2012:201) sebagai berikut: B. ROE adalah kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan menggunakan ekuitas. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio ROE (Fahmi, 2012:137) sebagai berikut: C. EPS adalah laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio EPS (Darmadji dan Fakhrudin, 2012:154) sebagai berikut: d. Company Growth. Proksi company growth yang digunakan dalam penelitian ini adalah: A. Pertumbuhan Asset adalah persentasi perubahan asset perusahaan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio pertumbuhan asset (Brigham dan Houston, 2011:475) sebagai berikut: B. Pertumbuhan Penjualan adalah persentasi perubahan penjualan perusahaan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio pertumbuhan penjualan (Sudana, 2011:57) sebagai berikut: C. Pertumbuhan Laba adalah persentasi perubahan laba perusahaan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Skala ratio dan satuan persen (%). Rumus menghitung rasio pertumbuhan laba (Darsono dan Purwanti, 2011:121) sebagai berikut: D. HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Penelitian Tabel 1: Deskrptif Data Variabel Minimum Maksimum Mean
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 125 ROA 0.06 5.13 1.53 ROE 0.32 30.28 12.66 EPS 0.16 984.24 1.68 DAR 0.75 0.94 0.87 DER 1.94 24.62 9.15 MBA 0.01 10.89 0.78 MBE 0.48 2.08 0.99 PA 0.09 1.45 0.34 PP 0.04 6.09 0.46 PL 0.38 7.56 1.97 Sumber: Data sekunder diolah, 2015 Hasil penelitian variabel profitabilitas dimana ROA dengan ratarata 1,53 artinya setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,53 rupiah Tingkat pengembalian rata-rat sebesar 15,3% yang sangat kecil menunjukkan tingkat pengembalian yang lebih rendah atas aktiva yang diinvestasika. Proksi ROE rata-rata sebesar 12,66 artinya setiap seratus rupiah investasi pemegang saham, perusahaan memberikan kembalian sebesar 12,66 rupiah. Proksi EPS rata-rata sebesar 1,68 artinya setiap satu lembar saham, laba yang diperoleh sebesar 1,68 rupiah. Variabel keputusan pendanaan dimana proksi DAR dengan nilai rata-rata sebesar 0,87 artinya persentase aktiva yang didanai dari hutang sebesar 87%. Semakin besar nilai DAR menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh utang. Proksi DER dengan nilai ratarata sebesar 9,15 artinya persentase equity yang didanai oleh hutang sebesar 91,5%. Variabel IOS yang diproksikan dengan MBA menunjukkan rata-rata sebesar 0,78 artinya harga saham dari total asset sebesar 78%. Proksi MBE sebesar 0,99 artinya harga saham dari total equity sebesar 99%. Book to market ratio yang tinggi berarti adanya kewajiban perusahaan yang masih belum dibayarkan. Variabel pertumbuhan perusahaan dimana proksi pertumbuhan asset dengan rata-rata sebsesar 0,34 artinya aktivitas aktiva yang diukur dari aktiva perusahaan sebesar 0,34 atau 34%. Proksi pertumbuhan penjualan sebesar 0,46 artinya aktivitas penjualan yang diukur dari penjualan bersih sebesar 46%. Proksi pertumbuhan laba sebesar 1,97 artinya laba perusahaan yang diukur melalui laba bersih sebesar 19,7%. Analisis Data Pemilihan Teknik Estimasi Setelah model dispesifikasikan secara lengkap, langkah berikutnya adalah memilih jenis input yang sesuai. Bila yang diuji adalah hubungan kasusalitas maka jenis input yang digunakan adalah kovarians (Hair dkk, 1995) dalam Waluyo (2009: 67). Teknik estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maximum likelihood estimation method yang telah menjadi default dari program AMOS. Measurement Model Measurement model dilakukan sama dengan uji t terhadap regression weigth atau loading faktor atau koeifisien lambda. Tabel 2: Regression Weigth Measurement Model Hubungan Variabel C.R. ROA <--- PROFIT ROE <--- PROFIT 19.091 EPS <--- PROFIT 9.013 DER <--- KP DAR <--- KP 3.560 PL <--- CG PP <--- CG -2.994 PA <--- CG 2.126 MBA <--- IOS MBE <--- IOS 2.319 Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Nilai df 18 pada ttabel sebesar 2.074, tabel 2. dapat dilihat bahwa semua indikator nilai C.R > 2,074 (ttabel) sehingga dapat disimpulkan bahwa indikatorindikator tersebut merupakan dimensi dari variabel laten yang dibentuk. Tabel 3: Uji Keseluruhan Model Hubungan Variabel P PROFIT <--> CG 0.000 PROFIT <--> IOS 0.001
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 126 KP <--> CG 0.021 KP <--> IOS 0.031 PROFIT <--> KP 0.004 CG <--> IOS 0.022 Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Hubungan variabel independen dan variabel dependen semua dibawah 0,05 atau signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel. Evaluasi Model Ukuran Sampel Data yang terdapat didalam penelitian ini mencakup data laporan keuangan selama 6 periode yaitu tahun 2009-2014 (time series) sampel sebanyak 168 sehingga memenuhi kriteria ukuran sampel untuk dilakukan penelitian (168 > 110). Normalitas (Normality) Tabel 4: Assessment of normality Variable c.r. MBE 29.727 MBA 65.794 PA 26.364 PP 82.829 PL 12.056 DAR 0.668 DER 9.534 EPS 8.414 ROE -0.946 ROA 1.652 Multivariate 42.615 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai c.r. multivariate yang bernilai 42.615. Angka tersebut melebihi dari nilai ± 2,58 sehingga dapat diartikan bahwa asumsi normalitas belum terpenuhi. Namun hal ini bukan menjadi suatu masalah yang serius, sebagaimana yang dinyatakan oleh Bentler dan Chou (1987) dan Ghozali (2008) bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan teknik maximum likelihood estimation (MLE) maka walaupun distribusi datanya tidak normal, masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Linieritas Tabel 5: Uji Linieritas Variabel PA PP PL ROA 0.375 0.325 0.226 ROE 0.347 0.632 0.035 EPS 0.520 0.761 0.008 DAR 0.897 0.432 0.694 DER 0.991 0.816 0.027 MBA 1.000 1.000 1.000 MBE 0.907 0.758 0.999 Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Pada hasil linieritas dapat diketahui bahwa terdapat variabel yang linier maupun tidak linier. SEM memiliki asumsi adanya hubungan linier di antara variabel-variabel indicator dan variabel- variabel laten, serta di antara variabel- variabel laten itu sendiri. Sekalipun demikian, sebagaimana halnya dengan regresi, peneliti dimungkinkan untuk menambah transformasi eksponensial, logaritma, atau hubungan non linier lainnya dari suatu variabel asli ke dalam model yang dimaksud (Sarjono dan Julianita, 2015:05). Multikolinearitas (Multicolinnearity) Asumsi atas multikolinieritas dan singularitas dapat dideteksi dari niali determinan matriks kovarians yang sangat kecil (extremely small). Program AMOS telah menyediakan fasilitas “Warning” apabila terdapat indikasi multikolinieritas dan singularitas, dari hasil output tidak ada “Warning” jadi asumsi multikolinieritas dan singularitas terpenuhi. Uji kesesuaian Model Berdasarkan komputasi AMOS untuk model SEM akan dihasilkan angka parameter yang akan dibandingkan dengan cut off value dari goodness of fit sebagai berikut: Tabel 6: Hasil Goodness of fit index Cut-of value GFI Cut – Off Value Hasil Uji Model Keterangan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 127 X 2 Chi Square Diharapkan Kecil 13.857 < 28,869 Baik Probabilitas ≥ 0,05 0,738 Baik GFI ≥ 0,90 0,984 Baik AGFI ≥ 0,90 0,951 Baik CMIN/DF ≤ 2,00 0,770 Baik TLI ≥ 0,95 1,015 Baik CFI ≥ 0,95 1,000 Baik RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Uji Kausalitas Tabel 6: Standardize Reg. Weight Hubungan Variabel Estimate P PROFIT <--- CG 0.653 0.082 KP <--- CG 0.095 0.635 KP <--- PROFIT -0.382 0.028 IOS <--- KP 0.403 0.038 IOS <--- CG -0.499 0.046 IOS <--- PROFIT 0.199 0.222 Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Hubungan antar variabel company growth terhadap profitabilitas sebesar 0,653 dan nilai P sebesar 0,082 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa H1 terdapat pengaruh positif tidak signifikan company growth terhadap profitabilitas. Hubungan antar variabel company growth terhadap keputusan pendanaan sebesar 0,095 dan nilai P sebesar 0,635 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa H2 terdapat pengaruh positif tidak signifikan company growth terhadap keputusan pendanaan. Hubungan antar variabel company growth terhadap IOS sebesar -0,499 dan nilai P sebesar 0,046 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa H3 terdapat pengaruh negative signifikan company growth terhadap IOS. Hubungan antar variabel profitabilitas terhadap keputusan pendanaan sebesar -0,382 dan nilai P sebesar 0,028 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa H4 terdapat pengaruh negatif signifikan profitabilitas terhadap keputusan pendanaan. Hubungan antar variabel profitabilitas terhadap IOS sebesar 0,199 dan nilai P sebesar 0,222 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa H5 terdapat pengaruh positif tidak signifikan profitabilitas terhadap IOS. Hubungan antar variabel keputusan pendanaan terhadap IOS sebesar 0,403 dan nilai P sebesar 038 < 0, dapat disimpulkan bahwa H6 terdapat pengaruh positif signifikan keputusan pendanaan terhadap IOS. Dirrect Effect Tabel 7: Standardized Dirrect Effect Variabel CG PROFIT KP IOS PROFIT 0.653 0.000 0.000 0.000 KP 0.095 -0.382 0.000 0.000 IOS -0.499 0.199 0.403 0.000 Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Terdapat efek langsung company growth terhadap profitabilitas sebesar 0,653. Terdapat efek langsung company growth terhadap keputusan pendanaan sebesar 0,095. Terdapat efek langsung profitabilitas terhadap keputusan pendanaan sebesar -0,382. Terdapat efek langsung company growth terhadap IOS sebesar -0,499. Terdapat efek langsung profitabilitas terhadap IOS sebesar 0,199. Terdapat efek langsung keputusan pendanaan terhadap IOS sebesar 0,403. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila dua variabel dihubungkan dengan garis anak panah satu arah maka dua variabel tersebut akan mempunyai efek langsung sebesar koefisien garis anak panah satu arah. Indirect Effect Meskipun tidak dijelaskan dalam rumusan masalah dan juga pada hipotesis, namun dalam penelitian ini ditemukan pengaruh tidak langsung. Tabel 8: Hasil Uji Indirrect Effect Variabel CG PROFIT KP IOS
