The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku berjudul bunga rampai SPIP merupakan kumpulan artikel Cak Bro secara otodidak berupa tentang permasalahan organisasi dari persepsi atau pengalaman pribadi dalam melaksanakan tugas. Dan berharap bisa memotivasi pembaca untuk bisa diterapkan dalam lingkungan kerja di tempatnay.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by cakbro99, 2020-11-08 21:27:37

Bunga Rampai SPIP

Buku berjudul bunga rampai SPIP merupakan kumpulan artikel Cak Bro secara otodidak berupa tentang permasalahan organisasi dari persepsi atau pengalaman pribadi dalam melaksanakan tugas. Dan berharap bisa memotivasi pembaca untuk bisa diterapkan dalam lingkungan kerja di tempatnay.

Keywords: #SPIP*Motivasi*Edukasi

ENAM SISI BIDANG MACIG CUBE OF ACCOUNTABILITY

SPIP (#1) TUJUAN AKTIVITAS FUNGSI LEVEL LEVEL
SPIP (#6) KEGIATAN MANAGE- KEGIATAN MANAGE-
Lingkungan
Pengendalian (#2) MENT (#3) MENT
(#5) (#4)
Penilaian Efektivitas SDM Planning Unit A Strategis
Risiko dan Efesiensi Organizing (Top
Controlling Unit B Management)
Kegiatan Keandalan Anggaran Responbility Taktis
Penilaian Laporan Sub Unit A (Middle
Keuangan Sarpras (Kegiatan A) Management)
Infokom
Pengamanan Peralatan Sub Unit B Teknis
Peman- Aset (Kegiatan B) (Low
tauan Prosedur Management)
Ketaatan dan
Peraturan
Kebijakan

ENAM SISI BIDANG MACIG CUBE OF ACCOUNTABILITY

Seperti halnya sebuah dadu, maka masing-masing sisi yang berlawanan meru-
pakan sebuah pasangan yakni Sisi #1 (SPIP) dan Sisi#2 (Tujuan SPIP), Sisi #3
(Level Kegiatan) dan sisi#4 (Level manajemen), serta sisi #2 (Fungsi/aktivitas
Manajemen) dan sisi#5 (Aktivitas Kegiatan). Salah satu tujuan dipasangkan
karena sisi-sisi tersebut saling berkaitan atau berhubungan.

Sebagai contoh, jika kita menerapkan SPIP (sisi#1) pada suatu organisasi atau
instansi diharapkan akan tercapai tujuan SPIP (sisi#6) tersebut. Mengapa
demikian? Tentu saja, sebab jika kita menerapkan prinsip yang lain, sudah saja
tujuan prinsip yang lain yang akan kita capai. Misalnya, jika menerapkan prinsip
COSO (versi th 1992), maka tujuan yang dicapai terkecuali untuk pengamanan
aset (karena SPIP mengadopsi antara COSO versi tahun 1992 dan INTOSAI versi
tahun 2004). Demikian halnya dengan sisi-sisi yang lainnya.

Level Manajemen (sisi#4) dan Level Acitivities (sisi #3)

Mungkin saya tidak akan menjelaskan tentang SPIP dan Tujuannya, karena
s­ udah begitu banyak artikel tentang hal tersebut dan mungkin kita sudah b­ egitu
paham tentang hal tersebut. Namun pada gambar magic cube SPIP yang ada

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 51

hanya menjelaskan hanya tiga sisi bidang saja termasuk level kegiatan. Level
kegiatan yang dimaksud terdiri dari Unit A atau B dan Sub Unit A atau B, hal
tersebut dimaksud bahwa penerapan SPIP dilakukan tidak hanya pada Unit atau
suatu Entitas, melainkan termasuk sub unit dibawahnya atau rincian kegiatan
dari unit tersebut.

LEVEL ACTIVITIES

BPKP PER- AKTIVITAS Aktivitas Bagian Aktivitas
WAKILAN Bidang/ Mana Tata Bagian TU
KEPALA Bagian jemen Usaha
BPKP BPKP BPKP Perencanaan
KAPER Pendukung Subbag Pelaporan
DEPUTI KABAG/ Kabag Tata Kegiatan Prolap
/BIRO KABID Usaha Anggaran
KASUBBAG Pembina Kasubbag dan Laporan
KEPALA Bidwas Pemda Keuangan
PER- APD Keuangan
Pembina Kasubbag
WAKILAN Bidwas BUMN Kepega- Kepegawaian
AN waian dan Kompe-
Pembina
Bidwas Dept/Badan Subbag tensi
IPP Umum
Penanganan Sarana dan
Bidwas Kasus TPK Prasarana
Investigasi

Jika saya jabarkan bahwa level kegiatan BPKP mencakup kegiatan Kepala BPKP,
Deputi/Biro/Pusat (Eselon I), dan Kepala Perwakilan BPKP (Eselon II). Sedang­
kan pada Entitas Perwakilan BPKP mencakup kegiatan Kepala Perwakilan, Ke-
pala Bagian /Bidang (Eselon III), dan Kasubbag (Eselon IV). Sebagai uraian ke-
giatan, Kepala Bagaian Tata Usaha bertugas sebagai pendukung kegiatan, Kabid
APD meliputi pengawasan dan pembina Pemda, Kabid Akuntan Negara meli-
puti pengawasan BUMN/D, Kabid IPP meliputi pengawasan Kementrian/Lem-
baga dari instansi vertikal di daerah, dan Kabid Investigasi meliputi kegiatan
k­ einvestigasian.

Demikian halnya, jika kegiatan Bagian Tata Usaha terdiri dari empat Sub Ba-
gian yakni Subbag Program dan Pelaporan (Prolap) dengan kegiatan meli-
puti p­ erencanaan dan pelaporan kegiatan, Subbag Keuangan dengan kegiatan
m­ eliputi penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pelaporan keuangan, Subbag
Kepegawaian mencakup kegiatan berupa pengembangan kepegawaian dan
kompetensinya, dan terakhir Subbag Umum mencakup kegiatan penyediaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana kantor.

52 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

LEVEL MANAGEMENT

LEVEL SCOPE PEMERIN KEMEN- BPKP PER-
MANA- TAHAN TRIAN/ WAKILAN
GEMENT STRATEGIS PRESIDEN LEMBAGA KEPALA
BPKP BPKP
TOP MANA- KEPALA KAPER
GEMENT BADAN/ DEPUTI/ KABAG/
MENTRI BIRO KABID
MIDDLE TAKTIS K/L dan
MANAGE- TEKNIS GUBERNUR ESELON
I
MENT BUPATI/
LOW WALIKOTA ESELON KEPALA KASUBBAG
MANAGE- II PERWAKILAN
MENT

Akan tetapi, saya mencoba menguraikan penjelasan sisi bidang kosong sebagai
pasangan dari tingkat kegiatan yakni level manajemen atau tingkat manajemen.
Hal tersebut berdasarkan PP Nomor 60 tahun 2008 bahwa SPIP tidak hanya
diterapkan pada tingkat entitas kecil saja, melainkan juga harus diterapkan
dalam entitas yang lebih besar. Secara umum level manajemen terdiri dari Top
manajemen, Middle dan Low manajemen dengan cakupan kegiatan yang bersifat
Strategis, Taktis dan kegiatan Teknis.

Jika level manajemen dalam pemerintahan berdasarkan abstraksi SPIP, ter-
diri dari Presiden sebagai top manajemen Pemerintah, Kementrian/Lembaga
­sebagai middle manajemen, dan Bupati/Walikota sebagai Low Manajemen. Jika
kita uraikan lagi atas kegiatan pada Kementrian/Lembaga dapat dipecah lagi
menjadi kegiatan Kepala Badan/Kementrian, Deputi dan Direktur seperti hal-
nya dengan BPKP.

