Mochammad Sinung Restendy, Nora Erlinawati, Nur Fadhilah Andini,
Lailatul Magroh, Aida Husna Rahmadani, d k k
(seluruh mahasiswa KPI A, B, C, dan D)
Sebuah buku karya daring dosen & mahasiswa
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 2020
ISLAM & ILMU
SOSIAL HUMANIORA
Mochammad Sinung Restendy, Nora Erlinawati, Nur Fadhilah Andini,
Lailatul Magroh, Aida Husna Rahmadani, d k k
(seluruh mahasiswa KPI A, B, C, dan D)
Islam & Ilmu Sosial Humaniora
Diterbitkan oleh :
Grand Village Banguntapan C.4 Banguntapan Bantul
D.I.Yogyakarta
Mochammad Sinung Restendy, Nora Erlinawati, Nur Fadhilah Andini,
Lailatul Magfiroh, Aida Husna Rahmadani, d k k
(seluruh mahasiswa KPI A, B, C, dan D)
Islam & Ilmu Sosial Humaniora
- Edisi Pertama - Yogyakarta ; cv.Gradasi Sentosa, 2021
iv + 49 hlm, 1 jil. : 25 cm.
ISBN: 978-602-99057-3-1
A. PERSPEKTIF-PERSPEKTIF UTAMA DALAM STUDI ISLAM
Studi Islam dalam makna bahasa, merupakan terjemahan dari kata Dirasah Islamiyah
dalam Bahasa Arab, sedangkan studi keislaman di Eropa disebut Islamic Studies. Dengan
begitu, Studi Islam secara literal dapat dinyatakan sebagai “kajian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan akidah Islam”.1 Mengenai studi Islam dalam makna istilah, diketahui adanya
sejumlah pengertian yang disampaikan oleh para pakar tentang Studi Islam, yaitu sebagai
“kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara
mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, baik yang menyangkut sumber-sumber
ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaanya dalam
kehidupan”.2
Sedangkan perspektif adalah pendekatan atau cara pandang yang digunakan untuk
menganalisis perkembangan yang mutakhir. Sehingga, dapat diartikan kembali bahwa
perspektif utama dalam studi Islam adalah cara pandang seseorang mengenai kajian Islam
secara luas.
Berdasarkan uraian diatas, pendekatan dapat dimaknai sebagai suatu perspektif atau
paradigma dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu tertentu. Dalam hal ini, terdapat dua
perspektif yang digunakan para pengkaji studi Islam yaitu perspektif insider dan perspektif
outsider. Maksud dari kata Insider diartikan sebagai para pengkaji studi agama yang berasal
dari pemeluk agamanya sendiri (Muslim). Sedangkan outsider adalah para pengkaji agama
yang bukan pemeluk agama yang bersangkutan (Non Muslim). Maka dari itu, banyak
perdebatan yang muncul dari kalangan ilmuan yang menyatakan apakah pengkajian yang
dilakukan dari kalangan pengkaji insider maupun pengkaji outsider benar-benar objektif
sehingga nantinya dapat dipertanggung jawabkan, karena dapat dilihat keduanya memiliki
kondisi dan alasan historis yang berbeda.
Dalam hal ini jelas terlihat bahwa orang-orang memandang agama dalam perspektifnya
masing-masing. Dengan begitu, sangat dibutuhkan pengendalian tingkah laku dan
pengendalian pemikiran dalam menyikapi perbedaan di dalam sudut padang yang berbeda.
Agar terciptanya kerukunan dalam sosial kemasyarakatan, maka pemeluk agama dapat
membangun komunikasi yang harmonis antar umat beragama. Permasalahan mengenai Agama
sejak dulu hingga saat ini terus menerus menjadi sebuah perdebatan. Turut berpartisipasi atau
tidak berpartisipasinya para pengkaji studi agama sebenarnya memiliki kekurangan dan
1Penulis IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2002),1.
2Ibid…,
1
kelebihan tersendiri. Dalam pengkajian ini menekankan kepada para pengkaji untuk melakukan
penelitian dengan mengedepankan objektivitas, melalui studi dan observasi yang tidak
tendensius. Ia juga membedakan antara subjektivitas keagamaan pribadi dan objektivitas cara
pandang terhadap agama orang lain.3
Di awal penulis sudah menjelaskan bahwa dalam melakukan pengkajian studi Islam
terdapat dua perspektif yang digunakan yaitu perspektif insider dan perspektif outsider.
Selanjutya penulis akan membahas tentang pembagian konsep dari pengembangan
interkoneksi sosial keagamaan melalu empat bagian, yaitu partisipan murni, peneliti sebagai
partispian, partisipan sebagai peneliti dan peneliti murni.4
a) Perspektif Partisipan Murni
Partisipan murni adalah istilah untuk umat atau pemeluk agama yang terlibat
penuh dalam aktivitas keagamaan. Selain itu, mereka merupakan seorang peneliti yang
mengkaji agama dengan memanfaatkan pengetahuan dari orang dalam (insider).
Karena, seorang insider dirasa cukup memiliki pemahaman tentang agama yang
ditelitinya. Pengamatan yang digunakan oleh insider adalah pengamatan dari dekat dan
hasil penelitian dapat menghasilkan kajian yang objektif.
b) Perspektif Partisipan sebagai Peneliti
Partisipan sebagai peneliti disini mengambil sikap yang lebih kritis, dari pada
meniru peran partisipan murni. Kemudian mereka menerapkan langkah-langkah
seorang peneliti untuk mengkaji keagamaan di tengah-tengah komunitas agama mereka
sendiri. Para peneliti mengambil sikap penelitian menjaga jarak dengan objek. Target
yang ingin dicapai disini adalah penelitian yang objektif dan kritik jauh dengan cara
partisipan.
c) Perspektif Peneliti sebagai Partisipan
Peran peneliti sebagai partisipan sebenarnya berada pada posisi yang netral. Tujuan
mereka adalah untuk mendapatkan informasi dan data yang valid. Peneliti dapat
berkomunikasi dengan kalangan outsider dan dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara langsung. Metode yang digunakan ini sangat menguntungkan karena mereka
3 Kim Knott, “Insider/Outsider perspective”h, 244
4Knott, Kim, Insider/Outsider Perspectives, dalam The Routledge Companion to the Study of Religion, Edited by
John R. Hinnells (London: Routledge Taylor and Fancis Group, 2005) h. 176
2
sekaligus mendapatkan informasi yang akurat bahkan yang bersifat internal sekalipun
dari kalangan agama.
d) Perspektif Peneliti Murni
Peneliti Murni adalah istilah untuk menyebut kalangan orang luar (outsider)
atau kalangan luar agama. Penelitian yang mereka gunakan juga bersifat etik. Ciri
utama dari karakter penelitian ini objektif, netral, kemampuan untuk menguji ulang,
mendemonstrasikan validitas hasil ujian, dan mampu mengadakan generalisasi. Dalam
posisinya sebagai pengamat penuh, peneliti ini menurut Kim Knott lebih mampu dalam
mengoptimalkan konsep criticaldistance.5 Dalam pra penelitian ini penggunaan istilah,
stigma, bersifat rahasia, anasir detektif peneliti akan semakin mempertajam distansi
antara insider sebagai objek yang diamati bersifat pasif, terlihat secara rinci dan
outsider sebagai pengamat aktif, tak terlihat dan menyelidiki. Namun demikian kajian
kelompok ini menurut Kim Knott tidak banyak mengurai isu-isu tentang kebenaran dan
kesalahan.
Pendekatan insider dan outsider dalam studi Islam pada dasarnya adalah
pengembangan di bidang akademik untuk mengekspresikan secara jelas mengenai
adanya ketimpangan yang kerap terjadi di antara penganut agama yang lebih dikenal
dengan insider dan outsider, dimana meraka selalu berusaha untuk memahami dan
mengkaji agama. Pemikiran insider dan outsider memiliki ruang objektivitas dan
subjektivitas yang sama, yang terpenting adalah ketepatan metodologis dan validitas
data keagamaan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perspektif insider dan
outsider menurut penulis menjadi sebuah alternatif pendekatan dengan berada pada
posisi netral peneliti sebagai patrisipan dan partisipan sebagai peneliti. Namun,
perspektif apapun yang kita gunakan tidak serta merta mendorong kita untuk
melahirkan klaim kebenaran terhadap perspektif satu dengan yang lainnya.
5M. Atho’ Mudzar, pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), h.
67
3
B. PERSPEKTIF EMPIRIS ILMU SOSIAL HUMANIORA
Ilmu dalam bahasa Inggris biasa diistilahkan dengan kata science dan dalam
penggunaan bahasa Arab diistilahkan dengan kata al-‘ilm memiliki makna segala upaya untuk
mengamati, mendapatkan, dan memajukan pengetahuan manusia tentang berbagai aspek yang
ada di alam sekitar. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa ilmu
adalah sebuah pengetahuan yang dirangkai secara sistematis melalui berbagai proses atau cara
dan di dalamnya membahas serta menerangkan terkait bidang-bidang tertentu.6 Ilmu tidak
hanya berisi pengetahuan (knowledge) saja, melainkan gabungan pengetahuan atas dasar teori
yang telah disepakati dan diuji kebenarannya sesuai dengan metode atau cara yang konkret
pada masing-masing bidang. Ilmu dapat diperoleh manusia dengan cara meneliti, mempelajari,
memahami, dan menuliskannya. Adapun untuk pembagian ilmu sangat beraneka ragam.
Namun, pada kesempatan kali ini penulis akan megulas secara lebih mendalam mengenai
perspektif empiris sebuah ilmu sosial dan humaniora.
Sebelum mengulas lebih dalam mengenai ilmu sosial dan humaniora, penulis akan
memaparkan terlebih dahulu pemahaman terkait perspektif empiris. Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), perspektif memiliki arti pandangan atau sudut pandang.7 Dengan
maksud lain dapat dikatakan bahwa perspektif merupakan sudut pandang atau pandangan
dalam memahami suatu peristiwa. Sedangkan empiris memiliki makna segala hal atau perkara
yang didapat berdasarkan pengalaman, terlebih dari proses pelaksanaan uji coba, penemuan,
dan penelitian yang telah dilaksanakan. Bukti empiris memiliki sumber utama berupa indra.
Selain itu juga memiliki sumber tambahan atau sumber tidak langsung berupa ingatan dan
kesaksian, yang jika dikembalikan lagi merupakan beberapa pengalaman dari indra manusia.
Dari kedua pemaparan tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa perspektif empiris adalah
sudut pandang dalam memahami sesuatu dengan menggunakan pengalaman berdasarkan
observasi yang telah dilakukan dan hasilnya sesuai dengan fakta yang ada.
Ilmu sosial merupakan ilmu yang di dalamnya mengkaji sikap dan kegiatan setiap
individu dalam sistem kehidupan yang saling berkaitan di lingkungan masyarakat.8
Ilmu sosial membahas secara rinci tentang bagaimana interaksi seorang individu dengan
individu lain dan bagaimana interaksi individu dengan lingkungan dan keadaan sekitar. Ilmu ini
6KBBI, https://kbbi.web.id/ilmu (Diakses pada 25 Desember 2020, pukul 14.10 WIB)
7KBBI, https://kbbi.web.id/perspektif (Diakses pada 25 Desember 2020, pukul 14.30 WIB)
8Mukminan, “Dasar-Dasar Ilmu Sosial”.Suplemenuntuk Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Sosial Prodi
Pendidikan Geografi FIS-UNY, 2015, hlm. 4.
4
juga membahas tentang perilaku dan sifat manusia yang beraneka ragam. Semua perbuatan
atau tingkah laku tersebut termasuk ke dalam gejala sosial yang nantinya akan menjadi
pembahasan utama pada kajian ilmu-ilmu sosial.
Menurut beberapa tokoh ahli di Amerika Serikat, mereka menyatakan bahwa terdapat
dua pembagian ilmu sosial, yaitu :9
1. Bagian Inti (Inner Core). Pada bagian ini mencakup ilmu ekonomi, ilmu
pemerintahan, dan ilmu sosiologi.
2. Bagian Pinggiran (Outer Four). Pada bagian ini mencakup ilmu antropologi,
psikologi, geografi, dan ilmu sejarah.
Pada kenyataannya, ilmu sosial memiliki beberapa tujuan yang sangat penting, antara
lain untuk memahami secara detail mengenai segala macam bentuk gejala sosial, untuk
memprediksi berbagai macam gejala sosial yang akan terjadi di masyarakat dan untuk
mengontrol berbagai prediksi yang telah dibuat apakah sesuai atau tidak.10
Adapun ilmu humaniora bermula dari istilah kata humaniora yang bersumber dari
bahasa Latin baru dan berdasarkan istilah kata bahasa Inggris yaitu the humanitie. Kata tersebut
sebenarnya kata turunan dari sebuah istilah Latin kuno yaitu humanus yang memberikan arti
berbudaya, halus, dan manusiawi. Jadi, ilmu humaniora merupakan sebuah ilmu pengetahuan
yang di dalamnya memiliki ambisi kuat untuk membuat setiap manusia hidup menjadi lebih
beradab, manusiawi, lemah lembut dan memberikan perhatian yang sangat kuat terhadap
kehidupan manusia.11 Humaniora termasuk dalam delegasi wawasan pengetahuan yang
berhubungan dengan tingkat dan nilai kemanusiaan serta mengkaji tentang sikap manusia
terhadap sesamanya.12
9Ibid., hlm. 5
10Ibid.
11Abadi Aulia, “Ilmu Humaniora”,http://abadiaulia.blogspot.com/2012/12/ilmu-humaniora.html. (Diakses pada
24 Desember 2020 pukul 20.00 WIB)
12Arief Rohman, Memaknakan secara Kritis Link and Match pada Bidang Ilmu-Ilmu Humaniora.Dinamika
Pendidikan No.2 Tahun II, 1995, hlm. 5.
