KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN
RISET, DAN TEKNOLOGI
Kurikulum Merdeka
05 Juli 2022
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Dukungan Regulasi Implementasi Kurikulum Merdeka untuk pemulihan
pembelajaran dilakukan berdasarkan kebijakan berikut:
Permendikbudristek Permendikbudristek Permendikbudristek Permendikbudristek Kepmendikbudristek
No. 5 Tahun 2022 No. 7 Tahun 2022 No. 16 Tahun 2022 No. 21 Tahun 2022 No. 56 Tahun 2022
Standar Kompetensi Standar Isi pada Standar Proses pada Standar Penilaian pada Pedoman Penerapan
Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Pendidikan Anak Usia Pendidikan Anak Usia Kurikulum dalam Rangka
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Dini, Jenjang Dini, Jenjang Pemulihan Pembelajaran
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Pendidikan Menengah Pendidikan Menengah Memuat 3 opsi kurikulum
Pendidikan Menengah yang dapat digunakan di
Standar Isi dikembangkan Standar Proses merupakan Standar Penilaian satuan pendidikan dalam
Standar kompetensi lulusan melalui perumusan ruang kriteria minimal proses Pendidikan adalah kriteria rangka pemulihan
merupakan kriteria minimal lingkup materi yang sesuai pembelajaran berdasarkan minimal mengenai pembelajaran beserta
tentang kesatuan sikap, dengan kompetensi lulusan. jalur, jenjang, dan jenis mekanisme penilaian hasil struktur Kurikulum Merdeka,
keterampilan, dan Ruang lingkup materi pendidikan untuk mencapai belajar peserta didik. aturan terkait pembelajaran
pengetahuan yang merupakan bahan kajian standar kompetensi lulusan. Standar Penilaian menjadi dan asesmen, serta beban
menunjukkan capaian dalam muatan pembelajaran Standar Proses menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, kerja guru.
kemampuan peserta didik yang dirumuskan acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat, dan
dari hasil pembelajarannya berdasarkan: 1) muatan wajib Kurikulum darurat, dan Kurikulum Merdeka.
pada akhir jenjang sesuai dengan ketentuan Kurikulum Merdeka.
pendidikan. SKL menjadi peraturan perundang-
acuan untuk Kurikulum 2013, undangan; 2) konsep
Kurikulum darurat, dan keilmuan; dan 3) jalur,
Kurikulum Merdeka. jenjang, dan jenis pendidikan.
Standar Isi menjadi acuan
untuk Kurikulum 2013,
Kurikulum darurat, dan
Kurikulum Merdeka.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 2
Panduan Pengembangan Panduan Pembelajaran dan Panduan Pengembangan Projek
Kurikulum Operasional Satuan Asesmen Penguatan Profil Pelajar
Pancasila
Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
https://kurikulum.kemdikbud.go.id
https://guru.kemdikbud.go.id/
5
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Struktur
Kurikulum Merdeka
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 6
Struktur Kurikulum Merdeka:
Apa kekhasan dari
Kurikulum Merdeka?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Struktur Kurikulum
Pendidikan Anak Usía Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
1. Pembelajaran intrakurikuler. Kegiatan Secara pengelolaan waktu pelaksanaan,
projek dapat dilaksanakan dengan
pembelajaran intrakurikuler untuk setiap menjumlah alokasi jam pelajaran projek dari
mata pelajaran mengacu pada capaian semua mata pelajaran dan jumlah total
pembelajaran. waktu pelaksanaan masing-masing projek
tidak harus sama.
2. Projek penguatan profil pelajar
Alokasi waktu untuk setiap projek
Pancasila. Kegiatan khusus yang penguatan profil pelajar Pancasila tidak
ditujukan untuk memperkuat upaya harus sama. Satu projek dapat dilakukan
pencapaian profil pelajar Pancasila yang dengan durasi waktu yang lebih panjang
mengacu pada Standar Kompetensi daripada projek yang lain.
Lulusan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Muatan Lokal
Satuan pendidikan menambahkan muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
sesuai dengan karakteristik daerah. Satuan pendidikan dapat menambahkan muatan
tambahan sesuai karakteristik satuan pendidikan secara fleksibel, melalui 3 (tiga) pilihan
sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain;
2. Mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila;
dan/atau
3. Mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Fase F Untuk Kelas XI dan Kelas XII
Di fase F, struktur mata pelajaran dibagi menjadi 5 (lima) kelompok utama, yaitu:
a. kelompok mata pelajaran umum. Setiap SMA/MA wajib membuka atau mengajarkan
seluruh mata pelajaran dalam kelompok ini dan wajib diikuti oleh semua peserta didik
SMA/MA.
b. kelompok mata pelajaran Pihan
Khusus untuk sekolah yang ditetapkan pemerintah sebagai sekolah keolahragaan atau seni,
dapat dibuka kelompok mata pelajaran Olahraga atau Seni, sesuai dengan sumber daya yang
tersedia di SMA/MA.
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SMA/MA Kelas X
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu; 1JP=45 menit Alokasi intrakurikuler Alokasi projek TOTAL JP PER * Diikuti oleh peserta didik
per tahun (minggu) penguatan profil TAHUN sesuai dengan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* pelajar Pancasila per agama/kepercayaan
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 72 (2) 108 masing-masing.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 72 (2) tahun 108
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 72 (2) 108 ** Maksimal 2 JP
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108 perminggu atau 72 JP
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108 pertahun.
Pendidikan Pancasila 72 (2) 36 108
Bahasa Indonesia 54 (2) ** 36 72 *** Pembelajaran reguler
Matematika 108 (3) 36 144 tidak penuh 36 minggu
IPA: Fisika, Kimia, Biologi 108 (3) 36 144 untuk memenuhi alokasi
IPS: Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, Geografi 216 (6) 18 324 projek (27 minggu untuk
Bahasa Inggris 288 (8) 36 432 PPKn, Bahasa Inggris,
PJOK 54 (2) ** 36 72 Informatika, serta Seni dan
Informatika 72 (2) 108 108 Prakarya).
Seni dan Prakarya***: 72 (2) 144 108
(Seni Musik; Seni Rupa; Seni Teater; Seni Tari; 54 (2) ** 18 72 **** Satu JP beban belajar
Prakarya adn kewirausahaan) 36 di SMA adalah 45 menit.
