64 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Bab VI Pengendalian Penyakit engendalian penyakit adalah upaya penurunan insidens, prevalens, morbiditas atau mortalitas dari suatu penyakit hingga level yang dapat diterima secara lokal. Angka kesakitan dan kematian penyakit merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu masyarakat. Pengendalian penyakit yang akan dibahas pada bab ini yaitu pengendalian penyakit menular, meliputi penyakit menular langsung, penyakit yang dapat dikendalikan dengan imunisasi, penyakit yang ditularkan melalui vektor dan zoonosis dan penyakit tidak menular. A. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG 1. Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC) saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun internasional sehingga menjadi salah satu tujuan pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut menyebar dari penderita TBC melalui udara. Kuman TBC ini biasanya menyerang organ paru bisa juga diluar paru (extra paru). Hampir seperempat penduduk dunia terinfeksi dengan kuman Mycobacterium tuberculosis, sekitar 89% TBC diderita oleh orang dewasa, dan 11% diderita oleh anak-anak. Sampai saat ini (Pandemi COVID- 19), TBC masih merupakan penyebab kematian tertinggi setelah HIV/AIDS, dan merupakan salah satu dari 20 penyebab utama kematian di seluruh dunia. Indonesia berada pada peringkat ke-3 dengan penderita TBC tertinggi di dunia setelah India dan China. Secara global, diperkirakan 9,9 juta orang menderita TBC pada tahun 2020. (WHO, Global Tuberculosis Report, 2021). Pada tahun 2020 angka insiden TBC di Indonesia sebesar 301 per 100.000 penduduk, menurun jika dibandingkan dengan angka insidens TBC tahun 2019 yaitu sebesar 312 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kematian TBC tahun 2019 dan 2020 masih sama yaitu sebesar 34 per 100.000 penduduk (WHO, Global Tuberculosis Report, 2021). Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil. a. Orang Terduga TBC Mendapatkan Pelayanan Sesuai Standar Treatment Coverage (TC) adalah jumlah kasus TBC yang diobati dan dilaporkan pada tahun tertentu dibagi dengan perkiraan jumlah insiden kasus TBC pada tahun yang sama dan dinyatakan dalam persentase. TC menggambarkan seberapa banyak kasus tuberkulosis yang terjangkau oleh program. TC kasus tuberculosis tahun 2021 sebesar 47,1%. meningkat jika dibandingkan tahun 2020. TC tertinggi terlihat di tahun 2018 yaitu sebesar 67,6%. TC pada tahun 2021 di Indonesia belum mencapai P
65 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t target TC yang diharapkan yaitu sebesar 49% (WHO, Global Tuberculosis Report, 2021). Provinsi Kalimantan Timur capaian TC tahun 2021 sebesar 35,8%, sedangkan target Renstra ≥ 85%. Di kabupaten Kutai Timur TBC yang mendapatkan pelayanan tahun 2022 dapat dilihat pada gambar 6.1 dibawah ini : Gambar 6.1 Terduga TBC Mendapatkan Pelayanan Standar di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.1 menggambarkan terduga TBC mendapatkan pelayanan sesuai standar sebesar 86,9%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 39,3%,. Data dan informasi terduga TBC mendapatkan pelayanan sesuai standar dapat dilihat pada Lampiran Tabel 56. Case Notification Rate (CNR) adalah jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan (tren) meningkat atau menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah. Gambar 6.4 menunjukkan angka notifikasi semua kasus tuberkulosis per 100.000 penduduk dari tahun 2011-2021 yang secara nasional memperlihatkan kecenderungan peningkatan CNR sampai tahun 2018 dan menurun pada tahun 2019 dan 2020. CNR semua kasus TBC menurut provinsi tahun 2021 bervariasi antara 69-268 per-100.000 penduduk. Indonesia CNR kasus TBC tahun 2021 sebesar 146. Provinsi Kalimantan Timur angka CNR mencapai sebesar 135/100.000 penduduk, untuk kabupaten Kutai Timur CNR tahun 2022 dapat dilihat pada table 6.2 dibawah ini : Gambar 6.2 Jumlah Case Notification Rate (CNR) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 100 110,3 24,9 39,3 86,9 0 50 100 150 2018 2019 2020 2021 2022 171 159 87,2 107 168,2 0 50 100 150 200 2018 2019 2020 2021 2022
66 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR). Pada gambar 6.2, tahun 2022 CNR penduduk Kutai Timur sebesar 168,2 per 100.000 penduduk terjadi peningkatan dari tahun 2021 sebesar 107 per 100.000. Peningkatan CNR ini dikarenakan upaya penemuan secara aktif masif di masyarakat dan upaya penemuan pasif di fasilitas kesehatan atau orang dengan keluhan batuk maupun gejala tambahan TB lainya mulai datang ke layanan untuk memeriksakan. Gambar 6.3 Jumlah Treatment Coverage (TC) di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.3 menggambarkan CDR TBC di kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 54,1%, meningkat dari tahun 2021 sebesar 38,2%. Data dan informasi Treatment Coverage (TC) TBC dapat dilihat pada Lampiran Tabel 56. Gambar 6.4 Penemuan Kasus TBC Anak 0 – 14 Tahun di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.4 menggambarkan penemuan kasus TBC anak 0-14 tahun 2022 sebesar 89,6%, meningkat dari tahun 2021 sebesar 21,0%. Data dan informasi penemuan kasus TBC anak 0-14 tahun dapat dilihat pada Lampiran Tabel 56. 78,2 68,4 37,8 38,2 54,1 0 20 40 60 80 100 2018 2019 2020 2021 2022 71,7 91,0 11,9 21,0 89,6 0 20 40 60 80 100 2018 2019 2020 2021 2022
67 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Gambar 6.5 Kesembuhan (Cure Rate) TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.5 menggambarkan Kesembuhan (Cure Rate) TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis tahun 2022 sebesar 8,2%, meningkat dari tahun 2021 sebesar 6,8%. Data dan informasi Kesembuhan (Cure Rate) TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 57. Gambar 6.6 Pengobatan Lengkap (Complete Rate) Semua Kasus TBC di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) merupakan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengobatan tuberkulosis. Angka keberhasilan pengobatan yaitu jumlah semua kasus tuberkulosis yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan. Jika merujuk pada target yang ditetapkan renstra Kementerian Kesehatan untuk indikator ini pada tahun 2021 yaitu sebesar 85%, maka secara nasional angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis sudah tercapai (86,0%), provinsi Kalimantan Timur capaian angka keberhasilan pengobatan pasien TB tahun 2021 sebesar 82,5. Di kabupaten Kutai Timur angka keberhasilan pengobatan TB tahun 2022 dapat dilihat pada gambar 6.7 dibawah ini : 93 95,7 75,3 6,8 8,2 0 20 40 60 80 100 120 2018 2019 2020 2021 2022 47,6 47,7 63,2 81,0 79,4 0 20 40 60 80 100 2018 2019 2020 2021 2022
68 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Gambar 6.7 Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Semua Kasus TBC di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.7 menggambarkan Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Semua Kasus TBC di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 83,8%, menurun dari tahun 2021 sebesar 83,8%. Data dan informasi Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Semua Kasus TBC dapat dilihat pada Lampiran Tabel 57. Gambar 6.8 Kematian Selama Pengobatan TBC di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.8 menggambarkan Kematian Selama Pengobatan TBC di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 5,5%, meningkat dari tahun 2021 sebesar 6,3%. Data dan informasi Kematian Selama Pengobatan TBC di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 57. 2. PNEUMONIA Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara (www.who.int). Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). 97,7 95,2 95,6 84,4 83,8 75 80 85 90 95 100 2018 2019 2020 2021 2022 0,2 1,6 1,4 6,3 5,5 0 1 2 3 4 5 6 7 2018 2019 2020 2021 2022
69 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri. Gejala penyakit Pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan Pneumonia pada balita. Perkiraan kasus Pneumonia secara nasional sebesar 3.55%. Sedangkan di Kalimantan Timur termasuk Kabupaten Kutai Timur sebesar 2,86%. Gambar 6.9 Penemuan Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.9 menggambarkan Penemuan Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 25,1%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 12,9%. Data dan informasi Penemuan Pneumonia Pada Balita di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 58. . Gambar 6.10 Puskesmas Dengan Tatalaksana Standar Pneumonia min 60% di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.10 menggambarkan Puskesmas Dengan Tatalaksana Standar Pneumonia minimal 60% di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 85,7%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 81,0%. Data dan informasi Puskesmas Dengan Tatalaksana Standar Pneumonia minimal 60% dapat dilihat pada Lampiran Tabel 58. 2… 25,0 11,4 12,9 25,1 0 5 10 15 20 25 30 2018 2019 2020 2021 2022 10,0 35,0 28,6 81,0 85,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 2018 2019 2020 2021 2022