Fungsi manajemen dan Aktivitas Organisasi
Alasan saya mencoba mengisi dua sisi bidang yang kosong pada magic cube SPIP
bahwa dalam penerapan SPIP kita akan menilai dan mengevaluasi aktivitas ke-
giatan maupun fungsi manajemen dari suatu organsiasi atau entitas. Selain itu,
saya hanya mencoba menjabarkan yang tercantum dalam Abstraksi SPIP. Secara
umum fungsi dasar manajemen terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling (POAC), sedangkan menurut buku Abstraksi SPIP fungsi manajemen
terdiri dari Perencanaan, Aktivitas Organisasi, Pengawasan dan Pertanggung-
jawaban.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 53

MANAGEMENT FUNCTION

PERTANGGUNG PERENCANAAN AKTIVITAS
JAWABAN PENGAWASAN ORGANISASI

Perencanaan suatu organisasi pemerintahan meliputi Visi dan Misi, Tujuan
dan Sasaran/Program dan Rencana Kegiatan. Sedangkan pengawasan meliputi
p­ engawasan secara eksternal maupun internal. Pengawasan eksternal dilakukan
oleh BPK atau BPKP bagi K/L maupun Pemda, atau Inspektorat Jenderal bagi
instansi dibawahnya bagi K/L maupun Inspektur daerah bagi instansi dibawah
Pemda, dsb. Pengawasan tersebut dapat dilakukan secara rutin atau berkala.

PERENCANAAN
• VISI DAN MISI
• TUJUAN
• SASARAN/PROGRAM
• RENCANA KEGIATAN (TAPKIN)

ORGANISASI
• Man (SDM)
• Money (Anggaran)
• Machine (Peralatan)
• Materials (Sarana dan Prasarana)
• Methode (Prosedur & Kebijakan)

54 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

PENGAWASAN
• Intern & Ekstern
• R utin & Berkala

PERTANGGUNG JAWABAN
• LAKIP
• LRA
• NERACA
• LAPORAN INTERN (MONEV RKT)

Sedangkan Petanggungjawaban suatu instansi pemerintah mencakup Laporan
Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan Neraca maupun Laporan Intern lainnya.

ACTIVITY ORGANIZATION

Man
(SDM)

METHODE MONEY
(Prosedur/ (Anggaran)
Kebijakan)

MACHINE MATERIALS
(Peralatan) (Sarpras)

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 55

Berkaitan dengan aktivitas Organisasi secara garis besar meliputi Five-M atau 5 M Foto: Ist
yakni Man (SDM), Money (Anggaran), Materials (Sarana dan Prasarana), ­Machine
(Peralatan/ATK), dan Method (Kebijakan dan Prosedur). Kesemua ­kegiatan atau
transaksi mapun titik-titik kegiatan akan melibatkan faktor tersebut.
PENUTUP
Demikian uraian tentang macig cube SPIP yang mungkin berguna bagi pembaca,
dan perlu di ketahui bahwa pengisian bidang kosong dari magic cube hanya se-
batas pengetahuan saya yang fakir/awam dan mungkin akan menimbulkan kon-
troversi karena terlalu berani menyimpulkan atau tidak berdasar sama sekali
(sangat dangkal). Justru itu, saya meminta pendapat atau masukkan bagi para
ahli/pemikir sebagai penambah khazanah ilmu agar para instruktur sosialisasi
di daerah memperoleh manfaat yang lebih baik lagi.
Sidoarjo, 11 Januari 2010
Satgas Humas BPKP Provinsi Jawa Timur.

56 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP)
sebagai Integrated Circuit
(IC) Good Governance
Bagi Instansi Pemerintah

Pengantar
Anda mungkin masih ingat teori ”Zero Deffect” yang terkenal itu dan diterap-
kan di Jepang. Teori tersebut lebih ditekankan pada perencanaan ’yang sempur-
na’ dan pengendalian kualitas (Quality Control) yang sangat ketat serta sangat
cocok diterapkan pada industri manufaktur karena ukuran indikator maupun
tujuan perusahaan ditetapkan secara jelas. Dengan demikian sang pengawas
(Superisor) dapat membandingkan secara fisik antara produk yang dihasilkan
dengan prototype/sampel produk. Jika produk yang dihasilkan tidak sesuai atau
melakukan penyimpangan, maka produk tersebut dikembalikan pada proses
produksi semula dan menganalisis kesalahan yang terjadi dengan memperbaiki
titik kontrol produksi serta perusahaan akan mengevaluasi ulang perencanaan
produk.

Dapatkah penerapan teori tersebut pada suatu perusahaan non profit atau
yang memiliki tujuan ganda (motif profit juga bersifat sosial) atau perusahaan
yang memproduksi barang non fisik serta organisasi pemerintah?, dimana sang
S­ upervisor mengalami kesulitan membandingkan antara hasil produk dengan
sampel/prototype karena bersifat non fisik.

Sistem dan Kontrol
Pada umumnya suatu kontrol atau pengendalian tidak lepas dari suatu sistem,
kegiatan dalam bentuk apa pun baik dalam skala besar atau kecil, baik bertujuan
profit maupun sosial merupakan suatu sistem yang terdiri dari sitem-sistem
yang kecil. Sistem tersebut akan terbagi lagi menjadi sub-sub sistem terkecil
yang saling berkaitan. Seperti halnya manusia yang terdiri dari sel-sel terkecil,
dan sel-sel tersebut terbagi lagi menjadi kromosom-kromosom. Atau suatu ben-
da yang terdiri dari atom-atom, dan terbagi lagi menjadi neutron-neutron, dst.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 57

Sistem tersebut secara sederhana dapat digambarkan di bawah ini.

G ambar. 1

PROSES

INPUT OUPUT




PENGENDALIAN



Seperti gambar di atas, suatu sistem terdiri dari input yang akan menghasilkan
output melalui suatu proses dan terdapat evaluasi/kontrol agar output yang

dihasilkan sesuai dengan rencana.

Dalam perusahaan manufaktur input adalah bahan-bahan yang akan dijadikan

suatu produk, bahan tersebut kemudian diproses baik dalam sebuah mesin atau
ban berjalan, dan kemudian menghasilkan suatu produk atau output. Untuk
meyakinkan apakah produk tersebut telah sesuai dengan prototype maka di cek

oleh seorang supervisor, bila ada kesalahan atau kekeliruan maka dikembalikan

kembali untuk diproses lagi dan bila telah sesuai akan dilanjutkan untuk dikirim
ke gudang atau dipacking dan dijual.

Sang supervisor tersebut yang melakukan perbandingan antara output atau
produk yang dihasilkan dengan sampel produk atau prototype disebut kontrol
atau pengendalian. Kontrol bisa dilakukan pada akhir kegiatan, proses kegiatan
maupun awal kegiatan. Mengapa harus ada kontrol dalam suatu sistem?. Sesuai
dengan pepatah “manusia hanya melaksanakan, tetapi Tuhan jua lah yang me-
nentukan”. Dengan demikian, manusia sadar bahwa setiap rencana atau keingi-
nan pasti akan terjadi hasil yang tidak sesuai dengan harapan, atau dengan kata
lain pasti ada deviasi/gap atau penyimpangan yang terjadi.

Ga mbar. 2

REALISASI

OUPUT GAP

INPUT

HAM BATAN

PENGENDALIAN

58 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Dalam gambar tersebut terlihat bahwa kegiatan yang dihasilkan tidak sesuai
dengan rencana atau terjadinya penyimpangan karena adanya hambatan. Oleh
karena itu diperlukan suatu evaluasi atau kontrol agar penyimpangan yang ter-
jadi lebih mendekati rencana yang ditetapkan atau penyimpangan yang terjadi
dapat diminimalisir. Pada industri manufaktur sesuai dengan teori “zero deffect”
maka dibuat titik-titik kontrol pada ban berjalan, apabila barang yang diproses
tidak sesuai dengan kualitas yang ditetapkan akan dikeluarkan dari proses ban
berjalan dan dikembalikan pada proses sebelumnya untuk diperbaiki.Kesalahan
yang terjadi pada bagian tersebut akan dianalisis untuk dicari permasalahan,
selanjutnya akan dilakukan perbaikan.

