LITERASI MULTI MODAL Kontributor: Kelas 9A SMP N 8 SEMARANG 2024
DESTRUIDO Agatha Fevya Matahari telah muncul dari ufuk Timur disertai ayam yang semangat berkokok untuk membangunkan setiap insan, Salah satu insan yang dimaksud adalah Gestara Mabel Bentari, gadis berparas cantik dengan tubuh yang tinggi bak model. Gestara pun ikut terbangun karena mendengar berisik ayam yang mulai berkokok dengan nyaring tersebut, ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan langsung meraba-raba nakas yang berada di samping tempat tidurnya untuk mengambil handphonenya. Setelah mendapatkan handphonenya, lantas ia menghidupkan handphonenya itu untuk mengecek sudah pukul berapa ini. Setelah melihat angka yang terlihat pada layar handphonenya itu, Gestara langsung membelalakkan matanya karena pada handphonenya tersebut telah menunjukkan bahwa sekarang sudah pukul 06.45 WIB, yang artinya bahwa sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Setelah melihat jam berapa sekarang, Gestara langsung saja melempar hpnya ke segala arah dan segera berlari sekencang mungkin menuju kamar mandi. Perasaan gelisah menyelimuti Gestara, ia benar-benar panik bukan kepalang. Akhirnya setelah berlari sekencang mungkin, Gestara sudah sampai didepan pintu kamar mandi, ternyata pintu kamar mandi tersebut tertutup yang artinya masih ada orang didalam kamar mandi tersebut. Dengan perasaan panik Gestara menggedor-gedor pintu kamar mandi tersebut sambil berteriak "Ayo dong cepet, Mabel udah mau telat ini"."Yaelah bel, ganggu orang lagi buang hajat aja" balas kakak Gestara yang bernama Pandhu Rajaswana. "Bang plis banget ini mah cepetan, gue udah dikejar waktu" teriak Gestara dengan nada memohon. "Bukan urusan gue juga si bel, yang penting ini perut gua sakit banget, apa gara-gara habis makan seblak mang Ucok ya bel?", balas sang kakak. "Ya mana gue tau ah, bodo amat juga mau lo makan apa aja gue ga peduli. Yang penting lo cepetan selesaiin acara buang hajat lo, ini kepentingan mendesak banget banget bang", ucap Gestara dengan nada yang mulai meninggi. "Ganggu orang aje lu bel, lain kali gue bilangin ke ayah deh suruh buatin kamar mandi satu lagi lah biar ga berantem gini". balas kaka Gestara dengan nada santai "Yaudah sana bilangin! cepetan woi lama lo", teriak Gestara kepada Pandhu. "Sabar dikit aelah", setelah mengatakan itu, Pandhu pun membuka pintu kamar mandi. Setelah perdebatan singkat yang disuluti emosi itu selesai, akhirnya pintu kamar mandi dibuka memperlihatkan wajah Pandhu yang geram menatap Gestara. Gestara tidak ambil pusing tentang itu, yang dilakukan Gestara adalah langsung memasuki kamar mandi tersebut dan menutupnya rapat-rapat. Seusai menutup pintu, Gestara segera mandi dengan gerakan yang cepat. Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Gestara berlari lagi dengan cepat ke kamar tidurnya. Lalu tidak perlu berlama-lama, Gestara sudah berganti pakaian menjadi seragam sekolahnya. Ia hari ini tidak menggunakan make up karena waktu memang benar-benar sudah mepet, ia tidak mau jika ia harus berhadapan dengan Bu Ani yang terkenal killer dan akan memberi hukuman yang berat pada muridnya. Gestara hanya menggunakan moisturizer, sunscreen dan memakai lipbalm berwarna agar bibirnya itu tidak terlihat pucat. Akhirnya, Gestara sudah bersiap-siap dengan cepat dan segera mencari keberadaan ayahnya. Gestara berteriak sambil berkeliling rumah untuk mencari keberadaan sang ayah. Namun, dicari-cari pun ayahnya itu tidak kunjung ketemu. Akhirnya, Gestara sudah pasrah dan memilih akan menunggu ayahnya di depan saja. Ternyata, ayahnya dari tadi sudah menunggu Gestara didepan sambil menaiki motornya
yang akan digunakan untuk mengantarkan Gestara ke sekolah. Ayahnya menatap Gestara dengan wajah yang masam. Gestara pun cepat-cepat berkata "Mabel sudah siap ini yah, ayo berangkat. Maaf ya agak lama dikit hehe". Gestara pun segera membonceng pada sepeda motor ayahnya, dan ayahnya pun menarik gas sehingga motor itu melaju kencang membelah angin di jalanan. Setelah mengebut bak Valentino Rossi, Gestara pun sudah sampai ke sekolah kecintaannya. Cepatcepat ia turun dari motor, dan berpamitan dengan ayahnya. Setelah berpamitan dengan ayahnya, Gestara langsung berlari lagi memasuki area sekolah. Ayah Gestara yang menyaksikan tingkah anaknya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Gestara berlari dengan sekuat tenaganya menuju ruang kelasnya, untungnya ruang kelas Gestara tidak begitu jauh jaraknya dari gerbang jadi Gestara tidak jadi terlambat hari ini. Baru saja, Gestara meletakkan pantatnya ke kursi duduknya, bel masuk sudah berbunyi saja menyapa telinga semua murid. Murid-murid yang tadinya berbincang-bincang di berbagai tempat pun sontak berlari menuju tempat duduk mereka masing masing-masing. Gestara pun menghela nafasnya, sejujurnya ia sangat malas untuk pergi ke sekolah pada hari ini. Karena hari ini ada mata pelajaran Pak Rahmad yang tak lain tak bukan adalah guru matematika. Gestara adalah tim yang membenci matematika namun ia masih bisa mendapatkan nilai bagus pada mapel tersebut. Memang aneh, jika tidak aneh bukan Gestara namanya. Duk duk duk, suara langkah kaki terdengar dari luar kelas, dan Gestara menebak bahwa langkah kaki tersebut adalah suara langkah kaki Pak Rahmad yang khas terdengar dari sepatu yang biasa dikenakannya. Benar saja, saat seorang itu memasuki kelas, nampak wajah Pak Rahmad yang datar seperti biasanya, mungkin ia juga sudah tidak minat untuk mengajari anak anak ini mapel matematika. Ketua kelas yang melihat keberadaan Pak Rahmad di kelas segera berteriak, "Bersiap!", sehingga semua murid XI MIPA-2 pun berdiri. "Memberi salam!". "Selamat pagi Pak", sahut semua murid XI MIPA-2. Seusai Pak Rahmad membalas salam tersebut, semua murid pun kembali duduk di tempat duduknya masing-masing. Melihat semua muridnya sudah kembali terduduk, Pak Rahmad pun mulai berkata, "Baik anak-anak, hari ini akan diadakan ulangan harian ya". Semua murid yang mendengar perkataan Pak Rahmad pun terkejut hingga membelalakkan matanya sampai rasanya matanya itu ingin keluar dari kelopak matanya. Pastinya para murid terkaget bukan main, bagaimana tidak? Pak Rahmad dengan santainya berkata ingin mengadakan ulangan secara mendadak. Keheningan pun menyelimuti ruang kelas XI MIPA-2, namun keheningan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba seorang murid bernama Galen yang terkenal suka membuat onar itu berkata "Emang boleh semendadak ini pak?", dengan nada tidak terima. "Siapa yang tidak memperbolehkan saya? langsung saja menghadap ke saya hari ini". Mental Galen pun seketika menciut dan ia menundukkan kepalanya sambil mengerucutkan mulutnya. Memang tidak ada satu pun yang berani melawan Pak Rahmad, karena jika ada satu dari mereka yang
melawan maka nilai mereka sekelas akan diberi nilai nol dan pastinya yang membuat onar akan dijauhi oleh para murid. Setelah perdebatan ringan itupun, Pak Rahmad berdiri dan mulai menuliskan soal matematika yang akan digunakan untuk ulangan harian pada hari ini. Pak Rahmad memberikan waktu 45 menit. Ia hanya memberi 3 soal untuk hari ini, baik sekali bukan guru satu ini. Namun jangan cepat menyimpulkan, karena murid yang ambis dan sangat pintar dalam mengerjakan soal matematika saja sampai menepuk keningnya setelah melihat soal-soal yang terpampang di depan papan tulis. Tapi, apa boleh buat jika Pak Rahmad sudah berkehendak?. Para muridnya hanya bisa pasrah mengerjakan soalsoal itu entah apakah benar hasil dari perhitungan mereka, yang mereka pikirkan hanyalah yang penting kerjakan, kerjakan yang penting. Setelah 45 menit berlalu, akhirnya para murid pun mengumpulkan kertas jawabannya pada Pak Rahmad, begitu pula dengan Gestara. Gestara yang memang sudah sedari kecil tidak suka oleh matematika itu sudah terkulai lemas dengan wajah pucatnya. Seusai semua murid sudah mengumpulkan kertas jawaban dan dihitung jumlahnya sudah sesuai yaitu 34 murid, bel istirahat langsung berbunyi menandakan waktu istirahat sudah tiba. Ketua kelas yang mendengar bel itu pun langsung berteriak, "bersiap", semua murid segera berdiri. "Memberi salam", lanjut sang ketua. "Selamat pagi pak, terimakasih pak", sahut semua murid XI MIPA-2 . Setelah mengucapkan salam perpisahan, Pak Rahmad pun meninggalkan kelas dan semua murid langsung beristirahat, ada yang memakan bekal, ada yang jajan ke kantin, dan ada pula yang hanya bermain handphone. Gestara langsung menaruh kepalanya ke atas meja dan berniat untuk tertidur. Neisha, sahabat Gestara, yang melihat sahabatnya terkulai lemas dengan wajah pucat pasi langsung menghampiri Gentara. "Dorr…." teriak Neisha berniat mengkageti Gestara. "Hah apa sha? ada perlu?", tanya Gestara dengan wajah tidak minatnya. "Yaelah lu mah tar, ga asik amayy", ucap Neisha, sambil duduk di kursi yang berada di sebelah Tara. "Lagi males gue sha, kayaknya hari ini hari sial gue deh. Lo tau kan tadi gue hampir telat, mana hari ini ada UH mapel yang paling gue benci. Rasanya otak gue udah mau meledak ni sha", "Hush, omongannya ga boleh gitu lah tar. Ya mungkin, memang ini bukan hari terbaik di daftar harihari lo, tapi jangan pernah bilang kalo ini hari terburuk lo juga lah". jawab Neisha sambil menasehati Gestara. "Yaudah, kalo gitu gue mau ada urusan sebentar, gue tinggal yaa, dadahh", lanjut Neisha. Gestara pun mengangguk sambil membalas lambaian tangan Neisha. Ia merasa Neisha seperti tidak menghargainya, disaat suasana hati Gestara tidak baik. Karena terlanjur kecewa oleh Neisha, Gestara melanjutkan acara tidurnya. 5 menit berlalu, Gestara merasakan ada sebuah tangan yang menyentuh lembut lengannya, Gestara pun langsung terbangun dan ternyata yang menyentuh lengannya adalah Neisha. Neisha menatap Gestara dengan tersenyum sambil menyodorkan mie goreng dan susu full cream untuk Gestara. Gestara yang tadinya berpikiran aneh-aneh tentang Neisha langsung tersenyum merekah melihat makanan dan minuman kesukaannya. Gestara menerimanya dengan senang hati dan berterimakasih kepada Neisha "thanks, mie sama susu nya." ucap Gestara kepada Neisha "yoii, sama sama" balas Neisha dengan sedikit senyum. Setelah berterimakasih kepada Neisha, Gestara pun langsung mengambil makanan dan minuman tersebut lantas memakan mie gorengnya dengan sangat lahap. Seusai
makanannya telah habis ia santap, ia pun mengalihkan pandangannya ke susu full cream dan hendak mengambilnya, lalu meminumnya. Neisha yang melihat sahabatnya meminum susu seperti anak kecil itu pun terkekeh geli. "Ra, emm gue diajak ketemuan sama si Dito." ucap Neisha tiba-tiba. Neisha yang sedang asik meminum susu langsung terrsedak mendengar perkataan Neisha. "Terus, lo mau diajak ketemuan sama dia gitu?" balas Gestara. "Yaa mau aja si ra, karena katanya ada urusan penting gitu yang mau diobrolin", jawab Neisha. Gestara pun menghelas nafas lalu menimpali ucapan Neisha, "Sha, lo kan tau gimana jahatnya dia sama lo, kok lo mau mau aja si diajak ketemuan gitu?". "Itu kan dah masa lalu, yang itu udah gue anggap angin lewat doang, lagian sekarang gue udah baikan sama dia raa", ucap Neisha. Gestara pun mengangguk angukkan kepalanya lalu berkata lagi, "yaudah kalo itu keputusan lo juga gue bisa berbuat apa, tapi gue boleh ikut ga? buat mastiin lo bakal aman-aman aja gitu". "Eh gausah kali ra, lo kira gue anak kecil apa yang harus ditemenin kemana pun?" ucap Neisha dengan sedikit bergurau. "Ya lo memang bukan anak kecil, tapi lo tu sahabat gue shaa, gue harus siap badan buat lo, lo itu udah gue anggep rumah buat gue pulang, jadi ga boleh ada satupun yang boleh bikin lo lecet", ucap Gestara. Neisha yang mendengar ucapan Gestara pun membalasnya, "sweet banget deh, jadi terharu nih gue". Gestara pun berucap,"alay lo ah, udah pokoknya nanti lo shareloc aja gue bakal dateng tapi sambil sembunyi-sembunyi biar ga ganggu waktu lo berdua juga". "Iyaaa raa, siapp", balas Neisha. Dito adalah mantan kekasih Neisha, Neisha dan Dito putus karena hubungan mereka yang sangat toxic. Gestara pastinya tahu, betapa besar obsesi Dito terhadap Neisha, Dito adalah sosok yang sangat posesif kepada Neisha, bahkan tidak segan-segannya Dito akan memukuli Neisha jika Neisha membuat suatu kesalahan yang kecil saja. Neisha yang menjalani hubungan itupun lama kelamaan muak, karena ia merasa sangat terkekang dan tidak bebas selama hubungan yang mereka jalani. Maka dari itu, Neisha memilih untuk memutuskan hubungannya dengan Dito. Gestara yang mengetahui betapa besar obsesi Dito terhadap Neisha pun akhirnya akan selalu pasang badan jika Dito kembali berinteraksi oleh Neisha. Tak terasa setelah Neisha dn Gestara mengobrol cukup lama, bel tanda memulai kbm berbunyi. Neisha yang tadinya berada di bangku sebelah Gestara pun langsung berdiri dan berjalan menuju bangkunya. Setelah beberapa menit menunggu tampaklah seorang wanita paruh baya memasuki kelas XI MIPA-2 . Wanita tersebut adalah Bu Dyah, beliau mengajar mata pelajaran IPA. Setelah melihat Bu Dyah telah memasuki kelas, ketua kelas langsung berdiri dan berteriak, "Bersiap", semua murid XI MIPA-2 seketika berdiri semua. "Memberi salam!", lanjut sang ketua kelas, "selamat pagi bu" sahut semua murid XI MIPA-2. Setelah Bu Dyah membalas salam tersebut, semua murid kembali terduduk. Pelajaran IPA kali ini adalah praktek, semua siswa mengikuti pelajaran IPA dengan perasaan senang karena bersemangat untuk melakukan prakteknya. Akhirnya setelah 4 jam berada di sekolah, bel yang dinanti-nantikan seluruh siswa yaitu bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua murid langsung berteriak senang dan mulai membereskan peralatan-peralatan yang mereka bawa. Sebelum meninggalkan area sekolah, tidak lupa untuk berdoa bersama, usai berdoa barulah mereka semua diperbolehkan pulang. Gestara dan Neisha pun ikut meninggalkan kelas, mereka berdua berjalan bersama menuju gerbang depan sekolah. Nampak supir Neisha telah menunggu didepan, Neisha pun segera berpamitan dengan Gestara dan berjalan menuju mobil yang akan ia tumpangi menuju rumahnya. Gestara pun tinggal seorang diri mencari-cari
