The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pulau Selayar merupakan salah satu pulau di Kabupaten Lingga yang mempunyai cerita sejarah yang cukup panjang. Penamaan selayar menurut tradisi lisan masyarakat setempat diberikan oleh para pelaut Bugis yang datang untuk singgah dari perjalanan mereka ke berbagai wilayah kerajaan Lingga-Riau-Johor-Pahang. Letaknya yang strategis ini lah yang membuat perjalanan sejarah Pulau Selayar cukup kompleks dari era Kesultanan Lingga hingga masa reformasi.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Buku Sejarah Lokal Kabupaten Lingga, 2022-10-06 22:29:00

MENELUSURI ZAMAN KEJAYAAN PERKAMPUNGAN DI PULAU SELAYAR

Pulau Selayar merupakan salah satu pulau di Kabupaten Lingga yang mempunyai cerita sejarah yang cukup panjang. Penamaan selayar menurut tradisi lisan masyarakat setempat diberikan oleh para pelaut Bugis yang datang untuk singgah dari perjalanan mereka ke berbagai wilayah kerajaan Lingga-Riau-Johor-Pahang. Letaknya yang strategis ini lah yang membuat perjalanan sejarah Pulau Selayar cukup kompleks dari era Kesultanan Lingga hingga masa reformasi.

Keywords: sejarah,lingga,riau,melayu,selayar,penuba

rasa tercampur air asin. Disinilah masyarakat menggunakan
sumur tersebut.

Gambar 6

Ada beberapa sumur yang beberapa sumur dibuat colonial
Belanda di bawah bukit lembah tidak jauh dari SD Negeri 01
Penuba sumur inipun dimanafaat masyarakat untuk kebutuhan
sehari hari. Banyak sekali bangunan yang di bangun oleh
colonial Belanda masih dapat kita lihat sekarang ini. Ada
lapangan tenis, ada rumah rumah dan kantor-kantor yang masih
dapat dimanafaatkan Pemerintahan Desa dan masyarakat
setempat. Ada juga bekas tapak tapak bangunan seperti gudang
amonisi, tapak bangunan tower pengintaian oleh tentara
Belanda diatas bukit di belakang Puskesmas Penuba sekarang.

Di belakang Puskesmas ada bangunan perumahan yang
sekarang sudah hampir roboh, diharapkan kiranya dapat
direhablitasi kembali. Banyak sekali bangunan yang dapat
dijadikan bukti perjalanan sejarah panjang bangsa ini. Penuba
tempoe doeloe juga ditata Colonial Belanda jalan jalan,
bangunan bangunan, dan pelabuhan strategis militernya, untuk
kepentingan pertahanan penjajahannya di Indonesia.

42

PENUBA PERNAH MENJADI PUSAT
PEMERINTAHAN KEWEDANAAN

LINGGA

Penuba yang letaknya di Pulau Selayar dalam sejarah pernah
menjadi Pusat Pemerintahan Kewedanaan Lingga tahun
1956 setelah terlepas tahun 1948 dari penjajahan Colonial
Belanda, Kewedanaan Lingga sebelum dipindahkan ke Dabo
Singkep berpusat pemerintahannya di Penuba. Ketika itu kantor
kantor Bea dan Cukai, Ekspor Impor, kantor Pabean, dan Kantor
Kehutanan berada di Penuba ketika itu menjadi pusat
perekonomian melalui hubangan dagang Singapura, Tanjung
Pinang transit Penuba untuk membawa barang-barang
dagangan maupun barang barang hasil nelayan hasil laut
lainnya ikan dengan berbagai jenis satwa laut, hasil bumi karet
dan kopra. Kesibukan kesibukan perdagangan ini, Pemerintah
menetapkan Pemerintahan Kewedanaan Lingga sementara di
Penuba, pada tahun 1952 dipindahkan ke Dabo Singkep
kemudian tahun 1959 mengalami perobahan pada waktu itu
Tanjung Pinang sebagai Ibu Kota Provinsi Riau dipindahkan
ke Pekanbaru, sehingga Tanjung Pinang hanya menjadi Ibu
Kota Kabupaten Kepulauan Riau. Bupati pertama di Kepulauan
Riau di era Provinsi Riau itu, Muhammad Adnan Kasim putra

43

asli Tembelan, Kabupaten Kepulauan Riau membawahi tiga
itu Kecamatan Singkep dengan ibu kotanya Dabo Singkep,
Kecamatan Lingga dengan ibu kotanya Daik, dan kecamatan
Senayang Ibu kotanya Senayang. Dibawah satu Wilayah
Kewedanaan ada para Asisten Widana. Kemudian berubah
berdasarkan surat keputusan Gubernur Riau. Wilayah
Admistrasi Kewedanaan dihapus, tinggal kecamatan kecamatan
saja. Beberapa tahun kemudian jabatan Eks Wedana dihidupkan
kembali namanya Pembantu Bupati. Pembantu Bupati
Kepulauan Riau.

Di Lingga berkedudukan di Dabo Singkep. Jabatan ini di
era otonomi daerah, kembali dihapus lagi menjadi ibu kota
kecamatan dan membawahi Kelurahan dan Desa, Pulau Selayar
dibagi menjadi dua pemerintahan Desa yang dipimpin seorang
Kepala , Desa Penuba pusat Pemerintahan di Penuba, dan Desa
Selayar Pusat pemerintahan di Tanjung Dua.

Di era reformasi otonomi dihidupkan kembali pemerintah
pusat memberikan kesempatan ke daerah daerah untuk
memekarkan wilayahnya masing-masing asalkan memenuhi
aturan aturan didalam undang undang otonomi daerah maupun
peraturan pemekaran wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota,
Kecamatan, Kelurahan dan Desa. Tidak ketinggalan Pulau
Selayar memekarkan menjadi wilayah Kecamatan Selayar
membawahi dari empat Desa. Desa Punuba, Desa Selayar, Desa
Pantai Harapan, dan Desa Penuba Timur.

