1
2 Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku “Keterampilan Dasar Mengajar Berbasis PjBL (Project Based Learning)”. Buku Keterampilan Dasar Mengajar ini merupakan bahan ajar yang dikombinasikan dengan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) berdasarkan hasil data lapangan. Buku ini juga dilengkapi dengan contoh LKM mahasiswa berbasis Case method, contoh penerapan projek dan uji kompetensi untuk mengukur hasil belajar mahasiswa. Buku ini membahas seputar keterampilan dasar mengajar dan penerapan model PjBL tersebut dalam pembelajaran. Penulis mengucapkan terima kasih kepada validator serta kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini yang tidak dapat disebutkan satu per-satu sehingga modul dapat diselesai tepat waktu. Pada akhirnya kami sampaikan modul ini dengan harapan semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari pembaca guna peningkatan kualitas buku ini di masa yang akan datang. Medan, September 2023 Penulis
3 DAFTAR ISI Kata Pengantar............................................................................i Daftar isi .....................................................................................ii Petunjuk Umum Penggunaan Modul........................................iii KI, KD dan Tujuan Pembelajaran...............................................iv A. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran ....................................1 1. Keterampilan Dasar Mengajar …………………………………………………….1 a. Keterampilan Membuka dan menutup pembelajaran ..1 b. Keterampilan Mejelaskan ............................................16 c. Keterampilan Bertanya ............................................... 21 d. Keterampilan Memberi Penguatan............................. 26 e. Keterampilan Mengadakan Variasi............................. 36 f. Keterampilan Mengelola Kelas………………………………………….38 g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil………….45 h. Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan…………………...48 2. Penerapan PjBL dalam Pembelajaran………………………………………..50 a. Konsep PjBL……………………………………………………………………..50 b. LKM Berbasis PjBL…………………………………………………………….57 B. Uji Kompetensi………………………………………………………………………….75 C. Rangkuman……………………………………………………………………………….94 Daftar Bacaan...........................................................................98 Biodata Penulis……………………………………………………………………………101
4 Petunjuk Umum Penggunaan 1. Bagi Dosen: Menjelaskan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai dalam mata kuliah micro teaching pada materi keterampilan dasar mengajar Membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen agar diskusi berjalan lebih efektif Memberikan informasi kepada mahasiswa untuk membaca, memahami dan berdiskusi terkait materi keterampilan dasar mengajar di dalam kelompok masing-masing Membimbing mahasiswa dalam proses belajar mengajar terkait materi keterampilan dasar mengajar Membimbing mahasiswa untuk mengerjakan tugas dan evaluasi pembelajaran. 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa mendengarkan dan memahami Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai dalam mata kuliah micro teaching pada materi keterampilan dasar mengajar Mahasiswa membaca, memahami dan melakukan diskusi terkait materi keterampilan
5 dasar mengajar di dalam kelompok masingmasing Mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi terkait materi keterampilan dasar mengajar secara bergantian Untuk memperdalam pemahaman tentang materi keterampilan dasar mengajar, mahasiswa mencari jawaban ke Sekolah terkait pertanyaan yang sudah disiapkan seputar keterampilan dasar mengajar, lalu mengerjakan tugas LKM (Lembar Kerja Mahasiswa) Case method dan projek dengan kelompok masing-masing.
6 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar & Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Inti (KI) ✓ Bertaqwa kepada Tuhan YME dan mampu menunjukkan sikap religious ✓ Membangun sikap menghargai, berkomunikasi yang efektif, dan bertanggung jawab sesuai etika professional ✓ Mampu mendeskripsikan dan memahami materi keterampilan dasar mengajar ✓ Mampu mengembangkan wawasan dan mengkonstruksi perilaku peserta didik ✓ Mampu mengelola kebutuhan stakeholder/ client secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi digital dan mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya berdasarkan hasil informasi dan data. 2. Kompetensi Dasar (KD) ✓ Mampu menjelaskan ruang lingkup keterampilan dasar mengajar dan penerapan model PjBL dalam perkuliahan 3. Tujuan Pembelajaran ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan membuka dan menutup pembelajaran
7 ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan menjelaskan ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan bertanya ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan memeberi penguatan ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan mengadakan variasi ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan mengelola kelas ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil ✓ Mampu mensimulasikan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan ✓ Mampu mendeskripsikan penerapan PjBL dalam pembelajaran ✓ Mampu Menyusun lembar kerja mahasiswa berbasis case method dan Projek.
8 A. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran 1. Keterampilan Dasar Mengajar a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran (Set Induction and Closure Skills) Kegiatan membuka pembelajaran adalah kegiatan yang wajib dilakukan oleh seorang pengajar agar proses pembelajaran berjalan lancar, karena pada proses membuka pembelajaran pengajar akan mempersiapkan mental dan perhatian peserta didik terlebih dahulu. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru saat ingin memusatkan perhatian peserta didik, misalnya pengajar menyapa beberapa orang peserta didik mengajaknya berdiskusi ringan terkait dengan konsep baru yang akan dipelajari namun harus bersifat kontekstual dan sesuai usia. Sehingga percakapan ringan tersebut akan terasa menyenangkan dan peserta didik di dalam kelas tersebut akhirnya mengetahui apa materi pembahasan untuk hari ini. Dan menambah minat belajar peserta didik terhadap materi tersebut. Sumber: Gurusiana.com Gambar 1. Membuka pembelajaran