5
Tertulis dalam Encyclopedia Britannica (1982), terdapat penjelasan bahwa humaniora
terbagi dalam 10 cabang, antara lain :13
1. Sejarah
2. Bahasa, baik klasik maupun modern
3. Ilmu hukum
4. Filsafat
5. Arkeologi
6. Kesusasteraan
7. Teori, praktek dan kritik seni
8. Ilmu bahasa
9. Aspek-aspek terkait ilmu sosial yang berisi tentang humanistik
10. Sejarah tertentu
Para ahli telah berpijak pada dua dimensi kehidupan ketika mengembangkan ilmu
humaniora. Dua pijakan tersebut adalah dimensi realitas dan dimensi idealitas. Dimensi
realitas memberikan data empirik atau data yang konkret berdasarkan observasi yang telah
dilakukan tentang alam semesta, dunia dan manusia agar terbuatlah perwujudan teori induktif.
Adapun dimensi idealitas merupakan daerah atau kawasan di mana para ahli melakukan
perenungan mendalam ketika mengkaji wawasan untuk menghasilkan perwujudan teori
tentang alam semesta, dunia dan manusia yang bersifat deduktif.
Ilmu humaniora mengkaji dan mengenalkan kepada manusia tentang orang yang belum
pernah dijumpai, wilayah baru, dan belum pernah dikunjungi serta gagasan terbaru dalam
pemikiran setiap individu. Dengan menunjukkan proses individu hidup dalam bermasyarakat,
humaniora memberikan bantuan tentang sesuatu yang sangat diperlukan untuk
keberlangsungan hidup manusia terutama untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik dan
berkualitas. Representasi dari penerapan ilmu humaniora adalah adanya bahasa kuno dan
bahasa modern, agama, sejarah, hukum dan lain sebagainya. Beberapa penambahan yang
termasuk pada bagian disiplin ilmu humaniora yaitu ilmu antropologi, studi komunikasi dan
13Ibid., hlm. 5-6
6
teknologi yang terkadang cabang-cabang tersebut lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu
sosial.14
Dari pemaparan kedua ilmu di atas, diperoleh suatu kesimpulan bahwa ilmu sosial
humaniora merupakam sebuah ilmu pengetahuan yang di dalamnya mengkaji berbagai macam
kegiatan manusia di lingkungan masyarakat dan memiliki target terciptanya manusia yang
lebih beradab, manusiawi, dan peka terhadap kehidupan manusia di alam semesta.
Adapun terdapat 3 pembagian terkait jenis, strategi, dan pendekatan penelitian sosial
humaniora (Creswell, 2016), antara lain :15
1. Kuantitatif, yaitu salah satu metode penelitian yang penulisan datanya menekankan
pada penulisan numerik atau menggunakan angka. Pada metode ini didapatkan
melalui hasil eksperimen atau percobaan dan non-eksperimen atau melalui survei.
Metode ini juga menekankan pada data performa, data observasi, analisis statistik
dan lain sebagainya.
2. Kualitatif, yaitu salah satu metode penulisan yang menekankan penggunaan sistem
deskriptif atau pemaparan lebih mendalam. Pada metode ini menggunakan sistem
narasi, fenomenologi atau pengalaman, diskursus atau analisis wacana, etnografi
atau pengamatan, grounded theory atau teori yang berdasarkan data dan
menggunakan studi kasus. Dalam proses penelitian metode ini lebih menggunakan
data wawancara, membuka pertanyaan seluas-luasnya, menganalisis tekstual dan
gambar serta perkembangannya berifat dinamis.
3. Mixed Methode, yaitu menggabungkan dua metode, antara lain metode kuantitatif
dan metode kualitatif. Pada metode ini menggunakan data ganda, pertanyaan bisa
tertutup atau terbuka serta menggunakan analisis statistik dan tekstual.
Ilmu sosial dan humaniora berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan umat
manusia. Terutama dalam mengembangkan mutu hidup masyarakat serta menyejahterakan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ilmu ini juga ikut menyumbangkan berbagai ide kritis dan
teoritis terkait berbagai bidang, termasuk di dalamnya ide tentang program pembangunan yang
14I Putu Suardipa, “Problematika Pendidikan dalam Perspektif Sosial Humaniora Menguak Gradasi
Kemanusiaan”. Maha Widya Bhuwana: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya Vol. 1 No.2, 2018, hlm. 79-
80.
15Made Diah Lestari, “Meriview Penelitian Sosial Humaniora dan Penelitian Kualitatif”,
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penunjang_dir/1f46f9a3a86dd2d2db3d5fce23774316.pdf (Diakes pada
25 Desember 2020 pukul 15.00 WIB)
7
cakap dan tentunya mengutamakan aspirasi rakyat. Maka dari itu, segala hal yang terkait di
dalam ilmu sosial dan humaniora perlu dikembangkan secara lebih detail, mendalam dan
konsisten. Seluruh aspek yang terkait dalam ilmu sosial dan humaniora merupakan hal yang
penting bagi keutuhan dan persatuan pembangunan Indonesia maju.16
Berdasarkan fakta bahwa ilmu sosial dan humaniora ini berperan penting dalam
kemajuan berbagai bidang di dunia. Contohnya bahwa ilmu ini menjadi landasan keputusan
pada bidang ekonomi, baik secara spontanitas maupun manual. Kebijakan ekonomi ini
diterapkan oleh negara seperti Amerika, Tiongkok, Singapura, dan lain-lain. Ilmu sosial
humaniora juga menjadi instrumen perdamaian, arah pembangunan negara dan menjadi sumber
utama untuk memecahkan berbagai problem yang dihadapi oleh manusia.17
Pada beberapa hal di atas telah dijelaskan terkait urgensi ilmu sosial humaniora bagi
seluruh umat manusia, berikut akan penulis jelaskan mengenai berbagai hal yang akan terjadi
jika nilai-nilai sosial humaniora berkurang atau bahkan menghilang. Hal pertama yang akan
terjadi adalah mulai hilangnya sifat manusiawi pada setiap individu. Nilai-nilai sosial
humaniora yang pada dasarnya hendak mewujudkan negara yang maju, maka secara otomatis
akan berubah menjadi negara yang penuh kebohongan. Sikap lemah lembut, sopan santun akan
menghilang. Maka diperkirakan dapat terjadi berbagai konflik sosial dan krisis moral berupa
maraknya kasus pencurian, kekerasan, perampokan, kejahatan massa dan lain sebagainya.18
Pada dasarnya, titik tekan sebuah pendidikan bukan hanya pada perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat, melainkan juga harus mengutamakan pembentukan karakter
berakhlak. Maka dari itu, sangat diperlukan ilmu sosial humaniora untuk menjadikan setiap
manusia lebih beradab dan bersifat kemanusiawian.19
16Media Indonesia, “Peran Ilmu Sosial Humaniora Signifikan Sukseskan Pembangunan”, 23 Oktober 2018,
https://mediaindonesia.com/humaniora/192698/peran-ilmu-sosial-humaniora-signifikan-sukseskan-
pembangunan#:~:text=Peran%20Ilmu%20Sosial%2DHumaniora%20Signifikan%20Sukseskan%20Pembangu
nan,
Antara%20%7C%20Humaniora&text=%22Posisi%20ilmuwan%20sosial%20dan%20humaniora,Selasa%20(2
3%2F10). (Diakses pada 25 Desember 2020 pukul 12.30 WIB).
17Workshop“Membangun Sinergi dan Kolaborasi dalam Rangka lmplementasi Prioritas RisetNasional(PRN)
Bidang Sosial-Humaniora"http://fe.unj.ac.id/wp-content/uploads/2020/02/BRIN-ILMU-SOSIAL-DAN-
HUMANIORA-Revised-06022020-1.pdf(Diakses pada 25 Desember 2020 pukul 13.00 WIB).
18Wawan Darmawan dan Murdiah Winarti, “Humaniora Di Era globalisasi, masikah relevan?” Seminar
Nasional Sejarah ke-4 Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Padang, hlm. 449.
19Fuad Nashori dkk, Ilmu Sosial Humaniora dalam perspektif Islam. (Yogyakarta : Sevenbooks, 2020), hlm.
129-130.
8
C. ISLAM DAN MANUSIA
Ada banyak sekali penjelasan tentang manusia di dalam kitab Al-Qur’an, dimana
setidaknya terdapat empat kata yang dipakai oleh Al-Qur’an untuk mengartikan “manusia”,
yaitu : kata al-Basyar, al-Insan, al-Nas, dan Bani Adam20. Manusia dikatakan oleh Sang
Pencipta sebagai makhluk dengan segala kesempurnaan, bahkan Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. 95
: 4). Dan Ia mengangkat manusia menjadi ciptaan-Nya yang paling mulia diantara makhluk-
makhluk yang telah Ia ciptakan (QS. 17 : 70). Dalam kosmologi Islam, manusia dijelaskan
sebagai makhluk ciptaan terakhir21. Allah menciptakan hewan, tumbuhan, dan seluruh isi bumi
terlebih dahulu untuk dinikmati dan dimanfaatkan oleh manusia.
Konsep manusia yang bersumber kepada Al-Qur’an menunjukkan bahwa manusia
tediri dari dua unsur (materi dan nonmateri). Badan manusia (merupakan unsur materi)
terbentuk dari tanah yang ada dibumi dan ruh nya adalah substansi non materi yang berasal
dari alam ghaib. Dijelaskan dalam surah Al-Mu’minun : “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah. Lalu Kami jadikan sari pati itu
air mani (yang disimpan) didalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang berulang, lalu tulang berulangnya itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling
baik” (QS. 23 : 12 - 14). Setelah anggota badan telah diciptakan dengan sempurna, Allah
tiupkan ruh kedalamnya (janin) Allah perintahkan para malaikat untuk bersujud (QS. 38 : 72).
Dalam Islam dikatakan bahwa Sang Pencipta pertama kali membuat manusia bernama
Nabi Adam alaihissalam. Seperti yang dijelaskan di dalam kitab suci agama Islam,
bahwasannya Nabi Adam berasal dari tanah liat kering yang ditiupkan ruh didalamnya (QS. 15
: 26). Nabi Adam sebagai manusia pertama, ialah seorang khalifah yang diturunkan kebumi
dan diutus oleh Allah SWT untuk menjalankan perintah-Nya. Allah SWT juga menciptakan
Hawa sebagai pendamping Nabi Adam (QS. 4 : 1), mereka berdua menjalani hidup dibumi
hingga menciptakan manusia penerus (keturunan).
20 Solehan Arif, “Manusia dan Agama”, Jurnal Islamuna. Vol. 2 No. 2, Tahun 2015, halaman 153.
21 Happy Susanto, ”Filsafat Manusia Ibnu Arabi”, Jurnal Tsaqafah, Vol. 10 No. 1 Tahun 2014, halaman 118.
9
Penjelasan mengenai manusia sudah sangat jelas tertuang didalam kitab suci Al-
Qur’an, disini penulis ingin membahas lebih dalam tentang makna kata manusia didalam Islam
:al-Basyar, al-Insan, al-Nas dan Bani Adam.
1. Manusia sebagai makhluk biologis (Al-basyar)
Al-Qur’an menyebutkan kata al-Basyar ini sebanyak 36 kali. Dalam pengertian
etimologi kata al-Basyar berarti kulit kepala, muka atau badan yang menjadi tempat
pertumbuhan rambut. Quraish Shihab mengatakan bahwa kata Basyar ini
bersumber dari akar kata yang artinya adalah sesuatu hal baik dan indah. Dari
situlah kemudian terbentuk kata Basyarah yang berarti kulit. Manusia disebut
sebagai Basyar karena kulitnya terlihat nyata dan juga tidak sama seperti kulit
hewan22. Berdasarkan konsep al-Basyar manusia merupakan makhluk jasmaniah
(makhluk biologis) yang dapat berkembang biak, tumbuh dan berkembang, serta
membutuhkan makanan untuk hidup, kemudian mati23.
Manusia sebagai makhluk biologis wajib bersyukur tanpa henti kepada Allah
yang selalu memberikan kecukupan kepadanya. Air, tanah, tanaman, hewan dan
seluruh isi dibumi diciptakan oleh Allah untuk manusia manfaatkan dengan baik
sehingga manusia dapat menciptakan sebuah keseimbangan. Allah SWT yang
menetapkan segalanya, Dialah Pencipta seluruh makhluk. Karena itulah manusia
harus mengagungkan nama-Nya, hanya menyembah diri-Nya sebagaimana yang
selalu diucapkan oleh orang beriman dalam shalatnya “iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’in” (hanya kepadaMu lah kami menyembah dan hanya kepadaMu lah kami
memohon pertolongan), kesadaran manusia dalam beribadah kepada Allah ini
merujuk manusia agar tidak melupakan jati dirinya (tanah dan air mani)24.
2. Manusia sebagai makhluk psikologis (Al-Insan)
Dalam bahasa Arab, manusia disebut sebagai al-Insan (kata al-Insan bersumber
dari kata al-uns yang memiliki arti jinak, selaras, dan nyata). Al-Qur’an menyebut
kata al-Insan sebanyak 60 kali, dan dipakai untuk memaknai manusia secara
keseluruhan (tubuh dan jiwa) makhluk psikologis. Sebagai makluk psikologis
22 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur-an Tafsir Maudhu’i atas pelbagia Persoalan Umat (Bandung: Mizan,
1996), 275.
23 Siti Khasinah, “Hakikat Manusia menurut Pandangan Islam dan Barat”, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 13 No.2,
Tahun 2013, halaman 305
24 Islamiyah, “Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Terminologi al-Basyar, al-Insan. Dan al-Nas)”,
Rusydiah:Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1 No. 1, tahun 2020, halaman 48-49.
10
manusia diberikan potensi oleh Allah SWT berupa kemampuan untuk dapat
berbicara (QS. 55 : 4), kemampuan menguasai ilmu pengetahuan (QS. 6 : 4-5),
kemampuan untuk mengenali Allah SWT sebagai penciptanya (QS. 16:65-66) dan
kemampuan lainnya. Dengan adanya potensi ini manusia pun mampu
mengembangkan kepribadiannya dan menjalankan seluruh perintah dari Tuhannya.
