The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Widodo guru sd, 2023-03-20 11:58:04

Aksara Penuh Makna di Jendela Kelas Kita

GURU INTAM.edit

i


ii Aksara Penuh Makna Di Jendela Kelas Kita” Cetakan pertama, Oktober 2022 Editor : Tim AR Publishing Lay out : Tim AR Publishing Desain cover : Wiyanto Diterbitkan oleh penerbit AR Publishing (Cab. CV SEI) Kantor pusat : Bamboo Residence kav. 22 Malang Telp : 08179640183 Email : [email protected] Ig : @ar_publishing Marketing dan Pemasaran : Abu Najwa Telp. 085239297798


iii Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya Antologi Cerpen dan Puisi yang berjudul Aksara penuh makna di Jendela kelas kita. Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan Antologi Cerpen dan Puisi ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adi Fadjar Nugroho, M.Pd. selaku Kepala sekolah SDIT Insantama Bogor. Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada AR Publishing selaku editor naskah cerpen dan Puisi yang telah meluangkan waktunya, memberi saran, ide dalam pembuatan antologi ini. Seluruh rekan guru SDIT Insantama yang telah bersusah payah berkolaborasi menuangkan ide, pikiran dan tenaga juga rasa cintanya pada peserta didik para juara yang insyaAllah menjadi investasi amal jariyah untuk kita semua. Aamiin Kami berharap dengan adanya buku antologi ini bisa memotivasi rekan guru-guru


iv yang lain juga bisa mengambil hikmah dibalik goresan pena yang kami torehkan ke dalam tulisan ini. Menyelami makna di setiap kata yang tersirat di dalam bait-bait puisi, mengambil hikmah di setiap untaian kalimat dalam setiap paragraf cerita pendek. Mengutip dari perkataan seorang sahabat “Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib). Inilah salah satu motivasi kami dalam menulis buku antologi Cerpen dan puisi, tidaklah lain dan bukan karena yang lain, namun semata-mata mengharap ridho Illahi. Akhirul kalam kesempurnaan hanya milik Allah, kami menyadari dalam penyusunan buku antologi ini jauh dari kata sempurna. Mohon saran dan kritik yang membangun dalam rangka penyempurnaan penyusunan buku antologi cerpen dan puisi.


v Daftar Isi Kata pengantar | iii Daftar Isi | v Bab 1. Cerpen |vii Sekolah Impian Hanif | 2 Jujur Mulia Nyontek Hina | 15 Mistery Buku Tua | 23 Iman Kepada Qadar dan Qadir | 29 Kalah Untuk Menang | 37 Penyakit Jantung Pembawa Nikmat | 44 Dalam Ingatan | 66 Macan “Asia” Bunda | 86 Bab 2. Puisi | 103 Pendidikan Dan kepribadian | 104 Kidung Rindu | 106 Melaju Tuk Taat | 108 Telaga Persahabatan | 110 Titian Harapan | 112 Salam Untuk Para Guru | 115 Bahagiaku Bersama Buku | 118 Pelajar Sejati di Tengah Pandemi | 121


vi Membangun Mimpi Dalam Aksara | 123 Titip Rindu Untuk Muridku | 126 Pengabdi Sejati |128 Mulailah Bermimpi |130 Penerang Kegelapan |132 Mengejar Cita |134


vii


2 Sekolah Impian Hanif Oleh: Wiyanto, S.Pd.I, S.Pd rfan Hanif Fathul Islam Chaniago, anak yang berwajah tampan, berambut tebal dengan sisiran rambut ke samping kanan. Kulitnya yang berwarna putih, dan selalu berpenampilan sederhana. Jika tersenyum akan tampak manis karena ada lesung pipinya serta selalu rendah hati. Hanif begitulah panggilannya. Seperti biasa setiap pulang sholat Isya berjamah di masjid, Hanif melanjutkan tadarusnya didalam kamarnya. Karena ia telah berazam untuk menyelesaikan satu juz setiap harinya. Ia membaca Al quran dengan merdu dan tartil. Tanpa disadari Mamanya mengintip dari pintu kamar Hanif yang sedikit terbuka. "Alhamdulillah, terima kasih ya Allah engkau telah menganugerahkan aku seorang A


3 anak yang begitu sempurna bagiku" Bisik Mama Hanif dalam hatinya. Perempuan yang saat itu memakai kerudung berwarna putih dengan dipadukan gamis berwarna krem menjadikannya tampak anggun. Tanpa terasa air matanya menetes karena bahagia. "Krek" Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Hanif keluar dari kamar. Hanif kaget melihat mamanya ada didepan kamarnya dan tampak baru saja menangis. "Mama kenapa? " Tanya Hanif. "Mama tidak kenapa-kenapa Nak" Jawab Mama Hanif sambil menyeka air matanya "Tapi ko Mama seperti habis menangis?" Tanya Hanif kembali karena masih penasaran "Oh, ini karena air mata kebahagian nak. Mama begitu senang, Allah menganugerahkan Mama seorang anak yang sholih seperti kamu. "Jawab Mama Hanif sambil memeluk anak semata wayangnya. "Alhamdulillah... Hanif seperti ini kan juga berkat didikan dari Mama dan Ayah" Jawab Hanif. "Oh iya, Ayah dimana ma? " Hanif menengok kanan kiri mencari ayahnya "Itu ayah sedang murojaah di ruang keluarga" Tunjuk mama Hanif ke sebuah ruangan yang