70 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t 3. HIV/AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan dari ibu ke anak. Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 735.256 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 85.523 orang (Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016, Kemenkes RI). Sebelum memasuki fase AIDS, penderit terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Pada tahun 2022 di kabupaten Kutai Timur ditemukan penderita penyakit HIV sebanyak 122 kasus, terdiri atas laki–laki 73 kasus dan perempuan 49 kasus, dengan estimasi orang dengan risiko terinfeksi HIV sebanyak 18.200 orang dan yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sebanyak 17.824 orang. Penemuan kasus HIV hingga tahun 2022 tidak terlepas dari adanya dukungan pelaksanaan layanan VCT yang dilakukan oleh puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, sumber daya manusia yang cukup memadai dan tersedianya bahan habis pakai serta prasarana yang tersedia. Data dan informasi Kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 59 – 60. Gambar 6.11 Kasus HIV Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2022 Sumber : Seksi P2P, tahun 2022 4. DIARE Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 memperlihatkan prevalensi diare untuk semua kelompok umur sebesar 8 %, balita sebesar 12,3 %, dan pada bayi sebesar 10,6%. Sementara pada Sample Registration System tahun 2018, diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada neonatus sebesar 7% dan pada bayi usia 28 hari sebesar 6%. 1 2 2 10 85 22 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 ≤ 4 TAHUN 5 - 14 TAHUN 15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN 25 - 49 TAHUN ≥ 50 TAHUN
71 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Sasaran pelayanan penderita diare pada balita yang datang ke sarana kesehatan ditargetkan oleh program sebesar 20% dari perkiraan jumlah penderita diare pada balita. Sedangkan sasaran pelayanan penderita diare pada semua umur ditargetkan sebesar 10% dari perkiraan jumlah penderita diare semua umur. Cakupan pelayanan penderita diare balita di Indonesia tahun 2021 sebesar 23,8%, sedangkan di provinsi Kalimantan Timur sebesar 21,4%. Persentase penemuan dan penanganan kasus diare pada balita dan semua umur di Kabupaten Kutai Timur selama tahun 2018 – 2022 terdapat pada gambar berikut : Gambar 6.13 Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani Pada Balita di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.13 menggambarkan Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani Pada Balita di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 28,1%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 23,5%. Data dan informasi Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani Pada Balita di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 61. Gambar 6.14 Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani Pada Semua Umur di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.14 menggambarkan Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani Pada Semua Umur di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 42,9%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 26,3%. Data dan informasi Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani Pada Semua Umur di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 61. 66,9 226 25,8 23,5 28,1 0 50 100 150 200 250 2018 2019 2020 2021 2022 72,0 76,2 45,7 26,3 42,9 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 2018 2019 2020 2021 2022
72 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t 5. KUSTA Jumlah penderita kusta yang dilaporkan dari 121 negara di 5 regional WHO sebanyak 175.554 kasus di akhir tahun 2014 dengan 213.899 kasus baru (www.who.int). Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata. Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun. Sejak tahun 2000 Indonesia dinyatakan telah mencapai status eliminasi kusta dengan angka prevalensi kusta tingkat nasional sebesar 0,9 per 10.000 penduduk. Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 0,45 kasus per 10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 4,03 kasus per 100.000 penduduk. Tren Angka kejadian dapat dilihat pada Gambar 6.17. Selama sepuluh tahun terakhir terlihat rasio prevalensi angka penemuan kasus kusta baru tren relatif menurun. Tahun 2021, pandemi COVID-19 masih terjadi, hal ini menyebabkan deteksi dini kasus di masyarakat berjalan kurang optimal akibat adanya pembatasan kegiatan mengumpulkan masyarakat. Selain itu, sebagian besar sumber daya kesehatan juga difokuskan pada penanggulangan dan vaksinasi COVID-19, sehingga program berjalan kurang maksimal dan penemuan kasus baru mengalami penurunan. Pada tahun 2021 dilaporkan terdapat 10.976 kasus baru kusta yang 89% di antaranya merupakan kusta tipe Multi Basiler (MB). Prevalensi kusta Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 0,3% per 10.000 penduduk. Pada tahun 2022 dilaporkan 14 kasus, terdiri dari 1 kasus kusta kering (Pausi basiler) dan 13 kasus tipe MB/Kusta basah. Sedangkan Angka Penemuan Kasus Baru kusta dapat dilihat pada gambar 6.15 berikut : Gambar 6.15 Kasus Baru Kusta (NCDR) di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.15 menggambarkan Kasus Baru Kusta (NCDR) di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 2,1% per 100.000 penduduk. Pada tahun 2022 dilaporkan 9 kasus baru, terdiri dari 1 kasus kusta kering (Pausi basiler) dan 8 kasus tipe MB/Kusta basah. 6,2 5,0 3,5 4,0 2,1 0 1 2 3 4 5 6 7 2018 2019 2020 2021 2022
73 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Sedangkan menurut jenis kelamin 66,7% (6 penderita) laki laki dan perempuan sebesar 33,3% (3 penderita). Data dan informasi Kasus Baru Kusta (NCDR) di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 64. Gambar 6.16 Kasus Baru Kusta Anak 0-14 Tahun di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.16 menggambarkan Kasus Baru Kusta Anak 0-14 Tahun di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 0,0%, sama dengan dari tahun 2020 sebanyak 0% kasus baru kusta pada anak. Data dan informasi Kasus Baru Kusta Anak 0-14 Tahun di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 65. Gambar 6.17 Kusta Baru Cacat Tingkat 0 dan Tingkat 2 Pada Anak <15 Tahun di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.17 menggambarkan Kasus baru cacat tingkat 0 pada anak <15 tahun sebesar 77,8% dan kasus baru cacat tingkat 2 sebesar 0%. Data dan informasi Kasus Baru Kusta Anak 0-14 Tahun di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 65. 3,8 4,3 6,7 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 2018 2019 2020 2021 2022 96,2 95,7 100 94,1 77,8 3,8 4,3 0 5,9 0 0,0 50,0 100,0 150,0 2018 2019 2020 2021 2022 Cacat Tingkat 0 Cacat Tingkat 2
74 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Gambar 6.18 Prevalensi Kusta Per 10.000 Penduduk di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.18 menggambarkan prevalensi kusta per 10.000 penduduk pada tahun 2022 sebesar 0,3% atau sebanyak 14 kasus. Data dan informasi prevalensi kusta per 10.000 penduduk di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 66. Gambar 6.19 Kusta PB dan MB (RFT PB dan MB) di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.19 menggambarkan Kusta PB dan MB (RFT PB dan MB) di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022, PB sebesar 0,0% dan MB sebesar 93,3%. Data dan informasi Kusta PB dan MB (RFT PB dan MB) di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 66. 0,9 0,6 0,4 0,4 0,3 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 2018 2019 2020 2021 2022 0,0 100 100 0,0 0 66,7 76,9 96,2 87,0 93,3 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 2018 2019 2020 2021 2022 RFT PB RFT MB