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 128 PROFIT 0.000 0.000 0.000 0.000 KP -0.249 0.000 0.000 0.000 IOS 0.068 -0.154 0.000 0.000 Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Dimana terdapat pengaruh tidak langsung company growth terhadap keputusan pendanaan melalui profitabilitas sebesar -0,249 artinya profitabilitas memperlemah hubungan company growth dengan keputusan pendanaan. Terdapat pengaruh tidak langsung company growth terhadap IOS melalui keputusan pendanaan sebesar 0,068 artinya keputusan pendanaan memperkuat hubungan company growth dengan IOS. Terdapat pengaruh tidak langsung profitabilitas terhadap IOS melalui keputusan pendanaan sebesar - 0,154 artinya keputusan pendanaan memperlemah hubungan profitabilitas dengan IOS. Total Effect Tabel 8: Hasil Total Effect Variabel CG PROFIT KP IOS PROFIT 0.653 0.000 0.000 0.000 KP -0.154 -0.382 0.000 0.000 IOS -0.431 0.045 0.403 0.000 Sumber: Data Sekunder diolah, 2015 Hasil efek total menunjukkan efek total dari company growth terhadap profitabilitas sebesar 0,653. Efek total company growth terhadap keputusan pendanaan sebesar -0,154. Efek total profitabilitas terhadap keputusan pendanaan sebesar -0,382. Efek total company growth terhadap IOS sebesar - 0,431. Efek total profitabilitas terhadap IOS sebesar 0,045. Efek total company growth terhadap IOS sebesar 0,403. Jadi dapat disimpulkan total efek merupakan gabungan dari efek langsung dan efek tidak langsung. Pengaruh Company Growth Terhadap Profitabilitas Pengaruh antar variabel company growth terhadap profitabilitas menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif tidak signifikan company growth terhadap profitabilitas, artinya setiap peningkatan company growth akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Company Growth (pertumbuhan perusahaan) mempengaruhi profitabilitas, melalui aset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan efesiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba semakin tinggi, hal ini berarti penilaian terhadap rasio profitabilitas juga tinggi. Pertumbuhan perusahaan tidak memberikan pengaruh besar terhadap profitabilitas disebabkan kurang maksimal dalam pemanfaatan kelebihan dana untuk pertumbuhan perusahaan, salah satu caranya dengan melakukan investasi baru, meningkatkan kapasitas maupun mengakuisisi bisnis yang berkaitan. Peningkatan penjualan disertai peningkatan biaya yang lebih besar sehingga profit yang diharapkan tidak tercapai, disamping faktor lain diantara investasi untuk meningkatkan penjualan seperti penambahan aktiva yang dilakukan ternyata tidak menghasilkan keuntungan yang berarti hal ini disebabkan tidak adanya studi kelayakan atas investasi, penambahan piutang macet maupun adanya idle cash yang terlalu besar. Penurunan perputaran aktiva menunjukkan menurunnya efektivitas penggunaan aktiva dalam mencapai penjualan sehingga akan meningkatkan penambahan aktiva yang akhirnya akan menurunkan angka pertumbuhan berkesinambungan. Berdasarkan agency theory selain agen, manajer secara moral bertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak, dengan demikian terdapat dua
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 129 kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Adanya peningkatan pertumbuhan perusahaan akan meberikan sinyal positif dengan kenaikan profitabilitas perusahaan. Menurut Yoo dan Kim (2015) pertumbuhan perusahaan masa lalu dapat menyebabkan peningkatan profitabilitas saat ini. Hal ini mungkin terjadi karena biaya produksi berkurang dan peningkatan produktivitas didasarkan pada pengalaman yang diperoleh melalui pertumbuhan yang cepat dan membantu perusahaan meningkatkan profitabilitas. Penelitian ini didukung dengan pendapat Mogensen (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pertumbuhan dan profitabilitas, ini berarti semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar efek pada profitabilitas tahun depan. Pengaruh Company Growth Terhadap Keputusan Pendanaan Pengaruh antar variabel company growth terhadap keputusan pendanaan adalah terdapat pengaruh positif tidak signifikan company growth terhadap keputusan pendanaan, artinya setiap peningkatan company growth akan diikuti dengan peningkatan keputusan pendanaan. Perusahaan yang berpeluang untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi pasti akan mendorong perusahaan untuk terus melakukan ekspansi dan dana atau modal yang dibutuhkan pasti tidaklah sedikit dan kemungkinan dana internal yang dimiliki jumlahnya terbatas sehingga perusahaan sebaiknya melakukan pinjaman hutang kepada pihak eksternal untuk membiayai aktivitasnya. Hal ini terjadi dikarenakan sector perbankan merupakan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya tinggi, namun bukan lagi perusahaan yang berada di usia muda. Sehingga pertumbuhan perusahaan yang meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Hal ini memberikan keunggulan bagi perusahaan untuk menarik para investor saham. Menurut trade of theory yang dikemukakan oleh Mars (1982 bahwa perusahaan perlu menyeimbangkan antara manfaat menggunakan hutang dan beban atau biaya yang ditimbulkan dari penggunaan hutang untuk mencapai struktur modal optimal. Rasio hutang yang optimal ditentukan berdasarkan pada perimbangan antara manfaat dan biaya yang timbul akibat penggunaan hutang. Secara prinsip, tambahan hutang masih dapat dilakukan perusahaan selama manfaat yang diberikan masih jauh lebih besar dan adanya asset tetap sebagai jaminan, tetapi jika biaya hutang sudah terlalu tinggi, perusahaan seharusnya tidak menambah hutang lagi untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian mendukung pendapat Mahnazmahdavi, dkk (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan sales growth berpengaruh positif terhadap keputusan pendanaan dimana semakin tinggi pertumbuhan penjualan akan meningkatkan struktur modal perusahaan (rasio utang). Pengaruh Company Growth Terhadap IOS Pengaruh antar variabel company growth terhadap IOS adalah terdapat pengaruh negative signifikan company growth terhadap IOS, artinya setiap
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 130 penurunan company growth akan diikuti dengan peningkatan IOS. Hal ini terjadi karena company growth yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan menunjukkan tanda negative sehingga kontribusinya akan mengurangi nilai pertumbuhan perusahaan. Menurut teori keagenan (agency theory) yang menyatakan seharusnya dalam perusahaan terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Tujuan manajemen adalah memaksimalkan nilai pemegang saham dapat dipenuhi dengan merealisasikan set kesempatan investasi menjadi pertumbuhan yang sesungguhnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan signaling theory apabila terdapat sinyal positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nilai pasarnya naik, sebaliknya bila informasi negatif maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan (Bhushan, 1989). Peneletian ini mendukung pendapat Subhi (2013) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negative terhadap IOS, hal in terjadi karena pada tahap pendirian jumlah pengeluaran dana cukup besar untuk pengembangan produk dan melakukan ekspansi pasar, pertumbuhan penjualan sangat kecil dan profit yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan hasil negatif karena biaya cukup tinggi. Investment opportunity set (IOS) cenderung belum tinggi karena perusahaan belum berani berinvestasi disebabkan laba belum terlihat, aliran kas sedikit karena kegiatan operasional perusahaan belum efektif. Berbeda dengan pendapat Hendijani (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap ios, dengan peningkatan IOS maka pertumbuhan aset perusahaan akan berada di arah yang positif. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Keputusan Pendanaan Pengaruh antar variabel profitabilitas terhadap keputusan pendanaan adalah terdapat pengaruh negatif signifikan profitabilitas terhadap keputusan pendanaan artinya semakin besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan maka keputusan pendanaan perusahaan yang berasal dari utang akan semakin menurun. Perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang besar akan mempunyai sumber pendanaan internal yang lebih besar pula sehingga ini akan mempengaruhi keputusan pendanaan suatu perusahaan yaitu dimana didalam membiayai kegiatan usahanya, seperti mengembangkan produk atau kebutuhan melakukan pembiayaan investasi, memungkinkan perusahaan untuk cenderung memilih menggunakan modal sendiri yaitu dari dana internalnya terlebih dahulu, seperti dalam bentuk laba yang ditahan sebagai dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari pada menggunakan dana eksternal atau dana yang berasal dari pihak luar yaitu hutang sehingga tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan relatif rendah serta akan memperkecil resiko timbulnya kebangkrutan dan biaya modal atau hutang yang tinggi. Pada pecking order theory yang dikemukakan oleh Myers dan Maljuf (1984) menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk mengutamakan menggunakan modal sendiri sebagai sumber pendanaan internal (Internal financing) terlebih dahulu dalam membiayai atau mendanai kegiatan operasional dan investasi perusahaan dan teori ini mendorong perusahaan yang mempunyai profit yang besar untuk menggunakan dana internalnya terlebih
