49
JAWA BARAT
52
WILAYAH PRIYANGAN
SUNDA
Suku Sunda merupakan salah satu suku yang ada di
Jawa Barat. Meskipun orang Sunda tersebar di berbagai
daerah, mereka masih mempertahankan kebudayaan
nenek moyang, termasuk busana. Tradisi busana adat di
daerah ini terinspirasi busana putri-putri kerajaan Sunda
di masa lampau.
Walaupun terkesan sederhana, tetapi tidak kalah me-
mikat, cantik, elegan, dan indah dipandang mata. Salah
satu pakaian adat Sunda yang cukup dikenal ialah Sunda
Siger. Siger diartikan sebagai hiasan kepala seperti mahko-
ta. Ini merupakan simbol seseorang yang tengah melak-
sanakan upacara sakral, hidup menyatu dengan pasangan.
Selain digunakan oleh perempuan Sunda, hiasan kepala ini
juga biasa digunakan oleh perempuan Lampung ketika me-
nikah.
Pengantin perempuan Sunda Siger mengenakan
kebaya dengan warna terang dan ditambah dengan hiasan,
seperti gelang permata, cincin permata, kalung dan rang-
kaian melati. Untuk bawahan, pengantin perempuan men-
genakan kain batik dengan motif khusus, seperti lereng
eneng prada atau sidomukti dengan wiru (lipatan pada
bagian depan kain) sebagai pemanis.
Busana pengantin laki-laki Sunda berupa jas buka
prangwedana dan celana panjang dengan warna senada.
Kain batik yang dikenakan pengantin laki-laki memiliki
corak yang sama dengan pengantin perempuan. Kain ini
dililitkan di pinggang. Aksesori lain yang digunakan
adalah penutup kepala atau bendo dan selop.
53
BANTEN
56
BANTEN
BADUI
Suku Badui memiliki ciri khas yang masih dipertah-
ankan hingga sekarang. Aturan adat yang kuat membuat
semua aturan dalam berkegiatan, tingkah laku, dan barang
yang digunakan tetap sama dan tak terpengaruh oleh pen-
duduk luar.
Begitu juga dengan pakaian yang digunakan mas-
yarakat Badui yang memiliki ciri khas kesederhanaan.Tak
hanya dilihat dari desainnya saja, warna pakaian suku
Badui yang didominas dengan warna hitam dan putih
semakin memperlihatkan kesederhanaan busana ini.
Laki-laki Badui menggunakan baju lengan panjang
yang disebut jamang sangsang, Jamang kampret, atau
jamang kurung. Jamang sangsang berupa baju lengan pan-
jang dengan leher dilubangi, tidak memakai kancing dan
kantong, serta umumnya berwarna putih.
Sementara Jamang kampret dan jamang kurung, yang
bisa dipakai oleh suku Badui luar, berbentuk baju terbelah
dua di bagian dada dengan kancing dan kantong. Warnan-
ya hitam dan bahannya ditenun dari kapas asli. Pada
bagian bawah, mereka hanya menggunakan celana atau
kain yang dililitkan di pinggang.
Perempuan Badui menggunakan kebaya yang dipas-
angkan dengan kain sarung warna hitam bergaris putih
dan biru. Busana ini juga dilengkapi dengan karembong
atau ikat pinggang dari selendang atau kain tenun sarung
dan dipercantik dengan tambahan kalung,
57
JAWA TENGAH
60
SOLO
SUKU JAWA
Seperti dalam busana adat perkawinan, seorang per-
empuan dan laki-laki dari kalangan keraton akan men-
genakan beberapa jenis busana yang disesuaikan dengan
tahapan upacara. Namun, seiring dengan perkembangan
waktu, pakaian adat pengantin ini dapat dikenakan oleh
masyarakat umum, terutama untuk perkawinan.
Salah satu jenis busana adat Surakarta yang digu-
nakan untuk perkawinan adalah busana basahan. Busana
basahan artinya tidak memakai baju, tetapi menggunakan
kain yang terdiri dari dodot atau kampuh, selendang atau
sampur, dan kain jarik cinde sekar merah. Kain untuk
dodot menggunakan motif alas-alas, bisa berwarna dasar
hijau atau biru dengan hiasan emas atau putih. Kain ini
memiliki panjang 4-5 meter dan merupakan bagian pokok
dalam busana basahan.