Dengan demikian, titik-titik kontrol atau pengendalian dibuat berdasarkan pen-
galaman atau analisis penyimpangan atas hasil kegiatan yang terjadi sebelum-
nya. Titik kontrol dapat diperbaiki atau diperkuat dimana hambatan itu terjadi,
bisa ditempatkan pada rencana kegiatan atau pun pada proses. Dan diharapkan
pada kegiatan berikutnya penyimpangan yang terjadi dapat dihindari atau di-
minimalisir.

Proses suatu kegiatan
Seperti yang diuraikan sebelumnya, pada teori ‘Zero Deffect’ penyimpangan
produk yang tidak sesuai dengan kualitas yang ditetapkan dapat dihindari me-
lalui perencanaan yang ‘matang’ atau perbaikan proses produksi baik peme-
liharaan mesin, pembenahan sarana dan prasarana pada titik produksi yang
diduga mengalami masalah pada sistem ban berjalan (dikenal dengan metode
Kan-Ban).

Apakah semudah itu teori tersebut dapat diterapkan? Ataukah dapat berja-
lan baik selama-lamanya?, tentu tidak. Banyak sekali variabel-variabel faktor
‘hambatan’ yang harus diperhatikan. Misalnya, pada mesin harus memperha-
tikan kapasitas, umur ekonomis, pemeliharaan atau tingkat keausan dalam
pemakaian. Belum lagi pada pegawai atau SDM, biaya yang harus dianggarkan,
prosedur-prosedur, dsb.

Secara garis besar suatu proses produksi atau kegiatan terbagi menjadi 5 unsur
atau dikenal dengan 5 M atau Mo-Limo (yang dimaksud bukan Mo-limo prinsip

budaya Jawa), yakni :
a) Man (manusia);
b) Machine (Mesin atau sarana);
c) Method (metode atau prosedur);
d) Material (bahan-bahan); dan
e) Money ( biaya atau anggaran).

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 59

Gambar 3.

M-1

INPUT M-2 M-3 OUPUT

M-4 M-5

GAMBARAN PROSES
Kelima faktor atau 5 M tersebut saling terkait dan berinteraksi untuk saling mem-
pengaruhi satu sama lain. Dan interaksi atau pengaruh dari ke lima faktor terse-
but yang menyebabkan adanya penyimpangan atas hasil produk atau kegiatan
sehingga tidak sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Oleh karena itu dalam
pengendalian tidak hanya sebatas difokuskan pada kualitas produk ­(Total Quality
Control) seperti dalam penerapan teori ‘zero Deffect’ pada industri manufaktur,
dengan perbaikan melalui titik kegiatan produksi pada ban berjalan.

Banyak industri manufaktur di Indonesia mengalami kegagalan dalam pener-
apan teori ‘zero deffect’ karena teori tersebut lebih hanya berfokus pada 3 M
(Machine, Method dan Material). Dan patut diketahui dari kelima faktor atau 5
M, justru faktor Manusia yang sangat berperan untuk mempengaruhi terjadinya
penyimpangan sehingga kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
prototype produk yang ditetapkan.
Mereka menganggap kegagalan tersebut disebabkan budaya kerja Jepang ber-
beda dengan budaya kerja Indonesia, dan mereka memaksakan ‘kehendak’ agar
pegawai atau SDM di Indonesia harus memiliki budaya kerja seperti di Jepang.
Seharusnya mereka menyesuaikan budaya kerja di Indonesia karena sudah
merupakan kebiasaan (habits) yang tidak serta merta bisa berubah seketika
atau, bila diharuskan, perlunya penyesuaian secara perlahan karena merubah
habits seseorang memerlukan waktu atau kedisiplinan yang ketat.

60 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Pengendalian bersifat Integralistic dan Holistic
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu pengendalian atau kontrol yang
diterapkan bersifat integralistic dan holistic. Dimana setiap terjadi penyimpang­
an dari suatu proses atau arah kegiatan, maka serta merta pengendalian terse-
but mengevaluasi dan memperbaiki atau mengarahkan kembali agar produk
atau kegiatan yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pengenda-
lian tersebut juga bersifat seperti sistem dan secara ideal seharusnya pengenda-
lian tersebut dapat mengatur dan menyesuaikan secara otomatis dengan men-
gevaluasi dan memperbaiki sendiri. Layaknya seperti manusia karena ‘jiwa/ruh’
atau ‘otak’ yang membuat kita hidup atau bergerak sendiri tanpa digerakkan
atau diperintah siapa pun.

Gambar 4.

INPUT OUPUT

Differensiasi Integralisasi
(penyimpangan) (control)

Pada zaman modern ini, semua mesin atau peralatan yang ada sudah dapat

berperilaku seperti manusia, mesin/peralatan sudah dapat bergerak secara oto-

matis, mengatur atau mengontrol dirinya sendiri. Mengapa itu bisa terjadi?, kare-

na pada mesin/peralatan telah ditanamkan semacam ‘ruh/jiwa’ atau otak yang
­lebih dikenal dengan Integrated Circuit (IC). Awalnya IC tersebut diguna­kan pada

komputer yang kemudian diterapkan pula pada mesin/peralatan. ­Sebagai con-
toh pada Air Conditioning (AC), dengan ditanamkan IC sebagai otaknya, maka AC

tersebut dapat mengatur suhu sesuai dengan suhu ruangan sekitarnya. Saat suhu

ruangan meningkat atau panas, maka secara otomatis AC akan menghembuskan

udara dingin agar suhu ruangan menjadi sejuk, dan sebaliknya.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 61

Kita kembali kepermasalahan (kalau kata seorang presenter acara TV “kembali
ke Laptop !…”), adakah sebuah pengendalian yang dapat berperilaku seperti
itu?, yang dapat secara otomatis mengevaluasi atau memperbaiki sendiri bila
ada hambatan atau permasalahan dalam sebuah sistem. Kita harus berterima
kasih kepada Mr. Treadway, karena telah menelurkan sebuah sistem pengen-
dalian seperti itu yakni Internal Control Integrated Frame Work -1992 dan lebih
dikenal dengan Committee on Sponsoring of Organization (COSO) of The Tread-
way Commission atau disingkat COSO.

Namun COSO tersebut lebih cocok diterapkan pada dunia usaha atau perusa-
haan yang memiliki motif profit, bagaimana dengan organisasi yang non profit
atau pemerintahan?. Sudah banyak beberapa negara (seperti New Zealand,
A­ frika Selatan) yang mencoba mengaplikasikan sistem tersebut pada pemerin-
tahannya, namun belum dapat menerapkan sistem tersebut secara menyeluruh
(termasuk negara Amerika Serikat sendiri). Kita patut mengacungi jempol ke-
pada negara kita sendiri, karena Indonesia sudah mencoba menerapkan konsep
sistem pengendalian tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60
­Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

SPIP

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menurut PP Nomor 60 Tahun
2008 pada Pasal 3 ayat 1 disebutkan terdiri dari 5 unsur pengendalian (atau
Panca Kontrol) yakni :
a) Lingkungan Pengendalian,
b) Penilaian Risiko,
c) Kegiatan Pengendalian,
d) Informasi dan Komunikasi, dan
e) Pemantauan.

Lingkungan pengendalian berdasarkan PP Nomor 60 Th 2008 (Pasal 4) terdiri
dari hard control (gambaran kegiatan organisasi) dan soft control (faktor ma-
nusia). Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dasar pengendalian yang
merupakan titik awal gambaran organisasi seutuhnya. Selanjutnya, Penilaian
Risiko (Pasal 13) merupakan pemetaan tentang risiko (kemungkinan terjadinya
hambatan) dari seluruh titik kegiatan suatu organisasi.