Dalam surah Al-Baqarah: “Dan Ia mengajarkan Adam nama-nama (benda)
semuanya, kemudian Ia perlihatkan kepada para malaikat, lalu berfirman, “Hai
Adam, beritahu mereka nama-nama benda itu, jika kamu yang benar!” (QS 2 : 31)
menjelaskan bahwa dalam proses penciptaannya, manusia telah diberikan potensi
akal yang luar biasa oleh Allah SWT sehingga manusia wajib memanfaatkannya
dengan benar. Dengan mengoptimalkan potensi akalnya, tentu saja manusia mampu
memakmurkan seisi bumi25. Akal yang diberikan kepada manusia merupakan suatu
potensi yang sangat istimewa, karena akal lah yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Dengan akal manusia bisa berfikir dibidang pengetahuan
yang logis, metodologis, dan sistematis serta dapat menentukan keberadaannya
didunia26.
Namun tentunya manusia sebagai al-Insan juga memiliki keterbatasan,
diantaranya dengan panca inderanya manusia tidak dapat mengetahui wujud
Tuhannya, dengan potensinya manusia tidak dapat menjangkau seisi dunia. Dengan
adanya keterbatasan itu manusia pun mendapat ujian hidup oleh setan yang terus
menggoda imannya ( QS. 7 : 11 – 27). Oleh karena itu manusia harus dapat
menyeimbangkan potensinya dengan iman, sebab Insan saleh selalu menggenggam
teguh hidayat Allah SWT untuk dapat membimbingnya.
3. Manusia sebagai makhluk sosial (al-Nas)
Al-Qur’an menyebutkan kata al-Nas ini sebanyak 240 kali, digunakan untuk
menunjuk manusia sebagai makhluk sosial tanpa melihat statusnya (apakah
manusia itu beriman atau tidak). Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai
makhluk yang berkelompok. Bermula dari pasangan Adam dan Hawa yang
merupakan pasangan pertama yang diturunkan oleh Allah ke bumi, mereka
25 Yesi Lisnawati, “Konsep Khalifah Dalam Al-Qur’an dan Inplikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi
Maudu’i Terhadap konsep Khalifah Dalam Tafsir Al-Misbah)” Tarbawi: Indonesian Journal of Islamic Education,
Vol. 2 No. 1, tahun 2015, halaman 54.
26Abu Tamrin, “Manusia Berbasis Al-Qur’an dalam Dimensi Filsafat Ilmu” Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-
I, Vol. 5 No. 3, tahun 2018, halaman 230.
11
melahirkan keturunan yang kemudian berkembang menjadi sebuah keluarga,
masyarakat hingga lingkup suku dan bangsa.
Allah SWT memerintahkan manusia agar selalu taat kepada seluruh peraturan-
Nya, banyak manusia yang patuh dan tidak sedikit pula manusia yang melanggar
peraturan itu. Dalam Al-Qur’an dijumpai kelompok manusia yang menyatakan
beriman namun kenyataannya mereka tidak beriman (QS. Al-Baqarah 2 : 8), yang
menyekutukan Penciptanya (QS. Al-Baqarah 2 : 165), orang-orang yang hanya
mempedulikan dunia (QS. Al-Baqarah 2 : 200), dan kelompok manusia lainnya27.
Walaupun begitu manusia yang merupakan makhluk sosial (al-Nas) terus dituntut
untuk selalu berbuat baik kepada manusia lainnya, manusia juga dilarang untuk
berburuk sangka dan menyakiti sesama manusia.
4. Manusia sebagai Bani Adam
Kata Bani Adam disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 7 kali. Dalam
pengertian etimologi, kata Bani Adam ini diartikan sebagai manusia keturunan Nabi
Adam Alaihissalam. Manusia dalam makna sebagai Bani Adam ini merujuk kepada
kekhalifahan, Allah menciptakan Nabi adam untuk menjadi khalifah di bumi-Nya
yang kemudian melahirkan para penerusnya. Seperti dalam firman Allah SWT :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi”. Para Malaikat berkata:
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) dibumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman :
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. 2 : 30). Disini,
tugas manusia sebagai Khalifah adalah menjaga dan bertanggung jawab atas
dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi sumber penghidupan28. Manusia
melakukan segala akivitasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah dan
segala perbuatan manusia akan dipertanggung jawabkan. Selain melaksanakan
tugasnya dalam beribadah dan mengabdikan dirinya kepada Allah SWT, kedudukan
manusia (khalifah) dimuka bumi ini memiliki tugas untuk memelihara dan
27 Afrida, “Hakikat Manusia Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, Vol. 16 No.
2, tahun 2018, halaman 57.
28 Watsiqotul, “Peran Manusia sebagai Khalifah Allah Dimuka Bumi”, Jurnal Penelitian, Vol.12 No. 2, tahun
2018, halaman 367.
12
melestarikan alam, mengambil manfaatnya dengan baik, dan dapat mengelola
kekayaan alamnya sehingga terwujud kedamaian dan kesejahteraan bagi manusia.
13
D. ISLAM DAN MASYARAKAT
Islam, secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu salima yang didefinisikan
sebagai selamat. Sedangkan secara terminologi Islam didefinisikan sebagai “agama yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang berisi tidak hanya hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, melainkan juga hubungan manusia kepada manusia yang lain.”
Masyarakat dalam definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sejumlah manusia
dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama29. Para
ahli mendefinisikan arti masyarakat lebih luas lagi. Emile Durkheim, mendefinisikan
masyarakat sebagai satu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggotanya,
sedangkan Selo Soemardjan memiliki pendapat lain yang menyatakan bahwa masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Lantas apakah terdapat korelasi antara Islam dengan masyarakat?, terlebih khusus di
Indonesia, lebih khusus lagi di tanah Jawa. Untuk itu perlu dibahas tentang proses masuknya
ajaran Islam ke dalam masyarakat Indonesia. Teori tentang masuknya agama Islam ke
Indonesia (Nusantara) sampai saat ini terbagi menjadi 3 teoiru yang paling populer. Pertama,
adalah teori Gujarat yang disampaikan oleh Snouck Hurgronje. Kedua, adalah Teori Mekkah
yang dikemukakan oleh Hamka. Ketiga, adalah Teori Persia yang dikemukakan oleh Hosein
Soerdjaningrat.
Terlepas dari kebenaran ketiga teori tersebut. Kita semua pasti sudah mengetahui jika
ajaran agama Islam memberi dampak yang besar kepada masyarakat di Nusantara pada kala
itu. Proses dakwah atau penyebaran ajaran-ajaran Islam di Nusantara, khususnya di Jawa lebih
menggunakan pendekatan sosial, dengan tidak mengesampingkan pendekatan-pendekatan
yang lain seperti pendidikan, perkawinan, dan sebagainya.
Kita mengenal sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa, atau
mungkinlebih populer dengan nama Wali Songo. Dari 9 wali itu, beberapa wali menggunakan
pendekatan sosial dalam pelaksanaan dakwahnya. Sunan Kalijaga misalnya.
Karena Islam tersebar di Jawa lebih dominan dengan pendekatan sosial. Maka dari itu
menyebabkan adanya akulturasi budaya antara Islam dengan Jawa yang terjadi. Keorjaningrat
29https://kbbi.web.id/masyarakat
14
mendefinisikan budaya sebagai sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.30
Akulturasi yang disengaja misal adalah berdakwah dengan media wayang seperti yang
dilakukan oleh Sunan Kalijaga atau tembang-tembang yang diciptakan oleh Sunan Giri.
Penggunaan metode-metode seperti ini tentu lebih efektif karena sesuai dengan budaya
masyarakat Jawa pada kala itu dan tidak ada unsur pengurangan nilai-nilai agama sama
sekali.31
Justru, nilai-nilai agama Islam tidak bertentangan dengan budaya masyarakat di Jawa pada saat
itu. Karena perjalanan waktu maka terjadi akulturasi Islam di dalam Budaya Jawa. Lalu
seberapa besar pengaruh Islam terhadap budaya masyarakat Jawa?.
Budaya-budaya masyarakat di Jawa sudah terakulturasi dengan agama Islam. Lantas
seberapa besar pengaruhnya. Pertama, beberapa prinsip hidup orang Jawa bercorak Islam. Bisa
kita ambil contoh dari prinsip hidup nerimo ing pandum yang berarti bersyukur pada apa yang
dialami, bisa diartikan sebagai pasrah. Dalam Islam kita sering mengenal istilah tersebut
dengan namatawakkal yang kurang lebih berarti sama, pasrah. 32
Kedua, kesenian Jawa yang terakulturasi dengan ajaran Islam. Adanya akulturasi antara
kesenian Jawa dengan Islam tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan dakwah yang dilakukan
oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Ampel. Sunan Kalijaga yang merupakan tokoh dalam
Walisongo yang pandai memainkan wayang. Kemahirannya dalam pewayangan tersebut
digunakannya untuk melakukan dakwah Islam. Tema-tema cerita wayang yang telah dimasuki
oleh nilai-nilai ajaran Islam lalu dipentaskan kepada khalayak untuk mengajarkan nilai-nilai
ajaran agama Islam. Tembang-tembang yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga pun demikian
juga mengandung nilai-nilai ajaran Islam didalamnya. Misalkan tembang Lir-Ilir yang
mengajarkan kita tentang hakikat dari keimanan, kehidupan, serta ketuhanan. Bidang
kesustraan juga terjadi akulturasi dengan ajaran Islam. Contoh, hikayat yang merupakan cerita
30 . Sutopo, Oki. 2008. “Beragam Islam Beragam Ekspresi: Islam Indonesia dalam Praktik”
31Saiufullah, Muhammad. 2015. “Islam dan Masyarakat (Konstruksi Nyata Islam Historis)”. Diakses dari laman
https://www.kompasiana.com/ipoenk94/5528ff48f17e61a9288b45a7/islam-dan-masyarakat-konstruksi-
nyata-islam-historis pada tanggal 10 November 2020
32 Arif Rahman, Aulia. 2011. “Islam dan Budaya Masyarakat Yogyakarta Ditinjau Dari Perspektif Sejarah”Arif
Rahman, Aulia. 2011. “Islam dan Budaya Masyarakat Yogyakarta Ditinjau Dari Perspektif Sejarah”
15
yang yang penuh dengan keajaiban dan keanehan, misal Hikayat Perang Pandawa Jaya,
Hikayar Seri Rama, Hikayat Maharaja Rahwana dan masih banyak lagi. 33
Ketiga, perayaan-perayaan dalam Jawa pun mendapat pengaruh dari Islam. Pada masa
kerajaan Mataram Islam yang saat itu dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Pada saat
itu Sultan Agung memerintahkan agar kebudayaan Jawa lama (Hindu-Budha) agar
diakulturasikan dengan ajaran-ajaran agama Islam. Atas perintah tersebut maka terjadilah
akulturasi budaya dalam hal perayaan. Grebeg, disesuaikan dengan hari besar Islam yaitu Idhul
Fitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW, selanjutnya disebut dengan Grebeg Poso dan Grebeg
Mulud. Penanggalan pun diubah yang tadinya menggunakan perhitungan matahari diubah
menjadi menurut perhitungan bulan, penanggalan ini masih digunakan sampai sekarang.
Contoh lain seperti, Perayaan Sekaten yang dasar katanya diambil dari bahasa Arab yaitu
Syahadattain dan beberapa contoh lainnya. Babad, yang merupakan dongeng yang sengaja
dibuah menjadi peristiwa sejarah. Cerita sejarah aslinya ada namun digambarkan lebih
hiperbolis misal Babad Tanah Jawi, Babad Giyanti.
Keempat, Pendidikan dalam Jawa juga mendapat pengaruh dari ajaran Islam.
Pendidikan pun memainkan peran yang penting dalam dakwah Islam di Jawa. Pondok
Pesantren menjadi adalah pemeran utama dalam hal ini. Pondok pesantren yang diasuh oleh
seorang ulama mengajarkan para calon guru agama, kiai yang nanti setelah lulus dari pesantren
akan kembali ke daerah nya masing-masing dan menyebarkan agama Islam. Pondok Pesantren
di masa awal penyebaran agama Islam di Jawa adalah Pondok Pesantren Ampel Denta di
Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat atau yang populer dengan nama Sunan Ampel.34
Kelima, Arsitektur Jawa yang secara desain pun bercorak Islam dan terkadang
mengandung filosofi-filosofi ajaran Islam. Hasil akulturasi nya antara lain, bentuk atap masjid
yang tidak berbentuk kubah tetapi berbentuk atap bersusun yang semakin mengecil dan
bilangan atapnya selalu berangka ganjil. Absen nya menara dan letak masjid yang selalu
terletak dekat dengan istana raja menjadi kekhasan arsitektur masjid-masjid Jawa yang
merupakan akulturasi dengan budaya hindu terdahulu. Adanya variasi arsitektur masjid yang
bercorak Jawa merupakan wujud adanya akulturasi Islam dengan budaya Jawa.
33 . Alfinuha, Setyani. 2015. Sunan Kalijaga dan Tembangnya di Tanah Jawa. Diakses dari laman
https://www.kompasiana.com/setyanialfinuha/54f6ae0aa33311c55c8b462d/sunan-kalijaga-dan-
tembangnya-di-tanah-jawa
34 Aziz, Donny Khoirul. 2013. Akulturasi Islam Dan Budaya Jawa
16
Akulturasi ajaran Islam dengan budaya Jawa bukan berarti Islam mengalah. Akulturasi
ada untuk meyelaraskan kebutuhan para pemeluk Islam dan orang-orang yang akan memeluk
Islam dengan kebutuhan mereka sebagai manusia yaitu sosial dan budaya. Karena terjadi
akulturasi budaya ini maka tentu Islam dan masyarakat sangat erat kaitannya di dalam
masyarakat Jawa. Prinsip hidup, pendidikan, sastra, kesenian, arsitektur banyak yang
berakulturasi dengan ajaran Islam ataupun mengandung filosofi ajaran Islam di dalamnya. 35
Tidak hanya di Jawa saja. Bisa kita lihat dalam sejarah Islam dan masyarakat
Indonesia,terbukti bahwa Islam menyebar ke seluruh penjuru Nusantara hampir tidak pernah
menggunakan “topeng”. Islam menjadi sesuatu yang dekat dan akrab dengan budaya
Nusantara. Ini sesuai dengan anjuran dalam berdakwah itu sendiri, yaitu berdakwah dengan
hikmah bukan dengan kekerasan.
