The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by permadhi, 2020-02-12 03:52:36

Panduan Penerapan Sekolah Siaga Bencana

Panduan Penerapan Sekolah Siaga Bencana

Keywords: panduan,penerapan,sekolah,siaga,bencana

© 2013 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Pusat Penelitian Geoteknologi

Katalog dalam terbitan

Panduan Penerapan Sekolah Siaga Bencana/Triyono, Ranthie Bariel Putri, Asep Koswara, dan
Vishnu Aditya. -Jakarta:Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, 2013

vii + 81 hlm.; 29,7 x 21 cm

ISBN xxx-xxx-xxx-xxx-x
1. Panduan 2. Penerapan
3. Sekolah Siaga Bencana

Desain Isi : Skyvan Studio
Desain Sampul : R. Samiaji N.
Foto Sampul : http://khabarsoutheastasia.com/shared/images/2012/04/25/120426-
ZAHARA_ID_EXPERTS1.jpg

Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI Jl. Cisitu, Sangkuriang
Bandung - 40135
Telp : 022 - 2503654

Panduan Penerapan Sekolah
Siaga Bencana

Editor :
Triyono
I Gusti Ayu Sutiarti
Tim Penulis :
Triyono
Ranthie Bariel Putri
Asep Koswara
Vishnu Aditya

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

KATA PENGANTAR

Tidak dapat dipungkiri bahwa negara tercinta Indonesia berada pada wilayah yang secara
geologi rawan bencana. Bencana tsunami Aceh Tahun 2004 telah memberikan pelajaran bagi kita
semua bahwa upaya membangun ketangguhan masyarakat terhadap bencana memerlukan waktu
yang tidak singkat. Upaya pengurangan risiko bencana dapat dilakukan di berbagai tingkat sasaran
dan seharusnya menjadi sebuah bagian dari kehidupan sehari-hari serta dilakukan sedini mungkin.
Di mulai pasca tsunami Aceh melalui Program Community Preparedness (COMPRESS) LIPI
melakukan sosialisasi kesiapsiagaan mengahadapi bencana dengan sasaran anak-anak khususnya di
sekolah melalui kegiatan children science support-CSS (dukungan ilmu pengetahuan untuk kesiapsiagaan
bencana). Tahun 2008 saat berkegiatan di Kota Bengkulu, kegiataan CSS berkembang dan
COMPRESS-LIPI mulai merintis upaya kesiapsiagaan di seluruh komponen komunitas sekolah
dengan sebuah konsep “sekolah siaga bencana” berlandaskan kerangka kerja (framework) kesiapsiagaan
LIPI-UNESCO/ISDR. Berdasarkan pembelajaran di Kota Bengkulu, maka pada tahun yang sama
terbitlah buku “membangun sekolah siaga bencana”. Perintisan sekolah siaga bencana selanjutnya
berkembang pada tahun 2009 bekerjasama dengan beberapa lembaga diantaranya JTIC-UNESCO
dan TDMRC UNSYIAH. Akhirnya pada tahun 2011 terbit panduan monitoring dan evaluasi
sekolah siaga bencana.
Komunitas sekolah menjadi salah satu pemangku kepentingan yang strategis dalam rangka
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana. Pada tahun 2010 Kementrian Pendidikan Nasional
(pada waktu itu) mengeluarkan Surat Edaran tentang pengarusutamaan risiko bencana di sekolah
dan pada tahun 2012 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan pedoman
penerapan sekolah aman. Sementara itu, di level sekolah terutama di daerah-daerah yang rawan
bencana terdapat kebutuhan sebuah panduan praktis yang dapat menjadi referensi sekolah dalam
membangun sekolah yang siaga bencana.
Berlatar belakang uraian di atas, maka melalui Program Prioritas Nasional (PN) 9 tentang
kebencanaan dan lingkungan hidup tahun 2012, COMPRESS-LIPI berkesempatan mengembangkan
konsep dan praktik sekolah siaga bencana menjadi sebuah panduan yang diharapkan praktis dan
mudah bagi sekolah dalam rangka membangun sekolah yang siaga bencana. Panduan ini merupakan
pengembangan dari berbagai konsep dan praktik baik yang telah dilakukan LIPI maupun lembaga
lain dan hasil praktik pembelajaran dari sekolah yang menjadi pilot pada tahun 2012 yakni di 3
sekolah di Kabupaten Majene dan 1 sekolah di Kota Bandung. Melalui pendanaan Pusat Penelitian
Geoteknologi pada tahun 2013 pengembangan konsep dan praktik sekolah siaga bencana terus
dilakukan sampai panduan ini di cetak dan digandakan untuk dapat didistribusikan kepada pemangku
kepentingan khususnya sekolah.
Terima kasih diucapkan kepada penulis yang telah mendedikasikan waktu dan pikiran
sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Tak lupa penghargaan disampaikan kepada sekolah-
sekolah yang selama ini menjadi media pembelajaran bagi pengembangan sekolah siaga bencana
diantaranya Bengkulu, Banda Aceh, Sikka-Maumere, Majene dan Bandung.

iii

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Panduan ini merupakan dokumen yang dinamis sehingga ke depan diperlukan perubahan
perbaikan sesuai dengan perkembangan sehingga saran dan masukan demi sempurnanya
panduan ini di masa yang akan datang sangat dinantikan. Akhirnya semoga panduan ini
bermanfaat dan menjadi referensi bagi sekolah-sekolah dalam rangka membangun sekolah
yang siaga bencana.

Jakata, Desember 2013
Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Dr.. Ir. Haryadi Permana

iv
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................ iii

DAFTAR ISI................................................................................. v

DAFTAR TABEL....................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. vii

PENDAHULUAN..................................................................... 1

PERSIAPAN.............................................................................. 3

PELAKSANAAN....................................................................... 9

MONITORING........................................................................ 14

LAMPIRAN............................................................................... 17

v

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

DAFTAR TABEL
1 Tingkat Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah.................................................. 7
2 Nilai Indeks Ketercapaian Monitoring

Sekolah Siaga Bencana..................................................................................... 16

vi
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

DAFTAR LAMPIRAN
1 Formulir Penilaian Aspek Prasarana dan Sarana Sekolah.................................. 17
2 Formulir Penilaian Aspek Lingkungan Sekolah.................................................. 27
3 Kuisioner Penilaian Kesiapsiagaan Non Struktur Sekolah................................ 29
4 Format Dokumen Rencana Aksi Sekolah............................................................ 43
5 Indikator Kesiapsiagaan Non Struktur dan Struktur Sekolah

Siaga Bencana........................................................................................................... 44
6 Kuisioner Monitoring Kesiapsiagaan Non Struktur.......................................... 48
7 Formulir Monitoring Kesiapsiagaan Struktur..................................................... 63
8 Pengolahan dan Analisis Data Monitoring Sekolah Siaga Bencana................. 69
9 Panduan Menginstall Software Kesiapsiagaan Non Struktur Sekolah

(Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah)..................................................................... 71

vii

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG

Bencana yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan dampak yang cukup besar pada berbagai
sektor salah satunya adalah sektor pendidikan. Di sektor pendidikan, bencana dapat berdampak
pada bangunan sekolah dan infrastruktur sekolah, termasuk siswa dan guru serta komponen
sekolah lainnya yang merupakan bagian dari komunitas sekolah. Data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa lebih dari 130.000 bangunan sekolah
berpotensi terhantam bencana gempa bumi. Oleh karena itu upaya untuk meminimumkan
risiko di sekolah menjadi hal yang utama, salah satunya melalui peningkatan kesiapsiagaan
komunitas sekolah. Faktor penting lain yang mendukung perlunya kesiapsiagaan komunitas
sekolah adalah jumlah siswa yang banyak di sekolah menjadi kondisi tersebut sangat rentan
terhadap bencana yang berpotensi terjadi. Jumlah korban dapat lebih besar dibandingkan
dengan di daerah dengan populasi yang sedikit dan jarang. Diharapkan upaya kesiapsiagaan
komunitas sekolah dapat mengurangi korban jiwa maupun kerugian akibat bencana.

Salah satu upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah melalui peningkatan
kapasitas komunitas sekolah yang terdiri dari unsur siswa, guru dan komponen sekolah lainnya.
Peningkatan kesiapsiagaan komunitas sekolah dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas
sumberdaya manusia dan peningkatan kesiapsiagaan dari komponen fisik sekolah seperti
bangunan dan infrastruktur lainnya.

Inisiatif untuk meningkatkan kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap bencana telah dilakukan
di berbagai tingkat administratif. Menindaklanjuti amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang penanggulangan bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Kementrian Pendidikan Nasional telah
menyusun strategi pengurangan risiko bencana di Sekolah yang dilengkapi dengan modul bahan
ajar dan pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana. Melalui Surat Edaran Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70a/MPN/SE/2010, Menteri Pendidikan Nasional menghimbau
kepada seluruh kepala daerah di Indonesia untuk melaksanakan strategi pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana di sekolah. Pelaksanaan strategi pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana di sekolah dilakukan baik secara struktural maupun non-struktural guna
mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan terhadap bencana di sekolah.

Surat Edaran dari Menteri Pendidikan Nasional tersebut telah mendorong berbagai institusi
menfasilitasi pengembangan pendidikan kesiapsiagaan di level komunitas sekolah dengan
berbagai konsep pengembangan seperti sekolah aman, sekolah penyangga, sekolah tangguh
maupun lainnya. Jauh sebelum ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melalui program
Community Preparedness (COMPRESS) telah menginisasi pendidikan kesiapsiagaan bencana
di level komunitas sekolah. Dengan menggunakan kerangka kerja kesiapsiagaan yang telah
dikembangkan oleh LIPI-UNESCO/ISDR, COMPRESS-LIPI menginisiasi pengembangan
sekolah siaga bencana dengan mengimplementasikan lima parameter kesiapsiagaan yakni
pengetahuan dan sikap, sistem peringatan bencana, rencana tanggap darurat, kebijakan dan
panduan, dan mobilisasi sumberdaya di sekolah.

1

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Di mulai pada tahun 2008, LIPI mengimplemetasikan pengurangan risiko bencana di sekolah
dengan merintis pengembangan model sekolah siaga bencana di Kota Bengkulu yakni di SD
Negeri 57 dan SMU Negeri 6 Kota Bengkulu. Pada tahun 2009 LIPI bekerjasama dengan
JTIC-UNESCO kembali melakukan perintisan sekolah siaga bencana di Kabupaten Sikka
(adapun sekolah yang terpilih : SD Negeri Inpres Waioti, SMP Negeri 1 Maumere dan SMA
Negeri 1 Maumere) dan Kota Banda Aceh (adapun sekolah yang terpilih : SD Negeri 2, SMP
Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Banda Aceh). Pada Tahun 2012 LIPI merintis sekolah siaga
bencana di Kabupaten Majene (adapun sekolah yang terpilih : SD Negeri No. 4 Tanjung Batu,
SMP Negeri 3 Pamboang dan SMA Negeri 1 Pamboang).
Berdasarkan pembelajaran dari merintis sekolah siaga bencana yang dilakukan oleh LIPI dan
perkembangan kegiatan pendidikan kebencanaan di Indonesia, maka LIPI menyusun panduan
membangun sekolah siaga bencana. Panduan ini diharapkan menjadi acuan dalam rangka
penerapan pengurangan risiko bencana di sekolah.
B. TUJUAN
Panduan membangun sekolah siaga bencana bertujuan untuk :
a. Mengetahui kriteria dalam memilih sekolah yang akan menjadi sekolah siaga bencana.
b. Melakukan penilaian kesiapsiagaan struktur dan non struktur sekolah untuk menyusun

rencana aksi sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana.
c. Memberikan pilihan tindakan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan parameter

kesiapsiagaan (struktur dan non struktur).
d. Memberikan gambaran umum dalam melakukan pemantauan/monitoring terhadap sekolah

dalam mencapai indiktaor sekolah siaga bencana.
C. SASARAN

Panduan membangun sekolah siaga bencana ini dapat menjadi acuan dalam membangun
sekolah siaga bencana bagi :
a. Komunitas sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, dan komite sekolah)
b. Pemerintah pusat dan daerah
c. Instansi/Lembaga yang bergerak di bidang pendidikan kebencanaan
d. Sektor swasta dan masyarakat umum
D. TAHAPAN MEMBANGUN SEKOLAH SIAGA BENCANA
Terdapat tiga tahapan dalam membangun sekolah siaga bencana yaitu :
a. Tahap persiapan
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap monitoring dan evaluasi

