KATA PENGANTAR
Akses penduduk terhadap prasarana dan sarana
air limbah permukiman dan persampahan
pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek
kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, sosial
budaya serta kemiskinan. Hasil berbagai
pengamatan dan penelitian membuktikan bahwa
semakin besar akses penduduk kepada fasilitas
sanitasi (air limbah permukiman, persampahan
dan drainase lingkungan) serta pemahaman
tentang hygiene, semakin kecil kemungkinan
terjadinya kasus penyebaran penyakit yang
ditularkan melalui media air dan tanah.
Beberapa upaya pengembangan sanitasi lingkungan berskala
komunitas, dapat dilakukan melalui pendekatan berbasis
masyarakat. Hal ini ditujukan untuk menjamin keberlanjutan
pengelolaan, melalui penekanan perubahan perilaku dan pola hidup
masyarakat untuk dapat lebih bersih dan sehat dengan melibatkan
masyarakat secara utuh sejak tahap perencanaan, pelaksanaan
pembangunan sampai dengan pengelolaan sarana agar terciptanya
lingkungan permukiman berkelanjutan yang sehat.
Salah satu sistem penganggaran untuk percepatan pelaksanaan
infrastruktur bidang sanitasi di daerah adalah bersumber dari Dana
Alokasi Khusus (DAK). Sesuai Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, DAK merupakan dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Dan sebagai tindak lanjut dari UU No. 23 Tahun
2014 tersebut di atas, telah diterbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 21/PRT/M/2017 tentang Petunjuk
Operasional Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Infrastruktur
yang merupakan perubahan dari Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 33/PRT/M/2016.
Namun dalam implementasi di lapangan, masih diperlukan petunjuk
pelaksanaan yang aplikatif berdasarkan pada standar dan syarat
teknis yang berlaku. Direktorat Jenderal Cipta Karya menyusun
Petunjuk Pelaksanaan DAK Infrastruktur Bidang Sanitasi Tahun
2018 yang bertujuan sebagai pedoman bagi Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pelaksana lapangan pada setiap
proses tahapan pembangunan mulai dari tahap persiapan,
I
perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan hingga
pengendalian dan pemanfaatan dalam rangka meningkatkan
pelayanan sanitasi pada kawasan padat penduduk dan rawan sanitasi
di perkotaan.
Semoga dengan tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan DAK ini semakin
mempercepat pemerintah daerah dalam membangun sarana dan
prasarana sanitasi yang tepat sasaran, tepat mutu, waktu dan biaya
yang telah menjadi urusan bersama (konkuren) dengan pemerintah
pusat untuk mendukung RPJMN 2015 - 2019, yaitu mencapai
universal akses dalam pemenuhan kebutuhan dasar sektor sanitasi
hingga tahun 2019.
Jakarta, 28 Agustus 2018
Direktur Jenderal Cipta Karya
Dr. Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng.Sc
NIP. 196010281986031003
II
III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................I
DAFTAR ISI ..................................................................................... IV
DAFTAR SINGKATAN .................................................................... VIII
PENDAHULUAN ................................................................................1
BAGIAN 1 KETENTUAN PELAKSANAAN............................................7
1. PERSIAPAN PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI ............7
1.1. Trilateral Meeting..................................................................7
1.2. Sinkronisasi dan Harmonisasi DAK Bidang Sanitasi.............7
1.3 Pengorganisasian Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang
Sanitasi ................................................................................9
1.4. Sosialisasi Program DAK Bidang Sanitasi ...........................10
1.4.1. Rapat Konsultasi Teknis Regional ...................................11
1.4.2. Pengisian Aplikasi e-Monitoring .......................................11
1.5. Penyusunan dan Penetapan Usulan Rencana Kegiatan
(URK) .................................................................................12
1.5.1. Penyusunan dan Penetapan URK Kegiatan Swakelola dan
Kontraktual ....................................................................12
1.6. Penetapan Rencana Kegiatan (RK) oleh Kepala Daerah .......14
1.7. Penetapan Melalui Keputusan Menteri PUPR ......................14
1.8. Perubahan atas Penetapan Rencana Kegiatan (RK) .............15
1.9. Menu Kegiatan Berdasarkan Jenis DAK Bidang Sanitasi ....15
1.9.1. DAK Reguler Bidang Sanitasi..........................................15
1.9.2. DAK Afirmasi Bidang Sanitasi.........................................15
1.9.3. DAK Penugasan Bidang Sanitasi.....................................16
1.10. Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Swakelola .......................17
1.11. Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Kontraktual....................18
1.11.1. Berdasarkan Jenis DAK ...............................................18
1.11.2. Berdasarkan Pilihan Teknologi.....................................18
1.12. Pilihan Teknologi yang Berlaku Standar Persyaratan ..........19
2. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN..................................21
IV
2.1. Pelaksanaan Kegiatan Swakelola ........................................21
2.1.1. Persiapan Kegiatan Swakelola.........................................21
2.1.2. Perencanaan Kegiatan Swakelola ....................................40
2.1.3. Pelaksanaan Kegiatan Swakelola ....................................46
2.1.4. Operasi dan Pemeliharaan ..............................................54
2.2. Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual .....................................61
2.2.1. Persiapan dan Perencanaan............................................61
2.2.2. Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual .................................71
2.2.3. Pelaksanaan Kegiatan Kontraktual Padat Karya .............73
2.2.4. Operasi dan Pemeliharaan ..............................................74
2.3. Pelaporan oleh OPD Terkait ................................................75
1. KEMITRAAN DENGAN TNI DALAM PELAKSANAAN DAK
BIDANG SANITASI ..........................................................76
2. PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)............................77
3. PENGAWASAN ................................................................78
4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI .......................................78
BAGIAN 2 Ketentuan teknis ............................................................82
2.1. KRITERIA TEKNIS...............................................................82
2.1.1. Lokasi Prioritas Kegiatan DAK Reguler............................82
2.1.2. Lokasi Prioritas DAK Afirmasi .........................................82
2.1.3. Lokasi Prioritas DAK Penugasan .....................................83
2.1.4. Kriteria Kegiatan Bidang Air Limbah...............................84
2.2. PILIHAN PRASARANA DAN SARANA SANITASI ...................84
2.2.1. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat
(SPALD-S) .......................................................................85
2.2.2. Pengertian dan Ilustrasi Gambar Sarana dan Prasarana
Sanitasi : ........................................................................87
2.2.3. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat
(SPALD-T) .......................................................................91
2.2.4. Perencanaan Sub_Sistem Pengumpulan .........................93
2.2.5. Perencanaan Sub_Sistem Pelayanan...............................96
V
2.2.6. Perencanaan Sub - Sistem Pengolahan ...........................98
2.2.7 Parameter Desain dalam Penyusunan RTR IPAL ..........100
2.2.8 Contoh Perhitungan Rencana Teknik Rinci IPAL...........101
2.2.9. Ketentuan Teknis Operasi dan Pemeliharaan................117
2.2.10. Ketentuan Teknis dalam Seleksi Lokasi .....................126
2.3 Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(SMK3) ..............................................................................138
2.3.1. Penerapan SMK3 Kegiatan Swakelola ...........................138
2.3.2. Penerapan SMK3 Kegiatan Kontraktual ........................138
VI
VII
DAFTAR SINGKATAN
ABR : Anaerobic Baffled Reactor
AUF : Anaerobic Upflow Filter/Proses
AF Pengolahan Air Limbah dengan
AMDAL Metode Pengaliran Air Limbah keatas
ANDAL
APBD Melalui Media Filter Anaerobic
APBN : Filter
: Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
BABS
BANGDA : Analisis Dampak Lingkungan
BAPPEDA : Anggaran Pendapatan dan Belanja
BAPPENAS Daerah
BOD : Anggaran Pendapatan dan Belanja
BOP Negara
BORDA
: Buang Air Besar Sembarangan
CAP/RKM : Pembangunan Daerah
COD : Badan Perencanaan Pembangunan
CSS
DAK Daerah
DED : Badan Perencanaan Pembangunan
DinKes
DIP Nasional
DIPA : Biological Oxygen Demand
Dit. PPLP
: Biaya Operasional Proyek
DJCK PUPR
: Bremen Overseas
DPRD Research&Development Associate
DRA
: Community Action Plan/Rencana
ICC Kegiatan Masyarakat
: Chemical Oxygen Demand
: Central Sanitation Centers
: Dana Alokasi Khusus
: Detail Engineering Design
: Dinas Kesehatan
: Daftar Isian Proyek
: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
: Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
: Direktorat Jendral Cipta Karya –
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
: Demand Responsive
Approach/Pendekatan Tanggap
Kebutuhan
: Informed Choice
VIII
Catalogue/Katalog Pilihan Informasi
IPAL Teknologi
: Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPLT : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
JUKLAK : Petunjuk Pelaksanaan
KAK : Kerangka Acuan Kerja
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KEPMEN : Keputusan Menteri
KEPPRES : Keputusan Presiden
KF : Kapasitas Fiskal
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
KPP : Kelompok Pemanfaatan Pemeliharaan
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KSO : Kerjasama Operasional, meliputi
upah kerja borongan dan/atau
kontraktor specialist
Long List : Daftar Panjang
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi, Cuci dan Kakus
MDG’s : Milenium Development Goal’s
MONEV : Monitoring and Evaluasi
MOU : Memorandum of Understanding/Nota
Kesepakatan Kerjasama
MPA : Method for Participatory
Assesment/Metode Pengkajian
O&P : Operasi dan Pemeliharaan
PA : Pengguna Anggaran
PAD : Project Appraisal Document
Panitia Pengadaan : Tim Pelaksana pengadaan barang/jasa
di KSM
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PERPRES : Peraturan Presiden
PHAST : Participatory Hygiene and Sanitation
Transformation
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PLP : Penyehatan Lingkungan Permukiman
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
Rakorbang : Rapat Koordinasi Pembangunan
RUTRK : Rencana Umum Tata Ruang Kota
SATKER PSPLP : Satuan Kerja Pengembangan Sistem
Penyehatan Lingkungan Permukiman
IX
SELOTIF : Selekasi Lokasi Partisipatif
Short List : Daftar Pendek
SK : Surat Keputusan
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
SLBM : Sanitasi Lingkungan Berbasis
SPALD-T Masyarakat
: Sistem Pengolahan Air Limbah
SPALD-S
Domestik Terpusat
STBM : Sistem Pengolahan Air Limbah
Domestik Setempat
: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
X
XI
PENDAHULUAN
Akses penduduk terhadap prasarana dan sarana air limbah
permukiman pada dasarnya erat kaitannya dengan aspek kesehatan,
lingkungan hidup, pendidikan, sosial, budaya serta kemiskinan. Hasil
berbagai pengamatan dan penelitian telah membuktikan bahwa
semakin besar akses penduduk terhadap fasilitas prasarana dan
sarana air limbah permukiman, persampahan dan drainase serta
pemahaman tentang hygiene, semakin kecil kemungkinan terjadinya
kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui media air
(waterborne diseases).
Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah,
baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya-upaya terobosan yang
bersifat mengubah paradigma dalam pengembangan sanitasi
lingkungan. Beberapa upaya bisa dilakukan terhadap pengembangan
sanitasi lingkungan berskala komunitas berbasis masyarakat melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menjamin
keberlanjutan pengelolaan.
Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dimana Pemerintah lebih berperan sebagai
regulator dan fasilitator terkait dengan tugas-tugasnya dalam
pengaturan, pembinaan dan pengawasan pengembangan sanitasi
lingkungan. Dana Alokasi Khusus Sanitasi (DAK Bidang Sanitasi)
merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan
akses sanitasi, yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. DAK Bidang Sanitasi ini khususnya diperuntukkan untuk
membiayai kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi masyarakat
yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong
percepatan pembangunan daerah.
Besaran alokasi DAK Bidang Sanitasi masing-masing daerah
ditentukan dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum,
kriteria khusus dan kriteria teknis. Kriteria umum dirumuskan
berdasarkan kemampuan keuangan daerah, yang dicerminkan dari
penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kriteria
khusus dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik
daerah. Kriteria teknis disusun berdasarkan kegiatan khusus yang
dirumuskan oleh kementerian/lembaga.
Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi dimaksudkan sebagai pedoman
1
bagi Pemerintah Kabupaten/Kota, dan pelaksana lapangan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, penilaian
kinerja, pemanfaatan. Pedoman ini merupakan media pembinaan
pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi oleh Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dengan Pemerintah Provinsi.
Pelaksana kegiatan DAK Bidang Sanitasi adalah Organisasi Perangkat
Daerah Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut OPD DAK,
yaitu organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung
jawab kepada Bupati/Walikota yang menyelenggarakan kegiatan yang
dibiayai dari Dana Alokasi Khusus Bidang Sanitasi.
Tujuan disusunnya Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi ini, adalah
:
a. Menjamin tertib pemanfaatan pelaksanaan dan pengelolaan
DAK Bidang Sanitasiyang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
b. Menjamin terlaksananya koordinasi antara kementerian terkait,
dinas teknis di Provinsi, dan dinas teknis di Kabupaten/Kota,
dalam: pelaksanaan, pengelolaan, pemantauan, dan pembinaan
teknis kegiatan yang dibiayai dengan DAK Bidang Sanitasi.
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan DAK
Bidang Sanitasi, serta mensinergikan kegiatan yang dibiayai
dengan DAK Bidang Sanitasi dengan kegiatan prioritas nasional;
dan
d. Meningkatkan kinerja prasarana dan sarana bidang sanitasi,
dan meningkatkan cakupan pelayanan sanitasi untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan,
pembinaan dan pengawasan kegiatan DAK Bidang Sanitasi
adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan
3. Undang–undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah.
4. Undang–Undang Nomor 15 tahun 2017 tentang APBN tahun
anggaran 2018.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
2
Pelayanan Minimal.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
8. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan perubahannya
Perpres No. 70 Tahun 2012, tentang Pengadaan Barang /Jasa
Pemerintah.
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Perpres no.123 Tahun 2016 Tentang
Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik.
10. Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Umum dan
Alokasi Dana Alokasi Khusus (ditetapkan setiap tahun).
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.07/2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa.
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2017
tentangPenyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 21/PRT/M/2017, tentang Petunjuk Operasional Dana
Alokasi Khusus Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 628);
15. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
241/PMK.07/2014 Tentang Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009
tentangPedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di
Daerah.
17. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor KEP.174/MEN/1986 dan
Nomor104/KPTS/1986 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja PadaTempat Kegiatan Konstruksi.
Pedoman Teknis DAK Bidang Sanitasi ini, terbagi menjadi 3
(tiga) bagian, yaitu:
3
a. Pendahuluan;
b. Ketentuan Pelaksanaan;
c. Ketentuan Teknis.
4
SISTEMATIKA PEDOMAN
TEKNIS PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI TA. 2018
Gambar Sistematika
Pedoman Teknis Pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi 2018
5
6
BAGIAN 1
KETENTUAN PELAKSANAAN
1. PERSIAPAN PELAKSANAAN DAK BIDANG SANITASI
1.1. Trilateral Meeting
Dalam rangka mewujudkan akses universal sanitasi melalui
peningkatan cakupan pelayanan sarana pengelolaan air limbah,
maka ditetapkan arah kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang sanitasi dalam setiap tahun anggaran berjalan, yaitu
berupa:
1. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Terpusat (SPALD-T) berupa penambahan Sambungan Rumah
(SR) terhadap Kabupaten/Kota yang sudah memiliki sistem
terpusat skala Kota dan/atau skala permukiman dan
pembangunan baru SPALD-T skala permukiman;
2. Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Satempat (SPALD-S), berupa pembangunan tangki septik skala
individual di perkotaan, pembangunan tangki septik skala
komunal, pengadaan truk tinja dan peningkatan kualitas
sarana sanitasi invidual perdesaan dari akses dasar menjadi
akses layak di Desa/Kelurahan yang sudah terverifikasi Open
Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun.
Pembangunan sanitasi dilakukan dengan berdasarkan pada
lokasi prioritas dan rencana aksi pengembangan sistem sanitasi
dalam Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK).
1.2. Sinkronisasi dan Harmonisasi DAK Bidang Sanitasi
Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No 5 Tahun 2018
Tentang Perubahan atas Perpres No.123 Tahun 2016 Tentang
Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik. Bahwa peran Unit
Organisasi Teknis di lingkup Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat terkait dengan perencanaan program antara
lain melakukan pembahasan dan penetapan rencana kegiatan
yang diusulkan daerah agar sesuai dengan prioritas nasional.