keberadaan sang ayahnya, tak kunjung juga ia menemukan ayahnya. Gestara pun meraih ponselnya yang berada di saku seragamnya, berniat ingin menelfon ayahnya. Baru ia ingin memencet tombol telefon, Gestara mendengar suara motor yang khas, yap motor itu adalah motor kepunyaan sang ayah. Setelah memastikan bahwa itu benar-benar ayahnya, Gestara pun menaruh kembali ponselnya ke kantong, lalu menunggu ayahnya memberhentikan motornya barulah Gestara menaiki motor sang ayah. Akhirnya setelah beberapa menit perjalanan, Gestara pun sudah sampai di rumahnya. Ia turun dari motor sang ayah, lalu melepas sepatu dan kaos kakinya dan meletakkan tasnya. Setelah itu, ia segera mandi karena merasa badannya sudah lengket dan bau. Selepas mandi, Gestara pun memakai pakaian dan langsung membuka ponselnya hendak mengirim pesan untuk Neisha. Gestara mengingatkan Neisha untuk shareloc jika nanti ia sudah sampai sana. Tak berselang lama, ponsel Gestara berbunyi tanda ada seseorang yang mengirim pesan kepadanya, Gestara membuka pesan tersebut yang ternyata dikirim oleh Neisha. Setelah melihat lokasi yang dikirimkan oleh Neisha, Gestara pun segera izin oleh ayahnya dengan alasan akan melakukan kerja kelompok dengan temannya. Untungnya, ayahnya itu hendak pergi, jadi nanti ia akan diantar oleh ojek online saja, agar ayahnya pun tidak curiga. Seusai menyampaikan izinnya, Gestara pun memesan ojek online, menunggu sekitar 5 menit ojek online itupun sudah sampai di rumahnya. Gestara segera menaiki motor dan menuju lokasi yang dikirimkan Neisha. Menempuh perjalanan sekitar 10 menit, motor ojek online itu sudah berhenti menandakan bahwa Gestara suda sampai di titik lokasi, Gestara pun turun dari motor, membayar dan mengucapkan terimakasih kepada bapak ojek onlinenya. Ia melihat sekelilingnya yang sangat sepi, ia terus berjalan berusaha menemukan keberadaan sahabatnya, akhirnya ia mendengar suara dari dua orang yang nampaknya sedang berdebat. Setelah dilihatnya, ternyata itu adalah Neisha dan Dito, Gestara segera bersembunyi dibalik pohon agar tidak ketahuan Dito. Gestara mendengarkan percakapan antara Neisha dan Dito yang disuluti emosi itu, Gestara daritadi sudah menyiapkan ponselnya untuk merekam mereka, agar jika terjadi apa apa ada bukti yang jelas. Tiba-tiba Dito menaikkan nada bicaranya menjadi 10 oktaf lebih tinggi dan Dito mulai mengeluarkan pisau dari jaketnya, Neisha yang melihat apa yang dipegang oleh Dito itu perlahan-lahan mundur dengan wajah ketakutan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Gestara yang ikut menyaksikan apa yang akan dilakukan Dito pun linglung tak tau apa yang harus dilakukannya. "Srek..", Dito menusuk Neisha di bagian perutnya, darah segar pun mengucur dari perut Neisha, Neisha langsung tumbang ditempat. Gestara yang melihat sahabatnya ditusuk langsung menangis dalam diam, ia benar benar bingung apa yang harus dilakukannya, jika ia menghampiri Neisha, ia takut jika nanti ia malah bernasib sama seperti Neisha. Dito yang melihat hasil perbuatannya itu tersenyum bengis, ia sangat senang melihat wajah kesakitan Neisha, psikopat adalah kata yang cocok untuk menggambarkan Dito. Neisha belum sepenuhnya hilang kesadaran ia masih berusaha untuk meminta tolong dengan nada yang lirih. Dito berkata dengan nada yang mengejek, "kamu mau berteriak sekeras apapun juga ga bakal ada yang dengar!, selamat tinggal Neisha". Setelah Dito mengatakan itu, Neisha menutup matanya, Dito tersenyum melihat mata Neisha yang sudah tertutup debgan senpurna dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan senang. Gestara yang melihat Dito sudah pergi, mengambil langkah demi langkah untuk menghampiri sahabatnya, ia menangis dengan terisak-isak melihat sahabatnya sudah tergeletak berlumuran darah. Gestara pun mulai membuka ponselnya lagi untuk menelfon ambulance agar dapat segera menolong Neisha. Gestara terduduk menatap wajah Neisha, ia menggoyang-goyangkan badan Neisha berharap bahwa Neisha akan bangun dengan perlakuan yang diberikan Gestara itu. Selang beberapa menit, ambulance pun datang untuk menjemput Neisha. Gestara ikut dalam ambulance
itu menuju rumah sakit, di sepanjang perjalanan Gestara dengan setia memegangi tangan sang sahabatnya itu. Neisha dilarikan ke ruang ICU, Gestara menunggu Neisha didepan pintu dan duduk dengan tangisan yang masih belum berhenti. Ia benar-benar menyesal mengapa ia tadi tidak langsung menghentikan Dito, mengapa ia memilih untuk diam saja ketika Neisha diperlakukan seperti itu? ia benar-benar menyesali perbuatannya sambil memukul kepalanya dengan tangannya sendiri. Ibu Neisha datang menghampiri Gestara, karenai Gestara sempat menghubungi ibu Neisha ketika dalam perjalanan. "Tante, Gestara bener-bener minta maaf, Gestara gatau apa yang harus dilakuin, Gestara malah milih diem. Gestara jahat tante. Gestara biarin Neisha kaya gitu..". Ibu Neisha yang mendengar ucapan Gestara berusaha menenangkan Gestara dengan memeluk Gestara dan mengelus-elus kepala Gestara. Tidak bisa dipungkiri betapa hancurnya hati kedua ibu Neisha, mendengar kabar Neisha yang seperti itu,, namun dengan keadaan hati yang seperti itu, ibu Neisha masih berusaha untuk menenangkan Gestara. Dokter pun keluar dan berkata, "dengan keluarga dari saudari Neisha?", ibu Neisha pun menjawab "benar dok". "Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain, Neisha telah meninggalkan kita semua", ucap dokter. Gestara dan ibu Neisha yang mendengar perkataan dokter langsung menangis histeris, mereka tidak menyangka bahwa Neisha akan meninggalkan mereka dengan begitu cepat. Ibu Neisha pun segera mengurus pemakaman untuk Neisha. Setelah pemakaman dilakukan, dan semua pelayat telah pulang, Gestara memilih untuk tetap berada disitu. Ia masih tidak rela bahwa Neisha akan meninggalkannya dengan begitu cepat. Ayah dan ibunya telah membujuk Gestara untuk segera pulang, namun Gestara tidak menggubris mereka berdua. Ibu Neisha pun menghampiri Gestara dan meminta Gestara untuk ikhlas agar Neisha pun tenang di alam sana. Sulit rasanya untuk mengikhlaskan Neisha, namun jika ia tidak mengikhlaskan kepergian Neisha nantinya Neisha lah yang menderita jadi Gestara berusaha untuk ikhlas., dan akhirnya memilih untuk pulang bersama kedua orang tuanya. Setelah sampai di rumah, ayah dan ibu Gestara serta Gestara mencuci kaki dan melanjutkan aktifitas mereka masing masing. Gestara sudah berhenti menangis, namun tidak bisa dipungkiri bahwa mata Gestara sudah bengkak karena terlalu banyak menangisi Neisha. Pikiran Gestara melayang dan mulai berjalan ke gudang untuk mencari tali tambang, sesaat setelah menemukan tali tambang tersebut Gestara dengan kesadaran yang sudah diambang itu dan dengan mata yang sembab berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang gontai. Mulai memasang talinya di kusen atas jendela nya, lalu Gestara mengambil kursinya dan meletakkan di bawah untaian tali itu. Gestara menaiki kursi nya dengan tatapan kosong, ia menghembuskan nafas nya dengan panjang sebelum pada akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri di kamarnya. Tepat pada hari itu Gestara Mabel Bentari mengakhiri hidupnya di kamarnya sendir
31/365 by. AgathaLuvena 9A 02 I'mvery lucky to have you here, you're very understanding, mature and also a place where i can tell anything, Edgar. This is my story, About my Love of My Life. Aku Maika Germaine, anak dari seorang Ibu keturunan Belanda dan Rusia sedangkan Ayah keturunan Indonesia dan Arab. Aku hidup dengan berkecukupan di Italia saat itu, Ayahku seorang dokter sukses dan Ibuku seorang pengusaha. Aku bersekolah di Sekolah Elite di Italia, disekolah itu aku berteman dengan perempuan cantik nan baik, ia bernama Angelina Aquilia, cantik bukan namanya? Aku berteman dengan Angelina sejak duduk dibangku sekolah dasar, aku dan Angelina selalu bersama sama sampai sekolah menengah pertama. Aku dan Angelina bersama sama menuju ke sekolah, aku dan Angelina merasa asing dengan lingkungan sekolah karena ini hari kita masuk di sekolah baru. Kita melaksanakan masa perkenalan dengan teman teman sebaya dan sekelas, aku berteman dengan pria tampan. Dia memperkenalkan diri di depan kelas, Edgar Miette Tarrant itulah namanya. Pria keturunan Rusia dan Indonesia yang menetap di Italia, aku tertarik dengan Edgar dan memutuskan untuk berkenalan. Aku memulai pembicaraan dengan Edgar, "Ciao, vuoi che diventiamo amici?" (Halo, mau berteman?) Edgar yang mendengar pun lantas membalas "Voglio, mi chiamo Edgar Miette Tarrant. Chiamami semplicemente Edgar" (Mau, aku Edgar Miette Tarrant. Panggil saja Edgar) sejak saat itu aku mulai menjalin hubungan sebagai sahabat dengan Edgar, dia pria yang baik dan ramah. Pribadi yang menyenangkan dan selalu membantuku saat kesusahan, pada suatu saat terjadi sesuatu hal yang membuat aku jatuh cinta kepada Edgar. Waktu itu aku sedang bermain bersama Angelina di taman, kita berlari lari saling mengejar satu sama lain tapi sayangnya aku tersandung batu saat berlari. Aku terjatuh dan terluka dibagian lutut dan tangan, kebetulan sekali disaat itu ada Edgar. Edgar bergegas lari dan membantuku, "Stai bene?" (Kamu gapapa) ucap Edgar kepadaku sambil membantu ku berdiri dan membopongku ke tempat duduk terdekat, setelah aku duduk aku pun menjawab pertanyaan Edgar tadi "Sto bene, ho solo un po' di dolore al ginocchio." (Aku gapapa, cuma sedikit sakit dibagian lutut) ucapku dengan sedikit gemetar. Edgar yang melihat luka di bagian lutut ku pun bergegas membantu ku ke UKS dan langsung mengobati ku dengan pelan pelan dan teliti. Semenjak saat itu, aku memendam rasa suka kepada Edgar, sang pria yang membuatku jatuh cinta sedalam laut dan selua langit. Hingga beberapa tahun kemudian, kita merayakan kelulusan bersama. Aku dengan tekad yang kuat dan berani, berbicara kepada Edgar "Edgar, possiamo parlare da soli?" (Edgar, boleh kita berbicara berdua saja?) Tanya ku kepada Edgar, Edgar yang mendengar ucapan ku pun menjawab "OK, andiamo nel giardino sul retro" (Boleh, ayo kita ke taman belakang). Aku dan Edgar bergegas ke taman belakang, sesudah sampai ke taman belakang, aku kembali membuka percakapan dengan berbicara dengan nada sedikit ragu "Voglio dire che mi piaci da quando mi hai aiutato quando sono caduto diversi anni fa. Mi piace la tua personalità, il modo in cui parli e il modo in cui mi tratti." (Aku mau bicara, bahwa aku sudah menyukaimu semenjak kamu membantu aku saat aku jatuh beberapa tahun yang lalu. Aku menyukai kepribadianmu, cara bicara mu dan caramu memperlakukanku). Edgar yang mendengar pernyataan itu pun membalas, "Si scopre che i miei sentimenti per te sono gli stessi. Mi piaci da quando ci siamo incontrati e conosciuti. Voglio confessarti il mio amore. Sarai il mio amante?" (Ternyata perasaan ku dengan kamu sama, Aku menyukaimu sejak kita bertemu dan berkenalan. Aku
ingin menyatakan cintaku kepadamu, Maukah kamu jadi kekasihku?). Aku yang terkejut pun membalas dengan kata YA, Aku mau. Aku dan Edgar pun menjalin hubungan sebagai kekasih bukan sebagai sahabat lagi, aku menyayangi Edgar dengan penuh. Aku dan Edgar menjalin hubungan sampai kita beranjak Kuliah, kita satu Universitas tapi berbeda Fakultas. Edgar Hukum dan Aku Psikologi, walaupun begitu hubungan ku dengan Edgar berjalan sangat amat lancar. Hingga pada suatu hari, Hari Sabtu tanggal 10/10/21 Edgar mengajakku untuk makan malam di Restoran cantik. Pada awalnya aku dan Edgar makan bersama dan menikmati pemandangan cantik di malam hari, kita juga bercanda bersama dan saling berbagi cerita. Hingga pada pukul 09.00 Malam, Edgar menyuruhku untuk menutup mata dengan kain hitam. Aku menuruti perkataan Edgar tersebut, aku menutup mata dan merasa penasaran. Tanpa aku ketahui Edgar menyiapkan kejutan yang akan menjadi kejutan terindah dalam hidupku. Saat aku membuka penutup mata, aku melihat Edgar berlutut dan berkata Bellezza mia, mi vuoi sposare?" (Cantikku, maukah kau menikah dengan ku?) Aku yang mendengar kata kata tersebut pun langsung meneteskan air mata, aku tidak percaya bahwa aku dan Edgar bisa sampai di titik ini. Aku dengan perasaan campur aduk pun membalas "Lo voglio, mio principe." (Aku mau, pangeranku.) Edgar langsung memelukku dan menciumku pada saat itu, Aku senang dan sedih pada saat yang sama. Aku senang bahwa akhirnya aku dan Edgar akan bersatu namun disatu sisi aku juga sedih memikirkan karir ku. Tapi aku sadar, bahwa cinta yang tulus lebih berarti bagiku dibandingkan uang. Aku dan Edgar semakin saling melengkapi. Suatu kejadian tak terduga terjadi pada saat aku dan Edgar telah bertunangan. Seorang wanita penghancur, hampir menghancurkan hubungan ku dengan Edgar. Wanita itu bernama Aria Harper, terdengar cantik bukan? Tapi tidak dengan sifatnya. Dia datang ke kehidupanku dan mulai menghancurkan hubungan ku, dia mengaku sebagai mantan kekasih Edgar dan berusaha merebut Edgar dariku. Dia mem1tnahku dengan hal hal kasar dan tidak mendasar, dia mengajak Edgar untuk berduaan pada suatu waktu. Dia merayu Edgar dan berusaha menjebakku dengan cara mengajakku ke suatu tempat dan dia berkata bahwa ingin mengajakku bertemu dengan teman pria nya, aku tidak berpikir apa apa. Tapi aku salah, dia menjebakku supaya terlihat berduaan dengan pria yang bahkan tak aku kenal. Dia memfoto ku dengan pria itu, seakan akan aku berduaan. Beruntungnya Edgar tidak percaya, aku dan Edgar berusaha menjauhi Aria. Disuatu hari, Aria menculikku dengan kelompoknya. Dia menyekap dan menyiksa ku tanpa belas kasihan, dia juga memancing Edgar untuk menemui Aria dan Aria membujuk Edgar untuk menikahi Aria. Tanpa diketahui oleh Aria, Edgar telah membawa polisi untuk menjebloskan Aria ke dalam jeruji besi. Aria berhasil ditangkap dengan bantuan Edgar dan para polisi, Aria dijatuhi hukuman 30 Tahun penjara. Aku dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif karena luka luka parah. Setelah beberapa hari dirawat, aku sudah boleh pulang tetapi harus tetap beristirahat lebih. Aku merasa sedih dan bahagia, Edgar lagi lagi menyelamatkan ku dari bahaya. Edgar berhasil membuatku bangkit dari trauma ku dan merubahku menjadi wanita yang lebih ceria lagi. Sang wanita telah menemukan pria nya, pria yang menerima segala kekurangan dan mau saling melengkapi. Pria yang menjadi pribadi yang amat baik nan tampan bak pangeran, Terimakasih atas seluruh cintamu kepadaku. Edgar Miette Tarrant, ti amo sempre e ovunque. Hi, my respected readers. Cerita ini memiliki arti bahwa Cinta selalu ada di dalam keadaan apapun, cinta juga tidak bisa dipaksa. Judul cerita pendek ini memiliki arti yaitu 31 sendiri gabungan dari angka 24/7. Angka 24/7 berarti 24 jam 7 hari(1 minggu) aku akan tetap mencintaimu, dan 3G5 adalah hari dalam setahun yang diartikan bahwa aku akan mencintaimu kapanpun sampai nanti kita dipisahkan maut dan dipertemukan lagi. Thank you for reading thisstory, love you and stay happy !
Penjelajah Waktu Di tahun 2058, dunia telah berubah menjadi tempat yang penuh misteri dan ketidakpastian. Sosok remaja laki-laki bernama Alex menemukan dirinya terlahir dengan kekuatan luar biasa, yaitu kemampuan untuk memutar balik waktu. Sejak dia mengetahui kekuatannya, ia merasa terpanggil untuk mengungkapkan misteri yang mengelilingi tahun 2043 yang telah hilang dari catatan sejarah. Semua orang di tahun 2058 memiliki cerita dan kenangan tentang tahun-tahun sebelum dan sesudah 2043, tetapi tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di tahun itu. Alex merasa bahwa ada sesuatu yang sangat penting yang terjadi di masa lalu yang telah menyebabkan tahun 2043 menghilang. Dengan kekuatannya yang baru ditemukan, Alex memulai perjalanan melintasi waktu untuk kembali ke tahun 2043. Ketika dia tiba di tahun tersebut, dia menemukan sebuah dunia yang berubah drastis. Gedung-gedung yang pernah kokoh kini hancur, dan orang-orang tampak bingung. Tidak ada tandatanda peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di sini. Alex memutuskan untuk menyelinap di tengah keramaian dan mencari petunjuk. Dia bertemu dengan seorang wanita tua yang tampaknya mengenali kekuatannya. Wanita itu memberikan petunjuk yang membawa Alex ke sebuah laboratorium rahasia yang dulu pernah digunakan oleh pemerintah. Di dalam laboratorium, dia menemukan dokumen dan catatan yang mengungkapkan eksperimen eksperimental yang sangat berbahaya yang dilakukan pada tahun 2043. Namun, begitu dia hampir menemukan jawaban, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Sebuah kekuatan misterius muncul dan mengancam untuk menghancurkan laboratorium itu dan membawa Alex kembali ke tahun 2058. Kini, Alex harus berusaha keras untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di tahun 2043 dan mengungkap rahasia yang mungkin mengubah masa depan dunia. Maka begitu cerita ini mencapai puncaknya, Alex merasa takdir yang tidak bisa dia hindari. Dia memutuskan untuk mengambil risiko besar untuk mengembalikan tahun 2043 ke dalam catatan sejarah, dengan harapan bahwa tindakannya akan memperbaiki alur waktu yang rusak. Dalam upayanya yang penuh pengorbanan, Alex berhasil mengaktifkan kekuatannya untuk memutar balik waktu dan kembali ke tahun 2043. Tetapi saat dia tiba di tahun tersebut, dia menyadari bahwa tindakan ini akan memiliki konsekuensi besar. Seiring waktu berputar dan realitas mulai kembali normal, Alex merasa dirinya perlahan-lahan menghilang dari ingatan orang-orang di tahun 2058. Semakin lama dia tinggal di tahun 2043, semakin pudar kenangan tentangnya di dunia masa depan. Alex menjadi pelaku utama yang hilang dari catatan sejarah, mengorbankan identitas dan kenangan pribadinya untuk menyelamatkan alur waktu yang rusak. Seiring dia merenungkan pengorbanannya, Alex bertekad untuk menjalani hidupnya di tahun 2043 dan memastikan bahwa kesalahan masa lalu tidak akan terulang. Ia menjadi pahlawan tak dikenal yang berjuang untuk keadilan dan perdamaian dalam realitas yang baru di tahun 2043, sambil membawa rahasia besar yang hanya dia sendiri ketahui. Dan sementara ia mungkin hilang dari catatan sejarah, pengorbanannya akan menjadi cerita yang tetap hidup dalam legenda dan mitos di abad-abad yang akan datang.
