The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al- Ushulu Sittah

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by lavettakristiyono, 2022-06-08 01:54:21

Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al- Ushulu Sittah

‫ٱلَّ ِذي َن َءا َمنُوا َو َكا ُنوا يَتَّ ُقو َن‬

“Mereka adalah orang yang beriman dan mereka adalah
orang yang bertakwa kepada Allah Subhānahu wa
Ta’āla.” (QS. Yunus: 63)

Ini adalah penjelasan dari muallif, menceritakan kepada
kita tentang apa yang beliau lihat, apa yang beliau
dengar, yang beliau rasakan, di mana manusia dan
khususnya kaum muslimin banyak diantara mereka yang
tidak bisa membedakan antara wali Allah dengan wali
syaithan.

Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan di dalam
Al Qur’an, di sana ada wali Allah dan di sana ada wali
syaithan.

‫ٱلَّ ِذي َن َءا َمنُوا ُيقَ ٰـ ِتلُو َن ِفى َف َقسَٰـبِ ِتيُل ِٓلواٱألَ َِّ ِلو ِليَآۚ َء َوٱٱل َلّ ِذَّشيي َن َط ٰـ َكِنَف ُرۚواإِ َّيُنقَ ٰـ ِتَكلُي َدو َٱنل ِف َّشيىطَ ٰـ َس ِبِني َِكلاٱ َلن َّط ٰـ َغُض ِعوي ًف ِات‬

“Orang-orang yang beriman, mereka berperang fii
sabilillah. Dan orang-orang yang kafir mereka berperang
di jalan thaghut. (Kemudian Allah mengatakan) maka
hendaklah kalian memerangi wali-wali syaithan.” (QS. An-
Nisa’: 76)

Di sana ada wali-wali Allah dan di sana ada wali-wali
syaithan, dan kita diperintahkan untuk memerangi wali-
wali syaithan.

Kemudian Allah berfirman,

‫َو ِإ َّن ٱل ّشَيَ ٰـ ِطي َن لَ ُيو ُحو َن إِ َل ٰٓى أَو ِليَآ ِئ ِهم ِليُ َج ٰـ ِدلُو ُكم ۚ َوإِن أَطَعتُ ُمو ُهم ِإنَّ ُكم لَ ُمش ِركُو َن‬

“Dan sesungguhnya syaithan-syaithan, mereka
mewahyukan kepada wali-walinya, supaya mereka
mendebat kalian. Dan seandainya kalian mentaati mereka
(mentaati wali-wali syaithan), niscaya kalian menjadi
orang-orang yang musyrik.” (QS. Al An’am: 121)

Dan tidak harus seseorang yang dinamakan dengan wali
Allah harus memiliki kemampuan yang luar biasa, yang
tidak dimiliki oleh manusia biasa, misalnya bisa terbang,
atau berjalan di atas air atau kemampuan-kemampuan
yang lain yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.
Karena sebagian orang tidak bisa membedakan antara
karamah dengan sihir, atau antara karamah dengan ahwal
syaithaniyyah, sebagaimana disebutkan oleh para ulama,
yaitu keadaan-keadaan syaithan.

Yang dinamakan dengan karamah adalah sesuatu yang
luar biasa yang Allah berikan kepada wali-wali-Nya
dengan tujuan untuk menguatkan keimanan dia.
Dan karamah tidak bisa dipelajari. Bahkan seorang wali
pun belum tentu apabila dia menghendaki, kemudian
terjadi. Sebagaimana mukjizat yang Allah berikan kepada
para Nabi, ini adalah dengan kehendak Allah Subhānahu
wa Ta’āla.

ِ‫َو َما َكا َن ِل َرسُول أَن َيأ ِت َى ِب َٔـايَة إِلَّا بِإِذ ِن ٱل َِّل‬

“Tidaklah seorang Rasul bisa mendatangkan sebuah
mukjizat (sebuah ayat), kecuali dengan izin Allah
Subhānahu wa Ta’āla.” (QS. Ar Ra’d: 38)

Karamah tidak bisa dipelajari. Lain dengan sihir yang bisa
dipelajari. Di sana ada gurunya, di sana ada sekolahnya,

di sana ada kitab yang dijual yang dipelajari, yang isinya
adalah tentang sihir.

