Foundation dan UNESCO memberi penghargaan sebagai The Second
Runner Up.
Dari perjalanan dan pengalaman yang sangat berharga dalam
ajang Global Teacher Prize 2017, ada banyak hikmah dan pelajaran
yang dapat dipetik. Aku sangat menyadari bahwa guru mempunyai
ciri khas, kemampuan, dan tantangan masing-masing dalam
mendidik generasi pemimpin masa depan. Setiap kesempatan untuk
berprestasi, tantangan mendidik siswa, dan rintangan dalam
mendidik dan menyebarluaskan ilmu yang bermanfaat, pastinya
memberikan hikmah yang luar biasa bagi perkembangan
pendidikan dunia khususnya di Indonesia. Sebagai bagian dari
Varkey Teacher Ambassador yang sudah dibentuk oleh UNESCO dan
Varkey Foundation, aku harus bisa menjaga amanah ini dengan
sebaik-baiknya. Perjalanan pendidikan ini akan menjadi sejarah
yang akan tertulis dalam buku harian seorang guru. Menjadi
seorang guru pembelajar (lifelong learner) yang akan terus belajar
tanpa henti demi sebuah inspirasi dan motivasi berprestasi.
Kalimat-kalimat di bawah ini memberikan kesan tersendiri ketika
aku dinobatkan sebagai Varkey Teacher Ambassador untuk dunia
pendidikan yang lebih baik.
Acara “Graduation Day” menjadi pelengkap kegiatan lomba
Global Teacher Prize and Leadership Summit Program 2017. Seluruh
50 besar Guru Dunia diberi penghargaan dan didaulat untuk naik ke
atas panggung untuk memberikan kesan dan pesan selama
karantina finalis dan penetapan juara Global Teacher Prize 2017.
33
Hampir semua guru memberikan kesan positif dan kebanggaan atas
undangan istimewa yang diberikan oleh Sunny Varkey Foundation,
United Kingdom (Inggris). Kebersamaan yang kami jalani bersama
guru-guru hebat seluruh dunia ini menjadi pengalaman berharga
yang akan selalu kami ingat sepnjang hidup.
I am incredibly indebted to all of you, my Varkey Teacher
Ambassadors Family, for the amazing learning experience, the
wonderful one on one moments and the support you provided. My VTA
experience superseded the GESF sessions (may sound funny but true).
With the VTA I felt at home, I could connect, it felt real. GESF was
another world, so many learning opportunities, incredibly talented
and inspirational people that overwhelmed me. May be I was the only
one that felt it but... I couldn't have asked for more from the VTA
family.
On more than 3 different occasions VTA members have made my
eyes wet with admiration and have touched my heart. This is a family
that I shall cherish for a long time. To Andria - congrats for the award.
For all the top ten, I hold you in high esteem. I attended almost all
master class sessions, you guys are amazing. One winner had to be
declared but we are all winners, you hold special places in the hearts
of many people. To our mentors and other top 50 teachers of the
world for this and previous years, you embody the spirit of termites
(as Salima taught me), your work is silent, underground, away from
the glare but still huge - the anthills you build in life are rock solid. I
hope that this is just the beginning of a rollercoaster. I head back to
34
Indonesia with an improved growth mindset and will forever cherish
every moment I had with you all. Ton of wishes and love_Dayang
Suriani.
Picture 6. With some of Top Teachers of The World 2017
35
CERITA KETUJUH
EMIRATES PALACE, ABU DHABI
“Being a role model is what
everybody wish and dream of.
Throughout my life, I‟m trying
to act a lot than speak a lot.
Let others busy speaking a lot
and I‟m busy writing and
inspiring others. Total action!”
#MD#
Alhamdulillah, bulan Juli 2017 menjadi bulan yang sangat
bersejarah bagiku dan 35 guru terbaik dunia lainnya. Betapa tidak?
Undangan resmi dari kerajaan Abu Dhabi masuk di email pribadiku
yang megatakan bahwa aku terpilih untuk menjadi tamu istimewa
Raja Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan untuk menghadiri
World Qudwa Forum 2017 (Forum Teladan Dunia 2017) di Emirates
Palace, Abu Dhabi. Alhamdulillah, aku terpilih sebagai satu di antara
36
35 guru terbaik dunia yang akan menjadi tamu penting Raja
sekaligus berdiskusi dan belajar dari beberapa pakar pendidikan
dunia.
Puji syukur tak henti-hentinya kupanjatkan kehadirat Allah Swt
karena atas karunia-Nya jugalah, aku bisa menginjakkan kaki di Abu
Dhabi dan berguru di sana. Dan ibu, suami, dan anak-anakku
menjadi kekuatan spritual terbesarku untuk bisa melangkah
seorang diri menuju ke negeri impianku sejak kecil, negeri dengan
banyak bangunan tinggi di dalamnya.
Alhamdulillah, semua kebutuhan perjalananku sudah diurus
secara resmi oleh pegawai kerajaan Abu Dhabi sehingga aku hanya
tinggal mempersiapkan karya terbaikku dan wawasan keilmuwan
untuk bisa berbagi dan berinteraksi dengan seluruh guru hebat dan
pakar pendidikan dunia.
Teman-teman yang tergabung dalam lingkaran surgaku
menjadi penyemangat sekaligus penenang batin saat suka maupun
duka. Mereka mengantarku dengan doa dan nasihat agar aku kuat
menghadapi tantangan dan rintangan selama perjalanan menuju ke
Abu Dhabi dan menjalankan semua aktivitas yang ada di sana. Doa
itu laksana air yang menyejukkan. Sementara nasihat adalah
makanan bagi tubuh agar kuat menjalankan semua fase-fase
kehidupan.
Dua hal tersebut membuatku yakin bahwa walaupun aku
seorang diri, aku yakin akan bisa melewatinya. Apalagi, doa dan
nasihat ibu suamiku, dan anak-anakku menjadi kekuatan lahir dan
batin. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus! “Innallaha ma’ana” (Allah
bersamaku). Ketakutanku hilang berganti keberanian. Kelemahan
sirna berganti dengan kekuatan. Kegundahan berganti dengan
keceriaan. “Allah beserta apa prasangka hamba-Nya.”
Perjalanan jauh terasa dekat karena Allah Swt jadi pegangan.
Selama 13 jam, Ejtihaad Airways membawa aku melayang
mengelilingi beberapa negara, melewati samudra tak bertepi dan
37
melihat kekuasaan Allah yang sangat indah. Rasanya seperti mimpi
ketika aku harus menginjakkan kakiku di pesawat mewah dengan
pelayanan yang luar biasa. Aku dijamu bak seorang ratu walaupun
aku bukanlah ratu Balqis yang tersohor karena kecantikannya.
Meskipun demikian, aku tetaplah ratu cantik bagi suami surgaku
dan anak-anakku yang saleh dan sholihah. In shaa Allah!
Setibanya aku di Abu Dhabi International Airport, perasaan lega
berbalut rasa syukur tak terbendung lagi. Air mata ini mengalir
tanpa henti. Seakan tak percaya bahwa kakiku sudah menginjak
bumi dengan banyak gedung pencakar langit, Abu Dhabi, United
Arab Emirates, aku sadar bahwa perjalanan ini sangat melelahkan,
namun aku sangat bersyukur kehadirat Allah Swt atas kesehatan
prima yang kumiliki. Dengan semangat 45, aku melangkah dengan
tegar walaupun kantuk yang luar biasa menyerangku. Sesampainya
aku di bandara Internasional Abu Dhabi, segera saja kukabari
keluargaku agar mereka tidak khawatir denganku. Ibuku sungguh
sangat terharu mendengar kabar baik dariku. Subhanallah, ibuku
memang malaikat yang luar biasa. Beliau sengaja berpuasa untuk
mendoakan aku selama di perjalanan. Sementara suami, anak-anak,
keluarga, tetangga, dan teman-temanku selalu mendoakanku dalam
setiap sujud mereka.
Aku merasakan dampak yang luar biasa dari doa-doa mereka.
Perjalananku lancar dan kesehatanku prima. Ringan sekali kaki ini
melangkah sambil membawa koper dan ransel teman setiaku.
Bandara Internasional Abbu Dhabi sangat luas sekali. Kemampuan
bahasa Inggris yang baik membawaku dengan mudah menuju setiap
sudut dan lorong yang harus kulalui. Ehm, kalau boleh jujur, orang
Indonesia jauh lebih ramah dibanding orang-orang yang kutemui di
sana. Mindset kita harus diputar sejauh 180 derajat untuk
mengubah pola dilayani menjadi melayani. Berikan senyum paling
merekah (2 cm ke kanan dan ke kiri) dan kuatkan lisan dengan zikir
sehingga mereka akan dengan mudah menjawab pertanyaan dan
menunjukkan kita setiap sudut penting yang akan kita datangi.
38
Aku selalu bertanya kepada setiap orang yang aku jumpai.
Kadang ditanggapi, kadang tidak. Maklum aku hanya seorang diri.
Beberapa dari mereka berpikir bahwa aku hanya TKW yang ingin
bekerja di negeri antah berantah ini, “Ini dunia, Dayang. Jangan
berharap pujian dari manusia!” hatiku berbisik. Kuatkan hati dan
jalan terus. Maksimalkan peran otak karena Allah sudah
memberikan anugerah ilmu yang luar biasa. Gunakan ilmumu
secara maksimal. Kata hatiku terus menuntunku hingga langkahku
semakin ringan. Zikir Al Matsurat menjadi teman setiaku agar hatiku
semakin tenang dan tidak panik. “Jangan sedih! Aku tidak perlu
takut akan hal itu karena Allah bersamaku!” (Laa tahzan, Innallaha
ma’ana).