Seperti pengantin perempuan, pengantin laki-laki
juga memakai adat basahan yang terdiri dari dodot bermo-
tif alas-alas dan celana panjang berbahan kain cinde.
Corak dan warna dodot yang dipakai pengantin laki-laki
umumnya sama dengan yang dipakai perempuan, perbe-
daannya hanya pada cara memakainya, Busana pengantin
laki-laki dilengkapi denganulur, timang atau epek, dan
buntal udan mas.
Buntal adalah rangkaian hiasan yang terbuat dari
daun pandan, daun mangkokan, dan daun puring merah
yang pada ujungnya ditambah ronce bunga melati bawang
sebungkul dan dipasang dibagian pinggang.
61
DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
64
D I YOGYAKARTA
SUKU JAWA
Perkembangan busana adat tradisional di Daerah
Istimewa Yogyakarta sangat berkaitan dengan berdirinya
Kesultanan Yogyakarta dan Sultan Hamengku Buwono 1
sebagai rajanya ketika itu.
Hingga saat ini, masyarakat Yogyakarta masih mele-
starikan dan menghargai adat dari Kesultanan Yogyakarta.
Meskipun sudah mulai jarang dijumpai, pakaian adat Yog-
yakarta kini muncul kembali dalam upacara adat seperti
grebeg maulud, pisowanan, dan upacara perkawinan. Ter-
dapat lima jenis corak pakaian pengantin gaya Yogyakar-
ta, yaitu kasatrian alit, kasatrian ageng, paes ageng,
jangan menir, basahan (kampuh ageng), dan yogya putri.
Pakaian adat yogya putri dikenal juga dengan corak
sepasaran karena dalam tradisi Keraton Yogyakarta,
busana ini dipakai pengantin saat acara ngunduh mantu
yang dilaksanakan saat sepasaran atau lima hari sesudah
upacara akad nikah. Dalam busana ini, pengantin perem-
puan menggunakan kebaya berbahan beledu dengan bordir
keemasan dan kain batik Yogyakarta dengan pilihan motif
seperti motif sidomulyo, sidoasih, sidomukti, dan simbar
lintang.
Pengantin laki-laki menggunakan jas berwarna
senada dengan pengantin perempuan dan bawahan berupa
kain bermotif sama dengan pengantin perempuan. Pada
bagian kepala, pengantin pria menggunakan belakangan
dengan mondolan yang agak menonjol dan besar di bagian.
Keanggunan pengantin perempuan dan kegagahan pen-
gantin laki-laki sangat terlihat balutan busana ini.
65
JAWA TIMUR
69
MADURA
JAWA TIMUR
Nama pakaian adat Madura adalah baju "Pesa’an".
Baju ini sebetulnya adalah baju sederhana yang dikenakan
sehari-hari oleh orang-orang suku Madura di masa silam,
baik untuk melaut, berladang, maupun untuk menghadiri
upacara adat. Penggunaannya pun tidak terbatas baik
untuk usia maupun status sosial bagi orang yang men-
genakannya.
Baju Pesa’an adalah baju hitam yang serba longgar dengan
dalaman berupa kaos belang merah putih atau putih hitam.
Baju ini dikenakan bersama celana gomboran, yaitu celana
kain hitam yang panjangnya tanggung antara lutut dan
mata kaki.
Penggunaannya dilengkapi pula oleh odeng yang disebut
odhengsantaban, bisa juga dengan Kopiah Hitam atau
Songkok, sarung kotak-kotak atau sampèr batik yang ber-
fungsi sebagai Sembhung serta sabuk atau katemang,
trompa atau alas kaki, serta senjata Tradisional Madura
yang berupa celurit.
Sama seperti pakaian pria, pakaian adat Madura untuk
perempuan pun memiliki desain dan motif yang sederhana.
Nama pakaian untuk perempuannya adalah kebaya tanpa
kutu baru dan kebaya rancongan.