Muatan Lokal 72 (2) **** 36 72**
1098 (32) 18 1584
Total*****:
-
486
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SMA/MA Kelas XI
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu; 1JP=45 menit Alokasi Alokasi projek TOTAL JP PER * Diikuti oleh peserta didik
intrakurikuler per penguatan profil TAHUN sesuai dengan
Kelompok Mata Pelajaran Umum: pelajar Pancasila agama/kepercayaan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* tahun (minggu) 108 masing-masing.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* per tahun 108
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 72 (2) 108 ** Pembelajaran reguler
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108 kelas XI tidak penuh 36 (tiga
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108 puluh enam) minggu untuk
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108 memenuhi alokasi projek 27
Pendidikan Pancasila 72 (2) 36 72 (dua puluh tujuh) minggu
Bahasa Indonesia 72 (2) 36 114 untuk Pendidikan Pancasila,
Matematika 54 (2) ** 36 114 Bahasa Inggris, Seni, dan
Bahasa Inggris 108 (3) 18 72 Sejarah.
PJOK 108 (3) 36 108
Sejarah 54 (2) ** 36 72 *** Satuan pendidikan
Seni dan Budaya***: 72 (2) 18 72 menyediakan minimal 1
(Seni Musik; Seni Rupa; Seni Teater; Seni Tari) 54 (2) ** 36 (satu) jenis seni (Seni Musik,
54 (2) ** 18 792 Seni Rupa, Seni Teater,
Jumlah JP mata pelajaran umum: 18 720-900 dan/atau Seni Tari). Peserta
Kelompok Mata Pelajaran MIPA 576 (18) didik memilih 1 (satu) jenis
216 seni (Seni Musik, Seni Rupa,
- Seni Teater, atau Seni Tari).
Alokasi Alokasi projek penguatan TOTAL JP PER TAHUN
intrakurikuler per profil pelajar Pancasila per
**** Alokasi masing-
tahun (minggu) tahun masing mata pelajaran
pilihan (selain mata
Kelompok Mata Pelajaran Pilihan: 720-900 (20-25) - pelajaran Prakarya dan
● Biologi **** Kewirausahaan) yaitu 5
● Kimia (lima) JP per minggu atau
● Fisika 180 (seratus delapan
● Informatika puluh) JP per tahun.
● Matematika tingkat lanjut
*****Paling banyak 2
● Sosiologi (dua) JP per minggu atau
● Ekonomi 72 (tujuh puluh dua) JP
● Geografi per tahun.
● Antropologi
******Total JP tidak
● Bahasa Indonesia tingkat lanjut termasuk mata pelajaran
● Bahasa Inggris tingkat lanjut Muatan Lokal dan/atau
● Bahasa Korea mata pelajaran
● Bahasa Arab tambahan yang
● Bahasa Mandarin diselenggarakan oleh
● Bahasa Jepang satuan pendidikan.
● Bahasa Jerman
● Bahasa Prancis 72
1.512-1692
● Prakarya dan Kewirausahaan (budidaya, kerajinan,
rekayasa, atau pengolahan)*****
● dsb. dikembangkan sesuai sumber daya yang tersedia
Muatan Lokal***** 72 (2) -
216
Total*****: 1296-1476
(38-43)
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SMA/MA Kelas XII
Asumsi 1 Tahun = 32 minggu; 1JP=45 menit Alokasi Alokasi projek TOTAL JP PER * Diikuti oleh peserta didik sesuai
intrakurikuler per penguatan profil TAHUN dengan agama/kepercayaan
Kelompok Mata Pelajaran Umum: pelajar Pancasila masing-masing.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* tahun (minggu) 96
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* per tahun 96 ** Pembelajaran reguler kelas XI
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 64(2) 96 tidak penuh 36 (tiga puluh enam)
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 64(2) 32 96 minggu untuk memenuhi alokasi
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 64(2) 32 96 projek 27 (dua puluh tujuh) minggu
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi 64(2) 32 96 untuk Pendidikan Pancasila, Bahasa
Pekerti* 64(2) 32 Inggris, Seni, dan Sejarah.
Pendidikan Pancasila 64(2) 32 64
Bahasa Indonesia 32 128 *** Satuan pendidikan menyediakan
Matematika 48(2) ** 128 minimal 1 (satu) jenis seni (Seni
Bahasa Inggris 96(3) 16 64 Musik, Seni Rupa, Seni Teater,
PJOK 96 (3) 32 96 dan/atau Seni Tari). Peserta didik
Sejarah 32 64 memilih 1 (satu) jenis seni (Seni
Seni dan Budaya***: 48 (2) ** 16 64 Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau
(Seni Musik; Seni Rupa; Seni Teater; Seni Tari; 64 (2) 32 Seni Tari).
Prakarya) 32 704
48 (2) ** 16
Jumlah JP mata pelajaran umum: 48 (2) **
192
512 (18)
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SMA/MA Kelas XII
**** Alokasi masing-
640-800(200- masing mata pelajaran
25)**
Biologi, Kimia, Fisika, Informatika, Matematika Lanjutan - 640-800 pilihan (selain mata
Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Antropologi
pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan) yaitu 5
Bahasa Indonesia tingkat Lanjut, Bahasa Inggris tingkat Lanjut, - (lima) JP per minggu atau
Bahasa Korea, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, - 180 (seratus delapan puluh)
Bahasa Jerman, Bahasa Prancis 22
- JP per tahun.
Prakarya dan kewirausahaan (Budidaya, Kerajinan, Rekayasa atau - - *****Paling banyak 2 (dua)
Pengolahan) *** JP per minggu atau 72
Muatan Lokal 2 64(2)*** 64 (tujuh puluh dua) JP per
tahun.
Total per tahun**** 1.152-1.312(38-
43) 192 1.344-1.504
******Total JP tidak
termasuk mata pelajaran
Muatan Lokal dan/atau
mata pelajaran tambahan
yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan.
PENYUSUNAN KURIKULUM OPERASIONAL
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Prinsip 1. Berpusat pada peserta didik, pembelajaran harus memenuhi keragaman potensi,
pengembangan
kurikulum kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta didik. Profil
operasional di Pelajar Pancasila selalu menjadi rujukan pada semua tahapan dalam penyusunan
satuan kurikulum operasional sekolah.
pendidikan
2. Kontekstual, menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan,
konteks sosial budaya dan lingkungan, serta dunia kerja dan industri (khusus SMK), dan
menunjukkan karakteristik atau kekhususan peserta didik berkebutuhan khusus (khusus
SLB)
3. Esensial, semua unsur informasi penting/utama yang dibutuhkan oleh para pemegang
kepentingan tentang kurikulum yang digunakan di satuan pendidikan dapat diperoleh di
dokumen tersebut. Bahasanya lugas dan mudah dipahami, tidak mengulang
naskah/kutipan yang sudah ada di naskah lain. Dokumen tidak perlu memuat kembali
misalnya lampiran Kepmendikbud seperti CP, struktur, dll., dalam dokumen kurikulum
operasional
4. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan karena berbasis data dan aktual
5. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pengembangan kurikulum satuan
pendidikan melibatkan komite satuan pendidikan dan berbagai pemangku kepentingan
antara lain orang tua, organisasi, berbagai sentra, serta industri dan dunia kerja untuk
SMK, di bawah koordinasi dan supervisi dinas Pendidikan atau kantor kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama sesuai dengan
kewenangannya.
