The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ebook ini adalah materi ajar mata kuliah Dasar-dasar Promosi Kesehatan secara online dan gratis

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ake Langingi, 2023-03-21 21:31:37

Buku Ajar Dasar-Dasar Promosi Kesehatan

Ebook ini adalah materi ajar mata kuliah Dasar-dasar Promosi Kesehatan secara online dan gratis

Keywords: ebook buku ajar,dasar-dasar promosi kesehatan,administrasi rumah sakit,kesehatan

BUKU AJAR DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN


BUKU AJAR DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN Dr. Vione D. O. Sumakul, Ns., M.Kep Ns. Ake Royke Calvin Langingi, S. Kep., M.Kes Ns. Cicilia K. Lariwu, S.Kep., M.Kes Ns. Mareyke Y. L. Sepang, S.Kep., M.Kes


BUKU AJAR DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN © Penerbit Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia (PRCI) Penulis: Dr. Vione D. O. Sumakul, Ns., M.Kep Ns. Ake Royke Calvin Langingi, S. Kep., M.Kes Ns. Cicilia K. Lariwu, S.Kep., M.Kes Ns. Mareyke Y. L. Sepang, S.Kep., M.Kes Editor: Ahmad Ruhardi, S.Si, M. KL. Cetakan Pertama: Juni 2022 Cover: Rusli Tata Letak: Tim Kreatif PRCI Hak Cipta 2022, pada Penulis. Diterbitkan pertama kali oleh: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia ANGGOTA IKAPI JAWA BARAT Pondok Karisma Residence Jalan Raflesia VI D.151 Panglayungan, Cipedes Tasikmalaya – 085223186009 Website: www.rcipress.rcipublisher.org E-mail: [email protected] Copyright © 2022 by Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia All Right Reserved - Cet. I –: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesia, 2022 Dimensi : 14,8 x 21 cm ISBN: 978-623-448-120-4 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72


Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72 Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling sedikit 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus karena atas berkat dan tuntunanNya sehingga buku ajar berjudul Dasar_Dasar Promosi Kesehatan boleh terselesaikan. Semakin kaya pengetahuan tentang Promosi kesehatan, akan semakin baik dalam berkomunikasi dengan masyarakat dan keluarga agar proses pncegahan semakin kuat. Jika semuanya berjalan lancar maka proses Asuhan Keperawatan akan semakin baik pula. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang umpun ilmu kesehatan sangat diperlukan upaya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan (promosi kesehatan) dalam rangka mengarahkan pengetahuan baik dengan pendekatan secara keilmuan maupun dengan pendekatan secara praktis. Buku ajar ini dapat dipergunakan oleh praktisi dan akademisi di tatanan pelayanan kesehatan baik di institusi pendidikan kesehatan, rumah sakit, puskesmas bahkan seluruh stage holder sehingga mempermudah dalam mengaplikasikan teori maupun praktik di tatanan yang sebenarnya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ajar ini, untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran serta masukan-masuksn semua pembaca demi kesempurnaan buku ajar ini di kemudian hari. Komunikasi sangat berperan dan sangat vital dalam proses penyembuhan pasien dalam bidang keperawatan. Komunikasi dalam bidang keperawatan dapat menciptakan hubungan


ii | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan baik antara perawat dan klien/pasien, sehingga perawat dapat memahami kebutuhan klien dan menentukan rencana tindakan bagi klien/pasien. Buku ajar ini di susun sesuai dengan kurikulum keperawatan, sehingga dihrapkan perawat menjalin kerjasama dengan klien/pasien atau keluarga untuk bagaimana seharusnya perawat menjalin komunikasi yang baik kepada klien/pasien. Buku Ajar ini akan menuntun profesi perawat untuk menjalin hubungan baik dengan pasien. Penulis menyadri bahwa Buku ajar ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itulah dibutuhkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan buku ajar ini. Dalam buku ajar ini, dibahas tentang: BAB I Sejarah dan Konsep Dasar Promosi Kesehatan BAB II Lima Tingkatan Pencegahan (Five Level of Prevention) BAB III Strategi Promosi Kesehatan BAB IV Definisi Perilaku dan Domain Perilaku BAB V DeterminanPerilaku Menurut Preceede Proceed Model(Lawrence Green) BAB VI Health Literacy BAB VII Peran dan Upaya Pendidikan Kesehatan Semoga Buku Ajar ini bermanfat bagi para anak-anak Jurusan Administrasi Rumah Sakit serta bagi para pembaca umumnya. Tomohon, Juni 2022 Tim Penyusun


