Perlahan namun pasti Ani berusaha untuk berbicara sejelas
mungkin hingga Ami bisa menangkap perkataannya. Begitu pun
halnya dengan Ali, Ia berusaha memperjelas semua perkataan Ani
agar Ami bisa secepatnya menempel gambar di lokasi yang tepat
dengan waktu yang telah disepakati. Ada kebahagiaan tersendiri
ketika aku melihat muridku berhasil dan senang ketika mengikuti
aktivitas pembelajaran. Sebagai guru, aku harus terus belajar,
pantang menyerah dan tekun menggali berbagai macam kreatifitas
yang mampu membuat muridku senang dan paham akan materi
yang kuajarkan. Yang jelas, kesabaran, ketelatenan, dan loyalitasku
terus teruji.
Lantas, bagaimana dengan siswa yang lain? Perhatianku juga
harus tertuju pada mereka karena satu kelas dihuni oleh siswa
sejumlah 40. Aku harus tetap berlaku adil dan tidak seharusnya
menelantarkan mereka hanya karena melayani siswa berkebutuhan
khusus, tapi akan sangat bijak untuk memberi pengertian kepada
mereka untuk mengembangkan rasa simpati, empati, dan toleransi
yang tinggi untuk selalu membantu teman yang membutuhkan. Di
akhir pembelajaran, aku mengajak siswa untuk membentuk
lingkaran besar untuk bersama menyimpulkan hasil pembelajaran
dan mengambil makna tersirat dari kegiatan yang telah dilakukan.
Masing-masing kelompok memberikan pendapatnya dengan lugas
dan memetik hikmah dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Sebagai penutup pembelajaran, aku mengajak para siswa untuk
berdoa bersama agar mereka dapat mengamalkan semua pelajaran
yang diberikan dengan mudah dan mendapatkan hasil yang sangat
memuaskan. Aku yakin, dengan rangkaian kegiatan yang telah
dilakukan, seluruh siswa di sekolah khususnya yang sekelas dengan
Ami, Ani, dan Ali mengerti dan mulai memahami arti solidaritas
yang sebenarnya dan bahu-membahu membantu teman mereka
yang membutuhkan pertolongan.
83
Aku yakin keberadaan mereka di tengah anak-anak normal
lainnya akan sanggup menggiring peserta didik yang lain untuk
mengembangkan karakter peduli, penyabar, dan penolong yang aku
rasa tidak perlu dijelaskan secara teoritis oleh guru, namun berikan
peserta didik kesempatan untuk terjun langsung menghadapi
pelangi perbedaan di hadapan mereka. Seperti halnya pelangi yang
memiliki warna-warna nan indah yang sanggup memberikan
pesona luar biasa bagi jutaan pasang mata di dunia, kehadiran siswa
inklusi juga memiliki pesona yang mampu memberikan kejutan-
kejutan khusus bagi dunia pendidikan, terutama bagaimana
menciptakan generasi berhati emas demi terwujudnya peradaban
emas 2045.
Picture 17. Blind Man Learning Activity
84
CERITA KELIMA BELAS
KECERDASAN SEJATI!
“Apa yang kita rasakan ketika melihat
anak-anak kita beribadah dengan penuh
tanggung jawab, salat 5 waktu dan
tepat waktu, mengaji secara rutin,
mengajar ngaji teman-temannya,
menjadi imam salat dhuha di
sekolahnya, memimpin teman-temannya
untuk bersalawat nabi, berbakti kepada
orang tua dengan cara menyajikan teh
hangat ketika kita pulang kerja,
menjemur, melipat pakaian, menyapu
rumah dan membantu memasak di
dapur? Apakah anak kita tergolong
cerdas?”
#MD#
85
Wajah dan warna pendidikan di Indonesia terasa jauh berbeda
dengan zaman di saat aku menempuh pendidikan dengan jenjang
yang berbeda mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Wajah dan
warna pendidikan terasa suram karena kita, para orang tua, guru
dan pemerhati pendidikan lainnya terlalu sibuk memperhatikan dan
mengejar target nilai rata-rata yang sekiranya sanggup
meningkatkan akreditasi sebuah institusi pendidikan baik formal
maupun nonformal. Nilai tinggi menjulang yang diharapkan oleh
para akademisi menjadi bahan perbincangan yang menarik dan
terus menjadi sorotan publik.