Proses Proses penyusunan kurikulum operasional bersifat
Penyusunan ● TETAP (mengacu kepada kerangka dasar kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat), dan
Kurikulum ● FLEKSIBEL/DINAMIS (mengembangkan kurikulum operasional berdasarkan kerangka dan struktur kurikulum, sesuai
Operasional di karakteristik dan kebutuhan satuan pendidikan).
Satuan
Pendidikan LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KURIKULUM OPERASIONAL (bagi yang belum pernah menyusun kurikulum
operasional di satuan pendidikan)
1 2 3 4 5
Menganalisis konteks Merumuskan Menentukan Menyusun Merancang
KARAKTERISTIK VISI PENGORGANISASIAN RENCANA PENDAMPINGAN,
SATUAN MISI PEMBELAJARAN EVALUASI, DAN
PENDIDIKAN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN
TUJUAN
PROFESIONAL
evaluasi jangka pendek
(semester/tahunan)
evaluasi jangka panjang
(4-5 tahun)
Catatan: untuk SMK, langkah nomor 2 adalah ‘Merumuskan Visi, Misi, Tujuan Program Keahlian’
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 18
Proses LANGKAH-LANGKAH PENINJAUAN DAN REVISI KURIKULUM OPERASIONAL (bagi yang telah memiliki dokumen
Peninjauan dan kurikulum operasional di satuan pendidikan)
Revisi
Kurikulum 1 2 3 5
Operasional di
Satuan Menganalisis konteks Meninjau Meninjau Merancang
Pendidikan KARAKTERISTIK VISI PENGORGANISASIAN PENDAMPINGAN,
SATUAN MISI EVALUASI, DAN
PENDIDIKAN PEMBELAJARAN 4 PENGEMBANGAN
TUJUAN
Menyusun PROFESIONAL
RENCANA
PEMBELAJARAN
evaluasi jangka pendek
(semester/tahunan)
evaluasi jangka panjang
(4-5 tahun)
Catatan: untuk SMK, langkah nomor 2 adalah ‘Meninjau Visi, Misi, Tujuan Keahlian’
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 19
Komponen 1: Analisis Karakteristik Satuan Pendidikan
Prinsip-prinsip analisis:
● Melibatkan perwakilan warga satuan pendidikan
● Menggunakan data-data yang diperoleh dari situasi nyata/kondisi satuan pendidikan
● Mengalokasikan waktu yang cukup untuk pengumpulan, pengorganisasian, analisis dan dokumentasi
data
● Memilah informasi yang relevan dan menyimpulkan untuk mengembangkan strategi atau solusi
Pilihan cara untuk mengumpulkan informasi:
● Kuesioner
● Wawancara
● Diskusi kelompok terpumpun/Focus Group Discussion (FGD)
● Observasi
● Rapor pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 20
Tujuan Pendidikan Nasional
Komponen 2: VISI
Visi, Misi, dan
Tujuan Satuan Apakah visi
Pendidikan menggambarkan harapan
seluruh warga satuan
pendidikan?
Apakah visi menyatakan tujuan besar yang
ingin dicapai satuan pendidikan?
Apakah visi sudah berpusat pada peserta didik?
MISI
Apakah misi jelas menyatakan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi?
Apakah semua warga satuan pendidikan memahami hal-hal yang menjadi
prioritas untuk mencapai visi?
TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN
Apakah tujuan sudah secara jelas menyatakan hasil aksi yang perlu dilakukan untuk mencapai misi?
Apakah cara/strategi untuk mencapai misi realistis untuk dijalankan?
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 21
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran
Satuan pendidikan menyusun pembelajaran yang meliputi:
Intrakurikuler Kokurikuler Ekstrakurikuler
Projek penguatan profil
Pembelajaran berisi muatan mata Kegiatan kurikuler yang
pelajaran dan muatan tambahan pelajar Pancasila dilakukan di luar jam
belajar di bawah
lainnya jika ada (mulok), Kegiatan kokurikuler yang bimbingan dan
penetapan konsentrasi, penetapan dirancang terpisah dari pengawasan satuan
mata pelajaran yang akan diujikan pendidikan.
intrakurikuler untuk menguatkan
oleh LPA (minimum 3 mata upaya pencapaian kompetensi dan
pelajaran yang ditetapkan oleh
LPA sesuai dengan penjenjangan karakter sesuai dengan profil
dari negara LPA) dan Praktik Kerja pelajar Pancasila melalui tema dan
Lapangan untuk SMK atau pengelolaan projek berdasarkan
Magang untuk SLB. dimensi dan fase.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 22
Komponen 3: Pengorganisasian Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran
01 Pendekatan mata pelajaran 03 Pendekatan secara terintegrasi
● Setiap pembelajaran dilakukan terpisah antara satu ● Konsep-konsep dan keterampilan tertentu dari mata pelajaran
mapel dengan mapel lainnya. diajarkan secara kolaboratif (team teaching).
● Tatap muka dilakukan secara reguler setiap minggu, ● Pendidik berkolaborasi sedemikian rupa untuk merencanakan,
dengan jumlah jam tatap muka sesuai dengan yang melaksanakan dan melakukan asesmen untuk suatu
ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan pembelajaran yang terpadu.
berdasarkan ketentuan minimal dari pemerintah.
● Sebagai contoh mengajarkan muatan Ilmu Pengetahuan Alam
atau Ilmu Pengetahuan Sosial secara terintegrasi.
02 Pendekatan tematik 04 Pendekatan secara bergantian
dalam blok waktu terpisah
● Pembelajaran disusun berdasarkan tema yang menaungi ● Pembelajaran dikelola dalam bentuk blok-blok waktu dengan
kompetensi-kompetensi dari berbagai mata pelajaran. berbagai macam pengelompokkan.
