The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by permadhi, 2020-02-18 21:35:33

Panduan Kampus Siaga Bencana

Panduan Kampus Siaga Bencana

Keywords: panduan,kampus,siaga,bencana

Panduan Kampus Siaga Bencana

H. Isu Lintas Sektor Kampus Siaga Bencana (KSB)

Semakin besarnya perhatian pada upaya pengarusutamaan risiko bencana
dipengaruhi oleh semakin meningkatnya kerugian yang ditimbulkan oleh
bencana terutama terhadap aset ekonomi, sosial serta kesejahteraan dan
penghidupan masyarakat. Oleh karena itu, salah satu upaya yang perlu
diperhatikan dalam penyelesaian PRB adalah dengan memperhatikan isi-isu
lintas sektor KSB. Memadukan strategi program PRB dengan isu-isu lintas
sektoral yang terkait dengan bencana tentunya akan menjadikan KSB mem-
punyai cakupan sasaran yang luas dan menyeluruh. Berikut isu lintas sektor
KSB sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

1. Pendekatan Multiancaman (multi-hazard)

Pendekatan multiancaman adalah salah satu metodologi dalam upaya
PRB yang berguna dalam mengidentifikasikan sekaligus membandingkan
strategi-strategi PRB, kesiapsiagaan, serta langkah-langkah mitigasi
untuk setiap jenis bencana yang berbeda. Pengurangan Risiko Bencana dalam
aplikasinya pada sebuah program kerja adalah sebuah permasalahan multi-
dimensi yang kompleks dimana membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
yang luas dari berbagai disiplin ilmu.

Mengadopsi pendekatan multibencana dalam rencana kerja KSB kedepan-
nya akan menjadi satu keuntungan. KSB menjadi wadah yang tepat untuk
hal ini karena pendekatan multibencana dapat digunakan untuk memantau
seluruh strategi PRB yang akan digunakan oleh sebuah perguruan tinggi. Selain
itu pendekatan ini memberikan kesempatan untuk kerja pembangunan yang
lebih terkoordinasi. Berikut adalah isu-isu terkait lainnya yang termasuk
dalam pendekatan multi-hazard:

33KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala
Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) merupakan salah satu universitas di Indonesia
yang telah mengembangkan dan menerapkan berbagai program mitigasi bencana
di lingkungan kampus melalui pendirian Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana
(Tsunami and Disaster Mitigation Research Center) pada tahun 2006. Pendirian
TDMRC tersebut diilhami oleh bencana tsunami yang melanda Aceh pada 2004
silam, yang menelan ratusan korban jiwa.

Pengembangan program mitigasi yang dilakukan UNSYIAH, tidak hanya dilakukan
di Aceh, tetapi di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah rawan bencana.
“Program kebencanaan yang sudah dan sedang dilakukan terus disosialisasi-
kan oleh TDMRC”, papar Teuku Alvisyahrin, Kepala Divisi Professional Service
TDMRC UNSYIAH kepada Antara (Antara, 2010). TDMRC juga mendapat mandat
dari pemerintah Provinsi Aceh untuk menyediakan informasi, produk dan
layanan yang dapat dimanfaatkan untuk program pengurangan risiko bencana.
Dalam upaya mempercepat proses pengembangan kapasitas lembaga, dalam
melaksanakan aktivitasnya TDMRC bekerja sama dengan para peneliti dari lembaga
riset kebencanaan nasional dan internasional.

Program kolaborasi yang dirintis oleh TDMRC juga mencakup penerapan
dan pengembangan teknologi bencana dan pengurangan risiko bencana
berbasis masyarakat, dan mengintegrasikan program siaga bencana dalam
kurikulum sekolah dan universitas.

Upaya-upaya memperkuat kapasitas terus dilakukan sampai saat ini. Seperti
yang dijelaskan dalam web resmi UNSYIAH, saat ini pihak universitas juga sudah
mengirimkan beberapa akademisi handal keluar negeri, terutama Jepang guna
mempelajari bagaimana cara menanggulangi bencana. Peningkatan kapasitas
sumber daya manusia juga menjadi salah satu fokus utama dari pengembangan
TDMRC karena selama ini UNSYIAH masih kekurangan tenaga profesional yang
dapat menangani mitigasi bencana. Pihak universitas juga akan menjamin akan
adanya transfer ilmu dan teknologi dari program ini.

Dalam situs resminya, Darni, Rektor UNSYIAH juga menekankan bahwa UNSYIAH
akan mengembangkan program mitigasi melalui jenjang pendidikan. Semua
masyarakat kampus akan dilibatkan, baik staf, dosen maupun mahasiswa dalam
mensosialisasikan siaga bencana di wilayah masing-masing (www.tdmrc.org/id/).

34 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

2. Kesehatan

Pendekatan yang dilakukan KSB dalam upaya PRB tentunya juga diharap-
kan menyertakan isu terkait kesehatan. Seperti diketahui bahwa bencana
dan perubahan iklim sudah dipastikan menyertakan dampak pada berbagai
masalah kesehatan di masyarakat. Epidemi, wabah, merupakan ancaman
yang diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit di
suatu tempat tertentu, demikian juga dengan penyebaran HIV dan AIDS yang
terasosiasi dengan bertambahnya populasi, eksploitasi, kekerasan berbasis
gender maupun transaksi seksual sebagai strategi bertahan hidup. Kondisi
lingkungan yang buruk, perubahan iklim dan pola hidup masyarakat yang
salah, bisa meningkatkan skala sebaran penyakit yang semula berada di
posisi lokal. Dengan meningkatnya korban jiwa maka akan menjadi
bencana nasional. Maka pemahaman yang baik dan benar akan pentingnya
isu kesehatan dalam setiap upaya PRB menjadi penting untuk capaian hasil
sasaran.

Kampanye Donor Darah
Donor darah sebagai bagian dari gaya hidup merupakan kampanye yang didengung-
kan oleh PMI semenjak Mei 2010. Kampanye ini diperuntukkan kepada individu
secara khusus dan masyarakat luas pada umumnya, untuk mengajak partisipasi
mereka untuk donor darah. Gerakan ini muncul dari adanya kebutuhan darah
yang terus meningkat. Mengutip keterangan Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, kepada
Suara PMI, “PMI membuka gerai donor darahnya di berbagai mal dan kampus
supaya masyarakat mudah mendonorkan darahnya”. Saat ini gerai donor darah
yang telah beroperasi antara lain: di Mal Senayan City, Pasar Tanah Abang Jakarta,
Mal Metropolitan Bekasi, Jawa Barat Mal, Tunjungan Plaza 2 Surabaya dan Mal Ratu
Indah, Makassar. Sedangkan untuk area kampus, PMI juga membuka gerai donor
darah di Kampus Universitas Trisakti, Jakarta dan Kampus Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Untuk kelancaran dan kecepatan layanan donor darah, dengan menggandeng
mitranya, PMI menyediakan mobil layanan donor darah yang siap men-
jangkau masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, PMI juga bekerja
sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dalam
menyiapkan sistem informasi stok darah secara online. Layanan ini dapat dilihat
dalam direktori donor darah dalam website resmi FK UGM. (Setiawan, 2012)

35KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Paguyuban Demi Setetes Darah Untuk Kehidupan
Tawang Rejo adalah salah satu desa di Kecamatan Jatipurno, Kabupaten
Wonogiri, yang menjalankan program Kesehatan dan Pertolongan Pertama
Berbasis Masyarakat (KPPBM) PMI bekerjasama dengan Palang Merah Amerika.
Selain merasakan manfaat positif atas program kesehatan tersebut, warga Desa
Tawangrejo menjadi akrab dengan kegiatan donor darah.

Berkat persuasi yang intensif dari relawan desa, PMI, dan tenaga kesehatan
desa, masyarakat Tawangrejo kini tidak lagi takut mendonorkan darahnya.
Bahkan sebuah paguyuban donor darah dengan nama Gumregah dibentuk sejak
Juni 2011. Saat ini paguyuban ini berfungsi untuk mengkoordinasi masyarakat dan
mendorong donor darah kolektif setiap tiga bulan sekali. Sekarang gerakan Desa
Tawangrejo tersebut telah diikuti oleh dua desa lain di Kecamatan Jatipurno. Desa
Jatipurno, misalnya telah membentuk paguyuban pendonor dan diberi nama
Paguyuban Bakti Ludiro Husada, sedangkan di Desa Slogoretno, diberi nama
Paguyuban Retno Ludiro.

PMI Kabupaten Wonogiri melihat potensi pedonor darah di pedesaan memang
sangat besar, namun belum dimaksimalkan. Terinspirasi oleh hal itu, sebuah
rencana besar pun disusun. Bekerjasama dengan masyarakat Wonogiri dan dinas
terkait, peluncuran Desa Donor Darah sedang dirintis. Targetnya tidak main-main,
25 desa di seluruh Kabupaten Wonogiri.

Sekretaris PMI Wonogiri, Annajib Thohari mentargetkan setiap kecamatan
minimal mempunyai satu desa donor darah. Beliau menambahkan, “Kalau
paguyuban pendonor darah sudah teroganisasi, kerja Unit Transfusi Darah (UTD)
lebih mudah karena mereka tinggal mendatangi desa yang sudah terjadwal”.
(Soemantri, 2012)

3. Kesinambungan Lingkungan

Kondisi lingkungan adalah salah satu faktor penting yang dapat
menentukan kerentanan terhadap suatu bencana. Kerusakan lingkungan
diakui secara luas berkontribusi besar terhadap kerugian hilangnya nyawa
manusia serta gangguan ekonomi. Dengan tidak mengindahkan isu
lingkungan dalam rancangan sebuah upaya PRB seperti KSB, dapat
menghambat keberlangsungan upaya tersebut di masa depan.