Aku hampir sampai di sudut pengambilan bagasi sesuai dengan
rute penerbanganku dan pesawat yang aku tumpangi. Si biru yang
imut. Bagasi kecil ini menjadi teman setiaku di mana pun aku
berpergian. Aku masih harus berjalan lagi untuk menuju ruang
tunggu ketibaan di Bandara International Abu Dhabi. Belum sampai
aku ke sana, pandangan mataku sudah tertuju pada beberapa orang
yang berpakaian resmi mengangkat “big signing board” yang
bertuliskan “WELCOME, WORLD ROLE MODEL IN QUDWA FORUM
2017.” Selain itu, ada pula wardrobe besar bertuliskan namaku dan
bendera Indonesia, merah putih (DAYANG SURIANI_INDONESIA).
Air mataku menetes menahan haru. Sujud syukur segera
kulakukan. Speechless! Aku tak tahu harus berkata apa. Anugerah
yang luar biasa ini adalah jawaban atas persepsi negatif orang-
orang yang kujumpai sebelumnya tentang diriku. “TKW!”
“Alhamdulillah, Allahu Akbar!” teriakku kencang.
Aku segera berlari mendekati Qudwa Team yang sedari tadi
sudah tersenyum padaku. Sepertinya mereka juga mampu
mendeteksi keberadaanku dengan teknologi luar biasa yang mereka
miliki. Signing board-nya telah berganti dengan namaku dan negara
39
asalku. Empat orang pengawal kerajaan sudah mendatangiku
terlebih dahulu dan membawaku menuju ke sebuah mobil mewah.
“Welcome to Abu Dhabi, world role model from Indonesia!”
Alhamdulillah, sambutan yang luar biasa ini menjadi
penghilang rasa lelah setelah 13 jam melakukan perjalanan dari
Balikpapan, Jakarta ke Abu Dhabi. Kami menuju ke sebuah mobil
mewah berwarna hijau muda menyerupai Lamborghini. Dengan
sopan, mereka membukakan aku pintu laksana pengawal kerajaan
yang melayani ratu dan rajanya. Tanpa segan, aku bertanya pada
sopir yang akan membawaku ke istana.
“Do we have to wait for other teachers?”
“No Madam, you don’t need to wait for others because I will drive
you to the palace directly. Don’t worry!”
Aku hanya berpikir sayang jika sopirnya harus bolak balik
mengantar 35 guru secara satu per satu. Surprise! Benar-benar
seperti ratu sejagat! Tanganku dicuci dengan handuk hangat dan
dibersihkan dengan lembut oleh dayang-dayang kerajaan bukan
Dayang Suriani ya. Setelah tanganku bersih, mereka mengajakku
masuk kamar yang sudah disediakan secara khusus oleh Raja.
Kamarku terletak di lantai 3032. Semua fasilitas istana digerakkan
oleh teknologi yang luar biasa. Sebelum masuk kamar, pengawal
kerajaan menyuruhku untuk memakai badge yang telah disediakan
Raja, dengan barcode yang disejajarkan searah dengan pintu kamar.
Subhanallah, dengan teknologi digital yang sempurna, perpaduan
antara sinar infra merah bertemu dan berpadu dalam gelombang
elektromagnetik yang luar biasa yang menghubungkan barcode
namaku dan pintu kamarku.
Aku mulai melangkah secara perlahan-lahan. Kurasakan
getaran dan keanehan yang luar biasa, dampak dari kecanggihan
teknologi. Satu, dua, tiga langkah kuhentakkan dan sepertinya ada
perubahan yang luar biasa dari setiap hentakkan kakiku. Langkah
40
pertamaku membuat lampu kamar mandi menyala. Kamar
mandinya besar, lebih besar dari kamarku. Langkah kedua
membuat lampu lemari pakaian menyala. Langkah ketiga, membuat
AC menyala. Langkah keempat, membuat gorden jendela terbuka.
Subhanallah! Mataku dibuat terbelalak dan terkesima dengan
pemandangan yang baru aja kusaksikan, dampak dari kecanggihan
teknologi yang luar biasa. Belum lagi, sebuah TV besar berisi foto,
nama saya, dan surat dari Raja Abu Dhabi, yang intinya ucapan
terima kasih atas kedatangan saya dan menanyakan jika saya
memerlukan sesuatu silakan menghubungi narahubung yang telah
ditentukan, selama saya berada di Emirates Palace dan mengikuti
Qudwa Forum 2017 (World Role Model Forum) 2017. Berikut
penjelasan tentang Qudwa Forum 2017.
Created under the auspices of the Education Affairs Office within
the Crown Prince Court of Abu Dhabi, Qudwa is a Global Teachers’
Forum which aims to empower teachers to improve the future of
education. Innovations in technology and new approaches to
classroom learning are drastically transforming the teaching
profession. These changes will have major impacts on the way
students learn and more fundamentally on the way teachers prepare
for new curriculum, new techniques and more broadly a new normal
that flips traditional teaching methods upside down. Qudwa is hosting
800 global trailblazers of education to launch an interactive
discussion about a critical question: what does Teaching for
Tomorrow really mean to educators?
Students are ill-prepared for 21st-Century job opportunities
because the skills educators equip them with are still stuck in the
previous century. The way we train students must change in order to
maximise future societal and economic progress.
Solving this problem requires devising an entirely new approach -
one which equips teachers with the right tools, techniques and
technologies to help each student succeed in a working world that is
41
more changeable and unpredictable than ever. The Qudwa Forum will
become an incubator for new ideas and approaches to teaching,
which will spread throughout the expanding Qudwa community of
global educators. By working together, we can lay the foundation for
the future of education and improve the outcomes for children around
the world.
Qudwa is a Forum with teachers at its heart that recognises
education as the single greatest contributor to the success, progress,
peace and happiness of all nations. Qudwa in Arabic means “role-
model”. We believe that teachers are essential role models and that
teaching is about more than facts and figures – it is about building
character, curiosity, and creating the environment for children to
reach potential they did not even know existed. Teachers prepare
children for the future – for work and for life, teaching them the skills
they need to succeed.
The future will look fundamentally different to the world we live
in today. So, too will the way we think, teach, and learn. The theme of
the event, ‘Teaching for Tomorrow,’ will focus on exciting
transformational, behavioural and technology trends that will shape
new approaches to education that combine old-school methods, with
new-school ideas.
Beberapa penjelasan dan pernyataan di atas adalah filosofi dan
urgensi mengapa forum ini diadakan. Alhamdulillah bersama guru
dari 50 negara lainnya, kami bertemu dan saling bertukar informasi
pendidikan dalam forum ini. Ucap syukur tak henti-hentinya
mengalir di bibir ini. Rasa bangga, terharu, bahagia, tumpah ruah
lebur menjadi satu. Aku yakin, doa orang tuaku, suami, anak-
anakku, keluarga, peserta didik, rekan guru menjadi perantara atas
kesuksesan yang kuraih selama ini. They are behind my success. Doa
merekalah yang membuat aku selalu ingin berubah lebih baik dari
hari ke hari. Melakukan inovasi tiada henti, membangun jejaring
dengan guru seluruh dunia, memanfaatkan perkembangan IPTEK
42
demi menyesuaikan kompetensi diri dengan kualitas peserta didik
yang selalu berubah dari zaman ke zaman.
Memberikan pelayanan pembelajaran yang berkualitas (serve
quality learning) menjadi target utamaku dalam mengantarkan
peserta didik dan anak-anakku menuju kesuksesan. Satu di antara
inovasi pembelajaran kuciptakan untuk membuat pembelajaran
bahasa Inggris menjadi lebih menyenangkan, unik, menarik dengan
ciri khas Indonesia. Sesuatu yang mungkin tidak pernah ada di
negeri lain dan hanya orang Indonesia yang bisa membuatnya.
Ular tangga jempol. Kelihatannya sederhana, namun punya
magnet tersendiri bagi Raja. Permainannya mirip permainan ular
tangga biasa. Gaconya sangat beraneka ragam namun dikemas
dalam bentuk mini. Ada becak, angkot, sepeda, dadu dari kancing
baju dan masih banyak lagi. Ular tangga inilah yang kupresentasikan
di hadapan Raja, pangeran, dan tokoh pendidikan dunia.
Pembelajaran ular tangga jempol yang diintegrasikan dengan
pendidikan karakter yang penting diterapkan dalam pembelajaran
seperti relijius, mandiri, nasionalisme, integritas, dan gotong
royong. Peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok. Dalam
setiap keompok akan terpilih 1 pemenang yang akan bertanding
dengan pemenang dari kelompok lain. Diakhir pembelajaran,
peserta didik diminta untuk memberikan refleksi atas pembelajaran
yang sudah dijalaninya.
Presentasi itu kelihatan sederhana. Namun, dalam praktiknya
perlu komitmen dan ketekunan yang tinggi, karena jika tidak, maka
permainan ini hanya sebatas menghibur tanpa memberikan dampak
berupa perubahan perilaku pada diri siswa. Inilah yang harus saya
garis bawahi bahwa perkembangan ilmu dan mental siswa bukan
hanya terbatas pada nilai pengetahuan dan keterampilan saja,
melainkan perilaku dan budi pekerti yang luhur.
Seluruh guru dunia yang diundang memiliki potensi,
kompetensi, dan keunikan masing-masing dalam mengajar.
43
Karakteristik sekolah dan latar belakang siswa menjadikan inspirasi
buat kita untuk berpikir dan menemukan cara yang “up to date”
agar kita tidak semakin tertinggal dengan kemajuan zaman dan cara
berpikir siswa yang lebih kritis. Oleh sebab itu, Raja Sheikh
Muhammad Zayed Al Nahyan juga memberikan wawasan ilmu dan
pendidikan dunia yang dipresentasikan langsung oleh pakar
pendidikan dunia seperti Michele Borba, Sugata Mitra, Berlinski,
Borgonovi, OECD Teaching Community dan masih banyak lagi.
Materi yang disampaikan sangatlah berkualitas dan berdampak
yang luar biasa pada perkembangan pendidikan dan pembelajaran.
