NUSA TENGGARA
TIMUR
101
NUSA TENGGARA TIMUR
SUKU ROTE
Pakaian adat Suku Rote adalah yang menjadi
simbol pakaian adat NTT di tingkat nasional. Pakaian
tersebut terpilih sebab mempunyai model yang khas atau
unik juga sarat dengan nilai filosofis. Diantara keunikann-
ya terdapat pada bentuk desain Ti’i Langga.
Ti’i Langga merupakan sebuah penutup kepala ber-
bentuk mirip topi sombrero khas Meksiko yang terbuat
dari daun lontar kering. Selain sebagai aksesoris, topi adat
suku Rote tersebut juga sebagai simbol kewibawaan dan
kepercayaan diri bagi kaum laki-laki suku Rote.
Topi Ti’i Langga merupakan aksesoris utama dari
pakaian adat Rote dengan nama pakaian Tenun Ikat.
Sesuai namanya, pakaian tenun ikat ini didominasi oleh
kain tenun khas Rote. Bagi kaum pria Rote, busana
atasannya berupa kemeja putih berlengan panjang dan
busana bawahannya adalah sarung tenun ikat berwarna
gelap.
Untuk penutup dada juga diselempangkan selendang
dari kain dengan motif yang sama di bahu. Sedangkan bagi
kaum perempuan Rote, kombinasi kebaya dan bawahan
berbentuk tenunan tangan menjadi pilihan utama.
Perempuan Rote mengenakan perhiasan seperti gelang,
anting, pending atau ikat pinggang bermotif bungan atau
unggas, dan habas atau kalung susun yang terbuat dari
emas ataupun perak.
102
SULAWESI
BARAT
105
POLEWALI MANDAR
MANDAR
Provinsi Sulawesi Barat merupakan wilayah perluasan
dari Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu suku yang men-
dominasi wilayah ini adalah suku Mandar.
Dalam berbusana, perempuan Mandar menggunakan
sarung sutra dengan motif kotak-kotak besar dan kecil
dengan hiasan emas pada garis-garisnya. Baju yang digu-
nakan berupa kebaya pendek berlengan sampai siku atau
tiga perempat yang terbuat dari bahan sutra atau kain
halus lainnya, tetapi tidak tembus pandang.
Dipercantik dengan sebuah tali ikat di bagian tengah,
bagian-bagian busana Mandar terlihat sangat serasi. Tali
ikat yang melingkar di bagian pinggang ini tak hanya ber-
fungsi sebagai pelengkap busana saja, tetapi juga berfungsi
sebagai pengencang lilitan sarung. Busana ini biasanya
digunakan perempuan suku Mandar saat upacara adat.
Busana adat laki-laki Mandar menggunakan warna
yang sama dengan busana perempuan. Busana laki-laki
terdiri dari baju jas tertutup yang terbuat dari bahan sutra
bercorak bebas dengan warna hitam atau warna cerah.
Paduannya berupa celana panjang yang ditutupi
dengan kain sarung tenun Mandar hingga sebatas lutut,
Laki-laki Mandar menggunakan kopiah yang disebut song-
kok tobone yang memberi kesan kesederhanaan mas-
yarakat Mandar.
106
SULAWESI
UTARA
109
MINAHASA
SUKU MINAHASA
Provinsi Sulawesi Utara ditempati oleh masyarakat
dari beragam suku. Salah satunya adalah suku Minahasa
sebagai suku mayoritas di wilayah tersebut.
Perkembangan busana Minahasa banyak mendapat-
kan pengaruh dari bangsa Eropa dan Tiongkok. Busana
yang terpengaruh oleh budaya Spanyol adalah baju
kebaya lengan panjang dengan rok yang bervariasi.
Sedangkan pada busana laki-laki yang terpengaruh berupa
baju lengan panjang (baniang) yang modelnya berubah
menyerupai jas tutup dengan celana panjang.
Busana ini dipakai untuk upacara perkawinan, di
mana pengantin perempuan menggunakan baju yang ber-
nama baju ikan duyung. Baju ini terdiri dari baju kebaya
berwarna putih dengan kain sarung bersulam sisik ikan
berwarna putih. Mahkota merupakan aksesori tambahan
yang digunakan untuk mempercantik sanggul. Sementara
itu, tambahan lain berupa anting dan gelang dengan varia-
si dan bentuk juga dikenakan untuk menambah keanggu-
nan pengantin perempuan,
Padanan baju ikan duyung berupa jas atau tatutu
tanpa kerah yang digunakan pengantin laki-laki, Busana
yang umumnya didominasi dengan warna hitam ini juga
diberi hiasan motif bunga padi di sekeliling baju. Sementa-
ra bawahannya, digunakan celana sepanjang tumit yang
potongannya semakin ke bawah semakin lebar. Para
laki-laki Minahasa melengkapi busana ini dengan topi atau
porong dan selendang yang diikatkan pada bagian ping-
gang.
