The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Agista Palaji, 2023-12-12 12:03:51

Teori perkembangan menurut Jean piaget

Kelompok 5, 6, dan 7

Tahun 1939, Erikson mengubah namanya dari Erik Homberger menjadi Erik H. Erikson. Pada tahun 1950, Erikson membuat Childhood and Society, analisis Maxim Gorky dan Adolph Hitler, diskusi “Kepribadian Amerika” , beberapa ringkasan teori Freudian, dan Gandhi’s Truth yang memenangkan Award dan National Book Award.


Beberapa tahun kemudian, Erikson meninggalkan Berkeley kemudian bekerja dan mengajar di sebuah klinik di Massachussets selama 10 tahun, dan 10 tahun kemudian kembali ke Harvard. Tahun 1970, Erikson menulis dan melakukan penelitian bersama istrinya dan akhirnya meninggal pada tahun 1994.


Salah satu ahli yang mendasari teori dari sudut sosial ialah Erik H. Erikson. Menurut Erikson, perkembangan kepribadian seseorang berasal dari pengalaman sosial sepanjang hidupnya sehingga disebut sebagai perkembangan psikososial. B. Perkembangan Psikososial Erikson


Jumat Perkembangan ini sangat besar mempengaruhi kualitas ego seseorang secara sadar dengan menyebut pendekatannya “Psikososial” atau “Psikohistoris” . Erikson berusaha menjelaskan bahwa ada hubungan timbal balik antara pribadi dan kebudayaan sampai orang tersebut menjadi dewasa.


Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan hidup masyarakat dibentuk dari awal hingga akhir oleh sejarah masyarakat secara keseluruhan, dengan hubungan yang saling terkait antara manusia, masyarakat, dan perkembangan budaya. Hal ini berarti memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungan manusia dan organisasi yang terus berkembang sehingga setiap individu dapat menjadi bagian dari fokus budaya tersebut.


08.00 - 10.00 13.00 - 14.00 Selasa 10.00 - 12.00 13.00 - 14.00 Jumat Erikson berusaha menemukan perkembangan psikososial ego melalui berbagai organisasi sosial dalam kelompok dan budaya tertentu. Ia berupaya membangun hubungan antara manifestasi psikologis, pendidikan dan budaya masyarakat.


Dalam penelitiannya, Erikson menemukan bahwa melalui praktik pengasuhan anak, struktur keluarga tertentu, kelompok sosial, dan pengaturan kelembagaan, masyarakat dan budaya mempengaruhi kekuatan ego yang berbeda-beda yang dibutuhkan anak-anak untuk mengambil peran dan tanggung jawab sosial yang berbeda.


Juliana Silva Teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi. Erikson memegang posisi penting dalam psikologi bersama dengan Sigmund Freud. Karena menggambarkan tahapan perkembangan manusia sejak lahir hingga tua. Ada satu hal yang tidak dilakukan Freud. Selain itu, teori Erikson yang mempertimbangkan aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dinilai lebih realistis, karena Freud lebih banyak berbicara tentang alam bawah sadar manusia.


Perkembangan psikososial mengacu pada tahapan kehidupan seseorang sejak lahir hingga meninggal yang diakibatkan oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan organisme yang matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga berkaitan dengan perasaan dan emosi, perubahan kepribadian, dan perubahan hubungan antar individu. dengan orang lain.


Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan ekspresinya sebagai perilaku sosial. Jelas apa arti psikososial ketika istilah ini digunakan dalam kaitannya dengan perkembangan.


Secara khusus, tahapan kehidupan seseorang sejak lahir hingga tua dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan organisme seiring dengan kedewasaan fisik dan psikologisnya. Di sisi lain, konsep perkembangan yang dikemukakan dalam teori psikologi seksual terdiri dari tiga tahapan: oral, anal, dan genital, serta mencakup bagaimana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk melalui perjuangan instingtual di setiap tahapnya, sehingga menjadi delapan tahap.


c. Tahapan Perkembangan Psikososial Erik Erikson Erikson membuat diagram yang mengatur delapan tahap perkembangan ego yang berbeda dalam istilah psikososial, yang umumnya dikenal sebagai "Delapan Tahapan Perkembangan Manusia". Erikson mendalilkan bahwa setiap tahap menimbulkan epigenetika. Epigenetik terdiri dari dua suku kata: epi yang berarti “pada” atau sesuatu yang bertahan lama, dan genetik yang berarti “kemunculan” atau kemunculan.