36 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Penilaian terhadap kondisi lingkungan internal maupun eksternal
kampus menjadi sangat penting dalam inisiasi pembentukan KSB.
Dalam penilaian awal, sangatlah penting bagi perguruan tinggi yang
bersangkutan untuk dapat mengumpulkan data-data terkait sejarah
perkembangan lingkungan, sejarah, dan risiko bencana yang berkontribusi
terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal kampus.

Konsistensi Relawan Melawan “Kota Jakarta”
Masyarakat Jakarta sebagai masyarakat metropolitan jelas memiliki karakter yang
berbeda dari masyarakat di daerah pedesaan. Sulitnya mendapati masyarakat
perkotaan yang dengan sukarela mau berpartisipasi dan memiliki kepedulian
terhadap lingkungan, merupakan satu problematika tersendiri di daerah urban
seperti Jakarta.

“Kalau warga diundang kegiatan Jumat bersih, mereka beralasan, ‘setiap hari
juga menyapu rumah kok’. Kalau diminta gotong royong membersihkan selokan,
alasannya, ‘Setiap saat juga dibersihkan kok’, ujar Muhartini, ketua RT 05, Ke-
lurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Menurutnya warga selalu
memberikan berbagai macam alasan jika diajak berpartisipasi dalam kegiatan
Kesehatan dan Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (KPPBM) yang didukung
oleh PMI.

Kendati begitu sulit menarik partisipasi warganya, Muhartini tidak begitu saja
menyerah. Ia memulai program kesadaran lingkungan justru dari diri sendiri,
menjadikan dirinya sebagai contoh. Kelurahan Pejaten Timur seperti umumnya
pemukiman padat di ibu kota Jakarta, terhimpit oleh permasalahan sanitasi
buruk, Mandi Cuci Kakus (MCK) tidak mencukupi, tempat pembuangan sampah
tidak memadai, selokan tidak berfungsi dan sungai yang mendangkal.

Semua diperburuk dengan sulitnya menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi
melakukan perubahan untuk lingkungan. Tetapi, masih ada secuil harapan yang
bisa didapat dari orang-orang yang konsisten seperti Muhartini beserta beberapa
relawan lain yang masih aktif. Merekalah yang bisa melawan karakter negatif
orang kota, dan membuktikan masyarakat metropolitan bisa menjadi ‘peduli
lingkungan’. (Soemantri, 2012)

37KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

4. Keragaman Budaya dan Usia

Pendekatan multiancaman yang terintegrasi dalam setiap program PRB
juga selayaknya mempertimbangan isu-isu terkait dengan keragaman
budaya dan usia. Mengingat fakta bahwa Indonesia memiliki
keragaman budaya yang sangat tinggi, maka isu ini akan menjadi sangat
penting dalam pertimbangan desain upaya mitigasi di setiap program PRB.
Demikian pula dengan kelompok usia yang tak luput dari pertimbangan,
hal ini perlu disadari karena setiap kelompok usia memiliki ketahanan dan
kapasitas yang berbeda dalam menghadapi bencana. Memasukkan
pertimbangan isu keragaman budaya dan usia dalam rencana kerja KSB
tentunya menyempurnakan capaian hasil dari sasaran program KSB.

Pemberdayaan Mereka yang Lanjut Usia dalam Pengurangan Risiko Bencana
Sebagai sebuah organisasi dengan jaringan global, HelpAge International
(Hall, 2007) percaya bahwa mereka yang lanjut usia mempunyai potensi untuk
berdaya guna memimpin dan mengupayakan hidup sehat dan aman. Untuk itu
HelpAge International melalui program pemberdayaan orang tua berupaya
untuk memperjuangkan hak-hak orang tua terutama mereka yang kurang mampu
secara ekonomi dan fisik, serta memberikan dukungan kepada mereka selama
pengasuhan lintas generasi.

Tsunami memiliki dampak yang mendalam pada semua orang yang tinggal di Aceh.
Namun dampak tersebut pun dirasakan bervariasi berdasarkan kelompok usia.
Dari hasil temuan di lapangan, dinyatakan bahwa sifat bantuan yang diberikan
pada saat operasi bencana masih belum menganggap orang tua sebagai aktor
untuk rehabilitasi dan pembangunan. Melalui kerjasama dengan mitra jaringan-
nya di Banda Aceh, HAI melaksanakan program pemberdayaan orang tua melalui
peningkatan kapasitas untuk memberikan pelayanan kesehatan ramah usia dan
terhadap usia-usia tertentu sebagai bagian dari upaya program rekonstruksi
tsunami.

Kegiatan meliputi paket pelatihan dan pendidikan untuk relawan kesehatan
masyarakat untuk meningkatkan penjangkauan masyarakat untuk orang tua
rentan dengan mobilitas yang terbatas. Untuk mendukung program ini, HAI juga
mengembangkan toolkit yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
orang tua dalam keadaan darurat.

38 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Narwani (60) mengungkapkan kekayaan yang dimilikinya sebelum terjadi
tsunami; ia memiliki 11 ha lahan subur, 200 ekor sapi dan toko kelontong
dengan penghasilan rata-rata US $7 per hari. Setelah Tsunami terjadi, dia
kehilangan hampir semua ternak dan tokonya. Dengan dua putranya, dia telah
kembali ke pertanian keluarga dan memulai merintis toko kelontongnya dengan
dukungan dari kredit yang diberikan oleh sebuah organisasi lokal. “Hal ini sangat
baik untuk saya, karena dapat membuat saya selalu sibuk dan menjadi salah
satu cara saya menjaga diri untuk sehat sekaligus mendapatkan uang untuk
menghidupi keluarga saya”, ungkap Narwani bersemangat dan penuh percaya diri
(HelpAge International, 2006).

5. Perspektif Gender Dalam Rencana Desain Pembentukan KSB

Faktanya, perempuan dan laki-laki memiliki jenis kerentanan yang berbeda
dan hal ini didukung oleh kapasitas yang berbeda-beda dalam menanggapi
bencana serta akses terhadap sumber daya yang tersedia. Oleh karena
itu, risiko bencana dan perubahan iklim memberikan dampak yang nyata
dan berbeda pada setiap kelompok rentan masyarakat; kelompok laki-laki,
perempuan, serta anak perempuan dan laki-laki.

Pengarusutamaan gender di semua kebijakan lembaga dan program PRB
untuk mengatasi akar permasalahan terjadinya kerentanan berbasis
gender adalah penting untuk menjadi bahan pertimbangan. Saat ini gender
dipastikan selalu terintegrasi dalam setiap kebijakan terkait
penanggulangan bencana, perencanaan dan proses pengambilan
keputusan termasuk penilaian risiko, peringatan dini, manajemen informasi
dan pendidikan/pelatihan. Perhatian khusus pada peran dan prioritas
laki-laki dan perempuan yang berbeda dalam upaya mengurangi risiko
bencana akan memberikan hasil yang lebih berkelanjutan.

Dalam prosesnya, KSB diharapkan mampu menjamin penggunaan analisis
gender dan data terpilah berdasar jenis kelamin untuk menentukan sasaran
sumber daya dan memberikan bobot seimbang terhadap hak dan
kapasitas laki-laki dan perempuan. Akses terhadap informasi PRB dan
pengambilan keputusan terhadap upaya-upaya PRB dalam pembentukan KSB
dan rencana aksi kedepannya adalah salah satu contoh yang dapat
dipraktikkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.

39KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Rintisan ‘Kemandirian’ Perempuan Punge Jurong
Gampong Punge Jurong, Banda Aceh, merupakan salah satu area kerja program
dukungan psikososial (PSP) paskatsunami. Program ini merupakan kerjasama
PMI dan Palang Merah Amerika. Program yang melayani sekitar 130 ribu individu
di 122 desa dan 126 sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar sebenarnya telah
berakhir, tetapi di gampong yang ditinggali ibu-ibu aktif warga Punge Jurong ini
geliat aktivitas masih terasa.

Selain meninggalkan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan teknis,
antara lain membuat sulaman hiasan khas Aceh dan membuat kue, program PSP
telah membentuk rasa kebersamaan yang kuat di kalangan perempuan. Rasa
kebersamaan ini didasarkan pada rasa kehilangan yang sama, dan program PSP
memfasilitasi mereka untuk berbagi rasa secara berkelompok dalam berbagai
aktivitas. Terdorong oleh keinginan untuk saling mendukung, sebuah koperasi
simpan pinjam dengan nama “Koperasi Wanita Mawaddah” pun terbentuk.

Sampai pada bulan Juli 2011, koperasi ini telah beroperasi selama enam
bulan dengan beranggotakan 50 perempuan dan memiliki omzet Rp 9.000.000.
Keinginan perempuan Punge Jurong sebenarnya sederhana, yaitu koperasi ini
secara eksklusif dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan tambahan
keluarga. Tetapi ternyata keberadaannya menjadi sebuah bukti rasa
kebersamaan dan kepercayaan yang telah kuat terbangun di Gampong yang rusak
cukup parah karena tsunami ini. Para ibu kini tidak hanya sudah pulih, tetapi
sedang merintis sebuah kemandirian (Soemantri, 2012).

