2) Mengurangi disritmia jantung,
3) Mengurangi kebutuhan oksigen,
4) Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi,
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress,
6) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas,
spasme otot, fobia ringan, gagap ringan,
7) Membangun emosi positif.
b. Hal yang perlu diperhatikan
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi, (2011), hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan terapi
relaksasi otot progresif antara lain yaitu:
1) Tidak perlu terlalu menegangkan otot berlebih karena
bisa cedera otot.
2) Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan 1 kali
terapi perhari dan dilaksanakan selama 7 hari untuk
membuat relaks.
3) Melakukan dengan posisi duduk atau berbaring, lebih
nyaman dengan mata tertutup.
4) latihan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat
c. Mekanisme Fisiologis Relaksasi Otot Progresif
Menurut Akbar dan Afriyanti, (2014) bahwa pada
saat seseorang mengalami ketegangan maka sistem
syaraf simpatis bekerja lebih dominan, sedangkan saat
keadaan relaks sistem saraf parasimpatis yang lebih
dominan. Ketika otot-otot dalam kondisi rileks dapat
menormalkan kembali fungsi organ tubuh. Gerakan
relaksasi otot progresif dapat menstimulasi pengeluaran
hormon endorphin yang memberikan rasa bahagia dan
kenyamanan pada tubuh. Hormon ini dapat berfungsi
sebagai obat penenang alami yang diproduksi di otak
dan susunan saraf tulang belakang. Endorphin bekerja
mengikat reseptor yang ada di sistem limbik. Sistem
93
limbik adalah bagian dari otak yang dikaitkan dengan
suasana hati dan emosi. Setelah seseorang melakukan
relaksasi otot progresif maka tubuh menjadi relaks,
sehingga mampu memperbaiki berbagai aspek kesehatan
fisik.
d. Prosedur Teknik Relaksasi Otot Progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi, (2011),
pelaksanaan teknik relaksasai otot progresif meliputi
kegiatan, yaitu:
Persiapan
Meliputi:
1) Mengambil posisi tubuh yang nyaman, bisa berbaring
dengan mata tertutup menggunakan bantal dibawah
kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang.
2) Melepas asesoris yang digunakan antara lain
kacamata, arloji dan sepatu.
3) Melonggarkan pakaian.
Tahap gerakan otot progresif
Gerakan 1: melatih otot tangan.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi.
3) Pada saat kepalan dilepaskan rasakan sensasi relaks.
4) Gerakan tangan kiri dilakukan dua kali sehingga
dapat dirasakan perbedaan antara ketegangan otot
dan kondisi relaks yang dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2: melatih otot tangan bagian belakang.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
94
1) Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke
langit-langit.
Gerakan 3: melatih otot biseps yaitu otot besar bagian
atas pangkal lengan.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2) Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
Gerakan 4: melatih otot bahu supaya mengendur.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan
hingga menyentuh kedua telinga.
2) Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan
yang terjadi di bahu, punggung atas dan leher.
Gerakan 5 & 6: melemaskan otot wajah meliputi otot
dahi, mata, rahang, mulut.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi
dan alis sampai otot terasa dan kulitnya mengkerut.
2) Pejamkan mata kuat-kuat sehingga dapat dirasakan
disekitar mata dan otot yang mengendalikan gerakan
mata.
Gerakan 7: mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8: mengendurkan otot-otot sekitar mulut.
95
Prosedur yang dilakukan meliputi: sehingga
1) Moncongkan bibir sekuat-kuatnya
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
Gerakan 9: merileksikan otot leher bagian depan
maupun belakang.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Gerakan diawali dengan otot leher belakang
kemudian otot leher bagian depan.
2) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi
sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian
belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 10: melatih otot leher begian depan.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Gerakan membawa kepala ke muka.
2) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka.
Gerakan 11: melatih otot punggung.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2) Punggung dilengkungkan.
3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang, kemudian
relaks.
4) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi lemas.
Gerakan 12: melemaskan otot dada.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Tarik nafas panjang untuk mengisi paru dengan
udara sebanyak-banyaknya.
2) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut
kemudian dilepas.
96
3) Saat ketegangan dilepas, lakukan nafas normal
dengan lega.
4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan
perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
Gerakan 13: melatih otot perut.
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Tarik dengan kuat perut kedalam.
2) Tahan sampai menjadi kencang dan keras, lalu
dilepaskan bebas.
3) Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
Gerakan 14-15: melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).
Prosedur yang dilakukan meliputi:
1) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha
terasa tegang.
2) Lanjutkan dengan mengunci lutut sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
3) Tahan posisi tegang, lalu dilepas.
4) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
C. Terapi Psikologis
Beberapa terapi psikologis sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah tinggi. Hali ini dibutuhkan kesadaran
yang tinggi dari klien dalam mencapai kesembuhan dan terbebas
dari hipertensi.
1. Latihan Hipnotis Lima Jari
Cara mudah untuk melakukan relaksasi sendiri yaitu
dengan terapi hipnosis 5 jari. Hasil penelitian Mu’afiro Adin
dalam Marbun (2021) terapi hipnotis 5 jari juga dapat
mempengaruhi pernafasan, denyut jantung, denyut nadi,
tekanan darah, mengurangi ketengangan otot dan kordinasi
tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas
97
suhu tubuh dan mengatur hormon yang berkaitan dengan
stress. Menurut Koelch dalam Marbun dkk (2021) bahwa
hipnosis 5 jari juga berefek terhadap tidur hipnotik yang
efektif untuk relaksasi diri sendiri dengan waktu kurang dari
10 menit.
Prosedur terapi hipnotis 5 jari menurut Isaacs dalam
Marbun (2021) sebagai berikut:
a. Memilih tempat yang nyaman.
b. Mengatur posisi yang nyaman.
c. Melakukan relaksasi nafas dalam dengan menutup mata.
d. Menyentuh ibu jari dengan jari telunjuk, saya merasakan
kondisi sehat saat ini dan saya menikmatinya.
e. Menyentuh ibu jari dengan ujung jari tengah, saya
merasakan orang-orang yang saya cintai berada
disamping saya dan saya menikmati kebahagian ini.
f. Menyentuh ibu jari dengan jari manis, saya merasakan
orang-orang yang saya cintai memberikan pujian kepada
saya dan saya menikmati kebahagian itu saat ini.
g. Menyentuh ibu jari dengan jari kelingking, saya
merasakan ditempat yang paling indah dan saya sangat
bahagia.
h. Kini saya benar-benar telah menikmati suasana rileks,
nyaman, tenang dan penuh kebahagiaan.
i. Kapanpun saya siap, saya akan membuka mata dan
kembali beraktifitas.
2. Latihan Teknik Berpikir Positif.
Tanggapan terhadap suatu peristiwa, menjadi fakor
yang mandahului timbulnya stress. Bila tidak dikendalikan
akan memperberat timbulnya stress. Apapun peristiwanya,
tanggapan bisa berlebihan atau menyimpang dari kenyataan,
sehingga masalah kecil yang biasa terjadi sehari-hari bisa
menjadi masalah yang sangat berat dan sulit di selesaikan.
98
Setiap manusia memiliki percakapan yang tidak
pernah berakhir di dalam kepalanya, percakapan ini disebut
bicara dalam hati (self-talk). Kebanyakan self-talk berisi pikiran
negatif, misalnya “aduh bisa mampus aku, hampir jatuh
tempo belum ada persiapan cicilan”. Pikiran negatif sering
kali diakibatkan oleh perasaan diri sendiri antara lain yaitu
perasaan mudah curiga, suka mengeluh, kurang percaya diri,
merasa takut, dan cepat menyerah. Pikiran negatif
sebenarnya merupakan reaksi yang dipelajari di masa kecil
dan terbawa ke dalam kehidupan berikutnya.
Pikiran positif dapat mengubah self-talk menjadi
percakapan positif, sehingga pikiran negatif bisa berkurang.
Gunakan kata-kata syukur penuh doa, misalnya:
a. “Ketika musibah menimpaku, aku bersyukur kepada
Allah karena musibah yang lebih besar tidak menimpaku,
aku bersyukur karena Allah masih memberiku kesabaran
menghadapinya”.
b. “Aku bersyukur karena aku selalu dapat berbuat dengan
tulus ikhlas, karena hal itu merupakan kunci
keberhasilanku dalam menjalani kehidupan”,
c. “Aku bersyukur dapat menjadikan kelemahanku sebagai
kekuatanku, karena dengan hal tersebut aku dapat
berhasil menempuh pendidikan dengan prestasi yang
terbaik”.
3. Latihan Teknik Peneguhan (Affirmasi) Positif dan Dzikir
vibrasi.
Peneguhan positif merupakan teknik yang digunakan
untuk mengubah pikiran secara mudah dan sederhana untuk
mempengaruhi pikiran bawah sadar, yaitu dengan sejumlah
pernyataan pendek berupa kalimat positif yang disusun
kedalam tulisan, diucapkan kepada diri sendiri setiap hari
sesuai keinginan secara berulang-ulang, minimal 10 menit, di
saat bangun tidur di pagi hari dan saat akan tidur di malam
hari, artinya saat otak dalam gelombang alfa, karena
99
sasarannya otak kanan. Jalani proses ini hingga berhasil
mencapai tujuan. Contoh kalimat afirmasi, yaitu: “Aku
adalah pemimpin diri yang tangguh”, “Aku 100%
bertanggung jawab atas masa depanku”, “Masa depanku
100% tergantung pada apa yang aku ingin ciptakan dari
sekarang “.
