Kismis Putih Abu‐Abu | 93 Thanks, My Teacher alam rangka Dies Natalis SMA Gempita yang ke‐25, sekolah mengadakan berbagai kegiatan di antaranya jalan sehat, bazar, lomba kebersihan, lomba pidato, menyanyi dan baca puisi antar kelas. Masing‐masing kelas mengirimkan wakil untuk mengikuti perlombaan. Wali kelas X.IPS4, Bu Wati menunjuk perwakilan kelas. Siska yang pandai berbicara mengikuti lomba pidato. Loli yang bersuara emas mengikuti lomba menyanyi. Nirma didaulat mengikuti lomba baca puisi. Sementara Intan dan Hesti mengurus persiapan lomba bazar. Siswa lainnya mempersiapkan lomba kebersihan. Bu Wati adalah sosok wali kelas dan guru yang disiplin dan ramah. Hampir semua siswa mengidolakannya. Tanggung jawab dalam membimbing kelasnya terlihat nyata. Kelas yang dibimbingnya sering menjuarai lomba antar kelas. Parasnya sangat cantik dengan balutan busana yang serasi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sorot mata yang melihatnya akan berdecak kagum dan terpesona. ”Wow sungguh indah makhluk ciptaan Tuhan.” Ketika kelas mempersiapkan lomba kebersihan, Bu Wati mengomando langsung turun tangan menanam bunga mawar dan anggrek di taman depan kelas. Semua bekerja tak ada yang berpangku tangan. Ketulusan hatinya dalam menumbuhkan karakter cinta dan peduli lingkungan di kelasnya sukses. Tampak kelas nyaman, asri, hijau dan bersih D
94 | Lestari dari sampah. Kebiasaan siswa yang tidak menyampah di laci meja menjadikan kelas bersih dan sehat. Bu Wati selalu mengajak siswanya belajar giat untuk meraih prestasi. Belajar tidak hanya dari buku. Belajar bisa dilakukan dari lingkungan sekitar. Menyimak kegiatan kelas yang kreatif, Bu Wati pasti mengabadikannya lewat kamera HP. Damar sang ketua kelas selalu berkomunikasi baik dengan beliau. Setiap saat beliau meluangkan waktu untuk menengok kelasnya. Tiada upaya yang mengelabuhi hasil. Kerja keras dan kreativitas terus digali untuk meraih juara. Suatu masa, Didit, siswa yang kurang mampu menyatakan tidak dapat membayar administrasi sekolah karena orang tuanya gagal panen. Damar mendiskusikan masalah yang dihadapi Didit. Sebagai wali kelas yang bijaksana, Bu Wati memanggil Didit untuk mengonfirmasi masalahnya. Didit menghadap Bu Wati dan berterus terang tentang masalah yang dihadapinya. Bu Wati memberikan waktu untuk Didit melunasi administrasinya. Tak lupa bu Wati mengusulkan beasiswa BKM pada Didit agar bisa membayar administrasi sekolah. Tanpa bilang siapa pun, Bu Wati melunasi tanggungan pembayaran buku yang jumlahnya cukup banyak. Lalu beliau memberikan bukti pembayarannya pada Didit. Didit sangat berterima kasih pada beliau yang telah membantunya dengan sukarela. Beliau berpesan agar Didit belajar giat agar usaha orang tuanya tidaklah sia‐sia. Didik bertekad, ”Saya akan membalas jasa baik ibu. Kelak saya sukses pasti saya akan menemui ibu. Doakan saya sukses, Bu.”
