The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Maitreyawira.Library, 2024-03-21 23:54:32

Kismis Putih Abu - Abu

Novel - Lestari, S.Pd

Keywords: Kismis putih abu-abu,Lestari,novel,fiksi

Kismis Putih Abu‐Abu | 43 “Saya adalah juragan terkaya di desa ini. Jangan remehkan saya,” kata Qori penuh penjiwaan.   Robby yang berperan santun langsung menjawab, ”Buat apa kaya kalau kamu tidak punya sopan santun.”   Mereka berdua terlihat debat hebat. Qori benar‐benar berperan jahat. Dia memukul meja dan menendang benda yang ada di hadapannya.   “Wow, kamu hebat, Qori,” ungkap Robby. Qori hanya tertawa, dia gak percaya kalau sifatnya yang lembut bisa berubah keras dan penuh emosi.   Qori berterima kasih pada Robby, sebab dia diberikan kesempatan latihan teater. Robby menawarkan agar Qori ikutan teater. Minggu depan anak‐anak teater akan pentas di Candi Joglo. Qori tertantang dan dia ingin mengasah kemampuannya di bidang teater. Memang dunia teater baru dikenalnya tetapi dia selalu optimis untuk mencobanya. Dia tidak akan pernah tahu bakat terpendamnya jika dia tidak mengambil kesempatan emas ini.   “Okay, I will do my best,” ucap Qori pada Robby.   Robby memberikan acungan jempol tanda dia salut pada Qori yang multi talenta. Mereka mempersiapkan pentas melalui latihan keras demi hasil yang maksimal.    


44 | Lestari    


Kismis Putih Abu‐Abu | 45 Selamat Jalan, Pak Guru Secercah cahaya menembus kabut pagi Sejuk merasuk jiwa menggugah lamunan hati yang gundah gulana Menanti pujaan hati tak kunjung bersua Kutunggu kau di lorong sekolah jangan biarkan menunggu jangan undang galau sedetik saja pupus rinduku   meski sepintas lalu meredam rindu hanyut dalam senyuman lina, siswa SMA Garuda yang santun dan ramah. Dia tipe siswa yang rajin di sekolah dan rumah. Rajin belajar dan aktif dalam ekskul di sekolahnya. Wajahnya yang ceria dan bersemangat membuat dia menjadi idola siswa lain. Tetapi dia menyimpan segudang rahasia hati yang tak pernah terungkap. Diam‐diam dia menyimpan jatuh hati pada kakak kelasnya, Rio. Tiap kali dia melihat Rio, hatinya berdetak kencang. Rasa ingin bersamanya begitu menggebu, tapi dia tak mampu mengekspresikan isi hatinya. A


46 | Lestari Tanpa disadari, gerak geriknya diamati Pak Didik, guru PKn. Alina tersipu malu. Dia mencoba menutupi perasaan galaunya. Tetapi Pak Didik selalu menasihatinya agar jangan terlalu berharap pada Rio. Pak Didik bertetangga dengan Rio. Beliau mengenal keluarga Rio dengan baik. Pak Didik tak ingin mencela tentang Rio. Harapannya, Alina berpikir lebih lanjut sebelum terlanjur cinta pada Rio. Dalam hatinya bergejolak pada jalan cintanya. Dia ingin mengenal dulu tentang Rio.   Malam dingin terhempas. Angin semakin lama bertambah mencekam seolah akan turun hujan yang lebat. Bumi bisu tanpa tanda kehidupan melengking. Sayup‐sayut terdengar suara telepon Alina. Awalnya dia tak mendengar karena hp‐ nya dalam kondisi diam. Matanya tertuju pada layar TV yang menayangkan acara sinetron remaja. Ketika masuk ke bilik kamar, dia memandang HP di atas meja belajarnya. Sorot matanya terbelalak sontak dia berteriak. “Innalilahi wainnailaihi rajiun.” Joe, teman sekelasnya memberitahukan bahwa Pak Didik telah pulang ke rahmatullah tadi sore pukul 17.30. Dia mengajak teman sekelasnya untuk taziah ke rumah duka malam itu juga.   Sepanjang perjalanan dia mencoba membendung lelehan air matanya, tetapi hatinya tak dapat membohonginya. Dalam benaknya dia bertanya‐tanya kenapa Pak Didik begitu cepat menghadap Sang Khalik. “Apa gerangan yang terjadi,” gumamnya di relung hati yang paling dalam.   Alina tiba di rumah duka. Dia mencari teman‐temannya yang telah berada di sana. Mereka saling bersalaman dan mendoakan guru kesayangan mereka. Semua tak pernah menyangka kalau beliau pergi begitu cepat. Alina masih


Kismis Putih Abu‐Abu | 47 mengingat pesannya agar dia tidak terlalu dekat dengan Rio. Serasa baru kemarin nasihat itu disampaikannya. Alina mencoba tabah dan sabar. Dia akan mencoba menghapus rasa cintanya pada Rio. Tetapi dia anak yang kepo. Dia bersikukuh akan membongkar rahasia tentang Rio. Malam semakin larut. Para pelayat berdatangan semakin ramai. Malam itu juga jenazah dimandikan dan dishalatkan. Semua tampak sedih dan kaget mendengar berita duka. Kepergian Pak Didik begitu cepat. Bahkan keluarga beliau tidak mendapat firasat apa pun. Istrinya, yang juga guru SD menyampaikan tidak ada tanda apa pun yang menunjukkan kepergiannya. Pak Didik meninggal di usia 50 tahun. Beliau meninggalkan tiga anak. Yang bontot, Firza baru menginjak umur 4 tahun. Dia begitu polos melihat jenazah ayahnya yang dikafani. Dia malah asyik main HP dengan temannya di dekat jenazah ayahnya.   Keesokan harinya, semua warga sekolah berdatangan mengantarkan jenazah Pak Didik. Cuaca begitu redup. Langit meredup seolah matahari enggan menampakkan sinarnya. Angin pun tak bergerak, ibarat turut berduka melepas kepergiannya. Alina bersama teman sekelasnya berusaha tegar dan ikhlas. Mereka mengantar sampai ke pusara yang tak jauh dari rumah duka. Iring‐iringan pelayat begitu panjang menandakan almarhum adalah tokoh masyarakat yang disegani di kampungnya. Mereka semua merasakan kehilangan figur seorang pemimpin yang bijaksana dan menjadi teladan di masyarakat. Usai pemakaman, Alina dan kawan‐kawannya pamit pulang. Pak Didik telah tiada, namun semangatnya masih


48 | Lestari tertanam dalam jiwa mereka. Kehidupan harus berlanjut, di pundak mereka beliau menitipkan amanah. Beliau ingin mewujudkan sekolah meraih Adiwiyata Nasional. Seluruh warga sekolah bahu‐membahu merealisasikan mimpinya yang sangat mulia. Alina, juga mendapat amanah agar dia fokus belajar dan menjaga jarak dengan Rio. Bagai makan buah simalakama. Tetapi, Alina tetap akan menyelidiki Rio. Dia berjanji tidak akan berpacaran dengan Rio, tapi dia ingin bersahabat dengannya. Waktu berjalan, Alina tersadar bahwa orang yang selama ini di hati dan pikirannya hanyalah playboy. Rio ternyata laki‐ laki yang plinplan. Penampilannya cool tapi hatinya penuh duri yang siap menikam orang. Tabir terungkab. Dia hanyalah laki‐laki yang pura‐pura kaya, tetapi kenyataannya dia hanyalah anak orang yang kurang mampu. Dia gengsi jika harus berpenampilan biasa untuk mengelabuhi teman‐ temannya dia berpakaian mewah. Dia juga tidak ingin statusnya diketahui publik. Alina mendengar informasi ini dari tetangganya yang kebetulan masih saudaranya. Dalam lubuk hatinya, ”Astagfirullahaladzim. Alhamdulilah,” ujarnya penuh rasa syukur. Ternyata pesan almarhum Pak Didik sangat berguna bagi Alina.   Hidup tak selamanya berjalan mulus. Terkadang banyak kerikil tajam yang harus dilalui penuh keyakinan. Alina mengubah jalan pikirannya yang semula gampang menyerah menjadi optimis. Dia anak pertama dari tiga bersaudara, tanggung jawab besar sebagai teladan tuk adik‐adiknya. Meski cintanya bertepuk sebelah tangan tapi dia optimis Allah akan mengirimkan seseorang yang lebih baik dari Rio.