6. Adaptasi Perubahan Iklim (API)

Satu hal yang perlu dipahami adalah tanpa pemahaman dan adaptasi ter-
hadap perubahan iklim, kejadian bencana yang mengancam masyarakat
rentan seperti banjir, angin topan, akan berpotensi meningkatkan risiko
bencana dalam skala besar. Saat ini tindakan-tindakan API umumnya
sudah banyak diakui dan dilakukan oleh berbagai kelompok pemangku
kepentingan yang mewakili pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Umumnya strategi API mengupayakan optimalisasi hasil dari
peraturan dan struktur yang telah ada untuk diterapkan dalam program
PRB berbasis masyarakat untuk memperkuat ketahanan masyarakat yang
rentan akan dampak bencana dan perubahan iklim.

40 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Sama halnya dengan pengarusutamaan perspektif gender,
pengarusutamaan API diharapkan mampu diintegrasikan sejalan dengan
tujuan pembentukan dan rencana aksi KSB. Dengan demikian, masyarakat
kampus/perguruan tinggi yang bersangkutan dapat menjadi bagian sebagai
pelaku utama implementasi API yang terintegrasi dalam upaya penguatan
kapasitas ketahanan PRB di lingkungan kampus maupun masyarakat luar
kampus.

UNNES, Universitas Konservasi
Jika universitas lain berlomba-lomba menamakan dirinya sebagai Universitas Riset,
maka tidak demikian dengan Universitas Negeri Semarang (UNNES). UNNES ber-
siap diri untuk mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi, sebagai wujud
pengalaman Tri Dharma Perguruan Tinggi. Universitas Konservasi yang dimaksud
adalah UNNES tidak hanya bertujuan mencetak generasi muda yang berkualitas,
tetapi dalam tujuan tersebut lingkungan sekitar juga menjadi faktor penentu.

Salah satu bentuk nyata UNNES dalam memperhatikan kehidupan sekitar
kampus adalah melalui pembangunan dua embung (telaga) yang airnya berasal dari
limbah rumah tangga yang telah mengalami proses penjernihan dengan teknologi
sederhana. Pembangunan embung tersebut menjadi sumber air bagi kehidupan
masyarakat sekitar kampus pada saat musim kemarau.

Keterlibatan rektor sebagai pelopor gerakan konservasi, dinyatakan sebagai
bentuk semangat dari pelaksanaan program ini, demikian juga dengan keterlibatan
dosen, mahasiswa, dan keluarga kampus tidak terkecuali. Wujud lain
bentuk nyata program ini, UNNES juga telah memanfaatkan teknologi IT dalam
melaksanakan perkuliahan sebagai upaya penghematan penggunaan kertas. Upaya
ini dianggap efektif karena dalam satu bulan UNNES mampu menghemat 4 rim
kertas dari 5 rim kertas per bulannya. Kedepannya UNNES juga akan
memberlakukan area bebas kendaraan bermotor di beberapa bagian area
kampus. Program yang akan dikembangkan kedepannya diantaranya: Conservation
of Biodiversity, Environmental Management, Green Space Management, Green
Architecture, Green International Transportation, Waste Management, Paperless
Policy dan Green Policy.

Pengembangan Sumber Daya Manusia juga akan dilakukan melalui pembentu-
kan kader konservasi di setiap fakultas sebagai salah satu strategi keberlanjutan
(Gemari, 2010).

41KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

7. Kelompok Rentan

Kampus Siaga Bencana senantiasa memastikan bahwa kelompok rentan
seperti kaum perempuan, anak-anak, ODHA (Orang dengan HIV dan
AIDS), dan masyarakat berkebutuhan khusus bukan hanya menjadi pihak
yang menerima manfaat langsung dari program atau kegiatan namun juga
memiliki kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam
pembuatan keputusan. Pemahaman dan kesepakatan peran dari setiap
jenis dan lapisan masyarakat akan menjadi fondasi kuat dalam setiap
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan KSB. Konsep ini akan menjadi
bagian yang menyatu dalam peningkatan kesadaran di setiap tingkatan
kegiatan.

Peraya, Ujung Tombak Pencegahan HIV dan AIDS Di Kalangan Remaja
“Ternyata HIV dan AIDS masalah remaja, tetapi kok remajanya malah gak
sadar?” demikian ungkapan keheranan Noviyanti tiga tahun silam setelah mengikuti
pelatihan Pendidik Remaja Sebaya (PERAYA) PMI Cabang Jakarta Timur. Fakta
bahwa penyebaran HIV dan AIDS cukup tinggi di kalangan remaja dan pengguna
narkoba dengan jarum suntik adalah salah satu kelompok berisiko tinggi mem-
buatnya terhenyak. Karena itu menjadi anggota Peraya menurut Noviyanti bukan-
lah sekedar untuk mengisi waktu, tetapi telah menjadi sebuah keharusan. Novi,
tidak hanya menyebarkan informasi HIV dan AIDS di seputar wilayah kerja yang
menjadi tanggungjawabnya yaitu daerah Rawa Bunga, Prumpung. Pada setiap
kesempatan yang memungkinkan, informasi dan pendidikan mengenai HIV dan
AIDS sering sengaja ia jadikan topik pembicaraan di kalangan teman sebayanya.

Pola komunikasi serupa juga dilakukan oleh Remon di wilayah kerja yang sekaligus
menjadi tempat tinggalnya, Pulo Gebang. Perilaku seks bebas di kalangan remaja
dan pemakaian narkoba jarum suntik adalah dua faktor yang membuat daerah
tersebut berisiko tinggi terhadap penyebaran HIV dan AIDS.

Pemahaman yang lebih baik mengenai HIV dan AIDS di antara teman sebayanya
memang tidak serta merta menghentikan perilaku berisiko. Menurut Remon
paling tidak mereka sudah mengenal penggunaan kondom sebagai pencegahan dan
menjadi lebih peduli pada masalah kesehatan reproduksi.

42 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Berkordinasi dengan pihak kelurahan yang dijadikan area target, PMI Cabang
Jakarta Timur telah merekrut 66 orang remaja dan melatih mereka menjadi
Peraya. Peraya diharapkan memiliki kapasitas untuk menjadi penyuluh dan
penyampai informasi mengenai HIV dan AIDS, kesehatan reproduksi bahkan isu
yang penting lain di kalangan remaja di wilayah dampingannya. Program yang
didukung oleh Palang Merah Belanda ini diimplementasikan sejak tahun 2006
di sepuluh kecamatan yang meliputi 60 kelurahan di Jakarta Timur dan berakhir
2010.

Para peraya menyadari bahwa pendekatan yang mereka lakukan dinilai efektif,
karena remaja sering hanya terbuka kepada teman sebayanya. Semangat itu men-
dasari upaya nyata pencegahan penyebaran HIV dan AIDS di kalangan remaja. Dan
Peraya adalah ujung tombaknya (Soemantri, 2012).

8. Partisipasi Masyarakat dan Relawan

Masyarakat yang kuat, berdayaguna dan berkesinambungan adalah sebuah
kunci penting pembangunan dalam tujuannya mencapai keberhasilan positif
dalam segala sektor; ekonomi, sosial dan budaya. Partisipasi masyarakat
aktif adalah kunci keberhasilan dari pembangunan masyarakat yang
bertahan dan berdayaguna.

Dalam kaitannya dengan upaya-upaya pengurangan risiko, partisipasi
mereka yang dilandaskan atas kesukarelaan dalam setiap upaya PRB
tersebut akan menciptakan nilai-nilai berharga baik bagi diri mereka
sendiri maupun anggota masyarakat dimana mereka bernaung. Selain
itu tentunya memberikan kesempatan untuk masyarakat rentan untuk
aktif berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan akuntabilitas
upaya PRB.

Pembentukan KSB tentunya diharapkan tetap mengindahkan keterlibatan
masyarakat dan relawan (desa/kelurahan/kampus). Mengingat bahwa
masyarakat (rentan) adalah target penerima manfaat dari setiap upaya-
upaya PRB, maka KSB akan berdaya guna secara optimal bila terjalin
kemitraan dan partisipasi yang tinggi dari semua komponen masyarakat/
relawan.

43KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Dukungan masyarakat terhadap KSB akan menjadi penting, mengingat
kedepannya masyarakat adalah salah satu target penerima manfaat dari
pembentukan KSB. Partisipasi masyarakat/relawan dapat pula ditingkatkan
dalam hal pelaksanaan maupun pemantauan dan evaluasi.

Bergotong-royong Membentengi Diri Terhadap Bencana
Desa Morba, Kecamatan Alor Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, telah
menyelesaikan pembangunan bronjong dengan panjang total 140 meter dan
tanggul sepanjang 120 meter di empat titik rawan banjir di sepanjang Sungai
Kikiray. Sungai yang membelah desa berpenduduk 1.303 kepala keluarga (KK) itu
setiap tahun membawa permasalahan bagi warga di sebagian wilayahnya. Pada
musim kemarau sungai ini cenderung kering, tetapi kondisinya sangat kontras
ketika musim hujan. Saat hujan di atas bukit selama kurang lebih satu hari saja,
serangan banjir tidak terelakkan lagi.

Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan oleh masyarakat desa. Salah
satunya dengan melakukan penanaman bambu di bantaran sungai, tetapi ternyata
belum berhasil menahan banjir. Desa Alila dan Kelurahan Adang, di Kecamatan
Alor Barat Laut juga mempunyai permasalahan serupa.