Untuk itu kita harus terlibat dalam kegiatan FGD (Focus Group
Discussion) yang menambah wawasan kita tentang pola pikir dan
kompetensi pendidikan abad 21. Focus group discussion tersebut
dibagi dalam beberapa tahapan yakni:
1). Plenary
2). Buiilding The Bridge
3). Teachers’ Laboratory
4). Meet The Mentor
5). Teachers’ Master Class
6). Gamification in learning system
7). Artificial Intelligence
8). Inspirational Stories: Working with Dyslexia Students
9). Coffehouse Sessions: The Story of Abu Dhabi
10).Qudwa Hackathon: Fun and Informal Chalenges Competition
11).Expert Master Class
12).Hang out! Cultural Heritage of Abu Dhabi
Perkembangan ilmu yang luar biasa memotivasi aku untuk
terus belajar dan memperbaiki kualitas diri. Pada kesempatan
44
tersebut, aku juga didaulat untuk berdiskusi tentang pendidikan
moral dengan pakarnya Michele Borba dari Amerika. Beliau sangat
menyimak semua pernyataan yang aku sampaikan dan menghargai
semua kata dan kalimat yang aku lontarkan. Setelah diskusi selesai,
Michele Borba memintaku berfoto bersamanya, dan menyebutku
sebagai sahabat guru dari Indonesia.
Picture 7. With Michele Borba from USA
Selain Borba, diskusi menyenangkan juga terjalin harmonis
dengan pakar ujian internasional (PISA) Sugata Mitra yang sangat
serius mendengarkan semua pertanyaan kita dan menjawabnya
dengan sangat simpel, lugas namun tepat sasaran. Sugata said, Exam
vs Sole. The school should allow the students using internet, since it
can’t be stopped anyway as access become invisible.
45
Picture 8. With Sugata Mitra and The World Top Teachers
Pernyataan yang dilontarkan oleh Sugata Mitra menjadi pemicu
semangatku untuk terus belajar dan berpacu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal inilah yang
menjadi asal muasal perubahan zaman menuju era milenial dan
digital. Kita tidak akan bisa menghindarinya melainkan bersiap-siap
menjadi kompetitor yang andal di dunia digital ini. Kesempatan ini
harus kita raih karena, jika tidak, maka kita akan tersingkir dan
terabaikan dari dunia yang telah membesarkan kita. Zaman akan
terus berubah sesuai dengan perkembangan usianya. Kita, sebagai
pembelajar yang tangguh harus bisa mengimbangi perkembangan
itu dengan hati terbuka. You can’t change the world, if you can’t
change yourself to be better.
Picture 9. With other TOP 50 Teachers of The World
CERITA KEDELAPAN
DI BALIK POHON!
“Ujian Allah it4u6wujud sayang
Allah pada kita sebagai pertanda
bahwa kita adalah hamba terpilih
Semakin tinggi sebuah pohon, maka akan semakin kencang
tiupan angin menerpa pohon tersebut. Sebuah filsafat nenek
moyang yang terkadang terlupakan. Kelihatannya sepele, namun
menjadi pembelajaran yang sangat berharga pada proses
pembentukan kualitas diri kita. Makna tersirat yang terkandung di
dalam falsafah pohon tadi adalah ketika seseorang menerima
banyak anugerah dari Allah Swt, maka akan semakin banyak
pembenci (haters) yang tidak menyukainya.
Beberapa anugerah Allah yang luar biasa ini boleh jadi menjadi
ujian yang Allah titipkan padaku. Sebagai 50 Guru Terbaik Dunia
2017, World Role Model 2017, Varkey Teacher Ambassador, Teacher
Ambassador for UN and UNESCO, jabatan sebagai Tim Penilai
Kenaikan Pangkat Guru se-Kaltim, Guru Inspiratif dan Berprestasi
47
Nasional, Narasumber Provinsi dan Nasional, Tim Penilai GTK
Berprestasi Tingkat Provinsi Kaltim dan Nasional, penulis puluhan
buku, novel, penelitian dan artikel ilmiah, membuat aku semakin
menjadi incaran para haters untuk menghentikan langkahku.
Cibiran, cacian, cercaan, dan hinaan menjadi makanan pokok yang
harus kusantap setiap harinya.
Serangan bertubi-tubi dari segala penjuru dilakukan oleh para
“haters” untuk menjatuhkan mentalku secara terang-terangan.
Kalimat-kalimat sindiran dari yang halus sampai yang kasar sudah
pernah kurasakan. Namun, hal itu tidak membuat aku patah arang,
“Kok kamu menang lomba terus ya, pakai ilmu apa?”
“Alaaahhh, kalau cuma begitu, aku juga bisa. Cuma malas aja!”
“Kalau aku nggak usah jadi guru dunia. Yang penting, aku bisa
membimbing anak-anakku hingga berprestasi dan mereka yang
akan menuntun aku ke surga nanti!”
“Kalau aku spesial ngurusin penampilan aja deh, nggak usah
lomba-lombaan.”
“Kalau aku ada waktu aja, pasti bisa! Aku cuma nggak fokus
aja!”
“Kalau dia, memang guru spesialis lomba, kalau aku, jaga
kandang aja deh!’
“Kalau semua guru ikut lomba, terus yang ngajar siapa?”
“Apa nggak takut sering dinas luar, nanti gaji dipotong loh!”
“Kalau ibu berangkat terus, apa ibu yakin, anak-anak nggak
keliaran, siapa yang bisa menjamin kalau anak-anak duduk manis
dalam kelas?”
“Jangan terlalu mementingkan kepentingan diri sendiri, nanti
lupa loh sama keluarganya! Camkan itu!”
“Hidup jangan dibuat ribet, santai aja lagi!”
48
“Tugas guru itu mengajar dan membimbing peserta didik,
bukan ikut lomba!”
“Yang penting, peserta didik dulu yang dibina dan berprestasi
bukan gurunya yang berprestasi!”
“Pangkat ibu boleh tinggi, tapi gajinya lebih kecil dari kita yang
golongan III! Makanya, kita malas naik pangkat, soalnya
potongannya besar!”
“Ngapain ngurus kenaikan pangkat? Dapatnya cuma 100 ribu
tapi biaya yang keluar jutaan! Buat jurnal, PTK, buku, kan semuanya
butuh biaya?”
“Sudahlah, kalau aku menunggu kenaikan pangkat otomotis aja!
Terlalu ribet urusannya!”
“Sudahlah, nggak usah capek-capek, yang penting kalau pensiun
kan naik pangkat juga!”
“Lo lagi, lo lagi! Apa nggak ada yang lain lagi?”
“Kalau ada acara di sekolah, dia jangan dilibatkan, kan sibuk
lomba! Ntar nggak amanah lagi!”
“Anak-anak keluyuran terus, karena gurunya nggak pernah
ngajar!”
Sedih sih jelas! Sakit itu, pasti! Tapi, apakah kita harus
membalas hinaan mereka? Tidak kan? Tunjukkan bahwa kita adalah
orang baik dan itu terlihat dari bagaimana kita memperlakukan
mereka (haters) bahkan lebih baik dari sebelumnya. Aku yakin, hati
kecil mereka akan berbisik sebuah kebaikan yang tak tampak oleh
mata mereka.
“Kok, dia sudah kujahatin, malah berbuat baik padaku? Apa
yang sudah aku perbuat padanya? Aku merasa bersalah!” Itulah kata
hati kita yang sebenarnya. Hati akan terus berbicara dalam
kebaikan bukan kemungkaran.
49
Universitas kehidupan sudah mengajarkan aku banyak hal
tentang bagaimana memaknai hidup. Mencoba bercermin dari
perilaku Rasulullah saw dan para sahabat yang selalu mencintai
saudaranya dengan ikhlas dan memberi kebaikan pada orang yang
membencinya sekalipun. Balaslah sebuah kejahatan dengan
kebaikan. Tidak usah balas mencaci, menggunjing, dan menghina
lawan. Kalau kita balas, berarti perilaku kita sama dengan mereka.
Dalam kamus hidup keluargaku, “Laa Tahzan, Innallaha ma’ana.”
(Jangan sedih, Allah bersamaku) QS. At Taubah: 40. Kesedihan
mengajarkanku untuk menjadi orang yang kuat dan tegar! Cacian
dan hinaan menjadikan motivasi bagiku untuk terus memperbaiki
kualitas diri. Kesedihan yang kurasakan, harus kulaporkan pada
Allah Swt melalui salat dan zikirku. Rasa perih di hati harus kutulis
dalam pena kecilku hingga menjadi sebuah buku motivasi bagi
pembaca yang mungkin memiliki pengalaman yang sama sepertiku.
“Life is a long journey from Allah to Allah!”
Karena Allah, aku menjadi kuat. Karena Allah, kesedihanku
sirna menjadi rasa syukur tiada tara. Aku yakin Allah menitipkan
ujian ini padaku karena aku kuat. Setiap manusia dihadapkan pada
ujian hidupnya masing-masing. Oleh sebab itu, aku harus kuat di
tengah badai dan ombak yang siap menerjangku. Doa, ibu, mertua,
suami, anak-anakku, keluarga, tetangga, sahabat surgaku, dan
seluruh muridku menjadi kekuatan spritual bagiku.
Dukungan besar dari mereka menjadi energi terbarukan untuk
siap menjalani rentetan episode kehidupan berbalut suka dan duka.
Terkadang, ada suara miring yang kalau tidak ditanggapi dengan
sabar, maka hasilnya adalah emosi yang berkepanjangan.
“Emang nggak takut kalau dimusuhi banyak orang?”
“Emang nggak takut kalau nanti orang akan berkumpul dan
berusaha menjatuhkanmu dari arah yang tidak kamu ketahui?”
50
“Sudahlah, nggak usah ikut-ikut lomba lagi, berikan kesempatan
pada yang lain! Emang situ aja yang bisa?”