Menurut Kusumastuti W dkk., (2017), pelaksanaan
afirmasi positif dapat di integrasikan dengan stabilisasi
dzikir vibrasi. Langkah-langkah dzikir vibrasi, yaitu:
Langkah 1: Individu mengidentifikasi pikiran yang menjadi
penyebab stres dirinya.
Langkah 2: Individu menuliskan kalimat pendek sebagai
bahan afirmasi positif.
Langkah 3: Mempraktikkan dzikir vibrasi.
Langkah 4: Mengintegrasikan afirmasi positif dengan
stabilisasi dzikir vibrasi.
Integrasi afirmasi positif dengan stabilisasi dzikir
vibrasi menurut suryani dalam Kusumastuti W dkk., (2017)
diketahui bahwa individu yang terbiasa berdzikir mengingat
Allah SWT secara otomatis otak merespon pengeluaran
endorphine yang mampu menimbulkan perasaan bahagia
dan nyaman. Prosedur yang dilakukan dalam dzikir vibrasi
yaitu:
a. Prosedur 1:
1) Mengatur pernafasan perut.
2) Pernafasan perut dilaksanakan dengan menarik
nafas sambil mengembangkan perut kemudian
tahan selama beberapa detik, kemudian
melepaskan nafas sambil mengempiskan perut.
b. Prosedur 2:
1) Posisi tangan disilang, tangan kiri diletakkan pada
area tulang selangka sebelah kanan dan tangan
kanan diletakkan pada area tulang selangka sebelah
kiri sambal menarik nafas dan menahan selama
beberapa detik.
100
2) Dzikir dilafalkan dengan tempo lambat dan suara
lembut tapi cukup terdengar di telinga sendiri.
3) Kemudian melafalkan dzikir yaitu:
a) ‘Lailahailallah’ sebanyak 4x,
b) ‘Astagfirullahaladzim’ sebanyak 3x.
c) Dzikir ‘Astagfirullahaladzim’ pada kata
terakhir ‘aladzim’ dilafalkan dengan
memperpanjang huruf ‘m’ sampai terasa suara
berdengung di kepala.
101
BAB MANAGEMEN DIRI KLIEN
HIPERTENSI
8 DALAM
MEMPERTAHANKAN
PERILAKU HIDUP SEHAT
A. Manajemen Diri (Self-Management)
1. Defenisi
Self management adalah kemampuan individu dalam
melakukan aktifitas perawatan diri untuk mempertahankan
hidup, meningkatkan, dan memelihara kesehatan serta
kesejahteraan individu. Manajemen diri merupakan aktifitas
individu untuk mengontrol gejala, melakukan perawatan,
keadaan fisik, dan psikologi serta merubah gaya hidup yang
disesuaikan dengan penyakit yang diderita untuk memelihara
hidup, kesehatan, dan kesejahteraan. Tujuan utama
dilakukannya self management adalah klien dapat efektif
mengelola kesehatannya secara berkelanjutan, terutama pada
klien dengan penyakit kronis (Orem, 2001).
Manajemen diri sebagai intervensi secara sistematik
untuk mengalahkan kondisi kronis pada hipertensi yaitu
dengan mengontrol keadaan diri dan mampu membuat
keputusan dalam perencanaan tindakan yang tepat, efektif dan
efisien. Hipertensi dapat dikendalikan melalui beberapa cara,
antara lain patuh terhadap prosedur terapi, perubahan gaya
hidup, dan perilaku kesehatan yang positif (Akhter, 2010).
2. Tujuan Self Management
Untuk mengoptimalkan kesehatan, mengontrol dan
mengelola gejala yang muncul, mencegah terjadinya
komplikasi, memperkecil gangguan yang ditimbulkan pada
102
fungsi tubuh, emosi, dan hubungan interpersonal dengan
orang lain yang dapat mengganggu kehidupan klien (Akhter,
2010)
3. Komponen Self Management
Beberapa komponen self management pada klien
hipertensi meliputi integrasi diri, regulasi diri, interaksi
dengan tenaga kesehatan, pemantauan tekanan darah,
kepatuhan terhadap aturan pengelolaan hipertensi yang tepat.
a. Integrasi diri
Mengacu pada kemampuan klien untuk peduli
terhadap kesehatannya dengan menerapkan perilaku
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, seperti diet yang
tepat, olahraga, dan kontrol berat badan.
Klien hipertensi harus mampu:
1) Mengelola porsi dan pilihan makanan ketika makan
2) Makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, dan
kacang-kacangan
3) Mengurangi konsumsi lemak jenuh
4) Mempertimbangkan efek tekanan darah ketika
membuat pilihan makanan
5) Menghindari minum beralkohol
6) Mengkonsumsi makanan rendah garam
7) Mengurangi berat badan secara efektif
8) Melatihan fisik antara lain berjalan kaki, jogging atau
bersepeda selama 30-60 menit perhari untuk
mengontrol tekanan darah dan berat badan
9) Menghindari asap rokok
10) Mengontrol stres dengan mendengarkan musik,
istirahat, dan berbicara dengan anggota keluarga
b. Regulasi diri
Mencerminkan perilaku klien melalui pemantauan
tanda dan gejala yang dirasakan oleh tubuh, penyebab
103
timbulnya tanda dan gejala yang dirasakan, serta tindakan
yang dilakukan.
Perilaku regulasi diri meliputi:
1) Mengetahui penyebab berubahnya tekanan darah
2) Mengenali tanda dan gejala tekanan darah tinggi
3) Melakukan tindakan dalam menanggapi gejala
4) Membuat keputusan berdasarkan pengalaman
5) Mengetahui situasi yang dapat mempengaruhi
tekanan darah
6) Membandingkan perbedaan antar tingkat tekanan
darah.
c. Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya
Kondisi sehat dapat tercapai karena adanya
kolaborasi antara klien dengan tenaga kesehatan dan
keluarga, teman, serta tetangga dapat dimanifestasikan
dalam bentuk interaksi yang nyaman pada saat:
1) Mendiskusikan rencana pengobatan dengan penyedia
layanan kesehatan
2) Menyarankan perubahan rencana perawatan kepada
penyedia layanan kesehatan
3) Menanyakan informasi yang tidak dipahami kepada
penyedia layanan kesehatan
4) Melakukan kolaborasi untuk mengidentifikasi alasan
berubahnya tingkat tekanan darah dengan penyedia
layanan kesehatan
5) Meminta orang lain untuk membantu dalam
mengontrol tekanan darah
6) Menanyakan pada orang lain terkait teknik
manajemen yang dilakukan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi.
104
d. Pemantauan tekanan darah
Dilakukan untuk mendeteksi tingkat tekanan darah
sehingga klien dapat menyesuaikan tindakan yang akan
dilakukan dalam self management.
Perilaku pemantauan tekanan darah meliputi:
1) Memeriksa tekanan darah saat merasa sakit
2) Memeriksa tekanan darah secara rutin untuk
mengetahui kesehatan diri
3) Memeriksa tekanan darah untuk membantu membuat
keputusan perawatan diri
e. Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan
Mengacu pada kepatuhan klien terhadap konsumsi
obat anti-hipertensi dan kunjungan klinik. Komponen ini
juga melibatkan konsumsi obat sesuai dosis yang telah
ditentukan, waktu yang ditentukan untuk minum obat, dan
kunjungan klinik rutin setiap 1-3 bulan (Akhter, 2010)
4. Perilaku Self Management
Manifestasi self management klien hipertensi dapat
diekspresikan dalam bentuk perilaku Cerdik, yaitu:
a. Cek Kesehatan Secara Teratur
Baik disadari atau tidak terkadang kita sering
meremehkan kesehatan kita sendiri. Kebanyakan orang
baru akan memeriksakan dirinya apabila ada keluhan,
atau bahkan ada orang yang tidak mau memeriksakan
dirinya sama sekali karena takut ketahuan penyakit yang
dideritanya.
b. Enyahkan Asap Rokok
Berhenti merokok sangat penting untuk dilakukan
oleh klien hipertensi, karena dapat mengurangi efek
jangka panjang hipertensi. Bahan kimia dalam tembakau
105
dapat merusak lapisan dinding arteri, sehingga dapat
menyebabkan arteri menyempit dan meningkatkan
tekanan darah. Asap rokok diketahui juga dapat
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung (Akhter, 2011).
c. Rajin Aktivitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dan terukur
dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi.
Olahraga atau latihan dinamis dengan intensitas sedang
seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang
dapat dilakukan secara rutin selama 30-60 menit selama 4-
7 hari dalam seminggu. Olahraga atau latihan dinamis
intensitas sedang yang rutin dilakukan selama 4-7 hari
dalam seminggu menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg.
d. Diet Sehat dengan kalori Seimbang
Klien hipertensi menerapkan pola diet gizi
seimbang artinya susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi.
