Dosa SSyyiirriikk SSooffyyaannCChhaalliiddbbiinnIIddhhaammRRuurraayy,,LLcc للممسسللمميينن ا للددييههووللممششااييخخههووللججممييععا ا للللههللههووللووا ا غغففررا 25
DAFTAR ISI Kata Pengantar (5) MAKNA DAN PEMBAGIAN SYIRIK (6) 1. Syirik Besar (6) 2. Syirik Kecil (7) Perbedaan Syirik Besar dan Syirik Kecil (7) 25 DOSA SYIRIK (10) 1. Syirik Berdoa kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla (10) • Tiga Macam Syirik dalam Berdoa kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla (10) • Dua Macam Doa (11) • Beberapa Permasalahan Terkait Doa Permohonan (12) • Pertama: Isti’anah (12) • Kedua: Istighotsah (13) • Ketiga: Isti’adzah (13) • Keempat: Syafa’at (14) • Kelima: Tawassul (14) 2. Syirik Menyembelih untuk Selain Allah ‘Azza wa Jalla (16) 3. Syirik Bernazar untuk Selain Allah ‘Azza wa Jalla (17) 4. Syirik Cinta kepada Makhluk Seperti Kecintaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla (18) 5. Syirik Berharap kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla (20) 6. Syirik Takut kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla (21) 7. Syirik dalam Niat: Riya’ dan Sum’ah (22) 8. Syirik dalam Niat: Beramal Akhirat karena Dunia Semata (24) 9. Syirik Tawakkal kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla (25)
10. Syirik Sebab (Meyakini Sesuatu Sebagai Sebab yang Tidak Ditetapkan Allah ‘Azza wa Jalla) (26) 11. Syirik Tabarruk, Mencari Berkah dengan Sesuatu yang Tidak Ditetapkan Allah ‘Azza wa Jalla (28) • Syarat-syarat Tabarruk Syar’i (29) 12. Syirik Mengenakan atau Mempercayai Jimat (30) 13. Syirik Takut Sial atau Merasa Beruntung dengan Sesuatu yang Tidak Ditetapakan Allah ‘Azza wa Jalla (32) 14. Syirik Perdukunan dan Peramalan, dan Mengaku Tahu Ilmu Ghaib atau Mempercayai Ada Makhluk yang Tahu Ilmu Ghaib (34) • Mengapa Ramalan Dukun Terkadang Benar? (35) 15. Syirik Mempelajari Sihir, Mempraktekannya, Mengajarkannya dan Meridhoinya (37) 16. Ruqyah yang Mengandung Syirik (38) • Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah (39) 17. Syirik Perbintangan (41) 18. Syirik Menaati Makhluk dalam Penghalalan yang Haram atau Pengharaman yang Halal (43) 19. Syirik Berhukum dengan Selain Hukum Allah ‘Azza wa Jalla (45) • Perbedaan Antara Ahlus Sunnah dengan Khawarij dalam Menghukumi Orang yang Berhukum dengan Selain Hukum Allah ‘Azza wa Jalla (45) • 5 Keadaan Berhukum dengan Selain Hukum Allah ‘Azza wa Jalla Menjadi Kufur Besar (46) 20. Syirik Bersumpah dengan Selain Allah ‘Azza wa Jalla (49)
21. Syirik Keyakinan, Ucapan dan Perbuatan yang Mengandung Penyamaan Antara Allah ‘Azza wa Jalla dengan Makhluk (50) • Pertama: Syirik Ucapan “Sesuai Kehendak Allah dan Kehendakmu” (50) • Kedua: Syirik Ucapan “Kalau Bukan karena Allah dan Fulan” (50) 22. Syirik Menisbatkan Nikmat kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla (52) 23. Kesyirikan dan Kekufuran Yahudi dan Nasrani (54) 24. Kesyirikan dan Kekufuran Aliran Kebatinan (56) • Pertama: Kekufuran Sinkretisme, Mencampurkan Antara Hindu, Budha dan Islam (56) • Kedua: Kekufuran Tidak Meyakini Allah ‘Azza wa Jalla Sebagai Satu-satunya yang Berhak Disembah (56) • Ketiga: Kesyirikan dalam Rububiyyah (57) • Keempat: Kesyirikan dalam Uluhiyyah (58) • Kelima: Tidak Melaksanakan Shalat (58) 25. Kesyirikan dan Kekufuran Syi’ah dan Kesamaannya dengan Sebagian Shufiyyah/Tarekat/Tasawuf (60) • Pertama: Syirik dalam Tawassul (Menjadikan Makhluk Sebagai Perantara dalam Beribadah) (60) • Kedua: Syirik dalam Tabarruk (Mencari Berkah dari Kuburan dan Batu-batuan) (60) • Ketiga: Syirik Meyakini Imam dan Wali Mereka Mengetahui Ilmu Ghaib (61) • Keempat: Syirik Meyakini Imam dan Wali Mereka Berhak Menghalalkan dan Mengharamkan (61) • Kelima: Syirik Wihdatul Wujud (61)
ْـــــمِ ِحي َ حَم ِن الر ْ َ ســــــــــــــمِ الِ الر ْ ِب Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang telah menolong kami untuk menyelesaikan buku 25 Dosa Syirik ini, sebagai kelanjutan dari buku 25 Kaidah Tauhid. Buku ini kami ringkas dari beberapa kitab ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, terutama Kitab Tauhid dan kitab-kitab syarahnya. Kami berusaha menghadirkan pembahasan seringkas mungkin disertai dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, kecuali beberapa pembahasan saja yang kami pandang perlu ditambahkan teks keterangan ulama. Seperti buku sebelumnya, harapan kami buku ini dapat menjadi: - Pengantar yang memudahkan untuk mengenal dan memahami macam-macam syirik yang dijelaskan para ulama dalam kitab-kitab tauhid. - Panduan dauroh sehari dalam 3-4 sesi. - Panduan kajian rutin membahas setiap bab dengan penjelasan yang lebih detail. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menganugerahkan pahala yang terus mengalir kepada Penyusun dan semua yang mempelajari, mengoreksi dan membantu penyebaran buku ini. Depok, 27 Syawwal 1445 Bertepatan dengan 6 Mei 2024 Abu Abdillah Sofyan Chalid bin Idham Ruray - غفر ال له ولوالديه ولشايخه ولجميع السلمي - 5
MAKNA DAN PEMBAGIAN SYIRIK Syirik secara bahasa bermakna, مقارنة وخلف انفراد Membandingkan dan menyelisihi yang esa. Adapun secara istilah syirik terbagi dua: 1. Syirik Besar تسوية غير ال بال فيما يختص به من الربوبية واللوهية والسماء والصفات Menyamakan selain Allah dengan Allah dalam kekhususanNya, yaitu dalam rububiyyah, uluhiyyah dan asma’ washshifaat. Allah جل جلاله berfirman, ْ ِذ ، إ ٍ مِبي ل ُ ٍ ٰ ِى َضلَ ا َلف َ كن ُ ِن َٱلِ إ مو َن، ت ُ َ ِص خت ْ َ ِي َها ي م ف ْ ه ُ لوا۟ َو ُ َقا ِ َي ٰ َلم لعَ ْ ب ٱ ِ َ يكم ِبر ُ و ِ ُ َس ن “Mereka (orang-orang musyrik) berkata dalam keadaan mereka bertengkar (dengan sembahan-sembahan mereka) di dalam neraka: Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita menyamakanmu dengan Rabb seluruh makhluk.” [Asy-Syu’ara: 96-98] 6
2. Syirik Kecil Ada dua definisi syirik kecil yang masyhur: Pertama: ما أطلقه الشرع تسميته شركا ولم يبلغ إلى درجة الشرك الكبر Apa yang dinamakan syirik oleh syari’at secara muthlaq, namun belum sampai tingkat syirik besar. Kedua: كل ذريعة إلى الشرك الكبر Semua jalan yang menjerumuskan kepada syirik besar. Perbedaan Syirik Besar dan Syirik Kecil Pertama: Syirik besar menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari Islam dan diberlakukan padanya hukum-hukum kepada orang yang murtad. Sedangkan syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam dan tidak diberlakukan padanya hukum-hukum kepada orang yang murtad. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ِن َد هۥ ع ُُ َ َما ِح َساب ِن َإ ِۦ ف هۥ ِبه ْ ٰهَ َن َلُ ر ُ َ َل ب َا َخر ها ء ً ٰ لَ ِ ُع َمعَ ٱلِ إ د ْ َ َوَمن ي و َن ُ ِر ف ٰ لكَ ْ ِحُ ٱ ل ْ ُف هۥ َل ي َُ ِن إ ۚ ِۦٓ ه ِ َب ر “Dan barangsiapa beribadah kepada sesembahan yang lain di samping Allah, padahal tidak mungkin ada suatu dalil baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” [Al-Mukminun: 117] 7