4 ada tepat didepan kamar Hanif. "Hanif mau membicarakan sesuatu pada Ayah" "Oh iya sudah, yuk kita sama-sama kesana" Ajak mama Mereka berdua pun berjalan menuju ruang keluarga. "Assalamu'alaikum ayah... "Dengan lembut Hanif menyapa Ayahnya "Wa'alaikum salam.. Ada apa Hanif sepertinya ada yang mau dibicarakan nih" Jawab Ayah sambil tersenyum memandang anaknya. "Iya nih yah, katanya Hanif mau mengungkapkan sesuatu" Jawab Mama yang ikut mendampingi Hanif menemui Ayah " Mohon maaf Ayah, jadi mengganggu waktu murojaah Ayah" "Tidak apa-apa Nak, silahkan bicara saja" Jawab Ayah sambil duduk mendekati Hanif. Kini mereka sudah duduk berdampingan. Ayah duduk disamping kanan, Hanif ditengah dan Mama di samping kiri. "Ini Ayah, Hanif kan sekarang sudah kelas 6. Sebentar lagi lulus. Hanif ingin melanjutkan ke SMP Negeri 1. Namun, Hanif masih ragu" Ungkap Hanif. Ayahnya pun mengernyitkan dahi


5 sambil bertanya " Kenapa bisa ragu? " "Iya kenapa Hanif ragu?" Mama Hanif pun ikut penasaran "Hanif selama ini tidak pernah masuk peringkat 10 besar, bagaimana bisa di terima di sekolah itu. Sementara yang diterima disana hanya anak-anak yang pintar" "Nak, kamu percaya bahwa Allah itu maha berkendak kan? " "Iya yah" Jawab Hanif lirih. "Allah akan mengubah nasib seseorang selama orang itu berusaha mengubahnya. Ingat dalam Qs. Ar Ra'du ayat 28, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” masih ingatkan? Jadi Hanif harus bersungguh-sungguh jika ingin masuk SMP Negeri 1 ya? " Dengan penuh semangat Hanif menjawab : " Siap Ayah! " "Nak, sekarang sudah jam sembilan. Sebaiknya langsung tidur agar nanti bisa sholat Tahajud" Sambung Mama menasihati Hanif "Baik Ma" Sahut Hanif .


6 "Hanif mau tidur dulu ya" Pamit Hanif sambil mencium tangan Ayah dan Mamanya "Jangan lupa wudhu dulu sebelum tidur ya" Kata Ayah. "Oke Ayah" Malamnya pukul 03.30 WIB, Hanif sudah bangun. setelah membaca doa bangun tidur, ia pun bergegas untuk wudhu dan bersiap sholat tahajud. Dalam keheningan malam, ia tampak khusuk bermunajat pada Allah Swt, memohon dengan sangat agar bisa lolos masuk SMP Negeri 1. Tak lupa ia melanjutkan membaca Al Quran. "Allahu akbar.... Allahu akbar" Sayup terdengar suara adzan dari masjid dekat rumahnya. Hanif pun bersiap sholat Shubuh berjamaah. Nampak Ayahnya sudah menunggunya di depan rumah. " Ayo Nak, kita berangkat bersama ke Masjid" Ajak ayahnya. "Ayo yah, Hanif sudah siap". "Kapan dilaksanakan ujian sekolahnya? " Tanya Ayah sambil berjalan ke masjid "Insya Allah seminggu lagi yah" "Hem, sebentar lagi ya. Lebih giat lagi belajarnya ya". "Tentu Ayah, kan Hanif ingin masuk ke SMP


7 Negeri 1 jadi Hanif akan belajar dengan sungguh - sungguh" "Bagus, apa saja yang sudah Hanif persiapkan untuk mencapai impian itu? " "Hanif sudah membuat jadwal kegiatan sehari-hari yah. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, Hanif sudah kurangi jam menonton tv dan bermain. Jadi Hanif perbanyak jam belajarnya" "Masya Allah, hebat anak ayah. Pokoknya Ayah doakan yang terbaik untuk Hanif" " Terima kasih Ayah" tak terasa mereka sudah sampai masjid. Hari ujian pun tiba,Hanif belajar dengan penuh semangat. Setiap kali kertas ujian dibagikan, ia selalu mengerjakan dengan teliti. Ia kerjakan hingga waktunya habis meski ada beberapa temannya yang sudah selesai mengerjakan soal terlebih dahulu. Ia tidak terpengaruh, ketika temannya pergi ke kantin lebih dahulu karena sudah selesai mengerjakan "Alhamdulillah, ujian sudah selesai tinggal menunggu hasilnya" Bisik Hanif dalam hati ketika selesai mengerjakan ujian terakhirnya. Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang hangat. Di tambah kicauan burung yang


8 seolah-olah ikut bergembira menyambut kedatangan orang tua siswa kelas 6 di SD Negeri 02 Kedungwringin. Sekolah dasar yang terletak di kecamatan Patikraja, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini akan mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa kelas 6 terkait hasil nilai ujian anak didiknya. "Assalamu'alaikum wr wb" Pak Naning yang berbadan kurus dan memakai kacamata bening membuka acara. Serta selama ini menjadi wali kelas 6. "Wa'alaikum salam wr wb" Jawab orang tua siswa serempak "Hari ini kami akan mengumumkan kelulusan sekaligus nilai hasil ujian ananda. Namun tidak semua yang kami umumkan. Kami hanya mengumumkan yang masuk tiga besar saja. " Nampak wajah- wajah orang tua siswa mulai penasaran, kira-kira siapa saja yang masuk peringkat tiga besar tersebut. "Dari peringkat ke tiga adalah..." Sengaja Pak Naning menjeda agar semakin membuat penasaran orang tua. "Arfan Hanif Fathul Islam Chaniago... ! Selamat kami ucapkan kepada Hanif. Semoga