9 Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan dalam membuka pembelajaran adalah: a. Mengatur tempat duduk Hal ini perlu dilakukan oleh pengajar agar kondisi kelas lebih tertib dan kondusif. Misalnya mengatur peserta didik yang suka ngobrol dipsangkan dengan anak yang cukup pendiam atau anak yang punya minat belajar rendah dipasangkan dengan peserta didik yang minat belajarnya tinggi. b. Melakukan absensi Mengisi daftar hadir ini penting karena melalui kegiatan ini ada kedisiplinan dan kedekatan secara emosional dengan peserta didik. Peserta didik senang jika Namanya dihafal oleh pengajarnya, hal ini kadang membuat semangat belajar peserta didik meningkat terhadap mata Pelajaran yang diajar oleh pengajar tersebut. c. Menyiapkan alat-alat pembelajaran Misalnya mengintruksikan peserta didik mengeluarkan buku referensi terkait materi hari ini. Yang tentunya sudah ditugaskan mencarinya dan dibawa untuk pertemuan hari itu, buku catatan, alat tulis dll. Termasuk juga pengumuman mungkin apa yang harus digarisbawahi dari kegiatan hari ini. d. Usahakan untuk menimbulkan perhatian dan motivasi peserta didik
10 Dengan cara obrolan ringan, misalnya menanyakan kabar, apasaja yang sudah dilakukan pagi ini dan kaitkan atau arahkan dengan konsep baru yang akan dipelajari secara kontekstual. e. Ice breaking Untuk mencairkan suasana pengajar dapat memberikan ice breaking diawal. Apalagi bagi pengajar yang sudah masuk ditengah hari atau di penghujung jam Pelajaran tentu peserta didik sudah Lelah. Apalagi kalau mata Pelajaran tersebut tergolong susah dan menguras otak. Ice baik dilakukan diawal, ditenagh dan diakhir juga boleh. Setelah peserta didik bersemangat dan merasa tidak tegang lkagi baru pembelajaran dimulai. f. Beri pertanyaan terkait materi sebelumnya Sekedar mengingatkan peserta didik dengan materi yang lalu. Sehingga terlihat linier materi yang lalu dengan yang baru. Hal ini dapat menguatkan ingatan peserta didik. Pengajar juga dapat menilai mana peserta didik yang rajin membaca ulang materi pembelajaran. Sukirman (2012: 229) menyatakan bahwa apapun kegiatan yang dilakukan oleh pengajar dalam membuka pembelajaran harus mengarah pada pencapaian tujuan dari membuka pembelajaran itu sendiri, yang terdiri dari:
11 a. Menciptakan kesiapan mental yakni bentuk kesiapan kondisi psikologis peserta didik agar siap untuk menerima proses belajar mengajar b. Membangkitkan perhatian dan motivasi yakni adanya keinginan penuh peserta didik untuk memusatkan perhatian, emosi (fisik dan psikhis) c. Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang jelas akan dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari materi tersebut. d. Menjelaskan batasan tugas dan hal-hal yang harus dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung e. Menjelaskan pengalaman atau kegiatan apa yang harus dilakukan peserta didik agar tujuan dan kompetensi tercapai f. Menumbuhkan kesadaran peserta didik bahwa pentingnya mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Lebih lanjut Sukirman (2012: 232-233) menyatakan ada beberapa prinsip penerapan setiap unsur dalam kegiatan membuka pembelajaran: Pertama, kebermaknaan artinya semua tahap di kegiatan membuka pembelajaran harus sesuai dengan tujuan dan pencapaian kompetensi, sifat materi, karakteristik peserta didik, maupun situasi dan kondisi pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Kedua, logis dan berkesinambungan artinya setiap kegiatan dalam
12 membuka pembelajaran harus direncanakan. Melalui perencanaan yang matang setiap tahap kegiatan akan terlaksana dengan baik tanpa ada kesan dipksakan sehingga berjalan sistematis dan pengajar mudah mengkondisikan peserta didik agar siap untuk menerima pembelajaran. Sedangkan kegiatan menutup pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk mengakhiri proses belajar mengajar dengan harapan semua peserta didik dapat mengambil kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari. Di kegiatan menutup pembelajaran pengajar juga bisa mengetahui tingkat ketercapaian sebuah materi pembelajaran oleh peserta didik, bisa melalui diskusi yang bersifat acak atau melalui kuis yang sudah disiapkan oleh pengajar dari jauh hari terkait materi tersebut. Namun, tingkat keberhasilan seorang pengajar juga dapat terlihat di kegiatan penutup ini. Apakah model pembelajaran yang digunakan selama proses belajar mengajar cocok atau tidak diterapkan di kelas tersebut. Sehingga memmudahkan pengajar untuk memilih model pembelajaran seperti apa yang cocok diterapkan dengan kondisi kelas tertentu. Beberapa kegiatan dalam menutup pembelajaran yang dapat dilakukan ialah: a. Menyimpulkan Bersama Kegiatan ini bisa berupa refleksi selama proses belajar mengajar berlangsung. Menuruskan hal-hal
13 yang masih susah untuk dipahami oleh peserta didik. b. Memberikan penekanan terhadap materi pokok Dari sekian banyak informasi dalam satu thema atau satu pertemuan, tentunya ada informasi penting yang harus digarisbawahi. Biasanya ini informasi yang akn sering dikeluarkan saat diadakan ujian. Dengan demikian peserta didik mudah memahami informasi penting tersebut. c. Mengevaluasi materi yang baru dipelajari Pengajar memberikan kuis baik berupa lisan dengan menunjuk acak peserta didik yang haru menjawab atau suka rela siapa yang bisa menjawab. Kuis juga bisa berbentuk tulisan. d. Memberikan tugas Untuk memantapkan lagi pemahaman materi maka pengajar akan memberikan tugas diakhir pertemuan. Misalnya membuat ringkasan dengan menulis indah dibuku catatan. Atau menjawab soal dibuku/modul pegangan peserta didik. e. Ingatkan untuk membaca materi berikutnya Agar pertemuan minggu depan bisa berjalan lancar, setidaknya peserta didik sudah membaca materi yang akan dibahas. Maka tujuan dari kegiatan menutup pembelajaran menurut Sukirman (2012: 240) adalah: a. Memberikan pemahaman yang utuh terhadap materi pokok dan kegiatan pembelajaran yang telah
14 berlangsung sehingga pemahaman peserta didik semakin mantap b. Untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik sekaligus untuk umpan balik bagi pengajar c. Memberikan tindak lanjut sesuai dengan pencapaian peserta didik. Menurut Suwarna dkk (2013: 213) penggunaan keterampilan membuka dan menutup pembelajaran hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a. Bermakna, artinya pengajar harus bisa memilih cara atau membuka dan menutup pembelajaran yang relevan dengan kompetensi dan materi atau topik yang sedang diajarkan b. Beurutan dan berkesinambungan, yakni saat pengajar mulai menjabarkan materi pembelajaran sampai merangkum Kembali pokok-pokok penting pembelajaran harus satu-kesatuan yang utuh c. Luwes, agar susunan gagasan, ide, konsep yang diberikan tidak membuat peserta didik bingung sehingga peserta didik dapat mengaitkan dengan materi pembelajaran dengan contoh yang kontekstual d. Antusias dan penuh kehangatan, penyampaian materi yang tidak kaku dan lebih hangat akan membuat peserta didik paham arti penting sebuah konsep yang disampaikan oleh pengajar sehingga dapat membuka diskusi yang seru, pengajar dapat