Panduan konsumsi nutrisi sehari-hari dengan
prinsip keanekaragaman pangan, yaitu:
1) Konsumsi gula maksimal 4 sendok makan perhari
2) Konsumsi garam maksimal 1 sendok teh perhari
3) Konsumsi minyak maksimal 5 sendok makan perhari
4) Konsumsi makanan yang mengandung protein 2-4
porsi perhari
5) Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
maksimal 3-4 porsi perhari
6) Konsumsi buah minimal 2-3 porsi perhari
7) Konsumsi sayur minimal 3-4 porsi perhari
106
8) Minum air putih dalam jumlah 8 gelas perhari
e. Istirahat yang Cukup
Dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur klien
hipertensi agar mendapatkan hasil yang optimal dari
istirahat tidur harian, yaitu:
1) Melakukan aktifitas tidur lebih awal pada malam
hari dan bangun juga lebih awal pada pagi hari lalu
menghirup udara segar yang belum terpolusi, serta
berjemur sebentar di bawah sinar matahari.
2) Memenuhi kebutuhan tidur cukup 7-8 jam sehari
3) Memegang prinsip tidak tidur saat perut masih
penuh makanan, oleh karena itu diusahakan makan
terakhir minimal 3 jam sebelum tidur.
4) Menyediakan ruang tidur yang memiliki sirkulasi
udara yang baik agar memiliki oksigen yang cukup.
5) Mengusahakan waktu berkualitas bersama keluarga
dan saling menguatkan satu dengan yang lain.
6) Menjaga keseimbangan waktu tidur yang teratur
antara saat untuk bekerja, saat beristirahat, saat
rekreasi dan saat berdoa.
f. Kontrol stress
Stress yang dialami seseorang akan mengakibatkan
saraf simpatis akan memicu kerja jantung yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Oleh karena
itu, bagi klien hipertensi disarankan untuk berlatih
mengendalikan stress karena adanya persoalan, antara
lain akibat emosi yang tidak stabil dan menjadikannya
kekuatan untuk menghadapi tantangan sehari-hari .
Beberapa cara mengelola stres dengan baik, yaitu:
1) Menghindari; mencoba menghindarkan diri dari
hal-hal yang membuat stres. Kenalilah kegiatan apa
saja yang dapat menimbulkan stres. Kegiatan
mengenali faktor penyebab stres dapat menjauhikan
107
atau terhindar dari stres. Contohnya, kita
menghindari jalanan yang biasanya macet dengan
mencari jalan lain yang lancar walaupun mungkin
lebih jauh.
2) Mengalihkan stresor menjadi hal positif; tidak
membiarkan stresor menguasai diri, sehingga tidak
mengalami stres. Contohnya, kita tidak membiarkan
rasa jemu saat menunggu seseorang atau melakukan
perjalanan jauh dengan membaca atau
mendengarkan musik.
3) Mitigasi; mengelola stres dengan efektif yaitu
dengan cara memelihara tubuh secara baik. Cara ini
dapat membantu jiwa sekaligus raga dalam
mengendalikan stres. Beberapa cara yang dapat
dilakukan, yaitu:
a) Olahraga; olahraga teratur tidak hanya membuat
tubuh semakin sehat. Berolahraga sekaligus
berfungsi sebagai psychological relaxer yang
mengalihkan perhatian dari hal-hal yang
membuat stres.
b) Rekreasi; rekreasi dapat menjauhkan pikiran dan
emosi terhadap hal-hal yang membuat stres.
Rekreasi sekaligus istirahat singkat sambil
bergembira akan menyebabkan pikiran menjadi
semangat dan segar kembali.
c) Rileksasi; rileksasi terbukti dapat mencegah
akibat dari stres pada diri seseorang dengan
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah,
serta memberikan rasa tenang. Rileksasi dapat
dilakukan dengan meditasi, latihan pernafasan
dalam, tai chi, pemijatan, berdoa (zikir). Cara
paling gampang adalah dengan tenang dan
teratur sambil memikirkan hal-hal yang
menyenangkan.
108
B. Kepemimpinan Diri (Self Leadership)
Kepemimpinan diri merupakan langkah utama untuk
mencapai kesuksesan dalam hidup. Salah satu pilihan dalam
membentuk kepribadian yang matur adalah dengan cara Self
Leadership. Seseorang akan memiliki kesadaran untuk menguasai
semua potensi diri sehingga mampu mengambil keputusan untuk
menentukan pilihan hidup, harapan, serta keinginan dalam meraih
kesuksesan dengan menguasahi Self Leadership. Ketrampilan Self
Leadership akan meningkatkan kematangan pola pikir sehingga
semua kinerja diri mampu diselesaikan dengan baik dan penuh
bijaksana.
1. Pengertian dan Makna Self Leadership
Selfleadership merupakan proses untuk membangun
pengarahan diri dan motivasi diri, terutama dalam
menyelesaikan tugas hidup untuk memperoleh kesejahteraan
hidup. Self Leadership adalah proses mempengaruhi diri
sendiri untuk membangun self direction dan self motivation yang
diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang baik (Manz,
1986). Robbins (2006) memaparkan bahwa selfleadership
merupakan serangkaian proses yang digunakan individu
untuk mengendalikan perilakunya sendiri.
Selfleadership adalah sifat kepemimpinan diri untuk
membuatnya berhasil dalam memimpin. Kepemimpinan diri
akan berhasil dengan mensyukuri kekuatan yang dimiliki.
Tanda kesyukuran terhadap kekuatan diri yang dimiliki untuk
mencapai tujuan membutuhkan dukungan dari potensi diri
dengan jalan membuat tujuan yang jelas, menciptakan rencana
tindakan, menunjukkan cara melakukan tujuan, memperjelas
peran, membuat jadwal waktu, menetapkan prioritas serta
mengawasi dan mengevaluasi pekerjaan serta memberikan
masukan (Ken Blanchand, 2006).
Karakteristik kepemimpinan diri adalah memahami
diri, mengelola diri, dan mengembangkan diri secara terus
menerus (Rosiman, 2008). Memahami diri adalah memahami
109
proses yang terjadi dalam diri; melakukan perenungan potret
diri dengan memahami kekurangan dan kelebihan; mengenal
diri dari orang lain dengan cara melakukan umpan balik,
meminta masukan dan saran dari orang yang sering
berinteraksi; dan kemampuan mengelola diri.
Karakteristik dari mengelola diri adalah membangun
keyakinan dan komitmen tinggi. Dalam mencapai tujuan,
diperlukan keyakinan dan komitmen tinggi. Keyakinan diri
yang tinggi untuk sukses, akan lebih mudah untuk
meyakinkan orang lain juga untuk berjuang menuju sukses.
Komitmen tinggi, tidak rentan terhadap godaan, hambatan,
dan masalah, juga orang lain akan lebih percaya kepada diri
yang bersangkutan sebagai pemimpin.
Menurut Connor (2003), bahwa kemampuan memimpin
diri sendiri memerlukan persyaratan yang utuh dan saling
berkaitan meliputi:
a. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Pemahaman diri dapat dijadikan dasar untuk
memperbaiki kinerja maupun untuk meningkatkan
kepercayaan diri, dan pemahaman terhadap orang lain.
Pemahaman diri mencakup evaluasi tentang nilai yang
dianutnya, kelemahan dan kelebihannya, minatnya dan
tujuan hidupnya. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
memahami diri antara lain adalah dengan melakukan
umpan balik dari orang lain.
b. Mengarahkan Diri (Self Directing)
Mangarahkan diri menjadi salah satu modal
membangun kepemimpinan diri. Mengarahkan diri
ditunjukkan dengan jelasnya tujuan individu sehingga bisa
memimpin diri menuju tujuan.
c. Mengelola Diri (Self Managing)
110
Mengelola diri sendiri dengan baik mempermudah
dalam mencapai tujuan. Bentuk pengelolaan diri adalah
berupa menyusun tindakan yang akan dilakukan dalam
skala prioritas beserta jangka waktu penyelesaiannya.
d. Penyelesaian Diri Sendiri (Self Accomplishment)
Bentuk dari penyelesaian diri sendiri berupa
pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan
sebelumnya. Individu mengidentifikasi sarana, prasarana
yang sudah ada atau keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan rencana, dan hal ini menjadi bermakna
dalam membangun kepemimpinan diri sendiri.