9 ilmunya semakin berkah dan cita-citanya kelak bisa tercapai." "Aamiin.. " Jawab Ayah dan Mama Hanif kemudian sujud syukur atas prestasi yang telah Hanif raih. Rasa syukur bercampur haru, sungguh sebuah anugerah Allah SWT. Hanif yang selama ini tidak pernah sekalipun masuk peringkat sepuluh besar apalagi sampai tiga besar, hari ini mampu mencapai peringkat tiga besar. Pak Naning pun melanjutkan membacakan siswa yang mampu meraih peringkat satu dan dua. "Kami ucapkan selamat kepada ananda yang telah mencapai peringkat tiga besar, mudah-mudahan di pendidikan berikutnya mampu meraih prestasi lebih baik lagi. Bagi yang belum mencapai prestasi tersebut, mudah-mudahan tetap giat belajar. Perjalanan ananda sekalian masih panjang, masih banyak tantangan yang akan kalian hadapi dalam menggapai cita-cita. Tetap berikhtiar dan jangan lupa selalu dekat pada Allah SWT. Terima kasih kepada bapak-ibu yang berkenan hadir pada pertemuan kali ini. Kami memohon maaf jika dalam menyampaikan pengumuman ini ada salah


10 baik dari lisan maupun perbuatan. Kita tutup pertemuan kali ini, wassalamu'alaikum wr wb" Pak Naning menutup acara ini. Sesampainya di rumah, Ayah dan Mama memberitahukan Hanif bahwa ia mendapat peringkat tiga besar. "Alhamdulillah... Benar yah, Ma! " "Benar Nak" "Alhamdulillah... Berarti besok tinggal daftar ke SMP Negeri 1 ya" "Iya, besok ayah antarkan Hanif buat daftar" "Asyiik" *** Keesokan harinya, Ayah dan Hanif sudah sampai di SMP Negeri 1. Disana sudah banyak sekali yang mendaftar. Ayah dan Hanif pun duduk paling belakang sambil menunggu panggilan dari panitia. " Silahkan selanjutnya" Ayah dan Hanif segera maju ke depan meja panitia. "Kami periksa dulu kelengkapan berkasnya ya" "Baik, silahkan" Kata Ayah sambil menyerahkan map berwarna biru yang berisi


11 Ijazah, akte kelahiran dan berkas lainnya sebagai persyaratan pendaftaran. "Sudah lengkap, silahkan nanti tanggal 5 juni kembali ke sini lagi ya untuk mengambil pengumuman diterima atau tidaknya" "Baik, kalau begitu kami pamit undur diri. Terima kasih" Di perjalanan Ayah menasehati Hanif. " Nak, kamu yakin bahwa semua kehendak Allah itu baik bagi hamba-Nya" "Tentu dong yah" "Kalau begitu, seandainya kamu tidak diterima masuk di SMP Negeri 1 maka jangan berkecil hati ya. Insya Allah, ada tempat yang terbaik untuk Hanif bersekolah" "Insya Allah yah" Dua minggu berlalu, hari pengumuman penerimaan siswa baru di SMP Negeri 1 pun tiba. Ayah dan Hanif berangkat ke pagi-pagi agar tidak terlambat’ "Nak, ingat pesan Ayah. Jika tidak diterima sekolah ini maka jangan berputus asa. Tugas kita hanya ikhtiar dan berdoa. Hasilnya kita serahkan pada Allah". " Baik yah". Satu persatu orang tua yang telah mendaftarkan anaknya dipanggil oleh panitia


12 untuk menerima surat pengumuman. Ada yang nampak riang gembira ketika membuka surat pengumuman namun tidak sedikit yang sedih ketika membaca pengumuman tersebut Sekarang giliran Ayah dan Hanif dipanggil ke depan. "Arfan Hanif Fathul Islam Chaniago! " "Iya" Sahut Ayah dan Hanif "Silahkan ini surat pengumumannya" Perlahan Ayah membuka surat tersebut. "Alhamdulillah kamu diterima nak" "Alhamdulillah...." Ayah dan Hanif pun saling berpelukan karena merasa bahagia. "Selamat ya, untuk jadwal masuknya ada dilampiran surat tersebut" Kata panitia yang dari tadi melihat Ayah dan Hanif yang tampak gembira. "Baik, kami pamit pulang dulu pak" "Silahkan" Ayah dan Hanif pun berjalan keluar sekolah tersebut. Subhanallah wal hamdulillah…sungguh suatu keajaiban bagi Hanif. Karena selama ini tidak menonjol dalam bidang akademik di SD namun berhasil masuk ke SMP Negeri 1 yang dikenal sebagai sekolah khusus anak-anak yang cerdas dan pilihan.


13 Pesan : Tidak ada yang mustahil selama kita ikhtiar dan berdoa. Terus berusaha, persiapkan segalanya dan selalu taat pada Allah swt. Setelah ikhtiar yang maksimal disertai doa selanjutnya tinggal tawakal pada Allah swt. Orang-orang sukses atau berhasil lahir dari orang-orang yang selalu optimis dan bekerja keras bukan dari orang-orang yang hanya duduk dengan santai sambil beranganangan.