75 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t B. PENGENDALIAN PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI 1. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Non Polio Gambar 6.20 AFP Non Polio Per-100.000 Penduduk <15 Tahun di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Surveilance dan Imunisasi, Bidang P2P, Kutim 2022 Gambar 6.20 menggambarkan AFP Non Polio Per-100.000 Penduduk <15 Tahun di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 0% atau sebanyak 0 kasus, menurun dari tahun sebelumnya sebesar 4,3%. Data dan informasi AFP Non Polio Per-100.000 Penduduk <15 Tahun di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 68. 2. Difteri Gambar 6.21 CFR Difteri di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Surveilance dan Imunisasi, Bidang P2P, Kutim 2022 Tahun 2022 CFR Difteri di kabupaten Kutai Timur sebanyak 1 kasus atau sebesar 0%. Data dan informasi CFR Diteri di kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 69. 3. Pertusis dan Hepatitis B Pertusis dan Hepatitis B di kabupaten Kutai Timur sejak empat tahun terakhir hingga tahun 2022 sebesar 0%. Data dan informasi pertusis dan hepatitis B dapat dilihat pada Lampiran Tabel 69. 0,9 0,0 0,0 4,3 0 0 1 2 3 4 5 2018 2019 2020 2021 2022 0 0 0 0 0 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 2018 2019 2020 2021 2022
76 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t 4. Tetanus Neonatorum CFR Tetanus Neonatorum di kabupaten Kutai Timur sejak empat tahun terakhir hingga tahun 2022 sebesar 0%. Data dan informasi CFR Tetanus Neonatorum di kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 69. 5. Campak Gambar 6.22 Suspek Campak di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Surveilance dan Imunisasi, Bidang P2P, Kutim 2022 Gambar 6.23 Insiden Rate (IR) Suspek Campak Per-100.000 Penduduk di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Surveilance dan Imunisasi, Bidang P2P, Kutim 2022 Gambar 6.23 menggambarkan Insiden Rate (IR) Suspek Campak Per-100.000 Penduduk di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 17,0% atau sebanyak 17 kasus, dengan IR pada laki-laki sebesar 5,4% dan IR pada perempuan sebesar 11,5%. Data dan informasi Insiden Rate (IR) Suspek Campak Per-100.000 Penduduk di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 69. 0 0 1 1 72 0 20 40 60 80 2018 2019 2020 2021 2022 0 0,0 0,2 0,2 17,0 0 5 10 15 20 2018 2019 2020 2021 2022
77 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t 100 90 80 70 60 50 40 30 20 78,9 51,5 40,0 37,3 42,9 50,8 39,8 26,1 24,8 27,0 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 6. Kejadian Luar Biasa (KLB) <24 Jam Gambar 6.24 Kejadian Luar Biasa (KLB) <24 Jam di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Surveilance dan Imunisasi, Bidang P2P, Kutim 2022 Gambar 6.24 menggambarkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di desa/kelurahan ditangani <24 Jam di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 77,1% atau sebanyak 54 kasus yang ditangani dari 70 kasus, jenis kejadian luar biasa ini suspek campak di 4 desa. Data dan informasi Kejadian Luar Biasa (KLB) <24 Jam di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 70 dan 71. C. PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK 1. Demam Berdarah Dengeu (DBD) Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Gambar 6.25 Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue Per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun 2012 – 2021 Sumber : Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan RI, 2016 0 0 95,6 84,4 77,1 0 20 40 60 80 100 120 2018 2019 2020 2021 2022
78 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan= 50,75 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian= 0,83%). Dibandingkan tahun 2014 dengan kasus sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi peningkatan kasus pada tahun 2015. Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia belum mencapai target Renstra 2015. Berikut tren angka kesakitan DBD selama kurun waktu 2012-2021 disajikan pada Gambar 6.25. Sedangkan di Kabupaten Kutai Timur, pada tahun 2022 terjadi peningkatan kasus DBD sebanyak 313 kasus dengan IR sebesar 73,7%, meninggal sebanyak 2 orang, 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, dari pada tahun 2021 sebanyak 119 kasus dengan IR 28,0 per 100.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2020 terjadi 194 kasus dengan IR 45,7 per 100.000 penduduk. Tingginya Morbiditas penduduk menyebabkan penyebaran kasus DBD semakin merata dan sulit untuk dibendung, adanya paradigma yang lebih menginginkan pengendalian penyakit DBD dengan cara kimia (fogging focus) dibandingkan dengan cara Alami (PSN) sehingga populasi nyamuk Aedes Aegepty sulit dikendalikan dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk pengendalian demam berdarah belum memadai menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian. Lampiran Tabel 72 menampilkan secara rinci distribusi kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas tahun 2022. Gambar 6.26 Kesakitan DBD Per-100.000 Penduduk di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Bidang P2P, Kutim 2022 Gambar 6.27 Kematian DBD di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Bidang P2P, Kutim 2022 35,0 112,4 45,7 28,0 73,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 2018 2019 2020 2021 2022 0 4 2 0 2 0 1 2 3 4 5 2018 2019 2020 2021 2022
79 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t 2. Malaria Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikroorganisme yang disebut Plasmodium. Plasmodium menginfeksi manusia melalui vektor penular nyamuk Anopheles. Bersama dengan HIV AIDS dan Tuberkolusis, pengendalian malaria menjadi bagian dari tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai tujuan global yang harus dicapai sampai dengan tahun 2030. Terkait dengan pengendalian Malaria di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah menetapkan target program eliminasi malaria agar seluruh wilayah di Indonesia bebas dari malaria selambat-lambatnya tahun 2030. Target ini sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang “Eliminasi Malaria di Indonesia”. Pada tahun 2021, terdapat empat provinsi yang ditetapkan sebagai wilayah bebas malaria, yaitu DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, dan Banten. Selain itu, terdapat tiga provinsi yang seluruh kabupaten/kotanya belum berstatus eliminasi malaria, yaitu Maluku, Papua Barat, dan Papua. Namun demikian, terdapat beberapa kabupaten di tiga provinsi tersebut yang memiliki status endemis rendah. Dengan adanya intervensi yang efektif status tersebut bisa ditingkatkan menjadi bebas malaria Sekitar 80% dari kabupaten/kota di Indonesia termasuk kategori endemis dan lebih dari 45% penduduknya berdomisili di desa endemis, termasuk wilayah Kabupaten Kutai Timur. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa–desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. Annual Parasite Incidence (API) adalah angka kesakitan malaria positif per 1.000 penduduk beresiko dalam 1 tahun. Penderita positif yang dimaksud adalah penderita yang telah dikonfirmasi positif melalui pemeriksaan mikroskopik (sediaan darah Malaria) maupun tes diagnosis cepat/Rapid Diagnostic Test (RDT) yang ditemukan melalui kegiatan ACD dan PCD di suatu wilayah selama 1 tahun. API digunakan untuk mengetahui insiden penyakit malaria pada suatu daerah. GAMBAR 6.28 Jumlah Kasus Malaria Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 0,2 0,6 0,6 0,4 1,3 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 2018 2019 2020 2021 2022
80 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Angka Kesakitan Malaria/Annual Parasite Incidence (API) di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 1,3 per 1.000 penduduk dengan jumlah malaria positif sebanyak 553 kasus, jumlah kematian sebanyak 2 orang laki-laki, meningkat dari tahun 2021 sebesar 0,4 per 1.000 penduduk. Data dan informasi kesakitan dan kematian malaria Kabupaten Kutai Timur menurut jenis kelamin, kecamatan dan Puskesmas pada Bab Lampiran Tabel 73. Gambar 6.29 Konfirmasi Laboratorium Suspek Malaria di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.29 menggambarkan Konfirmasi Laboratorium Suspek Malaria di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 100% dengan jumlah konfirmasi laboratorium sebanyak 1.749 orang, meningkat dari tahun 2021 sebesar 89,8%. Data dan informasi Konfirmasi Laboratorium Suspek Malaria di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 73. Gambar 6.30 Pengobatan Standar Kasus Malaria Positif di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.30 menggambarkan Pengobatan Standar Kasus Malaria Positif di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 90,4% atau sebanyak 500 orang dari 553 kasus malaria positif, menurun dari tahun 2021 sebesar 98,9%. Data dan informasi Pengobatan 100 100 100 89,8 100 80 85 90 95 100 105 2018 2019 2020 2021 2022 62,4 77,6 99,2 98,9 90,4 0 20 40 60 80 100 120 2018 2019 2020 2021 2022
