The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku berjudul bunga rampai SPIP merupakan kumpulan artikel Cak Bro secara otodidak berupa tentang permasalahan organisasi dari persepsi atau pengalaman pribadi dalam melaksanakan tugas. Dan berharap bisa memotivasi pembaca untuk bisa diterapkan dalam lingkungan kerja di tempatnay.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by cakbro99, 2020-11-08 21:27:37

Bunga Rampai SPIP

Buku berjudul bunga rampai SPIP merupakan kumpulan artikel Cak Bro secara otodidak berupa tentang permasalahan organisasi dari persepsi atau pengalaman pribadi dalam melaksanakan tugas. Dan berharap bisa memotivasi pembaca untuk bisa diterapkan dalam lingkungan kerja di tempatnay.

Keywords: #SPIP*Motivasi*Edukasi

Tulisan Ringan Cak Bro

Subroto, Ak., MM
(Kasubbag Prolap BPKP Jawa Timur)

Bunga Rampai

tentang SPIP

TULISAN YANG (TIDAK) PATUT DIBACA !!......

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 1

“Kumpulan tulisan ini tidak memiliki pretensi apa pun
karena saya bukan politikus yang sedang mempromosi-
kan diri sebagai calon yang ingin menduduki jabatan
tertentu. Juga bukan untuk mencari ketenaran diri
“demi kepentingan pribadi atau komersialisasi sebagai
pamrih agar dapat eksis diri.

2 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Semenjak menginjakkan kaki di BPKP Surabaya
bulan Oktober 2008, Cak Bro (Panggilan ­Subroto,

Kasubbag Prolap BPKP Jawa Timur) produktif
membuat tulisan-tulisan ringan tentang SPIP.
Cak Bro mencoba mengu­ las konsep pemaha-
man mengenai SPIP dari sisi lain dengan men-
gambil ide penulisan baik mengutip dari ber-
bagai tulisan yang ada atau pendapat pribadi.
­Tulisan tersebut dimuat atau up-load pada Milist
Warga, jaringan ­internet milik Perwakilan BPKP
­sebagai Sharing ­Knowledge untuk menggugah
dan memotivasi dan berharap para pembaca
dapat ­mengenal SPIP lebih membumi melalui
p­ endekata­ n atau pola pemikiran yang sederhana.


(Cak Bro)

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 3

KKeaptaalaSPamerbwuataknilan

Sesuai dengan amanah PP Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Peme­rintah (SPIP), dimana BPKP ditugaskan
sebagai pembina SPIP bagi Instansi Pemerin-
tah, Berjalannya waktu, kegiatan tersebut mu-
lai menampakkan hasil dan mendapat respon
yang cukup positif dari Instansi Pemerintah
dan Pemda, salah satunya hampir diseluruh
Pemerintah daerah di Indonesia telah mulai
siap melaksanakan dengan membuat Peraturan
Kepala Daerah (Perkada) tentang penerapan
SPIP. Selanjutnya keseriusan pemerintah ter-
hadap SPIP sangat positif dengan menerbitkan
Inpres Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepat­
an Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dimana dalam Perpres
tersebut menyebutkan tentang kewajiban penerapan SPIP bagi Instansi Pemer-
intah dan Pemda.

Sudah banyak kegiatan yang dilakukan oleh BPKP terkait dengan pelaksa-
naan tugas tersebut, antara lain : melakukan sosialisasi dan diklat berkaitan
dengan pemahaman tentang SPIP dan penerapannya, termasuk menerbitkan
dan mendistribusikan modul-modul SPIP, melakukan bimbingan teknis untuk
penerapan SPIP kepada seluruh Instansi Pemerintah dan Pemda, dsb.

Selain itu pula, respon atau perhatian dunia luar tentang SPIP sangat positif.
Beragam tulisan yang berisi tentang wacana, pendapat maupun konsep menge-
nai pemahaman SPIP baik pada media massa atau majalah maupun dunia maya
atau internet, sesuai dengan kemajuan teknologi dan informasi, yang dilakukan
secara perorangan (blogger) atau kelompok instansi (misalnya, j­ejaring face
book seperti yahoo.com). Kesemuanya itu menunjukkan keberpihakkan dan
perhatian mereka yang cukup tinggi akan pentingnya SPIP yang menambah kha-
zanah kita untuk memahaminya.

Semenjak menginjakkan kaki di BPKP Surabaya bulan Oktober 2008, Kasubbag
Prolap BPKP Jawa Timur produktif membuat tulisan-tulisan ringan, sebenarnya

4 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

merupakan rasa iseng untuk mengisi waktu luang, Sebagai salah satu anggota
Satgas SPIP, dia juga membuat tulisan ringan tentang SPIP melalui pendekat­
an atau pola pemikiran yang sederhana dan mengulas konsep pemahaman
m­ engenai SPIP dari sisi lain dengan mengambil ide penulisan baik mengutip
dari berbagai tulisan yang ada atau pendapat pribadi. atau yang berasal dari
majalah atau koran yang telah dibaca, atau terinspirasi dari kondisi di sekeliling
atau kasus-kasus yang sedang hangat diulas atau dibicarakan saat itu.

Tulisan tersebut lebih banyak dimuat pada pada Millist Warga BPKP ( Jaringan
internet BPKP pada media lotus notes) dan Bulletin BPKP Jawa Timur “Task-
2Pro” sebagai Sharing Knowledge untuk menggugah dan memotivasi sesama
rekan kerja. Kemudian tulisan-tulisan tersebut dipilah-pilah secara sembarang,
dan dianggap relevan serta dikelompokkan yang berhubungan dengan tugas
dan peran BPKP saat ini yakni sesuai dengan amanah PP Nomor 60 ­Tahun 2008
tentang SPIP. Sehingga menjadi kumpulan tulisan yang dinamakan : Bunga Ram-
pai tentang SPIP – Tulisan Ringan Cak Bro.

Kupulan tulisan ini memang tidak perlu diperdebatkan baik dari segi tata
­bahasa atau isi karena tidak berpola/metode tulisan yang baik atau tidak me-
miliki dasar metodologi yang jelas serta memiliki referensi secara ilmiah atau
akademis. Namun demikian, kumpulan tulisan tersebut bisa menjadi sebagai
wahacana dan menambah khazanah dalam memahmai konsep SPIP dari sisi
pandang yang berbeda dan patut diberi apreasiatif sebagai inspirator bagi Tim
Pembina SPIP lainnya untuk mencari metode atau pola yang lebih kreatif untuk
mencari metode yang lebih efektif dalam melaksanakan tugas sebagai pembina
dan penyelenggara SPIP.

Sidoarjo, April 2011
Kepala Perwakilan

Sidik Wiyoto

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 5

6 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Kata Pengantar

Entah sudah keberapa kalinya laptop kesayangan (milik kantor) harus masuk
bengkel service komputer karena kecerobohan saya pula yang kurang perha-
tian dalam penggunaan maupun pemeliharaannya. Kecerobohan saya dalam
­pemakaian flash disk (jarang melakukan scanning virus) atau terkadang saya
­malas untuk meng up-date anti virus yang sudah expired (usang). Dengan
demikian jika kerusakan sudah parah, maka laptop tersebut harus di install
ulang atas program-program yang ada dan tentu saja saya harus ­menyelamatkan
file-file yang ada dengan melakukan back-up data.

Usai laptop diperbaiki saya harus memasukkan kembali data-data yang sebe-
lumnya di back-up dan menata kembali file-file yang ada. Terlihat untuk file
tulisan-tulisan ringan yang terselamatkan saya kumpulkan, saya baru tersadar
bahwa saya cukup kreatif untuk menulis semenjak saya berada di Perwakilan
BPKP Provinsi Jawa Timur. Timbul pikiran mengapa tulisan-tulisan tidak di­
gabung saja menjadi satu dan dibuat semacam buku kumpulan tulisan.

Pada dasarnya tulisan-tulisan tersebut hanya merupakan rasa keisengan saya
karena berpisah dengan keluarga untuk mengisi waktu luang dalam kesen­dirian
disini, Ide untuk menulis timbul berdasarkan apa yang terlintas dalam benak
pikiran saya dengan berbagai ide baik dari pengalaman atau ide entah yang ber-
asal dari majalah atau koran yang telah dibaca, atau terinspirasi dari kondisi di­
sekeliling atau kasus-kasus yang sedang hangat diulas atau ­dibicarakan saat itu.

Tanpa ada pretensi apa pun dan semata-mata sharing pengalaman kepada
rekan-rekan tulisan tersebut kemudian saya muat (up load) pada millist kan-
tor (website kantor BPKP) dan ternyata mendapat respon yang baik dari rekan-

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 7

rekan (walau ada pula yang memprotes atau keberatan dengan isi t­ ulisan terse-
but). Lantas saya pun teringat saran beberapa rekan-rekan yang selalu membaca
tulisan-tulisan saya agar dibuat semacam kumpulan tulisan.
Oleh karenanya, saya mencoba mengumpulkan tulisan yang sempat saya se-
lamatkan dari laptop tersebut. Kemudian tulisan-tulisan tersebut saya pilah-
pilah secara sembarang, dan menurut saya cukup relevan jika pilahan tulisan
tersebut untuk saat ini dikelompokkan yang berhubungan dengan tugas dan
peran BPKP saat ini yakni sesuai dengan amanah PP Nomor 60 Tahun 2008 ten-
tang SPIP. Sehingga kumpulan tulisan untuk saat ini saya namakan : Bunga Ram-
pai tentang SPIP – Tulisan Ringan Cak Bro.
Saya berharap kumpulan tulisan ini tidak perlu diperdebatkan baik tata b­ ahasa
atau isi karena tidak berpola/metode tulisan yang baik atau tidak memiliki
dasar metodologi yang jelas serta memiliki referensi secara ilmiah atau akade-
mis. Kumpulan tulisan ini pun tidak memiliki pretensi apa pun atau tendensi
untuk menjatuhkan atau mendiskreditkan seseorang atau pejabat kantor kita.

Sidoarjo, April 2011
SPIP.. Bisa !!!!!
Cak Bro

8 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Daftar Isi 7
11
Kata Pengantar 15
Studi Kasus Ringan: Daerah Wisata Kuliner Kedonganan
sebagai contoh implementasi SPIP yang baik ? -2/9/2009 19
22
Biaya Perjalanan Dinas berdasarkan Add cost: 26
Langkah efektif merubah perilaku pegawai sebagai pemerkuat
kultur pengendalian SPIP 28
33
Mutasi Di dalam Berorganisasi Sebagai Bentuk Implementasi 35
SPIP Terhadap Lingkungan Pengendalian 38
41
Menggali Nilai Budaya Indonesia (Silaturahmi) Dalam Rangka
Penerapan SPIP pada Instansi atau Organisasi – 20/10/09

Puasa sebagai Sebagai Bentuk Implementasi SPIP atas
Lingkungan Pengendalian sebagai Pemerkuat Kultur
Pengendalian (Soft Control) terhadap Integritas dan
Perilaku Pegawai

Penggunaan Metode Segmentasi dan Komunitisasi
Dalam Melakukan Sosialisasi dan Penerapan SPIP Secara Efektif

Sebuah Refleksi: Dua azas demokrasi yang kontradiktif hidup
berdampingan di Indonesia – 1/11/2009

Pengalaman diri: Penggalian Motivasi Diri Peserta sebagai
Sarana Efektif dalam Penerapan Sosialisasi – 21/10/09

Sebuah Refleksi: Gelombang arus informasi memaksa kita
harus berpikir cerdas –8/11/2009

Pentingnya Peran Kehumasan bagi Instansi (BPKP) dalam
Memberikan Sebuah Informasi Sebagai Refleksi Dibalik
Kisah Korupsi “ Cicak dan Buaya” – 8/11/2009

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 9

Sinopsis: Pentingnya Memahami Struktur Organisasi untuk 46
Mencapai Tujuan Organisasi secara Efektif – 11/11/2009 49
Diagnosis Macig cube of SPIP – 25/3/2010 57

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagai 67
Integrated Circuit (IC) Good Governance Bagi 70
Instansi Pemerintah -28/3/2010
75
MARI KITA BERKOMITMEN DEMI KEJAYAAN BPKP
(Persembahan untuk HUT BPKP ke-27) – 4/6/2010

Kajian Analisis Konseptual : Pentingnya Penerapan SPIP
bagi Instansi dalam rangka menyongsong Keterbukaan
Informasi Publik menurut UU Nomor 14
Tahun 2008 – 12/12/2010

SERBA SERBI (PANTUN SPIP)

Lay Out dan Desain:
Gusmoller ([email protected])
Foto dan Ilustrasi:
Istimewa

10 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Studi Kasus Ringan:

Daerah Wisata Kuliner
Kedonganan sebagai contoh
­implementasi SPIP yang baik?