Kegiatan sinkronisasi dan harmonisasi dilaksanakan dalam
rangka menerima daerah untuk berkonsultasi terkait hasil
penilaian sementara dari Pemerintah Pusat (Bappenas dan
Kementerian PUPR) dan hasil konfirmasi dari Pemerintah Daerah
baik yang telah di imput dalam aplikasi Sinkron DAK maupun
melalui Kertas Kerja yang telah disiapkan. Dengan demikian
Pemerintah Daerah dapat menyampaikan tanggapan terhadap
7
hasil penilaian sementara yang sudah masuk ke dalam aplikasi
Sinkron DAK.
Kriteria penilaian terhadap usulan kegiatan dari Pemerintah
Daerah antara lain sebagai berikut :
1. Kesesuaian dengan longlist data base e-Plaining;
2. Keseusaian dengan menu kegiatan di dalam Permen PUPR No
33/PRT/M/2016;
3. Status sumber pendanaan belum didanai oleh sumber
pendanaan yang lain;
4. Kesanggupan melengkapi Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak (SPTJM);
5. Kewajaran harga satuan.
Bisnis Proses Kegiatan Sinkronisasi dan Harmonisasi DAK Fisik
Tahun angaran 2018.
C DJPK K/L & BAPPENAS
2 1 1. Data Usulan
Input Data dari E-
di Aplikasi Planning
2. Data Hasil
Penilaian
3 APLIKASI 4
SINKRON
Melalui Aplikasi Pemda DAK FISIK Melalui Aplikasi, KL
dan Bappenas
dapat: 5A mereview Data
1. Lihat Usulan DAK (E-
Didiskusikan Konfirmasi Pemda
Planning) (data terkunci jika
2. Lihat Hasil Penilaian; dan 5 B Disepakati
3. Input Data Konfirmasi dan masuk sudah direview)
Hasil
Sinkronisasi Diskusi
FORUM YA
SINRKOSASI DAN
HARMONISASI DI Konfirm
PROVINSI
8
1.3 Pengorganisasian Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang
Sanitasi
Dalam rangka mempercepat proses pelaksanaan Program DAK
Bidang Sanitasi diperlukan pengorganisasian pada berbagai
tingkatan, antara lain sebagai berikut :
1. Tingkat Pusat
Untuk tingkat pusat: Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman menunjuk Sub Direktorat
Perencanaan Teknis dan Sub Direktorat Pengolahan Air Limbah
serta Satker Penyehatan Lingkungan Permukiman Berbasis
Masyarakat (PLPBM) sebagai unit pengelola kegiatan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.
2. Tingkat Provinsi
Untuk Tingkat Provinsi, Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman menugaskan Satker PSPLP Provinsi
sebagai Koordinator penyelenggaraan dan pemantauan DAK
Bidang Sanitasi. Dalam rangka monitoring capaian progres
pelaksanaan kegiatan di masing-masing Provinsi, Direktorat
Keterpaduan Infrastruktur Permukiman menugaskan PPK
Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur
Permukiman (PIP) Satuan Kerja Randal sebagai
penanggungjawab data laporan emonnya.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
1. Kegiatan swakelola
Kepala OPD Kabupaten/Kota membentuk unit pengelola
DAK Bidang Sanitasi, melakukan seleksi terhadap Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) dan memobilisasi TFL ke wilayah
dampingan sesuai dengan Surat Keputusan dari Pengguna
Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
2. Kegiatan kontraktual/Kntraktual Padat Karya
Penguasa Anggaran (PA) Kabupaten/Kota menetapkan
Rencana Umum Pengadaan (RUP), mengumumkan secara
luas Rencana Umum Pengadaan, Menetapkan PPK,
Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Unit pengelola DAK Bidang Sanitasi haruslah OPD
yang secara hukum (Perda/Perbup/Perwali)
mengemban tugas pokok dan fungsi bidang sanitasi.
9
4. Tingkat Desa/Kelurahan
1. Pekerjaan Swakelola
Di tingkat Desa/Kelurahan, Kades/Lurah atas
sepengetahuan Camat melaksanakan sosialisasi awal
penyelenggaraan program Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Sanitasi di wilayah kerjanya. Selanjutnya bersama
dengan TFL Pemerintah Desa/Kelurahan memfasilitasi
proses pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
dan menyampaikan Berita Acara hasil pembentukan
lembaga tersebut kepada OPD Dinas terkait untuk
ditetapkan sebagai kelompok pelaksana kegiatan swakelola
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.
Setelah pelaksanaan kegiatan SELOTIP dan ditetapkan
lokasi penerima manfaat, Pemerintah Desa/Kelurahan
bersama dengan TFL memfasilitasi proses pembentukan
Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan (KPP). Selanjutnya
ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala
Desa/Kelurahan sebagai lembaga yang bertanggungjawab
dalam proses Operasi dan Pemeliharaan serta
pengembangan jaringan pelayanan sanitasi agar dapat
berkelanjutan (sustainable programme).
2. Pekerjaan Kontraktual/Kontraktual Padat Karya
Di tingkat Desa/Kelurahan Pemerintah Daerah didampingi
dari konsultan pengawas dan kontraktor pemenang
melakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat
sebagai bentuk pemberitahuan terkait proses pelaksanaan
dan manfaat dari program Dana Alokasi Khusus Bidang
Sanitasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
dukungan dari Pemerintah Desa/Kelurahan serta
masyarakat sebagai calon penerima manfaat. Sekaligus
kontraktor pelaksana untuk dapat menjaring tenaga kerja
dari warga pemanfaat agar pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan sesuai dengan harapan pemerintah.
1.4. Sosialisasi Program DAK Bidang Sanitasi
Sosialisasi DAK Bidang Sanitasi diselenggarakan kepada seluruh
pemerintah Kabupaten/Kota pada akhir tahun anggaran
sebelumnya yang diselenggarakan oleh Biro Perencanaan
Anggaran dan KLN, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
10
Pemerintah Kabupaten/Kota penerima Dana Alokasi Khusus
Infrastruktur Bidang Sanitasi harus mengikuti sosialisasi
Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK dan Pra-Konsultasi
serta Konsultasi Program dalam rangka pembahasan Usulan
Rencana Kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian PUPR.
Sosialisasi ini bertujuan agar Pemerintah Kabupaten/Kota dapat
memahami ruang lingkup kegiatan, mengalokasikan dana
penunjang yang bersumber dari DAK Bidang Sanitasi dan dana
penunjang kegiatan yang bersumber dari APBD serta
mempersiapkan lokasi yang memenuhi syarat dan kriteria teknis.
Sosialisasi dilaksanakan juga oleh OPD teknis/Pokja Sanitasi di
tingkat Kabupaten/Kota, dengan mengundang Camat, Kodim
(TNI), Lurah/Kades daerah rawan sanitasi.
1.4.1. Rapat Konsultasi Teknis Regional
Rapat konsultasi teknis regional dilaksanakan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
termasuk didalamnya kegiatan konsultasi teknis untuk
bidang sanitasi.
Berdasarkan penetapan alokasi Dana Alokasi Khusus
Bidang Sanitasi Pemerintah Daerah melalui OPD terkait
penerima DAK menyusun Usulan Rencana Kegiatan (URK)
berdasarkan hasil konsultasi dengan Unit Organisasi
Teknis (UNOR).
Penyusunan Usulan Rencana Kegiatan (URK) mengacu
pada proposal yang diusulkan Pemerintah Daerah kepada
Bappenas dan Kementerian Keuangan serta hasil
sinkronisasi dan harmonisasi usulan DAK.
Pemerintah Daerah wajib menganggarkan dana transfer
ke daerah yang penggunaannya sudah ditentukan dengan
petunjuk teknis sesuai peraturan perundang-undangan.
1.4.2. Pengisian Aplikasi e-Monitoring
Pengisian aplikasi elektronik monitoring khusus DAK
Bidang Sanitasi dapat dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dan tanda tangan dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
selanjutnya diverifikasi oleh Pemerintah Propinsi dan
Pemerintah Pusat dalam sistem e-Monitoring DAK PUPR.
11
1.5. Penyusunan dan Penetapan Usulan Rencana Kegiatan
(URK)
1.5.1. Penyusunan dan Penetapan URK Kegiatan Swakelola
dan Kontraktual
Berdasarkan penetapan alokasi Dana Alokasi Khusus dari
Pemerintah, Bupati/Walikota penerima DAK Bidang
Sanitasi menyusun Usulan Rencana Kegiatan (URK)
berdasarkan konsultasi dengan berbagai pemangku
kepentingan yang memenuhi kriteria prioritas nasional.
