membantu peserta didik memahami diri kaitannya dengan interaksi dirinya
dengan lingkungan dan etika yang didasari dengan budi pekerti luhur dan
tanggung jawab sosial.
5. Bidang Bimbingan Belajar
Bimbingan Belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti
pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Bidang ini bertujuan
membantu peserta didik dalam mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan
diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan program belajar di sekolah. Bidang bimbingan ini
meliputi pokok-pokok materi berikut:
a. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari
berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya,
mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan tugas (PR), mengembangkan
keterampilan belajar dan menjalani program penilaian.
b. Pengembangan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun
kelompok.
c. Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di SD
6. Bidang Bimbingan Karier
Bimbingan Karier, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karier. Bidang ini bertujuan membantu peserta didik mengenal dunia
kerja agar dapat menentukan kemana selanjutnya mereka akan melangkah
setelah lulus dan mengetahui potensi diri yang dimiliki agar dapat diterapkan
dengan kehidupannya serta dapat membaca peluang karir yang tersedia di
lingkungan sekitarnya.
47
E. Kegiatan Ekstrakurikuler
Permendikbud No 62 tahun 2014 tentang ektrakurikuler menyebutkan
bahwa kegiatan ektrakurikuler merupakan program untuk mengembangkan bakat,
minat dan potensi peserta didik serta memberikan manfaat sosial dalam
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain.
Adapun kegiatan ektrakurikuler SD Negeri Pekunden terdiri atas ektrakurikuler
wajib dan pilihan.
Kegiatan ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan ekstrakurikuler yang
wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh
peserta didik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler pilihan adalah kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan
pendidikan dan dapat diikuti oleh peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-
masing.
Program kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan menjadi tanggung
jawab Kepala Sekolah. Pendidik, tenaga kependidikan, dan instruktur sebagai
pengembang dan pembina kegiatan ekstrakurikuler, serta Komite
sekolah/madrasah sebagai mitra sekolah yang mewakili orang tua peserta didik
dalam pengembangan program dan dukungan pelaksanaan program
ekstrakurikuler.
Adapun kegiatan ektrakurikuler yang diselenggarakan oleh SD Negeri
Pekunden sebagai berikut :
No Jenis Keterangan
Pengembangan Diri
1) Kegiatan Upacara Bendera setiap hari Senin dan hari
1 Kegiatan Rutin besar nasional.
2) Kegiatan apel berkarakter tiap hari Selasa, Rabu
dan Kamis pagi yang di dalamnya terangkai
kemandirian dengan berbaris dan berjalan secara
teratur menuju ke halaman sekolah, hormat
bendera sambil mengumandangkan lagu
kebangsaan Indonesia Raya, menyanyikan
48
bersama lagu nasional/mars SDN Pekunden,
dilanjut dengan melafalkan bersama asmaul
husna dan doa sebelum belajar yang dilakukan
bersama di halaman bagi siswa muslim dan doa
di ruangan khusus bagi non muslim, dalam
rangka menumbuhkan sikap disiplin, mandiri,
religius, nasionalisme, dan penanam pendidikan
berkarakter.
3) Apel pagi dilanjut senam/olah raga pagi dan
Jumat bersih.
4) Kegiatan Asikuria (Aku Sehat, Imanku Kuat, dan
Ceria) setiap Jumat terakhir setiap akhir bulan.
Kegiatan diawali dengan apel berkarakter secara
singkat dilanjut dengan olahraga baik senam
maupun jalan sehat, setelahnya dilanjut dengan
makan bersama dengan menu yang telah
ditentukan yang diatur sedemikianrupa sekaligus
menanamkan nilai kkarakter siswa,
5) Sholat Dzuhur berjamaah, setiap hari Senin s/d
Kamis bagi kelas III, IV,V dan VI
6) Pembiasaan bersedekah setiap hari, one day one
giving
7) Kegiatan peringatan hari besar keagamaan dan
ahalal bihalal
8) Pembiasaan berperilaku sopan, misalnya :
mengucapkan salam, menunduk di saat berjalan
di sekitar orang yang lebih tua, cium tangan
terhadap orang tua dan guru, makan dan minum
tidak sambil berdiri, menjaga kebersihan pribadi
dan berdoa bersama sebelum dan sesudah
pelajaran, membuang sampah di tempah sampah.
49
2 Program Wajib 9) Mengadakan bermacam lomba dalam peringatan
Program Pilihan HUT RI maupun hari besar.
10) Pembiasaan hidup bersih dan sehat.
a. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan
kelas setiap hari sesuai jadwal piket.
b. Membuang sampah ditempat sampah.
c. Melaksanakan kegiatan gosok gigi, cuci
tangan, dan potong kuku.
Pramuka
1) Sebagai pembentukan perilaku disiplin dan santun
2) Sebagai wahana siswa untuk berlatih
berorganisasi
3) Melatih siswa untuk trampil dan mandiri
4) Melatih siswa untuk mempertahankan hidup
5) Memiliki jiwa sosial dan peduli kepada orang
lain
6) Memiliki sikap kerja sama kelompok
7) Dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat
Materi Pramuka: SKU dan SKK Siaga dan Penggalang.
1) Seni Tari
Bertujaun menanamkan rasa estetika dan cinta
budaya, serta melestarikan kebudayaan seni tari
tradisional dan kontenporer, sehingga mampu
mengapresiasikan dan berprestasi dalam Seni
tari.
2) Paduan Suara
Bertujuan mengenalkan anak terhadap lagu-lagu
wajib nasional dan daerah yang dinyanyikan
dalam setiap upacara bendera.
3) Seni Lukis / Menggambar
50
Bertujuan agar siswa dapat berekspresi dan
berekplorasi sekaligus menyalurkan minat bakat
serta berprestasi dengan seni lukis.
4) Karawitan
Bertujuan menanamkan rasa cinta musik
tradisional etnis budaya jawa, serta melestarikan
kebudayaan seni musik tradisional gamelan,
sehingga mampu mengapresiasikan dan
berprestasi dalam musik tradisional gamelan.
5) Keroncong
Bertujuan menanamkan rasa cinta musik
tradisional etnis budaya jawa, serta melestarikan
kebudayaan seni musik tradisional keroncong,
sehingga mampu mengapresiasikan dan
berprestasi dalam musik tradisional keroncong.
6) Keyboard
Bertujuan menegmbangkan bakat siswa di bidang
musik keyboard, sehingga mampu
mengapresiasikan dan berprestasi dalam musik
keyboard.
7) Seni Rebana
Bertujuan menanamkan rasa cinta musik islami
serta melestarikan kebudayaan seni musik
tradisional rebana serta shalawat, sehingga
mampu mengapresiasikan dan berprestasi dalam
musik tradisional rebana.
8) Tilawah/seni baca Alquran
Bertujuan agar siswa mampu membaca Alquran
sesuai kaidah lagu tilawah.
9) Baca Tulis Al Qur’an
Bertujuan agar siswa mampu membaca, dan
51
menulis Al Quran dengan baik, benar, dan lancar.
10) Paskibra
Bertujuan membentuk sikap tertib dan disiplin
serta mampu menjadi petugas upacara yang baik
11) Senam artistik dan Senam artistic
Bertujuan menegmbangkan bakat siswa di bidang
Senam artistik dan Senam artistic, sehingga
mampu mengapresiasikan dan berprestasi dalam
kompetisi Senam artistik maupun Senam artistic.
12) Tenis meja
Bertujuan menegmbangkan bakat siswa di cabang
Tenis meja, sehingga mampu mengapresiasikan
dan berprestasi dalam kompetisi cabang Tenis
meja.
13) Karate
Bertujuan menegmbangkan bakat siswa di cabang
Karate, sehingga mampu mengapresiasikan dan
berprestasi dalam kompetisi cabang Karate.
14) Bola Voly
Bertujuan menegmbangkan bakat siswa di cabang
Bola Voly, sehingga mampu mengapresiasikan
dan berprestasi dalam kompetisi cabang Bola
Voly.
15) BTQ ( Baca Tulis Quran )
Bertujuan agar siswa mampu membaca, dan menulis
Al Quran dengan baik, benar, dan lancar.
52
Kegiatan pengembangan diri dinilai dan dilaporkan secara berkala kepada sekolah
dan orang tua dalam bentuk kualitatif :
Kategori Keterangan
A = 86-100 Sangat Baik
B = 76 – 85 Baik
C = 56- 75 Cukup
D = 0 -55 Kurang
Adapun Jadwal Ekstra kurikuler SD Negeri Pekunden terlampir.
F. Penguatan Pendidikan Karakter Bangsa.
Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 dan permendikbud nomor 20
tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menjadikan pendidikan
karakter sebagai platform pendidikan nasional untuk membekali peserta didik
sebagai generasi emas tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan karakter yang baik
guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan (Pasal 2). Perpres ini
menjadi landasan awal untuk kembali meletakkan pendidikan karakter sebagai
jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.Kurikulum 2013
sebagai rujukan proses pembelajaran pada satuan pendidikan, perlu
mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Integrasi tersebut bukan
sebagai program tambahan atau sisipan, melainkan sebagai cara mendidik dan
belajar bagi seluruh pelaku pendidikan di satuan pendidikan.