Oleh : Subroto

Pengantar:

Kedonganan adalah suatu restoran makan dipinggir pantai di daerah wisata
Kawasan Nusa Dua, Bali yang mirip dengan Jimbaran atau Muaya yang sudah
terkenal lebih dahulu. Di pinggir pantai Kedonganan tersebut terdapat 24 buah
restoran, dimana tidak ada pembatas antara meja atau kursi milik satu restoran
dengan restoran lainnya, yang membedakan adalah bentuk meja dan peralatan
makannya.

Kedonganan sangat berbeda dibandingkan beberapa tahun yang lalu ketika itu
terdapat 75 restoran yang saling bersaing tidak sehat. Mulai dari timbanga­ n
yang tidak pernah ditera hingga bersaing mendapatkan tamu dengan memberi
tip kepada sopir taksi atau pemandu yang mengantar ke restoran tersebut. Yang
membuat kedonganan berubah adalah turun tangan Banjar melalui pertemuan
antara warga dengan melakukan penggabungan atau penciutan restoran yang
ada dari 75 restoran menjadi 24 buah restoran.

Berdasarkan kesepakatan bersama dalam pertemuan banjar, harga makanan
dikontrol termasuk timbangan diperiksa setiap hari agar tamu mendapatkan
sesuai yang mereka bayar. Walaupun kedonganan berjarak tidak jauh dari Tem-
pat Pelelangan Ikan (TPI), udara di kawasan tempat makan tersebut tidak terce-
mar bau amis dan terjaga kebersihannya. Banjar pun telah menetapkan aturan
main bahwa menu maupun harga yang ditawarkan seragam dan yang membe-
dakan hanyalah pelayanan. Anda duduk dimana pun, walau hanya untuk minum
sekalipun, mendapat pelayanan standar dengan biaya yang sama. Kadonganan
yang dahulu tidak pernah dilirik, kini menjadi salah satu wisata tempat makan
yang dapat bersaing dengan daerah wisata Jimbaran atau Muaya.

(Harian Kompas, 14 Juni 2009)

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 11

Rasa iseng saya muncul saat
membaca sekilas berita
ringan pada harian media
Kompas tentang daerah wi-
sata kuliner kadonganan
yang bisa bersaing dengan
daerah wisata lainnya seper-
ti Jimbaran yang sudah terke-
nal. Sekelumit berita ringan
tersebut mengingatkan saya
tentang pernyataan Graham
Joycelyne bahwa penerap­
an COSO merupakan kon-
sep yang sederhana ­namun
agak sulit dalam penerapan-
nya pada workshop tentang
implementasi COSO pada
sektor publik yang diseleng-
garakan Kedeputian BPKP Bidang Perekonomian beberapa minggu yang lalu di
Jakarta ((9/6/2009).

Melalui artikel tersebut saya mencoba mengupas dan mengkaji bahwa pernyata-
an tersebut adalah tidak benar, karena semua itu berpulang pada keinginan kita
masing-masing apakah kita memiliki komitmen yang kuat dan mau untuk men-
coba menerapkan SPIP yang merupakan amanah BPKP berdasarkan PP Nomor
60 tahun 2008 di lingkungan kantor kita masing-masing sebagai pilot project
sebelum kita melakukan penerapan di Instansi lainnya seperti yang digaung-
gaungkan oleh Kepala BPKP kita yang sudah mati-matian berjuang menelor-
kan SPIP sebagai core business BPKP dimasa mendatang (Penutupan Workshop
i­mplementasi COSO di sektor publik)

Artikel di atas dapat kita gambarkan sebagai contoh sederhana bagaimana Dae-
rah Wisata Kadonganan telah menerapkan prinsip SPIP dengan baik. S­ ebagai
daerah wisata kuliner yang harus berjuang untuk bersaing dengan sehat tidak
hanya secara intern tapi memiliki visi dan misi untuk bisa bersaing agar bisa
sejajar dengan jimbaran atau Muaya yang terlebih dahulu terkenal sebagai dae-
rah wisata kuliner. Oleh karena itu, mereka sadar bahwa pola usaha yang telah
dilakukan sebelumnya justru tidak menghasilkan keuntunga­ n yang positif.

12 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Langkah awal kesadaran para warga kedonganan dibangun melalui pertemuan
banjar dengan membangun lingkungan pengendalian (PP No. 60/2008 Pasal
3) dengan membentuk kultur pengendalian (soft kontrol) melalui ­kesadaran
bahwa mengambil keuntungan sesaat melalui mengurangi timbangan atas
makanan justru akan berdampak buruk dalam jangka panjang dan merupakan
pelanggaran nilai etika dari budaya Bali. Sadar dan sepakat untuk bersikap jujur
adalah unsur yang paling utama.

Kemudian melalui permufakatan, mereka membentuk kebijakan pengendalian
(hard control) berasaskan kebersamaan membentuk struktur organisasi yang
sehat melalui merger (dari 75 restoran dirampingkan menjadi 24 restoran)
yang lebih efisien dan efektif. Ke 24 restoran merupakan restoran yang kom-
peten dimana pemegang saham terbesar menjadi pengelola restoran namun
dikontrol secara bersama-sama oleh pengusaha restoran lain yang diakuisisi.
Bersikap jujur sebagai dasar peletakan kultur pengendalian dalam menjalan­kan
usaha restoran dan pembentukan struktur organisasi dengan melakukan merg-
er menjadi 24 restoran adalah hasil penilaian resiko selama ini (PP No. 60/2008
pasal 13 s.d 17) mengapa tidak mampu bersaing dengan daerah ­wisata kuliner
lainnya seperti jimbaran sebagai pesaing utama dan benchmark mereka.

Dengan pola kebijakan usaha yang diterapkan secara seragam baik menu dan
harga dengan pengontrolan timbangan setiap hari menjadikan restoran di ka-
donganan memiki distinctive usaha yang berbeda dibandingkan daerah wisata
kuliner lainnya. Kebijakan tersebut merupakan kegiatan pengendalian (PP No.
60/2008 Pasal 18 s.d 40) agar tidak memanipulasi timbangan untuk mem-
peroleh keuntungan sesaat, pengendalian aset diterapkan dengan membeda-
kan bentuk meja dan peralatan makan yang disajikan serta bersikap jujur baik
dalam pengelolaan usaha maupun tingkah pegawai.

Sedangkan penerapan informasi dan komunikasi (Infokom PP No. 60/2008
Pasal 41 dan 42) secara manual karena mereka yakin pelanggan yang puas akan
pelayanan mereka akan menjadi marketer yang baik bagi wisata kuliner kadon-
ganan melalui iklan “dari mulut ke mulut”. Sebagai bukti, Media Harian Kompas
tanpa diundang pun telah mengekspos berita akan keunikan dalam penyajian
kuliner daerah wisata kadonganan tersebut.

Rasa saling percaya antar sesama pengusaha restoran pun dipupuk dan dikem-

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 13

bangkan melalui pemantauan (PP No. 60/2008 Pasal 43 s.d 46) dengan dengan
selalu menginspeksi timbangan mereka walau telah dilakukan tera timbangan
dan selalu menjaga kawasan agar selalu bersih dan asri (tidak bau amis walau
dekat dengan tempat pelelangan).
Mudah-mudahan tulisan iseng saya dapat menjadikan motivasi bagi kawan-kawan
satgas SPIP di Perwakilan untuk berusaha mencoba menerapkan implementasi SPIP
dengan pola pikir yang sederhana tanpa perlu berdebat ­dengan teori-teori yang
kurang membumi karena ingin perfect/sempurna namun tidak melakukan apa-apa
(action plan) dalam bentuk langkah-langkah kegiatan nyata. Lakukanlah dengan
prinsip Learning by Doing (Libido), toh tak ada gading yang tak retak.
Salam hangat,

Humas Perwakilan BPKP Jatim
Misi: Go Implementation SPIP with BPKP
Motto: Bertindak Sambil Mikir, Berani Bergerak Sebelum Disingkir.

14 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

CEMOOHAN Mr. SPIP
(Celotehan Model Orang Pelatihan):

Biaya Perjalanan Dinas
berdasarkan At Cost:
Langkah efektif merubah perilaku
pegawai sebagai pemerkuat
­kultur pengendalian SPIP

Pegawai: “Ada apa sih kamu manggil saya kesini?...”
Bagian Keuangan: Ah Cuma mau konfirmasi aja tentang bukti pengeluaran
perjalanan dinas yang kemarin.... Memang benar nih bukti tiket pesawat kamu
beli dengan harga sekian?

Pegawai: Ya lihat aja di tiketnya... khan ada harganya
Bagian Keuangan: Harga tiket yang tertera disini koq seperti dicoret-coret....
lho ini khan harga tiket kelas bisnis.. padahal tiketnya tertera kelas ekonomi,
bagaimana ini?.... dan ada lagi nih, kenapa bukti penginapan hotel ditulis
manual.. bukannya ini hotel berbintang?

Pegawai: Anu.... itu khan tiket sebagai copy-an lembar kedua.. jadi saya tulis
lagi supaya lebih jelas.... kalau bukti hotel, Saya tidak tahu kenapa... wong
petugas hotel kasihnya bukti seperti itu !.

Bagian Keuangan: Baiklah kalau kamu tidak mengaku juga,.... saya sudah
konfirmasi petugas hotel bahwa kamu menginap tidak sesuai dengan tarif
kamarnya.... dan untuk tiket pesawat juga demikian, bahwa kamu membeli tiket
kelas ekonomi dan bukannya kelas bisnis... Dan kamu harus mengembalikan
uang sejumlah sekian!

Pegawai: Yah namanya juga usaha pak,....bukannya SPPD boleh cari selisih
penderitaan...sebagai tambahan penghasilan Pak!
Bagian Keuangan: Itu dulu pak, sewaktu perlakuan SPPD sebagai Lump sum,
.....sekarang khan sistem At Cost!

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 15

A. Pengantar
Itulah sekelumit pembicaraan antara pegawai yang telah melakukan perjalan­
an dinas ke luar kota saat dikonfirmasi oleh bagian keuangan saat memberikan
visum SPPD dan bukti-bukti pengeluarannya.

SPPD atau Surat Pengantar Perjalanan Dinas sebagai
dokumen Negara yang digunakan oleh seorang pegawai
negeri/pemerintah jika melakukan perjalan­an keluar
kota, dengan SPPD tersebut sudah tentu pemerintah
akan membiayai perjalanan dinas pegawai tersebut.
Bagi BPKP, SPPD merupakan anggaran dominan dalam
mata anggaran 410 karena hampir sebagian ­besar tu-
poksi BPKP adalah melakukan pengawasan terhadap
semua instansi pemerintah.

Perlakuan biaya atas SPPD sebelumnya diterapkan
berdasarkan Lump sum yakni sejumlah uang tertentu
yang diberikan kepada pegawai yang melakukan per-
jalanan dinas. Jumlah tersebut merupakan biaya yang
akan dike­luarkan selama diluar kota berdasarkan stan-
dar b­ iaya yang telah ditetapkan, baiya tersebut meli-
puti uang saku harian (uang makan termasuk transport
l­okal), biaya perjalanan atau transport (menggunakan
pesawat atau kereta api maupun bis), dan akomodasi
penginapan hotel.

B. SPPD: Lump Sum Vs At Cost
Namun hampir sebagian besar pegawai menganggap
bahwa SPPD sebagai penghasilan tambahan dengan
cara penghematan. Oleh karena itu, mereka berusaha
berhemat agar memperoleh sisa uang atas SPPD terse-
but atau dikenal Selisih Penderitaan Perjalanan Dinas.
Penghematan yang dilakukan yakni berusaha menggu-
nakan tranportasi lebih murah dari yang ditetapkan Misalnya, menggunakan
tarif atau tiket pesawat lebih murah baik perusahaan penerbangan (menggu-
nakan perusahaan penerbangan selain Garuda) maupun tarif kelas (memakai
tarif ekonomi yang seharusnya tiket/tarif bisnis).

