95 Nadzir menahan diri dan menutupi keburukannya di sekolah, sulit mengungkapkan isi hatinya dan sulit jujur pada dirinya sendiri. Sebagai gantinya, ia melampiaskan segala emosinya di rumah, terutama kepada bundanya. Karena tidak berani mengungkapkan dirinya kepada ayahnya. Ketika ada kesalahan sedikit saja, membuatnya menjadi kesal, marah, tidak menerima kekalahan, kekurangan, dan akhirnya menjadi tantrum hanya di depan bundanya. Bundanya Nadzir bercerita bahkan emosi Nadzir sedang meluap, tingkat stress semakin tinggi. Bahkan acap kali berkata ingin bunuh diri karena tidak tahan dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Ia merasa tidak ada yang dapat memahami dirinya, memaafkan kesalahannya, menerima kekurangannya, dan memberi perhatian kepadanya. Mendengar cerita bundanya tersebut, aku merasa sungguh prihatin terhadapnya. “Kesempurnaan di luar, bisa jadi rapuh di dalam.” Aku memberi pendapatku kepada bunda Nadzir. “Bisa jadi tantrum adalah satu bentuk ungkapan hatinya yang terdalam
96 untuk meminta perhatian dan kasih sayang bundanya. Bila tantrumnya tiba, coba untuk disikapi dengan lembut, dipeluk dan diusap kepalanya untuk menenangkan hatinya. Setelah tenang, Nadzir mungkin bisa diajak biacara baik-baik. Aku berkata pada Bundanya, “sepertinya sesekali Nadzir harus melepaskan emosi terpendamnya selama ini dan mengeluarkan tantrumnya di sekolah, agar lega di hatinya dapat jujur terhadap dirinya, menerima keadaan dirinya. Bahwa manusia tidak perlu terlihat sempurna untuk dapat diterima oleh orang lain. Menjadi dirinya apa adanya, dengan berbagai kekurangan justru menjadi pembelajaran untuk saling menerima keadaan orang lain.” Bundanya pun setuju dengan pemikiranku. *** Tiga minggu pun berlalu. Nadzir mulai lebih santai sikapnya di sekolah. Mau bercerita lebih banyak tentang dirinya dengan jujur kepadaku. Tetap dengan segala sikap sempurnanya. Bundanya pun mengatakan
97 “Sepertinya Nadzir mulai merasa nyaman di sekolah dengan guru dan temantemannya.” Aku bersyukur mendengar hal itu. Siapa sangka, suatu hari yang tenang, Bundanya Nadzir menyampaikan kepadaku bahwa bundanya menemukan chatnya Nadzir dengan teman-temannya menggunakan bahasa yang kasar dan buruk. Bahasa yang sama sekali tidak boleh diucapkan. Ternyata tidak hanya sekedar sering tantrum, siapa sangka Nadzir yang santun berbahasa di sekolah, justru sangat kasar di rumah dan ketika berbicara dengan teman-temannya di lingkungan rumah. Aku sungguh terkejut dengan hal ini. Bundanya berharap, kami sebagai guru dapat menegur dan menasehati Nadzir. Dengan mengamati sikapnya Nadzir yang perfeksionis dan tidak mau disalahkan, akupun memiliki ide untuk memancing anak tersebut mengakui sendiri kesalahannya. Aku bercerita kepada anak-anak di kelas, “Bu Rizka hari ini sedang bersedih, kecewa, terluka. Ternyata ada siswa yang berkata yang tidak pantas, berkata kasar atau toxic di rumah. Bu Rizka tidak akan menyebutkan siapa Namanya. Tapi Bu Rizka tahu.”
98 “Kenapa ibu ga marahin kita aja?” tutur anak-anak. “Ibu saat ini sedang marah, marah besar. Tapi bukan marah-marah.” Aku menjelaskan dan ingin menunjukkan kepada para siswa, bahwa besikap tenang itu lebih baik. “Nak, Antum ingin jadi anak yang sholih dan sholoihah?” “Iya dong, Bu” “Apakah berkata yang kasar dan buruk adalah perbuatan yang baik yang harus ditiru dan dilakukan oleh anak yang sholih?” “Tidak, Bu. Tidak baik. Kalau mau jadi anak sholih, harusnya tidak boleh berkata yang buruk.” “Nah… itu Antum tahu. Pinter.” tegasku pada anak-anak sambil mengacungkan ke dua jempol. “Begini saja, ibu akan sangat menghargai Antum (kamu) yang bersedia bersikap jujur kepada ibu. Bila Antum jujur, Antum hebat. Bu Rizka tunggu Antum mendatangi ibu di ruangan wakil kepala sekolah untuk mengakui kesalahan. Ibu akan bersedia memaafkan. Kita sama-sama bertaubat ya. Kita perbaiki sikap dan ucapan kita ke depannya.”