2. Strategi Self Leadership
Beberapa strategi di dalam Self leadership meliputi tiga
kategori yaitu: (a) behavior-focused strategies, (b) natural reward
strategies, dan (c) constructive though pattern strategies (Lulus
Margiati, 2010).
a. Strategi yang Berfokus pada Perilaku (Behaviour Focused
Strategies)
Strategi ini melibatkan aturan pribadi atas perilaku
melalui penilaian diri dan disiplin diri yang dirancang
untuk mencapai perilaku yang diinginkan dan mengurangi
perilaku yang tidak efektif, berguna untuk mengelola
perilaku yang terkait dengan tujuan yang penting. Behavior
Focused Strategies ini terdiri dari:
1) Observasi diri
2) Perumusan tujuan diri
3) Pemberian penghargaan diri
4) Pemberian hukuman diri
5) Isyarat diri
b. Strategi Reward Alami (Natural Reward Strategies)
Strategi reward alami merupakan strategi yang
dilakukan dengan menciptakan reward yang alami yang
111
ditujukan untuk mendapatkan penghargaan terhadap
aktivitas yang dilakukan. Menurut Manz dan Neck (2004)
ada dua strategi yang dilakukan, yaitu dengan
menciptakan features yang lebih menyenangkan tetapi ada
aspek penghargaan.
c. Strategi Pola Berpikir Konstruktif (Constructive Thought
Pattern Strategies)
Strategi ini melibatkan kreasi dan proses berperilaku
yang konstruktif. Ada tiga pola berpikir (Manz dan Neck,
1999):
1) analisis diri dan peningkatan sistem kepercayaan
2) Gambaran mental sukses di masa mendatang
3) pembicaraan diri yang positif
Membangun selfleadership juga membutuhkan
aturan yang menopangnya. Beberapa aturan yang dapat
menumbuhkan dan membentuk selfleadership dalam
pemikiran Djajendra (2009) ditegaskan ada 12 aturan, yaitu:
1) Memiliki tujuan hidup yang jelas untuk memberikan
“makna hidup” yang berpengaruh pada gaya hidup.
2) Memiliki kebijakan diri secara konstan, artinya suatu
tindakan yang baik akan mendapat hasil yang baik pula;
3) Mengambil inisiatif dengan menjadikan diri bersikap
sukarela, memberanikan diri, tegas, siap untuk jatuh,
gagal, dan bangun kembali untuk lingkaran hal yang
lain;
4) Menjadi orang yang sederhana dan bersahaja.
Selfleadership juga ditumbuhkan melalui upaya maju
lebih dulu dari yang lain, berjalan sejajar dengan orang
lain;
5) Belajar untuk mencintai ide-ide dan bereksperimen,
dengan mendahulukan keputusan yang implusif, hidup
dalam keingintahuan, dan terdepan untuk selalu ingin
mengetahui suatu hal;
112
6) Berani melakukan inovasi, dan dengan berinovasi akan
memiliki integritas tinggi untuk mengatakan hal yang
benar;
7) Melakukan hal yang benar dengan penuh etika;
8) Percaya bahwa keindahan tetap ada pada semua hal
atau semua orang;
9) Menjauhi rasa pesimis, dan berubah untuk lebih
optimis;
10) Mengubah dengan kemenangan;
11) Mempelajari sesuatu hal dan bergaul dengan mentor
atau orang yang lebih pandai, menemukan inspirasi dan
memacu untuk belajar
12) Peduli pada orang di sekitar, dengan menjadikan orang
yang berempati, dan menjaga kepedulian pada
kemanusiaan.
113
BAB PEMBERDAYAAN
ENERGY
9 POTENSIAL DIRI
A. Pendekatan Spiritual
Energy merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi
kelangsungan hidup manusia, tanpa energy bagaikan kendaraan
bermotor tanpa bahan bakar dan tanpa sopir. Bahan bakar
merupakan bahan baku terjadinya energy. Sopir merupakan
penguasa atas kendaraan yang telah penuh dengan bahan bakar.
Pengembangan energy diri saat kondisi sehat maupun sakit
merupakan pilihan untuk mensinergikan kekuatan alam agar
setiap insan mampu melindungi diri dari ancaman penyakit.
Manusia sebagai pemimpin alam semesta dengan situasi
yang tidak menentu dituntut untuk memiliki kemampuan
mengelola diri agar dapat melakukan perubahan dalam berpikir,
bersikap, dan bertindak yang lebih produktif, bijakasana sehingga
mampu berkontribusi dalam upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit.
Sehat dan sakit bukan merupakan sebuah nasib, tetapi
merupakan akibat dari pikiran kita, yang menjadi penguasa hidup
kita. Pikiran harus diawasi oleh kesadaran sehingga dapat
dikendalikan, karena: apa yang kita pikirkan menjadi apa yang
kita katakan, apa yang kita katakan menjadi apa yang kita
lakukan, apa yang kita lakukan menjadi kebiasaan kita, apa yang
menjadi kebiasaan kita akan menentukan karakter kita…!!,
Karakter kitalah penentu nasib kita…!!!
Dimasa sehat maupun sakit kita harus memiliki strategi
berperilaku agar terbebas dari penyakit. Beberapa teknik
pengembangan enegy potensial diri yang dapat kita gunakan
114
untuk menghalau kondisi ini, antara lain dengan
mengembangkan energy potensial diri melalui dua pendekatan.
Peran sebagai pemimpin merupakan posisi strategis dalam
membangun pribadi dengan pandangan yang holistic dan
universal. Peran ini diibaratkan sebagai kedudukan seseorang
dalam sebuah kursi yang mapan. Dalam menjalankan peran
sebagai pimpinan, seseorang diharapkan dapat lebih bijaksana
dan penuh keadilan. Untuk hal tersebut maka seorang pemimpin
harus mempunyai panduan pribadi dalam kepemimpinannya.
Panduan sebagai pemimpin diri, yaitu:
Gambar 9.1 Panduan Sebagai Pemimpin
1. Tempat duduk, berupa ilmu yang dikuasai dan amal sholeh
yang dijalankan.
2. Sandaran kursi, berupa agama yang dianut.
3. Empat kaki kursi sebagai tumpuan, berupa aktivitas; Sabar,
Syukur, Tawakal, Ikhlas
Manifestasi dari Peran pemimpin diri ini merupakan suatu
getaran energy spiritual berupa aktivitas:
1. Sabar, merupakan kemampuan seorang pemimpin dalam
menahan diri pada saat menerima musibah ataupun saat
untuk tidak bertindak mengikuti hawa nafsu. Macam sabar,
yaitu:
115
a. Bersabar kepada Allah dengan melaksanakan perintah
dan menjauhi larangan-Nya dengan ikhlas,
b. Bersabar bersama Allah, yaitu bersabar terhadap
ketetapan Allah termasuk takdir,
c. Bersabar atas Allah, yaitu bersabar menunggu apa yang
dijanjikan Allah misal: rezeki, jalan keluar, kecukupan,
pertolongan dan pahala.
2. Syukur, merupakan ungkapan rasa terima kasih atas nikmat
yang telah diterima dengan penuh ketundukan. Hakikat
syukur, yaitu tunduk, cinta dan pengakuan serta pujian
kepada Dzat yang memberi nikmat.
Hakikat syukur, yaitu:
a. Taat & patuh (tunduk) kepada Dzat yg memberi nikmat
b. Cinta kepada Dzat yg memberi nikmat
c. Pengakuan atas nikmat yg diberikan
d. Pujian kepada Dzat yg memberi nikmat
e. Tidak menggunakan nikmat dlm hal yg dimakruhkan
3. Tawakal, menyerahkan segala urusan kepada Allah dan
membersihkan diri dari gelapnya pilihan, tunduk dan patuh
pada hukum dan takdir. Berserah diri, ini merupakan ruh
tawakal, isi dan hakikatnya yaitu menyerahkan segala
urusan kepada Allah dengan harapan dan usaha, bukan
memaksa dan terpaksa.
Pembagian tawakal dan derajatnya:
a. Mengetahui Allah dan sifat sifatnya (segala sesuatu terjadi
atas kehendaknya dan takdir-Nya)
b. Menetapkan adanya sebab (usaha) & akibat
c. Tauhid hati
d. Bersandarnya hati kepada Allah, pasrah dan tunduk
kepada-Nya
e. Berbaik sangka kepada Allah
f. Menyerahkan hati sepenuhnya kepada Allah dan
mempersembahkan seluruh isinya kepada-Nya
g. Berserah diri, ini merupakan ruh tawakal, isi &
hakikatnya, yaitu menyerahkan segala urusan kepada
Allah dg harapan & usaha, bukan memaksa & terpaksa.
116
Berserah diri:
a. Menyerahkan jiwa seutuhnya kepada Allah dengan
keyakinan penuh bahwa Allah yang maha Suci dan Maha
Pengatur.
b. Gambaran orang yang berserah diri adalah seperti orang
yang menggantungkan jiwanya pada arasy Tuhan,
sementara kakinya menapak di bumi.
c. Ikhlas menerima segala ketentuan yg dipilihkan Allah
baginya.
d. Untuk dapat berserah diri, diperlukan sikap mental yang
positif atau berpikir positip
e. Indikator tawakal: tidak ada rasa khawatir ataupun
kecewa. Yang ada adalah ucapan dg penuh rasa syukur
“alhamdulillah” atau dengan penuh rasa ikhlas
“innalilahi wainnaillaihi rojiun “
Semua sebab (usaha) dengan berbagai macam jenis, Allah yg
mengendalikan, sementara sebab (usaha) itu hanya
merupakan alat di hadapan-Nya untuk melakukan apa yang
dikehendaki-Nya
Buah tawakal: kuat iman, bersih hati, dapat petunjuk dari
Allah, rezeki yang terbuka dari jalan yang tidak disangka
sangka
4. Ikhlas, bentuk perasaan rela, tidak pamrih dan pasrah
Delapan prinsip ikhlas, yaitu:
a. atas kemauan sendiri,
b. tanpa pamrih,
c. sendiri (tidak diketahui orang lain),
d. dilakukan dengan rasa tenang,
e. menimbulkan rasa lega dan nikmat,
f. tidak pernah menunda-nunda,
g. tidak pernah menghitung/mengungkit ungkit,
h. melupakan segera apa yang dikerjakan.