Kismis Putih Abu‐Abu | 49 Ingatannya tentang Rio telah pupus dan kini dia harus move on. Impiannya sekarang adalah membawa Rio ke jalan yang benar. Alina ingin mengubah Rio agar menjadi anak yang jujur dan bertanggung jawab. Saat acara kemah pelantikan Bantara, Alina mengajak Rio ke kantin. Rio langsung mengiyakan ajakannya. Alina mengutarakan niatnya agar Rio tetap menjadi dirinya sendiri. Awalnya Rio marah tetapi Alina menyatakan kalau almarhum Pak Didik berpesan agar Rio berubah baik. Mendengar penuturan Alina, tak terasa Rio meneteskan air mata. Serasa malu pada sikapnya yang sok kaya. Dia melakukan itu semata‐mata karena dia ingin dihargai teman‐temannya yang nota bene dari keluarga kaya. Sejak pertemuan di kantin, Rio menyadari kesalahannya. Dia mulai mengubah gaya hidupnya. Dia ingin menjadi pribadi yang sederhana dan santun. Alina turut bahagia melihat perubahan Rio yang sekarang. Dalam benaknya berkata, ”Pak Didik, Rio sekarang berbeda dengan Rio dulu.” Kebahagian Alina bertambah ketika Rio ingin menjadi sahabat dekatnya. Alina telah berjanji fokus pada sekolahnya. Dia hanya ingin menjadi sahabat bagi Rio. Mereka bertekad akan menjadi sahabat sejati. Kekuatan sahabat lebih dasyat dibandingkan teman dekat atau pacar.    


50 | Lestari    


Kismis Putih Abu‐Abu | 51 Aku Mau Jadi Artis ekolah pinggiran tak selamanya jelek atau kalah bagus dengan sekolah di perkotaan. Fasilitas yang sederhana juga mampu mengantarkan siswanya meraih prestasi. Kemajuan sekolah bukan hanya fisiknya saja, melainkan banyaknya prestasi akademik maupun non‐akademik sebagai penentunya. Seperti sekolahnya Wawan, siswa kelas XI.IPA1 adalah siswa yang berbakat dan berprestasi. Wawan adalah anak laki‐laki yang sederhana yang bercita‐cita menjadi artis. Terlihat dari ketekunannya mengeluti dunia teater. Mulanya Wawan aktif di ekskul teater yang dibimbing Pak Mamat. Dia sangat mencintai dunia akting. Bakatnya bukan turunan dari keluarganya. Dia menyukai teater bakat yang dimilikinya sejak SMP. Ketekunannya dunia tetaer ditunjukkan saat mengikuti lomba teater antar SMA se‐Jawa Tengah. Pak Mamat melatih vokal dan ekspresi serta mimik dalam pertunjukkan teater. Semua alat peraga yang digunakan hasil karya siswa daur ulang sampah sekolah adiwiyata. Sore sepulang sekolah, anggota teater mengikuti latihan rutin. Wawan berperan antagonis, sementara Icha berperan protagonis. Mereka berdua beradu akting menunjukkan peran masing‐masing. Latihan dilakukan di teras perpustakaan yang rindang dan nyaman. Wawan penuh penjiiwaan memerankan seorang laki‐laki yang garang dan egois. Musik dan lagu juga dilahapnya secara apik. Teman‐ S


52 | Lestari teman lain yang berperan sebagai pemain latar dan pembantu, turut masuk dalam alur cerita berdurasi 25 menit. Dalam penggarapan lagu, Pak Mamat dibantu guru seni, Miss Fira. Mereka mengkolaborasi suara tampah berisi beras, bambu yang berisi pasir, botol beling berisi air dan gitar. Karya musik yang sederhana tetapi indah di telinga. Suara merdu penyanyi, Dita yang juga berperan sebagai seorang ibu overprotektif. Alur cerita yang berseting pedesaan yang terhimpit perkotaan. Mengalir akting pemain yang sedang menunjukkan bakatnya. Ceritanya dikemas penuh intrik yang menguras naluri penontonnya. Latihan keras diawali dengan pemanasan fisik lari memutar lapangan. Berlatih vokal dan pernafasan di lapangan menambah performa semakin menarik. Wawan, sang artis utama dalam pagelaran ini berlatih di jalanan untuk melatih mental. Suara yang penuh penjiwaan diikuti gerak tubuhnya yang runtut mengikuti irama musik. Semua teman yang lewat jalanan akan terpesona dan mereka menyempatkan untuk melihat aksinya. Peran antagonis yang kental dalam jiwanya bak magnet menggaet orang di sekitarnya. Latihan seminggu telah dilalui. Tiba saatnya perlombaan. Tim teater Kilang bersiap meluncur dengan mobil kijang Pak Mamat. Setibanya di tempat lomba, mereka langsung daftar ulang dan mempersiapkan kostum. Mereka menjadi penampil ketiga dari 18 tim teater. Wawan, sang artis, menumpahkan seluruh energinya tampil secara maksimal. Rekan satu timnya telah berusaha demi almamater sekolah. Teater Kilang telah menampilkan performa terbaik. Aplause penonton


Kismis Putih Abu‐Abu | 53 membanggakan semua pemain. Pak Mamat memberikan apresiasi yang setinggi‐tingginya atas kerja keras tim teater Kilang. Perlombaan berlangsung sampai pukul 16.00 WIB. Semua tim penasaran hasil perlombaan. Juri mengumumkan juara 3 yaitu Tim Teater Kilang. Wawan dan rekannya sujud syukur dan menangis atas prestasi yang diraihnya. Wawan maju menerima piala dan uang pembinaan. Meski mereka belum bisa juara 1 namun penampilan mereka optimal dan berkelas. Pak Mamat sangat bangga atas prestasi anak‐anak asuhannya. Malam itu mereka pulang tanpa merayakan kemenangan. Hari Senin upacara bendera. Wawan menyerahkan piala juara 3 lomba teater kepada kepala sekolah. Seluruh peserta upacara memberi tepukan gemuruh. Wawan dan rekannya bangga atas prestasi yang mereka gapai bersama. Bakat Wawan teruji kembali ketika ditunjuk mengikuti lomba baca puisi dalam rangka bulan bahasa tingkat kabupaten. Wawan memilih dua puisi bertema kebangsaan. Latihan dibimbing Bu Yanti dan Pak Mamat. Wawan berusaha keras mencerna isi puisi sebelum membacanya. Mimik dan penjiwaan dalam baca puisi sangat mendominasi penialain. Awalnya dia bingung mengawali baca puisi. Dengan vocal yang tegas Pak Mamat mencontohkannya. Wawan mencoba membaca versi suaranya yang menderu penuh penjiwaan. Ketika lomba, Wawan mendapat nomor undian 6. Semula dia kurang percaya diri ketika melihat peserta lain yang tampil sangat memukau. Tiba giliran, Wawan tampil mengerahkan seluruh kepiawaiannya dalam baca puisi. Bakat aktingnya


54 | Lestari yang dipakai untuk mengekspresikan puisi dibawakannya penuh penjiwaan. Salah satu peserta lomba berbisik. ”Wah, bagus banget suaranya. Mantab.”   Bu Yanti juga bergumam dalam benaknya, ”Alhamdulilah kamu memang top, Wan.”   Semua memberikan tepuk tangan yang meriah melihat performanya. Wawan lalu duduk di pojok bersama peserta lain. Temannya itu lalu memberikan ucapan selamat dengan berjabat tangan.   ”Amazing, You will be the winner.”   Wawan tersipu malu, ”Makasih ya, kita semua adalah pemenang sejati karena mewakili sekolah masing‐masing.” Babak penyisihan pertama usai. Babak selanjutnya dipilih 6 besar untuk maju ke babak kedua. Masing‐masing peserta wajib membaca satu puisi yang sama judulnya. Mereka diberi waktu 15 menit untuk berlatih bersama pembimbingnya.   “Wan, kamu harus yakin, kamu pasti juara,” tutur Bu Yanti.   “I will do my my best,” jawab Wawan.   Mereka latihan di samping gedung. Intonasi dan ekspresinya lebih ditekankan lagi mengingat puisi ini sangat menyentuh perasaan yang mendengarnya.   Babak kedua dimulai. Wawan maju pada urutan ketiga. Hatinya dag dig dug tapi dia berusaha tampil sebaik‐baiknya. Peserta nomor 1 dan 2 tampil secara totalitas. Giliran Wawan menampilkan kepiawaiannya baca puisi. Semua mata tertuju padanya mendengar suara yang menggelora dan sedap di telinga. Penonton hanyut dalam atmosfer kata‐kata puitis