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 131 dahulu dalam mendanai kegiatan perusahaan. Menurut teori keagenan (Agency theory) yang menyatakan tujuan manajemen adalah memaksimalkan nilai pemegang saham salah satunya melalui struktur modal. Salah satu konflik antara pemegang saham dan Manajer adalah keputusan pendanaan yang meliputi berapa banyak utang dan modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan akan menentukan besarnya rasio utang dan modal sendiri serta tipe utang dan modal sendiri yang akan digunakan (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Dalam pecking order theory yang dikemukakan oleh Joni dan Lina (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh negative terhadap struktur modal, hal ini menunjukkan konsistensi terhadap POT yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung mendahulukan pendanaan internal, dalam hal ini berupa laba ditahan yang berasal dari laba yang diperolehnya. Pengaruh Profitabilitas Terhadap IOS Pengaruh antar variabel profitabilitas terhadap IOS adalah terdapat pengaruh positif tidak signifikan profitabilitas terhadap IOS artinya setiap peningkatan profitabilitas diikuti dengan peningkatan IOS. Pada penelitian ini profitabilitas tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap IOS hal ini terjadi karena perusahaan tidak menggunakan kelebihan dana yang didapatkan dengan cara meningkatkan efektivitas penggunaan aktiva bersih dan meningkatkan profit marjin baik melalui peningkatan volume penjualan, peningkatan harga jual ataupun mengendalian biaya secara ketat untuk melakukan peningkatan profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung teori pensinyalan (signaling theory) yang dikembangkan dari model asymetri informasi (Myers dan Majluf, 1984) yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi yang tinggi apabila direalisasikan menjadi pertumbuhan riel akan menjadi sinyal positif bagi pasar yang pada akhirnya dapat meningkatakan kinerja perusahaan. Teori pensinyalan (Signalling theory) menyatakan apabila terdapat sinyal investasi positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nilai pasarnya naik, sebaliknya jika informasi investasi negative maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi tinggi umumnya akan memberikan target pencapaian kinerja yang tinggi bagi eksekutif disertai dengan imbalan bonus yang besar apabila target tersebut mampu dicapai. Set kesempatan investasi yang tinggi akan menjadi sinyal positif bagi pasar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yendrawati dan Adhianza (2013) yang menjelaskan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS) artinya semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi kesempatan tumbuh perusahaan. Profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, dimana sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatakan nilai parusahaan. Utama dan Sulistika (2015) menjelaskan bahwa profitabilitas memiliki efek positif pada IOS. Oleh karena itu, lebih besar profitabilitas perusahaan juga menunjukkan kemungkinan yang lebih besar dari laba ditahan untuk investasi. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap IOS
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 132 Pengaruh antar variabel keputusan pendanaan terhadap IOS adalah terdapat pengaruh positif signifikan keputusan pendanaan terhadap IOS artinya setiap peningkatan keputusan pendanaan akan diikuti dengan peningkatan IOS. Hasil penelitian ini mendukung teori pensinyalan (signaling theory) yang dikembangkan dari model asymetri informasi (Myers dan Majluf, 1984) yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi yang tinggi apabila direalisasikan menjadi pertumbuhan riel akan menjadi sinyal positif bagi pasar yang pada akhirnya dapat meningkatakan kinerja perusahaan. Salah satu cara untuk merealisasikan set kesempatan investasi adalah melalui kebijakan struktur modal yang sesuai. Semakin besar set kesempatan investasi, maka akan semakin besar utang perusahaan karena kreditor dan investor menganggapnya sebagai sinyal positif (Smith dan Watss, 1992). Trade off theory menyatakan bahwa perusahaan harus menyeimbangkan antara manfaat menggunakan hutang dan biaya yang ditimbulkan dari penggunaan hutang untuk mencapai struktur modal optimal. Tambahan hutang masih dapat dilakukan perusahaan selama manfaat yang diberikan masih jauh lebih besar dan adanya asset tetap sebagai jaminan, tetapi jika biaya hutang sudah terlalu tinggi, perusahaan seharusnya tidak menambah hutang lagi untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan. Hasil penelitian mendukung pendapat Martati (2010) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara kebijakan pendanaan dengan IOS. E. PENUTUP Berdasarkan analisa tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penyaluran kredit, maka dapat disimpulkan bahwa Company growth tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap profitabilitas dan keputusan pendanaan. Tetapi Company growth memberikan kontribusi yang besar terhadap IOS. Selain itu, Profitabilitas memberikan kontribusi yang besar terhadap keputusan pendanaan tetapi tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap IOS. Sedangkan Keputusan pendanaan memberikan kontribusi yang besar terhadap IOS. Implikasi dari penelitian ini adalah, Company growth memberikan kontribusi positif terhadap profitabilitas. Adanya peningkatan pertumbuhan perusahaan akan meberikan sinyal positif dengan kenaikan profitabilitas perusahaan. Hal ini sesuai dengan agency theory dimana manajer secara moral bertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak, dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Company growth juga memberikan kontribusi positif terhadap keputusan pendanaan, dengan adanya peningkatan pertumbuhan perusahaan akan membutuhkan dana untuk kegiatan opersional. Rasio hutang yang optimal ditentukan berdasarkan pada perimbangan antara manfaat dan biaya
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 133 yang timbul akibat penggunaan hutang. Secara prinsip, tambahan hutang masih dapat dilakukan perusahaan selama manfaat yang diberikan masih jauh lebih besar dan adanya asset tetap sebagai jaminan, tetapi jika biaya hutang sudah terlalu tinggi, perusahaan seharusnya tidak menambah hutang lagi untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Company growth memberikan kontribusi negative terhadap IOS. Prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan dilihat dari sudut pandang investor dan pihak eksternal perusahaan lainnya. Menurut teori keagenan (agency theory) yang menyatakan seharusnya dalam perusahaan terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Tujuan manajemen adalah memaksimalkan nilai pemegang saham dapat dipenuhi dengan merealisasikan set kesempatan investasi menjadi pertumbuhan yang sesungguhnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan signaling theory apabila terdapat sinyal positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nilai pasarnya naik, sebaliknya bila informasi negatif maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan (Bhushan, 1989). Profitabilitas memeberikan kontribusi negative terhadap keputusan pendanaan, hal ini sesuai dengan pecking order theory yang dikemukakan oleh Myers dan Maljuf (1984) menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk mengutamakan menggunakan modal sendiri sebagai sumber pendanaan internal (internal financing) terlebih dahulu dalam membiayai atau mendanai kegiatan operasional dan investasi perusahaan dan teori ini mendorong perusahaan yang mempunyai profit yang besar untuk menggunakan dana internalnya terlebih dahulu dalam mendanai kegiatan perusahaan. Salah satu konflik antara pemegang saham dan Manajer adalah keputusan pendanaan yang meliputi berapa banyak utang dan modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan akan menentukan besarnya rasio utang dan modal sendiri serta tipe utang dan modal sendiri yang akan digunakan (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Profitabilitas memberikan kontribusi positif terhadap IOS, hasil penelitian ini mendukung teori pensinyalan (signaling theory) yang dikembangkan dari model asymetri informasi (Myers dan Majluf, 1984) yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi yang tinggi apabila direalisasikan menjadi pertumbuhan riel akan menjadi sinyal positif bagi pasar yang pada akhirnya dapat meningkatakan kinerja perusahaan, apabila terdapat sinyal investasi positif maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan, sehingga nilai pasarnya naik, sebaliknya jika informasi investasi negative maka investor akan memilih untuk melepas saham suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi tinggi umumnya akan memberikan target pencapaian kinerja yang tinggi bagi eksekutif disertai dengan imbalan bonus yang besar apabila target tersebut mampu dicapai. Set kesempatan investasi yang tinggi akan menjadi sinyal positif bagi pasar yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Keputusan pendanaan memberikan kontribusi positif terhadap IOS hasil penelitian ini mendukung teori pensinyalan (signaling theory) yang dikembangkan dari model asymetri informasi (Myers dan Majluf, 1984) yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi yang tinggi apabila