Cintaku (Alodia Felsa S.H/9A/04) Terlintas aku pernah membayangkan senyumanmu, marahmu, dan ribuan bayangan tentangmu. Sosok hebat yang selalu ada untukku setiap waktu. Tak pernah sedikit pun engkau luput menjagaku, mengawasiku dengan apa yang sudah aku lakukan setiap hari. Terkadang aku merasa risih akan apa yang sudah engkau lakukan padaku. Setiap hari aku harus mendengar ribuan nasihat serta omelan yang terkadang keluar dari bibirmu. Tak bisakah engkau diam sehari saja, tak bisakah kau biarkan aku bertindak sendiri, melakukan apa yang ingin aku lakukan tanpa mendengar nasihat darimu??? Yaaaaaaaaaaa ............ Dia yang aku maksud disini adalah ibuku. Ibu yang dengan kesederhanaannya setiap hari selalu menyisipkan kalimat yang sama saat menghantarku kesekolah. Sebelum memasuki gerbang sekolah, ibu selalu mengatakan "teliti, fokus ya kalau belajar. Jaga sikap, jangan ikut-ikutan teman- teman yang mungkin melakukan kesalahan " dan jawabku pun selalu dengan kalimat yang sama " iyaa bu, iya-jangan kuatir ". Meski terkadang aku pernah merasa bosan dengan kalimat itu, tapi ibuku adalah sosok ibu yang luar biasa . Ibu lah cinta terbaikku, disaat aku lelah dengan persoalan persoalan didunia remaja ju, ibulah yang membantuku mencairkan semuanya itu dengan caranya yang khas tanpa menghakimi aku. Dia bantu aku untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dengan nasihatnya "jangan pernah jadi anak cengeng, kamu lebih kamu dibully dari pada membully . Jika sudah menyangkut harga diri, kamu harus bisa membela diri sendiri, jangan mau untuk diinjak-injak" akupun menjawab "iya ibu" . Bagiku memilih seseorang yang aku cintai bukanlah hal yang sulit. Tak harus mempunyai pacar, tapi sosok ibu yang bisa aku cintai selamanya. Meski kadang aku jengkel dengan ceriwis nya ibu tapi ibulah yang bisa mengerti tentang aku. Sulit buatku untuk menomor belakangan ibuku. Sebandel-bandelnya aku, ibu selalu ada untuk aku. Aku pernah belajar dan diberi nasihat oleh pakdhe, "bahagia itu bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja, Kalau kita sayang sama orang, kita pasti selalu mau dia bahagia walaupun mungkin bukan bersama kita. Kalau kamu punya pacar, pasti kamu mau dia selalu bahagia kan? Tapi jika suatu saat kamu bertengkar, yang ada pastilah kebencian dan saling menyalahkan. Tapi ibu Ibu tak pernah membencimu sekalipun kamu menyakiti perasaannya dengan ucapan dengan nada tinggimu, perilakumu yang tidak sopan dan sebagainya. Maka jangan kau sia-siakan ibu, jaga ibu, sayangi ibu". Beriringnya waktu , aku merasakan rasa cinta ibu padaku semakin nampak nyata dan aku mulai menyadari nya. Ibu yang selalu memandangku sebagai versi terbaikku dengan segala kekuranganku, keburukkanku. Ibu, sosok yang diciptakan Tuhan untuk menemaniku dan mencitai aku tanpa batas. Disaat aku mulai merasakan cinta remaja,disaat aku gagal menjalaninya ibulah yang selalu ada untukku,selalu merangkul serta menguatkan aku. Kini aku hanya ingin ibuku bahagia. Aku semakin tumbuh dewasa dan ibupun semakin bertambah usianya. Aku sadar tak selamanya ibu akan menjagaku. Aku kembali
memasrahkan kehendak, bukan memaksakan kehendak Tuhan dengan mempertahankan egoku. Aku hanya minta pada Tuhan, semoga Tuhan selalu menjaga ibu, memberinya kesehatan dan berkah yang cukup. Aku ingin membuat ibuku tersenyum dengan mencoba untuk merubah semua sikasikap burukku padanya. Ternyata kini aku mulai sadar bahwa mencintai seseorang tidaklah semudah keinginan memilikinya, tapi dengan sesulit membumembuat nya bahagia. Terimakasih ibu, engkaulah cintaku selamanya. I Love You Ibu....... I Miss You Ibu........
PERTARUNGAN MELAWAN NAGA AWAN ANTONIUS ANGGA N 9A Di sebuah kerajaan yang tersembunyi di antara awan-awan yang lembut, hidup seorang pemuda bernama Nevin . Nevin memiliki impian yang tak terkendali tentang menjelajahi langit dan melihat apa yang ada di balik awan itu. Tapi ada satu hal yang selalu menghalanginya: naga legendaris yang dikenal sebagai “Naga Awan. Naga Awan adalah makhluk raksasa yang tinggal di langit-langit, di atas kerajaan Nevin. Katanya, naga itu memiliki kekuatan yang tak terbatas dan melindungi kerajaan dari ancaman apa pun. Tapi Nevin tidak takut. Dia tahu dalamhatinya bahwa diaharusmenghadapinaga ituuntukmemenuhi mimpinya. Suatu hari, Nevin memutuskan untuk bersiap-siap untuk perjalanan epiknya. Dia mengumpulkan senjata terbaiknya, membuat perisai yang kuat, dan menyusun rencana rinci. Dia juga bertemu dengan seorang penyihir tua yang dulu pernah mengunjungi Naga Awan. Penyihir itu memberinya beberapa saran berharga. “Kamu harus memiliki hati yang tulus dan tekad yang kuat,” kata penyihir itu. “Naga Awan bukan musuhmu, tapi ujianmu. Jangan mencoba mengalahkannya dengan kekerasan, tapi dengan kebijaksanaan. Dengan nasihat penyihir itu dalam pikirannya, Nevin memulai perjalanan ke langit-langit. Dia naik ke atas gunung tertinggi dan melompat ke dalam awan yang lembut. Begitu dia mencapai langit-langit, dia merasa seperti di dunia baru. Namun, tidak lama kemudian, dia melihat bayangan besar di langit. Itu adalah Naga Awan. Naga itu memiliki sayap yang memenuhi langit dan mata yang tajam. Nevin merasa takut, tetapi dia mengingat kata-kata penyihir itu dan berbicara dengan hati yang tulus. “Naga Awan, aku datang dengan niat baik. Aku ingin melihat apa yang ada di balik awan ini. Tolong izinkan aku melewatimu.” Naga Awan melayang di depannya, memandang Nevin dengan penuh kebijaksanaan. “Kamu adalah orang pertama yang datang ke sini dengan niat baik dalam waktu yang sangat lama,” kata naga itu. “Aku akan memberimu izin, tetapi hanya jika kamu bisa menjawab teka-teki ini: ‘Aku ada di pagi dan malam, tapi hilang di siang hari. Apakah aku?’” Nevin berpikir sejenak, dan akhirnya dia tersenyum. “Bayangan,” jawabnya. Naga Awan tersenyum dan mengangguk. “Benar sekali. Kamu bijaksana, Nevin. Kamulah satu-satunya yang bisa melewati langit-langit ini.” Dengan izin dari Naga Awan, Nevin melanjutkan perjalanannya melintasi awan- awan yang lembut. Dia melihat pemandangan yang luar biasa dan merasa bahwa impian panjangnya akhirnya menjadi kenyataan. Ketika dia kembali ke tanah, dia dibenarkan sebagai pahlawan di seluruh kerajaan. Meminta Lebih Baik dari Mencuri Hari ini, aku pulang kuliah lebih cepat dari biasanya, dikarenakan dosen mata kuliah di jam terakhir berhalangan masuk. Aku pun bergegas pulang, sekitar pukul 15.00 aku tiba di rumah. Namun, aku melihat ibu seperti orang kebingungan yang sedang mencari sesuatu. Ternyata ibu kehilangan uang kembalian belanjaannya. Aku pun membantunya, tapi hasilnya pun nihil. Ibu pun pasrah dan aku keluar rumah karena lupa ada yang harus dibeli. Di jalan dekat warnet, aku bertemu dengan adikku. "De, kamu main di sini emang ibu kasih uang ke kamu? Kan kamu lagi dihukum ga dikasih uang jajan hari ini?" tanyaku dengan muka yakin kalo dia pasti mengambil uang ibu. "Oh, kaka tau kamu ambil uang ibu yang di atas meja, ya!?" sambungku.
"I..ii..iya kak, aku ambil uang ibu, tapi cuma aku pakai 5 ribu doang kok, kak," Jawab dia dengan ketakutan. "Ayo naik ke atas motor, nanti jelasin sama ibu," ucapku sembari membawanya pulang. Sesampainya di rumah, dia langsung jujur dan menceritakan semuanya kepada ibu. Aku dan ibu langsung menasihatinya sebaik mungkin. "De, ibu lebih menghargai kamu meminta ke ibu, sekalipun kamu sedang dihukum. Dari pada mencuri seperti ini kan tidak baik," kata ibu sambil mengelus rambut adikku. Dia hanya tertunduk malu dengan rasa bersalahnya yang terpampang jelas dari wajahnya. Setalah dinasihati, adikku mengakui kesalahannya, meminta maaf kepada ibu dan aku, serta benar-benar berjanji untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.
Rumah yang Hilang Caroline Elvira Aku pernah bahagia karena mu, aku pernah sempurna karenamu.Semuanya tak lagi sama semenjak dia hadir diantara kita, semuanya berubah saat kau tak lagi memperhatikanku. Hai aku celine dan ini kisah persahabatan ku saat di SMP. Disaat aku SMP aku memang jarang sekali yang namanya akrab dengan teman cowok. Apalagi sampai bercerita, sharing dan deeptalk. Saat itu aku tidak pernah terpikirkan atau berkenalan dengan malio, karena malio yang kukenal adalah anak yang jarang bergaul dan jarang keluar kelas. Malio adalah anak yang humoris namun sifatnya saja yang jarang bergaul. Saat kenaikan kelas aku dan malio berkenalan, disitu kita berkenalan karena suatu hal. Awalnya memang dia sangat cuek, namun lama kelamaan dia mulai bercerita tentang hal hal yang random. Menceritakan kejadian yang terjadi pada hari itu, keluh kesahnya saat disekolah pun dia bercerita padaku. Seiring berjalannya waktu kita semakin dekat bahkan rasa nyaman itu semakin membuatku ingin terus bersama nya. Hal yang membikin aku terkejut adalah ketika dia berbicara tentang masalah yang ada pada keluarganya, disitu aku merasa dia sudah mau terbuka dengan ku dan dia pun sudah mempercayai aku untuk menjadi rumahnya untuk bercerita, dan begitupun sebaliknya. Tiba saat dimana ada seseorang yang datang dikehidupannya dan membuat dia sangat berbeda dan berubah drastis. Dia sekarang bukan seperti malio yang kukenal dulu. Dan semenjak itupun kita sering bertengkar dan kita sering ada perselisihan. Aku sudah malas sekali untuk merespon dia. Namun dia tetap menghubungiku hanya untuk menceritakan seseorang yang saat ini dekat dengannya. Responku tetap baik baik saja, lama kelamaan aku sudah merasa malas untuk merespon malio lagi. Aku memberanikan diri untuk terus terang dengan malio. Dan aku mengajaknya untuk bertemu dengannya,disitu aku mulai percakapan dengan malio. "mal kamu keseringan bahas dia terus, bukannya jealous tapi aku muak" "aku ga suka mal" "maaf lin, aku udah bikin kamu ga nyaman, aku janji ga bakal bahas dia terus" Balasnya kepadaku sambil mengelus kepalaku. Aku berdiri mematung karena perlakuannya yang membuatku kaget. Disitu aku dan malio sudah baikan, namun saja kita tidak bisa sedekat dulu lagi. Pada hari senin itu aku pulang terlambat karena ada exstra, disaat aku menuju kelas exstra tanpa sengaja aku melihat malio dan nanda didepan lab ipa. Aku langsung berbalik badan dan memutuskan untuk tidak mengikuti kelas extsra dulu.
Malam hari malio mengabari aku ternyata dia meminta tolong aku untuk membelikan suatu hadiah yang cocok untuk nanda. "Apakah Malio sudah lupa dengan janjinya??" Aku tidak tau bagaimana harus merespon dia lagi,aku sudah benar benar kesal untuk menanggapinya lagi. *Aku memutuskan untuk block nomernya dan sosmednya* Seminggu tidak ada percakapannya,dan aku merindukannya. Akhirnya aku membuka blocknya, aku kira dia sudah kecewa denganku. Ternyata dia masih menghubungiku lagi. Dia bertanya tanya. "SALAHKU APAA???SALAHKU APAA??" Kata malio "Apa harus aku menjelaskan dari awal lagi??" /Disitu malio tidak sama sekali merasa bersalah dia hanya bertanya tanya SALAHKU APA??? /Aku sudah merasa sangat kesal,dan aku tidak sengaja berkata kasar didepan malio /malio sempat memarahiku karna perkataanku yang kasar,namun aku sudah tidak mempedulikannya dan aku hanya bodo amat dengan perkataanya. Dari situ aku sudah merasa aku tidak membutuhkan malio lagi,dan menganggapnya tidak lagi disampingku. (Jika kehidupan membuat diri menangis, ingat ada ribuan kenangan indah yang membuat kita tersenyum) Aku sedikit merasa kesal karrna sudah berbuat seperti itu terhadap malio.Jika waktu bisa diulang mungkin aku tidak akan membiarkan malio pergi. " Seperti yang saya jabarkan di atas, ini hal yang sangat biasa terjadi dan memang lumrah dalam kehidupan kita. Jadi romantisasi-romantisasi “people come and go” ini tidak perlu kita lebihlebihkan. Tidak perlu menganggap orang yang sudah memahami people come and go artinya orang tersebut sudah dewasa, sudah menjadi orang paling keren, dan sebagainya. Bahkan mungkin yaa dihentikan saja, toh juga sudah biasa kita rasakan sejak kecil. " “People come and go, but memories stay forever”
Âmes soeurs Penulis Cerpen : Caroline Shelomita Kenya Asih 9A/08 Mencintai bukan perihal siapa yang berhasil memikat hati. Namun soal siapa yang akan bertahan dengan tulus dan tidak pergi. Aku Larastya Pramoedya, perempuan yang kerap dipanggil Laras, Bersekolah di SMA Garuda Muda. Aku sendiri berasal dari keluarga mampu dan berkecukupan untuk hidup, Ayahku seorang Dokter sedangkan Bundaku berkerja sebagai perawat. Setiap hari pukul 05.00 pagi Ayah dan Bundaku sudah sibuk bersiap siap untuk berangkat bekerja, dan tidak lupa sarapan. Aku yang baru terbangun pun bertanya kepada Bunda“Bunda, bunda akan pergi lagi di pagi buta?” sambil mengusap-usap mataku, jawab Bunda mendengar pertanyaan ku “Iya sayang, bunda tidak boleh terlambat apalagi ayah kamu. Jam 06.00 pagi saja sudah ada pasien” ucapnya sambil sedikit terburuburu. Aku yang mendengarkan jawaban Bunda pun hanya diam dan bergegas ke kamar mandi, setelah selesai mandi akupun bersiap siap menuju ke sekolah bersama supir ku. Sesampainya di sekolah, aku segera naik ke lantai 2, menuju ke kelasku. Setelah aku sampai di kelas, aku langsung menaruh tas dan duduk sembari menunggu bel masuk berbunyi. Pukul 07.00 pagi, bel masuk pun berbunyi pertanda bahwa akan dimulainya pembelajaran hari ini. Sedikit yang aku ketahui, bahwa ternyata ada murid baru. Murid baru itu memperkenalkan diri, namanya Nakula Jagawana Mahawira yang dipanggil Maha. Aku mendengar desas desus, bahwa Maha berasal dari keluarga yang perekonomian menengah kebawah, para murid pun jadi membicarakan Maha. Murid pertama berkata “Ih, kok dia bisa ada disini ya? Bukannya dia engga mampu ya?” ucap murid itu ke teman nya dengan nada meremehkan, murid kedua juga berkata “Aduh, aku takut dia mencuri sesuatu dari aku deh” celetuknya. Maha yang masih berdiri didepan, mendengar ucapan itu merasa sedih dan kecewa, terlihat dari raut wajah Maha. Guru pun menyuruh Maha duduk dibangku kosong, tersisa satu bangku kosong. Disebelah Lucenzo, sayang sekali . .Lucenzo anak yang arogan dan egois, Lucenzo dengan raut wajah tidak suka pun menerima Maha duduk dibangku sebelahnya. Pembelajaran pun dimulai setelah perkenalan yang singkat, sampai selang beberapa waktu bel istirahat pun berbunyi. Aku mengajak temanku Anne Anantari, yang kerap dipanggil Anne menuju ke kantin. Sesampainya dikantin, aku bergegas memilih makanan yang akan kubeli, hingga selang beberapa menit kemudian aku dan Anne sudah memilih makanan dan membayar makanan tersebut. Aku dan Anne bergegas menuju ke kelas kembali, karna aku dan Anne berniat makan dikelas saja. Setelah aku dan Anne duduk, kejadian tak mengenakan pun terjadi. Maha diganggu oleh kelompok Lucenzo, Maha dirundung dan bekal yang dibawa Maha pun dengan sengaja dijatuhkan ke lantai, yang membuat semua mata tertuju ke arah Maha. Maha sambil tetap diam pun membersihkan makanannya yang berserakan di lantai, aku melihat bahwa Maha seperti menahan marah. Anne pun merasa kasihan, namun apa boleh buat jika yang berulah itu kelompok Lucenzo? Aku dan Anne pun hanya bisa diam menunggu Lucenzo dan teman-temannya pergi. Setelah Lucenzo pergi, aku dan Anne langsung beranjak menuju tempat duduk Maha, “Hei Maha” ucapku. Maha dengan raut wajah sedikit ketakutan pun menjawab “Kenapa? Apa ada yang penting?” tanya nya, akupun tanpa berbicara langsung menyodorkan sebuah Roti selai cokelat ke Maha. Entah diterima atau tidak aku tidak peduli, aku segera duduk bersama dengan Anne yang kebetulan teman sebangku ku. Bel Kembali berbunyi, tanda masuk kedalam kelas. Guru pun memasuki kelas dan mulai mengajar. Sekitar pukul 11.55 para murid kembali istirahat untuk sekedar ke kantin ataupun beribadah, aku dan Anne