Kismis Putih Abu‐Abu | 55 yang dibawakannya. Bagai sihir yang menghipnotis setiap pendengar. Wawan bergegas duduk sambil tersipu malu. Tiba pengumuman dibacakan. Wawan terlihat tegang seperti peserta lainnya. Angannya melayang, pikirannya tenggelam dalam debar‐debar kegalauan. Juri membacakan juara 1, 2 dan 3. Wawan juara 1 mengalahkan peserta dari sekolah favorit kota. “Alhamdulilah, Ya Allah, hamba juara 1,” teriak Wawan.   Bu Yanti menghampirinya, “Selamat ya, kamu hebat.”   Wawan tersenyum dan melangkah menuju panggung sang juara. Kegembiraan Wawan bertambah saat pembimbing teaternya memintanya berlatih untuk pentas di stasiun TVRI dalam acara Ronce Budaya. Cita‐citanya menjadi artis mulai tergambar dalam setiap kegiatan yang diikutinya. Seperti mimpi di siang bolong, dia dan tim teater Kilang akan tampil di stasiun TV nomor satu di Jawa Tengah.   “Mak, anakmu arep mlebu TV!” teriak Wawan dalam kegirangan. Latihan satu minggu membentuk karakter aktingnya semakin matang. Dia mulai percaya, setiap orang boleh bermimpi karena dengan bermimpi orang bisa meraih apa yang diimpikan. Pengalaman Wawan betambah hebat ketika dia dan Ani mewakili sekolah dalam lomba baca Sajak tingkat kabupaten. Mereka dilatih Pak Mamat yang berpengalaman dalam dunia pentas. Waktu yang singkat digunakan berlatih sebaik‐  baiknya. Pak Mamat hanya memacu semangat mereka agar mengerahkan energinya. Tiap perlombaan pasti ada yang kalah dan menang. Mereka optimis dengan berlatih bisa


56 | Lestari mencapai puncak. Wawan terpilih menjadi juara 1 baca sajak kategori putra. Ani terpilih menjadi juara 1 kategori putri. Mereka berdua berhak mewakili kabupaten berlaga di tingkat provinsi. Sungguh anugerah yang indah bagi mereka meraih kemenangan dalam waktu bersamaan. Semua akan terbawa dalam kenangan masa putih abu‐abu. Mengingat mereka telah lulus SMA untuk melanjutkan ke perguruan tinggi idaman. Mereka terus menggali bakatnya meski di lingkungan yang berbeda yaitu kampus.


Kismis Putih Abu‐Abu | 57 Bali in Love ika, Fian dan Dika beserta teman kelas XI SMA Pelita sedang mengikuti study tour ke Bali. Panitia meminta agar semua peserta kumpul di halaman sekolah pukul 06.30 WIB. Cika menenteng koper dan tas kecilnya turun dari mobil. Ibunya berpesan agar Cika menjaga kesehatan dan makan tidak boleh terlambat. Cika mencium tangan ibunya lalu berjalan sambil mencari teman satu busnya. Fian dan Dika memanggil Cika, ”Cika, sini.” Lalu Cika menghampiri mereka. Mereka menunggu pengumuman untuk memasukkan barang bawaan ke dalam bagasi. Pak Tio, ketua panitia meminta semua peserta menempatkan barang‐barang di bagasi masing‐masing. Cika, Fian dan Dika berada di bus satu. Mereka bergotong royong memasukkan barang ke bagasi. Pak Tio mengumumkan agar semua peserta kumpul di halaman untuk mendapat pengarahan dari kepala sekolah.   Pagi itu semua peserta terlihat antusias dan gembira bisa berkunjung ke Pulau Dewata yang selama ini mereka lihat di TV. Pulau terkenal di dunia yang memiliki pesona pantai yang indah. Setelah pengarahan selesai, Pak Rozi memimpin doa agar perjalanan lancar dan selamat sampai tujuan. Rombongan study tour masuk ke dalam bus yang telah ditentukan. Bus berangkat beriringan dan masing‐masing melambaikan tangan pada keluarga yang mengantar di gerbang sekolah. C


58 | Lestari Sepanjang perjalanan, bus satu mengisi waktu dengan karaoke. Cika dan Fian gandrung dengan lagu Minyak Wangi yang lagi tren di siaran TV. Mereka pasangan duet yang sering menyumbangkan suara emasnya. Teman‐teman satu busnya mengomentari kalau mereka pasangan yang serasi. Mulanya mereka malu, selama ini mereka hanya teman saja. Bus satu memang paling seru karena mereka bernyanyi solo maupun duet bergantian. Guru pendamping, Bu Hera dan Bu Tina turut bernyanyi menikmati perjalan panjang.   Rombongan tiba di Tanah Lot pukul 05.00. Semua bergegas menunaikan shalat Subuh. Lalu mereka menikmati indahnya Tanah Lot yang sedang surut. Mereka hunting foto di dekat pantai dan pura.   Cika, Fian dan Dika memakai kamera bergantian mengambil foto yang eksotik. Tiba‐tiba kaki Cika terpeleset. Dengan reflek, Fian yang berada tepat di sampingnya memegang tangan Cika agar tidak jatuh. Cika mengucapka terima kasih karena Fian sudah membantunya. Saat itu Dika sahabatnya mengarahkan kameranya tepat ketika mereka hampir terjatuh. Foto yang candid itu sangat indah membuat Cika tersipu malu. Usai puas menikmati panorama eksotik Tanah Lot, rombongan makan pagi di restoran dekat pantai. Mereka terlihat lahap dengan menu ayam goreng dan sambel tomat yang pedas mengorek lidah. Mereka berbelanja di toko baju dan sovenir yang satu jalur dengan restoran. Fian diam‐diam membelikan tas mungil buat Cika. Dia memberikan tas itu pada Cika Dengan wajah gugup Cika menerima hadiah dari Fian. Dika lagi‐lagi mengabadikan momen itu dengan


Kismis Putih Abu‐Abu | 59 kameranya. Pak Tio mengumumkan agar semua rombongan dari SMA Pelita menuju ke dalam bus guna melanjutkan obyek berikutnya, Garuda Wisnu Kencana, obyek wisata yang didominasi ornamen yang diukir dari bebatuan.   Cika dan Fian berjalan sambil sesekali Dika memotret dari kejauhan. Cika diajak foto bersama teman sekelasnya, Fian lalu berjalan bersama Dika.   “Ada apa sih kalian kok dekat banget?” tanya Dika.   Fian tersenyum sambil menjawab, ”Biarkan waktu yang menjawab.” Lalu Fian berlari menghampiri Cika. Mereka mengajak Dika untuk mencari tempat yang bagus untuk bersua foto. Setelah puas sampai di puncak GWK, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pantai Kuta. Semua mempersiapkan baju untuk ganti selepas bermain air. Sesampainya di pantai, mereka langsung bermain air dan pasir.   Cuaca pantai di sore hari sangat syahdu. Angin semilir ditemani matahari condong ke barat menghangatkan air laut. Ombak berdebur lembut menyentuh kaki Cika. Rambutnya yang ikal dan panjang tersibak angin semilir yang begitu menawan masuk dalam jepretan kamera. Fian mengejar Cika berlari di tepi pantai menunggu datangnya buih ombak yang menggulung. Air laut membasahi baju lalu mereka bermain air bersama teman‐  teman saling memercikkan air satu sama lain. Angin pantai yang sejuk tak terasa sang surya masuk dalam peraduan. Suasana mulai redup. Semua beranjak pulang menuju terminal penjemputan.


60 | Lestari Usai acara basah‐basahan di pantai, rombongan makan malam di hotel Perdana. Masing‐masing menempati kamar sesuai daftar pembagian kamar dari panitia. Cika sekamar dengan Dina, Indra dan Sofi. Mereka tampak lelah tetapi senang sudah bisa merasakan mandi di pantai yang terkenal di dunia. ”Bali is wonderful island,” seru Cika. Malam mulai menebarkan dingin, Cika dan teman sekamarnya terlelap bersama mimpi masing‐masing. Suara azan subuh di alarm HP Cika membuyarkan impian penghuni kamar. Cika bangun menyucikan diri lalu shalat Subuh. Ke tiga temannya juga menjalankan ibadah subuh secara bergantian. Cika mandi lalu bersiap‐siap untuk sarapan. Mereka berempat duduk di pojok tempat makan sambil ngobrol. Tiba‐tiba Dina bertanya pada Cika. ”Cik, kamu pacaran ya sama Fian?” “Kami hanya teman aja, kok. Jangan baper,” ungkap Cika sambil mengelap mulutnya dengan tisu.   “Kalian pasangan serasi, kami turut senang, Cik,” ke tiga temannya bersuara kompak. Cika yang pemalu bersuara. ”Dekat itu bukan berati pacaran. Aku nganggepnya sahabat aja, gak lebih,” tegas Cika. Jawaban singkat itu membubarkan mereka untuk bersiap ke pementasan Tari Barong. Dalam waktu 30 menit, rombongan sampai di tempat pementasan Tari Barong. Cika dan temannya sekamar duduk berdekatan. Tanpa disengaja, Fian dan Dika ikutan gabung satu deret tempat duduknya. Fian menyapa Cika dan kawan‐ kawan. Mereka menyiapkan kamera untuk merekam tarian khas Bali. Fian berbisik pada Cika.