16 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Demikian halnya dalam penggunaan akomodasi penginapan yakni menginap di
hotel dengan tarif yang lebih murah (menggunakan hotel kelas melati yang se-
harusnya hotel berbintang), bahkan menginap di salah satu rumah kerabatnya
yang kebetulan berada di daerah tersebut. Berkaitan dengan uang saku harian,

pegawai berusaha untuk makan ditempat restoran yang
lebih murah (­ bila perlu makan di warung pinggir jalan)
atau menyelesaikan pekerjaan ­lebih cepat dari yang
direncanakan.

Akan tetapi, sekarang ini pemerintah memberlakukan
biaya atas SPPD berdasarkan realisasi pengeluaran se-
benarnya atau lebih dikenal At Cost. Pegawai tersebut
harus mempertanggungjawabkan biaya tersebut ber-
dasarkan bukti-bukti pengeluaran yang akan diverifika-
si oleh bagian keuangan. D­ engan demikian, perbedaan
utama kedua perlakuan tersebut pada bukti pengelu-
aran. Jika dengan sistem lump sum, sang pegawai tidak
perlu m­ enyerahkan bukti-bukti pengeluaran, sedang-
kan sistem At Cost, si pegawai harus mempertanggung­
jawabkan biaya berdasarkan bukti pengeluaran riil
(bukti transport dalam b­ entuk tiket dan bukti penginap­
an hotel, terkecuali uang saku harian).

C. Dampak Perubahan Perlakuan Biaya SPPD Terha-
dap Perilaku Pegawai
Dampak bagi pegawai yang melakukan perjalanan dinas
dengan sistem lump sum antara lain :
• Akibat penggunaan transportasi maupun penginap­
an yang lebih murah berdampak pada berkurangnya
tingkat kenyamanan pegawai selama di luar kota se-
hingga mempengaruhi tingkat kesehatan yang beraki-
bat ­kinerja pegawai tidak optimal dalam melaksanakan
tugas.
• Karena menganggap SPPD sebagai penghasilan dengan mencari selisih
penderitaan maka pegawai akan selalu berusaha untuk menyelesaikan
tugas diluar kota lebih cepat dari waktu yang disediakan, sehingga tidak
optimal dalam bekerja dan mengakibatkan kualitas hasil penugasan tidak
optimal atau rendah.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 17

• Yang lebih buruk lagi, ada kalanya pegawai tersebut selalu mencari cara Foto: Ist
bahkan penyimpangan berdasarkan jabatan atau wewenang dengan harap­
an minimal biaya-biaya tersebut dibebankan kepada instansi dimana pega-
wai melakukan pengawasan.

Dampak bagi pegawai yang melakukan perjalanan dinas dengan sistem At Cost
antara lain :
• Merubah habit/kebiasaan buruk pegawai dari pola pikir bahwa SPPD bukan

lagi sebagai penghasilan tambahan dengan melakukan berbagai penghemata­ n,
melainkan sebagai fasilitas negara yang harus dipertangungjawabkan secara riil
karena penghasilan pegawai kebutuhan hidup sudah terpenuhi berdasarkan
gaji yang diperoleh.
• Habit atau kebiasaan buruk tersebut dapat dihilangkan apabila penghasilan
pegawai ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang selama ini
selalu sebagai alasan klasik.
• Sesuai dengan teori Maslow, jika kebutuhan dasar pegawai telah terpenuhi maka
pegawai tidak akan berusaha mencari penghasilan tambahan melalui cara-cara
yang tidak profesional sehingga dapat berkonsentrasi dalam bekerja di luar kota
yang berdampak kinerja atau hasil tugas akan meningkat.

D. Simpulan
Pertanggungjawaban keuangan atas SPPD atau biaya perjalanan dinas ­dengan
pola At Cost berdampak positif bagi pegawai karena telah mener­ apkan akunt-
abilitas dan transparansi secara pribadi dengan berazaskan kejujuran sebagai
pondasi dasar pemerkuat kultur pengendalian (soft control) dalam SPIP. Ke-
biasaan atau habbits yang baik akan berdampak positif dalam berorganisasi di
setiap instansi menuju Good Governance sehingga tujuan ­organisasi dapat terca-
pai secara efisien dan efektif.

18 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

CEMOOHAN Mr. SPIP
(Celotehan Model Orang Pelatihan):

Mutasi Di dalam Berorganisasi
Sebagai Bentuk Implementasi SPIP
Terhadap Lingkungan ­Pengendalian

Pegawai I: Kalau saya pikir-pikir,.. seandainya saya mau di pindah untuk pro-
mosi,... mungkin seperti teman-teman seangkatan saya sekarang yang s­ udah
memegang jabatan. Tapi saya lebih mementingkan keluarga,..... biar saya di­sini
saja mendidik anak-anak agar sukses.

Pegawai II: Sama seperti aku, hidup ini pilihan bung!,... antara karir atau uang.
Saya tidak suka pindah walau promosi sekali pun, karena saya punya bisnis
diluar,.. yah lumayan buat tambahan penghasilan.

Pegawai III: Tadinya saya seperti itu Mas,.. saya menganggap Atasan tidak suka
dengan saya sehingga harus pindah ke daerah lain. Tapi ternyata saya salah,..
saya punya pandangan yang berbeda dari sebelumnya.

Ketakutan yang saya pikirkan karena jauh dari keluarga atau kerabat.. mem-
buat saya dan keluarga lebih mandiri. Keahlian atau ketrampilan saya ternyata
lebih dihargai daripada disini, bahkan saya kreatifitas say timbul karena saya
mau belajar dari orang lain.

Masalah keuangan pun teratasi dengan sendirinya, bukannya saya ­punya p­ eluang
untuk berbuat korupsi hanya karena ingin menemui keluarga. ­Pekerjaan di dae-
rah amat banyak sehingga saya dapat menyisihkan uang lebih untuk sesekali
pulang menemui keluarga.

Apalagi bila ada undangan untuk diklat atau pertemuan di kantor pusat,
­ketrampilan atau ilmu bertambah plus ada sisa waktu untuk ketemu keluarga.

BBuunnggaa RRaammppaaii tteennttaanngg SSPPIIPP KKuummppuullaann TTuulliissaann RRiinnggaann CCaakk BBrroo 1199

Itulah obrolan singkat dari pembicaraan antara pegawai pusat dan daerah yang
lama tidak bertemu. Kebijakan organisasi atas mutasi atau perpindah­an pega-
wai merupakan hal lazim, namun menjadikan hal yang momok bagi pegawai
yang sudah begitu lama menempati sutau kantor perwakilan. Kenyamanan atas
kemapanan pegawai embuat mereka terusik dan tidak mau menerim perubah-
an yang terjadi apabila mereka ditemptkan ke daerah yang baru dengan suasana
yang baru.

Tak jarang mereka berusaha dengan segala cara untuk mempengaruhi kebi-
jakan agar mereka tidak dipindahkan, bahkan mereka mau berkorban dan
d­ engan sengaja menghambat karir mereka sendiri (misalkan tidak melaporkan
kinerja atau angka kredit bagi fungsional). Resistensi atau sikap bertahan selalu
terjadi pada pegawai terhadap kebijakan tersebut termasuk perubahan adanya
pergantian atasan atau kebijakan baru, kondisi tersebut merupakan hambatan
bagi organisasi untuk berkembang baik dari pola pengembangan pegawai mau-
pun struktur organisasi.

Dengan berbagai alasan mereka ciptakan, mulai dari alasan keluarga, kesehatan,
sudah tua atau mau pensiun bahkan menekan atasan dengan pendekatan kesu-
kuan atau kekerabatan dan alasan lainnya. Mereka yang sudah merasa mapan
atau stabil tidak mau keluar dari zona nyaman (comfort zone) tidak baik bagi
organisasi apa pun bentuknya karena akan menciptakan lingkungan yang tidak
kondusif.

Padahal jika mereka mau menerima perubahan baik dengan mutasi atau me-
nerima kebijakan baru, ketakutan yang selama ini membayangi tidak akan ter-
jadi (seperti yang dikatakan oleh pegawai III). Lingkungan kondusif pun tidak
tercipta karena sikap pegawai yang lainnya menjadi negatif atau tidak ada tran-
paransi kebijakan (menganak-emaskan) sehingga kerjasama menjadi buruk
karena tidak ada keharmonisan dalam hubungan kerja antara rekan kerja. Hal
tersebut akan berdampak buruk pula terhadap kinerja organisasi dalam penca-
paian tujuannya.

Hikmah pembicaraan di atas yang dapat dipetik antara lain:
a. Berpindahnya seorang pegawai ke tempat lain merupakan kebijakan

o­ rganisasi dalam rangka pemerataan struktur organisasi lebih sehat agar
tidak ada penumpukkan pegawai dalam daerah tertentu atau senioritas
dalam suatu daerah.
b. Pegawai yang berpindah ke suatu tempat akan memiliki pandangan berbeda
dari sebelumnya.

20 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

c. Adanya semangat atau motivasi baru karena keluar dari rutinitas kerja di
tempat sebelumnya

d. Adanya penghargaan (merupakan kebutuhan dasar dari Maslow) bahwa
­sadar ketrampilan selama ini yang dimiliki tidak dihargai, ternyata diperlu-
kan di daerah tersebut.

e. dsb.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 21

CEMOOHAN Mr. SPIP
(Celotehan Model Orang Pelatihan):

Menggali Nilai Budaya Indonesia
(Silaturahmi) Dalam Rangka
Penerapan SPIP pada Instansi
atau Organisasi

Teman I: Wah, lebaran udah deket nih.... gimane ente udah buat persiapan untuk
pulang kampung?... saya sama teman-teman sudah menyiapkan bis untuk pulang
sama-sama.

Teman II: Waduh tahun ini saya tidak punya uang cukup buat pulang,... ­untungnya
ada teman yang ngajak pulang kampung pake motor mau konvoi bareng... jadi
deh pulang kampung.

Teman III: Apa sih enaknya pulang kampung? ....Cuma nyusahin badan aja, belum
lagi polisi yang repot ngatur jalan karena kemacetan.... daripada menghambur-
kan uang, mending ente kirim aje tuh uang ke kampung, khan beres!

Teman I: Oh ente tidak tahu sih betapa nikmatnya ketemu saudara-saudara di
kampung,... Orang tua kita lebih senang ketemu langsung daripada cuma duit
saja,.... dan kita bisa ngobrol dan tahu tentang keadaan keluarga-keluarga kita.

Teman II: Bener tuh,....... walau kita tidak punya uang cukup untuk pulang,......
kebersamaan dan persaudaraan harus tetap dijaga. Bahkan kita dapat bantuan
modal dari teman sekampung yang udah sukses,..... ada juga yang dapat kerjaan
bagi yang nganggur dari teman-teman lain.

Teman III: Oh begitu ya,... kalau begitu saya ikut pulang kampung deh,... udah dua
lebaran nih kagak pulang kampung nih!

22 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Foto: Ist

MUDIK merupakan tradisi bagi umat muslim yang hanya ada di Indonesia
setelah bulan Ramadhan berakhir menuju keesokan hari untuk merayakan Hari
Raya terbesar yakni Idul Fitri. Setelah melakukan ibadah Sholat ’Ied ­umumnya
mereka akan berslam-salaman untuk bermaaf-maafan kepada tetangga seki-
tarnya dan dilanjutkan kepada keluarga, saudara, kerabat maupun handai tolan.
Semakin banyak orang yang mereka kenal untuk bermaaf-maafan, dosa-dosa
yang mereka lakukan selama ini dalam berhubungan atau bermasyarakat men-
jadi berkurang bebannya atau pun hanya sekedar ingin menemui mereka yang
selama ini jarang ditemui.

Oleh karena itu, bagi mereka yang berada di perantauan (umumnya m­ ereka
yang tinggal di Jakarta atau kota besar lainnya sebagai kota pusat untuk mencari
nafkah dalam bekerja bagi penduduk daerah) akan selalu berusaha untuk kem-
bali ke kampung halamannya masing-masing untuk berkumpul kepada keluar-
ga, saudara, kerabat maupun handai tolan. Betapa pun jauhnya jarak­nya, berapa
pun mahal harga ongkos transportasi yang harus dijalani, m­ ereka akan selalu
berusaha memenuhi kebutuhan (belum lagi mempersiapkan oleh-oleh untuk
keluarga) baik dengan menabung sebelumnya (bila perlu berhutang atau meng-
gadaikan barang ), kejadian tersebut lebih dikenal M­ udik atau Pulang Kampung.