memutuskan untuk tetap didalam kelas karena cuaca dingin yang membuat aku dan Anne menjadi malas keluar kelas. Saat aku dan Anne sedang bersantai, tiba tiba ada yang menepuk pundak ku. Ternyata orang itu Maha, maha berniat untuk memberikan aku uang sebagai gantinya saat aku memberikan Maha roti tadi. Aku pun langsung menolak dan berkata “Tidak apa apa Maha, aku dengan senang hati memberikan roti ku ke kamu” Maha yang mendengarkan jawaban ku pun langsung mengucapkan terimakasih dengan tersenyum. Senyuman Maha sangat manis, manis sekali bahkan jika dibandingkan dengan gula, gula pun kalah. Sejak saat itu, aku diam diam menaruh perasaan ke Maha, Maha pria yang dewasa dan tidak gampang mengeluh. Dia tampan, namun sayang hanya karena ekonomi yang berbeda Maha juga mendapat perlakuan yang beda. Hampir setiap hari Maha selalu dirundung oleh Lucenzo atau murid lainnya, aku yang selalu melihat kejadian perundungan itupun selalu berusaha untuk menghentikan aksi perundungan walaupun mungkin nanti aku akan dijauhi juga karna membela ‘Rakyat Jelata’ kata mereka. Terkadang aku juga melihat mereka ‘Memberikan Uang’ ke Maha dengan cara melemparkan uang tersebut ke arah Maha, aku yang melihat pun jelas marah. Namun saat itu aku sedang tidak bisa membantu Maha, karena kepentingan yang lain. Hingga suatu hari, Maha dirundung habis-habisan oleh kelompon Lucenzo. Sampai Maha harus dibawa ke UKS karena luka-luka dan memar yang parah, aku yang mendengarkan kabar tersebut langsung bergegas berlari menuju UKS. Aku melihat Maha yang terbaring di UKS lemas dan tidak berdaya, aku langsung saja membelikan Maha makanan dan minuman untuk membantu Maha sedikit baikan. 1 Jam kemudian, aku melihat Maha sudah sedikit baikan dari sebelumnya. Aku pun bertanya ke Maha “Kamu kenapa bisa begini, Maha?” tanyaku dengan rasa gelisah, “Aku hanya menolak menjadi ‘bawahan’ mereka”ucap Maha dengan nada lirih. Aku yang kaget pun hanya bisa diam saja. Setelah percakapan singkat, aku memutuskan untuk pergi ke kelas. Akhirnya waktu bel pulang berbunyi, aku bergegas berberes-beres dan ingin segera pulang. Aku berniat untuk menjemput Maha di UKS, namun sesampainya aku di UKS, yang aku lihat hanya tempat tidur yang dipakai Maha beristirahat dan makanan yang masih tersisa sedikit. Aku dengan rasa panik bergegas mencari Maha keseluruh sudut sekolah, tapi sayangnya hasilnya nihil. Aku tidak dapat menemukan Maha, beberapa menit kemudian aku baru mengingat, bahwa aku belum mengecek Rooftop sekolah. Aku langsung saja berlari menuju Rooftop dan benar saja, aku menemukan Maha sedang termenung diatas sana. Aku dengan langkah kecil mulai menghampiri Maha dan menepuk pundaknya, “Maha, kenapa kamu disini?” tanyaku, Maha pun membalas “Tidak apa apa, hanya ingin menghirup udara segar” akupun kembali berbicara “Ceritakan lah Maha, aku akan mendengarkan mu.” Maha pun sontak langsung menatap ku dengan mata yang berkaca kaca, orang yang ku anggap tidak gampang mengeluh dan kuat menangis dihadapanku. Dia bercerita semuanya kepadaku, aku yang mendengarkan ucapan Maha hanya dapat terdiam dan mengelus kepala Maha dengan lembut sembari memberikan solusi dan semangat. Maha merasa sedikit lega dan aman pada saat ini, setelah kejadian tadi terjadi keheningan sejenak. Maha kembali membuka suara dan berkata kepadaku “Laras, bagaimana jika kau menjadi penyembuhku dan aku akan menjadi sayapmu, kau menyembuhkan ku jika sayapku terluka, dan aku akan melindungi mu dengan sayapku” secara tidak langsung Maha menyatakan cintanya kepada ku, aku yang paham perkataan Maha pun membalas “Aku mau, Maha. Ayo kita saling melengkapi satu sama lain dan berjuang bersama” Walaupun ‘Kasta’ ku dengan Maha sangat berbeda menurut orang- orang, aku tetap tidak peduli dan tetap melanjutkan hubungan ku dengan Maha. Hubungan ku berjalan dengan sangat baik, kita melalui masa-masa sulit. Tapi kita tetap saling
bahu membahu, ada kala nya aku yang bercerita dan Maha yang menjadi pendengar. Hingga suatu hari, saat itu aku sedang berada diluar kelas bersama Anne diberitahu bahwa Maha terluka parah akibat rundungan kelompok Lucenzo yang sudah sangat keterlaluan. Lucenzo menendang berkali kali, menjambak, menumpahkan air ke Maha, sampai secara tidak sengaja Lucenzo mendorong dengan keras tubuh Maha ke loker dibelakang kelas. Loker tersebut tidak berbahaya dan tumpul, namun sayangnya saat itu salah satu gagang loker patah dan menjadi sangat tajam. Saat gagang patah tersebut mengenai kepala Maha, langsung terdapat darah yang keluar dengan sangat deras. Para murid yang mengetahui pun langsung melapor pada guru, saat itu para guru melihat bahwa Maha sudah terkapar lemas tak bergerak. Guru langsung bergegas membawa Maha ke Rumah Sakit terdekat, namun takdir berkata lain. Maha kehilangan terlalu banyak darah, hingga ia kehabisan darah dan tidak dapat diselamatkan. Mahapergi, pergiselamanya dari ku. Aku merasa sangat amat terpukul, sayapku kini hilang dan tersisa aku sendiri disini. Cerita ini diakhiri dengan kepergian Maha dan ditangkap nya Lucenzo beserta teman-temannya atas tindakannya. Halo para pembaca yang saya hormati, izinkan saya menjelaskan tentang cerpen(cerita pendek) ini. Cerita pendek ini berlatar di tahun 1995, dan Lucenzo sendiri anak orang kaya pada saat itu, sehingga tidak ada yang berani menghentikan aksi keji. Dikelas Laras memang terdapat loker yang bertempat dibelakang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang, sekolah Laras adalah sekolah elite di Jaman itu sehingga orang-orang terkejut bahwa Maha ‘Rakyat Jelata’ bisa masuk ke sekolah itu. Saya juga tidak lupa menjelaskan arti dari judul cerpen ini yaitu Soulmates; Pasangan hidup yang diambil dari bahas Prancis. Kira kira begitu penjelasan tentang cerita pendek ini. Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena sudah menyempatkan membaca cerita pendek saya ini.
Dari Sahabat Menjadi Cinta (1) Cherish Putria Salsabila Di suatu Sekolah, hiduplah dua sahabat akrab bernama Alex dan Maya. Mereka telah bersahabat sejak mereka masih balita, berbagi segala cerita, tawa, dan kesedihan bersama. Hingga suatu hari, ketika mereka sudah remaja, perasaan Alex mulai berubah. Alex merasa ada yang berbeda dalam hubungannya dengan Maya. Dia tidak lagi hanya melihat Maya sebagai sahabat, tetapi perasaannya semakin dalam. Namun, dia takut mengungkapkan perasaannya karena takut akan merusak persahabatan mereka. Sementara itu, Maya juga merasa ada yang aneh. Dia merasa bahwa perasaannya terhadap Alex lebih dari sekadar sahabat biasa. Namun, dia merasa takut mengakui perasaannya karena takut hal itu akan membuat hubungan mereka menjadi rumit. Ketika Alex dan Maya berbagi waktu bersama-sama seperti biasa, suasana hati mereka menjadi berantakan. Mereka masing-masing berjuang dengan perasaan cinta yang semakin kuat. Suatu hari, dalam sebuah percakapan yang serius, Maya akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya. "Alex," kata Maya gugup, "Aku harus mengatakan sesuatu padamu. Aku merasa bahwa perasaanku terhadapmu telah berubah. Aku tidak lagi hanya melihatmu sebagai sahabat, aku merasa lebih dari itu." Alex terkejut dan lega sekaligus. Ia tersenyum dan menjawab, "Maya, aku juga merasa hal yang sama. Aku khawatir bahwa jika aku mengatakannya, kita akan kehilangan persahabatan kita, tetapi aku juga merasa tak bisa lagi menyembunyikannya." Dengan pengakuan perasaan yang tulus, Alex dan Maya mulai menjalani hubungan yang lebih dalam. Mereka menemukan bahwa persahabatan yang kuat adalah pondasi yang sempurna untuk cinta yang mendalam. Kini, mereka berdua menikmati perjalanan baru dalam hidup mereka, dari sahabat yang menjadi cinta sejati. Cerita ini mengingatkan kita bahwa terkadang cinta dapat tumbuh di antara sahabat-sahabat terbaik, dan ketika perasaan itu diungkapkan, bisa mengubah hidup seseorang dengan indah
Cinta Tak Terucap (2) Di suatu hari yang cerah, hiduplah seorang pemuda bernama Afgans dan seorang gadis cantik bernama Salsa. Keduanya memiliki keyakinan yang kuat terhadap agama mereka. Mereka juga termasuk siswa aktif di sekolah dengan mengikuti berbagai organisasi seperti OSIS dan Rohis. Mereka sering bertemu di perpustakaan sekolah yang menjadi tempat pertemuan dan tempat mereka berbagi cerita. Meskipun keduanya sering meluangkan waktu bersama, mereka tidak pernah menyebutkan kata "pacaran." Bagi mereka, tidak perlu melawan ajaran agama hanya demi cinta. Afgans dan Salsa menghabiskan waktu mereka bersama dengan membaca buku di perpustakaan dan saling membantu saat ada kegiatan OSIS ataupun Rohis. Mereka saling mendukung dalam perjalanan spiritual mereka, dan hubungan mereka menjadi contoh bagi banyak orang di sekolah itu. Namun, cobaan datang ketika teman-teman mereka mulai bertanya, "Kenapa kalian tidak pacaran?" Mereka tersenyum dan menjelaskan bahwa cinta mereka adalah cinta yang didasari oleh agama mereka. Mereka rela tidak pacaran demi menjaga kesucian hubungan mereka dan menjalani hidup yang benar di mata Tuhan. Mereka berdua tahu bahwa agama mereka mengajarkan kesucian dan kesetiaan. Hubungan mereka adalah manifestasi dari cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama manusia. Mereka mengerti bahwa pacaran sering kali diiringi godaan dan kecenderungan untuk melakukan dosa-dosa kecil. Afgans dan Salsa membuktikan bahwa cinta sejati dapat diungkapkan tanpa harus melibatkan pacaran. Mereka memilih untuk mengikuti agama mereka dan berusaha tekun dalam perintah Tuhan. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mencari cinta yang benar-benar bermakna dalam agama mereka
Karya Poster Chivanezia Lintang 9A/10
Karya Poster Clarencia Nathania Chandra 9A/11
PekerjaKeras Farand Vladimir A / 9A 12 Di sebuah desa kecil, terhampar cerita kehidupan yang penuh warna. Di pagi yang cerah, penduduk desa bangun dengan senyuman, sambut mentari yang bersinar hangat. Namun, di balik kesederhanaan itu, tersimpan kisah-kisah mengharukan dan penuh perjuangan. Salah satu tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang petani bernama Budi. Setiap hari, dia bekerja keras di sawahnya, menyiram tanaman dengan keringat dan cinta. Meski hidup sederhana, Budi selalu bersyukur atas rezeki yang didapat dari tanahnya. Namun, suatu hari badai melanda desa mereka. Tanaman yang sudah ditanam dengan susah payah hancur diterpa angin dan hujan deras. Budi merasa putus asa, namun dia tidak menyerah. Bersama para tetangga, mereka bergotongroyong membangun kembali desa yang rusak. Dalam perjuangannya, Budi belajar bahwa kehidupan tidak selalu datang dengan kemudahan. Terkadang, kita harus melewati badai untuk menemukan pelangi. Desa kecil itu menjadi simbol kebersamaan dan kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup. Seiring waktu, Budi tidak hanya tumbuh sebagai petani ulung tetapi juga sebagai pemimpin yang bijaksana. Desa kecil mereka berkembang pesat, menjadi tempat yang penuh kebahagiaan dan kedamaian. Kehidupan yang diisi dengan kerja keras, kebersamaan, dan sikap positif menjadi kunci keberhasilan mereka. Dalam cerpen ini, kita belajar bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang penuh liku-liku. Setiap cobaan adalah pelajaran, dan setiap usaha akan membuahkan hasil. Seperti Budi dan desanya, mari kita hadapi hidup dengan tekad dan semangat, karena di setiap langkah, ada kehidupan yang indah untuk dijalani
LAVENDER Geisha Pramudita 9A Di siang bolong pada hari minggu, Zara sedang menikmati waktunya di bangku taman yang ada di dekat kampusnya. Dia sedang membaca buku berjudul 'Lavender', buku itu adalah buku kesayangan Zara, ia sudah berulang kali membaca buku kesayangannya itu, anehnya dia tidak bosan sama sekali dengan ceritanya. Disaat Zara sedang membaca bukunya, ada seorang nenek paruh baya menghampirinya ternyata nenek itu menjual bunga, nenek paruh baya itu membawa sekeranjang bunga dengan banyak jenis bunga di dalamnya. Nenek itu kemudian bertanya kepada Zara, "Nak, apakah kamu mau membeli bunga ini?" Karena Zara merasa iba dengan nenek penjual bunga tersebut ia pun mengiyakan nenek itu dan membeli bunganya, Zara pun memilih bunga lavender. "Terimakasih nak sudah membeli, semoga dilancarkan rezekinya ya," Kata nenek penjual bunga. "Terimakasih kembali, nek, amiin," Jawab Zara sambil tersenyum. Setelah itu Zara kembali membaca buku kesayangannya, saat ingin membalik kertas ke halaman berikutnya ia tiba - tiba ia mengantuk dan tertidur di bangku taman, dan bunga lavender yang ia letakkan di sebelahnya bersinar. Saat Zara terbangun dari tidurnya, dia kebingungan karena dia terbangun di bangku kelas yang tidak ia ketahui sama sekali, "Bukanya gue tadi ada di taman ya, ini ada dimana? kenapa gue bisa ada disini?" Tiba - tiba ada 4 orang yang ada di depan kelas itu dan salah satu dari keempat orang itu berteriak. "Alisha! lo ngapain sih masih ada disini ayo pulang, kita kan mau main ke rumah Leo." Zara sadar bahwa yang ada di kelas itu hanyalah dia dan keempat orang itu. Zara sangat kebingungan, siapa yang mereka panggil? "Alisha?" Panggil lagi salah satu orang dari keempat orang itu. Zara pun menunjuk dirinya sendiri dan menunjukan ekspresi bingung, lalu ia bertanya, "Kalian manggil gue? kalian siapa? nama gue Zara bukan Alisha" Tanya Zara. "Lo ngomong apa sih Sha? masa lupa sama temen sendiri" timpal salah satu dari ke 4 orang itu. Zara melihat satu persatu ke 4 orang yang mengaku sebagai temannya itu, ia melihat name tag ke 4 orang itu, ada 3 perempuan dan 1 laki - laki. Perempuan berambut lurus dan memiliki wajah yang tegas, dia bernama Risa Putri Yolanda. Lalu perempuan dengan rambut ikal yang dikuncir, memiliki tubuh yang tinggi dan proporsional, bernama Milly Lodia. Perempuan terakhir yang memiliki tubuh paling pendek dari ketiga perempuan lainnya, dan memiliki wajah yang imut, dia bernama Audine Anastasya. Terakhir satu - satunya laki - laki diantara ketiga perempuan tadi bernama Leo.