15 mendengarkan respon-respon yang terbuka dan simpatik dari peserta didik. Keterampilan dasar mengajar menuntut seorang pengajar harus memiliki kompetensi sebagai pengajar yang professional. Di dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang pengajar dan dosen, menjelaskan bahwa pengajar adalah pendidik professional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar dan membimbing, mengarahkan, dan mengevaluasi peserta didik mulai dari usia dini, bangku sekolah dasar dan Pendidikan menengah. Pengajar melaksanakan system Pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan Pendidikan nasional. Dengan demikian kompetensi seorang pengajar menentukan mutu Pendidikan. Lebih lanjut Syamsuri (2021: 95-96) menyebutkan bahwa pembelajaran abad 21 diterapkan untuk membuat peserta didik yang peka dengan kemajuan IPTEK yang berpengaruh pada aspek Pendidikan. Sehingga kurikulum juga mengarahkan kepada pembelajaran berpusat kepada peserta didik (student oriented). Dengan demikian peserta didik akan lebih cakap dalam berpikir dan belajar. Pengajar atau Calon pengajar yang menguasai keterampilan dasar mengajar tentu dengan mudah mencapai tujuan Pendidikan nasional tersebut karena di dalamnya sudah terdapat semua kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pengajar. Pengajar tidak lagi hanya sekedar penyampai materi saja. Sekarang pengajar
16 atau tenaga pengajar tersebut harus mempunyai kompetensi pedagogic, sosial, kepribadian dan kompetensi professional. Agar lahir peserta didik yang unggul dibidang keilmuannya namun berkarakter dan memiliki kemampuan psikomotorik yang dibutuhkan. Sehingga mereka bisa keluar menjadi pribadi yang Tangguh. b. Keterampilan Menjelaskan (Explaining Skills) Helmiati (2013: 50-51) idealnya seorang pengajar harus menguasai bahan materi yang diajarnya dan mempunyai strategi dalam menjelaskan setiap materi Pelajaran tersebut sehingga konsep-konsep dan informasi penting yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Lebih lanjut Helmiati mengatakan bahwa keterampilan menjelaskan pelajaran adalah keterampilan seorang pengajar dalam menyampaikan bahan atau materi pembelajaran secara lisan yang telah terorganisasi dan terencana serta sudah sistematis. Hal ini sebenarnya sudah tergambar dalam uritan kegiatan belajar mengajar yang ada dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan inti yang harus dikuasai oleh setiap pengajar karena: interaksi di dalam kelas lebih didominasi oleh pengajar, efektivitas dalam pembicaraan sangat penting karena Sebagian besar informasi berasal dari pengajar, karena tidak semua peserta didik dapat menggali sendiri informasi dari buku
17 makanya dibutuhkan pengajar yang komunikatif ini merupakan penuturan Hasibuan & Moedjiono (2006:70). Tujuan dari kegiatan menjelaskan Pelajaran menurut Usman (2006: 89) adalah: a. Membimbing peserta didik agar paham tentang hukum, dalil, fakta, defenisi dan prinsip secara nalar dan objektif b. Mengarahkan peserta didik agar mampu berpikir dan dapat memecahkan masalah atau pertanyaan yang diberikan oleh pengajar c. Agar mendapatkan umpan balik dari peserta didik dan pada akhirnya pengajar dapat mengatasi permasalahan yang dialami oleh peserta didik d. Pengajar dapat membimbing peserta didik agar dapat menghayati dan mendapat hasil penalaran dengan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan suatu masalah. Selanjutnya Mulyasa (2007: 80) mengatakan yang harus diperhatikan dalam keterampilan menjelaskan ini ialah prinsipnya yakni: a. Penjelasan bisa saja terjadi di awal, di Tengah maupun di akhir pokoknya selama proses pembelajaran tersebut berlangsung b. Saat memberikan penjelasan harus mampu menarik perhatian peserta didik c. Penjelasan berguna utntuk menjawab pertanyaan dari peserta didik ataupun untuk menjelaskan materi
18 d. Materi yang disampaikan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, jangan melenceng agar proses belajar mengajar itu lebih bermakna e. Penjelasan pengajar harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik, contoh saat memberikan contoh harusnya lebih dekat dengan kehidupanya sehari-hari. Keterampilan menjelaskan dalam proses belajar mengajar terdiri dari beberapa komponen berikut: 1) Merencanakan dan menganalisa Penggunaan Bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik dan penjelasan yang diberikan hendaknya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman peserta didik pada saat itu 2) Menyajikan Penyajian pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelum masuk kelas. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari kata-kata seperti eeh, aaa, kira-kira, mungkin, umumnya, biasanya, sering kali dll karena hal ini akan mengganggu focus peserta didik. Penggunaan contoh ilustrasi yang benar-benar dekat dengan lingkungan peserta didik agar mereka cepat memahaminya. Ilustrasi atau pemberian contoh bisa dilakukan dengan pola induktif (contoh dulu baru ditarik kesimpulannya) atau dengan pola deduktif (generalisasi/kesimpulan sudah diberikan terlebih dahulu)
19 3) Memberikan tekanan Pengajar harus memusatkan perhatian peserta didik pada informasi penting dengan cara memberikan variasi dalam cara mengajar, mengulangi informasi penting tersebut dengan memberikan tekanan “perhatikan baik-baik konsep ini”. 4) Penggunaan bahan Menjelaskan materi pembelajaran tentu didikung oleh sejumlah media dan perangkat pembelajaran. Saat menjelaskan pembelajaran penting kiranya pengajar memberikan pertanyaan, misalnya “penjelasan ibu tadi apakah bermakna bagi kalian anak-anak?” sehingga pengajar bisa langsung menindaklanjutinya, apakah pengajar terlalu cepat dalam menjelaskan atau contoh yang diberikan kurang relevan dll. Dari beberapa pengalaman yang pernah saya lalui terkait keterampilan menjelaskan adalah tidak baik kiranya pengajar membelakangi peserta didik saat menulis dipapan tulis, sebisa mungkin menyamping dan menggunakan spidol yang berwarna-warni. Hal ini sederhananya dapat menarik perhatian peserta didik agar dapat focus dengan materi yang sedang dijelaskan. Seni menulis indah tidak hanya dapat diterapkan dalam menulis peta konsep di kertas atau buku catatan saja namun dapat diimplementasikan juga pada papan tulis oleh seorang pengajar.