110
SULAWESI
TENGAH
113
SULAWESI TENGAH
SUKU KAILI
Salah satu suku yang menempati wilayah Provinsi
Sulawesi Tengah adalah suku Kaili.
Busana adat perempuan Kaili dibedakan menjadi tiga
jenis model, yaitu baju poko, baju pasua, dan baju gembe.
Baju gembe merupakan busana yang dipakai remaja putri
untuk menghadiri upacara adat.
Baju ini memiliki bentuk dan potongan sejenis baju
bodo yang terdapat dalam kebudayaan Bugis. Untuk
bawahannya, perempuan Kaili menggunakan sarung tenun
ikat donggala yang dihiasi benang emas atau dalam bahasa
Kaili disebut buya sabe kumbaja. Cara menggunakannya-
dengan mengikat ujung sarung ke samping kiri dan kanan.
Untuk mempercantik penampilan, perempuan Kaili
menggunakan beberapa perhiasan sebagai pelengkap. Bagi
kaum bangsawan, perhiasan bisa terbuat dari manik-man-
ik ataupun dari emas. Mulai dari sampo dada atau penutup
dada yang berhiaskan payet, kalung bersusun, pending,
beragam gelang, hingga hiasan untuk menutup rambut,
seperti kembang goyang.
Pada laki-laki, busana yang terdiri dari atasan berupa
kemeja lengan panjang, berkerah tegak, dan panjangnya
mencapai pinggul, membuat laki-laki Kaili tampak men-
awan.
Untuk bawahannya, laki-laki Kaili memakai puruka
pajana atau bawahan celana lebar, Penggunaan busana ini
juga dilengkapi dengan sampolu satin atau selendang, keris
atau pasatimpo yang diselipkan di pinggang dan destar
atau sigara sebagai penutup kepala.
114
SULAWESI
SELATAN
117
MAKASSAR
BUGIS
Sulawesi Selatan dengan ibu kota di Makassar didiami
oleh beberapa suku. Salah satu suku terbesar yang mendia-
mi kota Makassar adalah suku Bugis. Menurut sejarah, baju
bodo yang dipakai perempuan Bugis ini termasuk salah
satu busana yang cukup tua terbuat dari kain muslin, yaitu
kain tenunan kapas yang dijalin dengan benang katun.
Sebelumnya baju bodo terlihat transparan, kini
pakaian tersebut dilengkapi dalaman berwarna sama. Ada
juga baju yang berbahan lebih tebal, berlengan panjang,
dan potongannya juga lebih lebar dengan panjang hingga
lutut, baju ini dinamakan la’bu.
Untuk upacara pernikahan, mempelai perempuan
menggunakan baju bodo berwarna hijau dengan hiasan
bunga-bunga dan bintang dari bahan kuningan yang
disepuh emas. Busana ini dipasangkan dengan sarung dari
kain sutra.Perlengkapan lain yang digunakan perempuan
Bugis saat menikah adalah perhiasan kepala yang terdiri
dari kutu-kutu, pinang goyang, bunga sibollo, dan bunga
eka.
Laki-laki Bugis juga menggunakan baju yang men-
awan dengan bagian atas berupa baju yang terbuat dari
beledu berwarna hijau. Bagian bawahnya menggunakan
rok dengan corak yang sama dengan pengantin perem-
puan. Perhiasan yang digunakan terdiri dari sigara atau
hiasan kepala gelang yang disebut ponto naga, dan keris
atau tappi. Agar keris tidak mudah lepas, dan tetap pada
tempatnya, maka digunakan pengikat yang disebut tali-
bannang.
118
SULAWESI
TENGGARA
121
KABUPATEN MUNA
SUKU MUNA
Suku Muna merupakan salah satu suku yang
mendiami Provinsi Sulawesi Tenggara. Kebanyakan suku
Muna tinggal di Kabupaten Muna dengan beragam
keunikan.
Dalam kebiasaan berbusana, suku Muna mengenal
berbagai jenis busana, baik untuk sehari-hari maupun
untuk menghadiri upacara.
Kaum laki-laki umumnya menggunakan baju (bhadu),
sarung (bheta), celana (sala), dan kopiah (songko) untuk
sehari-hari dan bepergian. Selain kopiah, kaum laki-laki
juga menggunakan ikat kepala yang bercorak batik.
Ada pula ikat pinggang yang terbuat dari logam ber-
warna kuning. Ikat pinggang ini tak hanya berfungsi
sebagai penguat sarung, tetapi juga untuk menyelipkan
senjata tajam.