"Ayo Alisha keluar, gausah aneh - aneh deh lo," Kata Leo. Zara masih kebingungan, ia pun pasrah dan mengikuti ke 4 'teman - temannya' itu. Mereka menuju gerbang sekolah dan menemui sebuah mobil, yang ternyata adalah mobil yang menjemput ke 4 temannya termasuk Zara. Zara ditarik masuk ke dalam mobil oleh Risa. Di tengah perjalanan, Zara teringat pada buku kesayangannya, ia teringat bahwa tokoh - tokoh dan kejadian yang ada di buku itu sama persis dengan yang sedang ia lalui sekarang, dari nama 4 orang yang mengaku sebagai temannya, dan kejadian di mana mereka bermain ke rumah Leo, cerita itu ada di dalam buku yang ia baca tadi. Dan Alisha. Tokoh utama yang ada pada buku kesayangannya yang berjudul 'Lavender', di buku itu Alisha adalah perempuan yang cantik, memiliki kepribadian yang unik, Alisha adalah orang yang paling aneh dan unik diantara sahabat - sahabatnya, dia adalah matahari yang selalu tersenyum cerah walaupun ada masalah yang sedang ia lalui. Zara tidak menyangka ia masuk ke dalam buku ini, apalagi dia sekarang memerankan tokoh Alisha. Zara ingat sekali peristiwa - peristiwa yang terjadi di buku itu, Alisha yang nantinya akan di dekati oleh 2 laki - laki, 2 laki - laki itu bernama Khafi Abraham dan Haevan Raga Saputra, yang pada akhirnya Alisha harus memilih salah satu dari ke 2 laki - laki itu. Di dalam cerita buku itu, Alisha yang akhirnya memilih Khafi sebagai pasangannya membuat Haevan sedih dan menjauh dari Alisha. Zara yang saat itu adalah penumpang kapal Haelisha (Haevan&Alisha) juga ikut bersedih karena Alisha memilih Khafi. Lalu, apakah benar bahwa ia transmigrasi ke dalam buku lavender? Tidak Zara sadari, mobil yang ia tumpangi sekarang sudah tidak berjalan. Risa yang berada di sebelah Alisha pun meletuk "Woy Sha, ngapain lo daritadi ngelamun, ayoo turun udah sampe rumah Leo nih" "Oh iya - iya maaf" Alisha pun membuka mobil dan turun "Ayo guys masuk dulu, ntar gue minta teh niki bikinin minum" timpal Leo "Oke le" jawab Audine dan Milly Mereka bertiga duduk di ruang tamu rumah Leo, sementara Leo yang sedang mencari asisten rumah tangga nya dan meminta tolong untuk menyuguhi teman temannya yang datang untuk main. Saat mereka sedang duduk bersantai, Milly pun mengawali obrolan. "Eh Sha, gimana perkembangan lo sama Haevan?" "Eh iya, udah lama lo ga cerita soal kak Haevan" tambah Audine Ya, Haevan adalah anak kelas 12 di sekolah mereka, dan mereka adalah anak kelas 11, jadi Haevan adalah senior sekaligus wakil ketua osis di sekolah. "Eeee, gimana ya" Jawab Alisha bingung "Oy, lagi pada ngobrolin apa nih" Leo yang datang dengan membawa minum dan beberapa snack, Leo duduk dan menaruh nampannya diatas meja "Ini lohh, gue nanyain gimana hubungan Alisha sama kak Haevan sekarang" Jawab Milly "Oalah, terus gimana?" tanya Leo lagi "Jadi, gue sama kak Haevan masih ada hubungan sih, tapi rumornya kak Haevan lagi deket sama temen seangkatannya?" "Oh iya, gue pernah denger juga kalo ga salah tuh nama cewenya Irene" Timpal Risa "Oh kak Irene mah
gue tau" Leo dengan tidak santai nya membuka handphone dan menunjukkan sebuah foto yang ada di galerinya. "Ini loh kak Irene, gue tau dia karena pernah ikut olimpiade yang sama" "Woah, cantik" Kata Alisha "Iya sih cantik, tapi kan kak Haevan sukanya sama lo?" Timpal Audine "Mana ada, ga usah ngada - ngada deh Dine" Jawab Alisha sambil terkekeh Risa yang daritadi diam tiba - tiba teringat ingin memberi tahu kepada teman - temannya "Guys, gue lupa mau ngasi tau ke kalian, katanya ada anak baru mau masuk kelas kita, gue dikasih tau sama ketua kelas tadi" "Wah anak baru di tengah semester, anak donatur kali ya?" Leo menjawab sambil memakan snack "Iya kali Le, anak barunya cowo apa cewe nih?" Tanya Audine "Kenapa Dine? kalo cowo mau lo deketin?" Celetuk Milly "Hehehehehe" Jawab Audine cengengesan "Haha, kebiasaan lo Dine" Timpal Risa dan Alisha "Gatau sih gue, soalnya tadi ketua kelas cuman ngasi tau kalo ada anak baru, ngga ngasi tau selengkapnya" Jawab Leo tentang pertanyaan Audine "Yaa, kita liat besok" Tambah Risa Kriinggg kringg… Bel sekolah yang sudah berbunyi, tanda jam pelajaran sudah dimulai itu membuat Alisha yang terlambat menambah kecepatan berlarinya, 'Aduh mana ini mapelnya Bu Siska lagi, mati gue' pikir Alisha Alisha yang terburu - buru tidak sengaja menabrak seorang laki - laki "Eh, maaf gue lagi buru - buru, maaf yaa" Alisha yang berteriak sambil melanjutkan larinya "Alisha, kita ketemu lagi" Laki - laki itu bergumam "Oh sini nak, kamu anak barunya kan?" Tanya salah seorang guru "Iya, benar pak" Jawab laki - laki itu "Ayo sini saya antar ke kelas kamu, kamu sudah ke ruang kepala sekolah kan?" Tanya guru itu lagi "Baik, sudah pak" Jawab anak baru itu Alisha yang sudah sampai kelasnya langsung duduk di tempatnya dan bernafas lega "Huufft, astaga gue kira Bu Siska udah dateng" "Bu Siska ijin telat, katanya beliau njengukin ibunya sebentar di rumah sakit" Celetuk ketua kelas "Oh gituu" Jawab Alisha Terlihat Pak Anto(Wakil Kepala Sekolah) berjalan masuk menuju kelasnya dengan seorang laki - laki yang mengikutinya "Selamat pagi anak - anak" Sapa Pak Anto "Pagi pak" Jawab murid sekelas serentak "Baik, mohon perhatiannya semua, ini ada teman baru dari Bandung yang pindah ke sekolah ini dan masuk ke kelas kalian" "Silahkan perkenalkan dirimu nak" Perintah Pak Anto "Halo, salam kenal nama gue Khafi Abraham, biasa dipanggil Khafi" Perkenalan singkat dari anak baru itu membuat hening sejenak satu kelas Prok prokk prok…
"Oke, apa ada yang mau ditanyakan?" Tanya Pak Anto "Tidak Pak, Terimakasih" Jawab satu kelas "Nah, Khafi silahkan duduk di bangku kosong belakang sana" Kata Pak Anto sambil menunjuk bangku sebelah Alisha Alisha yang merasa bahwa anak baru itu tidak asing, seperti pernah melihatnya… Khafi pun menuruti perintah Pak Anto dan duduk di bangku yang sudah ditentukan. Ia melihat ke samping, ia mendapati seorang gadis yang sedang menatapnya dalam, Khafi yang bingung menunjukan ekspresi tanya nya dengan mengkerut kan dahinya. "Kita pernah ketemu ga sih?" Tanya Alisha "Iya, tadi lo yang nabrak gue di depan ruang kepsek" Jawab Khafi santai "Oh, maaf ya yang tadi hehe" Jawab Alisha Khafi menjawabnya dengan anggukan dan memfokuskan dirinya ke handphone 'Gila nih orang, dingin banget euy' Batin Alisha, ia harus menceritakan kepada teman - temannya nanti, pikirnya. Sementara teman - temannya yang ada di barisan lain melihat Alisha dengan pandangan yang tidak dapat di artikan. Kriiing kringg.. Akhirnya yang ditunggu - tunggu bel istirahat sudah berbunyi, Alisha langsung berdiri dan menghampiri teman temannya yang sudah berkumpul dibangku Risa "Guyss, ayo ke kantin gue laper banget tadi ga sempet makan" "Oke, cusss" Jawab Leo Mereka berjalan keluar kelas menuju kantin, di tengah jalan mereka bertemu dengan kakak kelas yang ternyata adalah kumpulan kak Haevan. Haevan yang melihat Alisha pun menyapa nya "Eh halo Alisha, lama ga ketemu " "Halo kak, iya gimana kabarnya?" "Alhamdulillah, baik" "Kamu mau ke kantin juga nih?" "Iya kak" "Oh yaudah bareng kita aja, gapapa kan guys?" "Gapapa" Jawab salah satu teman Haevan Mereka pun berjalan bersama menuju kantin, sesampainya di kantin mereka duduk di tempat kosong. "Lo mau pesen apa Sha, gue beliin" Kata Haevan "Eh, ga usah kak gue bisa beli sendiri, makasih" Jawab Alisha "Udah gue beliin aja gapapa, cepet mau pesen apa?" Paksa Haevan "Gue mau mie ayam sama es teh deh kak" "Oke" Jawab Haevan lalu pergi membeli makanan Saat Alisha dan teman - temannya sedang mengobrol, tiba - tiba Khafi bergabung dan duduk di sebelah Alisha dan menatapnya. Alisha yang ditatap pun bingung, "Kenapa?" Tanya Alisha Alih - alih menjawab, Khafi malah cengengesan dan terus menatap Alisha Lalu, Haevan datang dan membawa makanan pesanan Alisha dan makanannya. Haevan mengerutkan dahi melihat orang asing yang duduk di sebelah Alisha, "Ini siapa?" "Ini anak baru kelasku kak, kenalin namanya Khafi, dia pindahan dari Bandung"
"Oh gitu, terus kenapa lo disini, ngapain deket - deket Alisha?" Tanya Haevan ke Khafi yang daritadi diam "Ya terserah gue dong mau duduk mana, orang Alisha ga masalah gue duduk sebelahnya" Jawab Khafi Astagaa, apakah Alisha(Zara) akan sanggup menjalani kehidupan di sini? apakah dia harus menjalaninya seperti bagaimana yang tertulis? atau dia akan mengubah cerita itu seperti yang ia inginkan? Bersambung…
Genta Pentingnya membaca bisa diungkapkan melalui perjalanan tokoh yang menemukan pengetahuan, mengembangkan imajinasi, dan memahami beragam perspektif. Melalui cerita, pembaca dapat merasakan keajaiban dunia kata-kata. Di sebuah desa kecil, hidup seorang anak bernama Maya yang sangat bersemangat terhadap pendidikan. Meski akses ke sekolah terbatas, Maya tidak pernah kehilangan semangatnya untuk belajar. Setiap hari, dia menempuh perjalanan jauh ke perpustakaan desa untuk membaca buku. Maya menjadi inspirasi bagi anak-anak lain di desa tersebut. Suatu hari, dia mendirikan kelompok belajar sukarela untuk membantu teman-temannya yang kesulitan. Bersama-sama, mereka mengatasi kendala pendidikan dengan saling membantu dan memotivasi. Meskipun perjalanan ini penuh rintangan, Maya dan teman-temannya berhasil mengubah pandangan masyarakat tentang pendidikan
HUJAN DERAS DIKALA SENJA Hafzah Putri Suharlis, 9A/15 Suasana hening, angin deras dan burung-burung berterbangan kesana-kemari. Dan diatas bukit belakang kampusku, menjadi saksi, kesedihanku dimulai. Saat aku ingin menyusul Anne (Sahabatku) di bukit kampusku. Karena udah aku janjiin untuk memberinya sebuah hadiah berupaboneka dan bunga mawar putih yang sudah aku siapkan 1 hari sebelumnya. Karena saat itu adalahhari ulang tahunnya.Namun, hanya terbuang sia-sia penantianku untuk memberi Anne sebuah hadiah dariku. Karenasetelah aku sampai dibukit belakang kampusku, aku melihat Luca (Kakak tingkat Anne ) mengungkapkan perasaan nya pada Anne di tempat yang biasanya aku dan Anne selalu duduk berdua, bercanda bareng dan nyanyi bareng sambil melihat burung berterbangan dan melihat pemandangan seluruh kota.Rasanya baru kali ini aku merasa kecewa dan sedih. Aku bertanya-tanya dalam hatiku, apakah aku jatuh cinta pada Anne? Oh tuhan, jangan biarkan aku jatuh cinta sama Anne, dia hanya sahabatku bukan lebih dari itu. Aku enggak mau merusak persahabatanku dengan Anne cuman gara-gara perasaan sayangku sama dia. Tapi jujur aku gak bisa bohong kalo aku sayang dia. “Hai Anne…” jawab si Luca “Eh Kak Luca, kok tau Anne ada disini” Balas Anne “Iya… Kakak Mulai tadi Ngikutin kamu, mangkanya Kakak tau kamu disini” sahut si Luca “Oalah iya udah Kakak, duduk yuk, sambil temenin Anne, nungguin sahabatku si Rian” jawab Anne “Eeee, Anne sebenarnya Kakak kesini mau ngomongin sesuatu sama kamu” balas si Luca Sambil memegang tangan Anne, si Luca langsung mengungkapkan perasaanya pada Anne “Kakak Sejujurnya udah lama suka sama Anne, sejak waktu pelatihan basket itu. Kakak ingin Anne jadi pacar kakak, Anne bersediakah” ucap si Luca dengan wajah meyakinkan. Anne melepas tangan Luca “Aku bingung Kak, beri aku waktu iya, untuk menjawab semua ini” Anne membalasnya Dan si Luca pun mau memberi waktu pada Anne untuk menjawab perasaanya. Setelah kejadian itu, Aku pun pergi begitu saja, takut menggangu mereka berdua, serta membawa boneka dan bungamawar putih yang akan kuberikan pada Anne. Namun ditengah perjalanan menuju kostku, aku bertemu dengan Anne. “Cill… tunggu cill, eh kamu kemana tadi sih… aku tungguin kamu tadi di bukit, kok kamu gakdateng” jawab Anne dengan memberi senyuman padaku “HAPPY BIRTHDAY iya Anne, dan selamat buat tadi”, ini hadiah untukmu” dengan nada suara sedih dan wajahku agak pucat “Selamat apa sih cil, makasih iya hadiahnya, tapi kok wajahmu pucat, kamu sakit iya?” Balas Anne dengan mengusap wajahku “Enggak apa - apa kok Anne, mungkin kecapean, maaf ya tadi aku ga kebukit memberinya " balas aku dengan melepas tangan Anne yang mengusap wajahku “Iya udah cil, jaga kesehatan iya, oh iya besok bareng iya jalan ke kampus, kita jalan bareng, ada yang mau aku curhatin sama kamu . oke” jawab Anne padaku
“Iya udah, aku pulang duluan, Assalamualaikum” balas aku Paginya dengan suasana cerah di kota malang. Aku dan Anne jalan berdua menuju kampus,ditengah perjalanan, Anne menceritakan kejadian kemaren yang menurutku pahit itu padaku.Tentang Luca yang menyatakan perasaanya ke dia. “Eh cill… kamu tau gak, Kak Luca pemain basket yang keren itu di kampus kita” jawab Anne “Iya, tahu… Kenapa emang” guman aku “Kemaren pas aku nunggui kamu di bukit belakang kampus, dia menghampiriku tau gak cill, dandia nembak aku, bayangin Kak Luca udah keren pinter man basket, nembak aku, seneng raanya deh. ” Ucap Anne padaku. “Terus” jawab aku “Tapi aku belum jawab, aku butuh waktu Nyet, tapi aku pingin jadi pacarnya dia” jawab Anne Dengan balasan yang singkat, aku menjawabnya untuk menerimanya. “Iya udah terima aja” jawab aku Enggak terasa kamu berdua tiba dikampus.Saat perkuliahan selesai, aku menyusul Anne ke kelasnya, namun langkahku terhenti setelah melihat Luca di dalam kelas Anne dan melihat mereka berdua asyik bercanda, dan dengan lantangnya Anne berkata bahwa, dia mau jadi pacarnya Luca. “Kak, aku mau jawab, yang kemaren, sejujurnya aku juga suka sama kakak, dan aku mau nerimakakag jadi pacar Anne” ucap Anne pada Luca Dengan rasa kecewa dan sedih, aku langsung pergi dan lari menuju ke tempat aku biasa dengan Anne duduk berdua yaitu bukit belakang kampus. Saat itu aku tuangkan rasa kekecewaanku padaburung berterbangan, dan berteriak sekecang-kencangnya pada pemandangan yang luas di depanbukit itu. Dan setelah kejadian tersebut, sms dia, gak pernah aku bales, dan dia telefon juga gakpernah aku respon, dan sampai 1 bulan berjalan, akhirnya ku coba untuk menghubungi nomor Anne, namun ternyata nomor Anne sudah gak aktif lagi. Dan saat saat itulah aku merasa sepi. Anne yang selalu setiap malam mengucapkan, “have nice dream sahabatku nyet” sekarang gak ada lagi yang diucapkan. Entahlah, sekarang aku sudah lupakan Anne, Anne yang sekarang bukan Anne yang dulu pernah aku kenal. Gundah terlukiskan pada jati diriku saat itu.Dan setelah 2 minggu waktu berjalan tiba-tiba aku mendapatkan SMS singkat dari nomor yangenggak aku kenal. Dan kubuka message itu, ternyata Anne " Cil, aku ingin ketemu sama kamu, besok pagi.Ditempat biasa kita duduk bareng, canda bareng. Di bukit belakang kampus kita.Please datang. Anne sahabatmu” isi pesan singkat Anne. Saat itu rasanya aku malas untuk bertemu dengan Anne, Dan keesokan paginya, aku tetap tidakmerubah pikiranku untuk datang bertemu dengan Anne. Namun, saat hujan deras tiba dikala senja tiba. Anne mengirimku sebuah pesan lagi, saat itu hatiku luluh dan mau untuk bertemu dengan Anne. “Persahabatan yang abadi adalah persahabatan yang tanpa rasa benci dan amarah, Persahabatan yang abadi adalah persahabatan dengan rasa sayang yang saling tidak membedakan. Sebuah kata tulus dariku, memang gak ada arti bagimu, namun izinkan aku tuk meminta maaf padamu, walaupunhanya sebentar saja, kamu bertemu denganku, hujan deras ini tidak akan membuat aku resah untuk menunggumu” SMS dari Anne untukku
“Maafkan kesalahanku cill, aku tau, Maafkan aku, aku juga sayang kamu” Sahut Anne dengan menangis. “Hust jangan mewek, jelek tau, iya udah, sekarang kita kembali seperti dulu, mulai menjadi sahabat yang seperti dulu, bercanda, nyanyi bareng di bukit ini, bukit istimewa ini” balas aku dengan tawa Chandra Sang Rembulan Saat datangnya malam, Nabastala mulai mengelam, Hadirnya sang Lintang selalu jadi dambaan, Indurasmi mulai menerangi bumi, Lautan tenang memantulkan magata, Chandra sang rembulan mulai menampakkan diri, Menggantikan Bagaskara bersanding dengan Nabastala Nabastala: langit Lintang: bintang Indurasmi: sinar rembulan Magata: bayangan bulan diair Chandra: bulan Bagaskara: matahari _ _ Alam Lestari Matahari terbit dari balik gunung, Menyinari bentang alam dengan ,sinar hangatnya, Hutan asri yang subur dan teduh, Menjadi rumah bagi ragam flora dan fauna, Burung burung bernyanyi diiringi semilir angin, Suara gemericik air sungai yang mengalir, Menjadi alunan musik indah dari sang alam lestari, Karya Tuhan yang tak ternilai dan merangkul si Anne Dan Akhirnya, aku dan Anne kembali menjadi sahabat yang utuh lagi, dan tempat bukit ini menjadi saksi, Aku dan Anne menjadi sahabat lagi setelah mengalamai perpecahan akibat keegoisan masing-masing, Hujan deras dikala senja saat itu menjadi bagian terpenting dalam sejarah persahabatanku dengan Merry. Dan ternyata Anne masih menungguku mulai tadi pagi, Ya tuhan… apakah dia sudah makan, apakah dia baik-baik saja, Pikirku saat itu. Saat itu aku langsung menuju ke bukit belakang kampus,dan gak peduli hujan deras turun, aku segera pergi menemui Anne. Sesampai di bukit, terlihat Anne duduk sendiri, dengan pakaian Merah meronanya yang basah kuyup. “Maafkan aku Anne, maafkan keegoisanku” jawab aku dengan memegang pundak Anne Dan Anne pun berdiri, dan saat itu Anne pun memelukku, dengan menangis dan meminta maaf padaku. “Aku kangen kamu cill, maafkan aku” Jawab Anne padaku “Iya udah lupakan saja, Jangan menagis lagi, bagaimana dengan Luca apakah baik baik saja hubunganmu dengan dia” Jawab aku dengan mengusap air mata Anne “Cill, aku udah putus sama Luca, aku baru tau kalo Luca adalah cowok dari teman Runi, dan sekarang Runi menjauhiku, garagara tau kalo aku pacaran sama Luca” balas Anne padaku sambil menangis. “Iya sudah jangan menangis harus perlu kau tau sejujurnya saat kamu pertama kali ditembak sama Luca, saat itu aku kecewa dan sedih, Jujur hatiku gak bisa bohong, kalo aku sayang kamu,meskipun kita sahabat, tapi rasa sayang ini begitu kuat, aku tak mau, kehilangan sahabat sepertimu Anne” jawab aku
"Buku-ku, Karpet Terbang-ku" Kandiraras Ajeng Gumpalan awan hitam yang sedari tadi menggantung diatas langit kini mulai meneteskan airnya. Tetes demi tetes rintik hujan turun membasahi bumi pertiwi, menyamarkan air mata seorang gadis yang duduk ditepi halte bus sekolah. "Huftt.. Gagal lagi, gagal lagi!" umpatnya pada dirinya sendiri. Vivian tampak kesal hari ini. Pasalnya, situs pendaftaran pertukaran pelajar itu kembali menolak lampiran essay yang dia kirim. Sudah tiga kali hal ini terus berulang di bulan ini. Hari ini, nampaknya, adalah hari dimana ia memutuskan untuk mengangkat tinggi tinggi bendera putihnya. Vivian menyerah. "Gini amat sih mau ikut pertukaran pelajar!" Vivian kembali mengumpat ketika sebuah notifikasi pop-up muncul pada layar handphone-nya. Rupanya itu Lia, sahabat seperjuangannya mengirimkan pesan via whatsapp "Vi, essay buatanku diterima. Aku lolos seleksi!" "Wah, selamat :)" Begitu ia mengirim ucapan selamat kepada sahabatnya, Vivian mematikan gawainya. Ia menutup mukanya dengan kedua tangannya dan mulai menangis lebih keras. Tak ada yang peduli dengan keadaan hatinya. Sore itu, orang orang berlalu lalang, berusaha menjaga diri mereka dari guyuran air hujan yang semakin deras. "Mengapa harus Lia yang diterima?!" Vivian mengusap air mata yang turun dari sepasang mata sembabnya, "Mengapa bukan aku? Padahal, kami berjuang bersama dari nol. Kami sama sama belajar demi bisa mendapatkan nilai tertinggi. Kami mengikuti lomba. Kami sama sama meraih prestasi. Mengapa hanya Lia yang diterima?!" Vivian menangis sesegukan. Hatinya hancur ketika ia kembali mengingat masa masa perjuangannya bersama sang sahabat. Tentu saja Vivian merasa iri pada Lia. Hatinya bertanya tanya, perihal apa yang membuatnya tertolak berkali kali? Pikiran yang mulanya kacau balau kini perlahan mereda. Namun ia masih menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalannya. Kini, Vivian menatap hampa pada jalanan becek yang sepi dari kendaraan beroda. Gemuruh petir yang mulanya bersaut-sautan dengan hebat kini sudah tak terdengar lagi. Hujan yang mengguyur deras perlahan mereda menjadi gerimis yang bersahabat. Orang orang berjalan keluar dari tempat perteduhannya, menggenggam sebuah tongkat yang menyangga kain berbentuk bulat diatas kepala mereka yang mereka sebut dengan payung. "Koran koran.. 2 ribu saja, dibeli pak, korannya.." memanggilnya Wendy. Dan namaku adalah Penny. Kami berdua adalah anak anak penjual koran dari Panti Asuhan Kasih Pelita."