Kebaya ini digunakan dengan dalaman berupa kotang atau
beha warna kontras, seperti hijau, merah atau biru yang
ukurannya ketat pas badan. Bahan kebaya yang mener-
awang dan disepadankan dengan kotang atau beha ber-
warna kontras yang membuat perempuan madura tampak
molek.
70
KALIMANTAN
BARAT
73
PONTIANAK
MELAYU
Wilayah administrasi Kalimantan Barat yang ber-
batasan dengan negara Malaysia, berpusat di Kota Ponti-
anak. Di kota ini, suku yang dominan adalah suku Dayak
dan suku Melayu. Hal tersebut memberikan pengaruh terh-
adap adat dan budaya Kalimantan Barat, khususnya suku
Melayu Pontianak. Pengaruh budaya ini juga memberikan
kekhasan pada busana yang digunakan masyarakat
Melayu Pontianak.
Busana adat pernikahan perempuan Melayu Ponti-
anak berupa baju kurung pendek yang dipadankan dengan
rok dari kain tenun bermotif pucuk rebung. Biasanya, baju
kurung dan roknya memiliki warna yang sama. Untuk
riasannya, rambut perempuan Melayu Pontianak ditata
menyerupai kelepak sayap burung berhiaskan kembang
goyang serta rumbai di sisi kanan dan kiri kepala.
Sementara laki-laki Melayu Pontianak menggunakan
busana bernama teluk belanga. Busana ini dipadankan
dengan kain songket atau kain kelengkang setengah tiang
yang dililitkan di pinggang menyerupai sarung dan menut-
upi celana teluk belunga yang memiliki model longgar sep-
erti celana piyama.
Aksesori yang digunakan laki-laki Melayu Pontianak
adalah tutup kepala yang disebut kopiah tanjak dan
kalung jamang susun. Kalung yang sama juga digunakan
oleh perempuan Melayu Pontianak untuk mempercantik
Penampilannya, Bedanya, kalung jamang yang digunakan
perempuan terdiri atas terdiri atas dua jenis, yaitu kalung
jamang susun besar dan kalung jamang susun kecil.
74
KALIMATAN
TENGAH
77
KALIMATAN TENGAH
DAYAK NGAJU
Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu subsuku
Dayak yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah. Suku
ini juga sering disebut dengan Dayak Kalteng.
Busana adat masyarakat Dayak yang berumur ratu-
san tahun ini berbahan dasar kulit kayu yang disebut kulit
nyamu. Kulit kayu dari pohon keras ini ditempa dengan
pemukul kayu hingga lemas seperti kain. Setelah halus,
kulit kayu kemudian dipotong untuk dibuat menjadi baju
dan celana. Busana berwarna coklat muda, tak diberi
hiasan dan tak diwarnai ini memberikan kesan yang sangat
alami.
Model busananya sangat sederhana dan fungsional,
yakni berupa rompi untuk menutupi badan. Dalam bahasa
Ngaju, rompi ini disebut sangkarul yang dapat digunakan,
baik oleh perempuan maupun laki-laki. Dalam perkemban-
gannya, naluri berdandan muncul sehingga membuat mas-
yarakat Dayak Ngaju mulai melengkapi busana ini dengan
aksesori. Pada busana laki-laki, baju rompinya dilengkapi
dengan kain berbentuk persegi panjang sebagai bawahan,
tameng kayu di tangan kiri, dan mandau di tangan kanan.
Bahan-bahan dari alam juga dimanfaatkan sebagai
aksesoris pelengkap busana ini. Biji-bijian, kulit kerang,
ataupun tulang binatang buruan dibuat menjadi untaian
kalung dan gelang. Aksesori ini biasanya dipakai oleh per-
empuan Dayak Ngaju Lambat laun, kesederhanaan busana
kulit kayu ini memancarkan keindahan karena tambahan
aksesori pelengkap.