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 134 direalisasikan menjadi pertumbuhan riel akan menjadi sinyal positif bagi pasar yang pada akhirnya dapat meningkatakan kinerja perusahaan. Salah satu cara untuk merealisasikan set kesempatan investasi adalah melalui kebijakan struktur modal yang sesuai. Semakin besar set kesempatan investasi, maka akan semakin besar utang perusahaan karena kreditor dan investor menganggapnya sebagai sinyal positif (Smith dan Watss, 1992). DAFTAR PUSTAKA Bayunitri, Bunga Indah Dan Malik, Taufik Akbar . 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia. Bandung: Universitas Widyatama Study And Accounting Research Vol Xii No 1 2015: 123-162 Brigham, E. F. & L. C. Gapenski. 1997. Intermidiate Financial Management. Orlando: The Dryden Press Brigham, Eugene F. And Joel F. Houston. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Jakarta: PT. Salemba Empat. Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta Hendijani, Iman Abadi. 2014. A Study Of The Correlation Between Investment Opportunities And Current Assets Growth In Firms Listed In Tehran Stock Exchange Iran. Iran: Islamic Azad University Research Journal Of Recent Sciences Vol. 3(3), 65-71, March (2014) Issn 2277-2502 Jensen, M. C. and Meckling, W. H. 1976. Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costsand Ownership Structure. Journal O Financial economics, Vol 3: 305- 60 Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada Mahnazmahdavi, Dkk. 2013. The Effect Of Sales Growth On The Determinants Of Capital Structure Of Listed Companies In Tehran Stock Exchange. Iran: Islamic Azad University Australian Journal Of Basic And Applied Sciences, 7(2): 306-311, 2013 Issn 1991-8178 Martati, Indah. 2010. Asosiasi Kebijakan Pendanaan Dan Investment Opportunity Set Perusahaan Manufaktur Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia. Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda Jurnal Administrasi Bisnis Volume 7, Nomor 1 Juli 2010 Mogensen, Bjarke. Is there a relationship between growth and profitability: Evidence from a large sample of Norwegian private firms. Norwegia: GRA 1900 Thesis BI Norwegian School of Management Myers, S. C. 1977. Determinants Of Corporate Borrowing. Journal Of Financial Economics. Vol. 20: 293- 315 Myers, S. C. 1984. The Capital Structure Puzzle. Journal Of Finance. Vol. 39: 575-592 Myers, S. C. and Majluf, N. S. 1984. Corporate Financing And Invesment Decisions When Firmshave That Investor Do Not Have. Journal Of Financial Economics Vol. 13: 187-221 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009. Bab 3: Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia.http://www.bi.go.id/id/pu blikasi/kebijakan-moneter/outlook- ekonomi/Documents/4fd34648c872
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Omi Pramiana, Dhani Ichsanuddin, Diah Hari S 135 4da7b93e4f8021850012Bab3Krisis EkonomiGlobaldanDampaknyaterh adapPerekon.pdf Sitanggang, J.P. 2013. Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius Wang, Kuei-Yuan, Dkk. 2011. Information Transparency And Corporate Financing Decision: Testing The Pecking Order Theory. Taiwan: Asia University African Journal Of Business Management Vol.5 (22), Pp. 8778-8788, 30 September 2011 Issn 1993-8233 2011 Academic Journals Yoo, Seungkyu and Kim, Jaejun. 2015. Dynamic Hubungan antara Pertumbuhan dan Profitabilitas bawah resesi Jangka Panjang: Kasus Korea Perusahaan Konstruksi. Korea: Hanynag University Sustainability 2015, 7, 15982–15998; doi:10.3390/su71215796
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN LABA, DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN (FOOD AND BEVERAGE) YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Writer: Supriadi Correspondence: [email protected] Institution: Universitas Darul Ulum Jombang EKSIS Vol X No 2, Oktober 2015 ISSN: 1907-7513 http://ejournal.stiedewantara.ac.id Abstract This study aimed to observe the effect of changes in annual profit tehadap stock returns and debt policy (debt to equity ratio) on stock returns that allegedly different treatment between a large company with a small company at the time of publication of the financial statements. The sample used in this study was 17 food and beverage companies uring the period 2000 to 2008. Data was obtained from company financial reports and stock prices that have been published. The results of multiple regression analysis showed that the variables change in annual earnings, debt to equity ratio and the size of the company does not have significant effect on stock returns (F test). The test using t tests produce variable annual earnings changes have no significant effect on stock returns. This shows that the income information changes have no effect on the result of the stock returns in the capital markets (BEI). While variable debt to equity ratio and the size of the company turned out to have no effect on stock returns. This means that there are factors other than in this study the effect on stock returns and investors do not differentiate in the treatment of the financial statements of companies large and small are equal, no special treatment between the two. Keywords: Earnings Changes, (Debt to Equity Ratio), Company size, Stock returns abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perubahan laba tahunan tehadap return saham dan kebijakan hutang (debt to equity ratio) terhadap return saham yang diduga berbeda perlakuannya antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil pada saat publikasi laporan keuangan. Pengujian hipotesis ini menggunakan sampel perusahaan makanan dan minuman sebanyak 17 perusahaan selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan harga saham yang telah dipublikasikan. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel perubahan laba tahunan, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham (uji F). Pengujian menggunakan uji t menghasilkan variabel perubahan laba tahunan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa informasi perubahan laba tidak mempunyai pengaruh pada keputusan atas return saham di pasar modal (BEI). Sedangkan variabel debt to equity ratio dan ukuran perusahaan ternyata tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini berarti ada faktor lain selain pada penelitian ini yang berpengaruh terhadap return saham dan investor tidak membedakan dalam memperlakukan laporan keuangan perusahaan besar dan kecil adalah sama, tidak ada perlakuan khusus antara keduanya. Kata kunci : Perubahan Laba, Kebijakan Hutang (DER), Ukuran Perusahaan, Return Saham
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 137 A. PENDAHULUAN Pasar modal sebagai lembaga keuangan non bank, diakui telah memberikan sumbangan dana untuk melaksanakan Pembangunan Nasional, melalui perannya dalam melakukan intermediasi antar pemilik modal dengan sektor riil. Sedangkan Bursa Efek Indonesia adalah jasa yang bergerak di bidang pasar modal, dimana pasar modal dapat digunakan sebagai penghubung antara perusahaan dan investor yang menginvestasikan dananya di pasar modal. Peran utama pasar modal adalah melakukan pemupukan dan mobilisasi dana secara produktif, efektif dan efisien. Pasar modal yang efisien mewujudkan satu kondisi dimana harga-harga surat berharga di pasar modal mampu mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Pasar modal yang efisien dapat diukur berdasarkan indikator reaksi rasional dari pasar atas setiap informasi yang dapat berpengaruh pada nilai perusahaan, termasuk informasi laba, unexpected earnings (pendapatan yang tidak diharapkan), dan perubahan harga sekuritas. Pasar modal memberi reaksi positif atas laporan keuangan dan ukuran perusahaan (firm size). Di dalam perusahaan ada dua jenis sumber pembiayaan, yaitu : instrumen hutang dan instrumen modal yang masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian (resiko) yang dijelaskan dalam struktur modal. Dalam struktur modal ditentukan oleh beberapa faktor seperti agresifitas manajemen, tingkat pajak perusahaan dan tingkat leverage. Bila semakin agresif pihak manajemen yang berarti semakin berani mengambil resiko, maka perusahaan akan cenderung menggunakan hutang lebih banyak, karena perusahaan bisa memanfaatkan penghematan pajak yang timbul dari bunga yang dibayarkan. Perbandingan instrumen hutang dan instrumen modal sendiri dapat tercermin dalam Debt to Equity Ratio. Perubahan jumlah hutang dan modal yang signifikan dalam satu periode akan berdampak pada perubahan Debt to Equity Ratio. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio menunjukkan bahwa semakin tinggi harga saham (return saham), jika semakin rendah Debt to Equity Ratio menunjukkan bahwa semakin rendah harga saham (return saham). Secara tidak langsung ini akan mempengaruhi nilai saham yang beredar. Nilai saham yang beredar ini akan menentukan apakah investor (pemegang saham) akan memperoleh Capital Gain atau Capital Loss. Perubahan laba bersih mempunyai hubungan yang positif terhadap return saham, artinya apabila suatu perusahaan mempunyai pertumbuhan (perubahan) laba yang tinggi maka harga saham (return saham) perusahaan tersebut akan naik pula. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik yang pada akhirnya akan menaikkan nilai perusahaan. Menurut penelitian Ball & Brown (1968) dalam Harries Hidayat (2003) hubungan ukuran perusahaan (size) dengan harga saham yang diduga memiliki hubungan yang negatif, ternyata menghasilkan koefisien yang posistif dan tidak signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor di pasar modal (BEI) memberikan apresiasi yang setara terhadap publikasi laporan keuangan, baik oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Dalam pengambilan keputusan investasi, investor memperhatikan ukuran perusahaan (dalam penelitian Reinganum menggunakan nilai kapitalisasi saham) yang berdampak pada prospek return dan resiko yang dihadapi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa investor di perusahaan besar lebih banyak mengakses informasi yang terkait dengan perusahaan tersebut, sehingga mereka tidak segera mengambil keputusan bila