Kedua: Syirik besar menghapus semua amalan pelakunya. Sedangkan syirik kecil hanya menghapus amalan yang menyertainya, seperti jika seseorang berbuat riya’ dalam ibadahnya maka terhapuslah amalannya tersebut namun tidak menghapus amalannya yang telah ia kerjakan dengan ikhlas. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ن َ َ َط حب ْ َ ك َت َلي ْ َ شر ن أَ ْ ْ ِ ِ َك َلئ ْل ِن َقب ِي َن م لذ َ َِلى ٱ ْ َك َوإ َِلي و ِحىَ إ د أُ َوَل َق ْ ل ٰخَ ِس ِري َن ْ ِ َن ٱ ن م َ َ كون ُ َ ل َك َوَلت ُ َع َم “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (wahai Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: Jika kamu berbuat syirik, terhapuslah amalanmu dan kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [Az-Zumar: 65] Ketiga: Syirik besar menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Sedangkan syirik kecil tidak sampai mengekalkan pelakunya di neraka. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ُ َوَما ار َ ُ الن َْواه ََة َوَمأ ل َجن ْ ِ ا ه ْ ه َعَلي لُ َ َ َم ال د َحر َ َق ْ ِ ف له َ ك ِبال ْ ش ِر ْ ُ ن ي ْ ه َم َُ ِن إ ر ٍ ْ َصا ن أَن ْ ِ ِِ َي م ال َ لظ ِ ل “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka Allah mengharamkan surga atasnya, tempatnya ialah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [Al-Maidah: 72] 8
Keempat: Syirik besar tidak terampunkan apabila pelakunya mati sebelum bertaubat. Adapun syirik kecil, ulama berbeda pendapat. Pendapat pertama, syirik kecil termasuk dosa yang diampuni apabila Allah ‘azza wa jalla kehendaki. Pendapat kedua, syirik kecil pun tidak akan Allah ‘azza wa jalla ampuni, apabila pelakunya tidak bertaubat sampai mati, dan ini pendapat yang lebih kuat berdasarkan keumuman ayat. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ُۚ َوَمن َ َشاء َِن ي ِ َك ل ٰل دو َن ذَ ُ َما ُ ِر غف ْ َ ِ َوي َك ِبه َ شر ْ ُ ُ أَن ي ِر غف ْ َ ن الَ َل ي َ ِ إ يما ما َع ِظ ً ً ْ ِث ى إ ٰ َ َر ت ْ ِ اف َ َقد ك ِبالِ ف ْ ش ِر ْ ُ ي “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan Allah maka ia telah berbuat dosa yang sangat besar.” [An-Nisa: 48] 9
25 DOSA SYIRIK 1. Syirik Berdoa kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla Allah ‘azza wa jalla berfirman, َ َك ِن َإ ل َت ف ْ َ َع ن ف ْ ِ َإ َك ف ُ ضر ُ َ ع َك َوَل ي ُ َ ف ْ َن ِ َما َل ي له َ دو ِن ال ُ ن ْ ِ ُع م د ْ َ َوَل ت ِِ َي ال َ ِ َن الظ ًا م ِذ إ “Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah, yang tidak bisa memberi manfaat dan tidak pula menimpakan mudarat kepadamu; jika kamu melakukannya, maka sungguh kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim (yang berbuat syirik).” [Yunus: 106] Tiga Macam Syirik dalam Berdoa kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla Pertama: Syirik dalam Ibadah, yaitu mempersembahkan ibadah kepada selain Allah ‘azza wa jalla, karena doa termasuk ibadah yang agung. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ن َ ِ م إ ك ْ ُ ب َل ْ ِ َج ست ِي أ ْ عون ُ د م ا ْ ك ُ ُ ُ َب م قاَل َوَقاَل ر ُ ثَ هَو العبادة ُ دعاء ال ُ َ َم َدا ِخ ِري َن لو َن َج َهن ُ خ ُ د ْ َ ِي َسي َا َدت ِب ن ع ْ و َن َع ُ كِبر ْ َ ست ْ َ ِي َن ي لذ َ ا “Doa adalah ibadah. Kemudian Nabi shallallahu’alaihi wa sallam membaca ayat: Dan Rabbmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu, sungguh orangorang yang menyombongkan diri dari beribadah (berdoa) kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina’.” (Ghafir: 60) [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhuma, Shahih At-Tirmidzi: 3247] 10
Kedua: Syirik dalam Asma’ wa Sifat, yaitu meyakini ada selain Allah ‘azza wa jalla yang Maha Mendengar doa. Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang doa Nabi Zakariya ‘alaihissalam, ِ د َعآء ِيعُ ٱل ُ َ َك َسم ِن إ ۖ ة ًَ ب ِ َي ة ط ًَ ي ِ ر ُ دنَك ذ ل ُ َ ِن ِى م ب ل ْ ب َه ِ َ ر “Wahai Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." [Ali Imron: 38] Ketiga: Syirik dalam Rububiyah, yaitu meyakini ada selain Allah ‘azza wa jalla yang maha kuasa mengabulkan doa. Allah ‘azza wa jalla berfirman, َ َآء خَلف ُ م ك ْ ُ ل ُ ج َع ْ َ َ َوي سٓوء ك ِش ُف ٱل ُ ْ َ ُ َوي َا َد َعاه ِذ َ إ َر ضط ْ ُ ٱل ْ ب ُ ِي ج ُ من ي أَ َ و َن ُ كر َ َ َذ ما ت ل َ ً ِي ۚ َقل معَ ٱلِ َ ه ٌٰ ِلَ ۗ أَء ْ ِض ْلَر ٱ “Atau siapakah yang dapat mengabulkan doa orang yang kesusahan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi…!? Apakah pantas di samping Allah ada tuhan lain yang disembah…!? Amat sedikitlah kamu memetik pelajaran.” [An-Naml: 62] Dua Macam Doa Pertama: Doa Ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Karena orang yang melakukan ibadah-ibadah tersebut berarti ia memohon rahmat dan ampunan kepada Allah ta’ala dengan ibadah yang ia lakukan. 11
Maka mempersembahkan salah satu ibadah kepada selain Allah ‘azza wa jalla adalah syirik. Kedua: Doa Permohonan, seperti memohon suatu kemanfaatan atau agar terhindar dari suatu kemudharatan. Maka memohon sesuatu kepada makhluk menjadi syirik apabila tidak terpenuhi padanya satu dari tiga syarat: (1) Orangnya masih hidup. (2) Orangnya hadir. (3) Permintaan tersebut bukan sesuatu yang hanya mampu dikabulkan oleh Allah ‘azza wa jalla. Beberapa Permasalahan Terkait Doa Permohonan Pertama: Isti’anah Isti’anah, meminta pertolongan kepada makhluk untuk sesuatu yang hanya mampu dikabulkan oleh Allah ‘azza wa jalla adalah syirik. Contoh: Meminta hidayah, hanya Allah ‘azza wa jalla yang dapat mengabulkannya, maka memintanya kepada makhluk adalah syirik. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ي ُ ِ َع ست ْ َ َاَك ن ِي د َوإ ُ ُ عب ْ َ َاَك ن ِي إ “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan.” [Al-Fatihah: 4] 12
Kedua: Istighotsah Istighotsah, memohon pertolongan dalam kondisi genting kepada makhluk untuk sesuatu yang hanya mampu dikabulkan oleh Allah ‘azza wa jalla adalah syirik. Contoh: Meminta pertolongan agar didatangkan bantuan malaikat, hanya Allah ‘azza wa jalla yang dapat mengabulkannya, maka memintanya kepada makhluk adalah syirik. Allah ‘azza wa jalla berfirman, م َن ف ِ ٍ ل كم ِبأَْ ُ د ُ ِ مم ُ ى ِ م أَن ك ْ ُ َ َجا َب َل ست َٱ ْ م ف ك ْ ُ َ َب و َن ر ُ ِيث َغ ست ْ َ ت ْ ِذ إ ِ َي ِف ْد مر ُ ِ ِ َكة َلَٰٓئ ٱل ْ “Ingatlah, ketika kamu ber-istighatsah (memohon pertolongan dalam keadaan genting) kepada Rabbmu, lalu Dia mengabulkan bagimu: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [Al-Anfal: 9] Ketiga: Isti’adzah Isti’adzah, memohon perlindungan kepada makhluk dari sesuatu yang hanya Allah ‘azza wa jalla saja mampu melindungi kita darinya adalah syirik. Contoh: Meminta perlindungan kepada para jin dari segala bahaya adalah syirik, karena yang Maha Mampu melindungi dari semua bahaya hanya Allah ‘azza wa jalla. 13