35 Saiufullah, Muhammad. 2015. “Islam dan Masyarakat (Konstruksi Nyata Islam Historis)”. Diakses dari laman
https://www.kompasiana.com/ipoenk94/5528ff48f17e61a9288b45a7/islam-dan-masyarakat-konstruksi-
nyata-islam-historis pada tanggal 10 November 2020
17
E. ISLAM DAN BUDAYA
Agama Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT untuk umat manusia.
Secara etimologis kata Islam berasal dari Salima yang artinya selamat. Dari kata itu kemudian
terbentuk aslama sehingga menjadi Islam artinya yaitu menyerahkan diri dan patuh. Pemeluk
Islam disebut muslim yang berarti menyerahkan diri, tunduk patuh kepada Allah swt36.
Secara terminologis (istilah) dapat diartikan adalah wahyu tauhid atau keesaan Tuhan
yang diturunkan oleh Allah swt kepada Rasulullah saw melalui Malaikat Jibril guna
disampaikan kepada umatnya. Islam mengajarkan tentang monoteisme (Tauhid) bahwa Tuhan
itu ada, satu atau esa yaitu Allah swt, iman terhadap wahyu, iman terhadap ahkir zaman dan
bertanggung jawab.
Menurut Soemardjan dan Soemardi budaya sebagai seluruh cipta, rasa, dan hasil karya
yang tercipta di lingkungan masyarakat. Artinya karya karya yang berasal dari masyarakat
sehingga menghasilkan kebudayaan. Hasil kebudayaan yang akan digunakan oleh masyarakat
untuk alam sekitarnya menurut Soermardjan dan Soemardi adalah kebudayaan teknologi
kebendaan dan kebudayaan jasmaniah.
Hal itu menunjukan bahwa kebudayaan setiap suku daerah kebangsaan memiliki unsur
unsur yang bersifat sebagai kesatuan guna untuk pemersatu kebudayaan tersebut . Unsur dalam
kebudayaan tersebut disebut sebagai cultural universals, yang meliputi: 1. Peralatan dan
perlengkapan hidup manusia. 2. Mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi 3. Sistem
kemasyarakatan 4. Bahasa (lisan dan tulisan) 5. Kesenian 6. Sistem pengetahuan 7. Religi
(system kepercayaan) 37.
Dalam budaya ada unsur yang mudah berubah yaitu ; seni, bahasa, teknologi.
Sedangkan unsur budaya yang tidak mudah berubah yaitu : agama (system kepercayaan),
system social, dan system pengetahuan .
Peran dan aturan islam dan budaya memiliki unsur dan konsep yang berbeda, apalagi
di Indonesia notabene daerahnya memiliki banyak suku, ras, budaya, kepercayaan dan adat
36Supiana..Metodologi Studi Islam(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2017) hlm.4
37Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar( Jakarta: Raja Grafindo Persada,1990) hlm 193
18
istiadat yang bermacam macam. Akan tetapi, berpedoman pada semboyan Negara Indonesia
yakni Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Dalam diri bangsa Indonesia mempunyai keragaman diseluruh nusantaranya. Karena
warga Negara Indonesia dominan menganut ajaran Islam, maka islam pun harus dijalankan
daei segi tekstual dan kontekstualnya. Oleh karena itu budaya dan agama islam di Negara
Indonesia mempunya hubungan dekat untuk menjalin relasi antara kebudayaan terhadap islam.
a. Relasi Agama Islam Terhadap Kebudayaan Indonesia
Antara budaya dengan agama islam memiliki relasi tetapi tidak bias disamakan karena
memiliki peran masing masin, akan tetapi budaya dan agama menjalin relasi untuk proses
kreatif inovatif warga Negara Indonesia dalam kehidupan sehari harinya sehingga agama dan
kebudayaan tidak bias dihilangkan salah satunya. Dari realitanya untuk menjalani keseharian
warga Indonesia membutuhkan relasi antara budaya dan agama islam. Dengan demikian maka
akan menjadi penyeimbang sebagai mahkluk tuhan, mahkluk social dan mahkluk38.
Oleh karena itu kebudayaan yang sedang berkembang membutuhkan nilai keagamaan
dalam menunjukan eksistensinya. Dengan adanya posisi saling membutuhkan tersebut akan
menimbulkan hubungan pola yang ideal, yang artinya terjadi relasi yang melengkapi,
mendukung terhadap perannya masing masing untuk keseharian kehidupan bermasyarakat.
Adanya kebudayaan yang terdiri dari ide gagasan sebagai bentuk relasi tersebut sebagai
hasil cipta rasa dan karsa untuk tercapaikan tujuan Negara Indonesia menjadi Negara yang
berkemajuan dan berkembang secara baik dalam ruang lingkup warga negaranya . Sehingga
warga negara Indonesia dapat menjalankan perannya masing masing dalam bidang
kretivitasnya agar dapat menghasilkan kebudayaan dan mewujudkan tujuan bangsa Indonesia
sebagai Negara nusantara
Agama Islam dan Budaya Indonesia akan selalu menjadi relasi terhadap realita
kehidupan sehari hari. Dengan demikian adalah bukti terhdapat bentuk relasi baik tanpa
pertentangan antara budaya dan agam islam di Negara Indonesia . Penyebabnya karena
keduanya saling mempengaruhi secara timbal baik. Hal itu juga menunjukan bahwa relasi
agama islam dan budaya merupakan wujud perilaku manusia menuju kesempurnaaan.39
38Khoiro Ummatin Sejarah Islam dan Budaya Lokal (Yogyakarta : Kalimedia,2018) hlm 133
39Ibid…, hlm 135
19
b. Antara Agama Islam, Budaya dan Indonesia
Dalam keseharian warga Negara Indonesia antara Agama dan budaya bertemuan secara
terus menerus sehingga harus tetap menyeimbangkan satu sama lain tanpa menentang perannya
masing masing. Dengan demikian agama kan tetap berpedoman pada dasar syariat islam tanpa
harus menghilangkan budaya indonesia untuk menjalani kehidupan social dan bermasyarakat.
Oleh karena itu antara agama islam dan indoneisa perlu relasi kerja sama untuk mengantisipasi
ancaman dan berbagai problematic manusia di era global ini. Problematik di Indonesia tersebut
secara universal tentang kemanusiaan merupakan pilihan paling mungkin untuk
mempertemukan antara agama dan budaya.
Berbagai ancaman dan problematic kemajuan zaman tersebut dapat dicegah dan diatasi
bersama dengan adanya agama dan budaya yang diimplementasikan secara baik di kehidupan
bersosial dan bermasyarakat. Sehingga warga Negara Indonesia mampu menanggulangi
berbagai isu globalisasi yang timbul akibat dampak negatif kemajuan zaman . Oleh karena itu
sebagai mahkluk tuhan, mahkluk social dan mahkluk budaya harus dapat selektif dengan
berlandasan agama dan budaya yang menjadi lebih manfaat sehingga tatanan kehidupan
manusia menjadi lebih baik.40
Berbagai permasalahan yang berhubungan antara agama dan budaya perlu dijaga agar
tidak menjadi kasus yang lebih besar sehingga harus dilakukan upaya untuk pencegahan
berbagai ancaman yang menimbulkan perpecahan kesatuan antara agama dan budaya. Dalam
hal ini jelas menunjukan bahwa agama menjadi bagian penting untuk dapat menjadi dominasi
pemikiran pemikiran yang memiliki relasi dengan kebudayaan.
Peran manusia yang lengkap dengan potensi bawaan agamis sosial kultural pasti tidak
akan bisa menghindar dari arah yang menuju pada perwujudan kebaikan dan kemajuan
manusia ini lebih bersifat dinamis untuk mengelola dan mengarahkan atas dinamika sosial dan
budaya yang terjadi dengan tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip Islam. Pada titik inilah
agama bisa bertemu dengan kebudayaan dengan tampilan wajahnya yang harmonis untuk
sama-sama menuju sebuah kemaslahatan manusia41.
40Ibid…, hlm 143
41Ibid…, hlm 144
20
c. Problematik Relasi Agama Islam dan Budaya
Negara Indonesia adalah Nusantara. Artinya Indonesia memiliki wilayah dan daerah yang
banyak sehingga berakibat banyaknya suku bangsa, ras, ideology, adat istiadat , kebudayaan
dan kepercayaan yang bermacam macam. Ada 2 macam sistem budaya tersebut yaitu :
a. Supra Etnik : Sistem budaya nasional
b. Etnik : Sistem budaya daerah
Budaya di Indonesia mempunya keberagaman dari budaya etnik lokal daerah tersebut.
Hal tersebut terbentuk dari warisan nilai nilai budaya melalui tradisi adat istiadatnya. Nilai
tradisi dari warisan budaya itulah yang melekat dan berkembang dikeseharian bermasyarakat.
Selain itu budaya etnik lokal tersebut memiliki berbagai nilai budaya yang khas pada daerah
masing masing Kebudayaan etnik lokal berfungsi sebagai sumber atau sebagai acuan dalam
penciptaan-penciptaaan baru (dalam bahasa, seni, tata masyarakat, teknologi, dan sebagainya)
yang kemudian ditampilkan dalam kehidupan berbudaya di masyarakat. Sistem-sistem budaya
etnik lokal inilah yang seharusnya melekat didalam rakyat Indonesia42.
Sehingga perlu adanya strategi untuk mencapai dua tujuan dasar pembinaan
kebudayaan, yaitu:
1) Masyarakat yang berbudaya harus menghayati dengan baik dan benar terhada nilai
nilai yang terkandung dalam sistem budayanya tanpa harus menentang ajaran agama . Semakin
zaman menjadi maju dan canggih seharusnya menjadi sarana prasarana untuk memperkuat nilai
budaya nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu
menghadapi masalah persaingan antar bangsa yang semakin kompleks.
2) Semakin kokohnya kesadaran bangsa akan jati dirinya yang ditandai oleh pewarisan
nilai-nilai luhur, kokohnya kehidupan beragama, kesadaran sejarah dan daya cipta yang
dimiliki 43.
42Deden Sumpena. 2012. Islam dan Budaya Lokal: Kajian terhadap Interelasi Islam dan Budaya
Sunda. 6(19): 102-120
43Wardiman Djojonegoro. Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa: Wacana Antar Agama dan Bangsa.
(Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996) hlm 109-110
21
Contoh Kasus Islam dan Budaya di Indonesia
Sebagai contoh ketentuan syariat hokum islam untuk melarang laki laki berjabat tangan
dengan wanita yang bukan mahramnnya , akan tetapi dalam budaya di nusantara yang misalnya
budaya sunda memiliki adat jabatangan dengan ujung jari . Dari hal ini islam tetap berjalan
seperti pada umumnya, namun penindaklanjutannya tidak melupakan nilai-nilai kebudayaan
dan adat istiadat yang ada di nusantara. Dari kesemua warna-warni adat istiadat yang akan
dijumpai islam selama di nusantara, maka tidak bisa dipungkiri kalau islam dan ketentuannya
haruslah berdiri bersama beragam macam budaya nusantara, maka kesenjangan dan konflik
atau tekanan tidak terjadi pada masyarakat.
22
F. ISLAM DAN EKONOMI
Pada dasarnya setiap hal mempunyai dasar-dasar yang melandasinya mulai dari dasar
hukum,dasar negara, dasar norma,dll. Begitu juga dengan hal yang akan dibahas kali ini yaitu
ekonomi dan islam, sebelum masuk ke pembahasan berikut adalah pengertian ekonomi islam
kata ekonomi dari bahasa Yunani, yaitu oikos/rumah tangga (house-hold), dan noimos berarti
aturan rumah tangga, kalau kita lihat dari segi etimologinya ekonomi memiliki arti sebagai
aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga. Menurut
KBBI ilmu ekonomi merupakan ilmu mengenai distribusi, asas produksi, serta pemakaian
barang serta kekayaan yang berkaitan dalam hal keuangan, industri, dan perdagangan.
Sedangkan kata dasar adalah suatu hal yang awal atau yang menjadi landasan suatu hal,
sebelum melangkah ke pembahasan prinsip-prinsip dasar ekonomi islam alangkah baiknya jika
mempelajari prinsip-prinsip dasar dari ekonomi liberalisme disamping sebagai pembanding
juga sebagai penambah wawasan dan ilmu.
Dalam segala hal Islam mengatur segalanya, tak terkecuali prinsip ekonomi islam itu
sendiri yang jika diteliti lebih dalam merupakan jalan yang dapat mengantarkan pemeluk-
pemeluknya kepada kesempurnaan Islam yang menjadi tujuan dalam kehidupan
bermasyarakat. Semua hal yang ada dan mejadi hukum saat ini bersumber pada suatu hal yang
sama yaitu Al-Qur’an dan Hadits, yang dimana bisa disimpulkan bahwa prinsip dasar ekonomi
islam adalah jalan menuju kesempurnaan beragama.44
Prinsip-prinsip dasar dari ekonomi liberalisme berasal dari akulturasi atau percampuran dari
gagasan-gagasan yang sangat luas dan banyak salah satunya adalah ekonomi abad ke 18.
Prinsip-prinsip dasar dari ekonomi liberalisme yang tradisional adalah sebagai berikut :
1. Swasta Hak Kekayaan
2. Individu Kedaulatan
3. Self-bunga
4. Rasionalitas
5. Self-Pengaturan Pasar
Metodologi Ekonomi Islam
44 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam,(Jakarta: Kencana,2007),1-2.