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................iii BAB I SEJARAH DAN KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN................................................................................................. 1 A. Sejarah Promosi Kesehatan....................................................... 1 B. Definisi Konsep Promosi Kesehatan...................................... 3 C. Konsep Promosi Kesehatan....................................................... 4 D. Visi dan Misi Promosi Kesehatan............................................ 5 E. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan....................................... 8 F. Sasaran Promosi Kesehatan...................................................... 9 BAB II LIMA TINGKATAN PENCEGAHAN (FIVE LEVEL OF PREVENTION )...........................................................................................13 A. Health Promotion (Promosi Kesehatan) ............................13 B. Perlindungan Khusus (Spesific Protection).......................14 C. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)........................................14 D. Pembatasan kecacatan (Disabillity Limitation)...............16 E. Pemulihan (Rehabilitation).....................................................16 BAB III STRATEGI PROMOSI KESEHATAN....................................19 A. Advokasi (Advocacy)..................................................................19 B. Dukungan Sosial (Social Support).........................................20 C. Prinsip Komunikasi Terapeutik.............................................21 BAB IV DEFINISI PERILAKU DAN DOMAIN PERILAKU ...........23 A. Domain Perilaku ..........................................................................24 BAB V DETERMENAN PERILAKU MENURUT PRECEDEPROCEED MODEL (LAWRENCE GREEN).......................................27


iv | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan A. Konsep Precede-Proceed .......................................................... 28 B. Faktor Predisposing.................................................................... 28 C. Faktor Reinforcing ...................................................................... 28 D. Faktor Enabling ........................................................................... 29 BAB VI HEALTH LITERACY................................................................. 31 A. Definisi Health Literachy.......................................................... 31 B. Konsep Health Literachy .......................................................... 33 C. Metode Pengukuran Health Literachy................................ 37 BAB VII PERAN DAN UPAYA PENDIDIKAN KESEHATAN...... 41 A. Peran Pendidikan Kesehatan untuk Perubahan Perilaku........................................................................................... 41 B. Upaya Pendidikan Kesehatan Pada Setting Kelompok Masyarakat yang Berbeda....................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 49


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | v


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 1 BAB I SEJARAH DAN KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN I. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah anda selesai mempelajari BAB ini, diharapkan anda memahami tentang sejarah dan konsep dasar promosi kesehatan II. Tujuan Pembelajaran Khusus a. Menjelaskan sejarah promosi kesehatan b. Menjelaskan definisi promosi kesehatan c. Menjelaskan konsep promosi kesehatan d. Menjelaskan visi dan misi promosi kesehatan e. Menjelaskan ruang lingkup promosi kesehatan dan menyebutkan contohnya f. Sasaran promosi kesehatan dan menyebutkan contohnya A. Sejarah Promosi Kesehatan 1. Sebelum Tahun 1965 Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program kesehatan, Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), supaya sasaran program lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang.


2 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan 2. Periode Tahun 1965-1975 Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya peningkatan tenaga profesional melalui program Health Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. 3. Periode Tahun 1975-1985 Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Pendidikan kesehatan pada era tahun 80- an menekankan pada pemberian informasi kesehatan melalui media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat dengan harapan masyarakat mau melakukan perilaku hidup sehat. Oleh sebab itu, agar pendidikan kesehatan tidak terkesan ‘tanpa arti’, maka para ahli pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah promosi kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja tetapi juga perubahan lingkungan yang menfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan hidup sehat bukan sekedar berperilaku sehat. 4. Periode Tahun 1985-1995 Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 3 Tujuan dari PKM dan PSM saat itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan. 5. Periode Tahun 1995-sekarang Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan tidak hanya perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi Internasional Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’st Century, Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’. Sehingga tujuan dari Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Dengan demikian penggunaan istilah Promosi Kesehatan di Indonesia tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. B. Definisi Konsep Promosi Kesehatan Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”. Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual. Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia


4 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan publik berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu mengontrol determinan-determinan kesehatan. C. Konsep Promosi Kesehatan Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun 1986, telah membawa perubahan dalam pengertian dan praktek “health promotion” atau promosi kesehatan. Piagam ini mendefinisikan Promosi Kesehatan sebagai “Proses yang memungkinkan individu mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya. Untuk mencapai kesehatan jasmani, rohani dan sosial yang sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan”. Pengertian promosi kesehatan yang tertuang dalam piagam ottawa ini kemudian diperbarui WHO menjadi: “Proses pemberdayaan rakyat (individu dan masyarakat) yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan determinan-determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya ”.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 5 D. Visi dan Misi Promosi Kesehatan Promosi kesehatan memiliki visi, misi dan strategi yang jelas sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1193/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan. Visi promosi kesehatan adalah mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (ingin diperbaiki) menjadi suasana baru (ingin dicapai). Visi diperlukan dalam promosi kesehatan agar segala sesuatu yang akan dilakukan mempunyai arah yang jelas, dalam hal ini apa yang menjadi harapan dari promosi kesehatan sebagai penunjang dalam program kesehatan yang lain. Visi promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatannya, baik fisik, mental, sosial, serta mampu produktif secara ekonomi maupun sosial sebagaimana yang dituangkan dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO. Menurut Fitriani (2011), ada empat kata kunci dalam visi promosi kesehatan, yaitu : 1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatan 2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatan 3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari gangguangangguan kesehatan, dan mencari pertolongan pengobatan yang profesional bila sakit 4. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu


6 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok, atau masyarakat itu bersifat dinamis, tidak elastis. Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan upaya-upaya yang harus dilakukan dan biasanya telah dituangkan dalam misi. Berdasarkan Piagam Ottawa (1984), misi promosi kesehatan dapat dilakukan menggunakan 3 strategi, yaitu : 1. Advokat (Advocate) Kegiatan advokasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, tetapi juga dapat dilakukan oleh masyarakat sasaran kepada para pemangku kebijakan dari berbagai tingkat atau sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan advokasi adalah untuk meyakinkan para pemangku kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting dan membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Contoh advokasi : Di desa A terjadi wabah DHF (DBD), perangkat desa dan petugas pelayanan kesehatan di desa tersebut harus mengambil keputusan, dengan membuat suatu kebijakan. Agar masalah tersebut dapat diatasi dengan tepat, maka kebijakan yang dibuat meliputi gotong royong dengan melakukan 3M (mengubur, menguras, menutup), melakukan fogging di desa tersebut, serta membagikan abate secara gratis kepada warga. 2. Mediasi (mediate) Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 7 Hal ini dikarenakan faktor yang memengaruhi kesehatan tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerja sama dengan program lain dilingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Kemitraan sangat penting sebab tanpa kemitraan sektor kesehatan tidak akan mampu menangani masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas. Promosi kesehatan disini bertanggung jawab untuk memediasi berbagai kepentingan berbagai sektor yang terlibat untuk meningkatkan status kesehatan. Contoh mediasi/menjembatani : Pelaksanaan kebijakankebijakan yang telah dirumuskan oleh perangkat desa dan petugas pelayanan kesehatan, yakni dengan pelaksanaan gotong royong rutin, pelaksanaan fogging secara merata, dan memastikan setiap warga mendapatkan jatah abate dan menggunakannya setidaknya seminggu sekali. Sebagai petugas kesehatan juga wajib melakukan evaluasi minimal sebulan sekali. 3. Memampukan (enable) Prinsip promosi kesehatan ini adalah masyarakat mampu untuk memiliki kontrol terhadap determinan yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Sesuai dengan visi misi promosi kesehatan yaitu mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti, dalam kegiatan promosi kesehatan harus dapat memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mampu mandiri dibidang kesehatan baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat.


8 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan Contoh memampukan : Masyarakat mampu menggerakkan dan memberdayakan desa itu sendiri untuk hidup sehat, baik secara individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif yaotu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Contohnya adalah dengan pelaksanaan Posyandu dan Kader Kesehatan. E. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku dan akar-akarnya serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku. Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (yang merupakan prasyarat terjadinya perilaku secara sukarela), pemungkin (enabling, yang memungkinkan faktor predisposisi yang sudah kondusif menjelma menjadi perilaku), dan faktor penguat (reinforcing, yang akan memperkuat perilaku atau mengurangi hambatan psikologis dalam berperilaku yang diinginkan). Menurut bagan teori Green, diketahui bahwa factor perilaku kesehatan ditentukan oleh 3 faktor, yaitu : Pertama, faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb. Contoh: seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan agar mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 9 Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya tempat olah raga, dsb. Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh masyarakat, dukungan suami, dukungan keluarga, tokoh adat, dsb. F. Sasaran Promosi Kesehatan Sasaran promosi kesehatan menurut Notoatmodjo (2012) antara lain sebagai berikut : 1. Individu dan keluarga a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung maupun media massa. b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara serta meningkatkan dan melindungi kesehatanya. 2. Masyarakat atau Lembaga Swadaya Masyarakat Upaya peningkatan kesehatan dan saling bekerja sama serta saling membantu untuk mewujudkan lingkungan sehat. 3. Lembaga pemerintah Kepedulian dan dukungan pemerintah dalam upaya mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan bidang kesehatan. 4. Institusi Peningkatan mutu kesehatan yang dapat memberikan kepuasan pada masyarakat.


10 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan Tujuan akhir atau visi promosi kesehatan adalah kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dan visi ini jelas bahwa yang menjadi sasaran utapa promosi kesehatan adalah masyarakat, khususnya lagi perilaku masyarakat. Namun demikian, karena terbatasnya sumberdaya, akan tidak efektif apabila upaya atau kegiaatan promosi kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah mapun swasta itu, lansung dialamatkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan berdasarkan pentahapan promosi kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu : 1. Sasaran primer (primary target) Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran lansung segala upaya pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan. sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat di kelompokkan menjadi; kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KTA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat 2. Sasaran sekunder (secondary target) Pada tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini anak memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Di samping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang di terima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilakusehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang di


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 11 tujukan kepada sasaran sekunder ini adlah sejalan dengan strategi dukungan sosial 3. Sasaran tersier (tertiary target) Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik tingkatb pusat maupun daerah adalah, sasaran tersier promosi kesehatan. dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarakan kelompok ini akan mempunyai dampak atau perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan stratergi advokasi Sasaran Promosi kesehatan dan contohnya 1. Perorangan / Keluarga Contoh tindakan : Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung maupun melalui media Massa, Berperan aktif dalam upaya / kegiatan kesehatan,dll. 2. Tatanan – Tatanan lain Contoh tindakan: Adanya kader kesehatan untuk masingmasing tatanan, mewujudkan tatanan yang sehat untuk menuju terwujudnya kawasan sehat,dll. 3. Ormas/Organisasi profesi/LSM Contoh tindakan: Menggalang potensi untuk mengembankan gerakan/upaya kesehatan, Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat, dll. 4. Petugas/Program/Institusi Kesehatan Contoh tindakan: Melakukan promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan yang di selenggarakan, mendukung tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat,dll.