Allah ‘azza wa jalla berfirman, م ْ ه ُ دو َزَا ُ ن ف ِ ِ لج ْ م َن ٱ ل ِ ٍ و َن ِب ِر َجا ُ عوذ ُ َ ِن ِس ي ل ْ م َن ٱ ل ِ ٌ هۥ َكا َن ِر َجا َُ َوأَن قا ً َ َه ر “Dan bahwasanya ada beberapa laki-laki dari kalangan manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari kalangan jin, maka para jin itu menambah bagi mereka kelemahan dan dosa.” [Al-Jin: 6] Keempat: Syafa’at Syafa’at di akhirat milik khusus Allah ‘azza wa jalla, maka memintanya kepada selain Allah ‘azza wa jalla termasuk syirik. Allah ‘azza wa jalla berfirman, عا ً ِي ة َجم ُ ٰ َع شفَ َ قل لِ ٱل ُ “Katakanlah: Hanya milik Allah syafa’at itu seluruhnya.” [Az-Zumar: 44] Kelima: Tawassul Berdoa kepada makhluk dengan tujuan tawassul, agar doanya diteruskan kepada Allah ‘azza wa jalla adalah syirik, karena doa itu ibadah yang hanya boleh dipersembahkan untuk Allah ‘azza wa jalla semata. 14
Allah ‘azza wa jalla berfirman, َ َما َآء ِي ول ِۦٓ أَْ ِه دون ُ ِن وا۟ م ُ َ َخذ ِي َن ٱت لذ َ ۚ َوٱ ص ُ ِ ل َخال ْ ن ٱ ُ دي أََل لِ ٱل ِ ِى َما م ف ْ ه َُ ن ْ َي م ب ك ُ ُ ح ْ َ ن ٱلَ ي َ ِ َىٰٓ إ لف َِلى ٱلِ زُْ َآ إ ون ُ ب ِ ُ َقر ِي ل ل َِ م إ ْ ه ُ د ُ ُ عب ْ َ ن ٌ ار َ ب َكف ٌ ِ ذ ٰ هَو كَ ُ ن ْ ِى َم هد ْ َ ن ٱلَ َل ي َ ِ إ ۗ و َن ُ ِف َل خت ْ َ ِ ي ِيه م ف ْ ه ُ “Ingatlah, hanya milik Allah ibadah yang murni. Dan orangorang yang menyembah selain Allah (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya’. Sunnguh Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah kepada pendusta lagi sangat kafir.” [Az-Zumar: 4] 15
2. Syirik Menyembelih untuk Selain Allah ‘Azza wa Jalla Menyembelih untuk pengagungan dan pendekatan diri kepada Allah ‘azza wa jalla termasuk ibadah yang sangat agung, maka mempersembahkannya kepada selain Allah termasuk syirik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ْ ْ َحر ِ َك َوان َب ِر ل ل ِ َ َص ف “Maka shalatlah hanya untuk Rabbmu dan menyembelihlah hanya untuk-Nya.” [Al-Kautsar: 2] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ا، َوَل َع َن الُ ً ِث حد ْ م ُ ْ ِر الِ، َوَل َع َن الُ َمن آَوى ِ َغي َحَ ل َب َل َع َن الُ َمن ذ َ َار َن َ ال ر َ ِ، َوَل َع َن الُ َمن َغي ه ْ ِ َدي َمن َل َع َن َوال “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, dan Allah melaknat orang yang melindungi pelaku dosa, dan Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya dan Allah melaknat orang yang merubah batas tanah orang lain.” [HR. Muslim dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu] 16
3. Syirik Bernazar untuk Selain Allah ‘Azza wa Jalla Nazar termasuk ibadah, maka mempersembahkannya kepada selain Allah ‘azza wa jalla adalah syirik. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ِي ِق ل َعت ْ ْ ِت ٱ َي لب ْ وا۟ ِبٱ ُ وف ََ َط لي ْ م َو ْ ه ُ َ ور ُ ذ ُ وا۟ ن ُ وف ُ لي ْ م َو ْ ه َُ َث َف ضوا۟ ت ُ ق ْ َ لي ْ م َ ُ ث “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka, dan hendaklah mereka menunaikan nazar-nazar mereka, dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (kakbah).” [Al-Hajj: 29] Dan Allah ‘azza wa jalla memuji orang-orang yang menunaikan nazar, ْ ِر ذ َ و َن ِبالن ُ وف ُ ي “Mereka menunaikan nazar.” [Al-Insan: 7] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ِ ع ِصه ْ َ َ َل ي ه ف َُ ع ِصي ْ َ ن ي َ أَ ْ َر َذ ن ن ْ ه، َوَم ُ ع ُ ِط ْ لي َْ لَه ف َ ُ ِطيعَ ال ن ي َ أَ ْ َر َذ ن ن ْ َم “Barangsiapa bernazar untuk taat kepada Allah maka hendaklah ia menaati-Nya, dan barangsiapa bernazar untuk berbuat maksiat kepada Allah maka janganlah ia bermaksiat kepada-Nya.” [HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu’anha] 17
4. Syirik Cinta kepada Makhluk Seperti Kecintaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla Cinta kepada Allah yang disertai dengan pengagungan dan ketundukan adalah ibadah yang agung, maka barangsiapa mencintai makhluk seperti kecintaannya kepada Allah, ia telah berbuat syirik. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ۖ ب الِ ِ ح م َك ُ ْ ه ُ َ ون ُ ُ ِحب دا ي ْ َدا ً دو ِن الِ أَن ُ ن ْ ِ م ُ َ ِخذ َت ن ي ْ ا ِس َم َ ِ َن الن َوم و َن ْ َ َر ي ْ ِذ موا إ ََلُ ِي َن ظ لذ َ َى ا َر و ي لِ، َوَل ْ ً د حباّ ُ وا أَ َش ُ ِي َن َآمن لذ َ َوا َا ِب ل َعذ ْ د ا ُ ِي ن الَ َشد عا َوأَ َ ً ِي َ لِ َجم وة قَ ُ ل ْ ن ا َا َب أَ َ ل َعذ ْ ا “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang zalim itu mengetahui ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu milik Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (maka mereka menyesal).” [Al-Baqorah: 165] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, كو َن الُ ُ َ ن ي َ ا ِل َيما ِن أَ ْ ن َحلَ َوة َ ِ َو َج َد ِب ِه ِيه ن ف َ ك ُ ن ْ ث َم ثلَ ٌ لِ، َ ِل ه إ ُُ ُ ِحب َ ي َ ل ء ْ َر ال ْ ب َ ُ ِح ن ي ْ َ ه َما، َوأ ما ِسَوا ُ َ ِ ِ م ه ْ َِلي ب إ َ ه أَ َح لُ ُ سو ُ َ َور ار. َ ِي الن َ َف ف قذ ْ ُ ن ي ُ أَ ْ َه كر ْ َ ْ ِر َك َما ي كف ُ ل ْ ِي ا عوَد ف ُ َ ن ي َ أَ ْ َه كر ْ َ ن ي َوأَ ْ ْ ِجعَ َر ن ي ن أَ ْ ْ ِ ِ م ه ْ َِلي ب إ ُ ا ِر أَ َح َ ِي الن َ َف ف قذ ْ ُ ن ي ى أَ ْ َ وفي رواية: َو َحت ُ الُ. َه ْ َقذ ْ أَن ِذ ع َد إ ْ َ ْ ِر ب كف ُ ل ْ َِلى ا إ 18
“Ada tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seorang hamba maka ia akan meraih manisnya keimanan: (1) Hendaklah ia jadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya. (2) Dan hendaklah ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah. (3) Dan hendaklah ia membenci perbuatan dosa kekafiran sebagaimana ia membenci apabila dirinya dilempar ke dalam api.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu] Dalam riwayat yang lain: “…dan sampai dilempar ke dalam api lebih ia sukai daripada berbuat dosa kekafiran, setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut.” [HR. Al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu] 19
5. Syirik Berharap kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla Berharap kepada Allah ‘azza wa jalla yang disertai pengagungan dan ketundukan adalah termasuk ibadah yang agung, maka barangsiapa berharap kepada makhluk seperti harapnya kepada Allah, ia telah berbuat syirik. Demikian pula berharap kepada makhluk sesuatu yang hanya mampu dikabulkan oleh Allah ‘azza wa jalla adalah syirik, seperti berharap dikaruniakan seorang anak atau diturunkan hujan atau ditumbuhkan tanaman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ِ َك ِى َسِبي ِل ٱلِ أُ ۟ولَٰٓئ دوا۟ ف ُ ٰجَ َه وا۟ َو ُ ِي َن َها َجر لذ َ وا۟ َوٱ ُ َ َامن ِي َن ء لذ َ ن ٱ َ ِ إ م ٌ ِحي َ ر ٌ ور ُ ۚ َوٱلُ َغف حَم َت ٱلِ ْ َ جو َن ر ُ ْ َر ي “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Baqorah: 218] Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman, ك ْ ش ِر ْ ُ ً َول ي ِحا ل َع َملً َصال ْ ع َم ْ َ لي َْ ِ ف ه ِ َب َ ر ِ َقاء جوا ل ُ ْ َر ن َكا َن ي ْ َ َم ف ً َ َحدا ِ أ ه ِ َب ِ ر َا َدة ِب ِبع “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." [Al-Kahfi: 110] 20
6. Syirik Takut kepada Selain Allah ‘Azza wa Jalla Takut kepada Allah ‘azza wa jalla yang disertai pengagungan dan ketundukan adalah termasuk ibadah yang agung, maka barangsiapa yang takut kepada makhluk seperti takutnya kepada Allah, ia telah berbuat syirik. Demikian pula takut kepada makhluk karena meyakini makhluk tersebut maha mampu menimpakan bahaya yang hanya mampu ditimpakan oleh Allah ‘azza wa jalla adalah syirik, seperti keyakinan bahwa para jin bisa membuat gunung meletus atau tsunami di laut. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ن ْ ِ و ِن إ ُ م َو َخاف ْ ه ُ و ُ َ َخاف َ َل ت ُ ف َه َاء ِي ول ُف أَْ و ِ ُ َخ ن ي َا ُ ْط شي َ م ال ك ُ ُ ِ ٰل َ َما ذَ ِن إ ِ َي ِن ؤم ْ م ُ م ْ ُ ت ْ كن ُ “Sesungguhnya itu tidak lain hanyalah setan yang menakutnakuti (kamu) dengan para walinya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar beriman.” [Ali Imran: 175] Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman, ِ َي ِن ؤم ْ م ُ م ْ ُ ت ْ كن ُ ن ْ ِ ُ إ وه خ َشْ ْ َ ن ت ق أَ ْ ُ َالُ أَ َح ف ۚ م ْ ه ُ َ ون خ َشْ ْ َ أَت “Mengapakah kamu takut kepada mereka, padahal Allah yang lebih berhak kamu takuti, jika kamu benar-benar beriman.” [At-Taubah: 13] 21