Perpres No.87 Tahun 2017 tentang PPK mendefinisikan PPK sebagai
“Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah
pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan,
keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM)” (Pasal 1, ayat 1)
Harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga ini perlu menjadi
dimensi dalam setiap program dan kegiatan di sekolah dalam rangka menanamkan
nilai-nilai kebaikan agar individu tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang
53
sehat secara jasmani, rohani, dan moral. Dalam Perpres dijelaskan bahwa fokus
PPK adalah nilai-nilai Pancasila. “PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius,
jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab”
(Pasal 3)
Sangat jelas bahwa pengintegrasian PPK dalam implementasi Kurikulum
2013 perlu diletakkan dalam kerangka pembentukan karakter peserta didik dengan
nilai-nilai kebaikan yang merupakan impmelentasi nilai-nilai Pancasila. Fokus
pendekatan PPK dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah pada pendidikan
karakter berbasis kelas.
Pendidikan karakter berbasis kelas merupakan keseluruhan interaksi antara
pendidik dan peserta didik dalam proses pemelajaran untuk memenuhi tuntutan
minimal dalam kurikulum yang disepakati. Pendidikan karakter berbasis kelas
berbicara tentang bagaimana relasi atau hubungan antara guru dan peserta didik
dalam konteks pembelajaran formal isi kurikulum. Selain itu, dalam pendekatan
ini, bagaimana guru mengintegrasikan nilai-nilai pembentukan karakter dalam
proses pembelajaran yang terintagrasi dalam kurikulum menjadi sangat penting.
Guru perlu memahami bagaimana cara mempersiapkan dan mengintagrasikannya
dalam proses pembelajaran melalui pemilihan metodologi pembelajaran,
pengelolaan kelas, dan cara membuat evaluasi. Hal-hal ini menjadi bagian penting
yang perlu dipahami pendidik dalam rangka mengintegrasikan penguatan
pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013.
Tiga pendekatan dalam PPK secara konseptual bisa dibedakan, misalnya:
1. Pendidikan karakter berbasis kelas terbatas pada relasi antara guru dan siswa di
dalam kelas dalam proses pembelajaran.
2. Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan pembentukan karakter
yang dilakukan melalui berbagai macam kegiatan yang melibatkan seluruh
anggota komunitas sekolah, namun masih terbatas sebagai kegiatan sekolah di
54
lingkungan sekolah. PPK berbasis budaya sekolah dilaksanakan antara lain
melalui hal-hal sebagai berikut :
a. Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai karakter dalam keseharian sekolah.
b. Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan sekolah.
c. Melibatkan seluruh eskosistem pendidikan di sekolah.
d. Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi
peserta didik melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
e. Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
f. Mempertimbangkan dan mengevaluasi norma, peraturan, dan tradisi
sekolah.
3. Pendidikan karakter berbasis masyarakat adalah berbagai macam bentuk
kolaborasi antara sekolah dengan pihak lain di luar lingkungan sekolah,
terutama orang tua, dalam bentuk komite sekolah, atau kerjasama sekolah
dengan lembaga-lembaga dan komunitas lain yang mendukung proses
pembentukan karakter peserta didik.
Namun secara praktis, tiga pendekatan ini sesungguhnya dapat beririsan
satu sama lain. Misalnya, ketika seorang guru dalam mengajar memberikan tugas
kepada peserta didik untuk melakukan wawancara dengan masyarakat setempat,
atau melakukan kunjungan situs-situs resmi benda cagar budaya, maka selain
terdapat implementasi pendidikan karakter berbasis kelas, juga terdapat
implementasi pendidikan karakter berbasis masyarakat. Jadi sesungguhnya, dalam
praksis, ketiga pendekatan itu bisa beririsan satu sama lain.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan
kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter
Bangsa Tahun 2010 juga merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir
8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam
pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak,
dalam mengelola sekolah.
Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam
pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan.
55
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai
yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK.
Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang
Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi
sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup
rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini
meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan,
individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai
karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga
keutuhan ciptaan.Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi,
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,
kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan,
melindungi yang kecil dan tersisih.
Nama Kegiatan Pembiasaan Pelaksanaan
1. senyum, salam, salim, sapa, Setiap hari
sopan, santun
2. Shalat berjamaah dhuhur Setiap hari Senin - Kamis
3. Berdoa sebelum dan sesudah Setiap awal dan akhir KBM
pembelajaran
4. Pengajian bulanan Setiap bakda ashar Jumat akhir bulan
5. Peringatan hari besar islam Menyesuaikan momen
6. Santunan Yatim, dan Dzuafa Setiap 10 Muharam dan jelang Ujian
kelas 6
7. Buka Puasa dan Tarawih Setiap bulan Ramamdhan
Bersama
56
8. Penyembelihan Hewan Setiap perayaan Hari Raya Idul Adha
Qurban
Setap bula Ramadhan menjelang Hari
9. Penyaluran Zakat Fitrah Raya Idul Fitri
Setiap awal masuk setelah libur hari
10. Halal bihalal raya
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,
menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta
tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman
budaya, suku,dan agama.
Nama Kegiatan Pembiasaan Pelaksanaan
1. Menyanyikan Lagu Indonesia Setiap hari Selasa dan Kamis
sebelum KBM dimulai
Raya, Mars PPK, Mars SDN
Pekunden bersama-sama Setiap hari setelah KBM
2. Menyanyikan Lagu
Nasional/Daerah Setiap pagi sebelum KBM , saat
istirahat dan setelah KBM
3. Diputarkan lagu-lagu nasional mengiringi perpulangan siswa
dan daerah Tanggal 1 Juni
o Memperingati Hari Lahir Tanggal 14 Agustus
Pancasila Tanggal 17 Agustus
o Memperingati Hari Pramuka
o Memperingati Hari
Kemerdekaan RI
57
o Memperingati Hari Kesaktian Tanggal 1 Oktober
Pancasila
o Memperingati Hari Kartini Tanggal 21 April
o Memperingati Hari Sumpah Tanggal 28 Oktober
Pemuda
o Memperingati Kebangkitan Tanggal 20 Mei
Nasional
o Memperingati Hari Pendidikan Tanggal 2 Mei
Nasional
o Memperingati Hari Pahlawan Tanggal 10 November
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung
pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.Subnilai mandiri antara lain etos
kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif,
keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Kegiatan dan pelaksanaan karakter Mandiri di SDN Pekunden sebagai
berikut;
Nama Kegiatan Pembiasaan Pelaksanaan
o Melaksananakan tugas sekolah Menyesuaikan waktu
secara mandiri
o Kegiatan literasi kelas Setiap hari sebelum KBM
o Melaksanakan tugas dokter Setiap hari sesuai jadwal
kecil
o Melaksanakan tugas rompi Setiap hari sesuai jadwal
berkarakter
o Tampil dalam kegiatan sekolah Menyesuaikan waktu
58
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama,
menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada
orang-orang yang membutuhkan.Subnilai gotong royong antara lain
menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama,
musyawarah mufakat, tolong- menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi,
anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
Kegiatan dan pelaksanaan karakter Gotong royong di SDN Pekunden
sebagai berikut;
Nama Kegiatan Pembiasaan Pelaksanaan
Setiap hari Jumat sebelum memulai
o Kegiatan jumat bersih KBM
Setiap hari sesuai jadwal
o Piket kelas Menyesuaikan waktu
o Kerja bakti Menyesuaikan waktu
o Kerja kelompok Setiap hari sesuai jadwal
o Melaksanakan tugas dokter
Setiap hari sesuai jadwal
kecil
o Melaksanakan tugas rompi
berkarakter
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif
terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan
yang berdasarkan kebenaran.Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta
pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab,
59
keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang
disabilitas).
Kegiatan dan pelaksanaan karakter integritas di SDN Pekunden sebagai
berikut;
Nama Kegiatan Pembiasaan Pelaksanaan
o Kantin kejujuran Senin – Juamt
o Perlaku berkarakter Setiap hari
o Mengerjakan soal ulangan Senin – Juamt
dengan jujur
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri dan berkembang
sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang
secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun
pendidikan karakter dimulai, individu dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-
nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius
sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan
secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,
maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai- nilai
religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme,
kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama
nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus
dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh
bersama nilai-nilai lainnya. Pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat
penting di dalam membentuk kepribadian anak.