Penny kemudian mulai bercerita tentang kehidupannya di Panti Asuhan. Keadaan ekonomi induk semang yang sedang kritis membuat mereka mau tidak mau harus berkeliling kota untuk menjual koran. Vivian teringat akan keadaan negerinya yang miris. Kepedulian pemerintah terhadap lembaga kesejahteraan sosial masih sangat rendah. "Ibu panti kami adalah mantan jurnalis, kak, dia memiliki mesin cetak koran digudang. Baru baru ini, Ibu mengajari kami untuk mengumpulkan, mengetik, dan mencetak berita. Nih, hasilnya," gadis itu tertawa riang sembari menunjukkan barang dagangannya. "Oh iya, tak cuma itu, setiap seminggu sekali Ibu selalu membawa kami mengunjungi perpustakaan," Penny semakin asik bercerita, kata demi kata yang ia keluarkan semakin membuat Vivian tertarik dan ingin berlama lama mendengarkannya. Penny mengeluarkan sebuah buku bersampul biru tua dengan tulisan besar ENSIKLOPEDIA dari tasnya, "Aku mungkin tidak akan pernah bisa memiliki kesempatan untuk melihat dunia secara langsung, itu sebabnya aku punya ini. Kata Ibu, buku adalah jendela dunia, buku membantuku melihat segalanya, kak" Vivian sedikit tidak setuju akan hal itu, mengapa? Karena menurut pemikirannya, sebuah buku ditulis berdasarkan satu sudut pandang : sudut pandang penulisnya. Hal tersebut Lamunan Vivian buyar ketika pandangannya menyorot keberadaan seorang anak kecil diseberang jalan. Anak itu berperawakan kurus kering. Sedikit lebih pendek jika tingginya dibandingkan dengan tinggi badan Vivian. Ia mengenakan setelan baju lusuh. Terdapat banyak kain tembelan pada baju yang hampir luntur warnanya itu. Tak lupa dengan sebuah tas besar berisi koran yang ia bawa dipundaknya. Bisa disimpulkan bahwa dia adalah seorang bocah jalanan yang dipaksa untuk berjualan koran demi bertahan hidup. "Korannya pak, dibeli, ya?" "Nggak dek, maaf ya.." tolak pria paruh baya tersebut Hati Vivian terenyuh seketika. Menyaksikan kejadian yang baru saja terjadi didepan matanya. Penolakan pria itu nampaknya tak mematahkan semangat hidup yang menggelora dihati bocah penjual koran tersebut. Ia kembali menawarkan dagangannya pada orang orang yang berada disekitarnya, setia dengan senyuman kecil diwajah ramahnya. "Kakak mau beli koran?" Vivian menoleh, seorang anak dengan penampilan sama lusuhnya seperti si bocah penjual koran yang pertama telah lama berdiri disebelahnya tanpa ia sadari. "Dari tadi saya memperhatikan kakak, rupanya kakak sibuk melihat teman saya yang ada disana," anak itu menunjuk bocah penjual koran yang masih sibuk mencari pembeli, "Kami seakan menumbuhkan semangat Vivian untuk membawa Penny dan anak anak panti lainnya melihat dunia secara langsung. "Akan aku beli semua koranmu!" Penny tersentak ketika Vivian mengatakan hal tersebut.
"Eeh.. Kak, itu terlalu banyak!" Sahut Penny ketika Vivian mengeluarkan selembar uang kertas berwarna merah, "Tak apa, simpan saja sisanya untuk beli buku baru." Vivian berdiri dari kursi halte tempat dimana ia duduk berjam jam sebelumnya. Dengan wajah sumringah, ia meraih sebuah koran dari genggaman Penny, "Tolong bagikan koran koran yang lainnya buat mereka yang lebih membutuhkan, aku hanya akan ambil satu," Vivian tersenyum melihat wajah kebingungan Penny, "Tunggu aku, Penny. Beberapa tahun lagi aku berjanji akan mengajakmu keliling dunia!" Vivian berlari pulang kerumahnya, meninggalkan Penny yang masih mempertanyakan maksud dibalik aksi Vivian. Lima tahun telah berlalu. Vivian Atlananda, bukan lagi seorang siswi SMA yang putus asa, melainkan seorang sarjana lulusan terbaik Universitas Harvard, Amerika. Vivian kini mengabdikan dirinya pada sebuah lembaga kemasyarakatan yang bertanggung jawab atas kehidupan sejahtera anak anak diseluruh dunia. Masih ingat dengan Penny? Ya. Lima tahun yang lalu, sore itu, Vivian merasakan api semangat kembali berkobar dalam dirinya. Jika aku menyerah sekarang, siapa yang akan menjamin masa depan anak anak yang berpotensi seperti mereka? Begitulah pikirnya. Vivian kembali merancang essay-nya dengan isu yang ia angkat dari halaman koran redaksi anak anak Panti Asuhan Kasih Pelita. Ia menambahkan gagasan tentang kehidupan sosial disekelilingnya. Essaynya menyindir bagaimana negaranya berjanji memenuhi hak lahir seorang warga negara sedangkan masih ada seseorang yang harus bertahan hidup dengan memberdayakan segala sumber daya yang ia punya, tanpa bantuan dari pemerintah. Hal ini nampaknya berhasil menarik perhatian pihak komunitas pertukaran pelajar. Viviam lolos dengan predikat yang cukup menjanjikan. Ia ditempatkan di Universitas Harvard untuk memperdalam ilmu pengetahuan sosialnya. Selama menjadi seorang mahasiswi, Vivian juga banyak melibatkan dirinya dengan kegiatan volunteer atau sukarelawan. Ia terbang ke Afrika untuk bertemu dengan para warga pedalaman, menjelajahi hutan Arizona demi membacakan dongeng untuk anak anak dari suku Navajo, dan melangkahkan kakinya di tanah Palestina guna menyalurkan bantuan. Salah satu program kerja yang merupakan syarat kelulusan Vivian menarik minat para pemerintah. Kini, nama Vivian Atlananda dikenal sebagai nama seseorang yang berhasil sukses diusia muda. Vivian kembali melangkahkan kaki di tanah kelahirannya, Indonesia. Ia kembali untuk menebus janjinya kepada bocah berusia sepuluh tahun yang berhasil menariknya dari ambang keputusasaan lima tahun yang lalu. Vivian mengetuk pintu kayu panti asuhan tersebut. Tak lama kemudian, gagang pintu berputar. Pintu dibuka, menampakkan seorang gadis berpenampilan serba apa adanya dengan sebuah buku ensiklopedia dalam genggamannya. "Penny, ayo ikut aku keliling dunia."
Karya Lukis Kayla Cinta Ramadhani
“Matahari di Balik Awan” Marcel Delvino 9A/19 Di sebuah desa kecil, Bowo adalah seorang anak yatim piatu yang hidup bahagia bersama neneknya, Nyai Siti. Meskipunhidupnyasederhana, bowobelajarbahwa kebahagiaan sejati ada di dalam hati, seperti matahari yang selalu ada di balik awan. Kejadian ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati adalah cinta dan kebahagiaan dalam hati.Selama beberapa tahun berikutnya, bowo dan Nyai Siti menjalani kehidupan mereka dengan penuh kebahagiaan. Mereka menghadapiberbagai rintangan bersama, tetapiselalu melihatsisi baik dalam setiapsituasi. bowo tumbuh menjadi pemuda yang bijak dan penuh empati, menjalani hidup dengan rendah hati. Dia membantuorang-orangdidesanyadalamberbagai cara, dari membantu di sawah hingga mengajar anak- anakmembaca. Kisah kehidupan bowo menjadi inspirasi bagi banyak orang di desanya. Mereka belajar bahwa kekayaan sesungguhnya adalah bagaimana kita membagi cinta dan kebaikan dengan sesama, bukan seberapa banyak harta yang kita miliki. Dalam akhir cerita, bowo dan Nyai Siti duduk di bawah pohon tua, senyum bahagia terpancar di wajah mereka. Mereka tahu bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan di dalam diri, dan bahwa kehidupan sederhana mereka adalah anugerah yang luar biasa
Hutan yang Hidup Kembali Rizqi Novarizi 9A/20 Di sebuah desa kecil yang terletak di lereng bukit, ada sebuah hutan tua yang dulu subur. Namun, selama bertahun-tahun, hutan itu telah terlupakan. Pohon-pohon gugur, dan hutan itu menjadi semakin tandus. Suatu hari, seorang anak bernama agus datang ke desa itu. Dia sangat peduli tentang lingkungan dan ingin melakukan sesuatu untuk menyelamatkan hutan tersebut. Agus berbicara dengan penduduk desa dan mengajak mereka untuk membantu menghidupkan kembali hutan tersebut. Bersama-sama, mereka memulai proyek restorasi hutan. Mereka menanam ribuan pohon, membersihkan sampah, dan menjaga hutan dengan cermat. Setiap minggu, lebih banyak orang bergabung dengan mereka, termasuk anak-anak dari sekolah setempat. Awalnya, perubahan tidak terlihat, agus dan masyarakat setempat tak pernah menyerah. Mereka merawat hutan itu selama bertahun-tahun, memberikan waktu bagi alam untuk pulih. Perlahan, tanda-tanda kehidupan muncul. Bertahun-tahun berlalu, dan akhirnya hutan itu mulai pulih. Pohon-pohon yang ditanam tumbuh subur, binatang-binatang kembali ke habitat alaminya, dan sungai yang mengalir di hutan itu menjadi bersih kembali. Hutan itu hidup lagi, dan desa itu menjadi terkenal sebagai tempat yang peduli terhadap lingkungan. Masyarakat sekitar melihat perubahan ajaib ini dan bergabung dengan upaya pemulihan hutan. Mereka bekerja sama dalam menjaga hutan dan melindungi satwa liar yang kembali. Agus dan penduduk desa belajar bahwa dengan usaha bersama, mereka dapat mengubah nasib hutan mereka. Mereka menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan memberi contoh kepada dunia bagaimana kerja keras dan cinta kepada alam dapat mengubah segalanya.
Perjalanan Sehat Muhammad Bagjaraya 9A/21 Di sebuah desa kecil bernama Sejahtera, hiduplah seorang pemuda bernama Rama. Rama selalu memperhatikan kesehatannya, dia gemar berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Namun, suatu hari, Rama jatuh sakit. Dokter desa, Dr. Siti, segera memeriksanya. "Kamu butuh istirahat dan perlu makan makanan bergizi," kata dokter dengan lembut. "Terlalu banyak aktivitas fisik tanpa istirahat bisa menyebabkan tubuh melemah. Rama mematuhi saran dokter. Dia beristirahat dengan tekun dan mengonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Setiap pagi, dia berjalan di sekitar desa untuk mendapatkan udara segar. Selama beristirahat, Rama bertemu dengan Kadek, seorang nenek bijak yang tinggal di desa tersebut. Kadek membagikan rahasia kesehatannya padanya. "Selain makan sehat, kamu juga perlu menjaga pikiran dan jiwa agar sehat. Bermeditasi dan berolahraga ringan seperti yoga dapat membantumu mencapai keseimbangan." Rama pun memutuskan untuk mencoba saran Kadek. Setiap sore, dia duduk tenang di bawah pohon tua dan fokus pada pernapasannya. Itu memberinya ketenangan pikiran yang dia butuhkan. Selain itu, Rama juga mulai berlatih yoga. Gerakan-gerakan lembut membantu memperkuat tubuhnya dan memberinya energi baru. Dia merasa semakin sehat dan bugar. Beberapa minggu berlalu, Rama pergi ke dokter untuk pemeriksaan tindak lanjut. Dr. Siti tersenyum melihat perubahan positif. "Kamu telah melakukan hal-hal yang tepat, Rama. Menjaga kesehatan adalah investasi terbaik untuk masa depanmu." Rama kembali ke desa dengan semangat baru untuk menjaga kesehatannya. Dia menyadari bahwa kesehatan bukan hanya tentang tubuh fisik, tetapi juga pikiran dan jiwa yang seimbang. Seiring waktu berlalu, Rama menjadi teladan bagi warga desa Sejahtera. Mereka juga mulai menghargai pentingnya menjaga kesehatan secara holistik. Kisah Rama mengajarkan bahwa kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Dengan perhatian dan tindakan yang tepat, kita dapat memastikan bahwa kita mampu menjalani hidup dengan penuh vitalitas dan kebahagiaan.