7. Syirik dalam Niat: Riya’ dan Sum’ah Riya’, memperlihatkan amalan dan sum’ah, memperdengarkan amalan agar dipuji orang adalah syirik. Pertama: Syirik Besar, apabila seseorang beribadah dengan niat semata-mata untuk riya’, atau riya’ adalah tujuan utamanya, sebagaimana riya’nya orang-orang munafik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ا َس َوَل َ و َن الن ُ َاء ر ُ ك َساَلى ي ُ ِ َق ُاموا صَلة َِلى ال َ َا َق ُاموا إ ِذ َوإ ل ً ِي ل َقل َِ و َن الَ إ ُ كر ُ ْ َذ ي “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit.” [An-Nisa’: 142] Kedua: Syirik Kecil, apabila seseorang beribadah karena Allah namun niatnya tercampuri dengan sedikit riya’. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ك ُ ْ شر ِ لوا: َوَما ال ُ ُ َقا ص َغر ك الَ ْ ُ ْ شر ِ م ال ك ُ ُ ْ خَو َف َما أَ َخا ُف َعَلي ن أَ ْ َ ِ إ وَم ْ َ م ي ْ ه ل َل ُ َ ل الُ َعزَ َو َج ُ قو ُ َ ، ي ُ َاء ي ِ سوَل الِ؟ َقاَل: الر ُ َ َا ر ي ُ ص َغر الَ ْ م ْ ُ ت ْ كن ُ ِي َن لذ َ َِلى ا وا إ ُ ْ َهب م: اذ ْ ِ ِه ع َمال س ِبأَ ْ ا ُ َ ج ِز َي الن َا ُ ِذ ِ إ َ َامة ِي لق ْ ا ً م َجزَاء ْ ه ُ ْ َد ِن دو َن ع ُ ِ َج ل ت ْ وا َه ُ ر ُ ظ ْ َان َا ف ي ْ دن ِي ال ُ ؤو َن ف َاُ ر ُ ت 22
“Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya: Apa syirik kecil itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: (Syirik kecil itu) riya’. Allah ‘azza wa jalla akan berkata di hari kiamat kepada mereka (orang-orang yang riya’ ketika di dunia), yaitu ketika amal-amal manusia telah dibalas (maka Allah berkata kepada mereka): Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu kalian perlihatkan amalan-amalan kalian ketika di dunia agar dipuji oleh mereka, maka lihatlah apakah kalian akan mendapatkan balasan dari mereka…?!” [HR. Ahmad dari Mahmud bin Labid radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 951] Semisal dengan riya’ adalah ‘ujub, membanggakan diri. Hanya bedanya, riya’ adalah mempersekutukan Allah ‘azza wa jalla dengan orang lain, sedangkan ‘ujub adalah mempersekutukan Allah ‘azza wa jalla dengan diri sendiri. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, ِ ْ ِسه ِ بنف ء ْ َر ال ْ ب ع َجا ُ ْ ِ َعٌ، َوإ ب َ مت ُ وى ً ع، َو َه َا ٌ مط شحٌ ُ ُ ت: ِ َكا ٌ هل ْ م ث ُ ٌ َل ث “Ada tiga perkara yang membinasakan: (1) Kekikiran yang ditaati. (2) Hawa Nafsu yang dituruti. (3) Kekaguman seseorang terhadap dirinya (‘ujub). [HR. Al-Bazzar dari Ibnu Abbas dan Ath-Thabarani dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhum, Shahihul Jami’: 3045] 23
8. Syirik dalam Niat: Beramal Akhirat karena Dunia Semata Termasuk syirik dalam niat adalah beribadah semata-mata karena dunia, bukan karena Allah subhanahu wa ta’ala, seperti karena harta, pangkat, status sosial, wanita, kehormatan, dan lain-lain. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ِي َها م ف ْ ه ع َماَل ُ م أَ ْ ْ ْ ِه َِلي ّف إ ُ َو َ َها ن َت َا َوِزين ي ْ دن َ ال ُ َواة ل َحي ْ د ا ُ ُ ِري َمن َكا َن ي َ ِل ِ إ َة ِى ال ِخر م ف ْ ه ْ َس َل ُ ِي َن َلي لذ َ ِ َك ا وَلـئ سو َن، أُْ ْ َخ ُ ب ُ َ ي ِي َها ل م ف ْ ه ُ َو لو َن ُ ع َم ْ َ ي ْ وا ُ ما َكان ل َ ٌ َا ِط ِي َها َوب ف ْ عوا َُ ُ َو َحِب َط َما َصن ار َ الن “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan terhadap amalan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Hud: 15-16] 24
9. Syirik Tawakkal kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla Tawakkal, bergantung hati kepada Allah ‘azza wa jalla adalah ibadah yang agung, maka barangsiapa bertawakkal kepada makhluk, ia telah berbuat syirik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ِ َي ِن ؤم ْ م ُ م ُ كنت ُ ِن إ ْ لوا ُ ك َ ََو َت َوَعَلى الِ ف “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [Al-Maidah: 23] Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman, ه ُُ سب ْ ه َو َح ُ َ ل َعَلى الِ ف ْ ك َ ََو َت ن ي ْ َوَم “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka pasti Allah akan menolongnya...” [Ath-Tholaq: 3] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ِ ه ْ َِلي ِ َل إ وك ًا ُ ْئ ل َق َشي َ َ َع ن ت ْ َم “Barangsiapa bergantung kepada sesuatu (selain Allah) maka ia akan dibiarkan bersandar kepada makhluk tersebut (tidak ditolong oleh Allah).” [HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin Ukaim radhiyallahu’anhu, Ghayatul Marom: 297] 25
10. Syirik Sebab (Meyakini Sesuatu Sebagai Sebab yang Tidak Ditetapkan Allah ‘Azza wa Jalla) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ل ْ ٍ َه ضر ُ ِىَ ٱلُ ِب َا َدن ن أَر ْ ِ دو ِن ٱلِ إ ُ ِن عو َن م ُ د ْ َ ما ت َ م ُ ْت َي َء َر ل أَف ْ ق ُ ۚ ِۦ ِه حَمت ْ َ ت ر ُ ٰ م ِسكَ ْ م ُ ن َ ه ل ُ ْ ٍ َه حَمة ْ َ ِى ِبر َا َدن و أَر ِۦٓ أَْ ه ِ ضر ُ ت ُ ٰ ٰ ِشفَ ن كَ َ ه ُ لو َن ُ ك ِ ََو ت ُ ٱل ْ ل ُ ك َ ََو َت ِ ي ه ْ سِبىَ ٱلُۖ َعَلي ْ ل َح ْ ق ُ “Katakanlah: Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhalaberhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku. Hanya kepada-Nya makhluk bertawakkal.” [Az-Zumar: 38] Al-‘Allamah Ibnu ‘Utsaimin rahimahulllah berkata, والشاهد من هذه الية أن هذه الصنام ل تنفع أصحابها ل بجلب نفع ول بدفع ضر فليست أسبابا لذلك فيقاس عليها كل ما ليس بسبب شرعي أو قدري فيعتبر اتخاذه سببا إشراكا بال “Dan syahid dari ayat ini adalah bahwa patung-patung yang mereka sembah itu tidak sedikit pun bisa memberi manfaat kepada para penyembahnya; tidak bisa mendatangkan manfaat dan tidak bisa menolak mudarat. 26
Jadi, patung-patung itu bukanlah sebab-sebab untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudarat, maka dikiaskan kepadanya semua yang bukan sebab syar’i atau qodari, maka menjadikannya sebagai sebab adalah menyekutukan Allah ta’ala.” [Al-Qoulul Mufid, 1/168] Al-‘Allamah Abdur Rahman bin Hasan bin Muhammad At-Tamimi rahimahumullah berkata, فهذه الية وأمثالها تبطل تعلق القلب بغير ال في جلب نفع أو دفع ضر، وأن ذلك شرك بال “Ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya membatilkan ketergantungan hati kepada selain Allah ‘azza wa jalla dalam meraih kemanfaatan atau menolak kemudaratan, dan bahwasannya hal itu termasuk syirik kepada Allah ‘azza wa jalla.” [Fathul Majid, hal. 111] Syirik besar apabila diyakini sesuatu itu dapat memberi manfaat atau mudarat dengan sendirinya, bukan Allah ‘azza wa jalla. Dihukumi syirik besar karena yang Maha Mampu memberi manfaat atau mudarat hanya Allah ‘azza wa jalla. Syirik kecil apabila diyakini sesuatu itu hanya sebab kemanfaatan atau kemudaratan, dan yang memberi manfaat atau mudarat adalah Allah ‘azza wa jalla. Dihukumi syirik kecil karena seakan-akan ia bersekutu dengan Allah ‘azza wa jalla dalam menetapkan sesuatu sebagai sebab. 27