Kismis Putih Abu‐Abu | 95 Perlombaan antar kelas telah usai. Tibalah saat pengumuman. Kelasnya Damar memperoleh juara 1 dan juara bergilir kebersihan kelas. Siska mendapatkan juara 2 lomba pidato. Loli menjadi juara 3 lomba menyanyi dan Nirma meraih juara 1 lomba baca puisi. Mendengar kabar keberhasilan yang diraih anak didiknya, Bu Wati sangat bangga dan bahagia. Beliau langsung menuju ke kelas. Rencananya mereka akan merayakan kemenangan dengan makan bersama di rumah Bu Wati. Murid‐murid membantu persiapan acara syukuran. Bu Wati turut senang karena kerja sama terjalin erat antar siswa. Mereka begitu akrab dan saling mendukung demi keberhasilan kelasnya. Ketika semua lulus SMA, sebagian melanjutkan kuliah bahkan ada juga yang bekerja karena tuntutan ekonomi. Damar,Tomi dan Heri diterima sebagai Bintara Polri. Didit yang tak gampang menyerah menjadi tentara angkatan darat yang bertugas di Kalimantan. Seperti janji yang diucapkan dulu, Didit berkunjung ke rumah Bu Wati. Didit ingin berterima kasih atas bantuan dan bimbingan beliau yang tulus. Tak lupa Didit membawakan oleh‐oleh khas Kalimantan. Tak terasa air mata Bu Wati meleleh karena bangga melihat Didit menjadi abdi negara. Beliau berpesan agar Didit selalu menjaga nama baik sekolah dan selalu disiplin dalam bekerja. Didit pamit setelah temu kangen dengan Bu Wati meski hanya satu jam. Sementara Damar, Tomi dan Heri berkunjung ke SMA. Mereka menemui Bu Wati yang dulu menjadi wali kelasnya. Bu Wati kaget melihat penampilan ketiga siswanya telah
96 | Lestari berseragam rapi. “Selamat ya Nak, semoga sukses terus,” ujar Bu Wati. Damar menyerahkan seikat bunga mawar merah dan sebatang coklat sebagai tanda cintanya pada gurunya yang dulu selalu memotivasinya. Damar yakin tanpa bimbingannya mustahil Damar dapat menjadi seperti sekarang. ”Semoga ibu selalu sehat, bisa mengajar siswanya dan ibu selalu menjadi guru terbaik bagi kami semua.” Tak lupa Damar dan kawan‐kawan mengajak berswafoto untuk kenangan. Mereka mengunggah foto‐foto itu di WA grup kelasnya. Semua memberikan jempol dan titip salam buat bu guru tercintanya. Saat lebaran, Damar dan teman‐temannya berencana silaturahmi ke rumah Bu Wati. Siska dan Loli membawa buah tangan buat beliau. Ketika membukakan pintu, Bu Wati kaget campur tak percaya alumni kelas yang dulu dibimbingnya datang ke rumah. “Subhanallah, kalian datang,terima kasih masih mengingat ibu,semoga kalian sukses.” Damar menceritakan cara mengumpulkan teman‐temannya. Tiba‐ tiba nada dering HP Damar berdering. Ternyata Didit tak bisa datang karena harus tugas ke pedalaman. Tak lupa Didit titip salam dan sungkem pada Bu Wati. Mereka bergembira kumpul bersama guru favoritnya. Bercanda, bernyanyi dan bercerita tentang dunia kerja dan kuliah yang mereka tekuni masing‐masing. Suasana ramai dan akrab nampak dari kebersamaan. Mereka lalu pamitan. Tak lupa mereka berjanji akan bertemu kembali suatu saat di acara reuni sekolah. Damar mengingatkan agar tidak hilang kontak. Silaturahmi wajib
Kismis Putih Abu‐Abu | 97 dijaga sampai mereka tua. Budaya kerja sama, saling menghormati dan saling mendukung diwariskan Bu Wati untuk mereka. Kebiasaan yang sopan dan santun serta bertanggung jawab selalu terpatri di benak masing‐masing. SMA boleh lulus tapi silaturahmi sambung terus. Siswa pintar dan sukses berkat guru. Jangan lupa ucapkan terima kasih atas jasanya.
