The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

buku ini berisi tentang gambaran singkat mengenai situs-situs sejarah di Kabupaten Lingga khususnya tentang makam-makam raja, situs benteng dan situs-situs bekas istana kesultanan lingga-riau

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Buku Sejarah Lokal Kabupaten Lingga, 2022-10-07 02:45:52

BUKU SAKU JURU PELIHARA

buku ini berisi tentang gambaran singkat mengenai situs-situs sejarah di Kabupaten Lingga khususnya tentang makam-makam raja, situs benteng dan situs-situs bekas istana kesultanan lingga-riau

Keywords: buku saku,sejarah,istana damnah,melayu,lingga-riau

digantikan anaknya bernama Prameswara. Di masa
pemerintahannya Singapura kembali diserang
Majapahit. Singapura kalah lantaran pengkhianatan
Penghulu Bendahari Rajuna Tapa. Prameswara
kemudian pindah ke Melaka dan membangun
Kemaharajaan Melayu Melaka. Untuk berdamai
dengan Majapahit beliau menikahi putri Majapahit,
sehingga bergelar Permaisura. Setelah memeluk
Islam kemudian bergelar Raja Iskandar Syah.
Memerintah Singapura selama 3 tahun dan di masa
pelarian 2 tahun serta di Kemaharajaan Melayu
Melaka 20 tahun.
22. Raja Kecil Besar / Sri Maharaja
Raja Melaka yang menggantikan ayahandanya
Prameswara atau Permaisura atau Raja Iskandar
Syah. Raja Kecil Besar bergelar Sultan Mahkota.
Raja Kecil Besar atau Raja Besar Muda yang dari
sumber lain bergelar Sri Maharaja, memerintah
singkat sekali, yaitu 2 tahun saja.
23. Sultan Muhammad Syah
Raja Melaka yang menggantikan ayahandanya Sri
Maharaja. Semula bernama Raja Tengah. Menurut
Sulalatus Salatin maupun Tuhfat al-Nafis, raja
inilah yang memeluk agama Islam secara gaib dan
ketika bangun sudah terkhitan atau bersunat, serta
dengan sendirinya fasih mengucapkan sahadat yang
menjadi syarat pertama memeluk Islam. Selain terus
berupaya mengembangkan Islam di negerinya,

89

Sultan Muhammad Syah juga mengubah gelar –
gelar pembesarnya, diantaranya bendahara bergelar
Sri Amar Diraja dan penghulu bendahari bergelar
Sri Nara Diraja. Di masa pemerintahan Sultan
Muhammad Syah pula ditetapkan aturan warna
kuning tidak boleh digunakan rakyat kebanyakan,
melainkan hanya untuk simbol – simbol istana.
Beliau memerintah Kemaharajaan Melayu Melaka
dengan adil dan bijaksana selama 30 tahun.
24. Sultan Muzaffar Syah I
Raja Melaka yang menggantikan ayahandanya
Sultan Muhammad Syah. Semula bernama Raja
Kasim. Di masa pemerintahan Sultan inilah
dibukukan undang – undang yang menjadi pedoman
para menteri dalam melaksanakan tugas – tugasnya.
Memerintah selama 10 tahun.
25. Sultan Mansur Syah
Raja Melaka yang menggantikan ayahandanya
Sultan Muzaffar Syah I. Sebelumnya bernama Raja
Abdullah. Pernah membawa rombongan Kemaha-
rajaan Melayu Melaka ke Majapahit dan lewat
diplomasi mendapatkan wilayah Inderagiri dan
Siantan yang sebelumnya jajahan Majapahit. Di
masa pemerintahannya, muncul para tokoh yang
amat menonjol dalam sejarah, Hang Tuah, Hang
Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekiu, dan Hang Lekir.
Menikah dengan Putri Majapahit Raden Galuh
Cendera Kirana. Juga menikahi Putri Hang Li Po