Kismis Putih Abu‐Abu | 61 “Besok malam kita nyanyi duet di acara malam terakhir di Bali ya.” Cika tak langsung menjawab. Dia hanya tersenyum sambil sesekali memotret penari. Atmosfer tarian yang rancak diiringi gamelan Bali dan pernak pernik mistis yang dilakonkan dalam pentas menghipnotis penonton hingga usai pertunjukkan. Kunjungan berlanjut ke Pasar Seni Sukowati yang terkenal dengan berbagai suvenir khas Bali. Cika ingin membeli kain tenun khas Pulau Dewata. Dia mulai memilih dan menawar harga termurah. Ternyata diam‐diam Fian memperhatikannya dari depan toko tempat Cika menawar. Cika membayar kain tenun lalu berjalan sambil melihat‐lihat kalung dan gelang yang dipajang di sepanjang etalase toko. Fian mencoba mendekatinya dan mengajaknya membeli minuman es degan di dekat pasar. Awalnya Cika ingin menolak tapi dia tak mau menyakitinya.   Dua buah kelapa muda siap diminum Cika dan Fian. Dengan tekad bulat Fian mengungkapkan perasaan yang disimpan dalam hatinya.   “Aku sayang kamu, Cik,” tuturnya dengan nada gugup. Cika juga ingin klarifikasi pada Fian.   “Sebetulnya, aku hanya ingin jadi sahabatmu saja. Gak lebih, Yan,” ungkap Cika penuh kejujuran.   Bagai disambar petir disiang bolong. Fian kaget. Tapi dia berusaha tegar agar Cika tidak melihat kesedihannya. Sayup‐ sayup terdengar pengumuman agar rombongan menuju ke bus masing‐masing persiapan ke Tanjung Benoa.


62 | Lestari Di Tanjung benoa, Fian mengajak Cika dan teman‐ temannya naik perahu menuju Pulau Penyu. Cika yang kepo menyetujui usulannya. Sepanjang perjalanan, Fian tak mau lepas dari pandangan Cika. Sorot matanya bak lampu kota yang setia menyoroti kendaraan yang melintas. Cika yang salah tingkah melihat sikap Fian, bertukar tempat dengan geser ke belakang. Sesampainya di Pulau Penyu, mereka berswafoto dengan penyu‐penyu hasil penangkaran. Tanpa sengaja, Fian dan Cika memegang turtle bersama. Dina langsung memotret adegan romantis itu. Mereka tersipu dan berjalan sambil melihat‐lihat binatang yang terdapat di pulau penyu. Cika dan Fian terekam kamera. Cika sedang tersenyum pada Fian. Fian bahagia ternyata Cika tak marah padanya. Fian dan Cika mulai bersahabat lagi seperti semula. Fian menyadari mencintai tak harus memiliki, tapi harus bahagia mendengar yang dicintainya bahagia. Sepulang dari Bali, Fian menyimpan rapat kenangannya bersama Cika. Sahabat selamanya bersama Cika.


Kismis Putih Abu‐Abu | 63 Dua Sahabat Hebat ina dan Vanya bersahabat sejak kecil. Mereka bersekolah di SMA Tugu. Mereka memiliki hobi yang berbeda. Fina senang bernyanyi dan Vanya suka menari. Keduannya sering mengikuti perlombaan dan saling mendukung. Meski mereka tidak sekelas tapi mereka sering belajar bersama. Keramahan dan prestasi yang telah diraihnya menjadikan mereka terkenal di sekolah. Awal semester, Fina mewakili sekolah dalam perlombaan English Singing Contest antar SMA se‐Jawa Tengah. Bakat yang dimilikinya diasah melalui latihan keras bersama Miss Tiara. Fina memilih lagu pilihan Hero dan lagu wajib My Heart Will Go On. Suaranya yang powerful dan merdu di telinga. Pendengarnya akan masuk dalam lagu yang dinyanyikannya. Fina benar‐benar berlatih demi mengharumkan nama sekolah. Miss Tiara meminta Fina berangkat lomba sendiri karena kondisi Miss Tiara yang sedang berbadan dua. Fina memahami alasan guru pembimbingnya. Dia memutuskan berangkat lomba bersama ayah dan ibunya. Miss Tiara hanya dapat mendoakan supaya Fina sukses. Demi menyemangati Fina, Miss Tiara memberikan sedikit uang saku padanya. Fina senang dan berjanji akan melakukan yang terbaik demi almamater sekolah. Waktu perlombaan tiba, Fina mendapat nomor undi 3 dari 25 peserta lomba. Giliran Fina tampil diawali dengan F


64 | Lestari memperkenalkan diri. “Hello, my name is Fina. I am from Senoir High School 1 Toroh Grobogan.” Tak ada seorang pun yang memberikan applause. Fina mencoba tenang lalu menyanyikan lagu pertama. Tak disangka semua penonton terhipnotis dengan suaranya. Mereka memberikan tepuk tangan yang meriah. Lagu kedua terdengar lebih merdu dan membuat pendengar hanyut dalam lagunya. Semua berdiri dan memberikan standing applause padanya. Fina lega dan bahagia bisa menampilkan performa terbaiknya. Saat istirahat, peserta lomba yang lain mendekati Fina. Mereka bertanya tentang asal sekolahnya. Mereka tidak mengenal sekolahnya dan mereka semua penasaran asal sekolahnya. Fina dengan senang hati menjelaskan keberadaan sekolahnya. Dia bangga sekolahnya mulai dikenali banyak teman barunya. Mereka juga bangga ketemu Fina yang memiliki suara merdu seperti seorang penyanyi terkenal. Pengumuman tiba. Juri memanggil juara 1, 2 dan 3 menuju ke panggung. Ketika juri menyebut Fina sebagai juara 1, Fina langsung sujud syukur atas kemenangan yang diraihnya. Air matanya menetes saat menerima tropi dan hadiah. Tetesan air matanya bukalah kesedihan namun tanda bahagia atas prestasi yang telah diraihnya. Turun dari panggung dia mendekati ayahnya yang setia mendampinginya. Ayahnya pun bangga padanya. “Jangan lupa telepon Miss Tiara,” pinta ayahnya.   Fina menelpon Miss Tiara yang cemas menunggu kabar darinya.   “Miss, saya juara 1,” teriak Fina.  


Kismis Putih Abu‐Abu | 65 “Alhamdulilah, ibu bangga padamu, Fin,” puji Miss Tiara.   Miss Tiara berpesan agar Fina tetap menjadi siswa yang santun dan rendah hati. Fina lalu pulang sambil terus mengucap syukur pada Allah atas prestasinya. Fina merayakan kemenangannya dengan makan malam bersama ayah, ibu dan adiknya. Keesokan harinya, pada upacara bendera Fina menyerahkan piala yang diraihnya kepada kepala sekolah. Sebagai bentuk apresiasi, sekolah memberikan hadiah padanya, gratis SPP selama 1 semester. Sekolah memberikan beasiswa ini agar memotivasi siswa lain untuk berprestasi. Fina sangat bahagia. Tak lupa dia berterima kasih pada guru pembimbingnya, Miss Tiara. Fina mengajaknya berswafoto dengan menenteng pialanya. Vanya turut gembira melihat sahabat baiknya mengharumkan nama sekolahnya. Dia mengucapkan selamat atas prestasinya. Sementara, Vanya mewakili sekolah dalam lomba tari kreasi antar SMA. Dia adalah siswa yang rajin dan tekun dalam mengasah bakat tarinya. Dia berlatih bersama guru pembimbingnya, Bu Nita. Mereka terlihat kompak dalam latihan. Bu Nita yang lemah gemulai dalam gerak tari. Vanya yang mengikuti gerakannya sangat sedap dipandang. Tubuh meliuk‐liuk mengikuti irama musik gamelan yang mengiringi. Fina yang setia melihat latihan di sore hari membuat Vanya bersemangat. Bu Nita mempersiapkan make up dan flashdisk musik iringan tarinya. Mereka berangkat ke perlombaan dengan kendaraan Bu Nita. Selama kurang lebih 20 menit, Bu Nita mempersiapkan penampilan Vanya. Wajah Vanya begitu


66 | Lestari anggun dan baju tari yang dikenakannya begitu indah. Penampilannya sangat didukung oleh make up dan kostum kreasi Bu Nita.   Ketika tampil pada urutan ke 9, Vanya terlihat penuh percaya diri. Dia bertekat untuk menampilkan yang terbaik. Gerak tubuhnya lemah gemulai hanyut dalam dentingan musik gamelan. Dia membawakan tariannya penuh penghayatan dan penjiwaan. Semua mata takjub padanya dan memuji kepiawaiannya. “Wow, good job,” teriak Bu Nita. Vanya bernafas lega setelah tampil menguras seluruh energinya. Kalah dan menang dalam perlombaan itu wajar. Baginya menjadi wakil sekolah merupakan kebanggannya. Turun dari panggung Vanya langsung memeluk Bu Nita. Dia mengungkapan rasa terima kasih atas bimbingan dan motivasi selama latihan. ”Ibu bangga padamu, Vanya,” bisik Bu Nita. Dalam hati Vanya berharap semoga dia dapat mengharumkan nama sekolah dengan meraih juara. Mereka duduk berdampingan sambil melihat penampilan para kontestan berikutnya. Mereka menikmati tarian yang dibawakan semua penampil. Vanya tampak gundah menunggu hasil pengumuman. Kegundahan Vanya terjawab saat mendengar juri memanggil namanya sebagai juara 2. Vanya sujud syukur atas prestasinya. Dia berjalan ke atas pentas menerima piala dan hadiah. Bu Nita mengabadikan momen penyerahan hadiah sambil sesekali memberikan acungan jempul padanya. Selama latihan, Bu Nita selalu disiplin dan tegas. Vanya terlatih menjadi siswa yang disiplin dalam segala tindakannya.  