14 Bionarasi Wiyanto, S.Pd.I, S.Pd. merupakan guru di SDIT Insantama Bogor. Pria kelahiran Banyumas, Jawa Tengah ini mempunyai hobi menulis cerpen, membuat video pembelajaran dan membuat komik ( juara 1 kategori komik pembelajaran menggunakan canva yang diadakan oleh DISPUSIPDA kota Sukabumi). Beliau berhasil menyelesaikan Pendidikan S1 Fakultas Tarbiyah di STAI Laa Roiba (sekarang menjadi IAIN) dan menyelesaikan S1 PGSD di Universitas Terbuka. Bagi yang ingin mengetahui karyanya silahkan klik link berikut: https://linkfly.to/wiyantoabuhanif


15 Jujur Mulia, Menyontek Hina Oleh: Wiyanto, S.Pd.I, S.Pd Jumat, 9 September 2022 pukul 15.25 WIB setelah sholat Ashar, Pak Gunawan mengingatkan anak-anak kelas 6D untuk senantiasa belajar karena besok hari Senin akan diadakan PTS. Tidak lupa pak Gunawan juga memberi nasihat agar senantiasa mendekat pada Allah SWT dengan cara melaksanakan kewajiban seorang muslim dan melaksanakan ibadah sunnah baik itu sholat tahajud, dhuha dan puasa sunah. Selain itu pak Gunawan juga mengingatkan siswa agar meminta ridho dan doa dari kedua orang tua mereka. Rio yang mendengar hal itu hanya diam dan mengabaikan pesan tersebut. Dalam hatinya bergumam "Lebih baik nanti


16 ana bikin contekan saja, pasti nilainya juga bagus." Setelah pak Gunawan menyampaikan pesan-pesannya maka anak-anak kelas 6D dipersilahkan untuk pulang. Senin pagi setelah sholat Dhuha seperti biasa pak Gunawan menyampaikan BSI atau Bina Syakhsiyah Islamiyah. BSI kali ini membahas pentingnya kejujuran ketika PTS. "Jujur mulia, menyontek hina" Kata pak Gunawan. "Menyontek merupakan salah satu bentuk kedustaan dan penipuan. Mengapa termasuk kedustaan dan penipuan? Termasuk berdusta dan penipuan karena sebenarnya orang yang menyontek itu telah berbohong bahwa pekerjaannya atau jawaban yang dia tulis sebenarnya bukan dari hasil pikiran sendiri namun hasil menyontek sehingga menipu bapak/ibu guru yang mengoreksi. Sedangkan berdusta dan menipu itu hukumnya haram dan mengakibatkan perilakunya berdosa." "Tapi kan kata bapak kemarin ada tiga keadaan yang diperbolehkan berdusta atau menipu"Celetuk Hanif.


17 "Memang benar ada tiga keadaan yang diperbolehkan berdusta atau menipu. Namun menyontek kan tidak termasuk tiga keadaan itu kan?" Tanya pak Gunawan. "Betul juga ya" Jawab Hanif sambil mengangguk-anggukan kepala pertandan sudah mengerti. "Menyontek termasuk perbuatan menipu yang dilarang atau diharamkan. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menipu kami maka bukan termasuk golongan kami.” (HR. Muslim)." Lanjut pak Gunawan. Anak-anak kelas 6D mendengarkan dengan antusias kecuali Rio. Rio yang duduk paling belakang dan di pojok sebelah kanan dekat dengan lemari kelas sehingga kurang terlihat oleh pak Gunawan, Rio sedang sibuk membuat catatan kecil pada sebuah kertas yang akan dijadikan sebagai contekan. Kemudian pak Gunawan menutup BSI kali ini dengan mengutip hadits Rasulullah SAW "Sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika


18 seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hatihatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607) Soal ujian PTS segera dibagikan ke siswa. Mata pelajaran yang pertama kali diujikan adalah PAI. Setelah membaca basmalah bersama-sama, anak-anak kelas 6D segera mengerjakan ujian tersebut. "Duh ini pertanyaan-pertanyaanya susah amat sih" Gerutu Rio "Makanya belajar" Ledek Hanif sambil tertawa "Soal mudah seperti ini ko dibilang susah" Lanjut Hanif yang duduk disebelah kiri Rio "Iya, buat antum sih mudah. Karena antum anak yang pintar" Balas Rio sambil cemberut. "Hanif, Rio harap tenang ya. Ini sedang PTS ! " Tegur pak Gunawan mengingatkan "Baik pak, Maaf" Sahut Hanif dan Rio bersamaan.


19 Sambil melihat sekeliling, perlahan Rio mengambil gulungan kertas yang ada di saku bajunya. Ia buka pelan-pelan dan mencari jawaban soal PTS pada kertas contekan tersebut. "Jawabannya ada dimana ya, perasaan tadi ana sempat baca. Tapi ditulis dimana ya?" Bisiknya dalam hati. Belum juga menemukan jawaban tiba-tiba pak Gunawan sudah ada dibelakangnya. "Rio, antum sedang apa?" Tanya pak Gunawan "Eh anu... Ini pak. Sedang apa ya?" Jawab Rio dengan gugup. "Coba bapak lihat kertas apa itu?" Rio pun menyerahkan kertas tersebut. "Nanti jam istirahat temui bapak di ruang guru ikhwan ya" "B.. B.. Baik pak" Jawab Rio Saat jam istirahat Rio langsung menemui pak Gunawan. Pak Gunawan tersenyum melihat anak didiknya datang. Pak Gunawan menanyakan alasan Rio menyontek. Rio pun menjelaskan ia menyontek karena tidak belajar. Ia semalam sibuk bermain game online.