11. Syirik Tabarruk, Mencari Berkah dengan Sesuatu yang Tidak Ditetapkan Allah ‘Azza wa Jalla Tabarruk, mencari berkah dengan sesuatu yang tidak Allah ‘azza wa jalla tetapkan keberkahannya adalah syirik, seperti tabarruk dengan kuburan para wali, pepohonan dan batubatuan, maka termasuk syirik. Syirik besar apabila diyakini sesuatu itu dapat memberi berkah dengan sendirinya, bukan Allah ‘azza wa jalla. Dihukumi syirik besar karena yang Maha Mampu memberkahi hanya Allah ‘azza wa jalla. Syirik kecil apabila diyakini sesuatu itu hanya sebab keberkahan, dan yang memberkahi adalah Allah ‘azza wa jalla. Dihukumi syirik kecil karena seakan-akan ia bersekutu dengan Allah ‘azza wa jalla dalam memberkahi. Sahabat yang Mulia Al-Harits bin ‘Auf Abu Waqid Al-Laitsi radhiyallahu’anhu berkata, َ ٍ َمر ي َْ حن ُ َِلى َ َج إ ما َخر ل َم َل َ َ ِ َو َس ه ْ لى الُ َعَلي َ سوَل الِ َص ُ َ َنَ ر أ ْ َها قو َن َعَلي ُ ل ِ ُ َع ط ي ٍ ْ َوا َن ت أ َا ُ ل َل َها: ذ ُ ُ َقا ِ َي ي ش ِرك ْ م لُ ِْ ل ٍ َة ِب َش َجر م ْ ه ط َك َما َل ُ ٍ ْ َوا َا َت أَن َا ذ ل َلن ْ ج َع سوَل الِ، ا ْ ُ َ َا ر لوا: ي ُ َ َقا م، ف ْ ه َُ ِ َحت سل أَ ْ ْ َحا َن الِ، سب ُ ل َم: َ ِ َو َس ه ْ لى الُ َعَلي َ َِبيُ َص َ َقاَل الن ط، ف ٍ ْ َوا ت أَن َا ُ ذ ة}، ٌ ِ َه م آل ْ ه ها َك َما َل ُ َِل ً َا إ ل َلن ْ ج َع مو َسى: {ا ْ ُ م ُ و َا َك َما َقاَل َقْ َهذ م ك ْ ُ َل ْ ن َكا َن َقب ْ ََة َم سن ُنَ ُ َكب ْ َر ِ َلت ِه َد ْ ِسي ِبي َف ِي ن لذ َ َوا 28
“Bahwa ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berangkat menuju perang Hunain, beliau melewati sebuah pohon yang dijadikan tempat menggantungkan senjatasenjata oleh kaum musyrikin. Pohon tersebut dinamakan dzatu amwath (pohon untuk mencari berkah dengan cara menggantungkan senjata), maka kaum muslimin pun berkata: Wahai Rasulullah, tetapkanlah untuk kami dzatu amwath sebagaimana milik mereka. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Subhanallah, perkataan kalian sama dengan perkataan kaumnya Musa, ‘Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana sesembahan mereka’. (Al-A’rof: 138) Demi (Allah) yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian benarbenar akan mengikuti kebiasaan kaum sebelum kalian.” [HR. At-Tirmidzi, Shahih At-Tirmidzi: 2180] Syarat-syarat Tabarruk Syar’i Pertama: Terdapat dalil syar’i yang menunjukkan bahwa sesuatu itu memiliki berkah. Kedua: Cara mencari berkahnya sesuai dalil syar’i. Ketiga: Meyakini bahwa sesuatu yang memiliki berkah itu hanya sebab, sedangkan yang memberikan berkah adalah Allah ‘azza wa jalla. 29
12. Syirik Mengenakan atau Mempercayai Jimat Mengenakan jimat atau mempercayainya walau tidak memakainya termasuk syirik. Sahabat yang Mulia ‘Uqbah bin Amir Al-Juhani radhiyallahu’anhu menuturkan, َعَ َاي َب ط ف ٌ ه ْ َ ِ ر ه ْ َِلي َ َل إ قب ل َم أَ ْ َ ِ َو َس ه ْ ه َعَلي لُ َ لى ال َ سوَل الِ َص ُ َ أَنَ ر ة ً س َع ْ ِ ع َت ت ْ َ َاي سوَل الِ ب ُ َ َا ر لوا ي ُ َ َقا ف ٍ ن َوا ِحد ْ م َسَك َع ة َوأَ ْ ً س َع ْ ِ ت ه ُ َ َع َاي َب َ َع َها ف َ َقط ُ ف َ َده د َخَل ي َأَ ْ ة ف ً ِ َيم َم ِ ت ه ْ ِنَ َعَلي َا َقاَل إ ك َت َهذ ْ َ َر َوت َك َ شر د أَ ْ َ َق ْ ة ف ً ِ َيم َم لقَ ت َ ن َع ْ َوَقاَل َم “Bahwasannya telah datang kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sepuluh orang (untuk bai’at), maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam membai’at sembilan orang dan tidak membai’at satu orang. Mereka pun berkata: Wahai Rasulullah, mengapa engkau membai’at sembilan dan meninggalkan satu orang ini? Beliau bersabda: Sesungguhnya dia mengenakan jimat. Maka orang itu memasukkan tangannya dan memotong jimat tersebut, barulah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam membai’atnya. Dan beliau bersabda: Barangsiapa mengenakan jimat maka ia telah berbuat syirik.” [HR. Ahmad, Ash-Shahihah: 492] 30
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda, ه ه َلُ لُ َ َلَ َوَد َع ال ة ف ً لقَ َوَد َع َ َ َع ن ت ْ ه َوَم ه َلُ لُ َ م ال َ َ َلَ أَت ة ف ً ِ َيم َم لقَ ت َ َ َع ن ت ْ َم “Barangsiapa mengenakan jimat maka Allah tidak akan menyempurnakan hajatnya, dan barangsiapa mengenakan wada’ah (jimat batu pantai) maka Allah tidak akan memberi ketenangan kepadanya.” [HR. Ahmad: 17404] Syirik besar apabila diyakini jimat itu berpengaruh dengan sendirinya. Dihukumi syirik besar karena yang Maha Mampu memberi pengaruh kemanfaatan atau kemudaratan hanya Allah ‘azza wa jalla. Syirik kecil apabila diyakini jimat itu hanya sebab, dan yang memberi manfaat dan menolak mudarat adalah Allah ‘azza wa jalla. Dihukumi syirik kecil karena seakan-akan ia bersekutu dengan Allah ‘azza wa jalla dalam menetapkan sesuatu sebagai sebab. 31
13. Syirik Takut Sial atau Merasa Beruntung dengan Sesuatu yang Tidak Ditetapakan Allah ‘Azza wa Jalla Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ك ِل ُ ََو ه ِبالت ُُ ْ ِهب ُذ ل ي َ ن الَ َعزَ َو َج َ ِ ل، َوَلك َِ ا إ َ ِن ك، َوَما م ٌ ْ ُ ِشر َة َر ي ِ الط “Takut sial itu syirik.” (Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata): “Tidak ada seorang pun dari kami kecuali merasa takut sial, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakkal.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 429] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda, سوَل الِ، ُ َ َا ر لوا: ي ُ َك، َقا َ شر د أَ ْ َ َق ْ ِ، ف ِه ن َحا َجت ْ ُ َع َة َر ي ِ ه الط ُْ دت َ َ ن ر ْ َم َ ر ْ َك، َوَل َخي ُ ر ْ َي ل ط َِ َ إ ر ْ َي م َل ط َ ه ل: الل ُ ُ قو ُ َ ِ َك؟ َقاَل: ت َل ذ ُ َة ار َ َ َما َكف ف ْ َت ل أَن َِ َِلَه إ َك، َوَل إ ُ ر ْ ل َخي َِ إ “Barangsiapa dihalangi oleh takut sial untuk melakukan hajatnya maka ia telah berbuat syirik. Sahabat berkata: Wahai Rasulullah kalau begitu apa kaffarohnya? Beliau bersabda: Hendaklah engkau membaca, ْ َت ل أَن َِ َِلَه إ َك، َوَل إ ُ ر ْ ل َخي َِ َ إ ر ْ َك، َوَل َخي ُ ر ْ َي ل ط َِ َ إ ر ْ َي م َل ط َ ه الل ُ Allaahumma laa thoyro illaa thoyruka, wa laa khayro illaa khoyruka, wa laa ilaaha illaa Anta. 32
Ya Allah tidak ada kesialan kecuali kesialan yang Engkau tetapkan, dan tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang Engkau tetapkan, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” [HR. Ahmad dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu’anhuma, Ash-Shahihah: 1065] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda, ة ٌ َم ِ ل َقاَل َكل ُْ َأ لف ْ لوا َوَما ا ُ ل َقا ُْ َأ لف ْ ِي ا ُن ِب عج ْ ُ َ َوي َة َر د َوى َول ِطي ْ ل َع ة ٌَ ب ِ َي ط “Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya, dan tidak ada kesialan, dan yang aku senangi adalah al-fa’lu. Sahabat bertanya: Apa itu al-fa’lu? Beliau bersabda: Kalimat yang baik.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu] 33