Publik yang notabene adalah para orang tua terus menerus
memaksakan kehendak mereka agar anak-anak memiliki IQ yang
tinggi serta mampu berprestasi dan meraih nilai tertinggi di sekolah
tanpa memedulikan bagaimana perkembangan karakter dan budi
pekerti mereka. Kebahagiaan utama yang diinginkan oleh sebagian
besar orang tua adalah ketika melihat anak-anak mereka
berprestasi secara akademis maupun non-akademis dan sanggup
membawa nama baik mereka di kancah persaingan lokal, provinsi,
regional, maupun internasioal.
Miris memang melihat harapan terbesar yang ingin dicapai oleh
orang tua abad milenium ini. Saya sendiri sebagai orang tua
terkadang menginginkan anak-anakku berprestasi dan mampu
meningkatkan bakat dan talenta mereka sesuai dengan kapasitas
yang mereka miliki. Tapi, ketika hal itu tidak terpenuhi, ada terbesit
rasa kecewa yang mendalam melihat perjuangan dan pengorbanan
yang sudah mereka lakukan berupa doa, kerja keras, dan ketekunan
namun hasil yang diraih tidak seperti yang diharapkan. Namun, saya
tidak boleh larut dalam kesedihan yang mendalam atas kegagalan
tersebut dan sebaliknya saya harus menguatkan anak saya agar
bangkit dan mencari peluang kesuksesan ke 2, 3, 4 dan seterusnya
serta mendampinginya agar rasa percaya diri dan keinginan untuk
maju bisa kembali seperti sedia kala malah mungkin energi itu akan
meningkat jauh lebih besar dari sebelumnya.
86
Ketika kita sibuk memperbaiki diri demi meraih peluang
kesuksesan tersebut, ada satu hal yang kadang terlupakan oleh para
orang tua termasuk saya sendiri. Beberapa hal berikut terkadang
kita pandang sebelah mata dan tidak dijadikan sebagai target
kesuksesan yang sebenarnya. Apa yang kita rasakan ketika melihat
anak-anak kita beribadah dengan penuh tanggung jawab, salat 5
waktu dan tepat waktu, mengaji secara rutin, mengajar ngaji teman-
temannya, menjadi imam salat dhuha di sekolahnya, memimpin
teman-temannya untuk bersalawat nabi, berbakti kepada orang tua
dengan cara menyajikan teh hangat ketika kita pulang kerja,
menjemur dan melipat pakaian, menyapu rumah, dan membantu
memasak di dapur. Apakah ini tidak dianggap sebagai nilai-nilai
kebaikan yang akan menggiring para orang tua menuju
kebahagaiaan yang abadi? Apalagi, jika prestasi anak-anak tadi
dilengkapi dengan berpuasa di bulan Ramadan dengan khusyuk dan
bergaul dengan teman sebayanya sesuai syariat Islam? Apakah ini
hanya sekadar perilaku yang tidak bernilai? Apakah kita, para orang
tua tidak bangga melihat anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi
yang saleh dan salehah sesuai dengan tuntutan agama? Menurut
saya, beberapa pernyataan di atas adalah kebahagiaan dan
keberhasilan yang sebenarnya (The True Happiness and Succession).
Keberhasilan yang terkadang dipandang sebelah mata oleh para
orang tua dan praktisi pendidikan. Jangan sampai kita menjadi
orang tua score-oriented yang kemajuan proses dan hasil belajar
anak-anak hanya diukur oleh nilai semata. Selain itu, sebisa
mungkin, para orang tua juga tidak melontarkan kata-kata yang
dapat mengakibatkan kehancuran bagi anaknya seperti:
“Susah payah Bapak dan Ibu mencarikan kamu uang,
menyediakan semua fasilitas yang kamu inginkan, memberikan
kamu les privat dengan guru terbaik di kota ini, tapi mana hasilnya,
nilaimu tetap saja jeblok. Mana rasa teima kasihmu pada orang
tuamu?” teriak orang tua ini dengan nada penuh emosi. Sementara
87
anak yang mendengar teriakan orang tuanya tadi, hanya bisa
terdiam, menangis, dan menyesali dirinya.