Dana Alokasi Khusus dianggarkan sesuai Peraturan
Presiden tentang Rincian Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) tahun anggaran berjalan atau Peraturan
Menteri Keuangan mengenai alokasi Dana Alokasi Khusus
Tahun Anggaran berjalan.
1.5.1.1. Rencana Pembiayaan Kegiatan Swakelola
(RPKS)
Pembiayaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi ini
dapat berasal dari beberapa sumber pembiayaan,
antara lain: Pemerintah Pusat (APBN) dan DAK,
Pemerintah Kabupaten/Kota (APBD), swadaya
masyarakat, swasta dan LSM. Untuk setiap lokasi
diperlukan kontribusi pendanaan dari masing-
masing pemangku kepentingan sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling
banyak 5% (lima persen) dari alokasi DAK Fisik
Bidang Sanitasi untuk mendanai kegiatan
penunjang yang berhubungan langsung
dengan kegiatan DAK Fisik antara lain sebagai
berikut:
a. Honorarium Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL);
b. Honorarium Petugas e-Monitoring DAK
Bidang Sanitasi;
c. Penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi
antara lain:
❖ Penyiapan tahapan implementasi program
dan penguatan kapasitas Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) serta
sosialisasi program kepada masyarakat;
12
❖ Kampanye sanitasi kepada calon
pemanfaat;
❖ Pengendalian pelaksanaan Konstruksi;
❖ Pasca konstruksi; peguatan kapasitas
Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan
(KPP) tentang Operasional dan
Pemeliharaan serta pengembangan
pelayanan.
d. Perjalanan dinas dari ke dan dari lokasi
kegiatan untuk perencanaan, pengendalian
dan pengawasan konstruksi.
2. Pelaksanaan konstruksi dibiayai oleh:
a. Dana DAK Bidang Sanitasi untuk kegiatan
swakelola dan kontraktual;
b. Kontribusi dari masyarakat dapat berupa
dana tunai (in cash) dan kontribusi dalam
bentuk barang (in kind) berupa hibah lahan,
tenaga kerja, material dan lain-lain untuk
kegiatan swakelola;
c. Dana pihak swasta lainnya dapat
dikumpulkan melalui berbagai upaya sejauh
hal tersebut saling menguntungkan dan
tidak mengikat. Biaya Operasi dan
Pemeliharaan dibiayai dan dikelola langsung
oleh masyarakat untuk kegiatan swakelola.
1.5.1.2. Rencana Pembiayaan Kegiatan Kontraktual
1. Pemerintah daerah melalui Penguasa Anggaran
(PA) menyusun dan menetapkan rencana
penganggaran pengadaan barang/jasa yang
bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK),
terdiri atas biaya barang/jasa itu sendiri, biaya
pendukung dan biaya administrasi yang
diperlukan untuk proses pengadaan, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah dapat menggunakan paling
banyak 5% (lima persen) dari alokasi DAK Fisik
Bidang Sanitasi untuk mendanai kegiatan
penunjang yang berhubungan langsung
dengan kegiatan DAK Fisik antara lain sebagai
berikut:
a. Desain perencanaan untuk
13
pelaksanaan kegiatan dan penunjukan
konsultan individual perencana;
b. Biaya Tender (pengumuman
pengadaan);
c. Honorarium Petugas e-Monitoring DAK
Bidang Sanitasi;
d. Penunjukan konsultan pengawas;
e. Perjalanan dinas dari ke dan dari lokasi
kegiatan untuk perencanaan,
pengendalian dan pengawasan
konstruksi.
2. Pelaksanaan konstruksi dibiayai oleh Dana
Alokasi Khusus (DAK) pada tahun anggaran
berjalan sesuai dengan nilai pagu per paket
kegiatan.
1.6. Penetapan Rencana Kegiatan (RK) oleh Kepala Daerah
Hasil pembahasan Usulan Rencana Kegiatan (URK) bersama Unit
Organisasi Teknis (UNOR) ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi
Rencana Kegiatan (RK) berupa rincian kegiatan, lokasi kegiatan
dan target output kegiatan. Selanjutnya disampaikan kepada
Direktur Jenderal Cipta Karya sebagai Unit Organisasi Teknis
paling lambat minggu terakhir (M-4) bulan Januari Tahun
Anggaran berkenaan.
Direktur Jenderal Cipta Karya sebagai Unit Organisasi Teknis
(UNOR) Bidang Sanitasi menyampaikan rekap hasil penetapan
Rencana Kegiatan (RK) yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah
kepada Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR paling lambat
minggu pertama (M-1) bulan Februari Tahun Anggaran
berkenaan.
Sekretaris Jenderal melakukan penelitian dan penyusunan
konsep penetapan hasil rekapitulasi dan selanjutnya disampaikan
kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
1.7. Penetapan Melalui Keputusan Menteri PUPR
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menetapkan
hasil rekapitulasi Rencana Kegiatan (RK) Bidang Sanitasi untuk
disampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala
Bappenas paling lambat minggu ketiga (M-3) bulan Maret Tahun
Anggaran berkenaan.
14
1.8. Perubahan atas Penetapan Rencana Kegiatan (RK)
Perubahan terhadap Rencana Kegiatan (RK) yang telah ditetapkan
oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat
dilakukan setelah Kepala Daerah terkait mengajukan usulan
perubahan Rencana Kegiatan (RK) kepada Unit Organisasi Teknis
(UNOR) dan mendapatkan persetujuan dari Unit Organisasi
Teknis, Direktorat Pengembangan PLP, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Perubahan terhadap Rencana Kegiatan (RK) tersebut hanya
diperkenankan satu kali dalam satu tahun anggaran dan
perubahan dapat dilakukan paling lambat minggu pertama (M-1)
bulan Maret Tahun Anggaran berkenaan.
Dalam hal penganggaran dana transfer ke daerah jika
penggunaannya tidak sesuai dengan petunjuk teknis tahun
berkenaan, Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian atas
penggunaan dana transfer dimaksud dengan cara
menganggarkan kembali mendahului perubahan APBD tahun
anggaran berjalan dengan terlebih dahulu mengubah peraturan
Kepala Daerah tentang penjabaran APBD dan diberitahukan
kepada pimpinan DPRD untuk selanjutnya diusulkan dan
ditampung dalam perubahan APBD Tahun anggaran berkenaan.
1.9. Menu Kegiatan Berdasarkan Jenis DAK Bidang Sanitasi
1.9.1. DAK Reguler Bidang Sanitasi
1. Pembangunan baru SPALD-T Skala Permukiman yang
terdiri dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
(IPALD) Skala Permukiman, jaringan pengumpul dan SR
dengan jumlah layanan minimal 50 KK.
2. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman
yang terdiri dari IPALD skala permukiman, jaringan
pengumpul dan SR dengan jumlah layanan minimal 50
KK serta prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK).
3. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK).
1.9.2. DAK Afirmasi Bidang Sanitasi
1. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman
yang terdiri dari IPALD skala permukiman, jaringan
pengumpul dan SR dengan jumlah layanan minimal 25
KK serta parasarana Mandi Cuci Kakus (MCK);
2. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK);
15
3. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan
dari akses dasar menjadi akses layak pada lokasi yang
telah dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free
(ODF) selama minimal 2 tahun, berdasarkan data
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), satu titik
lokasi atau satu KSM minimal 50 unit.
1.9.3. DAK Penugasan Bidang Sanitasi
1. Pengembangan Pelayanan Penyedotan Lumpur Tinja
melalui:
❖ Pembangunan tangki septik skala individu di
perkotaan dengan kepadatan penduduk ≤ 150
jiwa/Ha, satu titik lokasi/satu KSM minimal 50 unit,
khusus untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki
IPLT dan sedang menyusun/ sudah mempunyai
sistem pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call
basis);
❖ Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk untuk
kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT dan
sedang menyusun/ sudah mempunyai sistem
pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis);
2. Pembangunan MCK ++ dan jaringan perpipaan bagi
lembaga pendidikan agama minimal 300 siswa menetap;
3. Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk
kabupaten/kota yang telah memiliki IPALD terpusat
(skala kota dan permukiman) dengan jumlah
penambahan minimal 50 SR;
4. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan
dari akses dasar menjadi akses layak pada lokasi yang
telah dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free
(ODF) selama minimal 2 tahun, berdasarkan data STBM,
satu titik lokasi atau satu KSM minimal 50 unit;
5. Pembangunan baru SPALD Terpusat Skala Permukiman
yang terdiri dari Instalasi Pengolahan Air Limbah
Domestik (IPALD) Skala Permukiman, jaringan
pengumpul dan SR dengan jumlah layanan minimal 50
KK di kawasan permukiman kumuh;
6. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman
yang terdiri dari IPALD permukiman skala komunal,
16
jaringan pengumpul dan SR dengan jumlah layanan
minimal 50 KK serta parasarana Mandi Cuci Kakus
(MCK) di kawasan permukiman kumuh;
7. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK) di
kawasan permukiman kumuh.