98 | Lestari
Kismis Putih Abu‐Abu | 99 Gadis Angon Bebek ita adalah gadis remaja yang rajin membantu orangtuanya dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sita selalu menjadi bintang di kelasnya. Peringkat 1 selalu diraihnya. Tiap pagi Sita membantu ibunya menggoreng camilan yang dijual di kantin sekolah. Usai mandi dan bersiap ke sekolah, dia selalu menyempatkan sarapan pagi. Dia berangkat ke sekolah jalan kaki karena jarak rumah ke sekolah hanya 2 km. Sambil menenteng tas isi gorengan dia berjalan melewati pinggir sawah. Udara pagi yang sejuk membawa suasana hatinya selalu tenang dan damai. Meski dia harus bekerja namun dia tetap tekun belajar. Dalam angannya selalu terbayang. ”Semoga aku dapat mengubah keadaan orang tuaku. Kasihan mereka terlalu tua untuk bekerja sebagai kuli angkat di toko bangunan dengan penghasilan pas‐pasan.” Tiap hari keluarganya makan nasi dan sambel serta sayuran dari pemberian tetangganya. Sita tidak malu kalau sepulang sekolah dia harus angon bebek milik Pak Ribut. Bayarannya tak banyak tapi cukup untuk membiayai sekolahnya. ”Aku akan kerja keras demi meraih cita‐citaku, semangat Sita, kamu pasti bisa kuliah.” Dalam doanya, dia selalu berharap, ”Ya Allah berikanlah jalan agar hamba dapat memperoleh beasiswa dari kampus. Lancarkan jalan hamba S
100 | Lestari menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bantu hamba membahagiakan orang tua.” Angon bebek bukan pekerjaan yang mudah karena membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Dalam jiwa Sita selalu bersemangat demi masa depan yang lebih baik. kemiskinan yang harus dipikul keluarganya bukan pilihan hidup. Tetapi Allah telah menguji kesabaran mereka agar mampu bangkit menjadi pribadi yang kuat. Nasib akan berubah jika kita mau berusaha seperti Sita yang pantang mundur dari semua usahanya mengumpulkan uang untuk sekolah. Mengingat prestasi di semester awal, Sita mendapat bantuan untuk membiayai administrasi sekolahnya. Kerja kerasnya membuahkan hasil, dia mampu membiayai sekolahnya tanpa meminta uang pada orangtuanya. Sifatnya yang tak gampang putus asa membuat teman‐temannya salut. Mereka berharap nantinya Sita bisa kuliah gratis. Doa dan usaha dikerahkan Sita dan keluarganya. Sita diterima di PT Negeri tanpa tes dan gratis SPP selama kuliah. Sita bersujud seraya mengucapkan syukur atas terkabunya doa‐ doanya. ”Alhamdulilah wa syukurilah, Engkau Maha Mendengar doa‐doaku. Jadikan hamba selalu bersyukur. Jadikan pribadi hamba rendah hati dan tak sombong dengan semua pemberian‐Mu.” Sita selalu ingat kerja kerasnya tiap pagi dan petang dalam mengumpulkan pundi‐pundi rupiah. Uang yang terkumpul ditabungnya sedikit‐sedikit untuk kebutuhannya sehari‐hari. Terkadang dia rela menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk membeli beras buat makan keluarganya.