2
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

PERSIAPAN 2

Tahap persiapan membangun sekolah siaga bencana merupakan tahap dimana pencetus sekolah
siaga bencana (baik sekolah itu sendiri maupun lembaga/instansi eksternal) harus benar-benar
memiliki pemahaman mengenai risiko bencana yang ada di sekolah. Pemahaman mengenai risiko
bencana di sekolah digunakan dalam mengambil langkah-langkah segera sesuai dengan prioritas.
Tahap persiapan mempertimbangkan 2 kriteria utama sekolah siaga bencana yakni kesiapsiagaan
struktur dan kesiapsiagaan non struktur (Hidayati, dkk (2010)). Tahap persiapan digunakan untuk
menentukan langkah-langkah prioritas yang harus segera dilakukan menuju sekolah siaga bencana
disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki oleh sekolah.
Langkah-langkah persiapan dalam membangun sekolah siaga bencana meliputi :

a. Pemilihan sekolah
b. Penilaian kesiapsiagaan struktur sekolah
c. Penilaian kesiapsiagaan non struktur sekolah
d. Penyusunan rencana aksi sekolah dalam pengurangan risiko bencana

A. PEMILIHAN SEKOLAH
Keputusan menjadi sekolah siaga bencana dapat berasal dari keinginan sekolah maupun pihak
eksternal yang memiliki program membangun sekolah siaga bencana. Faktor utama yang
menjadi pertimbangan dalam membangun sekolah siaga bencana adalah faktor risiko sekolah
terhadap suatu bencana. Tingkat risiko sekolah terhadap bencana sangat tergantung pada
tingkat ancaman bahaya di sekolah, tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas yang dimiliki oleh
sekolah. Sekolah ataupun pihak eksternal yang memiliki program untuk membangun sekolah
siaga bencana dapat menggunakan pendekatan tingkat risiko untuk memilih sekolah. Berikut
hal-hal yang dapat diperhatikan dalam menentukan sekolah yang akan dijadikan sekolah siaga
bencana adalah :
1. Letak sekolah dengan sumber bahaya (semakin dekat dengan sumber bahaya menjadi yang
diprioritaskan)
2. Kemampuan sekolah dalam mengakses jalur evakuasi (semakin terbatas akses terhadap
jalur evakuasi maka menjadi yang diprioritaskan)
3. Perbandingan jumlah siswa dan guru (semakin banyak siswa yang menjadi tanggungjawab
guru maka menjadi prioritas untuk dipilih)
4. Ketersediaan prasarana dan sarana yang dimiliki sekolah (semakin terbatas ketersediaan pra
sarana dan sarana yang dimiliki sekolah untuk pengurangan risiko bencana menjadi yang
diprioritaskan)
5. Pemahaman komunitas sekolah terhadap risiko bencana (semakin rendah pemahaman
komunitas sekolah terhadap risiko bencana di sekolah menjadi yang diprioritaskan).

3

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

B. PENILAIAN KESIAPSIAGAAN STRUKTUR SEKOLAH
Penilaian kesiapsiagaan struktur sekolah dilakukan untuk memahami dan menilai risiko bencana
yang dihadapi oleh sekolah dari aspek struktur bangunan sekolah. Penilaian kesiapsiagaan
struktur sekolah merupakan proses evaluasi diri (self assessment) sebelum dilakukan penilaian
komprehensif oleh ahli bangunan yang bertujuan untuk membantu sekolah dalam mengetahui
kondisi kerentanan fisik sekolah serta mendata kondisi dasar risiko bencana yang ada di
lingkungan sekolahnya. Penilaian kesiapsiagaan non struktur akan digunakan sebagai data dalam
menyusun perencanaan perbaikan jangka pendek, menengah dan panjang untuk menuju sekolah
siaga bencana1.
Penilaian kesiapsiagaan struktur sekolah menggunakan perangkat penilaian/evaluasi risiko oleh
sekolah yang dikembangkan oleh BNPB (2011). Terdapat 2 aspek yang dinilai yakni :
1. Aspek Prasarana dan Sarana Sekolah

Dalam aspek prasarana dan sarana sekolah ada 6 kategori isian yang harus diisi oleh guru
maupun komunitas sekolah. Kategori tersebut antara lain informasi umum dari sekolah, kon-
disi dan perencanaan sekolah, komponen struktural, komponen arsitektural, perabotan dan
isinya, utilitas dan sekitarnya. Untuk membantu penilai memahami apa saja komponen struk-
tural, beberapa gambar mengenai komponen-komponen bangunan telah diberikan.

Formulir lembar penilaian mengenai aspek prasarana dan sarana sekolah tersedia di lampiran
1. Adapun cara mengisi lembar penilaian ini adalah sebagai berikut:

a. Kategori pertama Informasi Umum ( 1xx ) diisi sesuai dengan data-data penilai, deskrip-
si data bangunan dan kondisi sekolaah terhadap paparan bencana.

b. Kategori kedua kondisi dan perencanaan ( 2xx ) dipilih menggunakan tanda centang
(√) pada gambar yang sesuai dengan kondisi bangunan

c. Kategori ketiga sampai keenam ( 3xx – 6xx ) menggunakan tanda centang (√) “ya” atau
“tidak” dalam penilaiannya.

Kriteria ambang dibawah ini akan membantu penilai atau pengambil kebijakan dalam mem-
buat rekomendasi.

• Jika nilai dari isian kedua ( kondisi dan perencanaan/2xx ) melebihi 4, disarankan bahwa
gedung tersebut perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh ahli bangunan.

• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian ketiga ( komponen struktural/3xx ) melebihi 1,
sangat disarankan gedung tersebut untuk diperiksa lebih lanjut oleh ahli bangunan.

• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian keempat ( komponen arsitektural/4xx ) melebihi 5
disarankan bahwa gedung tersebut perlu perbaikan komponen arsitektural

1 [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Panduan Teknis Rehabilitasi
Sekolah Aman dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan Tahun 2011.

4
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian kelima (perabotan dan isinya/5xx ) melebihi 10
sangat disarankan bahwa gedung tersebut perlu perkuatan pada perabotan dan isinya.
Apabila nilainya dibawah 11, perkuatan cukup dilakukan oleh guru atau komunitas seko-
lah.

• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian keenam (utilitas dan sekitarnya/6xx ) melebihi 3
sangat disarankan gedung tersebut memerlukan bantuan teknis untuk perkuatan kom-
ponen tersebut oleh ahli bangunan.

Semua ambang tersebut dapat diabaikan, jika dengan pengetahuan dari penilai, ada beberapa
hal kritis yang harus segera diperbaiki/diperkuat, walaupun belum melampaui batasan
ambang tersebut. Dalam kasus ini, mohon diberikan catatan yang disertai dengan gambar-
gambar dokumentasi (jika tersedia)�.

2. Aspek Lingkungan Sekolah
Aspek ini dinilai oleh pengelola sekolah dalam hal ini pengambil kebijakan pada masing-
masing sekolah yang bersangkutan. Formulir penilaian aspek lingkungan sekolah seperti ter-
cantum dalam lampiran 2. Penilaian formulir ini akan menentukan apakah bangunan sekolah
tersebut perlu diperkuat, dibangun kembali, atau tidak perlu perbaikan sama sekali. Dalam
hal ini pengelola sekolah harus mempertimbangkan formulir sebelumnya yang telah diisi
oleh guru atau komunitas sekolah. Selain itu, dalam formulir ini pengelola sekolah juga perlu
mengisi beberapa pertanyaan berkaitan dengan keutamaan bangunan tersebut dan anggaran
biaya yang terkait dengan perkuatan maupun pembangunan kembali sekolah tersebut.

Apabila beberapa pertanyaan yang ada dalam formulir ini lebih banyak mengacu pada jawa-
ban “Tidak”, maka akan mengacu pada kesimpulan bahwa perkuatan maupun pembangunan
kembali semakin sulit untuk diadakan. Sedangkan formulir sebelumnya akan menunjukkan
seberapa besar tingkat kerentanan bangunan tersebut terhadap gempa bumi. Sehingga den-
gan turut mempertimbangkan kedua hal tersebut akan dapat disimpulkan apakah perkuatan
maupun pembangunan kembali cukup layak untuk bangunan tersebut. Apabila diperlukan,
pihak pengelola sekolah dapat meminta bantuan kepada ahli bangunan untuk datang menin-
jau sekolah tersebut secara teknis.
Selain memberikan kesimpulan akhir, pihak pengelola sekolah juga perlu memberikan
beberapa catatan-catatan penting yang mungkin ditemukan dalam bangunan tersebut
berkaitan dengan perkuatan maupun pembangunan kembali. Selain itu dapat juga diberikan
rekomendasi mengenai kedua hal tersebut.
C. PENILAIAN KESIAPSIAGAAN NON STRUKTUR SEKOLAH
Secara umum penilaian kesiapsiagaan non struktur sekolah dilakukan dalam rangka mengetahui
kapasitas yang dimiliki sekolah dalam rangka pengurangan risiko bencana. Secara khusus penilaian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah menghadapi bencana
per paramater kesiapsiagaan menggunakan framework kesiapsiagaan yang telah dikembangkan
oleh LIPI-UNESCO/ISDR. Penilaian tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah didasarkan atas
lima parameter yaitu : (1) pengetahuan dan sikap, (2) kebijakan dan panduan, (3) rencana tanggap
darurat, (4) sistem peringatan bencana, dan (5) mobilisasi sumberdaya. Penilaian ini penting

5

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

dilakukan pada tahap persiapan sebagai dasar landasan untuk menentukan langkah-langkah
pembenahan selanjutnya dalam pelaksanaan membangun sekolah siaga bencana. Diharapkan
dari penilaian ini diketahui tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah per parameter sehingga
sekolah dapat menentukan pilihan tindakan prioritas yang akan dilakukan selanjutnya. Pilihan
tindakan tersebut berdasarkan parameter kesiapsiagaan terendah yang mampu dilakukan oleh
sekolah dan disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki sekolah.
Penilaian tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah menggunakan perangkat yang dikembangkan
oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Subjek penilaian kesiapsiagaan komunitas sekolah
terdiri dari tiga, yaitu (1) sekolah sebagai institusi; (2) guru dan (3) siswa. Adapun langkah-
langkah melakukan penilaian tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah adalah :
1. Pengumpulan Data

Oleh karena subjek penilaian kesiapsiagaan komunitas sekolah terdiri dari tiga subjek utama
maka dari itu pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah
dikembangkan pada masing-masing subjek penelitian. Instrumen kesiapsiagan sekolah terdiri
dari tiga set, yaitu (S1) berupa kuesioner untuk sekolah sebagai institusi; (S2) berisi kuesioner
untuk Guru dan (S3) kuesioner untuk siswa. Instrumen kesiapsiagaan sekolah dapat dilihat
pada lampiran 3.
- Kuesioner (S1)
Daftar isian kuesioner ini diberikan kepada pengelola sekolah (kepala sekolah atau wakilnya)

untuk diisi sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalamnya.
- Kuesioner (S2)

Daftar kuesioner S2 diberikan kepada guru pada masing-masing sekolah untuk diisi. Jumlah
guru yang diharapkan mengisi kuesioner pada masing-masing sekolah adalah 10 orang guru.
- Kuesioner (S3)
Daftar kuesioner S3 diperuntukkan untuk siswa pada masing-masing sekolah. Untuk tingkat
sekolah dasar, siswa kelas 4 dan kelas 5 dipilih sebagai responden. Sedangkan untuk tingkat SMP
dan SMA siswa yang dipilih sebagai responden adalah siswa kelas 8 dan kelas 11. Pemilihan
siswa – siswa tersebut didasarkan pada pertimbangan: (1) Tidak mengganggu kegiatan belajar.
Siswa kelas paling atas (SD/MI kelas 6, SMP dan SMA kelas 9 dan 12) kemungkinan disibukkan
dengan beberapa kegiatan berkaitan dengan persiapan ujian sekolah dan ujian nasional, dan (2)
Apabila akan dilakukan monitoring dan evaluasi tingkat kesiapsiagaan siswa pada tahun berikut-
nya para siswa tersebut masih dapat dijadikan responden.
Dalam mengisi kuesioner (S3) siswa dipandu oleh guru atau fasilitator. Untuk siswa tingkat SD
guru atau fasilitator membacakan satu – satu per satu pertanyaan yang ada di dalam kuesioner
dan mempersilahkan siswa untuk menjawab sesuai dengan pertanyaan yang dibacakan. Setelah
semua pertanyaan kuesioner dibacakan dan daftar pertanyaan telah diisi semua, siswa diper-
silahkan untuk meneliti kembali kuesionernya. Untuk tingkat SMP dan SMA, siswa diminta
untuk menjawab pertanyaan dalam kuesiner dan langsung mengisi jawabannya, tanpa dibacakan
oleh guru atau fasilitator. Guru atau fasilitator memberikan penjelasan apabila ada siswa yang
meminta klarifikasi tentang beberapa pertanyaaan dalam kuesioner.