12 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan 5. Lembaga Pemerintah/Lintas sektor/politis/swasta Contoh tindakan: Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 13 BAB II LIMA TINGKATAN PENCEGAHAN (FIVE LEVEL OF PREVENTION ) I. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah anda selesai mempelajari BAB ini, diharapkan anda memahami tentang lima tingkat pencegahan (five level of prevention). II. Tujuan Pembelajaran Khusus a. Menjelaskan tentang Promosi Kesehatan (Health Promotion) b. Menjelaskan tentang perlindungan khusus (Spesific Protection) c. Menjelaskan tentang diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) d. Menjelaskan cara mengurangi terjadinya kecacatan (Disability Limitation) e. Menjelaskan tentang pemulihan (Rehabilitation) Dalam promosi kesehatan, terdapat beberapa pencegahan. Menurut Leavel dan Clark, pencegahan penyakit terbagi dalam 5 tahapan atau sering disebut five (5) level of prevention. A. Health Promotion (Promosi Kesehatan) Dalam tingkat ini, pendidikan kesehatan sangat diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup seharihari, perbaikan sanitasi lingkungan contohnya penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan


14 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, dan sebagainya. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha diantaranya : 1. Penyediaan makanan sehat cukup baik kualitas maupun kuantitasnya 2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, dan air limbah 3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat 4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapainya perkembangan kepribadian yang baik B. Perlindungan Khusus (Spesific Protection) Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan yang diberikan kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit tertentu. Beberapa usaha dalam tingkat pencegahan ini, yaitu : 1. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu 2. Isolasi penderitaan penyakit menular 3. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun di tempat kerja C. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat merupakan langkah pertama ketika seorang telah jatuh sakit. Tindakan ini dapat membantu agar sakit yang telah dialami seseorang dapat dengan cepat diidentifikasi dan mencegah orang yang sudah sakit agar penyakitnya tidak semakin parah. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat mengurangi biaya pengobatan dan dapat mencegah


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 15 kecacatan yang mungkin timbul jika suatu penyakit dibiarkan tanpa tindakan kuratif. Tujuan utama dari usaha pencegahan ini adalah : 1. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapainya penyembuhan yang segera dan sempurna 2. Pencegahan penularan kepada orang lain jika penyakit yang diderita adalah penyakit yang tergolong menular 3. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan oleh suatu penyakit Beberapa usaha deteksi dini diantaranya adalah : 1. Mencari penderita didalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan. Jalan pemeriksaan misalnya pemeriksaan darah, rontgen paru-paru, serta dengan segera memberikan pengobatan 2. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit yang berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar derita penyakit yang timbul dapat segera diberikan tindakan pengobatan, misalnya isolasi, desinfeksi, dan sebagainya 3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar masyarakat itu sendiri dapat mengenal gejala-gejala penyakit pada tingkat awal dan dengan segera mencari pengobatan Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan : a. Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit b. Kemungkinan terjadinya kecacatan yang lebih besar c. Penderita penyakit akan menjadi lebih lama menderita penyakit tersebut


16 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan d. Biaya baik untuk perawatan maupun pengobatan akan menjadi lebih besar D. Pembatasan kecacatan (Disabillity Limitation) Karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat yang menderita suatu penyakit tidak melanjutkan tahap pengobatannya sampai tuntas. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau memiliki ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Adapun pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit menyerang dan membuat cacat si penderita baru kemudian diambil tindakan. Banyak penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan pengobatan yang lebih sempurna. Salah satunya adalah dengan meminum obat yang telah diberikan dokter sesuai dosis/takaran, dan waktu meminumnya sampai obat tersebut habis atau penyakit tersebut telah sepenuhnya sembuh. E. Pemulihan (Rehabilitation) Rehabilitasi merupakan tahapan yang sifatnya memulihkan. Rehabilitasi sendiri terdiri atas : 1. Rehabilitasi fisik Rehabilitasi fisik yaitu pemulihan yang dilakukan agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalmaksimalnya. Contohnya seseorang yang karena kecelakaan mengalami patah kaki sehingga perlu mendapatkan rehabilitasi agar patah kaki tersebut bisa sembuh.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 17 2. Rehabilitasi mental Rehabilitasi mental yaitu pemulihan yang dilakukan agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan maupun kelompok. Seringkali ini terjadi juga dikarenakan bekas penderita mengalami kecacatan sementara. Untuk hal ini dibutuhkan bimbingan kejiwaan sebelum bekas penderita kembali berinteraksi ke dalam masyarakat. 3. Rehabilitasi sosial vokasional Rehabilitasi sosial vokasional yaitu pemulihan agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalmaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya. 4. Rehabilitasi aesthesis Rehabilitasi aesthesisi yaitu usaha yang perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan walaupun kadang fungsi dari alat tubuh yang pernah cedera tidak dapat dikembalikan, misalnya penggunaan kaki palsu.