60
PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DI KELAS I –VI SDN PEKUNDEN
HARI PROGRAM/MATERI KETERANGAN
Menghias, menjaga dan merawat kelas, dari tema- Kelas I-VI
tema kelas yang mendidik dan mengandung nilai
karakter. Diantaranya adalah:
Kelas I : kelas Bali dan kelas Dayak
Kelas II : kelas Bugis dan kelas Banten
Kelas III : kelas Madura dan kelas Aceh
Kelas IV : kelas Betawi dan kelas Batak
Kelas V : kelas Sasak dan kelas Banjar
Kelas VI : kelas Minang dan kelas Sunda
Senin • Upacara bendera persiapan pukul 06.50 Kelas I-VI
• Senyum, Sapa dan Salam kepada semua
warga sekolah
• Berbaris saat menuju kelas
• Literasi/membaca buku selama 15 menit
• Berdoa sebelum dan sesudah belajar
• Pembelajaran yang mengembangkan nilai
karakter bangsa
• Menyanyikan lagu daerah sebelum pulang
• Shalat dhuha
• Shalat dzuhur berjamaah
• Pendidikan karakter tentang sopan santun
Selasa • Kegiatan apel berkarakter yang di dalamnya Kelas I-VI
terangkai kemandirian dengan berbaris dan
berjalan secara teratur menuju ke halaman
sekolah, hormat bendera sambil
mengumandangkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, menyanyikan bersama lagu
61
Rabu nasional/mars SDN Pekunden, dilanjut dengan Kelas I-VI
melafalkan bersama asmaul husna dan doa
sebelum belajar yang dilakukan bersama di
halaman bagi siswa muslim dan doa di
ruangan khusus bagi non muslim, dalam
rangka menumbuhkan sikap disiplin, mandiri,
religius, nasionalisme, dan penanam
pendidikan berkarakter.
• Literasi/membaca buku selama 15 menit
• Berdoa sebelum dan sesudah belajar
• Pembelajaran yang mengembangkan nilai
karakter bangsa
• Menyanyikan lagu daerah sebelum pulang
• Shalat dhuha
• Shalat dzuhur berjamaah
• Pendidikan karakter tentang sopan santun
• Kegiatan apel berkarakter yang di dalamnya
terangkai kemandirian dengan berbaris dan
berjalan secara teratur menuju ke halaman
sekolah, hormat bendera sambil
mengumandangkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, menyanyikan bersama lagu
nasional/mars SDN Pekunden, dilanjut dengan
melafalkan bersama asmaul husna dan doa
sebelum belajar yang dilakukan bersama di
halaman bagi siswa muslim dan doa di
ruangan khusus bagi non muslim, dalam
rangka menumbuhkan sikap disiplin, mandiri,
religius, nasionalisme, dan penanam
pendidikan berkarakter.
62
Kamis • Berbaris saat menuju kelas Kelas I-VI
• Literasi/membaca buku selama 15 menit
• Berdoa sebelum dan sesudah belajar
• Pembelajaran yang mengembangkan nilai
karakter bangsa
• Menyanyikan lagu daerah sebelum pulang
• Shalat dhuha
• Shalat dzuhur berjamaah
• Pendidikan karakter tentang sopan santun
• Kegiatan apel berkarakter yang di dalamnya
terangkai kemandirian dengan berbaris dan
berjalan secara teratur menuju ke halaman
sekolah, hormat bendera sambil
mengumandangkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, menyanyikan bersama lagu
nasional/mars SDN Pekunden, dilanjut dengan
melafalkan bersama asmaul husna dan doa
sebelum belajar yang dilakukan bersama di
halaman bagi siswa muslim dan doa di
ruangan khusus bagi non muslim, dalam
rangka menumbuhkan sikap disiplin, mandiri,
religius, nasionalisme, dan penanam
pendidikan berkarakter.
• Berbaris saat menuju kelas
• Literasi/membaca buku selama 15 menit
• Berdoa sebelum dan sesudah belajar
• Pembelajaran yang mengembangkan nilai
karakter bangsa
• Menyanyikan lagu daerah sebelum pulang
• Shalat dhuha
63
Jum’at • Shalat dzuhur berjamaah Kelas I-VI
• Pendidikan karakter tentang sopan santun
• Kegiatan apel berkarakter yang di dalamnya
terangkai kemandirian dengan berbaris dan
berjalan secara teratur menuju ke halaman
sekolah, hormat bendera sambil
mengumandangkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, dilanjutkan dengan berdoa
sesuai agama masing-masing dengan
menundukkan kepala, dilanjut senam/olah
raga pagi dan Jumat bersih.
• Kegiatan Asikuria (Aku Sehat, Imanku Kuat,
dan Ceria) setiap Jumat terakhir setiap akhir
bulan.
Kegiatan diawali dengan kegiatan apel
berkarakter yang di dalamnya terangkai
kemandirian dengan berbaris dan berjalan
secara teratur menuju ke halaman sekolah,
hormat bendera sambil mengumandangkan
lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan
dengan berdoa sesuai agama masing-masing
dengan menundukkan, selanjutnya olahraga
masal baik senam maupun jalan sehat,
setelahnya dilanjut dengan makan bersama
dengan menu yang telah ditentukan yang
diatur sedemikianrupa sekaligus menanamkan
nilai kkarakter siswa
• Berbaris saat menuju kelas
• Literasi/membaca buku selama 15 menit
• Berdoa sebelum dan sesudah belajar
64
• Pembelajaran yang mengembangkan nilai Kelas III, IV
karakter bangsa (Siaga)
• Menyanyikan lagu daerah sebelum pulang Kelas V, VI
• Shalat dhuha (Penggalang)
• Pendidikan karakter tentang sopan santun
• Pramuka untuk Siaga dan Penggalang pada
pukul 14.00 – 16.00 WIB
G. Pendidikan Anti Korupsi
Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 10 tahun 2019 tentang
implementasi pendidikan anti korupsi di jawa tengah dan Perpres No.87 Tahun
2017 tentang Peneguatan Pendididkan Karakter menjabarkan bahwa pendidikan di
bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta
didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan
pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat
sebagai bagian dari gerakan nasional revolusi mental yang di dalamnya tersirat
jelas tentang penanaman nilai integritas pada peserta didik
Secara mental, seperti yang disebutkan Koentjaraningrat selaku pakar
antropologi Indonesia bahwa orang Indonesia memiliki karakter khusus yang
menjadi cikal bakal tindakan korupsi. Beberapa dantara sikap tersebut adalah
menganggap rendah kualitas, menyukai budaya instan, tidak percaya diri, tidak
disiplin dan sering mengabaikan tanggung jawab. Sikap-sikap negatif semacam
ini perlu dijauhkan dari mental generasi bangsa Indonesia sejak dari masa
pendidikan di sekolah dan kampus sebagai tempat pendidikan karakter yang baik.
Pemerintah melalui Komisi Pemberantasan Anti Korupsi (KPK) telah melakukan
kampanye anti korupsi ke lembaga pendidikan. Kurikulum pendidikan anti
korupsi mulai dikembangkan di sekolah-sekolah dengan penyesuaian konsep dan
65
target sasaran yang hendak dicapai di jenjang lembaga pendidikan terkait. Dari
mulai Sekolah Dasar, pelaksanaan pendidikan ini mulai digalakkan. Mengapa
pendidikan anti rasuah ini perlu diajarkan di dunia pendidikan? Berikut beberapa
alasannya:
1. Korupsi sebagai budaya kolonial di Indonesia sudah dalam kondisi yang
sangat parah.
2. Budaya suka sama suka dalam melakukan korupsi menjadi tradisi yang sulit
diungkap. Bahkan sudah tidak disadari lagi oleh pelakunya bahwa hal
tersebut merupakan tindakan terlarang, berdosa dan merugikan banyak orang.
3. Korupsi terjadi di semua level kehidupan, bahkan di lembaga pendidikan pun
terjadi. Kondisi di tepi jurang inilah yang menyebabkan target pemahaman
perlu dilakukan dari akar rumput dan dalam jangka waktu yang panjang.
Lembaga pendidikan sebagai lokomotif pembentukan karakter generasi
bangsa harus menjadi tempat pengajaran yang kuat terhadap pendidikan anti
korupsi tersebut.
Pelaksanaan pendidikan anti korupsi di sekolah adalah upaya untuk
mengatasi mentalitas dan sikap-sikap dasar yang mengarah pada tindakan korupsi
yang curang. Dalam proses pembelajaran misalnya, seorang siswa atau mahasiswa
yang mencontek saat ujian, sebenarnya ini adalah tindakan korupsi nyata yang
dilakukan dalam skala kecil.
Tidak disiplin pada waktu, penerimaan peserta didik yang dilakukan
dengan curang, manipulasi nilai, gratifikasi dan sebagainya merupakan tindakan-
tindakan korupsi kecil yang ada di lingkungan dunia pendidikan. Dari sinilah
sikap korupsi bisa muncul, sehingga sebelum nantinya generasi muda tumbuh dan
menghadapi kehidupan bernegara yang lebih luas, lembaga pendidikan harus lebih
dulu menanamkan sikap-sikap anti korupsi. Jika saat sekolah saja sering
melakukan korupsi, bagaimana setelah menjadi pejabat? Maka tanggung jawab
lembaga pendidikan harus menghapus budaya negatif tersebut.