23
Sebagaimana yang diketahui metode adalah suatu cara guna melakukan sesuatu atau
bisa disebut runtutan kegiatan guna menghasilkan hal lainnya, metodologi ekonomi islam
adalah cara atau jalan yang dipergunakan guna menjawab pertanyaan apakah suatu kegiatan
ekonomi tersebut sudah sesuai dengan aturan dalam Islam. Metodologi secara estimologi
berasal dari Method atau cara dan Logos atau ilmu secara sederhana berarti ilmu tentang cara.45
Ekonomi adalah bagian dari kehidupan manusia guna mempertahankan kehidupan juga untuk
meningkatkan kualitas hidup karena pada dasarnya tidak ada manusia yang puas dan stagnan
pada suatu kondisi, disamping karena zaman terus berubah dan berkembang manusia juga dari
masa ke masa membutuhkan suatu yang lebih dari sekedar untuk hidup. Dalam agama Islam
ajaran agama slalu ada dalam setiap aspek kehidupan, saat beribadah atau dengan Tuhan
maupun dengan masyarakat dan alam semesta.46
Dalam pandangan Islam, ekonomi yang berasal dari bahasa arabIqtishad yang berasal
dari kata “Qosdun” yang memiliki arti keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (equality
balnced), adapun pengertian ekonomi islam menurut pakar ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Muhammad Abdul Mannan dalam “Islam Economics : Theory and Practice”
Islam economics is a social science which studies the economics problems of a people
imbued with the values of Islam.
(Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan dari bidang ilmu sosial yang mempelajari
masalah yang berhubungan dengan ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai
Islam).
Secara garis besar prinsip-prinsip ekonomi dasar dalam Islam dibagi menjadi beberapa bagian,
diantaranya sebagai berikut:47
Kekayaan alam adalah pemberian atau titipan Tuhan dan harus dimanfaatkan secara
efisien dan optimal guna memenuhi kesejahteraan semua makhluk di dunia, dan pada
akhirnya di akhirat nanti akan dimintai pertanggungjawabanya.
Kepemilikan pribadi diatur dalam batas-batasan tertentu.
Peran dalam kerja sama antar sesama terlebih muslim sangat penting dan harus
berpegang pada tuntunan Allah.
45 Prof. Dr. Supiana, M.Ag, Metodologi Ekonomi Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2017), 3-4.
46 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam,(Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008), 13-14.
47 Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.
76-77.
24
Akumulasi kekayaan oleh seorang atau sekelompok saja dilarang.
Menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaanya guna kepentingan bersama.
Seorang mukmin tidak boleh menarik keuntungan berlebih, tidak jujur, tidak adil
dengan melakukan diskriminasi dan penindasan.
Wajib zakat apabila kekayaan melebihi pada tingkat tertentu.
Riba/bunga dilarang atas bentuk pinjaman, entah dari mana saja itu berasal.
Berkaitan dengan proses jual beli tak akan lepas dari yang namanya mata uang atau sesuatu
yang bernilai dan dapat ditukarkan dengan benda lainnya, dalam pandangan islam mata uang
ditempatkan sebagai alat tukar dan pembayaran saja bukan sebagai barang dagangan
(komoditas).48
Pada kenyataannya ada tiga aspek yang mejadi dasar dalam agama Islam, yaitu aspek akidah
(tawhid), hukum (syari’ah), dan akhlak. Setiap orang yang mencoba memahami ekonomi islam
akan menemukan bahwa ada cakupan yang ada meliputi, pemahaman ekonomi Islam itu
bersifat Ilahiyyah dan Rabbaniyah.
Seperti halnya suatu yang lain yang mempunyai nilai-nilai yang terkandung, seperti
Pancasila dengan nilai budaya bangsa Indonesianya, perekonomian dalam Islam juga
mempunyai nilai-nilai yang terkandung didalamnya,yaitu:
1. Cakupan relasi perekonomian dalam Islam bukan hanya dari masyarakat Islam saja,
melainkan juga dari bangsa lain.
2. Keadilan dan Persaudaraan yang menyeluruh antar semua kalangan, sehingga tidak ada
yang namanya rakyat bawah atau atas.
3. Keadilan distribusi pendapatan, dengan begitu tidak ada istilah pengangguran karena
setiap orang yang berdagang medapatkan biaya yang cukup untuk hidup.
4. Kebebasan individu dalam kesejahteraan sosial.
Dalam kehidupan kita mengenal suatu lembaga yang bernama bank, pada zaman dahulu bank
digunakan untuk memonopoli perdagangan yang saat itu bernama VOC ( Vereenigde
Oostindische Compagnie) yang dimiliki oleh kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur
Belanda, pada perkembangannya pada masa reformasi muncul gerakan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan asing yang berada di Indonesia, akhinya 90% perusahaan asing dapat
48 Anshori, Abdul Ghofur, Perbankan Syariah Di Indonesia,(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2018),7-8.
25
kembali ke dalam negeri tak terkecuali dengan De Javasche Bank (DJB) yang berdiri sejak
1828 yang sekarang kita kenal dengan Bank Indonesia ( BI ), selanjutnya perkembangan bank
mengarah ke arah yang lebih islami yaitu dengan memasukkan unsur agama yang pada awalnya
belum begitu digunakan di Indonesia sendiri. Awal mulainya adalah:49
1980: Muncul ide dan gagasan konsep lembaga keuangan syariah, uji coba BMT Salman di
Bandung dan Koperasi Ridho Gusti
1990: Lokakarya MUI sepakat mendirikan bank syariah di Indonesia.
1992: 1 Mei 1992 bank syariah pertama bernama Bank Muamalah Indonesia beroperasi.
1998: Keluar UU No. 10 Tahun 1998 yang mengakui bank syariah dan diperkenankan bank
konvesional membuka kantor cabang syariah.
Bank Syariah yang ada sekarang ini adalah bentuk pengaplikaisan dari prinsip ekonomi
Islam dalam bentuk atau tingkat yang lebih tinggi, jika dulu ekonomi islam masa Nabi
Muhammad ﷺmasih pada taraf jual beli seperti hasil perkebunan, hasil ternak, dan hasil laut,
pada saat ini hukum atau dasar yang digunakan masih sama yaitu Al-Qur’an dan Hadits tetapi
pada tingkat yang lebih tinggi atau dilihat berdasarkan pada zaman yang ada. Bagi beberapa
orang bank syariah adalah salah satu cara untuk mencari jalan tengah dimana ingin tetap
berpegang pada prinsip-prinsip agama tetapi tidak tertinggal dengan zaman misal dalam hal
pembiayaan jikalau ingin memulai suatu usaha atau sekedar menyimpan uang, karena prinsip
pada bank syariah berbeda dengan bank konvesional dimana bank syariah berbeda dalam hal
penggunaan akad yang dipakai.
49 Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management, Conventional and Sharia System, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 739-741.
26
G. ISLAM DAN NEGARA
Dalam asal-usulnya kata “islam” berasal dari bahasa Arab yaitu silmi, yang bermakna
tunduk, aman, atau berserah diri.50 Sementara itu dalam arti lain, islam merupakan mashdar
dari aslama-yuslimu-islaaman, yang memiliki arti kepatuhan, ketundukan dan keserahan diri
kepada sang kholik Allah SWT. Islam merupakan agama dari Allah yang di wasiatkan kepada
utusan terakhir-Nya, yaitu Nabi Muhammad saw untuk dipelajari pokok-pokok dan syariat dan
wajib disampaikan kepada seluruh umat manusia di dunia. Nilai pokoknya ajaran islam
terdapat pada kitabullah Al-Qur’an dan juga Hadist Rasulullah. Menurut penulis Al-Qur’an
sendiri memuat berbagai macam bentuk informasi, salah satunya keilmuan. Ilmu yang terdapat
di Al-Qur’an meliputi ilmu yang bersifat sosial maupun ilmu yang bersifat pengetahuan (iptek).
Dalam KBBI kata negara adalah sekelompok masyarakat yang mendiami suatu wilayah
atau kawasan tertentu yang terorganisir dalam kelembagaan negara dan pemerintahan yang
memiliki tekad dan rencana negara. Kata negara secara etimologi diambil dari bahasa Latin
yaitu status atau statum yang berrti keadaan tegak dan diam atau memiliki sifatnya kemudian
ditranskripsikan ke dalam bahasa Inggris states yang berarti negara.51 Secara terminologi dapat
dimengerti bahwa negara ialah institusi tertinggi diantara kelompok sosial yang mempunyai
tekad dan rencana yang mendiami suatu wilayah tertentu dan memiliki kedaulatan sendiri.52 Di
era modern sekarang, negara sendiri memiliki berbagai macam bentuk, yaitu negara kesatuan,
negara monarki, dan negara serikat. Negara bisa dikatakan sebagai sebuah institusi juga harus
mempunyai unsur berikut;
a) Wilayah, yaitu daerah kekuasaan meliputi daratan, perairan, dan udara yang dihuni oleh
individu yang bermukim disana serta diakui oleh berbagai negara secara de facto dan
de jure.
b) Rakyat, yaitu sekelompok orang dari suatu negara yang disahkan menurut dasar dari
keturunan atau dengan tata cara hukum yang berlaku. Memiliki hak dan kewajiban.
c) Pemerintah, yaitu lembaga atau individu yang memiliki kekuasaan untuk mejalankan
sistem kewenangan negara demi tercapainya tujuan dan cita-cita nasional.
d) Kedaulatan, yaitu hak khusus untuk menguasai suatu daerah pemerintahan, rakyat, atau
atas diri sendiri.
50 WikiShia, islam (https://id.wikishia.net/view/Islam, Diakses tanggal 8 November 2020, 2020).
51 Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Bandung: CV Arfino Raya, 2015), hal. 73.
52 Ibid, hal 73.
27
e) Sumber hukum, yaitu pedoman atau pentunjuk yang mengatur sebagian besar ketataan
negara dan menjadi hierarki paling atas untuk membuat perundang-undang yang lebih
terperinci.
Awal mula islam memulai hidup bernegara tepat di Yathrib atau sekarang Madinah.
Madinah sendiri berdiri dibawah kekuasaan Rasulullah langsung. Kehidupan beragama dan
bernegara di Madinah sendiri cukup bermajemuk. Adanya kaum Muhajirin, Anshar, Yahudi
bahkan sisa-sisa bangsa Arab yang masih menyembah berhala masih ada disana. Kehidupan
disana diatur oleh peraturan yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Namun bagaimana
kehidupan islam di era negara islam modern?. Arab Saudi sendiri adalah negara monarki
homogen dengan Al-Qur’an sebagai perundang-undangan dan syariat islam sebagai dasar
pengatur disana. Mahkamah syariah yang bertanggung jawab atas terlaksananya hukum
didampingi oleh ulama sebagai hakim dan penasihat hukum. Berbeda dengan Maroko, Maroko
merupakan negara monarki berkonstitusi yang mana islam merupakan agama negara dan wajib
tunduk terhadap islam. Undang-undang dasar di Maroko sendiri dibuat sesuai keadaan
negaranya sehingga hukum tertingginya di tangan rakyat. Sedangkan Mesir adalah negara
sosial-demokratris yang menjadikan kehidupan islam sumber hukum. Kedaulatan berada
ditangan rakyat dan menganut sistem banyak partai. Berbeda dengan negara yang tadi
disebutkan, walaupun Turki negara yang mayoritas muslim tidak menjadikan negara tersebut
negara islam. Hal ini diperkuat oleh undang-undang dasar Turki yang baru tahun 1924 yang
membuat Turki negara sekuler. Sistem pendidikan politik “Penyatuan Pendidikan” yang
membuat pelajaran agama secara lambat laun di kurangi dan akhirnya ditiadakan.
Hubungan negara dan agama terutama islam menimbulkan banyak perdebatan di
Indonesia. Indonesia sendiri negara yang melibatkan islam dalam praktek tata negaranya, tetapi
tidak membuat Indonesia menjadi negara teokrasi. Hal ini di tunjukan pada UUD’45 pasal 29
53ayat (1) yang berisi “Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa”. Pengaruh ke
islaman di Indonesia pun di perkuat oleh kehadiran partai politik islam dan gerakan kaum
muslim pada masa sekarang ini. Namun, wancana sekularisasi di Indonesia tak luput lepas dari
perhatian. Para penganut paham sekuler berdalih bahwa antara negara dan agama terutama
islam tidak memiliki keterkaitan langsung karena masing-masing diantaranya berada di ranah
yang berbeda. Agama, yaitu islam itu urusannya dengan tuhan sedangkan negara merupakan
53Ahmad Syafi’i Ma’arif, Polemik Negara Islam: Soekarno Versus Natsir, (Jakarta: Teraju, 2002), vii-viii.
28
bagian dari politik. Hal ini merupakan isu utama dalam membahas hubungan atau relasi antara
islam dan negara. Artikel ini akan menyampaikan relasi antara agama (islam) dan negara
(Indonesia).
Usaha untuk menjadikan negara tersebut menjadi sekuler itu diawali dengan
desakralisasi politik (desacralization of politics), yaitu politik tidaklah sakral.54 Dengan
demikian, unsur-unsur keislaman harus disingkirkan. Paham sekuler juga menganggap bahwa
agama menjadi suatu penghalang untuk mencapai tujuan dalam kemajuan.55 Sekuler sendiri
menolak mati-matian ajaran agama masuk ke politik. Mereka juga beralasan dengan masuknya
agama ke politik akan mengurangi kesucian dari agama tersebut.56 Karena bagi sekuler
kekuasaan tertinggi dalam kenegaraan tidak mengarah pada penguasa dari alam semesta. Yusuf
Qardhawi mengatakan bahwa pengikisan ajaran islam dari bagian politik berarti terkikisnya
nilai-nilai moral dalam tindak penolakan kejahatan, mengabaikan nilai-nilai kebaikan,
ketaqwaan serta ketaatan, dan membiarkan negara terkontrol oleh kejahatan. Dengan demikian,
pandangan hidup islam akan mengilang dalam kehidupan bermasyarakat apabila islam
tersingkir pada ranah politik. Hal inilah yang membuat paham teokrasi berbeda dengan sekurel
karena para teokrasi berpendapat bahwa agama dan negara mempunyai saling memiliki
keterkaitan .
Dalam ajaran islam suatu negara memiliki berbagai peran, antara lain sebagai
pemelihara agama, pengurus rakyatnya, penjaga keamanan dan keselamatan, dan penjaga
keharmonisan dalam beragama.57 Islam bukan sekedar agama melainkan sebuah sistem
kehidupan. Ini berarti islam merupakan gaya, pandangan, dan tujuan seorang pemeluk dalam
menjalankan kesehariannya.