● Sebagai contoh, mata pelajaran IPS, Bahasa Indonesia dan IPAS
● Pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai akan diajarkan dari jam 07.00- 12.00 dalam semester 1. Contoh
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai lain, mengajarkan muatan Ilmu Pengetahuan Alam atau Ilmu
tema. Pengetahuan Sosial secara bergantian dalam blok waktu yang
terpisah.
● SD/MI dapat mengorganisasikan muatan pembelajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 23
menggunakan pendekatan mata pelajaran atau tematik.
Komponen 4: Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran meliputi:
1. ruang lingkup satuan pendidikan - penyusunan alur tujuan pembelajaran atau silabus. Dalam ruang lingkup satuan
pendidikan, perumusan dan penyusunan alur dan tujuan pembelajaran atau silabus mata pelajaran berfungsi mengarahkan
satuan pendidikan dalam merencanakan, mengimplementasi, dan mengevaluasi pembelajaran secara keseluruhan sehingga
capaian pembelajaran diperoleh secara sistematis, konsisten, dan terukur.
1. ruang lingkup kelas -penyusunan modul ajar atau rencana pelaksanan pembelajaran. Untuk dokumen rencana pelaksanaan
pembelajaran pada ruang lingkup kelas, satuan pendidikan dapat menggunakan, memodifikasi, atau mengadaptasi contoh
modul ajar yang disediakan Pemerintah, dan cukup melampirkan beberapa contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)/modul ajar atau bentuk rencana kegiatan yang mewakili inti dari rangkaian pembelajaran pada bagian Lampiran.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen pada mata pelajaran Praktik Kerja Lapangan (PKL) di SMK dilaksanakan
secara kolaboratif oleh satuan pendidikan dan mitra dunia kerja.
Memahami Merumuskan Menyusun Alur Merancang
Capaian Tujuan Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran (CP) Pembelajaran (TP) Pembelajaran
(ATP) dari TP
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 24
PENDAMPINGAN, EVALUASI, DAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL
PERENCANAAN REFLEKSI DAN
UMPAN BALIK
Pemetaan kurikulum dan
perencanaan
pembelajaraan
EVALUASI PELAKSANAAN
pembelajaran pembelajaran
PENDAMPINGAN DAN
PENGEMBANGAN
PROFESIONAL
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 25
Prinsip Evaluasi Pembelajaran dan Kurikulum Operasional
Prinsip-prinsip melakukan evaluasi:
1. Menetapkan tujuan evaluasi yang akan dilakukan
2. Menetapkan data/informasi yang ingin didapatkan dalam kegiatan peninjauan.
3. Menentukan bentuk asesmen yang akan dilakukan untuk mendapatkan
data/informasi yang diinginkan
4. Merancang aktivitas evaluasi yang bersifat reflektif dan dapat dijadikan
pengembangan bagi pendidik dan pelaksana program.
5. Menggunakan alat penilaian pencapaian yang jelas dan terukur.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 26
PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELA JARAN
Sebelum melangkah pada strategi perencanaan dan pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian,
mari sejenak kita bahas Konsep Capaian Pembelajaran,
Konsep Capaian Pembelajaran
“Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran
yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari Fase
Fondasi pada PAUD. Untuk Pendidikan dasar dan menengah, CP
disusun untuk setiap mata pelajaran.”
Pemerintah hanya menetapkan tujuan akhir per fase (CP) dan waktu tempuhnya (fase). Satuan pendidikan
memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi dan cara atau jalur untuk mencapainya. Agar bisa
menentukan strategi yang sesuai, kita perlu tau titik awal keberangkatan para peserta didik.
Pembagian Fase Pondasi Fase A Fase B Fase C Fase D Fase E Fase F
Fase PAUD/RA
SD/MI/Paket A SD/MI/Paket A SD/MI/Paket A SMP/Mts/Paket B SMA/MA/Paket C SMA/MA/Paket C
Kelas 1-2 Kelas 3-4 Kelas 5-6 Kelas 7-9 Kelas 10 Kelas 11-12
Sumber: Kepmendikbud No.56 Tahun 2022 tentang PEDOMAN PENERAPAN KURIKULUM DALAM RANGKA
PEMULIHAN PEMBELAJARAN
Komponen Capaian Pembelajaran
Rasional Mata Pelajaran Tujuan Mata Pelajaran Karakteristik Mata Pelajaran
● Alasan mempelajari mapel Kemampuan yang perlu dicapai peserta ● Deskripsi umum tentang apa yang
didik setelah mempelajari mata
tersebut pelajaran tersebut dipelajari dalam mata pelajaran
● Keterkaitan antara Mapel dengan ● Elemen-elemen (strands) atau
salah satu (atau lebih) Profil domain mata pelajaran serta
Pelajar Pancasila deskripsinya
Capaian dalam Setiap Fase Capaian dalam Setiap
Secara Keseluruhan Fase menurut Elemen
Kompetensi pembelajaran yang harus Dibuat dalam bentuk matriks.
dicapai peserta didik pada setiap fase. Setiap elemen dipetakan menurut
Dibuat dalam bentuk pernyataan yang perkembangan peserta didik
disajikan dalam paragraf yang utuh.
Sumber: Keputusan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) No.8 Tahun 2022
tentang Capaian Pembelajaran
Perlu diketahui
Bentuk “Pemahaman” dalam CP
Prinsip penyusunan CP Konsep “Memahami” dalam CP Apabila merujuk pada Taksonomi
menggunakan pendekatan dalam konstruktivisme adalah Bloom, pemahaman dianggap
konstruktivisme yang membangun
pengetahuan dan berdasarkan proses membangun pengetahuan sebagai proses berpikir tahap yang
pengalaman nyata dan kontekstual. melalui pengalaman nyata. rendah (C2). Namun demikian,
Menurut teori belajar konteks Taksonomi Bloom
konstruktivisme (constructivist Pemahaman tidak bersifat statis, sebenarnya digunakan untuk
learning theory), pengetahuan tetapi berevolusi dan berubah
bukanlah kumpulan atau secara konstan sepanjang siswa perancangan pembelajaran dan
seperangkat fakta-fakta, konsep, mengonstruksikan pengalaman- asesmen kelas yang lebih
atau kaidah untuk diingat.
pengalaman baru yang operasional, bukan untuk CP yang
memodifikasi pemahaman lebih abstrak dan umum. Taksonomi
Bloom lebih sesuai digunakan untuk
sebelumnya. menurunkan/menerjemahkan CP ke
tujuan pembelajaran yang lebih
konkret.