Kegiatan pengendalian (Pasal 18) adalah solusi atau langkah-langkah untuk
mengatasi risiko atau hambatan tersebut. Informasi dan komunikasi merupakan
sarana organisasi untuk menginformasikan kebijakan-kebijakan atau langkah-
langkah yang ditetapkan oleh organisasi, termasuk cara pengkomunasiannya

62 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

sebagai saluran informasi baik secara horisontal atau vertikal. Sedangkan yang
terakhir, pemantauan (Pasal 43) dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan
tersebut telah dilaksanakan atau diterapkan dengan baik.

SPIP sebagai Integrated Circuit (IC)

Walaupun secara prosedural unsur-unsur SPIP tersebut seolah-olah dilakukan
secara bertahap, secara konsep SPIP tersebut berpola kerja seperti halnya se-
buah sistem, dimana kelima unsur atau panca kontrol tersebut saling terkait
dan berinteraksi untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan demiki-
an, unsur-unsur pengendalian tersebut tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
bersifat integralistic dan holistic. SPIP merupakan ‘otak’ atau Integrated Circuit
(IC) yang ditanamkan dalam suatu sistem, kegiatan, organisasi, departemen
atau instansi untuk mengatasi atau meminimalisir hambatan yang terjadi untuk
mencapai suatu tujuan (output/hasil yang diinginkan).

Seperti yang dijelaskan sebelumnya tentang konsep pengendalian ­bahwa SPIP

tidak hanya bersifat Internal Control belaka yang berfokus pada perencanaan
(input) dan kegiatan (proses) saja, melainkan SPIP bersifat m­ enyeluruh (holis-
tic) pada setiap titik kegiatan suatu organisasi atau instansi mulai dari peren-
canaan (input), proses kegiatan, hingga hasil dari kegiatan itu sendiri (output).

Oleh karena itu, setiap titik kegiatan yang mengalami hambatan/penyimpang­

an secara otomatis akan dievaluasi dan diperbaiki segera karena SPIP bekerja

seperti ‘otak’ atau Integrated Circuit (IC) dalam sebuah sistem atau organisasi

maupun instansi, seperti halnya IC pada sebuah komputer.

Gambar 5.

L
P

PI
RK

K P
P

Gambaran SPIP

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 63

Keterangan :
a. LP = Lingkungan Pengendalian
b. PR = Penilaian Risiko
c. KP = Kegiatan Pengendalian
d. IK = Informasi dan Komunikasi
e. P = Pemantauan

Mengapa SPIP bisa bekerja seperti itu?. Seperti yang diuraikan sebelumnya
bahwa lingkungan pengendalian terdiri dari hard control sebagai gambaran or-
ganisasi dan soft control sebagai faktor manusia. Sesuai PP Nomor 60 Tahun
2008 pada Pasal 4, faktor manusia meliputi: penegakkan integritas dan nilai
etika, komitmen terhadap kompetensi, dan kepemimpinan yang kondusif. Inilah
yang membedakan SPIP dengan sistem pengendalian sebelumnya, adanya fak-
tor manusia di dalamnya yang menyebabkan SPIP dapat bertindak seperti ‘otak’
Integrated Circuit (IC). Faktor manusia memiliki peranan penting karena dapat
berinteraksi dan dapat mempengaruhi keempat unsur lainnya.

Disinilah keunikan dari SPIP, faktor manusia bisa sebagai obyek karena meru-
pakan unsur atau bagian dari SPIP dan juga sebagai subyek yang dapat mengam-
bil keputusan dari berbagai alternatif atas evaluasi hambatan yang terjadi dan
mengatasinya. Faktor manusia dalam SPIP dapat menentukan keberhasilan ke-
giatan atau organisasi tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
dan manusia itu sendiri yang dapat mengendalikan dan memperbaiki sendiri
bila terjadi hambatan sesuai dengan pepatah “ The Man behind The Gun” (yang
jelas artinya bukanlah tukang kelapa bersama dagangannya).

Karena faktor manusia bagian dari unsur Lingkungan pengendalian, maka
m­ anusia dapat berinteraksi dan saling mempengaruhi pada keempat unsur
pengendalian lainnya yang menjadikan SPIP sebagai suatu sistem pengenda-
lian yang unik dan menarik. Dengan SPIP tersebut manusia dapat memberikan­­
‘­warna’ atas suatu kegiatan atau organisasi maupun instansi, dan manusia itu
sendiri yang dapat ‘merasakan’ warna yang dibuatnya. Bisa anda bayangkan
­betapa indahnya suatu organisasi atau sistem memiliki suatu kontrol atau
p­ engendalian yang berjalan otomatis.

Kesimpulan

Organisasi atau instansi pada prinsipnya akan bergerak atau bekerja seperti
sebuah sistem yang besar yang terdiri dari sistem-sistem yang kecil, sistem ke-
cil tersebut terbagi lagi menjadi sub-sistem. Sistem tersebut bagaikan sebuah

64 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

j­aringan laba-laba yang saling berkaitan, berinteraksi dan saling mempengaruhi
satu sama lain. Sistem tersebut bergerak dan hidup seperti halnya sel-sel dalam
diri manusia karena memiliki ‘otak’ atau ‘jiwa’. Seperti yang diuraikan bahwa
proses berjalannya suatu sistem dipengaruhi oleh unsur 5 M atau Mo-Limo
(Man, Machine, Method, Material dan Money), adanya faktor manusia membuat
sistem atau organisasi menjadi ‘hidup’ sehingga dapat berjalan secara otomatis.

Organisasi atau instansi tersebut bekerja pasti memiliki tujuan tertentu dan
­hasil yang diharapkan, oleh karenanya dibuat suatu rencana kegiatan agar terca-
pai tujuan tersebut. Namun terkadang hasil dari kegiatan yang dilakukan tidak
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, oleh karenanya dibuat suatu pengenda-
lian agar kegiatan dapat diarahkan hingga tujuan dapat dicapai.
Akan tetapi, banyak pimpinan atau manajer yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Kegagalan tersebut diakibatkan keterbatasan kemampuan mereka menganalisis
penyimpangan atas kegiatan yang dilakukan karena menganggap pengendalian
yang diterapkan sebagai ‘obyek mati’. Atau mereka hanya dapat bertindak repre-
sif atas penyimpangan kegiatan yang dilakukan dan terlambat mengetahui ham-
batan yang terjadi, sehingga antisipasi atau penanggulangan menjadi terlambat.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pengendalian ideal yang secara otomatis
dapat mengetahui kelemahan atau penyimpangan lebih dini sehingga dapat di-
lakukan pencegahan agar tercapai tujuan yang ditetapkan. Selain itu, semakin
kompleksnya suatu kegiatan menyebabkan pimpinan atau manajer membuat
t­ itik kontrol atau pengendalian yang lebih banyak. Yang menjadi masalah adalah
terkadang begitu banyaknya titik kontrol yang dibuat yang mengakibatkan b­ iaya
tinggi, gaya gerak organisasi menjadi lamban (banyaknya meja birokrasi yang
harus dilalui) karena tidak seharusnya semua titik kegiatan diterapkan sutau
kontrol atau pengendalian.

SPIP merupakan pengendalian yang ideal pada saat ini karena didalamnya ter-
dapat faktor manusia yang dapat berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan
keempat unsur lainnya. Oleh karenanya SPIP dapat bersifat sebagai ‘otak’ atau
Integrated Circuit yang dapat mengontrol atau mengendalikan suatu proses ke-
giatan agar hasilnya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Selain itu, SPIP dapat
mendeteksi secara dini dan mengevaluasi serta memperbaiki bila terjadi ham-
batan secara otomatis sehingga tidak diperlukan titik-titik kontrol yang begitu
banyak dan mengakibatkan biaya tinggi.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 65

Sidoarjo, 11 Januari 2010
Satgas Humas BPKP Provinsi Jawa Timur.