“Coba kalau banjir datang berselang 5-6 tahun sekali mungkin bisa, tetapi banjir
datang setiap tahun, buluh bambu belum tumbuh besar sudah terbawa banjir”,
tutur Levinus T. Han, anggota tim SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Desa
Adang.

Masyarakat, tim Sibat, pemerintah desa dan Korps Sukarela (KSR) melaku-
kan pemetaan ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas sesuai kondisi
desa masing-masing. Hasil dari musyawarah bersama tersebut disepakati
membangun bronjong dan tanggul sungai pencegah bencana banjir di titik-titik
rawan. Mitigasi ini adalah langkah utama dari serangkaian kegiatan program
PERTAMA kerjasama PMI dan Palang Merah Belanda, sejak bulan Maret 2008.

44 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Tidak sulit memobilisasi masyarakat yang secara sukarela bekerja bersama mem-
bangun tanggul dan bronjong di tiga desa tersebut. Masyarakat sadar
bahwa semua itu untuk membentengi mereka dari bencana banjir. Kini sebagian
besar pembangunan telah selesai. Tetapi upaya pengurangan risiko bencana di
Desa Morba, Alila dan Kelurahan Adang tentu tidak berhenti pada pembangunan
mitigasi saja. Program PERTAMA boleh jadi menginisiasi serangkaian upaya
tersebut. Tetapi swadaya masyarakat dan kegotongroyongan yang sangat kuat-
lah yang sebenarnya akan terus menjadi benteng yang kokoh terhadap bencana
(Soemantri, 2012).

9. Mobilisasi Sumber Daya

Faktor ketidakpuasan dan keinginan untuk mengubah kondisi
(kerentanan dan kemiskinan) menjadi salah satu indikator dalam gerakan
sosial yang tidak terlepas dari mobilisasi sumber daya. Tindakan kolektif
akan dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat dalam upayanya
melakukan sebuah perubahan sosial dan meningkatkan kondisi mereka.

Terkait dengan upaya PRB, pihak berwenang diharapkan dapat
memberdayakan dan mengelola seluruh sumber daya yang ada di tingkat
lokal untuk mendukung kapasitas masyarakat dalam upayanya keluar dari
kondisi kerentanan yang menjadi ancaman ketika bencana terjadi.

Dalam hal ini, adalah sangat penting bagi rencana kerja KSB memahami
aspek-aspek dalam pengerahan sumber daya maupun pemberian akses bagi
setiap individu terhadap sumber daya karena komponen kampus diharap-
kan menjadi pihak terdepan bersama-sama dengan aktor penanggulangan
bencana lainnya dalam memberikan respon ketika bencana terjadi maupun
pada upaya kesiapsiagaan.

45KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Kampus Siaga Bencana di UNIMUS
Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) merupakan salah satu yang me-
masukkan materi kebencanaan dalam kegiatan kemahasiswaannya. Pada tanggal
16 Juni 2012 lalu, sebanyak 30 mahasiswa UNIMUS mengikuti pelatihan tanggap
darurat bencana. Kegiatan yang dipromotori oleh BEM FKM ini dilaksanakan di
gedung rektorat Jl. Kedungmundu Raya 18, Semarang.
Pengetahuan kebencanaan, PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) serta
penanganan musibah kebakaran adalah beberapa materi yang diberikan pada
pelatihan tersebut. BPBD Provinsi Jawa Tengah dan SARDA Jateng adalah pemateri
yang ditunjuk oleh pihak universitas untuk membawakan materi selama pelatihan
berlangsung.
Beberapa praktik pelatihan yang harus dilakukan peserta selama pelatihan
antara lain melakukan praktik transportasi dan evakuasi korban serta praktik
memadamkan api. Selain itu, peserta juga diminta untuk memasang tanda dan
petunjuk jalur-jalur evakuasi di dalam gedung rektorat.
Bapak Sahyono selaku wakil dekan FKM mengatakan, “Pelatihan seperti ini sangat
berguna bagi mahasiswa dan bagi UNIMUS sendiri, supaya warga UNIMUS peduli
dan lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana.”
Iva Khunul selaku ketua panitia mengatakan “Dengan adanya pelatihan memacu
semangat civitas akademika untuk bisa lebih tanggap bencana sesuai tema dalam
kegiatan tersebut, yaitu Pelatihan dan simulasi penanganan darurat bencana pada
mahasiswa” (http://sarda-jateng.blogspot.com).

46 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

PARAMATER
KAMPUS SIAGA

BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

BAB III
PARAMATER KAMPUS SIAGA BENCANA

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya maka upaya PRB
merupakan tanggung jawab bersama elemen bangsa. Perguruan tinggi
merupakan komponen bangsa tempat bernaung para pelopor perubahan
yang mampu berkontribusi lebih luas, diantaranya berfungsi dalam hal
pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat (Tri Dharma
Perguruan Tinggi).

Disisi lain, kampus juga merupakan bagian dari elemen masyarakat yang
melekat dengannya sebuah hak dan kewajiban yakni hak perlindungan dan
memperoleh rasa aman. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, tujuan
adanya kampus yang siaga bencana selaras dengan Undang-Undang Nomor
24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana1 , bahwa masyarakat ber-
hak memperoleh pendidikan, pelatihan, dan keterampilan serta informasi
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Oleh karenanya, guna
memastikan bahwa suatu kampus telah memenuhi unsur-unsur atau dapat
dikategorikan sebagai KSB, maka diperlukan suatu alat analisis pengukuran
berupa parameter.

A. Parameter Kampus Siaga Bencana (KSB)

1. Kebijakan terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Adanya kebijakan akan mendukung keseluruhan proses pelaksanaan dan
keberlanjutan KSB. Kebijakan juga memberikan akses untuk menjalin jejar-
ing dan kerjasama, serta advokasi kepada para pemangku kepentingan.

1 Undang-Undang Nomor 24, tahun 2007, tentang ; Penanggulangan Bencana, BAB V, Pasal 26 ; tentang
hak dan kewajiban masyarakat

48 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

2. Pe n i n g ka t a n Pe n g e t a h u a n , S i ka p , d a n K e t e ra m p i l a n d a l a m
Pengurangan Risiko Bencana

Pengetahuan, sikap dan keterampilan komponen kampus akan
menentukan tingkat kapasitas dan risiko yang dihadapi. Semakin meningkat
kapasitas yang dimiliki, maka akan semakin minimal risiko yang
dihadapi. Apabila lingkungan kampus mempunyai kapasitas yang kuat,
maka komponen kampus dapat mempengaruhi perubahan perilaku
masyarakat sekitar untuk meningkatkan ketahanan menghadapi bencana
dan melakukan upaya pengurangan risiko.

3. Mobilisasi Sumber Daya

Penyiapan sumber daya baik berupa manusia, sistem, perlengkapan,
material, maupun dana diperlukan untuk mendukung pelaksanaan KSB.
Sumber daya tersebut tentunya dapat diupayakan secara mandiri maupun
melalui kerjasama dengan pihak terkait.

4. Kemitraan

Kemitraan dalam konteks KSB adalah untuk membangun partisipasi dan
kemitraan internal dan eksternal kampus. Kemitraan bertujuan untuk
menjalin dan meningkatkan kerja sama antara komponen kampus dengan
stakeholder terkait PRB yang strategis untuk keberlanjutan KSB.

B. Indikator Pencapaian Parameter

Pencapaian terhadap parameter menjadi sebuah kunci terpenting
untuk mengetahui pencapaian dan/atau keberhasilan dari KSB. Untuk itu
pencapaian terhadap parameter perlu diuraikan secara jelas agar semua
pihak lebih dapat memahaminya secara komprehensif. Tabel di bawah
ini merupakan penjelasan secara umum mengenai indikator untuk setiap
parameter, yang dapat dikembangkan secara terperinci.

49KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Tabel 5 : Indikator Pencapaian Parameter

No Parameter Indikator Verifikasi
1.
50 KAMPUS Dokumen kebijakan,

SIAGA kesepakatan dan/atau
BENCANA
peraturan kampus yang • Surat edaran

memuat dan/atau • Surat keputusan

mendukung upaya PRB

kampus

Kegiatan PRB yang • Proposal

diintegrasikan dalam • Rencana kerja

kegiatan kampus • Laporan kegiatan

• Tupoksi tim pengarah

dan pelaksana

• Adanya SOP

tanggap darurat

bencana yang dikaji

ulang dan

Kebijakan PRB dimutakhirkan secara
rutin dan partisipatif.