Arti “Elemen” dalam CP
Setiap CP suatu mata pelajaran Elemen sebuah mata pelajaran
memiliki beberapa elemen atau mungkin saja sama atau berbeda
kelompok kompetensi esensial dengan mata pelajaran lainnya,
yang berlaku sama untuk semua
fase pada mata pelajaran hal tersebut disesuaikan dengan
tersebut. karakteristik pada masing-masing
Masing-masing elemen tersebut mata pelajaran.
memiliki capaian per fasenya
sendiri yang saling menunjang Contoh: Perlu
untuk mencapai pemahaman diketahui
yang dituju. ● Dalam CP Matematika terdapat
elemen Bilangan, Aljabar, Pengukuran,
Geometri, dan Analisis Data dan
● Peluang
Dalam CP IPA terdapat elemen
Pemahaman IPA dan Keterampilan
● Proses
Dalam CP Bahasa Indonesia terdapat
elemen Menyimak, Membaca dan
Memirsa, Berbicara dan
Mempresentasikan, Menulis
Capaian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fase D SMP/MTs/Paket B
Karakteristik Mata
Ada dua elemPeneulatajmaaradanlam pendidikan IPA yakni pemahaman IPA dan keterampilan proses (inkuiri) untuk menerapkan sains dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap elemen berlaku untuk empat cakupan konten yaitu makhluk hidup, zat dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan antariksa.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase D, peserta didik mampu melakukan klasifikasi makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik yang diamati, mengidentifikasi sifat dan karakteristik zat, membedakan
perubahan fisik dan kimia serta memisahkan campuran sederhana.
Peserta didik dapat mendeskripsikan atom dan senyawa sebagai unit terkecil penyusun materi serta sel sebagai unit terkecil penyusun makhluk hidup, mengidentifikasi sistem organisasi
kehidupan serta melakukan analisis untuk menemukan keterkaitan sistem organ dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tertentu (sistem pencernaan,
sistem peredaran darah, sistem pernafasan dan sistem reproduksi). Peserta didik mengidentifikasi interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya, serta dapat merancang upaya-upaya
mencegah dan mengatasi pencemaran dan perubahan iklim. Peserta didik mengidentifikasi pewarisan sifat dan penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik mampu melakukan pengukuran terhadap aspek fisis yang mereka temui dan memanfaatkan ragam gerak dan gaya (force), memahami hubungan konsep usaha dan energi,
mengukur besaran suhu yang diakibatkan oleh energi kalor yang diberikan, sekaligus dapat membedakan isolator dan konduktor kalor.
Pemahaman Peserta didik memahami gerak, gaya dan tekanan, termasuk pesawat sederhana. Peserta didik memahami getaran dan gelombang, pemantulan dan pembiasan cahaya termasuk alat- alat
IPA optik sederhana yang sering dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik dapat membuat rangkaian listrik sederhana, memahami gejala kemagnetan dan kelistrikan untuk menyelesaikan tantangan atau masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari.
Peserta didik mengelaborasikan pemahamannya tentang posisi relatif bumi-bulan-matahari dalam sistem tata surya dan memahami struktur lapisan bumi untuk menjelaskan fenomena alam
yang terjadi dalam rangka mitigasi bencana.
Elemen CP Peserta didik mengenal pH sebagai ukuran sifat keasaman suatu zat serta menggunakannya untuk mengelompokkan materi (asam-basa berdasarkan pH nya). Dengan pemahaman ini peserta
didik mengenali sifat fisika dan kimia tanah serta hubungannya dengan organisme serta pelestarian lingkungan.
Peserta didik memiliki keteguhan dalam mengambil keputusan yang benar untuk menghindari zat aditif dan adiktif yang membahayakan dirinya dan lingkungan.
CP ditulis dalam paragraf yang utuh dan mudah dipahami sebagai satu kesatuan.
Capaian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fase D SMP/MTs/Paket B
Capaian Pembelajaran
1. Mengamati
Menggunakan berbagai alat bantu dalam melakukan pengukuran dan pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari objek yang diamati.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Secara mandiri, peserta didik dapat mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk memperjelas hasil pengamatan dan membuat prediksi tentang penyelidikan ilmiah.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik merencanakan dan melakukan langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar untuk menjawab pertanyaan. Dalam penyelidikan, peserta didik
menggunakan berbagai jenis variabel untuk membuktikan prediksi.
Keterampilan 4. Memproses, menganalisis data dan informasi
Proses Menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik, dan model serta menjelaskan hasil pengamatan dan pola atau hubungan pada data secara digital atau non digital.
Mengumpulkan data dari penyelidikan yang dilakukannya, menggunakan data sekunder, serta menggunakan pemahaman sains untuk mengidentifikasi hubungan dan
menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan efeknya pada data. Menunjukkan
permasalahan pada metodologi.
Elemen CP 6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola
berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan.
CP ditulis dalam paragraf yang utuh dan mudah dipahami sebagai satu kesatuan.
Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran dan
Penilaian (Asesmen)
1 Memahami Capaian Pembelajaran (CP)
2 Menganalisis Capaian Pembelajaran (CP) untuk Menyusun Tujuan
Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran
3 Merencanakan Pembelajaran dan Penilaian (Asesmen)
4 Melaksanakan Pembelajaran dan Penilaian (Asesmen)
Sumber: Kepmendikbud No.56 Tahun 2022 tentang PEDOMAN PENERAPAN KURIKULUM DALAM RANGKA
PEMULIHAN PEMBELAJARAN
Secara strategis, Proses Perancangan Kegiatan
Pembelajaran dapat dipahami melalui skema berikut:
Memahami Merumuskan Menyusun Merancang
Capaian Tujuan Alur Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai kompetensi yang ditargetkan. Namun demikian, CP tidak cukup
konkret untuk memandu kegiatan pembelajaran sehari-hari.
CP perlu diurai menjadi tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih operasional dan konkret, yang dicapai satu persatu oleh peserta
didik hingga mereka mencapai akhir fase
Dalam (1) mengembangkan sepenuhnya alur tujuan pembelajaran dan/atau Pendidik
merancang perencanaan pembelajaran, menentukan pilihan
pembelajaran
pendidik dapat (2) mengembangkan alur tujuan pembelajaran dan/atau rencana tersebut
pembelajaran berdasarkan contoh-contoh yang disediakan Pemerintah berdasarkan
kemampuan
(3) menggunakan contoh yang disediakan. masing-masing
Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Merupakan rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis
menurut urutan dari awal hingga akhir fase.