Manfaat ikhlas kepada tuhan, yaitu: meningkatkan
ketenangan batin, SQ meningkat, semakin dekat dg tuhan,
hidup lebih nikmat dan bahagia, hidup lebih tercukupi, tidak
mudah stress, lebih sabar.
117
Manfaat ikhlas kepada manusia, yaitu: tidak mudah
stress, banyak teman, empati terhadap orang lain,
meningkatkan jiwa sosial, meningkatnya rasa aman, lebih
sabar, lebih dewasa.
Manfaat ikhlas kepada alam, yaitu: meningkatkan
kesehatan diri, terhindar dari bencana alam, semakin dekat
dengan alam dan semakin menjaga alam, hidup lebih
sejahtera, nyaman dan segar, tidak mudah stress, lebih
kreatif.
B. Pendekatan Fisik
Latihan vibrasi dan relaksasi digunakan untuk menghadapi
reaksi melawan (flight) atau lari (flight). Latihan ini dilakukan
setiap hari selama +30 menit, bermanfaat untuk mereduksi stress,
mencegah peradangan, meningkatkan homeostasis,
meningkatkan sel imunitas (Sitokin), merangsang sel darah putih
bersirkulasi lebih cepat sehingga meningkatkan kinerja antibody
dan memiliki kemampuan intuisi yang muncul dengan
sendirinya.
1. Getaran power (30 menit)
Gerakan ini dilakukan selama 30 menit dengan tujuan
untuk melatih syaraf otonom agar terbiasa dengan situasi
vibrasi atau aktif, dominasi hormon kortisol, adrenalin dan
serotonin, serta dominasi gelombang otak beta. Gerakan ini
mengajak kita pada kondisi aktif +30 menit.
a. Aktivasi Vibrasi
1) Vibrasi, getaran fisik sesuai irama musik yang
sedang dinikmati sehingga termanifestasi dalam
bentuk gerakan refleks misalnya joget, tari, senam,
dengan tujuan untuk merangsang pola nafas lebih
dalam dan berirama.
2) Gerakan vibrasi dragon ball, merupakan gerakan
angka delapan dengan memutar tangan disertai
118
telapak tangan sambil memegang bola dragon,
seolah-olah membuat bakso raksasa, dengan tujuan
untuk membangkitkan energy elektromagnetik.
2. Relaksasi power
Gerakan ini dilakukan selama 10 menit dengan tujuan
untuk melatih syaraf otonom agar terbiasa dengan situasi
relaks atau pasif, dominasi hormon endorfine serta dominasi
gelombang otak alpha. Gerakan ini mengajak kita pada kondisi
tertidur +10 menit dan akan terbangun sendiri.
a. Aktivasi relaksasi:
1) Duduk bersila atau duduk dikursi, Mata terpejam,
2) Posisi kedua telapak tangan diatas lutut, ibu jari dan
telunjuk saling bersentuhan membentuk lingkaran.
119
BAB MANAGEMEN DIRI KLIEN
HIPERTENSI
10 DALAM
MEMPERTAHANKAN
PERILAKU HIDUP SEHAT
A. Definisi
Wadah kegiatan pelayanan deteksi dan edukasi pencegahan
dan pengendalian hipertensi yang dilaksanakan di lingkungan
Rukun Warga (RW) yang dilaksanakan secara mandiri atau
terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat yang sudah ada, dalam hal ini Posbindu-PTM.
Sekelompok individu atau keluarga yang karena dalam
kondisi fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu
mendapatkan bantuan, bimbingan, pelayanan kesehatan dalam
bentuk asuhan keesehatan karena ketidakmampuan,
ketidakmauan, ketidaktahuan mereka dalam memelihara
kesehatan terhadap dirinya sendiri akibat adanya ancaman faktor
risiko hipertensi atau mengidap hipertensi.
B. Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan anggota kelompok
keluarga hipertensi agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
secara optimal, dengan cara:
1. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok hipertensi
dalam pemahaman tentang pengertian sehat, sakit, dan
keadaan risiko, dan mengatasi masalah hipertensi serta
menggerakkan potensi untuk kegiatan pencegahan dan
pengendalian.
2. Meningkatkan kerja sama dengan program atau sektor
terkait dalam mengatasi masalah hipertensi anggota
kelompok.
120
C. Sasaran
Sasaran pembinaan dalam pelayanan kesehatan anggota
kelompok keluarga peduli hipertensi, yaitu:
1. Sasaran yang berisiko hipertensi
2. Sasaran pengidap hipertensi
D. Ruang lingkung kegiatan
Kegiatan pelayanan anggota kelompok keluarga hipertensi
mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif, melalui kegiatan yang terorganir, sebagai berikut:
1. Penemuan kasus hipertensi secara dini
2. Pendidikan kesehatan pada anggota kelompok tentang
pencegahan dan pengendalian hipertensi
3. Pelayanan asuhan kesehatan
4. Bimbingan dan penyelesaian masalah pada anggota kelompok,
keluarga dan kader
5. Melakukan rujukan medik dan kesehatan
6. Melakukan koordinasi & kerjasama dengan kader dan institusi
terkait
7. Alih teknologi kesehatan atau perawatan kepada keluarga
maupun kader
E. Prinsip Dasar
Prinsip dasar yang dianut antara lain yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam promosi
kesehatan
2. Menekankan pada upaya promotif, preventif, dengan tidak
meninggalkan upaya kuratif, dan rehabilitatif
3. Pendekatan proses penyelesaian masalah secara menyeluruh,
konsisten dan berkesinambungan
4. Melibatkan peran serta aktif kader dan anggota kelompok
keluarga peduli hipertensi
5. Pelayanan anggota kelompok keluarga peduli hipertensi
dilakukan di Posbindu-PTM
6. Pembinaan perilaku merupakan prioritas utama dalam
tindakan pencegahan dan pengendalian hipertensi.
121
F. Tahap asuhan kesehatan
Pemberian asuhan kesehatan untuk pencegahan dan
pengendalian hipertensi pada anggota keluarga risiko hipertensi
di lingkungan Rukun Warga dilakukan dengan mengikuti
kegiatan POSBINDU-PTM lingkungan RW. Pelayanan Posbindu
PTM dilaksanakan dengan layanan sistem 5 meja, atau sesuai
kebutuhan dan kesepakatan bersama. Kegiatan Posbindu-PTM
berupa pelayanan deteksi dini dan tindak lanjut sederhana serta
monitoring terhadap FR-PTM, termasuk rujukan ke Puskesmas.
Gambaran pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Proses Kegiatan Pobindu-PTM
Kegiatan bersama sebelum pemeriksaan:
a. Latihan fisik dan psikik dapat berupa senam terapi, latihan
meditasi-relaksasi
b. Edukasi kesehatan dengan teknik permainan tentang topik
“Gaya hidup sehat”
Meja 5 Meja 4 Meja Meja 2 Meja 1
1. Identifikasi Pemeriksaan: Pengu3kur Wawancara: 1. Registrasi
FR-PTM 1. Tekanan 1. Keluhan 2. Pencatatan
an:
2. Konseling/ darah 1. TB sekarang ulang hasil
Edukasi 2. Gula darah 2. BB 2. Riwayat pengisian
3. Kolesterol 3. IMT KMS FR-
3. Tindak 4. Lingkar PTM PTM Ke
lanjut total 3. Penangan buku
berupa 4. Trigliserida Perut pencatatan
Latihan an yang
kelompok telah
tentang dilakukan
penanganan
FR-PTM
dan PTM di
rumah
4. Rujukan
122
2. Peran Kader Kelompok Keluarga Peduli Hipertensi dalam
Posbindu PTM
Setiap kader kelompok keluarga peduli Hipertensi
diharapkan pada setiap kegiatan Posbindu-PTM mampu
memahami semua perannya, tetapi pelaksanaannya sesuai
kesepakatan bersama.
Tabel 10.1. Peran Kader Kelompok Keluarga Peduli Hipertensi di
Posbindu-PTM
Peran Kader Kriteria Tugas
1. Koordinator Ketua perkumpulan Penanggungjawab
kegiatan
Berkoordinasi dengan
Pembina Posbindu-PTM
2. Penggerak Anggota perkumpulan Menggerakkan
3. Pemantau aktif, berpengaruh dan
komunikatif masyarakat
Anggota perkumpulan Melakukan penggalian
aktif dan komunikatif
informasi kesehatan
anggota kelompok
keluarga peduli
hipertensi
Melakukan pengukuran
Faktor risiko PTM
4. Konselor/ Anggota perkumpulan Melakukan konseling,
aktif, komunikatif dan edukasi, motivasi serta
Edukator sebagai panutan dalam menindaklanjuti rujukan
penerapan gaya hidup
sehat
123
5. Pencatat Anggota perkumpulan Melakukan pencatatan
aktif dan komunikatif
hasil kegiatan di
Posbindu PTM
Melaporkan kepada
koordinator Posbindu
PTM
Setelah selesai mengikuti pelatihan, kader kelompok
keluarga peduli Hipertensi di Posbindu-PTM dapat
menjalankan perannya antara lain ditetapkan sebagai;
Koordinator dan penanggung jawab, Penggerak, Pemantau,
Konselor/ Edukator serta Pencatat.