81 | B a b V I P e n g e n d a l i a n P e n y a k i t Standar Kasus Malaria Positif di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 66. Gambar 6.31 Case Fatality Rate (CFR) Malaria di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi P2P, Kutim 2022 Gambar 6.31 menggambarkan Case Fatality Rate (CFR) Malaria di Kabupaten Kutai Timur tahun 2022 sebesar 0,4%, meningkat dari tahun 2021 sebesar 0,0%. Data dan informasi Case Fatality Rate (CFR) Malaria di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Lampiran Tabel 73. *** 1,1 0,0 0,0 0,0 0,4 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 2018 2019 2020 2021 2022
BAB VII KESEHATAN LINGKUNGAN
82 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n Bab VII Kesehatan Lingkungan esehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi- tingginya berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Kualitas lingkungan yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit. Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap pelaksanaan kewajiban mewujudkan media lingkungan yang memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan yang dilakukan oleh setiap pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks. Kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu yang berasal dari kebijakan dan pembangunan fisik dari berbagai lintas sektor ikut serta berperan (Perindustrian, Lingkungan Hidup, Pertanian, Pekerjaan Umum- Perumahan Rakyat dan lainnya) hingga ke hilir yaitu dampak kesehatan. Dinas Kesehatan menitik beratkan kepada pengelolaan dampak terhadap bidang kesehatan. A. Air Minum 1. Sarana Air Minum Dengan Risiko Rendah + Sedang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi, dan tindak lanjut. Kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dalam pengawasan kualitas air minum adalah Inspeksi Kesehatan Lingkungan atau IKL. Pelaksanaan IKL dilakukan oleh tenaga sanitarian puskesmas dalam pemantauan kualitas sarana air minum. K
83 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat, diperlukan pengawasan kualitas air minum baik secara eksternal maupun internal. Pengawasan kualitas air minum secara eksternal dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengawasan secara internal dilakukan oleh pelaksana penyelenggara air minum yaitu Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, Badan Usaha Swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang melakukan kegiatan penyediaan air minum. Di Indonesia persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar tahun 2021 sebesar 73,0%, dan di Kalimantan Timur sebesar 64,5%. Persentase target RPJMN 2021 yaitu sebesar 64%. Sedangkan di kabupaten Kutai Timur dapat di lihat pada gambar 7.1 dibawah ini: GAMBAR 7.1 Sarana Air Minum Yang Diawasi Kualitas Air Minumnya Di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Kesling, Bidang Binkesmas, 2022 Gambar 7.1 menggambarkan sarana air minum yang dilakukan pengawasan kualitas air minumnya sesuai standar pada tahun 2022 sebanyak 21 atau sebesar 60,0% dengan jumlah sarana air minum yang ada di kabupaten Kutai Timur sebanyak 35. Data dan informasi terkait sarana air minum yang dilakukan pengawasan dan yang memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas terdapat pada Lampiran Tabel 79. 2. Sarana Air Minum Memenuhi Syarat Rumah tangga harus memiliki akses air minum memenuhi syarat dan bersih dalam mendukung kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Kebutuhan air minum, tidak hanya dilihat dari kuantitasnya tetapi juga dari kualitas air minum. Pemenuhan kebutuhan air minum di rumah tangga dapat diukur dari akses air minum yang memenuhi syarat. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) yang dipublikasikan melalui Statistik Indonesia tahun 2021, konsep rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum layak adalah: a. Jenis sumber air minum utama yang digunakan oleh rumah tangga meliputi leding, air terlindungi, dan air hujan. Air terlindungi mencakup sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung. b. Jenis sumber air minum utama yang digunakan oleh rumah tangga berupa air kemasan, maka rumah tangga dikategorikan memiliki akses air minum layak jika sumber air 72,8 73,9 75,0 66,7 60,0 0 20 40 60 80 2018 2019 2020 2021 2022
84 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n untuk mandi/cuci berasal dari leding, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan. GAMBAR 7.2 Sarana Air Minum Memenuhi Syarat di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Kesling, Bidang Binkesmas, 2022 Gambar 7.2 menggambarkan sarana air minum yang ada di kabupaten Kutai Timur pada tahun 2022, jumlah sarana air minum sebanyak 35 dengan jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai standar sebanyak 21. Data dan informasi terkait sarana air minum yang dilakukan pengawasan dan yang memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas terdapat pada Lampiran Tabel 79. B. Penduduk Dengan Akses Terhadap Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Menurut Panduan 5 Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), jamban sehat adalah jamban yang memenuhi kriteria bangunan dan persyaratan kesehatan. Persyaratan kesehatan yang dimaksud adalah tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia dan dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya. Bangunan jamban disebut sehat apabila memenuhi kriteria bangunan jamban sehat yang terdiri dari: 1. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) Bangunan atas jamban berfungsi untuk melindungi pengguna dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya. 2. Bangunan tengah jamban Lubang pembungan kotoran berbentuk leher angsa. Pada daerah sulit air, lubang dapat dibuat tanpa kontruksi leher angsa tetapi harus diberi tutup. Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan memiliki saluran pembuangan air bekas ke sistem pembuangan air limbah (SPAL). 3. Bangunan bawah Bangunan bawah sebagai penampung, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja. Bangunan bawah dapat berupa tangki septik dan cubluk. Cubluk hanya boleh digunakan di pedesaan dengan kepadatan penduduk rendah dan sulit air. 59 99 15 8 21 0 20 40 60 80 100 120 2018 2019 2020 2021 2022
85 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n Di Indonesia Persentase keluarga dengan akses terhadap sanitasi yang layak (Jamban Sehat) tahun 2021 sebesar 86,1%, sedangkan di provinsi Kalimantan Timur sebesar 89,6%. GAMBAR 7.3 Penduduk Dengan Akses Terhadap Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Kesling, Bidang Binkesmas, 2022 Gambar 7.3 menggambarkan peningkatan terhadap keluarga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang aman(jamban sehat) dari tahun 2018 hungga tahun 2022 sebesar 96,4% meningkat dari tahun 2021 sebesar 93,5%.. Data dan informasi jumlah KK dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (Jamban Sehat menurut kecamatan dan puskesmas dapat dilihat pada Lampiran Tabel 73. C. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Desa-STBM) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan (PMK No. 3 Tahun 2014). Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Masyarakat menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada Pilar STBM yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan. Pilar STBM terdiri atas perilaku: 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS); 2. Cuci Tangan Pakai Sabun; 3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga; 4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan 5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain, yang disebut dengan 3 Komponen Sanitasi Total adalah: 1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment); 2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation); 3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement). 91,8 92,0 92,5 93,5 96,4 88 90 92 94 96 98 2018 2019 2020 2021 2022