Menurut Ibnu Khaldun, agama harus menempati posisi paling tinggi. Mengapa
demikian?. Sebuah negara yang tidak menempatkan unsur keagamaan dalam sistem
kenegaraan, negara tersebut akan menjadi negara yang rusak. Farabi menegaskan bahwa negara
54Khalif Muammar, Dewesternisasi dan Desekularisasi Politik Kontemporer, Majalah Islamia, 2009, Volume V,
Nomor 2,100.
55 Cecep Supriadi, Relasi Islam dan Negara: Wacana Keislaman dan Keindonesiaan, Jurnal Kalimah Vol. 13 No.
1, 2015, hal 202.
56 Ibid, hal 202
57Wan Zahidi Wan Teh, Pelaksanaan Siyasah Syar’iyyah dalam Pentadbiran Kerajaan, (Malaysia: Hazrah
Enterprize, Cet. I, 2002), 9
29
rusak yang dimaksud ialah negara yang mengerti hal-hal baik tetapi yang dilakukan oleh
masyarakatnya perbuatan yang hina. Rakyat tidak mempercayai adanya kuasa tuhan dan
menganggap pemimpinnya penerima wahyu dari sang kuasa.58 Hal ini akan membuat negara
menjadi sesat yang diliputi oleh kesombongan dan penipuan. Kebobrokan dari sebuah negara
tidak lain disebabkan oleh para pemimpinnya dan kurang tepatnya memilih para wakilnya.
Pemimpin harus mempunyai kriteria baru bisa dikatakan pemimpin. Selain beriman, dalam
islam pemimpin juga wajib adil. Karena pemimpin yang zalim tapi adil lebih baik dari
pemimpin muslim tapi tidak adil.59 Oleh karena itu, peran islam dalam negara sangatlah
penting. Islam memiliki peran sebagai faktor pemersatu, penggerak keberhasilan berpolitik dan
kekuasaan, pengesahan sistem politik, dan sebagai sumber moral masyarakat. Tujuan negara
dalam islam yang di konsepkan oleh Maududi sebagai berikut:
1. Negara sebagai penegak keadilan dalam kehidupan manusia, menghancurkan
kezaliman dan memberantas kesewenang-wenangan.
2. Negara menegakan sistem secara kepemerintahan yang besangkut-pautkan dengan
mendirikan solat dan membayar zakat.
Dari sini bisa dikatakan bahwa islam membutuhkan negara sebagai tempat
menyelenggarakannya syari’ah islam secara sempurna. Sedangkan negara membutuhkan
agama sebagai penjaga moral dalam masyarakatnya.
Ada berbagai pandangan atau perspektif populer yang beredar tentang relasi antara
islam dan negara. Disini penulis ingin menjelaskan pandangan tersebut
Pandangan Intergralistik
Pandangan intergralistik merupakan pandangan yang memiliki paham atau kosep jika
hubungan antara negara dan agama saling memiliki keterkaitan, dengan kata lain padangan
teokrasi. Agama dan negara layaknya saudara kembar, bisa diibaratkan agama seperti pondasi
dan negara sebagai penjaganya. Konsep ini melahirkan teori dīn wa dawlah (kedaulatan
berbasis agama islam). Tokoh teokrasi yang terkenal di Indonesia adalah M. Natsir.
Menurutnya perkara kenegaraan pada umumnya menjadi bagian inklusif islam, yang
didalamnya terdapat kajian mengenai filsafah kenegaraan.60 Pemikiran M. Natsir tersebut di
pengaruhi 2 faktor. Faktor sosial-politik, adanya perdebatan dan konflik ideologi antara
58 Munawir Sjadzali, Islam DAN TATA NEGARA ajaran, sejarah dan pemikiran edisi kelima (Jakarta: UI-Press,
1993), hal. 51
59 Ibid, hal 82
60Soaki, ISLAM DAN NEGARA MENURUT M. NATSIR DAN ABDURRAHMAN WAHID, Jurnal Al-Daulah Vol. 4 No. 2,
2014, hal 347.
30
nasionalis islam dengan sekuler pada tahun 1940-an. Faktor selanjutnya adalah emosional,
yang mengkritik Soekarno terhadap pemikirannya yang terlalu sekuler.61 M. Natsir
menegaskan paham sekuler sangatlah berbahaya beredar di masyarakat karena dapat
menghilangkan moral dan budi pekerti dalam kemasyarakatan. Dengan alasan ini kemudian
dia memerjuangkan islam sebagai ideologi negara. Pada tahun 1957 Natsir menolak ideologi
Pancasila di sidang konstituante dengan alasan bahwa Pancasila merupakan buatan manusia
dan tergolong sekuler, padahal diketahui bahwa ideologi Pancasila tersebut nilai-nilainya
berasal dari ajaran yang terdapat pada islam.62 Islam juga tidak selalu sama dengan azas
demokrasi sebab dalam islam yang diperbolehkan musyawarah hanya tata cara hukum menurut
islam bukan pada dasar negaranya.63 Pemikiran dari Natsir ini merupakan pemikiran anti barat
yang lebih mengutamakan syari’at keislaman.
Pandangan Sekuleristik
Dasar kata sekuler yang mengarah pada waktu dan tempat diambil dari bahasa Latin
yaitu saeculum. Dalam konsep negara sekuler norma-norma agama tidak dijadikan satu dengan
sistem hukum. Argumentasi yang mendukung pernyataan ini mengatakan bahwa tidak terdapat
satupun ayat pada Al-Qur’an secara terang-terangan menyuruh pembentukan negara dan
pemerintahan berbasis islam. Salah satu tokohnya adalah Ali Abd al-Raziq. Pendukung sekuler
di Indonesia adalah Abdurrahman Wahid (Gusdur). Beliau menolak islam dijadikan sebuah
ideologi. Baginya jika agama, budaya, dan politik menjadi ideologi maka akan anomali fungsi
dan bukan mendapat struktur yang baik, melaikan dapat menimbulkan kesenjangan yang
memicu sengketa antara kelompok.64 Gusdur sendiri mempunyai dua alasan mengapa beliau
menolak berdirinya negara islam di Indonesia. 1) Alasan normatif, bahwa daulah Islamiyah
tidak dijelaskan secara eksplinsit dalam Al-Qur’an. Karna hadirnya negara merupakan
keharusan yang ada di dunia. 2) Alasan berikutnya merupakan alasan historis. Dalam sejarah,
mekanisme pengangkatan pemimpin di zaman setelah Rasulullah tidak dijelaskan dan berbeda-
beda antara satu dan lainnya, padahal kepala negara adalah unsur penting dalam sistem
ketatanegaraan.65 Menjadikan Indonesia sebagai negara islam adalah suatu pengingkaran
61 Ibid, hal 347
62Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Masalah kenegaraan: Studi tentang Percaturan dalam Konstituante,
(Jakarta: LP3ES, 1996), 155.
63 Soaki, op. cit hal 353
64 Soaki, ISLAM DAN NEGARA MENURUT M. NATSIR DAN ABDURRAHMAN WAHID, Jurnal Al-Daulah Vol. 4 No.
2, 2014, hal 356.
65Khamami Zada, Neraca Gus Dur di Panggung Kekuasaan, (Jakarta: Lakpesdam, 2002), 122-123.
31
terhadap Pancasila, karena menurut Gusdur Pancasila sebagai pemersatu keberagaman dan jika
tanpa Pancasila Indonesia akan bubar.
Pandangan Simbiotik
Adanya pandangan simbiotik merupakan jalan tengah antara hubungan negara dan
islam. Argumentasi paham ini menolak jika islam sebagai agama dapat menjalankan dan
mengelola negara. Namun, juga menolak paham bahwa islam hanya mengatur kerohanian
antara manusia dengan sang pencipta. Konsep ini menyebutkan relasi antara negara dan islam
saling membutuhkan dan bersifat simbiosis. Negara membutuhkan islam dalam membentuk
akhlaq, moral, etika dan mental masyarakatnya menjadi manusiawi. Sedangakan islam
memerlukan negara sebagia tempat mengembangkan dan melestarikan ajarannya dengan
aman. Ibnu Taimiyah mejelaskan bahwa kewajiban terbesar agama adalah mengatur kehidupan
manusia.66 Oleh karena itu, agama memerlukan negara agar ajarannya berdiri tegak.
66 Cecep Supriadi, Relasi Islam dan Negara: Wacana Keislaman dan Keindonesiaan, Jurnal Kalimah Vol. 13 No.
1, 2015, hal 212.
32
H. ISLAM DAN PERUBAHAN SOSIAL
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki ciri bersuku-suku dan berbangsa-bangsa,
sehingga dengan bentuk bersuku-suku inilah masyarakat harus memiliki konsekuensi untuk
melakukan interaksi yang dapat mempengaruhi satu sama lain. Dengan adanya interaksi antar
manusia inilah yang mengharuskan untuk membuat perubahan, seperti yang terdapat pada
hakikat sosiologi, bahwa hakikat dari kehidupan adalah perubahan.67 Perubahan yang terjadi
tidak hanya tentang perubahan material tetapi perubahan tersebut juga bersentuhan dengan nilai
keagamaan. Seperti nilai keagamaan pada Islam yang mana terdapat gagasan bahwa Islam
dapat mengatasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi secara terus-menerus.
Islam merupakan agama yang kontemporer dan agama pembawa inovasi. Pada
beberapa perkara, agama Islam terus-menrus disangkut pautkan pada beberapa peristiwa
perubahan yang terjadi pada masyarakat dan peran Islam sendiri juga selalu dipertanyakan.
Dengan anggapan masyarakat yang demikian itu, akankah Islam dapat membawa suatu
perubahan atau malah dapat menjadi penghambat bagi perubahan sosial.
Pengertian dari kata sosial adalah segala sesuatu yang mencakup tentang masyarakat.
Jika di interpretasikan, kata sosial berarti sebagai tingkah laku manusia secara timbal balik atau
ketergantungan antara manusia satu dengan manusia lainnya.68 Sedangkan pengertian
perubahan sosial menurut sosiolog adalah segala bentuk perubahan yang terdapat pada lembaga
kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial, seperti nilai-nilai, sifat-sifat, dan bentuk
perilaku antar kelompok masyarakat. Jika perubahan sosial diamati berdasarkan sifatnya, maka
terdapat cakupan dua hal penting, yaitu yang pertama hubungan kemanusiaan dimana terdapat
perubahan hubungan kemanusiaan secara progresif atau biasa disebut pembaharuan dan
perubahan secara regresif atau disebut dengan degradasi, sedangkan yang kedua yaitu
perubahan ikatan sosial antara individu dengan masyarakat.
Proses perubahan sosial tidaklah sebuah proses yang mendadak, di dalam
perubahannya terdapat beberapa oknum yang terlibat. Perubahan sosial pada dasarnya dapat
terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, sekarang masih terdapat banyak orang yang belum
terbiasa menerima perubahan itu, sebab mereka takut dengan terjadinya ketidakseimbangan
akibat dari perubahan. Tidak semua kalangan masyarakat dapat menerima dengan positif suatu
perubahan, seperti contohnya kalangan moderat yang tidak ingin adanya perubahan dan ingin
67Mahsyar Idris, “Islam dan Perubahan Sosial”, Istiqra. Vol. I No. 1, September 2013, hal. 74.
68Ibid.,hal. 75.
33
keadaan seperti pada zaman dahulu, sedangkan kalangan liberal menginginkan adanya
perubahan yang berkelanjutan.
Tentunya suatu perubahan memiliki beberapa aspek, yaitu dari fisik sampai pada
kehidupan manusia. Sedangkan perubahan sosial itu sendiri adalah perubahan kehidupan
manusia dengan lingkungannya. Menurut Henry Prat Fairchild, pengertian perubahan sosial
merupakan perubahandari semua aspek proses sosial, model sosial, dan bentuk sosial.69
Dengan adanya perubahan sosial, Charles F. Andrain mengemukakan gagasan tentang
kategori atau penggolongan pola-pola sosial, yaitu
1. Golongan revolusioner
Golongan revolusioner ini melakukan perubahan sosial yang cepat dan mendasar
dengan kekerasan yang meluas untuk mengajak masyarakat pasif dan
melakukanpembalasan terhadap kelompok atas yang menentang perubahan tersebut.
2. Golongan reformis
Golongan reformis adalah golongan yang melakukan perubahan secara perlahan-
lahanpada aspek apapun, dari aspek perubahan sikap, perubahan layanan pendidikan,
perubahan layanan kesehatan, perubahan stratifikasi, perubahan sistem pemerintahan dan
lain-lain. Selain itu golongan ini juga melakukan perubahan secara bertahap pada sistem
politik dan sosial yang ada.
3. Golongan puritan dan quaker
Golongan puritan berpendapat bahwa suatu perubahan sosialdapat dilaksanakan hanya
dengan melalui penyusunan dan kekerasan yang lebih tinggi. Sebab golongan puritan
beranggapan bahwa sumber kejahatan itu berada pada diri manusia, sehingga perlu
tindakan kuat untuk menghentikan kebiasaan manusia melakukan tindak kejahatan dan
penyelewengan. Sedangkan golongan quaker beranggapan bahwa instansi-instansi yang
melakukan penyelewenganlah yang memunculkan tindak-tindak kejahatan.
Islam sebagai agama yang diturunkan kepada umat manusia oleh Allah SWT melalui
rasulnya yakni nabi Muhammad SAW, memiliki tujuan pokok yaitu :
1. Memperkenalkan bahwa sumber segala sesuatu yang ada adalah Allah SWT
69Sulton, “Islam dan Perubahan Sosial”, Jurnal Aristo. Vol. 2 No. 2, Juli 2014 hal 68.