Kaum perempuan menggunakan busana yang disebut
kuto kutango. Kuto kutango merupakan baju berlengan
pendek dengan hiasan renda pada setiap ujung lengan.
Busana ini dipadukan dengan kain sarung dengan corak
sulur memanjang yang menggunakan warna lebih dari
satu.
Salah satu upacara adat suku Muna yang masih dipertah-
ankan adalah upacara pingitan gadis atau karia.
122
GORONTALO
125
GORONTALO
GORONTALO
Meski terbilang masih muda, Provinsi Gorontalo yang
baru disahkan pada 22 Desember 2000 ini memiliki budaya
yang cukup maju. Hampir semua suku Gorontalo mendia-
mi wilayah provinsi yang terletak di utara Pulau Sulawesi.
Masyarakatnya memiliki adat dan kebudayaan yang tak
jauh tertinggal dari suku tetangganya, Minahasa. Hal ini
dapat terlihat dari busana Gorontalo yang tampak
modern.
Dalam perkawinan adat, busana pengantin perem-
puan Gorontalo merupakan busana kebesaran yang dulun-
ya dipakai oleh istri raja. Tak heran, busana ini memiliki
kesan yang mewah. Busana kebesaran bernama biliu ini
terdiri dari baju lengan panjang, kain panjang atau rok
panjang, pelengkap busana, dan perhiasan.
Pelengkap baju biliu, antara lain bakedu atau petu
kecubu dan etonga yang dipakai di bahu. Hiasan ini ter-
buat dari perak dan berbentuk menyerupai bunga. Peleng-
kap lainnya adalah anting dan gelang berukuran besar di
kedua tangan pengantin perempuan, Pada bagian rambut,
beberapa tusuk konde menambah keanggunan pengantin.
Sama halnya dengan busana yang digunakan pengan-
tin perempuan, pengantin laki-laki juga menggunakan
busana mewah dengan warna yang sama dengan pengantin
perempuan, Baju ini dinamakan baju paluwala berupa
kemeja lengan panjang dengan kerah tegak, Busana pen-
gantin laki-laki juga dilengkapi dengan keris. Di bagian
dada, baju pengantin laki-laki berhiaskan corak kain
krawang menggunakan benang emas.
126
MALUKU
129
AMBON
SUKU AMBON
Ambon memiliki ragam busana untuk digunakan
sehari-hari, bepergian, hingga untuk menghadiri upaca-
ra-upacara adat. Contohnya, kebaya cita berlengan pan-
jang hingga ujung jari yang kemudian dilipat, lengkap
dengan kain pelekat.
Ada pula baju cele, kebaya berlengan pendek. Busana
ini digunakan masyarakat Ambon untuk bepergian.
Sementara kaum laki-laki menggunakan busana baju
baniang, yakni kemeja lengan panjang dan berkancing
dengan bagian leher agak tertutup. Busana ini dipasangkan
dengan celana dan topi.
Lain halnya ketika mereka hendak menghadiri upaca-
ra-upacara adat, meskipun perempuan Ambon juga meng-
gunakan baju cele, terdapat perbedaan pada bahan yang
digunakan dan penambahan aksesori tertentu, seperti
konde bulan yang diperkuat dengan tusukan konde atau
haspel yang terbuat dari emas atau perak, lenso pinggang,
yakni sapu tangan yang kini telah jarang diletakkan di
pinggang melainkan hanya dipegang saja, kalung serta
anting.
Laki-laki Ambon juga mengenakan busana yang sama
dengan busana bepergian untuk menghadiri upacara adat.
Baju baniang biasanya berwarna putih pada bagian dalam
dengan bahan kain satin. Dipasangkan dengan baju terbu-
ka lengan panjang, baju baniang ini terlihat menambah
kegagahan laki-laki Ambon. Busana ini juga dilengkapi
dengan ban pinggang berwarna merah dengan hiasan
keemasan di pinggiran ban pinggang.
130
MALUKU UTARA
133
TERNATE
SUKU TERNATE
Provinsi Maluku Utara yang terletak di bagian utara
Kepulauan Maluku berdiri pada tanggal 4 Oktober 1999.
Dalam sejarah, Provinsi Maluku Utara memiliki empat ker-
ajaan Islam terbesar, salah satunya Kesultanan Ternate.
Salah satu kebudayaan yang diwariskan sekarang
dalam bentuk cara berbusana di wilayah Ternate.
Pada kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan
sosial tinggi, busana yang dikenakan akan dilengkapi
dengan beragam aksesori yang memiliki nilai-nilai
kemegahan, kehormatan, dan kebanggaan.
Ini terlihat pada busana adat yang digunakan remaja
laki-laki dari golongan bangsawan, yang disebut baju koja.