90

dari China. Memerintah Kemaharajaan Melaka
selama 21 tahun.
26. Sultan Alauddin Riayat Syah I
Raja Melaka yang menggantikan ayahandanya
Sultan Mansur Syah. Nama kecilnya Raja Raden
dan ibunya adalah Raden Galuh Cendera Kirana
dari Majapahit. Sultan Alauddin Riayat Syah I
sangat perhatian kepada keamanan negerinya.
Bahkan ia sering menangkap sendiri pencuri yang
masuk ke dalam Kota Melaka karena kegemarannya
turun langsung meronda. Ia selalu menghukum
langsung pelaku kejahatan yang mengganggu
keamanan negerinya. Beliau memerintah dengan
adil dan tegas lebih kurang 11 tahun.
27. Sultan Mahmud Syah I
Raja Melaka yang menggantikan ayahandanya
Sultan Alauddin Riayat Syah I. Nama kecilnya Raja
Mahmud. Menikahi Tun Teja dan Tun Fatimah.
Setelah terusir dari Melaka oleh Portugis, menerus-
kan perjuangan dengan membangun pusat kerajaan
di Bintan. Kemudian dikejar Portugis lalu terus ke
Kampar dan wafat di sana pada 1528 dengan gelar
phostumous mangkat di Kampar. Memerintah di
Melaka selama 23 tahun. Dan selama pelarian lebih
kurang 20 tahun.
28. Sultan Ahmad Syah
Raja Melaka yang menggantikan ayahandanya
Sultan Mahmud Syah I. Namun hanya memerintah

91

singkat karena ayahandanya kembali mmengambil
alih kekuasaan. Di masa pemerintahannya Portugis
merebut Melaka. Memerintah selama 3 tahun.
Meninggal selama pelarian di wilayah Johor.
29. Tun Perak
Merupakan perdana menteri dalam Kemaharajaan
Melaka yang dianggap paling berhasil membawa
Melaka mencapai puncak kejayaannya. Dapat
disetarakan dengan Patih Gajah Mada di Majapahit.
30. Hang Tuah dan Wira Melayu (Hang Kesturi, Hang
Jebat, Hang Lekiu, Hang Lekir)
Hang Tuah lahir di Sungai Duyung, Singkep
(Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau sekarang).
Mendekati remaja ia diboyong orang tuanya, ayah
Hang Mahmud dan ibu Dang Merdu, ke Pulau
Bintan. Di sanalah ia belajar pada sebuah perguruan
silat di Bukit Lengkuas (di Pulau Kijang sekarang)
bersama para sahabatnya Hang Jebat, Hang Kesturi,
Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Lima pendekar ini
bersinar sebagai jawara, lalu kemudian datang ke
Tanah Semenanjung untuk mengabdi di Melaka.
31. Khojah Hasan
Pengganti Hang Tuah sebagai laksamana di
Kemaharajaan Melayu. Semasa pelarian Sultan
Mahmud dari Kota Kara karena istana terakhirnya
di Bintan direbut Portugis, Khojah Hasan mengawal
dan mendampingi Sultan Mahmud Syah I beserta
keluarga sampai ke Kampar. Pada masa itu, Khojah

92

Hasan menjabat Bendahara Paduka Raja.
32. Hang Nadim

Pengganti Khojah Hasan sebagai laksamana di
Kemaharajaan Melayu. Hang Nadim berkarir sejak
masih di Kemaharajaan Melaka, tetapi namanya
belum bersinar benar. Nama Hang Nadim mulai
mencuat ke permukaan setelah Khojah Hasan tidak
lagi menjabat laksamana. Hang Nadim menikah
dengan putri Hang Tuah bernama Tun Emas Jiwa.
Karir Hang Nadim mulai menanjak semasa
pemerintahan Sultan Mahmud Syah I pasca Melaka
direbut Portugis. Sepak terjang Hang Nadim semasa
Sultan Alauddin Riayat Syah II pun tetap menjadi
momok bagi Portugis. Hang Nadim bergelar Raja
Laut atau Langlang Laut.
33. Sri Bija Diraja
Wakil Laksamana Hang Nadim.
34. Pati Unus
Putra Raden Patah yang memimpin pasukan
Kerajaan Demak turut membantu Sultan Mahmud
Syah I mengusir Portugis dari Melaka pada 1513.
Beliau memimpin armada dari Pulau Jawa dan
Palembang berjumlah 100 buah kapal dengan
muatan 10.000 orang tentara.
35. Patih Kadir
Pemimpin orang Jawa di Melaka yang membantu
Sultan Mahmud Syah I mengusir Portugis pada
1513 dengan menawan pos – pos Portugis di luar