Pembaca sakinah yang budiman, keberhasilan ini kata mereka
tidak perlu dipelajari karena akan berjalan dengan sendirinya, "Let
it flow naturally”. Tetapi yang mereka tahu adalah bagaimana
menghasilkan anak-anak berkualitas secara IQ namun melupakan
hal yang jauh lebih penting yakni ESQ. Ketika para orang tua hanya
mengandalkan IQ di atas segala-galanya, maka lihatlah apa yang
terjadi dengan mental para generasi penerus bangsa saat ini.
Generasi yang lupa bagaimana cara berbicara yang sopan dan
lembut kepada orang tua dan guru, generasi yang lupa
mengucapkan terima kasih, generasi yang lupa mengucap kata maaf
ketika melakukan kesalahan, generasi yang suka menghardik dan
menyakiti orang tuanya ketika semua keinginannya tidak terpenuhi,
generasi yang menyenangi pergaulan bebas, generasi yang sama
sekali tidak memedulikan lingkungan sosial di sekitar mereka dan
masih banyak lagi kondisi memprihatinkan yang dilakukan oleh
para remaja saat ini.
Sejenak, mari kita renungkan, apakah kita bangga memiliki
anak yang ber IQ tinggi tapi lupa bagaimana cara merawat orang
tuanya yang sedang sakit dan menyuapinya dengan penuh kasih? Di
lain pihak, apakah kita akan bangga dengan anak-anak yang
memiliki IQ standar atau biasa namun mereka akan merawat kita
saat sakit dan tua nanti.
Anak yang setiap tindak tanduknya terselip doa tulus dan ikhlas
agar orang tuanya bahagia di dunia dan akhirat? Sekarang, tinggal
kita sebagai orang tua yang berperan lebih banyak untuk membina
akhlak mereka agar tetap lurus di jalan shirotol mustaqiim. Anak-
anak yang sekiranya akan menjadi payung pembela bagi kita ketika
menghadap Sang Mahaagung, Allah Swt. Robbij'alni mugimas
sholaati, waminzurriyati, robbanaa wataqobbal du'a. Robbi hablii
minas sholihiin. Aamiin!
88
Picture 18. Top 50 Teacher of The World 2017
89
CERITA KEENAM BELAS
NATIONAL BEST PRACTICE TEACHER!
“Kemenangan ini ibarat motivasi
untuk diriku, buah hatiku, Amira
dan Hisyam, murid-muridku, dan
rekan sesama profesi untuk selalu
berdoa, belajar dan berjuang
karena hidup adalah kekuatan
doa, perjuangan dan
pengorbanan.”
#MD#
Aku sama sekali tidak menyangka akan kemenanganku sebagai
“The Best Practice Teacher” Nasional 2014 dan Guru Kreatif dan
Inovatif se-Kaltim dan Kaltara 2015. Anugerah Allah Swt yang
begitu luar biasa ini menjadikan aku semakin ingin belajar
memperbaiki kekurangan diri sebagai seorang ibu rumah tangga,
guru sekaligus pendidik. Aku tidak ingin kemenanganku kali ini
membuat aku lupa diri, cepat puas dengan apa yang aku dapatkan
90
serta memebuatku terlena sehingga enggan untuk belajar dan
beajar lagi. Kemenangan ini ibarat motivasi untuk diriku, buah
hatiku, Amira dan Hisyam, murid-muridku, dan rekan sesama
profesi untuk selalu berdoa, belajar dan berjuang karena hidup
adalah perjuangan dan pengorbanan. Sebagai ibu, aku harus bisa
memberi teladan kepada anak-anakku bahwa rumus “4B” tadi,
berdoa, belajar, berjuang dan berkorban adalah jurus jitu untuk
mencapai kesuksesan.