Daftar Pustaka :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Pemerintah
2. Pusdiklatwas BPKP, 2007, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi ke lima, Modul Diklat

Pembentukan Auditor Ahli

66 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

MARI KITA BERKOMITMEN DEMI
KEJAYAAN BPKP

(Persembahan untuk HUT BPKP ke-27)

Pengantar
Suatu pagi ketika seorang suami ingin pergi bekerja di tegur oleh istrinya yang
bersungut-sungut “ Pa, mengapa kamu begitu semangat bekerja dan bangga
dengan BPKP,… Padahal Papa bukan seorang pejabat dan penghasilan kita
pas-pasan…”. Dengan kalem sang suami berkata “ Mamaku sayang, ini semua
karena papa memiliki komitmen sebagai pegawai BPKP”, lanjutnya “ Bisa saja
Papa keluar dari BPKP dan kerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan
yang lebih besar,…. Namun belum tentu papa memiliki kepuasan kerja seperti di
BPKP,.. Masalah rezeki, semua itu sudah ada yang ngatur khan… Sudah akh,
papa pergi dulu nanti terlambat nih “.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 67

Fragmen atau adegan di atas mungkin sering kita alami sehari-hari. Namun ada
hal yang cukup menarik, mengapa kita masih mampu bertahan untuk tetap ber-
tahan bekerja sebagai pegawai BPKP walau dengan penghasilan yang mungkin
tidak sesuai dengan harapan mengingat harga bahan makanan pokok dan kebu-
tuhan lain yang membumbung tinggi. Semua itu dilandasi dengan adanya Komit-
men kita sebagai pegawai untuk tetap bersemangat bekerja pada o­ rganisasi
tersebut. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Komitmen?, benarkah
komitmen merupakan motivasi seseorang untuk bekerja dalam organisasi.

•Definisi Komitmen
Menurut Pakar Pemasaran, Colquitt, Lepine dan Wesson membagi komitmen
menjadi tiga jenis yakni Continuance commitment, Affective commitment, dan
Normative commitment. Mari kita kupas satu-persatu sebagai renungan diri
apakah kita termasuk pada salah satu jenis komitmen tersebut.

Continuance commitment adalah komitmen yang dibangun semata-mata
berdasarkan pertimbangan ekonomi, besaran gaji atau jabatan sangat mem­
pengaruhi komitmen sesorang terhadap perusahaan. Semakin besar gaji yang
diperoleh, maka semakin besar komitmen orang tersebut terhadap perusahaan.
Orang tersebut akan berpikir dua kali untuk keluar dari perusahaan karena ber-
harap tahun berikutnya akan memperoleh peningkatan gaji lebih tinggi atau
memperoleh jabatan. Hal tersebut yang membuat seseorang tetap bertahan se-
bagai pegawai perusahaan. Kejelasan perencanaan atau transparansi pengem-
bangan karir merupakan salah satu penentu besarnya komitmen seseorang ter-
hadap organisasi sesuai dengan peribahasa “staying because you need to”.

Hal yang kedua, Affective commitment adalah komitmen yang dibangun ber-
dasarkan rasa ikatan emosional seseorang terhadap perusahaan. Semakin besar
ikatan emosional, maka semakin besar komitmen seseorang terhadap organisa-
si, Dengan demikian ia tidak mempertimbangkan besaran gaji yang diperoleh.
Rasa ikatan emosional bisa berupa ikatan persaudaraan dengan teman sekerja
atau suasana dan lingkungan kerja yang sangat nyaman baginya untuk tetap
bertahan didalam organisasi tersebut, atau adanya kebanggaan baginya dan
keluarganya menjadi pegawai perusahaan tersebut sesuai dengan peribahasa
“staying because you want to”.

Dan yang terakhir, Normative commitment adalah komitmen yang dibangun
berdasarkan suatu kewajiban. Perasaan yang menyelimuti seseorang dalam
berkomitmen adalah rasa berhutang budi kepada organisasi (umumnya pega-
wai BPKP yang berasal dari Sekolah kedinasan, dimana mereka bersekolah

68 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

dibiayai oleh negara, kemudian menjadi pegawai BPKP). Organisasi-lah yang
membesarkannya, organisasi yang memberi kesempatan sehingga ia memiliki
kompetensi seperti sekarang ini. Perhatian penuh dari organisasi turut mem-
perbesar komitmen yang dimiliki karyawannya. Komitmen tersebutlah yang
membuat sesorang bertahan di dalam organisasi karena merasa memiliki suatu
kewajiban. Namun demikian, komitmen tersebut kurang mampu meningkatkan
rasa menikmati pekerjaan hanya karena untuk pemenuhan kewajiban sesuai
dengan peribahasa “staying because you ought to”.

Pada dasarnya ketiga jenis komitmen tersebut tidak dapat dipisahkan secara
tegas, hanya dalam diri sendirilah yang merasa manakah yang paling menonjol
diantara ketiganya. Oleh karena itu, jika anda merasa sadar bahwa anda terma-
suk golongan komitmen tertentu yang justru kurang menguntungkan bagi or-
ganisasi BPKP, marilah mencoba merubah diri untuk berusaha bagaimana kita
merasa nyaman untuk bekerja demi kemajuan organisasi kita.

•Penutup
Cobalah berusaha merenung dan merubah diri menuju komitmen yang kedua
(Affective commitment). Tak ada salahnya memang kita harus memikirkan diri
sendiri sepanjang tidak merugikan organisasi, namun bukankah lebih baik kita
bergerak bersama untuk selalu berkomitmen untuk kemajuan organisasi kita.
Ingatlah bagaimana pendiri BPKP berjuang, bayangkan kejayaan yang pernah
kita raih dahulu. Sadarilah bahwa anda sekarang bisa begini, anda dihargai (bisa
cari tambahan diluar) secara tak langsung karena anda bekerja disini. Mungkin
kita akan ingat pula tanpa sadar bahwa kita pernah berdosa atau mencederai
­organisasi sehingga kita harus mengalami seperti ini. Tanpa sadar ditangan anda
semua, maju mundurnya BPKP kita. Tanpa perlu menyalahkan orang lain dan sal-
ing berintropeksi diri marilah mulai sekarang kita berubah dan berbenah diri.

Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Selamat Ulang tahun BPKP ke-27, Sekali Jaya Tetap Jaya !!!

Ide penulisan: Jawa Pos, 16 Mei 2010 “Suami bekerja Keras, Gaji masih belum Cukup”, Devie
Deviesa CFP, Wealth Planner.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 69

Kajian Analisis Konseptual:

Pentingnya Penerapan SPIP bagi
Instansi dalam rangka menyongsong

Keterbukaan Informasi Publik
menurut UU Nomor 14 Tahun 2008

Pengantar:
Ide muncul tulisan ini ketika saya mengikuti acara ‘Verifikasi Daftar Informasi
P­ ublik (DIP) BPKP Terkait UU Nomor 14 Tahun 2008’ yang diselenggarakan
oleh Biro Hukum dan Hubungan Antar Lembaga (HAL) BPKP pada tanggal ­3
– 5 ­November 2010 di Hotel Safari Garden, Cisarua, Jawa Barat. Daftar Infor-
masi Publik (DIP) tersebut dirancang oleh BPKP sebagai bagian dari penerapan
­Keterbukaan Informasi Publik sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2004, dimana
BPKP sudah memiliki Standar Prosedur Layanan Informasi (SPLI)-BPKP.

70 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Usai mengikuti acara tersebut, datang layangan surat dari Dinas Kominfo
Provinsi Jawa Timur di meja Kepala Perwakilan BPKP Jawa Timur. Isi surat
tersebut adalah permohonan narasumber untuk melakukan sosialisasi KIP ber-
sama Komisi Informasi Publik Provinsi Jawa timur terkait dengan akses doku-
men negara yang perlu dipublikasikan ke beberapa daerah dengan alasan BPKP
telah melakukan penerapan KIP lebih dahulu dibandingkan instansi lainnya.
Tanpa berpikir panjang lagi, Kepala Perwakilan BPKP segera mengutus kami
yang telah mengikuti acara verifikasi DIP tersebut di atas untuk memenuhi
­undangan/permohonan tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan ketika melakukan sosialisasi KIP tersebut ham-
pir sebagian peserta belum memahami KIP dan animo peserta begitu tinggi dari
banyaknya pertanyaan tentang tata cara penerapan KIP tersebut. Termasuk
kekhawatiran peserta dalam memberikan informasi secara terbuka kepada ma-
syarakat karena adanya peraturan yang membatasi, sementara itu masyarakat
saat ini mulai kritis dan begitu antusias berharap instansi memberikan infor-
masi secara luas dan terbuka.