93

benteng A. Famosa.
36. Paduka Tuan

Panglima Angkatan Perang gabungan Melayu yang
dipercayai Sultan Mahmud Syah I menaklukkan
Melaka untuk kesekian kalinya.
37. Raja Nara Singa / Sultan Abdul Jalil Inderagiri
Sultan Inderagiri yang bekerja sama dengan Sultan
Mahmud Syah I merebut kembali Melaka. Diper-
caya sebagai pemimpin angkatan darat dalam
pasukan gabungan Melayu.
38. Sultan Abdullah
Raja Kampar, menantu Sultan Mahmud Syah I.
Sempat membelot ke Portugis dengan janji akan
dijadikan Portugis sebagai bendahara orang – orang
asing di Melaka dan kelak akan didukung pula
menggantikan Sultan Mahmud Syah I. Namun
akhirnya Sultan Abdullah dibawa Portugis ke
Melaka hanya untuk dihukum gantung.
39. Sultan Muzaffar Syah II
Naik takhta menggantikan ayahandanya Sultan
Alauddin Riayat Syah II dalam usia 19 tahun. Mesti
usianya masih muda, sejarah mencatat, sultan ini
sangat matang dalam memimpin dan memper-
hatikan rakyatnya serta hormat kepada seniornya
di kalangan istana. Kepiawaiannya menjalin kerja
sama dengan pemuka istana yang tua – tua dan
berpengalaman dicatat sejarah sebagai faktor
penting keberhasilannya membawa kerajaan kian

94

berkembang. Sultan ini memerintah hanya 7 tahun.
Beliau dimakamkan di Bukit Seluyut dan disebut
Marhum Mangkat di Seluyut.
40. Sultan Abdul Jalil Syah I
Menggantikan Sultan Muzaffar Syah II naik takhta
Sultan Abdul Jalil Syah I, putra adiknya Raja
Fatimah. Sultan Abdul Jalil Syah I kala itu baru
berumur 9 tahun dan sering sakit – sakitan. Sebagai
wali yang melaksanakan roda pemerintahan
dipangku ayahnya Raja Umar. Tak sampai setahun
Sultan pun wafat.
41. Tun Habib Abdul Majid Padang Saujana
Pasca terbunuhnya Sultan Mahmud Syah II yang
mangkat di Julang, berakhirlah zuriat raja – raja
Melayu yang berasal dari Bukit Siguntang.
Penguasa atau raja – raja Melayu selanjutnya
berasal dari zuriat / keturunan Tun Habib Abdul
Majid Padang Saujana.
42. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah
Karena Sultan Mahmud Syah II tidak memiliki
keturunan, selanjutnya naik takhta di Kemaharajaan
Melayu keturunan Tun Habib Abdul Malik Padang
Saujana, yaitu putranya Bendahara Paduka Raja Tun
Abdul Jalil bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Kemudian dilantiknya Tun Muhammad, adiknya
sendiri, sebagai Yang Dipertuan Muda. Kemaha-
rajaan Melayu tidak lagi dipimpin keturunan raja –
raja Melayu dari Bukit Siguntang.