Bagi mereka yang berpenghasilan lebih dengan nyaman menggunakan alat
transportasi mewah baik menggunakan pesawat atau kendaraan pribadi menu-

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 23

ju kampung halamannya. Namun, bagi mereka yang berpenghasilan pas-pasan
pun bukan sebagai penghalang, mereka rela berdesak-desakan dengan kendara-
an transportasi kereta atau bis kelas ekonomi. Tak jarang mereka menggunakan
motor untuk menempuh jarak ratusan kilometer baik secara rombongan atau
sendiri-sendiri.
Pada saat itu tidak terlihat lagi bahwa kondisi perekonomian negara kita yang
buruk, berbagai sektor baik formal dan non formal menggeliat begitu dahsyat-
nya. Dari sektor perekonomian terjadi perputaran uang (velocity money) yang
meningkat cukup tajam, mulai dari industri tekstil atau garment yang meng-
hasilkan pakaian atau fashion termasuk sepatu, industri furniture atau meubel­
air, bahan makanan pokok, kendaraan transportasi atau industri otomotif,
termasuk industri pariwisata, bahkan pemerintah pun cukup sibuk memper-
siapkan proyek jalan dengan pola crash program, pengaturan lalu lintas jalan
raya, termasuk menyiapkan bahan bakar, dsb.
Mengapa masyarakat kita senang Mudik?. Mungkin bagi negara lain yang tidak
memiliki tradisi seperti kita akan mengernyitkan dahi atau bingung memikirkan
pola hidup masyarakat Indoensia yang mau melakukan hal yang sia-sia seperti
itu?, apa keuntungannya mereka rela menghamburkan uang hanya untuk ber-
temu keluarga saja?, dsb. Pada dasarnya Mudik dilakukan karena mereka ingin
BERSILAHTURAHMI dengan menemui keluarga, saudara, kerabat maupun han-
dai tolan yang selama ini jarang ditemui. Seakan ada rasa kepuasan atau kenya-
manan yang tidak diukur dari dengan apa pun, sama halnya dengan seseorang
yang melakukan hobinya atau kegemarannya (seperti memancing, mendaki

24 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

­gunung, berpetualang, dsb.), mungkin adalah hal yang sia-sia bagi orang yang
tidak suka dengan hobi tersebut.

Lepas daripada itu, kita tidak perlu mencari akar permasalahan yang terjadi karena
sudah merupakan budaya atau tradisi di Indonesia. Namun ada hal yang cukup me-
narik untuk disimak, ternyata Budaya silaturahmi memiliki nilai-nilai positif yang
dapat kita petik yakni sebagai berikut :
a. Silaturahmi akan mempererat tali persaudaraan maupun kekerabatan sehingga

tercipta hubungan yang harmonis dalam keluarga.
b. Silaturahmi juga akan memperluas jaringan hubungan (network) secara non-

formal dengan azas kegotong-royongan dan persaudaraan
c. Silaturahmi merupakan sarana komunikasi non formal yang tepat bial ada per-

masalahan atau kabar-kabar tertentu karena adanya ikatan hubungan batin yang
kuat.
d. Dengan pola silaturahmi permasalahan keluarga dapat diselesaikan secara cepat
berdasarkan azas musyawarah untuk mencari solusi atau permufakatan.
e. Dsb.

Dengan demikian, pola silaturahmi merupakan sarana efektif dalam penerap­an
SPIP bagi suatu instansi atau organisasi antara lain :
a. Dengan silaturahmi sebagai sarana komunikasi yang efektif untuk melaku-

kan disseminasi atas kebijakan baru atau pedoman berkiatan dengan SPIP
karena tingkat keberterimaannya dilakukan secara non formal.
b. Sosialisasi pedoman dan aturan dalam penerapan SPIP juga dapat dilakukan
secara efektif dengan menggunakan pola silaturahmi.
c. Berkaitan dengan penilaian risiko dalam SPIP dapat dilakukan secara efisien
dan efektif dengan menggunakan pola silaturahmi yakni :
- Permasalahan atau risiko pada suatu bidang atau unit risiko dapat ­diketahui
secara cepat dan tepat karena adanya keterbukaan dari masing-masing
pegawai pada bidang/unit tersebut.
- Pemecahan atau solusi dapat diketahui secara efisien dan efektif termasuk
rekomendasi pelaksanaannya karena adanya keterlibatan secara langsung
masing-masing pegawai berlandaskan musyawarah mencapai mufakat den-
gan mencari metode dan sistem yang tepat.
d. Silaturahmi juga sebagai sarana studi banding (anjang sana) untuk melihat
sejauhmana penerapan SPIP telah dilaksnakan dengan baik karena adanya
Bench-mark antara instansi/unit risiko yang satu dengan lainnya. Studi
banding tersebut juga berguna untuk melihat tingkat kemajuan atau ham-
batan yang terjadi pada instansi/unit risiko sehingga dapat dicari metode
dan sistem yang tepat.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 25

CEMOOHAN Mr. SPIP
(Celotehan Model Orang Pelatihan):

Puasa sebagai Sebagai Bentuk
Implementasi SPIP atas Ling-
kungan Pengendalian sebagai
Pemerkuat Kultur Pengendalian
(Soft Control) terhadap Integritas
dan Perilaku Pegawai

Sobat I: Wah, puasa tahun ini berat banget deh,.... iklim sekarang ini ­panasnya
minta ampun, apalagi saya harus keluar kantor untuk ketemu ­client untuk nagih
pembayaran...mana sering berantem melulu.... hampir batal puasa saya nih!.

Sobat II: Yah tapi kita harus bersabar...... semakin berat menjalani puasa ­bukannya
pahala puasa yang kita terima semakin besar karena kesabaran kita.

Sobat I: Bener juga sih,.... selain itu kita harus jaga sikap dan sabar agar puasa
kita tidak rusak hanya karena emosi sesaat saja.

Puasa sebagai salah satu ajang arena bagi umat islam dalam rangka pemanta-
pan iman seseorang dengan cara mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan
moral dengan cara menahan segala aktivitas rutin jasmani yakni tidak makan
dan minum seharian, serta rutinitas rohani yakni menjaga mata (tidak melihat
sesuatu yang buruk), telinga (tidak mendengar pembicaraan atau i­nformasi
yang tidak jelas atau negatif), hidung (mencium sesuatu yang buruk), dan mulut
(tidak berbicara buruk).

Bagi umat islam, puasa memiliki tujuan sebagai visi dan misi yakni mengharap-
kan keridloan Allah SWT akan menerima amal ibadah sesorang sebagai perbua-
tan baik yang dilakukan selama satu bulan penuh. Selain itu pula, sebagai ikatan
atau komitmen diri kepada Allah SWT bahwa kita berjanji akan selalu berbuat

26 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

baik. Cerminan diri tersebut tidak hanya sebagai pengabdian diri kepada Allah
SWT semata (hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya), tetapi juga selalu
memelihara hubungan baik dengan sesama manusia termasuk mengedepankan
rasa kemanusiaan untuk saling menyayangi, menghormati satu sama lain, dan
membantu kepada orang yang tidak mampu.

Komitmen diri itulah yang disebut sebagai Pakta Integritas Pribadi yang ber-
janji akan bertingkah laku sesuai dengan Aturan Pedoman Perilaku yang
ditetapkan dalam Al-Qur’an baik hubungan dengan sang Pencipta yakni Allah
SWT juga terhadap sesama manusia. Dalam Al-qur’an juga disebutkan bahwa
tingkat keberterimaan puasa seseorang hanya dapat dirasakan oleh manusia itu
s­ endiri, ­namun secara nyata seharusnya dapat dilihat dari perubahan perilaku
s­ eseorang setelah usai bulan puasa sebagai bulan pengujian iman.

Sebenarnya hampir semua agama juga menerapkan puasa, namun berbeda
dalam bentuk maupun tata cara ibadah. Dan saya yakin dalam agama apapun
memiliki inti yang sama tentang puasa yakni sebagai bentuk pengabdian diri un-
tuk meningk­ atkan iman dan memperbaiki perilaku manusia. Namun s­ angat dis-
ayangkan, mengapa kita hanya dapat berperilaku atau bersikap mulia ­hanya di-
dalam bulan suci tersebut? Mengapa kita tidak dapat mempertahankan sikap dan
perilaku kita di bulan-bulan yang lain?. Bahkan mengapa kita tidak m­ enerapkan
sikap dan perilaku kita yang mulia itu dalam keseharian hidup kita terutama
dalam bekerja di kantor atau organisasi, bermasyarakat atau bernegara?.

Dengan kata lain, bukankah secara tidak sadar kita sudah ber-SPIP sebagai
­bentuk pengendalian diri (self control) untuk memperkuat kultur pengendalian
(soft control) atas Lingkungan Pengendalian?

Foto: Ist

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 27

CEMOOHAN Mr. SPIP
(Celotehan Model Orang Pelatihan)
Seri SPIP : Lingkungan Pengendalian

Penggunaan Metode Segmentasi
dan Komunitisasi Dalam Melaku-
kan Sosialisasi dan Penerapan
SPIP Secara Efektif

Abstraksi:
Pegawai I: Kayanya BPKP tuh kurang kerjaan ya...... Ngapain sih bikin s­ osialisasi
SPIP untuk kita-kita?.
Pegawai II: SPIP?... binatang apaan lagi nih,.... dari PP 60 tahun 2008 yang gue
baca sekilas,..... BPKP sebagai pembinanya.... apa bedanya dengan koordinator
aparat pengawasan atau itjen-itjen seperti dulu!.
Pegawai III: Kalau yang gue denger sih..... nanti kita-kita disuruh bikin Satgas
masing-masing untuk SPIP,.... khan sudah ada itjen sebagai pengawas kita... apa
kagak tumpang tindih tuh!
Pegawai I: Oh saya ngerti sekarang...... masing-masing instansi dibuat Satgas
SPIP supaya bisa ngawasi diri sendiri...... Karena BPKP udah tidak dianggap
sama BPK yang minta dilebur.... Kasihan dech BPKP!.

A. Pengantar

Itulah sekelumit pembicaraan dari obrolan bernada miring tentang BPKP dan
SPIP-nya seperti pepatah ”Tak kenal maka Tak sayang”. Dalam PP nomor 60
­Tahun 2008 tercantum bahwa BPKP sebagai pembina SPIP memiliki kewajiban
untuk melakukan sosialisasi, membuat pedoman atau aturan serta melakukan
penerapan kepada instansi selaku pengguna SPIP.

Sebelum BPKP melakukan penerapan SPIP pada suatu instansi, sudah ­selayaknya
melakukan sosialisasi lebih dahulu tentang SPIP kepada instansi sebagai peng-
guna SPIP. Umumnya kita melakukan sosialisasi SPIP secara konvensional yakni
dalam bentuk seminar atau workshop dengan metode satu arah yang hanya

2288 BBuunnggaa RRaammppaaii tteennttaanngg SSPPIIPP KKuummppuullaann TTuulliissaann RRiinnggaann CCaakk BBrroo

memperkenalkan apa dan bagaimana SPIP serta cara penerapannya. Namun
tanpa kita sadari, kita sering menemui hambatan atau kesulitan dalam mene­
rapkan SPIP tersebut atau pihak instansi selaku pengguna SPIP tidak mengerti
bagaimana melakukan penerapannya karena mereka menganggap bahwa SPIP
adalah sebagai barang baru.

B. Kegagalan dalam Sosialisasi/Penerapan SPIP
Kegagalan yang mungkin terjadi dalam memberikan sosialisasi/Penerapan SPIP
kepada instansi selaku pengguna SPIP disebabkan antara lain :
a. Pihak BPKP sebagai Pembina SPIP, dalam hal ini pelaku Satgas SPIP, memiliki

pandangan yang keliru bahwa semua instansi selaku pengguna SPIP memi-
liki tingkat pemahaman yang sama dengan pola pikir pelaku Satgas SPIP.
b. Pelaku Satgas SPIP dalam melakukan sosialisasi/Penerapan sering meng-
gunakan metode satu arah tanpa mempertimbangkan respon yang terjadi
untuk mengetahui tingkat pemahaman dari instansi selaku pengguna SPIP
sebagai peserta sosialisasi.
c. Pelaku Satgas SPIP sering tidak menyadari bahwa setiap perubahan akan
mengalami resistensi atau penolakan karena SPIP dianggap sebagai ­barang
baru yang akan membawa perubahan yang signifikan terhadap kebijakan
yang ada.