86 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah jumlah kumulatif desa/kelurahan yang terverifikasi melaksanakan STBM. Akumulasi jumlah desa/kelurahan yang terverifikasi sebagai desa/kelurahan melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Telah dilakukan pemicuan STBM (upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatori berprinsip pada pendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation). 2. Telah memiliki natural leader (anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut). 3. Telah memiliki Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Pada tahun 2021, jumlah desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM sudah mencapai 64.495 atau 77,3% dari total 83.441 desa/kelurahan di Indonesia, sedangkan di provinsi Kalimantan Timur mencapai 81,0%. Jumlah desa/kelurahan Stop BABS (SBS) di Indonesia tahun 2021 sebesar 48,7%, di provinsi Kalimantan Timur mencapai 35,1%. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia berdasarkan Permendagri Nomor 72 Tahun 2019. GAMBAR 7.4 Desa Yang Melaksanakan SBS di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Kesling, Bidang Binkesmas, 2022 Gambar 7.4 menggambarkan persentase desa/kelurahan yang melaksanakan stop buang air besar sembarangan (SBS) tahun 2022 sebesar 96,4%. Data dan informasi desa yang melaksanakan Jamban sehat menurut kecamatan dan puskesmas dapat dilihat pada Lampiran Tabel 80. Desa/Kelurahan Stop BABS (SBS) dalam pilar STBM dapat mencapai status SBS dengan indikator sebagai berikut: 1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah). 2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar. 3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat. 4. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat. 5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi total. 91,8 92,0 92,5 93,5 96,4 88 90 92 94 96 98 2018 2019 2020 2021 2022
87 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n D. Tempat-Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat Kesehatan Tempat-tempat Umum (TTU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar adalah TTU yang dilakukan pengawasan dengan menggunakan formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL) di wilayah Puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun. TTU adalah lokasi, sarana, dan prasarana antara lain: fasilitas kesehatan; fasilitas pendidikan; tempat ibadah; dan pasar. Ruang lingkup pengawasan pada TTU telah ditetapkan yaitu pada tiga lokus yang menjadi prioritas sesuai dengan indikator Renstra Direktorat Kesehatan Lingkungan tahun 2020– 2024. Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan sesuai standar minimal pada 3 (tiga) lokus dari tempat dan fasilitas umum tersebut, yaitu: 1. Sekolah yang dimaksud adalah sekolah yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta yang terdiri dari SD/MI dan SMP/MTs yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama; 2. Puskesmas yang dimaksud adalah yang berada di wilayah kerjanya; 3. Pasar adalah pasar rakyat yang telah dilakukan revitalisasi dan terdaftar di Kementerian Perdagangan. Pengawasan sesuai standar yang dimaksud adalah kunjungan untuk mengetahui faktor risiko kesehatan lingkungan dengan menggunakan formulir IKL melalui pengamatan fisik media lingkungan, pengukuran media lingkungan dan analisis risiko kesehatan lingkungan serta rekomendasi perbaikan. TTU dinyatakan telah dilakukan pengawasan sesuai standar apabila telah dilakukan IKL dengan mengisi formulir yang sudah ditentukan dan melakukan pengukuran kualitas lingkungan dengan peralatan pendukung (Sanitarian Kit) yang tersedia di Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko penyakit akibat lingkungan dan selanjutnya memberikan rekomendasi hasil pengawasan tersebut pada sektor terkait untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan dalam upaya mewujudkan TTU yang bersih, aman, nyaman dan sehat. Di Indonesi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2021 sebesar 60,0% sedangkan di provinsi Kalimantan Timur mencapai 69,9%. Angka ini sudah mencapai dari target Renstra tahun 2021 yaitu 60%. Untuk Kabupaten Kutai Timur pesentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2022 dapat dilihat pada gambar berikut: GAMBAR 7.5 Tempat-Tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Kesling, Bidang Binkesmas, 2022 63,0 50,0 22,0 6,2 73,1 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 2018 2019 2020 2021 2022
88 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n Gambar 7.5 menggambarkan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2022, dengan TFU yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 182 atau sebesar 73,1% dari 249 TFU yang terdaftar. Capaian ini lebih rendah dari tahun 2021 dengan capaian sebanyak 37 atau sebesar 22,0%. Data dan informasi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas dapat dilihat pada Lampiran Tabel 82. E. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Pada tahun 2021, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dan Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan. Kedua peraturan tersebut diantaranya mengatur Standar Sertifikat Laik Hiegine Sanitasi (SLHS). Dalam Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 terdapat perubahan antara lain kategorisasi TPP dan formulir IKL. Tempat Pengelolaan Makanan siap saji yang selanjutnya disebut Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) adalah sarana produksi untuk menyiapkan, mengolah, mengemas, menyimpan, menyajikan dan/atau mengangkut pangan olahan siap saji baik yang bersifat komersial maupun non komersial. TPP yang menjadi sasaran prioritas pengawasan dan pembinaan adalah TPP komersial. TPP komersial adalah usaha penyediaan pangan siap saji yang memperdagangkan produknya secara rutin, yaitu jasa boga/katering, rumah makan/restoran, Depot Air Minum (DAM) dan makanan jajanan/kantin/sentra makanan jajanan. Untuk memastikan TPP memenuhi syarat higiene sanitasi, maka perlu dilakukan IKL oleh petugas puskemas, TPP juga dapat melakukan penilaian mandiri terkait kondisi higiene sanitasinya dengan mengisi buku rapor yang sudah dikembangkan oleh Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan agar TPP tersebut mendapatkan gambaran kondisi higiene sanitasi dan dapat melakukan perbaikan kualitas TPP secara mandiri sebelum petugas datang untuk melakukan IKL. Di Indonesia TPP yang memenuhi syarat sesuai standar secara nasional pada tahun 2021 adalah 52,4%, sedangkan di provinsi Kalimantan Timur mencapai 57,5%. Capaian ini sudah memenuhi target Renstra tahun 2021 untuk TPP yang memenuhi syarat sesuai standar yaitu sebesar 44%. Untuk kabupaten Kutai Timur persentase tempat pengelolaan pangan (TPP) memenuhi syarat kesehatan tahun 2022 pada gambar 7.6 berikut : GAMBAR 7.6 Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Memenuhi Syarat Kesehatan di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2018 – 2022 Sumber : Seksi Kesling, Bidang Binkesmas, 2021 56,8 51,2 35,6 42,0 46,6 0,0 20,0 40,0 60,0 2018 2019 2020 2021 2022
89 | B a b V I I K e s e h a t a n L i n g k u n g a n Gambar 7.6 menggambarkan tempat pengelolaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2022 di kabupaten Kutai Timur sebanyak 356 atau sebesar 46,6%. Untuk jasa boga mencapai 64,5%, rumah makan/restoran mencapai 41,4%, depot air minum (DAM) mencapai 49,3%, dan rumah makan mencapai 42,1%, kelompok gerai pangan jajanan sebesar 36,1%, sentra pangan jajanan/kantin sebesar 50,5%. Data dan informasi tempat pengolalaan pangan (TPP) yang memenuhi syarat kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas tahun 2022 dapat dilihat pada Lampiran Tabel 83. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi syarat berdasarkan hasil IKL maka dapat mengajukan sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS) ke Dinas Kesehatan setempat dengan memenuhi persyaratan lainnya yaitu pemeriksaan sampel pangan dan penjamah pangan yang sudah dilatih higiene sanitasi pangan dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat. ***
LAMPIRAN
KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 L P L + P Satuan I GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 35,748 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 141 Desa/Kelurahan Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 228,271 196,176 424,447 Jiwa Tabel 2 4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3.2 Jiwa Tabel 1 5 Kepadatan Penduduk /Km 2 11.9 Jiwa/Km 2 Tabel 1 6 Rasio Beban Tanggungan 42.6 per 100 penduduk produktif Tabel 2 7 Rasio Jenis Kelamin 116.4 Tabel 2 8 Penduduk 15 tahun ke atas melek huruf 99.5 98.1 98.9 % Tabel 3 9 Penduduk 15 tahun yang memiliki ijazah tertinggi a. SMP/ MTs 17.7 18.6 18.1 % Tabel 3 b. SMA/ MA 32.9 25.0 29.3 % Tabel 3 c. Sekolah menengah kejuruan 0.5 0.8 0.6 % Tabel 3 d. Diploma I/Diploma II 1.1 2.1 1.6 % Tabel 3 e. Akademi/Diploma III 3.9 5.0 4.4 % Tabel 3 f. S1/Diploma IV 0.3 0.2 0.2 % Tabel 3 g. S2/S3 (Master/Doktor) 0.0 0.0 0.0 % Tabel 3 II SARANA KESEHATAN II.1 Sarana Kesehatan 10 Jumlah Rumah Sakit Umum 6 RS Tabel 4 11 Jumlah Rumah Sakit Khusus 2 RS Tabel 4 12 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 18 Puskesmas Tabel 4 13 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 3 Puskesmas Tabel 4 14 Jumlah Puskesmas Keliling 0 Puskesmas keliling Tabel 4 15 Jumlah Puskesmas pembantu 111 Pustu Tabel 4 16 Jumlah Apotek 66 Apotek Tabel 4 17 Jumlah Klinik Pratama 63 Klinik Pratama Tabel 4 18 Jumlah Klinik Utama 3 Klinik Utama Tabel 4 17 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 100.0 % Tabel 6 II.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran
18 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 204.0 232.1 217.9 % Tabel 5 19 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 8.1 10.7 9.3 % Tabel 5 20 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS 19.2 13.0 15.9 per 1.000 pasien keluar Tabel 7 21 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS 9.2 6.5 7.7 per 1.000 pasien keluar Tabel 7 22 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 47.7 % Tabel 8 23 Bed Turn Over (BTO) di RS 43.1 Kali Tabel 8 24 Turn of Interval (TOI) di RS 4.4 Hari Tabel 8 25 Average Length of Stay (ALOS) di RS 3.6 Hari Tabel 8 26 Puskesmas dengan ketersediaan obat vaksin & essensial 1.0 % Tabel 9 27 Persentase Ketersediaan Obat Essensial 39.0 % Tabel 10 28 Persentase puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL 0.0 % Tabel 72 II.3 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) 27 Jumlah Posyandu 308 Posyandu Tabel 12 28 Posyandu Aktif 52.9 % Tabel 12 29 Rasio posyandu per 100 balita 1.0 per 100 balita Tabel 12 30 Posbindu PTM 161 Posbindu PTM Tabel 12 III SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN 31 Jumlah Dokter Spesialis 30 21 51 Orang Tabel 13 32 Jumlah Dokter Umum 96 115 211 Orang Tabel 13 33 Rasio Dokter (spesialis+umum) 62 per 100.000 penduduk Tabel 13 34 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 12 35 47 Orang Tabel 13 35 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 11 per 100.000 penduduk Tabel 13 36 Jumlah Bidan 794 Orang Tabel 14 37 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 187 per 100.000 penduduk Tabel 14 38 Jumlah Perawat 405 799 1,204 Orang Tabel 14 39 Rasio Perawat per 100.000 penduduk 284 per 100.000 penduduk Tabel 14 40 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat 15 57 72 Orang Tabel 15 41 Jumlah Tenaga Kesehatan Lingkungan 12 16 28 Orang Tabel 15 42 Jumlah Tenaga Gizi 8 29 37 Orang Tabel 15 43 Jumlah Ahli Teknologi Laboratorium Medik 21 56 77 Orang Tabel 16 44 Jumlah Tenaga Teknik Biomedika Lainnya 16 14 30 Orang Tabel 16 45 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik 2 14 16 Orang Tabel 16 46 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis 11 25 36 Orang Tabel 16 47 Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian 11 84 95 Orang Tabel 17
48 Jumlah Tenaga Apoteker 18 60 78 Orang Tabel 17 49 Jumlah Tenaga Kefarmasian 29 144 173 Orang Tabel 17 IV PEMBIAYAAN KESEHATAN 50 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 1.0 % Tabel 19 51 Total anggaran kesehatan Rp611,667,664,650 Rp Tabel 20 52 APBD kesehatan terhadap APBD kab/kota 13.8 % Tabel 20 53 Anggaran kesehatan perkapita Rp1,441,093 Rp Tabel 20 V KESEHATAN KELUARGA V.1 Kesehatan Ibu 54 Jumlah Lahir Hidup 3,905 3,649 7,554 Orang Tabel 21 55 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 6.1 6.8 6.4 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 21 56 Jumlah Kematian Ibu 5 Ibu Tabel 21 57 Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 66 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 21 58 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 76.8 % Tabel 24 59 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 85.5 % Tabel 24 60 Kunjungan Ibu Hamil (K6) 65.3 % Tabel 24 61 Persalinan di Fasyankes 92.7 % Tabel 24 62 Pelayanan Ibu Nifas KF Lengkap 90.8 % Tabel 24 63 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 88.3 % Tabel 24 64 Ibu hamil dengan imunisasi Td2+ 48.2 % Tabel 24 65 Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah 90 88.4 % Tabel 28 66 Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Tambah Darah 90 88.4 % Tabel 28 67 Bumil dengan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 75.4 % Tabel 32 68 Peserta KB Aktif Modern 76.2 % Tabel 29 69 Peserta KB Pasca Persalinan 67.6 % Tabel 31 V.2 Kesehatan Anak 70 Jumlah Kematian Neonatal 23 23 46 neonatal Tabel 34 71 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 5.9 6.3 6.1 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 34 72 Jumlah Bayi Mati 24 25 49 bayi Tabel 34 73 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 6.1 6.9 6.5 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 34 74 Jumlah Balita Mati 24 25 49 Balita Tabel 34 75 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 6.1 6.9 6.5 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 34 76 Bayi baru lahir ditimbang 96.7 105.3 100.7 % Tabel 33 77 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 4.4 4.2 4.3 % Tabel 33
78 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 95.5 94.4 94.9 % Tabel 38 79 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 90.4 88.7 89.6 % Tabel 38 80 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 56.1 % Tabel 39 81 Pelayanan kesehatan bayi 87.7 98.9 92.9 % Tabel 36 82 Desa/Kelurahan UCI 0.0 % Tabel 41 83 Cakupan Imunisasi Campak/Rubela pada Bayi 103.5 109.1 106.1 % Tabel 43 84 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 98.9 105.1 101.7 % Tabel 43 85 Bayi Mendapat Vitamin A 63.4 % Tabel 45 86 Anak Balita Mendapat Vitamin A 58.5 % Tabel 45 87 Balita Mendapatkan Vitamin A 63.4 % Tabel 45 88 Balita Memiliki Buku KIA 47.7 % Tabel 46 89 Balita Dipantau Pertumbuhan dan Perkembangan 53.9 % Tabel 46 90 Balita ditimbang (D/S) 31.7 36.3 33.8 % Tabel 47 91 Balita Berat Badan Kurang (BB/U) 7.6 % Tabel 48 92 Balita pendek (TB/U) 12.1 % Tabel 48 93 Balita Gizi Kurang (BB/TB) 4.6 % Tabel 48 94 Balita Gizi Buruk (BB/TB) 0.0 % Tabel 48 95 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1 SD/MI 92.1 % Tabel 49 96 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 7 SMP/MTs 95.7 % Tabel 49 97 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 10 SMA/MA 92.4 % Tabel 49 98 Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar 83.0 % Tabel 49 V.3 Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut 99 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif 71.5 71.5 71.5 % Tabel 52 100 Catin Mendapatkan Layanan Kesehatan 100.0 100.0 100.0 % Tabel 53 101 Pelayanan Kesehatan Usila (60+ tahun) 57.4 68.8 62.6 % Tabel 54 VI PENGENDALIAN PENYAKIT VI.1 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 102 Persentase orang terduga TBC mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar 86.9 % Tabel 56 103 CNR seluruh kasus TBC 0.0 per 100.000 penduduk Tabel 56 104 Treatment Coverage TBC 54.1 % Tabel 56 105 Cakupan penemuan kasus TBC anak 89.65 % Tabel 56 106 Angka kesembuhan BTA+ 8.0 7.0 8.6 % Tabel 57 107 Angka pengobatan lengkap semua kasus TBC 77.1 143.0 83.1 % Tabel 57 108 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) semua kasus TBC 81.7 150.0 87.2 % Tabel 57 109 Jumlah kematian selama pengobatan tuberkulosis 5.5 % Tabel 57