18 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 19 BAB III STRATEGI PROMOSI KESEHATAN I. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mahasiswa selesai mempelajari BAB II yang sebelumnya, diharapkan mahasiswa memahami tentang Strategi Promosi Kesehatan II. Tujuan Pembelajaran Khusus a. Menjelaskan tentang Advokasi (Advocacy) b. Menjelaskan tentang Dukungan Sosial (Social Support) c. Menjelaskan tentang Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment) A. Advokasi (Advocacy) Advokasi kesehatan merupakan serangkaian kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan, menjual ide agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat Advokasi sendiri dari segi bahasa adalah pembelaan. Ada beberapa pengertian dan penjelasan terkait dengan definisi advokasi: Usaha-usaha terorganisir untuk membawa perubahan-perubahan secara sistematis dalam menyikapi suatu kebijakan, regulasi, atau pelaksanaannya (Meuthia Ganier). Sasaran advokasi hanya tertuju pada kebijakan-kebijakan publik semata (atau bahkan hanya satu kebijakan publik) saja dengan asumsi bahwa perubahan yang terjadi pada satu


20 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan kebijakan tertentu akan membawa dampak positif atau paling tidak menjadi titk awal dari perubahan yang lebih besar. Fungsi advokasi dalam konseling berupaya memberikan bantuan (oleh konselor) agar hak-hak keberadaan, kehidupan dan perkembangan orang atau individu atau klien yang bersangkutan kembali memperoleh hak-haknya yang selama ini dirampas, dihalangi, dihambat, dibatasi atau dijegal. Tujuan advokasi kesehatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan, untuk meningkatkan opini masyarakat dalam mendukung kesehatan, dan terpecahkannya masalah kesehatan secara bersama dan terintegrasi dengan pembangunan kesehatan didaerah melalui kemitraan dan adanya dukungan serta kepedulian dari pimpinan daerah (Solang, Losu dan Tando, 2016: 72). B. Dukungan Sosial (Social Support) Promosi kesehatan akan mudah dilakukan apabila mendapatkan dukungan sosial. Dukungan sosial adalah sebuah kegiatan dengan tujuan untuk mencari dukungan dari berbagai elemen (tokohtokoh masyarakat) untuk menjembatani antara pelaksana program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan tersebut. Strategi ini dapat disebut sebagai upaya bina suasana atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana ini adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder), sedangkan untuk sasaran dukungan sosial atau bina suasana lainnya terdiri dari kelompok peduli kesehatan, para pemuka agama, tenaga profesional kesehatan, institusi pelayanan


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 21 kesehatan, organisasi massa, tokoh masyarakat, kelompok media massa, dan lembaga swadaya masyarakat. Adapun bentuk-bentuk dukungan sosial yang dilaksanakan di masyarakat diantaranya sebagai berikut. 1. Bina Suasana Individu Bina suasana individu ini dilakukan oleh individu tokoh-tokoh masyarakat. Para tokoh masyarakat ini menjadi individu-individu yang menjadi panutan dalam hal mempraktikan program kesehatan yang sedang diperkenalkan. 2. Bina Suasana Kelompok Bina suasana kelompok dilakukan oleh para kelompok-kelompok yang ada didalam masyarakat, seperti ketua RT, RW, karang taruna, serikat pekerja dan lain sebagainya. Dalam hal ini, kelompokkelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli dengan program kesehatan yang sedang diperkenalkan dan setuju atas program kesehatan tersebut serta mendukung program kesehatan tersebut. 3. Bina Suasana Publik Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui pemanfaatan media-media komunikasi yang ada. Sebagai contoh radio, TV, koran, majalah, websites, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, media massa yang ada peduli serta menjadi pendukung dalam program kesehatan yang sedang diberlakukan atau diperkenalkan (Solang, Losu dan Tando, 2016: 66- 68) C. Prinsip Komunikasi Terapeutik Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya promosi kesehatan. Pemberdayaan ialah sebuah proses pemberian informasi kepada keluarga atau kelompok dan individu secara terus menerus dan berkesinambungan dengan mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat supaya masyarakat berubah dari yang awalnya


22 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan tidak tahu menjadi tahu atau sadar serta dari tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan program kesehatan yang diperkenalkan (Solang, Losu dan Tando, 2016: 59-64). Ada dua tujuan promosi kesehatan yang dihubungkan dengan pembedaryaan masyarakat. Pertama, pemberdayaan merupakan sebuah cara dimana masyarakat diarahkan mampu untuk melaksanakan kehidupannya. Kedua, dapat meningkatkan perilaku hidup sehat di masyarakat dan ketiga yaitu dapat meningkatkan peran masyarakat dalam upaya kesehatan.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 23 BAB IV DEFINISI PERILAKU DAN DOMAIN PERILAKU I. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah anda selesai mempelajari BAB ini, diharapkan anda memahami tentang definisi perilaku dan domain perilaku manusia II. Tujuan Pembelajaran Khusus a. Menjelaskan definisi perilaku b. Menjelaskan domain perilaku Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015). Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana


24 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Triwibowo, 2015). A. Domain Perilaku Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas (Triwibowo (2015). Dalam hal ini Perilaku terbagi dalam tiga domain yaitu : 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Ada beberapa tingkatan yang mencakup pengetahuan dalam domain kognitif , yaitu: a. Tahu (know) artinya sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajaripada situasi atau kondisi sebenernya. d. Analisis (analysis) suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tesebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 25 e. Sintesis (syhthesis), Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni: a. Keperayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi, dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian seseorang terhadap ceramahceramah. b. Merespon (responding), Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


26 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkatan yang ketiga d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggu jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. 3. Praktek atau tindakan Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: a. Persepsi (perception) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan tindakan tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat kedua. c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai tindakan tingkat ketiga. d. Adaptasi (adaptational) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 27 BAB V DETERMENAN PERILAKU MENURUT PRECEDE-PROCEED MODEL (LAWRENCE GREEN) I. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah anda selesai mempelajari BAB ini, diharapkan anda Mampu Memahami menganalisis Determinan Perilaku Menurut Precede-Proceed Model (Lawrence Green) II. Tujuan Pembelajaran Khusus a. Menjelaskan tentang Konsep Precede-Proceed. b. Menjelaskan Faktor Predisposing c. Menjelaskan Faktor Reinforcing d. Menjelaskan Faktor Enabling PRECEDE(Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) Alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan. Digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program. PROCEED (Policy, Regulatory and Organization Construct in Educational and Environment Development) Digunakan untuk menetapkan pelaksanaan, sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi & evaluasi.


28 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan A. Konsep Precede-Proceed Apakah anda sudah mengetahui atau mampu menjelaskan tentang Precede-Proceed? Pengertian Precede-Proceed Secara umum PRECEDE/ PROCEED adalah Model partisipasi masyarakat yang berorientasi menciptakan masyarakat yang berhasil mengubah perilaku akibat intervensi promosi kesehatan. Sebelum dilakukan promosi kesehatan, disusun perencanaan agar promosi kesehatan dapat sesuai tujuan. Salah satu model yang digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi promosi kesehatan adalah model Precede Proceed. Model Precede Proceed dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991). Menurut Green dan Kreuter perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: Faktor predisposisi (predisposing factor), Faktor penguat (reinforcing factor), Faktor pemungkin (enabling factor). B. Faktor Predisposing Faktor predisposing merupakan faktor yang menjadi dasar motivasi atau niat seseorang melakukan sesuatu. Faktor pendorong meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan persepsi, tradisi, dan unsure lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan (Heri, 2009). C. Faktor Reinforcing Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, faktor–faktor tersebut yaitu :


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 29 1. Dukungan petugas kesehatan, dimana semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatannya pada dasarnya adalah penyuluhan kesehatan. Ditengah-tengah masyarakat petugas kesehatan adalah menjadi tokoh panutan dibidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Demikian pula petugaspetugas lain atau tokoh masyarakat juga merupakan panutan perilaku termasuk perilaku Kesehatan 2. Dukungan keluarga, dimana dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan. Oleh karena itu keluarga sangat berperan dalam menentukan keputusan pemakaian alat kontrasepsi yang dibutuhkan. D. Faktor Enabling Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor pemungkin terdiri dari ketersediaan tablet Fe dan kesempatan mengkonsumsi Tablet Fe. Tugas kesehatan salah satunya bidan menyediakan dan memberikan penyuluhan atau penyuluhan kesehatan mengenai manfaat kepatuhan minum tablet Fe sehingga termotivasi untuk mengikuti dan patuh terhadap terapi yang dianjurkan.


30 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 31 BAB VI HEALTH LITERACY I. Tujuan Pembelajaran Umum Mampu menjelaskan health literacy sebagai hasil dari upaya promosi kesehatan. II. Tujuan Pembelajaran Khusus a. Menjelaskan Definisi Health Literachy b. Menjelaskan tentang konsep HealthLiterachy c. Menjelaskan tentang beberapa metode pengukuran health literachy A. Definisi Health Literachy Health Literacy atau literasi kesehatan merupakan kemampuan individu dalam mengakses, memahami dan menggunakan informasi serta pelayanan kesehatan untuk membuat suatu keputusan yang tepat (Verney et al, 2018). Menurut World Health Organization (2009) literasi kesehatan didefinisikan sebagai keterampilan kognitif dan sosial yang menentukan motivasi dan kemampuan individu untuk mendapatkan akses, memahami dan menggunakan informasi untuk meningkatkan status kesehatan. Menurut penelitian, health literacy adalah sejauh mana seseorang mampu memperoleh, memproses dan memahami dasar informasi kesehatan serta layanan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang baik bagi kesehatan. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam health literacy ialah akses untuk mendapatkan informasi, pemahaman seseorang terhadap informasi yang diperoleh