Tujuan pembelajaran yang dikembangkan perlu dicapai peserta didik dalam satu atau lebih jam pelajaran, hingga akhirnya
pada penghujung Fase mereka dapat mencapai CP. Oleh karena itu, untuk CP dalam satu fase, pendidik perlu
mengembangkan beberapa tujuan pembelajaran.
Pendidik dan satuan pendidikan dapat menggunakan berbagai strategi untuk menyusun tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran.
Harus dipastikan tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran yang dipetakan memenuhi kriteria berikut ini:
Tujuan Kompetensi Kriteria Menggambarkan urutan pengembangan kompetensi
Pembelajaran Alur Tujuan yang harus dikuasai secara utuh dalam satu fase.
kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan Pembelajaran
(TP) yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik yang menunjukkan ATP menggambarkan cakupan dan tahapan
terdiri atas: telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran. (ATP) pembelajaran yang linear dari awal hingga akhir fase.
Lingkup materi ATP menggambarkan cakupan dan tahapan
pembelajaran yang menggambarkan tahapan
ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang perlu dipahami di akhir perkembangan kompetensi dalam satu fase
satu unit pembelajaran
Merumuskan Tujuan Pembelajaran Pendidik diharapkan untuk Perlu
tidak fokus pada satu teori diketahui
Pendidik diberikan keleluasaan dalam
menggunakan rujukan teori untuk saja, melainkan dapat
merumuskan tujuan pembelajaran, menggunakan teori atau
diantaranya: pendekatan lain dalam
Taksonomi Bloom versi Revisi merancang tujuan
Anderson dan Krathwohl pembelajaran, selama teori
(2001)
tersebut dinilai relevan
6 Aspek Pemahaman dengan karakteristik mata
yang dikembangkan oleh
pelajaran serta
Tighe dan Wiggins konsep/topik yang
(2005) dipelajari, karakteristik
peserta didik, serta konteks
6 Level Taksonomi Marzano lingkungan pembelajaran.
(2000)
Taksonomi Bloom versi Revisi Perlu
Anderson dan Krathwohl diketahui
(2001)
(C6)
Anderson dan Krathwohl mengelompokkan kemampuan kognitif Menciptakan
menjadi tahapan-tahapan berikut ini, dengan urutan dari merangkaikan berbagai
elemen menjadi satu hal
kemampuan yang paling dasar ke yang paling tinggi sebagai baru yang utuh, melalui
(C1) berikut: (C3) Mengaplikasikan (C4) (C5) proses pencarian ide,
Mengingat Menganalisis Mengevaluasi evaluasi
(C2)
mengingat kembali Memahami terhadap hal/ide/benda
informasi yang telah yang ada sehingga
dipelajari, termasuk menjelaskan ide atau menggunakan konsep, memecah-mecah kemampuan untuk
definisi, fakta-fakta, konsep seperti pengetahuan, atau informasi menjadi membuat keputusan, kreasi yang diciptakan
daftar urutan, atau informasi yang telah beberapa bagian, penilaian, mengajukan menjadi salah satu solusi
menyebutkan kembali menjelaskan suatu dipelajarinya pada kemampuan untuk kritik dan rekomendasi terhadap masalah yang
suatu materi yang konsep menggunakan situasi berbeda dan
relevan mengeksplorasi yang sistematis ada. termasuk
pernah diajarkan kalimat sendiri, hubungan/korelasi memberikan nilai
kepadanya. menginterpretasikan atau membandingkan tambah terhadap suatu
antara dua hal atau produk yang sudah ada.
suatu informasi, lebih, menentukan
menyimpulkan, atau keterkaitan antar
membuat parafrasa
dari suatu bacaan. konsep, atau
mengorganisasikan
beberapa ide dan/atau
konsep.
6 Aspek/Facet Pema6haAmspanek Pemahaman
merupakan cara untukTighe dan Wiggins
mengkonfirmasi pemahaman(2005)
peserta didik atas apa yang 6 Aspek/Facet Pemahaman ini
telah mereka pelajari dan tidak merupakan modal untuk
hirarkis/bukan merupakan menentukan Tujuan
siklus. Pembelajaran (TP), menyusun
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP),
Jika peserta didik melakukan menentukan asesmen, dan
salah satu dari keenam instruksi yang tepat.
Aspek/Facet Pemahaman Perlu
diketahui
(mampu menjelaskan,
menginterpretasi,
menerapkan/mengaplikasikan,
berempati, memiliki sebuah
sudut pandang, atau memiliki
pengenalan diri), berarti mereka
telah mendemonstrasikan
sebuah tingkat pemahaman.
6 Aspek Pemahaman (6 facet of understanding) (Wiggins and Tighe, 2005) Perlu
Merupakan bentuk-bentuk pemahaman yang digunakan dalam CP. Tidak diketahui
harus hirarkis.
Penjelasan Mendeskripsikan suatu ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan antar topik, mendemonstrasikan hasil kerja, menjelaskan
Explanation alasan/cara/prosedur , menjelaskan sebuah teori menggunakan data, berargumen dan mempertahankan pendapatnya.
Interpretasi Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide, perasaan atau sebuah hasil karya dari satu
Interpretation media ke media lain, dapat membuat analogi, anekdot, dan model. Melihat makna dari apa yang telah dipelajari dan relevansi dengan dirinya.
Aplikasi Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mengenai suatu dalam situasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari atau
Application sebuah simulasi (menyerupai kenyataan)
Perspektif Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari sebuah situasi, melihat gambaran besar, melihat
Perspective asumsi yang mendasari suatu hal dan memberikan kritik.
Empati Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/atau memahami pikiran yang berbeda dengan dirinya.
Empathy Menemukan nilai (value) dari sesuatu
Pengenalan diri
Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses berpikir dan emosi yang terjadi secara internal.
Self-Knowledge
Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP Bahasa Indonesia Fase D elemen Perlu
Menyimak diketahui
Interpretasi Mendeskripsikan makna dari puisi serta emosi yang ditangkap dari puisi tersebut
Interpretation
Peserta didik memahami
informasi berupa gagasan, Aplikasi Membacakan/mendeklamasikan atau membuat karya untuk merespons puisi
pikiran, pandangan, arahan Application
atau pesan dari teks Perspektif Melakukan bedah puisi melalui diskusi dari sudut pandang yang berbeda.
deskripsi, narasi, puisi, Perspective
eksplanasi dan eksposisi
dari teks visual dan
audiovisual untuk
menemukan makna yang
tersurat dan tersirat.
Empati Menaruh diri di posisi penulis puisi dan mencoba merasakan emosi yang dirasakan
Empathy penulis dan dituangkan dalam media yang berbeda.