Kismis Putih Abu‐Abu | 101 Bagi Sita, Allah itu Maha Kaya. Hamba yang meminta dengan doa yang tulus akan mendapatkan rezeki yang melimpah ruah. Sita tetap tegar dalam kondisi miskin. Dia tetap rangking 1 di kelasnya bahkan peringkat 1 secara paralel di kelas IPA. Rahasia Sita meraih prestasi terbaik di sekolah dia ceritakan pada acara kumpul bareng teman sekelasnya. Sita hanya mengatur waktu belajarnya secara rutin. Pagi sehabis subuh, dia selalu belajar 15 menit lalu membantu ibunya menggoreng camilan. Pagi sesampainya di sekolah dia belajar lagi 15 menit. Sore saat angon bebek dia juga tak membuang waktu percuma. Dia tetap membawa catatan kecilnya sebagai bahan membaca. Malam sepulang mengumpulkan telur bebek dan menyetorkan ke pelanggan. Dia sempatkan belajar meski hanya 20 sampai 30 menit saja. Lelah ataupun penat tak menghalanginya untuk belajar. Riana yang mendengar ceritanya terharu dan salut padanya. ”Betapa ruginya aku yang memiliki banyak waktu dan fasilitas tapi aku tak pernah mau belajar.” Riana mengusap matanya yang berkaca‐kaca sesaat mendengar cerita Sita. ”Orang sukses ditentukan daya upaya meraih kesuksesan. Kaya tak menjamin sukses karena sukses itu proses meraih keinginan yang diimpikan penuh perjuangan.” Sita tetap Sita yang sederhana, anggun dan pintar. Penampilannya yang biasa tapi kecerdasannya luar biasa. Riana bercermin dari Sita, dia ingin meniru kebiasaannya yang rajin dan disiplin dalam hidupnya. Prestasi Sita yang hebat tak hanya mendapatkan pujian saja. Dia juga mendapatkan beasiswa dari berbagai kampus.
102 | Lestari Sita memilih kampus impiannya. Dia berpenampilan sepertia biasanya dan selalu santun dalam berbicara. Pilihannya telah bulat, dia ingin kuliah jurusan bahasa Inggris, mapel kesukaannya. Harapannya, dia ingin menjadi guru agar kisah hidupnya dapat menginspirasi semua orang yang mendengarnya. Menurutnya, guru itu sosok di balik kehebatan seseorang. Adanya dokter karena guru, adanya dosen juga karena guru, adanya insinyur karena guru, adanya arsitektur dan profesi lain juga berkat guru. Meski Sita belum menjadi guru, tapi impiannya ingin mengajak anak didiknya tumbuh menjadi pribadi yang hebat. Kisah perjuangan Sita tak berhenti di SMA. Dia berjuang lebih giat lagi di kampusnya. Persaingan yang banyak dari daerah lain membuatnya selalu menjadi yang terbaik. Sita tetap bekerja di jam‐jam kosong dengan berjualan makanan di sekitar kampus. Teman‐temannya banyak yang membeli dagangannya. Sifatnya yang ramah dan supel membuat temannya suka padanya. Bahkan temannya selalu memberikan uang kembalian untuknya saja. Meski beasiswa telah diperolehnya, dia tetap berusaha bekerja sambil kuliah. Disiplin dalam kuliah dan kerja membawanya sukses dalam bisnis kecil‐kecilan. Berbisnis bukan tujuan utama Sita. Dia ingin fokus kuliah sambil membantu membiayai kedua adiknya yang bersekolah di SD. Cintanya pada keluarga sangat besar. Dia memberikan sebagian tabungannya untuk biaya sekolah adik‐adiknya. Tanpa mengeluh, dia selalu berusaha untuk mendapatkan uang. Kadang roti dagangannya tak laku. Dia menyedekahkan roti itu pada tukang becak atau temannya yang
Kismis Putih Abu‐Abu | 103 membutuhkan. Walau penghasilannya kecil, dia tetap menyempatkan sedekah sebagai rasa syukur pada Allah. Kebiasaannya yang pantang menyerah membawa berkah hidupnya. Riana, yang memiliki toko roti menawarkan bisnis bareng. Sita bisa menjual roti dari tokonya dengan harga yang murah. Sita difasilitasi HP untuk delivery order (pesan antar) di kampus. Hatinya sangat gembira, ternyata jalan hidupnya telah dibukakan Allah. Dia menerima tawaran Riana dan memulai bisnis bersama. Sejak saat itu hidup Sita membaik, perekonomiannya meningkat. Beasiswa tetap disandangnya karena dia tetap menjaga IPK yang cumlaude, mengalahkan teman‐teman sejurusannya. Perjuangan kerasnya menjadikan dia seorang guru sekaligus pengusaha yang handal yang mampu menaikkan martabat keluarganya. Angon bebek yang ditekuni sejak masih sekolah mengantarkan Sita sukses meraih cita dan cintanya. Dia bertemu kakak kelasnya yang dulu menyimpan rasa padanya. Namun apa daya, Aldo tak punya keberanian tuk mengungkapkan isi hatinya. Aldo berani membuka hatinya setelah menjadi sukses menjadi seorang polisi. Sita dan Aldo memutuskan untuk menjalani hidup bersama meski mereka tak pernah bermimpi.