PERGI TANPAMU Naffa Dwi Aprillia 9A Alzena terlahir sebagai anak kedua, ia gadis yang cantik, humoris dan ramah. Setiap orang kagum padanya, ia selalu tersenyum kepada orang orang, walaupun tidak tahu betul siapa orang itu. Walaupun begitu, disisi lain Alzena selalu mengalami hal aneh, setiap ia tertidur selalu melakukan kegiatan di dunia lain, tentang hal ini ia hanya bercerita kepada kak Bianca tak ingin orang tua nya tahu. Karena sebagian mimpinya buruk, jarang ia mendapat tempat yang indah dan baik. Kak Bianca memang sudah mengetahui semua hal itu dan menitipkan sebuah buku yang mungkin berisi sebuah mantra dan tata cara keluar dari dunia lain. Setiap Alzena tertidur, harus membawa buku itu agar saat ia terbangun di dunia lain sudah memegang buku tersebut. Karena bisa saja saat berlama di dunia lain, ia tak bisa keluar. Karena biasanya ia terbangun begitu saja dan semua keanehan itu berakhir. Namun ia tak pernah meninggalkan buku itu, suatu hari jika ia meninggalkannya apa yang akan terjadi? Alzena tinggal bersama kakak serta orang tua nya. Ia tinggal di rumah yang cukup asri dekat dengan bukit dan di belakang rumahnya nampak pemandangan yang sangat indah. Sungguh pagi hari yang cerah. Matahari menyinari Bumi, udara yang sejuk terus berhembus Alzena terbangun oleh keindahannya. Dengan mata yang buram, ia menatap jam sambil mengedipkan matanya. "eumm, itu jam berapa ya?" belum terlalu terlihat jelas, ia pun mencoba melihat lagi. Ternyata sudah pukul 06.40. "ya ampun kenapa kakak tidak membangunkanku, aish sudah pasti telat" katanya. kebetulan hanya kakak yang ada di rumah, karena ayah dan bunda sedang ke luar kota. Memang mereka jarang pulang ke rumah, banyak kerjaan yang harus diselesaikan Ia bergegas turun dari tempat tidurnya. Mengambil handuk, dan segera menuju ke kamar mandi. Setelah selesai bersiap, tidak lupa ia menggunakan skincare untuk wajahnya yang halus itu. Ia pun keluar kamar untuk sarapan. Ternyata makanan sudah siap di meja makan, kakak juga berada di meja makan. Dengan wajah yang sangat marah Alzena mengatakan "kakak itu bagaimana sih? tidak membangunkanku, sudah telat ini pasti aku harus mengisi dispo". Kak Bianca tersenyum dan mengatakan "ya kamu itu harus mandiri, dari tadi alarm kamu juga sudah bunyi kan? makannya kalo tidur jangan terlalu larut malam" kata kak Bianca dengan tegas. Kak Bianca memang orang yang sangat mengutamakan logika, ia pun suka menguji orang terdekatnya. "Iya iya memang aku yang salah" jawabnya dengan nada yang pasrah. Setelah ia sarapan dengan kakak, ia pun segera pergi berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah memang benar, gerbang sekolah sudah di tutup dan Alzena bisa masuk dengan mengisi dispo terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi, "ini pak, sudah ya" ucap Alzena dengan menunjukkan hpnya itu. Akhirnya Alzena dapat segera masuk ke kelas. "Huft untung saja pak faiz belum masuk" katanya sambil menghembuskan nafas. Teman Alzena yang bernama Valerine, woji, dan Adeline bertanya tanya. "Loh aku kira tadi hari ini kamu ga masuk zen", "ih iya tau", "ternyata telat, his" ucap mereka bertiga dengan sedikit ledekan. Alzena pun menjawab "iya nih aku telat, tadi malam tidur jam 2 sih hehe". "Yahh kamu mah, pantesan zen zen" ucap Valerine sambil menggelengkan kepalanya. Pelajaran pun dimulai, mereka mulai menempati tempat duduk masing-masing. Hari itu pelajaran pak Faiz, membahas tugas sebelumnya dan untung saja Alzena sudah mengerjakan tugas tersebut. Alzena, Valerine, dan Woji hanya bersantai. Hari itu mungkin hari yang sangat sial bagi Alzena dan membuat temannya merasa sangat panik. Karena tiba-tiba Alzena jatuh pingsan begitu saja, padahal awalnya ia tidak kenapa-kenapa. Sudah beberapa kali mencoba dibangunkan tetapi Alzena tak kunjung bangun. Valerine mencoba menelpon kak Bianca, untung saja ia segera mengangkat nya. Akhirnya pun, dilarikan ke rumah sakit. Tetapi anehnya, dokter mengatakan bahwa Alzena hanya kelelahan dan kurang makan sehingga lemas dan tidak berdaya tetapi tdak ada penyakit lain di tubuh Alzena. "Mana mungkin? sangat aneh" "Dia cuma kecapean, masa selama ini pingsan nya" ucap kakaknya keheranan. Di sisi lain, kak Bianca
berpikir bahwa ia mengalami hal yang telah diceritakan Alzena? Setiap ia tertidur selalu berada di dunia lain. Benar saja, di dalam tidurnya Alzena merasa bangun dengan mengedipkan matanya berkali kali, bertanya tanya dengan penuh keheranan "Hah? tempat apa ini? apakah halusinasiku saja? mengapa bisa aku ada disini? bagaimana bisa?", banyak pertanyaan dari mulutnya. Sebenarnya hal ini sudah beberapa kali terulang, namun ini saja yang berbeda makannya ia sedikit keheranan di dunia ini sangat indah jarang sekali ia mendapati tempat seperti ini. Ia melihat pepohonan yang sangat tinggi, semak belukar, penuh kehijauan, kupu yang bertebangan dari berbagai arah, baginya itu adalah tempat yang sangat indah. Namun, Alzena belum juga sadar apa yang telah dialaminya. Ia mulai berdiri dan menyusuri tempat tersebut. Ia terus berjalan maju dan melihat sekeliling, jika saja ia membawa sebuah handphone pasti akan mengambil gambar sebanyak banyaknya. Tempat itu sangat indah, ada beberapa binatang yang memang tak ada di dunia nya, sedikit besar mempunyai sayap yang indah yang tak pernah ia lihat. Tanaman hitam seperti rumput namun sangat tinggi menutupi jalan yang ada di depan Alzena "ih apa sih ini aku tak pernah melihatnya" ia berusaha membukanya walaupun sangat sulit. Matanya pun tertuju pada danau yang sangat luas tetapi warna danau tersebut seperti warna laut yaitu biru indah dan bening. Ia menikmati suasana sejenak menghela nafas dan menghirup udara sekitar "aku memang tak tahu tempat apa ini namun mengapa dengan aku disini merasa sangat tenang?". Burung burung berterbangan di atas danau dan menghampiri Alzena. Ia menghabiskan waktu sejenak di tempat itu berlarian kesana kemari bersamaan dengan kicau burung, binatang binatang di dekat danau ikut merayakan kesenenangan Alzena walaupun Alzena sendiri tak tahu nama hewan tersebut "yang pasti hewan itu sangat cantik, mungil, nan suaranya nan indah" kata Alzena. Langit waktu itu yang memang indah membuat Alzena merebahkan tubuhnya dan menatap sejenak "warna langit disini beda ya dengan di dunia? di sini indah juga ternyata, lebih dari indah" ucap Alzena dengan menatap seri langit kala itu. Sudah puas ia menikmati keindahan itu, ia pun bangun dan melihat sekitar "em kemana lagi ya? coba ah lihat di sana" katanya sambil berjalan menuju arah yang ingin ia tuju. "Wahhhh apaa iniiii?! Lucu sekaliiii!!!" dengan rasa kaget dan keheranan Alzena menatap apa benda yang ada di depannya itu. Ternyata seekor hewan kecil menatap Alzena dengan mata indahnya warna nya yang putih kebiruan matanya yang berwarna biru laut menatap tenang Alzena. Bentuknya seperti Pegasus malahan mirip sekali, namun ini berukuran lebih kecil. "Bagaimana bisa kau se indah ini? boleh aku tahu namamu?" tanya nya dengan halus. Kelebihan Alzena yaitu ia bisa berbicara dengan hewan. "Hai, namaku Caily indah kan? jika kau? siapa namamu?" ucap binatang kecil itu. "Hahahaha sangattt indahhh, namaku Alzena" jawab Alzena "Wahhh cantik seperti orangnya" "hah? masa sih, bisa aja kamu Cai" jawab Alzena dengan muka memerah. "Hehehe iya" "omong omong kamu sendiri?" tanya Alzena. "Tidak, aku bersama teman teman, aku kesini karena mendengar suara kicauan burung yang bersamaan" jelas Caily. "Ohh begitu ya, mereka dari tadi bermain bersamaku" "Kakak ya yang membuat mereka berkicau? karena kedamaian kakak" "Memang bisa seperti itu?" "Bisa, hewan selalu mengerti sifat manusia dan merasakan perasaan manusia" Alzena terdiam sejenak tenang dalam pikirnya bahwa dengan makhluk yang memang tak pernah ia temui bisa setenang ini. "Terimakasih Caily" jawabnya dengan senyum hangat. "Maukah kau berteman denganku?" Tanya Alzena Dengan senyum tulus Caily menjawab "mengapa aku tak mau? berteman orang baik sepertimu" "Sekarang kita berteman yaaa?" kata Alzena sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Caily membalas dengan mengacungkan jari kelingking miliknya. "Nanti jika ingin memanggilku tepukkan tanganmu 2 kali ya, aku ingin kembali ke rumah" ucap Caily.
"Oke sampai nanti" jawab Alzena sambil melambaikan tangan. Tak terasa, langit sudah mulai gelap, ia merasa takut karena tempat itu bebeda dengan yang semula, jika malam terasa sangat sunyi dan menyeramkan. "Binatang malam suaranya mengerikan ya?" ujarnya. Tiba tiba saja Caily si hewan lucu itu berlari menuju Alzena, dengan nafas ter engah engah berkata "aku lupa memberi tahumu sesuatu, jika kau mendengar suara siul dan tiba tiba saja tanah bergetar, sembunyilah ke dalam Goa atau lubang pohon yang ada di sekitarmu". "Memangnya kenapa Cai? di sini ada apa?" tanya Alzena Belum selesai mencerna maksud perkataan dari Caily tetiba saja hal yang sedang mereka bicarakan terjadi. Saat ia mendengar siulan itu, Caily berkata "ikuti aku, cepat!" Alzena segera mengikutinya dan terus berlari. Hingga mereka sampai ke suatu Goa yang cukup kecil bisa untuk mereka bersembunyi, saat siulan sudah reda tanah mulai bergetar. "Diam sebentar ya kak Zen jangan bersuara" bisik Caily. Alzena menganggukkan kepalanya dan mengacungkan ibu jari nya. Setelah beberapa lama, suara itu akhirnya menghilang "Cai, sudah bisa bicata belum" bisik Alzena "Hahaha sudah kak, tidak usah berbisik lagi, makhluk itu sudah benar benar hjlang" jawabnya Di situasi yang mencekam ini, Alzena baru ingat "bukunya?!" "buku tentang tata cara keluar dari dunia ini? ga aku bawa?!" bagaimana bisa ia melupakan buku yang memang perannya sangat penting untuknya. "kok bisa sih? ahh pasti gegara buru buru tadi" Alzena benar benar tak bisa berpikir lagi, ia mondar mandir seperti orang kebingungan, memikirkan bagaimana nanti jika ia terjebak. "bagaimana aku? siapa yang akan menolongku" katanya dengan nada ketakutan. Caily hanya bisa terdiam karena tak tahu apa yang sedang dibicarakan Alzena, ingin bertanya tapi raut muka Alzena sangat panik. Caily memutuskan untuk menenangkan "Kak Zena? tenang dulu ya? berpikirlah dengan tenang" "Aish maaf ya Caily aku benar benar panik, hanya buku itu yang bisa menolongku" "Buku apa? aku tak tahu betul maksudmu" tanya Caily "Ah iya dari tadi aku hanya mengoceh dan tak menjelaskan padamu ya, jadi buku itu adalah satu satunya buku yang bisa mengeluarkan aku dari duniamu ini, aku dari dunia lain Caily" jelasnya. "Jadi kamu dari dunia lain? berarti waktu kita tak lama" jawabnya dengan raut muka yang sedih. "Iyaa Caily, tapi aku tetap bersamamu" jawabnya menenangkan Sementara itu, di dunia nyata Kak Bianca terus saja khawatir. Karena tanpa kita sangka Alzena sudah tak bangun dari 5 hari yang lalu. Mengapa terhitung di dunia nyata sangat lama padahal di dunia lain ia hanya berjalan menyusuri hutan saja. "Apa mungkin ia terjebak? Dan kesusahan untuk kembali?" tanya kak Bianca kebingungan. Kak Bianca belum menghubungi Ayah dan Bunda, Bianca tak mau membuat mereka khawatir dan menambah pikiran mereka. "Ayah dan Bunda pasti sedang sibuk dan banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan, aku takut membuat mereka khawatir" ujarnya. Berpikir apakah ia harus menunggu atau mencari tahu bagaimana caranya berkomunikasi dengan Alzena di dunia lain. Teringat akan suatu hal "buku itu?" ucapnya dengan kaget, benar benar kaget hingga nge freeze. "Hah? yang bener please Alzena?!" ucapnya sedikit marah menatap Alzena yang sedang tertidur itu. "Pasti ia tak bisa keluar sampai selama ini karena tak membawa buku itu" "Bagaimana cara aku mengantar buku itu?" tanya nya diliputi rasa resah. Di sisi lain, Alzena dan Caily mencoba keluar dari Goa dan perlahan berjalan kedepan "sungguh, gelap sekali" Alzena memutuskan untuk mencari alat penerang. "aku harus mencari batu dan kayu, sepertinya cukup membantu" ujarnya. "Memangnya kau tak tahu kelebihanku ya kak Zena?" tukas Caily "Memangnya apa?"
"Mulutku dapat mengeluarkan api loh, jadi kau tinggal mencari kayu saja untuk membuat obor" ucapnya sambil tersenyum lebar. "Wahh okelah kalau begitu" Alzena menundukkan kepalanya dan mencari batu dan kayu di raba raba nya semak semak itu dan akhirnya "nahh ini dia!" ucapnya dengan senyum manis. Ia mendapat 3 kayu dicarinya lagi ternyata terdapat 2 kayu totalnya 5 kayu. Segera memberikan 1 kayu kepada Caily, sisanya ia simpan. "Ini kayunya, mana apimu" Alzena menantang. "Huaaaaa" "Hahaha karena kamu masih kecil, apinya kecil tapi lama lama besar juga sih" ejeknya "Masih mending aku bantu ya" jawabnya dengan nada marah. Alzena masih memikirkan hal tadi, sebenarnya makhluk apa itu, kenapa bisa tanah sampai bergetar seperti itu. Sambil berjalan mereka berdua membicarakan hal tadi. "Tadi tuh apasih Cai?" tanya nya "Ohh itu namanya Frank aku tak tahu ia jahat atau tidak tapi aku sangat takut padanya, dirinya sering terbang menyerupai kelelawar namun berbentuk raksasa. Wujudnya digambarkan dengan kepala mirip kera, mata yang besar hitam, cakar besar, pada lengan tubuhnya dipenuhi bulu berwarna abu-abu dan mempunyai sayap panjang dengan bentangan mencapai 3 meter" jelasnya sambil memperagakan bagaimana bentuknya "Wah kelihatannya menyeramkan Cai" "Ya memang kak…" ujarnya. Caily memgajak Alzena untuk bermalam di rumahnya, karena keadaan diluar sangat menyeramkan jika malam tiba. Setibanya di rumah Caily, Alzena berkenalan dengan orang tua Caily, dan teman teman nya. Nah, kedua orang tua Caily sangat mirip dengan Pegasus tak ada bedanya. Kedua orang tua nya menyambut dengan ramah, dihidangkannya sedikit buah buahan bagi Alzena itu sudah lebih dari cukup. "Merepotkan sekali, saya sangat berterimakasih" "Kau pasti kelaparan, silahkan makan ini" sambil menyuguhkan sebuah apel. "Baik, selamat makan" "Ya silahkan" jawabnya dengan senyum hangat. Di dunia nyata, kak Bianca ternyata sudah memberi tahu Ayah dan Bunda. Mereka segera melakukan perjalanan pulang, Bianca sudah berpesan jangan terburu buru. Bianca cemas dengan mereka jika panik pasti akan terburu buru. Sambil menunggu Ayah dan Bunda, Bianca kembali ke rumah untuk mengambil buku Alzena itu. Ia pulang ke rumah mengambil pakaiannya, alat mandi, keperluan lain. Tak lupa buku milik Alzena. Seusai mengambil buku, Bianca kembali ke rumah sakit. Ternyata Ayah dan Bunda belum sampai di rumah sakit. Bianca membuka buku itu dan mulai membacanya. Terdapat beberapa mantra dalam masing masing situasi, tata cara, dan aturan. Di bolak balik kan buku itu, dengan terus ia mencari apakah ada cara untuk mengeluarkan Alzena tanpa buku ini. Tetapi, belum selesai mencarinya, tiba tiba Ayah dan Bunda datang, Bianca langsung menyembunyikan buku itu. "Bianca" panggil Bunda "Ayah, Bunda?" jawabnya "Mengapa baru mengabari sekarang Bianca? kami begitu cemas" ujar Ayah "Maaf Ayah Bunda, aku tak ingin mengganggu pekerjaan kalian dan membuat kalian tak fokus dengan pekerjaan" "Ayah dan Bunda mengerti, terimakasih Bianca, kau memberi tahu di waktu yang tepat" jawab Ayah dengan senyum tulus. "Bagaimana keadaan Alzena sekarang?" tanya bunda dengan khawatir "Kata dokter hanya ke-lelahan dan ku-rang makan" jawabnya sambil terbata-bata "Hah? hanya itu? kenapa pingsannya selama ini Bi?" "Tidak mungkin hanya itu Bi" Ucap Ayah Bunda yang kebingungan sebenarnya ada apa dengan Alzena. Hening, Bianca tak bisa berkata kata, karena Bianca juga mengetahui kebenarannya tetapi tak bisa mengatakan kepada mereka berdua, entah mengapa Bianca hanya bisa membisu.