• Adanya pedoman

evakuasi dan

Sistem dan prosedur yang penanganan
mendukung upaya PRB darurat bencana, ter-
masuk peta dan alur

evakuasi, serta titik

lokasi aman

• Adanya dokumen

kebijakan kampus

yang memuat dan/

atau mengadopsi

persyaratan konstruksi

bangunan dan

panduan retrofit yang

ada atau yang berlaku

Panduan Kampus Siaga Bencana

• Adanya rencana

kontijensi tanggap

darurat bencana

yang dikaji ulang dan

dimutakhirkan secara

Sistem dan prosedur yang rutin dan partisipatif

mendukung upaya PRB • Adanya sistem

peringatan dini yang

telah diuji

• Daftar perlengkapan

keamanan dan

keselamatan

• Database anggota

komponen kampus

Adanya anggota komponen yang terlatih dalam
kampus yang terlatih PRB
dalam PRB • Evaluasi pelaksanaan
kegiatan

• Pelaporan

• Dokumentasi

Peningkatan Pengetahuan, Adanya perubahan • Survei awal
• Survei akhir
2. Sikap, dan Keterampilan Pengetahuan, Sikap, dan • Laporan

dalam PRB Keterampilan warga

kampus terhadap PRB

• Rencana aksi PRB

• Rencana kontijensi

Kegiatan PRB yang • Akses kegiatan dan

dilaksanakan berdasarkan informasi untuk

hasil analisis risiko kelompok rentan dan

berkebutuhan khusus

• Laporan kegiatan

51KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

• Dokumen

Kajian tentang Ancaman, penilaian risiko

Kerentanan, Kapasitas, bencana yang disusun

Risiko bencana yang terjadi secara berkala sesuai

di lingkungan kampus dan dengan kerentanan

daerah sekitarnya kampus

• Peta risiko

Adanya motor penggerak • Surat keputusan tim

mekanisme pengarah dan

penyelenggaraan pelaksana terkait PRB

penanggulangan bencana di kampus

• Database

perlengkapan dasar

dan suplai kebutuhan

Jumlah dan jenis dasar yang diakses oleh

perlengkapan, suplai dan komponen kampus pada

kebutuhan dasar pada saat bencana

saat bencana yang dimiliki seperti: alat

kampus. Pertolongan Pertama

3. Mobilisasi sumber daya dan evakuasi, terpal,

tenda dan sumber air

bersih, dll

• Rencana tanggap

darurat

Kampus memiliki • Rencana kesiapsiagaan

rencana untuk mengguna- • Simulasi

kan sumber daya kampus • Program

dalam melaksanakan upaya pemberdayaan

PRB di lingkungan kampus masyarakat (KKN, PPL,

dan masyarakat KPPBM, PERTAMA, dll)

• Dokumentasi dan

daftar hadir

52 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Bangunan kampus yang

berkarakteristik sebagai

berikut:

• Struktur bangunan

sesuai dengan standar

bangunan aman

bencana

Adanya bangunan • Tata letak dan desain
kampus yang aman ruangan yang aman
terhadap bencana.
• Tata letak dan desain
yang aman untuk

penempatan sarana

dan prasarana kampus

• Adanya kajian tingkat

keamanan dan

kerentanan konstruksi

bangunan terhadap

bencana

Mekanisme koordinasi dan

kerjasama antara pihak • Jumlah kegiatan

kampus dengan pihak-pihak advokasi/sosialisasi

4. Kemitraan lain terkait PRB • Nota kesepahaman

(Pemerintah, BNPB/BPBD/ • Laporan kegiatan

BPBA, PMI dan perangkat • Notulensi pertemuan

kampus di lingkungan • Evaluasi kerja

maupun di luar kampus)

53KAMPUS
SIAGA
BENCANA

SIKLUS
KAMPUS SIAGA

BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

BAB IV
SIKLUS KAMPUS SIAGA BENCANA

Pengelolaan dan pengembangan Kampus Siaga Bencana (KSB)
membutuhkan dukungan dan partisipasi intensif dari seluruh komponen
perguruan tinggi, mitra, dan institusi terkait. Bentuk-bentuk dukungan
dan partisipasi dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan
parameter keberhasilan KSB, melalui tahapan siklus sebagai berikut:

Gambar 5. Siklus KSB

56 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

A. Tahapan Persiapan

Kematangan persiapan dan kesiapan internal institusi menentukan
keberhasilan pengelolaan, pengembangan, dan keberlanjutan KSB. Secara
umum persiapan dapat dibagi dalam tiga tahapan strategis, yakni Penguatan
Sumber Daya Institusi, Membangun Kemitraan, serta Sosialisasi dan Advokasi.

1. Penguatan Sumber Daya Institusi

Sebagai tahap awal, insitusi baik perguruan tinggi maupun pihak-pihak yang
mempunyai komitmen untuk melakukan upaya PRB di kampus, perlu melaku-
kan penguatan sumber daya institusi dengan cara:

a. Analisis Kapasitas Institusi
Masing-masing institusi mengidentifikasi faktor kekuatan dan
kelemahan di dalam institusi yang akan berdampak pada pengelolaan dan
pengembangan KSB, serta peluang dan hambatan yang berasal dari
luar institusi yang mempengaruhi pencapaian tujuan KSB. Sumber daya
manusia, keuangan, fasilitas, daya saing, mitra potensial, dan sistem
merupakan beberapa komponen untuk membuat analisis kapasitas
institusi. Adapun salah satu cara yang dapat digunakan untuk melaku-
kan analisis kapasitas institusi adalah analisis SWOT (Strenght/
kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/Kesempatan, dan Threat/
Tantangan), yang telah diterapkan oleh beberapa institusi.

b. Penentuan Strategi
Berdasarkan hasil analisis kapasitas institusi, maka dapat ditentukan
strategi yang akan diterapkan untuk melakukan upaya PRB. Strategi
bersifat jangka panjang, berkesinambungan, berkelanjutan, dan mem-
perhatikan kebutuhan lintas sektoral. Strategi KSB akan dijelaskan lebih
terperinci pada Bab V.

c. Penyiapan Sumber Daya
Identifikasi kebutuhan sumber daya merupakan penjabaran dari strategi.

57KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Hal ini mencakup kebutuhan-kebutuhan antara lain kebijakan, SDM, pen-
danaan, identifikasi sumber dana baik dari donor, dana mandiri, mau-
pun dana bersama dari kemitraan, sistem, jenis kegiatan, dokumen, tim
pelaksana, perlengkapan, dan menentukan durasi waktu pelaksanaan.

2. Membangun Kemitraan

Membangun hubungan antar institusi diperlukan untuk memastikan
ketersediaan sumber daya dan dukungan para pihak. Identifikasi mitra
potensial, identifikasi peran dan tanggung jawab setiap mitra, dan
identifikasi bentuk dukungan dari setiap mitra merupakan langkah-langkah
membangun kemitraan. Dalam membangun kemitraan, perlu memperhati-
kan beberapa prinsip umum sebagai berikut:

a. Mengedepankan kesetaraan, kebersamaan, dan saling menguntungkan
b. Menjunjung asas musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan

keputusan
c. Menghargai keberadaan lembaga masing-masing

Beberapa bentuk kerjasama kemitraan yang dapat dibangun antara lain:

a. Penyediaan tenaga ahli, materi pendidikan dan pengajaran
b. Penyelenggaraan kerjasama di bidang manajemen
c. Penyelenggaraan kerjasama dalam pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat
d. Penyelenggaraan kerjasama pendanaan
e. Bentuk-bentuk kerjasama lain yang berkaitan dengan pelaksanaan KSB

sesuai dengan kegiatan yang tertuang dalam pedoman ini

PMI sebagai salah satu mitra dapat menyediakan dukungan teknis dalam hal
pelatihan, penyediaan SDM, penyusunan pedoman, maupun pelaksanaan
program terpadu, dengan pelibatan tim pelaksana perguruan tinggi dan PMI
kabupaten/kota dan/atau PMI provinsi.

58 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

3. Sosialiasi dan Advokasi

Untuk menyebarluaskan gagasan, komitmen, dan rancangan KSB, serta
mendapatkan dukungan yang lebih luas, maka proses sosialisasi dan advokasi
dilakukan antara lain dengan cara:

a. Pertemuan dengan para pemangku kepentingan untuk menentukan
diterimanya konsep KSB. Promosi dan pelibatan organisasi/lembaga/badan
terkait dan para pemangku kepentingan yang lebih tinggi, seperti yayasan
pemilik perguruan tinggi, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI)
dan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah dibutuhkan dan
perlu dilakukan. Hal ini dapat ditindaklanjuti dengan pembentukan tim
pelaksana yang mengawal pelaksanaan KSB dan tahapan selanjutnya.
Dengan demikian pemahaman bersama terhadap kebutuhan, tujuan dan
manfaat KSB sedapat mungkin dapat terbangun di tahapan ini.

b. Lokakarya atau seminar untuk mempromosikan konsep KSB, ber-
bagi informasi, membangun kesamaan pemahaman, dan memperkuat
partisipasi. Kegiatan ini ditujukan kepada seluruh warga kampus yang
dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
upaya pengurangan risiko, serta sasaran utama (sasaran primer) KSB.

Contoh Tahapan dari Rektorat

1. Kebijakan rektorat terkait Kampus Siaga Bencana (KSB)
Rektorat sebagai pemegang kebijakan tertinggi di kampus merupakan penentu
keberhasilan utama pelaksanaan KSB. Kebijakan rektorat berupa surat keputusan
yang menyatakan dukungan pengarusutamaan isu pengurangan risiko bencana dalam
kegiatan-kegiatan di kampus, baik dalam kegiatan kemahasiswaan, akademik maupun
menjadi bagian kegiatan pengabdian masyarakat oleh kampus, dibutuhkan sebagai
rujukan formal kegiatan-kegiatan KSB.

59KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

2. Pembentukan tim kerja oleh gabungan warga kampus
Untuk memastikan terlaksananya KSB, kampus membentuk tim kerja, yang
terdiri dari tim pengarah dan tim pelaksana. Tim pengarah beranggotakan para
pengambil kebijakan di kampus, sedangkan tim pelaksana beranggotakan perwakilan-
perwakilan warga kampus baik mahasiswa, dosen, karyawan, dan penyedia jasa
layanan di kampus.