A. Pentingnya Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik bagi Instansi
Antara UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang KIP dan PP Nomor 60 Tahun 2008
tentang SPIP memiliki sejarah perjalanan yang sama yakni saat diterbitkan ­tidak
berlaku secara efektif, hanya saja untuk SPIP telah melakukan rencana t­ indak
lebih dahulu daripada KIP. Hingga tahun ketiga, BPKP selaku pembina SPIP bagi
instansi pusat dan daerah telah melakukan berbagai kegiatan s­ eperti sosial-
isasi dan Pendiklatan (Norming) serta penerapan tahap awal dengan melaku-
kan Diagnostic Assesment (Forming) kepada seluruh instansi melalui kantor
perwakilan BPKP yang ada. Sementara itu, Keterbukaan Informasi ­Publik (KIP)
masih berjalan tersendat-sendat dan baru berlaku efektif pada tanggal 30 April
2010. Bahkan untuk Provinsi Jawa Timur baru saja membentuk Komisi Informa-
si Publik sesuai dengan amanah UU Nomor 14/2008 pada bulan Agustus 2010.

Oleh karena itu, Komisi Informasi Publik Provinsi Jawa Timur yang baru diben-
tuk beberapa bulan melalui Dinas Infokom Provinsi Jawa Timur meminta BPKP
selaku badan publik yang telah melakukan penerapan KIP karena telah memi-
liki Standar Prosedur Layanan Informasi (SPLI) untuk membantu melakukan
so­ sialisasi KIP tersebut. Alasan pendukung lainnya adalah Komisi Informasi
Publik yang baru dibentuk kebanjiran komplain atau sengketa informasi dari
masyarakat karena tidak dipenuhinya permintaan informasi oleh beberapa
i­nstansi. Hal tersebut terjadi karena belum dilakukan sosialisasi tentang Keter-
bukaan Informasi Publik sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2004.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 71

B. Pentingnya Transparansi dan Akuntabilitas bagi Instansi Terkait
D­ engan Keterbukaan Informasi Publik
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2008 yang dimaksud dengan Badan Publik adalah
seluruh organisasi pemerintah dan non pemerintah yang berada di Wilayah
I­ ndonesia termasuk dalam pengertian ini. Sedangkan Pengguna Informasi
Publik adalah seseorang atau sekelompok orang dan atau badan/organisasi di
Wilayah Indonesia termasuk dalam pengertian ini.

Landasan terbitnya UU KIP tersebut berdasarkan arahan Presiden RI yang
ingin menegakkan 5 Pilar Reformasi, dimana salah satu diantaranya adalah
Transp­ arasi dan Akuntabilitas Penyelenggaraan Negara. Oleh karena itu terkait
­dengan Keterbukaan Informasi Publik, di satu sisi sebagai Badan Publik berke-
wajiban memberikan informasi atas kegiatannya kepada masyarakat dan dilain
pihak masyarakat sebagai Pengguna Informasi Publik berhak mengetahui infor-
masi yang ada pada badan publik tersebut.

Selain itu, semenjak runtuhnya Era Orde Baru telah terjadi perubahan paradig-
ma atas informasi pada suatu instansi atau organisasi. Jika pada Era Orde Baru,
informasi yang dimiliki suatu instansi/organisasi pada umumnya tertutup bagi
masyarakat terkecuali adanya aturan yang membolehkan informasi tersebut
untuk dibuka kepada masyarakat. Dan sebaliknya, pada saat di Era Reformasi
ini terkait dengan informasi bagi suatu instansi/organisasi dapat dibuka bagi
masyarakat terkecuali adanya aturan-aturan tertentu yang melarangnya (Infor-
masi yang dikecualikan).

Perubahan paradigma tersebut akan berhasil dilaksanakan oleh suatu instansi/
organisasi jika instansi/organisasi telah memiliki kebiasaan (habbits) untuk
melakukan penerapan Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggaraan Negara
dengan baik, disinilah pentingnya peranan SPIP sesuai dengan PP Nomor 60
­Tahun 2008 bagi instansi/organisasi. Transparansi di dalam organisasi/instansi
tidak akan terjadi apabila mereka belum memiliki Akuntabilitas Penyelenggara-
an Negara yang baik. Mungkin hal ini pulalah yang menyebabkan antara instansi
sebagai badan publik dan masyarakat selaku pengguna informasi mengalami
“benturan kepentingan atau sengketa informasi” selain adanya aturan yang me-
larang membuka informasi tersebut.

C. Pentingnya Penerapan SPIP bagi Instansi Terkait dengan Transparansi
dan Akuntabilitas dalam Keterbukaan Informasi Publik
Pentingnya Penerapan SPIP bagi Instansi Terkait dengan Transparansi dan
Akuntabilitas karena SPIP memiliki tujuan yakni (a) Menghasilkan lapo­r­

72 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

an Keuangan yang handal, (b) Kepatuhan terhadap peraturan atas kegiatan
­organisasi, (c) Efisiensi atas kegiatan, dan (d) mengamankan aset organisasi.
Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008, disebutkan bahwa SPIP terdiri dari 5
unsur pengendalian yakni (1) Lingkungan pengendalian, (2) Analisis Risiko, (3)
Kegiatan Pengendalian, (4) Informasi dan Komunikasi, dan (5) Pemantauan.

Jika suatu instansi/organisasi memiliki lingkungan pengendalian yang baik,
maka mereka akan memiliki risiko yang rendah sebagai hambatan untuk
mencapai tujuannya. Berdasarkan risiko-risiko tersebut akan dibuat titik-titik
p­ engendalian agar penyimpangan yang terjadi dapat diatasi, dan selanjutnya
secara kontinyu dilakukan pemantauan apakah pengendalian tersebut telah di-
laksanakan dengan baik serta kesemuanya itu (kebijakan) harus diinformasikan
melalui jalur-jalur komunikasi yang telah dibangun agar pelaksanaan kegiatan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Dengan adanya penerapan SPIP maka instansi/organisasi akan memiliki kebi-
jakan yang transparan, menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa:
“Setiap Pimpinan Instansi diwajibkan menerapkan kebijakan yang kondusif”.
Kebijakan kondusif terjadi, apabila Pimpinan Instansi membuat suatu pedo-
man kebijakan termasuk pendelegasian wewenang dan uraian jabatan sesuai
d­ engan kompetensi pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya Kebi-
jakan tersebut harus diungkapkan atau diinformasikan secara transparan kepa-
da ­seluruh pegawai mulai dari Visi dan Misi Organisasi hingga rincian kegiatan
yang akan dilaksanakan termasuk tujuan organisasi yang ingin dicapai.

Apabila penerapan SPIP telah dilakukan oleh instansi/organisasi dengan baik,
maka tujuan SPIP seperti yang disebutkan di atas akan tercapai sebagai cer-
minan atas akuntabilitas penyelenggaraan yang baik. Dengan demikian, jika
instansi/organisasi telah memiliki kebiasaan (habbits) melakukan kebijakan
transparansi di dalam organisasi dan memiliki akuntabilitas berupa laporan
keuangan (termasuk kinerja kegiatan) yang handal, maka instansi/organisasi
akan mampu menerapkan Keterbukaan Informasi Publik dengan menyajikan
informasi yang handal bagi masyarakat.