20 "Bukankah pak Gunawan tadi saat BSI sudah mengingatkan bahwa menyontek itu hukumnya haram dan berdosa?" "Betul pak... Mohon maaf atas perbuatan ana tadi." "Baik bapak maafkan tapi karena antum tadi sudah menyontek maka antum harus mengerjakan ulang dengan soal yang berbeda" "Baik pak" "Besok setelah teman-teman antum pulang maka antum tidak boleh pulang. Antum kerjakan dulu soal PAI yang akan bapak siapkan" "Baik, insya Allah" "Ya sudah, silahkan antum boleh kembali ke kelas" "Baik, terima kasih pak. Sekali lagi mohon maaf atas perbuatan ana tadi" "Iya, tidak apa-apa tapi jangan diulangi lagi" "Baik ana berjanji tidak akan mengulangi lagi" Rio pamit sambil mencium tangan pak Gunawan dan kembali ke kelas.


21 Pesan : Berlakulah jujur saat mengerjakan ulangan/ujian. Karena kejujuran akan membawa pada kebaikan. Kebaikan itu insya Allah akan membawa kita ke surge. Nilai yang bagus namun hasil menyontek merupakan sebuah kehinaan. Karena bukan dari kerja keras atau kepandaian sendiri melainkan hasil dari perilaku curang. Sudah semestinya kita berlaku jujur untuk sekecil apapun. Mulai dari diri sendiri dan dari yang paling kecil. Semoga bermanfaat


22 Bionarasi Wiyanto, S.Pd.I, S.Pd. merupakan guru di SDIT Insantama Bogor. Pria kelahiran Banyumas, Jawa Tengah ini mempunyai hobi menulis cerpen, membuat video pembelajaran dan membuat komik ( juara 1 kategori komik pembelajaran menggunakan canva yang diadakan oleh DISPUSIPDA kota Sukabumi). Beliau berhasil menyelesaikan Pendidikan S1 Fakultas Tarbiyah di STAI Laa Roiba (sekarang menjadi IAIN) dan menyelesaikan S1 PGSD di Universitas Terbuka. Bagi yang ingin mengetahui karyanya silahkan klik link berikut: https://linkfly.to/wiyantoabuhanif


23 Misteri Buku Tua Oleh: Rani, S.Sos ku memandangi dua kardus besar. Kardus bertuliskan nama salah satu merek rokok terkenal. Aku sudah bisa menduga isinya. Pasti buku. “Buku sumbangan lagi ya Bu?” aku bertanya pada Bu Diana, petugas bagian pengadaan sarana. Pertanyaanku dijawab anggukan. Seperti biasa, Bu Diana memamng tak banyak bicara. “Belum dibuka Bu?” aku tahu sih pertanyaanku tidak perlu jawaban. Tapi begitulah caraku meminta ijin pada Bu Diana untuk membantu membuka buku. Sebagai anggota pustakawan cilik, aku punya hak khusus untuk membantu, mengelola juga menjadi peminjam pertama dari koleksikoleksi buku yang baru datang. Bu Diana menyodorkan cuter. Aku membuka dus pertama. Buku baru. A


24 Beberapa diantaranya adalah komik sains anak-anak. “Ini sumbangan dari siapa?” aku bertanya “Dari Alina, kebetulan dia sekeluarga akan ikut ayahnya ke Jepang” Jawab Bu Diana. Aku membuka dus kedua. Buku bekas. Tampak terawatt rapi. Covernya nampak kuat. Hardcover. Aku mengeluarkannya satu-satu. Ada buku satu buku dengan cover berwarna merah hati. Bukunya lusuh. Sepertinya sering dibaca. Aku memisahkannya. “Aku input ya Bu” Aku meminta ijin pada Bu Diana. Bu Diana mengangguk. Ku ambil beberapa buku. Lalu ku bawa ke ruang multimedia. Aku duduk di salah satu meja computer, dan mulai mengetikan data. Akhirnya lima belas buku telah selesai ku input. “Bu, aku pinjam buku yang ini ya?” aku menunjukkan buku bersampul merah hati ke Bu Diana. “jangan lupa diinput di peminjaman” “Baik Bu” Kumasukan buku itu ke dalam tasku. “Aviya pulang dulu ya bu” aku pamit sambil mencium takzim tangan bu Diana.


25 Waktu menunjukkan pukul dua siang. Panas mentari mulai berkurang. Saatnya pulang. Aku mengambil sepedahku. Keselempangkan tasku di pundak. Lalu perlahan ku ayuh roda sepedahku, Jalanan tak terlalu ramai. Mungkin karena orang-orang tengah beristirahat tidur siang. Tidak beraktifitas di jalan. Rasanya ingin sekali cepatsampai ke rumah. Sama seperti mereka, aku ingin tidur siang juga. Kupercepat kayuhanku. Namun tiba-tiba “Buk”. Aku terjatuh. Sebuah motor menghalangi jalanku. Entah darimana dan entah sejak kapan motor itu ada, Sama sekali aku tak memperhatikan. “kamu baik-baik saja?” Sapa pemuda yang turun dari motor. Dia dibonceng temannya. Aku mengangguk. “Ada yang terluka?” Pemuda satu lagi mendekat. Aku menggeleng. “Apakah ada yang rusak? Sepedanya? Tasnya?” Tanya pemuda yang turun pertama. Aku memeriksa sepedaku. Sepertinya stangnya bengkok.