66
Lembaga pendidikan adalah tempat pengembangan pendidikan karakter
yang aplikatif. Namun, faktanya memang kebanyakan peserta didik masih
menjadi karakter sebagai hafalan materi pendidikan, bukan dilakukan secara
implementatif. Nilai karakter yang sudah dipahami semestinya terbentuk secara
nyata dalam tindakan seseorang, bukan sebatas materi pembelajaran yang hanya
dihafal tanpa ada pelaksanaan secara nyata. Mengajarkan anak untuk tidak korupsi
sejak dini perlu dilakukan dengan tindakan dan contoh nyata perbuatan, tidak lagi
melalui teori-teori pembelajaran.Guru maupun tenaga pengajar serta pengelola
lembaga pendidikan penting memahami jika untuk mendidikan anak tidak korupsi
harus didahului contoh dari orang-orang tua yang ada di lembaga pendidikan
terkait.
Pendidikan karakter anti korupsi di lembaga pendidikan dilakukan dengan
dua tahapan awal yakni dengan menentukan ruang dan target pembelajaran yang
hendak dicapai, lalu selanjutnya dibuat kurikulum yang sesuai untuk mencapai
target-target tersebut.
Berikut ini tujuan pelaksanaan pendidikan anti korupsi yang dilakukan
SDN Pekunden:
1. Pola kurikulum yang diajarkan disesuaikan dengan tahap perkembangan usia
anak sehingga lebih mudah diterima dan diaplikasikan. Salah satu pola
pengajaran pendidikan anti korupsi yang dilakukan adalah jangka panjang.
Kondisi yang sudah sangat parah tidak bisa diatasi dalam waktu sehari, dua
hari atau satu tahun saja, tetapi harus dilakukan bertahun-tahun, bahkan bisa
jadi seumur dengan usia seseorang. Enam tahun di bangku Sekolah Dasar
adalah waktu yang ideal dalam memberikan pundasi bagi peserta didik
2. Tradisi yang sudah sangat akut membudaya di masyarakat harus dipahamkan
sejak dini. Lembaga pendidikan menaungi pendidikan sejak usia dini hingga
selevel profesor doktor. Maka sangat tepat jika di lembaga pendidikan
diajarkan pendidikan anti korupsi sebagai pembelajaran seumur hidup yang
perlu diberikan kepada generasi Indonesia. Bukan hanya anak-anak, tetapi
67
orang tua juga penting mendapatkan pembelajaran ini. Hal ini menjadikan
satu pola pendidikan anti korupsi di SDN Pekunden bukan hanya pengajaran
namun lebih menjadi pembiasaan agar menjadi buudaya di sekolah, di rumah,
hingga di masyarakat
Menanamkan Nilai-Nilai Anti Korupsi di SDN Pekunden
Ada 9 nilai anti korupsi yang penting diajarkan kepada peserta didik untuk
membantu membentengi dari sikap korupsi melalui kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler, ekstra kurikuler dan melalui pembiasaan siswa di lingkungan
sekolah.
1. Penanaman sikap korupsi melalui kegiatan intrakurikuler
Pendidikan anti korupsi dalam kegiatan intrakurikuler adalah melalui proses
kegiatan pembelajaran di kelas, yang tertuang dalam Silabus hingga rencana
pembelajaran (perangkat pembelajaran).
2. Penanaman sikap korupsi melalui kegiatan kokurikuler
Pendidikan anti korupsi dalam kegiatan kokurikuler adalah melalui proses
kegiatan pemadatan, pengayaan, jam tambahan maupun saat pendampingan
siswa baik saat menyiapkan lomba maupun saat mendampingi siswa yang
belum mermenuhi kriteria ketuntasan minimum kelas.
3. Penanaman sikap korupsi melalui kegiatan ekstra kokurikuler
Pendidikan anti korupsi dalam kegiatan kokurikuler adalah melalui proses
kegiatan ektra kurikuler sekolah, dengan memasukkan nilai-nilai dan sikap
anti korupsi di setiap proses kegiatan ekstra kurikuler
4. Penanaman sikap korupsi melalui kegiatan pembiasaan di lingkungan
sekolah.
Pendidikan anti korupsi dalam kegiatan pembiasaan di lingkungan sekolah
adalah diawali dari sikap siswa saat masuk lingkungan sekolah, saat
mengikuti apel berkarakter pancasila, saat kegiatan pembelajaran, saat
istirahat, saat di kantin sekolah, saat beribadah, dan semua kegiatan siswa di
lingkungan sekolah.
68
Sikap-sikap yang ditekankan di antaranya adalah kejujuran, tanggung jawab,
kesederhanaan, kepedulian, kemandirian, disiplin, keadilan, kerja keras, dan
keberanian. Penanaman sikap di atas diharapkan agar kelak generasi bangsa
Indonesia jauh dari tradisi kolonial yang sudah membudaya.
H. Pendidikan Kecakapan Hidup
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan 22 tahun 1999 tentang pendidikan
kecakapan hidup, terencana melalui kegiatan berikut :
PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
NO PROGRAM
1 Optimalisasi kegiatan di laboratprium MIPA melalui kegiatan praktikum
2 Pendidikan Teknologi Dasar yang dilaksanakan melaui kegiatan
ekstrakurikuler
3 Gegiatan pembelajarann di luar kelas (outing class)
4 Kelas inspirasi, menghadirkan orang sukses di bidangnya untuk bercerita
dann memberikan motifasi dan inspirasi pada siswa
5 Optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler
I. Pembinaan Pendidikan Keluarga
Pemendikbud nomor 30 tahun 2017 tentang pelibatan keluarga pada
penyelenggaraan pendidikan, diaplikasikan di SDN Pekunden melalui beberapa
kegiatan antara lain sebagai berikui:
PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA
NO PROGRAM
1 HPMS (Hari Pertama Masuk Sekolah ) siswa baru berangkat ke sekolah
bersama dengan orangtuanya sebagai ajang perkenalan antar wali murid
dan wali murid dengan guru
69
2 Pemasangan bendera umbul-umbul di lingkungan Sekolah
3 Kelas inspirasi dengan menghadirkan alumni SD Negeri Pekunden yang
sudah sukses
4 Bantuan alumni pada setiap program sekolah
5 Kerja sama dan komunikasi yang intens dengan pengawas sekolah,
paguyuban sekolah dan komite sekolah
6 Menjalin komunikasi yang intens dengan orangtua siswa melalui
pembuatan group Whatsapp dan pertemuan langsung dengan wali murid
minimal 2 kali dalam satu tahun
7 Pertemuan sekolah dengan wali murid beserta paguyuban dan komite
sekolah untuk membahas program sekolah minimal 2 kali dalam setahun
J. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Dan Global
1. Pendidikan berbasis keunggulan lokal
Kota Semarang memiliki kekhasan sebagai Kota Metropolitan/ Kota
Industri yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor
perisdustrian dan perdagangan dan jasa ,maka untuk menyikapi tantangan yang
dihadapi saat ini serta melestarikan keunggulan Kota Semarang, peserta didik
dituntut memiliki kemampuan pendidikan berwawasan lokal diantaranya :
a. Bidang industri, perdagangan, dan jasa yang menjadi ciri khas Kota
Semarang akan diusahakan semaksimal mungkin menjadi media
pembelajaran diberbagai mata pelajaran dan melalui Pengenalan
Tehnologi Dasar yang masuk dalam muatan lokal sekolah SD Negeri
Pekunden.
b. Seni dan budaya Semarang dilatihkan kepada peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
c. Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dijadikan mata pelajaran tersendiri dalam
pembelajaran Muatan Lokal.
d. Kota Semarang sebagai kota religius,maka peserta didik diwajibkan
mampu membaca dan menulis Al Qur’an.
70
2. Pendidikan berbasis keunggulan global
Menyikapi tantangan era globalisasi yang semakin besar, arus informasi
semakin cepat dan persaingan semakin kuat,maka dipersiapkan sejak dini
berbagai kegiatan yang menunjang diantaranya :
a. Pembelajaran bahasa inggris sebagai bahasa Internasional diberikan dalm
kegiatan ektrakurikuler.
b. Memberikan latihan dasar TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) dan
Pengenalan media internet untuk menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman.
K. Pendidikan Adiwiyata
Permasalahan lingkungan hidup saat ini bukan menjadi tanggung jawab
pemerintah saja, akan tetapi segenap elemen masyarakat memiliki peran dan
tanggung jawab yang sama. Satu diantaranya elemen masyarakat yang berperan
penting dalam hal ini adalah Lembaga pendidikan. Sekolah merupakan lembaga
terkecil dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan tanggung jawab akan
kwalitas pendidikan dan bagian terintegrasi dalam pengembangan sumber daya
manusia. SD Negeri Pekunden Semarang sebagai lembaga pendidikan
bertanggung jawab terhadap perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik
sesuai harapan orang tua, guru dan masysrakat. Salah satu perilaku yang
diharapkan adalah bagaimana peserta didik memiliki kesadaran akan pentingnya
kelestarian lingkungan hidup dalam hal ini sekolah berusaha merubah paradigma
tentang kebersihan dan lingkungan hidup, yang dimulai dari pendidikan formal
dengan harapan perilaku kalangan dunia pendidikan khususnya siswa-siswi SD
Negeri Pekunden dapat member dampak positif dimasyarakat sekitarnya.