104 | Lestari
Kismis Putih Abu‐Abu | 105 Cinta dan Persahabatan isah manis ini dialami Rehan dan sahabatnya, Bayu, Tio dan Roni. Mereka bersahabat sejak kelas X di SMA Muhi. Ke manap un mereka pergi selalu bersama‐ sama. Tapi mereka bukanlah geng anak sekolah karena penampilannya yang tidak pernah sama. Mereka berpakain sesuai selera masing‐masing. Ke empat sahabat itu senang mengikuti kegiatan pramuka yang mengajarkan kedisiplinan. Mereka sering berlatih bersama di pangkalan sekolah. Dalam setiap even pramuka mereka saling membantu dalam mempersiapkan pernak perniknya. Persahabatan mereka cukup unik. Rehan memiliki sifat keras sering marah jika tidak cocok dengan pendapat temannya. Bayu lebih dewasa dari usiannya. Bawaannya selalu mengalah dan sabar dalam menghadapi Rehan. Tio itu pendiam tapi cekatan dalam bekerja. Roni memiliki sifat ramah dan suka menolong. Awalnya, mereka bersahabat rukun meski banyak perbedaan sikap dan prinsip. Persahabatan menjadi terganggu dengan kedatangan Lia. Mereka berkenalan dengan Lia, teman pramuka dari sekolah lain. Mereka berkenalan secara bergantian. Rehan kenalan Lia saat upacara pembukaan kemah bakti. Bayu berkenalan saat acara pionering kebetulan mereka duduk berdekatan. Sementara Tio kenal Lia saat acara unggun dan Roni berkenalan pada acara senam pagi. Masing‐masing mengagumi kecantikan dan K
106 | Lestari kebaikan hati Lia. Mereka asyik berkomunikasi lewat whattapp. Kebersaman mereka di acara malam minggu mulai redup. Rehan mulai berbohong dengan dalih ada acara keluarga sehingga tak dapat berkumpul. Bayu terlihat mencurigakan ketika Sabtu sore selalu alasan tidak bisa mengikuti main basket bersama. Tio yang tadinya rajin berkumpul ikutan absen saat main futsal dengan alasan mengantar ibunya. Roni jarang ikut CFD karena menunggui adiknya di rumah. Semua alasan mereka sebenarnya mereka ada janjian bertemua Lia. Rehan sembunyi‐sembunyi bertemu Lia pada malam minggu untuk makan malam berdua. Rehan memilih resto yang jarang dikunjungi teman‐temannya. Seperti malam itu dia memesan candle light dinner bareng Lia. Menu telah disiapkan di meja romantis. Rehan dan Lia berjalan ke meja yang telah dipesan. Lia tak pernah menyangka Rehan akan mengajak makan malam yang sangat istimewa. Jauh dalam lubuk hatinya, Lia punya anggapan sendiri. ”Aku tak dapat membohongi isi hatiku, sebenarnya aku menganggap kamu sahabat biasa tak lebih. Tapi kenapa kau mengira lebih. Oh, God. What should I do?” Lia hanya terpaku diam tanpa kata serasa mulutnya terkunci rapat. Rehan menarik kursi dan menyilakan Lia untuk duduk. Dalam diam Lia merasa galau tingkat dewa. “Kalau aku tak jujur pasti Rehan akan kecewa. Tapi malam ini begitu indah, aku tak ingin merusaknya.” Mereka mulai menikmati makan malam tanpa tutur kata. Setelah makan mereka saling mengutarakan isi hatinya. Rehan bersuara rada cemas.