Aku harus menjawabnya dengan nada optimis siraman rohani
keluarga dan sahabat surgaku. Kalimat-kalimat yang sekiranya
mampu mengusir kegalauan akibat haters yang semakin hari
semakin bertambah.
Allah Swt adalah satu-satunya pelindungku. Aku tidak akan
pernah takut akan kecaman yang datang dari manapun karena jika
Allah ada di hatiku rasa nyaman dan ikhlas akan menyatu bersama
raga dan rasaku. Sementara keluargaku denyut nadiku. Bersama
mereka aku akan kuat menghadapi kencangnya angin bertiup.
Genggaman erat tangan mereka akan mengajakku berdiri dan
bangkit dari keterpurukan dan melanjutkan hidup untuk terus
berbagi ilmu dan amal yang kumiliki yang sepatutnya tidak perlu
kuperlihatkan di hadapan manusia. Aku ingin semua berjalan secara
alami, tanpa ada paksaan dan pencitraan karena aku bekerja karena
Allah.
Biarkan pohon ini tumbuh secara alami dan memberikan
kehidupan bagi makhluk di sekitarnya. Sebuah pohon tidak akan
bertanya berapa banyak buah yang jatuh dari rantingnya. Namun,
pohon itu akan merasa berarti ketika dia mengetahui berapa
banyak makhluk yang bisa bertahan hidup dengan memakan buah-
buahan dari rantingnya. Pohon itu akan tumbuh tinggi menjulang
dan selalu menghasilkan buah terbaiknya, hingga dapat dikonsumsi
oleh semua makhluk yang membutuhkan. Wallahu a’lam bishowab!
51
Picture 10. The 1st Winner of “Guru Berprestasi” 2014!
52
CERITA KESEMBILAN
KESEHATAN ADALAH INVESTASI!
Aku tak akan pernah mengeluh
dengan kesederhanaan yang
kumiliki saat ini. Aku patut
bersyukur karena Allah
menganugerahiku kekayaan yang
tak ada duanya yakni kesehatan
untukku dan keluargaku. “Fabiayyi
alaa irobbikumaa tukadzibaan”
(Qs. Ar Rahman: 13)
#MD#
Setiap manusia diberikan Allah rezeki dengan cara yang
berbeda-beda. Rezeki itu tidak hanya diukur dari materi semata
melainkan kesehatan, keluarga bahagia, suami saleh, anak-anak
yang saleh dan sholihah, ilmu dan wawasan yang luas, tetangga yang
baik, sahabat yang selalu mendoakan kebaikan, serta komunitas
53
yang sangat mendukung keberadaan dan memiliki satu visi dengan
kita.
Semua iu adalah rezeki yang luar biasa. Dari mereka, kita bisa
mencurahkan kebahagiaan. Dengan kepedulian mereka, semua
kepedihan dan duka terobati. Bersama mereka, aku bisa bangkit
dari kegagalan dan keterpurukan. Aku dan mereka berbagai
kegiatan positif dan saling mengingatkan dengan kebenaran dan
kesabaran. Bersama mereka aku bisa merencanakan kesehatan
bersama.
Alhamdulillah, aku bersyukur bisa menjadi guru sekaligus
pelatih renang bagi keluargaku, komunitas, guru dan masyarakat di
lingkungan rumahku. Setiap pekan, saya ajak mereka untuk belajar
berenang agar mereka memiliki life-skill yang bisa diajarkan ke
keluarga mereka. Aku hanya ingin mereka sehat dan bisa
merencanakan kesehatan buat keluarga mereka. Aku hanya ingin
aku bisa berbagi sedikit yang aku miliki buat orang lain dan
mengajak mereka untuk memenuhi sunah Rasul.
Ada kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-
kata ketika melihat orang lain bisa berenang setelah belajar dari
kita. Mereka yang dulunya takut air, trauma tenggelam dan pesimis
tidak akan bisa berenang, semua menjadi sirna ketika mereka sadar
ternyata mereka bisa.
“Emang bisa?”
“Yakin nih, orang setua saya, masih bisa berenang?”
“Kayaknya aku nggak akan pernah bisa deh. Badanku sudah tua
dan kaku!”
“Nanti ketelan air, kan jorok!”
“Aku gendut loh, bukannya nanti tenggelam karena keberatan
berat badan?”
54
“Saya pernah trauma tenggelam, jadi masih takut sampai
sekarang!”
“Aku bisa gaya botol aja, tapi, mau kan ngajar aku dari “0”?”
Beberapa kalimat di atas, adalah contoh pernyataan pesimis
dan gundah ketika pertama kali kuajak berenang. Namun, saat ini
perasaan pesimis itu sirna seketika setelah mereka sadar ternyata
ketakutan mereka sudah terobati dengan keahlian untuk berenang.
“Alhamdulillah, ternyata aku bisa, Mba Dayang! Barokallah!”
“Alhamdulillah, seperti mimpi! Makasih Mba Dayang, semoga
mba sekeluarga selalu sehat dan banyak rezekinya ya? Aamiin Yaa
Robb!”
“Alhamdulillah, mba adalah guru yang luar biasa, semoga rezeki
dan kesehatan Mba Dayang sekeluarga semakin bertambah!
Aamiin!”
Kebahagiaan itu akan bertambah ketika tahu bahwa mereka
terus menyebarkan kebaikan ini kepada orang-orang di sekitar
mereka. Seperti MLM (Multi Level Marketing), ilmu itu akan terus
berkembang jika ada orang yang mau mengajarkannya lagi dan lagi.
Kesehatan yang aku rasakan saat ini, adalah berkah dari Allah.
Mengajar ilmu dan mengajak orang untuk sehat bersama adalah
kewajiban setiap manusia. Nikmat kesehatan yang aku dan
keluargaku rasakan saat ini adalah buah dari ilmu yang bermanfaat.
Apalagi mereka terus mendoakan kesehatanku dalam setiap doa
mereka.
“Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzibaan.” (Maka nikmat Allah
manakah yang kamu dustakan?)”
Ayat di atas adalah penyemangat diri dalam setiap qodho dan
qodar yang Allah tetapkan untukku. Rasa syukur tak terhingga
harus senantiasa tertanam dalam diri hingga kita tidak selalu
55
mengeluh dengan semua ketentuan Allah baik kebahagiaan maupun
kesedihan.
“Every pain gives a lesson and every lesson changes a person.”
Picture 11. Teacher-National Speaker
56
CERITA KESEPULUH
3 MALAIKAT HIDUP
“Mereka adalah sosok yang
memberikan aku doa dan
kekuatan dalam mengarungi
rentetan episode manis dan
pahit kegidupan. Bisikan kebaikan
dan kesabaran selalu terngiang di
telingaku. Tiga malaikat hidupku,
ridhomu membuat langkahku
semakin ringan untuk menggapai
kesuksesan.”
#MD#
57
Aku dibesarkan dalam naungan kasih sayang yang tiada tara.
Orang tua yang sangat pengasih dan 6 saudara yang penyayang.
Walaupun aku lahir dan dibesarkan di tengah keluarga yang
sederhana, namun kekuatan cinta dan iman di antara kami sungguh
luar biasa. Ayahku adalah seorang pekerja yang sabar, jujur, dan
ulet. Sementara ibu kandungku, adalah malaikat yang sudah
menjagaku selama berada dalam rahimnya. Beliau yang melahirkan
aku dengan kekuatan doa dan cintanya. Beliau yang membuat aku
menjadi seperti sekarang ini. Doa dan kasih sayang yang begitu
tulus yang dititipkan melalui mata hati dan pikiranku.
Aku sadar, bahwa Allah terlalu sayang pada beliau dan
menginginkan beliau menemaniku sampai usiaku 3 tahun. Apalagi
saat itu adikku juga baru berusia 1 tahun. Bisa dibayangkan? Tidak
mudah bagi seorang bocah hidup tanpa ibu diusia yang masih
memerlukan kasih sayang ibu. Tapi, aku beruntung, karena ada
nenek, ibu dari ayahku yang juga sangat mencintai aku dan
saudaraku. Seluruh manajemen keluarga diambil alih oleh nenek
yang super dan luar biasa.
Nenekku, pahlawanku. Semua keperluan kami, baik jasmani
maupun rohani berusaha dipenuhi oleh nenekku yang seorang
pedagang bawang putih. Bapak dan nenek selalu mengupayakan
agar aku dan adikku minum susu. Tidak pernah 1 hari pun
terlewatkan oleh nenek agar kebutuhan giziku terpenuhi.
“Jangan sampai Dayang dan Zali tidak minum susu!”
“Kasihan cucuku, masih kecil sudah ditinggal mamanya!”
Begitulah nenek dan ayahku memperlakukan aku. Kalau
melihat aku dan adikku, nenekku suka menangis sendiri. Apalagi
Ayahku, perasaannya dicurahkan melalui foto-foto kami sekeluarga
yang dituliskan pada bagian belakang foto tersebut. Ayah berusaha
mendeskripsikan semua perilaku anaknya melalui foto tersebut.
Selain itu, doa khusus Ayah juga tercurahkan dalam setiap foto
anak-anaknya.
58
“Zali, anak yang sholih. InsyaAllah, dia akan menjadi anak yang
selalu membanggakan orang tuanya. Doa Ayah selalu untukmu,
Nak!”
Picture 12. Kenangan masa kecil
Itulah ayahku selalu ada memori dalam setiap foto masa kecil
kami. Selalau ada doa dalam setiap goresan penanya.
Membayangkan perjuangan Ayah dan nenekku membesarkan kami,
pastinya tidak terukur berapa besar pengorbanan mereka dalam
merawat, mendidik, membimbing hingga akhirnya kami besar dan
menjadi seperti ini. Sungguhpun demikian, ayahku tetap perlu
seorang pendamping, yang akan menemaninya dalam suka dan
duka. Bersama merawat anak-anaknya, serta menjadikan sebagai
anak-anak yang dapat membawa nama baik keluarga.