95

43. Cik Pong
Ditengarai Hikayat Siak sebagai Selir Sultan
Mahmud Syah II yang melahirkan seorang bayi
lelaki tak lama setelah mangkatnya Sultan Mahmud.
Bayi tersebut kemudian disem-bunyikan di rumah
Temenggung Muar. Ketika berumur 7 tahun, anak
tersebut dibawa ke Kerajaan Pagaruyung oleh
Nakhoda Malim. Di Pagaruyung ia dibesarkan dan
dididik oleh Putri Jamilan, Ibu Suri Kerajaan
Pagaruyung. Setelah dewasa dinamai Raja rat
Kecik. Atas dukungan Kerajaan Pagaruyung dan
orang Minang di perantauan, kelak Raja Kecik
menuntut takhta ayahandanya ke Johor. Selembar
surat seruan yang bercap kerajaan Pagaruyung
diberikan kepada Raja Kecik yang bunyinya
dikutipkan dari Hikayat Siak sebagai berikut :
“Adalah anak kita, Yang Dipertuan Raja Kecik,
turun ke tanah laut. Dan hendaklah segala anak
Minangkabau yang di laut, yang selilit Pulau
Perca, sungai diapit oleh pasang, dan kita
pulangkan aib malunya anak kita yang me-
nanggung malu anak Minangkabau. Dan jikalau
anak Minangkabau tiada mahu menyertai ia,
baik dan jahatnya Yang Dipertuan Raja Kecik,
kena sumpah, kena bisa kawi. Dan jikalau orang
Minangkabau tiada boleh mengiring, hendaklah
ia persembah rial dua puluh dan setinggar
selaras, obat sekati.”

96

44. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
Semula bernama Raja Kecik. Atas dukungan
Kerajaan Pagaruyung dan orang Minang di
perantauan serta kelompok yang masih setia kepada
Sultan Mahmud Mangkat di Julang, berhasil
menggulingkan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah
keturunan bendahara dan menjadi Sultan pada 21
Maret 1717. Namun pada 1719 terusir dari
singgasana karena serangan kelompok Bugis yang
diminta Tengku Sulaiman, putra Sultan yang
sebelumnya ia gulingkan. Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah atau Raja Kecik ini kemudian membangun
istana di Riau, lalu pindah ke Siak dan membangun
Kerajaan Siak pada 1723.

45. Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I
Dialah Tengku Sulaiman yang kemudian dilantik
Upu Bugis Lima bersaudara sebagai Sultan
Sulaiman Badrul Alam Syah I pada 1722. Sebagai
kompromi politik kepada pihak Bugis yang
membantunya diberikan jabatan Yang Dipertuan
Muda. Selama pemerintahannya sering terjadi
kisruh antara Bugis dan Melayu, juga dengan Raja
Kecik. Sultan Sulaiman wafat di Riau pada 20
Agustus 1760.

46. Tun Abas
Tun Abas adalah saudara tertua Sultan Sulaiman
Badrul Alamsyah I. Seyogianya, beliau lebih berhak
menjadi sultan menggantikan ayahandanya Sultan

97

Abdul Jalil Riayat Syah yang digulingkan Raja
Kecik, tetapi karena adiknya Tengku Sulaiman lebih
aktif menjalin kerja sama dengan pihak Bugis untuk
menggulingkan Raja Kecik, sehingga adiknya itulah
yang menjadi sultan. Tun Abas hanya menjabat
Bendahara Sri Maharaja sekaligus Temenggung.
Namun tidak berkuasa karena Yang Dipertuan Muda
dari kalangan Bugis lebih dominan dalam
pemerintahan.
47. Daeng Parani
Anak tertua dari Upu Bugis Lima Bersaudara.
Bertindak sebagai pemimpin perang ketika
menggulingkan Raja Kecik dan menghantar Tengku
Sulaiman menjadi Sultan. Beliau wafat dalam
sebuah peperangan dengan Raja Kecik yang
melibatkan Raja Kedah di penghujung tahun 1722.
48.Daeng Marewa
Merupakan Yang Dipertuan Muda I dalam Kema-
harajaan Melayu yang dilantik Sultan Sulaiman
Badrul Alamsyah I pada 1722. Selama pemerin-
tahannya selalu disibukkan melayani serangan Raja
Kecik dari Siak. Beliau mangkat di Pulau Pitung
pada 7 Agustus 1728, lalu dikebumikan di Sungai
Baru dan gelar kemangkatannya disebut Marhum
Sungai Baru.
49. Daeng Celak
Merupakan Yang Dipertuan Muda II dalam
Kemaharajaan Melayu. Beliau adalah adik Daeng