26 Aku memeriksa tasku. Tidak ada yang sobek. Lalu ku buka isinya. Buku bersampul merah hati hilang. Aku memeriksa jalanan sekitar sepeda. Mencari buku. Barangkali terjatuh. Tapi tidak ada. Aku mulai panik. Aku takut ditituduh tidak amanah. Sebagai ketua ekstra kurikuler pustakawan cilik di sekolahku, pantang merusak buku, apalagi menghilangkannya. Buku adalah amanah. Dan amanah harus dijaga dengan baik. Tapi buku itu tidak ada. Mulai terbayang wajah bu Diana yang menunjukkan kecewa. Aku semakin panic, Itu buku baru. Buku Unik dengan hard cover palin tebal yang pernah kupegang. Buku yang lusuh yang pasti sudah sering dibaca orang. Artinya buku itu menarik. Buku itu seru. “Jangan bergerak. Diam ditempat” Suara teriakan itu seolah mencopot jantungku. Dua orang polisi menodongkan senjatanya. Aku bingung, apa salahku? Bewlum hilang rasa bingunku, tiba-tiba pemuda kedua menarik tanganku. Menyeret badanku kebadannya. Memegang kuat. Tidak hanya itu, sebilah pisau belati diancamkan di leherku. Badanku lemas. Aku


27 ingin berteriak, tapi tak bisa. Aku ingin menangis, tapi tak bisa juga. Aku hanya bisa mengucap syahadat berkali-kali, sambilmemohon ampun kepada Allah. Aku takut inilah ujung usiaku. Aku diseret, dua pemuda tadi berjalan. Pak Polisi tak bersuara, hanya terlihat waspada sambil terus menodongkan pistol. Aku pasrah. Aku diseret. Namun tiba-tiba pemuda yang menyeretku lunglai. Pdahal tak terdengar suara tembakan. Aku bingung. Tak tahu harus berbuat apa dan berlari kemana. Seorang polisi Menendang pemuda pertama lalu memborgol tangannya. “kamu baik-baik saja?” Seorang polisi wanita mendekati aku. Memberiku minum the hangat dari botol minum stainless steel. Aku mengangguk. Kulihat dua polisi tadi membawa buku bersampul merah tua. Polisi wanita itu memandangku. Lalu dia berkata : “Bukunya kami ambil dulu, di dalam covernya tersimpan obat-obatan narkoba” Cerpen ini ditulis oleh : Rani, Guru SDIT Insantama.


28 Bionarasi Nama : Rani, S.Sos Instansi : SDIT Insantama Alamat instansi : Jl Hegarmanah IV no 47, Gunung Batu, Bogor Barat Kota Bogor Status : guru, No HP : 085288807890 alamat email : [email protected]


29 Iman Kepada Qodar & Qodir ??? Oleh: Rani, S.Sos ir, takodar kodir, takodir kodar takodar kodir, dar-dir!” lirik itu keluar dari mulut Bi Inay dengan alunan nada dangdut. Biasa, Bi Inay emang paling suka menyanyikan lagu dangdut. Walau nadanya sumbang dan liriknya anehaneh tetap saja menyanyikan lagu dengan bangga. Tak jarang sambil meliukkan badannya bi Inay menyanyi sambil melakukan tugasnya, mengepel, cuci piring, atau ketika menyiram mawar seperti saat itu. “Nyanyi apaan bi?” tanya Kemuning. “Taqdir!” jawab bi Inay singkat. Ia tak mengacuhkan Kemuning. Perhatiannya “D


30 hanya ditujukan pada mawar yang sedang ia siram. “Dir, takodar kodir, takodir kodar takodar kodir, dar-dir!” Bi Inay kembali bersenandung. Sumbang. “Takdir koq kodar kodir?” Kemuning bingung. “ Iya neng, kan kata non Tiara juga iman kepada taqdir itu adalah iman kepada kodar dan kodir” “Apa? Kodar dan kodir?” Dari bingung Kemuning malah jadi kaget. “iya” bi Inay mengangguk lugu. “ whua ha..ha..ha..” Kemuning langsung terbahak begitu kagetnya hilang. Giliran Bi Inay yang bingung. “Kenapa Neng Nining ketawa?” “Masak kodar dan kodir sih bi,… Qodlo dan Qodar kali” Sanggah Kemuning “Iya neng, Qodlo dan Qodar” Bi Inay menjelaskan. “Katanya ya neng yah,… orang sering salah paham tentang taqdir” “Terus?” “iya, katanya taqdir itu sering dianggap sebagai kehendak Allah terhadap manusia, misalnya maling neng, si maling menganggap


31 bahwa ia jadi maling itu karena taqdir, padahal kata Non Tiara bukan begitu” “Gimana kata Mba Tiara?” Kemuning memancing. Sebenarnya Kemuning faham betul tentang makna taqdir, makna Qodlo dan Qodar, tapi ia ingin mengetahui sejauh mana Bi Inay memamahimya. Kemuning ingin juga mengetahui sejauh mana materi yang diberikan Mba Tiara bisa dicerna dan difahami mad’unya, para pembantu rumah tangga di kompleknya. “Padahal bukan begitu neng, manusia itu diberi pilihan, mau taqwa atau mau celaka, tinggal pilih” “lalu apa hubungannya dengan qodlo dan qodar?” “Begini Neng, qodlo itu adalah ketetapan Allah, dan kita tidak dimintai pertanggung jawaban, misalnya hidung bibi yang pesek, kulit engeng yang putih… siapa orang tua kita… pokoknya mah itu mah urusan Allah weh lah, kita tinggal terima” “kalo Qodar?” “Qodar itu katanya ukuran-ukuran dan khasiyat-khasiyat yang Allah ciptakan pada