110 Penemuan penderita pneumonia pada balita 25.1 % Tabel 58 111 Puskesmas yang melakukan tatalaksana standar pneumonia min 60% 18.0 % Tabel 58 112 Jumlah Kasus HIV 73 49 122 Kasus Tabel 59 113 Persentase ODHIV Baru Mendapat Pengobatan ARV 79.5 % Tabel 60 114 Persentase Penderita Diare pada Semua Umur Dilayani 42.9 % Tabel 61 115 Persentase Penderita Diare pada Balita Dilayani 23.0 % Tabel 61 116 Persentase Ibu hamil diperiksa Hepatitis 75.3 % Tabel 62 117 Persentase Ibu hamil diperiksa Reaktif Hepatitis 2.2 % Tabel 62 118 Persentase Bayi dari Bumil Reakif Hepatitis Diperiksa 95.8 % Tabel 62 119 Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 6 3 9 Kasus Tabel 64 120 Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 3 2 2 per 100.000 penduduk Tabel 64 121 Persentase Kasus Baru Kusta anak < 15 Tahun 0.0 % Tabel 64 122 Persentase Cacat Tingkat 0 Penderita Kusta 77.8 % Tabel 64 123 Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0.0 % Tabel 64 124 Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0.0 per 100.000 penduduk Tabel 64 125 Angka Prevalensi Kusta 0.3 per 10.000 Penduduk Tabel 65 126 Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) 0.0 % Tabel 67 127 Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 100.0 % Tabel 67 VI.2 Pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi 128 AFP Rate (non polio) < 15 tahun 0.0 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 68 129 Jumlah kasus difteri 1 0 1 Kasus Tabel 69 130 Case fatality rate difteri 0.0 % Tabel 69 131 Jumlah kasus pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 69 132 Jumlah kasus tetanus neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 69 133 Case fatality rate tetanus neonatorum 0.0 % Tabel 69 134 Jumlah kasus hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 69 135 Jumlah kasus suspek campak 23 49 72 Kasus Tabel 69 136 Insiden rate suspek campak 5.4 11.5 17.0 per 100.000 penduduk Tabel 69 137 KLB ditangani < 24 jam 77.1 % Tabel 63 VI.3 Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 138 Angka kesakitan (incidence rate) DBD 73.7 per 100.000 penduduk Tabel 65 139 Angka kematian (case fatality rate) DBD 0.6 0.7 0.6 % Tabel 65 140 Angka kesakitan malaria (annual parasit incidence ) 1.3 per 1.000 penduduk Tabel 66 141 Konfirmasi laboratorium pada suspek malaria 100.0 % Tabel 66 142 Pengobatan standar kasus malaria positif 90.4 % Tabel 66
143 Case fatality rate malaria 0.4 0.0 0.4 % Tabel 66 144 Penderita kronis filariasis 3 3 6 Kasus Tabel 67 145 Jumlah Kasus Covid-19 4,346 Kasus Tabel 84 146 CFR (Case Fatality Rate ) Covid-19 0.8 % Tabel 84 147 Cakupan Total Vaksinasi Covid-19 Dosis 1 88.1 Tabel 84 148 Cakupan Total Vaksinasi Covid-19 Dosis 2 88.2 Tabel 84 VI.4 Pengendalian Penyakit Tidak Menular 149 Penderita Hipertensi Mendapat Pelayanan Kesehatan 78.2 39687.0 78.7 % Tabel 68 150 Penyandang DM mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar 73.9 % Tabel 69 151 Pemeriksaan IVA pada perempuan usia 30-50 tahun 0.3 % perempuan usia 30-50 tahun Tabel 70 152 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 0.4 % Tabel 70 153 Pemeriksaan payudara (SADANIS) pada perempuan 30-50 tahun 0.0 % Tabel 77 154 Persentase tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 100.0 % Tabel 77 155 Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat 97.6 % Tabel 71 VII KESEHATAN LINGKUNGAN 156 Sarana Air Minum yang DiawasiI/ Diperiksa Kualitas Air Minumnya Sesuai Standar (Aman) 60.0 % Tabel 79 157 KK Stop BABS (SBS) 96.4 % Tabel 72 158 KK dengan Akses terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak 96.3 % Tabel 72 159 KK dengan Akses terhadap Fasilitas Sanitasi yang Aman 1.2 % Tabel 72 160 Desa/ Kelurahan Stop BABS (SBS) 32.6 % Tabel 80 161 KK Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 98.2 % Tabel 81 162 KK Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT) 95.6 % Tabel 81 163 KK Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT) 14.4 % Tabel 81 164 KK Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT) 5.5 % Tabel 81 165 Desa/ Kelurahan 5 Pilar STBM 0.0 % Tabel 80 166 KK Pengelolaan Kualitas Udara dalam Rumah Tangga (PKURT) 0.0 % Tabel 80 167 KK Akses Rumah Sehat 42.7 % Tabel 80 168 Tempat Fasilitas Umum (TFU) yang Dilakukan Pengawasan Sesuai Standar 73.1 % Tabel 81 169 Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) Jasa Boga yang Memenuhi Syarat Kesehatan 64.5 % Tabel 83
TABEL 1 KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK (km 2 ) TANGGA TANGGA per km 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Sangatta Selatan 143.8 3 1 4 31,223 9,537 3.3 217.1 2 Sangatta Utara 1,262.6 3 1 4 124,183 37,784 3.3 98.4 3 Bengalon 3,196.2 11 0 11 41,005 13,258 3.1 12.8 4 Rantau Pulung 1,660.9 9 0 9 12,601 4,053 3.1 7.6 5 Kaliorang 3,322.6 7 0 7 15,628 5,033 3.1 4.7 6 Sangkulirang 438.9 15 0 15 23,894 7,436 3.2 54.4 7 Sandaran 3,419.3 9 0 9 11,044 3,556 3.1 3.2 8 Muara Wahau 5,724.3 10 0 10 31,079 9,927 3.1 5.4 9 Kongbeng 581.3 7 0 7 30,809 9,221 3.3 53.0 10 Telen 3,129.6 8 0 8 10,457 3,169 3.3 3.3 11 Muara Bengkal 1,522.8 7 0 7 14,086 4,314 3.3 9.3 12 Ma Ancalong 2,739.3 9 0 9 14,416 4,373 3.3 5.3 13 Busang 3,721.6 6 0 6 5,574 1,656 3.4 1.5 14 Teluk Pandan 831.0 6 0 6 14,714 4,701 3.1 17.7 15 Kaubun 257.5 8 0 8 15,994 5,070 3.2 62.1 16 Karangan 3,064.4 7 0 7 12,788 4,106 3.1 4.2 17 Long Mesangat 527.0 7 0 7 7,032 2,130 3.3 13.3 18 Batu Ampar 204.5 7 0 7 7,920 2,521 3.1 38.7 KABUPATEN/KOTA 35,747.5 139 2 141 424,447 131,845 3.2 11.9 Sumber: - Kantor Capil Kab. Kutai Timur KELURAHAN DESA + KELURAHAN LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KECAMATAN JUMLAH JUMLAH PENDUDUK DESA
TABEL 2 KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN 1 2 3 4 5 6 1 0 - 4 15,925 14,570 30,495 109.3 2 5 - 9 22,651 20,705 43,356 109.4 3 10 - 14 21,753 20,256 42,009 107.4 4 15 - 19 19,650 17,935 37,585 109.6 5 20 - 24 20,469 16,945 37,414 120.8 6 25 - 29 21,171 18,406 39,577 115.0 7 30 - 34 21,189 18,568 39,757 114.1 8 35 - 39 20,982 18,215 39,197 115.2 9 40 - 44 18,190 15,471 33,661 117.6 10 45 - 49 15,250 12,273 27,523 124.3 11 50 - 54 11,872 8,698 20,570 136.5 12 55 - 59 7,709 5,777 13,486 133.4 13 60 - 64 5,109 3,871 8,980 132.0 14 65 - 69 3,145 1,988 5,133 158.2 15 70 - 74 1,642 1,250 2,892 131.4 16 75+ 1,564 1,248 2,812 125.3 KABUPATEN/KOTA 228,271 196,176 424,447 116.4 ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 43 Sumber: - Kantor Capil Kab. Kutai Timur JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR NO KELOMPOK UMUR (TAHUN) JUMLAH PENDUDUK
KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+ PEREMPUAN 1 2 3 4 5 6 7 8 1 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS 167,942 140,645 308,587 2 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF 167,085 138,015 305,100 99.5 98.1 98.9 3 PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN: a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 29,655 26,749 56,404 17.7 19.0 18.3 b. SD/MI 39,910 37,920 77,830 23.8 27.0 25.2 c. SMP/ MTs 29,770 26,220 55,990 17.7 18.6 18.1 d. SMA/ MA 55,186 35,097 90,283 32.9 25.0 29.3 e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 794 1,059 1,853 0.5 0.8 0.6 f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 1,839 3,013 4,852 1.1 2.1 1.6 g. AKADEMI/DIPLOMA III 6,534 7,041 13,575 3.9 5.0 4.4 h. S1/DIPLOMA IV 482 263 745 0.3 0.2 0.2 i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 28 18 46 0.0 0.0 0.0 Sumber: - Kantor Capil Kab. Kutai Timur - BPS Kab. Kutai Timut TABEL 3 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN NO VARIABEL JUMLAH PERSENTASE
TABEL 4 KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA ORGANISASI KEMASYARAKATAN JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 RUMAH SAKIT UMUM - - 2 - - 4 - 6 2 RUMAH SAKIT KHUSUS - - - - - 2 - 2 1 PUSKESMAS RAWAT INAP - - 18 - - - - 18 - JUMLAH TEMPAT TIDUR - - 530 - - 411 - 941 2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP - - 3 - - - - 3 3 PUSKESMAS KELILING - - - - - - - - 4 PUSKESMAS PEMBANTU - - 111 - - - - 111 1 KLINIK PRATAMA - - - - - 63 - 63 2 KLINIK UTAMA - - - - - 3 - 3 3 TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER - - - - - 131 - 131 4 TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER GIGI - - - - - 50 - 50 5 TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER SPESIALIS - - - - - 31 - 31 6 TEMPAT PRAKTIK MANDIRI BIDAN - - - - - 41 - 41 7 TEMPAT PRAKTK MANDIRI PERAWAT - - - - - 4 - 4 8 GRIYA SEHAT - - - - - - - - 9 PANTI SEHAT - - - - - - - - 10 UNIT TRANSFUSI DARAH - - 1 - - - - 1 11 LABORATORIUM KESEHATAN - - 1 - - - - 1 1 INDUSTRI FARMASI - - - - - - - - 2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL/EKSTRAK BAHAN ALAM (IOT/IEBA) - - - - - - - - 3 USAHA KECIL/MIKRO OBAT TRADISIONAL (UKOT/UMOT) - - - - - - - - 4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN - - - - - - - - 5 PRODUKSI PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT) - - - - - - - - 6 INDUSTRI KOSMETIKA - - - - - - - - 7 PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) - - 1 - - - - 1 8 PENYALUR ALAT KESEHATAN (PAK) - - - - - - - - 9 APOTEK - - 66 - - - - 66 10 TOKO OBAT - - 8 - - - - 8 11 TOKO ALKES - - - - - - - - Sumber: - Bidang Yankes Dinkes Kutim - Bidang SDK Dinkes Kutim SARANA PELAYANAN LAIN SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN JUMLAH FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN NO FASILITAS KESEHATAN PEMILIKAN/PENGELOLA RUMAH SAKIT PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