98

Marewa. Di masa pemerintahannya juga sibuk
berperang dengan Raja Kecik dan anak – anak Raja
Kecik. Daeng Celak wafat pada 19 Mei 1745
dengan gelar kemangkatan Marhum Mangkat di
Kota.
50. Daeng Kamboja
Merupakan Yang Dipertuan Muda III dalam
Kemaharajaan Melayu. Beliau anak Daeng Parani.
Di masa pemerintahannya kisruh Bugis-Melayu
kian memanas. Daeng Kamboja wafat pada 30 Juni
1777 dalam usia sekitar 80 tahun.
51. Raja Alam
Raja Alam adalah putra Raja Kecik yang sering
melakukan serangan ke Riau, baik untuk melan-
jutkan permusuhan ayahandanya dengan orang
Bugis di Riau maupun untuk tujuan lain. Putra Raja
Kecik yang lain, Raja Ismail atau Sultan Ismail dan
Raja Buang atau Tengku Mahmud juga selalu
menyerang Riau. Bahkan, Raja Alam pernah
menggaet seorang Bugis bernama Daeng Matekkuh
untuk menyerang penguasa Bugis di Riau. Ketu-
runan Raja Kecik selalu berpihak kepada Melayu
dan bermusuhan dengan Bugis.
52. Sultan Mahmud Syah III
Semula bernama Raja Mahmud, lalu bergelar Sultan
Mahmud Riayat Syah III. Beliau naik takhta ketika
kisruh Bugis-Melayu berada di puncak. Beliau
dilantik semasa kanak – kanak, sehingga roda

99

pemerintahan dijalankan pemangku jabatan sultan
yang didominasi bangsawan Bugis. Setelah dewasa
beliau memerintah. Di masa pemerintahannya
Belanda merebut Riau. Perlawanannya kepada
Belanda menjadi sebutan dalam sejarah. Beliau
mangkat di Lingga pada 12 Januari 1812. Atas
jasanya YMDB beliau dianugerahi Pahlawan
Nasional pada 2017
53. Raja Haji (Fisabilillah)
Merupakan Yang Dipertuan Muda IV dalam
Kemaharajaan Melayu. Beliau anak Daeng Celak.
Memimpin Perang Riau yang meletus sekitar tahun
1782-1784. Setelah menang dalam Perang Riau,
diburunya Belanda ke Melaka. Di sana beliau tewas
di Teluk Ketapang pada 18 Juni 1784. Atas jasanya
kelak beliau dianugerahi Pahlawan Nasional pada 1997.
54. Tun Abdul Majid
Tun Abdul Majid adalah putra Tun Abas yang
menggantikan ayahandanya sebagai Bendahara Sri
Maharaja. Lagi – lagi juga tidak berkuasa karena
Yang Dipertuan Muda kalangan Bugis lebih
berkuasa. Tun Abdul Majid turut menandatangani
perjanjian “mengaku kalah” kepada Belanda di atas
kapal Utrecht pada 10 November 1784.
55. Sultan Abdul Rahman Muazam Syah I
Menggantikan ayahandanya Sultan Mahmud Riayat
Syah III. Namun mendapat tantangan dari kalangan
istana, terutama Engku Putri Raja Hamidah,

100

permaisuri Sultan Mahmud, sehingga dilantik tanpa
regalia dan perangkat nobat pusaka kerajaan.
Pelantikannya diulang setelah regalia dan perangkat
nobat pusaka kerajaan berhasil “dirampas” Belanda
dari istana Engku Putri. Sejak sultan ini, kuasa
Belanda kian kuat. Sultan Abdul Rahman Muazam
Syah I mangkat di Daik Lingga pada 2 Agustus 1832
dalam usia 56 tahun dan dimakamkandiBukitCengkeh
dengan gelar posthumous Marhum Bukit Cengkeh.
56. Sultan Muhammad Syah
Sultan Muhammad Syah memerintah sekitar 9
tahun. Beliau juga sering tinggal lama di Pahang
bersama istrinya putri Pahang. Seorang sultan yang
memajukan kesenian di Lingga, termasuk kerajinan
dan ukiran.
57. Sultan Mahmud Muzaffar Syah IV
Jabatan Sultan digantikan oleh anak Sultan
Muhammad Syah, yaitu Sultan Mahmud Muzaffar
Syah IV yang masih berusia 15 tahun. Ketika
memasuki usia 20 tahun beliau memimpin dan
selalu menentang Belanda. Sultan kemudian dipecat
Belanda pada 23 September 1857. Beliau mangkat
di Pahang pada 8 Juli 1864.
58. Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II
Menggantikan Sultan Mahmud Muzaffar Syah IV
adalah paman beliau, yaitu Sultan Sulaiman Badrul
Alam Syah II yang diangkat berdasarkan Surat
Keputusan Gubernul Jenderal Belanda. Sultan ini