1. Pengertian Dan Tujuan Adiwiyata
Pedoman pelaksanaan Program Adiwiyata adalah Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2009.
71
2. Pengertian Adiwiyata
Tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu
pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar
manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita
pembangunan berkelanjutan.
3. Tujuan Adiwiyata
Mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya
perlindungan dan pengeloaan lingkungan melalui kelola sekolah yang baik
untuk mendukukng pembangunan berkelanjutan.
4. Prinsip-Prinsip Dasar Program Adiwiyata
a. Partisipatif
Komunitas sekolah terlihat dalam menejemen yang meliputi keseluruhan
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan
peran.
b. Berkelanjutan
Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus
secara komprehensif.
5. Komponen dan Program Adiwiyata
SD Negeri Pekunden mempunyai tujuan dalam Adiwiyata, untuk
mencapai tujuan adiwiyata SD Negeri Pekunden akan mengembangkan
program 7 K yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Demi menciptakan
kondisi belajar yang nyaman bagi siswa menjadi tujuan dari setiap sekolah
pada umumnya, karena dengan kondisi yang nyaman tersebut memudahkan
siswa menerima ilmu pengetahuan dengan baik dan mendorong siswa untuk
berkompetisi dan berprestasi, serta sebagai salah satu cara membentuk karakter
dan kepribadian siswa Iapabila diterapkan dengan baik. Karena telah men
cakup beberapa aspek yang mampu menciptakan siswa-siswi unggul dalam
budi pekerti dan prestasi akademik. Program 7 K di SD Negeri Pekunden
tersebut adalah :
72
a. Keamanan bertujuan untuk menciptakan rasa aman karena sebagai
landasan utama dalam menjalankan semua aktifitas terutama
belajar.Dengan adanya jaminan keamanan ini kan memperlancar proses
kegiatan belajar mengajar dan bias meminimalkan gangguan. Contoh: jaga
malam, jaga gerbang, keamanan ruang kelas.
b. Ketertiban adanya ketertiban menjalankan kegiatan belajar mengajar akan
berdampak positip dalam keberhasilan siswa , dimana ketertiban akan
membangun mental produktif teratur dan disiplin sehingga diharapkan
siswa mampu mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Contoh:
Upacara, operasi rambut dan kuku, operasi kelengkapan seragam.
c. Kebersihan bertujuan agar dapat menjaga kebersihan baik kebersihan diri
sendiri, ruang kelas, lingkungan disekitar sekolah sangatlah penting perlu
dilakukan, dengan kebersihan ini diharapkan dapat menciptakan keindahan
dan mengurangi ketidak nyamanan dalam belajar mengajar. Contoh :
kebersihan kelas, kebersihan halaman, kebersihan toilet, kebersihan setiap
ruangan sekolah.
d. Keindahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang indah
menarik akan mampu meningkatkan rasa kecintaan kepada seni dan
nyaman berada di sekolah seperti bagaimana kita menghias kelas,
lingkungan sekolah serta tidak melakukan corat-coret didinding, kursi dan
meja.
e. Kekeluargaan bertujuan untuk membangun serta menjalin kekeluargaan
selama kegiatan belajar mengajar hingga mampu meningkatkan rasa
simpati dan empati bagi semua pihak dan terbentuk rasa memiliki dan
kecintaan pada almamater. Contoh: menjenguk orang sakit, melyat,
menghadirir pernikahan, syukuran, out bond.
f. Kerindangan bertujuan untuk melaksanakan penghijauan dilingkungan
sekolah menjadi syarat utama mengurangi pemanasan global yang tengah
mengancam bumi ini sangat diperlukan. Contoh: penanaman pohon
dilingkungan sekolah, penanaman bunga.
73
g. Kesehatan bertujuan untuk menyadarkan bahwa kesehatan adalah
kewajiban pokok bagi semua orang, karena dengan adanya kesehatan
jaminan semua aktifitas kita bias terlaksana dengan baik. Contoh:
sosialisai dari puskesmas, pengelolaan sampah, kegiatan olahraga.
Dengan adanya sosialisasi terhadap program sekolah tentang 7 K ini
diharapkan akan mampu membantu dalam pembentukan pribadi-pribadi yang
unggul dan memiliki karakter yang kuat dari sekolah. Mari kita dukung
program 7 K dengan saling mengingatkan dan memberikan contoh kepada
siswa semua agar bias menjalankan program ini untuk hal-hal yang lebih lagi
dimasa depan.
6. Materi Pembelajaran Adiwiyata
KELAS MATERI
I 1. Pengenalan jenis-jenis sampah
2. Pengenalan teknik pemilahan sampah
3. Mengajarkan membuang sampah sesuai dengan jenisnya
II 1. Membudayakan membuang sampah pada tempatnya
2. Mengajarkan siswa untuk peduli terhadap lingkungan sekitar
dimulai dari kelasnya
3. Mengenalkan teknik pengolahan sampah plastik
III 1. Mengajak siswa untuk hemat dalam penggunaan listrik, air dan
ATK
2. Membuat kerajinan tangan dari sampah plastik secara
sederhana
3. Mengajak siswa untuk mengurangi penggunaan sampah plastik
IV 1. Mengajarkan siswa untuk mendaur ulang sampah
2. Mengenalkan pembuatan pupuk organik dari sisa
makanan/bekal siswa
3. Pemanfaatan lahan tidur
4. Memeriksa bak air atau tampungan agar bebas dari jentik
74
V 1. Pembuatan taman toga
2. Pembibitan
3. Penataan tanaman pada greenhouse menggunakan pot dari
bahan bekas berupa botol
4. Membiasakan minum air putih
5. Membiasakan membeli makanan yang bersih , sehat dan bebas
dari 3P
6. Menerapkan PHBS
7. Memeriksa bak air atau tampungan agar bebas dari jentik
VI 1. Membuat kerajinan tangan dari bahan bekas dan plastik
2. Memanfaatkan greenhouse sebagai media pembelajaran
3. Membiasakan untuk menyiram tanaman
4. Mengenalkan sumur resapan, biopori dan rain harvesting
5. Mengenalkan pembudidayaan atau pembibitan lele
6. Mengenalkan pengolahan tanaman yang ada di lingkungan
sekolah
7. Memeriksa bak air atau tampungan agar bebas dari jentik
8. Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya di
lingkungan sekolah saja namun di lingkungan masyarakat
L. Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara.
GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik.
Adapun tujuannya untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan
Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu
75
bertujuan juga agar menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah;
meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat; menjadikan
sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga
sekolah mampu mengelola pengetahuan; menjaga keberlanjutan pembelajaran
dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi
membaca.
GLS di SD Negeri Pekunden diharapkan akan menciptakan ekosistem
pendidikan di SD yang literat. Ekosistem pendidikan yang literat adalah
lingkungan yang menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan
semangat warganya dalam belajar; semua warganya menunjukkan empati, peduli,
dan menghargai sesama; menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta
pengetahuan; memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat
berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; dan mengakomodasi partisipasi
seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal SD.
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah SD Negeri Pekunden melalui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai one day one riding. Kegiatan membaca yang dapat dilakukan
adalah membacakan buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca
dalam hati (sustained silent reading/SSR).
2. Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit
membaca.
3. Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran dengan
menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata
pelajaran.
4. Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui pemanfaatan sarana dan
prasarana sekolah, antara lain perpustakaan, sudut buku kelas, area baca,
kebun sekolah, kantin, UKS, dll. Untuk menumbuhkan minat baca warga
sekolah, sarana prasarana ini dapat diperkaya dengan bahan kaya teks
(print-rich material).
76
5. Melibatkan komunitas di luar sekolah yaitu perpustakaan keliling dalam
kegiatan 15 menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta
pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut buku kelas.
6. Memilih buku bacaan yang baik .
7. Menyediakan sarana perpustakaan yang representatif, pojok baca di tiap
kelas, cafe literasi, angkringan baca, dan gerobag baca.
GLS di SD Negeri Pekunden dilaksanakan secara bertahap dengan
mempertimbangkan kesiapan sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas
fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga
sekolah (peserta didik, tenaga guru, orang tua, dan komponen masyarakat lain),
dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan
kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan
keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS SD Negeri Pekunden
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran.