44

PERJUANGAN PARA TOKOH
MELAWAN PEMERINTAH KOLONIAL

BELANDA DI PENUBA

Encik Moehammad Joesoef Abdoel Kadir lahir 1920 di
belakang Daek, kini wilayah kecamatan Senayang, Yusuf
Kahar adalah salah satu tokoh pejuang mempertahankan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 pejuang lain mulai
bergerak di Tanjungpinang dan daerah daerah lainnya,
sedangkan Yusuf Kahar berjuang di Dabo Singkep dan
sekitarnya. Beliau adalah bagian dari heroism Pemuda pemuda
Republieken pendukung Proklamasi Kemerdekaan di Lingga,
Senayang, Penuba dan Dabo Singkep yang terbesar dalam
berbagai organisasi seperti, Komite Nasional Indonesia (KNI),
dan Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan Party Kaum Buruh
Indonesia (PKBI) yang berpusat di Singapura. Organisasi
terbesar berada di Indragiri, dan tempat lain mulai mengadakan
pergerakan untuk mengusir Belanda dari Penuba Pulau Selayar,
Pulau Singkep, Lingga dan Senayang. Setelah itu situasi di
Dabo Singkep dan Penuba yang merupakan Pusat Konsentrasi
Belanda semakin memanas. Pada waktu itu 50 orang anggota
kesatuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dari Tembilahan
yang dipimpin oleh Sersan Mayor Andris Kilak sampai di Dabo

45

Singkep mengatur strategi menyerang pos meliter Belanda di
Penuba melalui kurir mereka masuk ke Pulau selayar melalui
kampung Teluk Mengkerang. setelah orang orang kampung
membantu menyembunyikan para pejuang yang akan
menyerang pos militer Belanda di Penuba, setelah semuanya
sudah dibuat strategi penyerangan Tentara Keamanan Rakyat
bersama dengan pemuda pemuda organisasi yang pro republic
di Dabo Singkep, Daik Lingga, Senayang dan Pulau Selayar
Penuba pada tanggal, 12 Juni 1946 secara serentak menyerang
pos meliter Belanda yang berada di Penuba. Terjadi baku
tembak tidak terelakkan hingga menewaskan komandan Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) Sersan Mayor Andris Kilak yang
tertangkap tentara Colonial Belanda, kemudian ditembak mati
oleh tentara Belanda. Serangan yang mengejutkan tentara
Belanda, setelah itu tentara Belanda mengadakan penyisiran
di seluruh wilayah Pulau Selayar terjadilah penangkapan dan
penahanan sejumlah pejuang pejuang kita termasuk tokoh
pejuang kita Yusuf Kahar, Said Abdullah, Sukarjo dan Encik
Muhammad bin Abdul Kahar (abangnya Yusuf Kahar).

Tahanan tahanan tersebut dibawa ke Tanjungpinang dan
dimasukkan ke Penjara Kampung Jawa menjalani proses
pengadilan meliter Colonial Belanda, tawanan perang tersebut
harus menjalani 2,5 tahun hingga 5 tahun penjara kurungan
dengan penjara yang sama. Namun lain halnya dengan Yusuf
Kahar tokoh pejuang kita ini Beliau menghembuskan nafasnya
yang terakhir sebelum proses pengadilan dilakukan oleh
pengadilan meliter Colonial Belanda selesai. Kini tokoh

46

pejuang Almarhum Yusuf Kahar tercatat sebagai pahlawan
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, photo Almarhum
terpangpang di dinding Museum Linggam Cahaya di Daik Ibu
Kota Kabupaten Lingga sebagai kenangan. Penghormatan atas
perjuangan Almarhum Yusuf Kahar atas jasa jasanya
pemerintah daerah Tanjungpinang memberikan salah satu ruas
jalan di Kota Tanjungpinang dengan nama Jalan Yusuf Kahar
dan jalan Sunaryo, rekan Almarhum semasa perjuangannya.
Komandan pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sersan
Mayor Andris Kilak yang ditembak mati oleh tentara colonial
Belanda dimakamkan di Punuba, setelah beberapa tahun
kemerdekaan Republik Indonesia makam Komandan Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) itu dipindahkan Dabo Singkep
disemayamkan di pemakaman Pahlawan Dabo Singkep.
Generasi muda sekarang harus mengetahui betapa besar
perjuangan dan pengorbanan para tokoh tokoh perjuangan kita
ketika itu, untuk mendapatkan kemerdekaan Beliau bukan saja
mengorbankan harta benda, meninggal anak isteri dan sanak
keluarga mereka, akan tetapi nyawa yang Beliau korban.
Generasi kita sekarang ini hanya tinggal menikmati dari buah
hasil perjuangan para tokoh yang telah mendahului kita semua.

47

PENUBA SETELAH TERJADINYA
KONFRONTASI DENGAN MALAYSIA,

SINGAPURA

Pulau Selayar Penuba setelah konfrontasi tahun 1963
kehidupan masyarakat di pulau selayar sangat sulit
terhentinya hubungan dagang dengan Singapura via
Tanjungpinang, Penuba ekonomi menjadi lemah, barang barang
yang dihasil melalui Pulau Selayar dan sekitarnya menjadi
terhenti. Penghasilan dari hasil laut, kopra, cengkeh, karet
menjadi sulit pemasarannya. Semua barang kebutuhan beras,
gula dan lainnya didatangkan dari seberang sumatera melalaui
pedagang pedagang yang mengguna perahu layar, ketika zaman
itu, masyarakat Pulau Selayar pasar di Penuba sepi. Aktivitas
bongkar muat di pelabuhan sepi. Ada uang untuk membeli
barang seperti pakaian dan keperluan lain sangatlah susah.
Barang-barang makanan sehari hari beras, gula makanan pokok
sulit didapatkan. Ketika itulah pemerintah membantu
masyarakat diberlakukan kupon beras bulgur seperti beras
merah, satu keluarga mendapat jatah 3-5 kg beras bulgur dijual
dengan harga yang telah disubsidi dari pemerintah. Untuk
memenuhi kebutuhan makan pokok hari hari masyarakat Pulau
Selayar makan sagu karena sagu dapat kita beli, sagu Daik

49

Lingga cukup untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok
masyarakat Pulau Selayar. Sagu ini tidak hanya dari Daik
Lingga,dari seberang Sumatra juga ada yang pedagang yang
membawa dari Seretih, Manda, Kuala Gaung Indaragiri hilir
sumatera.