1.10. Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Swakelola
Seluruh air yang dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga
(Mandi, Cuci, Kakus, Dapur) dan limbah dari industri rumah
tangga yang bersifat organik, dialirkan dengan jaringan
perpipaan menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
untuk diolah secara aerobik dan atau anaerobik sehingga hasil
pengolahan memenuhi baku mutu terhadap lingkungan
permukiman.
1. Pembangunan baru SPALD-T Skala Permukiman yang terdiri
dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) Skala
Permukiman, jaringan pengumpul dan SR yang tersambung
ke minimal 50 KK;
2. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang
terdiri dari IPALD skala permukiman, jaringan pengumpul
yang tersambung ke minimal 50 KK serta prasarana Mandi
Cuci Kakus (MCK);
3. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang
terdiri dari IPALD skala permukiman, jaringan pengumpul
dan SR yang tersambung ke minimal 25 KK serta parasarana
Mandi Cuci Kakus (MCK);
4. Pembangunan MCK ++ dan jaringan perpipaan bagi lembaga
pendidikan agama minimal 300 siswa menetap;
5. Pembangunan baru SPALD Terpusat Skala Permukiman yang
terdiri dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)
Skala Permukiman, jaringan pengumpul dan SR dengan
jumlah layanan minimal 50 KK di kawasan permukiman
kumuh;
6. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala permukiman yang
terdiri dari IPALD permukiman skala komunal, jaringan
pengumpul dan SR yang tersambung ke minimal 50 KK serta
parasarana Mandi Cuci Kakus (MCK) di kawasan permukiman
kumuh;
7. Pembangunan tangki septik skala individu di perkotaan
dengan kepadatan penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik
lokasi/satu KSM minimal 50 unit, khusus untuk
kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT dan sedang
17
menyusun/ sudah mempunyai sistem pengelolaan lumpur
tinja (reguler/on-call basis);
8. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10 KK);
9. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari
akses dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah
dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free (ODF)
selama minimal 2 tahun, berdasarkan data Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), satu titik lokasi atau satu KSM
minimal 50 unit;
1.11. Pilihan Teknologi untuk Kegiatan Kontraktual
1.11.1. Berdasarkan Jenis DAK
Pilihan teknologi yang di prioritaskan pada jenis DAK
Afirmasi dapat dilaksanakan dengan pola kegiatan
kontraktual padat karya, yaitu dengan
mengoptimalkan tenaga kerja (HOK) dari warga lokal
setempat sebagai calon pemanfaat, pilihan teknologi
yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1. Pembangunan baru SPALD Terpusat skala
permukiman yang terdiri dari IPALD skala
permukiman, jaringan pengumpul dan SR dengan
jumlah layanan minimal 25 KK serta parasarana
Mandi Cuci Kakus (MCK);
2. Pembangunan tangki septik skala komunal (5-10
KK);
3. Pembangunan tangki septik skala individual
perdesaan dari akses dasar menjadi akses layak
pada lokasi yang telah dinyatakan sebagai kawasan
Open Defecation Free (ODF) selama minimal 2 tahun,
berdasarkan data Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM), satu titik lokasi atau satu KSM
minimal 50 unit.
1.11.2. Berdasarkan Pilihan Teknologi
1. Penambahan pipa pengumpul dan SR untuk
kabupaten/kota yang telah memiliki IPALD Terpusat
(skala kota dan permukiman) dengan jumlah
penambahan minimal 50 SR;
2. Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk untuk
kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT dan
sedang menyusun/ sudah mempunyai sistem
pengelolaan lumpur tinja (reguler/on-call basis).
18
1.12. Pilihan Teknologi yang Berlaku Standar Persyaratan
Teknologi ini dapat dipilih oleh Kabupaten/Kota apabila sudah
memiliki sarana dan prasarana Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPLT) dalam rangka pengembangan penyedotan dan pengolahan
lumpur tinja, antara lain sebagai berikut:
1. Pengadaan truk tinja maksimal 1 unit truk untuk
kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT dan sedang
menyusun/ sudah mempunyai sistem pengelolaan lumpur
tinja (reguler/on-call basis);
2. Pembangunan tangki septik skala individu di perkotaan
dengan kepadatan penduduk ≤ 150 jiwa/Ha, satu titik
lokasi/satu KSM minimal 50 unit, khusus untuk
kabupaten/kota yang sudah memiliki IPLT dan sedang
menyusun/ sudah mempunyai sistem pengelolaan lumpur
tinja (reguler/on-call basis);
3. Pembangunan tangki septik skala individual perdesaan dari
akses dasar menjadi akses layak pada lokasi yang telah
dinyatakan sebagai kawasan Open Defecation Free (ODF)
selama minimal 2 tahun, berdasarkan data Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), satu titik lokasi atau satu KSM
minimal 50 unit.
19
20
2. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
2.1. Pelaksanaan Kegiatan Swakelola
Dalam pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Sanitasi, pengorganisasian
pelaksanaan kegiatan meliputi;
Bagan Alir Pelaksanaan DAK Bidang Sanitasi
2.1.1. Persiapan Kegiatan Swakelola
Sebelum pekerjaan swakelola dilaksanakan, perlu
dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
21
2.1.1.1. Penyiapan Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL)
Tenaga Fasilitator Lapangan merupakan salah
satu faktor penting dalam pelaksanaan DAK
Bidang Sanitasi , oleh karena itu
keberadaannya perlu diatur dan diperkuat
kapasitasnya agar personil yang menjadi
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) merupakan
orang yang tepat dan berkualitas serta
memiliki komitmen yang tinggi dalam
mendampingi program kepada masyarakat.
a. Perekrutan TFL
Adapun urutan prosedur perekrutan dan
penugasan TFL adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota melalui
OPD Dinas terkait mengumumkan
secara terbuka tentang pembukaan
lowongan Tenaga Fasilitator Lapangan
(TFL) tahun anggaran berjalan, baik
melaui media massa/cetak, elektronik
dan papan pengumuman;
2. OPD Dinas terkait melakukan seleksi
administrasi sesuai dengan kriteria
persyaratan yang telah di tetapkan
dan mengumumkan hasil kepada
calon pelamar yang lolos seleksi
administrasi;
3. OPD Dinas terkait mengundang calon
TFL yang lolos seleksi administrasi
untuk mengikuti ujian tertulis dan
wawancara;
4. OPD Dinas terkait mengumumkan
hasil ujian tertulis dan wawancara
serta melakukan pemanggilan calon
TFL yang lolos untuk dilakukan
penguatan kapasitas terkait
penyelenggaraan program DAK
Bidang Sanitasi.
b. Seleksi TFL
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) terdiri
dari TFL teknik dan TFL pemberdayaan
yang ditugaskan oleh Pemda
22
Kabupaten/Kota melalui OPD Dinas
terkait. TFL tersebut diseleksi sesuai
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Pendidikan minimal D3/sederajat;
2. Penduduk asli/setempat atau mampu
berkomunikasi dan menguasai
bahasa daerah serta adat istiadat
setempat;
3. Memiliki komitmen dan integritas
yang tinggi terhadap pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya;
4. Sehat jasmani dan rohani;
5. Mengenal kondisi lingkungan calon
lokasi penugasan;
6. Bukan anggota BKM/LKM, KSM dan
calon anggota legislatif;
7. Memiliki pengetahuan/pengalaman
dasar tentang air limbah domestik
(sanitasi);
8. Bukan anggota partai politik;
9. Bersedia bekerja penuh waktu sebagai
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL);
10. Bersedia tinggal di lokasi dampingan
dan mampu melakukan
pendampingan dengan mobilitas yang
tinggi sesuai dengan tahapan kegiatan
program DAK Bidang Sanitasi;
11. TFL bukan PNS/pegawai swasta dan
bukan pegawai honorer
Kabupaten/Kota (tidak memiliki
ikatan perjanjian kerja ditempat yang
lain).
c. Penguatan Kapasitas Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL)
Tujuan diselenggarakan penguatan
kapasitas adalah untuk menyiapkan TFL
agar :
1. Memberi bekal pengetahuan tentang
kegiatan dan tahapan DAK Bidang
Sanitasi kepada Fasilitator.