6
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

2. Pengolahan Data
Kuesioner yang telah dikoreksi (pastikan jumlahnya sudah sesuai dengan jumlah sampel sekolah,
guru dan siswa yang sudah ditentukan sebelumnya) kemudian masing-masing kuesioner (S1, S2
dan S3) diberi nomor urut. Setelah diberi nomor urut, kuesioner siap untuk dimasukkan ke dalam
sistem pengolahan data dengan menggunakan software aplikasi kesiapsiagaan yang tersedia pada cd
dalam paket panduan ini (Lihat Lampiran Panduan Pengolahan Data yang ada dalam software).

3. Analisis Data
Setelah pengolahan data selesai akan didapatkan nilai tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah.
Tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dikategorikan pada level tinggi, sedang, dan rendah den-
gan mengacu pada Tabel 1. Selain itu dapat juga dilihat indeks masing-masing parameter yaitu
pengetahuan, peringatan bencana, rencana tanggap darurat, kebijakan dan mobilisasi sumberdaya.
Indeks masing-masing parameter ini dapat digunakan untuk menentukan pilihan tindakan priori-
tas yang harus segera dilakukan bagi sekolah dalam rangka menuju sekolah siaga bencana.

Tabel 1. Tingkat Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah

Nilai Indeks Kategori
80-100 Kesiapsiagaan tinggi
60-79 Kesiapsiagaan sedang
< 60 Kesiapsiagaan rendah

D. PENYUSUNAN RENCANA AKSI SEKOLAH DALAM MEMBANGUN SEKOLAH
SIAGA BENCANA
Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah seperti waktu, biaya, maupun sumberdaya lain-
nya dalam impelementasi kegiatan pengurangan risiko bencana menjadi kendala di sebagian besar
sekolah. Oleh karenanya perlu disepakati pilihan tindakan pengurangan risiko bencana prioritas yang
akan dilakukan dalam membangun sekolah siaga bencana berdasarkan hasil dari penilaian kesiapsia-
gaan struktur dan non struktur sekolah. Pilihan tindakan tersebut kemudian dituangkan menjadi ren-
cana aksi sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana. Dokumen tertulis ini menjadi acuan dan
ditinjau ulang berdasarkan periode perencanaan untuk mengetahui setiap implementasi pelaksanaan
indikator sekolah siaga bencana (format dokumen rencana aksi sekolah dapat diacu pada lampiran
4).
Penentuan pilihan tindakan prioritas pengurangan risiko bencana sekolah sebagai rencana aksi se-
kolah dapat dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut :
1. Buat Fokus Group Discussion (Diskusi terfokus) yang diikuti oleh komunitas sekolah (termasuk
guru dan siswa) serta dengan mengundang beberapa wakil dari komite sekolah dan lembaga/
instasi terkait pengurangan risiko bencana di sekolah seperti Dinas Pendidikan, Badan Penanggu-
langan Bencana Daerah, Perguruan Tinggi, Palang Merah Indonesia, Gerakan Pramuka Daerah,
Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun dunia usaha yang terkait pengurangan risiko bencana di
daerah.

7

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

2. Paparkan hasil penilaian kesiapsiagaan struktur dan non struktur sekolah yang telah diperoleh
sebelumnya

3. Diskusikan target parameter kesiapsiagaan (struktur dan non struktur) dan pilihan tindakan priori-
tas berdasarkan hasil kajian yang telah dipaparkan sebelumnya.

4. Galang dukungan kongkrit (nyata) yang dapat dikontribusikan oleh masing-masing lembaga/in-
stansi yang diundang tersebut (seperti : anggaran, peralatan, pelatihan, dll).

8
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

PELAKSANAAN 3



Dalam membangun sekolah siaga bencana harus memenuhi dua kriteria utama, yaitu kesiapsiagaan
struktur dan non struktur (Hidayati dkk, 2010). Kesiapsiagaan struktur diindikasikan dari kondisi
fisik sekolah yang harus memenuhi standar bangunan tahan gempa dan mempunyai sarana fisik
untuk penyelamatan diri dan evakuasi1. Kesiapsiagaan non struktur terdiri dari lima parameter: 1)
pengetahuan dan sikap, 2) kebijakan dan panduan, 3) rencana tanggap darurat, 4) sistem peringatan
bencana, dan 5) mobilisasi sumber daya2. Indikator parameter kesiapsiagaan (struktur dan non
struktur) dapat dilihat pada lampiran 5.

Sekolah siaga bencana dapat diwujudkan dengan melibatkan seluruh komponen sekolah utamanya
kepala sekolah, guru, siswa dan warga sekolah lainnya. Di samping itu, masyarakat yang bermukim
di sekitar sekolah, orang tua siswa, organisasi terkait kebencanaan dan pendidikan, dan pemerintah
daerah juga berperan dalam menunjang terwujudnya sekolah siaga bencana. Mengingat pentingnya
dukungan dan bimbingan dari pihak diluar sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana.

Kapasitas sekolah juga menjadi salah satu faktor dalam membangun sekolah siaga bencana.
Kapasitas sekolah merupakan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki oleh komponen sekolah
(guru dan siswa) dan institusi sekolah yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi
dan melakukan pemulihan dari bencana dengan cepat2. Dalam membangun sekolah siaga bencana
harus disesuaikan dengan kapasitas sekolah yang dimiliki. Dengan demikian sekolah tidak merasa
terbebani dengan mewujudkan sekolah siaga bencana. Berikut ini merupakan beberapa contoh
pilihan tindakan yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan
(struktur dan non struktur). Pilihan tindakan ini dapat dikembangkan secara mandiri sesuai dengan
kreativitas sekolah dan karakteristik daerah.

A. Kesiapsiagaan Struktur
Membangun sekolah siaga bencana harus memenuhi kesiapsiagaan dari aspek struktur yang
bersifat bentuk fisik pra sarana dan sarana di sekolah. Aspek struktur ini menjadi penting
dalam upaya melindungi komunitas sekolah dengan menyediakan lingkungan yang menjamin
keselamatan seluruh komunitas sekolah selama kegiatan belajar mengajar.
Kesiapsiagaan struktur dapat ditingkatkan dengan melakukan beberapa kegiatan yang
mencakup:
1. Struktural
Parameter struktural ini lebih melihat dari struktur dasar bangunan sekolah. Parameter
ini menjadi sangat penting diperhatikan oleh sekolah ketika memulai tahap pembangunan
fisik sekolah atau pada tahap rehabilitasi bangunan sekolah. Hal ini merupakan salah satu
upaya pengurangan risiko bencana dari aspek struktur. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan
sekolah dari komponen struktural dapat dilakukan beberapa kegiatan antara lain:
a. Membuat sistem pondasi di bawah bangunan sekolah.
b. Membangun bangunan sekolah yang memiliki balok ikat pondasi.
c. Membangun bangunan sekolah yang memiliki kolom-kolom yang kuat.
d. Membangun dinding bangunan sekolah yang terbuat dari bahan yang ringan.
e. Mengganti atap bangunan sekolah dengan bahan terbuat dari material yang ringan.

1 Hidayati, D., Widayatun dan Triyono. 2010. Sekolah Siaga Bencana: Pembelajaran dari Kota Bengkulu. Jakarta: LIPI Press.
2 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) – UNESCO/ISDR. 2006. Framework Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi

Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta

9

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

2. Arsitektural
Parameter arsitektural bangunan sekolah juga menjadi salah satu parameter utama dalam
kesiapsiagaan struktur. Selain dinilai dari segi keindahan dan keberfungsian, komponen
arsitektural ini juga memperhatikan upaya pengurangan risiko bencana. Ada beberapa
contoh arsitektural yang dapat dibuat atau dikembangkan oleh sekolah dalam upaya
membangun sekolah siaga bencana, antara lain:
a. Memasang langit-langit (plafon) yang terikat kuat ke rangka atap bangunan sekolah.
b. Memasang pintu di tiap ruangan kelas yang terbuka keluar ruangan.
c. Memberi ikatan silang antar sudut yang kuat di semua jendela berkaca.
d. Memastikan benda-benda yang menggantung di langit-langit tidak akan saling
bertabrakan ketika terjadi gempa bumi.
e. Memasang lampu-lampu dengan kuat dan pas pada tempatnya.
f. Menanam tiang bendera dengan baik dan kuat.
g. Menjangkarkan pegangan tangga dengan kuat.
h. Memasang papan petunjuk di kawasan sekolah dengan baik dan kuat.

3. Perabotan dan isinya
Di dalam ruangan kelas seringkali ditemui perabotan-perabotan yang mendukung
proses pembelajaran. Hal serupa juga dapat ditemui di ruang guru atau kepala sekolah.
Bahkan untuk di kedua ruangan tersebut perabotan yang ada jumlahnya tidak sedikit dan
merupakan benda-benda penting yang dimiliki sekolah. Untuk itu perabotan dan isinya juga
tidak luput dari perhatian sekolah ketika membangun sekolah siaga bencana. Pengaturan
dalam peletakkan perabotan dan isinya harus memperhitungkan upaya pengurangan risiko
bencana. Berikut ada beberapa contoh dalam menata perabotan di sekolah, antara lain:
a. Mengikat peralatan penting (computer, telepon dan peralatan elektronik lainnya) milik
sekolah dengan baik dan kuat di atas meja atau rak.
b. Meletakkan peralatan elektronik bukan pada jalur evakuasi.
c. Mengikat rak-rak buku dan lemari arsip (filling cabinet) dengan kuat pada dinding atau
lantai.
d. Mengganti rak-rak buku yang sudah dalam kondisi lapuk.
e. Meletakkan barang-barang yang mudah pecah pada tempat yang cukup stabil dan
aman.
f. Meletakkan rak penyimpan peralatan P3K pada tempat yang mudah diakses dan tidak
mudah rusak.
g. Menyediakan meja-meja yang terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menahan
jatuhnya reruntuhan.
h. Memasang gambar, papan tulis dan hiasan dinding dengan kuat pada dinding dan
terletak pada lokasi yang tidak membahayakan.
i. Meyimpan bahan-bahan kimia (bahan mudah terbakar) pada tempat yang aman dan
direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya.

4. Peralatan Pendukung Lain
Peralatan-peralatan pendukung yang ada di lingkungan sekolah dapat menjadi faktor
kerentanan bila tidak terpasang sesuai kaedah pengurangan risiko bencana. Untuk itu perlu
dilakukan beberapa kegiatan yang menjadikan peralatan pendukung lain sekolah sebagai
kapasitas yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan struktur dalam membangun sekolah
siaga bencana, diantaranya:
a. Memasang sambungan instalasi pipa air dengan kuat.
b. Menempatkan instalasi pipa air bukan di jalur evakuasi.
c. Memasang instalasi kabel listrik dengan baik dan terikat kuat.
d. Menyediakan alat pemadam api ringan di sekolah.