Kismis Putih Abu‐Abu | 67 Mendengar kabar Vanya juara 2, Fina langsung mengirim ucapan selamat padanya. ”Kamu hebat. Kamu juara. Kamu layak dapat bintang. Aku bangga padamu, sahabat sejatiku. Tetaplah jadi Vanya sahabatku. Kibarkan bendera kemenangan demi sekolah tercinta.” Vanya tersenyum membaca pesan dari sahabat yang selalu mendukungnya. Dia membalas pesan itu dengan ungkapan terima kasih atas doa dan semangat sampai dia meraih juara. Kemenangan ini bukan hanya miliknya tetapi milik sekolah tercinta mereka. Penyerahan piala ke sekolah dilakukan ketika upacara bendera. Momen ini sangat membanggakan karena sekolah panen prestasi. Vanya juga mendapatkan gratis SPP selama satu semester. Semua peserta upacara memberikan tepuk tangan. Teman sekelasnya turut bahagia. Usai upacara, Fina mengajak Vanya ngobrol di taman asoka. Fina mengajak swafoto berdua sambil berpose gokil. Mereka terlihat happy banget. Sahabat sejati selalu di hati. Tak pandang status. Tak kenal perbedaan. Sebab perbedaan menyatukan sahabat sejati. Kemudian mereka melangkah menuju kelas masing‐ masing sambil bernyanyi Sahabat Selamanya.    


68 | Lestari    


Kismis Putih Abu‐Abu | 69 Cinta di Pojok Literasi inta adalah siswa baru di SMA Rimba. Hobinya membaca buku. Tiap pagi, dia selalu berkunjung ke perpustakaan sekolah. Dia suka membaca novel‐novel terkenal zaman now. Pagi itu dia ditemani Nia. Mereka membawa novel untuk dibaca di pojok literasi. Tempatnya rindang dan sejuk, cocok untuk membaca atau pun bersantai. Mereka tenggelam dalam cerita novel masing‐masing. Ternyata keasyikan mereka terekam dalam pandangan Toni yang diam‐diam memperhatikan mereka. Toni memotret mereka berdua dari kejauhan. Toni tak berniat jahat. Sebaliknya, dia ingin mengikutkan foto‐foto itu dalam lomba fotografi di sekolah. Toni kebetulan anggota jurnalistik, hobinya suka mencari berita dan memotret obyek yang seru.   Bel usai istirahat berdering, Cinta dan Nia bergegas masuk kelas. Mereka mengkuti pelajaran Geografi bersama Pak Jono, guru favoritnya. Mereka mengidolakan Pak Jono karena beliau tak pernah marah. Semua siswa menikmati pelajarannya yang santai dan jarang ada tugas sekolah. Mereka benar‐  benar menikmati pembelajaran. Cinta sering bertanya dan berdiskusi dengan Pak Jono. Cinta tercatat sebagai siswa yang aktif di kelas, dan Pak Jono selalu memberinya nilai bagus. Nia yang kurang aktif hanya mendapat nilai cukup. Mereka berdua tetap senang mengikuti gaya mengajar guru idolanya. C


70 | Lestari Waktu cepat berlalu bersama Pak Jono. Dua jam serasa sebentar saja. Jam pelajaran selanjutnya, pelajaran Ekonomi bersama Bu Siska. Kebetulan guru piket datang membawa tugas dari Bu Siska yang berhalangan hadir karena sedang rapat. Tanpa dikomando, semua siswa mengerjakan tugas ekonomi di dalam kelas. Cinta dan Nia saling berdiskusi dalam mengerjakan soal‐soal esai. Tanpa ada guru yang mendampingi kelas terlihat serius mengerjakan tugas. Tak ada siswa yang berkeliaran di luar atau pun santai dalam kelas. Semua terbiasa menjaga kenyamanan dan ketertiban kelas. Bel tanda berakhirnya pembelajaran berdering. Cinta memimpin doa sebelum pulang ke rumah masing‐masing. Sore itu Cinta harus piket bersama kelima temannya. Cinta memilih menyapu lantai ruang kelas, sementara temannya menata kursi, menyiram tanaman dan membersihkan sampah di dalam laci meja. Nia menunggu Cinta di pojok literasi sambil membaca lanjutan novelnya. Usai bersih‐bersih, Cinta menghampiri Nia dan mereka pulang bareng naik angkutan umum. Keesokan harinya, Cinta dan Nia menggunakan jam istirahat tuk membaca di pojok literasi. Dari kejauhan Toni telah siap memotret mereka. Dia mengambil gambar dari sudut yang lain demi hasil jepretan yang berbeda. Kali ini rahasianya terbongkar saat Cinta melihat Toni asyik memotretnya diam‐diam. Cinta memanggil Toni dan menanyakan alasan mengambil gambarnya tanpa sepengetahunnya.  


Kismis Putih Abu‐Abu | 71 Toni tidak mengatakan yang sejujurnya. Dia ingin memberikan surprise pada Cinta tentang rencananya mengikuti lomba fotografi. Dia hanya sedang memotret pemandangan sekitar taman saja. Cinta mempercayai penjelasan Toni. Kali ini Toni lolos dari tuduhan mencuri foto‐ fotonya. Dalam lubuk hati terdalam Toni merasa bersalah telah berbohong. Dia berjanji akan mengatakan yang sebenarnya setelah pengumuman lomba. Panitia lomba fotografi mengumumkan juara dengan memajang foto terbaik di mading sekolah. Semua siswa ramai mengerumuni mading demi melihat karya terbaik di sekolah. Cinta dan Nia penasaran dan mereka ikut melihat foto di mading. Bagai tertimpa es balok, wajahnya pucat dan malu melihat ada fotonya terpampang di sana. Cinta lari menemui Toni. Dia ingin Toni menjelaskan semua itu.   Toni awalnya meminta maaf karena lancang mengikutkan fotonya dalam lomba fotografi. Sebenarnya Toni ingin berterus terang padanya tapi dia menunggu pengumuman. Toni tak menyangka jika hasil karya fotografinya menjadi juara 1. Cinta sangat marah dan ingin memaki‐maki Toni. Namun Cinta mencoba meredam amarahnya dengan pergi meninggalkan Toni. Saat itu Toni tak dapat berbuat banyak. Dia diam tertunduk mengakui kesalahannya. Tiba saatnya pemberian hadiah pada juara lomba fotografi. Toni menerima hadiah dan tak lupa dia meminta maaf pada Cinta di depan semua temannya. Dia mengaku salah telah memotret tanpa izin. Dia juga berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya kembali. Mendengar permintaan maaf yang tulus meruntuhkan hatinya yang beku. Bagai


72 | Lestari diguyur hujan di tengah padang pasir, Toni senang karena Cinta mau menerima permintaan maafnya. Lalu Toni menyerahkan bingkisan hadiah dari panitia lomba fotografi kepada Cinta.   Sejak saat itu Toni dan Nia bersahabat baik. Mereka sering membaca di pojok literasi di sela‐sela jam istirahat. Nia, sahabatnya, juga ikut bergabung membaca di sana. Mereka bertiga tampak akrab dan saling bertukar pikiran bersama. Cinta yang keras kepala mulai berubah bijaksana setelah bersahabat dengan Toni. Nia senang karena Toni memberikan energi yang baik untuk Cinta. Dia juga bahagia karena Toni selalu membantu mereka dalam kesusahan. Suatu saat, Cinta sedang asyik membaca brosur lomba menulis artikel. Dia serius membaca persyaratan yang harus dilengkapinya. Tiba‐tiba Toni dan Nia datang menghampirinya. Cinta mendiskusikan rencananya mengikuti lomba menulis artikel, tapi dia meminta kedua sahabatnya membantu. Toni dengan senang hati membantu melengkapi data foto yang diperlukan. Nia membantu pengeditan naskah ketikan. Cinta begitu antusias dalam penulisan artikel.   Naskah artikel tentang pemanfaatan barang bekas di sekolah siap untuk dikirim. Nia membantu mengemas naskah dikirim melalui pos. Cinta bahagia Toni juga ikutan membantu demi terkirimnya naskah lomba. Toni secara sukarela mengirimkan berkasnya ke kantor pos. Cinta bangga orang yang selama ini dianggap jahat ternyata justru membantunya tanpa pamrih.   Bagi Cinta, semula Toni adalah sahabat yang tak pernah dianggapnya. Dia merasa Toni hanyalah cowok yang tak