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 138 mendapatkan informasi laba karena tereliminasi oleh banyak informasi yang beragam. Sebaliknya informasi di perusahaan kecil mengakses informasi yang sangat terbatas, oleh karena itu mereka segera melakukan keputusan jika mendapatkan informasi laba. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan (size) yang semakin besar akan menyebabkan harga saham (return saham) yang semakin meningkat pula. Hal ini disebabkan perusahaan besar mempunyai akses informasi yang lebih lengkap dan cepat ke pasar modal jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengalinasa pengaruh perubahan laba, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan terhadap return saham pada perusahaan makanan dan minuman (food and beverage) yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini terutama diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh perusahaan terkait dalam membuat keputusan investasi dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan perencanaan operasi perusahaan bagi pihak manajemen. B. KAJIAN PUSTAKA Definisi Pasar Modal Tandelilin (2010:26) mendefinisikan pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Sedangkan Sunariyah (2006:4) menyatakan pasar modal (dalam arti umum) adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pernatara pedagang efek”. Para Pelaku Pasar Modal Menurut Sunariyah (2004:45), pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pasar modal, yaitu : 1. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Lembaga pemerintah yang mempunyai tugas mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembagalembaga dan profesi-profesi penunjang yang terkait dalam pasar modal, serta memberi pendapat kepada menteri keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya. 2. Pelaksana Bursa. Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. 3. Perusahaan yang Go Publik (emiten). Pihak yang telah melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran umum surat berharga. 4. Perusahaan Efek. Perusahaan yang telah memperoleh ijin usaha untuk beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi atau nasehat investasi. 5. Lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan. Suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, serta penyimpanan efek dan penitipan harta untuk pihak lain. 6. Reksa Dana. Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal selanjutnya di investasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 139 7. Lembaga Penunjang Pasar Modal Pengertian Saham Sunariyah (2004:126) mendefinisikan sahan sebagai suatu bentuk pemilikan pada suatu perusahaan public yang berbadan hukum PT. Jadi dapat didefinisikan saham adalah bukti setoran kepemilikan saham dalam suatu perusahaan publik yang berbadan hukum perseroan terbatas. Sedangkan Jogiyanto (2003:53) menyatakan saham adalah suatu perusahaan dapat menjual sebagian hak kepemilikannya dalam bentuk surat berharga atau dalam bentuk saham (stock). Tingkat Keuntungan Dari Investasi Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjaditetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan dating (Jogiyanto,2003 : 85). Yang dimaksud return realisasi (realized return) adalah merupakan return yang telah terjadi. return realisasi ini dihitung berdasarkan data historis. Sedangkan yang dimaksud dengan return ekspektasi (expected return) adalah merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah return realisasi (realized return). Dalam hal ini pengukuran yang akan digunakan adalah return total (total return). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gains (loss) dan yield. Capital gains atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode yang lalu (P) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gains), ataupun sebaliknya bila terjadi kerugian modal (capital loss). Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase deviden terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya. Untuk saham biasa yang membayar dividen periodic sebesar Dt rupiah perlembarnya, maka yield adalah sebesar Dt/Pt-1 dan return total dapat dinyatakan sebagai : ℎ = − + = − + Perubahan Laba Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang cepat dalam jangka panjang cenderung mempunyai kinerja yang lebih baik dari pada perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang lambat, (Van Home dalam Sutejo, 1997 : 60). Salah satu faktor yang mungkin akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba adalah perubahan kondisi ekonomi, dalam arti adanya inflasi yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun karena berkurangnya nilai intrinsik uang. Kondisi ini akan menyebabkan penurunan laba perusahaan, jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan laba mengalami stagnasi. Pertumbuhan laba (laba bersih) yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Karena besarnya deviden yang akan dibayar di masa yang akan datang sangat
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 140 bergantung pada prospek pertumbuhan laba dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba perusahaan maka semakin besar jumlah deviden yang akan dibayarkan perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan apabila perusahaan masih mempunyai kelebihan laba setelah membiayai semua kesempatan investasi yang dapat diterima, maka laba ini akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk deviden kas. Perubahan laba merupakan perubahan yang disebabkan oleh kenaikan atau penurunan laba periode yang lalu dengan memprediksikan laba periode sekarang (Jogiyanto, 2003:382) Pada pengujian pasar efisien bentuk lemah ini, perubahan-perubahan laba adalah independen terhadap masa lalu terhadap variabel-variabel penduga. Perubahan laba dapat diketahui dengan melihat perubahan laba periode yang lalu untuk memprediksikan perubahan laba periode sekarang. Adanya perubahan laba disebabkan oleh kenaikan atau penurunan nilai perusahaan dari tahun ke tahun atau periode yang lalu dengan periode yang sekarang. Informasi perubahan laba diperoleh dari laporan keuangan Laba/Rugi periode 1994 – 2009. Rumus yang digunakan untuk mengukur perubahan laba (yang dimaksud di sini adalah laba bersih) adalah sebagai berikut : ∆ = − Dimana ∆L merupakan perubahan laba bersih, sedangkan Lt merupakan laba bersih periode sekarang dan Lt-1 merupakan laba bersih periode yang lalu. Hubungan Perubahan Laba dengan Return Saham Dari hasil penelitian Ball & Brown (1968) dalam Harries Hidayat (2003:69) menunjukkan bahwa hubungan perubahan laba bersih tahunan dengan abnormal return (harga saham) setelah laporan keuangan dipublikasikan ternyata positif dan signifikan. Tetapi hasil uji multivariate menunjukkan bahwa hipotesis tersebut ternyata ditolak. Interaksi dari variabel tingkat perubahan laba tahunan yang diduga menunjukkan hubungan yang negatif ternyata positif dan tidak signifikan. Perubahan laba bersih mempunyai hubungan yang positif terhadap return saham, artinya apabila suatu perusahaan mempunyai pertumbuhan (perubahan) laba yang tinggi maka harga saham (return saham) perusahaan tersebut akan naik pula. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik yang pada akhirnya akan menaikkan nilai perusahaan. Debt to Equity Ratio/ DER (Kebijakan Hutang) Kebijakan hutang merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan merupakan keputusan apakah perusahaan akan menggunakan hutang untuk membelanjai atau mendanai kegiatan operasional perusahaan ataukah tidak. Serta keputusan untuk mengetahui berapa banyak hutang yang akan digunakan dalam mendanai kegiatan operasional perusahaan. Dalam penelitian ini, menggunakan struktur modal untuk mengetahui pengaruh keuntungan perusahaan (financial leverage) terhadap besarnya debt equity ratio. Pengertian Struktur Modal Struktur modal menurut adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Martono et al, 2002:240). Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (deficit) maka perlu dipertimbangkan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 141 pendanaan perusahaan yang berasal dri luar, yaitu dari hutang (debt financial). Sedangkan Ridwan Sundjaya dan Inge Barlian (2003:283) menyatakan bahwa struktur modal adalah keputusan keuangan yang kompleks untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik, manajer keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami hubungannya dengan resiko, hasil atau pengembalian dan nilai. Jenis modal perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Modal pinjaman, termasuk semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Pemberi dana umumnya meminta pengembalian yang relatif lebih rendah, karena mereka memperoleh resiko yang paling kecil atas segala jenis modal jangka panjang. Teori Struktur Modal Menurut Ridwan Sundjaya dan Inge Barlian (2003:286), teori struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas pinjaman dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak. Biaya dari pinjaman dihasilkan dari : 1. Peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang. 2. Biaya agen dan pengendalian tindakan perusahaan. 