10
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

B. Kesiapsiagaan Non Struktur
Suatu sekolah disebut sekolah siaga bencana jika telah memenuhi pula indikator framework
kesiapasiagaan dalam mengantisipasi bencana yang terdiri dari lima parameter (Hidayati, 2010).
Untuk itu sekolah perlu melakukan beberapa upaya dalam mencapai indikator tersebut. Setelah
dilakukan penilaian kesiapsiaan non struktur sekolah, maka akan didapat indeks kesiapsiagaan
sekolah. Dari indeks tersebut akan terlihat nilai indeks kesiapsiaagan dari masing-masing
komponen sekolah (guru, siswa dan intitusi sekolah) yang juga menggambarkan tingkat
kesiapsiagaan dari kelima parameter. Dengan demikian sekolah dapat membuat rencana
prioritas dalam upaya peningkatan parameter kesiapsiagaan non struktur guna memenuhi
indikator framework kesiapsiagaan.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi tantangan dalam membangun sekolah siaga bencana,
seperti kalender pendidikan sekolah dan kapasitas sekolah yang dimiliki. Untuk itu sekolah perlu
membuat rencana prioritas dalam peningkatan parameter kesiapsiagaan non struktur. Dalam
menentukan parameter yang akan ditingkatkan dapat dilihat dari hasil penilaian kesiapsiagaan
non struktur sekolah yang dilakukan di awal. Parameter kesiapsiagaan non struktur yang
masih rendah menjadi prioritas dalam menentukan pilihan tindakan. Dalam menentukan
pilihan tindakan juga perlu memperhatikan indeks kesiapsiagaan non struktur per masing-
masing komponen sekolah (guru, siswa, dan institusi sekolah). Dengan demikian sekolah lebih
efektif dalam upaya meningkatkan parameter kesiapsiagaan non struktur sesuai indikator yang
diharapkan. Pilihan tindakan yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam memenuhi indikator
kesiapsiagaan non struktur sebagai upaya dalam membangun sekolah siaga bencana antara
lain:

1. Pengetahuan dan Sikap
Pengetahuan tentang fenomena alam, khususnya gempa bumi dan tsunami, dan
kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko bencana merupakan faktor yang sangat penting dan
menjadi parameter utama untuk mengukur kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana
alam. Peningkatan pengetahuan dan sikap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan
tsunami dapat berjalan efektif apabila memenuhi ketentuan berikut:
a. Pengintegrasian materi tentang bencana dan kesiapsiagaan mengantisipasi bencana
ke dalam mata pelajaran wajib yang relevan, pelajaran mulok dan kegiatan ekstra
kulikuler.
b. Penyusunan standar kompetensi kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana, silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Pelaksanaan pelajaran dan kegiatan sesuai dengan silabus dan RPP.
d. Evaluasi terhadap pelajaran dan kegiatan kesiapsiagaan sesuai dengan indicator yang
ditetapkan dalam standar kompetensi.
e. Ketersediaan materi dan bahan ajar kesiapsiagaan mengantisipasi bencana gempa bumi
dan tsunami.
f. Meningkatkan kapasitas (kemampuan materi dan keterampilan) guru yang relevan
dengan pelajaran dan kegiatan kesiapsiagaan mengantisipasi bencana.
g. Mengaktifkan kegiatan UKS/dokter kecil, PMR dan Pramuka dengan mengembangkan
silabus atau kegiatan yang jelas dan terukur.
h. Mengembangkan kerjasama dengan lembaga pemerhati kebencanaan dan pendidikan,
seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan/Puskesmas, BPBD, Dinas Sosial/
TAGANA, PMI dan Pramuka.

11

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

2. Kebijakan dan Panduan
Adanya kebijakan sekolah sangat penting dalam upaya membangun sekolah siaga bencana.
Kebijakan menjadi payung untuk legalitas dan acuan dalam pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan
di sekolah. Kebijakan di tingkat sekolah akan lebih mudah dibuat dan dikembangkan
apabila telah ada landasan kebijakan yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan di tingkat
Propinsi atau Kabupaten/Kota. Melalui Surat Edaran Mendiknas No. 70a/SE/MPN/2010
tentang pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah, sudah dapat menjadi
legalitas atau acuan bagi sekolah dalam melakukan aktivitas pengurangan risiko bencana di
lingkungan sekolah. Sekolah dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memiliki
wewenang untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebtuhan sekolah, termasuk
mengintegrasikan materi kesiapsiagaan ke dalam kurikulum sekolah.
Kebijakan yang dibuat untuk mendukung kesiapsiagaan sekolah sebaiknya dituangkan
secara tertulis. Karena suatu kebijakan harus dapat diketahui oleh seluruh warga sekolah
sebagai subjek yang diatur dalam kebijakan tersebut. Selain itu juga merupakan bukti fisik
yang dapat menjadi satu indikator suatu sekolah dikatakan siap mengantisipasi bencana.
Ada beberapa contoh kebijakan yang dapat dibuat atau dikembangkan oleh sekolah dalam
upaya membangun sekolah siaga bencana, seperti:
a. Surat atau dokumen yang menyatakan pengintegrasian materi kesiapsiagaan
mengantisipasi bencana ke dalam pelajaran wajib yang relevan, pelajaran mulok dan
kegiatan ekstra kurikuler.
b. Surat Keputusan (SK) pembentukan Gugus Siaga Bencana di sekolah. Dalam SK ini
tertulis komponen sekolah apa saja yang masuk ke dalam beberapa kelompok gugus
siaga bencana. SK ini juga menjelaskan tugas pokok dan fungsi dari tiap kelompok
gugus siaga bencana ketika sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah
terjadi bencana.
c. Surat atau dokumen yang menyatakan adanya alokasi anggaran/dana untuk kegiatan
kesiapsiagaan bencana di sekolah. Untuk kebijakan ini sekolah sebaiknya melibatkan
komite sekolah dan Dinas Pendidikan daerah yang berperan sebagai pengawas dalam
pengelolaan sekolah.
d. Surat atau dokumen yang menyatakan adanya latihan atau simulasi evakuasi bencana
yang dilakukan sekolah secara regular.

3. Rencana Tanggap Darurat
Rencana tanggap darurat merupakan parameter ketiga untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan
non struktur sekolah. Semua komponen komunitas sekolah harus mempersiapkan rencana
dan tindakan untuk merespon kondisi darurat bencana agar dapat mengurangi risiko.
Meningkatkan kesiapsiagaan dalam rencana tanggap darurat sekolah dapat diindikasikan
dalam beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah, seperti:
a. Membuat salinan/duplikat dokumen-dokumen penting sekolah yang disimpan di
tempat yang aman.
b. Membuat rencana evakuasi yang diwujudkan dalam penentuan tempat evakuasi; denah
dan jalur evakuasi; rambu petunjuk arah evakuasi; peralatan evakuasi.
c. Membuat prosedur tetap (protap) evakuasi.
d. Menyiapkan obat-obatan dan perlengkapan pertolongan pertama.
e. Membentuk posko/unit kesehatan sekolah atau PMR sebagai wadah kaderisasi sumber
daya manusia sekolah dalam pertolongan pertama.
f. Mengadakan pelatihan pertolongan pertama dengan di damping oleh instansi terkait
seperti PMI, Puskesmas dan Dinas Kesehatan daerah.
g. Melakukan latihan/simulasi evakuasi secara rutin.

12
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

4. Sistem Peringatan Bencana
Peringatan bencana merupakan salah satu faktor utama dalam mencegah korban jiwa dan
mengurangi dampak kerugian ekonomi dan material dari sebuah bencana. Agar berjalan
efektif, sistem peringatan bencana harus melibatkan seluruh komunitas sekolah secara
aktif.
Untuk meningkatkan kapasitas sekolah dalam sistem peringatan bencana dapat dilakukan
beberapa kegiatan antara lain :
a. Membuka akses komunikasi terhadap informasi peringatan bencana resmi yang
bersumber dari BMKG, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah
daerah dan media.
b. Menyiapkan peralatan komunikasi dalam kondisi yang baik dan siap setiap saat untuk
mengakses informasi peringatan bencana yang resmi.
c. Membentuk kelompok peringatan bencana dengan tugas, kewajiban dan wewenang
yang jelas.
d. Menyiapkan peralatan peringatan bencana di sekolah yang digunakan untuk
menyebarluaskan informasi peringatan bencana ke seluruh komunitas sekolah.
e. Membuat protap (SOP) peringatan bencana yang menjelaskan tentang tanda/bunyi
peringatan bencana di sekolah, mekanisme aktivasi peringatan, pembatalan peringatan
dan kondisi aman setelah tsunami berakhir.
f. Melakukan sosialisasi tentang sistem peringatan bencana di sekolah kepada seluruh
komunitas sekolah.

5. Mobilisasi Sumber Daya
Sekolah diharapkan mampu memobilisasi sumber daya yang tersedia secara efektif. Semua
komponen yang ada di komunitas sekolah mulai dari sekolah sebagai institusi, guru, siswa
dan komite sekolah harus dilibatkan. Untuk meningkatkan kemampuan sekolah dalam
memobilisasi sumber daya yang dimiliki, maka sekolah dapat melakukan beberapa upaya
antara lain:
a. Membentuk gugus siaga bencana yang terdiri dari kelompok peringatan bencana,
evakuasi, pertolongan pertama, logistik dan keamanan. Tiap kelompok tersebut
menjabarkan lebih detil tentang tugas, kewajiban dan wewenang yang disepakati oleh
komunitas sekolah.
b. Membuat prosedur tetap (protap) pelaksanaan gugus siaga bencana.
c. Mengadakan pelatihan di sekolah atau mengirimkan utusan dari sekolah untuk mengikuti
pelatihan di luar sekolah sebagai upaya meningkatkan kemampuan guru dan siswa, baik
pengetahuan maupun keterampilan yang mendukung kesiapsiagaan di sekolah dalam
mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami.
d. Menyediakan materi dan bahan ajar tentang fenomena alam dan kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi bencana.
e. Mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi bencana.
f. Mengembangkan kerjasama dengan instansi pemerintah daerah yang terkait
penanggulangan bencana (BPBD, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial
serta TNI dan POLRI).

13

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

MONITORING 4

Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indiKator yang telah
ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi untuk penyempurnaan program selanjutnya. Adapun hal yang terkait dengan
monitoring sekolah siaga bencana adalah sebagai berikut :
1. TUJUAN MONITORING

Monitoring sekolah siaga bencana dilakukan untuk :
a. Memantau sekolah siaga bencana
b. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di sekolah siaga bencana disesuaikan

dengan rencana aksi sekolah yang telah dibuat
c. Mengidentifikasi masalah yang timbul sehingga segera teratasi
d. Melakuka penilaian apakah pola kerja dalam pengembangan sekolah siaga bencana yang

digunakan sesuai/tepat untuk mencapai tujuan program
e. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan
f. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah tanpa menyimpang dari tujuan
g. Melihat kemajuan peningkatan dari setiap parameter kesiapsiagaan sekolah siaga bencana

(non truktur dan struktur).
2. PELAKU MONITORING

Monitoring dapat dilakukan oleh siapa pun yang memahami konteks dan substansi yang
berhubungan dengan sekolah siaga bencana. Monitoring sekolah siaga bencana dapat dilakukan
antara lain oleh :
a. Pihak Internal Sekolah

Pihak internal sekolah yang dapat melakukan monitoring, antara lain : kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, dan guru yang pernah terlibat dalam tahap perencanaan sampai proses
pembangunan sekolah.
b. Pihak Eksternal Sekolah
Pihak eksternal atau luar sekolah yang dapat melakukan monitoring, antara lain : pengawas
sekolah, Dinas Pendidikan daerah, LSM atau penyandang dana program sekolah siaga
bencana, perguruan tinggi, dan instansi pemerintah yang terkait dalam pengurangan risiko
bencana (seperti : BNPB, BPBD, dan lain sebagainya).
3. WAKTU PELAKSANAAN MONITORING
Monitoring sekolah siaga bencana dapat dilakukan kapanpun, tergantung kesiapan sekolahnya.
Sekolah dapat menentukan menentukkan agenda untuk melakukan monintoring. Pihak eksternal
sekolah yang ingin melakukan monitoring dapat diperbolehkan datang secara mendadak tanpa
pemberitahuan sebelumnya, dengan tujuan agar hasil yang diharapkan sesuai dengan kondisi
sebenanrnya.
4. CARA MELAKUKAN MONITORING
Sebelum melakukan monitoring sebaiknya perlu memperhatikan antara lain :
a. Memahami pertanyaan-pertanyaan kunci dalam melakukan monitoring, antara lain :
Mengidentifikasi masalah-masalah apa saja yang biasa timbul
Apakah program berjalan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan
Apakah program menghasilkan keluaran / output yang direncanakan

14
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Apakah strategi yang dijalankan berjalan sesuai dengan rencana
Apakah kelompok sasaran terlibat dalam aktivitas program
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dimaksudkan supaya para asesor mampu menggali
pertanyaan yang objektif terkait sekolah siaga bencana.
b. Lakukan monitoring secara berkala
Monitoring sekolah siaga bencana sebaiknya dilakukan secara berkala menyesuaikan periode/
waktu dari setiap program yang telah disusun dalam rencana aksi sekolah sebelumnya.
Sesuai dengan pelaksanaan dalam membangun sekolah siaga bencana dimana sekolah
meningkatkan parameter kesiapsiagaan struktur dan non struktur, maka sekolah maupun pihak
eksternal dapat melakukan monitoring terhadap capaian kedua hal tersebut.

a. Monitoring Kesiapsiagaan Struktur Sekolah
Monitoring sekolah siaga bencana dilakukan untuk menilai tingkat ketercapaian kesiapsiagaan
baik struktur maupun non struktur. Monitoring tingkat ketercapaian kesiapsiagaan struktur
dilakukan pada empat parameter kesiapsiagaan struktur sekolah siaga bencana, yakni :
parameter struktural, parameter arsitektural, parameter perabotan dan isinya, dan peralatan
pendukung lain.
Untuk melakukan monitoring terhadap kesiapsiagaan struktur sekolah perlu disiapkan
kuisioner (lampiran 7). Di dalam kuisioner tersebut terdapat empat pertanyaan utama yang
berkaitan dengan empat parameter kesiapsiagaan struktur yakni : intrumen struktural,
arsitektural, perabotan dan isinya, dan peralatan pendukung lain dengan total jumlah
pertanyaan sebanyak 43 pertanyaan. Kuisioner ini diisi oleh satu orang perwakilan sekolah
yang pernah terlibat dalam tahap perencanaan sampai proses pembangunan sekolah.

b. Monitoring Kesiapsiagaan Non Struktur Sekolah
Monitoring terhadap capaian kesiapsiagaan non struktur sekolah siaga bencana dilakukan
menggunakan perangkat kuisioner seperti yang dapat lihat pada lampiran 6.
Kuisioner monitoring diperlukan untuk mempermudah asesor dalam mengumpulkan
informasi tentang capaian indikator dari setiap parameter kesiapsiagaan non struktur
sekolah siaga bencana.
Kuisioner ini terdiri dari tiga seri, yakni :
1) Kuisioner untuk Sekolah (Seri S1)
Kuisioner ini diisi oleh pengambil kebijakan di sekolah yaitu kepala sekolah. Di dalam
kuisioner ini terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh sekolah terkait
dengan pengetahuan dan sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat,
peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya dalam membangun sekolah siaga
bencana.
2) Kuisioner untuk Guru (Seri S2)
Kuisioner ini diisi oleh guru. Di dalam kuisioner ini terdapat pertanyaan-pertanyaan
yang harus dijawab oleh guru terkait pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat,
peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya dalam membangun sekolah siaga
bencana.