Pada saat masyarakat Pulau Selayar sulit memenuhi
kebutuhan pokok seperti gula pasir, masyarakat Selayar
menyadap gula kelapa, setiap pohon kelapa dipanjat tandan
kelapa yang baru menyusul itu disadap diambil sarinya untuk
dijadikan gula merah untuk minum kopi, the. Kopi atau teh
setelah dihirup baru gula dari sari kelapa tadi digigit terasa
manis minuman yang kita minum kopi, ataupun teh. Tidak heran
jika tamu yang datang bertandang ke rumah penduduk akan
disuguhi air kopi atau teh dan sepiring kecil gula merah atau
sering disebut masyarakat Pulau Selayar gula merah bentuknya
bulat warnanya kecoklat coklatan.

Perdagangan sebagai sentra ekonomi di Penuba ketika itu
menjedi lumpuh, pelabuhan menjadi sepi, kehidupan sehari hari
masyarakat sangatlah sulit ketika itu, timbul waktu itu
masyarakat untuk membeli barang keperluan alat alat rumah
tanggga, pakaian, makanan dan lainnya dengan cara semokel
membawa barang barang seperti kopra, karet, ikan teri, dari
pulau singkep timah dari hasil bekas bekas tambang yang
didulang masyarakat kemudian dijual kepada para semokel,
penyeludup dibawa ke singapura, pulangnya membawa barang
barang dagangan kebutuhan masyarakat, mata uang sebelum
konfrontasi sejak lama menggunakan uang dollar singapura

50

hampir seluruh kepulauan riau ketika itu menggunakan uang
dollar singapura, namun setelah konfrontasi mata uang dollor
singapura ditukar dengan uang KR uang (Kepulauan Riau) ini
terjadi pada tanggal 15 Oktober tahun 1963, khusus untuk
kepulauan riau uang kertas Bank Indonesia, adalah seri Presiden
Soekarno dengan tanda tahun 1960 pecahan KR. 5 rupiah,
KR.10 rupiah dan KR. 100 rupiah yang semuanya uang uang
itu ditanda tangani Soetikno Slamet bersama Indra Kasoema,
Ada bubuhan kata RIAU dan nomor seri dimulai dengan huruf
KR. Pemerintah pusat menerbitkan uang tersebut untuk
menekan dominasi dolar Singapura. Letak georafirs Kepulauan
Riau yang lebih dekat dengan Singapura dan Malaysia
dibandingkan dengan Jakarta sebagai ibu kota Negara Republik
Indonesia Uang KR ini cuma bertahan 8,5 bulan dengan
keputusan Presiden Nomor 3 tanggal 27 Juni 1964 uang KR
ditarik dari peredaran. Dan sejak 1 Juli 1964 diberlakukan
uang Rupiah yang berlaku seluruh Indonesia.

Tetap Ada yang Menggunakan uang Dollar Singapura
Meski sudah menggunakan mata uang sendiri, dan sempat

ada aturan bahwa mata uang asing harus diserahkan kepada
pemerintah, apabila melewati masa batas penukaran Namun
pada kenyataannya, saat itu jual beli di kalangan masyarakat
tidak sedikit orang yang masih menggunakan dollar Singapura.
Apa lagi khususnya dipulau pulau sekitar Lingga karena masih
sulitnya untuk mendapatkan bahan pokok dari dalam negeri
ada pedagang yang menjual barang barang seludupan yang

51

dibawa dari Siangapura transaksi pembayarannya dengan mata
uang dollar Singapura. Barang barang seludupan atau semokel
tidak dapat dilarang oleh pemerintah ketika itu, karena
kebutuhan masyarakat telah begitu lama terbiasa dengan
masukan barang kebutuhan di datangkan dari Siangapura, kalau
harus di datangkan dari Sumatera atau dari Jawa terlalu jauh
sekali saat itu armada laut yang digunakan sangatlah sederhana
dan terbatas penyeberangan sumatera ke kepulauan Riau masih
menggunakan perahu layar menyita waktu perjalanan yang
cukup lama untuk sampai ketujuan.

Tapi kalau menyeberang ke Siangapura para pedagang dapat
menggunakan sampan yang berukuran 5-8 meter dengan
muatan ratusan kilo geram, mereka bisa menyelusup ke pulau
pulau kecil yang hampir sampai ke Singapura terdiri dari pulau
pulau kecil yang berpenghuni maupun dapat dilalui, juga
menghindar dari para petugas keamanan laut, namun apabila
ditemui petugas dilihat dulu apa yang dibawa para penyeludup
kalau hanya membawa barang barang kebutuhan pokok,
mereka dilepas oleh petugas keamanan laut. karena putugas
keamanan laut memaklumi kondisi bahan pokok makanan saat
sulit ketika itu.