32 suatu benda,… tapi bibi ngga ngerti kenapa pake dikur-ukur segala” “Kenapa bibi ngga nanya?” “iya ya… kenapa bibi ngga nanya ya?” Bi Inay bingung sendiri “ Iya deh ntar minggu depan bibi tanya.” “Khasiyat itu begini neng, Allah ciptakan api bisa membakar, Allah ciptakan kertas bisa terbakar, tapi kata Non Tiara bukan berarti kita harus membakar kertas setiap ada api” “Bi…” Setengah berteriak Kemuning terlihat kaget. Bi Inay lebih kaget lagi. “Kenapa mawarnya disiram banjir begitu…?” antara teriakan dan kekecewaan Kemuning bertanya. Mendengar suara setengah teriakan Kemuning Bi Inay yang sedang berkonsentrasi bercerita tentang taqdir, melompat kaget. Keseimbangan tubuh Bi Inay yang tambun tidak terjaga. Bi Inay pun jatuh. Sayangnya, jatuhnya tidak pilih-pilih tempat. Bi Inay jatuh menduduki tanaman mawar putih kemuning. Dua tanaman itu rusak, sang satu


33 karena kedudukin, yang satu tertimpa tangan bi Inay yang gempal. Bi Inay mengaduh kesakitan. Beberapa duri mawar menempel di daster belakang bi Inay. Tangan bi Inay mulai meneteskan darah. Duri-duri mawar juga melukai tangan bi Inay. Bi Inay merintih. “Mawarku…” Kemuning menangisi mawarnya. “Maaf neng, Bibi tidak sengaja” Bi Inay memelas sambil meringis. Kemuning hanya diam. “itu namanya taqdir neng” Bi Inay mencoba membela diri. Kemuning menarik nafas dalam-dalam. Mencoba menenangkan dirinya. Yah, ia faham betul, terkadang ada keterlibatan pihak lain tanpa sengaja dalam taqdir yang dijalani. Tapi pihak yang terkait itu tidak bersalah karena sedari awal tidak berniat terlibat dalam kejadian yang ada, hanya menjadi perantara yang Allah sertakan didalamnya. Seperti Bi Inay saat itu. Kemuning sadar


34 betul bahwa Bi Inay sama sekali tidak bermaksud merusak tanaman mawarnya. Bahkan Bi Inay beberapa hari ini sangat berjasa membantu merawat mawarnya. Tapi apa mau dikata, ternyata tanpa disengaja, bi Inay terjebak dalam petaka. Yah, petaka, karena bagi Kemuning mawar itu begitu berharga. Mawar yang sangat istimewa karena merupakan hadiah dari sahabatnya tercinta. Mawar yang selama ini selalu ia jaga, seperti ia menjaga persahabatannya di jalan Allah semata. Kemuning mencoba menghibur diri. “Bukankah Allah menciptakan sesuatu itu ada ajalnya, ada akhirnya, mungkin ini adalah akhir dari tanaman mawar ini, tapi bukan akhir persahabatanku dengan Nida” gumamnya. “Neeng” Bi Inay mengamati Kemuning sedari tadi, mencari situasi yang tepat untuk mengambil hati kemuning. “Iya Bi, ga apa-apa” “Eneng harus ikhlas menerima taqdir ya…”Bi Inay mencoba menghibur. Kemuning cuma tersenyum.


35 “iya bi, rugi kalo ga ikhlas, ga dapet bunga, ga dapet pahala juga” “Biar bibi yang bersihin ya neng” “Ga usah Bi, biar Nining aja yang membersihkan, bibi cari betadin aja untuk tangan bibi” “Lukanya bukan Cuma tangan neng” kata Bi Inay sambil mencabuti duri di bagian belakang dasternya. “Daster bibi juga jadi korban” keluh Bi Inay


36 Bionarasi Nama : Rani, S.Sos Instansi : SDIT Insantama Alamat instansi : Jl Hegarmanah IV no 47, Gunung Batu, Bogor Barat Kota Bogor Status : guru, No HP : 085288807890 alamat email : [email protected] no rekening : BRIS an Rani no rek . 1004355349


37 Kalah Untuk Menang Oleh: Widodo, S.Pd.I, S.Pd ada pagi hari yang cerah, saat mentari terlihat malu-malu menampakkan sinarnya. Terlihat anak kecil tergopoh-gopoh sembari menggendong tas sekolahnya. Dengan nafas terengah-engah karena berlari kecil khawatir terlambat masuk sekolah. Dialah Syamil, seorang anak desa terpencil yang perlu waktu untuk menempuh perjalanan ke sekolah. Dalam menempuh perjalanan sekolah, dia harus melewati pematang sawah, melewati sungai dengan menaikki perahu dan disambung dengan menaiki angkutan umum. Meski demikian tidak mematahkan semangatnya untuk belajar mewujudkan impiannya menjadi seorang dokter. "Hai Syamil…" tiba-tiba ada yang memanggil dari kejauhan. Ternyata dia adalah P


38 Ahmad teman karibnya di sekolah. "Hari ini ada pelajaran matematika ya." Tanya Ahmad. "Iya...memang kenapa Ahmad." Tanya Syamil. "Aku males belajar matematika, suka pusing." Jawab Ahmad. "Hmm...ini nih karena tidak tahu lezatnya matematika dibanding mata pelajaran lain." Kata Syamil sembari berjalan pelan berbarengan dengan Ahmad. "Memang apa enaknya belajar matematika. Sudah isinya angka-angka kemudian hitunghitungan melulu. Hadeuh...pusing." jawab Ahmad. "Ya udah nanti saya kasih tahu salah satu cara agar matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan." Hingga sampailah mereka di depan gerbang sekolah. Singkat cerita, pelajaran matematika pun telah usai dan saatnya istirahat. "Syamil bener khan, saya ngga ngerti pelajaran matematika mana tadi pelajaran Perkalian. "Ahmad membuka percakapan di jam istirahat. Sembari senyum Syamil terlihat sibuk membuat sesuatu dari kertas origami digunting, diberi angka 1 hingga 10. Kemudian ada yang diberi bintang dan ada pula yang diberi tulisan Zonk.