Kismis Putih Abu‐Abu | 73 bertanggung jawab. Makanya dia gak pernah mau dekat dengan teman cowok. Tapi takdir berkehendak lain. Melihat kebaikan dan ketulusan Toni padanya, Cinta mengubah pikirannya untuk bersahabat dengannya. Dia sekarang paham kalau cewek juga bisa berteman dengan cowok tanpa harus berpacaran. Baginya berteman baik jauh lebih berharga dibandingkan berpacaran. Cinta membuat resolusi dalam bersahabat melalui tulisan di buku hariannya. Dia berjanji akan berteman dengan siapa saja. Dia akan memaafkan sahabatnya yang bersalah. Dia juga akan mendukung sahabatnya. Satu hal yang utama dalam resolusi berteman, dia tak akan menilai teman dari statusnya. Semua resolusi itu tersimpan rapi dalam diary‐nya. Bagai bunga bermekaran di taman yang dihinggapi banyak kupu‐kupu. Suasana pojok literasi yang ramai dipenuhi teman‐temannya sedang asyik membaca. Tempat itu menyimpan kenangan yang indah buat Cinta. Toni harus pindah sekolah mengikuti ayahnya yang pindah tugas. Toni meminta agar Cinta dan Nia tak melupakan kebersamaan mereka selama ini. Mereka dapat terus bersahabat meski jarak memisahkan mereka. ”Don’t worry, kita masih bisa chatting lewat WA,” kata Toni. Cinta dan Nia tersenyum sambil melambaikan tangan perpisahan namun sahabat tetap melekat dalam hati mereka.    


74 | Lestari    


Kismis Putih Abu‐Abu | 75 Maafkan Rian, Bu Guru ian, siswa kelas XII.IPS1 SMA Nusantara. Dia anak pertama dari dua bersaudara. Semula dia siswa yang pendiam dan tidak banyak masalah. Ketika naik kelas XII.IPS1, sikapnya mulai berubah drastis. Dia mulai sering terlambat dan di kelas selalu mengantuk. Dia tampak tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Jam pertama, Rian belajar bahasa Inggris bersama wali kelasnya, Bu Ririn. Dia kelihatan melamun dan galau di kelas. Bu Ririn mendekatinya seraya bertanya, ”Rian sakit?” Rian hanya menggelengkan kepala lalu membaca teks yang ada di buku paket. Bu Ririn berjalan keliling sambil sesekali mengamati Rian yang galau. Bu Ririn meminta Rian membaca teks kemudian mencari kata sulit dari bacaan yang dibacanya. Banyak kesalahan membaca Rian mendapat nasihat agar berlatih di rumah. Rian hanya menganggukan kepala saja. Sebagai wali kelas yang bertanggung jawab, Bu Ririn mencoba menanyakan tentang Rian pada teman sekelasnya. Rata‐rata mereka menyatakan bahwa Rian sedang dalam masalah besar. Kiki teman sebangkunya menceritakan kalau Rian memiliki banyak hutang pada teman sekelasnya. Bagai tertusuk jarum Bu Ririn kaget dan sedih mendengar masalah yang dihadapi Rian.   Jam istirahat Bu Ririn memanggil Rian untuk dimintai keterangan. Dengan lembut Bu Ririn mencoba mengorek informasi tentang masalah yang dihadapi Rian. Rian R


76 | Lestari tertunduk diam dan malu. Ternyata Bu Ririn mengetahui masalahnya. Dia menceritakan awal mulanya dia mempunyai banyak hutang pada temannya. Dia selalu taruhan dalam bermain playstation bareng temannya saat bolos sekolah. Berawal taruhan hanya makanan berubah menjadi uang yang nominalnya sangat besar. Rian baru menyadari kesalahannya setelah hutangnya menumpuk pada sahabatnya. Bahkan uang SPP telah dihabiskan di meja taruhan. Bu Ririn memberikan surat panggilan orangtua Rian. Ayah Rian kaget karena dipanggil ke sekolah. Setibanya di sekolah, ayahnya menjumpai wali kelasnya. Bu Ririn menceritakan masalah yang dihadapi putranya. Bak tertimpa balok kepala terasa pusing cenat cenut ketika mengetahui perbuatan anaknya. Ayah Rian meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat anaknya. Dia berjanji akan memberesi semua pinjaman dan administrasi yang belum lunas. Dia meminta waktu untuk mengumpulkan uang. Lalu dia pamit undur diri dan tak lupa berpesan agar Rian tidak mengulang kesalahannya. Seminggu kemudian, orangtua Rian berkunjung ke rumah Bu Ririn. Mereka menitipkan pembayaran administrasi dan pinjaman pada teman‐teman Rian. Ayahnya terlihat sedih karena Rian pergi dari rumah tanpa pamit. Bu Ririn sangat iba pada orang tua Rian. Lalu Bu ririn menelpon Rian dan memintanya pulang ke rumah. Awalnya Rian tidak ingin pulang tapi atas bujukan Bu Ririn akhirnya dia mau pulang. Orang tuanya berpamitan dengan Bu Ririn dan berterima kasih atas bantuannya.


Kismis Putih Abu‐Abu | 77 Keesokan harinya di sekolah, Rian meminta maaf pada Bu Ririn. Rian berjanji dia akan fokus belajar demi mewujudkan cita‐citanya menjadi polisi. Masalah tak berhenti begitu saja, Rian mengulang lagi perbuatannya pergi tanpa pamit. Orangtuanya kebingungan. Mereka memohon bantuan Bu Ririn untuk menelponnya. Saat orang tuanya menelpon, Rian menolak panggilannya. Bu Ririn dengan sabar menelpon agar Rian pulang ke rumah. Jika Rian tak mengikuti sarannya maka Bu Ririn tidak akan membantunya lagi. Tengah malam Rian pulang ke rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Orang tuanya berterima kasih berkat Bu Ririn anaknya kembali ke rumahnya. Kesalahan yang dilakukan Rian mendapat peringatan keras dari Bu Ririn. Rian harus menandatangani surat pernyataan bermeterai. Rian wajib melaporkan kehadirannya setiap pagi di ruang BK. Mengubah sikap tidak dapat dilakukan guru sendiri tetapi siswa sendiri yang harus berniat untuk berubah baik.   Tak terasa waktu ujian tiba jadwal begitu padat. Rian mulai menyiapkan fisik dan mentalnya. Tiap hari belajar demi mendapat nilai akademis yang memuaskan. Sore hari latihan renang dan lari demi membentuk fisik yang kuat. Padatnya jadwal kegiatan membawa Rian mengatur waktu sebaik‐ baiknya. Segala usaha telah dikerahkan. Rian hanya tinggal menunggu pengumuman. Dia menggunakan waktu luangnya untuk mengasah otak dan fisiknya. Dia mendaftarkan diri pada pendaftaran calon bintara di tahap pertama. Keberuntungan belum berpihak padanya. Dia harus


78 | Lestari menerima kegagalan di psikotes. Dia tak mau menunjukkan kesedihannya. Dia tetap fokus latihan fisik dan tes tulis. Rencananya dia akan mendaftar pada tahap kedua sebagai calon bintara. Pengumuman sekolah telah tiba. Rian bahagia dinyatakan lulus SMA. Kelulusannya memicu semangatnya ditambah dengan suport dari Bu Riris. Melalui rentetan tes yang cukup padat menguras energi, Rian pasrah hasil pendaftaran tahap kedua. Dia telah berusaha melakukan yang terbaik. Dalam hatinya bersuara, ”Kalau Allah mengizinkan pasti aku bisa lulus calon bintara.” Dia berdoa dengan khusuk agar Allah mengabulkan doanya. Tak lupa dia menjumpai Bu Ririn dan menceritakan usahanya dalam meraih cita‐cita. Bu Ririn selalu mendoakan Rian. Namun Bu Ririn mengingatkan agar Rian meminta doa dari ibu dan ayahnya. Karena doa ibu lebih mustajab dibandingkan orang lain.   Pengumuman tiba. Rian dinyatakan lulus menjadi calon bintara dan harus menempuh pendidikan di Purwakarta. Rian langsung menelepon Bu Ririn atas keberhasilannya. Bu Ririn turut bahagia mendengar berita kelulusannya. Bu Ririn berpesan agar Rian fokus mengikuti pendidikan dan tetap menjadi pribadi yang rendah hati. Orang tuanya juga mengabari Bu Ririn tentang kabar kelulusan putranya. Orang tuanya merasa berhutang budi pada Bu Ririn. Enam bulan menempuh pendidikan tak ada lagi kabar tentang Rian. Bu Ririn tidak lagi memikirkannya. Tiba‐tiba orang tuanya berkunjung ke rumah sambil membawa bingkisan. Mereka menyampaikan bahwa minggu depan Rian akan dikukuhkan sebagai bintara. Mereka berterima kasih