Aku teringat pesan almarhum kedua orang tuaku bahwa ketika
kita ingin menggapai kesuksesan, maka kita harus membantu orang
lain untuk sukses terlebih dahulu. Kalimat ini bermakna dalam bagi
kita yang mampu meresapinya. Banyak sekali wasiat dan nasihat
yang diberikan oleh Rasulullah saw dan orang-orang terdahulu
bahwa ketika kita mampu mendahulukan kepentingan orang lain
yang membutuhkan di atas kepentingan pribadi atau golongan
maka yakinlah bahwa Allah Swt dan Rasulullah saw akan berada di
dekat kita sedekat-dekatnya. Ketika kita sudah berdekatan dengan
Allah, Sang Maha Pengasih dan Penyayang, maka apa pun yang kita
inginkan pasti dikabulkan-Nya. Hal yang saya lakukan mudah-
mudahan mampu menginspirasi para pembaca sekalian.
Saat itu, 5 Oktober 2014, gema takbir Idul Adha seakan menjadi
saksi ketika aku mendapat telepon dan surat resmi dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah untuk diundang ke Jakarta sebagai satu di
antara 200 Finalis Lomba Best Practice Guru dan Pengawas Tingkat
Nasional 2014 bertempat di Hotel Jayakarta, Jakarta. Bersama
suami dan anak-anakku, kami mengucap puji syukur ke hadirat
Allah Swt yang telah memberikan aku, istri dari Zaini Widodo dan
Ibu dari anak-anakku, Amira Syafana dan Muhammad Hisyam Al
Aushaf kesempatan emas untuk kembali berjuang bersama 200
Finalis yang terdiri dari 100 guru dan 100 pengawas dari seluruh
Indonesia untuk merebut gelar The Best Practice Teacher and
Supervisor 2014 tingkat Nasional.
91
Sebelumnya, ada 590 naskah Best Practice Teacher and
Supervisor yang masuk di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, namun semua berkas yang masuk, diseleksi oleh para
Dewan Juri yang berasal dari kalangan akademisi sampai akhirnya
terpilihlah 200 naskah terbaik dan kembali diundang sebagai finalis
untuk melakukan review and dissemination atas karya Best Practice
yang telah dibuat.
Dengan ditemani oleh suami dan anak-anakku aku
mempersiapkan diri sebaik-baiknya mulai dari tampilan presentasi
dan public speaking. Suami dan anak-anakku memberikan komentar
atas karya 7 MAN SHOW dalam Pembelajaran Grammar yang aku
presentasikan. Hal inilah yang biasa kami lakukan di rumah ketika
salah seorang anggota keluarga kami ingin berlaga di medan lomba
atau sejenisnya. Begitu pula halnya di sekolahku, bersama teman-
teman sesama MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) aku
berlatih sebaik mungkin dan teman-temanu memberikan
pertanyaan seputar materi yang aku sajikan. Waktuku berlatih tidak
begitu banyak karena tanggal 7-9 Oktober 2014 aku harus segera
berada di Jakarta dan bertarung dengan finalis lainnya dari pukul
7.30 pagi sampai pukul 23.00 WIB.
Malam hari sebelum keberangkatanku keesokan harinya, saat
aku tengah mempersiapkan semua kebutuhanku di Jakarta, kakakku
mengetuk pintu rumahku dengan tatapan kesedihan di wajahnya.
Dia mengatakan bahwa dia sedang terlilit hutang dan mengatakan
ingin meminjam uang padaku untuk membayarnya. Tanpa berpikir
panjang lagi aku segera memberikan sejumlah rupiah yang
diinginkan kakakku. Setelah itu dia pulang dengan bahagia dan aku
melanjutkan persiapanku ke Jakarta. Selang beberapa jam
kemudian, seorang tetangga juga datang dan menginginkan daging
kurban yang aku punya karena daging yang dia dapatkan masih
kurang karena anaknya banyak. Seperti yang aku lakukan terhadap
kakakku, aku berikan seluruh daging kurban yang aku punya untuk
diberikan padanya. Aku hanya berpikir kalau aku tinggalkan daging
92
itu selama 3 hari di lemari es, tentu saja dagingnya tidak sesegar
ketika aku langsung memasaknya. InsyaAllah, sepulang dari Jakarta
aku akan membelinya lagi dan memasaknya untuk keluargaku. Hal
itu aku sampaikan kepada suami dan anak-anakku, dan
alhamdulillah mereka sependapat denganku.