Oleh karena itu kita dapatkan kitab-kitab seperti ini
banyak dijual di pasar-pasar, di toko-toko, bagaimana
seseorang bisa kebal, bagaimana seseorang bisa begini
dan begitu, seperti kitab yang dinamakan dengan Al
Mujarrabat yang dijual dengan murah, siapa saja bisa
membeli, siapa saja bisa mempelajari. Ini bukan karamah
tetapi dinamakan dengan sihir, yang mungkin samar bagi
sebagian orang.

Yang dinamakan dengan karamah, menambah keimanan
bagi seorang tersebut dan menjadikan dia semakin
merendahkan dirinya di hadapan Allah dan rendah hati
diantara manusia.

Seorang wali yang dia mendapatkan karamah, maka
semakin dia bertambah keimanannya kepada Allah
Subhānahu wa Ta’āla.
Yakin dengan pertolongan Allah, semakin yakin dengan
agama yang benar ini, dan dia akan semakin rendah hati
diantara manusia.

Berbeda dengan sihir. Orang yang melakukannya, maka
dia akan semakin jauh dari Allah Subhānahu wa Ta’āla
dan semakin dia sombong diantara manusia.

Saya bisa melakukan ini, saya bisa melakukan itu,
melakukan pertunjukan, diceritakan kepada manusia,
inilah yang dinamakan dengan sihir.

Dan karamah tidak bisa dilawan dengan sesuatu apapun,
karena dia berasal dari Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Adapun sihir, maka bisa dilawan dengan yang semisalnya,
atau dilawan dengan ayat-ayat Allah Subhānahu wa
Ta’āla.
Karena sihir berasal dari bantuan syaithan dan syaithan
lari dari dzikrullah Azza wa Jalla.
Ketika dibacakan ayat, dibacakan ayat kursi, dibacakan
surat Al Baqarah maka mereka akan lari.

Dan wali Allah, mereka tidak memiliki pakaian tertentu
yang membedakan dirinya dari manusia yang lain.
Pakaian mereka sama dengan pakaian manusia biasa.
Pakaian yang dipakai oleh kaum muslimin di daerahnya
itulah yang dipakai oleh dia.
Pakaian dia tidak berbeda dengan yang lain, bahkan
terkadang seseorang yang tidak dikenal diantara
manusia, bukan seorang yang memiliki kedudukan yang
tinggi di mata masyarakat, namun ternyata dia adalah
orang yang dekat dengan Allah Subhānahu wa Ta’āla dan
dia adalah wali Allah Subhānahu wa Ta’āla.

‫الله تعالى أعلم‬
Sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan
datang.
‫والسلام عليكم ورحمة الّل وبركاته‬

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah –
Halaqah 21 | Penjelasan Pokok Ke Lima Bagian 4
February 1, 2021Ummu Syifa

‫السلام عليكم ورحمة الله وبركاته‬
‫الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه‬

Halaqah yang ke dua puluh satu dari Silsilah ‘Ilmiyyah
Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa
sallam menyebutkan dan ini dinamakan dengan haditsul
wali. Di dalam hadits qudsi Allah Subhānahu wa Ta’āla
mengatakan,

‫َمن عَا َدى ِلي َو ِليا فَ َقد آذَنتُهُ ِبال َحر ِب‬

“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku niscaya Aku akan
mengumumkan peperangan kepadanya.”
(Hadits riwayat Bukhari nomor 6021/6502)

Allah Subhānahu wa Ta’āla akan menolong walinya dan
barangsiapa yang memusuhi wali diantara wali-wali Allah,
maka Allah Subhānahu wa Ta’āla akan mengumumkan
peperangan kepadanya.
Kemudian Allah menyebutkan tentang sifat-sifat wali.

‫َو َما تَ َق َّر َب عَب ِدي ِبشَيء أَ َح َّب ِإ َل َّي ِم َّما افتَ َرض ُت َع َلي ِه‬

“Dan tidaklah hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan
sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku
wajibkan atasnya.”

Diantara sifat wali Allah adalah melakukan kewajiban-
kewajiban yang telah diwajibkan oleh Allah dan Rasul-
Nya, mengerjakan shalat lima waktu, mengerjakan puasa
di bulan Ramadhan, dan juga mengerjakan kewajiban-
kewajiban yang lain.
Dan kewajiban ini adalah sesuatu yang sangat dan paling
dicintai oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Adapun seorang yang dianggap wali kemudian dia tidak
melakukan shalat lima waktu, ketika Ramadhan dia tidak
berpuasa, maka ini bukan seorang wali.
Kemudian Allah mengatakan,

ُ‫َولا َي َزا ُل َعب ِدي َيتَقَ َّر ُب إِ َل َّي ِبالنَّ َوافِ ِل َحتَّى أُ ِحبَّه‬

“Dan senantiasa hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku
dengan perkara-perkara yang sunnah sehingga Aku
mencintai dia.”