Pembiasaan Pengembangan Pembelajaran
Langkah-langkah Langkah-langkah Langkah-langkah
kegiatan:
a. Membaca 15 menit kegiatan: kegiatan
sebelum
pelajarandimulai a. Membaca terpandu a. Menyediakan
b. Menata sarana dan
lingkungan kaya b. Membaca bersama pembelajaran terpandu
literasi
c. Menciptakan c. Aneka karya berbasis literasi
lingkungan
kaya teks kreativitas seperti b. Menata kelas berbasis
d. Memilih buku bacaan
di SD Workbook, Skill literasi
e. Pelibatan publik
Sheets c. Melaksanakan literasi
(Triarama,Easy slit terpadu sesuai dengan
book,One sheet tema dan mata
book, Flip flop book) pelajaran
d. Mari berdiskusi d. Membuat Jadwal
tentang buku Asesmen danEvaluasi
e. Story-map outline
77
Tabel Peta Pengembangan Literasi Sekolah dalam Skema 3 Tahap,
Catatan : Tiga tahapan dalam bagan pelaksanaan literasi ini dilaksanakan terus-
menerus secara berkelanjutan.
Adapun prinsip-prinsip kegiatan membaca antara lain :
• Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks
pelajaran.
• Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik.
Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari
rumah.
• Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak
diikuti oleh tugas-tugas menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-
lain.
• Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini dapat
diikuti dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca/ dibacakan, atau
kegiatan yang menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila waktu
memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini tidak
dinilai/dievaluasi.
• Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini
berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan.Guru menyapa
peserta didik dan bercerita sebelum membacakan buku dan meminta
mereka untuk membaca buku.
Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi pada tahap
pembiasaan antara lain :
1. Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai. Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan buku
dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent
reading/SSR).
2. Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit membaca.
3. Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui pemanfaatan sarana
perpustakaan, pojok baca di tiap kelas, cafe literasi, angkringan baca,
78
gerobag baca, kebun sekolah, kantin, UKS, dll. Untuk menumbuhkan minat
baca warga sekolah, sarana prasarana ini sudah diperkaya dengan bahan
kaya teks (print-rich material).
4. Melibatkan komunitas di luar sekolah seperti perpustakaan keliling dalam
kegiatan 15 menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta
pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut buku kelas.
5. Memilih buku bacaan yang baik .
Sarana literasi mencakup perpustakaan sekolah, sudut baca kelas, dan area
baca. Perpustakaan berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD Negeri Pekunden.
Pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi bagian penting dari
pelaksanaan gerakan literasi SD Negeri Pekunden dan pengelolaan pengetahuan
yang berbasis pada bacaan. Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu
meningkatkan minat baca warga SD dan menjadikan mereka pembelajar
sepanjang hayat. Perpustakaan SD Negeri Pekunden sangat berperan dalam
mengkoordinasi pengelolaan sudut baca kelas, area baca, dan prasarana literasi
lain di SD Negeri Pekunden .
Fungsi perpustakaan SD Negeri Pekunden adalah sebagai pusat pengelolaan
pengetahuan dan sumber belajar yang dikelola oleh kepala sekolah. Perpustakaan
SD Negeri Pekunden secara teknis pengelolaannya ddiberikan pada guru ekstra
Bahasa Inggris yang mendapat tugas tambahan karena tidak memiliki tenaga
pustakawan yang terlatih di dalam pengelolaan bahan literasi perpustakaan.
Sudut Baca Kelas adalah sebuah sudut di kelas yang dilengkapi dengan
koleksi buku bacaan dan karya peserta didik yang ditata secara menarik untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik. Sudut Baca Kelas berperan sebagai
perpanjangan fungsi perpustakaan SD, yaitu mendekatkan buku kepada peserta
didik. Sudut Baca Kelas dikelola oleh guru, peserta didik, dan orang tua
Cafe literasi adalah are baca semi out dor yang berada diantara ruang
perpustakaan dan aula sekolah, untuk memberikan solusi bagi siswa yang jenuh
baca di perpustakaan, area yang nyaman dan dilengkapi oleh koleksi buku untuk
memfasilitasi kegiatan membaca peserta didik dan warga sekolah.
79
Angkringan Baca (anjungan karakter dan selingan bacaan cerita) adalah area
baca semi out dor yang berada diantara dekat kantin sekolah, untuk memberikan
solusi bagi siswa enggan ke perpustakaan, area yang nyaman dan dilengkapi oleh
koleksi buku untuk memfasilitasi kegiatan membaca peserta didik dan juga warga
sekolah.
Gerobag Baca (Gerakan optimalisasi bagi guru dan siswa untuk gemar
membaca) adalah area baca out dor yang berada sekitar halaman sekolah, untuk
memberikan solusi bagi siswa enggan ke perpustakaan, area yang nyaman dan
dilengkapi oleh koleksi buku untuk memfasilitasi kegiatan membaca guru dan
peserta didik.
Untuk menumbuhkan budaya literasi di lingkungan sekolah, ruang kelas
perlu diperkaya dengan bahan-bahan kaya teks. Contoh-contoh bahan kaya teks
adalah:
1. karya-karya peserta didik berupa tulisan, gambar, atau grafik;
2. poster-poster yang terkait pelajaran, poster buku, poster kampanye
membaca, dan poster kampanye lain yang bertujuan menumbuhkan cinta
pengetahuan.
3. dinding kata; papan buletin
4. label nama-nama peserta didik /setiap benda di ruang kelas; mainan
alfabet
5. jadwal harian, pembagian kelompok tugas kelas;
6. surat, resep, kupon, kliping, foto kegiatan peserta didik;
7. komputer dan/atau perangkat elektronik lain yang mendukung kegiatan
literasi; kaset cerita, DVD, dan bahan digital/eletronik
8. buku dan sumber informasi lain (koran, majalah, buletin);
9. perangkat berkarya dan menulis seperti alat tulis, alat warna, alat gambar,
kertas gambar, kertas bekas, busa, kertas prakarya, surat, kertas surat,
amplop, koran bekas, kertas sampul, dll;
80
10. ucapan selamat datang dengan bermacam bahasa sesuai brand kelas
masing-masing, kata-kata yang memotivasi di sepanjang teras sekolah,
dan tempat-tempat lain yang mudah dilihat; dan
11. boneka dan kostum, untuk digunakan dalam permainan peran (menjadi
dokter atau juru masak yang menulis resep, atau pelayan restoran yang
menulis daftar pesanan);
12. semua bahan dan alat harus disimpan di tempat yang mudah diraih oleh
peserta didik dan perlu dikelompokkan menurut fungsinya (alat gambar
disimpan terpisah dari mainan, alat untuk bermain peran, dan lain-lain);
peserta didik perlu mengetahui di mana mereka dapat menemukan bahan-
bahan yang mereka perlukan.
M. Ketuntasan Belajar
1. Daftar ketuntasan Belajar semua mata pelajaran per semester
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti
peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran.
Beban belajar yang diterapkan di SD Negeri Pekunden adalah sistem
Paket. Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam
struktur kurikulum merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yang terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun
ajaran. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap
muka 35 menit, dan kegiatan penugasan terstruktur serta kegiatan mandiri
yang maksimal 40% dari waktu pembelajaran tatap muka seperti yang
terlihat dalam tabel sebagai berikut :
Kegiatan Sistem paket
Tatap muka 35 menit
Penugasan terstruktur Maksimal 40% x 35menit
Kegiatan mandiri =14 menit
Jumlah 49 menit
81
Satuan pendidikan boleh menambah beban belajar berdasarkan
pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan
akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting oleh
satuan pendidikan dan/ atau daerah, atas beban pemerintah daerah atau
satuan pendidikan yang menetapkannya. Beban belajar merupakan
keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu,
satu semester, dan satu tahun pelajaran.
Beban belajar SD Negeri Pekunden
Kelas Satu Jam Jumlah Jp Per Minggu Efektif Waktu Jumlah Jam
Pembelajaran Pembelajaran Per Tahun
Tatap Muka Minggu Per Tahun (@ 60 Menit)
Per Tahun
I 35 menit 32 JP 36 minggu 844 JP 595 jam
II 35 menit 34 JP 36 minggu 975 JP 634 jam
III 35 menit 36 JP 36 minggu 1064 JP 675 jam
IV 35 menit 38 JP 36 minggu 1088 JP 709 jam
V 35 menit 38 JP 36 minggu 1216 JP 742 jam
VI 35 menit 38 JP 32 minggu 1152 JP 765 jam
Keterangan :
a. Beban belajar di SD Negeri Pekunden dinyatakan dalam jam pelajaran
perminggu. Durasi setiap satu jam pelajaran adalah 35 menit.
b. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling
sedikit 18 minggu efektif dan 36 minggu efektif dalam setahun.
c. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18
minggu efektif dan pada semester genap paling sedikit 14 minggu
efektif sehingga ada 32 minggu efektif dalam setahun.