Tugas yang dilakukan Kader, yaitu:
a. Tahap Persiapan (H-1):
1) Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan
jadwal kegiatan.
2) Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.
3) Membuat dan menyebarkan undangan/pengumuman
tentang waktu pelaksanaan.
b. Tahap Pelaksanaan (H):
1) Melakukan pelayanan dengan prinsip sistem 5 meja.
2) Aktifitas bersama antara lain:
a) Latihan fisik dan psikik dapat berupa senam terapi,
joget refleksi, brain gym, latihan meditasi-relaksasi.
b) Edukasi kesehatan tentang “Gaya hidup sehat”
c) Latihan kelompok tentang penanganan FR-PTM
d) Latihan kelompok tentang penanganan Hipertensi
di rumah dan rencana rujukan
c. Tahap evaluasi (H+1):
1) Menilai kehadiran anggota kelompok saat pelayanan
di Posbindu-PTM.
2) Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan.
3) Mengindentifikasi masalah kesehatan yang
ditemukan.
4) Mencatat hasil penyelesaian masalah kesehatan.
5) Melakukan tindak lanjut berupa kunjungan rumah bila
124
diperlukan.
6) Melakukan konsultasi teknis dengan pembina anggota
kelompok
7) Mengindentifikasi masalah penyelenggaraan
3. Pencatanan dan Pelaporan
Pencatatan hasil kegiatan pelayanan kelompok
dilakukan oleh kader. Petugas Puskesmas mengambil data
hasil pelayanan kelompok di posbindu-PTM yang digunakan
sebagai bahan pembinaan dan bahan laporan ke instansi terkait
secara berjenjang.
Untuk pencatatan sarana yang digunakan, yaitu:
a. Kartu Menuju Sehat Faktor Risiko PTM (KMS FR-PTM)
Pelaksanaan pemantauan kondisi FR- PTM harus
diketahui oleh yang diperiksa maupun yang memeriksa.
Masing-masing peserta harus mempunyai alat pantau
berupa KMS FR-PTM, untuk mencatat kondisi FR-PTM.
Kartu ini disimpan peserta, dan selalu dibawa saat
mengikuti kegiatan kelompok di Posbindu-PTM, dengan
harapan setiap peserta dapat mawas diri dan melakukan
tindak lanjut, sesuai saran Petugas. Sedangkan bagi
Petugas kesehatan dapat menggunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam memberikan tindakan sesuai kondisi
peserta.
Format KMS FR-PTM mencakup nomor identitas,
data demografi, waktu kunjungan, jenis FR-PTM dan
tindak lanjut, serta golongan darah dan status penyandang
PTM, yang berguna sebagai informasi medis jika pemegang
kartu mengalami kondisi darurat. Hasil pengukuran FR-
PTM dan tindak lanjut pada setiap kunjungan dicatat pada
KMS FR-PTM.
b. Buku Pencatatan Hasil Kegiatan kelompok di Posbindu PTM
Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat
identitas dan keterangan lain mencakup nomor, No KTP/
kartu identitas lainnya, nama, umur, dan jenis kelamin.
Buku ini merupakan dokumen data pribadi peserta yang
125
berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat
diperlukan.
Buku Pencatatan FR-PTM diperlukan untuk mencatat
semua kondisi FR-PTM dari setiap peserta. Buku ini
merupakan media untuk mawas diri bagi pengelolaan
kelompok dalam mengevaluasi kondisi FR- PTM seluruh
anggota kelompok.
Hasil pemeriksaan FR-PTM yang masuk dalam
kategori buruk diberi tanda warna yang menyolok. Melalui
buku ini kondisi kesehatan seluruh anggota kelompok
dapat terpantau secara langsung, sehingga koordinator
maupun petugas dapat mengingat serta memberikan
motivasi lebih lanjut. Selain itu buku ini merupakan file
data kesehatan anggota kelompok yang sangat berguna
untuk laporan atau merupakan sumber data surveilens.
Tabel 10.2. Kriteria Pengendalian FR-PTM
Faktor Resiko Baik Sedang Buruk
200
Glukosa Darah 80-144 145-199
190
Sewaktu
>150
Kolesterol darah <150 150-189 140/90
>25
total
P>90cm;
Tligliserida <140 140-150 W>80
cm
Tekanan Darah <130/80 130-139/80-90
Indeks Masa 18,5-22,9 23-24
Tubuh (IMT)
Lingkar Perut P <90 cm;
W<80cm
G. Pengorganisasian
Bentuk organisasi kelompok keluarga peduli hipertensi di
wilayah kerja Posbindu-PTM tingkat Rukun Warga, meliputi:
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi ditetapkan oleh musyawarah Rukun
Warga pada saat pembentukan. Struktur organisasi minimal
126
terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta kader yang
merangkap sebagai anggota. Struktur organisasi bersifat
fleksibel sehingga dapat dikembangkan sesuai kebutuhan,
kondisi, permasalahan, dan kemampuan sumber daya.
2. Pengurus
Pengelola kelompok keluarga peduli hipertensi terdiri
dari unsur masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha yang dipilih serta peduli terhadap pencegahan dan
pengendalian hipertensi. Kriteria pengurus antara lain:
a. Dermawan, relawan dan tokoh
masyarakat setempat
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan
mampu memotivasi masyarakat
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
3. Kader kesehatan
Kader kesehatan pada kelompok keluarga peduli
hipertensi adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu,
dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
pelayanan secara sukarela.
H. Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok keluarga peduli hipertensi bersifat
fleksibel, dikembangkan sesuai kebutuhan, permasalahan dan
kemampuan sumber daya. Langkah pembentukan dilakukan
dengan pendekatan pengembangan masyarakat, meliputi:
1. Pendekatan Internal
Bertujuan untuk menyiapkan para petugas sehingga
bersedia dan memiliki kemampuan mengelola kelompok
keluarga peduli hipertensi melalui berbagai orientasi dan
pelatihan dengan melibatkan tenaga kesehatan.
2. Pendekatan Eksternal
Bertujuan untuk menyiapkan masyarakat, khususnya
tokoh masyarakat sehingga bersedia mendukung
penyelenggaraan kelompok keluarga peduli hipertensi
melalui berbagai pendekatan dengan tokoh masyarakat
127
setempat. Dukungan yang diharapkan dapat berupa
persetujuan masyarakat, penyediaan tempat
penyelenggaraan serta sarana.
3. Survei Mawas Diri (SMD)
Bertujuan untuk menimbulkan rasa memiliki dari, oleh
dan untuk masyarakat melalui penemuan sendiri masalah
yang dihadapi serta potensi yang dimiliki dengan
pelaksanaan melalui bimbingan tenaga kesehatan. Untuk itu
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pelatihan
anggota masyarakat yang dinilai mampu melakukan SMD
antara lain kelompok dasawisma dan anggota PKK.
Pelatihan yang diselenggarakan mencakup penetapan
sasaran, metode wawancara sederhana, penyusunan dan
pengisian daftar pertanyaan serta pengolahan hasil
pengumpulan data. Pengumpulan data dengan cara
wawancara dilakukan terhadap sekurang-kurangnya 20-30
keluarga yang terpilih secara acak di wilayah RW di lokasi
yang akan dibentuk kelompok. Hasil dari SMD adalah data
tentang masalah kesehatan serta potensi masyarakat.
4. Musyawarah Rukun Warga
Inisiatif penyelenggaraan musyawarah oleh para
tokoh masyarakat yang mendukung pembentukan kelompok.
Peserta musyawarah adalah anggota masyarakat RW dengan
materi pembahasan adalah hasil SMD serta data kesehatan
lainnya yang mendukung. Hasil yang diharapkan dari
musyawarah adalah ditetapkannya daftar urutan prioritas
masalah kesehatan dan rencana penyelesaian masalah
kesehatan sesuai konsep kelompok.
5. Pembentukan dan Pemantauan Kegiatan Kelompok
Hal ini dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Pemilihan Pengurus dan Kader
Hal ini dilakukan melalui pertemuan khusus
dengan mengundang para tokoh dan anggota masyarakat
terpilih. Undangan disiapkan oleh inisiator yang
ditandatangani oleh Ketua RW. Pemilihan dilakukan
secara musyawarah sesuai pedoman.
128
b. Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader
Orientasi ditujukan kepada pengurus dan pelatihan
ditujukan kepada kader, yang keduanya dilaksanakan
oleh inisiator sesuai pedoman. Pada waktu
menyelenggarakan orientasi pengurus, sekaligus disusun
rencana kerja kelompok keluarga peduli hipertensi yang
akan dibentuk, lengkap dengan waktu dan tempat
penyelenggaraan, para pelaksana dan pembagian tugas
serta sarana dan prasarana yang diperlukan.
c. Pembentukan dan Peresmian
Pengurus dan kader yang telah mengikuti orientasi
dan pelatihan, selanjutnya mengorganisasikan diri ke
dalam wadah kelompok keluarga peduli hipertensi dengan
kegiatan utamanya tergambar pada sistem 5 meja
Posbindu-PTM. Peresmian dilaksanakan dalam suatu
acara khusus yang dihadiri oleh kepala kelurahan dan
tokoh masyarakat RW serta anggota masyarakat.
d. Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan
Setelah kelompok keluarga peduli hipertensi resmi
dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan rutin,
sesuai pedoman. Secara berkala kegiatan kelompok
dipantau oleh Polkesma sebagai masukan untuk
perencanaan dan pengembangan.