Kismis Putih Abu‐Abu | 79 atas bantuan Bu Ririn sehingga Rian menjadi polisi. Bu Ririn hanya menjalankan kewajibannya sebagai wali kelas.   Ketika lebaran Rian dan orang tuanya bersilaturahmi ke rumah Bu Ririn. Momen yang sangat istimewa karena Bu Ririn bertemu dengan Rian dengan pakaian dinas. Bu Ririn meneteskan air mata bahagia telah mengantarkan siswanya yang penuh keistimewaan menjadi sukses. Rian meminta maaf selama sekolah telah merepotkan wali kelasnya. Dia sadar bahwa disiplin dan tanggung jawab sangat diperlukan demi meraih impian. Rian tak lupa berterima kasih berkat dukungan dan motivasi yang selalu dicurahkan padanya. Rian tak dapat memberikan apa‐apa kecuali ungkapan terima kasih yang tak terhingga. Lama tak terdengar kabar tentang Rian, mendadak Rian berkunjung ke sekolah dan menemui Bu Ririn. Kedatangannya khusus berjumpa dengan wali kelasnya yang hebat. Rian bangga memiliki wali kelas sebaik Bu Ririn. Kesabarannya mengajarkannya untuk berpikir lebih dewasa. Kebaikan hatinya mengajarkan Rian tumbuh menjadi pribadi yang sopan. Rian akan selalu mengenang perbuatannya sebagai pembelajaran hidupnya. Dia juga berjanji akan menjadi aparat yang bijaksana dan rendah hati seperti pesan Bu Ririn. Guru sekaligus ibunya yang selalu ada saat suka dan duka.    


80 | Lestari    


Kismis Putih Abu‐Abu | 81 Geng Syantik i zaman now, siapa yang tak kenal lagu Syantik. Lagu itu selalu diputar di acara radio dan televisi. Bicara geng syantik hanya ada di SMA Mandiri. Geng yang beranggotakan enam cewek cantik makanya gengnya dinamai Geng Syantik. Ketua gengnya bernama Mirna yang beranggotakan Sita, Nina, Gina, Selfi dan Evita. Mereka selalu memakai aksesoris rambut pita warna pink. Mirna ditunjuk sebagai ketua geng karena dia berasal dari keluarga kaya.   Semula sekolah tak mengetahui keberadaan geng syantik. Saat Pak Dedi mengajar di kelas XI.IPS1, beliau memperhatikan ada dua siswa yang memakai pita rambut yang sama. Beliau hanya menganggap aksesoris kembar bukan geng tapi hanya kebetulan saja. Keanehan terjadi ketika Pak Dedi membaca tulisan geng syantik di meja Mirna. Pak Dedi meminta penjelasan pada Mirna. Mirna tampak santai dan tak merasa bersalah. Mirna menyatakan itu hanya tulisan biasa tak bermakna. Tetapi Pak Dedi tak langsung percaya. Beliau mencari apa makna tulisan di meja Mirna.   Selesai pembelajaran, Pak Dedi memanggil Rudi sang ketua kelas. Rudi awalnya takut berterus terang lalu dia mengungkapkan tentang geng syantik pimpinan Mirna. Pak Dedi berterima kasih atas kerja sama Rudi mengungkap geng di sekolahnya. Pak Dedi mengajak guru BK mengawasi pergerakan geng syantik. Jika geng ini berpotensi mengganggu ketertiban sekolah pasti akan dibubarkan. Guru D


82 | Lestari mapel dan wali kelas juga bersepakat mengamati gerak gerik anggota geng syantik. Mirna dan gengnya mulai memperlihatkan kesombongannya. Penampilan yang glamor menjadikan gap antarsiswa. Puncaknya ketika Mirna dan kawan‐kawannya mengeroyok adik kelasnya, Titin. Masalahnya sepele saja, Titin berteman baik dengan Sony. Mirna merasa cemburu karena Sony dekat dengan Titin. Titin hanya menganggap Sony sebagai sahabat biasa. Mirna yang dipenuhi amarah mengajak gengnya mengeroyok Titin di dekat kamar mandi. Pengeroyokan terjadi saat istirahat. Salah satu siswa melaporkan peristiwa itu pada Pak Dedi. Titin terluka wajahnya lembam bekas pukulan geng syantik. Titin menangis sambil menutupi wajahnya. Bu Nur membawanya ke UKS untuk mendapat pertolongan. Sementara geng syantik digiring ke BK untuk menjelaskan duduk perkara. Mira dan kawan‐kawan pasrah melangkah ke ruang BK. Teman‐ teman yang lain hanya melihat tanpa komentar. Mirna yang memicu pengeroyokan menjelaskan dengan gamblang. Semua terjadi karena Mirna mengikuti amarahnya yang tak terkontrol. Mirna mengakui kesalahannya. Teman gengnya hanya ikutan mengeroyok karena solidaritas kawan. Pak Dedi mencatat semua kesalahan yang diperbuat gang syantik. Guru BP memberikan surat panggilan bagi orang tua gang syantik untuk mendiskusikan permasalahan ini. Mirna terlihat takut karena orang tuanya akan memarahi perbuatannya yang memalukan. Tapi nasi telah menjadi bubur. Mirna hanya tertunduk tak berdaya.


Kismis Putih Abu‐Abu | 83 Sesampainya di rumah, Mirna menceritakan kesalahan yang dilakukannya di sekolah. Mamanya kaget anak kesayangannya melakukan tindak kekerasan pada temannya. Mirna menyesali perbuatannya dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Mamanya memaafkan Mirna tapi uang jajannya dipotong selama satu bulan. Tindakan mamanya diberikan agar Mirna menerima konsekuensi perbuatan nekatnya. Papanya juga merasa malu karena Mirna tak dapat mengontrol emosinya. Mirna meminta maaf kepada orang tuanya. Pagi itu Mirna berangkat ke sekolah bersama mamanya. Mirna mengantar mamanya ke ruang BK. Pak Nur menerima mamanya lalu mempersilakannya duduk di sofa. Pak Nur menceritakan perbuatan putrinya. Pihak sekolah akan memberi sanksi menyiram tanaman di taman sekolah selama satu minggu. Mirna diminta meminta maaf pada Titin dan Mirna diwajibkan membuat surat pernyataan bermaterai. Tujuan sanksi agar siswa lain tak meniru perbuatan arogan di sekolah. Rekan gengnya juga mendapatkan sanksi yang sama seperti Mira.   Sejak tragedi itu gang syantik resmi dibubarkan. Seluruh siswa tidak boleh membentuk geng yang tak berfaedah. Mereka diimbau membentuk kelompok belajar atau klub speaking demi meraih prestasi. Mirna mengajak teman‐ temannya untuk bersahabat dengan semua siswa di sekolahnya. Titin memaafkan kesalahan yang diperbuat Mirna. Mereka bersahabat dan memelopori pembentukan kelompok olimpiade science.


84 | Lestari Bu Dita menjadi pembimbing mapel Fisika. Mirna sangat antusias mengikuti kegiatan yang sangat bermanfaat baginya. Mirna dan Titin kumpul dalam satu kelompok karena mereka suka pelajaran Fisika. Mereka berkompetisi untuk menunjukkan yang terbaik mewakili sekolah pada ajang olimpiade science. Bu Dita mulanya bingung menentukan keduanya yang sama‐sama pintar. Dengan tes seleksi awal perolehan nilai Mirna lebih unggul dibandingkan Titin. Mirna menjadi wakil mapel Fisika. Titin dengan senang hati mendukung Mirna agar menunjukkan kemampuan terbaiknya di ajang bergengsi.   Mirna dan kawan‐kawannya saling mendukung demi almamater. Latihan dua minggu menguras pikiran dan tenaganya. Titin sahabat baiknya selalu memperhatikannya dengan mengirim menu makan siang. Mirna bahagia memiliki sahabat yang penuh perhatian. Sementara ke lima temannya yang lain turut mendukungnya dengan sesekali menghampirinya saat latihan. Bu Dita yang sabar membimbing latihan soal‐soal Fisika membentuk Mirna lebih bertanggung jawab. Saat Titin banyak tugas, dia masih menyempatkan diri untuk mengirim pesan singkat yang diantar temannya disertai snack kesukaan Mirna. Betapa mulia hatimu, Tin. Padahal dulu aku sangat jahat padamu. Kamu adalah sahabat kiriman Allah yang selalu menyejukkan hatiku. Tak pernah kuimpikan bertemu sahabat sepertimu. Aku janji menjadi sahabat sejatimu. Mirna dan Titin saling mendukung dan menolong dalam segala situasi. Layaknya penggalan puisi yang Mirna tulis untuk Titin.