99 Ternyata Nadzir mau menemuiku, tapi ketika ditanyakan belum mau mengakui. Walaupun ketika ia datang, itu membuktikan ia telah mengakui. Namun dilisannya masih sangat kelu. Hingga akhirnya dengan berbagai upaya mengajaknya bicara baik-baik dengan membuka pikirannya, Nadzir akhirnya keluar emosi macannya yang selama ini terpendam di sekolah. Ia berteriak, menangis, meluncurlah kata-kata toxic tersebut dari mulutnya. Setelah keluar emosinya. Saya dibantu oleh Pak Arie untuk menenangkan dan menasehatinya, akhirnya tenang juga Nadzir dan mau meminta maaf kepada Pak Arie walaupun dengan wajah kesalnya, tapi kepadaku Nadzir diam saja. “Di sekolah, “Macan Asia” Bunda, akhirnya sudah keluar dari kadangnya, bun hari ini. ” Ujarku pada Bundanya Nazhir sore itu. Bundanya pun tertawa dan berterima kasih akhirnya bisa keluar juga “macan”nya Nadzir. “Terima kasih Bu Rizka mau berkooperatif dalam menangani Nadzir.” Berdasarkan laporan bundanya, ternyata di rumah Nadzir pun kembali tantrum dan
100 belum mau meminta maaf kepadaku. Aku menemani bundanya lewat percapakan chat untuk menenangkan Nadzir. Setelah beberapa jam yang sangat alot, akhirnya Nadzir mau mengakui semua kesalahannya. Meminta maaf kepada bundanya. *** Di pagi yang cukup hangat, mentari bersinar cukup cerah. Ketika aku masuk ke kelas, Nadzir sudah datang lebih dahulu. Melihatku masuk kelas, dia pelan-pelan mendekatiku. Dengan mata sembabnya dia menatapku lekat dengan berkaca-kaca. Lalu mencium tanganku dengan khidmat sekali sambil menundukkan kepalanya sangat dalam tanpa berkata apa-apa. Meskipun hanya tatapan matanya, tapi aku paham secara tersirat matanya berbicara “Bu, Ana menyesal dan minta maaf.” Aku pun tersenyum padanya dan berkata: “Ya ibu sudah memaafkan. Jadilah sholih ya, Nak!” Nadzir pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis. Berbeda dari senyumnya di awal-awal yang terlihat getir dan kaku.
101 Setelah kejadian itu, kini Nadzir lebih sering bercerita dan mengungkapkan perasaan yang dirasakannya kepadaku di sekolah. Beberapa hal sudah tidak terlalu memaksakan diri untuk “perfect”. Temantemannya pun merasakan perubahan sikap Nadzir sedikit demi sedikit. “Bu… Nadzir sekarang lebih banyak tersenyum, tertawa, bahkan berteriak lucu.”
102 Bionarasi Rizka Nur Fajriyah. Lahir di Bogor, 29 Oktober 1987. Lulusan Prodi PLS Konsentrasi Bimbingan Konseling ini, mengajar di SDIT Insantama Bogor semenjak tahun 2009. Akrab dipanggil dengan sapaan “Bu Rizka” senang berbagai pengalaman menangani kasus dan masalah siswa melalui pahatan aksara dalam cerpen. Tulisan-tulisannya tentang cerita menarik siswa banyak terbit di Newsletter Insantama. Bu Rizka pernah menorehkan cerita tentang celoteh siswa di buku Kisah Guru terbitan Insantama Press.
103
104 Pendidikan dan Kepribadian Oleh: Marsambas, S.Pd., S.Pd.I., M.Pd. Pendidikan dan pribadi yang fitri Tak bisa dipisah dan tak bisa dibagi Menyatu dalam diri Ilmu dan akhlak yang terpuji Pendidikan proses tanpa henti Selalu aktif menempa diri Tak henti beprestasi Tuk raih cita tertiggi Belajar sepenuh hati Agar ilmu terus terpatri Menjadi pribadi taat berbakti Tuk bekal ikhlas mengabdi Ya Allahu Rabi Padamu kami berserah diri Mendidik para generasi Mencipta bangsa yang luhur budi
105 Bionarasi Marsambas, S.Pd, S.Pd.I., M.Pd., menyelesaikan S1 pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Terbuka (UT), S1 pada Program Studi Pendidikan Agama Islam di STAI Al Hidayah, dan menyelesaikan S2 pada Program Studi Teknologi Pendidikan (TP) di Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor. Sehari-hari mengajar di SDIT Insantama Bogor.