15

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

3) Kuisioner untuk Murid (Seri S3)
Kuisioner ini diisi oleh seluruh murid di sekolah siaga bencana. Di dalam kuisioner ini
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh murid terkait pengetahuan dan
sikap, rencana tanggap darurat, peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya dalam
membangun sekolah siaga bencana.

Setelah kuisioner tersebut dipersiapkan dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah
menyebarkan kuisioner tersebut kepada kelompok sasaran (kepala sekolah, guru, dan
murid).

5. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA HASIL MONITORING

Untuk mengetahui hasil monitoring ketercapaian sekolah siaga bencana, maka dilakukan
pengolahan data dari semua kuisioner yang terkumpul meliputi kuisioner kesiapsiagaan
struktur dan non struktur. Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan bantuan program komputer yang disertakan dalam panduan ini. Contoh
pengolahan data hasil monitoring sekolah siaga bencana (kesiapsiagaan struktur dan non
struktur) dapat dilihat pada lampiran 8.

Setelah penghitungan selesai dilakukan, maka dihasilkan nilai indeks ketercapaian
kesiapsiagaan struktur. Nilai indeks kesiapsiagaan struktur meliputi indeks per parameter
yaitu, Struktural (S), Arsitektural (A), Perabotan dan Isinya (Pi) dan Peralatan pendukung
lain (Pp). Semakin tinggi nilai indeks yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat
ketercapaian indikator parameter kesiapsiagaan struktur.

Nilai indeks digunakan pula untuk mengetahui ketercapaian indikator parameter
kesiapsiagaan non struktur sekolah siaga bencana. Nilai indeks dalam monitoring
kesiapsiagaan non struktur meliputi indeks per parameter yaitu Pengetahuan dan Sikap/
knowledge (K), Kebijakaan Panduan/policy (PS), Rencana Tanggap Darurat/emergency planning
(EP), Peringatan Bencana/warning system (WS), dan Mobilisasi Sumberdaya/resource
mobilization capacity (RMC). Semakin tinggi angka indeks berarti semakin tinggi pula tingkat
capaian sekolah dalam memenuhi indikator parameter kesiapsiagaan non struktur sekolah
siaga bencana.

Nilai indeks ketercapaian monitoring sekolah siaga bencana merupakan gabungan dari
nilai indeks ketercapaian kesiapsiagaan struktur dan non struktur. Nilai indeks ketercapaian
monitoring sekolah siaga bencana dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 2. Nilai Indeks Ketercapaian Monitoring Sekolah Siaga Bencana

Nilai Indeks Kategori
67 – 100 Ketercapaian tinggi
34 – 66 Ketercapaian sedang
0 – 33 Ketercapaian rendah

16
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

LAMPIRAN 1. Formulir Penilaian Aspek Prasarana dan Sarana Sekolah

Formulir Penilaian oleh Sekolah Aspek Prasarana dan Sarana

Informasi Umum diisi sesuai dengan data-data penilai dan deskripsi data bangunan

100 Informasi Umum Pekerjaan Penilai

101 Nama Penilai

102 Nama Sekolah

110 Informasi Geografis

111 Alamat (Jalan, Kecamatan, Kota/
Kabupaten, Provinsi)

112 Tipe Daerah □ Perkotaan □ Pinggiran Kota □ Pedesaan

113 Daya Akses □ Dapat dilalui mobil □ Tidak dapat dilalui mobil

120 Informasi Bangunan

121 Fungsi bangunan

122 Kepemilikan bangunan □ Swasta □ Umum/Negara

123 Nama pemilik

124 Jumlah penghuni Dewasa ( > 15thn) : Anak-anak (<15thn) :

125 Tahun berdiri

126 Material struktur bangunan (balok, kolom) □ Beton □ Kayu □ Baja
□ Bata
127 Material dinding bangunan □ Multiplex □ Baja ringan □ Lain-lain Sebutkan :
……....................
128 Material rangka atap (kuda-kuda) □ Kayu
□ Lain-lain Sebutkan:
……............……..

130 Informasi Komunitas

131 Daerah □ Desa □ Pinggiran kota □ Kota
□ Rendah
132 Mayoritas profesi penduduk local/
mayoritas jenis industry

133 Status ekonomi dari mayoritas penduduk

134 Kesadaran penduduk terhadap bencana □ Menengah □ Tinggi
alam

140 Sejarah Bencana Alam

141 Bencana alam utama apa di daerah ini?

Bencana alam apa yang terjadi terakhir
142 kali? (tahun, tipe bencana dan kerusakan

yang ditimbulkan)

143 Apakah bangunan ini pernah rusak akibat □ Ya □ Tidak
bencana alam?

144 Kapan bangunan rusak dan bencana apa
yang menyebabkannya?

Apakah bangunan pernah dibangun □ Dibangun kembali □ Diperkuat □ Tidak pernah
145 kembali/diperkuat setelah kerusakan

terjadi?

17

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Kondisi sekolah Ya Tidak Keterangan

150 Gempa Bumi

151 Bagunan sekolah tidak dirancang tahan
gempa

152 Pintu kelas dan gerbang sekolah tidak
cukup lebar untuk evakuasi saat gempa

Sekolah belum membuat jalur evakuasi
153 dan tempat berkumpul saat kejadian

gempa bumi

Sekolah belum memperoleh atau
154 melakukan pelatihan dan simulasi untuk

kejadian bencana gempa bumi

155 Sekolah berada pada wilayah rawan anca-
man gempa bumi

156 Sekolah berlokasi di daerah yang pernah
terkena gempa bumi besar sebelumnya

160 Tsunami

161 Sekolah berada pada wilayah yang rawan
terjadi bencana tsunami

162 Sekolah berlokasi di daerah yang pernah
terkena bencana tsunami sebelumnya

163 Sekolah belum memiliki rancangan bangu-
nan yang aman dari tsunami

Sekolah belum membuat jalur evakuasi
164 dan tempat berkumpul yang aman saat

terjadi tsunami

Sekolah belum memperoleh atau melaku-
165 kan pelatihan dan simulasi mengantisipasi

bencana tsunami

18
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Kondisi dan perencanaan dipillih menggunakan tanda centang (√) pada gambar yang sesuai dengan kondisi bangunan Nilai
200 Kondisi dan Perencanaan

210 Kondisi Lokasi

tanah datar lereng tepi lereng bawah lereng dekat pantai diatas lapisan pasir
3 3 3 3 tebal 1m3
220 Plan Layout 1

kotak bentuk L bentuk L dengn bentuk T bentuk T dengan bentuk U
dilatasi dilatasi

bentuk U dengan kotak panjang lain-lain
dilatasi

230 Long Building

19 dinding panjang kotak tertutup dinding panjang dengan dinding panjang lain-lain
tak terkekang 1 kolom dan beton balok dengan penyokong
Panduan Penerapan 4
Sekolah Siaga Bencana 1 1
Jumlah

Kategori ketiga sampai keenam dipilih menggunakan tanda centang (√) “ya” atau “tidak” sesuai
dengan keadaan bangunan, disertai catatan apabila diperlukan

300 Komponen Struktural

310 Fondasi Catatan

311 ya tidak

Apakah ada sistem dibawah bangunan Catatan
ya tidak
320 balok ya tidak
321 Apakah bangunan memiliki balok sloof/balok ikat fondasi ?
322 Apakah bangunan memiliki balok ring ?

323 ya tidak
Apakah balok terbebas

dari kerusakan (retak, pecah, lepas dari ikatannya) ?

330 Kolom Catatan
331 Apakah bangunan memiliki kolom ? ya tidak

332 ya tidak

Apakah semua kolom terbebas dari kerusakan (retak, pecah, lepas dari
ikatannya) ?

340 Dinding ya Catatan
341 Apakah dinding bangunan terbuat dari bahan yang ringan ? ya tidak

342 Apakah dinding bebas dari keretakan ? tidak
350 Atap

20
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Apakah atap terbuat dari material yang ringan ? ya tidak
351

352 Apakah penutup atap dihubungkan dengan baik pada rangka atap? ya tidak
Jumlah

400 Komponen Arsitektural

No Keterangan Ya Tidak Catatan
410 Partisi
411 Apabila ada dinding partisi apakah sudah diikatkan pada

komponen-komponen terdekat?

420 Langit-Langit
421 Apakah plafon atau kisi-kisi sudah diikatkan dengan kuat ke

sistem atap?
430 Pintu dan Jendela
431 Apakah pintu terbuka keluar ruangan?

21

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

No Keterangan Ya Tidak Catatan
432 Apakah jendela yang berkaca telah diberi ikatan silang antar

sudutnya sebagai pengikat lateral pada struktur atau pada kaca
dilapisi plastik pengaman kaca sehingga saat terjadi gempa,
pecahan kaca tidak membahayakan?

440 Ornamen Tetap
441 Apakah benda-benda yang menggantung di langit-langit sudah

dipastikan tidak akan bertabrakan satu sama lain ketika terjadi
gempa?
442 Apakah lampu-lampu sudah dipasang dengan kuat dan pas pada
tempatnya?

443 Apakah tiang bendera sudah tertanam dengan baik dan kuat pada
tempatnya?

444 Apakah papan petunjuk di kawasan sekolah sudah diikatkan
dengan baik?

445 Apakah genteng sudah diikatkan dengan baik pada struktur atap?

450 Tangga
451 Apabila ada tangga apakah pegangan tangga sudah dijangkarkan

dengan kuat dan dijangkarkan dengan baik
460 Lantai dan Keramik
461 Apakah lantai terbebas dari keretakan
462 Apakah keramik lantai utuh

Jumlah

22
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

500 Perabot dan Isinya

No Keterangan Ya Tidak Catatan

510 Peralatan listrik (telepon, televisi, komputer, lampu, kipas
angin, dll)

Apakah peralatan yang penting sudah diikatkan dengan baik untuk
menghindari peralatan tersebut bergeser dari atas rak atau meja?

511

512 Apakah telepon yang diletakkan di atas meja sudah cukup jauh dari
tepi sehingga telepon tersebut tidak terjatuh?

Apakah speakers/pengeras suara, komputer, dan alat-alat elektronik
513 lain sudah diikatkan dengan baik sehingga tidak menghambat jalur

evakuasi saat terjadi gempa

514 Apakah informasi penting yang berada di dalam komputer sudah
disimpan secara periodik ditempat lain sebagai cadangan

520 Perabotan

Apakah rak-rak buku, filling cabinet sudah diangkurkan dengan baik
pada dinding atau lantai?

521

522 Apakah kondisi rak-rak buku, rak, filling cabinet masih dalam
keadan yang baik (tidak lapuk)?

Apakah rak-rak buku sudah dilengkapi dengan penyangga atau kabel
di tepi, untuk menjaga buku yang jatuh?

523

23

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

No Keterangan Ya Tidak Catatan
524 Apakah barang-barang yang dapat pecah sudah berada pada tempat

yang cukup stabil dan aman?