2. Mekanisme, prosedur dan analisis penetapan ketuntasan belajar
Adapun tabel nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD Negeri
Pekunden yang berlaku pada tahun pelajaran 2021/2022 sebagai berikut:
82
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL SD NEGERI PEKUNDEN
TAHUN 2021/2022
KKM Rerata
No. Mata Pelajaran 1 2 3 4 5 6
A. Mata Pelajaran
1. Pend. Agama 80 80 80 80 80 80 80
2. Pend. 80 80 80 80 80 80 80
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 80 75 76 75 75 75 76
4. Matematika 78 75 76 75 775 75 76
Ilmu 75 75 75 75
5. Pengetahuan 75 75 75 75
Alam
Ilmu
6. Pengetahuan
Sosial
7. Seni Budaya dan 80 80 80 80 75 75 78
Keterampilan 75
Pend. Jasmani,
8. Olahraga dan 75 75 75 75 75 75
Kesehatan
B. Muatan Lokal
Bahasa Jawa 78 75 75 75 75 75 76
KKM Kelas 79 77 77 77 76 76
KKM SEKOLAH 77
Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal yang selanjutnya disebut
KKM. Ketuntasan belajar SD Negeri Pekunden ditentukan melalui hasil
analisis terhadap tiap-tiap mata pelajaran, muatan lokal dan program
pengembangan diri pada setiap kelas. Analisis dilakukan dengan
mendasarkan kepada pertimbangan kompleksitas atau tingkat kesulitan
materi pelajaran yang tercermin dari indikator pencapaian Kompetensi
Dasar, sumber daya pendukung, inteks (kemampuan) siswa dan analisis
hasil penilaian.
Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan
substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
83
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan
penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat
penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan
minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks
kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap
tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.
Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2)
ditetapkan dengan predikat Baik (B). Sedangkan nilai ketuntasan
kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka
0 – 100. KKM dirumuskan di awal tahun pelajaran sebelum guru
melaksanakan kegiatan awal pembelajaran. Sebagai catatan bahwa nilai
KKM yang ideal untuk kurikulum 2013 adalah 70.
Adapun Mekanisme dan Prosedur Penentuan Kreteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu : menentukan estimasi KKM di awal tahun
pembelajaran bagi setiap mata pelajaran yang diajarkan. Penentuan
estimasi ini didasarkan nilai KKM pada nilai yang dicapai peserta didik
pada kelas /semester sebelumnya. Penentuan KKM dapat pula ditentukan
dengan menghitung tiga aspek utama dalam proses belajar mengajar
peserta didik. Secara berurutan cara ini dapat menentukan KKM Indikator -
KKM Kompetensi Dasar (KD) - KKM Standart Kompetensi
(SK)/Kompetensi Inti (KI) - KKM Mata Pelajaran – KKM satuan
pendidikan. Berikut ini langkah-langkah penghitungannya:
a. Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas)
Kompleksitas merupakan tingkan kesulitan materi pada tiap indicator,
kompetensi dasar maupun standart kompetensi dari masing-masing
mata pelajaran, yang ditetapkan antara lain melalui expert judgement
guru mata pelajaran melalui forum KKG tingkat sekolah, dengan
memperhatikan hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD, keluasan
KD, perlu tidaknya pengetahuan prasyarat
84
b. Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung)
Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) ini meliputi : 1)
kompetensi pendidik (nilai UKG), 2) Jumlah peserta didik dalam 1
kelas, 3) predikat akreditasi sekolah, 4) kelayakan sarana prasarana
sekolah. Sekolah yang memiliki daya dukung tinggi maka skor yang
digunakan juga tinggi.
c. Intaks
Intaks merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik yang bisa
didasarkan pada nilai rata-rata rapor yang dicapai peserta didik pada
kelas sebelumnya.
d. Analisis Hasil Penilaian
Analisis hasil penilaian memperhatikan nilai yang diperoleh siswa
pada penilaian harian, penilian tengah semester, penilian akhir
semester, dan peniliaan kenaikan kelas . Tes tersebut dapat berbentuk:
tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas, serta produk.
Adapun kriteria dan skala penilaian penetapan KKM dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi Sedang Rendah
Daya Dukung <65 65-79 80-100
Intake peserta didik Sedang Rendah
Tinggi 65-79
80-100 <65
Sedang
Tinggi 65-79 Rendah
80-100 <65
Analisis Hasil Penilaian Tinggi Sedang Rendah
<80-100 65-79 < 65
KKM per Indikator jumlah total setiap aspek
jumlah total aspek
KKM per KD jumlah total setiap aspek
jumlah total aspek
85
KKM mata pelajaran jumlah total KKM per KD
jumlah total KD
KKM Satuan Rata-rata KKM mata pelajaran per kelas
pendidikan jumlah total kelas
e. Krireria Ketuntasan Minimal (KKM) Satuan pendididikan
Berdasar tabel pada halaman 80 dan 81 dan sesuai perhitungan, maka
KKM SD Negeri Pekunden ada pada nilai 77
f. Predikat Ketuntasan Belajar
Predikat A (sangat baik), B (baik), C (cukup) maupun D (kurang) dari
Rasio nilai KKM mata Pelajaran yang ada di beberapa kelas yang
adalah sebagai berikut :
KKM D C B A
75 0-75 76-84,3 85-92,6 93-100
76 0-76 77-85 86-93 94-100
78 0-78 79-85 86-92,6 93-100
80 0-80 81-86,6 93,2 94-100
3. Upaya Sekolah untuk mencapai ketuntasan Belajar
Upaya SD Negeri Pekunden dalam meningkatkan keampuan peserta
didik dalam pencapaian ketuntasan belajar dengan mengadakan; (1) guru
melakukan refleksi pembelajaran, (2) Remidi, (3) tamabahan jam
pelajaran bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar,
perbaikan pembelajran yang inovatif dan efisien.
N. Remidial dan Pengayaan
Hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan dianalisis untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil
analisis digunakan untuk mengidentifikasi peserta didik yang sudah mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) KD mata/muatan pelajaran. Bagi peserta didik
86
yang belum mencapai KKM KD, pendidik harus menindaklanjuti dengan
remedial, sedangkan bagi peserta didik yang telah mencapai KKM KD, pendidik
dapat memberikan pengayaan.
1. Program Remidial
Program remedial adalah program pembelajaran yang diperuntukkan
bagi peserta didik yang belum mencapai KKM KD muatan pelajaran.
Program remedial dilakukan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
mencapai hasil belajar yang optimal.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran remedial bervariasi sesuai
dengan sifat, jenis, dan latar belakang permasalahan pembelajaran yang
dialami peserta didik. Setelah peserta didik mengikuti program remedial
dilakukan penilaian kembali untuk mengetahui ketercapaian KD.
a. Pelaksanaan program remedial
Pelaksanaan program remedial dapat dilakukan dengan cara:
Pemberian bimbingan secara perorangan bila ada beberapa peserta didik
yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda sehingga memerlukan
bimbingan secara individual.
Pemberian bimbingan secara kelompok bila terdapat beberapa
peserta didik mengalami kesulitan yang sama. Pemberian pembelajaran
ulang dengan metode dan media yang berbeda bila semua peserta didik
mengalami kesulitan. Pemberian bimbingan dapat diberikan melalui
tugas-tugas latihan secara khusus dengan memanfaatkan tutor sebaya
baik secara individu maupun kelompok.
Apabila tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik
memerlukan bimbingan khusus, bimbingan harus dilakukan oleh
pendidik secara individual maupun kelompok.
b. Prinsip-prinsip Program Remedial Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik
untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar
masing-masing.
87
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan pendidik
untuk secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu
memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan
belajar peserta didik.
c. Berbagai metode pembelajaran dan penilaian
Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode
pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta
didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin
agar dapat menghindari kesalahan belajar yang berlarut-larut dan
mendeteksi sedini mungkin kesulitan belajar.
e. Berkesinambungan
Pembelajaran remedial dilakukan berkesinambungan dengan
proses pembelajaran dan pendidik harus selalu menyediakan program
remedial sesuai dengan kebutuhan.
Langkah-langkah program remedial sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi permasalahan pembelajaran berdasarkan hasil
analisis terhadap Penilaian Harian (PH) dan Penilaian Tengah Semester
(PTS). Permasalahan pembelajaran, antara lain keunikan peserta didik,
materi ajar, dan strategi belajar.
b. Menyusun perencanaan berdasarkan permasalahan pembelajaran
c. Melaksanakan program remedial.
d. Melaksanakan penilaian untuk mengetahui keberhasilan peserta didik.
e. Menetapkan nilai yang diperoleh peserta didik setelah program
remedial sebagai nilai akhir capaian KD muatan pelajaran.
88
2. Program Pengayaan
Program pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada peserta
didik yang keterampilannya atau pemahamannya lebih cepat dalam
menerima materi yang diberikan.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas, kondisi yang
sebaliknya dari program remedial adalah akan selalu ada peserta didik yang
leih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. Mereka perlu
mendapatkan tambahan pengetahuan atau keterampilan melalui program
pengayaan yang sesuai dengan kapasitasnya.
Adapun cara yang dapat ditempuh diantaranya adalah:
a. Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan
memperluas wawasan bagi KD tertentu.
b. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, bacaan dan
sebagainya.
c. Memerikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.
d. Memantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai
ketuntasan.
O. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Penentuan kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari SD Negeri
Pekunden dilakukan oleh sekolah dalam suatu rapat dewan guru dengan
mempertimbangkan kriteria ketuntasan minimal dan standar kelulusan minimal
yang telah ditetapkan, serta mengacu pada ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat
(1) PP 32 tahun 2013, standar kelulusan, standar penilaian serta peraturan yang
berlaku.