Penjelasan mengenai perkembangan gagasan pada setiap tahapan siklus kehidupan sangat erat kaitannya dengan waktu, dan waktu sangat dominan sehingga selalu terjadi pada setiap tahapan perkembangan hingga berakhir pada masa dewasa. Secara keseluruhan, setiap tahapan berfungsi atau menggunakan kepribadiannya masing-masing.


1. Percaya VS Ketidakpercayaan ( 0-1 tahun) Pada tahap inilah perkembangan kepribadian setiap individu dimulai. Keyakinan muncul dari rasa sejahtera fisik dan rendahnya tingkat kecemasan dan ketakutan terhadap masa depan. Kepercayaan masa kecil membentuk harapan seumur hidup bahwa dunia adalah tempat yang baik untuk ditinggali (Trust and Distrust in International Relations, 2006). Percaya vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun) 1.


Keyakinan inti paling awal terbentuk selama tahap orosensori dan terlihat pada kemampuan bayi untuk tidur nyenyak, makan dengan nyaman, dan membuang kotoran dengan santai. Kebiasaankebiasaan ini bertahan sepanjang hidup bayi dan merupakan dasar paling awal untuk mengembangkan rasa identitas psikososial.


Melalui pengalaman bersama orang dewasa, bayi belajar bergantung pada dirinya sendiri tapi mungkin yang lebih penting, dia percaya pada dirinya sendiri. Keyakinan ini harus mengalahkan kebalikan negatif dari keyakinan dasar: keraguan mendasar. Harapan adalah kebajikan hidup yang paling awal dan paling penting.


Landasan harapan yang pertama terletak pada hubungan dengan orang tua yang memberikan pengalaman seperti istirahat, nutrisi, dan kehangatan (Wiresti & Na `imah, 2020). Pada saat yang sama, Anda mengembangkan kemampuan untuk melepaskan ekspektasi yang mengecewakan dan memiliki harapan untuk tujuan dan kemungkinan di masa depan.


Selasa Menurut Erikson, harapan adalah keyakinan yang berkelanjutan terhadap kemungkinan terwujudnya keinginan yang kuat. Tahap pertama kehidupan ini diisi dengan tahapan ritualisasi yang tak terhitung banyaknya: perasaan bayi akan kehadiran ibu, dalam hal ini tatapan, genggaman, sentuhan, asi.


2. Autonomi(Kemandirian) VS Rasa Malu dan ragu (usia 1-3 tahun) Tahap ini merupakan tahap perkembangan pribadi yang kedua dan ditandai dengan berkembangnya kemandirian (Aristya & Rahayu, 2018). Anak-anak pada usia ini memasuki tahap kesadaran eksternal, di mana mereka mencoba memahami dunia di sekitar mereka menggunakan mulut, mata, dan tangan. Pada titik ini, anak-anak sudah mampu berdiri, duduk, berjalan, bermain, dan minum air dari botol sendiri sampai tingkat tertentu tanpa bantuan orang tua


Namun, anak-anak sering kali memiliki pertanyaan dan mungkin meminta bantuan orang tuanya atau bahkan bertanya kepada pengasuhnya. . Pada tahap ini anak sudah menunjukkan kemandirian (Suryana, 2016). Kemandirian anak dioptimalkan dan dikembangkan ketika mereka mendapat dukungan dan dorongan dari orang tua dalam usahanya (holis, 2007)


Namun jika orang tua melakukan kesalahan dalam mengasuh anaknya, maka anak akan tumbuh dengan perasaan malu dan ragu. Beberapa rasa malu dan keraguan harus dianggap normal. Tanpa hal tersebut, anak akan mengembangkan kecenderungan maladaptif, yang disebut Erickson sebagai impulsif, dimana mereka melakukan sesuatu tanpa berpikir. Orang yang obsesif akan menganggap segalanya mudah dan sempurna. Oleh karena itu, banyak orang yang malu dan meragukan dirinya sendiri.


Sedikit kesabaran dan toleransi dalam membantu anak bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Orang tua yang mengasuh anak pada usia ini tidak perlu menguatkan atau memadamkan keberanian anaknya. Jadi perlu ada keseimbangan di sini. Ada pernyataan terkait yang sering kali menjadi peringatan dan nasihat bagi orang tua ketika membesarkan anak. Arti ungkapan tersebut ternyata benar adanya, karena metode ini memungkinkan anak mengembangkan pengendalian diri dan harga diri. Jika anak tidak berhasil melewati fase ini, maka anak tidak akan memiliki inisiatif yang diperlukan pada fase berikutnya dan akan menghadapi kendala terus menerus pada fase berikutnya.