39 "Ih Syamil, ko diam saja malah sibuk sendiri. Bikin apa sih sampai sahabat terbaikmu dicuekkin" ungkap Ahmad terlihat mulai kesel. "Sabar aku membuat sesuatu permainan agar kamu suka matematika. Namanya permainan kartu Bintang Sakti." Jawab Syamil. "Bintang Sakti?, sudah seperti nama galaksi saja" kata Ahmad sembari garuk-garuk kepala. "Terus cara mainnya bagaimana?" Tanya Ahmad kembali. "Jadi gini cara mainnya, kita akan kompetisi antara kamu dengan aku. Kartu ini isinya angka 1 sampai 10." Jawab Syamil. kemudian kartu ini akan saya acak, masing-masing dari kita mengambil 1 kartu. Jika saya mendapat angka 2 dan kamu mendapat angka 4 maka dalam hitungan ke-3 kartu ditaruh di meja. Yang paling cepat menjawab maka dia berhak mendapat point 100." Jelas Syamil. "Terus lanjutannya?" Kata Ahmad kembali. "Terus nanti yang paling cepat meraih point 1000 terlebih dahulu di antara kita, maka dialah pemenangnya." Jelas Syamil


40 kembali. "Oo..githu. terus kartu bintang dan kartu zonk ini untuk apa?. Khan tidak bisa bintang atau Zonk di kali kan dengan angka?" Tanya Ahmad semakin penasaran. "Oh iya lupa, Kartu bintang ini adalah kartu sakti. Karena jika kamu mendapat kartu bintang ini maka kamu tidak perlu menjawab dan otomatis mendapat point 100." Ucap Ahmad kembali. " tapi jika kamu mendapat kartu Zonk, artinya kamu otomatis mendapat point "0" hehe..." tegas Syamil kembali. "Wah kayaknya seru nih jika belajar perkalian dengan cara ini." Seru Ahmadl. "Ok kita mulai ya?" Tanya Syamil. "Ok.." seru Ahmad dengan semangat. Mereka pun mengambil kartu bagian masing-masing. Ahmad mendapat angka 9 dan Syamil mendapat angka 3. "Hitungan ke-3, kita taruh sama-sama kartu angkanya di meja ya?" Ucap Syamil mengingatkan. "1…, 2…, 3...Taruh." kata Syamil sembari meletakan kartunya di meja dibarengi kartu Ahmad. Sejenak suasana hening, mereka terlihat mulai menghitung sesuai yang


41 diajarkan guru mereka. Tiba-tiba Ahmad berseru " 27" ucap Ahmad pasti. " wah hebat jawaban kamu benar. Kamu mendapat point 100" ucap Syamil. " horee...aku betul." Ucap Ahmad kegirangan. "Tapi tunggu dulu, aku belum kalah khan pemenangnya yang mencapai point 1000 duluan dialah pemenangnya hehe…" ucap Syamil sembari senyum. "Oh iya hehe… aku lupa. Ok, yuuk lanjut." Ucap Ahmad. Mereka pun mengambil kartu yang sebelumnya sudah di acak. Kali ini Syamil mendapat kartu bintang dan Ahmad mendapat kartu angka 7. "1…,2...3… taruh" seru Syamil. Mereka pun semangat menaruh kartu di meja secara bersamaan. "Yeaay...aku menang karena dapat kartu bintang. Aku dapat point 100." Teriak Syamil senang karena mendapat kartu bintang. Hingga tak terasa posisi sekarang imbang. Syamil mendapat point 900 dan Ahmad pun point sudah 900. "Deg-degan nih babak penentuan. Siapa yang bakal menang." Kata Ahmad sembari mengambil kartu dilanjutkan oleh Syamil.


42 Tanpa diduga ternyata Syamil mendapat kartu Zonk yang otomatis point nol dan Ahmad mendapat kartu angka 3. "1…,2...3...taruh." Seru Syamil. "Yeaah akhirnya aku menang bisa mengalahkan Syamil." Teriak Ahmad kegirangan. Syamil pun hanya tersenyum mengakui kemampuan Ahmad. "Bagaimana seru ngga matematika?" Kata Syamil. "Seru sekali, aku jadi tertarik untuk menghafal perkalian untuk nanti aku melawan kelas lain hehe…" seru Ahmad. Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat sudah selesai. Dalam hati syamil dia mengucap syukur karena temannya sudah mulai menyukai matematika meski sebenarnya Syamil mampu mengalahkan Ahmad di babak-babak sebelumnya. Namun inilah yang dinamakan mengalah untuk menang demi membangun semangat belajar matematika teman karibnya yaitu Ahmad.


43 Bionarasi Widodo, S.Pd.I, S.Pd lahir di Jawa Tengah berhasil menyelesaikan dan memenuhi syarat pendidikan jenjang S1 program studi Tarbiyah di STAI Laa Roiba dan S1 program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Terbuka. Pengajar di SDIT Insantama Bogor. Email : [email protected]


44 Penyakit Jantung Pembawa Nikmat Oleh: Nono Hartono alam ini terasa begitu senyap, hening, dan syahdu; padahal jam di dinding masih baru menunjukkan pukul 21.27’. Mungkin karena hujan yang turun dari ba’da maghrib tadi membuat kebanyakan orang berpikir untuk segera beranjak menuju peraduannya, ingin beristirahat untuk melemaskan otot-otot yang terasa pegal dan kaku setelah seharian tadi bekerja, belajar, atau dari beraktivitas lainnya. Anak-anak sudah sedari tadi terlelap, termasuk bundanya yang sejatinya M


Click to View FlipBook Version