14. Syirik Perdukunan dan Peramalan, dan Mengaku Tahu Ilmu Ghaib atau Mempercayai Ada Makhluk yang Tahu Ilmu Ghaib Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ِل الُ ْ َب إ ل َغي ْ ْ ِض ا س َم َوا ِت َوالر ِي ال َ ن ف ْ م َم عَل ُ ْ َ ل ل ي ْ ق ُ “Katakanlah: Tidak satu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah.” [An-Naml: 65] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ة ً َْل ِ َي َلي َع ب ْ ٌ أَر ه َصَلة ل َلُ ْ َ قب ْ ُ م ت ، َل ْ ٍ ن َشيْء ْ ه َع َ َسأََلُ ا ف ً َاف َى َعر ن أَت ْ َم “Barangsiapa mendatangi paranormal, lalu bertanya tetang sesuatu, maka tidak diterima sholatnya selama 40 malam.” [HR. Muslim dari Hafshoh radhiyallahu’anha] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda, ْ ِز َل ن َ ِبَما أُ َر د َكف َ َق ْ ل، ف ُ قو ُ َ ه ِبَما ي د َقُ َ َ َص ا، ف ً َاف و َعر ًا أَْ َى َكا ِهن ن أَت ْ َم مد -صلى ال عليه وسلم- َ م َح ُ َعَلى “Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal, lalu ia mempercayai ucapan dukun atau peramal tersebut maka ia kafir terhadap (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam-.” [HR. Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan Al-Bazzar dari Jabir radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 3387] 34
Mengapa Ramalan Dukun Terkadang Benar? Allah ‘azza wa jalla berfirman, ، ِيمٍ ك أَث ٍ ا َ ل أَف ِ ك ل َعَلىٰ ُ َزَُ َن ي، ت ٰ ِط ُ شيَ َ ل ٱل َزَُ َن م َعَلىٰ َمن ت ك ْ ُ ُ ِئ َب ن ل أُ ْ َه و َن ُ ِب ذ ٰ م كَ ْ ه ُ ُ َر كث معَ َوأَ ْ ْ س قو َن ٱل َ ُ ل ُْ ي “Maukah kamu Aku kabarkan, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada setiap pendusta lagi banyak dosa. Setan-setan itu menyampaikan kepada mereka berita-berita yang dicuri dari langit, dan kebanyakan mereka adalah pendusta.” [Asy-Syu’ara: 221-223] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ِ َها ِ َحت جن ة ِبأَ ْ ُ ِ َك َ َلئ ال ْ َ ِت َب ِ َضر س َماء ِي ال َ َ ف مر ْلَ ْ َا َق َضى الُ ا ِذ إ م ْ لوِب ِه ُ ق ُ ن ْ ُزِ َع َع َا ف ِذ َإ ن ف ٍ ْ َوا ة َعَلى َصف ٌ ل ِسَل ْ ه ِس َُ ِ َكأَن ِه ول ِ َقْ ًا ل خ َض َعان ِيُ ل َعل ْ هَو ا ُ ق َو َ ل َح ْ ِي َقاَل: ا لذ َِ لوا ل ُ م؟ َقا ك ْ ُ ُ َب َا َقاَل ر لوا: َماذ ُ َقا َا معِ َه َكذ ْ س ق ال َ ُ َ ِر ست ْ م ُ معَ َو ْ س ق ال َ ُ َ ِر ست ْ م ع َها ُ ُ س َم ْ َ َي ُ. ف ر ْ ل َكِبي ْ ا َ ْ َي د َد ب َ َ َ َها َوب َف َ َحر ِ ف ه ِ ن ِب َكف َا ُ ي ْ سف ٍض –َوَو َص َف ُ ع ْ َ وَق ب ْ َ ه ف ُ ع َض ْ َ ب ِي َها لق ُْ م ي َ ُ ه ث َُ حت ْ َ ن ت ْ َِلى َم ِي َها إ لق ُْ َي َمَة ف ِ ل َكل ْ س َمعُ ا ْ َ َي ِ– ف ِه أَ َصاِبع سا ِح ِر أَِو ِ َسا ِن ال َ ِي َها َعَلى ل لق ُْ ى ي َ ه َحت َُ حت ْ َ ن ت ْ َِلى َم ُ إ ل َخر ْ ا ْ َل ل َقا َها َقب َْ َ َما أ ب ُ َ َها َور ِي لق ُْ ن ي ْ َل أَ ْ ب َقب ش َها ُ ِ َك ال َ در ْ َ َ َما أ ب ُ َر ل َكا ِه ِن ف ْ ا وَم ْ َ َا ي د َقاَل َلن ْ َس َق ْ ل: أََلي ُ ُ َقا َي ف ٍ َة ب ْ ِذ ِائََة ك ب َم َع َها م ُ ِ كذ ْ َ َي ه ف د ِرَكُ ْ ُ ن ي أَ ْ ِ َن ِعَ م سم ُ ِي لت َ ِ ا َمة ِ ل َكل ْ ل َك ا ِْ ق ِبت ُ د َ ُ َص َي َا؟ ف َا َوَكذ َا َوَكذا َكذ َكذ ِ س َماء ال َ 35
“Apabila di langit Allah menetapkan sebuah perkara, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena tunduk dengan firman-Nya, seakan-akan mereka mendengar suara rantai yang tergerus di atas batu. Ketika rasa takut telah dihilangkan dari hati mereka, maka mereka berkata kepada yang lainnya: Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian? Sebagian menjawab: Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. Lalu berita tersebut dicuri oleh setan pencuri berita. Dan pencuri berita itu sebagiannya berada di atas yang lain (sampai ke suatu tempat di bawah langit) –Sufyan (rawi hadits) menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya–. Setan yang paling atas mendengar kalimat yang disampaikan oleh Malaikat, lalu menyampaikannya kepada yang di bawahnya, yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya lagi, sampai yang paling bawah menyampaikannya kepada tukang sihir atau dukun. Terkadang setan tersebut terkena lemparan bintang sebelum menyampaikannya dan terkadang dia bisa menyampaikannya sebelum terkena lemparan bintang. Namun setan itu telah menyisipkan 100 kedustaan bersama satu berita yang benar itu. Kemudian bualan dukun ini dikomentari orang: Bukankah kejadiannya seperti yang si dukun katakan? Maka dukun pun dipercaya karena berita yang dicuri dari langit.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu] 36
15. Syirik Mempelajari Sihir, Mempraktekannya, Mengajarkannya dan Meridhoinya Sihir termasuk syirik karena dua sebab: Pertama: Para tukang sihir menjadi budak setan, agar mendapatkan pengajaran ilmu sihir dan bantuan setan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ا َس َ مو َن الن لُ ِ ُ َع وا ي ُ َر َا ِط َي َكف شي َ ن ال َ ِ ن َوَلك ْ َما ُ سَلي ُ َ َر َوَما َكف َ حر ْ س ال ِ “Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), tapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir), mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” [Al-Baqorah: 102] Kedua: Para tukang sihir mengaku tahu perkara ghaib, padahal hanya Allah ‘azza wa jalla yang Maha Mengetahui perkara ghaib. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ِل الُ ْ َب إ ل َغي ْ ْ ِض ا س َم َوا ِت َوالر ِي ال َ ن ف ْ م َم عَل ُ ْ َ ل ل ي ْ ق ُ “Katakanlah: Tidak satu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah.” [An-Naml: 65] 37
16. Ruqyah yang Mengandung Syirik Dari Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhuma, beliau (Abdullah bin Mas’ud) berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, َا؟ ل َهذ ُ قو ُ َ َم ت ِ ت: ل ل ُ ْ ق ُ ت: ك َقاَل ْ ٌ ْ َِوَلَة ِشر ِ َم، َوالت َ َمائ َقى، َوالت ُ ن الر َ ِ إ ي ِ ِ هود ُ َ لي ْ ن ا ٍ ُ َل َِلى ف ِ ُف إ َل خت ْ َ ت أ ُ ْ كن ُ ِ ُف َو قذ ْ َ ِي ت ن ْ ت َعي ْ َ د َكان َوالِ َل َق ْ ل ُ َاَك َع َم َ َما ذ ِن د الِ: إ ُ ْ َ َقاَل َعب ت، ف ْ َ ِي َس َكن َقان َ َا ر ِذ َإ ِي ف ِين ْق َر ي َ َما َكا َن ِن ْ َها، إ َقا َها َك َف َعن َ َا ر ِذ َإ ِ ف ِه َد س َها ِبي خ ُ ُ ْ َن َا ِن َكا َن ي ْط شي َ ال ل َم َ ِ َو َس ه ْ لى الُ َعَلي َ ل الِ َص ُ سو ُ َ ِي َك َما َكا َن ر قول ُ َ ن ت ِي ِك أَ ْ كف ْ َ ي َ َاء ِي، َل ِشف شاف َ ْ َت ال ش ِف أَن ْ ا ِس، ا َ ب الن َ َ ْ َس ر َأ لب ْ ْ ِه ِب ا ل: أَذ ُ قو ُ َ ي ما ُ َس َقً ِر ُ َغاد ً َل ي َاء ؤَك ِشف َاُ ل ِشف َِ إ “Sesungguhnya ruqyah, jimat dan pelet adalah syirik. Zainab berkata: Mengapa engkau berkata demikian? Demi Allah, dahulu mataku sakit dan aku sering mendatangi seorang Yahudi yang meruqyahku, maka jika ia meruqyahku rasa sakit pun mereda. Abdullah berkata: Sesungguhnya itu hanyalah tipuan setan; ia menusuk matamu dengan tangannya, maka jika Yahudi itu meruqyahmu, setan itu melepas matamu, sungguh cukup bagimu membaca doa yang pernah dibaca oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: ل َِ َ إ َاء ِي، َل ِشف شاف َ ْ َت ال َن ش ِف أ ْ ا ِس، ا َ ب الن َ َ ْ َس ر َأ لب ْ ْ ِه ِب ا أَذ ما ُ َس َقً ِر ُ َغاد ً َل ي َاء ؤَك ِشف َاُ ِشف 38