D. Simpulan : Korelasi dan Sinergisitas Antara KIP dan SPIP bagi Instansi
Adanya keterkaitan yang erat antara Keterbukaan Informasi Publik (KIP) menu-
rut UU Nomor 14 Tahun 2008 dengan SPIP menurut PP Nomor 60 Tahun 2008.
KIP merupakan cerminan atas kinerja yang dihasilkan bagi instansi yang wa-
jib diinformasikan kepada masyarakat selaku pengguna informasi yang juga
s­ ebagai stakeholder pemerintah. Sedangkan SPIP merupakan sarana untuk

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 73

menghasilkan kinerja yang baik bagi instansi. Keterbukaan Informasi Publik
dapat diibaratkan sebagai sebuah toko, dimana setiap pengunjung dapat meli-
hat ­barang-barang yang ada di dalam toko tersebut.

Apabila sang pemilik toko bersama pegawai mampu mengelola dan menata
­barang-barang dengan apik dan menarik, maka para pengunjung merasa ter-
tarik dari yang semula melihat-lihat kemudian akan memasuki toko tersebut
dan membelinya. Kemampuan mengelola dan menata barang tersebut dapat di-
ibaratkan sebagai penerapan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) bagi instansi.

Instansi akan memperlihatkan barang-barang atau hasil produk/kinerja atas
kegiatan yang dimilikinya kepada pengunjung (masyarakat). Barang yang di­
pajang tentunya merupakan barang yang terbaik, barang terbaik dihasilkan dari
suatu proses produksi/kegiatan yang baik pula. Proses kegiatan yang terbaik
dapat diibaratkan sebagai cerminan hasil penerapan SPIP bagi instansi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa antara KIP dan SPIP sangat penitng peranannya
bagi instansi dan perlu sinergisitas diantara keduanya. KIP lebih berorientasi
keluar (outward-looking) yakni bagaimana menampilkan produk atau hasil out-
put/kinerja terbaik yang diinformasikan kepada masyarakat. Sedangkan SPIP
lebih berorientasi ke dalam (inward-looking) yakni bagaimana melakukan
­proses produksi yang baik sehingga menghasilkan produk atau output/kinerja
yang baik pula.

Atau dengan kata lain, sangatlah sia-sia suatu organisasi/instansi walaupun
telah menata lay-out produk dalam etalase yang menarik jika barang yang ditata
(produk yang dihasilkan) kurang bermutu. Demikian halnya, walaupun i­nstansi/
organisasi telah menghasilkan suatu barang/produk yang baik, namun akan
menjadi tidak bernilai jika tidak ditata dalam suatu etalase dengan menarik.

Referensi :
1. PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP)
2. UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
3. Standar Prosedur Layanan Informasi (SPLI) BPKP

74 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Serba Serbi
Pantun tentang SPIP

Pengantar:
Pantun ini dibuat secara iseng belaka untuk mengingat dan memahami unsur
dan sub unsur komponen pengendalian dan berharap pantun tersebut agar l­ebih
meresap bagi para peserta diklat maupun instansi dalam melakukan penerapan
SPIP nantinya.

A. PANTUN SPIP TENTANG LINGKUNGAN PENGENDALIAN

Coba memesan berlian ke Denpasar untuk di tatah,
Langsung ke Kediri membeli dipan dan kasur.
Lingkungan pengendalian adalah pondasi dasar bagi pemerintah,
Yang terdiri dari delapan unsur.

Kata mama lihat ayam menetas paling suka,
Cirinya sering terantuk, meloncat dan suka memanjat.
Yang pertama tegakkan integritas dan etika,
Untuk membentuk mental aparat agar tidak bejat.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 75

Masuk ke gua paling demen cuma cari sensasi,
Sambil menyusuri kanal sampai hari senja.
Yang kedua punya komitmen terhadap kompetensi,
Agar lebih profesional dalam bekerja.

Perasaannya dijaga bila punya teman sensitif,
Sebagai sahabat dekat yang selektif harus bersikap arif.
Yang ketiga kepemimpinan yang kondusif,
Agar pejabat berjiwa kreatif dan lebih efektif.

Soto babat campur nasi ditambah empal,
Ide digagas cari selingan makan yang kreatif
Yang keempat, bentuk organisasi yang ideal,
Sehingga tugas dapat dijalankan secara efektif.

Humas Satgas SPIP - BPKP Jawa Timur,
Motto : “Selalu melayani bukan sebagai batur,
Demi Suksesnya BPKP agar menjadi Makmur. “

A. PANTUN SPIP TENTANG LINGKUNGAN PENGENDALIAN (Lanjutan)

Buah delima dibuat jenang arab dalam gelas,
Buat pawai saat menjelang lebaran ketupat.
Yang kelima, wewenang dan tanggungjawab harus jelas,
Agar tiap pegawai dapat bekerja dengan tepat.

Saat matahari terbenam cari kuburan kyai bernuansa magis,
Ditemani kuncen beruban karena punya doa piawai.
Yang keenam tetapkan kebijakan pegawai secara logis,
Agar tidak ada beban dan pikiran bagi pegawai.

Perahu laju berlayar kain lawas jalannya pasif,
menunggu ombak jalan perlahan agar sampai ke tepian
Yang ketujuh berdayakan pengawas secara efektif,
Agar tidak hanya cari kesalahan dan curi kesempatan.

76 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

Sebilah papan dapat dibuat meja yang minimalis,
Dibuat kotak persegi taruh di sudut rumah.
Yang kedepalan perlu hubungan kerja yang dinamis,
Sehingga tercipta sinergi dalam bekerjasama.

Humas Satgas SPIP - BPKP Jawa Timur,
Motto: “Selalu melayani bukan sebagai batur,
Demi Suksesnya BPKP agar menjadi makmur. “

B. PANTUN SPIP TENTANG PENILAIAN RESIKO

Pacaran sama Ida amat cape karena disuruh belanja ke toko,
Pulang pun masih beli rambutan karena hobi jajan.
Langkah kedua SPIP adalah Penilaian Resiko,
Untuk mencari hambatan dalam mencapai tujuan.

Kalau sakit gigi inginnya tiduran,
Sudah di injeksi masih terasa ngilunya.
Cuma terdiri dari dua bagian,
Buat identifikasi dan analisis resikonya.

Janganlah cuma sensasi, cobalah unjuk gigi,
jagalah ritme agar ditemui tokohnya.
Lakukan identifikasi dengan metodologi,
Juga mekanisme untuk kenali resikonya.

Ketemu Joko gayanya cuek sekali,
Orangnya narsis dan angkuh sikapnya
Jika resiko sudah dikenali,
Buat analisis untuk tentukan dampaknya.

Beratnya lewat jembatan cuma disisi pinggiran,
Yang perlu perbaikan karena sudah rentan.
Catat semua hambatan dan solusi dalam laporan,
Agar dapat dilaksanakan secara simultan.

Humas Satgas SPIP - BPKP Jawa Timur,
Motto : “Untuk menjadi yang terbaik,
Tidak harus berbuat munafik. “

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 77

PANTUN SPIP TENTANG KEGIATAN PENGENDALIAN

Beli kayu belian untuk bangun pos jaga,
Tiang didirikan sebagai soko harus ditegakkan.
Kegiatan pengendalian sebagai langkah ketiga,
Sebagai tindakan atasi resiko dengan tetapkan kebijakan

Seorang panglima punya pedang baja dan sangkurnya,
Penuh keyakinan semua dibantai jika melawan.
Yang pertama reviu kinerja dan tolok ukurnya,
Untuk meyakinkan dapat dicapai sesuai tujuan.

Bagaikan dewa jalankan kerajaan Kutai,
Daerah jajahan ditumpas perlu orator piawai.
Yang kedua lakukan pembinaan terhadap pegawai,
Untuk bicarakan tugas agar tujuan kantor tercapai.

Perlu penjaga Si wanita seksi dan berwajah jelita
Karena selalu dicari sebagai bahan berita
Yang ketiga awasi sistem informasi dan aset kita,
Agar jangan dicuri pesaing kita.