78
KALIMANTAN
SELATAN
81
DAERAH BANJAR
BANJAR
Sebagai suku asli Kalimantan Selatan, suku Banjar
memiliki peninggalan budaya yang sampai sekarang masih
dijaga. Salah satu kebudayaan tersebut adalah busana tra-
disional yang terdiri dari empat jenis, yaitu bagajah gam-
uling baular lulut, baamar galung pancar matahari, babaju
kun galung pacinan, dan babaju kubaya panjang. Nama
pakaian ini diambil dari nama perhiasan kepala yang dike-
nakan pengantin perempuan.
Tak hanya perhiasan kepalanya saja yang cantik dan
menawan, riasan ini juga banyak digemari, Baju yang dike-
nakan pengantin perempuan juga tampak indah, terutama
pada hiasan-hiasan yang ada di busana ini, seperti hiasan
air guci pada sarung panjang yang digunakan sebagai
bawahan. Baju yang digunakan adalah baju poko putri
lengan pendek tanpa kerah yang ditutupi dengan kida-kida
atau mantel sempit berhias sebagai penutup dada. Busana
ini dilengkapi dengan aksesori berupa kelat bahu yang
dipakai di bagian lengan dan beberapa jenis gelang.
Pengantin laki-laki menggunakan busana yang terdiri
dari baju jas buka tanpa kancing, celana panjang yang
disebut salawar dan sabuk berhias air guel dengan motif
lelipan yang menyimbolkan kekuasaan dan kemuliaan.
Bagian kepala ditutup dengan destar model siak melayu
dengan segitiga lebih tinggi. Bagian depan destar dilengka-
pi dengan berbagai hiasan yang memperlihatkan kemewa-
han. Busana ini juga dihiasi dengan berbagai aksesori, sep-
erti kalung sumban, yaitu kalung bermotif bunga, kalung
panjang bogam, dan liris-liris bunga.
82
KALIMANTAN
TIMUR
85
KABUPATEN MALINAU
DAYAK KENYAH
Suku Dayak merupakan suku asli pedalaman
Pulau Kalimantan yang terbagi lagi menjadi beberapa sub-
suku. Di Kalimantan Timur terdapat suku Dayak Kenyah
yang tinggal di Kabupaten Malinau.
Secara historis, nama Dayak berarti hulu sungai
karena mereka biasanya bermukim di sekitar hutan dan
sungai. Mereka hidup dengan memanfaatkan kekayaan
alam dan mempertahankan warisan budaya dari leluhur.
Baju adat perempuan Dayak Kenyah disebut baju
sapai. Baju ini biasanya tanpa lengan dengan bawahan rok
yang disebut ta‘a kukup. Ja‘a kukup merupakan pakaian
khas perempuan Dayak Kenyah yang dianggap bernilai
tinggi. Baju ini terdiri atas dua helai kain yang dililitkan di
pinggang dan pertemuan antara pinggang kiri dan kanan
adalah manik-manik.
Hasan kepala untuk baju adat Dayak Kenyah adalah
bluko, yaitu topi dari rotan yang dihiasi taring macan dan
harimau, manik-manik, dan bulu kambing, serta memiliki
warna putih dan merah. Bagian belakangnya juga dihiasi
bulu burung enggang yang panjang. Topi ini dikenakan
baik oleh perempuan maupun laki-laki Dayak Kenyah.
Baju adat laki-laki Dayak Kenyah berupa rompi
untuk atasan dan cawat atau celana pendek untuk bawah-
an, Sebagai aksesori pelengkap, digunakan klempit atau
perisai dengan warna-warni solid, seperti putih, kuning,
dan merah yang berfungsi menangkal dan melindungi diri
dari serangan musuh.
86
KALIMANTAN
UTARA
89
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN UTARA
Kalimantan Utara merupakan provinsi yang paling
muda di Indonesia, yang belum lama memisahkan diri dari
Kalimantan Timur. Karena provinsi ini merupakan perlua-
san dari Provinsi Kalimantan Timur, tak heran jika kebu-
dayaan di wilayah ini memiliki kemiripan dengan Kali-
mantan Timur.
Tampilan unik busana wilayah ini semakin terlihat
indah dengan tambahan perlengkapan busana.Pakaian
adat ini sering kali digunakan untuk menghadiri aca-
ra-acara tertentu, termasuk upacara adat.