Diantara sifat-sifat wali Allah Subhānahu wa Ta’āla
adalah mereka bertaqarrub kepada Allah Subhānahu wa
Ta’āla dengan sesuatu yang sunnah; shalat sunnah,
puasa-puasa sunnah, yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

‫َويَ َدهُ ا ّلَتِي‬ ‫يََوب َب ِط َص ُ َشر ُهبِ اَه َّلا ِذ َوي ِريُبج َل ُِهصا ُّلَرتِبِيِه‬ ‫ِب ِه‬ ‫يَس َم ُع‬ ‫الَّ ِذي‬ ُ‫سَمعَه‬ ‫ُكن ُت‬ ُ‫أَح َببتُه‬ ‫فَإِذَا‬
‫َيم ِشي بِ َها‬

“Maka apabila Aku mencintai orang tersebut, (kata Allah
Subhānahu wa Ta’āla) maka,

• Aku akan menjadi pendengarannya yang dia akan
mendengar dengannya.
• Aku akan menjadi penglihatannya yang dia melihat
dengannya.
• Aku akan menjadi tangannya yang dia akan memukul
dengannya.
• Aku akan menjadi kakinya yang dia berjalan dengan
kaki tersebut.

Maksudnya sebagaimana disebutkan oleh para ulama, dia
akan diberikan taufiq untuk meninggalkan kemaksiatan.

• Tidak mendengar kecuali yang diridhoi oleh Allah
Subhānahu wa Ta’āla.
• Tidak melihat kecuali yang diridhoi oleh Allah
Subhānahu wa Ta’āla.
• Tidak memukul kecuali pada yang hak, pada
tempatnya.
• Tidak berjalan ke sebuah tempat kecuali tempat yang
diridhoi oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Apabila Allah mencintai seseorang, maka dia akan
diberikan taufiq untuk meninggalkan kemaksiatan.
Dan ini adalah sifat diantara sifat-sifat wali Allah
Subhānahu wa Ta’āla, orang yang dicintai oleh Allah
meninggalkan kemaksiatan.

Oleh karena itu bagaimana kita mengatakan bahwasanya
orang yang minum minuman keras, berzina, melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan, akan tetapi dia memakai

pakaian seorang ulama, kemudian kita katakan
bahwasanya dia adalah seorang wali diantara wali-wali
Allah.
Seorang wali adalah orang yang meninggalkan
kemaksiatan.

‫َوإِن سَأَ َل ِني َْلُع ِطيَ َنّهُ َو َلئِن استَ َعاذَ ِني َْلُ ِعي َذنَّ ُه‬

“Apabila dia meminta kepada-Ku (kata Allah), niscaya
Aku akan memberikan dan apabila dia memohon
perlindungan niscaya Aku akan melindungi orang
tersebut.”

‫الله تعالى أعلم‬
Sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan
datang.
‫والسلام عليكم ورحمة الّل وبركاته‬

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah –
Halaqah 22 | Penjelasan Pokok Ke Enam Bagian 1
February 3, 2021Ummu Syifa

‫السلام عليكم ورحمة الله وبركاته‬
‫الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه‬

Halaqah yang ke dua puluh dua dari Silsilah ‘Ilmiyyah
Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.

Beliau mengatakan,

‫ َر ُّد الشُّب َه ِة ا َلّ ِتي َو َض َعها الشَّيطا ُن في تَر ِك ال ُقرآ ِن َوال ُسّنَّ ِة‬: ‫اْلَص ُل ال َّسا ِد ُس‬،
‫ألَو ُسّنَّ َةصالًفاا‬-‫فأَ ِبَّنكَاذلاقُ َروآ َك َنذا َوا‬:ُ ‫الواُملتَ َفم ِّرجقَت ِةهدال ُمهوختَاِللفَـ ِةَم؛و َو ُصِهو َي‬ ‫َواْلَهوا ِء‬ ُ‫َيع ِر ُف ُهماَواإِتِّلباا ا ِعلـا ُملآجتَراِه ِءد‬
‫لَ َع َّلها لا تُو َج ُد تَا َّم ًة في أَبي بَكر َوعُ َم َر‬ ،‫الـ ُمط َل ُق‬