I. Sarana Kegiatan Kelompok
Sarana yang diperlukan untuk penyelenggaraan
kelompok antara lain yaitu:
1. Standar minimal, yaitu: 3 set meja-kursi, pengukur tinggi
badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut,
tensi meter, alat ukur analisa lemak tubuh serta buku pedoman
kader tentang cara pengukuran: tinggi badan, berat badan,
lingkar perut, alat ukur kadar gula darah, alat ukur kadar lemak
darah, tekanan darah dan media bantu edukasi.
2. Pencatatan hasil pelaksanaan kegiatan kelompok dibutuhkan
Kartu Menuju Sehat Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
(KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.
129
3. Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) diperlukan
media yang memadai, antara lain buku panduan penyuluhan
penatalaksanaan FR-PTM dan Hipertensi, lembar balik, leaflet
dan model.
130
DAFTAR REFERENSI
Adinda Rudystina, (2021). Mengenal Biji Mahoni dan Segudang
Khasiatnya untuk Kesehatan. Tersedia di URL:
https://hellosehat.com/herbal-alternatif/herbal/mengenal-
biji-mahoni-dan-segudang-khasiatnya-untuk-kesehatan/
Ainurrafiq, Risnah, Maria Ulfa Azhar, (2019). Terapi Non Farmakologi
dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi:
Systematic Review. Jurnal Media Publikasi Promosi Kesehatan
Indonesia, September, 2019, Vol. 2. No. 3. Hal 192-199.
Akbar, I. Putria, D. E. dan Afriyanti, E., (2014). Pengaruh Relaksasi Otot
progresif terhadap penurunan Dismnore. Jurnal Fakultas
Keperawatan Unand.
Annas Budi Setyawan, Siti Khoiroh Muflihatin, (2019). Eefektifitas
Black Garlic untuk Menurunkan Tekanan darah pada Pasien
Hipertensi. Jurnal Media Ilmu Kesehatan Vol. 8, No. 2, Agustus
2019
Aryahi, F, (2016). Stres Belajar, Suatu Pendekatan Intervensi Konseling.
Makassar: Edukasi Mitra Grafika.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan, (2014). Buku Bunga Rampai Fakta Tembakau dan
Permasalahannya di Indonesia Tahun 2014 edisi V. Jakarta:
Tobacco Control and Support Center-IAKMI.
Bailon, Salvacion G. & Araceli S.M. (1990). Family Nursing The Process.
Up Collenge of Nursing-Diliman-Quezon : Philippiness.
Bianti Nuraini, (2015). Risk Factors of Hypertension. Jurnal MAJORITY,
Volume 4, Nomer 5, Februari 2015
Departemen Kesehatan RI. Panduan promosi perilaku tidak merokok.
Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI: Jakarta. 2006.
131
Destini Zebua dkk, (2021). Rebusan Daun Kelor Berpengaruh Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, Volume 3 No 2 Hal 399 - 406, Mei 2021.
Dewa Ayu Ika Pramitha, Ni Komang Gita Sundari, (2020). Kapasitas
Antioksidan pada Black Garlic Tunggal dan majemuk secara
In-Vitro Dengan DPPH. Jurnal Ilmiah Medicamento. Vol.6 No.2.
2020.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kemenkes RI. 2013. Buku Pintar Kader seri 1:
Penyelenggaraan Posbindu-PTM, Jakarta: Kemenkes RI.
Etri Yanti, Vino Rika Nofia, (2019). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun
Kelor (Moringa Olifiera) Terhadap Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan, Volume 3 No.1. Hal
24-29.
Friedman, Marilyn M., Bowden, VickyR., Jones, Elaine G. (2010). Buku
Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori & Praktik edisi5 alih
bahasa Achir Yani S. Hamid. Jakarta: EGC
Ganong, W.F. , (2015). Buku ajar Fisiologi Kedokteran edisi 24, Jakarta,
EGC
Guyton Arthur C & John E Hall, (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 12. Jakarta: EGC.
Harrison’s, (2005). Principles of Internal Medicine 16th Edition page
1653. The McGraw –Hill Companies.
Hidayat, A, (2015). Pengantar kebutuhan dasar manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hypertension. [Update 2019 Sep 13]. In: World Health Organization
[Internet]. 2020 [cited 2021 Feb 23]. Available from
https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hypertension
Irianto, Djoko Pekik. (2004). Pedoman Praktis Berolahraga Untuk
Kebugaran & Kesehatan. Yogyakarta: Andi, 2004:
132
Isnaini Herawati, Wahyuni (2016). Manfaat Latihan Pengaturan
Pernafasan Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Primer. The 3rd Universty Research
Colloquium 2016.
Junaedi, Edi, (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta Selatan:
F media.
Junaidi, Iskandar, (2006). The Power of Soul for Great Health: Cara
Menjadi Sehat dan Bahagia melalui Keseimbangan Fisik dan
Mental. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, (2013). Buku Pintar Kader: Penyakit Tidak
Menular Seri 4. Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemkes RI: Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, (2013). Buku Pintar Kader: Petunjuk
Pengukuran Faktor Risiko Di Posbindu-PTM Seri 2. Direktorat
Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes RI:
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, (2013). Pedoman Teknis penemuan dan
Hipertensi, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, (2019). Petunjuk Teknis Pos Pembinaan
Terpadu bagi Kader. Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kemkes RI: Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.
65/2013: Pedoman Pelaksanaan dan Pemberdayaan
Masyarakat Bidang Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. Cek Kesehatan Secara Rutin, (Online) 2016,
tersedia dari URL:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/cerdik/cek-kesehatan-
secara-rutin. Diakses pada 9 Juni 2021.
133
Komalasari, D. dan A.F., Helmi. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Merokok pada Remaja. Jurnal Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. 2000:27(1):37-47
Kozier, B, (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep , Proses, &
Praktik Edisi7 Volume2. Jakarta : ECG
Kusumastuti W, Iftayani I, Noviyanti E, (2017). Efektivitas Afirmasi
Positif dan Stabilitas Dzikir Vibrasi sebagai Media Terapi
Psikologis untuk Mengatasi Kecemasan pada Komunitas
Pasien Hemodialisa. Jurnal Tarbiyatuna, Vol. 8 No. 2 Desember,
2017, 128.
Kusumastuti, Intan Ratna, (2014). Roselle (Hibiscus Sabdariffa Linn)
Effects On Lowering Blood Pressure as A Treatment For
Hypertension. Jurnal Majority, Vol. 3, no. 7.
Liftiah. (2013). Psikologi kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.
Looker, T & Gregson, O. (2005). Managing stress: mengatasi stres
secara mandiri. Yogyakarta: Baca.
Lusiane Adam, Ahmad Aswad, (2020). Pemberian Jus Carica Papaya
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi. Jambura Health and Sport Journal Vol.2, No.2,
Agustus2020’
Marbun AS, Sijabat F, Wahyu I, Telambanua S, Simbolon RF, (2021).
Hipnosis Lima Jari di Klinik LMT Siregar Tahun 2021. Jurnal
Abdimas Mutiara Volume 2, Nomor: 1, Maret 2021
Maryani, Herti dan Lusi Kristiana, (2009). Khasiat dan Manfaat Rosela.
Jakarta: Agro Media Pustaka
McMahon, Gladeana. (2011). No More Stress: Be Your Own Stress
Management Coach. Karnac: Ltd.
Mubarak, I. Indrawati L, Susanto J., (2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
134
Mujito, Ganif Djuwadi, (2018). Buku Ajar Pengembangan Kepribadian.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
N. Nurlina Supartini, S. Kp, MPH, (2020). Panduan pelayanan
kesehatan lanjut usia pada era pandemic Covid-19. Direktorat
kesehatan keluarga Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes
RI.
P2PTM Kemenkes RI, (2020). Apakah yang dimaksud Stres itu.
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/stress/apakah-yang-dimaksud-stres-itu
Potter, P. A & Perry, A. G., (2013). Fundamentals of Nursing 8th
Edition. USA: Mosby.
Putra, Rizema, (2011). Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas.
Jogjakarta. Buku Biru, 2011:20,21, 116
Rini Ambarwati, (2017). Tidur, Irama Sirkandian dan Metabolime
Tubuh, Jurnal Keperawatan Vol X No.1. April 2017.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Robbins, P. Stephen & Judge, Timothy A., (2017). Organizational
Behaviour, Edisi 13, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.
Rochani, (2020). Pelatihan Manajemen Stres untuk Mereduksi Tingkat
Stres Guru Selama Masa Adaptasi Kebiasaan baru. Jurnal
Horizon Pedagogia Vol 1, No 1 (2020)
Rossadea Atziza, (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Stres dalam Pendidikan Kedokteran. Jurnal Agromed Unila
2015; 2(3):317-320]
Safaria, T., & Saputra, N. E., (2009). Managemen emosi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Safitri dan Ismawati, (2018). Efektifitas Teh Buah Mengkudu Dalam
Menurunkan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal
Amerta Nutrition. Vol 2. No 2, 2018. Hal. 163-171.