3. Biaya yang terkait dengan manajer yang mempunyai informasi lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor. Dalam penelitiannya, Marsulis (1980) menunjukkan bahwa abnormal return (yaitu perbedaan keuntungan riil dan keuntungan yang sesuai dengan model ekilibrium) pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman dari perusahaan- perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang, ternyata positif. Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh abnormal return yang negatif pada hari pengumuman dan sehari setelahnya. abnormal return positif berarti bahwa keuntungan yang diperoleh oleh para pemodal lebih besar dari keuntungan yang lebih besar dari keuntungan yang seharusnya sesuai dengan model ekuilibrium, misalnya CAPM (Capital Assets Pricing Model). Abnormal return yang positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang berarti bahwa pengingkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal (yaitu dalam bentuk penghematan pajak). Financial Leverage Financial Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya atau perusahaan menggunakan dana yang berasal dari hutang (pinjaman). Dalam menghitung financial leverage menggunakan : Debt to Equity Ratio. Rasio total hutang dengan modal sendiri merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas). Jika semakin tinggi tingkat resiko, maka semakin besar resiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan rasio tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva, maka besarnya Debt to Equity Ratio (DER) dapat diketahui dengan rumus : = Perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) yang tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 142 lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang tinggi akan menyediakan informasi secara komprehensif. Perusahaan dengan rasio hutang atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan daripada perusahaan dengan rasio yang rendah. Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, semakin besar pula agency cost atau dengan kata lain, untuk memenuhi kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan secara lebih luas. Pada perekonomian yang membaik, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Pada kondisi seperti ini, perusahaan akan menyediakan informasi yang lebih komprehensif dalam laporan keuangannya untuk menarik para investor. Rasio leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi leveragenya berarti semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut kepada kreditornya. Hal ini sesuai dengan agency theory, yaitu hubungan keagenan antara principal (kreditor) dengan agennya (perusahaan). Perusahaan akan berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengenai kondisi perusahaannya kepada kreditornya. Harapannya kreditor akan lebih mengetahui dan memahami perusahaan dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi lebih dipercaya oleh para kreditor dan dianggap lebih memiliki kesempatan untuk menghasilkan laba. Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi, akan tinggi pula kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Dalam penelitian ini, tingkat leverage diukur dengan Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Debt to Equity Ratio mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Semakin rendah rasionya, maka semakin sedikit kewajiban perusahaan di masa yang akan datang. Para kreditor melihat rasio hutang yang tinggi dengan hati-hati. Manakala sebuah perusahaan yang berupaya mencari pendanaan telah memiliki banyak kewajiban, maka tambahan pembayaran hutang kemungkinan terlalu besar untuk ditangani oleh perusahaan tersebut. Untuk melindungi dirinya, maka kreditor biasanya mengenakan bunga yang tinggi pada pinjaman baru terhadap perusahaan yang mempunyai debt to equity ratio yang tinggi (Simamora, 2000:533). Hubungan Debt to Equity Ratio dengan Return Saham Hasil penelitian yang dilakukan Marsulis (1988) (dalam Husnan et al, 1996:317), menunjukkan bahwa abnormal return pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman dari perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang ternyata positif. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang menurunkan proporsi hutang ternyata memperoleh abnormal return yang negatif. Dengan menggunakan CAPM (Capital Assets pricing Models), abnormal return positif berarti aktual return yang diperoleh investor lebih besar dari expected return. Sebaliknya abnormal return negatif berarti aktual return lebih kecil daripada expected return. Abnormal return positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi hutang berarti peningkatan leverage yang dinilai memberikan manfaat bagi investor dalam
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 143 penghematan pajak. Selain itu dalam penelitian ini menunjukkan bahwa biaya kebangkrutan ternyata tidak terlalu besar, karena manfaat penghematan pajak lebih besar daripada kerugian biaya kebangkrutan. Mikkelson dan Partch (1985) (dalam Hidayat (2003) yang mengamati harga saham pada saat pengumuman perubahan struktur modal dan sehari setelah pengumuman. Penelitian ini menunjukkan bahwa return saham perusahaan yang meningkatkan perusahaan yang meningkatkan proporsi hutang melalui, private placement of debt, public offerings of non convertible debt dan bank debt borrowings ternyata memiliki abnormal return yang positif. sedangkan perusahaan yang menurunkan proporsi hutang melalui public offering of common stock ternyata memiliki abnormal return yang negatif. Investor ternyata merespon positif kebijakan perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi hutang mereka. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang meningkatkan proporsi hutang (debt to equity ratio) menyebabkan harga saham (return saham) perusahaan juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh investor yang merespon positif kebijakan perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi hutang mereka. Pengertian Size (ukuran perusahaan) Dalam penulisan ini ukuran perusahaan (size) menggunakan ukuran aktiva (assets size). Ukuran perusahaan maksudnya adalah jumlah total aktiva perusahaan pada suatu periode tahun tertentu (Homaifar dalam Indriani (2003:27). Perkiraan aktiva jangka panjang terbagi atas tiga unsur yaitu peralatan, bangunan dan mesin-mesin mula-mula dinyatakan menurut nilai perolehannya. Setiap tahun atas setiap unsur aktiva jangka panjang (yang juga disebut aktiva tetap) diperhitungkan besarnya penyusutan dan ditambahkan pada besarnya penyusutan yang telah diperhitungkan untuk tahun-tahun sebelumnya. Hasil penambahan tersebut berupa akumulasi penyusutan dikurangkan dalam nilai perolehan aktiva tetap, sehingga diperoleh nilai bersih aktiva tetap. Penyusutan tahunan akan diperhitungkan pada rugi-laba sebagai beban. Aktiva tetap bersih merupakan nilai buku aktiva berwujud saat ini yang telah mengalami pentyusutan. Jika suatu aktiva tetap dijual, maka nilai awal bukunya akan dihapuskan dari perkiraan aktiva tetap kotor dan akumulasi penyusutannya dikurangkan dari perkiraan tersebut. Nilai pasar suatu aktiva bisa berada di atas atau dibawah nilai bukunya, dan selisihnya merupakan keuntungan atau kerugian modal atas penjualan aktiva tetap tersebut dan dicatat pada perhitungan laba-rugi. Pengertian ukuran aktiva menurut Jogiyanto (2003:282) adalah merupakan variable konvensional yang digunakan untuk ukuran aktiva (assets size) yang diukur sebagai logaritma (log) dari total aktiva. Ukuran aktiva ini digunakan sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Perusahaan besar dianggap mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Alasannya adalah karena perusahaan yang lebih besar dianggap mempunyai akses ke pasar modal, sehingga mempunyai beta yang lebih kecil. (Elton et al dalam Jogiyanto (2003:282). Anggapan ini merupakan anggapan yang umum tidak didasarkan pada teori. Bagaimanapun juga Watts et al (dalam Jogiyanto, 2003:282) mencoba membuktikan hipotesis tentang hubungan ini untuk membentuk teori yang disebut teori akuntansi positif (positive accounting theory). Watts menghipotesiskan bahwa perusahaan besar cenderung menginvestasikan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 144 dananya ke proyek yang mempunyai varian rendah dengan beta yang rendah untuk menghindari laba yang berlebihan. Dengan menginvestasikan ke proyek dengan beta yang rendah akan menurunkan resiko perusahaan. Dengan demikian dihipotesiskan hubungan antara ukuran perusahaan dengan beta adalah negatif. Ukuran perusahaan bisa dilihat dari variabel kovensional dari ukuran aktiva perusahaan (assets size), yang diukur sebagai logaritma (log) dari total aktiva. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negative dengan resiko. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil (proxy) besarnya perusahaan, diperoleh dari total aktiva yang dilogaritma (log). Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Return Saham Dari penelitian Brown et al pada tahun 1968 (dalam Hidayat (2003:69) hubungan ukuran perusahaan (size) dengan harga saham yang diduga memiliki hubungan yang negatif, ternyata menghasilkan koefisien yang posistif dan tidak signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor di pasar modal (BEI) memberikan apresiasi yang setara terhadap publikasi laporan keuangan, baik oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Dalam pengambilan keputusan investasi, investor memperhatikan ukuran perusahaan (dalam penelitian Reinganum menggunakan nilai kapitalisasi saham) yang berdampak pada prospek return dan resiko yang dihadapi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa investor di perusahaan besar lebih banyak mengakses informasi yang terkait dengan perusahaan tersebut, sehingga mereka tidak segera mengambil keputusan bila mendapatkan informasi laba karena tereliminasi oleh banyak informasi yang beragam. Sebaliknya informasi di perusahaan kecil mengakses informasi yang sangat terbatas, oleh karena itu mereka segera melakukan keputusan jika mendapatkan informasi laba. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan (size) yang semakin besar akan menyebabkan harga saham (return saham) yang semakin menigkat pula. Hal ini disebabkan perusahaan besar mempunyai akses informasi yang lebih lengkap dan cepat ke pasar modal jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hipotesis Berdasarkan uraian pada di atas, maka hipotesis yang berlaku pada penelitian ini adalah: H1 : Ada pengauh yang signifikan antara perubahan laba bersih tahunan, Debt to Equity Ratio dan ukuran perusahaan terhadap return saham perusahaan go public. H2a : Ada pengaruh yang signifikan antara perubahan laba tahunan terhadap return saham perusahaan go publik. H2b : Ada pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio (kebijakan hutang) terhadap return saham perusahaan go publik. H2c : Ada pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap return saham perusahaan go publik. C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dalam penulisan riset ini, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelas (Explanatory study) yaitu penelitian yang berusaha untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dan juga menjelaskan gejala yang ditimbulkan oleh suatu objek penelitian serta dilengkapi dengan studi literatur dengan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 145 menggunakan buku, catatan, maupun laporan penelitian. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari PT. Bursa Efek Indonesia yang berupa perkembangan laporan keuangan dari tahun 2000 sampai dengan 2008. Berdasarkan periode dan objek penelitian, jenis data yang diperoleh merupakan gabungan dari Time series Data (yaitu antara periode 2000 - 2008) dan Cross Section Data (objek yang diteliti lebih dari satu objek) sehingga data yang terkumpul dan di analisis merupakan data gabungan (the polling data). Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan (library research) 2. Suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literatur-literatur serta pencarian teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti sebagai landasan teori untuk menguji kebenaran hipotesis. 3. Studi Dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dimana penulis secara langsung mengamati, mempelajari dengan menggunakan laporan-laporan dan catatan keuangan yang erat kaitannya dengan penelitian yang tengah dilakukan, berupa: a) Laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi, b) Harga saham, c) Diskripsi objek penelitian. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia sebanyak 17 perusahaan, yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan yang nantinya akan dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 17 perusahaan. Dimana kriteria-kriteria pengambilan sampel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia. 2. Perusahaan yang mempunyai hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dan nilai modal yang tidak difisit. 3. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba pada tahun 2000 sampai 2008. Sedangkan jenis sampel yang digunakan adalah purpose sampling yaitu penulis memilih anggota-anggota sample yang didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan di atas. Idetifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan laba tahunan, kebijakan hutang (debt to equity ratio) dan ukuran perusahaan sebagai variabel bebas sedangkan return saham sebagai variabel terikat : 1. Variabel Independen, terdiri dari : X1 = Perubahan Laba, X2 = Debt to Equity Ratio dan X3 = Ukuran Perusahaan (size) 2. Variabel Dependen yaitu: Y = Return Saham Definisi Operasional 1. Perubahan Laba (laba bersih). Perubahan laba merupakan perubahan yang disebabkan oleh kenaikan atau penurunan laba periode kemarin dengan memprediksi laba periode sekarang. Hasil perubahan laba diukur dengan menggunakan logaritma (log) untuk mendesimalkan perubahan laba. ∆ = − (Jogiyanto, 2003:382) Dimana : ∆L = Perubahan laba bersih Lt = Laba bersih periode sekarang Lt-1 = Laba bersih periode kemarin (periode yang lalu)
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 146 2. Debt to Equity Ratio. Kebijakan hutang menunjukkan bahwa proporsi atas penggunaan untuk membiayai investasinya tau perusahaan menggunakan dana yang berasal dari hutang (pinjaman). Dalam menghitung financial leverage digunakan DER (debt to equity ratio) yaitu rasio total hutang terhadap modal sendiri yang merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. jika semakin tinggi tingkat resiko yang dihadapi maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang tinggi dan rasio yang tinggi menunjukkan bahwa proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. = (Sundjaya et al, 2003) 3. Ukuran Perusahaan (size). Ukuran perusahaan bisa dilihat dari variabel konvensional dari ukuran aktiva perusahaan (assets size), yang diukur sebagai loagritma (log) dari total aktiva. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan resiko. Ukuran aktiva dipakai sebagai wakil (proxy) besarnya perusahaan. Diperoleh dari total aktiva yang dilogaritma (log). Perusahaan besar mungkin memiliki biaya produksi informasi dan biaya competitive disadvantage akibat pengungkapan yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Di lain pihak secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melaksanakan social responsibility (tanggungjawab sosial), menghadapi regulasi yang lebih ketat seperti tentang pengawasan harga, tingginya pajak perusahaan dan ancaman akan adanya program nasionalisasi. Perusahaan kecil mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mengumpulkan dan maenampilkan informasi yang luas pada laporan tahunan mereka sebab banyak aktivitas banyak pula biaya yang dikeluarkan. Manajemen perusahaan kecil mungkin percaya bahwa pengungkapan yang terperinci akan membahayakan posisi kompetitifnya. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya, karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang dapat diungkapkan. Perusahaan yang berukuran besar juga diduga mempunyai karyawan ahli berkualitas yang lebih memahami tentang pengungkapan laporan keuangan. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar akan lebih banyak melakukan pengungkapan laporan keuangan. 4. Return Saham. Return saham merupakan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjulan saham perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan return saham yaitu berupa perubahan harga saham relatif terhadap harga saham periode yang lalu. Perubahan harga saham dinyatakan dalam bentuk persentase. = (Jogiyanto, 2003:86) Dimana : Rt = Return Saham Pt = Harga Saham (close price) Periode sekarang Pt-1 =Harga SAham (close price) Periode yang lalu Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan melalui suatu pengukuran yang berupa angka-angka dengan
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 147 menggunakan metode statistik. Tahaptahap analisis data dilakukan sebagai berikut : a. Pengujian Gejala Penyimpangan Asumsi Model Klasik. Untuk memperoleh nilai estimasi terbaik, tidak biasa atau yang biasa disebut dengan BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) maka sebelum dilakukan analisis hasil model regresi terlebih dahulu dilakukan uji secara ekonometri untuk dapat menyimpulkan apakah suatu model yang telah dirumuskan sebelumnya. Tahap yang pertama yaitu, melakukan pengujian dengan menggunakan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik mengenai persyaratan yang mendasari penerapan model persamaan multi regresi linier meliputi : Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Multikolonieritas. Suatu estimator yang dapat diandalkan apabila hasil analisis dari model regresi linier paling tidak memenuhi ketiga persyaratan tersebut. b. Regresi Linier Berganda. Regresi linier barganda merupakan regresi linier dimana variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atu lebih variabel bebas (variabel X). Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan persamaan: = + + + + Dimana : Y = Koofisien korelasi a = Konstanta X1 = Perubahan Laba Bersih Tahunan X2 = DER (Debt Equity Ratio) X3 = Ukuran Perusahaan , , = beta ( )saham yang berhubungan masing − masing variabel X e = Standart Error Uji Hipotesis - Uji F Uji F digunakan untuk melihat hubungan dan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian dengan uji F dengan cara membandingkan antara nilai P-value pada kolom sign α 0,05. Uji Hipotesis - Uji t Uji t merupakan pengujian pada masing-masing variabel bebas (X1, X2, dan X3) yang ditentukan terhadap variabel terikat (Y). Untuk mengetahui apakah variabel bebas mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap variabel terikatnya, maka dapat dilakuakn dengan cara membandingkan antara nilai P-value pada kolom sign dengan α 0,05. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa Data Hasil perhitungan dari masing- masing perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 1: Data Return Saham, Perubahan Laba, Kebijakan Hutang (Debt Equity Ratio) dan Ukuran Perusahaan Makanan dan Minuman Tahun 2000 – 2008 Perusahaan / Tahun Return Saham Perubahan Laba Debt to Equity Ratio Ukuran Perusahaan Tahun 2000 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 0.75 4.3143 1.76 5.53277 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk -0.25 4.94822 257.96 5.11465 PT. Cahaya Kalbar Tbk -0.74883 -4.12707 0.29 5.45675 PT. Davomas Abadi Tbk -0.57777 5.16648 0.64 5.77774 PT. Delta Djakarta Tbk -0.25252 4.34407 0.78 5.58717 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk -0.91142 -5.87461 3.1 7.0988 PT. Mayora Indah Tbk -0.42105 -4.34224 1.2 6.11794