Keesokan harinya aku berangkat ke Jakarta dengan lancar.
Allah Swt begitu menyayangi aku dan memberiku kemudahan mulai
dari perjalananku ke Jakarta, Hotel Jayakarta dan pada saat
menegangkan Review dan Dissemination, aku merasakan begitu
sehat dan kuat. Semua presentasiku berjalan mudah dan lancar
sampai akhirnya pengumuman yang ditunggu-tunggu itu tiba.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin dengan mengucap puji syukur
kehadirat Allah Swt, aku terpilih sebagai The Best Practice Teacher
Tingkat Nasional 2014.
Aku yakin inilah jawaban Allah atas apa yang di janjikan-Nya.
“In tansurullaha yansurkum wayusabbit aqdaamakum.” Jika kamu
menolong agama Allah, maka Allah akan menetapkan langkah-
langkahmu.” Menolong orang lain yang sedang susah adalah
perbuatan yang sangat di cintai Allah dan Rasulullah. Jika kita ingin
a never-ending mari bersama kita sukseskan dulu orang lain.
InsyaAllah....
93
Picture 19. Juara The Best Practice Teacher 2014
94
CERITA KETUJUH BELAS
ISTANA LITERASI
“Cita-cita adalah mimpi yang
direncanakan. Cita-cita adalah
wujud eksistenssi jati diri yang
perlu dibuktikan lewat sebuah
karya. Sebuah karya yang sanggup
memberi manfaat bagi banyak
orang. Karya itu akan membawa
manusia menuju istana literasi dan
menjadi mulia karena karya.”
#MD#
Karya yang berawal dari mimpi kecil untuk membangun sebuah
istana literasi di bumi Borneo. Borneo adalah tempat di mana saya
tinggal saat ini bersama dengan Rumah Baca Abiyyu (RBA) yang
sederhana. RBA online dan offline adalah wadah buat saya untuk
95
memotivasi sekaligus mengajak masyarakat agar gemar membaca
dan berkarya. Mimpi kecil ini sengaja saya bangun demi sebuah cita-
cita berupa “Istana Literasi.” RBA memang kecil, tapi ia akan
menjadi besar seiring dengan berjalannya waktu. Apalagi jika waktu
luang yang kita miliki, kita gunakan untuk mengajak 1 orang, 2
orang, 3 orang, dan seterusnya untuk membaca dan menulis.
Pastinya, perlu doa, pengorbanan, kerja cerdas untuk menerapkan
strategi membaca dengan model “door to door” agar pintu hati
masyarakat terketuk untuk mau membaca produktif.
Untuk itu, saya sebagai pengelola rumah baca perlu menggagas
inovasi berbentuk membaca produktif dan menjadikannya sebagai
kegiatan rutin. Untuk mencapai tujuan tersebut, saya tidak bisa
melakukannya seorang diri. Perlu membangun kerja sama dalam
bentuk kemitraan dengan para relawan baca, penulis, institusi
pendidikan formal dan nonformal serta penerbit buku dan majalah
untuk bersama peduli dan menghidupkan kegiatan membaca
produktif dengan sasaran beberapa lingkungan Rukun Tetangga
(RT). Strategi yang coba saya terapkan adalah bisnis jaringan “MLM”
yang pada dasarnya mirip dengan strategi bisnis yang sering
digelontorkan oleh perusahaan yang memasarkan produk-produk
tertentu dalam bentuk pemasaran berjenjang.