Akhirnya pada saat usiaku 7 tahun, Ayahku memutuskan untuk
menikah lagi dengan seorang gadis berkebangsaan Malaysia. Aku
dan saudaraku memanggilnya “Ibu Noy,” malaikat yang sengaja
datang diutus oleh Allah, untuk merawat, membesarkan,
membimbing aku dan saudaraku meraih mimpi. Aku dan adikku
merasakan keberadaan seorang ibu hadir kembali di tengah-tengah
kami yang haus akan kasih sayang ibu. Betapa bangganya aku dan
saudaraku karena akhirnya kita kembali memiliki ibu berhati
malaikat. Dari ibu aku belajar banyak hal. Mulai memasak, mencuci
pakaian, membersihkan rumah, menjahit, menyulam, sholat tepat
59
waktu, bahasa Inggris dan bagaimana cara berbelanja ke pasar
tradisional.
Ibu adalah sarjana terbaik lulusan University Kebangsaan
Malaysia. Pada saat ibu memutuskan untuk menikah dengan ayahku
dan menjadi warga negara Indonesia, seluruh perusahaan swasta
ternama di Indonesia memanggil ibu untuk bekerja di perusahaan
mereka dengan posisi, sekretaris direktur. Ibu datang dan sangat
membantu perekonomian keluarga kami. Ibu mendidik kami
layaknya ibu kandung kami. Dengan hati ikhlas, ibu membesarkan
kami bersama ayah dan nenek.
Suatu ketika saat aku berumur 8 tahun, ibu memberikan
kejutan di hari ulang tahunku. Ibu memasak makanan dan kue
spesial di hari ulang tahunku. Semua guru, teman sekelasku dan
teman-teman di kampung diundang untuk mencicipi makanan yang
sengaja disajikan oleh ibu. Ibu memeluk dan menciumku serta
mendoakan kebaikan atasku dunia dan akhirat. Ayah, nenek dan
saudaraku sangat terharu melihat kedekatanku dengan ibu. Banyak
tetangga yang bilang kalau wajahku mirip ibu. Aku bangga sekali
dengan sebutan itu. Aku berjanji akan membahagiakan ibuku dunia
dan akhirat. Aamiin Yaa Robb.
Ibuku menjadi pendamping setia ayahku selama berpuluh-
puluh tahun membesarkan dan menikahkan kami dengan
kesabaran dan keihklasan. Sampai akhirnya ayahku sakit dan tidak
bisa berjalan dengan semestinya. Dengan setia, layaknya ibu siaga,
ibuku merawat ayah dengan telaten, lembut dan penuh kasih
sayang. Setelah pulang dari kantor tempatnya bekerja, ibu masih
sempat merawat ayah yang sudah tidak mampu melakukan
semuanya seorang diri.
Sesekali ibu menyuruh kami anak-anaknya, menyuapi ayah dan
mengurut kaki dan tangannya yang sering terasa kaku. Namun,
semua urusan kebersihan badan ayah dilakukan oleh ibu. Aku
benar-benar melihat sosok malaikat cinta dalam diri ibu. Tidak ada
60
sedikit pun rasa ragu atau bosan terlihat dari wajah ibu, sambil
mengurus ayah, ibu selalu tersenyum dan membuat ayah tertawa.
Kemesraan mereka menjadi contoh buat kita agar mencintai
sepenuh hati. Cinta yang kekal dan abadi tanpa melihat kekurangan
dan kelebihan.
Ibuku terlalu sayang dengan ayahku sampai akhirnya Allah Swt
memanggil ayahku untuk menghadap-Nya. Aku bisa merasakan
kesedihan yang luar biasa di hati ibu. Air mata ibu sudah cukup
meggambarkan betapa beliau sangat kehilangan suami yang sangat
dicintainya. Sama halnya dengan aku, saudaraku dan nenek yang
juga sangat kehilangan ayah. Masih kuat dalam ingatanku, saat aku
ke pasar bersama ayah, sejak kecil hingga aku dewasa. Masih terasa
kedekatanku saat aku membaca buku bersama ayah. Masih
terngiang dalam ingatanku, saat ayah dan ibu mendukungku untuk
menjadi seorang guru.
“Kamu jadi guru aja ya, Nak?”
“Tapi gajinya kecil ayah!”
“Ya, tapi berkahnya luar biasa, Nak! Kamu masih bisa bekerja
sambil ngurus anak-anakmu jika kamu sudah menikah nanti. Itu
jihad seorang wanita.”
“Tapi aku ingin kerja di perusahaan swasta, biar bisa bantu
semua saudaraku.”
“Dengan jadi guru kamu juga akan sukses, Nak! Percaya sama
ayah!”
“Gajinya besar Ayah?”
“Kesehatan kamu dan keluargamu jauh lebih besar dari gaji
pegawai perusahaan terkenal. Dengan mejadi guru, kamu masih
bisa menolong kkeluargamu!”
“Tapi Ayah..!”
61
“Jangan khawatir Nak, dengan menjadi kamu akan jadi terkenal
dan dunia mengakuimu, namun...”
“Kenapa Ayah?”
“Tetap lah menjadi anak Ayah yang rendah hati dan sholihah,
dan jaga ibumu baik-baik ya, Nak!”
Nasihat ayah yang luar biasa benar-benar membuktikan betapa
dahsyatnya doa dan kekuatan doa orang tua. Doa dan dukungan
itulah yang menjadikan aku seperti saat ini. Sekarang doa dan
baktiku akan aku dedikasikan untuk malaikat hidupku ibu. Menjaga
ibu adalah amanah ayah yang harus kuemban sampai akhir usiaku.
Ibu Noy adalah malaikat ketiga setelah Ayah dan Ibu serta nenek.
Ibu yang selalu ada saat aku membutuhkan perlindungan. Ibu yang
mengajarkan aku akan pentingnya menjalankan rukun islam dan
rukun iman, berbalut kejujuran, kedisiplinan dan kemandirian. Ibu
yang doa dan lisannya tak pernah berhenti untuk mendoakan aku
dan saudaraku. Nasihat dan doa ibu adalah kekuatan. Kasih sayang
dan cintanya adalah kemuliaan. Mata dan pikirannya adalah
kemudahan dan kemenangan bagiku dan saudaraku untuk meniti
tangga lebih tinggi.
62
Yaa Robb, berkahilah umur ibu dan nenekku, muliakanlah sisa
hidupnya dan berikanlah hamba-Mu dan saudaraku kesempatan
untuk berbakti padanya di setiap denyut nadi dan hela napasku.
Aamiin!
Picture 13. With my beloved angel of my life
63
CERITA KESEBELAS
INVESTASI AKHIRATKU
“My children are my life
investment. They are my
inspiration to figure out what
their biggest strengths and
weaknesses were as a person. I try
to combine my three strongest
personal assets and come up with
a combination that worked for me
as a mother.”
#MD#
I compassionate human being. I am inclined to use humor instead of
threats, intolerant of rude or disrespectful behavior, passionate about my
position as a mother. I make a few important rules that cannot be broken
under any circumstances. I take the time to listen to their stories
personally and I use humor whenever possible to make them aware that I
do love them with all my heart.
64
Terkadang ada perasaan dilematis yang kita rasakan tatkala
kita mampu membuat peserta didik kita sukses namun anak-anak
kandung kita sendiri terlihat biasa-biasa saja. Pertanyaan yang ada
di benak kita adalah apakah kita sudah melakukan tugas kita
sebagai ibu, ayah dan guru yang baik buat anak-anak kita. Apakah
kita sudah mentransfer ilmu secara total, sama seperti yang kita
lakukan pada peserta didik di kelas? Pertanyaan ini menjadi
pengingat diri saya bahwa saya harus adil dalam memperlakukan
anak-anak saya sama seperti peserta didik.
Namun, terkadang strategi, teknik, pendekatan, perlakuan yang
kita lakukan kepada mereka tidak sama. Kepada peserta didik, kita
cenderung profesional dan memperlakukan mereka dengan lemah
lembut dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya.
Bagaimana terhadap anak sendiri? Emosional dan ketegasan
bermain. Pembelajaran dilakukan secara serius, cepat dan penuh
tuntutan. Kita hanya ingin anak kita cepat paham dengan materi
yang kita ajarkan tanpa perlu mengetahui tingkat kecerdasan yang
dimiliki oleh anak-anak kita. Terkadang juga kita membanding-
bandingkan mereka dengan peserta didik yang paling pintar di
sekolah.
“Coba kamu contoh, si A, anaknya baik, pintar dan nurut kalau
di kasih tahu!”
“Kalau si A aja bisa, masa kamu nggak bisa?”
“Makanya, kalau dikasih tahu orang tua, nurut aja, nggak usah
ngeyel!”
“Aduh, Nak? Masa begini aja kamu nggak ngerti? Kan ibu
capek?”
Beberapa kalimat di atas adalah contoh bagaimana seorang ibu
atau ayah yang juga guru memperlakukan anak kandungnya sendiri
dalam belajar. Bukannya memotivasi malah membuat mental anak-
anak menjadi “down”. Mungkin kalimat-kalimat itulah yang
65
membuat anak-anak menjadi pesimis dan malas belajar. Yang
mereka inginkan adalah mereka diperlakukan sama seperti teman-
teman mereka di kelas. Keadilan! Satu kata yang berpengaruh besar
bagi perkembangan mental anak-anak.
Sebagai orang tua, aku berusaha semaksimal mungkin untuk
mengajar anak-anakku sesuai dengan keahlian yang mereka miliki.
Memahami kondisi mereka adalah hal pertama yang harus kita
tanamkan dalam benak kita bahwa anak-anak diciptakan oleh Allah
Swt dengan bakat dan potensi mereka masing-masing. Sama halnya
kita, kita hanya bisa mengajar 1 mata pelajaran saja, karena kita
paham bahwa kita memiliki keterbatasan daya serap dalam
menunut ilmu dan mengajarkannya. Berarti, kita tidak boleh
menuntut atau memaksakan kehendak kita agar anak menguasai
semua mata pelajaran di sekolah yang jumlahnya sekitar 13-15.