20 Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Sudirwo & Daeng (2002: 108) bahwasanya pengajar/calon pengajar dilarang melakukan hal berikut: a. Menghadap papan tulis dan membelakangi peserta didik terlalu lama b. Terlalu sering mondar-mandir di ruangan kelas baik ke kiri, ke kanan, ke depan dan ke belakang c. Papan tulis kosong tidak ada unsur visual yang dapat dilihat d. Suara kurang lantang sehingga sulit didengar oleh peserta didik yang berada jauh dari pengajar, hal ini sering terjadi pada kondisi kelas besar dengan jumlah peserta didik yang banyak. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Sanjaya (2009: 19) bahwa dalam proses pembelajaran dibutuhkan beberapa komponen penting yakni: Gambar 2: Komponen Pembelajaran Lebih lanjut Sanjaya juga menuturkan proses komunikasi selamanya akan melibatkan sumber pesan, pesan/materi dan penerima pesan. Ini merupakan komponen dasar dalam proses komunikasi, itulah kenapa saat menjelaskan Proses Tujuan Isi/Materi Metode Media Evaluasi
21 materi pembelajaran dan memberikan contoh konkret harus mempertimbangkan latar belakang si penerima pesan tersebut agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan mudah untuk dipahami. c. Keterampilan Bertanya (Question Skills) Keterampilan bertanya menurut Suwarna dkk (2013: 215-217) adalah keterampilan pengajar dalam menyampaikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran baik pertanyaan yang sifatnya dasar atau pertanyaan lanjut. Pengajar diharapkan dapat menerapkan keterampilan bertanya pada situasi yang tepat, sebab jika pengajar memberikan pertanyaan secara efisien dan efektif maka dapat merubah perilaku baik pada pengajar dan peserta didik itu sendiri. Perubahan yang tampak dari sisi pengajar adalah yang biasanya hanya sering satu arah dengan pemberian informasinya maka dengan keterampilan bertanya ini pengajar dapat mengundang interaksi lebih luwes dengan peserta didik. Sedangkan peserta didik yang terbiasa pasif akan berubah menjadi lebih aktif dan turut berpartisipasi. Dengan begitu peserta didik akan terlatih bagaimana cara berkomunikasi dengan baik melalui cara bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapatnya terkait materi yang sedang diperbincangkan. Sehingga terciptalah suasana belajar mengajar sesuai dengan prinsip PAKIKEM (Pembelajaran Aktif, Kolaboratif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
22 Dalam kegiatan belajar mengajar, bertanya tidak bertujuan untuk mendapatkan informasi namun ingin membelajarkan peserta didik karena sejalan dengan pemikiran John Dewey bahwa “bepikir itu adalah bertanya”. Karena dengan bertanya otomatis kita berada dalam pola pikir kritis. Hal ini tidak akan muncul jika peserta didik tidak menyimak dengan baik atau pengajar tidak menyampaikan informasi dengan baik. Namun tetap ada tujuan kenapa keterampilan bertanya ini diperlukan, diantaranya adalah: a. Mengurangi dominasi pengajar dalam proses belajar mengajar b. Mendorong peserta didik agar berani dalam menyampaikan pendapat c. Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas agar tercipta prinsip PAKIKEM d. Agar proses pembelajaran terpusat pada kompetensi yang hendak dicapai. Hal yang perlu dihindari pada keterampilan bertanya ini adalah menjawab pertanyaan sendiri, mengulangi jawaban peserta didik, menjawab pertanyaan secara serentak dengan peserta didik, pertanyaan yang terlalu umum hingga tidak ada batasnya, menunjuk peserta untuk menjawab sebelum pertanyaan diajukan. Semua berkaitan juga dengan attitude, bagaimana seseorang bersikap dalam sebuah kelas atau forum ilmiah.
23 Komponen-komponen keterampilan bertanya: a. Komponen bertanya dasar 1) Jelas dan Singkat (Clarity and Brevity) Pengajar harus memberikan pertanyaan yang jelas dan singkat dengan pilihan kata-kata yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya 2) Acuan (Structuring) Pemberian informasi relevan dengan jawaban yang diharapkan dari peserta didik sebelum pertanyaan itu diajukan. 3) Kecepatan dan selang waktu (Pause) Memberikan jeda waktu untuk peserta didik agar dapat melihat dan mengecek Kembali materi Pelajaran sehingga mereka ada waktu untuk berpikir sebelum pertanyaan diajukan oleh pengajar 4) Pemindahan Giliran (Redirecting) Pengajar mengupayakan agar jawaban dari satu orang peserta didik itu disempurnakan oleh peserta didik lainnya agar ditemukan jawaban beragam dari peserta didik. Peserta didik akan merasa pengajar ini adil karena kesempatan yang diberikan sama untuk semua peserta didik dan tidak pilih kasih. 5) Penyebaran (Distribution) Pertanyaan berbeda dijawab oleh peserta didik yang berbeda. Hal ini untuk memotivasi peserta
24 didik yang kurang minat belajarnya. Sehingga pertanyaan yang telah disipakan tidak hanya untuk peserta didik pintar saja tapi merata untuk semua. 6) Pemberian Tuntunan (Prompting) Apabila pertanyaan yang diajukan oleh pengajar belum mencapai jawaban sempurna maka pengajar wajib memberikan tuntunan kepada peserta didik tersebut sehingga dia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar. Pemberian tuntunan ini dapat dilakukan dengan cara: pertama, mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana yang jawabannya nanti dapat digunakan untuk menuntun peserta didik menjawab pertanyaan semula. Kedua, Pengajar mengulangi penjelasan materi terkait pertanyaan tersebut sehingga memudahkan peserta didik untuk mengingat Kembali. b. Komponen Bertanya Tingkat Lanjut 1) Pengajar dituntut dapat memberikan pertanyaan yang mengarah kepada tingkat pemahaman Bloom mulai dar C1 - C6, pada pertanyaan tingkat lanjut ini pengajar tidak lagi hanya mengajukan pertanyaan yang sekedar menguji hafalan saja. Namun sudah ke ranah aplikasi hingga evaluasi dan penerapannya. Hal ini berguna untuk mengasah tingkat berpikir
25 kritis peserta didik yang mana memang dibutuhkan pada zaman sekarang. 2) Pertanyaan yang diajukan hendaknya berurutan, mulai dari yang mudah dulu kepada yang lebih sulit. Hindari memberikan pertanyaan yang bolak balik atau maju mundur karena menimbulkan kebingungan dari peserta didik, akibatnya adalah menurunnya pasrtisipasi peserta didik. 3) Sudah menggunakan pertanyaan pelacak, jika peserta didik dapat menjawab benar maka pengajar akan meningkatkan lagi level pengetahuan peserta didik dengan cara mengklarifikasi Kembali informasi tersebut dengan penjelasan yang lebih dalam, lantas meminta peserta didik tersebut untuk memberikan alasannya kenapa tercetus jawaban demikian, pengajar dapat meminta kesepakatan pandangan terhadap jawaban tersebut kepada teman-temannya jika ada yang tidak setuju tanyakan alasannya sehingga diskusi terasa lebih menyenangkan, tidak cukup sampai disitu pengajar juga perlu meminta ketepatan jawaban dengan menggalinya lebih dalam lagi terkait jawaban pertanyaan tersebut, masih kurang puas pengajar meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh yang kontekstual, meminta peserta didik tersebut memberikan