Metode Segmentasi berdasarkan Hasil Observasi
Terhadap Peserta Sosialisasi atau Pengguna SPIP

No. Uraian Hasil Observasi
Paham Seluruhnya, Sebagian, dan Tidak Paham
1 Tingkat pemahaman Ekstrim (Garis keras), Moderate, dan Konservatif
2 Sikap Tinggi, Sedang, dan Rendah
3 Motivasi Tinggi, Sedang, dan Rendah
4 Latar Belakang Pendidikan Tinggi, Sedang, dan Rendah
5 Dukungan Atasan/
Menerima Mutlak, Sebagian dan Menolak
Manajemen
6 Tingkat Keberterimaan/ Tinggi, Sedang, dan Rendah
Modern, Kombinasi, dan Tradisional
Respon terhadap SPIP Besar, Sedang, dan Kecil
7 Daya Nalar Terbuka (Open Manajemen), Kombinasi, dan
8 Bentuk Organisasi Tertutup
9 Skala Organisasi
10 Pola Manajemen

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 29

d. Pelaku Satgas SPIP terlalu berpola pikir normatif (text-book thinking) dalam
melakukan sosialisasi atau menjelaskan sesuatu hal, tanpa mempertimbang-
kan tingkat heterogenitas baik karakteristik maupun latar belakang (budaya,
pola pikir, pendidikan, struktur atau bentuk organisasi) dari masing-masing
instansi selaku pengguna SPIP.

e. Pelaku Satgas SPIP menganggap bahwa sosialisasi/Penerapan SPIP yang di-
lakukan merupakan amanah sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2008, se-
harusnya berpikir bagaimana caranya menjadikan SPIP merupakan suatu
kebutuhan bagi instansi selaku pengguna SPIP.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat pe-
nerimaan maupun pemahaman karena adanya heterogenitas baik karakteristik
maupun latar belakang dari dari suatu instansi selaku pengguna SPIP merupa­
kan faktor yang pertama untuk dipertimbangkan bagi pelaku Satgas SPIP dalam
melakukan sosialisasi SPIP. Faktor berikutnya, perlu kesadar­an bagi pelaku Sat-
gas SPIP bahwa sosialisasi SPIP yang dilakukan bukanlah hanya sekedar amanah
sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2008, namun h­ arus berusaha menyadarkan
bahwa SPIP merupakan suatu kebutuhan bagi instansi selaku pengguna SPIP.

C. Perlunya Metode Segmentasi dan Komunitisasi
Oleh karena itu, pelaku Satgas SPIP seharusnya melakukan orientasi sebelum-
nya kepada instansi selaku pengguna SPIP dengan pemilahan (sorting) atau
pengelompokkan secara segmentasi sebagai target yang dibidik, kemudian
membentuk atau menciptakan komunitisasi bagi peserta dalam sosialisasi SPIP
agar dapat dilakukan secara efektif. Segmentasi atau Komunitisasi merupakan
metode yang lebih dikenal dalam manajemen pemasaran berkaitan dengan pen-
etrasi pasar atas produk baru agar dapat diterima oleh konsumen secara efektif
(Kompas, Minggu, 27 September 2009: Segmentation Vs Communitization,
Hermawan Kartajaya dan Waizly Darwin).

Namun tidak ada salahnya jika metode tersebut diterapkan bagi BPKP selaku
pembina SPIP kepada instansi selaku pengguna SPIP dalam rangka sosialisasi
SPIP dan penerapannya. Segmentasi dan Komunitisasi kedengarannya mirip
karena pada dasarnya keduanya adalah pengelompokkan konsumen (dalam hal
ini kita anggap instansi selaku pengguna SPIP sebagai konsumen), tapi banyak
perbedaan signifikan antara keduanya.

Pertama, keduanya berbeda dari segi motivasi, tujuan akhir dan indikator
yang digunakan pelaku Satgas SPIP dalam melakukan sosialisi atau penerap­
annya. Dalam segmentasi, motivasi pelaku Satgas SPIP adalah untuk memilah

30 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

­masing-masing instansi selaku pengguna SPIP (atau masing-masing unit risiko
dalam satu instansi selaku pengguna SPIP) kedalam satu kotak atau kelompok
dimana mereka memiliki karakteristik yang sama. Tujuan akhirnya adalah un-
tuk mendapatkan mendapatkan gambaran langsung peta instansi pengguna
SPIP atau unit risiko secara demografis, psikologis, perilaku. I­ ndikator yang di-
gunakan adalah persamaan yang homogen dari segi preferensi atau tingkatan
yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beda halnya dengan komunitisasi, motivasi pelaku Satgas SPIP adalah ­untuk
menyatukan atau bersatunya kelompok instansi selaku pengguna SPIP atau unit
risiko karena mereka semua memiliki tujuan, nilai-nilai, dan identitas yang sama
antara satu sama lain. Tujuan akhir yang hendak dicapai adalah bagaimana ko-
munitas yang diciptakan bisa menyatu sesuai dengan karakter. Dan diharapkan
komunitas tersebut bisa mempengaruhi kelompok lain yang tidak diinginkan
atau bersifat negatif. Indikator yang digunakan bukan lagi sekedar kesamaan
homogen antar instansi selaku pengguna SPIP atau unit risiko, tapi lebih dari
itu, sejauh mana masing-masing anggota komunitas tersebut betul-betul adhe-
sif, artinya saling lengket satu sama lain.

Hal yang kedua yang merupakan perbedaan signifikan antara segmentasi dan
komunitas adalah paradigmanya. Mindset yang digunakan oleh pelaku Satgas
SPIP pada saat mensegmen mereka adalah bagaimana menjadikan SPIP sebagai
pusat gravitasi yakni tidak hanya dipahami, namun menjadi suatu kebutuhan
bagi instansi selaku pengguna SPIP atau unit risiko. Karena intensinya adalah
bagaimana pelaku Satgas SPIP dapat memuaskan preferensi dari kebutuhan
masing-masing segmen yang dituju atau pas untuk dieksploitasi.

Didalam komunitisasi, pelaku Satgas SPIP meletakkan instansi selaku pengguna
SPIP sebagai komunitas yang diciptakan sebagai pusat gravitasinya, jadi bukan
sekedar SPIPnya yang menjadi sentral. Karena pada dasarnya langkah komuni-
tas adalah bagaimana instnasi penggguna SPIP didalam komunitas ini diberikan
kesempatan untk berpartisipasi dan berinteraksi serta saling mempengaruhi
dengan komunitas lainnya (terutama komunitas atau segmen/kelompok yang
bersifat negatif) yang berkarakter horisontal dan lebih humanis.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 31

Gambaran Sosialisasi atau Penerapan SPIP
Melalui Metode Segmentasi Menuju Komunitisasi

Tingkat Pemahaman Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
pada Sosialisasi SPIP 25% 20% 55% 55% 15% 30%

Tingkat Respon 20% 15% 65% 55% 15% 30%
thd SPIP

Tingkat keberterimaan 30% 20% 50% 55% 15% 30%
terhadap penerapan SPIP

Perbedaan ketiga adalah dari segi proses yang digunakan. Dalam segmenta-
si, langkah yang digunakan adalah orientasi, obeservasi, identifikasi, profiling,
­sebelum kita melakukan targetting atau pemilihan bidikan mana yang kita tuju.
Sedangkan dalam komunitisasi, prosesnya adalah bagaimana kita melakukan
eksploitasi yang mendalam terhadap instansi selaku pengguna SPIP yang ada
atau berpotensi untuk dibentuk. Setelah itu, karena sifatnya horisontal, pelaku
Satgas SPIP tidak lagi asal menargetkan atau membidik instansi selaku peng-
guna SPIP dalam komunitas, namun mereka diajak untuk saling kerjasama dan
kolaborasi.

Ide Penulisan: Kompas, Minggu, 27 September 2009:
Segmentation Vs Communitization, Hermawan Kartajaya dan Waizly Darwin.

32 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Sebuah Refleksi :

Dua azas demokrasi yang
kontradiktif hidup
berdampingan di Indonesia

Oleh : Subroto

Minggu lalu (24/10/2009) di kompleks perumahan dimana saya tinggal,
terjadi peristiwa ‘bersejarah’ yakni mengadakan pemilihan langsung Ketua RT
yang merupakan cerminan demokrasi dari sistem pemerintahan terkecil. Setiap
warga diberikan surat pemilihan dan berhak memilih siapa pun orang yang di-
anggap pantas dipilih sebagai Calon Ketua RT masa mendatang karena sudah
berakhirnya masa pemerintahan RT yang lama. Selanjutnya kami berkumpul
bersama-sama dengan menyeleksi tiga besar Calon Ketua RT yang akan dipilih
secara langsung.

Namun, pemilihan umum tersebut berjalan cukup alot dan penuh debat karena
yang terpilih secara aklamasi sebagai calon kandidiat Ketua RT adalah Ketua RT
yang lama dan lainnya perangkat RT yang sudah dikenal. Debat sengit terjadi
bukan karena masalah jumlah suara atau pola pemilihan yang ditetapkan, me-
lainkan bersikerasnya mereka untuk mengundurkan diri. ­Walau­a­ khirnya ber-
dasarkan kesepakatan yang notabene ‘pemaksaan’ dari masyarakat sehingga
terpilihlah Ketua RT yang baru.

Sangatlah kontradiktif antara pemilihan umum untuk Ketua RT sebagai jabatan
sosial (karena tidak diberi gaji ) dengan Pemilihan Presiden, Gubernur atau Bupati
untuk jabatan bergengsi. Walau dalam pemilihan berprinsip dasar yang sama yakni
Demokrasi!, sama-sama sebagai jabatan ‘amanah’ rakyat atau masyarakat.

Perbedaannya adalah Pertama, jabatan Ketua RT merupakan jabatan sosial atau
non profit, dimana orang yang ditunjuk berusaha berkelit sebisa mungkin (kare-
na tidak punya kepentingan atau tidak berambisi sama sekali) ­untuk diduduk-
kan ‘secara paksa’ sebagai Ketua RT. Kedua, masyarakat berusaha sekuat tenaga
untuk mendorong, menunjuk atau menyukseskan sang ‘calon’ Ketua RT tanpa
pamrih. Ketiga, setelah pemilihan Ketua RT selesai dilaksanakan (walau ‘dipak-
sa’ untuk dipilih), masyarakat sepakat untuk mentaati kebijakan-kebijakan dari
Ketua RT yang baru tanpa ada tekanan.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 33

Keempat, peralihan ja-
batan atau sertijab ber-
langsung dengan damai.
Bahkan K­ etua RT yang
lama dengan ikhlas dan
sangat gembira (karena
terlepas dari beban)
untuk menyerahkan
pertanggungjawaban
pemerintahan RT, ter-
masuk keuangan, tanpa
perlu diaudit atau di-
periksa secara seksama
(karena dari ­periode ke
periode selalu menun-
jukkan saldo defisit
yang selalu ditutupi dari
‘kocek’ p­ ribadi sang RT).
Bagaimana dengan pe-
milihan Presiden, Gubernur, atau Bupati sebagai jabatan bergengsi? Kondisinya
pasti berbanding terbalik !!

Disini saya ingin mengungkapkan bahwa ada dua azas demokrasi yang bersifat
dikotomi hidup berdampingan di Indonesia, walaupun keduanya merupakan
jabatan ‘amanah’ rakyat. Saya pun tidak bisa menilai keduanya, yang satu atas
nama Rakyat memaksa ‘kehendaknya’ untuk memilih Ketua RT ­sebagai wakil
Rakyat. Disisi lain, justru sang Calon memaksa ‘kehendaknya’ dengan atas nama
Rakyat agar dia dipilih sebagai Wakil Rakyat.