52

ZAMAN PEMERINTAHAN
ORDE LAMA

Penuba Pulau Selayar pasca dikuasai Colonial Belanda
tepatnya tanggal 17 Agustus 1948 Belanda meninggalkan
Pulau Selayar Penuba. Pemerintahan dibentuk oleh Pemerintah
Indonesia Penuba, duduk seorang Kepala Pemerintahan asisten
Widana yang dipimpin Bapak H. M. Nur Rauf kelahiran Teluk
Kuantan orang Melayu Daratan Sumatera ini, terjadi tahun
1956, sebagai Kepala Wilayah Kewedanaan Lingga. Sewaktu
itulah dibangun kantor pejabat pemerintah Kantor Ekspor
Imfor, (Kantor Perdagangan), Kantor Pabean (Syahbandar)
menggunakan kantor eks. Controleur Belanda, Kantor Bea dan
Cukai, Kantor Resort Kehutanan, rumah sakit dan pasilitas
pendukung lainnya. Ketika itu Penuba dijadikan Pusat
pemerintahan sebelum dipindahkan ke Dabo Singkep.

Penuba dan sekitarnya dipimpin seorang Bathin (sekarang
Kepala Desa), wilayah Pulau Selayar pemerintahannya terbagi
dua di sebelah Utara, Bathin Selayar pusat pemerintahannya
di kampung Tanjung Dua. Masyarakat Pulau Selayar kembali
bergairah melaksanakan aktivitas, tidak ada lagi diintimidasi
dari pihak penjajahan Belanda, dari sektor perdagangan kembali

53

lagi tumbuh dan berkembang. Hasil laut, kopra, karet, cengkeh,
kayu kayu, dan lainnya di jual melalui Penuba sebagai sentra
pendagangan antara pulau barang dengan pelabuhan yang
sangat strategis satu minggu sekali kapal kargo dari
Tanjungpinang membawa barang barang kebutuhan dida-
tangkan dari Singapura. Pulangnya membawa barang barang
dagangan untuk dijual ke Singapura. Semua dokumen manifes
dan lainnya kelengkapan dokumen di urus di Penuba karena
kantornya semua tersedia disana. Para pedagang di sekitar
Kewedanaan Lingga setiap hari menjual dagangannya kepada
toke toke besar yang ada di Penuba. Dulu di Penuba banyak
sekali orang Thionghua yang tinggal di Penuba. Pekerjaannya
semuanya pedagang, sudah turun temurun mereka tinggal di
sana membaur dengan masyarakat mayoritas suku Melayu.
Sebagai kepala suku etnisThionghua begelar Tolo. Tolo selain
dia peminpin etnis Thionghua dia juga seorang toke, usaha
pedagang yang di kenal di daerah dimana dia berdominsili.
Pada saat itu perekonomian masyarakat Pulau Selayar boleh
dibilang sejahtera. Barang keperluan selain dari kebutuhan
pokok makanan masyarakat belanja kebutuhan seperti perabot
rumah tangga dan lainnya boleh pesan melalai toke toke
tersebut, seperti almari, kursi dan lainya, nanti barang itu datang
dari singapura dibawa kapal dagang yang seminggu sekali dari
Singapura melalui Tanjungpinang, Punuba ketika itu pelabuhan
tidak sepi bongkar muat barang, kayu kayu yang akan dibawa
ke Sumatera dan daerah lainnya, juga dagangan lainnya keluar
masuk siang malam buruh pelabuhan tidak henti henti bekerja

54

bongkar muat, barang yang masuk dari Tanjungpinang
Singapura, Sumatera, dan pulau-pulau di sekitar kepualauan
Lingga yang menjual dan membeli barang barang untuk dibawa
ke tempat masing masing, saat itu Penuba sangat penting
memegang peran sentra ekonomi luar biasa sebagai pemasuk
barang kebutuhan, kapal dari tanjungpinang, tidak hanya
membawa kebutuhan saja, tapi juga membeli dan membawa
ke Siangapura buah buahan ketika musimnya musim durian,
cempedak, buah jengkol, petai dan lainnya, Masyarakat boleh
Tangsung menjual ke kapal kargo yang dari Tanjungpinang
tersebut di pelabuhan Penuba. Tahun berganti tahun aktivitas
perdagangan meningkat, pada tahun 1963 Presiden Soekarno
memproklamirkan Ganyang Malaysia, terjadilah konfrontasi
dengan negara Malaysia dan Singapura tahun 1964, pasukan
Indonesia menyerang wilayah di semenanjung Malaysia.
Dibentuklah Komando Siaga yang bertugas untuk meng-
koordinir kegiatan perang terhadap Malaysia, Singapura masih
bergabung dengan Federasi Malaysia ( Operasi Dwikora). Pada
kejadian konfrontasi tersebut Penuba dijadikan pusat pangkalan
TNI Angkatan Laut, kapal perang Angkatan Laut bersandar di
pelabuhan Penuba silih berganti datang dan pergi kapal perang
siap siaga menunggu komando atasan untuk siap tempur
diperbatasan. Negara dalam keadaan tidak aman tidak lupa
diikutsertakan juga masyarakat Pulau Selayar oleh pemerintah
menjaga stabilitas keamanan wilayah masing-masing, maka
pertama kali dibentuklah Operasi Keamanan Daerah (OKD)
beberapa tahun kemudian berubah menjadi Keamanan Rakyat

55

(KAMRA). Badan keamanan ini dibentuk adalah suatu
organisasi untuk mempertahankan suatu daerah bila diserang
orang asing. Warga masyarakat pemuda dikerahkan untuk
masuk KAMRA dilatih secara mIliter menggunakan senjata
laras panjang, sukarelawan sukarelawan siap tempur ramai yang
didatangkan dari Jawa ke Kepulauan Riau, Negara dalam
keadaan tidak aman, apa lagi pulau pulau yang dekat dengan
perbatasan Malaysia, Singapura. Masyarakat marasa tidak
aman, pasukan-pasukan sukarelawan inilah ditempatkan disitu.
Konfrontasi Indonesia berjalan hampir empat tahun sejak tahun
1962 sampai tahun 1966. Yang sangat berpenguruh kepada
sektor ekonomi terkhusus di Kepulauan Riau. Terjadinya
konfrontasi Indonesia Malaysia Singapura ini akibatnya adanya
gagasan pembentukan Negara Federasi Malaysia oleh Perdana
Menteri Tengku Abdul Rachman Putra Al Hajj yang kemudian
ditantang oleh Presiden RI Soekarno yang menganggap
pembentukan Negara Federasi sebagai “boneka Inggeris”
merupakan kolonialisme dan imperalisme dalam bentuk baru,
serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam
negeri dan pemberontakan di Indonesia. Pelanggaran perjanjian
internasional konsep THE MACAPAGAL PLAN antara lain
melalui perjanjian Persetujuan Manila mengenai dekolo-
nialisasi yang harus mengikut sertakan rakyat Serawak dan
Sabah. Pada tahun 1961, Kalimatan terbagi menjadi empat
admistrasi, Kalimantan bagian dari sebuah provinsi di
Indonesia, Inggeris mencoba menggabungkan koloninya di
Kalimantan dengan Federasi Malaya dan membentuk Federasi