34
2. Memperkenalkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah pemberian Allah SWT
3. Memperkenalkan bahwa manusia memiliki akal sebagai potensinya yang unik
4. Memperkenalkan bahwa segala kebutuhan manusia adalah pemberian Allah SWT
Sesuai tujuan pokok diturunkannya Islam, dapat kita pahami bahwa ajaran agama Islam
bertitik pangkal dari kebutuhan manusia dan sasaran yang ingin dicapai adalah kebaikan di
dunia maupun di akhirat.70 Menggabungkan Islam dengan perubahan sosial adalah suatu hal
yang sangat menarik, karena Islam menjadi sebuah sistem kepercayaan dan tingkah laku sering
dianggap sebagai sebuah ajaran yang tetap dan keberadaan dari beberapa rencana dari sebuah
kehidupan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ajaran agama Islam banyak tertuang ide-ide
perubahan sosial, akan tetapi pemikiran seperti itu selalu tidak pernah terlihat ke permukaan.
Sebab beberapa individu umat Islam memiliki pandangan, sikap, persepsi yang selaras pada
struktur sosial yang dikembangkan oleh umat itu sendiri.
Sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an juga menyebutkan tentang perubahan, tepatnya
terkandung pada Surah Al-Anfal ayat 53 dan Surah Al-Ra’d ayat 11. Kata “perubahan” pada
ayat tersebut adalah pengungkapan fenomena dan realitas sosial yang ada pada diri manusia.
Kedua ayat ini juga menjelaskan bahwa dalam perubahan terdapat keterlibatan antara Allah
dan manusia. Keterlibatan Allah disini diartikan dengan keterlibatan yang sesuai dengan akibat
dari kegiatan manusia itu sendiri. kegiatan tersebut merupakan kondisi tertentu yang
menghasilkan suatu perubahan. Perubahan itu dapat berupa perubahan konstruktif maupun
perubahan destruktif. Contohnya terdapat masyarakat yang tumbuh dan menjadi makmur,
kemudian terjadi kemunduran dan akhirnya masyarakat tersebut hancur. Dalam Al-Qur’an
perubahan konstruktif diartikan sebagai Al-Falah yaitu kemenangan, sedangkan perubahan
destruktif diartikan sebagai Al-Fasad yaitu kerusakan..untuk perubahan yang bersifat netral,
Al-Qur’an mengungkapkannya dengan Al-Ziyadah yang artinya pertambahan. Maksud
pertambahan disini adalah pertambahan kebaikan dan keburukan. Contoh dari pertambahan
kebaikan yaitu pertambahan iman, petunjuk, nikmat dan karunia dari Allha dan sebagainya.
Sedangkan contoh pertambahan keburukan misalnya yaitu pertambahan azab.71
Islam memiliki beberapa peran penting dalam perubahan sosial, salah satunya adalah
adalah berubahnya masyarakat Islam pada zaman Rasulullah, Nabi Muhammad SAW telah
berhasil mengubah pola pikir jahiliyah masyarakat, seperti berjudi, mabuk-mabukan,
70 Sulton, “Islam dan Perubahan Sosial”, Jurnal Aristo. Vol. 2 No. 2, Juli 2014, hal 70.
71Muhammad Faisol, “Hukum Islam dan Perubahan Sosial”, Jurnal Ilmiah Syariah. Vol. 18 No. 1, Januari –
Juni 2019 hal 34.
35
melakukan pembunuhan terhadap bayi perempuan menjadi masyarakat yang menjunjung nilai-
nilai keislaman. Selain itu Islam juga mengajarkan nilai – nilai dasar mengenai kekeluargaan,
ekonomi, kemasyarakatan, kenegaraan, tingkah laku dan lain sebagainya. Proses perubahan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu evolusi yang mana proses tersebut
dijalankan melalui proses hubungan dan komunikasi sosial, imitasi, sugesti, simpati dan
identifikasi yang sesuai dengan nalar, bakat, asaz dan fitrah. Tidak hanya pada zaman
Rasulullah saja perubahan sosial terjadi tetapi pada zaman sekarang ini perubahan-perubahan
sosial dalam kehidupan beragama tetaplah terjadi, perubahan tersebut mencakup berbagai
dimensi keagamaan baik perihal sikap, pemikiran, kesadaran, dan perilaku keagamaan.
Perubahan pada aspek pemikiran keagamaan diidentifikasikan dengan adanya hasrat untuk
melaksanakan reinterpretasi dan penataan ulang pada doktrin-doktrin keagamaan yang
bertujuan untuk diselaraskan dengan kehidupan modern supaya ajaran agama tersebut tetap
sesuai dengan kehidupan sekarang ini. Hal ini dimaksudkan bukan untuk mengubah doktrin
keagamaan, tetapi supaya doktrin-doktrin agama itu dapat diterima oleh masyarakat modern
saat ini.
Selain itu perubahan terjadi pada sikap masyarakat, yang mana masyarakat mulai bosan
dengan pola-pola keagamaan yang sifatnya tradisional. Masyarakat menginginkan adanya
pola-pola baru yang lebih efisien, contohnya dengan pemanfaatan teknologi informasi saat ini.
Pemanfaatan ini diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi masyarakat yang ingin tahu
tentang persoalan keagamaan dengan akses yang mudah dan lebih cepat. Dengan bantuan
teknologi ini masyarakat juga mulai lebih kritis terhadap pemuka agama yang tampil di depan
publik melalui penilaian mereka pada kualitas pemuka agama tersebut. Tetapi hal ini juga akan
mengurangi peran dari pemuka agama maupun ulama dalam batasan tertentu, sebab peran
mereka sedikit demi sedikit akan tergantikan oleh teknologi. Pada tingkat kesadaran
masyarakat sendiri mereka menginginkan adanya pendekatan secara lebih praktis yang bersifat
edukatif bukan seperti monolog yang terkesan sangat monoton,. Sehingga masyarakat mampu
menerima ajaran-ajaran agama melalui proses perbaikan yang logis. Masyarakat meyakini
bahwa ajaran-ajaran agama tidak hanya terpaku pada teks saja tetapi lebih dari itu, dan
diharapkan mampu menginspirasi masyarakat dalam menata kehidupan yang aman, damai, dan
harmonis.
Perkembangan kehidupan beragama seperti inilah yang menjadi akibat dari munculnya
perubahan sosial, dengan menolak adanya fenomena-fenomena tersebut diatas berarti sama
saja dengan menolak adanya perubahan sosial. Dan itu bukanlah sikap yang bijaksana.
36
Memang tidaklah mudah menerima hal-hal baru, apalagi yang menyangkut dengan isu-isu
dasar agama yang diturunkan dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Namun, dengan
mempertahankan konsep tradisional tanpa memahami latar belakang modernisasi dengan
sendirinya akan mengarah pada proses marginalisasi dan sekularisasi dalam kehidupan
masyarakat. Langkah tepat yang dapat diambil yaitu dengan menggabungkan kekuatan
tradisional sebagai identitas dan identitas masyarakat beragama dengan kekuatan modern
sebagai nilai baru yang tidak dapat dihindarkan, sehingga terbentuk model keberagaman baru
yang dapat memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat kontemporer.72
Pada dasarnya perubahan sosial menurut Islam merupakan sebuah budaya yang
dilandasi oleh liberalisasi, humanisasi, transedensi profetik, artinya inovasi sejarah aktivitas
masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat sendiri berkembang secara terus terang,
emansipatoris, dan partisipatif.
72Redaksi, “Islam dan Perubahan Sosial”, http://prodesanews.com/berita-3869-agama-dan-perubahan-
sosial.html(diakses pada 25 Desember 2020, pukul 9:07)
37
I. ISLAM DAN GERAKAN SOSIAL DI INDONESIA
Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Hal ini dapat kita
lihat pada data World Population Review umat Islam di Indonesia tahun 2020. yaitu mencapai
229 juta jiwa atau sekitar 87,2 % dari total penduduk di Indonesia yang berjumlah 273,5 juta
jiwa.73 Dari jumlah ini bisa kita simpulkan bahwa Islam di Indonesia memiliki peran penting
terhadap kondisi politik di Indonesia sendiri.
Sejarah Indonesia mencatat bahwa peran masyarakat Islam di Indonesia sangat penting
dalam membantu kemerdekaan negri ini. Namun, Apakah umat Islam memiliki peran politik
yang diperhitungkan di Indonesia? Bagaimana perjalanan pergerakan Islam di Indonesia?
Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan itulah penulis berusaha untuk memberikan
gambaran bagaimana kondisi umat Islam Indonesia dalam melakukan perannya sebagai warga
negara maupun sebagai pembawa arah bangsa ini menuju peradaban yang maju.
Sejarah mencatat bahwa Islam telah ada di Indonesia kurang lebih sejak pertengahan
abad ke-8 H / 14 M,74 hal ini terlepas dari banyaknya teori tentang kapan masuknya Islam di
Indonesia. Karena kesemua teori tersebut memiliki dasar yang kuat. Namun, untuk sementara
ini kita kesampingkan terlebih dahulu pembahasan mengenai teori-teori kapan masuknya Islam
di Indonesia. Karena pada kesempatan ini penulis lebih ingin menyinggung mengenai Islam
dan gerakan sosial di Indonesia. Maka dari itu penulis hanya akan spesifik membahas ke
sejarah masuknya Islam di Indonesia pada bagian peran-peran masyarakat muslim Indonesia
dalam gerakan sosial kemasyarakatan hingga bagaimana peran Islam di gerakan sosial pada
masa kini.
Abad ke-8 H / 14 M adalah masa ketika Islam pertama kali masuk ke Indonesia bersama
dengan para pedagang dari India. Pada waktu itu, daerah Sumatera bagian utara atau lebih
tepatnya di daerah selat Malaka yang merupakan bagian terpenting karena menjadi jalur
perdagangan yang mempertemukan antara pedagang dari timur dan dari nusantara sendiri telah
memberikan pandangan baru mengenai agama yang belum dikenal sama sekali oleh
73Barus Kormen. 2020.”JUMLAH MUSLIM INDONESIA MENINGKAT, POWERCOMMERCE ASIA
TANGKAP PELUANG, LUNCURKAN HALAL PLAZA”,https:www.industry.co.id/read/65748/jumlah-
penduduk-muslim-indonesia-meningkat-powercommerce-asia-tangkap-peluang-luncurkan-halal-
plaza#:~:text=INDUSTRY.co.id%2C%20Jakarta,penduduk%20273%2C5%20juta%20jiwa. Diakses pada 19
Oktober 2020 pukul 16.19.
74Ahmad Al Usairi, Sejarah Islam Sejak Nabi Adam hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media,2013), hlm. 336.
38
masyarakat setempat. Disitulah mulai pengenalan Islam diajarkan kepada penduduk setempat.
Ada beberapa metode bagaimana Islam bisa dianut oleh masyarakat nusantara pada waktu itu.
Ada yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan,
pernikahan, tasawuf, dan lain sebagainya. Tetapi, pada intinya dari semua metode masuknya
Islam di Indonesia tersebut, semua prosesnya telah membuat masyarakat Islam Indonesia
berinisiatif membentuk suatu gerakan sosi al.
Seperti yang kita ketahu mengenai pengertian terbentuknya gerakan sosial ditinjau dari
segi disiplin Ilmu Sosiologi yang mengatakan bahwa suatu gerakan sosial itu terbentuk atas
kesadaran masing-masing individu karena didasari oleh kesamaan tujuan dan pemikiran.
Definisi ini bisa kita golongkan menjadi suatu pembentuk gerakan sosial yang disebut The New
Social History. Namun perlu kita ketahui juga ada satu lagi teori pembentuk suatu gerakan
sosial. Yaitu The New Orientalism.75Teori yang terakhir ini bisa kita maknai sebagai suatu
gerakan yang terbentuk karena adanya satu tokoh berpengaruh di lingkungan masyarakat
berkat ide dan gagasannya mengenai sesuatu. Dalam hal ini saya memasukkan maksut dari ide
dan gagasan tokoh tersebut kedalam ide dan gagasan keislaman.
Dari dua teori pembentuk gerakan sosial tersebut kita bisa dengan mudah mempelajari
gerakan-gerakan sosial yang ada di Indonesia mulai dari masa awal Islam masuk ke
Indonesia hingga pada masa kini. Gerakan-gerakan sosial pada masa awal Islam telah
melahirkan kerajaan-kerajaan berciri khas Islam. Entah itu kerajaan yang terbentuk dari The
New Social History atau The New Orientalism.
Setelah kita sedikit mengetahui bagaimana peran Islam dalam membentuk suatu
kekuatan kerajaan Islam pada abad 14 M hingga abad 17 M, kita akan lanjut bagaimana
kondisi Islam di Indonesia pada masa pasca kemerdekaan dalam perannya sebagai suatu
lapisan masyarakat yang mayoritas.
Tentunya kelompok masyarakat Islam di Indonesia juga turut andil dalam membantu
Indonesia untuk meraih kemerdekaannya. Sejarah menyebutkan bahwa pada sektor pondok
75Rahmaniah Aniek, 2013. “Pendidikan Islam dan Munculnya Gerakan Islam di Indonesia”, Jurnal el-hikmah
Fakultas Tarbiyah UIN Malang, http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/elhikmah/article/download/2242/pdf,
Oktober 2020.
39
pesantren turut melahirkan tokoh-tokoh yang berjasa atas pergerakan munuju kemerdekaan
Indonesia melawan kolonialisme Jepang dan Sekutu.76
Mari kita maju dan menilik ke era orde baru. Peran Islam dalam membantu
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sekaligus menjadi umat mayoritas nampaknya
tidak memiliki ruang dalam turut andil dalam dunia politik Indonesia. Ruang publik
dipersempit pada masa ini yang membuat transformasi ilmu pengetahuan antara umat Islam
menjadi sulit untuk berkembang. Hal ini melahirkan banyaknya perdebatan antara ulama dan
pemerintah. Maka tidak heran bila pada masa orde baru ini dikenal sebagai masa ketegangan
antara pemerintah dan Islam.
Namun pada akhir dekade 1980-an, pemerintah mulai mencari dukungan dari luar
kalangan militer dan Golkar. Dan pada saat inilah Islam memulai gerakan modernisasinya atas
dampak dari mulai terbuka lebarnya ruang publik. Transformasi keilmuan dalam Islam mulai
berkembang pesat. Maka efek dari transformasi keilmuan ini Islam Indonesia mulai mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan yang awalnya tradisional menjadi pendidikan Islam modern.