106 Kidung Rindu Oleh: Rizka Nur Fajriyah, S.Pd. Di Keheningan malam yang sepi Yang terdengar hanya suara sunyi Ada kecamuk pikiran yang teramat sendu Ingin mendendangkan kidung rindu Aku tahu, sejatinya aku tak sendiri Ada Penjaga yang selalu mengawasi Dia mengerti jalan hidupku ini Di atas sajadah kubersimpuh diri Dia yang teristimewa Kalam-Nya merasuk dalam jiwa Bukan fatamorgana, namun dekat dengan nyata Dialah Allah yang Maha Bijaksana Semakin larut semakin syahdu bersamaNya Langitkan semua kidung rindu dan asa Melalui derai air mata Tanda cintaku menghamba kepadaNya
107 Bionarasi Rizka Nur Fajriyah, S.Pd. Lahir di Bogor pada tahun 1987. Sejak tahun 2009 hingga kini, 13 tahun sudah penulis mengajar di SDIT Insantama. Tahun 2012 pernah membuat buku Membaca dan Menulis sebanyak 5 jilid terbitan Insantama Press.
108 Melaju Tuk Taat Oleh: Rizka Nur Fajriyah, S.Pd. Ketika hati berselimut ragu Rentangan kaki tak jua berpadu Menuju cita jadi tak tentu Mengapa ini harus ditiru? Ayo melaju, jangan menunggu! Raihlah mimpi semampumu! Mengejar visi begitu seru Mengapa kita hanya membisu? Lara membuai tak kan usai Waktu berlari tak terkejar lagi Pastikan hati sekokoh jati Tuk menggenggam tekad sebati Allah cintai hamba yang taat Melangkah indah di jalan taubat Yakini janji Allah yang tepat Teladani Rasulullah agar selamat dunia akhirat
109 Bionarasi Rizka Nur Fajriyah, S.Pd. Lahir di Bogor pada tahun 1987. Sejak tahun 2009 hingga kini, 13 tahun sudah penulis mengajar di SDIT Insantama. Tahun 2012 pernah membuat buku Membaca dan Menulis sebanyak 5 jilid terbitan Insantama Press.
110 Telaga Persahabatan Oleh: Rizka Nur Fajriyah, S.Pd. Dimana kalian berpijak di bumi ini bukanlah jarak Seberapa berbeda tambak tak perlu sekat Bila cara pandang menjadi persamaan jejak Tautan hatiku dan hatimu inilah sahabat Merakit sampan di telaga persahabatan Mendayung harapan tuk sampai ketepian Menghempas riak air yang berarakan Terpaan angin tak mesti jadi rintangan Sahabat Bersama menebar kebajikan, memantang keburukan Saling peduli dan penuh perhatian Satu pedoman dalam kehidupan Terjalin karena iman Tarik-menarik dalam ketaatan Layaknya rangkaian mutiara dalam ikatan Bersahabat hingga ke surga yang dirindukan
111 Bionarasi Rizka Nur Fajriyah, S.Pd. Lahir di Bogor pada tahun 1987. Sejak tahun 2009 hingga kini, 13 tahun sudah penulis mengajar di SDIT Insantama. Tahun 2012 pernah membuat buku Membaca dan Menulis sebanyak 5 jilid terbitan Insantama Press.