Kismis Putih Abu‐Abu | 85 Buat Sahabatku Awalnya sepi Tanpa kata Kini kau hadir Hiasi hariku Temaniku Tanpa kenal lelah Demi arti sahabat Tak ada arti hidupku Tanpa senyumanmu Galau Hampa Tak tentu arah Kini kau menyinari hariku Penuh senyuman Indahkan hariku semakin berwarna Sahabatku terima kasih       


86 | Lestari    


Kismis Putih Abu‐Abu | 87 Impian Dino ino, si cowok sederhana yang paling pintar di kelas XII.IPA4. Hobinya main games dan bersepeda. Tiap pagi dia berangkat ke sekolah naik sepeda. Penampilannya yang simpel membuat teman‐temannya sering mengejeknya. Asalnya dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang tukang kayu di desa. Penghasilannya tak tentu bahkan buat makan terkadang kurang. Tapi Dino selalu belajar keras demi masa depan yang cerah. Sejak kelas X dia selalu diperingkat 1 tetapi dia tak pernah sombong. Dia selalu rendah hati dalam kesehariannya. Dino pintar dalam semua mata pelajaran. Semua guru memujinya. Meski banyak pujian dari temannya, dia tak pernah arogan sedikit pun. Dia tetap menjadi sosok yang pendiam dan menyendiri. Dia berteman baik dengan Ahmad yang rajin dan pintar. Mereka berdua selalu berkompetisi dalam meraih prestasi di kelasnya. Saling mengasah kemampuan dalam bidang bahasa dan science. Mereka berdua juga pernah mewakili kompetisi olimpiade science tingkat kabupaten. Mereka belum bisa meraih juara tapi mereka telah menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dino senang belajar bahasa Inggris. Ketika guru memberikan tugas menulis teks pidato bahasa Inggris, Dino memperoleh nilai 95. Ahmad lebih senang pelajaran Matematika. Tiap kali ulangan, ia selalu mendapat nilai 100. Mereka sama‐sama berasal dari keluarga sederhana. Mereka D


88 | Lestari bercita‐cita mendapat beasiswa di perguruan tinggi negeri yang diimpikannya. Belajar bareng agenda rutin mereka setiap pulang sekolah. Mereka sering sharing dan bertukar pendapat. Ketika sedang mengerjakan tes, mereka selalu berkompetisi untuk meraih nilai terbaik. Dino yang lugu tiba‐tiba jatuh cinta pada Mia, cewek cantik dari kelas XII.IPA3. Dino terlihat salah tingkah. Malu‐ malu tapi mau. Jantungnya berdetak kencang. Tatap matanya tertuju pada cewek yang dipikirkan tiap saat. Jatuh cinta saat pandangan pertama sungguh susah dilupakan. Dino mulai tak fokus karena teman sekelasnya selalu mengejeknya. Dino mulai tampil macho dan dia tak ingin temannya menyindir hubungannya dengan Mia. Tapi teman‐temannya mengomentari kalau Dino dan Mia pasangan yang serasi.   Dalam lubuk hati orang yang sedang jatuh cinta selalu dipenuhi bunga‐bunga. Tak ada rasa sedih. Yang ada hanya bulir‐bulir senyum karena nada cinta terdengar indah dalam angan. Dino melamun, ”Mia, kamu cantik, anggun, dan pintar. Lesung pipimu begitu menawan, senyumanmu merekah bagai bunga mawar. Suaramu merdu menyentuh kalbu bak lantunan lagu gambus. Andai aku dapat bersamamu meski sedetik saja, aku pasti bahagia.” Ahmad menyarankan agar Dino menyatakan perasaannya pada Mia. Dengan mengumpulkan keberanian dirinya, Dino menemui Mia. Lalu menyatakan perasaan cintanya pada Mia. Mia tak kaget mendengarnya karena Mia juga menyimpan perasaan yang sama. Mereka bersepakat mengenal dekat tapi mereka harus menjaga agar hubungan ini tidak mengganggu belajar. Dino setuju berpacaran harus


Kismis Putih Abu‐Abu | 89 menambah semangat belajar meraih prestasi. Mia ingin masuk PT favoritnya. Dia mengajak Dino membantunya dalam belajar. Sejak saat itu Dino, Mia, Ahmad dan Tiar selalu belajar bareng untuk mempersiapkan ujian. Rentetan latihan ujian menguras energi bagi setiap siswa kelas XII. Dino dan kawan‐kawannya tetap optimis dengan belajar giat demi meraih kelulusan dengan nilai terbaik. Mereka saling memotivasi untuk terus berjuang demi meraih mimpi. Dino bertambah semangat saat belajar kelompok bersama Mia. Wajahnya berseri bagai bintang di malam hari menerangi langit tanpa bulan. Mia juga merasakan semangat yang membara dalam hatinya. Dino, Mia dan Ahmad mengikuti seleksi masuk PT melalui jalur undangan. Dino diterima di jurusan Teknik Sipil Undip. Mia diterima di jurusan Hukum Unnes dan Ahmad di jurusan Matematika Undip. Mereka sangat bersyukur dapat meraih mimpi bersama. Kebersamaan yang indah dan penuh kenangan mereka rasakan selama belajar giat. Mereka sekarang bisa kuliah di PT yang diidamkannya. Keceriaan meliputi hati ke tiganya meski nantinya mereka harus terpisah karena kampus yang berbeda. Dino berterima kasih pada Mia yang selalu mendukung dalam belajarnya. Mia juga bangga menjadi sahabat dekat Dino yang selalu menebar virus belajar demi masa depan. Dino tak mau memaksakan kehendaknya untuk berpacaran dengan Mia. Dino yakin cinta tak bisa dipaksakan. Dino berjanji akan menunggu Mia siap mengisi hari‐hari indahnya. Di acara wisuda purna wiyata kelas XII, Mia mengenakan kebaya warna merah. Terlihat anggun dan cantik jelita. Dino


90 | Lestari hampir tak mengenalinya saat dia antre mengisi daftar hadir. ”Berdebar jantungku tatkala melihat bidadariku. Cantik parasmu, merdu suaramu, mengirim panah asmara menembus jantungku. Terima kasih, Tuhan. Telah Kau ciptakan makhluk sesempurna, Mia.”   Mia mengajak selfi bareng Dino dan Ahmad. Mereka berpose segokil‐gokilnya sebagai album kenangan putih abu‐ abu.   Dari kejauhan terdengar pengumuman wisuda akan segera dimulai. Seluruh wisudawan dimohon menempatkan diri. Dino, Mia dan Ahmad duduk didampingi orangtua masing‐masing. Mereka akan menerima hadiah tabungan dari sekolah atas prestasi sebagai rangking 1, 2 dan 3 di kelas XII.IPA. Diam‐diam Dino melirik Mia yang sedang menata kain kebayanya. Tak bosan rasanya memandang wajah dan senyumannya. Dina berharap waktu berjalan pelan agar dia dapat puas memandang paras cantik bidadari hidupnya. Tiba waktu penyerahan hadiah rangking tiga besar jurusan IPA dan IPS. Dino menduduki rangking 1, Ahmad ada di peringkat 2, dan Mia di posisi ke 3. Mereka maju ke atas panggung didampingi orang tuanya. Sekolah bangga memiliki siswa yang rajin dan cerdas seperti mereka. Meski dalam kondisi susah tetapi mereka mampu bangkit meraih prestasi yang membanggakan. Orangtua mereka pun meneteskan air mata kebahagiaan atas prestasi anak‐anaknya. Dino terharu melihat semua mata memandang padanya. Dalam relung jiwanya, ”Terima kasih Tuhan, Kau telah memberikan nikmat yang besar padaku. Jadikan hamba selalu bersyukur dan jauhkan hamba dari sifat sombong.”


Kismis Putih Abu‐Abu | 91 Mereka lalu merayakan perpisahan masa putih abu‐abu dengan membuat video kebersamaan. Video dibuat dalam durasi 30 menit, berisi tentang warna warni kehidupan remaja pencari jati diri. Adegan drama kesombongan yang roboh oleh kebaikan. Suasana kisah‐kasih di sekolah penuh romantisme. Pesta warna‐warni yang menggambarkan pelangi remaja masa kini. Namun drama berakhir dengan kebersamaan mereka yang menyatukan indahnya kisah perjalanan masa SMA. Mereka larut dalam lagu kisah kasih di sekolah yang masih terdengar indah. Dino, Mia dan Ahmad saling bergandeng tangan sabil bernyanyi bersama. Suasana tambah seru saat Putri membacakan puisinya. Selamat Tinggal Putih Abu‐Abu Tiga tahun sudah Penuh warna‐warni Bak pelangi senja Kebersamaan suka duka Memori indah menyatukan kita Jangan lupakan Good‐bye putih abu‐abu   kami merindumu selamanya    


92 | Lestari    


Click to View FlipBook Version