Pendidikan Islam modern ini bisa kita artikan sebagai pendidikan Islam yang didalamnya tidak
hanya belajar mengenai ilmu tasawuf namun juga mempelajari ilmu umum.
Ketika kita membahas bagaimana cara Islam diajarkan ke masyarakat Indonesia maka
hal pertama kali yang terbersit adalah pendidikan pondok pesantren tradisional dan madrasah.
Sebelum lembaga pendidikan ini tersentuh pada modernisasi keilmuan, lembaga ini hanya
sebatas mengajarkan bagaimana tata cara berislam yang baik dan benar. Sejarah mengatakan
seiring berjalannya waktu dan mulai terbukanya ruang publik maka pendidikan Islam di
Indonesia mengalami perubahan yang sampai saat ini kita kenal dengan adanya pondok
pesantren tradisional dan pondok pesantren modern.
Terbukanya ruang publik ini sangat memberikan dampak yang luas bagi masyarakat
Islam Indonesia. Atas dasar itu lembaga kementrian yang bergerak di keagamaan pun mulai
diciptakan. Maka dari situ pula lahirlah MIN, MTsN, MAN, dan IAIN. Ketika kita berbicara
mengenai proses pendidikan madrasah tentu akan jauh berbeda dengan pola pendidikan
madrasah pada masa sebelum terbukanya ruang publik. Adanya integrasi keilmuan antara ilmu
umum dan ilmu keislaman telah melahirkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang kelak
76Husnan Dinul, 2017. “Ulama, Islam, dan Gerakan Sosial-Politik: Reposisi Ulama dalam Gerakan Sosio-
Politik Islam Indonesia”, Journal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan vol. 2, no. 1,
http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JF , Oktober 2020.
40
membawa perubahan besar di daerah asal masing-masing. Karena lahirnya cendekiawan mslim
ini suatu organisasi barupun muncul di Indonesia. Yaitu Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI) di akhir tahun 1990-an. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa telah terjadi
transformasi keilmuan secara pesat dikalangan umat muslim di Indonesia. Bisa kita ambil
contoh mengenai cendekiawan muslim Indonesia yang memberikan dampak positif terhadap
daerahnya adalah di daerah Makassar, Sulawesi Selatan. Di daerah tersebut berdiri sebuah
organisasi IMMIM (Ikatan Masjid Musholla Indonesia Mutahadiah). Organisasi ini bergerak
pada bidang pemberdayaan masyarakat melalui masjid dan musholla yang ada di Sulawesi
Selatan.77
Selain pada bidang pendidikan, umat Islam mulai leluasa untuk memainkan perannya
di bidang politik. Meski begitu, parpol Islam ini tidak bersifat monolitik. Tetap ada unsur plural
dan kebhinekaan di dalamnya.
Dalam menerima kebebasan dalam ber-Islam tentunya tidak hanya memberikan efek
positif saja. Tetapi, tidak sedikit pula beberapa organisasi masyarakat yang mengatasnamakan
Islam namun justru memberikan efek negatif untuk persatuan dan kesatuan Republik
Indonesia. Kita bisa ambil contoh dari organisasi masyarakat yang berakhir dengan cara
dibubarkan oleh pemerintah. Organisasi ini bernama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Doktrin
ideology yang dimiliki oleh HTI ini terbilang berbahaya, karena memang misinya adalah
membentuk suatu negara Islam yang dipegang oleh satu Khalifah.78 Pembubaran organisasi ini
dilakukan sekitar pada tahun 2018. Namun perlu diwaspadai pula bahwa ketika dibubarkannya
organisasi ini tidak berarti ideologinya juga telah hilang. Maka kita perlu waspada terhadap
berbagai organisasi masyarakat Islam yang ada di Indonesia. Berpikir kritis sangat dibutuhkan
dalam memilih organisasi Islam di era sekarang ini. Mengingat betapa bebas dan luasnya pintu
yang dibuka oleh pemerintah untuk agama Islam dalam mendirikan suatu organisasi
masyarakat.
Begitulah perjalanan panjang antara Islam dan pergerakan sosialnya di Indonesia mulai
dari sejarah masuknya Islam ke Indonesia yag secara lambat laun membentuk suatu kerajaan,
77Rahmaniah Aniek, 2013. “Pendidikan Islam dan Munculnya Gerakan Islam di Indonesia”, Jurnal el-hikmah
Fakultas Tarbiyah UIN Malang, http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/elhikmah/article/download/2242/pdf,
Oktober 2020.
78Muazaroh,Siti, 2019. “Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Perspektif Maqashid: Otoritas atau
Otorianisme”, Jurnal Kajian Hukum dan Sosial, Vol. 16, No. 1,
http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/justicia/article/viewFile/1622/pdf , Desember 2020
41
lalu terbentukalah suatu lembaga pendidikan Islam didalamnya yang kelak melahirkan ulama-
ulama dan cendekiawan muslim, lalu dari para tokoh tersebut muncullah pergerakan sosial
Islam yang memberikan dampak bagi bangsa Indonesia ini.
Sebagai umat yang mayoritas, terdapat banyak sekali macam-macam gerakan
keislaman mulai dari yang dinilai positif sampai negatif. Dan untuk menjadi bagian dari
organisasi yang dinilai positif atau negatif adalah murni pilihan kita pribadi. Sehingga, pada
intinya kita perlu sadari bahwa sebagai umat Islam harus bisa memberikan insight positif yang
dapat kita pancarkan kepada dunia luas bahwa umat Islam Indonesia merupakan umat yang
membawa perdamaian untuk dunia.
42
J. ISLAM DAN GLOBALISASI
Seperti yang kita ketahui globalisasi (globalization) adalah sebuah kata yang diambil dari
bahasa Inggris dimana Global yang memiliki arti dunia dan Lization yang artinya berproses.
Istilah globalisasi juga semakin sering digunakan oleh masyarakat untuk menunjukan keadaan
dunia yang semakin lama semakin berkembang, seperti yang dituliskan oleh Alvin dan Heidi
Toffler di dalam bukunya:
“Few words are more loosely thrown about today than therm ‘global’. Ecology is said to be a
‘global’ problem. The media are said creating a’ global’ rillage. Companies proudly announce
that they are ‘globalizing’. Economist speak of ‘global’ growth or recession. And the politican,
UN official, or media pundit doesn’t exist who is’nt prepared to lecture us about the ‘global’
system.”79
Seiring dengan adanya globalisasi, kita sebagai umat Islam harus mengetahui bagaimana
hubungan Islam dan globalisasi? apakah di dalam agama Islam mengenal kata globalisasi?,
lalu bagaimana sikap kita sebagai umat muslim dalam menghadapi globalisasi itu sendiri?
Dalam tulisan kali ini penulis akan menyampaikan penjelasan tentang beberapa pertanyaan
diatas.
A. Globalisme Islam
Globalisme Islam merupakan suatu pola pikir yang bersumber dari fakta tekstual
historis, bahwa risalah Islam merupakan suatu risalah yang ditujukan untuk seluruh umat,
seluruh lapisan masyarakat, dan seluruh ras dan bangsa. Globalisme atau universalisme dalam
Islam salah satunya bisa dilihat dari Islam yang mengakui keberadaan budaya-budaya lokal
yang sering kali dipahami sebagai bagian dari ajaran- ajaran agama Islam. Contoh
kosmopolitanisme kebudayaan Islam adalah pada zaman awal- awal masuknya agama Islam,
Rasulullah SAW ketika berkhotbah atau berceramah hanya dilindungi dengan sebuah pelepah
kurma, lalu ketika umat Islam bertambah banyak, mulailah dibuat mimbar untuk nabi, yang
semenjak itu biasa dijadikan tempat untuk khotbah atau kegiatan munasabah lainnya. Sahabat-
sahabat nabi pada masa itu juga meniru cara kerja pengelolaan keuangan dari Persia maupun
Romawi. Mengapa para sahabat meniru cara kerja pengelolaan keungaan Persia? Karena cara
kerja tersebut efektif jika digunakan dalam sistem perpajakan maupun perkantoran pada saat
79 Alvin and Heidi Toffler, War and anti-war, survival at down of the 21st century (New York: Warner Book,
1933), hal 318-319.
43
itu. Tetapi tentu saja cara kerja yang dipakai adalah cara kerja yang tidak bertentangan dengan
hukum ekonomi Islam dan dapat menciptakan keadilan di dalamnya.
Globalisme dalam Islam juga dapat kita lihat dari perkembangan keilmuwan yang ada.
Contohnya adalah buku-buku yang dikarang oleh para ilmuwan Islam mulai diterjemahkan
dalam bahasa latin, dan Islam juga berhasil membangun universitas-universitas yang
didalamnya banyak menghasilkan ilmuwan-ilmuwan dari berbagai macam negara.
Perkembangan ilmu filsafat dan sains oleh para ilmuwan muslim berhasil pindah ke eropa,
sehingga menimbulkan renaissance (Abad pembaharuan di Eropa, atau lebih dikenal dengan
Masa peralihan).
Dari beberapa contoh globalisme Islam diatas kita bisa simpulkan bahwa ajaran Islam
merupakan ajaran yang sangat relevan dengan ajaran global. Lalu bagaimana kita seharusnya
sebagai umat Islam memposisikan Islam dalam globalisasi? Pada hal ini kita bisa menggaris
bawahi bahwa Islam yang merupakan agama global dan memiliki ajaran yang bersifat
universal, sudah pasti tidak mungkin bisa dipisahkan dari globalisasi. Dalam menghadapi
problema-problema globalisasi yang terjadi pada saat ini, mungkin prinsip-prinsip dasar ajaran
agama Islam dapat kita gunakan sebagai bahan pijakan untuk kita saat ini.80
Prinsip-prinsip dasar tersebut diantaranya adalah: Prinsip tauhid atau monoteisme, prinsip
peribadatan, prinsip muamalat, akhlaqul karimah, prinsip bermasyarakat, prinsip keadilan dan
prinsip berserah diri kepada Allah.
B. Islam Dalam Globalisasi
Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini kita sebagai umat muslim harus tetap
bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan, serta harus bisa mengaplikasikan prinsip-
prinsip yang ada didalam ajaran agama Islam ketika berinteraksi dengan dunia luar. Seperti
yang kita tahu bahwa globalisasi sudah memasuki hampir semua aspek di dalam kehidupan
kita, diantaranya adalah aspek pendidikan, budaya, agama, sistem ekonomi, teknologi, dsb.
Globalisasi ekonomi merupakan kasus globalisasi yang terpenting, karena globalisasi
dalam ekonomi sangat berpengaruh di dalam kehidupan. Bahaya dari globalisasi ekonomi
sendiri ada didalam prinsip-prinsip ekonomi itu sendiri. Globalisasi ekonomi memiliki
beberapa prinsip-prinsip dasar, biasanya prinsip-prinsip itu jauh dari kata kemashlahatan
maupun keadilan, bisa dibilang yang paling kuat disini adalah yang mempunyai
kesempatan besar untuk menang, dan yang lemah akan selalu kalah dalam melawan yang
80 Khusnul Khotimah, “Islam dan Globalisasi”, Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 3 No. 1, 2009, hal 8
44
lebih kuat. Dalam kasus globalisasi ekonomi ini kita bisa mengambil contoh kita akan
lebih mudah menjumpai pabrik-pabrik dari perusahaan barat yang didirikan di negara
berkembang, yang mana pabrik-pabrik itu sebenarnya dilarang untuk didirikan
dinegaranya karena terlalu berbahaya bagi lingkungan di sekitarnya. Namun demi
mengejar keuntungan semata, maka para pendiri pabrik itu memilih tempat yang jauh dari
lingkungannya untuk mendirikan pabrik mereka, mereka tidak akan perduli tentang
keadaan lingkungan sekitar pabrik yang akan tercemar nantinya, dan bisa membahayakan
kesehatan masyarakat di lingkungan itu. Dari contoh tersebut kita bisa lihat bahwa telah
terjadi eksploitasi, yang mana pabrik tersebut akan mendapat keuntungan dari hasil
penjualan produknya di negara yang ditumpangi, sedangkan negara yang ditumpangi tidak
mendapat apa-apa, dan hanya akan mendapatkan dampak dari berdirinya pabrik tersebut,
yang mana bisa menimbulkan penyakit serta memperburuk lingkungan.
Islam sebagai agama yang mengajarkan moralitas kepada umatnya, mempunyai ciri
khas tersendiri dalam menyikapi globalisasi ekonomi yang sedang terjadi, agar tidak
terjadi di dalamnya pemanfaatan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya,
dengan cara memberikan batasan-batasan, dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dengan begitu akan menciptakan kesejateraan bagi semua pihak, dan tidak akan ada pihak
yang diuntungkan maupun pihak yang merasa dirugikan.
Di dalam aspek pendidikan Islam menawarkan pendidikan yang Intergralistik.
Pendidikan seharusnya lebih mengutamakan moralitas yang merupakan bagian dari
kehidupan manusia, tapi bukan karena itu lalu kita menjadi antipati terhadap modernisme.
Dalam pendidikan Islam Al-Qur’an dan hadits bukanlah sesuatu yang bisa dipisahkan dari
pendidikan itu sendiri, pendidikan Islam lebih mengacu kepada Al-Qur’an dan hadits yang
merupakan sistem dari pengembangan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an dan hadits juga dapat
merespon tantangan-tantangan yang akan kita hadapi di masa depan. 81
“Lalu adakah solusi untuk kita umat muslim dalam menghadapi isu-isu dari
globalisasi?” Jawabannya tentu ada, karena para pemikir-pemikir Islam sudah memiliki
berbagai solusi untuk menghadapi isu-isu globalisasi, diantaranya:
Dalam menghadapi isu-isu globalisasi yang sedang terjadi umat muslim
diharapkan agar selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits ketika akan
mengambil keputusan.
81 HAR Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21 (Magelang, Tera
Indonesia 1983).
45