2. Dapat membantu masyarakat dalam
mengidentifikasi masalah,
merencanakan, melaksanakan,
23
memutuskan dan mengelola Kegiatan
DAK Bidang Sanitasi .
3. Memiliki pengetahuan dasar teknologi
dan teknis selain sisi pemberdayaan
masyarakat. Mampu menyusun
Volume Pekerjaan dan DED/RAB
(Rencana Anggaran Biaya).
4. Membimbing KSM dalam menyusun
Kriteria Teknis Pemanfaatan DAK, dan
RK (Rencana Kegiatan) pembangunan
sarana.
5. Membimbing KSM menyusun jadwal
pendanaan, baik yang berasal dari
APBD, swasta, masyarakat. Termasuk
juga jadwal pasokan material dan
tenaga mandor, dll.
6. Melatih KSM agar mampu melakukan
pembukuan keuangan.
7. Mengevaluasi dan sinkronisasi
terhadap perubahan yang mungkin
ada, terkait kesesuaiannya dengan
prioritas Nasional.
8. Pendampingan terhadap KPP untuk
keberlanjutan pelayanan.
d. Tugas dan Tanggung Jawab TFL
Setiap TFL (Teknik & Pemberdayaan)
dalam melaksanakan tahapan proses
pendampingan DAK Sanitasi mempunyai
tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
2.1.1.2. Tugas dan Fungsi Tenaga Fasilitator
Lapangan (TFL) Teknik dan
Pemberdayaan.
1. Tahap Seleksi Titik Lokasi:
• Mengadakan rapat koordinasi dengan
instansi terkait untuk mendapatkan
daftar kampung dari dinas-dinas
bersangkutan;
• Mengundang stakeholder masyarakat
(dalam shortlist) untuk
menyelenggarakan
pertemuan/sosialisasi Kegiatan DAK
24
Bidang Sanitasi ;
• Mengisi form shortlist kampung
berdasarkan hasil pengecekan lapangan
dan minta pengesahan dari Kepala
Dinas;
• Mendampingi masyarakat dalam
menentukan titik lokasi dengan metode
SELOTIP (Seleksi Lokasi Partisipatif)
atau penilaian cepat secara partisipatif
di lokasi;
• Melakukan pengecekan lapangan sesuai
persyaratan teknis minimal bersama
TFL;
• Mendampingi Tim SELOTIP dalam
membuat Berita Acara seleksi lokasi.
2. Tahap Penyusunan Rencana Kerja
Masyarakat (RKM)
• Mendampingi pertemuan awal tokoh
masyarakat dengan calon pemanfaat;
• Mengkomunikasikan kepada Pimpinan
Kegiatan/Dinas terkait tentang jadwal
dan agenda pertemuan untuk
penyusunan RKM;
• Mendampingi rembug warga untuk
penentuan calon penerima manfaat
kegiatan, pemilihan sarana teknologi
sanitasi, mendampingi KSM dalam
menyusun perencanaan teknis
bangunan (DED), pembentukan dan
pengesahan KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat), penyusunan rencana
kontribusi, dan kegiatan lain sampai
tersusunnya RKM;
• Mendampingi masyarakat melakukan
survey harga-harga material yang
dibutuhkan; harga satuan upah, RAB
(Rencana Anggaran Biaya), RP (Rencana
Pendanaan), Rencana pengadaan,
finalisasi pengadaan lahan sesuai jadwal
pelaksanaan;
• Mendampingi pembuatan dokumen
RKM;
• Mendampingi kegiatan sosialisasi Draft
25
RKM yang tersusun oleh KSM kepada
masyarakat;
• Mendampingi pengesahan/legalisasi
RKM oleh OPD;
• Mendampingi pertemuan koordinasi
dengan dinas-dinas terkait untuk
melaporkan perkembangan kegiatan
Kegiatan DAK Bidang Sanitasi ;
• Mendampingi pembuatan Berita Acara
kegiatan sesuai kebutuhan dan
menyusun laporan secara berkala ke
dinas penanggung jawab di
Kabupaten/Kota.
3. Tahap Konstruksi dan Capacity Building
• Melakukan persiapan (survey dan
pengukuran) dengan masyakarat untuk
pembangunan sarana;
• Melakukan On the Job Training (OJT)
KSM, kepala tukang, tukang dan pekerja
sesuai perencanaan;
• Mendampingi KSM dalam melakukan
supervisi dan pengarahan pada saat
konstruksi;
• Mendampingi KSM dalam proses
pencairan dana DAK Bidang Sanitasi ;
• Mendampingi KSM dalam penyusunan
laporan pertanggungjawaban;
• Memverifikasi laporan
pertanggungjawaban KSM;
• Memastikan semua rencana berjalan
sesuai RKM, termasuk kontribusi dari
berbagai pihak, tenaga kerja, tukang,
material dan gudang, alat-alat
pengawasan material, dsb;
• Mendampingi pertemuan rutin
masyarakat;
• Melakukan pendampingan terhadap
pekerjaan fisik dan tenaga kerja
• Mendampingi pembuatan Berita Acara
pengecekan final teknis, kelembagaan,
dan keuangan;
• Melaporkan seluruh perkembangan
kegiatan dan kemajuan pekerjaan
26
kepada Dinas penanggung jawab di
kabupaten/kota.
4. Tahap Evaluasi dan dukungan
Operasional dan Pemeliharaan
• Mendampingi KSM dalam kegiatan serah
terima sarana;
• Memberikan penguatan kapasitas kepada
KPP;
• Mendampingi KPP dalam menyusun
optimasi pengembangan pelayanan;
• Menyelenggarakan evaluasi kegiatan
bersama dengan dinas-dinas terkait.
2.1.1.3. Pemilihan Lokasi Kegiatan
Penetapan calon lokasi oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dilakukan melalui dua tahap
seleksi, antara lain sebagai berikut:
1. Daftar panjang /Longlist
Pemilihan Lokasi dimulai dengan
penetapan calon lokasi penerima DAK
Bidang Sanitasi oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam bentuk daftar
panjang (longlist) Desa/Kelurahan.
Sumber data longlist dapat diambil dari
hasil SSK atau memorandum kegiatan
bagi Kabupaten/Kota yang telah ikut
Kegiatan Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP).
Bagi Kabupaten/Kota yang belum
mengikuti PPSP daftar longlist ditetapkan
oleh OPD pelaksana DAK Bidang Sanitasi .
Penetapan daftar panjang (minimal 7
lokasi) didasarkan pada wilayah yang
merupakan urutan prioritas
pengembangan prasarana dan sarana air
limbah. Oleh karena itu, perlu disusun
pemetaan prasarana dan sarana sanitasi
lingkungan, sehingga penanganan sanitasi
lingkungan akan lebih tepat sasaran dan
sesuai dengan skala prioritas.
27
2. Daftar Pendek/Shortlist
Daftar Pendek merupakan data primer
yang ditentukan berdasarkan hasil survei
dan identifikasi daftar panjang (longlist)
yang dilakukan oleh TFL dan dinas
penanggung jawab kegiatan DAK Bidang
Sanitasi berdasarkan kriteria kelayakan
maksimal.
Daftar pendek disusun sesuai dengan
persyaratan teknis minimal yang
ditetapkan dan melalui pengecekan
lapangan. Penentuan lokasi terpilih
dilakukan dengan metode seleksi-sendiri
atau oleh perwakilan masyarakat dengan
sistem kompetisi terbuka. Pemilihan
maksimal 3 (tiga) kampung yang masuk
dalam Daftar Pendek (shortlist) yang
dilakukan oleh TFL, Pemda dan
Masyarakat (tim SELOTIP) dan disahkan
oleh Kepala Dinas penanggung jawab,
dengan ketentuan memiliki kriteria
kelayakan sebagai berikut:
a. Kriteria Umum Pembobotan
Pemilihan Titik Lokasi (SELOTIP):
1. Kepadatan penduduk (bobot 30 %);
2. Kondisi rawan sanitasi (bobot 20
%);
3. Tingkat partisipasi dan kontribusi
warga masyarakat (bobot 50 %).
b. Kriteria Lokasi Prasarana Air Limbah
Pemilihan lokasi yang tepat adalah
kunci keberhasilan kegiatan ini.