135
Sarafino, E. P., (2011). Health Psychology: biopsychosocial interactions.
Fifth edition. USA: John Wiley & Sons.
Setyoadi dan Kushariyadi, (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada
Klien Psikogeriatrik. Salemba Medika. Jakarta.
Sherwood Lauralee. (2014). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi.8.
EGC. Jakarta.
Sigit Priyanto, Robiul Fitri Masithoh, (2018). Efektifitas Rebusan Daun
Alpukat Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 3, Juni
2018 117-196
Solehati, T. dan Kosasih, E. C., (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi
dalam Keperawatan Maternitas. PT Refika Aditama. Bandung.
Sri Mariana Putri Simanullang, (2019). Skripsi Self Management Pasien
Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan. Program Studi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.
Suling, Frits Reinier Wantian, (2018). Buku Referensi Hipertensi.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Jakarta
Indonesia
Sunardi. Latihan Asertif. (Online) 2014; tersedia di
URL:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_
BIASA. Diakses 1 Januari 2014
Susi Wahyuning Asih, (2018). Pengaruh Rebusan Daun Salam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita
Hipertensi di Wisma Seruni UPT PSLU Jember. The Indonesian
Journal Oh Health Science. Hal 169-173. Edisi Khusus, September
2018
Tamrin, dkk. (2017). Pengaruh Ekstrak Jahe Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Rw 03
Kelurahan Tambangan. Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Widya Husada Semarang.
136
The Eight Joint National Commitee. (2014) Evidence based guideline
for the management of high blood pressure in adults-Report
from the panel members appointed to the Eight joint national
commitee.
Tjen ,Velecia M.V.G., (2018). Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Batua. Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin.
137
INDEKSASI
A
Abstinence 32
Adrenocorticotropic Hormone 13
Aldosteron 8
Angiostensin – Converting Enzyme (ACE) 50
Anti Diuretik Hormon (ADH) 50
Arterosklerosis 10
Autointoxicating 49
B
Barorefleks 8
Baroreseptor 57
C
Cardiac Output 11
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) 47
Cognitive Restructuring 47
Corticotropin-Releasing Hormone 13
D
Diallyl Disulfide (DADS) 48
E
Edema 10
Embolus 9
Endothelium Derived Relaxing Factor(EDRF) 52
Epistaksis 9
G
General Adaptation Syndrome (GAS) 45
H
High Density Lipoprotein 11
Hiperglikemia 55
Hiperlipidemia 55
Hipersekresi 7
138
Hipertensi Maligna 9
Hipoksia 10
I
Iskemik 10
K
Konstriksi 8
Kortisol 13
L
Level High Density Lipoprotein 12
Low Density Lipoprotein (LDL) 12
M
Mikroaneurisma 9
N
Nitric Oxide Synthase (NOS) 52
P
Psychological Relaxer 67
R
Relapse 32
Renin-Angiotensin System (RAS) 49
Resistensi 12
Retensi 8
S
S-Alyl Cysteine (Sac) 48
Sclerosis 10
Sleep Spindles / Spindle Tidur 42
Stroke 9
T
Tromboemboli 9
V
Vascular 8
Vasodilatasi 8
Vasokonstriksi 8
139
GLOSARIUM
Abstinensi adalah awal pemulihan, bukan akhir atau tujuan
pemulihan. Singkatnya Abtinensi itu merupakan berhenti dari
sebuah kecanduan yang sering dilakukan atau menjadi sebuah
kebiasaan.
Hormon adrenokortikotropik atau kortikotropin adalah hormon
stimulator hormon dari golongan kortikosteroid, dengan panjang
39 AA dan waktu paruh sekitar 10 menit. ACTH disintesis dari
irisan pre-pro-opiomelanokortin, sebuah polipeptida yang terdiri
dari 267 asam amino.
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralokortikoid
yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian
korteks kelenjar adrenal oleh rangsangan dari peningkatan
angiotensin II dalam darah.
Angiotensin-converting enzyme, atau ACE, adalah komponen sentral
dari sistem renin-angiotensin, yang mengontrol tekanan darah
dengan mengatur volume cairan dalam tubuh. Ini mengubah
hormon angiotensin I menjadi angiotensin II vasokonstriktor
aktif.
Antidiuretic hormone (ADH) adalah suatu hormon yang membantu
ginjal mengatur keseimbangan cairan dan garam di dalam tubuh.
Aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah
arteri akibat menumpuknya lemak, kolesterol, dan zat lain di
dalam dan di dinding arteri.
Autointoksikasi adalah proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh
Barorefleks atau refleks baroreseptor adalah salah satu mekanisme
homeostatis tubuh yang membantu menjaga tekanan darah pada
tingkat yang hampir konstan.
Baroreseptor mengirim sinyal ke pusat-pusat di otak yang
menandakan jantung berdetak lebih cepat dan memompa lebih
banyak darah untuk menstabilkan tekanan darah. Sel-sel ini juga
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan
darah.
140
Cardiac Output atau Curah jantung adalah jumlah volume darah yang
dipompa oleh ventrikel kiri jantung selama semenit. Saat
dipompakan, darah membawa oksigen dan nutrisi untuk sel
tubuh dan membawa sampah metabolisme seperti karbon
dioksida. Curah jantung yang terlalu sedikit atau terlalu banyak
menunjukkan adanya masalah pada jantung.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif
adalah intervensi psiko-sosial yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan mental. CBT berfokus pada tantangan
dan perubahan distorsi kognitif dan perilaku, meningkatkan
regulasi emosional, dan pengembangan strategi koping pribadi
yang menargetkan pemecahan masalah saat ini.
cognitive restructuring adalah usaha memberikan bantuan kepada
konseli supaya mereka mampu mengevaluasi tingkah laku
mereka dengan kritis dengan menitik beratkan pada hal pribadi
yang positif.
corticotropin releasing hormone atau hormon pelepas kortikotropin
atau kortikoliberin adalah hormon polipeptida dan
neurotransmiter dengan rantai peptida sepanjang 41 AA hasil
irisan dari prohormon sepanjang 191 AA yang disekresi oleh
nukleus paraventrikular pada kelenjar hipotalamus saat tubuh
mengalami stres.
Dialil disulfida adalah suatu senyawa organosulfur yang terdapat pada
bawang putih dan beberapa tumbuhan dari genus Allium
lainnya. Terdapat bersama dialil trisulfida dan dialil tetrasulfida,
DADS adalah salah satu komponen utama dari minyak atsiri
bawang putih.
Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel
tubuh. Edema dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, namun yang
paling jelas terlihat pada lengan atau tungkai. Edema terjadi saat
cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya.
Embolus atau emboli adalah kondisi penyumbatan pada aliran pembuluh
darah yang bisa berupa gumpalan darah atau gelembung udara.
Endothelium Derived Relaxing Factor(EDRF) atau faktor relaksasi
turunan endothelium adalah nama untuk zat yang Robert F.
141
Furchgott temukan memiliki sifat eponim. Saat ini, sudah mapan
zat ini adalah oksida nitrat.
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung, baik secara spontan atau
disebabkan karena mengupil atau trauma.
General Adaptation Syndrome (GAS) didefinisikan sebagai pola
mekanisme tubuh yang diaktifkan dalam merespons ancaman
yang berkelanjutan pada hampir semua stressor.
High Density Lipoprotein atau Lipoprotein densitas tinggi merupakan
salah satu golongan lipoprotein dimana kandungan protein lebih
banyak dibanding lemak. HDL berfungsi mengambil kelebihan
kolesterol dari sel-sel dan jaringan tubuh untuk dibawa kembali
ke liver.
Hiperglikemia adalah kadar gula darah tinggi.
Hiperlipidemia adalah Kondisi ketika kadar partikel lemak (lipid)
dalam darah tinggi.
Hipersekresi adalah kelebihan pengeluaran zat yang dibutuhkan.
Hipertensi maligna merupakan kondisi hipertensi berat yang bersifat
darurat. Hipertensi maligna ditandai dengan melonjaknya
tekanan darah hingga mencapai 180/120 mmHg atau lebih tinggi
dari angka tersebut.
Hipoksia adalah tidak adanya cukup oksigen dalam jaringan untuk
mempertahankan fungsi tubuh.
Iskemik adalah aliran darah berkurang.
Konstriksi adalah pembengkakan dan pembekuan darah yang
terkontrol oleh mengerutnya pembuluh darah.
Kortisol adalah hormon yang diproduksi pada kelenjar adrenal.
Level High Density Lipoprotein (HDL) adalah kolesterol yang
berfungsi untuk membersihkan kelebihan kolesterol yang
berbahaya di dalam darah dan membawanya kembali ke hati
untuk dikeluarkan dari tubuh. Oleh karena itu, HDL (high-
density lipoprotein) disebut sebagai 'kolesterol baik'.
Low Density Lipoprotein (LDL) atau Lipoprotein densitas rendah
adalah golongan lipoprotein yang bervariasi dalam ukuran dan
isi, serta berfungsi mengangkut kolesterol, trigliserida, dan lemak
lain dalam darah ke berbagai bagian tubuh.
142