Untuk menarik simpati masyarakat agar mau membaca, saya
perlu memberikan beberapa bonus yang saya adopsi dari multi
level marketing itu sendiri. Strategi bisnis jaringan “MLM” ini, saya
modifikasi sesuai dengan manajemen literasi yang saya ciptakan
seperti; memberikan keuntungan ganda berupa bonus eceran
(main games edukatif), bonus prestasi (buku gratis), bonus
perkembangan (bimbingan menulis), dan potongan harga
(publikasi hasil tulisan). Untuk mendapatkan bonus-bonus
tersebut di atas, masyarakat perlu melakukan rangkaian kegiatan
literasi melalui “MLM” versi RBA sebagai berikut.
96
1. Mulai dengan Membaca/Hafalan Quran (M)
Sebelum membaca buku, saya ajak semua nggota untuk
memulai kegiatan dengan membaca atau menghafal Alquran.
Kegiatan ini dilakukan secara rutin, sekali dalam seminggu dan
diikuti oleh seluruh masyarakat baik pengunjung aktif maupun
pasif, mulai dari anak-anak, remaja maupun dewasa. Kegiatan ini
dilakukan untuk menumbuh kembangkan sikap dan perilaku terpuji
di kalangan anak-anak, remaja dan orang tua. Selain itu, pentingnya
membaca Alquran perlu disosialisasikan kepada anggota serta
masyarakat di sekitar mereka. Kegiatan ini dapat dilakukan baik
dari rumah ke rumah maupun di alam terbuka seperti pantai dan
tempat rekreasi lainnya.
Selain itu, pada setiap bulan Ramadhan, kegiatan membaca
dilakukan di sore hari, dan lebih difokuskan pada kegiatan
membaca dan hafalan Quran, membaca hadis secara bergiliran dan
Dongeng tentang sahabat Nabi Muhammad saw. Bagi peserta yang
dapat membaca dan menghafal Alquran dengan baik, maka akan
dibagikan buku gratis karya penulis lokal atau nasional. Kegiatan ini
dilakukan sekaligus mengenalkan bahwa Balikpapan juga kaya akan
penulis lokal yang berpotensi ataupun penulis nasional yang
karyanya patut dibaca oleh masyarakat kota Balikpapan. Kegiatan
selanjutnya adalah dengan melibatkan para anggota RBA untuk
terlibat aktif dalam lomba membaca dan menghafal Alquran yang
rutin dilaksanakan oleh beberapa institusi pendidikan yang ada di
Balikpapan. Hal ini dilakukan untuk melatih mental anak-anak
untuk bersaing secara positif dalam bidang keilmuwan.
2. Lakukan dengan Senang (L)
Setiap orang pastinya menginginkan sebuah kegiatan dilakukan
dalam kondisi yang menyenangkan. Apalagi dalam membaca, anak-
anak, remaja, bahkan orang tua tidak ingin melakukan sesuatu di
bawah tekanan, baik dalam bekerja maupun belajar. Hal itu pulalah
yang membuat penulis berupaya untuk menyajikan kegiatan
97
membaca dalam format sederhana tapi menyenangkan. Terlebih
kepada anak-anak, penulis mengupayakan memberikan sebuah
‘reward’ sebagai pancingan khusus agar mereka betah dan mau
membaca. Hadiah atau ‘reward’ yang penulis berikan berupa waktu
bermain “playstation” selama 30 menit yang tentu saja dengan
“games” edukatif seperti, sepak bola, dinner dash, mine craft, dll.
Pemberian waktu bermain tentu saja dilakukan setelah membaca
dan menceritakan isi buku (beberapa halaman) yang baru saja di
baca. Bermain “playstation” dilakukan secara berpasangan. Selain
itu, anak-anak juga diberikan fasilitas internet terkontrol untuk
membaca, menulis cerita di medsos atau posting video hafalan
mereka. Selengkapnya bisa dilihat pada gambar berikut.
Penghargaan lain yang diberikan adalah mengajak anak-anak,
remaja dan orang tua untuk melakukan wisata membaca di tempat-
tempat yang menyenangkan seperti pantai, hutan, dan taman
ataupun mengundang mobil perpustakaan kelilling (perpusling).