112 Titian Harapan Oleh: Rani Binti Sulaeman ketika mentari bersiap menampakan diri disambut langit dengan bentang semburat ungu kusiapkan diri tuk memulai hari dengan bersujud pada Ilahi terdengar kini panggilan suci, kembali kusujudkan diri kubersihkan hati kusiapkan segenap harap tuk songsong kebahagiaan hari ini yang kan kurangkai dengan kebahagiaan selanjutnya bersama cintamu wahai ayah & ibu ijinkan kini ku melangkah tuk mencari semua berkah karena kelak akulah pemegang amanah kelak aku kan jadi guru kelak aku kan jadi penguasa kelak aku adalah orang yang penuh prestasi kelak akulah penegak keadilan
113 kelak kamilah pemimpin yang sholeh yangkan mengajak semua menuju indahnya surga karenanya Ayah, berikan kami bimbingan berikan kami bekal raga yang kuat berikan kami petuah dalam belaian kasih & sayang dan tetaplah sebut kami dalam doámu karenanya ibu dalam kasihmu kami berlindung dalam cintamu kami bernaung meniti hari dengan pasti dan doá yang senantiasa kau lantunkan untuk kami adalah cahaya bagi jalan yang kami titi karenanya wahai para guru bantulah kami dengan kejujuramu, bantulah kami dengan prestasimu dan tuntunlah kami dengan ketulusanmu dan padaMU ya Robii, kami mohonkan kuatkan jiwa kami, kuatkan hati kami
114 kuatkan niat kami kuatkan iman kami tuk gapai semua harapan & impian dalam keridoanMU wahai Robb semesta Alam Laa haula wa laa quwwata illa billaah Bionarasi Rani, S.Sos. Beliau menyelesaikan S1 pada program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung. Lahir di Bandung, tanggal 16 April 1971. Aktifitas sehari-hari mengajar & menjadi Kepala Perpustakaan di SDIT Insatama Bogor, Aktif menulis di blog pribadi dan sosial media. . Memiliki 2 orang putri dan 2 orang putra. Berdomisili di Bogor.
115 Salam Untuk Para Guru Oleh: Rani Binti Sulaeman Allah tlah memilihmu untuk menjadi guru, Pertanda Allah sayang padamu DibentangkanNYA kesempatan bagimu Tuk dapatkan pahala keabadian Lewat ilmu yang kau tanamkan Allah tlah memilihmu menjadi guru Pertanda Allah kan bahagiakan dirimu Disuatu hari kelak Di mana semua orang berharap secercah bahagia Allah kan bukakan pintu surga Darul Farah untukmu Karena Allah mencintai Orang yang senantiasa membuat anak-anak riang bahagia
116 Allah tlah memilihmu menjadi guru Pertanda Allah percaya padamu DIA titipkan semesta cinta dihatimu Untuk kau berikan pada mahluk kecil Yang terlahir karena cinta yang DIA titipkan pada jiwa manusia Allah tlah memilihmu menjadi guru Pertanda Allah cinta padamu Allah kan ukir indah namamu di setiap hati muridmu Yang terpahat dalam prasasti doa Dan karenanya semoga terketuk beragam pintu surga Allah tlah memilihmu menjadi guru Maka tersenyumlah selalu Didepan amanahmu dan Ingatlah slalu bahwa Allah sayang padamu Gilching, 08 Januari 2008
117 Bionarasi Rani, S.Sos. Beliau menyelesaikan S1 pada program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung. Lahir di Bandung, tanggal 16 April 1971. Aktifitas sehari-hari mengajar & menjadi Kepala Perpustakaan di SDIT Insatama Bogor, Aktif menulis di blog pribadi dan sosial media. . Memiliki 2 orang putri dan 2 orang putra. Berdomisili di Bogor.
118 Bahagiaku Bersama Buku Oleh: Rani Binti Sulaeman Kamu tahu apa itu bahagia? Bagiku, Bahagia adalah ketika sinar mata berbinar Menangkap makna dari setiap kalimat Yang rapi berbaris dalam titiannya Kamu tahu? Makna – makna itu menari di benakku Melukis kisah demi kisah Membawaku pada peristiwa-peristiwa Memberiku piala demi piala Berupa ilmu yang berharga. Kamu tahu apa itu bahagia? Bagiku bahagia adalah ketika jemari menari melukis kata demi kata Seindah taman bunga di hati Ketika bung ataman hati bermekaran Memberi semesta ilmu untuk kehidupan
119 Ketika wewangi taman hati dituntun angin Untuk menyelimuti hari-hari Seperti itulah bahagiaku, Saat kurangkai puisi ini untukmu Kamu tahu apa itu bahagia? Bahagia adalah ketika kamu mengajakku Hadir di sini Diantara pecinta kata Diantara pelukis kalimat Dianata penebar ilmu Yang siap menuntun semesta buana Menuju insan yang mulia penuh karya Maka Mari wujudkan mimpi Kuatkan tekad Berkarya bersama GLN Gareulis Jabar
120 Bionarasi Puisi ini ditulis oleh : Nama : Rani, S.Sos Instansi : SDIT Insantama Alamat instansi : Jl Hegarmanah IV no 47, Gunung Batu, Bogor Barat Kota Bogor Status : guru, No HP : 085288807890 alamat email : [email protected]