32 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan dan penerapan informasi yang sudah diperoleh pada kehidupan sehari-hari. Health literacy merupakan sesuatu yang dapat diubah seperti faktor dan hubungan penting antara komunikasi dan hasil dari seseorang karena dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami media dan informasi kesehatan. Health Literacy pada setiap individu penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kemampuan untuk memperoleh informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kesehatannya. Secara umum health literacy dikatakan dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan serta membantu individu atau masyarakat dalam pengambilan keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka (Ledford, Cafferty & Russel, 2015). Individu harus memiliki akses ke informasi kesehatan dan memiliki kemampuan untuk mencari informasi 2 yang relevan dengan situasi kesehatannya. Kemampuan individu dalam mengambil keputusan yang tepat juga bisa disebabkan karena pasien tersebut memiliki kepercayaan diri atau yang dikenal dengan istilah self-efficacy dalam melakukan perawatan diri untuk mengatasi masalah kesehatannya Literasi kesehatan terdiri dari literasi kesehatan fungsional, literasi kesehatan komunikatif dan literasi kesehatan kritis. 1. Literasi kesehatan fungsional merupakan keterampilan dasar yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi kesehatan yang relevan, misalnya mengenai resiko kesehatan dan bagaimana menggunakan sistem kesehatan. 2. Literasi kesehatan komunikatif merupakan kemampuan individu untuk mengakses informasi dan memperoleh


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 33 makna informasi dari berbagai bentuk komunikasi baik secara interpersonal, media masa dan untuk menerapkan informasi tersebut. 3. Literasi kesehatan kritis merupakan keterampilan kognitif individu yang lebih maju bersama dengan keterampilan sosial yang diterapkan untuk mengkritik informasi secara kritis serta menggunakan informasi untuk memberikan perubahan pada status kesehatan ke arah yang lebih baik (Nutbeam, 2015). B. Konsep Health Literachy Faktor-faktor yang mempengaruhi health literacy. National Assesment of Adult Literacy (NAAL) menyatakan, faktorfaktor yang mempengaruhi health literacy seseorang yang rendah adalah usia tua, pendidikan rendah, disparitas etnis, hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan dan mengakses informasi kesehatan. Berikut beberapa factor yang mempengaruhi health literachy : 1. Pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tingkat health literacy yang rendah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan. Sehingga berpengaruh pada pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan diri. 2. Akses informasi kesehatan Akses informasi kesehatan adalah sebuah pencapaian, peralihan dan perolehan akan informasi dengan atau tanpa


34 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan menggunakan alat berupa telekomunikasi dan melalui saluran atau media. Akses informasi kesehatan menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan sumber informasi, sehingga informasi yang dibutuhkan oleh setiap individu dapat terpenuhi. Akses informasi kesehatan mempunyai peran penting dalam menentukan health literacy. 3. Tingkat pendidikan. Pendidikan diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaannya. Pendidikan merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Pendidikan merupakan suatu upaya pembelajaran pada masyarakat agar masyarakat mau melakukakn tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi) masalah-masalah dan meningkatakan kesehatannya. Secara tidak langsung, pendidikan dapat mempengaruhi pekerjaan dan pendapatan seseorang, sehingga mempengaruhi tingkat kemelekan kesehatan. 4. Umur. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilakhirkan, salah satu satuan yang mengukur keberadaan suatu makhluk, baik yang hidup ataupun yang mati. Maka dari itu umur diukur sejak ia dilahirkan hingga masa kini. Kategori umur menurut Depkes RI a. Masa balita : 0-5 tahun. b. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun. c. Masa remaja awal : 12-16 tahun. d. Masa dewasa akhir : 17-25 tahun. e. Masa dewasa awal : 26-35 tahun. f. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun. g. Masa lansia awal : 46-55 tahun.


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 35 h. Masa lansia akhir : 56-65 tahun. i. Masa manula : 65 sampai keatas. Seiring bertambahnya umur seseoarang akan mengalami penurunan kemapuan untuk berfikir dan kemampuan fungsi sensorisnya, keadaan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan untuk berfikir, hal itu dapat mempengaruhi kemampuan membaca dan menangkap informasi, sehingga dapat berpengaruh pada tingkat health literacy 5. Pendapatan. Pendapatan dapat diartikan sebagai yang diperoleh dari suatu pekerjaan. Pendapatan dapat mempengaruhi pendidikan dan pelayanan kesehatan. seseorang dengan pendapatan tinggi cenderung akan mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga mempengaruhi mereka dalam memahami dan menggunakan infromasi kesehatan. Penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara, pendapatan yang rendah akan berpengaruh pada tingkat health literacy yang rendah pula. 6. Pekerjaan. Pekerjaan adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan dan mendapatkan upah atau imbalan lain. Pekerjaan secara umum diartikan sebagai kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia yang menghasilkan karya atau bentuk imbalan. Pekerjaan dapat mempengaruhi kemampuan ekonomi, hal tersebut menentukan seseorang dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan mendapatkan sumber informasi kesehatan. 7. Bahasa. Bahasa mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan ilmu dan mengaplikasikan kemampuan. Apabila bahasa yang