26 jawabn yang lebih kompleks. Dengan demikian terjadilah peningkatan interaksi antara pengajar dan peserta didik di dalam kelas (Gelgel dalam Helmiati: 2013) Jadi pertanyaan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis jika dilihat dari segi maksud pertanyaan yang dilontarkan menurut taksonomi Bloom yakni ada pertanyaan yang maksudnya adalah permintaan, retoris, mengarahkan dan menuntun serta pertanyaan menggali tingkat pemahaman seorang peserta didik. Sumber: Kompasiana.com Gambar 3. Tanya Jawab sedang berlangsung d. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills) Damanik dkk (2021: 20) menyebutkan bahwa keterampilan memberi penguatan merupakan Tindakan yang diberikan oleh seorang pengajar agar dapat
27 mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku peserta didik secara berulang. Keterampilan ini berupa respon positif dengan tujuan agar perilaku atau tingkah laku positif tersebut terus dipertahankan atau ditingkatkan lagi. Dengan sengaja dilakukan oleh seorang pengajar misalnya kepada peserta didiknya agar kejadian positif itu terulang Kembali. Dalam kegiatan belajar mengajar penguatan itu bisa disebut sebagai penghargaan. Penguatan berupa respon baik yang bersifat verbal ataupun non-verbal. Penghargaan yang diberikan pengajar bisa berupa anggukan kepala, senyum, kata-kata pujian kepada peserta yang menunjukan perilaku baik. Hal ini dapat membuat peserta didik selalu ingin mempertahankan nilai baik tersebut. Bebrapa manfaat pemberian penguatan secara bijaksana bagi peserta didik: a. Meningkatkan perhatian dalam kegiatan belajar mengajar b. Memudahkan dalam mengikuti penyajian pengajar c. Memelihara dan meningkatkan motivasi belajar yang tinggi d. Mengubah dan mengendalikan perilaku ke arah yang lebih produktif e. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri f. Mengarahkan cara berpikir yang lebih tinggi
28 Komponen-komponen keterampilan menggunakan keterampilan menggunakan penguatan yakni: a. Penguatan verbal Diberikan dalam bentuk kalimat-kalimat pujian atau penghargaan. Misalnya, ya benar, tepat sekali, jawaban Ananda sudah benar, ya..bagus sekali, ibu bangga sekali punya peserta didik seperti kamu nak, nah, peserta didik seperti ini patut dicontoh, goodjob Ananda. b. Penguatan non verbal Komunikasi Tanpa kata-kata namun dengan beberapa gerak tubuh atau isyarat atau dengan symbol benda. 1) Mimik muka dan bahasa tubuh Pesan berupa ekspresi wajah, sorot mata, melempar senyuman, anggukan kepala, ancungan jempol, memberikan tepuk tangan yang terkadang sering digunakan dengan ucapan juga. 2) Mendekati peserta didik Saat memberikan penjelasan misalnya pengajar mendekati peserta didik yang sedang asyik mengobrol atau mendekati peserta didik pada saat dia bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Pengajar melakukan ini untuk mendekatkan diri kepada peserta didik sebagai bentuk perhatiannya. 3) Memberikan sentuhan
29 Menepuk Pundak peserta didik, berjabat tangan, mengangkat tangan peserta didik tetapi hal ini perlu memperhatikan bagaimana budaya setempat. 4) Simbol/benda Seperti pengajar menyiapkan gambar Bintang dari kertas warna-warni atau plastik dengan kreatif dan menarik, lencana yang di desain sendiri oleh pengajar yang nantinya akan dibawa ke dalam kelas. Saat ada peserta didik yang mampu menjawab kuis dengan benar semua misalnya maka akan disematkan symbol Bintang tadi di dada atau dibahunya atau bisa dengan diberikan lencana. Atau hadiah berbentuk makanan kecil misalnya jika mereka mampu menyelesaikan kuis tepat waktu dan benar. Hal ini akan menguatakan mental peserta didik agar tidak malas dalam belajar, bagi anak-anak ini tentu sebuah kebanggaan di depan temantemannya. 5) Membuat kegiatan yang menyenangkan Dengan memberikan rancangan tugas tertentu yang menyenangkan untuk peserta didik. Misalnya peserta didik yang jago dalam berdiskusi ditunjuk menjadi ketua kelompok debat ilmiah dalam sebuah perlombaan, yang bersuara merdu diberikan tugas sebagai ketua paduan suara dikegiatan ekstra kurikuler,
30 menjadikan ketua kelas sebagai pempimpin upacara pada hari Senin karena sifat tegas. Dengan mereka diberikan tugas-tugas sesuai dengan minatnya ini peserta didik akan merasa sangat dihargai dan membuat dia lebih percaya diri. Semangat belajar itu muncul tidak hanya dari dalam diri sendiri namun juga bisa datang dari dorongan luar berupa pemberian Amanah tadi. Dengan demikian penguatan itu bisa positif namun bisa juga negatif. Contoh penguatan negatif adalah pada saat kelas tidak kondusif oleh karena perilaku sekelompok peserta didik maka pengajar menatap tajam kelompok tersebut sembari mengerutkan kening ataupun menggelengkan kepala dengan harapan kegiatan itu segera dihentikan. Atau boleh juga diiringi dengan ucapan agar sekelompok peserta didik yang sedang rebut sekali misalnya atau tidak memperhatikan Pelajaran diberikan nasehat. Sumber: Ruangguru.com Gambar 4. Penguatan positif
31 e. Keterampilan Mengadakan Varisasi (Varying the Stimulus Skills) Variasi adalah sesuatu yang dibuat dengan berbagai bentuk atau sajian yang menarik dengan maksud agar sesuatu itu tidak jadi membosankan. Anda dapat membayangkan dalam satu semester misalnya dengan empat tema besar dipelajari dalam satu mata pelajaran dengan berkali-kali masuk kelas, namun pengajar menyampaikan materi pembelajaran dengan cara yang sama saja. Apakah kelas tersebut tidak akan menjadi menoton? Jika dalam proses belajar mengajar tersebut terjadi kejenuhan pada peserta didik, dapat dipastikan tujuan pembelajran tidak akan tercapai. Sebab, peserta didik sudah terlanjur tidak berminat, mengantuk saat pembelajaran dimulai, malas untuk berpartisipasi karena bosan. Karena itulah variasi dalam proses belajar mengajar sangat penting. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Djamarah & Zain (2010: 161-165) bahwa tujuan penggunaan variasi dalam mengajar adalah: a. Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi proses belajar mengajar Ini akan sulit jika bertemu kelas besar yang jumlah peserta didiknya banyak. Yg dilatarbelakangi oleh banyak alasan misalnya kemampuan guru saat menjelaskan pembelajaran, peserta didik yang
32 merasa bosan di dalam kelas apalagi kalua sudah memasuki jam siang, materi pembelajaran yang tidak disenangi. Sementara pemusatan perhatian peserta didik dalam proses belajar mengajar menjadi kunci keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Itulah kenapa pentingnya memvariasikan gaya mengajar di dalam kelas. Agar penguasaan materi bisa sempurna diterima oleh peserta didik. Tanda peserta didik menguasai materi adalah mampu menjawab soal-soal terkait materi yang bersifat kognitif dan mampu memperlihatkan perubahan tingkah laku diikuti juga dengan keterampilan yang harus dikuasai. b. Meningkatkan fungsi motivasi Tidak semua peserta didik memiliki motivasi yang sama dalam proses belajar mengajar. Maka dibutuhkan motivasi ekstrinsik dari pengajar untuk mereka yang lebih banyak malasnya. Variasi mengajar bisa dari segala sisi, entah melalui penggunaan media pembelajaran atau metode dan model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan gaya belajar peserta didik. c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah Pengajar yang menoton di dalam kelas biasanya tidak disenangi oleh peserta didik, apalgi oleh peserta didik zaman sekarang. Yang mana informasi bertebaran di Internet yang dengan cepat bisa saja mereka akses dengan kemudahan penggunaan