Kismis Putih Abu‐Abu | 107 ”Lia, aku pingin jadi sahabatmu yang lebih dari sahabat. Boleh aku mengenal kamu lebih dekat lagi?” Lia canggung dan bingung menjawabnya. “I am sorry, Rehan. I just want to be your friend no, yeah just friend.” Rehan harus menerima keputusan Lia. “Okay, I’ll be your friend. Thanks.” Mereka beranjak dari resto pulang ke rumah masing‐masing. Sore yang cerah, Bayu bertemu dengan Lia di toko buku. Bayu berangan‐angan, ”Andai kau menjadi kekasihku, aku akan selalu menemanimu ke mana pun kamu pergi. Kira‐kira kamu punya perasaan yang sama seperti aku gak ya?” Lamunannya pecah saat Lia datang dan menepuk pundaknya dari belakang. Lia basa‐basi. “Dah lama ya nungguin aku? By the way, thanks for accompany me.” Bayu tersenyum. ”You’re welcome. Mau beli buku apa?” Lia mengutarakan niatnya ingin membeli buku kumpulan puisi. Dia ingin latihan membaca puisi untuk persiapan lomba di sekolahnya. Bayu membantunya memilih buku kumpulan puisi yang diinginkan Lia. Saat pulang dari toko buku, Bayu mengantar Lia naik motor. Dalam perjalanan Bayu bergurau. “Lia, kamu cantik banget, pasti banyak cowok yang naksir.” Lia tersenyum sambil meledek. ”Ah, biasa aja. Aku gak ingin pacaran dulu. Aku mau fokus belajar. Aku lebih senang bersahabat seperti kamu.” Bayu lega dah mendapat jawaban hatinya. Sesampainya di rumah Lia, Bayu langsung pamit pulang.
108 | Lestari Sementara Tio punya kisah lain bersama Lia. Waktu jalan‐ jalan di mal, Bayu sedang menemani Lia membeli sepatu olah raga. Tio berharap terlalu banyak. “Semoga Lia mau jadi pacarnya. Aku pasti akan bahagiain kamu, Lia.” Pelan‐pelan Tio mengungkapkan isi hatinya saat Lia duduk mencoba sepatu warna pink. “Lia punya cowok belum? Kalau belum, aku siap kok jadi cowok idamanmu.” Lia tersenyum sambil beranjak dari tempat duduknya. Dengan nada lembut, Lia berusaha agar tidak menyakiti Tio. “Maaf, ya, Tio. Kita temenan aja ya. Aku dilarang pacaran sama orangtuaku.” Tio dengan lapang dada harus move on. Dia berusaha tegar untuk jadi sahabat Lia. Dia juga harus menghapus angannya yang melambung bagai pungguk merindukan bulan. Roni mengenal Lia hanya lewat whatsapp saja. Mereka tak pernah kopdar (kopi darat). Mengingat Rio adalah cowok pemalu dan pendiam. Tiap pulang sekolah, Roni selalu kirim puisi lewat WA. Lia sangat bahagia mendapat puisi yang romantis. Terkadang Lia mengirim puisi balasan. Roni emang bukan tipe cowok romantis, tapi dia pintar meramu kata‐kata menjadi puisi. Malam itu Roni mengungkapkan perasaan cintanya pada Lia lewat sebait puisi. “Kamu bagai bidadari. Senyummu menghangatkan dunia. Suaramu mendamaikan duniaku. Akankah hatimu tercipta hanya untukku?