89
1. Kenaikan Kelas
a. Kriteria Kenaikan Kelas
Siswa dinyatakan naik kelas ke tingkat di atasnya bila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Jumlah mata pelajaran yang belum tuntas tidak boleh lebih dari 25%
dari jumlah mata pelajaran yang diajarkan di kelasnya masing-
masing
2) Memiliki nilai minimal baik pada aspek kepribadian
3) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester
pada kelas yang iikuti
Kriteria Kenaikan Kelas Masa Pandemi
Berdasar surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang
nomor B/3985/420/IV/2020 tanggal 20 April 2020 tentang
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam jaringan (daring) dan
kelulusan peserta didik pada satuan pendidikan disampaikan hal-hal
berikut;
1) Untuk kenaikan kelas dalam bentuk tes yang mengumpulkan siswa
tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah dilaksanakan sebelum
terbitnya surat edaran.
2) Ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dilakukan dalam bentuk
portofolio nilai rapot dan prestasi yang diperoleh sebelumnya,
penugasan, tes daring dan atau bentuk-bentuk asesmen jarak jauh
lainya.
3) Ujian akhir semester untuk kenaikan kelas dirancang untuk
mendorong aktifitas belajar yang bermakna dan tidak perlu mengukur
ketuntasan capaian kurikulum secara menyeluruh.
90
b. Mekanisme dan prosedur pelaporan hasil belajar peserta didik
1) Mekanisme Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh guru,
tetapi juga dilaksanakan oleh satuan pendidikan dan juga pemerintah.
Guru memegang peranan paling besar karena guru merupakan
pemantau paling dominan selama siswa melakukan kegiatan
pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh guru bertujuan untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemauan belajar, serta perbaikan
hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Adapun mekanisme
penilaian hasil belajar oleh guru mencakup hal-hal berikut;
a) Rancangan strategi penilaian oleh guru dilakukan saat penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus.
b) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan
teknik penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi
tanggung jawab wali kelas atau guru kelas.
c) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes
lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai.
d) Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,
portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang
dinilai.
e) Siswa yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus
mengikuti remedi.
f) Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan
disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
2) Prosedur Penilaian Hasil Belajar
Prosedur penilaian hasil belajar oleh guru meliputi beberapa tahapan,
di antaranya sebagai berikut;
a) Menetapka tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah
disusun.
91
b) Menyusun kisi-kisi penilaian.
c) Menyusun instrumen penilaian berikut pedoman penilaian.
d) Melakukan analisis kualitas instrumen.
e) Melakukan penilaian.
f) Mengolah, menganalisis, serta menginterpretasikan hasil penilaian.
g) Memanfaatkan laporan hasil penilaian.
Selain prosedur di atas, guru harus memperhatikan prosedur penilaian
pada setiap aspeknya. Untuk penilaian aspek sikap dilakukan melalui
tahapan mengamati perilaku siswa, mencatat perilaku siswa
menggunakan lembar observasi/pengamatan, menindaklanjuti hasil
pengamatan, kemudian mendeskripsikan perilaku siswa. Selanjutnya,
untuk penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan
menyusun rencana penilaian, mengembangkan instrumen penilaian,
melaksanakan penilaian, memanfaatkan hasil penilaian, dan
melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0 – 100
dan deskripsi. Begitu juga dengan penilaian aspek keterampilan
dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti melakukan penilaian aspek
pengetahuan.
c. Pelaksanaan program remidi dan pengayaan
Peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus
mengikuti remedi, apabila sudah melaksanakan remidial 2 kali dan nilai
tetap di bawah KKM, maka nilai yang dipakai adalah nilai tertinggi yang
diperoleh. Peserta didik diberi kesempatan mengikuti remidial satu kali
setelah ulangan semester. Pengajaran remidial dilaksanakan setelah jam
pelajaran berakhir.
Peserta didik yang telah mencapai dan atau melampaui nilai KKM
diberikan materi pengayaan.
92
2. Kriteria Kelulusan
a. Kriteria Kelulusan SD Negeri Pekunden
1) Peserta didik dinyatakan lulus dari Satuan Pendidikan melalui rapat
Dewan Guru setelah:
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran:
• Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
• Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
• Kelompok mata pelajaran estetika, dan
• Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
c) Lulus Ujian Sekolah
2) Kelulusan Ujian Sekolah
a) Peserta didik dinyatakan lulus US apabila peserta didik telah
memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan perolehan Nilai Sekolah (S).
b) Nilai S diperoleh dari rata-rata gabungan nilai US dan nilai rata-
rata rapor semester 7, 8, 9, 10, dan 11.
Standar Kriteria Kelulusan (SKL) SD Negeri Pekunden
No Mata Pelajaran SKL
1 Pendidikan Agama Tulis Praktik
2 Pendidikan Kewarganegaraan 80 80
3 Bahasa Indonesia 80
4 Matematika 76 76
5 Ilmu Pengetahuan Alam 76
75 75
93
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 75
7 Seni Budaya dan Keterampilan 78 78
75
8 Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan 75
75
9 Muatan Lokal 76,5
Bahasa Jawa 75
RATA-RATA 77
Kriteria Kelulusan SD Negeri Pekunden Masa Pandemi Covid-19
Kelulusan Sekolah Dasar berdasarkan nilai lima semester terakhir
(kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 semester 1 ), nilai kelas 6 semester II
dapat digunakan sebagai tambahan nilai kelulusan.
b. Pelaksanaan Ujian Sekolah
Ujian sekolah diselenggarakan oleh SD Negeri Pekunden meliputi
seluruh mata pelajaran dan muatan lokal yang diajarkan mulai kelas IV
sampai dengan kelas VI. Bahan Ujian disusun berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Ujian pada Ujian Sekolah (US) terdiri atas Ujian
Praktik dan Ujian Tertulis
No Mata Pelajaran Ujian Tulis Ujian
Praktik
1. Pendidikan Agama √
2. Pend. Pancasila dan Kewarganegaraan √ √
-
(PKn) √√
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika √-
5. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) √√
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) √-
7. Pendidikan Jasmani Olahraga dan √√
Kesehatan
94
8. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) - √
9. Muatan Lokal √ √
- Bahasa Jawa
c. Rekap Hasil Ujian Nasional/Ujian Sekolah 3 Tahun terakhir Berikut
tabel rekap hasil ujian tahun 2018/2019
NILAI BIN MAT IPA JML
Rata-rata 79,57 76,69 84,39 240,6
Terendah 60,0 45,0 72,5 204,5
Tertinggi 90,0 100,0 95,0 855,0
Std.Dev 22,5 107,5
30 55
Berikut hasil rekap hasil ujian tahun 2019/2020
NILAI BIN MAT IPA JML
225,3
Rata-rata 76,5 66,2 82,5 148,8
282,0
Terendah 49,0 29,3 62,0 142,5
Tertinggi 90,8 100 92,0 JML
220,9
Std.Dev 41,8 70,7 30 146,5
287,1
Berikut hasil rekap hasil ujian tahun 2020/2021 152,6
NILAI BIN MAT IPA
Rata-rata 75,7 68,5 76,6
Terendah 45,8 42,5 46,2
Tertinggi 93,1 100 94,0
Std.Dev 47,3 57,5 47,8
Grafik Hasil Ujian Nasional 3 Tahun terakhir
(tahun 2018/2019, 2019/2020, dan 2020/2021)
HASIL UJIAN 3 MAPEL
90
80
70
60
50
40
30a. Target dan Program Peningkatan Kualitas Lulusan
20
10
0 Matematika IPA
B. Indonesia
2012801/26/0210917 922500171/920/218020 20182/2002190/2021
d. Target dan Program Peningkatan Kualitas Lulusan
Target yang ingin dicapai oleh SD Negeri Pekunden adalah peserta
didik dapat mencapai nilai Ujian dengan rata-rata 80,00. Program yang
diterapkan oleh SD Negeri Pekunden dalam peningkatan kelulusan
peserta didik dengan; (1) menambah sarana prasarana pembelajaran, (2)
meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran, (3) menambah
media pembelajaran, (4) membuat modul pembelajaran seauai dengan
mata pelajaran yang diujikan, dan (5) memberikan program tambahan
jam pelajaran.
BAB IV
PENGATURAN BEBAN BELAJAR
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta
didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran. Beban belajar
yang diterapkan di SD Negeri Pekunden adalah sistem Paket. Beban belajar
dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum merupakan
pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester
gasal dan genap dalam satu tahun ajaran.
A. Sistem Pembelajaran di SD Negeri Pekunden
1. Kondisi Ideal
Sistem pendidikan di Sekolah Dasar adalah suatu keseluruhan antara
komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu dan
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan dasar.
Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan
adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses
pendidikan dan pembelajaran. Dan, secara umum pengertian sekolah dasar
dapat kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan
proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya.
96