121 Pelajar Sejati Di Tengah Pandemi Oleh: Rani Binti Sulaeman Hari ini, ketika corona masih di sini Aku tak kan berubah aku tak kan menyerah Aku akan tetap bertekad menjadi insan pembelajar sejati Hari ini, ketika corona masih di sini Memisahkan aku dari guriuku Menjauhkan aku dari teman-temanku Aku akan tetap seperti dulu Ikhtiar dan belajar agar menjadi pribadi yang Allah ridhoi Hari ini, ketika corona masih di siniMencegahku menikmati indah alam yang Allah ciptakan Menahanku dari meniti jalan semi jalan Menuju sekolah, menuju ruang kelasku Aku akan tetap semangat belajar Meski ruang kelasku hanya sebatas layar
122 Aku akan tetap mempersiapkan diri menjadi juara yang pemberani Aku yakin semua do’a akan Allah kabulkan Ketika semua tangan tengadah Meminta kepada Allah Agar corona segera enyah Dan aku akan menanti hari itu Hari ketika aku kembali belajar di sekolah Bionarasi Puisi ini ditulis oleh : Nama : Rani, S.Sos Instansi : SDIT Insantama Alamat instansi : Jl Hegarmanah IV no 47, Gunung Batu, Bogor Barat Kota Bogor Status : guru, No HP : 085288807890 alamat email : [email protected]
123 Membangun Mimpi Dalam Aksara Oleh: Beti Nurbaeti Senarai kisah ingin kutulis syahda Dalam untaian kalimat penuh makna Rangkaian cerita aku dan kamu Dalam satu sejarah kita bertemu Biar kutulis senyum indahmu Saat bahagia dalam tumpukan buku Meski terjebak bahasa yang kaku Literasi akan selalu kita rindu Menyusuri lorong-lorong masa lalu Dalam waktu yang seakan membeku Berpetualang didunia penuh tantangan Berjibaku mengurai semua rintangan Betapa diri merindu peradaban mulia Kala membaca ilmu menjadi hal biasa Menjelajah peristiwa dunia lewat aksara
124 Membangun mimpi besar dalam kata Semesta, mari ulurkan tangan bergandeng tangan dalam Damai Memuja ilmu menebar amal Menyongsong cahaya kebangkitan GLN bahtera yang mengantar kita Pada mencinta dunia baca tanpa jeda Menjadi insan berdedikasi penuhi janji GLN Gareulis Jabar tersimpan di hati
125 Bionarasi Puisi ini ditulis oleh : Nama : Beti Nurbaeyi Guru Qiro’ati SDIT Insantama TTL : Garut 19 Agustus 1977 No HP/Wa 087873720247 Email : [email protected] No Rekening : 1018479768 , BRIS an, Beti Nurbaeti
126 Titip Rindu Untuk Muridku Oleh: Chandra Gumelar Senyum indah terlukis pada bibir mungil Kebahagiaan tersirat penuh harapan Merajut impian dan cita-cita Menggoreskan semangat juang dalam menuntut ilmu Canda tawa senantiasa menghiasi Tidak terpancar rasa lelah maupun letih Setiap hari selalu bermakna Berlalu pergi hingga tidak terasa Muridku, kami menantimu di gerbang sekolah Saat mentari pagi menghampiri Meraih tangan-tangan mungil Engkau membuat kami menjadi berarti Hanya sedikit ilmu yang dapat kami beri Maafkan kami atas segala keterbatasan dalam nasihat
127 sekeping doa untuk mu wahai muridku Jadilah insan sejati yang berguna bagi agama dan bangsa Bionarasi Chandra Gumelar, S.H, S.Pd, M.Pd. Beliau menyelesaikan S1 pada program studi Ilmu Hukum Universitas Ibn Khaldun Bogor, S1 Program PGSD Universitas Terbuka dan menyelesaikan S2 pada program studi Teknologi Pendidikan di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Lahir di Bogor, 11 Oktober 1983. Aktifitas sehari-hari mengajar di SDIT Insatama Bogor. Memiliki 2 orang putri dan seorang putra. Berdomisili di Bogor
128 Pengabdi Sejati Oleh: Eva Susiana Sapaan lembut dan curahan kasih sayangmu Selalu terngiang dan terpatri dalam hatiku Membersamai setiap kelas yang kau ampu Untuk menghantarkan kami ke masa depan yang baru dan bermutu Setiap hari engkau berpacu dengan waktu Mencoba mendahului bel sekolah yang bertalu-talu Tak pedulikan raga yang letih dan lesu Untuk bertemu dengan siswa yang lucu dan lugu Wahai guruku, begitu besar pengabdianmu Tak terhitung berapa jasamu memberi ilmu Tak dapat ku balas satu persatu Hanya untaian doa di setiap sepertiga malam yang beku Wahai pengabdi sejati Sungguh engkau manusia pilihan Robbil Izzati
129 Sang penebar ilmu yang berarti Sampai masa kan berakhir nanti Bionarasi Eva Susiana, S.Pd, M.Pd. Beliau menyelesaikan S1 pada program studi pendidikan Biologi di Universitas Pakuan Bogor dan menyelesaikan S2 pada program studi Teknologi Pendidikan di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Lahir di Jakarta, 21 Juni 1984. Aktifitas sehari-hari mengajar di SDIT Insatama Bogor. Memiliki 2 orang putri dan seorang putra. Berdomisili di Bogor.