Masa ini sering disebut usia prasekolah dan ditandai dengan spontanitas, kecenderungan merasa bersalah. Pada tahap ini perkembangan anak ditandai dengan kemampuannya bertindak secara mandiri dalam menanggapi tugas-tugas perkembangan. Fase ketiga ini disebut juga dengan periode permainan. 3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (3-6 tahun)


Tahap ini terjadi pada titik tertentu ketika anak berusia antara tiga dan enam tahun. Tugas yang harus diselesaikan anak pada tahap ini adalah belajar mempunyai ide (spontanitas) tanpa melakukan terlalu banyak kesalahan.


Penanggulangan masalah merupakan respon positif terhadap tantangan hidup. Orang tua ingin anaknya mampu mengutarakan pikirannya. Apa yang harus dilakukan orang tua jika anaknya berada pada tahap ini? Orang tua diharapkan dapat mendorong dan mendorong anak untuk menemukan dirinya sendiri. Jika tidak, kritik tidak akan membuat anak Anda mengembangkan spontanitasnya dan malah akan melemahkan semangat anak Anda dan membuat Anda merasa bersalah sepanjang waktu.


Anak-anak mengembangkan lebih banyak inisiatif dan mengurangi rasa bersalah ketika mencoba aktivitas baru. Tahap ini terjadi pada saat anak memasuki sekolah dasar. Spontanitas anak menciptakan berbagai pengalaman baru. Ketika anak-anak memasuki masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, mereka memfokuskan energi mereka pada perolehan pengetahuan dan keterampilan intelektual. 4. Kerajinan VS Inferioritas (usia 6-12 tahun)


Sebagai kelanjutan dari tahap perkembangan sebelumnya, anak pada usia ini sangat aktif mempelajari segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Anak merasa mampu melakukan apa saja sesuai dengan kemampuannya (Issawi & Dauphin, 2017). Keinginan untuk mengetahui dan menyikapi lingkungannya sangat kuat, namun pada saat yang sama, kemampuan dan pengetahuannya terbatas dan terkadang dapat menemui kesulitan, hambatan, bahkan kegagalan.


Oleh karena itu, penting bagi orang tua pada tahap ini untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bekerja keras dan menghindari perasaan rendah diri. Pada usia ini, lingkungan sosial anak meluas dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah, sehingga setiap aspek memegang peranannya: orang tua harus senantiasa memberikan semangat kepada anak, guru harus memberikan perhatian, teman harus menerima kehadiran anak. Jika anak pada usia ini tidak diperlakukan sebagai anak yang tidak kompeten, maka perkembangannya akan ditandai dengan perasaan rendah diri (perasaan tidak kompeten dan tidak produktif).


Di sinilah anak-anak mulai beranjak remaja. Kali ini saatnya mencari identitas. Pada masa ini, individu menghadapi pencarian keberadaannya sendiri (biasanya disebut pencarian identitas). Ada berbagai jenis hambatan yang harus diatasi untuk mencapai identitas. Ketika remaja mencari jati dirinya dan berhubungan dengan lingkungan yang baik, maka muncul pula identitas yang baik. Jika tidak, maka akan terjadi krisis identitas (Kitchens&Abell, 2020). Pada tahap perkembangan ini, peran orang tua sangatlah penting. 5. Identitas VS Kekacauan Identitas (usia 12- 18 tahun)


Orang tua berperan dalam pembentukan identitas diri remaja. Ketika orang tua yang terlalu protektif dan otoriter membatasi kebebasan bergerak remaja, remaja terkena dampak ketidakmampuan menafsirkan kepribadiannya secara holistik. Remaja akan kebingungan karena mencari bimbingan dan acuan dalam kehidupan remajanya.


6. Keintiman vs Isolasi (usia 19-40 tahun) Pada tahap ini, seseorang memasuki masa remaja. Semua orang pada tahap ini sudah siap dan berusaha mengintegrasikan identitasnya dengan orang lain. Artinya, masyarakat mulai belajar bersosialisasi. Individu pada tahap ini tampil sebagai orang yang mencintai, menjaga persahabatan, bekerja, bahkan berbagi dengan orang lain (Sarang et al., 2019).


Beberapa hal tersebut menentukan kepercayaan diri dan harga diri seseorang dalam lingkungan dengan orang-orang yang seumuran. Apa resiko yang dialami individu jika pada tahapan ini ia mengalami kegagalan dalam mengembangkan diri? Umumnya tiap individu akan mengalami tekanan yang membuatnya merasakan kehidupan yang terisolasi.