6 Level Taksonomi Marzano Perlu
(2000) diketahui
Marzano menggunakan tiga sistem dalam domain pengetahuan
yaitu sistem kognitif, sistem metakognitif, dan sistem diri (self-
system). Terdapat 6 level taksonomi yaitu:
Tingkat 1: mengenali Tingkat 2: Tingkat 3: Tingkat 4: Tingkat 5: Tingkat 6:
dan mengingat pemahaman analisis pemanfaatan metakognisi sistem diri
pengetahuan
kembali (retrieval) Pemahaman yang Cakupan analisis disini Sistem metakognisi Menentukan apakah
dimaksud melibatkan berupa kemampuan Pemanfaatan pengetahuan berfungsi untuk seseorang akan
mengingat kembali menggenerasi informasi digunakan saat seseorang
(retrieval) informasi dua proses memantau, mengevaluasi melakukan atau tidak
yang saling berkaitan baru yang belum ingin dan mengatur fungsi dari melakukan sesuatu
dalam batas yaitu integrasikan dan diproses oleh seseorang. menyelesaikan tugas
mengidentifikasi Ada lima proses analisis: semua jenis tugas.
sebuah informasi simbolisasi. (1) mencocokan, tertentu. pemikiran lainnya.
(2) mengklasifikasikan, Ada empat jenis dari sistem
secara (3) menganalisis Ada empat kategori umum Ada empat fungsi dari diri:
umum. kesalahan, pemanfaatan metakognisi: (1) memeriksa
(4) menyamaratakan (5) pengetahuan: (1) menetapkan tujuan, (2) kepentingan,
menspesifikasikan. (1) pengambilan memantau proses, (2) memeriksa kemanjuran,
keputusan, (3) memantau kejelasan, (3) memeriksa respon
(2) penyelesaian masalah, (4) memantau ketepatan. emosional,
(3) percobaan, (4) memeriksa motivasi
(4) penyelidikan. secara keseluruhan.
Bagaimana strategi menyusun tujuan pembelajaran dalam alur tujuan
pembelajaran yang efektif?
Pendidik harus melakukan analisis Capaian Pembelajaran (CP) untuk kemudian disusun menjadi
Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran (TP). Merumuskan tujuan pembelajaran dari
CP dapat dilakukan melalui beberapa teknik:
Teknik 1
Merumuskan tujuan pembelajaran secara langsung dari CP
Teknik 2
Merumuskan TP dengan Menganalisis ‘Kompetensi’ dan ‘Lingkup Materi’ pada
CP.
Teknik 3
Merumuskan TP Lintas Elemen CP
Sumber: Panduan Pembelajaran dan Asesmen
Bagaimana cara menyusun alur tujuan pembelajaran yang efektif?
Pendidik yang merancang alur tujuan pembelajarannya sendiri, tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dikembangkan dalam tahap
sebelumnya akan disusun sebagai satu alur (sequence) yang berurutan secara sistematis, dan logis awal hingga akhir fase.
Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, pendidik dapat mengacu pada berbagai cara yang diuraikan pada tabel di bawah ini:
Pengurutan dari yang Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten yang lebih abstrak dan simbolis. Contoh : memulai pengajara n
Konkret ke yang Abstrak dengan menjelaskan tentang benda geometris (konkret) terlebih dahulu sebelum mengajarkan aturan teori objek geometris tersebut
(abstrak).
Pengurutan Deduktif Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang spesifik. Contoh : mengajarkan konsep database terlebih dahulu seb elum
mengajarkan tentang tipe database, seperti hierarki atau relasional.
Pengurutan dari Mudah ke Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit. Contoh: mengajarkan cara mengeja kata-kata pendek dalam kelas
yang lebih Sulit bahasa sebelum mengajarkan kata yang lebih panjang.
Pengurutan Hierarki Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan
keterampilan yang lebih kompleks. Contoh : siswa perlu belajar tentang penjumlahan sebelum mereka dapat memahami konsep perkalian.
Pengurutan Prosedural Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari sebuah prosedur, kemudian membantu siswa untuk menyelesaikan
tahapan selanjutnya. Contoh : dalam mengajarkan cara menggunakan t-test dalam sebuah pertanyaan penelitian, ada beberapa tahap
prosedur yang harus dilalui, seperti menulis hipotesis, menentukan tipe tes yang akan digunakan, memeriksa asumsi, dan menjalankan tes
dalam sebuah perangkat lunak statistik.
Scaffolding Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh : dalam mengajarkan
berenang, guru perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika siswa mencobanya, guru hanya butuh membantu. Setelah ini, bantuan
yang diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, siswa dapat berenang sendiri.
(Creating Learning Materials for Open and Distance Learning, 2005; Doolittle, 2001; Morrison, Ross, & Kemp, 2007; Reigeluth & Keller, 2009)
Merancang
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Pengertian projek penguatan profil pelajar Pancasila
Berdasarkan Kepmendikbudristek No.56/M/2022, Projek penguatan profil pelajar
Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk
menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila
yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan
profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, dari segi muatan, kegiatan, dan waktu
pelaksanaan.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan,
muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan
materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat
dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil
pelajar Pancasila.
Budaya Sekolah BERPIKIRAN TERBUKA
yang Mendukung
Penerapan Projek Pembelajaran yang inovatif seringkali terhambat oleh adanya budaya kontraproduktif seperti tidak senang
Penguatan Profil menerima masukan atau menutup wawasan terhadap berbagai bentuk perbedaan. Budaya negatif tersebut tidak
Pelajar Pancasila akan mendukung terselenggaranya kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila yang efektif dan
berdampak. Oleh karenanya, satuan pendidikan diharapkan dapat menghidupkan budaya senang menerima
masukan, terbuka terhadap perbedaan, serta berkomitmen terhadap setiap upaya perbaikan untuk perubahan ke
arah yang lebih baik.
SENANG MEMPELAJARI HAL BARU
Pada dasarnya perkembangan setiap individu sebagai seorang pembelajar akan terhenti jika ia tidak lagi senang
mempelajari hal baru. Oleh karenanya, kemampuan memelihara rasa ingin tahu dan menemukan kepuasan saat
menemukan hal baru adalah bagian dari budaya yang perlu dihidupkan di lingkungan satuan pendidikan. Kegiatan
projek penguatan profil pelajar Pancasila akan berjalan secara optimal jika setiap individu memiliki kesenangan
untuk mempelajari hal baru dan mengembangkan diri secara terus menerus. Harapannya, kegiatan projek ini
pada akhirnya dapat membantu tercapainya karakter pelajar sepanjang hayat pada setiap individu yang terlibat di
dalamnya.