3. Proses siklus
Bekerjasama dengan PMI dan lembaga swadaya masyarakat pelaku pengurangan risiko
bencana, kampus memulai melaksanakan kegiatan KSB dengan melakukan identifikasi
dan penilaian ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas di kampus. Penilaian ini
dapat mencakup sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti kondisi
lingkungan, struktur dan infrastruktur di kampus dan lingkungan sekitar kampus.
Penilaian ini perlu juga didukung oleh survei tingkat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan warga kampus dan masyarakat sekitar kampus berkait dengan isu
kebencanaan dan pengurangan risikonya.

B. Siklus Kampus Siaga Bencana (KSB)

Proses untuk membentuk KSB dapat dilaksanakan secara berurutan sesuai
dengan siklus Gambar 5. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:

1. Penilaian dan analisis secara partisipatif

Penilaian dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko, dan Kapasitas
merupakan titik awal untuk merancang KSB yang sesuai dengan ke-
butuhan. Proses ini perlu mempertimbangkan keterlibatan warga
kampus serta lembaga yang terkait serta keterwakilan yang setara antara
peran perempuan dan laki-laki maupun yang berkebutuhan khusus. Hal ini
dilakukan untuk menganalisis bencana yang mengancam komunitas di
lingkungan perguruan tinggi, menganalisis kerentanan, risiko yang
kemungkinan timbul, dan kapasitas yang dimiliki komunitas perguruan tinggi
serta masyarakat sekitar kampus untuk mengurangi risiko bencana.

60 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Hasil penilaian, dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko dan Kapasitas
dapat digunakan antara lain untuk:
a. Mendapatkan gambaran tingkat ancaman, kerentanan, risiko, dan kapasitas

yang ada di lingkungan kampus maupun masyarakat sekitar kampus;
b. Mempermudah proses pengambilan keputusan;
c. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

KSB;
d. Merancang intervensi untuk mencapai indikator perubahan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan;
e. Sebagai bahan penyusunan rencana aksi.

Metode dan alat/instrumen penilaian dan analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko
dan Kapasitas telah diterapkan dan dikembangkan oleh para ahli dan institusi
yang bergerak di bidang PRB. Metode dan alat tersebut, diantaranya:
a. Informasi sekunder
b. Baseline survey termasuk baseline Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan

(KAP)
c. Diskusi kelompok terfokus
d. Wawancara semi-terstruktur
e. Observasi langsung
f. Assessment
g. Pemetaan
h. Diagram venn hubungan internal dan eksternal

2. Perumusan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu hasil penilaian dan
analisis Ancaman, Kerentanan, Risiko dan Kapasitas menjadi dasar dalam
menentukan rencana aksi pengurangan risiko di perguruan tinggi, yang
dapat diintegrasikan ke dalam setiap kegiatan yang sudah ada, maupun ber-
sinergi dengan kegiatan para mitra. Rencana aksi disiapkan dan disusun oleh
komunitas kampus dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki, yang
selanjutnya dimonitor langsung oleh para komunitas kampus, dan dilaksana-
kan secara transparan dan akuntabel.

61KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Rencana aksi PRB tidak hanya terdiri dari kegiatan struktural, tetapi
juga non-struktural yang menjangkau dan berdampak pada komunitas
kampus dan masyarakat sekitarnya dalam bentuk peningkatan kapasitas,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang isinya mengarah pada:

a. Rumusan kebijakan dan aturan perguruan tinggi untuk
mendukung pelaksanaan, keberlanjutan dan kemandirian kampus
untuk mengelola dan mengembangkan KSB.

b. Rumusan kebijakan dapat berupa (a) Surat Keputusan (SK), (b)
Nota Kesepahaman (MoU) dengan pihak mitra berkaitan dengan
pelaksanaan KSB.

c. Rencana kegiatan PRB jangka pendek, menengah, dan panjang yang
mewadahi rencana aksi untuk upaya PRB baik di wilayah kampus
maupun di masyarakat.

d. Pembagian peran dan tugas tiap stakeholder.
e. Rencana penguatan kapasitas.
f. Rencana penguatan kapasitas dapat berupa rencana pelatihan

maupun workshop dan seminar untuk penguatan kapasitas warga
kampus dalam pelaksanaan dan keberlanjutan KSB.
g. Rencana mitigasi.
Merupakan suatu rencana yang disusun untuk mengurangi risiko
bencana yang sudah teridentifikasi baik berupa kegiatan non-
struktural maupun struktural. Pada umumnya, mitigasi struk-
tural berupa renovasi atau perbaikan bangunan fasilitas kampus
untuk memastikan terjaminnya keamanan dan keselamatan warga
kampus, maupun perangkat ‘Sistem Peringatan Dini’. Sedangkan
mitigasi non-struktural dapat berupa upaya peningkatan
pengetahuan, kesadaran, dan kapasitas agar memiliki sumber daya
lebih terampil, sehingga selalu siap siaga dan waspada terhadap
kejadian bencana, yang dilakukan dalam bentuk pelatihan maupun
pembuatan dokumen kebencanaan.

62 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

h. Rencana tanggap darurat.
Rencana kegiatan yang dilakukan untuk menghadapi kejadian-
kejadian bencana serta menangani dampak buruk yang dialaminya,
contohnya: penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) dan
rencana simulasi bencana.

i. Rencana kontijensi/kedaruratan perguruan tinggi.
Suatu proses identifikasi dari penyusunan rencana, yang didasar-
kan pada suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera
terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi.

j. Rencana pengarusutamaan PRB ke dalam kegiatan maupun program
kampus.

k. Rencana mobilisasi sumber daya internal dan eksternal.
Merupakan rencana kegiatan yang direncanakan untuk memobilisasi
sumber daya yang ada agar kegiatan upaya PRB di kampus dapat
terlaksana.

l. Rencana peningkatan kapasitas masyarakat.
Merupakan rencana kegiatan yang dilaksanakan untuk peningkatan
kapasitas masyarakat mengenai upaya PRB, contohnya: penyuluhan
kesehatan dan pertolongan pertama.

m. Rencana anggaran.
n. Rencana pemantauan, evaluasi, dan pelaporan, termasuk mekanisme

pelaksanaannya.
o. Rencana-rencana aksi yang disesuaikan dengan kondisi kampus

masing-masing.

3. Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana aksi yang telah disepakati,
dan dapat mengalami pengembangan kegiatan. Beberapa kegiatan aksi
pengurangan risiko dan mitigasi yang dapat menjadi prioritas KSB adalah
sebagai berikut:

63KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

a. Prabencana

1. Melakukan penelitian, assessment, maupun studi baseline
untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
sehingga dapat menentukan intervensi yang akan diterapkan
untuk mengurangi risiko bencana.

2. Melakukan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi komunitas
kampus dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mengurangi risiko bencana, tanggap darurat
bencana, maupun sebagai penyuluh di masyarakat. Untuk
mendukung hal ini, PMI telah mempunyai kurikulum, buku
panduan pelatihan, paket pelatihan, maupun SDM pelatih untuk
kebutuhan internal PMI, maupun eksternal. Adapun jenis diklat
dan cakupan materi yang diperlukan untuk setiap komponen
kampus, tercantum dalam lampiran.

3. Melakukan upaya penyadaran bagi komunitas kampus dan
masyarakat dalam bentuk kampanye pengurangan risiko,
seminar, lokakarya, atau simulasi. Jenis kegiatan yang diperlukan,
sebagaimana tercantum dalam lampiran.

4. Menyusun rencana evakuasi keselamatan dalam bentuk jalur
evakuasi dan menentukan titik aman untuk berkumpul, yang
mengakomodasi kelompok usia yang berbeda, gender, maupun
komunitas berkebutuhan khusus.

5. Merumuskan SOP sesuai jenis bencana.
6. Menyepakati mekanisme peringatan dini.
7. Memastikan ketersediaan perlengkapan pertolongan dan

keselamatan, diantaranya kit pertolongan pertama, dan alat
komunikasi.
8. Mempromosikan kampus sebagai pusat informasi dan kegiatan PRB.
9. Mengintegrasikan kegiatan pengurangan risiko ke dalam
kurikulum, penelitian, kegiatan UKM, maupun kegiatan
pengabdian masyarakat.

64 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

10. Menetapkan tim tanggap darurat yang terdiri dari perwakilan
setiap komponen kampus.

11. Jejaring dan kerjasama antar perguruan tinggi untuk saling men-
dorong terwujudnya upaya PRB.

b. Tanggap Darurat dan Pemulihan

Pada saat terjadi bencana, seringkali kegiatan perkuliahan terganggu
atau bahkan terhenti karena berbagai faktor, diantaranya, terputus-
nya akses komunikasi dan transportasi menuju kampus, bangunan dan
perlengkapan kampus yang rusak, kampus digunakan sebagai tempat
pengungsian sementara, maupun adanya korban jiwa dari unsur komunitas
kampus.

Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
bencana di lingkungan kampus:

1. Melakukan assessment cepat.
2. Merumuskan rencana tanggap darurat dan pemulihan.
3. Mengerahkan sumber daya baik manusia maupun perlengkapan yang

ada pada setiap program studi untuk mendukung operasi tanggap
darurat hinggap masa pemulihan.
4. Advokasi keamanan dan keselamatan kampus sebagai bagian dari
pembangunan dan pengembangan gedung yang aman dari risiko
bencana.

65KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Gambar 6. Penyuluhan pengurangan risiko bencana yang dilakukan mahasiswa
Universitas Syiah Kuala kepada murid-murid sekolah dasar.

4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
Dalam perencanaan konsep KSB, rencana monitoring dan evaluasi
dilakukan sejak awal proses untuk memastikan bahwa tujuan dan
parameter KSB tercapai seperti harapan, yang kemudian tertuang dalam
laporan berkala. Proses ini sebagaimana halnya tahapan sebelumnya, akan
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pelaksana KSB maupun
pihak eksternal.
a. Pemantauan

Pemantauan merupakan rangkaian kegiatan pengamatan terhadap
berbagai kegiatan untuk memastikan bahwa strategi dan
langkah yang ditempuh telah sesuai dengan perencanaan. Pemantauan
dilakukan pada semua aspek kegiatan KSB dan bertujuan untuk
menemukan tantangan, mencari alternatif pemecahan masalah, dan
merekomendasikan langkah-langkah penyelesaian agar pelaksanaan
berjalan secara efisien dan efektif, dan tepat waktu.

66 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Pemantauan secara rutin dilakukan pada periode pelaksanaan kegiatan,
dengan menggunakan beberapa metode dan alat seperti tinjauan laporan,
kuesioner, kunjungan lapangan berkala, wawancara, pengamatan, dan
pertemuan koordinasi rutin yang dapat dilakukan oleh mahasiswa sendiri,
rektorat, serta pihak eksternal seperti PMI, BPBD, DIKTI, dan instansi atau
pihak terkait.

b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk membandingkan hasil pelaksanaan dengan
rencana yang ditetapkan menurut parameter yang telah disepakati
bersama. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan,
keterlibatan, dan peranan pelaksana. Hasil evaluasi juga berarti
memberi kesempatan pada pihak lain untuk belajar dari pengalaman
upaya PRB melalui KSB sebagai laporan kepada mitra yang telah bekerja-
sama, dan untuk membuat rencana KSB selanjutnya. Pelaksanaan evaluasi
melibatkan tim, pihak yang bekerjasama, dan pihak yang mendapat-
kan manfaat (kelompok sasaran), yang dilakukan dengan cara diskusi,
survei, wawancara, maupun melihat kembali hasil pemantauan.

c. Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
karena menjadi alat komunikasi antarpihak dalam memberikan informasi
pencapaian keberhasilan, dan dapat menjadi referensi untuk
mengembangkan kegiatan yang sama, dan sebagai bahan pengambilan
keputusan. Laporan dibuat secara berkala dan berjenjang, dan
menggunakan format yang disesuaikan dengan sasaran pengguna, yang
mencakup hal-hal berikut ini:
1. Periode pelaporan.
2. Menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan, yang mencakup per-
bandingan antara kemajuan terhadap perencanaan, hambatan, analisa
ketidakberhasilan, serta rekomendasi.
3. Laporan narasi disajikan bersama dengan laporan keuangan.
4. Adanya keterkaitan dengan laporan sebelumnya, sehingga
perkembangan dapat terpantau dan menjadi acuan pada saat
menentukan langkah selanjutnya.

67KAMPUS
SIAGA
BENCANA

STRATEGI
PELAKSANAAN DAN

KEBERLANJUTAN
KAMPUS SIAGA BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

BAB V
STRATEGI PELAKSANAAN DAN
KEBERLANJUTAN KAMPUS SIAGA
BENCANA

A. Strategi Pelaksanaan Kampus Siaga Bencana

Strategi KSB merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai
upaya-upaya pemberdayaan dan peningkatan kapasitas dalam kesiap-
siagaan dan pengurangan risiko bencana yang akan dilaksanakan oleh
perguruan tinggi.

Untuk mewujudkan KSB, komponen perguruan tinggi diharapkan melakukan
upaya proaktif untuk meminimalisasi dampak dan risiko bencana melalui
strategi yang dapat dijelaskan berikut ini:

1. Pembinaan Sumber Daya Manusia
Tujuan utama dari KSB adalah untuk memperkuat kapasitas warga
kampus dalam kesiapsiagaan serta PRB. Perlu disadari bahwa setiap
komponen memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda dalam kesiap-
siagaan dan PRB. Pelaksanaan konsep ini membutuhkan keterlibatan aktif
dari semua komponen seperti rektorat, dosen, mahasiswa, unit kegiatan
mahasiswa, staf, dan semua pihak yang berada di lingkungan kampus.

Pembinaan SDM dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas kampus
yang terorganisasi dan komprehensif. Pemberdayaan komponen kampus
dilaksanakan secara menyeluruh dan partisipatif dengan cara
mendorong peran masing-masing komponen kampus untuk terlibat
aktif dalam upaya kesiapsiagaan dan PRB. Pembinaan SDM ini juga men-
cakup pembinaan untuk kelompok rentan maupun berkebutuhan khusus.

70 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Salah satu sumber daya yang dibina oleh PMI di perguruan tinggi adalah
Korps Sukarela (KSR). KSR adalah suatu unit kegiatan mahasiswa yang di-
jadikan wahana untuk keberlanjutan KSB dengan memaksimalkan fungsi
KSR sebagai organisasi kader dalam menerapkan upaya–upaya kesiap-
siagaan dan PRB.

2. Kemitraan
Kemitraan serta kerja sama yang kuat antar semua pihak yang ber-
kepentingan sangat menentukan pelaksanaan serta keberlanjutan
KSB. Kemitraan tidak hanya ditekankan pada penyediaan dana,
material, dan tenaga, namun juga dalam hal keterlibatan aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, penyusunan kebijakan,
pemantauan, dan evaluasi, termasuk terhadap keberlangsungan program.
Memperkuat kemitraan berarti juga membina komunikasi, koordinasi,
dan kerjasama dengan berbagai disiplin dan profesi terkait baik
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun pihak swasta.

3. Sosialisasi dan Advokasi
Kesiapsiagaan dan PRB yang menjadi dasar penyelenggaraan KSB
merupakan proses yang berkesinambungan dalam jangka waktu yang
tidak terbatas. Penting bagi setiap pemangku kepentingan di lingkungan
kampus, Kementerian Pendidikan Nasional, PMI, dan pihak terkait untuk
memahami upaya PRB, fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Untuk
itu, advokasi dan sosialisasi berperan untuk menyamakan pemahaman,
mendapatkan dukungan, dan keterlibatan berbagai pihak.

4. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
KSB tentunya harus dapat memenuhi kebutuhan utama kampus
terlebih dahulu agar dapat memberikan solusi atas permasalahan yang
dihadapi kampus terkait dengan kegiatan PRB. KSB memadukan model,
instrumen, metode, pendekatan, dan strategi dengan pengetahuan, sikap
dan keterampilam yang dimiliki komponen kampus. KSB memanfaatkan
cara-cara kampus untuk mengintegrasikan isu-isu PRB ke dalam kegiatan
kampus, baik intra maupun ekstrakurikuler.

71KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Gambar 7. Latihan gabungan pertolongan pertama dan evakuasi korban bencana
oleh UKM KSR-UNNES yang diikuti oleh mahasiswa umum (UKM dan BEM)

B. Strategi Keberlanjutan Kampus Siaga Bencana
Keberlanjutan suatu inisiatif seringkali menjadi masalah kunci dalam
perjalanan pengembangan inisiatif tersebut. Terkait dengan keberlanjutan
KSB, maka tujuan KSB tidak dirancang hanya terfokus pada kebutuhan jangka
pendek, namun harus berorientasi jangka panjang. Hasil-hasil yang dicapai,
semua elemen yang mendukung, serta strategi, pendekatan, model,
instrumen, dan metode yang digunakan harus dilembagakan dan bisa dipakai
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan demikian, mereka dapat menjaga, merawat, dan mengembang-
kan pelaksanaan KSB. Keberlanjutan juga berarti bahwa komponen kampus
dapat melaksanakan kegiatan secara mandiri maupun mengembangkan
kemitraan dengan pihak lainnya.

72 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Beberapa strategi dan kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap perguruan
tinggi untuk keberlanjutan KSB adalah:
1. Menetapkan regulasi terkait KSB yang dapat digunakan sebagai landasan

pelaksanaan inisiatif dan strategi KSB.
2. Meningkatkan citra perguruan tinggi serta mempublikasikan profil dan

kinerja KSB kepada pihak eksternal.
3. Melakukan pembinaan dan pengembangan KSB secara berkesinambungan

dan berkelanjutan melalui penetapan kerjasama dengan pemerintah
maupun regulator pendidikan dan pelaksanan kegiatan PRB. Hal ini di-
maksudkan agar setiap perguruan tinggi dapat mengerti, memahami,
dan menerapkan konsep KSB dengan tepat, seperti misalnya memasukkan
KSB dalam salah satu aplikasi kegiatan kurikuler (KKN, PKL, PPL) maupun
ekstrakurikuler dalam kebijakan perguruan tinggi.
4. Menghubungkan perguruan tinggi dengan sponsor terkait.
5. Menjaga hubungan dengan mitra dan jejaring.
6. Memaparkan manfaat mitra dan jejaring terhadap bantuan yang telah
diberikannya kepada perguruan tinggi bahwa kehidupan masyarakat
kampus menjadi lebih aman, tangguh dan siap siaga terhadap bencana.