525 Apakah rak-rak yang menyimpan peralatan P3K terletak pada tempat
yang mudah diakses dan tidak mudah rusak?

526 Apakah rak-rak yang beroda sudah ditahan/di-blok untuk
menghindari rak tersebut meluncur saat gempa?

527 Apakah meja terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menahan
jatuhnya reruntuhan

528 Apakah sudut-sudut meja sudah diratakan dan dihaluskan untuk
menhindari adanya cedera?

530 Gambar dan Papan

531 Apakah gambar, papan, dan hiasan dinding sudah dipasang dengan
kuat pada dinding dan terletak pada lokasi yang tidak membahayakan?

540 Bahan-bahan Berbahaya dan Beracun
541 Apakah barang-barang kimia sudah disimpan sesuai rekomendasi dari

pabrik yang membuatnya?

542 Apakah tabung gas LPG sudah diamankan dengan baik dan tertutup
dengan kencang?
Jumlah

24
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

600 Peralatan Pendukung Lain Keterangan Ya Tidak Catatan
No
610 Perpipaan

611 Apakah sambungan pada perpipaan cukup kuat untuk untuk
menghindari kerusakan pada saat gempa terjadi?

612 Apakah perpipaan tidak terletak pada jalur evakuasi?
620 Utilitas yang lain
621 Apakah tersedia tabung pemadam api?
622 Apakah kotak pemadam api sudah diikatkan dengan aman?

623 Apakah tabung pemadam api diamankan dengan pengikat yang
mudah dilepaskan?

630 Peralatan listrik
631 Apakah tempat/pipa kabel sudah diikat secara lateral shingga tidak

mudah terlepas dari ikatannya?
640 Sekitar

641 Apakah ada tempat evakuasi atau lapangan terbuka?

642 Apakah jalur evakuasi aman dari benda yang berjatuhan

643 Apakah pohon mati atau rapuk sudah ditebang sehingga tidak akan
jatuh/patah pada saat gempa terjadi?
Jumlah

25

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Kesimpulan dan Saran pada Aspek Pra sarana dan Sarana

Kesimpulan :
Kesimpulan yang ditulis adalah berdasarkan nilai dan jumlah jawaban pada isian di atas. Sehingga
diketahui apakah diperlukan peninjauan lebih lanjut oleh ahli bangunan. Namun apabila terdapat
hal-hal yang perlu disampaikan berkaitan dengan pengetahuan penilai mengenai bangunan sekolah
tersebut maka dapat ditulis dalam kesimpulan secara umum.

No Hal yang Ditinjau Kesimpulan
1 Kondisi dan Perencanaan (2xx)
2 Komponen Struktural (3xx)
3 Komponen Arsitektural (4xx)

4 Perabotan dan Isinya (5xx)

5 Utilitas dan Sekitarnya (6xx)

Kesimpulan secara umum :

Saran :

Penilai

(.........................................)
Mengetahui,

Kepala Sekolah

(.....................................)

26
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

LAMPIRAN 2. Formulir Penilaian Aspek Lingkungan Sekolah

FORMULIR PENILAIAN ASPEK LINGKUNGAN SEKOLAH

INTJanabafnmaogtraagmnaPlaPesneinilIailniasi peksi :::
UJJFLIPuuneuommmfrnkobuagllraaarssmihhiikBaBPaansena/inngPgBguegunarunanknnaugnaautnananTerakhir (tahun) ::::::

Daftar Evaluasi Keutamaan Bangunan

Pengaruh terhadap Bidang yang Lain Ya Tidak Catatan
Ya Tidak Catatan
1 Apakah bangunan tidak memiliki nilai sejarah Ya Tidak Catatan

2 Apakah perkuatan tidak akan menimbulkan
kekacauan sosial?

3 Apakah kerusakan yang terjadi tidak
membahayakan bangunan sekitar

Fungsi Bangunan Pra dan Pasca Bencana

4 Apakah bangunan tidak berkaitan dengan
kepentingan masyarakat sekitar

5 Apakah bangunan tidak bertindak sebagai
tempat sementara pasca bencana

Anggaran dan Faedah

6 Apakah anggaran yang tersedia cukup untuk
melaksanakan perkuatan

7 Apakah anggaran yang tersedia cukup untuk
perawatan rutin

Apakah perkuatan bangunan akan memberikan
8 faedah yang lebih besar daripada membangun

kembali?

27

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

Kesimpulan dan Saran pada Aspek Lingkungan Sekolah

Kesimpulan :
Dalam memberikan kesimpulan, pengelola sekolah dapat memilih lebih dari satu pilihan perbaikan
sesuai alasan yang didapat dari keadaan masing-masing sekolah. Kemudian diberikan catatan dan
rekomendasi untuk perbaikan tersebut.

No Pilihan Perbaikan Ya Tidak Catatan

1 Tidak perlu perbaikan apa-apa
2 Perlu penilaian secara teknis dari ahli bangunan
3 Perlu perkuatan dan perbaikan di beberapa bagian
4 Perlu pembangunan kembali
5 Lain-lain

Kesimpulan secara Umum :

Catatan :
Saran :

Kepala Sekolah,
(....................................)

28
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

LAMPIRAN 3. Kuisioner Penilaian Kesiapsiagaan
Non Struktur Sekolah

DAFTAR
PERTANYAAN

SURVEY KESIAPSIAGAAN
SEKOLAH (S1)

I. PENGENALAN TEMPAT Negeri Swasta

1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status

II. KETERANGAN SEKOLAH Dekat(kurang dari 500 meter)
1. Nama Guru Sedang(500-2000 meter)
2. Jumlah Guru Jauh(lebih dari 2000 meter)
Rendah(< 5 meter dpl)
3. Jarak Sekolah dari pantai Sedang(5-10 meter)
Tinggi(>10 meter dpl)
4. Jarak Sekolah dari pantai Tidak Tahu
Beton/bata Kayu/papan
5. Jenis dinding bangunan terbanyak Bertingkat Tidak bertingkat
6. Jenis bangunan Padat/tanpa jendela/ventilasi
Setengah padat/cukup jendela/ventilasi
7. Apabila bertingkat, kondisi dinding pada Banyak jendela/dinding kaca
lantai terbawah Bagian bangunan yang panjang, sejajar dengan pantai
Bagian bangunan panjang, membentuk sudut dengan garis pantai
8. Kondisi Bangunan Sekolah Bagian bangunan yang panjang, tegak lurus dengan garis pantai
Tidak Tahu
9. Apakah bangunan sekolah mengikuti standar
bangunan tahan gempa Ya Tidak Tidak tahu

Apakah bangunan sekolah mengikuti standar Ya Tidak Tidak tahu
10. bangunan yang memperhitungkan pengaruh

beban tsunami

29

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

III. KEBIJAKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA (PS)

11. Apakah ada kebijakan/program pendidikan yang bekaitan dengan Ya Tidak Tidak tahu
kesiapsigaan menghadapi bencana alam di kab./kota ini ?

12. Apakah pimpinan/guru/staf sekolah mengetahui peraturan-peraturan sebagai berikut :

a. UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana Ya Tidak Tidak Tahu

b. Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Surat Ya Tidak Tidak Tahu
Edaran 70a/MPN/2010)

c. Perda/Peraturan Dinas Pendidikan kota/kabupaten Ya Tidak Tidak Tahu

13. Jika salah satu jawaban pada no. 12 adalah ‘ya’, apakah peraturan tsb. Ya Tidak
dilaksanakan di sekolah ini ?

14. Apakah sekolah ini mempunyai/membuat kebijakan/program sendiri Ya Tidak
atau yang berbeda dengan kebijakan/program tsb. di atas?

15. Apakah sekolah ini telah membentuk gugus siaga bencana ? Ya Tidak

16. Jika ya, apakah sudah diterbitkan Surat Keputusan (SK) ? Ya Tidak

17. Jika ya, gugus siaga bencana tersebut terdiri dari kelompok apa saja?

a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak

b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak

c. Kelompok evakuasi penyelamatan Ya Tidak

d. Kelompok logistik Ya Tidak

e. Lainnya Ya Tidak

18. Apakah gugus siaga bencana tersebut, sudah melakukan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya?

a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak

b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak

c. Kelompok evakuasi penyelamatan Ya Tidak

d. Kelompok logistik Ya Tidak

e. Lainnya Ya Tidak

19. Apakah sekolah ini sudah mengeluarkan kebijakan sebagai berikut?

a. Pengintegrasian materi kesiapsiagaan ke dalam mata pelajaran Ya Tidak
yang relevan di sekolah

b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kesiapsiagaan Ya Tidak
dalam kegiatan eskstrakurikuler

c. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru tentang Ya Tidak
kesiapsiagaan

d. Latihan simulasi evakuasi secara reguler Ya Tidak

e. Alokasi anggaran untuk kesiapsiagaan sekolah Ya Tidak

f. Lainnya Ya Tidak

IV. RENCANA TANGGAP DARURAT (EP) Ya Tidak
Apakah sekolah ini mempunyai back up atau copy/salinan/duplikat

20. dokumen-dokumen penting yang disimpan di tempat yang aman dari
bencana gempa dan tsunami?

21. Apakah sekolah ini telah menyiapkan rencana evakuasi sebagai berikut?

a. Menyepakati tempat-tempat evakuasi/pengungsian Ya Tidak

30
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

b. Membuat peta dan jalur evakuasi sekolah Ya Tidak

c. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan evakuasi Ya Tidak

d. Melakukan latihan/simulasi evakuasi Ya Tidak

22. Apakah di sekolah ini terdapat kegiatan yang berkaitan dengan pertolongan pertama, sebagai berikut?

a. Menyiapkan kotak pertolongan pertama (PP) dan obat-obatan Ya Tidak
penting

b. Menyiapkan posko kesehatan sekolah Ya Tidak

c. Mengaktifkan dokter kecil atau Palang Merah Remaja Ya Tidak

d. Latihan pertolongan pertama Ya Tidak

e. Menyiapkan pedoman (SOP) untuk pertolongan pertama Ya Tidak

23. Apakah sekolah ini sudah memiliki prosedur tetap (protap) evakuasi? Ya Tidak

24. Jika ya, apakah prosedur tetap (protap) tersebut sudah pernah Ya Tidak
diujicoba dalam bentuk simulasi evakuasi?

25. Jika ya, apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana sudah melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur tetap
(protap)?

a. Kelompok Peringatan Bencana Ya Tidak

b. Kelompok Pertolongan Pertama Ya Tidak

c. Kelompok Evakuasi dan Penyelamatan Ya Tidak

d. Kelompok Logistik Ya Tidak

e. Lainnya Ya Tidak

V. PERINGATAN BENCANA (WS)

26. Apakah sekolah ini bisa mendapat informasi tentang peringatan Ya Tidak
bencana tsunami ? Ya Tidak

Apakah sekolah ini mempunyai peralatan untuk menyampaikan/
27. menyebarluaskan peringatan tsunami (bel, lonceng, sirine,

kentongan,dll)?

Apakah informasi peringatan tsunami di sekolah ini juga mencakup Ya Tidak
28. tanda yang menyatakan bahwa tidak terjadi tsunami (pembatalan

peringatan tsunami)?

Apakah informasi peringatan tsunami di sekolah ini juga mencakup Ya Tidak
29. tanda yang menyatakan bahwa keadaan sudah aman setelah terjadi

tsunami?

30. Apakah sekolah ini telah menyiapkan rencana/langkah untuk Ya Tidak
merespon peringatan tsb. ?

31. Apakah informasi peringatan tsunami di sekolah ini sudah Ya Tidak
disosialisasikan kepada komunitas sekolah ?

32. Apakah sekolah ini pernah melakukan simulasi/gladi peringatan Ya Tidak
bencana ?

33. Apakah sekolah ini pernah menyepakati tanda/bunyi untuk peringatan Ya Tidak
bencana?

34. Jika ya, apakah tanda/bunyi peringatan tersebut BERBEDA untuk kejadian sebagai berikut:

a. Peringatan tsunami Ya Tidak

31

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

b. Pembatalan terjadinya tsunami Ya Tidak

c. Kondisi aman setelah terjadi tsunami Ya Tidak

35. Jika ya, apakah sekolah telah mensosialisasikan tanda/bunyi Ya Tidak
peringatan bencana tersebut?

36. Apakah sekolah telah melakukan ujicoba tanda/bunyi peringatan Ya Tidak
bencana tersebut?

37. Apakah kelompok peringatan bencana sekolah ini telah memiliki prosedur tetap sebagai berikut:

a. Mensosialisasikan tanda/bunyi peringatan bencana Ya Tidak

b. Membunyikan tanda peringatan (terjadinya tsunami, Ya Tidak
pembatalan dan kondisi aman)

c. Menyiapkan, menyimpan, memelihara peralatan untuk Ya Tidak
peringatan bencana

VI. MOBILISASI SUMBERDAYA (RMC)

Apakah di sekolah ini tersedia petugas/kelompok/gugus tugas yang Ya Tidak
38. dapat dimanfaatkan untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana

(misalnya : Pramuka, UKS, dokter kecil, dll.)