Pokok perkara yang ke enam:
“Adalah membantah kerancuan yang telah diletakkan
oleh syaithan untuk meninggalkan Al Qur’an dan juga
Sunnah, dan supaya mengikuti pendapat-pendapat dan
hawa-hawa yang saling berbeda dan saling berpecah
belah.
Dan syubhat (kerancuan) tersebut bahwasanya Al Qur’an
dan juga Sunnah tidak dipahami kecuali oleh seorang
yang mujtahid mutlaq.
Dan mujtahid menurut mereka adalah seseorang yang
memiliki sifat ini dan ini, sifat-sifat yang mungkin tidak
dimiliki oleh seseorang seperti Abu Bakar dan Umar.”

Ini adalah pokok perkara yang ke enam yang ingin beliau
sampaikan, yaitu ingin membantah kerancuan (syubhat)
yang telah diletakkan oleh syaithan di dalam mengajak
manusia meninggalkan Al Qur’an, meninggal As Sunnah,
dan mengajak manusia untuk mengikuti pendapat-
pendapat dan mengikuti hawa nafsu. Dan ini adalah
syubhat yang terkadang masih ada diantara kita yang
mengamalkannya, mengikutinya.

Syaithan berusaha untuk menjauhkan manusia dari
petunjuk Allah Subhānahu wa Ta’āla.
Allah Subhānahu wa Ta’āla ketika melaknat syaithan dan
mengeluarkan dari surga, demikian pula menurunkan
nabi Adam alayhissallam, maka Allah Subhānahu wa

Ta’āla juga menurunkan petunjuk yang barangsiapa
mengikuti petunjuk tersebut maka dia akan selamat di
dunia dan juga di akhirat.
Namun barangsiapa yang berpaling dari petunjuk yang
sudah Allah turunkan, maka dia akan celaka.

‫ُقۡلنَا ٱ ۡه ِبطُوا ِم ۡن َها َج ِمي ٗعا َفإِ َّما يَ ۡأ ِتيَنَّ ُكم ِّمنِّي ُه ٗدى َف َمن تَبِ َع ُه َدا َي فَ َلا َخ ۡوف عَلَ ۡي ِه ۡم‬
‫َولَا هُ ۡم يَ ۡح َزنُو َن‬

Kami katakan, “Hendaklah kalian turun semuanya (baik
nabi Adam alayhissallam maupun syaithan). Apabila telah
datang kepada kalian petunjuk dari Allah Subhānahu wa
Ta’āla, maka barangsiapa yang mengikuti petunjukku
yang telah diturunkan Allah Subhānahu wa Ta’āla, maka
tidak ada ketakutan baginya dan mereka tidak akan
bersedih.”

Dan syaithan ketika melihat bahwasanya ini adalah
petunjuk Allah Subhānahu wa Ta’āla yang apabila diikuti
seseorang akan selamat (mendapat petunjuk), maka dia
berusaha untuk menjauhkan manusia dari memahami
petunjuk Allah, mengilmui, apalagi mengamalkan
petunjuk Allah Subhānahu wa Ta’āla.

Diantara caranya seperti yang disebutkan oleh
pengarang di sini. Syubhat (kerancuan) yang diletakkan
oleh syaithan supaya manusia meninggal Al Qur’an dan
Sunnah dan supaya mereka hanya mengikuti pendapat-
pendapat manusia dan hawa nafsu mereka.

Apa kerancuan tersebut?
Syaithan membisikan, mengajarkan bahwanya Al Qur’an
dan Sunnah tidak dipahami kecuali oleh seseorang yang

merupakan mujtahid mutlaq.
Ini adalah kerancuan yang dibuat oleh syaithan,
membisikan kepada manusia bahwasanya Al Qur’an ini
yang telah diturunkan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla
dan bahwasanya hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa
sallam, ini tidak dipahami dan tidak dimengerti kecuali
apabila seseorang sudah sampai derajatnya sebagai
seorang mujtahid, seorang mujtahid yang mutlaq.

Dengan maksud apa?
Dengan maksud supaya kita orang yang awam, orang
yang tidak sampai derajatnya sebagai seorang mujtahid
mutlaq, supaya kita tidak mau memahami Al Qur’an,
supaya kita malas untuk memikirkan, mentaddaburi,
memahami petunjuk yang datang di dalam Al Qur’an
maupun sunnah-sunnah Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa
sallam.