130 Mulailah Bermimpi Oleh: Widodo, S.Pd.I., S.Pd. Mulailah bermimpi Mimpi hingga langit tertinggi Untuk meraih derajat tertinggi Di hadapan illahi robbi Mulailah bermimpi Dengan langkah kecil namun pasti Jangan berhenti Meski kerikil tajam melukai Mulailah bermimpi Yakinlah Allah membersamai Bersama orang ikhlas tulus hati Hanya tuk meraih ridho illahi Mulailah bermimpi Kesuksesan kan menanti Bagi orang yang punya mimpi Dan tak pernah berhenti Tuk meraih mimpi
131 Bionarasi Widodo, S.Pd.I., S.Pd. lahir di Jawa Tengah berhasil menyelesaikan dan memenuhi syarat pendidikan jenjang S1 program studi Tarbiyah di STAI Laa Roiba dan S1 program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Terbuka. Pengajar di SDIT Insantama Bogor. Email : [email protected]
132 Penerang Kegelapan Oleh: Eva Susiana, S.Pd, M.Pd Kumandang adzan menggema bersahutan Membangunkan dalam lelap selimut kehangatan Segera menyeru memenuhi panggilan Bersujud dalam ketaatan laksanakan kewajiban Sinar Mentari mulai menyapai pagi Menebar semangat menyambut hari Bergegas melangkah menghampiri Wajah-wajah ikhlas yang tegak berdiri Terhenti Langkah pada sudut ruang kelas Kaku menorah goresan dalam kertas Kelu merangkai aksara yang lugas Itulah aku ketika lawas Wahai guruku tersayang Kehadiranmu sungguh bagai penerang
133 Kesabaranmu tak ternilai dengan uang Menghantarkan ke masa depan gemilang Bionarasi Eva Susiana, S.Pd, M.Pd. Beliau menyelesaikan S1 pada program studi pendidikan Biologi di Universitas Pakuan Bogor dan menyelesaikan S2 pada program studi Teknologi Pendidikan di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Lahir di Jakarta, 21 Juni 1984. Aktifitas sehari-hari mengajar di SDIT Insatama Bogor. Memiliki 2 orang putri dan seorang putra. Berdomisili di Bogor.
134 Mengejar Cita Oleh: Eva Susiana, S.Pd, M.Pd Pagi itu rintik hujan membasahi bumi Membersihkan debu yang bertebaran disana sini Secepat kilat berusaha berlari Tak peduli raga terbasahi Semangat membara melambungkan asa Menatap jauh akan suatu masa Deretan buku rajin dibaca Menambah wawasan dan cakrawala dunia Kegagalan membayangi diri Tantangan semakin menjulang tinggi Yakin pada diri bisa menghadapi Menghalau segala ujian yang menghinggapi Seraya bersimpuh panjatkan doa Usaha dan kerja keras tak pernah alfa Kesuksesan selalu didamba Meraih cita dengan bahagia
135 Bionarasi Eva Susiana, S.Pd, M.Pd. Beliau menyelesaikan S1 pada program studi pendidikan Biologi di Universitas Pakuan Bogor dan menyelesaikan S2 pada program studi Teknologi Pendidikan di Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Lahir di Jakarta, 21 Juni 1984. Aktifitas sehari-hari mengajar di SDIT Insatama Bogor. Memiliki 2 orang putri dan seorang putra. Berdomisili di Bogor.
136