39. Apakah pimpinan/guru/staf di sekolah ini pernah mengikuti pelatihan/seminar/workshop/pertemuan/diskusi yang
berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana sbb?

a. Pengetahuan tentang bencana Ya Tidak

b. Rencana evakuasi Ya Tidak

c. Pertolongan pertama Ya Tidak

d. Sistem peringatan dini Ya Tidak

e. Simulasi evakuasi Ya Tidak

40. Apakah di sekolah ini tersedia bahan dan materi yang berkaitan dengan kesiapsigaan menghadapi bencana, sbb : ?

a. Buku-buku tentang gempa dan/atau tsunami Ya Tidak
Ya Tidak
b. Poster, leaflet, buku saku, komik, kliping koran tentang gempa
tsunami

c. VCD, kaset tentang gempa dan tsunami Ya Tidak

41. Apakah materi kesiapsiagaan mengantisipasi bencana telah
dimasukkan dalam mata pelajaran yang relevan di sekolah ini ?
Ya Tidak

42. Apakah simulasi/gladi evakuasi darurat bencana untuk komunitas Ya Tidak
sekolah telah dilakukan di sekolah ini ?

43. Apakah sekolah ini menerima bantuan/bimbingan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana dari ?

a. Pemerintah Ya Tidak
b. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ya Tidak
c. Organisasi non pemerintah (ornop) lainnya Ya Tidak
d. Perusahaan/pihak swasta Ya Tidak

32
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

44. Jika salah satu jawaban dari pertanyaan no. 45 adalah ‘ya’, bantuan/bimbingan apa saja yang diterima sekolah ini ?

a. Penyediaan bahan dan materi Ya Tidak

b. Penyediaan peralatan dan perlengkapan Ya Tidak

c. Pelatihan dan simulasi evakuasi Ya Tidak

d. Bantuan pendanaan Ya Tidak

45. Apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana sudah mempunyai bahan/peralatan untuk melaksanakan
tugas?

a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak

b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak

c. Kelompok evakuasi dan penyelamatan Ya Tidak

d. Kelompok logistik Ya Tidak

e. Lainnya Ya Tidak

46. Apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk
melaksanakan ?

a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak

b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak

c. Kelompok evakuasi dan penyelamatan Ya Tidak

d. Kelompok logistik Ya Tidak

e. Lainnya Ya Tidak

33

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

DAFTAR PERTANYAAN
SURVEY KESIAPSIAGAAN

GURU (S2)

I. PENGENALAN TEMPAT Negeri Swasta

1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status

II. PENGETAHUAN TENTANG BENCANA (K) Ya Tidak Tidak Tahu

1. Menurut ibu/bapak, apa yang dimaksud dengan bencana alam ? Ya Tidak Tidak Tahu

a. Kejadian alam yang mengganggu kehidupan manusia Ya Tidak Tidak Tahu

b. Perilaku manusia yang menyebabkan kerusakan alam Ya Tidak Tidak Tahu

c. Bencana akibat kerusuhan sosial/politik Ya Tidak Tidak Tahu

d. Bencana akibat kebakaran hutan/serangan hama Ya Tidak Tidak Tahu

2. Kejadian alam apa saja yang dapat menimbulkan bencana ? Ya Tidak Tidak Tahu

a. Gempa bumi Ya Tidak Tidak Tahu

b. Tsunami Ya Tidak Tidak Tahu

c. Banjir Ya Tidak Tidak Tahu

d. Tanah longsor Ya Tidak Tidak Tahu

e. Letusan gunung berapi Ya Tidak Tidak Tahu

f. Badai Ya Tidak Tidak Tahu

3. Menurut ibu/bapak, apa saja penyebab terjadi gempa bumi ? Ya Tidak Tidak Tahu
a. Pergesaran kerak bumi
b. Gunung meletus Ya Tidak Tidak Tahu
c. Tanah longsor
d. Angin topan dan halilintar Ya Tidak Tidak Tahu
e. Pengeboran Minyak
Ya Tidak Tidak Tahu
4. Bencana alam apa saja yang dapat diakibatkan oleh gempa ?
a. Tsunami Ya Tidak Tidak Tahu
b. Tanah longsor
c. Banjir Ya Tidak Tidak Tahu
d. Kebakaran
e. Amblasan tanah Ya Tidak Tidak Tahu
f. Gunung meletus
Ya Tidak Tidak Tahu

34
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

5. Menurut ibu/bapak, apakah gempa bumi dapat diperkirakan kapan Ya Tidak Tidak Tahu
terjadi ?

6. Menurut ibu/bapak apa saja ciri-ciri gempa kuat ?

a. Gempa membuat pusing/limbung Ya Tidak Tidak Tahu

b. Gempa menyebabkan goyangan yang kencang/keras sehingga Ya Tidak Tidak Tahu
orang tidak bisa berdiri
Tidak Tidak Tahu
c. Getaran gempa terjadi cukup lama dan diikuti oleh gempa Ya Tidak Tidak Tahu
susulan yang lebih kecil

d. Bangunan retak atau roboh Ya

7. Menurut ibu/bapak, apa saja ciri-ciri bangunan/rumah yang tahan gempa ?

a. Bangunan/rumah terbuat dari material yang ringan (misal kayu, Ya Tidak Tidak Tahu
bambu, seng) Tidak Tidak Tahu
Tidak Tidak Tahu
b. Pondasi bangunan tertanam cukup dalam Ya Tidak Tidak Tahu

c. Bagian-bagian bangunan (pondasi, tiang, balok, kuda-kuda) Ya
yang terbuat dari bata/beton/kayu tersambung dengan kuat

d. Bentuk bangunan segi empat, bujur sangkar atau lingkaran Ya

8. Menurut ibu/bapak, apa saja yang akan dilakukan apabila terjadi gempa ?

a. Berlindung di tempat yang aman (misal bawah meja yang Ya Tidak Tidak Tahu
kokoh) Ya Tidak Tidak Tahu
b. Melindungi kepala Ya Tidak Tidak Tahu
Ya Tidak Tidak Tahu
c. Jika memungkinkan segera menuju lapangan yang terbuka Ya Tidak Tidak Tahu
Ya Tidak Tidak Tahu
d. Menjauhi benda-benda yang tergantung Ya Tidak Tidak Tahu

e. Menjauhi jendela/dinding kaca Ya Tidak Tidak Tahu
Ya Tidak Tidak Tahu
f. Meninggalkan ruangan setelah gempa reda
Keluar gedung menggunakan tangga bila berada di gedung yang Ya Tidak Tidak Tahu
g. bertingkat setelah gempa reda

h. Memarkir mobil di pinggir jalan jika sedang berada di dalam
kendaraan
i. Menjauhi jembatan

9. Menurut ibu/bapak, apakah setiap gempa bumi dapat menyebabkan
tsunami ?

10. Menurut ibu/bapak, apakah kejadian berikut ini bisa menyebabkan tsunami ?

a. Gempa bumi di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
Tidak Tidak Tahu
b. Gunung meletus di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
Tidak Tidak Tahu
c. Longsoran di bawah laut Ya

d. Badai/puting beliung Ya

11. Apa saja tanda-tanda/gejala tsunami yang ibu/bapak ketahui ?

a. Gempa menyebabkan goyangan yang kencang/keras sehingga Ya Tidak Tidak Tahu
orang tidak bisa berdiri Tidak Tidak Tahu
Tidak Tidak Tahu
b. Air laut tiba-tiba surut Ya Tidak Tidak Tahu

c. Gelombang besar di cakrawala Ya

d. Bunyi yang keras seperti ledakan Ya

35

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

12. Menurut ibu/bapak, apa saja ciri-ciri bangunan/rumah yang relatif aman terhadap tsunami ?

a. Rumah bertingkat yang kokoh Ya Tidak Tidak Tahu

b. Adanya ruang-ruang kosong untuk jalannya air Ya Tidak Tidak Tahu

c. Bangunan yang bagian panjangnya tegak lurus dengan garis Ya Tidak Tidak Tahu
pantai

13. Menurut ibu/bapak, apa yang harus dilakukan seandainya air laut tiba- Berlari menjauh dari laut
tiba surut ? Mendekati pantai/mengambil ikan
Tidak melakukan apa-apa

14. Dari mana saja ibu/bapak mendapat informasi tentang gempa dan/atau tsunami ?

a. Radio Ya Tidak

b. TV Ya Tidak
c. Koran, majalah, buletin Ya Tidak
d. Buku saku, poster, leaflet, billboard, rambu peringatan Ya Tidak

e. Sosialisasi, seminar, pertemuan Ya Tidak

f. Saudara, kerabat, teman, tetangga Ya Tidak

g. Petugas pemerintah Ya Tidak

h. LSM dan lembaga non pemerintah lainnya(misal PMI) Ya Tidak

15. Apakah ibu/bapak pernah memberikan pelajaran kepada murid tentang :

a. Gempa bumi Ya Tidak
Tidak
b. Tsunami Ya

16. Apakah ibu/bapak pernah membicarakan/menginformasikan kepada murid tentang :

a. Gempa bumi Ya Tidak

b. Tsunami Ya Tidak

III. RENCANA KEGIATAN DARI BENCANA (EP)

17. Untuk mengantisipasi terjadinya gempa bumi dan tsunami, apakah ibu/bapak telah menyiapkan hal-hal sbb ?

Menyiapkan copy/salinan dokumen-dokumen kelas/mata Tidak
a. pelajaran yang diajarkan dan menyimpannya di tempat yang Ya

aman

b. Melatih siswa untuk menyelamatkan diri Ya Tidak

c. Memaku/mengikat rak-rak buku ke dinding atau lantai Ya Tidak
Ya Tidak
d. Meletakkan barang-barang yang berat (buku-buku, alat peraga,
dll.) di tempat rendah dan aman

18. Seandainya terjadi bencana gempa bumi ketika sedang mengajar, apakah ibu/bapak akan melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut ?

a. Menenangkan diri sendiri dan siswa Ya Tidak
Ya Tidak
b. Memberikan aba-aba agar siswa berlindung di bawah meja yang
kokoh sampai getaran gempa berhenti

c. Memandu siswa untuk menjauh dari rak-rak buku/barang dan Ya Tidak

36
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

benda-benda yang tergantung atau jendela kaca

d. Memandu siswa untuk merunduk ke arah pintu sambil Ya Tidak
melindungi kepala

e. Memandu siswa keluar ruangan/gedung secara teratur dan tidak Ya Tidak
berdesak-desakan

f. Jika berada di lantai dua atau lebih memandu siswa untuk Ya Tidak
menggunakan tangga dan tidak menggunakan elavator/lift

g. Lari menyelamatkan diri sendiri Ya Tidak

19. Apakah ibu/bapak pernah melaksanakan latihan simulasi evakuasi Ya Tidak
bersama seluruh komponen sekolah?

20. Apakah ibu/bapak terlibat/partisipasi dalam gugus siaga bencana Ya Tidak
sekolah?

IV. PERINGATAN BENCANA (WS)
21. Apakah ibu/bapak mengetahui adanya tanda/cara peringatan bencana tsunami di daerah ini ?

a. Tradisional/kesepakatan lokal Ya Tidak Tidak tahu

b. Sistem peringatan tsunami nasional Ya Tidak Tidak tahu
Ya Tidak
22. Apakah ibu/bapak mengetahui alat yang digunakan di sekolah ini
untuk memberikan tanda/bunyi adanya peringatan bencana?

23. Apakah ibu/bapak mengetahui tanda/bunyi peringatan bencana di Ya Tidak
sekolah?

24. Jika ya, apakah bapak/ibu mengetahui perbedaan bunyi untuk memberikan tanda sebagai berikut:

a. Peringatan tsunami Ya Tidak Tidak tahu

b. Pembatalan terjadinya tsunami Ya Tidak Tidak tahu

c. Kondisi aman setelah terjadi tsunami Ya Tidak Tidak tahu

25. Apabila mendengar peringatan atau tanda bahaya tsunami ketika sedang berada di sekolah/mengajar, apakah
ibu/bapak akan melakukan hal-hal berikut ?

a. Memandu siswa untuk lari ke tempat yang tinggi Ya Tidak

b. Memandu siswa menuju tempat pengungsian/evakuasi Ya Tidak

c. Menyelamatkan dokumen penting Ya Tidak

d. Membantu anak-anak, ibu hamil, orang tua dan orang cacat di Ya Tidak
sekitar sekolah ke tempat aman sementara

e. Menenangkan diri/tidak panik Ya Tidak

f. Mematikan listrik di sekolah Ya Tidak
Ya Tidak
g. Segera memantau kebenaran berita tsunami dari instansi yang
berwenang

Apakah ibu/bapak mengetahui adanya pembatalan peringatan Ya Tidak
26. terjadinya tsunami (tidak akan terjadi tsunami) yang dinyatakan oleh

BPBD/Satlak atau pemerintah setempat ?