Saya hanya bisa berdo’a atau berharap, kapankah azas demokrasi untuk
­pemilihan jabatan Ketua RT dapat diterapkan pada pemilihan jabatan bergengsi
(Presiden, Gubernur atau Bupati)? Kapankah kita memperoleh pemimpin yang
menjabat benar-benar sebagai wakil Rakyat dan menjalankan tugas tanpa pam-
rih, tanpa rekayasa atau tanpa kepentingan pribadi?.
“Kapan… Oh, kapan lagi…. (seperti dendang lagu ‘Bing’ yang dinyanyikan oleh
Titik Puspa)”.

Salam Hangat,
Sidoarjo, Oktober 2009

34 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Pengalaman diri: Foto: Ist

Penggalian Motivasi Diri
Peserta sebagai Sarana
Efektif dalam Penerapan
Sosialisasi

Cerpen Ringan:

”Dasar pelupa!!....” rutukku dalam hati saat kembali ke Surabaya setelah usai
mengikuti Forum Renwas 5-9 Oktober 2009 di Bandung, karena keesokkan
Seninnya saya mempunyai tugas mengajar kali pertama sebagai Instruktur
diklat di Kantor. ”Kupikir tugas mengajar hari Selasa,...bagaimana caranya mem-
buat slide pemaparan dalam semalam” kataku dalam hati, akhirnya kubuka
laptop kantor dan berharap ada file slide yang kuinginkan karena p­ emilik yang
lama katanya orang yang ’suka mengajar’.

”Alhamdulillah.. akhirnya ketemu juga file slide yang kuinginkan, tinggal ­k­ u
pelajari dan modifikasi sedikit...” kataku gembira, tanpa terasa hari menjelang
larut malam dan ku beranjak menuju tempat peraduan. Dalam pejaman mata,
timbul rasa khawatir apakah ku mampu mengajar diklat?. Ku ingat-ingat kem-
bali penga­ laman mengikuti beberapa diklat dan kubayangkan para instruktur
saat m­ engajar. ”Akh,.. yang penting aku harus punya keyakinan dan motivasi diri
bahwa aku mampu seperti mereka....”, sesaat hatiku terasa tenang dan terlelap
hingga pagi menjelang.

Awalnya terasa canggung menghadapi suasana kelas diklat, kutenangkan diri
”Tenang sajalah... Cuma berganti posisi saja koq, sebelumnya saya duduk s­ ebagai
peserta...saat ini saya berdiri di depan”, seraya mempersiapkan laptop untuk
memaparkan slide bahan ajar diklat. Tak terasa hari menjelang siang untuk isti-
rahat, makan siang dan aku balik ke kantor sebentar untuk menyelesaikan tugas
rutin ku.

Saat kubuka modul diklat, aku merasa cemas ” Waduh,.. ternyata aku terlalu
cepat mengajar....bahan diklat tinggal sedikit, padahal masih setengah ­harian
lagi aku mengajar..”. Timbul ide untuk mengkombinasikan gaya mengajar d­ engan
menyelipkan bahan materi slide motivasi seperti yang diajarkan para instruktur
saat ku mengikuti diklat-diklat sebelumnya.

BBuunnggaa RRaammppaaii tteennttaanngg SSPPIIPP KKuummppuullaann TTuulliissaann RRiinnggaann CCaakk BBrroo 3355

Kutanamkan motivasi kepada para peserta diklat agar selalu berpikir positif
(positif thinking) bahwa bahan ajar diklat yang kupaparkan tidak hanya bertu-
juan bagaimana agar lulus dalam ujian nantinya. Metode ajar kuterapkan ber-
jalan dua arah, ada tanya jawab pada saat sela mengajar dan pemecahan kasus
dalam tugas sehari-hari, agar mereka memahami dan bukan menghapal serta
dapat dipraktekkan nantinya saat mereka kembali bekerja di tempat masing-
masing. Suasana diklat ku ciptakan agar selalu meriah dengan melemparkan
beberapa ’joke’ dan kata-kata ’wise word’. Kukatakan juga bahwa mereka bukan
sebagai siswa sekolah, yang hanya ’duduk manis’ mendengar ceramah tanpa re-
spon atau mengobrol tak menentu saat pengajar tidak ada di tempat.

Ketika keesokkan paginya aku terlupa karena harus menyelesaikan tugas rutin,
menandatangani beberapa berkas, dan memberikan arahan kepada staf ketika
aku tidak ada ditempat, aku terlambat hampir satu jam. Ku berlari terburu-buru
menuju tempat diklat dan kubayangkan kekecewaan mereka menunggu, ada
rasa heran karena suasana kelas begitu hening. Ku buka pintu perlahan-lahan,
terlihat wakil peserta diklat berdiri di depan sedang membicarakan sesuatu. Dia
mengatakan saat aku tidak ada, mereka sedang berdikusi dan mengulas pela-
jaran kemarin. Dengan diplomatis aku pun berkilah bahwa keterlambatan me-
mang kusengaja untuk melihat respon mereka
(Duh.. sombongnya!).

Ternyata aku berhasil !!,.. berhasil !!! (berjingrak dalam hati,.. seperti film k­ artun
’Dora’). menanamkan mereka sebuah motivasi bahwa aku bukannya pengajar
sebagai sumber informasi, melainkan sebagai fasilitator semata.

Simpulan
Mohon maaf sebelumnya, saya paparkan cerita pengalaman diri bukan dalam rangka
menyombongkan diri bahwa saya mampu memberikan motivasi kepada orang lain,
Hal ini sebagai sharing pengalaman semata. Saya hanya ingin mengungkapkan dan
menyimpulkan secara dangkal (karena saya bukan instruktur beneran!) bahwa ke-
berhasilan penyampaian informasi maupun sosialisasi harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Kenalilah lingkungan (latar belakang audience, sarana dan prasarana, suasana,

dsb) sebelum memberikan suatu informasi agar dapat diterima ­secara efisien
dan efektif.
b. Bangunlah motivasi mereka bahwa informasi tersebut amat penting untuk di
terima atau dipahami bagi mereka.
c. Perlunya penyamaan ’bahasa’ dalam penyampaian informasi agar terjadi hubun-
gan dua arah yang dapat diuji melalui respon audience (misalnya bertanya).

36 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

d. Janganlah pernah berpikir bahwa kita ’lebih tahu/pintar’ dari mereka hingga
tercipta kesenjangan hubungan yang tidak diinginkan. Terkadang tanpa dis-
adari kita selalu berpendapat bahwa informasi tersebut merupakan ’emas’
yang harus dihargai dan bukan untuk dilaksanakan atau digunakan.

e. Buatlah suasana menjadi seinformal mungkin agar tercipta ’keterbu-
kaan’ antara pemberi dan penerima informasi sehingga terjadi hubungan
­komunikasi dua arah.

f. Perlunya membangun ’suasana’ menjadi menarik jika materi/isi infor-
masi terlalu banyak dan memakan waktu lama agar tidak menjadi hambar.
­Misalnya, sesekali melempar pertanyaan atau kasus, membuat joke atau hu-
mor, senam sesaat, dsb.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 37

Sebuah Refleksi :

Gelombang arus informasi
memaksa kita harus
berpikir cerdas

Pengantar
Arus informasi ternyata lebih besar dan sangat berbahaya dibandingkan
musibah tsunami di Aceh atau musibah gempa di Padang, mengapa?. Musibah
baik di Aceh dan Padang bisa berhenti sejenak dan kita dapat memperbaiki ke-
adaan. Tapi arus informasi akan terus menerus menggerus pikiran kita tanpa
ampun dia menerjang dan melanda tanpa ampun walau kita sudah dalam ke-
adaan muntah-muntah.

Semenjak Netscape go-publik (9 Agustus 1995) menandai awalnya revolusi
informasi (via internet). Berbagai sekat atau hambatan dijebol dan peredar­
annya semakin hari semakin lancar dan bebas. Tidak hanya informasi saja, te-
man karibnya pun turut serta (laksana tentara KNIL) yakni arus barang maupun
uang dengan lokomotif besarnya yang bernama ‘Globalisasi’.

Arus barang terlah ter-kontainerisasi dan masuknya jalan logistik baik via darat,
laut dan udara. Arus uang yang terdigitalisasi sehingga uang plastik hingga tak
berwujud (the blinking money) merembes kemana saja dan kapan saja, bahkan
arus orang pun turut terlibat dalam berbagai macam misalnya, arus wisatawan,
arus kerja (TKI/TKW) maupun migrasi ke negara lain.
Arus informasi dan Globalisasi

Kita harus mencermati, waspada sekaligus berpikir bijak untuk menghadap-
inya. Tanpa sadar (ataupun secara sadar) sudah berkali-kali kita kecolongan
menerima tamu atau pihak luar tanpa ada tindakan apa pun untuk bersiap-siap
apalagi mencegah (bertindak pun sekan-akan menjadi tidak berarti). Sebagai
contoh untuk arus informasi, PT Indosat beserta anak-anak perusahaannya
sudah dikuasai pihak asing. Arus barang demikian pula, Carrefour menguasai
jalur-jalur logistik dengan rantai-pasok barangnya.

Arus uang apalagi, penetrasi bank-bank asing sudah demikian cerdiknya.
C­ itibank dalam hal ini, telah menggandeng PT Pos Indoenesia hingga C­ itibank

3388 BBuunnggaa RRaammppaaii tteennttaanngg SSPPIIPP KKuummppuullaann TTuulliissaann RRiinnggaann CCaakk BBrroo

punya akses ke Retail eceran lewat 3.500 cabang di seluruh Indonesia. Untuk
arus orang bagaimana?, ini yang perlu direnungkan!, TKI atau TKW kita tidak
mampu bersaing dengan negara tetangga sebagai pemasok (negara Filipina atau
India) lantaran ketidakmampuan TKI/TKW berbahasa Inggris.

Bagaimana dengan informasi yang saat ini terjadi di negara kita dalam k­ asus ko-
rupsi bertema ‘cicak dan buaya’ yang melibatkan berbagai elemen m­ asyarakat
dan negara mulai dari lembaga peradilan, POLRI, pengacara hingga tersangka
maupun terdakwa, bahkan politisi, negarawan hingga kepala negara turut serta
untuk mencoba menanganinya (lihat tulisan saya ­tentang …….).

Disini kita bagaikan pemirsa yang menonton ‘sinetron akbar’ yang seperti kita
tonton sehari-hari dalam acara TV Favorit. Tontonan tersebut membuat kita
marah, geram, kecewa, sedih, benci, sayang/mendukung, dsb. terhadap tingkah
masing-masing pelakon semua emosi tercampur aduk dan terkadang kita
ekspresikan tanpa lagi bernalar/logika.

Berpikir Logis dan Epistemik
Namun kalau kita mau berpikir sejenak bahwa ‘sinetron akbar’ akhir tahun
2009 ini merupakan pertunjukkan mengenai perdebatan tak berujung pangkal
dan pertarungan pembentukan opini kepada masyarakat (saya tidak mau men-
gometari siapa sebenarnya yang benar dan salah). Mereka mencoba berusaha
meraih simpati masyarakat sehingga kita pun lupa tak bernalar b­ ahwa pertun-
jukkan ini bukanlah pengadilan masyarakat dengan ruang sidang terbuka yang
berlokasi di layar kaca (padahal kita dilarang untuk bertindak ‘main hakim
sendiri’).

Kalau anda menonton film ‘the Great Debaters’ yang dibintangi aktor Denzel
Washington yang menceritakan tim debat dari sebuah universitas kecil dan me-
menangkan kompetisi debat melawan tim besar dari universitas Harvard. Yang
menarik dari simpulan film tersebut adalah kebiasaan berdebat, beradu argu-
mentasi merupakan kebiasaan yang mencerdaskan. Orang dilatih untuk sportif,
waspada, berpikir logika-menceritakan sesuatu secara kronologis atau runut,
bisa mengambil jarak ontologis, dan terbiasa mempertanggungjawabkan pen-
getahuan secara epistemik.