Sejatinya, anak-anak diajak, dibimbing dan dimotivasi untuk
mengasah dan mempertajam satu bidang ilmu atau keahlian yang
disukai dan dikuasainya.
Sekadar sharing dengan pembaca. Mudah-mudahan cerita saya
dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi pembaca yang budiman.
Anak pertama saya Amira. Kegemarannya adalah belajar bahasa
Indonesia dan menulis cerpen dan puisi. Aku terus berupaya
membimbing dan mengasah bakatnya agar tersalurkan. Memang
perlu kesabaran tingkat tinggi jika kita mengajarkan dan mengasah
potensi yang dimiliki anak kandung kita. Belajar atas azas
kekeluargaan, penuh dengan tantangan dan lika-likunya dari pada
mengajar peserta didik di sekolah. Perlu banyak beristighfar ketika
emosi sudah memuncak, karena anak-anak lebih banyak protesnya
daripada mendengarkan. Lebih banyak santainya dari pada
seriusnya.
Model pendekatannya yang dilakukan yaitu dengan cara
pemberian reward. Contohnya, jika anak menulis 5 puisi, maka dia
akan mendapatkan reward berupa uang Rp10.000,- untuk
66
memancing proses kreatif penulisan puisi. Anggap saja kita adalah
dewan redaksi yang akan menerbitkan dan mempublikasikan karya
anak kita. Anggap saja, dia sudah bekerja dengan memaksimalkan
seluruh keahliannya dan mendapatkan upah sesuai dengan yang dia
kerjakan.
Pemberian reward ini juga bisa dilakukan untuk kegiatan yang
lain seperti mengaji, hafalan Quran, atau mengikuti kompetisi
akademik dan non-akademik di sekolah mereka, atau kegiatan
positif lainnya. Hal ini berfungsi untuk menanamkan jiwa kompetitif
dalam diri mereka sehingga mereka mampu keluar dari zona aman.
Yang terpenting adalah, jangan pernah memaksakan kehendak
kita pada mereka karena boleh jadi anak-anak memiliki potensi
yang terkadang terabaikan.
Contohnya jika anak menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan
ingin mengembangkan keahliannya di bidang tersebut. Kita
sejatinya mencari cara untuk membantu mengembangkan
keterampilan anak kita di bidang bahasa Indonesia atau di bidang
yang lain. Jangan memaksakan keahlian anak tersebut dalam bidang
matematika, atau bidang lain yang sama sekali tidak disukainya dan
dikuasainya. Ini adalah bentuk tanggung jawab orang tua untuk
mengarahkan anak-anak mereka ke masa depan yang
diinginkannya.
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah ketika kita terlalu
menuntut kesempurnaan maka yang kita dapatkan adalah
kekecewaan. Dengan kekurangan dan kelebihan yang kita atau
anak-anak kita miliki, maka kita akan semaikin menguatkan dalam
kebenaran dan kesabaran. Jauh dalam lubuk hati kami yang
terdalam, aku dan suami menginginkan anak-anakku tumbuh
menjadi anak-anak yang saleh dan salehah, berbakti pada orang tua,
guru, dan keluarganya, serta bermanfaat bagi orang-orang yang
membutuhkan.
67
Melatih kebaikan anak-anak penting untuk dilakukan orang tua
dan itu dimulai dari rumah. Contohnya, ketika ibu atau ayah sedang
tidak enak badan, anak-anak dengan serta merta membuatkan air
hangat, teh panas kemudian memijat kepala orang tuanya untuk
mengurangi rasa nyeri di sekujur tubuh atau kepala.
Alhamdulillah, saat pulang kerja aku hanya bisa beristirahat,
dan sejenak membaringkan badanku di sofa. Biasanya anak
keduaku, Hisyam, secara refleks memijat bahu dan kepalaku.
Sementara anak pertamaku Amira, langsung membuatkan aku
segelas teh panas atau susu kambing. Setelah itu, Amira segera
membantu Hisyam untuk memijat bagian tubuhku yang lain.
Mereka tidak akan berhenti melayaniku sampai aku terlihat segar
kembali.
“Gimana Ummi? Sudah agak enakan, nggak?” tanya Amira.
“Bagian mana lagi yang dipijat Ummi?” Hisyam tak mau kalah.
“Sudah, Nak. Ummi sudah segar kok sekarang, jawabku bahagia.
“Aku nggak mau tidur kalau Ummi belum hilang pegal-
pegalnya!” tandas Amira.
“Nanti aku tidur sama Ummi, ya. Jadi kalau Ummi sakit kakinya,
bisa langsung kuurut,” celoteh Hisyam. Serius sekali perkatannya.
“Ya, Ummi, kita tidur bertiga aja ya!” kata Amira sambil
memelukku.
“Ayo kita jaga Ummi!” celoteh mereka.
Aku benar-benar terharu melihat bakti anakku pada ibunya.
Terkadang, air mataku menetes melihat kebaikan dan kepedulian
anak-anakku. Sebenarnya aku tidak ingin merepotkan mereka,
karena pastinya mereka punya banyak tugas yang harus dikerjakan
dari guru-guru mereka. Namun di lain pihak, aku sangat bahagia
dengan akhlak mulia yang dimiliki oleh anak-anakku. Anak-anak
yang peduli dengan kondisi orang tuanya. Doa dan zikir ini akan
68
terus terucap demi kesuksesan anak-anakku dunia dan akhirat.
Semoga Allah menyatukan aku, suami, dan anak-anakku di surga
nanti. Aamiin Yaa Robb.
“Yaa Allah, terima kasih sudah menganugerahiku investasi
dunia akhirat yang luar biasa ini. Hamba-Mu bersyukur atas anak-
anakku yang saleh dan salehah, dan itu cukup bagiku agar aku bisa
menjaga amanah ini dengan sebaik-baiknya. Tetapkanlah hati kami
untuk selalu istiqomah di jalan-Mu sampai ajal menjemput kami dan
masukkanlah kami ke surga-Mu tanpa hisab. Aamiin Yaa Mujibas
Saailiin.
Picture 14. My beloved pious children and I
69
CERITA KEDUA BELAS
PALU DAN SYIFA
“Si kecil Syifa mengajariku banyak
hal tentang kehidupan. Rasa
syukur, keikhlasan dan kesabaran
menjadi perisai diri kala sedih
menerpa. Allah tahu apa yang
terbaik buat hamba-Nya.”
#MD#
Palu adalah kota cantik yang paling banyak dikunjungi oleh
para wisatawan. Selain cantik dan indah dengan panorama yang
luar biasa, kota ini memiliki kisah pilu seorang gadis kecil bernama
Syifa. Alhamdulillah, setelah mendapat Penghargaan dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan sebagai Juara
2 Lomba Karya Nyata Pendidikan Masyarakat Tingkat Nasional di
Palu, oleh Pak Menteri, kami diajak untuk berjalan-jalan
mengelilingi kota dengan penduduknya yang sangat ramah dan
“welcome” dengan para wisatawan yang berkunjung termasuk saya.
Selama berada di Palu, ada banyak pelajaran hidup yang aku
dapatkan bersama teman-teman. Satu di antaranya adalah ketika
70
kami berkunjung ke sebuah rumah di daerah Palu Barat. Keluarga
itu dihuni oleh Bapak Nurul Huda dan Ibu Sarini yang memiliki 2
anak. Anak pertama bernama, Syifa Anjani yang 6 tahun lalu sudah
meninggalkan mereka karena penyakit leukimia. Sementara anak
ke-2 mereka adalah seorang bayi berusia kurang lebih 1 tahun.
Sejenak aku terdiam ketika melihat foto almh. Syifa yang
terpajang di dinding rumah mereka. "Anak yang manis dan lucu,"
ujarku dalam hati.
"Itu foto Syifa saat selesai melakukan kemoterapi," ujar pak
Nurul Huda dengan mata berkaca-kaca. Aku bisa merasakan apa
yang beliau rasakan saat itu.
"Itu foto Syifa saat berusia 4 tahun," tandas ibu Sarini lembut.
Dia memang sosok wanita tegar nan tanguh. Kemudian Bapak Nurul
Huda menghampiri kami dan menceritakan semua kronologis
penyakit Syifa sampai akhirnya di diagnosa oleh dokter, mengidap
penyakit leukimia. Pastinya hal ini tidak pernah dibayangkan oleh
orang tua Syifa yang seolah-olah tak percaya dengan perkataan
dokter.
"Saya sampai nangis mba, karena harus menerima kenyataan
pahit ini," ujar Pak Huda.
"Syifa harus di bawa ke Makasar untuk mendapat perawatan
intensif," tandas Pak Huda walaupun dengan berat hati. Akhirnya
keluarga itu pergi ke Makasar untuk membawa anak tercinta
mereka, Syifa. Segala upaya terus dilakukan agar anaknya bisa
disembuhkan. Perjuangan, pengorbanan, kekuatan cinta yang tulus
serta dukungan keluarga membuat mereka kuat dan tegar
menghadapi cobaan. Walaupun akhirnya, perjuangan itu terhenti
karena Allah lebih sayang pada Syifa dan dokter ahli darah sudah
berjuang sekuat tenaga.
Syifa adalah gadis kecil yang kuat yang selalu ceria walaupun
penyakit berat itu dideritanya selama bertahun-tahun. Dua jam
71
sebelum sakaratul maut memanggilnya, Syifa masih sempat
bertanya tentang betapa sayangnya dia kepada dokter yang
merawatnya,"
"Ayah Ibu, dokternya sudah datang atau belum?"
"Ya Nak, sebentar lagi," jawab ibunya yang saat itu hanya
ditemani oleh keponakannya. Saat itu, Pak Huda masih bekerja di
Palu. Namun komunikasi mereka terus lewat ponsel.
"Allah Swt lebih sayang pada anak kami, ujar ibu Sarini sabar.