Dalam terminologi Erikson, generasi ini sedang memasuki tahap sharing versus egoisme dan stagnasi (usia 40-65 tahun), atau biasa disebut dengan masa dewasa. Orang-orang pada tahap ini bersemangat membantu kaum muda tumbuh dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Fakta bahwa seseorang sudah mempunyai anak tidak menjamin akan merasakan semangat berbagi. Misalnya, orang tua tidak hanya harus meninggalkan keturunannya saja, tapi juga harus melindungi dan membimbingnya. 7. Generitivitas VS Stagnasi (usia 40-65 tahun)


Artinya, seringkali orang tua harus mengabaikan kebutuhannya sendiri (Sarang et al., 2019). Selain itu, orang-orang pada tahap ini harus menahan godaan untuk berpuas diri, yang hanya akan mengarah pada stagnasi yang tidak produktif. Stagnasi adalah ketika individu merasa tidak berbuat apa pun untuk membantu generasi muda. Jika kita bisa menyelesaikan konflik ini secara proaktif, kita akan mengembangkan kemampuan kepedulian terhadap generasi muda (Nantais & Stack, 2017)


Menurut Erickson, orang yang tidak memiliki anak pun bisa mengembangkan semangat berbagi dan kasih sayang. Contohnya termasuk biarawati dan pendeta yang dapat membesarkan anakanak rohani, sama seperti orang lain menggunakan kemampuan khusus mereka di bidang lain. Dengan cara ini, orang-orang tersebut dapat mengajar dan membimbing generasi berikutnya "dengan membimbing anak-anak orang lain dan membantu membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi mereka.


8. Integritas Ego VS Keputusasaan (usia 65 tahun ke atas) Kaum lanjut usia dalam tahapan ini harus menghadapi serangkaian kehilangan fisik dan sosial. Mereka kehilangan kekuatan fisik, kesehatan, kehilangan pekerjaan sehingga pendapatan mereka sekarang bergantung kepada dana pensiun. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai kehilangan pasangan, kerabat atau teman-teman satu per satu. Erikson menyadari bahwa banyak penyesuaian fisik maupun sosial yang harus dilakukan para lansia (Gilleard, 2020).


Seiring berjalannya waktu, mereka mulai kehilangan pasangan, kerabat atau teman-teman satu per satu. Erikson menyadari bahwa banyak penyesuaian fisik maupun sosial yang harus dilakukan para lansia (Gilleard, 2020).


Selain itu, Erikson menyebutkan tahapan ini merupakan pergulatan integritas ego vs keputusasaan. Ketika orang lanjut usia menghadapi kematian, mereka mengevaluasi apa yang telah mereka lakukan dalam hidup. Proses ini ditentang oleh perasaan putus asa, perasaan bahwa hidup tidak lagi seperti dulu, namun kini waktu semakin sempit dan tidak ada lagi kesempatan untuk mencoba gaya hidup alternatif (Bertrand, 2019).


Seringkali, seseorang yang sudah terjerumus pada tahap ini tidak lagi memiliki kesabaran untuk melawan dan mengalahkan orang lain seperti sebelumnya. Semakin banyak keputusasaan yang dihadapi orang lanjut usia, semakin mereka berusaha memahami integritas ego mereka.


Perkembangan psikososial adalah tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis, perkembangan psikososial juga berhubungan dengan perubahanperubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam Bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Simpulan


. Melalui teori ini Erikson menyusun bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Meliputi Tahap Kepercayaan versus Ketidakpercayaan Autonomi (Kemandirian) versus Rasa Malu dan ragu, Inisiatif versus Rasa Bersalah, . Industri versus Inferioritas, . Identitas versus Kekacauan Identitas, . Identitas versus Kekacauan Identitas, Generitivitas versus Stagnasi, Integritas Ego versus Keputusasaan.


REFERENSI Anggraini, Talita dkk. 2023. Dampak Lingkungan sosial terhadap Perkembangan Psikologi Anak. Vol.4 . Hal. 217. Jurnal Ilmiah Multidisiplin.https://jurnal.arkainstitute.co.id/inde x.php/nautical/index Ajhuri, Kayyis Fithri. 2019. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka. Aulia, Zachra dkk. 2022. Peran Orang tua dalam Perkembangan Psikososial Pada Masa Remaja. Vol 4. Halaman 1. Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General). Di akses melalui link https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i6.10141


Danim, Sudarwan. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta Erikson, Erik H.1998. Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta: Gramedia. Kyasanah, Alfiyanti Nur. Optimalisasi Psikologi Perkembangan Anak dalam Lingkungan Keluarga. Vol. 3. Hal. 5, 6. Jurnal Pendidikan Raudhatul Afthal. Di akses melalui link https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/japra/a rticle/download/8809/pd f_1 Hamuni, dkk. 2020. Perkembangan Peserta Didik. Semarang: CV Eurika Media Aksara. Khasanah, Ulfa Ainul, dkk. 2019. Hubungan Perkembangan Psikososial dan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Vol 2. Halaman 158. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa.