Busana ini berbentuk jubah panjang nan mewah yang
dipasangkan dengan celana panjang hitam atau putih.
Warna-warna busana yang dipilih juga umumnya
berupa warna-warna muda. Warna ini melambangkan jiwa
muda pemakainya yang ceria dan menggambarkan seman-
gat.
Untuk menghadiri upacara dan acara adat, busana ini
akan dilengkapi dengan penutup kepala yang disebut lenso
kepala atau tuala lipat. Sebuah bros mewah dipasangkan di
bagian tengah topi ini.
Di bagian pinggang, terlilit ikat pinggang dari kain
yang panjangnya mencapai 1,5 meter. Lilitan kain ini juga
berfungsi untuk menyelipkan sebuah keris.
134
PAPUA BARAT
137
PAPUA BARAT
DANI
Papua Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di
ujung barat pulau Papua.Papua Barat memiliki beragam
suku yang mendiami wilayah tersebut, salah satunya suku
Dani.
Kedekatan suku Dani dengan alam sudah terjadi
turun-temurun. Potensi alam yang beragam membuat
kebudayaan yang berkembang di suku ini pun tak jauh dari
alam.
Namun, pengaruh modernisasi yang mulai masuk ke
wilayah ini sedikit banyak memengaruhi perkembangan
busana di Papua Barat. Unsur-unsur alam yang terdapat
dalam busana adat Papua Barat kini banyak dikombi-
nasikan dengan bahan lain, misalnya penggunaan kain
sebagai penutup bagian dada perempuan.
Sementara itu, meskipun kebanyakan laki-laki Papua
Barat tak mengenakan atasan, hanya menggunakan rang-
kaian daun sagu dari pinggang hingga sebatas lutut, tetapi
untuk alasan kesopanan, beberapa dari mereka terkadang
mengenakan rompi dan celana sebatas lutut.
Keindahan dan keunikan busana adat ini tetap terli-
hat dengan adanya aksesori lain, seperti gelang betan dari
anyaman rotan, manik-manik yang terbuat dari biji-bijian,
kalung yang dibuar dari kulit kerang, dan barok atau
gelang kaki yang umumnya berwarna kuning. Pada bagian
atas, baik perempuan maupun laki-laki Papua Barat,
dipercantik dengan penggunaan mahkota sebagai penutup
kepala. Keduanya dibuat dengan memanfaatkan bulu
burung cenderawasih.
138
PAPUA
141
PAPUA
SUKU ASMAT
Salah satu suku terbesar di Papua adalah suku Asmat.
Kaum laki-laki Papua mengenakan mengenakan pummi
atau rok mini yang terbuat dari anyaman daun sagu.
Tak banyak perlakuan pada pakaian ini karena um-
umnya mereka mengenakan pummi sekadarnya dengan
cara melilitkan di sekeliling pinggul dan paha, lalu membi-
arkan rumbai-rumbainya terlepas begitu Saja.
Namun, untuk menghadiri sebuah upacara adat,
pakaian ini biasanya akan ditambah dengan beberapa
Pelengkap dan riasan. Bagi suku Asmat, semakin banyak
ragam riasan yang digunakan, maka semakin tinggi status
sosialnya.
Perlengkapan itu seperti selempang kalung yeruk,
kalung juwursis, gelang sinerke yang dipakai di pangkal
lengan dan penutup kepala yang terbuat dari bulu burung
cenderawasih. Hampir semua perlengkapan pakaian yang
digunakan suku Asmat terbuat dari bahan-bahan alami,
misalnya hiasan untuk penutup kepala yang berasal dari
kulit kerang serta anting dan kalung yang terbuat dari biji
tumbuhan dek, omdu, maupun tisen.
Perlengkapan yang sama juga digunakan oleh kaum
perempuan suku Asmat. Busana adat ini ditambahkan
penutup payudara yang juga terbuat dari sagu muda atau-
pun akar pandan.
Dengan dianyam, sagu muda ini dibentuk menjadi
semacam kutang atau disebut dengan peni. Untuk menutu-
pi bagian bawah, selain menggunakan pummi, kaum per-
empuan juga mengenakan tok atau celana dalam yang
dipakai di dalam pumi.
142
34
PAKAIAN ADAT
NUSANTARA
Pakaian adat daerah merupakan suatu unsur
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang seiring
dengan pertumbuhan sebuah suku bangsa. Pakaian adat
daerah dalam kehidupan yang nyata
mempunyai berbagai fungsi sesuai dengan
pesan - pesan nilai budaya yang terkandung di
dalamnya. Berkenaan dengan pesan-pesan nilai budaya,
dapat dilakukan melalui berbagai
simbol-simbol dan ragam hias
pakaian adat tersebut.
“Mari Budayakan PAKAIAN ADAT NUSANTARA”