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 148 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk -0.15 4.49698 1.02 5.63709 PT. Siantar Top Tbk -0.63291 3.7844 0.57 5.5318 PT. Tunas Baru Lampung Tbk -0.15909 -484190 1.29 5.97082 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.175 4.24968 0.48 5.84943 PT. SMART Corporation Tbk -0.29113 5.61392 1.38 6.59327 PT. Sierad Produce Tbk -0.57777 5.55248 14.36 6.21648 PT. Sekar Laut Tbk 0 5.11427 4.45 5.14944 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -0.66315 5.42048 2.31 5.72703 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk -0.61818 -4.42912 3.52 5.16826 PT. Fast Food Indonesia Tbk -0.9 4.14254 1.25 5.27131 Tahun 2001 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 1.5 3.97995 2.11 5.71062 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk -0.46666 -4.77896 257.96 5.0562 PT. Cahaya Kalbar Tbk -0.4074 -3.51215 0.4 5.48328 PT. Davomas Abadi Tbk 0.8421 -5.15264 0.64 5.88344 PT. Delta Djakarta Tbk 0.02702 4.00855 0.35 5.5402 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk -0.19354 5.00068 2.6 7.11721 PT. Mayora Indah Tbk -0.418181 3.89002 1.11 6.12221 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk -0.38235 4.30405 1.49 5.71414 PT. Siantar Top Tbk -0.81379 -4.11693 0.69 5.60644 PT. Tunas Baru Lampung Tbk -0.15909 3.73909 1.33 5.97157 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk -0.40425 2.71767 0.92 5.98704 PT. SMART Corporation Tbk -0.71428 4.6967 1.38 6.59071 PT. Sierad Produce Tbk -0.42105 -5.24763 14.36 6.11875 PT. Sekar Laut Tbk -0.27272 -4.75488 4.45 5.10552 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -0.40625 -5.47266 2.31 5.67623 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 0.71428 4.273 3.52 5.12966 PT. Fast Food Indonesia Tbk -0.18421 -2.36361 1.02 5.32275 Tahun 2002 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 0.07142 4.25758 1.4 5.7298 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk 1.0625 4.508112 257.96 5.52836 PT. Cahaya Kalbar Tbk 0.46875 3.69442 0.32 5.47776 PT. Davomas Abadi Tbk -0.82857 4.20327 0.59 5.98961 PT. Delta Djakarta Tbk 0.07894 2.38738 0.24 5.56561 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk -0.04 4.75053 2.92 7.18331 PT. Mayora Indah Tbk 0.1875 4.94622 0.78 6.12462 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.30952 4.45918 0.68 5.67672 PT. Siantar Top Tbk -0.03703 3.90292 0.75 5.67251 PT. Tunas Baru Lampung Tbk -0.58333 4.53623 1.13 6.0093 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk -0.14285 -4.06032 0.94 6.00777 PT. SMART Corporation Tbk -0.125 -5.50411 1.38 6.55267 PT. Sierad Produce Tbk -0.63636 -5.35486 14.36 6.06045 PT. Sekar Laut Tbk 0 -4.54816 4.45 5.08148 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 0.31578 5.1529 2.31 5.54176 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 1.77777 -4.02094 3.52 5.09684 PT. Fast Food Indonesia Tbk 0.16129 4.07014 0.79 5.38806
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 149 Tahun 2003 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 0.27466 -3.45697 0.92 5.71875 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk -0.318181 -4.8034 257.96 5.53137 PT. Cahaya Kalbar Tbk -0.04255 -3.81796 0.29 5.47018 PT. Davomas Abadi Tbk 3.55555 4.84447 0.51 5.95137 PT. Delta Djakarta Tbk 0.06097 -3.85588 0.24 5.60081 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.33333 -5.29918 2.58 7.18494 PT. Mayora Indah Tbk 1.30263 -4.54248 0.58 6.10882 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.16363 3.71365 0.8 5.68395 PT. Siantar Top Tbk -0.30769 2.96236 0.68 5.70372 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 0.06666 -4.18107 1.29 6.06118 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk -0.25 -4.0577 1 6.04954 PT. SMART Corporation Tbk 3.39285 -5.32581 1.38 6.5599 PT. Sierad Produce Tbk 1 4.49623 5.13 6.10228 PT. Sekar Laut Tbk -0.125 -4.49756 4.45 5.04585 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -0.12 5.63557 2.31 5.24296 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk -0.2 -3.3296 4.26 5.04657 PT. Fast Food Indonesia Tbk 0.02777 -3.13672 0.69 5.44804 Tahun 2004 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 0.00418 -4.45322 0.87 5.82679 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk -0.06666 -3.98109 291.84 5.57105 PT. Cahaya Kalbar Tbk 0.33333 4.30157 0.42 5.4629 PT. Davomas Abadi Tbk -0.51219 3.84148 1.29 6.19809 PT. Delta Djakarta Tbk 0.66666 3.0141 0.29 5.65812 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0 -5.353 2.5 7.19504 PT. Mayora Indah Tbk 0.37142 2.69019 0.46 6.10742 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.32182 -3.59383 1.11 5.74693 PT. Siantar Top Tbk 0 2.96236 0.48 5.37892 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 0.4375 -3.99904 1.65 6.131 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk -0.05555 -3.48756 0.61 6.11402 PT. SMART Corporation Tbk 0.00813 4.58296 1.38 6.59908 PT. Sierad Produce Tbk 1.625 4.68687 23.02 6.0983 PT. Sekar Laut Tbk 0.28571 4.50404 4.45 5.05051 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -0.04545 -5.91312 2.31 5.25411 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 0 4.1027 33.05 4.92846 PT. Fast Food Indonesia Tbk 0.13513 -2.62221 0.66 6.50872 Tahun 2005 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 0.3125 4.436 0.78 5.86472 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk 0.0238 -1.74036 2.76 5.55362 PT. Cahaya Kalbar Tbk 1 -3.20574 0.83 5.5162 PT. Davomas Abadi Tbk -0.6 -3.94885 1.24 6.24226 PT. Delta Djakarta Tbk 1.48275 4.24819 0.32 5.7306 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.1375 -5.40489 2.33 7.16895 PT. Mayora Indah Tbk -0.31666 -4.59524 0.61 6.16434 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.17647 2.85551 1.52 5.75995
EKSIS Volume X No 2, Oktober 2015 Supriadi 150 PT. Siantar Top Tbk -0.16666 -4.25435 0.45 5.67892 PT. Tunas Baru Lampung Tbk -0.13043 -4.01013 1.83 6.16179 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk -0.27058 2.06445 0.54 6.09845 PT. SMART Corporation Tbk -0.69354 5.29279 1.38 6.66249 PT. Sierad Produce Tbk -0.14285 -4.50332 0.23 6.06362 PT. Sekar Laut Tbk -0.11111 4.68968 4.45 4.97513 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -0.23809 5.07005 2.31 5.45383 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 0 -5.06551 33.05 4.88316 PT. Fast Food Indonesia Tbk 0.14258 3.73479 0.68 5.57738 Tahun 2006 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 0.74603 -4.19021 0.77 5.9005 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk -0.22857 1.97772 2.82 5.56102 PT. Cahaya Kalbar Tbk -0.01666 -3.79954 0.44 5.4484 PT. Davomas Abadi Tbk 6.375 5.02615 1.77 6.43261 PT. Delta Djakarta Tbk -0.36666 -4.11796 0.32 5.75682 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.48351 5.73012 2.1 7.21132 PT. Mayora Indah Tbk 0.9756 -4.59524 0.58 6.19127 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.1 -4.12817 2.08 5.78564 PT. Siantar Top Tbk 0.4 3.57852 0.36 5.66977 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 0.2 4.66899 1.37 6.31157 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.40322 4.00877 0.53 6.09659 PT. SMART Corporation Tbk 2.8421 5.51027 1.06 6.72525 PT. Sierad Produce Tbk -0.44444 -4.91129 0.13 6.0468 PT. Sekar Laut Tbk -0.2875 -4.93907 0.79 5.20919 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 0.25 -5.0277 1.87 5.45952 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 0 -3.44284 832.64 4.87943 PT. Fast Food Indonesia Tbk 0.51666 4.4415 0.68 5.68446 Tahun 2007 PT. Aqua Golden Missisipi Tbk 0.17727 4.23195 0.74 5.95013 PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk 3.28571 4.19395 1.26 5.8991 PT. Cahaya Kalbar Tbk 0.35593 3.97243 1.8 5.78794 PT. Davomas Abadi Tbk -0.57627 4.08561 2.27 6.58754 PT. Delta Djakarta Tbk -0.29824 3.60713 0.29 5.77258 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.9074 5.50399 2.61 7.47285 PT. Mayora Indah Tbk 0.08024 4.68135 0.73 6.27719 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 0 4.03358 2.14 5.79367 PT. Siantar Top Tbk 0.7619 3.06781 0.44 5.71386 PT. Tunas Baru Lampung Tbk 1.625 4.64682 1.62 6.39042 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.49425 4.1927 0.64 6.13444 PT. SMART Corporation Tbk 0.64383 5.55743 1.29 6.9065 PT. Sierad Produce Tbk 0.34 -4.29574 0.29 6.11219 PT. Sekar Laut Tbk -0.73684 3.04336 0.9 5.26173 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk -0.49 -3.50528 2.14 5.46497