73KAMPUS
SIAGA
BENCANA

LAMPIRAN

Panduan Kampus Siaga Bencana

LAMPIRAN

1. Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana ke dalam Mata Kuliah Lembaga
Kampus - Organisasi Ekstra dan Intra Kampus

Fakultas/Program Studi/ Integrasi Literatur Keterangan
NO (buku utama (keter-
sediaan
Jurusan dan
pendukung) buku/akses)

• Peran serta kampus

dalam UU PB No. 24

tahun 2007 tentang

Penanggulangan

Bencana

• Peran serta PT dalam

1 Keguruan dan Ilmu UU No. 17 tahun 2007
Pendidikan tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran kebijakan

kampus terhadap

kesiapsiagaan di

kampus

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

2 Ilmu Sosial dan Politik tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

3 Sains dan Teknologi tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

76 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

4 Hukum tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

5 Agama 2005-2025

• Ayat-ayat/surat-surat

dalam kitab suci yang

berhubungan dengan

kebencanaan

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

6 Budaya tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

7 Kedokteran tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

8 Farmasi tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

9 Kebidanan tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

77KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

10 Keperawatan tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

11 Analis tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

12 Kesehatan Masyarakat tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025

• Peran serta PT dalam

UU No. 17 tahun 2007

tentang Rencana

Pembangunan Nasional

2005-2025.
13 Bahasa dan Sastra

• Penggunaan bahasa

yang mudah

dimengerti dalam

membuat ornamen

kampus.

14 Psikologi

15 Ilmu Komunikasi

78 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana pada Lembaga Kampus

Integrasi (lingkup

NO Lembaga Kampus Keilmuan/ Literatur Akses

Keterampilan)

• Buku-buku

• Pengetahuan tentang • PMI Pusat

Lembaga Pengabdian kebencanaan dan PB (PMI & • Toko-toko

1 Masyarakat kepalangmerahan umum) Buku

• Skill kebencanaan dan • SOP dan/atau • dll

kepalangmerahan aturan yang

terkait

• Buku-buku

kebencanaan

• Buku-buku • Toko-toko

Lembaga Penelitian • Ilmu kebencanaan kepalang- buku
2
Kampus merahan • PMI Pusat
• Ilmu kepalangmerahan • Desa binaan/ • dll

wilayah

program/

kegiatan

79KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

Contoh Integrasi Kampus Siaga Bencana pada Organisasi Ekstra dan
Intrakampus

NO Organisasi Integrasi keilmuan/ Keterampilan (skill)
pengetahuan

Intrakampus:

• Pengetahuan

kebencanaan dan

adaptasi perubahan

Badan Eksekutif iklim pada orientasi • Melakukan simulasi

Mahasiswa Universitas/ studi pengenalan kebencanaan
1 kampus • Membuat peta rawan

Fakultas (BEM

Universitas/Fakultas) • Publikasi pengetahuan bencana dan jalur evakuasi

kebencanaan pada • Melakukan adaptasi

buku saku panduan perubahan iklim (kepedulian

mahasiswa lingkungan)

HMJ (Himpunan • Pengetahuan
2
Mahasiswa Jurusan) kebencanaan pada

stadium general

Ekstrakampus:

1 UKM KSR/ • Kepalangmerahan • Inisiator
• Konseptor
Kepalangmerahan • Kebencanaan • Peer

• Korelasi pengetahuan • Inisiator

2 UKM Pramuka kebencanaan, • Konseptor

kesehatan dengan • Peer

wawasan kebangsaan

• Korelasi pengetahuan • Inisiator

3 UKM Menwa kebencanaan dengan • Konseptor

wawasan kebangsaan • Peer

dan bela negara

80 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

2. Contoh langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan dan dipraktikkan
oleh seluruh komponen kampus:

NO Aktivitas
Kenali kejadian-kejadian alam yang dapat menimbulkan bencana di lingkungan

1 kampus seperti: gempa bumi, tsunami, kebakaran, banjir, longsor, kesehatan, dan
lain-lain.
Kenali lokasi-lokasi yang rawan terhadap bencana dan/atau penyakit di wilayah

2
kampus Anda.
Pelajari bagaimana proses bencana itu terjadi mulai dari penyebabnya sampai

3 tindakan penyelamatan diri terhadap bencana tersebut.
Bangun motivasi warga kampus Anda untuk menyiapkan diri dalam menghadapi

4
bencana.

5 Letakkan barang-barang yang berat di dekat lantai dan jangan meletakkan barang
berat, pecah belah di atas lemari/rak.
Pilih salah satu lokasi yang dapat dijadikan tempat evakuasi, pilih jalur evakuasi yang

6
terdekat dari kampus.

7 Sepakati tempat berkumpul seluruh warga kampus pada saat evakuasi.
Sepakati dan sosialisasikan tanda bencana (sesuai jenis bencana) kepada seluruh

8
warga kampus.

9 Siapkan tas siaga bencana.
Latihan evakuasi menuju lokasi aman untuk menyelamatkan diri pada saat terjadinya

10
bencana secara rutin (sesuai tipe dan/atau jenis bencana).
Buat rencana kegiatan/aksi dan rencana tindak lanjut tentang pengurangan risiko

11
bencana yang dapat dipahami seluruh warga kampus.

81KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

3. Contoh Laporan KSR
Laporan Kegiatan KSB

Masyarakat: _______________________ Bulan: ________________________

Prioritas risiko bencana yang 1. _____________________________________
diidentifikasi oleh KSB: 2. _____________________________________
3. _____________________________________
Total warga kampus terlibat
di masyarakat ________________________________________

Kegiatan yang diorganisasi di bulan sebelumnya

No Kegiatan # Orang yang berpartisipasi Total
Pria Wanita

1

2

3

4

Sorotan bulan ini:
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________

Rencana untuk bulan ini Tanggal Tempat

No Kegiatan
1
2
3
4

Kontak: Silakan kontak (Nama, alamat dan nomor telepon dari kontak di Palang Merah setempat untuk
umpan balik dan keluhan) untuk saran, umpan balik dan keluhan yang berhubungan dengan KSB.

82 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

4. Contoh Pedoman Wawancara (LIPI, Membangun Sekolah Siaga
Bencana: 2008)

Parameter/Variabel Informasi Lanjutan Contoh Pertanyaan
Kondisi fisik • Pemahaman terhadap • Apa yang Saudara ketahui

Pengetahuan, sikap, dan tingkat kerentanan (lokasi, tentang kerentanan?
keterampilan bangunan kampus) • Bagaimana kerentanan
• Upaya untuk mengurangi
Mobilisasi sumber daya risiko bencana, misal: yang ada di kampus
renovasi kampus ber- Saudara?
dasarkan pada konstruksi • Apakah ada upaya untuk
bangunan tahan gempa mengurangi kerentanan di
• Informasi tentang Kampus Saudara?
pengetahuan bencana
(jenis, waktu, lokasi, • Apakah di kampus Saudara
skala/besaran, dampak) ada akses yang
• Akses dosen,mahasiswa memudahkan dalam
dan karyawan terhadap mendapatkan informasi
informasi tentang bencana tentang bencana?
• Peningkatan kapasitas
kampus • Bagaimana cara
• Pelatihan (jenis, siapa meningkatkan kapasitas
yang terlibat, jumlah kampus?
yang terlibat, frekuensi
pelatihan, penyelenggara, • Apakah kampus pernah
pendanaan, tindak lanjut mendapatkan pelatihan
hasil penelitian, kendala) mengenai kebencanaan?
• Workshop/seminar/
sosialisasi (jumlah dosen,
mahasiswa, dan karyawan
yang terlibat, frekuensi
pelatihan, penyelenggara)

Catatan: Tabel wawancara di atas digunakan untuk mengetahui dan/atau menguji kesiapsiagaan kampus
terhadap bencana melalui kuesioner.

83KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

5. Contoh Prosedur Tanggap Darurat1

Prosedur Tanggap Darurat adalah prosedur yang digunakan sebagai acuan
untuk melakukan tindakan darurat. Dalam menyusun prosedur darurat
tentunya mampu menjawab pertanyaan yang terkait dengan kesiapsiagaan
tanggap darurat yaitu:

1. Tindakan apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat?
2. Kapan tindakan itu harus dilaksanakan?
3. Dimanakah tindakan itu harus dilakukan?
4. Siapakah yang melaksanakan tindakan?
5. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?

Berdasarkan pertanyaan tersebut maka setiap potensi bencana yang ter-
kandung dalam keadaan darurat perlu dibuatkan prosedur tanggap darurat,
yaitu:

A. Prosedur Darurat Kebakaran

Tujuan

Tujuan dari prosedur ini adalah memberikan pelaksanaan operasional kepada
organisasi tanggap darurat mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil
jika terjadi kebakaran guna meminimalkan timbulnya kejadian kebakaran
dan dampak yang diakibatkannya.

Ruang Lingkup

Prosedur ini dilaksanakan mulai dari adanya teriakan kebakaran atau
terdengarnya bunyi alarm, adanya api, sampai api padam.

1 Direktorat Kesehatan Kerja KEMENKES, Pedoman Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Gedung Perkantoran,
Jakarta : 2010, hlm. 45

84 KAMPUS
SIAGA
BENCANA

Panduan Kampus Siaga Bencana

BAGAN ALUR DARURAT KEBAKARAN BERDASARKAN PERANNYA:
1. Semua karyawan melihat api atau mendengar alarm

85KAMPUS
SIAGA
BENCANA


Click to View FlipBook Version