33 gadget. Dari kurikulum KBK berbasis kompetensi hingga sekarang kurikulum Merdeka sebenarnya yang dituntut adalah sikap kreatif dan inovatif pengajar. Bagaimana supaya peserta didiknya betah di dalam kelas dan dapat menyimak materi pembelajaran dengan seksama. Tidak terus-terusan hanya memakai metode ceramah saja misalnya. Namun metode ceramah perlu dikombinasikan dengan metode yang lainnya agar bervariasi. d. Memberikan pilihan dan fasilitas belajar individual Seorang pengajar memang dituntut menguasai banyak keterampilan dalam mengajar. Dalam hal ini pengajar juga harus peka dalam meilih metode, media dan pendekatan. Fasilitas merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar, salah satu fungsinya sebagai alat peraga sebagai penyampai pesan. Di materi pembelajaran IPS alat peraga bisa berupa artek atau miniature benda-benda bersejarah. Hal nyata yang tidak bisa dihadirkan di dalam kelas namun bisa dihadirkan dalam ukuran mini. Hal ini menunjang guru dalam proses memberikan penjelasan terhadap materi. Berikut menurut Arifmiboy (2019: 119-122) jenis variasi dalam mengajar adalah: a. Variasi dalam kegiatan tatap muka 1) Variasi suara (Teacher Voice)
34 Tinggi-rendahnya suara pengajar, maupun kejelasan dan kecepatan suara pengajar dalam menjelaskan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap daya terima/daya tangkap peserta didik. Oleh karena itu intonasi suara juga membutuhkan kontrol dalam proses belajar mengajar. 2) Pemusatan perhatian (Focusing) Kemampuan guru dalam memusatkan perhatian peserta didik Ketika masuk dalam bagian penting dari suatu materi. 3) Kebisuan guru (Teacher silence) Adalah proses diam sejenak tanpa melakukan apapun. Pergantian situasi ini merupakan salah satu bentuk variasi dalam mengajar stelah sekian lama pengajar bersuara. Dengan demikian peserta didik ataupun pengajar punya waktu untuk beristirahat sejenak dan melakukan refleksi singkat. Setelah itu baru melanjutkan strategi berikutnya. 4) Kontak pandang (Eye contact) Pengajar dan peserta didik saling memusatkan penglihatan. Dengan demikian peserta didik merasa diperhatikan oleh gurunya sehingga meminimalisir terjadinya kegiatan-kegiatan yang menyimpang selama proses belajar mengajar berlangsung.
35 5) Gerak guru (Teacher movement) Adanya perpindahan gaya mengajar, jangan hanya duduk saja di depan tanpa bergerak sedikitpun. Dibutuhkan saat yang tepat untuk berdiri, duduk, berjalan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Penguasaan kelas ini perlu untuk dilakukan agar kelas tetap kondusif. Namun raut muka, gerak tubuh dan tatapan mata juga turut menjadi variasi dalam pembelajaran. b. Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran 1) Alat atau media visual Penyampai pesan yang dapat dilihat antara lain: gambar/foto, artefak, miniature, poster dll yang diproyeksikan dengan LCD Proyektor 2) Alat atau media audiktif Media pembelajaran yang dapat didengar misalnya: MP3, tape recorder dll yang bisa dibantu dengan laptop atau radio 3) Alat atau media raba Media pembelajaran yang dapat diraba, dimanipulasi, digerakan, contohnya adalah benda tiruan atau benda peraga. c. Variasi pola komunikasi pembelajran Pembelajaran terjadi karena komunikasi dua arah antara pengajar dan peserta didik. Bentuk-bentuk komunikasi tersebut ialah:
36 1) Komunikasi satu arah Pengajar hanya berfungsi sebagai komunikator dan peserta didik hanya sebgai pendengar atau komunikan saja. Artinya minim interaksi, itu artinya tidak terbentuk cara belajar siswa aktif disini. 2) Komunikasi dua arah Komunikasi terjalin harmonis dari pengajar ke peserta didik dan dari peserta didik kepada pengajar. Dengan cara ini proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan dan menghindari kebosanan peserta didik 3) Komunikasi banyak arah Terjadi antara pengajar kepada peserta didik, peserta didik kepada pengajar, antara sesama peserta didik, peserta didik dengan lingkungan pembelajarannya dan ini biasanya disebut dengan pola interaktif karena lebih luas jangkauannya. Dengan model komunikasi ini tidak hanya partisipasi yang diharapkan tetapi banyak nilai sikap peserta didik yang dapat diasah diantaranya saling menghargai. Tanggung jawa, Kerjasama dll karena pol aini sering terjadi saat penugasan bersifat kelompok bukan individual. Sukirman (2006: 173-74) mempertegas bahwa prinsipprinsip menggunakan variasi dalam pembelajaran adalah:
37 a. Variasi dilakukan hendaknya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik serta hakikat pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini tidak hanya kesiapan dari peserta didik yang diperhatikan namun juga kesiapa guru untuk melakukan variasi dalam mengajar. b. Fleksibel maksudnya variasi yang dilakukan tidak boleh kaku tetapi luwes sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih mantap. Hal ini diperlukan jika seketika diperlukan perubahan variasi dalam mengajar karena kondisi kelas. Jadi tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran yang sedang berlangsung. c. Lancar dan berkesinambungan artinya setiap stimulus yang dilakukan itu harus runut, tidak acak sehingga tidak membingungkan peserta didik. Semua rangkaian stimulus itu sudah direncanakan sehingga terbentuklah satu kesatuan yang utuh. d. Wajar/tidak dibuat-buat stimulus atau variasi yang dibuat harus berkaitan dengan pembahasan materi. Jangan melenceng apalagi tidak nyambung dengan materi yang sedang dibicarakan. Untuk menghindari kesan keterpaksaan dari variasi pembelajaran yang diciptakan. e. Agar variasi yang dilakukan tidak merusak focus perhatian peserta didik dan tidak merusak proses belajar mengajar yang sedang berlangsung maka variasi yang dilakukan itu hendaknya dilakukan oleh
38 pengelola yang matang. Misalnya jika dalam penjelasan materi membutuh beberapa orang tenaga atau personal maka semua sudah disiapkan dari jauh hari. Lagi-lagi yang diperbincangkan dalam keterampilan memberikan variasi pembelajaran adalah bagaimana seorang pengajar dituntut professional dan sesuai dengan tuntutan zaman dimana peserta didiknya berkembang. Sehingga pemanfaatan berbagai sumber informasi dan media pembelajaran juga ditunjang oleh alat yang mendukung sangatlah diperlukan. Dan ini tidak lepas dari kecakapan pengajar dalam memperbarui ilmunya. Sumber: Guruinovatif.id Gambar 5. Menggunakan model picture and picture f. Keterampilan Mengelola Kelas Pengelolaan kelas merupakan masalah yang sangat penting, baik bagi pengajar pemula atau yang sudah berpengalaman. Karena berkaitan dengan masalah sikap yang kompleks dan pengajar berusaha membuat suasana