36 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan digunakan dalam sehari-hari bukanlah bahasa nasional (bahasa resmi yang dipakai di negaranya) maka seseorang akan mengalami kesulitan dalam memahamai informasi kesehatan, sehingga akan mengalami kendala dalam berbagai hal, misalnya memahami intruksi minum obat, buku atau brosur pendidikan kesehatan, informasi gizi, formulir asuransi, tagihan pengobatan dan informed concent. 8. Etnis. Budaya yang dimiliki berbagai etnis mempengaruhi kepercayaan kesehatan, konsep antara sehat dan sakit dan cara menafsirkan pesan-pesan kesehatan. Budaya tersebut akan mempengaruhi pola pencarian pelayanan kesehatan dan cara berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Misalnya seseorang akan memilih berkonsultasi dengan dokter atau perawat. Masyarakat dengan berbagai latar belakang etnis juga dapat memiliki hambatan berkomunikasi dengan petugas kesehatan karena masyarakat merasa bahwa petugas kesehatan tidak memahami pengobatan tradisional dan budaya-budaya terkait kesehatan yang ada pada komunitas mereka. 9. Jenis kelamin. Jenis kelamin adalah perbedaan pada pria dan wanita secara biologis, tetapi yang berperan penting dalam health literacy adalah karakteristik, tanggung jawab dan peran. Di India, Thailand, dan negara-negara Amerika Latin, wanita kurang menggunakan pelayanan kesehatan dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan dibanding pria, beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah a. Faktor pelayanan kesehatan, misalnya jarak, biaya, kesesuaian pelayanan kesehatan,


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 37 b. Faktor pengguna, pendapatan wanita yang lebih rendah dan keterbatasan dalam memperoleh informasi kesehatan, c. Faktor institusional, keterkaitan pria atas pengambilan keputusan, anggaran serta fasilitas kesehatan. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat health literacy. 10.Akses Pelayanan Kesehatan. Akses pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh informasi kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Forsyth et al, akses pelayanan kesehatan bergantung dengan saranan transportasi yang tersedia untuk mencapai pelayanan kesehatan, lokasi pelayanan kesehatan dan adanya suransi kesehatan. Akses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. C. Metode Pengukuran Health Literachy Untuk dapat mengetahui health literacy kesehatan masyarakat perlu dilakukan pengukuran dan penilain. Beberapa cara untuk mengukur health literacy 1. HLS- EU diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam enam bahasa (bahasa Bulgaria, Belanda, Jerman, Porlandia dan Spanyol) oleh penerjemah profesional dan diverifikasi oleh tim peneliti nasional, yang memfalitasi data tersebut, koleksi atas nama Konsarium HLS-EU. HLS-EU dilakukan untuk menilai keaksaraan kesehatan, cara orang mengakses, memahami, menilai dan menerapkan informasi untuk membuat keputusan mengenai perawatan kesehatan, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.


38 | Dasar-Dasar Promosi Kesehatan Pada tahun 2016 telah dikembangkan dan lebih diringkas oleh tim Penelitian AHLA (Taiwan dan Vietnam). HLS-EU 12 diambil dari HLS –EU 47Q.30 Penilaian HLS-EU dikelompokkan menjadi 4 yaitu nilai 0-25= indequate (tidak memadai),>25-33= problematic (bermasalah), >33- 42 = sufficient (cukup), dan >42-50=excellent (sangat baik). 2. REALM (Rapid Estimate of Adult Literacy in Medicine) adalah alat ukur perkiraan cepat literasi orang dewasa dalam pengobatan. Alat uji literasi kesehatan ini hanya menguji kemampuan membaca pasien terkait dengan kesehatan yang harus dibaca dengan keras. Ada 66 kata yang diujikan, contohnya hormones, menopouse, constipation dan anemia. Apabila dibaca dengan benar akan mendapat nilai dan apabila cara membacanya salah akan mendapat nilai minus 3. TOFLA (Test of Functional Health Literacy in adults) merupakan alat uji kemampuan pasien dalam membaca, memahami dan melaksanakan petunjuk dari petugas kesehatan. Pasien diberi botol obat yang tertera tulisan cara minum obat. Pasien akan ditanya jam berapa harus minum obat, berapakah dosis minum obat dalam satu hari. 4. HLQ (Health Literacy Questionnaire) telah dikembang oleh Osborne dkk, yang memiliki 9 domain yang menjadi sub variabel dan kuesionernya. Sembilan domain yang itu sebagai berikut: merasa dipahami dan didukun oleh penyedia layanan kesehatan, aktif mengelola kesehatan, adanya dukungan sosial untuk kesehatan, penilaian pada informasi kesehatan, kemampuan untuk secara aktif terlibat dengan penyedia layanan kesehatan, kemampuan menjelajahi sistem kesehatan, kemampuan untuk mencari


Dasar-Dasar Promosi Kesehatan | 39 dan memahami informasi yang baik tentang kesehatan dan penerapannya.


Click to View FlipBook Version