56

Malaysia Rencana ini ditentang oleh Pemerintah Indonesia,
Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah
boneka Inggeris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan
menambah kekuasan Inggeris di kawasan ini, sehingga akan
mengancam kemerdekaan Indonesia Filipina juga membuat
klaim atas sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan
sejarah dengan Filipina melalui kesultanan Sulu. Filipina dan
Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan
Federasi Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak
dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum
yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September,
sebelum dari hasil pemilihan dilaporkan, Malaysia melihat
pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa
tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin
Indonesia melihat hal ini sebagai Persetujuan Manila dilanggar
dan sebagai bukti kolonialisme dan imperalisme Inggeris.
Tanggal 16 September 1963 Federasi Malaysia resmi terbentuk,
Brunei dan Singapura menolak bergabung.

57

PENUBA PULAU SELAYAR SETELAH
PEMERINTAHAN ORDE BARU

Penuba setalah pemerintahan Orde Baru Kepala Desa
dipimpin seorang anggota TNI Angkatan Laut H.
Soenarno (Alm), yang ditunjuk langsung ketika itu oleh
Pemerintah Kabupaten tingkat II Kepulauan Riau Bupatinya
Firman Edi, SH. Selama sepuluh tahun H. Soenarno (Alm)
menjalani jabatannya sebagai Kepala Desa Penuba melalui
sejak ditunjuk sebagai Kepala Desa Penuba, Beliau menjabat
Kepala Desa selama dua puluh dua tahun, sepuluh tahun jabatan
Kades ditunjuk langsung sisanya dua belas tahun dipilih
langsung dari masyarakat dari awal jabatan sebagai Kepala
Desa Soenarno perlahan lahan membenahi Desa yang selama
ini berjalan apa adanya terutama di infrastruktur sarana dan
prasarana yang masih sangat minim terutama pasilitas jalan
transportasi laut maupun darat masih sangat sederhana sekali,
jalan penghubung dari kampung ke kampung masih jalan lorong
kecil yang ditempuh dengan berjalan kaki dan bersepeda itupun
tidak banyak masyarakat menggunakan sepeda. Setiap warga
desa pergi dan pulang kepasar untuk belanja kebutuhan sehari
hari dangan berjalan kaki. Ada juga menggunakan jalan laut

59

menggunakan sampan kecil, kalau yang menggunakan boot
dengan mesin gantung Seageol mesin dengan bahan bakar
bensin, sewaktu itu belum ada mesin dalam ukuran besar seperti
sekarang ini pompong. Kepala Desa memulai melakukan
pembenahan jalan dan jambatan dengan cara bergotong royong
setiap wilayah Rukun Kampung mengerjakan kawasannya
dengan berbatasan dengan (Rukun Kampung) RK yang
bersebelahan dan seterusnya. Masing-masing RK menjaga
kawasannya masing masing apabila sudah semak mereka
mengadakan gotong royong sehingga jalan dari kampung ke
kampung kelihatan bersih dan rapi dapat dilalui warga dengan
aman.

Pulau Selayar di bagian Utara Desa Selayar di kepalai sudah
beberapa Kepala Desa, sebelum Kepala Desa dulunya disebut
kepala kampeong. Orang yang pertama kali menjadi Kepala
Kampoeng berasal dari Kampung Selayar namanya Atim,
sesudah beberapa tahun kemudian diganti dengan Harun bin
Tunak, setelah itu berganti nama menjadi Penghulu Kampoeng,
dijabat oleh Harun sekian lama setelah Orde Baru berganti
dengan Kapala desa (Kades) Kades mulai sistem pemilihan
Kades dipilih oleh warga masyarakatnya, Kades terpilih Ishak
setelah beberapa priode memimpin habis masa priodenya,
terpilih Mawardi, yang terakhir sekarang ini Nazarudin Kades
Terpilih untuk priode kedua kalinya.

60

Gambar 7

Omar M. Noem Jumi’at Dahlan

Soenarno Mohd. Djally Dwi Abdi Safri

Rasa Kebersamaan Bergotong Royong
Warga masyarakat Pulau Selayar melakukan dengan cara

bergtong-royong bersama warganya meperbaiki jalan,
jambatan, parit parit. Rasa kebersamaan orang orang Desa
Penuba dan Desa Selayar pada zaman itu sangat tinggi tidak
terkecuali orang orang asli desa itu, suku, etnis, agama tidak
ada perbedaan mereka semua bekerja sama membaur untuk
membangun kampung. Mereka saling menghormati satu sama
lain dalam hal apapun, kearifan lokal tetap dijadikan acuan
sudah semuanya terbiasa bersama sama menjaga dan
melaksanakannya tradisi tradisi yang sudah ada di Pulau