Adz-hibil ba’sa Robban-Naasi, Isyfi Antasy-Syaafiy, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifaa-an laa yughaadiru saqoman. Hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb manusia, sembuhkanlah, Engkaulah yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.” [HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, Ash-Shahihah: 331] Sahabat yang Mulia ‘Auf bin Malik radhiyallahu’anhu berkata, ِ َك َل ِى ذ َى ف َر ْ َف ت سوَل الِ َكي ُ َ َا ر َا ي لن ْ ق ُ َ ِ ف َة ِي ل َجا ِهل ْ ِى ا ِي ف ْق َر ا ن َ كن ُ ك ٌ ْ ِ ِشر ِيه ن ف ك ْ ُ َ م ي َقى َما َل ْ ُ ْ َس ِبالر َأ َ ب م ل ك ْ ُ َقا ُ ضوا َعَلىَ ر ُ ع ِر َ َقاَل ا ْ ف “Kami meruqyah di masa Jahiliyah, maka kami pun bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang itu? Beliau bersabda: Tunjukkanlah kepadaku ruqyah kalian, tidak apa-apa melakukan ruqyah selama tidak mengandung syirik.” [HR. Muslim] Syarat-syarat Ruqyah Syar’iyyah Pertama: Meyakini bahwa ruqyah tersebut dapat bermanfaat hanyalah dengan izin Allah ‘azza wa jalla. Kedua: Menggunakan bahasa yang dipahami, yaitu ayatayat Al-Qur’an dan doa-doa kepada Allah ‘azza wa jalla, terutama doa-doa yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan mantra-mantra yang tidak dipahami maknanya. 39
Ketiga: Tidak mengandung penyelisihan terhadap syari’at, apakah syirik, bid’ah atau maksiat: - Ruqyah yang mengandung syirik seperti memohon kepada selain Allah ‘azza wa jalla, adanya sesajen berupa penyembelihan untuk selain Allah ‘azza wa jalla, menggunakan jimat sebagai medianya, dan lain-lain. - Ruqyah yang mengandung bid’ah seperti menetapkan bacaan-bacaan khusus yang tidak berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau menetapkan surat-surat khusus dengan keutamaan khusus tanpa dalil, dan lain-lain. - Ruqyah yang mengandung maksiat seperti adanya campur baur antara laki-laki dan wanita tanpa suatu alasan darurat, peruqyah menyentuh wanita yang diruqyah, berdua-duaan dengannya, dan lain-lain. 40
17. Syirik Perbintangan Syirik dalam perbintangan ada tiga bentuk: Pertama: Meramal dengan bintang-bintang, maka ini termasuk perdukunan, sehingga termasuk syirik besar, karena hanya Allah ‘azza wa jalla yang Maha Mengetahui perkara ghaib. Tabi’in yang Mulia Qotadah rahimahullah berkata, خلق هذه النجوم لثلث جعلها زينة للسماء ورجوما للشياطي وعلمات يهتدى بها فمن تأول فيها بغير ذلك أخطأ وأضاع نصيبه وتكلف ما ل علم له به “Allah menciptakan bintang-bintang ini untuk tiga tujuan: (1) Perhiasan langit. (2) Melempar setan-setan yang mencuri berita dari langit. (3) Tanda-tanda petunjuk arah dan waktu. Maka siapa yang menakwilkannya dengan selain itu, ia telah salah, menyia-nyiakan bagiannya di akhirat dan membebani diri dengan sesuatu yang ia tidak punya ilmunya.” [Diriwayatkan Al-Bukhari] Kedua: Meyakini bahwa bintang-bintang, benda-benda atau peristiwa-peristiwa di langit yang menciptakan atau yang memberikan pengaruh terhadap kejadian di bumi, maka ini syirik besar, karena yang Maha Pencipta hanya Allah ‘azza wa jalla. Allah ‘azza wa jalla berfirman, ٍ ل َشىْء ِ ك ُ ق ُ ِ ٱلُ ٰخَل “Allah yang Maha Pencipta segala sesuatu.” [Az-Zumar: 62] 41
Ketiga: Meyakini bahwa bintang-bintang, benda-benda dan peristiwa-peristiwa di langit adalah sebab munculnya kejadian di bumi, dan Allah yang menakdirkannya, maka ini syirik kecil, apabila tidak ada dalil atau bukti ilmiah yang menunjukkannya sebagai sebab. Sahabat yang Mulia Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu’anhu menuturkan, ْ ِر ِث ِ َعَلى إ َة ِْبي ح َدي ل ُ ْ حِ ِبا ْ صب َ ال ُ ل الِ صلى الله عليه وسلم َصلَة ُ سو ُ َ َا ر لى َلن َ َص َ َقاَل: ا ِس ف َ َ َل َعَلى الن قب ْ َ َ َف أ ْ َصر ما ان ََل َ ِ، ف َْلة لي َ ِ َن ال ت م ْ َ ٍ َكان َس َماء م. َقاَل: عَل ُ ه أَ ْ لُ ُ سو ُ َ لوا: الُ َور ُ م؟ َقا ك ْ ُ ُ َب َا َقاَل ر و َن َماذ ُ در ْ َ ل ت ْ َه َا ْن م ِطر ن َقاَل ُ ْ ما َم َأَ َ ، ف ٌ ِر ن ِبي َوَكاف ٌ ِ ؤم ْ م ُ ِي َاد ِب ن ع ْ ِ َحَ م صب أَ ْ ن ْ ما َم وَك ِب، َوأَ َ ل َك ْ ْ ٌ ِبا ِر ن ِبي َوَكاف ٌ ِ ؤم ْ م ِ َك ُ َل َذ ِ ف ِه حَمت ْ َ ض ِل الِ َور ْ َ ِبف وَك ِب ل َك ْ ْ ن ِبا ٌ ِ ؤم ْ م ُ ٌ ِبي َو ِر ِ َك َكاف َل َذ َا ف َا َوَكذ ِ َكذ وء ْ َ َقاَل ِبن “Rasulullah shallalllahu’alaihi wa sallam sholat shubuh mengimami kami di Hudaibiyah setelah turun hujan sejak malam, maka selesai sholat beliau menghadap manusia lalu bersabda: Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Rabb kalian? Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau bersabda, Allah ‘azza wa jalla berfirman: Masuk waktu pagi ini di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan kufur kepada-Ku. Adapun yang berkata, ‘Kita diberi hujan dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya’, maka itulah yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang. Sedangkan yang berkata, ‘Kita diberi hujan karena bintang ini dan itu’, maka itulah yang kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim] 42
18. Syirik Menaati Makhluk dalam Penghalalan yang Haram atau Pengharaman yang Halal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ْ َن َ ِسيحَ اب ال ْ دو ِن الِ َو ُ من ّ ً َابا ب ْ م أَر ْ ه ُ َ َـان هب ْ ُ م َور ْ ه ُ َ َـار حب أَ ْ ْ وا ُ اتخذ ه َُ ْ َحـان سب ُ هَو ُ َ ِل إله إ َ ل ً وا ِحدا ً َِلـها إ ْ دوا ُ ُ عب ْ َ ِي ل َ ِل إ ْ وا ُ ِر م َ َم َوَما أُ ي ْ َمر كو َن ُ ش ِر ْ ُ ما ي َ َع “Mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan ulama dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, dan mereka (Nasrani) juga menuhankan Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Allah, Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah: 31] Sahabat yang Mulia Adi bin Hatim radhiyallahu’anhu menuturkan, ب. َ َهـ ٍ ن ذ ِ ـ ْ ب م ٌ ِي ِي َصـل ق ُ عـن ُ ِـي ل َم َوف ِ َو َسـَ ه ْ لى الُ َعـَلي َ َصـَ َِبي ت الـن ُ ْ َـي َت أ َ ِة سـور ُ ـي ِ ف َأُ قر ـ ْ َ ه ي ُُ عت ْ ِ ـ َن، َو َسـم َ َا الـ َوث ْ َك َهـذ ح َعـن ْ َ ـر ْ ي اط ُ ِ ـا َعـد َ ـ َقاَل: ي َ ف دو ِن الِ}، َقـاَل: ُ ن ـ ْ ِ ًـا م َـاب ب ْ م أَر ْ ه َـ ُ َان هـب ْ ُ م َور هـ ْ ُ َ َار حـب وا أَ ْ ُ َ َخـذ َة: {ات َاء َـر ب م ْ ه لوا َلـ ـ ُ َا أَ َحـ ـُ ِذ ُـ ـوا إ م َكـ ـان ْ ه َُ ِن م، َوَلـ ـك ْ ه َـ ـ ُ دون ُ ُ عب َـ ـ ْ ُـ ـوا ي كون َـ ـ ُ م ي م َلـ ـ ْ ْ ه َـ ـ ُ ِن أَ َمـ ـا إ ُ موه ُ َ ًا َحر ْئ م َشي ْ ْ ِه موا َعَلي ُ َ َا َحر ِذ ، َوإ ُ لوه ُ َ َح ست ًا ا ْ ْئ َشي “Aku mendatangi Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam dalam keadaan masih mengenakan kalung salib emas di leherku. Maka beliau bersabda: ‘Wahai Adi buanglah berhala (salib) ini dari dirimu’. 43
Aku juga mendengar beliau membaca surat At-Taubah: ‘Mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan ulama dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah…’ (At-Taubah: 31) Maka beliau bersabda tentang makna ayat ini: Mereka (Yahudi dan Nasrani) tidaklah menyembah ulama dan pendeta (dengan satu ritual penyembahan), akan tetapi apabila ulama dan pendeta menghalalkan sesuatu bagi mereka maka mereka pun ikut menghalalkannya, dan apabila ulama dan pendeta mengharamkan sesuatu atas mereka maka mereka pun ikut mengharamkannya.” [HR. At-Tirmidzi, Shahih At-Tirmidzi: 3095] 44