Dapatkah ‘sinetron akbar’ di Indonesia akan seperti film tersebut?, saya men-
coba menganalogkan dengan film tersebut tidak ada maksud apa pun (dan ber-
harap sang cicak menang melawan sang buaya). Saya hanya berharap bahwa
para pelakon dapat menjalankan perannya dengan disiplin epistemik sehingga

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 39

kebenaran akan terkuak dan bukannya permainan skenario yang diatur oleh
sang Sutradara. Ataukah adanya peristiwa tersebut, kita sebagai masyarakat se-
dang dididik bahwa kita harus cerdas berpikir dengan ber­usaha memilah dan
memilih sebuah informasi berdasarkan logika sehingga kita dapat menyaring
informasi tidak hanya terbawa emosi belaka. Semoga !.
Salam hangat,
Humas BPKP Provinsi Jawa Timur
Sumber Inspirasi : Siapa yang curi tenda kita?, Andre Vincent Wans, Global Lead-
ership Engine Specialist dan Chief of Corporate Human Capital udung Group,
Majalah Marketing, Edisi 10/IX/2009.

40 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Pentingnya Peran
Kehumasan bagi Instansi
(BPKP) dalam Memberikan
Sebuah Informasi Sebagai
Refleksi Dibalik Kisah
Korupsi “ Cicak dan Buaya”

(Catatan pinggir dari Forum Kehumasan
BPKP, Solo, 26 Oktober 2009)

Pengantar:
Kita sudah mendengar, menonton atau membaca dari berbagai media baik cetak
atau elektronik tentang pertikaian sebuah kasus korupsi sebagai ‘pentas akbar’
bagaikan kisah ‘sinetron’ awal abad XXI di Indonesia. Begitu menariknya kisah
tersebut karena melibatkan aktor atau pelaku antara lembaga peradilan, POLRI,
KPK maupun terdakwa, bahkan para politisi sebagai wakil rakyat maupun me-
dia pun ikut serta memeriahkan suasana.

Saya tidak akan mengulas atau pun memberikan pendapat siapa yang benar dan
salah atas kasus tersebut. Namun saya hanya berpikir mengapa itu bisa terjadi?,
mengapa lembaga pemerintah yang biasanya tertutup kita turut terbawa untuk
mencoba terbuka laksana seorang selebritis yang selalu mencari popularitas?
Apakah ini merupakan dampak sebuah demokrasi yang menuntut transparansi
tentang keterbukaan informasi?.

Saya hanya ingat kata-kata seseorang pakar jurnalistik yakni Bung Arswendo ke-
tika mengikuti Forum Kehumasan BPKP di Solo minggu lalu (5 November 2009)
yang mengatakan bahwa prinsip sebuah berita atau peristiwa bagi wartawan
adalah “bad news is good news” seharusnya sebuah media yang ideal adalah
“menyajikan berita secara proporsional”. Dalam arus informasi yang modern
sejuta informasi tersaji didepan kita dari berbagai jenis media tanpa dapat kita
saring atau filter lagi apakah konsumsi berita tersebut cocok bagi kita, apakah
berita itu memang kita butuhkan, dsb.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 41

Saat ini kita berada dalam dunia demokrasi
yang bebas, namun menjadi begitu liar tak ter-
batas sehingga kita tak mampu lagi untuk me-
nahan arus informasi tersebut. Sangat terasa
perbedaan sewaktu jaman dahulu kala, dimana
kita berada dalam rezim yang begitu ketat me­
ngontrol sebuah berita. Kita hanya menerima
sebuah informasi yang tersaring begitu ketat
oleh sebuah lembaga informasi berdasarkan
kepentingan pemerintah sebagai pemilik beri-
ta. Hanya orang-orang yang berani yang mem-
peroleh berita sebenarnya. Memang jika kita
bandingkan kedua zaman tersebut merupakan
hal yang sangat kontradiktif ataukah sekarang
ini merupakan sebuah ekses akibat kita terlalu
lama terbelenggu?.

Pembentukan Opini
Menurut hemat saya, kisah dibalik ini merupakan pertarungan antara penca-
ri berita dan pemilik berita dengan latar belakang yang berbeda. Terasa jelas
kita rasakan, wartawan media berusaha mengejar, mencari dan mengungkap-
kan sebuah ‘kebenaran’ versi mereka (menurut saya mencoba menelanjangi si
pemilik berita). Sementara itu, sipemilik berita berusaha untuk memberikan
sesuai dengan kepentingannya. Masing-masing bertarung tidak secara dewasa,
laksana anak kecil yang rebutan permen, tanpa pernah berpikir latar belakang
masing-masing.

Apakah anda tidak merasakan kebingungan atas berita yang ditampilkan?,
­sipemilik berita yakni POLRI, Kejaksaan, KPK, Pelaku korupsi, dsb memberi-
kan berita yang dimiliki sesuai dengan versi atau kepentingan masing-masing.
S­ ementara itu, sang pencari berita (dalam hal ini wartawan media atau jurnal-
istik) menampilkan berita sesuai dengan versi masing-masing pula. Ada sebuah
media lebih cenderung membenarkan yang satu, sedangkan media lain mem-
benarkan pihak pemilik berita lainnya. Di pihak lainya, mereka tidak sadar ke-
pada kemampuan atau latar belakang kita sebagai konsumen berita yang juga
belum tentu dewasa, apalagi tidak memikirkan akibat atau ekses atas berita
yang mereka terima.

Intinya, disini adanya pertarungan opini dari masing-masing pihak yang di-

42 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

jejalkan ke dalam pikiran kita sebagai kon- Foto: Ist
sumen berita. Siapa yang mampu memberikan
pembentukan opini yang begitu kuat terha-
dap masyarakat, maka akan terlihat hasilnya
pada sikap atau respon masyarakat terhadap
berita atau­ ­informasi tersebut. Sikap ma-
sayarakat akan di impelementasikan dalam
berb­ agai bentuk untuk mempengaruhi yang
lain ­seperti demontrasi mahasiiswa atau ke-
lompok m­ asyarakat lain yang turun ke jalan,
pembentukan opini melalui jejaring internet
atau lebih dikenal ‘facebooker’ dan ‘Bukanlah
sebuah kebenaran atas berita atau kasus terse-
but’ (bukankah kasus tersebut belum diajukan
di pengadilan atau memiliki keputusan hukum
yang tetap?).

Pentingnya Peran Kehumasan Bagi Instansi
Apa hikmah yang kita terima dari peristiwa ini bagi instansi BPKP?, bagaimana
cara menyikapi atau langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar peristiwa
tersebut jangan sampai terjadi kepada organisasi kita? Menurut saya, disini-
lah pentingnya Peran Kehumasan bagi BPKP. Kehumasan BPKP memiliki tugas
sebagai ‘juru bicara’ yang menjembatani antara BPKP sebagai pemilik berita
dengan wartawan media cetak atau elektronik agar berita yang disampaikan
kepada masyarakat menjadi seimbang atau proprosional. Kehumasan saat ini ti-
dak dapat menekan media agar menampilkan berita sesuai dengan kepentingan
organsisasi kepada masyarakat sebagai konsumen berita.

Langkah pertama sebagai tugas Kehumasan BPKP adalah bagaimana BPKP me-
miliki ‘opini atau pencitraan’ yang baik (Branding image) kepada masyarakat
atau publik dengan membentuk opini publik (image building) agar mendapat
respon yang positif, disini diperlukan strategi kehumasan yang mumpuni. Ke-
humasan BPKP harus memiliki pemahaman latar belakang dan karakteristik
media sehingga bisa merangkul mereka karena media merupakan ‘mata dan
telinga’ masyarakat. Selain itu, perlunya keterbukaan informasi terhadap me-
dia (bukannya memusuhi) jangan sampai mereka memperoleh berita dari pi-
hak yang tidak bertanggungjawab tentang BPKP sehingga opini atau citra BPKP
menjadi jelek atau negatif (patut diingat bahwa informasi bisa diperoleh dari
mana pun).

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 43

Kehumasan BPKP juga harus memiliki kepekaan/respon terhadap sebuah
i­nformasi/berita yang diterima dari luar, terutama informasi yang negatif bagi
organisasi. Bila hal itu terjadi, kehumasan tidak perlu bertindak terburu-buru
atau ‘kebakaran jenggot’ untuk menanggapinya. Lakukan langkah-langkah se-
cara bijak, dengan melakukan klarifikasi terhadap si pemberi berita/media
­untuk menjelaskan bahwa data atau informasi tersebut keliru dengan memberi-
kan data sebenarnya atau membuat somasi sesuai dengan jalur hukum yang ada.

Langkah berikutnya adalah bagaimana organsisasi BPKP memiliki ‘pencitraan
kelembagaan’ yang kuat (branding institution). Peran kehumasan BPKP dalam
hal ini, mengusahakan agar masyarakat atau publik memiliki kesan yang kuat
terhadap BPKP. Prinsip yang dilaksanakan adalah ‘tak kenal maka tak sayang’,
oleh karenanya kehumasan BPKP harus menjelaskan kepada masyarakat ‘apa
dan siapa’ BPKP (Siabidiba). Hal tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan
melakukan pemberitaan kegiatan-kegiatan BPKP melalui media baik ekstern
ataupun intern (bersyukurlah Kehumasan BPKP telah memiliki media ­sendiri
yakni ‘warta pengawasan’, termasuk beberapa Perwakilan BPKP di daerah
d­ engan ‘Bulletin-nya’).

Dalam hal ini, saya kurang setuju terhadap mereka yang menyarankan agar
BPKP bersikap ‘low profile’ atau ‘behind on the screen’. Sikap tersebut ternyata
t­ idak menguntungkan kita, seperti dahulu dengan kisah yang kelam, dimana
banyak pihak yang ingin menggoyahkan BPKP atau selalu ‘diombang-ambing-
kan’ tak menentu (hingga sekarang pun masih terasa).

Disisi lain untuk memiliki ‘branding institution’ tersebut, BPKP harus melakukan
strategi atau kebijakan secara intern yakni harus ‘membangun karakter’ organ-
isasi yang baik (character building) agar memberikan kesan yang kuat di mata
masyarakat. Karakter tersebut diperoleh karena organisasi memiliki ciri khas
yang membedakan dari organisasi yang sejenis atau lainnya. Disini peran kehu-
masan memfasilitasi BPKP untuk mempromosikan diri (self promotion) kepada
masyarakat, misalnya menjelaskan produk unggulannya (distinctive ­product),
keunggulan SDM/profesionalisme (competitive advantage),dsb.

Karakter organisasi yang baik tidak dapat diperoleh secara serta merta, tetapi
melalui proses yang panjang. Bahkan beberapa perusahaan mengontrak konsul-
tan terkenal untuk membimbing dan mendidik mereka agar dapat membentuk
karakter organisasi yang baik, salah satu caranya melalui ‘penguatan kelem-
bagaan’ organisasi (capacity building). Penguatan kelembagaan dapat dicapai
dengan melakukan pembenahan organisasi dan SDM-nya. BPKP telah melaku-

44 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

kan pembenahan organisasi antara lain : melakukan reformasi birokrasi, repo-
sisi dan revitalisasi peran BPKP (terlihat dari Visi dan Misi BPKP), pembenahan
sistem maupun perbaikan sarana dan prasarana, dsb.

Sedangkan pembenahan SDM mencakup peningkatan skill pegawai dengan ber-
bagai program Diklat, mengadakan ujian sertifikasi keahlian di bidang ke-JFA-
an, penerapan fit & proper test bagi pegawai yang promosi oleh MAC (Manage-
ment Asessment Center), perekrutan pegawai baru dari berbagai latar belakang
pendidikan baik dari bidang hukum, psikologi, Teknik, Informasi dan Teknologi,
dsb. (selama ini BPKP didominasi bidang akuntansi, keuangan dan manajemen).

Penutup
Sampai disini celotehan saya yang tak bermutu, tulisan ini terinspirasi karena
masih terngiang jelas saat Bpk. Kuswono Suseno, Plt. Kepala BPKP, dalam arah­
annya pada pembukaan Forum Kehumasan di Solo mengatakan bahwa penting-
nya peranan Kehumasan berkaitan dengan pencitraan BPKP dimasa mendatang.
Demikian halnya saat penutupan Forum yang dilakukan Bpk. Ardan Ardiper-
dana selaku Deputi BPKP Bidang Akuntan Negara, yang mengatakan bahwa ter-
kadang ada instansi yang sudah berbuat begitu banyak dianggap bisa-biasa saja.
Namun ada instansi yang sebenarnya biasa-biasa saja karena peranan kehuma-
san dianggap lebih bagus di mata masayarakat.