Kismis Putih Abu‐Abu | 109 Cukup katakan ya jika kau makhluk ciptaan Tuhan yang dikirim tuk aku.” Membaca penggalan puisi itu Lia merasa Roni benar‐ benar mencintainya. Apa daya Lia terdiam dalam galaunya. Lalu dia mencoba membalas puisi Roni dengan kata‐kata yang tidak menyakiti perasaannya. “Aku adalah embun pagi. Aku dikirim Tuhan tuk damaikan bumi bukan hanya untuk kamu. Senyumku bagai pelangi. Penyegar hati gundah. Tapi jangan salah. Aku hanya manusia biasa. Aku hanya ingin bersahabat. Persahabatan yang mendamaikan dunia.” Roni diam. Impiannya tak seindah kenyataan. Dia rela melepas mimpi indahnya karena baginya bersahabat dengan Lia si cantik adalah anugerah terindah dalam hidupnya. Di sekolah, Rehan dan ketiga sahabatnya duduk di taman sekolah. Rehan menceritakan kisahnya pada sahabatnya. Bayu, Tio dan Roni berteriak bersama‐sama. “Siapa nama cewek itu?” Rehan meminta maaf karena mengabaikan ajakan teman‐temannya. Dia lebih mengutamakan bertemu dengan Lia. Mendengar pengakuan Rehan yang ditolak Lia. Bayu, Tio dan Roni membeberkan kisah yang dialaminya bersama Lia, cewek yang sama‐sama mereka taksir. Mereka
110 | Lestari sontak tertawa, ternyata mereka mencintai cewek yang sama. Mereka juga sama‐sama dianggap teman saja. Suatu hari, Rehan mengajak Lia bertemu di resto langganannya. Tanpa sepengetahuan Lia, Rehan mengajak ketiga temannya. Awalnya Bayu, Tio dan Roni sembunyi. Ketika Rehan dan Lia asyik berbicara, ke tiga sahabatnya muncul sambil menyapa Lia. Rehan pura‐pura kaget dan mengajak mereka gabung bersama. Lia tampak kikuk dan bingung sambil bergumam. “Ternyata kalian sahabatan. Maaf ya aku gak bermaksud menyakiti kalian.” Lia berusaha kuat menjelaskan kalau dia ingin bersahabat dengan mereka tanpa memandang status. Rehan, Bayu, Tio dan Roni tersenyum. “Tenang aja, Lia. Kami berempat akan jadi sahabatmu. Kami juga bersahabat sejak lama. Cinta sahabat akan membawa angin segar persahabatan yang sesungguhnya. Persahabatan akan hampa tanpa cinta. Dengan cinta persahabatan akan lebih tangguh menghadapi badai.” Mereka tertawa sambil menyatukan tangan kanan berteriak, ”Sahabat tuk selamanya.” Akhirnya mereka menjadi sahabat. Ber lima melalui masa putih abu‐abu sampai lulus SMA. Masa indah yang tak akan dilewatkan begitu saja. Momen indah tak akan terulang lagi. Ke lima sahabat terus bersikukuh untuk tetap menjalin persahabatan meski mereka harus melanjutkan kuliah masing‐masing di tempat yang berbeda. Mereka tepat berkomunikasi dengan membentuk grup pemersatu sahabat sejati.
Kismis Putih Abu‐Abu | 111 Profil Penulis Lestari, S.Pd., lahir di Grobogan, Jawa Tengah. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan SD di Toroh, SMP di Purwodadi dan SMA di Grobogan. Gelar sarjana Pendidikan Bahasa Inggris diperoleh di Universitas Negeri Semarang tahun 2001. Semasa mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan. Penulis pernah menjabat sebagai ketua ECC (English Conversation Club) di Jurusan Bahasa Inggris. Penulis juga pernah mendapatkan beasiswa Ikatan Dinas selama 4 semester. Di tahun 2008, penulis ditugaskan di SMA Negeri 1 sebagai Guru Bahasa Inggris PNS di Kabupaten Grobogan. Pada 2015, penulis pernah mendapatkan juara 1 Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten Grobogan. Penulis juga telah menulis 3 PTK dan 2 artikel yang diterbitkan di jurnal Kabupaten dan Provinsi. Penulis juga menulis buku berjudul: Speak and Draw, Brownisku, Dahsyatnya Gotong Royong. Buku Kismis Putih Abu‐abu adalah buku keempatnya. Sampai saat ini penulis masih menjadi guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Toroh, sekolah Adiwiyata Nasional di Grobogan.
112 | Lestari