"Kami harus ikhlas menerima kepergiannya," tandas Pak Huda.
"Yaa Robb, aku benar-benar kagum akan ketegaran dan keikhlasan
hati mereka.”
Aku harua belajar banyak dari mereka tentang kesabaran dan
keikhlasan.
Di akhir perbincangan kami, Pak Huda menyarankan agar orang tua
memperhatikan gizi anaknya, terutama untuk tidak menggunakan
zat kimia sebagai penguat rasa makanan. Hidup sehat dan selalu
bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah, akan membuat
hidup kita lebih nyaman dan menyenangkan.
Terima kasih Bapak Huda dan Ibu Sarini yang sudah mau
berbagi nilai kehidupan kepada kami. Semoga Allah memberkahi
kehidupan kalian.
Picture Illustration 15. A girl of heaven
CERITA KETIGA BELAS
72
SAHABAT SURGA!
“Hidup itu ibarat kertas putih
yang selalu hadir untuk kita
goreskan aneka warna warni
kehidupan. Salah satu warna
kehidupan yang aku jalani adalah
menghidupkan majelis ilmu
dengan sahabat surgaku. Mereka
adalah orang-orang yang saling
nasihat menasihati dalam
kebenaran dan kesabaran.”
#MD#
Sahabat surga adalah saudara seiman yang menjadi teman setia
saat suka maupun duka. Mereka adalah motivasi hidup di mana aku
bisa mengingatkan kesalahan yang sudah aku perbuat dan bersama
memperbaiki kualitas diri. Bersama mereka aku mengkaji ayat-ayat
Alquran dan meneladani hadis sunah Rasulullah. Bersama mereka
aku menemukan kedamaian karena obrolan kami sangatlah positif,
73
membangun mental dan spritual serta mengingatkan kita akan
kematian. Mengingat kematian akan memberikan dua kenikmatan
besar. Pertama, pemahaman diri kita bahwa hidup itu hanya
sementara dan bagaimana menyikapi makna keihklasan,
pengorbanan dan pengabdian. Kedua, mengingat kematian adalah
penawar cinta dunia yang berlebihan.
Kita selalu dihadapkan pada dua pilihan, dunia atau akhirat.
Kemuliaan yang abadi atau yang fana? Mencintai kehidupan atau
kematian? Mengejar hidup mulia, atau mati dengan mulia? Mengisi
tabungan dunia atau mengisi tabungan akhirat? Berjuang bersama
orang-orang beriman, atau berjuang bersama teman-teman yang
jauh dari keimanan. Orang-orang beriman inilah yang akan
membantu kita berjuang di sisa umur kita untuk mendapatkan
surga-Nya.
Tidak terasa umurku saat ini sudah menginjak 44 tahun. Jika
aku bertanya pada ibuku yang berusia 66 tahun, maka ibu akan
mengatakan bahwa hidup ini tidak terasa. Seperti itulah kehidupan,
berlalu begitu cepat. Tidak penting apa yang ada di belakang kita,
sekelam apa pun masa lalu, masa depan tetaplah suci. Tidak penting
apa yang ada di depan kita, yang terpenting adalah, kapasitas dan
kompetensi diri untuk membuat kita siap menghadapi momentum
pahit dan manis dalam hidup.
Sahabat surga juga yang mengingatkan kita akan pentingnya
bersyukur. Tanda-tanda orang yang beriman adalah, jika ia diberi
kebahagiaan, maka dia akan bersyukur. Tapi jika diberi musibah,
maka dia akan bersabar. Sahabat surga itu menguatkan dan mengisi
kekosongan ruhiyah tatkala iman mengalami fluktuasi. Naik, turun,
berjalan beriringan. Oleh sebab itu, sahabat surga mengajak kita
melakukan semua rutinitas harian kita dengan 2 kata, “Untuk
Allah!”
Aku nyaman berada bersama sahabat surgaku karena di
sanalah aku menemukan kedamaian. Berdoa bersama, aku
74
membaca Quran, dan berusaha memahami makna yang terkandung
di dalamnya. Langkah kaki kami dari rumah ke rumah, menjadi
saksi perjalanan ruhiyah kami bahwa kami siap untuk berbagi ilmu
agama dan saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan
kesabaran.
Bersama mereka, aku berusaha semaksimal mengamalkan
seluruh perintah Allah yang tercatat dalam Alquran dan hadis sunah
Rasulullah. Semua yang aku pelajari dan kutularkan kepada anak-
anak, keluarga, dan tetanggaku. Bersama mereka, aku berupaya
untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Bersama
sahabat surga, aku mencari ridho illahi dan berjuang untuk
kemenangan Islam. Bersama mereka aku bisa melewati tantangan
dan hambatan dalam setiap rentetan episode pahit manis
kehidupan. Bersama mereka, aku menyadari kesalahanku dan
keleiruanku serta berusaha pribadi yang pemaaf dan mau meminta
maaf terlebih dahulu. Bersama mereka, insyaAllah, aku terhindar
dari perbuatan ghibah, dengki, dan buruk sangka. Itulah sahabat
surga. Sahabat sejati yang akan terus mendampingi kita sampai ajal
menanti. Semoga Allah Swt senantiasa menyatukan kami dalam
takbir, tasbih, dan tahmid. Aamiin!
Picture 16. Sahabat Surga
CERITA KEEMPAT BELAS
75
“BLIND MAN!”
“Semua peserta didikku memiliki
potensi dan keunikan tersendiri.
Kelebihan dan kekurangannya
menjadi inspirasi bagiku untuk
terus menciptakan inovasi dan
kreativitas agar bisa
mengantarkan mereka menuju
kesuksesan yang sebenarnya.”
#MD#
Azan subuh baru saja berkumandang, seakan memberi tanda
bahwa aku harus segera bangkit dan memulai hariku dengan
mendekatkan diri pada Tuhan Sang Pencipta seraya mengajak
suami dan anak-anakku. Ini adalah rutinitas yang biasa kami
lakukan sebelum melakukan aktivitas masing-masing. Salat
berjamaah, mencuci pakaian dan memasak sarapan pagi yang sehat
untuk suami dan anak-anakku, menjadi bagian dari tanggung
76
jawabku yang akan terus kulakukan selama hayat masih dikandung
badan. Aku berusaha memberikan yang terbaik buat anak-anakku
walaupun terkadang rasa lelah selalu mengintai namun demi masa
depan pendidikan anak-anakku, aku harus menjadi ibu yang kuat
dengan memberikan asupan gizi yang cukup untuk menemani
mereka selama beraktivitas baik di sekolah maupun di kantor.
Semua ini kulakukan agar suami dan anak-anakku bisa tumbuh
lebih kuat dan menjadi pribadi yang selalu menguatkan orang lain.
Pelukan hangat selama 20 detik menjadi “The last touch” (sentuhan
akhir) buat kami agar kekuatan batin kami selalu menyatu di tengah
aktifitas yang kami jalani. Singkatya, pekerjaanku sebagai ibu rumah
tangga telah kulakukan sebelum akhirnya menyiapkan keperluanku
sendiri untuk mendidik anak-anak di sekolah tempat aku mengajar
yang menjadi bagian dari rutinitas harianku.
Ada rasa lega yang luar biasa ketika aku sanggup mengerjakan
tiga buah pekerjaan penting dalam hidupku yakni mengurus rumah
tangga, mendidik anak-anak dan peserta didikku. Berbagai upaya
terus kulakukan agar tercipta keseimbangan antara tugasku sebagai
sekolah utama bagi anak-anakku tercinta dan guru yang mengayomi
anak didiknya di sekolah. Apalagi setiap anak dilahirkan dengan
bakat dan kemampuannya masing-masing dan merupakan tugas ibu
(guru) untuk bisa memahami dan memberikan pelayanan yang
terbaik bagi mereka. Kamus hatilah yang akan berbicara dan
menjawab semua kata, kalimat dan karya (3K) yang dihasilkan
oleh peserta didik. Ketika kamus itu dipenuhi oleh 3K berbalut hati
yang ikhlas memberi, aku yakin, semua peserta didik akan
menjalankan semua aktifitasnya dengan senang.
Amanah untuk mendidik dengan hati menjadi ikon utama bagi
guru masa lalu, masa kini dan masa depan. Apalagi saat ini,
kemerosotan akhlak seakan menjadi trending topik yang sering
diperbincangkan di media elektronik maupun sosial media seperti
hilangnya budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun),
tawuran pelajar, bullying, pengeroyokan siswa, pemukulan
77
guru/siswa, pelecehan seksual yang terkadang berakhir dengan
pembunuhan. Oleh sebab itu, guru yang dibutuhkan saat ini adalah
guru bermutu (bersih raganya, mulia akhlaknya, dan tulus
mendidik tunas-tunas bangsa). Guru bermutu ini tidak hanya
bertugas mentransfer ilmu-ilmu secara teori dan praktis saja tapi
juga mampu membentuk karakter dan budi pekerti yang luhur
kepada peserta didik sekaligus menjadi “role model dan inspirator”
bagi orang-orang di sekitarnya.
Inspirasi sederhana yang coba kutuangkan pada beberapa helai
kertas ini adalah pengalaman mengajar yang paling berkesan,
menantang yang akan terus tertoreh menjadi sebuah memori indah
yang tak akan pernah kulupakan. Ketika aku dihadapkan pada
kenyataan bahwa para siswaku memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, ini menjadi peringatan langsung bagiku untuk
bertanggung jawab melayani mereka dengan sebaik mungkin di
lihat dari sudut pandang keadilan dan kemanusiaan dalam
mentransfer materi dan mendidik dengan satu hati. Hal ini
kulakukan agar setiap anak memperoleh hak yang sama dalam
menerima semua perlakuanku selama mengajar mereka tanpa ada
yang dibedakan. Terlebih ketika pemerintah memberikan tanggung
jawab besar pada sekolah negeri untuk menerima murid-murid
berkebutuhan khusus (inklusi) dan memiliki kemampuan
bervariasi, ini merupakan tantangan besar bagiku untuk menguji
kepekaan diriku pada mereka dan loyalitasku sebagai guru.