39 kelas menjadi kondusif sepanjang proses belajar mengajar berlangsung. Masalah yang timbul pada saat pengelolaan kelas bisa berasal dari dua sumber yakni: Pertama, yang bersumber dari peserta didik baik dari individunya atau dari kelompok belajar yang terbentuk di dalam kelas. Kedua, yang bersumber dari kondisi tempat belajar terselenggara. Hal ini bisa disebabkan oleh lingkungan yang ribut, kotor, panas atau apa saja yang membuat peserta didik dan pengajar tidak nyaman sehingga mengganggu komunitas belajar tersebut. Pengajar dituntut jeli dalam memahami masalah-masalah tersebut dan menanganinya segera. Menurut Arifmiboy (2019: 134-138) berikut adalah bentuk-bentuk pengelolaan kelas yang dapat dilakukan oleh pengajar: a. Model Tindakan 1) Preventif Usaha untuk mencegah terjadinya gangguan di dalam kelas. Jadi, pengajar dengan cepat dapat mendeteksi gejala-gejala gangguan dalam proses pembelajaran. Beberapa Tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh pengajar adalah: a) Sikap tanggap atau peka Dengan sigap pengajar dapat melihat dan merespon kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di dalam
40 kelas, terutama yang akan membuat kelas tidak fokus dalam belajar. Misalnya ada peserta didik yang suka sekali terlambat masuk ke kelas, maka dengan tegas pengajar tersebut memanggilnya dan memberikan nasehat agar tidak diulangi lagi. Karena mengganggu perhatian peserta didik lain. Dan itu juga merupakan pelanggaran kedisiplinan. b) Memberikan perhatian Setiap pengajar memang harus memberikan perhatian kepada seluruh peserta didiknya tanpa pilih kasih. Namun perhatian ada yang sifatnya menyebar yakni perhatian diberikan kepada seluruh aspek. Misalnya ketika memberikan penjelasan mata pengajar harus tertuju kepada semua peserta didik tidak boleh hanya ke satu atau dua orang saja atau hanya berpusat kepada kelompok yang pintar saja. Lantas ada perhatian yang sifatnya adalah terpusat contohnya adalah saat salah seorang peserta didik yang ditunjuk untuk mempresentasikan tugas yang telah dibuat, seketika perhatian pengajar hanya terpusat kepada penampilan peserta didik tersebut supaya pengajar
41 dapat menyimpulkan penguasaan materi oleh peserta didik tersebut. 2) Represif Ini adalah Tindakan tegas dari pengajar dalam memecahkan masalah yang terjadi di dalam kelas. 3) Modifikasi Tingkah Laku Ketika tingkah laku yang muncul adalah positif maka pengajar dituntut mengapresiasi tingkah laku tersebut agar peserta didik mempertahankannya. Sementara jika tingkah laku yang buruk atau kurang baik pengajar diminta untuk segera menemukan penyebabnya dan memperingati peserta didik agar tidak mengulanginya lagi. Bahkan diperbolehkan memberikan hukuman yang mendidik agar peserta didik tersebut jera. Modifikasi perilaku juga bisa dilakukan melalui pengelolaan kelompok. Kelas adalah kelompok atau komunitas untuk belajar maka diharapkan permasalahan apapun yang terjadi di kelas dapat diatasi dengan melibatkan semua unsur di dalam kelas tersebut. Masalah yang muncul dapat didiagnosis atau diindentifikasi lebih mendalam agar pembelajaran di dalam kelas terasa menyenangkan dan nyaman sehingga memudahkan peserta didik untuk
42 menyerap ilmu pengetahuan yang diberikan oleh pengajar. b. Peran Guru Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar maka di dalam kelas peran guru sanagtlah penting, diantaranya: 1) Memotivasi peserta didik untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab 2) Memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa wajib untuk mentaati semua aturan yang telah dibuat untuk kepentingan Bersama dan menegaskan bahwa teguran itu merupakan sebuah peringatan sebagai bukti sayang seorang pengajar terhadap peserta didiknya bukan amarah 3) Menghimbau semua peserta didik agar menanamkan pada setiap individu rasa tanggungjawab untuk mematuhi semua aturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah agar terciptanya lingkungan sekolah yang aman dan tertib. c. Kebiasaan yang Harus Dihindari Beberapa sikap yang harus dihindari oleh pengajar terkait keterampilan mengelola kelas diantaranya: 1) Campur tangan yang berlebih 2) Komunikasi yang tersendat-sendat sehingga terjadi kesenyapan yang membingungkan
43 3) Ketidaktepatan, misalnya jam masuk kelas dan jam keluar kelas yang terlambat atau kecepatan atau tidak menepati janji untuk mengembalikan buku tugas peserta didik 4) Materi pembelajaran tidak sesuai dengan yang dijelaskan 5) Bertele-tele sehingga pembelajaran banyak diselingi oleh humor yang tidak jelas dan tidak ada hubungannya dengan materi, harusnya penyajian materi itu tepat sasaran. Mengelola kelas juga berhubungan dengan pendekatan iklim sosio-emosional. Sesuai dengan teori psikologi klinis bahwasanya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien itu terlihat dari hubungan sosial emosional yang baik antar pengajar dengan peserta didiknya dan sesama peserta didik berjalan tentram. Di dalam kelas pasti akan menemukan dua tipe peserta didik yakni peserta didik yang tidak mengalami gangguan psikologis dan peserta didik yang mengalami gangguan psikologis. Dua tipe ini memerlukan respon yang berbeda dari pengajar. Misalnya kepada peserta didik yang tidak mengalami gangguan psikologis, pengajar bisa bersikap terbuka, menerima dan demokratis. Berbeda dengan peserta didik yang terkena gangguan psikologis (tingkah laku yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar) seperti suka menarik perhatian kelas dengan cara yang negatif, suka balas
44 dendam atau peserta didik yang selalu merasa tidak mampu. Maka pengajar diharapkan untuk bersikap masa bodoh untuk anak yang suka menarik perhatian dengan cara negative justru berilah dia tugas yang sedikit menantang sehingga dia berusaha mengejakannya dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan pujian dari gurunya. Untuk peserta didik yang tingkah lakunya suka menguasai maka berilah dia tugas yang sifatnya memimpin, contohnya diberikan tugas sebagai ketua kelas atau ketua kelompok sehingga dia akan merasa diamanatkan tugas yang lebih berat dari teman yang lain karena butuh tanggungjawab yang lebih. Peserta didik yang tampak suka balas dendam maka pengajar jangan terpancing, tetap tenang dan seolah-olah pengajar dan teman-temannya tidak terpengaruh oleh sikapnya dengan demikian dia akan bosan sendiri. Lantas adalagi tipe peserta didik yang selalu merasa tidak mampu saja, maka pengajar tidak boleh langsung menyalahkan mereka tapi telusuri dulu apa latar belakangnya sehing dia begitu tidak percaya diri. Dan pelan-pelan pengajar mulai memotivasi untuk peserta didik tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan apapun di kelas. Maka setelah dia berhasil maka apresiasi dari pengajar sangat dibutuhkan.