Baju dilipat buat ke kantor untuk pergi kerja,
Disetrika pula agar kelihatan menawan.
Yang keempat buat indikator dan ukuran kinerja,
Dilakukan secara berkala agar tercapai tujuan.

Jangan terlalu lama tangki diisi karena dari besi,
Kalau anda lalai pasti aromanya berbau terasi
Yang kelima buat pemisahan fungsi dan otorisasi,
Untuk menjamin pegawai agar tidak berbuat korupsi.

Supaya mahir latihan diperberat agar jadi juara idaman,
Karena berharap jadi gladiator yang ditakuti orang
Yang terakhir catatan dibuat akurat dan disimpan aman,
Demi menjaga rahasia kantor agar tidak dicuri orang.

Humas Satgas SPIP - BPKP Jawa Timur,
Motto : “ Tak bosan selalu memompa semangat,
Agar motivasi kerja tidak berkarat “

78 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

PANTUN SPIP TENTANG INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Cewe seksi penuh sensasi pasti bertubuh padat,
Bagai gadis ceria jadi idola pemuda.
Informasi dan komunikasi adalah langkah keempat,
Sebagai sarana media yang utama.

Cari sensasi sebagai umpan, modal untuk diperhatikan
Setelah permintaan diluluskan lantas diabaikan
Informasi yang relevan dan andal harus disampaikan,
Sebagai bahan pengambilan keputusan bagi pimpinan.

Jangan ditangisi sesunggukan hanya karena diumpat
Bersikaplah ceria dan selalu semangat
Sampaikan informasi kepada pimpinan dengan cepat,
Sesuai dengan media dan waktu yang tepat.

Gadis berbadan seksi pasti binal dan nakal
Selalu gembira dan aktif karena cari perhatian
Rancang komunikasi baik formal dan informal,
Pilih media yang efektif agar tepat sasaran

Humas Satgas SPIP - BPKP Jawa Timur,
Motto : “ Menaati perintah atasan bukan karena penjilat,
Tapi sebagai amanat agar kinerja kantor meningkat “

PANTUN SPIP TENTANG PEMANTAUAN PENGENDALIAN

Karena terlalu lahap makanan dihabiskan,
Bagian papa nya pun habis tidak ketahuan.
Jika semua tahap sudah dilaksanakan,
Jangan lupa lakukan pemantauan.

Melawan dan curi kesempatan tidak diperbolehkan
Nanti kena sanksi hukuman jika ketahuan
Pemantauan berkelanjutan amat diperlukan,
Agar rekomendasi dilaksanakan sesuai arahan

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 79

Eksekusi bikin resah karena diancam detektif,
Tempat demo ditutup dan dihalau ketempat semula
Evaluasi terpisah dilakukan secara efektif
Sesuai ruang lingkup dan dipantau secara berkala.
Ilmuwan dan Teknisi bekerja hingga lupa makan,
Karena meneliti agar peroleh nobel perdamaian
Temuan dan rekomendasi sebagai bahan perbaikan,
Segera ditindaklanjuti demi tercapainya tujuan.

Humas Satgas SPIP - BPKP Jawa Timur,
Motto: “ Jalankan tugas dengan cermat jangan pakai muslihat,
Niscaya kinerja kantor meningkat dan apresiasi pun didapat “

80 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro

RIWAYAT PENULIS

A. Pendidikan dan Jabatan
Subroto, Ak, MM. Lahir di Jakarta 27 Septem-
ber 1967, memiliki seorang istri: Kardiati Sap-
taningsih, SH. Dan dua orang putra: Khafid
Ramadhan (13 Peb 1995) dan Naufal Fattir
Giffary (26 April 1998)

Diawali sebagai Ajun Akuntan pada Per-
wakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Ta-
hun 1989-1995, usai menjalani pendidikan
Diploma III STAN tahun 1989-J­akarta. Kemu-
dian ia kembali ke Jakarta sebagai Akuntan di BPKP Pusat Tahun 1999-2007.
Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma IV STAN Tahun 1998 - Jakarta.

Saat di Jakarta ia sempat meneruskan pendidikan Pasca Sarjana pada STIE-ISM
Jakarta dengan menyabet gelar Magister Manajemen (MM) Jurusan Akuntansi
Keuangan dengan Thesis “Metode Analisis Gap sebagai Tools untuk menilai
Profitabilitas Net Interest Margin (NIM) Suatu Bank”. Selanjutnya dia dipromosi-
kan sebagai Kasubbag Umum pada Perwakilan BPKP Provinsi Kupang (Tahun
2007 – 2009). Saat ini dia menjabat sebagai Kasubbag Prolap Perwakilan BPKP
Provisi Jawa Timur (Tahun 2009 – hingga sekarang).

Sepak Terjang Kegiatan yang Digeluti
• Ketika lulus sebagai Akuntan Tahun 1998, ia ditempatkan pada Pusat

Penelitian Pengembangan dan Pengawasan (Puslitbangwas) BPKP. Dia
sempat terlibat dalam Kelompok Kerja (Pokja) yakni Tim Rancanagan
Peraturan Pemerintah (RPP) dan Tim Pre-Review Pinjaman Hutang Luar
Negeri/Bantuan Luar Negeri (PHLN/BLN). Sekita Tahun 1999-2000, saat
P­ emerintah Mengalami Kirisis Moneter dengan bertumbangnya bank-
banak di ­Indoensia, ia dilibatkan sebagai Tim Satuan Tugas (Satgas) Bank
Beku ­untuk menangani PT Bank Servitia.

• Selanjutnya menjelang Reorganisasi, ia dipindahkan pada BPKP Kedeputian
BUMN. Ketika itu, ia ditugaskan sebagai Tim Audit Perum Perumnas dan
Tim Audit Subsidi PT PLN (Persero). Untuk pertama kalinya BPKP mem-
buat Rencana Strategis (Renstra) dan Dia juga terlibat dalam penyusunan
Renstra BPKP Thaun 2000-2005.

Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro 81

• Pada Tahun 2001 ketika BPKP melakukan Reorganisasi, Kedeputian dimana
ia bernaung berubah menjadi Deputi Perekonomian. Selain menjalani tugas
rutin harian, ia juga terlibat dalam Tim Penyusunan Renstra dan LAKIP, juga
sebagai Tim Perencanaan Pemeriksaan Pusat dimana kedeputian sebagai
Perencanaan Pengendalian (Rendal) untuk Bidang Perekonomian. Terkait
dengan kegiatan Strategis Kedeputian, ia juga duduk sebagai Tim Audit dan
Quality Assurance (QA) pada Optimalisasi Penerimaan Negara (OPN).

• Dia pun terlibat dalam kegiatan Satuan Tugas diantaranya: Tim penggodok
PP Nomor 22 Tahun 2008 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
Tim Satgas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) untuk PT. Bank
O­ rient, Tim Review Rencana Dana Investasi (RDI) Departemen Keuangan,
Tim Likuidasi PT Bank Bali, Tim Pajak Ekspor (PE), Tim Privatisasi BUMN
untuk PT. Semen Gresik, dan sebagai Tim Quality Assurance (QA) untuk
Departemen Perhubungan Laut (Dephubla) dan Tim OPN – Pajak pada be-
berapa Perusahaan Swasta.

KEGIATAN SAAT INI
• Saat ini selain menjabat sebagai Kasubbag Program dan Pelaporan (Prolap)

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, ia juga dilibatkan dalam kegiatan
Satuan Tugas (Satgas) antara lain: Sekretaris Satgas Penyelenggaran dan
Pembinaan SPIP BPKP Jatim, Tim Satgas Kajian Pengadaan Barang/Jasa
Wilayah Jawa Timur, Tim Budaya Kerja BPKP Jatim, Sekretaris Kehumasan
BPKP Jatim, Redaksi Majalah Bulletin “Task2Pro” BPKP Jatim, dsb.

82 Bunga Rampai tentang SPIP Kumpulan Tulisan Ringan Cak Bro


Click to View FlipBook Version