Apabila seseorang sudah jauh dari Al Qur’an, jauh dari As
Sunnah, tidak mau memahami Al Qur’an dan juga
Sunnah, maka dia akan jauh dari petunjuk Allah
Subhānahu wa Ta’āla.

Inilah maksud dari syaithan menyampaikan kerancuan ini
kepada manusia.
Dan yang dimaksud dengan al mujtahid al mutlaq
(mujtahid mutlaq) adalah mujtahid yang memiliki syarat-
syarat sebagaimana disebutkan oleh para ulama, yang
mereka menguasai bahasa Arab, menguasai ushul fiqih,
ushul hadits, ushul tafsir, mengenal sebagian besar dari
ayat-ayat Allah Subhānahu wa Ta’āla dan memahaminya
dan menghapalnya, memahami dan menghapal sebagian

besar dari hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam
dan juga syarat-syarat yang lain yang disebutkan oleh
para ulama.

‫الله تعالى أعلم‬
Sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan
datang.
‫والسلام عليكم ورحمة الّل وبركاته‬

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah –
Halaqah 23 | Penjelasan Pokok Ke Enam Bagian 2
February 3, 2021Ummu Syifa

‫السلام عليكم ورحمة الله وبركاته‬
‫الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه‬

Halaqah yang ke dua puluh tiga dari Silsilah ‘Ilmiyyah
Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.

Apa itu mujtahid?
Mereka mengatakan yang dimaksud dengan mujtahid
adalah yang memiliki sifat ini dan itu, sifat-sifat yang
mungkin tidak dimiliki oleh seseorang seperti Abu Bakar
dan Umar.

Sebagian mereka mengatakan seorang mujtahid yang
boleh memahami Al Qur’an, yang boleh memahami
hadits, maka dia harus menghapal seluruh hadits Nabi
shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dan ini belum tentu dimiliki oleh seseorang yang paling

afdhal diantara kaum muslimin seperti Abu Bakar dan
Umar, kata beliau.

Karena seperti Abu Bakar radhiyallāhu ‘anhu, tidak
semua hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sampai
kepada beliau radhiyallāhu ‘anhu. Di sana ada beberapa
hadits yang tidak sampai kepada Abu Bakar radhiyallāhu
‘anhu, seperti ketika beliau didatangi oleh seorang nenek
yang bertanya tentang bagiannya dari harta warisan.

Dan ketika ditanya, maka Abu Bakar radhiyallāhu ‘anhu
tidak mengetahui tentang bagian seorang nenek dari
harta warisan.
Kemudian sebagian sahabat mengabarkan bahwasanya
Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberi seorang
nenek 1/6 dari harta warisan.
Menunjukkan bahwasanya tidak semua hadits Nabi
shallallāhu ‘alayhi wa sallam sampai kepada Abu Bakar
radhiyallāhu ‘anhu.

Demikian pula Umar, ada beberapa hadits yang tidak
sampai kepada beliau, sebagaimana ketika sebagian
sahabat mengabarkan tentang haditsul isti’dzan.
Hadits yang isinya adalah diantara adab meminta izin
ketika bertamu, apabila seseorang mengetuk pintu 3 kali
maka hendaklah dia meninggalkan rumah tersebut.
Dan ini tidak diketahui oleh Umar bin Khatab
radhiyallāhu ‘anhu. Menunjukkan bahwasanya ada
beberapa hadits yang tidak sampai kepada Umar.

Demikian pula ketika beliau radhiyallāhu ‘anhu bersama
sebagian sahabat radhiyallāhu ‘anhum, ketika mereka

akan memasuki kota Syam, di zaman kekhalifahan Umar
bin Khatab.
Namun ternyata di sana ada tha’un (tersebar wabah
penyakit) sehingga saat itu para sahabat radhiyallāhu
‘anhum diajak bermusyawah oleh Umar bin Khatab
radhiyallāhu ‘anhu,
“Apakah kita akan pulang kembali ke kota Madinah atau
kita terus akan memasuki kota Syam yang di situ sedang
tersebar wabah penyakit (sedang tersebar tha’un)”.