"Ayah dan Bunda langsung tanya ke dokter saja ya" ucapnya. Di dunia lain, pagi sudah tiba. Di dunia nyata jika malam tiba maka pagi tiba di dunia lain. Caily dan Alzena pergi mencari udara segar dan beberapa keperluan untuk kedua orang tua Caily. Setelah mendapat semua, mereka bermain main di sepanjang hutan. Tak terasa hingga malam tiba. Malam tiba di dunia lain, di dunia nyata pagi tiba. Bianca mencoba untuk membaca buku itu kembali, ia bilang kepada orang tua nya jika ingin pergi ke kamar mandi sebentar. Di dalam kamar mandi, ia benar benar fokus mencari petunjuk. "Nah, ketemu!" ucapnya dengan girang Isi petunjuk itu, menyuruh Bianca untuk berpegangan dengan kedua tangan Alzena setelah itu buku tersebut di letakkan di antara Bianca dan Alzena, lampu di matikan dan fokuskan pikiran hanya untuk menghampiri Alzena. Momen yang tepat, ternyata Ayah dan Bunda pergi ke bandara menjemput keluarga besar, untung saja bandara cukup jauh jadi cukup untuk Bianca memenuhi petunjuk tersebut. Bianca bergegas mematikan lampu dan menggenggam kedua tangan Alzena serta meletakkan buku di antara mereka. Di dunia lain, Caily dan Alzena sudah cukup jauh dari rumah jadi perjalanan pulang juga cukup jauh. "Pasti Ayah dan Ibuku khawatir padaku" ucap Caily "Sama dong, di dunia lain pasti orang tua ku juga begitu" jawab Alzena "Orang tua ku juga pasti meng khawatirkan mu kak" ucap Caily dengan senyuman manis "Iya, ayo cepat" katanya sambil mempercepat langkahnya. Di dunia nyata, setelah Bianca memfokuskan diri beberapa lama, akhirnya ia masuk ke dalam dunia lain. Ia langsung berada di depan Alzena, keduanya terkejut. "Kak Bianca" "Alzena?" Kata kata itu keluar dari mulut mereka bersamaan. Ia sangat terkejut tiba tiba kakaknya ada di depannya begitu saja. "Bagaimana bisa? kau keren juga" ucap Alzena "Keran keren, kita semua panik, santai banget ngomongmu" jawab Bianca dengan kesal "Hehe maaf ya habisnya aku mau gimana lagi, pasrah aja kalau ga bisa keluar dari sini" "Ya sekarang aku bantu, nih aku bawa bukunya" ucap Bianca sambil memberikan buku itu "Kita bisa keluar sekarang dong?" tanya Alzena dengan senang "Yee pake nanya" jawab Bianca dengan mencubit pipi Alzena "Yahh, Cai kita pisah dong, aku gamau pisah sama kamu, kalo kita ga bisa main lagi gimana?" perasaan Alzena campur aduk sedih dan bahagia menjadi satu "Gapapa kak, kakak bisa ketemu Ayah sama Bunda kakak, pasti mereka sudah menunggu, memang ini mungkin sudah waktunya" ucap Caily dengan mata berair "Sudah sedih sedihnya? kamu di sini juga punya teman ya, pantes betah" ujar Bianca dengan smirk "Brisik, diem dulu napa". Sungguh hal di luar dugaan, Caily lupa bahwa jika malam tiba pasti Frank muncul. Mereka mendengar suara siulan itu lagi, Caily dan Alzena yang sudah mengetahui tersebut mengajak Bianca untuk lari dan mencari Goa yang ada di dekat mereka, untung saja tidak jauh. "Kak, diam sebentar kali ini serius" ucap Alzena Bianca pun mengacungkan ibu jarinya seakan paham dengan yang dimaksud Alzena. Setelah beberapa lama, akhirnya suara getaran dan siulan itu berhenti. Bianca keheranan. "Tadi itu apa?" tanyanya "Namanya Frank, dia nyeremin tau, badannya besar, punya sayap, pokoknya serem deh" jelas Alzena "Mank eak zen?" jawabnya seolah olah mengejek "Hih emang ya kamu tu ga bisa serius" Alzena tahu bahwa ia dan Caily akan berpisah tepatnya di Goa ini, walaupun tak lama di dunia ini, tetapi Alzena merasa bahwa hidupnya lebih berarti bertemu dengan seekor hewan yang sangat baik dan selalu
bisa diajak bermain kapanpun, cantik indah nan lucu, itu hal yang Alzena ingat dari Caily, bersamanya ia belajar banyak hal untuk hidup lebih lama. Alzena menganggap Caily lebih dari sahabat, mungkin keluarga? karena kebaikan Caily yang begitu besar. Alzena sangat bersyukur karena selama ia tersesat di sini, selalu ditemani oleh Caily, Caily selalu berada di sisinya dan tak akan pernah meninggalkannya sendiri. Dengan berat hati Alzena berkata "Cai, kita beneran pisah ya, memang benar katamu, mungkin ini sudah waktunya aku kembali, maaf ya Cai tidak bisa lama bersamamu, dan juga menikmati hari bersamamu dan hutan indah ini, walau malam menyeramkan sih tapi kan bersamamu menjadi tak terasa menyeramkannya hehe, untuk waktunya, makanannya dan semua yang kamu berikan untukku terimakasih banyak ya Cai, aku sangat menyayangimu, kali ini aku akan pergi tanpamu Cai, dan kau pasti juga begitu" dengan senyum yang hangat tulus dan tutur kata Alzena yang lembut membuat Caily tak bisa menahan tangisnya air matanya terus berlinang, Alzena pun langsung memeluknya. "Cai, sudah ya? kita tak punya banyak waktu" ujar Bianca kali ini serius memang mengerti perasaan Caily. Alzena terus mengelus elus Caily dan mengucapkan "sudah Caily, jangan terlalu bersedih, aku juga ikut sedih" ucap Alzena "hiks hiks a-ku t-tak bisa" ucap Caily dengan sesenggukan. Alzena melepaskan pelukannya dan memberi Caily sesuatu. "Ini untukmu Cai, agar kau selalu mengingatku" ucap Alzena sambil memakaikan sebuah gelang berwarna biru berinisial A. Sambil sesenggukan Caily berkata "P-asti, akan selalu ku-ingat, pergilah pasti keluarga mu merindukanmu" Alzena ikut menangis dan di saat itu juga ia mengucapkan selamat tinggal pada Caily, mungkin itu terakhir kali mereka bertemu. Sambil menangis Alzena berkata "selamat tinggal Caily, jangan lupakan aku yaaa!!". Bianca segera membaca mantra tersebut dan menggandeng tangan Alzena. Dan lama kelamaan pun Alzena dan Bianca hilang dari dunia itu, Caily benar benar tidak bisa menahan air matanya, ia terus menangis dengan berjalan pulang. Sepi rasanya berjalan pulang tanpa ditemani sosok Alzena. Alzena dan Bianca sudah terbangun dari tidurnya, Alzena bangun dengan keadaan menangis. Bianca mencoba menenangkan Alzena, tetapi tak lama Ayah dan Bunda datang. "Alzena?" ucap Ayah dan Bunda bersaman dengan memeluk erat Alzena. "Mengapa kamu menangis nak?" Ucap Bunda Bianca yang seolah mengerti pun mencari alasan "Alzena terharu Bun, ia masih di beri kesempatan untuk melihat dunia bangun dan sadar dari tidurnya" "Iyakah zena? kamu memang anak yang baik, makannya Tuhan memberi kesempatan untukmu" ujar Ayah. "Terimakasih aku sayang kalian" jawab Alzena dengan hati tenang dan ucapnya penuh kasih sayang. Beberapa hari telah berlalu, Alzena sudah berada di rumah. Ia masih saja teringat Caily, cukup berat bagi Alzena meninggalkannya sendiri di tengah malam yang gelap, ia terus saja memikirkan Caily dalam perjalanan pulang kerumahnya. Ia selalu mengenang Caily dengan cara menggambar wujud Caily yang cantik, indah, dan lucu itu. Alzena menjalani hari seperti biasa, dan harinya jauh lebih baik. Dengan gambar Caily yang sedikit membuatnya tenang.
Tentang Rumah Nestalita Noura Davida Apa itu rumah? apa itu kebahagiaan? itulah yang dirasakan seorang Nakala, sejak kecil ia tak pernah merasakan apa itu arti kebahagiaan di dalam sebuah rumah. Rumah yang orang sebut sebut sebagai tempat berpulang, tempat mengadukan keluh kesah, tempat untuk beristirahat dari lelahnya beban yang ditopang namun itu hanya sebuah bualan semata. Bagi Naka rumah nya adalah neraka, dirumah itu ia hanya merasakan sebuah penderitaan, kecaman, bahkan tuntutan yang harus ia turuti demi ego orang tuanya semata. Memang memikirkan itu saja kadang Naka sudah malas dan miris kepada hidupnya sendiri, ia tak memiliki siapa siapa yang bisa menguatkan dia hingga suatu ketika ia bertemu seseorang yang mengubah hidupnya. "Naka, aku pulang sama kamu ya" ucap gadis lucu bernama Rikala yang sudah beberapa tahun ini menemani suka duka Naka, dia satu satunya orang yang mengerti dan memahami kondisi Naka. "iya kara, nanti aku di rumahmu dulu ya. papah hari ini pulang" ucap Naka sambil memperhatikan gadis itu, "okeeyy, mamah hari ini kayanya masak enak deh mamah bilang ke aku kalau masak banyak" seru Rikala dengan semangat. Memang hanya dengan suara khas milik Rikala dan semangatnya yang bisa membuat Naka tersenyum dengan hangat dan tulus, bohong jika Naka mengatakan ia tak memiliki perasaan dengan gadis itu Naka memang sudah sejak lama menyimpan perasaan hanya untuk Rikala. "Yaudah yuk langsung pulang" ajak naka sembari menyampirkan tasnya ke bahu dan berjalan keluar, "tungguin dong naka!!" seru gadis tersebut sambil berjalan tergesa gesa menyusul naka yang sudah keluar kelas. Setelahnya mereka berdua menaiki kendaraan Naka dan melaju menuju rumah Rikala, rumah kedua bagi Naka. "Naka, gimana kemarin? dimarahin lagi sama papah?" tanya Lengkara memulai pembicaraan di atas motor pada siang itu, sedangkan yang ditanya hanya diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya menjawab "ya gitu lah, kaya gatau papah aja" ucap Naka dengan diakhiri terkekeh sendiri, Rikala yang mendengar hal tersebut tidak kaget karena memang pada hari pertama pertemuan Rikala dan Naka ia sudah mengetahui semuanya. Beberapa tahun lalu.. "Aku cape banget sama semuanya, papah, bunda cuma mentingin ambisi mereka" monolog Naka kepada dirinya sendiri sembari meneteskan air mata yang entah sejak kapan mengalir dengan sendirinya, kini dirinya sedang berada ditaman kota yang pada hari itu cukup sepi, bagaimana tidak sepi jika Naka datang ke taman pada pukul 12 malam pasti orang orang sudah pada tidur. Namun pada hari itu berbeda, ada seorang gadis menghampiri Nakala dan mengelus halus punggung Naka "emang kadang orang tua itu ga mikirin perasaan anaknya, cuma ego yang mereka pikirin" ucap sang gadis yang Naka sendiri tak tahu itu siapa. Naka segera menengok kearah gadis tersebut lalu ia memeluk gadis tersebut dengan tiba tiba, Naka tidak pernah seperti ini sebelumnya bahkan untuk berkenalan dengan orang saja rasanya Naka malas. Tentang Rumah Namun entah kenapa pada hari itu ia sangat ingin memeluk gadis yang tengah menenangkannya hari itu, setelah tangisnya mereda Naka memberanikan untuk menatap wajah gadis asing yang sebelumnya tak pernah Naka temui. Sambil mengusap air mata Naka dengan lembut gadis itu berkata "gapapa kok buat nangis, kita ga harus pura pura kuat terus. ada kalanya dimana kamu boleh menumpahkan semuanya" ucap gadis itu menenangkan Naka sembari memberikan air mineral kepada Naka, akhirnya pada hari itu Naka menumpahkan seluruh keluh kesahnya kepada gadis yang dikenal Naka dengan
Rikala, dan gadis itulah yang sekarang tengah duduk di jok belakang motor Naka. Jika mengingat ingat beberapa tahun lalu disaat naka kelas 3 smp itu ia tak akan pernah mengira jika Lengkara akan satu sekolah di SMA yang sama, bahkan satu kelas dengan Naka yang membuatnya lebih dekat lagi dengan Rikala. Tak sedikit yang mengira mereka pacaran namun pada kenyataanya tidak seperti yang dipikirkan orang orang, Naka terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini ia tutup rapat rapat, hanya dirinya sendirilah yang mengetahui fakta besar tersebut. Sesampainya dirumah Rikala, Naka memarkirkan motor nya dan segera turun lalu melangkah menuju rumah Rikala "mamaa, kala pulang" teriak Lengkara dari depan pintu rumahnya, "cuci tangan, cuci kaki habis itu makan" sahut mamah Rikala yang tak kalah kerasnya. Rupanya mamah Lengkara tengah menyiapkan makan siang pada hari itu, setelah selesai mengerjakan apa yang disuruh mamanya Lengkara dan Naka berjalan menuju ruang tengah untuk makan bersama. Saat sampai di ruang tengah mamah Rikala menyapa Naka "eh ada naka, kirain kala pulang sendiri" ucap mamah dengan basa basi, "iya mah tadi nganterin kala sekalian mampir katanya mamah bikin makanan enak" ucap Naka dengan senyuman manis yang menampakan sederet giginya yang rapi "bener tuh ini mamah bikin makanan banyak" mamah Kala memberitahu sembari meletakan seluruh makanan yang sudah ia masak. Naka pun akhirnya duduk di salah satu kursi itu, makan siang pada hari ini berlangsung dengan sepi mereka menikmati makanan yang telah disajikan oleh mamah yang sangat enak. Setelah selesai makan siang Naka berpamitan kepada mamah dan Kala karena ia harus pulang, sebetulnya Naka ingin berlama lama disitu namun ia sudah dicari sang bunda entah ada apa jarang sekali bunda mencarinya seperti ini. Setibanya di rumah Naka sudah ditunggu oleh ibunda dan ayahnya, "bagus bukanya belajar malah main terus kamu" ucap sang ayah menyadari kehadiran Naka "dipikir nilainya udah bagus, sudah paling sempurna iya?" lanjut ayah sembari menghampiri Naka yang hanya diam saja, sebetulnya Naka ingin menyampaikan seluruh unek unek nya namun lidahnya terasa kelu menyampaikan perasaan nya. "kenapa diem aja? ngerasa bersalah?" ayah Naka mencerca pertanyaan "maaf ayah" ucap Naka lirih sembari menunduk, ia tak berani menatap manik mata ayah yang sedari dulu tak pernah menunjukan tatapan tulus, cinta, atau bahkan naka yang tidak mengerti? entahlah. "belajar sekarang, gausah keluar rumah kalau ga penting" perintah ayahnya mutlak, mau tidak mau Naka menuruti perintah ayah karena jika Naka tidak menuruti perkataan ayah ia akan diseret masuk kamar. Jadi ya percuma saja melawan ujung ujungnya sama saja atau bahkan lebih parah, setiba di kamar naka melempar tasnya asal dan merebahkan dirinya di kasur sambil memikirkan sebenarnya apa salah Naka kepada kedua orang tuanya hingga mereka menuntut Naka hingga Tentang Rumah seperti ini. Tanpa Naka sadari ia tertidur sore itu hingga pagi tiba, pada pukul 6.00 alarm Naka berbunyi yang menandakan bahwa ia harus bangun dan bersiap ke sekolah, Naka bangun dengan badan yang pegal pegal karena efek tidur dari sore. Lalu naka langsung bersiap menuju sekolah, selesai mandi dan bersiap Naka turun menuju ruang makan yang sudah ada ayah, dan bunda di sana namun keduanya tengah sibuk dengan hp masing masing. Tidak ada sambutan hangat atau hanya sekedar mengucapkan selamat pagi untuk Naka, lagipula Naka sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini, Naka berjalan lalu duduk di salah satu kursi di sana dan mereka mulai makan bersama "nanti kamu ada ulangan kan? ayah gamau tau harus dapat nilai sempurna" ucap ayahnya menatap Naka dengan tajam, jika ditanya
bagaimana respon sang ibunda? beliau tidak peduli dan lebih memilih menikmati hidangan nya. "iya ayah" ucap Naka dengan lemas dan pasrah, naas nya Naka lupa jika hari ini ada ulangan dan ia tak belajar karena kemarin ia ketiduran, setibanya Naka di sekolah naka berjalan menuju kelas dan langsung belajar. Pada ulangan kali ini mau tak mau Naka harus mendapat nilai sempurna, jika tidak ia tak tahu lagi akan diapakan oleh ayahnya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini saatnya Naka melaksanakan ulangan yang sebetulnya hanya ulangan harian biasa. Mudah bagi naka menyelesaikan ulangan itu, yang dia rasa dia akan mendapat nilai sempurna dalam ulangan tersebut. Setelahnya dilanjutkan pembelajaran seperti biasa hingga bel pulang sekolah berbunyi "Naka, aku hari ini ga pulang sama kamu, aku mau dianter sama Kenzo" ucap Kala dengan wajah bahagia dengan sedikit bersemu, Kenzo adalah teman seangkatan Kala dan Naka yang memang terkenal tampan di sekolah Naka, Kara pun pernah bercerita kepada Naka jika dia tertarik kepada Kenzo. Jangan ditanya bagaimana kondisi hati Naka pasti hancur namun apa boleh buat, Kala hanya menganggap Naka sebagai sahabatnya saja tidak lebih lantas untuk apa Naka berharap lebih terhadap Kala. "oh yaudah, aku pulang duluan ditunggu bunda" balas Naka dengan nada datar lalu ia meninggalkan Kala yang kebingungan melihat sikap Naka yang tak biasanya sepertitu. Beberapa hari kemudian... "Nakala" panggil ayah dengan lantang hingga seisi rumah terdengar atau bahkan hingga tetangga, Naka yang panik pun segera menuruni tangga dengan tergesa gesa menghampiri ayahnya. Sesampainya di hadapan ayah, Naka ditampar oleh ayah "apa ini? kamu bodoh sekali Naka, ayah menyekolahkan kamu agar menjadi pintar bukan menjadi bodoh" ucap ayah dengan penuh penekanan sambil menunjukan kertas ujian Naka yang bertuliskan nilai 80, Naka yang terkejut belum dapat mencerna apa yang sedang terjadi dan apa yang dibicarakan ayahnya itu. Naka memberanikan diri untuk menatap ayahnya yang ternyata sudah memancarkan tatapan penuh emosi dan berapi api "maaf ayah" lirih Naka, ia tak tahu harus mengatakan apa selain meminta maaf kepada ayahnya. "percuma kamu minta maaf ga mengubah apa apa" ujar ayah penuh penekanan, Naka pun bingung harus merespon seperti apa dan akhirnya ayah pergi meninggalkan Naka yang masih mematung. Naka hanya bisa merenungi hal ini, seketika Naka tersadar dari lamunannya dan berjalan mengambil kunci motornya dan melajukan motornya entah kemana sebetulnya Naka sudah terbiasa dengan hal ini sudah tidak asing lagi bagi Naka.