Sambil membaca, seluruh anggota dapat menikmati kudapan
sederhana yang disediakan oleh pengelola RBA. Setelah membaca
buku, secara bergiliran, setiap anggota menuliskan hasil bacaannya
dan memodifikasi cerita tersebut sesuai dengan daya imajinasi
mereka. Cerita yang sudah dimodifikasi akan di posting di
[email protected] melalui proses pendampingan
yang dilakukan oleh pengelola RBA. Setelah semua tulisan dirapikan
dan diedit, maka karya tersebut siap untuk dipublikasikan lewat
penerbit yang bermitra dengan RBA.
3. Mari Berkarya! (M)
Strategi “MLM” yang digelontorkan RBA kiranya mampu
memberikan motivasi dan inspirasi bagi para anggotanya untuk
terus berkarya. Keterampilan menulis yang penulis miliki perlu
ditularkan pada anggota RBA sehingga kedepannya mereka
memiliki life-skill berupa keterampilan menulis yang dapat
dijadikan mata pencaharian di kemudian hari. Kegiatan menulis
98
dilakukan di alam terbuka atau di rumah agar anak-anak dengan
mudah memperoleh inspirasi dan imajinasi. Hasil karya anak-anak
dan remaja RBA berupa puisi, esei, dan cerpen sangat mewakili
curahan hati anak-anak yang sangat polos dengan bahasa yang
lugas.
Itulah sekelumit desain mimpi literasi yang sudah saya
terapkan di RBA selama 3 tahun belakangan ini. Alhamdulillah,
mimpi kecil ini menjadikan saya terpilih sebagai Juara ke-2 Lomba
Karya Nyata Pendidikan Masyarakat (Pengelola TBM) Tingkat
Nasional 2016. Sama seperti bisnis jaringan MLM, perlu kesabaran
tingkat tinggi, untuk mengajak orang melebarkan kakinya dan
mengajak orang lain sebanyak-banyaknya agar mau membaca dan
menulis. Seperti rantai makanan yang tak pernah putus, MLM akan
terus berjalan tanpa batas, mengajak masyarakat untuk membaca
dan menulis demi sebuah mimpi literasi. Saya yakin, istana literasi
akan menjadi besar jika kita mau memanfaatkan peluang untuk
membantu dan memberdayakan masyarakat sesuai dengan potensi
yang mereka miliki.
Picture 20. Juara 2 Lomba Karya Pendidikan Masyarakat Tingkat
Nasional 2016
99
ALL ABOUT “MD” (MS. DAYANG)
DAYANG SURIANI, M.Pd.,
MM.Pd., lahir di Balikpapan, 9
Agustus 1974, istri dari Zaini
Widodo, S.Sos., dan Ibu dari 2
buah hati tercinta yaitu, Amira
Syafana (Penulis Remaja) dan
Muhammad Hisyam Al Aushaf
(Pemain basket “DBL” Junior),
yang selalu mendukung setiap
aktivitas rutin yang beliau
lakukan. Setelah menamatkan sekolah formalnya dari jenjang TK,
SD, SMP, SMA, beliau melanjutkan studinya di Universitas
Mulawarman Program Studi Bahasa Inggris untuk jenjang S-1.
Alhamdulillah, beberapa tahun kemudian penulis mendapatkan
Beasiswa dari Pemerintah untuk menyelesaikan studinya di
Pascasarjana bahasa Inggris (S-2) dan Pascasarjana Manajemen
Pendidikan (S-2) dengan Predikat Cumlaude.