Para sahabat saling bermusyawarah, kemudian setelah
itu datang Abdurrahman bin Auf, mengabarkan kepada
Umar bin Khatab bahwasanya saya punya ilmu di dalam
masalah ini.
Saya mendengar Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam
bersabda,
“Barangsiapa yang mendengar atau barangsiapa yang
berada di dalam sebuah kota yang di dalamnya ada
tha’un, maka janganlah dia keluar dari kota tersebut, dan
apabila dia berada di luar maka janganlah dia memasuki
kota tersebut.”
Demikianlah makna dari hadits yang disampaikan oleh
Abdurrahman bin Auf.
Dan ini sesuai dengan ijtihad Umar saat itu yang memang
setelah bermusyawarah beliau mengambil pendapat dan
menguatkan pendapat untuk kembali ke kota Madinah.

Ini menunjukkan bahwasanya ada sebagian hadits Nabi
shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang tidak sampai kepada
Abu Bakar dan juga Umar radhiyallāhu ‘anhumā tetapi
diketahui dan sampai kepada sahabat yang lain.

Dan ini sebagian orang mengatakan bahwasanya seorang
mujtahid harus menghapal seluruh hadits Nabi shallallāhu
‘alayhi wa sallam, yang ini kata beliau mungkin tidak
didapatkan secara sempurna pada seseorang seperti Abu
Bakar dan Umar.

Dan tujuan ucapan ini adalah:
• Untuk memalingkan manusia dari Al Qur’an dan juga
hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
• Supaya mereka tidak mau memahami Al Qur’an dan
hadits.
• Supaya mereka di dalam agamanya hanya melakukan
taqlid buta yang tercela.

Kemudian beliau mengatakan,

‫َفإِن لَم يَ ُكن ال ِإن َسا ُن كَ َذ ِل َك َفل ُيع ِرض عَن ُه َما َفر ًضا َحت ًما لَا شَ َّك َولَا إِشكَا َل فِي ِه‬

“(Kemudian dia mengatakan) apabila seseorang tidak
memiliki sifat-sifat ini, maka hendaklah dia berpaling dari
Al Qur’an dan Sunnah tersebut. Dan ini adalah wajib,
yang tidak ada keraguan di dalamnya dan tidak ada
masalah di dalamnya.”

Ini adalah ucapan sebagian orang, apabila seseorang
tidak memiliki syarat-syarat tersebut, sifat-sifat tersebut,
maka hendaklah dia berpaling dari Al Qur’an dan juga
hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ini
menurut mereka adalah kewajiban.

‫الله تعالى أعلم‬
Sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan

datang.
‫والسلام عليكم ورحمة الّل وبركاته‬

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah –
Halaqah 25 | Penjelasan Pokok Ke Enam Bagian 4
February 5, 2021Ummu Syifa

‫السلام عليكم ورحمة الله وبركاته‬
‫الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه‬

Halaqah yang ke dua puluh lima dari Silsilah ‘Ilmiyyah
Penjelasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah yang dikarang oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
rahimahullah.

Kemudian beliau mengatakan (membawakan sebuah atau
beberapa ayat dari Al Qur’an) yang menunjukkan tentang
akibat orang yang berpaling dari Al Qur’an dan juga
Sunnah.

Yaitu firman Allah Subhānahu wa Ta’āla,
‫َلقَ ۡد َح ُيَّقۡؤٱِۡلمنقَُ ۡووفَ َُألَٱن ْۡۡغلَعَۡذَلَش ۡقَيٰ۞آٰنَىإُِِهنأَنَّۡمۡ َكمَفاثَفَُه ِ ُهمرتُ ۡنم ِهِذُّۡممۡلَقُرا َمفَ ُيَُهمُۡحبۡم ِنو ِلََٱصناتَّ ُبَر ُي َۡعوؤ َِٱ۞منل ُن ِذَّووۡك ََجنَ۞ر َعَۡلو َنَوا۞سَ َخَإِوِمٓاّنَِشاءن َي َبَجۡعَٱي َللعَِۡۡيلنَّ َنرِهاأَۡۡۡميحفَِِٰدم َيء ٓأيََنِهن ۡأَمَذِب ۡٱۡۡعلرٰنََستَغَِٗقّۡديُه ِاهۡمۡم ِبَأَو ۡأَمِفَم ۡ۞َبغَۡلٰلَنۡمِّٗشَلو ۡاأَتُرَخۡنۡلهُفَجِِذف ِۡهبِِرهر َۡممَي ُهَۡكغۡمِِِفإرَلسَ َٗيرلَّدىةاام‬