Secara umum di luar ketentuan
administratif dan teknis, lokasi terbaik
adalah:
1. Kepadatan penduduk di atas >100
jiwa/ha (pemakai tetap);
2. Tersedia sumber air
(PDAM/sumur/mata air/air tanah);
3. Kawasan pemukiman rawan sanitasi
mengacu kepada data BPS, Buku
Putih-SSK, dan kawasan
28
permukiman yang masuk ke dalam
Rencana Pembangunan Investasi
Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2JM);
4. Tersedia lahan IPAL Komunal
maupun Tangki Septik Skala
Komunal dengan Media Bakteri dan
IPAL Komunal Kombinasi MCK.
Lahan tersebut dapat memanfaatkan
lahan fasum fasos atau lahan hibah
warga, hibah swasta dan lahan aset
Pemerintah Kabupaten/Kota;
5. Tersedia sumber listrik dan danya
saluran drainase/sungai/badan air
untuk mengalirkan/menampung
effluen pengolahan air limbah;
6. Memiliki permasalahan sanitasi
yang mendesak untuk segera
ditangani seperti pencemaran
limbah, banyaknya sampah tidak
terangkut, sebagaimana data hasil
Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP);
7. Masyarakat di lokasi bersangkutan
menyatakan tertarik dan bersedia
untuk berpartisipasi melalui
kontribusi, baik dalam bentuk uang,
barang maupun tenaga.
2.1.1.4. Penetapan Lokasi Kegiatan
Penetapan lokasi DAK Bidang Sanitasi
ditentukan oleh Kepala OPD berdasarkan
pada tahapan sebagai berikut;
a. Beberapa calon lokasi menyampaikan surat
minat melalui pejabat setingkat RW kepada
OPD terkait dengan tembusan Lurah dan
Camat. Kumpulan surat minat yang
memenuhi kriteria minimal dari calon
lokasi sesuai Pedoman Teknis DAK Bidang
Sanitasi dapat diajukan sebagai lokasi
shortlist.
b. Penetapan lokasi dilaksanakan melalui
tahap sosialisasi berdasarkan shortlist yang
29
dilaksanakan oleh OPD Kabupaten/Kota
pelaksana kegiatan DAK Bidang Sanitasi
bersama dengan TFL. Sosialisasi ini berupa
penjelasan kegiatan DAK Bidang Sanitasi
kepada perwakilan dari masing-masing
stakeholder lokasi (3-5 orang). Bagi lokasi
shortlist yang berminat dapat mengikuti
tahap seleksi lokasi, dengan tahapan
sebagai berikut :
❖ Menyampaikan surat minat dari
stakeholder kepada TFL dan dinas
penanggung jawab kegiatan untuk
dilakukan survey cepat partisipatif
(Seleksi Lokasi Partisipatif/SELOTIP);
❖ Bersama dengan TFL melakukan
SELOTIP (Seleksi Lokasi Partisipatif).
SELOTIP merupakan metode pemetaan
kondisi sanitasi masyarakat, masalah
yang mereka hadapi serta kebutuhan
untuk memecahkan masalah sanitasi
secara cepat dan dilakukan secara
partisipatif/bersama masyarakat.
❖ Masyarakat, TFL dan OPD bersama-
sama melakukan perhitungan hasil
skoring SELOTIP (Seleksi Lokasi
Partisipatif) tiap lokasi secara terbuka
seperti Tabel Konsolidasi Skor SELOTIP
(Seleksi Lokasi Partisipatif) (terlampir);
❖ Setelah terpilihnya lokasi yang
disepakati bersama,disusun materi
berita acara seleksi lokasi terkait tenggat
waktu tertentu untuk konfirmasi lahan
dan sebagainya kepada pemenang ke-1.
Bila pemenang ke-1 tidak memenuhi
syarat, dapat digantikan oleh pemenang
berikutnya.
30
SELOTIP TINGKAT DESA/ KELURAHAN
FISIK
1. KEPADATAN PEDUDUK DIATAS 150 JIWA/Ha (30
%)
2. RAWAN SANITASI SESUAI SSK (20 %)
SHORTLIST REMBUG PEMUKA
MINIMAL 3 CALON
OK
LOKASI
NON FISIK
3. TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
(SEMANGAT WARGA) 50 %
NILAI FINAL REMBUG WARGA
BERITA ACARA
SURAT PERNYATAAN JUARA (TITIK LOKASI)
TERPILIH
2.1.1.5. Pemicuan Warga Masyarakat Calon
Pemanfaat
1. Calon lokasi terpilih diutamakan yang
sudah mendapatkan pemicuan dari
Kegiatan STBM oleh Kementrian
Kesehatan;
2. Apabila calon lokasi terpilih belum
mendapatkan Kegiatan STBM, maka PPK
31
Bidang Sanitasi berkewajiban
melaksanakan pemicuan masyarakat
bekerja sama dengan unsur sanitarian dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
3. Pemicuan tidak wajib dilakukan untuk
kegiatan kontraktual.
2.1.1.6. Pembentukan dan Penetapan Pelaksana
Swakelola (KSM)
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 tahun
2010 beserta perubahannya tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebelum
pekerjaan dilaksanakan, dilakukan
persiapan-persiapan antara lain
pembentukan Tim Swakelola dengan
ketentuan Tim Swakelola diangkat oleh
penanggung jawab kelompok pelaksana
swakelola (KSM) sesuai dengan struktur
organisasi swakelola. Tim Swakelola terdiri
dari Tim Perencana, Tim Pelaksana dan Tim
Pengawas serta dapat ditambah dengan
Panitia Pengadaan.
Pelaksana Swakelola adalah Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan
kumpulan orang atau masyarakat yang
menyatukan diri secara sukarela dalam
kelompok dikarenakan adanya kepentingan
dan kebutuhan yang sama, sehingga dalam
kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan
yang ingin dicapai.
Tim pelaksana swakelola (KSM) merupakan
wakil masyarakat penerima manfaat bantuan
sosial adalah masyarakat calon pengguna
fasilitas pelayanan dasar bidang sanitasi.
Dasar penetapan penerima manfaat
mengacu kepada:
1. Surat minat keikutsertaan dalam program
pelayanan dasar bidang sanitasi dari
Pemerintah Daerah dengan sumber
pembiayaan dari Dana Alokasi Khusus.
32
Surat minat tersebut disampaikan oleh
Kepala Desa/Kelurahan setempat;
2. Dokumen Berita Acara hasil musyawarah
warga dalam pembentukan pelaksana
swakelola (KSM);
3. Surat Keputusan (SK) Kepala
Desa/Kelurahan tentang pembentukan
Pelaksana Swakelola (KSM);
4. Dokumen Berita Acara hasil pelaksanaan
Seleksi Lokasi Partisipatif (SELOTIP);
5. Pelaksana swakelola (KSM)
menyampaikan dokumen Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) beserta DED dan RAB
yang sudah diverifikasi Oleh Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL).
Alur Proses Pemilihan secara lansung pengurus pelaksana
swakelola (KSM) oleh warga masyarakat di titik lokasi
pelaksanaan konstruksi
33
Dusun/ RW / RT
1. JUJUR / DIKAMPANYEKAN
AMANAH ; KPD MASYARAKAT
IDENTIFIKASI KRITERIA 2. PEDULI ;
BALON KSM PEMIMPIN 3. IKHLAS ;
4. RELAWAN SEJATI
KAJIAN PROSES PERHITUNGAN
KEPEMIMPINAN DAN PEMILIHAN NAMA N- AMA
PENGURUS KSM
KELEMBAGAAN DI YG ADA DI
MASYARAKAT TULIS 3 NAMA BALON YG KERTAS SUARA
MEMENUHI KRITERIA
PEMIMPIN 2 Lk-Lk & 1 Pr
KELOMPOK MASYARAKAT: HASIL REMBUG
1. PENGAJIAN (Lk & Pr) (TERBENTUK KSM)
2. ARISAN (Lk & Pr)
3. Ibu-ibu Pengurus PKK
4. Ibu-ibu Kader Posyandu
MENCARI FEED BACK
PEMIMPIN IDEAL
Catatan: Dilarang Memilih Secara Aklamasi
Dilarang Penunjukan Oleh Pejabat Daerah , Lurah / Kades
Proses Pemilihan Ketua,Sekretaris dan Bendahara KSM,
Bertujuan Memilih Orang Baik dan Peduli Sanitasi
2.1.1.7. Syarat Penerima kegiatan dalam
Pelaksanaan Swakelola.