Saya sangat setuju dengan pendapat beliau, namun peran kehumasan tidak akan
berarti apabila mereka tidak diberi ‘amunisi’ baik berupa penguatan organisasi
(tugas kehumasan tidak hanya sebagai tugas sampiran yang sangat bergantung
dengan atensi Kepala Perwakilan untuk di daerah), sarana dan prasarana ter-
masuk anggarannya (salut bagi pegawai kehumasan yang rela tanpa pamrih
dengan penuh cinta mereka menjalankan tugas dengan baik dalam kondisi ‘ter-
batas). Sebagai penutup ijinkan saya menyenandungkan pantun :

‘ Ke negeri Jiran cuma beli pepaya, sudah dibelah silahkan dimakan’
artinya ‘sampai disini paparan dari saya, jika ada kata-kata yang salah mohon
dimaafkan’.

Salam hangat,
Humas BPKP Provinsi Jawa Timur

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 45

Sinopsis:

Pentingnya Memahami
Struktur Organisasi
untuk Mencapai Tujuan
Organisasi secara Efektif

Pengantar
Hampir sebagian besar para pejabat/pimpinan atau top manajemen se-
lalu ­mengatakan bahwa kegagalan suatu organisasi untuk mencapai tujuan
­untuk menerapkan strategi/Renstra perusahaan disebabkan oleh lemahnya
SDM. Karena mereka beranggapan bahwa faktor penting keberhasilan suatu
­organisasi dipengaruhi oleh manusia atau SDM. Namun, mereka jarang sekali
berpikir bahwa kegagalan suatu perusahaan atau organisasi untuk mengimple-
mentasi strategi tersebut dapat pula disebabkan oleh struktur organisasi.

Pengabaian pimpinan atau manajemen untuk mengevaluasi struktur ­organisasi
tersebut dengan alasan yakni pertama, kelemahan suatu struktur organisasi
amat sulit untuk diukur atau diobservasi secara langsung. Kedua, dampak
negatif dari struktur organisasi yang tidak efektif bersifat sistemik. Mereka
m­ enganggap struktur organisasi adalah kebijakan yang bersifat ‘given’ atau
­tidak bisa diubah karena perubahan struktur organisasi akan mengganggu
s­ ecara fundamental roda organisasi.

Strategi atau kebijakan merupakan salah satu elemen yang bersifat dinamis dan
inovatif. Sedangkan struktur organisasi merupakan wilayah yang bersifat statis
dan rigid. Selain itu, pimpinan selalu berpendapat bahwa merubah SDM lebih
mudah atau fleksibel dibandingkan merubah struktur organisasi. (Contoh ke-
cil atas perubahan sikap SDM terhadap strategi atau kebijakan organisasi telah
saya ulas dalam tuliasan tentang Kebijakan Add cost Vs perilaku pegawai)

Seperti yang pernah saya ulas sebelumnya (lihat Cemoohan Mr. SPIP tentang
SPIP sebagai Integrated Circuit/IC) bahwa proses suatu kegiatan dipenga-
ruhi oleh lima faktor atau 5 M yakni: Man (Manusia/SDM), Money (anggaran),
­Methode (Kebijakan/strategi), Material (Peralatan/Sarana dan Prasarana) dan
Machine (mesin atau struktur organisasi). Sangatlah benar bahwa ke lima fak-
tor tersebut sangat erat berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain,

46 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

t­ erutama faktor manusia sebagai pengendali kegiatan. Dalam hal ini, saya akan
coba membahas keterkaitan antara faktor manusia dengan mesin, atau struktur
organisasi untuk lingkup yang luas.

Di bawah ini saya akan coba menguraikan tentang hubungan struktur organisasi
dengan SDM berkaitan dengan kegiatan organisasi. Struktur organisasi meru-
pakan wadah dari SDM dalam suatu perusahaan atau organisasi, dimana kita
dapat melaksanakan kegiatan, Struktur organisasi merupakan gambaran atau
peta kegiatan SDM untuk mencapai tujuan organisasi.

Pentingnya memahami struktur organisasi tersebut, terkadang adanya kesalah
pahaman dari sebagian pimpinan bahwa struktur organisasi dibentuk untuk me-
wadahi merupakan hal yang given namun

Karakteristik struktur organisasi berkaitan dengan SDM adalah sebagai
berikut:
A. Struktur organisasi berkaitan dengan penempatan SDM yang bersifat general
Dalam hal ini, SDM memiliki kemampuan segalanya (general). Mulai dari mem-
buat order, mencari customer (obyek pemeriksaan), membuat kontrak kegiatan,
hingga membuat laporan kegiatan. Manfaat dari struktur organisasi tersebut
adalah memiliki efisiensi yang tinggi, umumnya dimiliki oleh organisasi atau pe-
rusahaan yang fokus dengan pekerjaan sederhana atau skala kecil. Produk yang
dihasilkan sederhana dengan pelanggan/customer yang sederhana dan kemam-
puan SDM tidak memerlukan skill yang tinggi dan bersifat homogen.

B. Struktur organisasi dengan penempatan SDM yang bersifat spesialis
Struktur tersebut cocok terhadap organisasi yang memiliki produk spesialis,
sehingga SDM dikelompokkan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan kare-
na bersifat kompleks. SDM dituntut untuk menguasai produk yang dihasilkan.
C­ ontoh, produk yang menghasilkan piranti lunak (software atau sistem) se-
hingga SDM didiklatkan secara khusus untuk menguasai produk tersebut. Man-
faat atas struktur adalah kemampuan SDM terspesialisasikan untuk menguasai
produk, dan meningkatkan penetrasi dan pagsa pasar. Sedangkan kelemahan-
nya adalah struktur organisasi tidak fokus dan sulit memahami yang dibutuh-
kan/diinginkan pelanggan. Dengan demikian, struktur tersebut lebih berorien-
tasi terhadap produk dan lemah dalam memahami pelanggan serta sulit untuk
melakukan koordinasi.

C. Struktur organisasi dimana spesialisasi berdasarkan pelanggan
Dalam hal ini, organisasi menempatkan SDM berdasarkan jenis pelanggan

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 47

s­ esuai dengan industri/seg- Foto: Ist
mentasi. Conothnya, peru-
sahaan perbankan membagi
tenaga SDM untuk kredit
berdasarkan jenis industri
dari pelanggan. Manfaat dari
struktur tersebut adalah me-
mahami kebutuhan pelang-
gan, mampu menjalani rela-
tionship dengan pelanggan,
pelanggan memiliki kepua-
saan yang tinggi karena SDM
memberikan solusi yang ter-
baik. Sedangkan kelemahan-
nya adalah masalah efisiensi,
biaya menjadi mahal karena
pelanggan tersebut tersebar
secara geografis.

D. Struktur organisasi berdasarkan aktifitas
Untuk struktur tersebut SDM terbagi untuk yang betugas mencari pelang-
gan atau order, ada yang bertugas melakukan transaksi dan lainnya memberi-
kan pelayanan untuk purna jual (after sale service). Contoh perusahaan yang
­menerapkan adalah perusahaan pembiayaan atau asuransi, dimana pegawai
yang melakukan verifikasi terpisah untuk surveyor. Pegawai yang mencari order
berbeda dengan yang menutup order atau membuat transaksi. Setiap aktifitas
dibutuhkan ketrampilan tertentu yang sulit dilakukan oleh pegawai lainnya.
Kelemahan dari struktur tersebut adalah masalah koordinasi antar bagian,
kepuasan pelanggan rendah karena perusahaan tidak dapat memberikan
­pelayanan yang tuntas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap struktur memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu saat ini beberapa
prusahaan menciptakan struktur hybrid yakni mengkombinasikan atau meng-
gabungkan beberapa stukrtur berdasarkan produk, pelanggan atau aktifitas.
Seyogyanya perusahaan memiliki struktur yang sesuai dengan kondisi eksternal
dan strategi yang diformulasikan perusahaan. Konsistensi antara strategi dan
struktur dapat membuat perusahaan mencapai kinerja yang baik.

48 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Diagnosis Magic cube
of SPIP
Magic Cube SPIP

Pengantar:
Ide awal muncul tulisan ini ketika saya jalan-jalan bersama keluarga di sebuah
Mall, pada sebuah toko mainan banyak terlihat kotak mainan yang dikenal
­dengan macig cube. Mainan klasik tersebut masih sangat digemari hingga kini,
bahkan begitu banyak event untuk melombakan kecepatan memainkan kotak
mainan bagaimana caranya hingga masing-masing sisi berwarna sama di tiap
bidang.

Magic cube tersebut juga sudah tidak asing bagiku sebagai pegawai BPKP,
mengapa?... Benar!, merupakan salah satu bentuk gambar dalam melakukan
­sosialisasi SPIP terutama jika kita memperoleh Diklat tentang SPIP. Pikiran pun
kembali menerawang ketika saya kecil sering menggunakan dadu untuk per-
mainan monopoli (kalau yang hobi judi pasti mengenal permainan judi koprok
he..he..). Dadu tersebut ber sisi enam, dimana tiap sisi memiliki bulatan dengan
jumlah mulai 1 sampai dengan enam.
Usai liburan dan kembali ke Sidoarjo, teringat kembali peristiwa tersebut tim-
bul rasa iseng ku meraih Laptop (istriku selalu mencibir laptopku sebagai ­istri
k­ edua) dan lembaran buku tentang SPIP. Sejenak ku berpikir tentang kotak
mainan yang bersisi warna yang sama (dan dapat diacak) dan dadu dengan
b­ ulatan berjumlah 1 sampai dengan 6 serta gambar magic cube SPIP.

Landasan Pemikiran
Gambar kotak ajaib atau magic cube SPIP akan menjadi familiar karena selalu
muncul pada slide pemaparan saat kita mengikuti Diklat atau sosialisasi SPIP
baik di lingkungan BPKP maupun di Instansi lain (saat melakukan sosialisasi
SPIP). Rasa penasaranku timbul mengapa kotak ajaib yang bersisi enam dipi-
lih Mr. Traadway untuk menjelaskan COSO (atau SPIP untuk versi Indoenesia)?
Jika dikaitkan pada sebuah dadu dengan bulatan-bulatan di tiap sisi, dimana
jumlah bulatan di tiap sisi berjumlah 1 s.d 6, dan perlu diketahui bahwa jumlah­

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 49

p­ asangan selalu berjumlah sama yakni 7 dengan rincian sbb:
a) sisi atas dan bawah ( 1+6=7),
b) depan dan belakang (2+5=7) dan
c) sisi kiri dan kanan (3+4=7).

Magic cube of SPIP atau kotak ajaib SPIP merupakan gambaran bahwa SPIP
bersifat integral (menyatu) dalam satu kesatuan, dimana masing-masing
k­ egiatan dalam penerapan SPIP harus saling berkaitan satu sama dengan yang
lain. Seperti halnya saat kita memainkan magic cube berwarna (tiap bidang ber-
warna kotak kecil ukuran 5 x5), jika kita putar salah satu sisi maka warna terse-
but akan berpindah ke sisi lainnya. Dengan kata lain, jika memperbaiki salah
satu kegiatan maka akan mempengaruhi kegiatan lainnya. Sungguh ide yang
cerdas dan brilian menurut saya!

Namun ada rasa kecewa dan penasaran mengapa kotak ajaib hanya menjelas-
kan tiga sisi/bidang saja?, yakni SPIP dengan 5 unsurnya, Tujuan SPIP yang
terdiri dari 4 komponen, dan level kegiatan yang terdiri dari unit dan sub unit
­(kegiatan). Mengapa tiga sisi/bidang lainnya kosong atau tidak ada penjelasan?.
Atas dasar pemikiran tersebut saya mencoba menjelaskan berdasarkan PP No-
mor 60 Tahun 2008 tentang SPIP dan Abstarksi SPIP.

Enam bidang/sisi dari kotak ajaib SPIP
Seperti yang diuraikan sebelumnya jika kotak ajaib dianalogkan dengan sebuah
dadu yang juga memiliki enam sisi bidang terdiri dari :
a. Sisi #1 (tampak depan): SPIP dengan lima unsurnya
b. Sisi #6 (tampak belakang): Tujuan SPIP terdidir 4 bagian
c. Sisi #2 (tampak atas): Aktivitas kegiatan
d. Sisi # 5 (tampak bawah): Fungsi Manajemen
e. Sisi #3 (tampak kanan): Level kegiatan
f. Sisi #4 (tampak kiri): Level manajemen

50 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro


Click to View FlipBook Version