KOLABORATIF
Kegiatan pembelajaran berbasis projek yang dinamis membutuhkan lingkar sosial yang mendukung dalam
pelaksanaannya. Dalam hal ini budaya kolaboratif menjadi hal yang penting untuk dibangun dibandingkan dengan
budaya kompetitif. Diharapkan budaya kolaboratif dapat mendorong semangat senang bekerja sama, saling
mengapresiasi, dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Lebih jauh, upaya kolaboratif juga perlu
dilakukan antar berbagai elemen kunci dalam tri sentra pendidikan (keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat)
sehingga pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila akan berlangsung secara menyeluruh dan optimal.
48
Peran pemangku Kepala satuan pendidikan
kepentingan
dalam 1.Membentuk tim projek dan turut merencanakan projek
pelaksanaan 2.Mendampingi jalannya projek dan melakukan pengelolaan sumber daya satuan pendidikan secara
projek
penguatan profil transparan dan akuntabel
pelajar Pancasila
3.Membangun komunikasi untuk kolaborasi antara orang tua peserta didik, warga satuan pendidikan, dan
Peran-peran ini dapat
dioptimalkan secara narasumber pengaya projek: masyarakat, komunitas, universitas, praktisi, dsb.
bertahap sesuai
dengan kebutuhan dan 4.Mengembangkan komunitas praktisi di satuan pendidikan untuk peningkatan kompetensi pendidik yang
kesiapan satuan
pendidikan. berkelanjutan
5.Melakukan coaching secara berkala bagi pendidik
6.Merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, dan mengevaluasi pengembangan aktivitas dan asesmen
projek yang berpusat pada peserta didik.
Pendidik
(Peran ini khususnya perlu diampu oleh pendidik yang menjadi Tim Fasilitator Projek)
1.Perencana projek - Melakukan perancangan tujuan, alur kegiatan, strategi pelaksanaan, dan asesmen
projek secara berkelanjutan.
2.Fasilitator - Memfasilitasi peserta didik dalam menjalankan projek yang sesuai dengan minatnya, dengan
pilihan cara belajar dan produk belajar yang sesuai dengan preferensi peserta didik.
3.Pendamping - Membimbing peserta didik dalam menjalankan projek, menemukan isu yang relevan, dan
mengarahkan peserta didik dalam merencanakan aksi yang berkelanjutan.
4.Supervisor dan konsultan - Mengawasi dan mengarahkan peserta didik dalam pencapaian projek,
memberikan saran dan masukan secara berkelanjutan untuk peserta didik, dan melakukan asemen
performa peserta didik selama projek berlangsung.
5.Moderator - Memandu peserta didik dalam berbagai aktivitas diskusi.
Peserta Didik
1.Mengasah komitmen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati.
2.Mengembangkan kemandirian untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai minat dan
kemampuan yang dimiliki.
3.Melakukan refleksi secara konsisten dan berkelanjutan untuk memahami potensi diri dan mengoptimalkan
kemampuan.
49
Contoh pertanyaan untuk Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota
komunikasi yang
memberdayakan antara 1.Berkoordinasi dengan satuan pendidikan, memastikan tersedianya sumber daya, sarana dan prasarana yang
pengawas dan kepala satuan
pendidikan/Tim Fasilitator cukup memadai untuk pelaksanaan kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Projek: 2.Memberikan dukungan untuk peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan secara berkelanjutan.
1. Apa harapan atau tujuan 3.Memastikan hasil asesmen dipergunakan sebagai umpan balik dalam pelaksanaan projek,
yang ingin dicapai oleh satuan 4.Memastikan keterlibatan dan sinergi antar pemangku kepentingan berjalan dengan baik untuk mendukung projek.
pendidikan dalam pelaksanaan 5.Mengawasi apakah projek sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
projek penguatan profil pelajar
Pancasila? Pengawas
2. Bagaimana kondisi kesiapan
sekolah saat ini? Apa sumber 1.Memberikan pendampingan dan pembinaan kepada satuan pendidikan dengan strategi coaching atau
daya yang dapat dioptimalkan komunikasi yang memberdayakan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki satuan pendidikan.
untuk melaksanakan projek
dan mencapai tujuan yang 2.Memberikan informasi terbaru berkaitan dengan kebijakan pendidikan khususnya yang berhubungan dengan
diharapkan? Apa saja dimensi
kurikulum dan pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
profil pelajar Pancasila yang
perlu dikuatkan? Bagaimana 3.Memberikan bantuan ketika satuan pendidikan mengalami kendala dalam menjalankan projek.
mengidentifikasi isu yang
relevan untuk dikembangkan 4.Menghubungkan sekolah dengan mitra di luar sekolah yang dapat mendukung pelaksanaan projek (Opsional).
menjadi tema projek?
3. Apa langkah-langkah yang Komite Sekolah
perlu dilakukan? Apa
tantangan yang mungkin Memberikan dukungan terkait pelaksanaan projek di satuan pendidikan.
dihadapi dan bagaimana cara
menanggulanginya? Masyarakat/Orang tua peserta didik/Mitra
1.Menjadi sumber belajar yang bermakna bagi peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan projek.
2.Membantu menemukan atau mengidentifikasi isu atau masalah yang ada serta memberikan informasi sebagai
narasumber terkait dengan isu tersebut
3.Memberikan dukungan berupa pendampingan, khususnya dalam pelaksanaan projek penguatan profil pelajar
Pancasila di luar lingkungan satuan pendidikan.
Prinsip pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila
Holistik Kontekstual
Holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan Prinsip kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan
menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah. Dalam konteks kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi
perancangan projek penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan peserta
berpikir holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas
secara utuh dan melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk kehidupan sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran.
memahami sebuah isu secara mendalam.
Eksploratif
Berpusat pada Peserta Didik
Prinsip berpusat pada peserta didik berkaitan dengan skema Prinsip eksploratif berkaitan dengan semangat untuk membuka
pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk menjadi ruang yang lebar bagi proses pengembangan diri dan inkuiri.
subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya Projek penguatan profil pelajar Pancasila tidak berada dalam
secara mandiri, termasuk memiliki kesempatan memilih dan struktur intrakurikuler yang terkait dengan berbagai skema
mengusulkan topik projek sesuai minatnya. formal pengaturan mata pelajaran. Oleh karenanya, projek ini
memiliki area eksplorasi yang luas dari segi jangkauan materi,
alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan pembelajaran.