19. Syirik Berhukum dengan Selain Hukum Allah ‘Azza wa Jalla Allah ‘azza wa Jalla berfirman, دا ً ِۦٓ أَ َح ِه كم ْ ح ُ ِى ك ف ُ ش ِر ْ ُ َوَل ي “…dan Allah tidak mengambil seorang pun menjadi sekutuNya dalam menetapkan hukum.” [Al-Kahfi: 26] Al-‘Allamah Asy-Syinqithi rahimahullah berkata, ِ له َ كو َن ِبال ُ ش ِر ْ م ُ م ْ ه ُ َ ه أَن لُ َ ه ال ُ َ َع ْ ِر َما َشر ِ َي َغي ع ِ ُ َشر ال ح َكامِ ْ ِي أَ ْ َِبع مت أَنَ ُ “Bahwa para pengikut hukum-hukum para pembuat syari’at selain apa yang Allah ‘azza wa jalla syari’atkan adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah ‘azza wa jalla.” [Adhwaaul Bayan, 3/259] Perbedaan Antara Ahlus Sunnah dengan Khawarij dalam Menghukumi Orang yang Berhukum dengan Selain Hukum Allah ‘Azza wa Jalla Allah ‘azza wa jalla berfirman, و َن ُ ِر ل َكاف ْ م ا ُ ه ِ َك ُ وَلئ َأُ ه ف لُ َ ْزَ َل ال م ِبَما أَن ك ْ ُ ح ْ َ م ي ن َل ْ ْ َوَم “Dan barangsiapa tidak berhukum dengan syari’at yang Allah turunkan, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” [Al-Maidah: 44] Al-Imam As-Sam’ani Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, شركي. ْ ُ ال ْ ِي َة ف لي ْ لحسن -: ا ْ هَو َقول ا ُ َراء بن َعا ِزب - َو لب ْ َقاَل ا ِ كفر دون كفر، َا َد ِبه سلمي، َوأَر ُ ال ْ ِي َة ف لي ْ َاس: ا ن َعب ْ َقاَل اب 45
لو َن: من لم يحكم ُ قو ُ َ َة، َوي لي ْ ِ ا ِه ل َخَوا ِرج يستدلون ِب َهذ ْ عَلم أَن ا َوا ْ لوا: َل يكفر بترك ُ سنة َقا ِر، َوأهل ال ّ ه َو َكاف ُ َ ِبَما أنزل ال ف : َومن لم يحكم ِبَما أنزل ُ َاه عن ْ ِْويَل ِن: أَحد َهما َم َأ الحكم، وللية ت : َومن لم ُ َاه عن ْ ِي َم ان َ و َن. َوالث ُ ِر ل َكاف ْ ِك هم ا وَلئ َأُ ال ردا وجحدا ف ِي لذ َ هَو ا ُ ِر ل َكاف ْ و َن، َوا ُ ِر ل َكاف ْ ِك هم ا وَلئ َأُ كل َما أنزل ال ف ُ يحكم ِب سلم ُ ال ْ كل َما أنزل ال دون ُ رك الحكم ِب ْ يت “Al-Barro bin ‘Azib radhiyallahu’anhu berkata –dan ini juga merupakan pendapat Al-Hasan Al-Bashri-: ‘Ayat ini turun berbicara tentang kaum musyrikin’. Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata: ‘Ayat ini tentang kaum muslimin juga, namun yang dimaksud kufur kecil’. Maka ketahuilah, kaum Khawarij berdalil dengan ayat ini, dan mereka berpendapat bahwa barangsiapa tidak berhukum dengan syari’at yang Allah ‘azza wa jalla turunkan maka ia kafir. Adapun pendapat Ahlus Sunnah: Tidak sampai kafir hanya karena tidak berhukum dengan syari’at Allah ‘azza wa jalla.” Sedangkan makna ayat ini ada dua penafsiran: Pertama: Barangsiapa tidak berhukum dengan syari’at Allah ‘azza wa jalla karena menolak dan mengingkari maka mereka itulah orang-orang yang kafir. Kedua: Barangsiapa tidak berhukum dengan seluruh syari’at Allah ‘azza wa jalla maka mereka itulah orangorang yang kafir. Maknanya adalah orang kafir (non muslim) yang sama sekali tidak berhukum dengan syari’at yang Allah ‘azza wa jalla turunkan, bukan seorang muslim.” [Tafsir As-Sam’ani, 2/42] 46
Allah ‘azza wa jalla berfirman, و َن ُ ِن وق ُ ي ومٍ ل َقْ ِ ما ك ً ْ ح ِ َن ٱلِ ُ ن م ُ ح َس ن أَ ْ ْ ۚ َوَم غو َن ُ ْ َب ِ ي َة ِي ل ٰجَ ِهل ْ ك َم ٱ ْ ح ُ َ أَف “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” [Al-Maidah: 50] Al-‘Allamah Asy-Syinqithi rahimahullah berkata, دينَ ه، َوال ِ لُ َ ه ال ُ َ َم هَو َما َحر ُ َا َم ل َحر ْ ه، َوا لُ َ ه ال لُ َ هَو َما أَ َح ل َحَلَل ُ ْ أَنَ ا َ َد َل ِ ب ل ِبه ُ ل َع َم ْ ل، َوا ٌ َا ِط ِ ب ْ ِره ن َغي ْ ِ ش ِريعٍ م ْ َ ل ت ُ ك ُ َ ه، ف لُ َ ه ال ُ َ َع هَو َما َشر ُ ٍ َل َ َواح ب ُ ر ْ كف ُ ه - ُْ ِن م ٌ ر ْ و َخي َْ ه أ لُ ُْ ِث ه م َُ َن د أ ُ ِ َق عت ْ َ ن ي ْ ْ َد َم ِن ِ ع له َ ش ِريعِ ال ْ َ ت ِ ِيه ِزَا َع ف ن “Bahwa yang halal adalah apa yang Allah ‘azza wa jalla halalkan, dan yang haram adalah apa yang Allah ‘azza wa jalla haramkan, dan agama adalah apa yang Allah ‘azza wa jalla syari’atkan, maka semua penetapan hukum dari selainNya adalah batil, dan mengamalkannya untuk mengganti hukum syari’at Allah bagi yang meyakini bahwa hukum buatan makhluk itu sama kedudukannya dengan hukum Allah ‘azza wa jalla atau lebih baik darinya maka itu adalah kekafiran yang nyata, tidak ada silang pendapat padanya.” [Adhwaul Bayan, 7/48] Kesimpulannya, para ulama Ahlus Sunnah sejak masa Salaf sampai di masa ini berpendapat bahwa, seorang muslim yang berhukum dengan selain hukum Allah ‘azza wa jalla telah terjerumus dalam kufur kecil, dosa yang sangat besar, namun belum sampai tingkat kufur besar, maka tidak boleh dikafirkan. 47
5 Keadaan Berhukum dengan Selain Hukum Allah ‘Azza wa Jalla Menjadi Kufur Besar (1) Apabila seseorang menghalalkan apa yang Allah ‘azza wa jalla haramkan, atau mengharamkan apa yang Allah ‘azza wa jalla halalkan (lihat pembahasan dosa syirik nomor 18). (2) Menolak dan mengingkari hukum Allah ‘azza wa jalla. (3) Orang yang pada dasarnya memang kafir, sehingga ia tidak berhukum dengan seluruh hukum Allah ‘azza wa jalla. (4) Meyakini bahwa hukum selain Allah ‘azza wa jalla sama kedudukannya dengan hukum-Nya. (5) Meyakini bahwa hukum selain Allah ‘azza wa jalla lebih baik daripada hukum-Nya. 48
20. Syirik Bersumpah dengan Selain Allah ‘Azza wa Jalla Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, َك َ شر و أَ ْ َ أَْ َر د َكف َ َق ْ ْ ِر الِ ف ن َحَل َف ِب َغي ْ َم “Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka ia telah kufur atau syirik.” [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Shahih At-Tirmidzi: 1590] Syirik besar apabila ia bersumpah dengan nama makhluk dalam keadaan ia mengagungkan makhluk tersebut seperti pengagungannya kepada Allah ‘azza wa jalla. Bagaimana lagi apabila ia mengagungkan makhluk tersebut melebihi pengagungannya kepada Allah ‘azza wa jalla…!? Syirik kecil apabila ia bersumpah dengan nama makhluk tanpa mengagungkannya seperti pengagungannya kepada Allah ‘azza wa jalla, dan tanpa menyamakan makhluk tersebut dengan Allah ‘azza wa jalla dalam kekhususan milik Allah ‘azza wa jalla. 49
21. Syirik Keyakinan, Ucapan dan Perbuatan yang Mengandung Penyamaan Antara Allah ‘Azza wa Jalla dengan Makhluk Pertama: Syirik Ucapan “Sesuai Kehendak Allah dan Kehendakmu” Sahabat yang Mulia Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, ْ َت َقاَل َ الُ َو ِشئ ل َم: َما َشاء َ ِ َو َس ه ْ لى الُ َعَلي َ َِبيِ َص لن ِ ل ل ٌ َقاَل رج ُ ح َده ْ َ الُ َو ؟! َما َشاء ً ِداّ جعل َت لِ ن “Seseorang berkata kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam: ‘Sesuai kehendak Allah dan kehendakmu’. Maka beliau bersabda: Apakah kamu hendak menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah?! Katakanlah: Sesuai kehendak Allah saja.” [HR. An-Nasaai dan Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod, Shahih Al-Adabil Mufrod: 605] Syirik besar apabila ia meyakini makhluk tersebut sama dengan Allah ‘azza wa jalla. Syirik kecil apabila ia tidak meyakini makhluk tersebut sama dengan Allah ‘azza wa jalla. Kedua: Syirik Ucapan “Kalau Bukan karena Allah dan Fulan” Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, مو َن عَلُ ْ َ م ت ْ ُ ت ْ دا َوأَن ْ َدا ً لوا لِ أَن ُ ج َع ْ َ َ َل ت ف “Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al-Baqoroh: 22] 50