Hobi menulis 10 Besar Guru Berprestasi tingkat Nasional 2014,
Juara Best Practice Guru Nasional 2014, 50 Guru terbaik Dunia, UK
2017 dan World Role Model, Abu Dhabi 2017, Teacher Ambassador
for World Pedagogy for Love, United Nation 2018, ini telah ditekuni
mulai kecil hingga saat ini. Sekitar 20 buku pendidikan, puisi dan
novel inspiratif, 20 Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) serta 50 tulisan berhasil diterbitkan di Harian Kaltim
Post, Tribun Kaltim, Post Metro Balikpapan, Majalah Pendidikan
Exclusive, dan Majalah Bahasa Inggris Dialogue dan Hello, Jurnal
penelitian Etam Edu dan Jurnal Penelitian Guru Kreatif serta
Majalah Inspiratif Nasional Sakinah. Beberapa tulisan beliau di
antaranya, Masih Pedulikah Kita pada Ibu, Guru… Oh… Guru 1 dan 2,
Loyalitas Seorang Pendidik, Perlu Regenerasi Kepala Sekolah, Refleksi
Hari Pendidikan Nasional, Penghargaan buat Sang Oemar Bakrie,
Guru Masa Kini, Upaya Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik,
100
Kasus Pornografi Pelajar Via Ponsel, Sebuah Himbauan, Tahun Baru,
Tahun Introspeksi, Mendidik dengan Hati, Langkah Pasti Sang Anak
Jalanan, “Supervisi Pendidikan Penting Nggak Sih?”, Kisah Dua Anak
Nakal, Titip Rindu buat Ibu, Maafkan Aku Nenek Minah, Falsafah 3
Ibu, Cerita di Balik Kata, Mengapa Saya Layak?, Sukses dan
Menyukseskan, dan masih banyak lagi tulisan beliau yang arus
muaranya terkait dengan dunia pendidikan.
Pada tahun 2010, penulis sudah menelurkan buku perdana
berjudul Sebuah Oase dalam Pembelajaran, Penerbit Liberty Press
Yogyakarta. Kemudian pada tahun 2011, penulis kembali
menghasilkan sebuah karya Novel Anak Berkarakter Bangsa
berjudul Cinta Tiada Batas, Penerbit Liberty Press di mana kedua
karya ini sangat terkait dengan dunia pendidikan. Tahun 2012,
menghasilkan Buku Pembelajaran Bahasa Inggris berjudul Be
Competent With English for Grade X Senior High School dan sudah
memiliki 6 edisi sejak tahun 2012 sampai 2017. Buku keempat
penulis berjudul Senang Mengajar Senang with SBT adalah buku
pendidikan yang baru saja terbit di tahun 2013. Tahun 2014,
penulis kembali menulis buku motivasi berjudul The Wheel of My
Dream and Wish, penerbit Deepblish. Tulisan ini dilahirkan berkat
kolaborasi yang apik bersama 18 peserta didik SMAN 1 Balikpapan.
Tahun 2015, penulis kembali lagi menulis secara kolaboratif
bersama 10 siswa dan menghasilkan buku motivasi berjudul The
Voice of Youth. Novel inspiratif The True Man from Heaven yang
terbit tahun 2016, menjadi novel yang sangat digemari oleh
masyarakat pembaca dunia, karena ceritanya yang mengemas
perjalanan cinta sang penulis. Tahun 2017, buku motivasi
berbahasa Inggris Wow English, Wonderful Word of English adalah
buku yang mengajak para guru untuk mengajar dengan hati riang.
Tahun 2018, penulis mencoba berdialog dengan buah hatinya,
Amira Syafana melalui buku kumpulan cerpen inspiratif Dialog Dua
Dara di mana penulis menjadi bintang tamu dengan cerpen berjudul
Janji Suci di atas Pelangi di buku tersebut Di tahun 2018 juga,
101
penulis menghasilkan karya autobiografinya berjudul MD’s Story
yang berisi perjalanan karier dan tips sukses menjadi guru dunia
dan go international with no money! Di tahun 2018 juga, penulis
berhasil merampungkan buku kumpulan puisi berjudul Puisi 1
Detik! dan menjadi buku ke-20 di mana semua perasaan dan
harapan penulis tertuang melalui puluhan puisi di dalamnya.
Beberapa buku, tulisan dan artikel lainnya dapat pembaca
akses melalui [email protected],
[email protected] dan MD’s writing
[email protected],
http://teachereducationalwriter.blogspot.com, dan
http://dayangswriting.blogspot.com.
102