45 Lebih lanjut Djamarah dan Zain (2010: 185-186) menyatakan dalam pengelolaan kelas perlu untuk memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a. Hangat dan antusias b. Mengajar penuh tantangan, misalnya mulai dari penggunaan kata-kata, media belajar dll yang lebih bervariasi maka akan meningkatkan gairah belajar peserta didik, sehingga meminimalisir tingkah laku yang menyimpang di dalam kelas. c. Luwes dalam mengajar sehingga peserta didik dapat mematuhi semua aturan d. Ada penekanan pada hal-hal yang positif e. Menanamkan disiplin diri, mulai dari pengajar perlebih dahulu nanti peserta didik akan mengikuti. Penataan ruang kelas juga sangat berpengaruh demi mendukung proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan: a. Pengaturan tempat duduk Bentuk formasi tempat duduk hendaknya bisa dirubah-rubah sesuai kebutuhan. Misalnya saat berdiskusi maka pola melingkar akan lenih bagus. Namun jika pertemuan itu lebih kepada metode ceramah maka tempat duduk memanjang kebelakang sangat efisien. b. Pengaturan alat-alat pengajaran Misal papan tulis, spidol dll diatur sedemikian rupa agar terjangkau oleh penglihatan semua peserta
46 didik. Diharapkan pengajar yang menggunakannya juga penuh dengan nilai estetika missal dengan spidol beragam warna sehingga menarik minat peserta didik. c. Penataan keindahan dan kebersihan kelas Hiasan dinding kelas harus yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya Pancasila, teks proklamasi, peta atau globe dll. Ada jadwal piketb kelas yang rutin dan secara bergiliran. Setiap pengajar yang masuk kelas juga harus mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan kelas. d. Ventilasi dan tata Cahaya Sangat diperlukan kelas yang cukup Cahaya, tidak pengap karena pergantian udara. Hal ini juga berpengaruh untuk peserta didik, agar menghindari rasa ngantuk yang datang pada saat jam-jam genting. Sumber: SekolahDasar.Net Gambar 6. Penataan Ruang Kelas
47 g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok merupakan kegiatan yang wajib ada dalam proses belajar mengajar. Guna mendukung terwujudnya peserta didik yang aktif dan suka berpartisipasi dalam lingkungannya. Kegiatan yang tergolong diskusi kelompok apabila memenuhi persyaratan: pertama, anggota kelompok idealnya berjumlah 3-9 orang namun idealnya 5-7 orang. Kedua, berlangsung secara terbuka. Ketiga, prosesnya teratur dan sistematis untuk mendapatkan kesimpulan. Keempat, mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Sumber: SindoNews Gambar 7. Membimbing Diskusi kelompok Kecil Kelebihan dari diskusi kelompok kecil antara lain: a. Hasil keputusan yang didapat dari diskusi lebih berisi daripada hasil pemikiran individu b. Menyemangati anggota kelompok yang kurang motivasi
48 c. Anggota kelompok yang pemalu perlahan bisa bersuara di dalam kelompoknya d. Anggota kelompok terbiasa untuk memecahkan masalah secara Bersama-sama e. Meningkatkan rasa toleransi Lebih lanjut Helmiati (2013: 85-88) menjelaskan ada enam (6) keterampilan yang harus dikuasai oleh pengajar terkait membimbing diskusi kelompok kecil yaitu: a. Memusatkan perhatian Topik diskusi tidak boleh menyimpang, makanya diperlukan perhatian dari pengajar selama diskusi berlangsung. Cara yang dapat dilakukan antara lain: 1) Rumuskan tujuan diawal diskusi dan mengenalkan topik 2) Menyatakan masalah khusus yang dibicarakan 3) Jika permasalahan yang didiskusikan menyimpang guru diharapkan segera mengembalikan ke topik awal dengan cara melontarkan pertanyaan untuk mengingatkan Kembali topik sebenarnya 4) Merangkum hasil pembicaraan sebelum melanjutkan Kembali dengan masalah berikutnya b. Memperjelas semua urunan pendapat Guru harus memperjelas pertanyaan peserta didik yang kurang dimengerti oleh kelompok penyaji.
49 Dengan cara meminta Kembali penjelasan yang dibarengi dengan contoh. c. Menganalisis pandangan peserta didik Dalam forum diskusi terjadi perbedaan pendapat itu biasa. Disinilah peran pengajar menelaah perbedaan tersebut dan apa alasan masing-masing kelompok. Sehingga masing-masing punya dasar yang kuat d. Meningkatkan urunan peserta didik Dengan cara: 1) Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang peserta didik untuk berpendapat 2) Memberikan contoh yang kontekstual 3) Menghangatkan suasana dengan memberikan pertanyaan yang dapat mengundang perbedaan pendapat 4) Pengajar harus menunjukkan dukungan terhadap partisipasi peserta didik dengan cara menunjukkan mimik wajah atau komentar yang positif, mendengarkan dengan seksama saat mereka berdiskusi. 5) Pengajar memberikan waktu yang cukup untuk berpikir tanpa dipengaruhi oleh pengajar. e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi Agar diskusi kelompok benar-benar melibatkan semua anggota kelompok dan semua merasa puas, maka kesempatan diskusi harus disebarkan secara merata tidak terpusat hanya pada beberapa orang saja. Pengajar sesekali mengarahkan pertanyaan
50 agar dijawab oleh peserta didik yang pendiam dan mencegah pertanyaan dijawab oleh 1 orang saja atau diskusi hanya dikuasai oleh orang yang sama terus. f. Menutup diskusi Diskusi ditutup dengan hasil yang sudah jelas dari pembahasan mendalam antara peserta didik dan pengajar. h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan Konsep pengajaran kelompok kecil dan perseorangan adalah pengajar bisa menghadapi banyak kelompok dan banyak murid yang masing-masing mempunyai kesempatan yang sama untuk bertatap muka dan berinteraksi. Jadi, bukan berarti hanya menghadapi satu kelompok atau seorang peserta didik saja. Karena peran guru saat mengajar kelompok atau perorangan adalah sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sebagai sumber informasi bagi peserta didiknya, sebagai motivator untuk peserta didiknya agar aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, sebagai fasilitator yang menyediakan materi pembelajaran dan kesempatan belajar bagi peserta didiknya, sebagai konselor pengajar dituntut mampu menganalisa kesulitan apa yang dialami peserta didiknya saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga dapat dibimbing sesuai kebutuhannya, dan pengajar juga sebagai partisipan di