101

mangkat pada 17 September 1883 dan dikebumikan di
kompleks pemakaman Bukit Cengkeh, Daik Lingga.
59. Tengku Embung Fatimah
Tengku Embung Fatimah adalah putri Sultan
Mahmud Muzaffar Syah IV yang juga istri Yang
Dipertuan Muda X Muhammad Yusuf al-Ahmadi.
Beliau pantas dicatat dalam senarai ini karena
sempat menjadi “sultan perempuan” selama 3 bulan
ketika terjadi kekisruhan pengganti Sultan Sulaiman
Badrul Alam Syah II lantaran tidak memiliki putra.
Ada juga sumber yang menyebutkan 2 tahun.
60. Sultan Abdurrahman Muazam Syah II
Putra Yang Dipertuan Muda X Muhammad Yusuf
al-Ahmadi dengan Engku Embung Fatimah ini
dilantik Belanda menjadi sultan pada 25 Desember
1883. Sultan pertama berdarah Bugis di Kerajaan
Riau-Lingga, bahkan di Kemaharajaan Melayu.
Sampai di sini, zuriat atau keturunan Tun Habib
Padang Saujana dari garis keturunan ayah tidak lagi
menjadi sultan.
61. Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi
Inilah Yang Dipertuan Muda X atau yang terakhir
di Kerajaan Riau-Lingga. Setelah beliau, jabatan
Yang Dipertuan Muda ditiadakan sampai kemang-
katannya pada 1889. Di masa pemerintahannya
telah didirikan perpustakaan atau “kutubkhanah”
pertama di Riau yang berisi buku – buku dari Timur
Tengah dan lokal.

102

BAB V
PENUTUP

SUMBER DATA
Buku dan Naskah
Manuskrip tulisan Tengku Muhammad Saleh Damnah

Lingga, dikirakan ditulis tahun 1935 bersamaan
tulisan sejarah ringkas kerajaan Lingga Riau.
Kesultanan Lingga dan Catatan Ringkas Sejarahnya.
Tengku Husin, dkk., Mengenal dan Mengenang
Kebesaran Kerajaan Lingga Riau sebagai pusat
kebudayaan Melayu,
M. Amin Yacob, Sejarah Kerajaan Lingga, Johor,
Pahang, Riau, Lingga, Unri Press dan Disparbud
Kabupaten Lingga, 2004.
Syair Sultan Mahmud Ria’yat Syah, Sultan Mahmud
Muzafar Syah.
Tufat Alnafis, Buku Pangkalan Data, O.K Nizami Jamil,
Novel Sejarah Raja Kecik Pahlawan Melayu di
Selat Malaka, September 2016
Sejarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud
Ri’ayat Syah Yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau–
Lingga–Johor–Pahang 1761–1812, 04 Mei 2012
Intitusi Bendahara : Permata Melayu Yang Hilang,
Dinasti Bendahara Johor – Pahang, Tun Suzana,
Tun Othman Ahli Persatuan Sejarah Malaysia
Cawangan Negeri Johor

103

Aswandi Syahri, Raja Ali: Kelana Terakhir Kerajaan
Riau-Lingga 1860-1927.

Sejarah Melayu, Ahmad Dahlan Kepustakaan Populer
Gramedia 2014

Rida K Liamsi, Mahmud Sang Pembangkang 2014
SUMBER LISAN
Ibunda Tengku Saodah, Tengku Husien Saleh, Pak
Usman Desa Mepar, Pak Auzar Desa Kelumu, Encek
Abdurrahman Desa Batuberdaun, Pak Ajis Desa
Sepincan, Lazuady Daik Lingga, Anjang Talep Kp.
Tembaga Daik Lingga, Pak Agussuandi ( Tok Baten )

104


Click to View FlipBook Version