Apakah ibu/bapak mengetahui adanya tanda atau informasi bahwa Ya Tidak
27. keadaan sudah aman setelah terjadi tsunami yang dinyatakan oleh

BPBD/Satlak atau pemerintah setempat ?

37

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

V. MOBILISASI SUMBERDAYA (RMC)
28. Apakah ibu/bapak pernah mengikuti pelatihan workshop, seminar, ceramah, diskusi, atau simulasi sbb : ?

a. Pengetahuan tentang bencana Ya Tidak

b. Perencanaan tanggap darurat (mis: pertolongan pertama, Ya Tidak
penyelamatan dan evakuasi, dokumen/logistik sekolah, dll.)

c. Sistem peringatan dini (mis. peralatan, tanda bunyi, penyebaran Ya Tidak
informasi,dll.) Ya Tidak

Apakah ibu/bapak menginformasikan pengetahuan tentang
29. kesiapsiagaan menghadapi bencana kepada orang lain (tetangga,

saudara, teman) ?

30. Apakah ibu/bapak pernah memberikan pelajaran tentang?

a. Gempa bumi Ya Tidak

b. Tsunami Ya Tidak

31. Jika salah satu jawaban P30=tidak, apakah ibu/bapak pernah membicarakan/menginformasikan kepada siswa
tentang?

a. Gempa bumi Ya Tidak

b. Tsunami Ya Tidak

32. Apakah ibu/bapak pernah memberikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan kepada siswa sebagai berikut:

a. Peringatan bencana Ya Tidak

b. Pertolongan pertama Ya Tidak

c. Penyelamatan dan evakuasi Ya Tidak

d. Lainnya Ya Tidak

33. Apakah ibu/bapak bersama-sama siswa pernah mempraktekkan hal-hal sebagai berikut:

a. Peringatan bencana Ya Tidak
b. Pertolongan pertama Ya Tidak

c. Penyelamatan dan evakuasi Ya Tidak
d. Lainnya Ya Tidak

VI. IDENTITAS GURU
34. Nama Guru

35. Umur

36. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Tamat SMA/sederajat

37. Tingkat Pendidikan Tamat D1/D2
Tamat Akademik/D3
Tamat perguruan tinggi/universitas (S1/S2/S3)

38
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

DAFTAR PERTANYAAN
SURVEY KESIAPSIAGAAN
MURID (S3)

I. PENGENALAN TEMPAT Negeri Swasta

1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status

II. PENGETAHUAN TENTANG BENCANA (K) Ya Tidak Tidak Tahu

1. Apa yang dimaksud dengan bencana alam ? Ya Tidak Tidak Tahu

a. Kejadian alam yang mengganggu kehidupan manusia Ya Tidak Tidak Tahu

b. Perilaku menausia yang menyebabkan kerusakan alam Ya Tidak Tidak Tahu

c. Kerusuhan sosial/politik Ya Tidak Tidak Tahu

d. Kecelakaan lalu lintas Ya Tidak Tidak Tahu

2. Kejadian alam apa saja yang dapat menimbulkan bencana ? Ya Tidak Tidak Tahu

a. Gempa bumi Ya Tidak Tidak Tahu

b. Tsunami Ya Tidak Tidak Tahu

c. Banjir Ya Tidak Tidak Tahu

d. Tanah longsor Ya Tidak Tidak Tahu

e. Letusan gunung berapi Ya Tidak Tidak Tahu

f. Badai Ya Tidak Tidak Tahu

3. Apa saja penyebab terjadinya gempa bumi ? Ya Tidak Tidak Tahu
a. Pergesaran kerak bumi
b. Gunung meletus Ya Tidak Tidak Tahu
c. Tanah longsor
d. Angin topan dan halilintar Ya Tidak Tidak Tahu
e. Pengeboran Minyak
Ya Tidak Tidak Tahu
4. Bencana alam apa saja yang dapat terjadi setelah gempa ?
a. Tsunami Ya Tidak Tidak Tahu
b. Tanah longsor
c. Banjir Ya Tidak Tidak Tahu
d. Kebakaran
e. Amblasan tanah Ya Tidak Tidak Tahu
f. Gunung meletus
Ya Tidak Tidak Tahu

39

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

5. Apakah hari dan jam terjadinya gempa bumi dapat diketahui ? Ya Tidak Tidak Tahu
6. Apakah ciri-ciri gempa kuat ?

a. Gempa membuat pusing/limbung Ya Tidak Tidak Tahu

b. Gempa menyebabkan goyangan yang kencang/keras sehingga Ya Tidak Tidak Tahu
orang tidak bisa berdiri
Tidak Tahu
c. Getaran gempa terjadi cukup lama dan diikuti oleh gempa Ya Tidak Tidak Tahu
susulan yang lebih kecil

d. Bangunan retak atau roboh Ya Tidak

7. Apabila terjadi gempa pada saat kamu berada di sekolah, apa yang akan kamu lakukan ?

a. Berlindung di bawah meja yang kokoh sambil berpegang pada Ya Tidak
kaki meja

b. Menjauh dari rak-rak buku/barang dan benda-benda yang Ya Tidak
tergantung

c. Menjauh dari jendela /dinding kaca Ya Tidak

d. Keluar ruangan secara teratur (tidak berdesak-desakan) Ya Tidak
e. Berlari menuju lapangan terbuka saat terjadi gempa Ya Tidak

8. Apakah setiap gempa bumi menyebabkan tsunami ? Ya Tidak Tidak Tahu

9. Apakah kamu pernah mengetahui/mengalami tsunami berikut ini ? Ya Tidak
Ya Tidak
a. Krakatau 1883 Ya Tidak
b. Simelue 1907 Ya Tidak
c. Flores 1992 Ya Tidak
d. Aceh dan Nias tanggal 26 Desember 2004
e. Pangandaran Juli 2006

10. Apakah kejadian berikut ini menyebabkan tsunami ?

a. Gempa bumi di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu

b. Gunung meletus di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
c. Longsoran di bawah laut
Ya Tidak Tidak Tahu

d. Badai/puting beliung Ya Tidak Tidak Tahu
11. Apa tanda-tanda tsunami ?

a. Gempa kuat (menyebabkan orang tidak bisa berdiri) Ya Tidak Tidak Tahu
b. Air laut tiba-tiba surut
Ya Tidak Tidak Tahu

c. Gelombang besar di cakrawala (batas pandang di pantai) Ya Tidak Tidak Tahu
d. Bunyi yang keras seperti ledakan
Ya Tidak Tidak Tahu

12. Seandainya air laut tiba-tiba surut, apa yang akan kamu lakukan? Berlari menjauh dari laut
Mendekati pantai/mengambil ikan

Tidak melakukan apa-apa
13. Untuk kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami, apa saja yang perlu kamu lakukan?

a. Menambah pengetahuan tentang gempa dan tsunami Ya Tidak

b. Menyimpan buku-buku dan peralatan sekolah di tempat yang Ya Tidak
aman dan mudah dijangkau Ya Tidak
c. Mengikuti latihan penyelamatan diri dari gempa dan tsunami
Ya Tidak
d. Mendengarkan informasi tentang gempa dan tsunami dari radio,
TV dan sumber lainnya

40
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

14. Dari mana saja pengetahuan tentang bencana tersebut di atas kamu peroleh ?

a. Sekolah Ya Tidak
Tidak
b. Media cetak (koran, majalah, tabloid) dan elektronik Ya Tidak
(TV/Radio/internet) Tidak

c. Buku, komik, poster, leaflet, papan pengumuman, selebaran Ya Tidak
Tidak
d. Mendengar informasi tentang gempa dan tsunami dari radio, Ya
TV dan media lain Tidak
Tidak
15. Apakah kamu pernah mendapat pelajaran berikut di sekolah ? Tidak
Tidak
a. Gempa bumi Ya Tidak
b. Tsunami Ya
16. Apakah kamu pernah mendapatkan pengetahuan berikut ini?

a. Peringatan bencana Ya
Ya
b. Pertolongan pertama Ya
Ya
d. Penyelamatan dan evakuasi
Ya
e. Lainnya

17. Apakah kamu pernah membicarakan gempa dan tsunami dengan
teman atau keluarga ?

III. RENCANA KEGIATAN DARI BENCANA (EP)
18. Apa saja yang perlu kamu siapkan sebelum terjadi gempa dan tsunami ?

a. Mengikuti latihan penyelamatan diri Ya Tidak Tidak tahu
Ya Tidak Tidak tahu
b. Mengetahui tempat yang aman Ya
Tidak Tidak tahu
c. Mencatat alamat-alamat atau nomor telepon penting keluarga Ya
dan kerabat

d. Mengetahui tempat-tempat penting seperti : rumah sakit, Tidak Tidak tahu
pemadam kebakaran, polisi, PMI, PLN Tidak Tidak tahu

d. Mengetahui tempat mengungsi anggota keluarga Ya
19. Apa saja yang perlu kamu selamatkan jika terjadi gempa dan tsunami ?

a. Diri sendiri Ya Tidak
b. Raport/ijazah Ya Tidak
c. Tas/kantong/kotak yang berisi buku dan keperluan sekolah Ya Tidak
d. Surat-surat dan barang-barang penting lainnya Ya Tidak
e. Barang-barang kesayangan Ya Tidak
20. Apakah kamu bisa mendapatkan materi berikut ini di sekolah ?

a. Buku-buku tentang gempa dan tsunami Ya Tidak
Ya Tidak
b. Poster, leaflet (selebaran), buku saku, komik, kliping koran Tidak
tentang gempa dan tsunami

c. VCD, kaset tentang gempa dan tsunami Ya

41

Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana

21. Apakah di sekolahmu ada hal-hal berikut ini ?

a. Peta dan jalur evakuasi/penyelamatan Ya Tidak

b. Peralatan dan perlengkapan evakuasi/penyelamatan Ya Tidak
c. Kotak P3K dan obat-obatan penting Ya Tidak

d. Posko kesehatan sekolah (UKS) Ya Tidak
e. Dokter kecil/Palang Merah Remaja (PMR) Ya Tidak

22. Apakah kamu mengetahui adanya kelompok siaga bencana di sekolah? Ya Tidak

IV. PERINGATAN BENCANA (WS)
23. Apakah kamu mengetahui adanya tanda untuk peringatan tsunami di daerah ini ?

a. Tradisional/kesepakatan lokal (kentongan, lonceng, bedug, dll.) Ya Tidak Tidak tahu
b. Sistem peringatan tsunami nasional (sirine) Ya Tidak Tidak tahu
24. Apabila mendengar tanda bahaya tsunami, apa yang akan kamu lakukan ?
Tidak tahu
a. Menjauhi pantai dan/atau lari ke tempat yang tinggi Ya Tidak Tidak tahu
b. Segera menuju tempat pengungsian/evakuasi Ya Tidak Tidak tahu

c. Menenangkan diri/tidak panik Ya Tidak

25. Apakah kamu tahu kalau peringatan tsunami dapat dibatalkan (tidak Ya Tidak
akan terjadi tsunami)?

26. Apakah kamu tahu adanya informasi keadaan sudah aman setelah Ya Tidak
terjadinya tsunami ?

27. Apakah kamu tahu alat/tanda/bunyi untuk peringatan tsunami yang Ya Tidak
ada di sekolah ini?

28. Jika kamu tahu, apakah ada perbedaan tanda/bunyi untuk peringatan, Ya Tidak
pembatalan dan kondisi aman ?

29. Apakah kamu pernah mengikuti latihan/simulasi peringatan bencana? Ya Tidak

V. MOBILISASI SUMBERDAYA (RMC)

30. Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan/latihan/pertemuan sebagai berikut: ?

a. P3K termasuk dokter kecil, PMR Ya Tidak
Kepramukaan (tali temali, memasang tenda dan membuat Tidak
b. tandu) Ya Tidak
Tidak
c. Latihan dan simulasi evakuasi Ya
Ya Tidak
d. Pertemuan/ceramah tentang bencana

Jika ya, apakah kamu pernah memberitahukan/menceritakan
31. pengetahuan dan keterampilan tersebut kepada
teman/keluarga/tetangga ? Ya

VI. IDENTITAS MURID
32. Nama Murid

33. Umur

34. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
35. Kelas

42
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana


Click to View FlipBook Version