61

Selayar. Hal hal yang seperti ini pada saat sekarang ini pada
zaman globalisasi sedikit demi sedikit mulai tergross digilas
arus modernisasi melalui pekembangan teknologi informatika
digital yang semakin hari semakin canggih yang dapat mereka
akses setiap saat, terutama anak anak muda yang sudah
mengenal teknogi informasi dunia maya yang semakin hari
semakin mempengaruhi kehidupan Desa di mana tempat
mereka berdomisili. Oleh kebijakan pemerintah daerah
sekarang ini mulai diangkat kembali adat istiadat yang
didominasi orang orang Melayu mulai diketengahkan untuk
dilestarikan sebagai adat budaya negeri tanah Melayu, melalui
Lembaga Adat melayu Kepulauan Riau sudah mulai
dikembangkan dan di lestarikan keasliannya. Pulau Selayar
mayoritas suku aslinya suku Melayu beragama Islam.
Perkembangan Penuba pada masa Orde Baru, banyak
perobahan dengan seorang Kepala Desa Soenarno (Alm).
Beliau tidak hanya melaksanakan upaya upaya pembangunan
dalam bentuk fisik saja, namun juga menata perekonomian.
Beliau selalu meyampaikan ke tingkat Kabupaten Kepulauan
Riau untuk dibantu dari semua aspek pembangunan yang ada
di desa yang Beliau pimpin. ketika itu Desa Penuba dan Desa
Selayar diwilayah kekuasaan Kecamatan Lingga berpusat di
Daik Lingga, sedangkan pusat pemerintahan Kabupaten
Kepulauan Riau di Tanjungpinang. Salah satu wadah ekonomi
yang didirikan Kepala Desa Penuba Soenarno (Alm) ialah
Koperasi Usaha Desa (KUD), wadah koperasi ini berperan
ketika itu menampung hasil laut tangkapan nelayan, ikan,

62

udang, cumi cumi, kepiting dan lainnya. Setalah ditampung di
sotir kualitasnya, kemudian dilengkapi dengan dokumen di
ekspor ke Singapura melalui pelabuhan Penuba. Selain
membantu para nelayan memudahkan untuk menjual hasil
tangkapannya, juga masyarakat dapat ditampung bekerja
mengupas kulit udang yang kualitas ekspor, menyortir jenis
ikan, kepiting, cumi cumi untuk dikemas pengepakannya
melalui buruh bongkar muat ke kapal dan kemudian di ekspor
ke Siangapura. Pulangnya membawa barang barang untuk
dijual ke masyarakat. Kelihatan ekonomi bergairah kembali,
masyarakat dapat bekerja, selain itu koperasi KUD yang
mendapat keuntungan dari hasil usaha tersebut setiap tahunnya
diadakan rapat anggota melapor dari hasil usaha tahun berjalan,
keuntungan KUD beberapa persen sesuai dengan aturan
koperasi dibagi kepada anggota yang aktif sebagai anggota
koperasi KUD. Kegitan usaha koperasi ini cukup lama berjalan.
Perputaran ekonomi di Desa Penuba sangat berkembang,
banyak para pendatang yang datang numpang bekerja di sana.
Sejak itu Desa Penuba mulai dikenal sebagai desa pengekspor
ikan di kawasan eks. Kewedanaan Lingga. Namun setelah
regulasi pemerintah melarang nelayan menggunakan tangkapan
menggunakan pukat harimau, sering disebut dengan pukat troll,
usaha nelayan pukat troll lama kelamaan hilang tidak bisa
dilanjutkan lagi karena permintah sudah mengeluarkan larangan
keras, bagi nelayan ditemukan beroperasi dengan pukat harimau
ditangkap oleh keamanan laut, usaha koperasi KUD yang
kertekaitan dengan ekspor hasil laut mulai melesu. Nelayan

63

nelayan tradisional Pulau Selayar melaut dengan menggunakan
sampan dan boot berukuran kecil. Pompong menggunakan
mesin dalam memancing, dan menjaring ikan, membuat
tangkapan ikan menggunakan bubu yang terbuat dari kawat
gulungan, menangkap kepiting dengan alat jerat sederhana
dengan diberi nama pinto. Ada juga warga yang bermalam atau
berkelam ke pulau pulau jauh dari Pulau Selayar di mana tempat
mereka dapat menangkap ikan. Hasil laut dari nelayan tersubut
dijual ke para pedagang kemudian dijual sebagian ke
Tanjungpinang dan Batam. Ada juga warga Pulau Selayar yang
mengungsi pindah ke Pulau Batu Belobang ramai di sana, para
nelayan hampir 80% dihuni warga masyarakat yang berasal
dari Pulau Selayar mereka setiap harinya bekerja melaut. Warga
asal dari Pulau Selayar ada yang telah puluhan tahun menetap
di sana, telah berumah tangga di sana, sekarang pulau Batu
Berlobang telah begitu padat dengan rumah rumah warga.
Masyarkat sudah menetap di sana dari hasil mereka melaut
warga yang sekarang bisa hidup layak sudah banyak putra, putri
dari pulau itu melahirkan para sarjana.

Sekarang Batu berlobang sudah desa sendiri hasil pemekaran
dari desa Cempa Desa Batu Belobang dari bagian Kecamatan
Senayang, sekarang setelah pemekaran kecamatan baru
pemekaran tahun 2017 Desa Batu Berlobang termasuk wilayah
Kecamatan Bakung Serumpun dengan pusat Pemerintahannya
di Desa Rejai.