Hal ini berawal dari kegiatan mengajarku di sebuah kelas yang
dihuni oleh 40 orang siswa yang 5% diantaranya adalah siswa
inklusi; tuna rungu, miopi, dan autis. Selain itu, 35% siswa lainnya
mengalami kesulitan dalam menyerap materi pelajaran Bahasa
Inggris. Siswa yang dapat dengan mudah memahami materi
sebanyak 60% dengan kategori yang berbeda yakni 40% kategori
standar dan 20% kategori di atas rata-rata.
78
Subhanallah. Begitu mulianya Allah menciptakan manusia
dengan kapasitas yang berbeda-beda dengan maksud agar mereka
bisa saling mengisi, memberi satu sama lain, yang kuat membantu
yang lemah serta membagi kelebihan kepada yang berkekurangan,
sehingga akan tumbuh jiwa sosial di hati mereka. Pada awalnya, aku
kaget bukan kepalang dan hati kecilku bertanya mengapa siswa
berkebutuhan khusus ditempatkan di sekolah umum dan bukan di
sekolah yang layak fasilitas bagi mereka serta tenaga pengajar yang
telah terlatih untuk menangani hal tersebut? Apakah semua guru
bisa total dalam melaksanakan proses belajar mengajar? Apakah
target pengajaran dapat tercapai? Dan banyak sekali apakah-apakah
lainnya yang timbul dalam benakku. Aku takut jika aku tak sanggup
menjalankan amanah mulia ini. Namun, sekali lagi, aku bercermin
dari niat awal yang aku tanamkan sebelum aku memutuskan untuk
menjadi guru,” Aku harus bermanfaat bagi orang yang
membutuhkan!” Akhirnya kubuang jauh-jauh perasaan pesimis itu
dan kuganti dengan segudang optimis dalam naungan doa dan kerja
keras. Sampai pada akhirnya, aku berinisiatif untuk menciptakan
model pembelajaran yang cocok bagi siswa berkebutuhan khusus,
standar, dan di atas rata-rata yang kebetulan menghuni kelas yang
sama. Dengan membaca bismillah dan mentadaburi surat cinta
Allah, “Laa taqnatu mirrohmatillah.” (janganlah engkau berputus
asa dari rahmat Allah), aku bertekad untuk membuat siswa yang
beragam tadi untuk melangkah dan belajar bersama demi menyerap
materi pelajaran bahasa Inggris yang kuampu.
Ada sedikit gambaran tentang siswa berkebutuhan khusus yang
terdapat di sekolahku mewakili anak-anak lainnya. Sebut saja Ami
seorang murid laki-laki yang menyandang miopi, Ani seorang murid
perempuan yang menyandang tuna rungu dan Ali, seorang murid
laki-laki yang menyandang autis. Selebihnya adalah murid-murid
normal yang menghuni kelas yang sama dengan mereka. Saat itu,
aku tidak memiliki buku pegangan khusus yang dapat digunakan
untuk membantu kesulitan siswa tadi. Namun, aku berusaha untuk
79
mengemas bahan ajar yang sederhana yang sekiranya mampu
mengakomodir kebutuhan mereka secara bersama-sama. Perlakuan
yang sering kulakukan pada Ami adalah menyiapkan buku khusus
yang agak tebal agar Ami mampu menulis lebih banyak atas apa
yang dilihatnya papan tulis, in focus ataupun projector.
Tantanganku di sini adalah menulis satu kalimat dengan huruf
yang sangat besar, kira-kira memenuhi 1-2 halaman buku untuk
membantu Ami lebih mudah menyelesaikan soal dan jawabannya.
Kalau sudah menulis, biasanya Ami menghabiskan 2 halaman buku
tulis jika melaksanakan ujian. Jadi jika ada 10 soal ujian, guru
membutuhkan 20 halaman buku tulis yang sebelumnya telah ditulis
soal yang dimaksud. Dengan menggunakan tulisan tangan atau
komputer. Namun, Ami lebih memilih goresan tangan gurunya dari
pada tulisan komputer, katanya lebih mudah di raba dan dirasakan
huruf demi hurufnya. Sementara untuk ujian lisan, asalkan guru
mau membacanya dengan keras, tegas dan berulang-ulang, serta
memberinya waktu lebih untuk berpikir, InsyaAllah Ami mampu
menjawabnya dengan benar.
Muridku yang kedua adalah Ani, seorang gadis yang memiliki
kelemahan dalam hal pendengaran dan berbicara dengan jelas. Ani
hanya mampu untuk menjawab soal-soal tertulis tapi perlu
pengulangan untuk soal-soal yang berbau lisan. Selain itu, Ani perlu
banyak waktu untuk memahami setiap kata dan kaimat dari
gurunya serta waktu khusus untuk mengucapkan kata dan kalimat
tersebut sebelum unjuk performa di hadapan gurunya.
Sementara Ali memiliki kelemahan dalam bergaul dengan
teman sebayanya dan cenderung sibuk dengan dunianya sendiri
seperti menggambar, memotret dan merekam guru yang sedang
mengajar siswanya serta berteman akrab dengan laptopnya. Ali
akan lebih senang jika mendengarkan suara guru yang datar, tidak
dengan suara rendah ataupun tinggi. Dengan keberagaman yang
dimiliki oleh muridku ini, aku harus mencoba menciptakan sebuah
80
model pembelajaran yang sekiranya mampu mengakomodir
kebutuhan murid-muridku yang beragam tadi.
Dalam sebuah pembelajaran bahasa Inggris, kompetensi dasar
Speaking, dengan topik “Asking for Direction” atau dalam bahasa
Indonesia berarti meminta petunjuk atau arahan, dengan pokok
bahasan Directing someone to go to a certain place. Dalam
pembelajaran ini, ternyata Ami, Ani, Ali, dan beserta teman-teman
dapat melaksanakan pembelajaran tersebut secara maksimal tanpa
adanya perbedaan yang mencolok. Model pembelajaran tersebut
kuberi nama BLIND MAN (orang buta) dengan penekanan
pembelajaran karakter, “Saling tolong-menolong.” Di sini, aku
membagi siswa dalam kelompok kecil yang satu kelompok terdiri
dari tiga orang siswa.
Aku meminta Ami menjadi orang yang akan diberi petunjuk
(Actor) sementara Ani dan Ali sebagai orang yang memberi
petunjuk (Directors). Sang actor didaulat untuk menutup matanya
dengan sehelai sapu tangan sementara sang directors mengarahkan
sang actor untuk memasang gambar sampai ke lokasi peta yang
telah ditentukan. Bagaimana dengan anak-anak normal lainnya?
Mereka pun di daulat untuk melakukan hal serupa dengan Ami, Ani
dan Ali. Anak-anak dilatih menggunakan pendengarannya dengan
baik dan mengasah mata hatinya untuk diarahkan oleh temannya.
Ami yang mempunyai kelemahan dalam hal penglihatan dapat
melakukannya dalam waktu yang tepat sesuai dengan kesepakatan
bersama, begitu juga Ani yang memiliki kelainan dalam hal
pendengaran dan berbicara, mampu mengucapkan kata perkata
dengan jelas, tegas, dan berulang-ulang hingga berhasil
mengarahkan Ami sampai ke tempat tujuan. Sementara Ali terus
mendukung Ani dengan cara melengkapi kata dan kalimat yang
sebelumnya diucapkan oleh Ani. Sebelum unjuk performa, Ali juga
membantu teman-temannya mendesain gambar orang, rumah, dan
binatang dengan sangat luar biasa.
81
Pembelajaran dimulai dengan memberikan proyek berupa
membuat gambar, rumah dan binatang dari kertas karton yang akan
ditempelkan pada sebuah peta yang telah kusiapkan. Gambar yang
sudah dibuat akan ditempelkan di lokasi-lokasi tertentu pada peta
yang dimaksud, tergantung lokasi mana yang akan diintstruksikan
oleh guru. Sebelum memulai kegiatan, aku akan memberikan sedikit
narasi agar siswa terbimbing dan terarah dalam melakukan
kegiatannya.
Sebisa mungkin, aku harus memberi contoh sederhana agar
muridku dapat mengerti tujuan pembelajaran yang akan mereka
lakukan. Alhamdulillah ternyata, semua siswa dapat melakukannya
dengan lebih heboh dari yang aku perkirakan dan mereka terlihat
riang gembira. Untuk mempermudah kerja kelompok, guru
membagi peran sesuai dengan tingkat kesukaran. Karena satu
kelompok ada 3 orang, maka pembagian peran sangatlah penting.
Untuk itu, guru perlu berdiskusi dengan siswa untuk menyatukan
pemahaman.
Setelah berdiskusi dengan para siswa, akhirnya ditetapkan
bahwa 1 orang akan berperan sebagai aktor (orang yang ditutup
matanya dan akan diberi arahan oleh para directors). Actor bertugas
menempelkan gambar pada lokasi yang dituju sambil berjalan
mengikuti instruksi director. Semua peran aktor diarahkan oleh 2
orang pengarah (Director) yang harus berbicara dengan singkat,
nyaring dan jelas agar mudah dipahami oleh sang aktor.
Aku sengaja mengelompokkan Ami, Ani, dan Ali karena mereka
memiliki kelebihan unik yang saling mendukung satu dengan yang
lain. Dengan bersatunya mereka diharapkan mereka juga bisa
berhasil dan maju seperti anak-anak normal lainnya. Tapi, jika
usahaku gagal, aku akan menyatukan mereka dengan anak normal
lainnya. Alhamdulillah, ternyata benar. Allah Swt mengabulkan
semua doaku. Ami, Ani, dan Ali dapat melakukannya dengan baik
dan sesuai dengan ekspektasiku.
82