Kegiatan yang diserahkan kepada badan dan
lembaga pelaksana swakelola (KSM) dapat
diberikan dengan persyaratan antara lain
sebagai berikut:
a. Memiliki kepengurusan Tim Pelaksana
Swakelola yang jelas berdasarkan hasil
musyawarah warga pada proses
pembentukan lembaga (KSM), Berita Acara
hasil pembentukan Tim Pelaksana
Swakelola (KSM);
b. Berkedudukan dalam wilayah administrasi
Pemerintah Desa berdasarkan Surat
Ketetapan Kepala Daerah tentang lokasi
34
Usulan Rencana Kegiatan (URK) menjadi
Rencana Kegiatan (RK);
c. Memiliki dokumen Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) dan DED RAB;
d. Surat Keputusan (SK) Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) tentang penetapan Tim
Pelaksana Swakelola (KSM) untuk
melaksanakan program pelayanan dasar
bidang sanitasi;
e. Foto copy buku Rekening Bank atas nama
lembaga/organisasi Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM). Pemegang specimen rekening
Bank KSM berjumlah 3 (tiga) orang yaitu
Ketua, Bendahara dan Tim Pelaksana
Swakelola (KSM);
f. Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK
Dinas terkait dengan Ketua Tim Pelaksana
Swakelola Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM).
2.1.1.8. Tatacara Penetapan Penerima Kegiatan
(KSM)
1. Sasaran ditentukan oleh
Kementerian/Lembaga penanggungjawab
anggaran;
2. Direncanakan, dilaksanakan dan diawasi
oleh tim pelaksana swakelola (KSM);
3. Pekerjaan utama dilarang dialihkan
kepada pihak lain (sub-kontrak).
KSM sebagai Tim Pelaksana Swakelola
dibentuk melalui proses pemilihan lansung
(tanpa aklamasi) dengan mengedepankan
kriteria bakal calon yang dikampanyekan
kepada warga masyarakat calon penerima
manfaat di titik lokasi kegiatan. dengan
bentuk dan susunan tim pelaksana
ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK)
Kepala Organisasi Perangkat
Daerah/Penguasa Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran.
KSM dibentuk setelah pelaksanaan kegiatan
Seleksi Lokasi Partisipatif (SELOTIP) dan di
35
titik lokasi kegiatan. Jika titik lokasi kegiatan
dalam satu Desa/Kelurahan melebihi satu
unit seperti pembangunan tangki septik skala
komunal (5 – 10 KK), maka KSM nya cukup
satu saja.
Secara umum tugas KSM sebagai pelaksana
swakelola adalah melakukan sosialisasi
program kepada warga masyarakat,
menyusun perencanaan, melaksanakan fisik,
mengawasi/memonitor, supervisi, mengelola
kegiatan pembangunan dan membuat laporan
pertanggungjawaban.
Pada tahap awal kegiatan KSM pelaksana
swakelola mengangkat tim swakelola untuk
melaksanakan pekerjaan swakelola sesuai
dengan kontrak antara PPK dan
penanggungjawab swakelola yang terdiri dari;
tim perencana, tim pelaksana, tim pengawas
dan panitia pengadaan.
Membentuk dan mengangkat panitia
pengadaan untuk melakukan pengadaan
barang/jasa yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan swakelola. Susunan dan Tugas
KSM sebagai pelaksana swakelola antara lain
sebagai berikut:
1. Ketua:
Mengkoordinasikan perencanaan
kegiatan pembangunan.
Memimpin pelaksanaan tugas tim yang
telah dibentuk dan kegiatan rapat-rapat.
2. Sekretaris:
Menyusun rencana kebutuhan dan
melaksanakan kegiatan tata usaha dan
dokumentasi;
Melaksanakan surat-menyurat;
Melaksanakan pelaporan kegiatan
pembangunan secara bertahap.
Mendokumentasikan seluruh laporan
kegiatan
Membantu dalam penyuluhan
kesehatan masyarakat.
36
3. Bendahara:
Menerima dan menyimpan uang
Mengeluarkan/membayar sesuai dengan
realisasi sesuai nota/kuitansi;
Melakukan pengelolaan administrasi
keuangan
Melakukan penarikan kontribusi dari
masyarakat berupa uang
Menyusun realisasi pembukuan serta
laporan pertanggungjawaban keuangan
pada tahapan konstruksi, yaitu:
✓ Progres keuangan mingguan ditempel
di papan ruangan Sekretariat KSM
dan tempat strategis sehingga dapat
dilihat dengan mudah oleh
masyarakat;
✓ Laporan keuangan bulanan yaitu
laporan penggunaan dana dan
laporan harian sesuai format yang
ditentukan untuk kemudian
disampaikan kepada PPK sanitasi.
4. Tim Perencana:
Tim perencana mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dalam menyusun
dokumen Rencana Kerja Masyarakat
(RKM), membuat gambar rencana kerja,
spesifikasi teknis, rincian biaya pekerjaan,
jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan.
Secara rinci tugas tim perencana adalah:
a. Mensosialisasikan pilihan teknologi
sanitasi kepada masyarakat;
b. Mengevaluasi dan menentukan pilihan
teknologi sanitasi yang akan dibangun,
sesuai dengan pilihan, kemampuan
masyarakat serta kondisi lingkungan;
c. Menyusun analisa teknis, membuat DED
lengkap dengan potongan, RAB dan
menyusun analisa struktural, elektrikal,
arsitektural dengan didampingi oleh TFL
d. Menyusun jadwal rencana kegiatan
konstruksi
e. Melakukan inventarisasi tenaga kerja;
37
5. Tim Pelaksana:
Tim pelaksana mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan, membuat gambar
pelaksanaan serta membuat laporan
pelaksanaan pekerjaan. Secara rinci tugas
tim pelaksana adalah:
a. Melakukan rekrutmen tenaga kerja;
b. Mengatur tenaga kerja di lapangan;
c. Mengatur dan mengkoordinir material
yang diperlukan;
d. Menerima dan menyetujui
material/barang masuk;
e. Bertanggung jawab terhadap keamanan
material selama pembangunan;
f. Membuat laporan tentang keadaan
material;
g. Mengalokasikan material sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan konstruksi;
h. Mengorganisir kegiatan kampanye
kesehatan di masyarakat;
i. Melakukan monitoring terhadap upaya
penyehatan lingkungan;
j. Membuat As built drawing setelah
pekerjaan konstruksi selesai.
6. Tim Pengawas:
Tim pengawas mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan
pelaporan, baik fisik maupun administrasi
pekerjaan swakelola. Secara rinci tugas tim
pengawas adalah:
a. Pengawasan kepada pekerja dengan
didampingi oleh TFL; terhadap
b. Bertanggung jawab
pengawasan administrasi, teknis dan
keuangan;
c. Didampingi oleh TFL
bertanggungjawab/menilai atas kualitas
dan progres pekerjaan fisik;
38
d. Berkoordinasi dengan TFL menyusun
laporan pekerjaan untuk diteruskan
dan/atau ditindaklanjuti ke PPK.
7. Panitia Pengadaan:
Rencana pengadaan harus
mempertimbangkan syarat teknis dan
metode pelaksanaan pekerjaan yang
tercantum dalam dokumen pengadaan.
Tim Pengadaan diangkat oleh
penanggungjawab kelompok masyarakat
(KSM) sebagai pelaksana swakelola untuk
melakukan pengadaan barang/jasa yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan swakelola,
dan anggota tim Pengadaan diperbolehkan
bukan PNS.
a. Bertanggung jawab dalam
melaksanakan survey dan mengundang
supplier dan/atau kontraktor untuk
pengadaan material;
b. Melaksanakan kegiatan proses
pengadaan barang atau pekerjaan
konstruksi.
PA / KPA Rapat Anggota
KONTRAK PENGURUS
Pelaksana Swakelola
PPK
(KSM)
Ketua Badan
Penaseha
Sekretaris
t
Bendahara
PELAKSANA SWAKELOLA KSM
TIM TIM TIM PANITIA
PERENCANA PELAKSANA PENGAWAS PENGADAAN
____ Garis Pengawasan ANGGOTA
........ Garis Wewenang
Bagan Organisasi Pelaksana Swakelola oleh KSM
39