Begitulah warga Pulau Selayar mengalami pasang surut
perekonomiannya dari zaman ke zaman dari zaman kejayaan

64

sampai kepada zaman serba sulit. Bagitulah warga Pulau selayar
sudah sangat seringmengalami probahan demi probahan yang
sering dihadapi. Ttak heran kalau warga Pulau Selayar selalu
berfikir kritis, karena sudah banyak mengalami berbagai
tantangan dan pengalaman pada zamannya itu. Putra Pulau
Selayar telah pernah mengukir sejarah yang pertama kali
menjadi seorang anggata DPRD Tingkat II Kepulauan Riau
Addul Rachman Ma’zam (Alm), kelahiran kampung Pangkal
Danam Desa Penuba almarhum Abdul Rachman Makzam
Anggata DPRD tingkat II Kepulauan Riau dari Partai Golongan
Karya (Golkar) terkenal dengan pikiran pikiran kritis dan vokal
menyuarakan aspirasi rakyat Kepulauan Riau. Dibagian
kawasan wilayah Desa Penuba ada sebuah Pulau Lipan yang
dihuni warga asli suku laut, Mereka hidup sebagai nelayan
setelah pemerintahan Orde Baru, mereka mendapat perhatian
dari pemerintah, kehidupan sosial, agama, ekonomi, dan
pendidikan mendapat pembinaan, dan pembangunan tempat
tinggal mereka dibantu pemerintah secara khusus. Di Pulau
Lipan sejak pemerintahan orde baru sudah dibangun perumahan
warga asli suku laut, Surau tempat ibadah, sekolah dasar, anak
anak suku asli semuanya bersekolah yang dibangun di Pulau
tempat mereka tinggal tersebut. Sebelumnya anak-anak suku
asli yang bersekolah menyeberang ke Penuba sekolah di sana,
namun juga tidak banyak anak-anak suku asli tersebut
mengecap pendidkan karena harus menyeberang laut. Untuk
memberi motivasi supaya anak anak mereka tumbuh minat
bersekolah, oleh pemerintah dibangun sekolah dasar di pulau

65

tempat mereka tinggal.
Suku asli yang beragama Islam secara terus dilakukan

pembinaan oleh para da’i yang ditugaskan pemerintah, untuk
membimbing dan mengajarkan tentang ajaran Islam, sekarang
warga suku asli tersebut telah membaur bergaul dengan warga
masyarakat lainnya. Akhir akhir ini ramai para peneliti ilmiah
menulis tentang kehidupan suku asli, suku laut di Pulau Lipan.

66

PERKEMBANGAN SETELAH
PEMERINTAHAN ERA REFORMASI

Pada era reformasi pada tahun 1998 perkembangan di
semua aspek kehidupan masyarakat di Pulau Selayar
belum mengalami perkembangan yang signafikan, berjalan
seperti biasa biasa saja. Setelah pemerintah pusat membuka
kran pemekaran daerah masyarakat eks. Kewedanaan ter-
inspirasi untuk memekarkan kawasan eks. Kewedaan Lingga
untuk menjadi sebuah kabupaten. Ketika itu wilayah eks.
Kewedanaan terdiri dari tiga kecamatan, Kecamatan Singkep,
Kecamatan Lingga, dan Kecamatan Senayang, ketika lahirnya
Undang Undang Otonomi Nomor : 22 Tahun 1999, Forum
Komunikasi Masyarakat Singkep (FKMS) yang di ketuai oleh
H.M. Saleh Hasan dengan pengurus pengurus yang lain Rudi
Purwonugroho, SH, Bachtiar Badri, dan tokoh tokoh muda
lainnya menyelenggarakan Sosialisasi Undang Undang
Otonomi Daerah No. 22 Tahun 1999, dengan mengundang
masyarakat kecamatan Lingga, kecamatan Senayang, acara
tersebuat terselenggara pada tahun 1999 di Gedung Nasional
di Dabo Singkep, nara sumber dari Kabupaten Kepulauan Riau
yang menyampaikan pemaparan tentang memekarkan satu,

67

wilayah untuk dimekarkan dan pemerintah pusat memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada daerah untuk memekarkan
wilayahnya dengan memenuhi persyaratan. Setelah acara
tersebut selesai, oleh Panitia Penyelenggra Sosialisasi UU
Otonomi Daerah tersebut, para per-serta utusan dari Lingga,
utusan dari Senayang setelah ba’da isyak’ dikumpulkan di
penginapan Gapura Dabo Singkep. Pada pertemuan tersebut
Panitia Sosialisasi UU Otonomi Daerah menyampaikan ide ide,
pemikiran kalau kita juga bisa memekarkan wilayah eks
kewedanaan Lingga menjadikan sebuah kabupaten. Hal ini
disampaikan Ketua Panitia Sosialisasi UU Otonomi Daerah
no. 22 Tahun 1999, pembicaraan itu direspon perserta dari
Kecamatan Lingga, Kecamatan Senayang maupun pesrta dari
Kecamatan Singkep yang hadir pada malam itu.

Lalu dianjurkan supaya semua dari wilayah kecamatan
membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Daik Lingga.
Forum Komunikasi Masyarakat Senayang dan Forum
Masyarakat Dabo Singkep yang memang sudah lama di era
Orde Baru sudah terbentuk, dibentuknya Forum untuk
memudahkan menyalurkan aspirasi masyarakat setiap
kecamatan untuk menyampaikan keinginan memekar wilayah
eks. Kewedanaan Lingga untuk dimekarkan.menjadi sebuah
kabupaten, dengan beberapa pemikiran wilayah eks.
Kewedanan Lingga yang cukup jauh ke-Selatan rentang kendali
dari pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Riau di
Tanjungpinang, sehingga untuk perkembangan pembangunan
dan pelayanan ke masyarakat tidak optimal.