Ada 3 jenis pakaian adat Kalimantan Utara, yaitu
ta'a, sapei sapag, dan bulang kurung, Pakaian ta’a merupa-
kan pakaian adat Kalimantan Utara yang biasanya dipa-
kai oleh perempuan Suku Dayak.
Pakaian ini dibuat dari kain beledu berwarna hitam
dan dilengkapi dengan jahitan manik-manik yang khas,
Bagian atas merupakan baju yang menyerupai rompi yang
bernama sapet inoq dan bagian bawah berupa rok berna-
ma ta'a.
Hampir sama dengan pakaian perempuan, pakaian
laki-laki juga terdiri dari rompi dengan hiasan manik. Pada
laki-laki, pakaian ini disebut sapei sapaq. Bagian bawah
sapei sapaq hanya berupa gulungan selendang yang ben-
tuknya seperti celana dalam. Pakaian ini dilengkapi
dengan senjata tradisional Mandau yang di selipkan di
pinggang dan perisai perang.
90
BALI
93
PULAU BALI
SUKU BALI
Secara umum, ada tiga jenis busana adat di Bali, yaitu
untuk sehari-hari, upacara keagamaan, dan upacara per-
nikahan. Di antara ketiganya, busana untuk upacara per-
nikahan yang disebut dengan payes agung merupakan
busana yang paling mewah.
Ini karena payes agung menempati urutan pertama
dibandingkan dengan tiga busana adat Bali lainnya, yaitu
payes jangkep, payes madya, dan payes alit, pada strata
sosial Kerajaan Badung di zaman dulu.
Pada hari pernikahan yang diharapkan menjadi
momen sekali seumur hidup, sepasang pengantin yang
tampil dengan riasan payes agung akan tampak anggun
dan berwibawa seperti bangsawan. Ini karena perhiasan
tingkat utama memang memperlihatkan suatu kekhususan.
Dimulai dari bagian kepala, pengantin perempuan
pdyes agung menggunakan sanggul tambahan atau gelung
kuncir berbentuk bulat melingkar dan terbuat dari ijuk,
yang juga menjadi ciri khas yang membedakan dengan
riasan yang lain.
Pengantin laki-laki mengenakan kamen atau kain yang dil-
ilitkan dari kink kekanan sebagai simbol “dharma” atau
kebaikan.
Panjangnya dari pinggang hingga pergelangan kaki
untuk menunjukkan bahwa laki-laki harus lebih banyak
melangkah dan bertanggung jawab terhadap istrinya.
94
NUSA TENGGRARA
BARAT
97
LOMBOK
SASAK
Lombok merupakan salah satu pulau terbesar di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penduduk asli yang tinggal
di pulau tersebut adalah suku Sasak.
Busana sehari-hari laki-laki suku Sasak berupa kaus
dengan bawahan kain tenun yang dililitkan di pinggang.
Sementara saat mendatangi acara adat, mereka akan me-
lengkapi baju dengan sapu (ikat kepala) dan kain songket
yang dililitkan sedemikian Tupa di bagian dada hingga
lutut.
Untuk busana sehari-hari, perempuan Sasak menggu-
nakan lamung (baju) berwarna hitam dengan model seder-
hana berupa selembar kain yang dilipat membentuk segi
empat lalu diberi lubang leher berbentuk segitiga dan per-
temuannya dijahit hingga membentuk semacam kebaya
longgar berlengan pendek. Busana ini dilengkapi dengan
kemben (sarung) yang juga berwarna hitam dan beberapa
aksesori, seperti anting-anting (sengkang), gelans manete
(teken ima), dan gelang kaki (teken nae).
Busana adat Sasak juga sering digunakan untuk acara per-
kawinan. Pengantin perempuan menggunakan tangkong
atau kebaya yang biasanya berwarna hitam dengan imbu-
han hiasan pada pinggiran baju serta kain panjang yang
disebut kereng dari songket.
Adapun pengantin laki-laki menggunakan kelambi
dengan bahan yang sama dengan mempelai perempuan
dengan model jas tertutup, kereng (kain panjang) songket
dengan motif khas Lombok, dan dilengkapi dodot (kam-
puh).
98