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
“Dan sungguh, telah tetap atas mereka ketetapan Allah
Subhānahu wa Ta’āla atas sebagian besar mereka,

bahwasanya mereka tidak beriman.
Kami telah menjadikan pada leher-leher mereka
belenggu-belenggu. Maka belenggu-belenggu tersebut
sampai dagu mereka sehingga mereka mengangkat
kepalanya ke atas.
Dan kami telah menjadikan dari depan mereka penutup
dan dari belakang mereka penutup, maka kami menutupi
mereka sehingga mereka tidak bisa melihat.
Kemudian Allah mengatakan yang artinya:
“Dan sama saja apakah engkau memberikan peringatan
kepada mereka atau tidak memberikan peringatan
kepada mereka, niscaya mereka tidak akan beriman.
Sesungguhnya engkau wahai Muhammad, memberikan
peringatan kepada orang yang mengikuti Adz Dzikr
(mengikuti Al Qur’an), dan dia takut kepada Allah dalam
keadaan ghaib, maka berikanlah kabar gembira
kepadanya dengan ampunan dan pahala yang melimpah
dari Allah Subhānahu wa Ta’āla.”

Ayat-ayat yang disebutkan oleh pengarang di sini adalah
surat Yasin ayat ke-7 sampai 11.
Menunjukkan tentang bagaimana orang yang berpaling
dari Adz Dzikr (Al Qur’an) yang Allah turunkan. Dan
bahwasanya mereka ditutupi dari arah depannya, dari
arah belakangnya, sehingga mereka tidak bisa melihat,
tidak bisa mendengar.

Kemudian Allah mengabarkan bahwasanya sama saja
atasmu wahai Muhammad, apabila seseorang sudah
ditutupi dari hidayah Allah, sama saja apakah engkau
memberikan peringatan kepada mereka, atau tidak

memberikan peringatan niscaya mereka tidak akan
beriman.

Dan Allah mengabarkan bahwasanya Rasulullah
shallallāhu ‘alayhi wa sallam hanya memberikan
peringatan dan akan bermanfaat peringatan Beliau bagi
orang yang mau mengikuti Adz Dzikr (mengikuti Al
Qur’an), dan takut kepada Ar Rahman, yaitu Allah
Subhānahu wa Ta’āla dalam keadaan ghaib, yaitu dia
takut kepada Allah padahal dia tidak pernah melihat
Allah, akan tetapi dia takut kepada Allah Subhānahu wa
Ta’āla.

‫َفبَ ِّش ۡر ُه بِ َم ۡغ ِف َرة َوأَ ۡجر كَ ِريم‬

“(Maka orang yang mau mengikuti Al Qur’an, (mengikuti
Adz Dzikr) dan takut kepada Allah padahal Allah adalah
ghaib), maka kabarkanlah dia dengan ampunan dan
pahala yang besar (dari Allah Subhānahu wa Ta’āla).”

Itulah perkara yang ke enam yang ingin disampaikan oleh
pengarang di sini. Semoga bisa bermanfaat.

Kemudian beliau menutup kitab beliau dengan
mengatakan,

‫ َوال َحم ُد ِلِ ِل َر ِّب العَالَ ِمي َن‬، ُ‫آ ِخ ُره‬

“Terakhir kita mengucapkan Alhamdulillahi
Rabbil’alamīn.”

Kemudian beliau mengatakan,

‫ َو َعلى آ ِل ِه َو َصح ِب ِه َوسَلَّ َم تَسلي ًما َكثي ًرا إِلى َيو ِم‬،‫َوص َّلى اللهُ َعلى سَ ِّي ِدنا ُم َح َّمد‬
‫ال ِّدي ِن‬

“Semoga Allah Subhānahu wa Ta’āla senantiasa
memberikan shalawat kepada sayyid kita, Muhammad
(pemuka kita, Muhammad) dan kepada keluarganya, dan
para sahabatnya, dan semoga Allah memberikan salam
dengan salam yang banyak kepada Beliau sampai hari
kiamat.”

Alhamdulillah.
Dengan demikian kita bisa menyelesaikan kitab yang
ringkas dan bermanfaat ini yang berisi tentang 6 enam
perkara yang pokok yang hendaknya dipahami dan
diamalkan oleh seorang muslim.

‫والسلام عليكم ورحمة الّل وبركاته‬


Click to View FlipBook Version