TABEL 5 KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 L P L+P L P L+P L P L+P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 JUMLAH KUNJUNGAN 465,587 455,284 925,005 18,392 21,083 39,475 556 904 1,460 JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 228,271 196,176 424,447 228,271 196,176 424,447 CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 204.0 232.1 217.9 8.1 10.7 9.3 A Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 1 Puskesmas 1. Sangatta Selatan 8,513 11,676 20,189 - - - 16 6 22 2. Sangatta Utara 9,241 11,967 21,208 - - - 10 13 23 3. Teluk Lingga 13,238 18,640 31,878 - - - 18 21 39 4. Sepaso 7,354 10,524 17,878 151 349 500 17 18 35 5. Tepian Baru 7,204 6,877 14,081 273 258 531 7 4 11 6. Rantau Pulung 6,237 9,135 15,372 312 349 661 9 9 18 7. Kaliorang 1,276 1,428 2,704 78 102 180 11 11 22 8. Sangkulirang 3,461 3,563 7,024 146 202 348 18 18 36 9. Sandaran 1,480 3,082 4,562 42 35 77 10 8 18 10. Muara Wahau I 1,589 2,327 3,916 177 258 435 11 12 23 11. Muara Wahau II 5,780 6,108 11,888 452 647 1,099 11 11 22 12. Kongbeng 9,074 11,568 20,642 456 694 1,150 17 18 35 13. Telen 1,656 1,951 3,607 69 111 180 10 6 16 14. Muara Bengkal 9,340 10,524 19,864 341 617 958 10 11 21 15. Muara Ancalong 4,675 7,207 11,882 196 350 546 10 11 21 16. Busang 4,359 4,295 8,654 207 246 453 5 4 9 17. Teluk Pandan 3,232 6,420 9,652 - - - 10 12 22 18. Kaubun 8,933 9,272 18,205 586 566 1,152 13 8 21 19. Karangan 2,456 3,116 5,572 274 198 472 10 9 19 20. Long Mesangat 3,444 4,526 7,970 122 137 259 7 5 12 21. Batu Ampar 3,088 4,062 7,150 115 127 242 7 4 11 2 Klinik Pratama 1. Klinik Cahaya Bengalon 1,320 721 2,041 - - - - - - 2. Klinik BMA Evan Indonesia 4,425 3,864 8,289 - - - - - - 3. Klinik Citra Medika 532 368 900 - - - - - - 4. Klinik PT. Swakarsa Sinarsentosa (SWA) 26,028 19,235 45,263 - - - - - - 5. Klinik Tirta Medical Center 4,100 1,179 5,279 - - - - - - 6. Klinik dan Rumah Sunat Tirta Sulaiman 3,941 1,844 5,785 - - - - - - 7. Klinik PT. Indexim 424 3,176 3,600 - - - - - - 8. Klinik Satelit 2 Bengalon 23,000 10,261 33,261 - - - - - - 9. Klinik Sumber Sehat 1 17 13 30 - - - - - - 10. Klinik Triana Nur 2 72,250 12,552 84,802 2,342 586 2,928 - - - 11. Klinik PT. Pama Site Indominco 477 3,107 3,584 - - - - - - 12.Klinik PT Bima Palma Nugraha 5,722 2,482 8,204 - - - - - - 13. Klinik Medika Prasetia (KMP) 21,744 13,341 35,085 - - - - - - 14. Klinik PT. Kimia Farma 2,213 452 2,665 - - - - - - 15.Klinik Polres 936 474 1,410 - - - - - - 16.Polikinik PT. Karyaekanusa Daya 1,328 1,242 2,570 - - - - - - 17.Klinik Fathur Rahman 11,251 5,709 16,960 - - - - - - 18.Klinik PT.Mandiri Herindo Adiperkasa (MHA) 1,425 288 1,713 - - - - - - 19. KlinikPT. Bima Agri Sawit (BAS) 1,734 2,066 3,800 - - - - - - 20. Klinik Mustika Sangsaka 1,115 885 2,000 - - - - - - 21. Poliklinik Pertamina Sangatta Field 1,721 748 2,469 - - - - - - 22. Klinik PT. Subur Abadi Plantations (SAP) 1,425 1,050 2,475 - - - - - - 23. Klinik PT. Hamparan Perkasa Mandiri 1,940 784 2,724 - - - - - - 24. Klinik Rasuna Medical Centre 1,980 664 2,644 - - - - - - 25. Klinik Bakti Medika PT. SBA 1,722 1,066 2,788 - - - - - - 26 Klink Bakti Medika PT. PBA INHUTANI 1,988 800 2,788 - - - - - - 27. Klinik Mahakam Persada Bakti 1,802 540 2,342 - - - - - - SUB JUMLAH I 312,190 237,179 549,369 6,339 5,832 12,171 237 219 456 B Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut 1 Klinik Utama 1. Klinik Tumbuh Kembang Anak Cahaya Sangatta 5,821 1,132 6,953 - - - - - - 2. Klinik De Kenz Skin Clinic 4,134 - - - - - - 2 RS Umum 1. RS Umum Daerah Kudungga Sangatta 13,014 12,807 25,821 2,216 2,033 4,249 125 411 536 2. RS Umum Meloy Sangatta 7,111 49,665 56,776 1,729 3,596 5,325 - - - 3. RS Umum Pupuk Kaltim Prima Sangatta 58,120 39,000 97,120 1,863 2,854 4,717 - - - 4. RS Umum Medika Sangatta 37,587 79,872 117,459 5,042 4,472 9,514 152 193 345 5. RS Umum Daerah Sangkuirang 3,240 3,811 7,051 420 490 910 - - - 6. RS Umum Pelita Kasih Sangatta 17,480 16,025 33,505 205 212 417 - - - 3 RS Khusus 1. RS Khusus Ibu Anak Cahaya Sangatta 9,617 6,863 16,480 565 1,131 1,696 - - - 2. RS Khusus Ibu Anak Asy Syifa Sangatta 1,407 8,930 10,337 13 463 476 - - - 4 Praktik Mandiri Dokter Spesialis 1. Apotek Tamahita - - - - - - 42 81 123 SUB JUMLAH II 153,397 218,105 375,636 12,053 15,251 27,304 319 685 1,004 Sumber: - Bidang Yankes Dinkes Kutim Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN BARU RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
TABEL 6 KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 JUMLAH % 1 2 3 4 5 1 RUMAH SAKIT UMUM 6 6 100.0 2 RUMAH SAKIT KHUSUS 2 2 100.0 8 8 100.0 KABUPATEN/KOTA Sumber: - Bidang Yankes Dinkes Kutim PERSENTASE RUMAH SAKIT DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I NO RUMAH SAKIT JUMLAH MEMPUNYAI KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT LEVEL I
TABEL 7 KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 RS Umum Daerah Kudungga Sangatta 202 3,859 2,127 5,986 171 153 324 102 86 188 44.3 71.9 54.1 26.4 40.4 31.4 2 RS Umum Meloy Sangatta 98 1,729 3,596 5,325 1 3 4 1 2 3 0.6 0.8 0.8 0.6 0.6 0.6 3 RS Umum Pupuk Kaltim Prima Sangatta 59 1,753 2,814 4,567 32 15 47 7 4 11 18.3 5.3 10.3 4.0 1.4 2.4 4 RS Umum Medika Sangatta 160 5,042 4,472 9,514 45 20 65 11 5 16 8.9 4.5 6.8 2.2 1.1 1.7 5 RS Umum Daerah Sangkulirang 53 240 490 730 7 8 15 2 2 4 29.2 16.3 20.5 8.3 4.1 5.5 6 RS Umum Pelita Kasih Sangatta 28 205 212 417 0 0 0 0 0 0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 7 RS Khusus Ibu Anak Cahaya Sangatta 41 565 1,131 1,696 0 0 0 0 0 0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8 RS Khusus Ibu Anak Asy Syifa Sangatta 25 13 466 479 1 0 1 0 0 0 76.9 0.0 2.1 0.0 0.0 0.0 666 13,406 15,308 28,714 257 199 456 123 99 222 19.2 13.0 15.9 9.2 6.5 7.7 Sumber: - Bidang Yankes Dinkes Kutim Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta KABUPATEN/KOTA Gross Death Rate Net Death Rate ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT NO NAMA RUMAH SAKIT a JUMLAH TEMPAT TIDUR PASIEN KELUAR (HIDUP + MATI) PASIEN KELUAR MATI PASIEN KELUAR MATI ≥ 48 JAM DIRAWAT
TABEL 8 KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 NO NAMA RUMAH SAKIT a JUMLAH TEMPAT TIDUR PASIEN KELUAR (HIDUP + MATI) JUMLAH HARI PERAWATAN JUMLAH LAMA DIRAWAT BOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 RS Umum Daerah Kudungga Sangatta 202 5,986 23,102 20,847 31.3 30 8 3 2 RS Umum Meloy Sangatta 98 5,325 27,312 17,374 76.4 54 2 3 3 RS Umum Pupuk Kaltim Prima Sangatta 59 4,567 12,954 12,589 60.2 77 2 3 4 RS Umum Medika Sangatta 160 9,514 40,910 42,424 70.1 59 2 4 5 RS Umum Daerah Sangkulirang 53 730 1,956 1,970 10.1 14 24 3 6 RS Umum Pelita Kasih Sangatta 28 417 1,999 1,690 19.6 15 20 4 7 RS Khusus Ibu Anak Cahaya Sangatta 41 1,696 6,500 6,464 43.4 41 5 4 8 RS Khusus Ibu Anak Asy Syifa Sangatta 25 479 1,288 1,277 14.1 19 16 3 666 28,714 116,021 104,635 47.7 43 4 4 Sumber: - Bidang Yankes Dinkes Kutim Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT KABUPATEN/KOTA
TABEL 9 PERSENTASE PUSKESMAS DENGAN KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL MENURUT PUSKESMAS DAN KECAMATAN KABUPATEN/KOTA KUTAI TIMUR TAHUN 2022 NO KECAMATAN PUSKESMAS KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL* 1 2 3 4 1 Sangatta Selatan Sangatta Selatan V 2 Sangatta Utara Sangatta Utara V Teluk Lingga V 3 Bengalon Sepaso V Tepian Baru V 4 Rantau Pulung Rantau Pulung V 5 Kaliorang Kaliorang V 6 Sangkulirang Sangkulirang V 7 Sandaran Sandaran V 8 Muara Wahau Muara Wahau I V Muara Wahau II V 9 Kongbeng Kongbeng V 10 Telen Telen V 11 Muara Bengkal Muara Bengkal V 12 Ma Ancalong Ma Ancalong V 13 Busang Busang V 14 Teluk Pandan Teluk Pandan V 15 Kaubun Kaubun V 16 Karangan Karangan V 17 Long Mesangat Long Mesangat V 18 Batu Ampar Batu Ampar V 21 21 100.00% Sumber: - Bidang SDK Dinkes Kutim Keterangan: *) beri tanda "V" jika puskesmas memiliki obat dan vaksin esensial ≥80% *) beri tanda "X" jika puskesmas memiliki obat dan vaksin esensial <80% *) jika puskesmas tersebut tidak melapor, mohon dikosongkan atau tidak memberi tanda "V" maupun "X" JUMLAH PUSKESMAS YANG MEMILIKI 80% OBAT DAN VAKSIN ESENSIAL JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAPOR % PUSKESMAS DENGAN KETERSEDIAAN OBAT & VAKSIN ESENSIAL