Mokalu, Valentino Reykliv. 2021. Teori Psikososial Erik Erikson: Implikasinya Bagi Pendidikan Agama Kristen Di Sekolah. Vol 12. Halaman 183,184,185. Vox Edukasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php /VOX . Pada tanggal 24 Oktiber 2023. A.M, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja, petunjuk bagi guru dan orang tua. Bandung: Pustaka Setia. 123, 124 Thahir, Andi. 1989. Psikologi Perkembangan. Lampung: Aura Pablishing. Saputro, Heri. 2017. Pengaruh Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Prasekolah. Vol. 1. Halaman 3. Journal Of Nursing Practice. http:jurnal.strada.ac.id/jnp. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2023.


Sit, Masganti. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid I. Medan: Perdana Publishing. Yenawati, Sri. (2010). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak. Vol. III. Halaman 121 Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi. http://dx.doi.org/10.15575/psy.v3i1.2181. Pada tanggal 24 Oktober 2023. Yenawati, Sri. 2014. Teori Psikologi Perkembangan Erik H. Erikson dan Manfaatnya bagi tugas Pendidikan Kristen Dewasa ini. Vol 2. Halaman 46,47. Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. http://www.sttpb.ac.id/ejournal/index.php/kurios. Tanggal 24 Agustus.


https://www.kompasiana.com/evalin47262/619db35 ef9f60c75752610c2/teori-erik-erikson-dalamruang-pendidikan https://medium.com/science-technology-andsociety/erik-erikson-exploring-the-stages-ofpsychosocial-development-and-why-it-isimportant-b2a03b1f1977 https://www.kompasiana.com/dessy50833/61a0fa8 a733c4321353d0e32/eight-stages-of-psycologicaldevelopment-erik-erikson https://images.app.goo.gl/p6XFNDtqbkGdWhZb9 https://images.app.goo.gl/Q8RJFTNxf9qEkBmx9 https://images.app.goo.gl/fdEP7spBm83itRca9


https://images.app.goo.gl/xaH5J5bpLbDq4TKh8 https:/www.google.com/imgres? imgurl=https%3A%2F%2Fwidyasemangatbaru.files. wordpress.com%2F2018%2F01%2Fpsikoseksual.jpg& tbnid=j8IILOYM18q3KM&vet=1&imgrefurl=https%3 A%2F%2Fwidyasemangatbaru.wordpress.com%2F2 018%2F01%2F20%2Fmengenal-lebih-dalamtahapan-psikoseksualmanusia%2F&docid=KCM7XGBc3SmvCM&w=566&h= 428&hl=in-ID&source=sh%2Fx%2Fim%2Fm1%2F4 https://www.google.com/imgres? imgurl=https%3A%2F%2Fwidyasemangatbaru.files. wordpress.com%2F2018%2F01%2Fpsikoseksual.jpg& tbnid=j8IILOYM18q3KM&vet=1&imgrefurl=https%3 A%2F%2Fwidyasemangatbaru.wordpress.com%2F2 018%2F01%2F20%2Fmengenal-lebih-dalamtahapan-psikoseksualmanusia%2F&docid=KCM7XGBc3SmvCM&w=566&h= 428&hl=in-ID&source=sh%2Fx%2Fim%2Fm1%2F4


https://www.idntimes.com/life/family/nurtazkiyah/tahap-perkembangan-anak-menurutteori-erik-erikson-c1c2 https://www.canva.com/photos/MAEaNpdPu14/ https://www.canva.com/icons/MAEU-H8vBgw/ https://www.canva.com/icons/MAFUVOx7ssE/ https://www.canva.com/photos/MAEZjTWC2oo/ https://www.canva.com/photos/MAEvNjRIklc/ https://www.canva.com/icons/MAEmSRRmaiM/ https://www.canva.com/icons/MAEmSfBR84A/ https://www.canva.com/icons/MACnc7ROXHY/


TEORI PERKEMBANGAN SIGMUND FREUD Tim Herson Kadir Westin Hantuwa Tasya abd. Latif Tiyan Presinta Liputo


Daftar Isi BIOGRAFI A. PERKEMBANGAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD 1. STRUKTUR KEPRIBADIAN a. Id b. Ego c. Superego 2. MEKANISME PERTAHANAN DIRI B. TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL SIGMUND FREUD 1. TAHAPAN PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL a. Tahap Oral b. Tahap Anal c. Tahap Falik d. Tahap Laten e. Tahap Genital C. Simpulan D. Referensi


Click to View FlipBook Version