68

Aspirasi masyarakat eks. Kewedanaan Lingga mulai
mencuat. Sinyal keinginan masyarakat eks. Kewedanaan
Lingga ini mendapat respon dari warga eks. Kewedanaan
Lingga yang berada di perantauan, di Tanjungpinang, Batam,
Tanjung Balai Karimun, Pekanbaru, Bandung, Jakarta dan kota
kota lain yang ada warga eks. Kewedanaan Lingga, semuanya
ikut merespon dan mendukung sepenuhnya eks. Kewedanaan
Lingga dijadikan sebuah kabupaten. Maka, terbentuk sebuah
wadah perjuangan masyarakat eks. Kewedanaan Lingga Badan
Pelaksana Pembentukan Kabubaten Lingga (BPPKL),
kemudian berobah menjadi Badan Pekerja Pembentukan
Kabupaten Lingga (BP2KL) di ketuai Rida Kaliamsi Setalah
melalui perjuangan panjang dengan melalui berbagai delematis,
hambatan dan rintangan, melalaui MUBES Masyarakat eks.
Kewedaan Lingga masyarakat eks. Kewedanaan Lingga yang
ada di Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, Kecamatan
Senayang dan masyarakat eks. Kewedanaan Lingga yang
berada diperantauan, MUBES di selenggarakan di Dabo
Singkep, 2 Juli 2001. Melalui proses panjang dengan melalui
pendekatan dan melengkapi persyaratan sesuai dengan
ketentuan UU Nomor : 22 Tahun 1999 untuk memekarkan
sebuah kabupaten baru. Perjuangan dengan bermacam macam
kendala dan akhirnya membuahkan hasil. Atas nama Presiden
Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri dan Menteri
Dalam Negeri RI mengesahkan UU No. 31 Tahun 2003
terbentuknya Kabupaten Lingga, sebagai pemekaran dari
Kabupaten Kepulauan Riau, bersamaan dengan 24 kabupaten

69

baru yang berada di 13 Provinsi yang ada di seluruh Indonesia.
Tanggal 7 Januari 2004 atas nama Presiden Republik

Indonesia, Menteri Dalam Negeri meresmikan Kabupaten
Lingga bersamaan dengan 24 (dua puluh empat) Kabupaten
yang berada di 13 (tiga belas) provinsi di Indonesia menjadi
kabupaten baru, upacara peresmiannya diselenggarakan di
Plaza kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri Jalan Merdeka
Utara No. 7 Jakarta Pusat.

Dengan telah terbentuknya dan disahkan pemerintah pusat
berdirinya Kabupaten Lingga yang memang sangat diharapkan
masyarakat. dipemerintahan era Reformisi tersebut pemerintah
pusat memberi peluang seluas-luasnya, daerah daerah untuk
memekarkan wilayahnya asalkan memenuhi ketentuan yang
telah diatur oleh Undang Undang otonomi daerah. Pulau
Selayar tidak ketinggalan, masyarakat Pulau Selayar bersepakat
menyampaikan aspirasinya untuk dimekarkan, tokoh
masyarakat, tokoh pemuda, dan berbagai elemen masyarakat
yang berdemosili di Pulau Selayar mengajukan ke Kabupaten
Lingga untuk dimekarkan, setelah melalui perjuangan
masyarakat dalam proses, pembentukan Kecamatan Selayar
mulai disahkan di DPRD Kabupaten Lingga, sempat juga
terkendala karena masalah nama kecamatan masyarakat
mengusulkan nama Kecamatan Selayar, ada juga yang
mengusulkan nama kecamatan Lingga Barat, untuk semua itu
dilalui dengan musyawarah dan kesepakatan akhirnya
disesuaikan dengan usulan awal masyarakat Pulau Selayar,
dengan nama Kecamatan Selayar. Ketika itu Pulau Selayar

70

hanya ada dua Desa, Desa Penuba, Desa Selayar kemudiah
setelah kecamatan Selayar terbentuk tahun 2013, kemudian
dimekarkan Desa Pantai Harapan, dan Desa Penuba timur. Ini
terjadi pada tahun 2014, tahun telah berjalannya pemerintahan
kecamatan. Dengan satu kecamatan empat Desa pembangunan
imfrastruktur berkembang melalui kucuran dana desa regulasi
pemerintah pusat tentang pemerintahan desa, dana desa No. 6
Tahun 2014 di era presiden Soesilo Bambang Yodoyono (SBY)
dan sekarang dilanjutkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)
pembangunan di setiap desa dapat melakukan pembangunan
tidak hanya di infrastruktur tapi, ekonomi, social, budaya,
agama, pendidikan dapat dilaksanakan dengan kebijakan
pemerintahan Desa, sumber daya alam, sumber daya manusia
dan potensi lainnya yang dimiliki desa juga dapat dijadi
objektivitas, dan dikembangkan seca-ra profesional. Desa
diharapkan dapat mandiri, masyarakatnya sejahtera.
Pemerintahan Desa secara otonom berkesempatan untuk
mengembangkan dari semua aspek yang dimiliki di wilayah
kekukuasaannya. Hanya saja, bagaimana seorang Kepala Desa
bekerja sama dengan dengan perangkat dan masyarakatnya,
dapat bekerja sama memajukan tumbuh dan berkembang dari
semua aspek kehidupan. Kalau sebelumnya pembangunan
infrastuktur desa berharap kepemerintahan kabupaten melalui
Dinas Pekerjaan Umum, namun sekarang Desa telah dapat
kucuran dana langsung dari Pemerintah Pusat untuk
membangun desa desanya sendiri sendiri. Hal ini ditutut
komitmen Pemerintah Desa beserta perangkatnya untuk

71

membangun desa yang dipimpinnya. Sudah kita lihat dan kita
dengar kejadian ada kepala desa menyelewengkan dana desa
mereka akan berusan dengan pihak penegak hukum. Di era
refomasi ini banyak sekali masyarakat kita dapat menyam-
paikan aspirasi ke pihak Pemerintah Desa, kecamatan, dalam
setahun sekali melaksanakan Musyuwarah Pembangunan Desa,
(Musrendes) Musyawarah Pembangunan Kecamatan
(Musrenkec) dilanjutkan Musyawarah Pembangunan Kabu-
paten, Musyawarah Pembangunan Provinsi, dan Musyawarah
Pembangunan Nasional. Ada lagi yang namanya Reses dari
Anggota DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi, DPD dan DPR
RI, pusat. Meraka turun ke masyarakat menjaring aspirasi
masyarakat, apa apa yang menjadi permasalahan masyarakat
di wilayah masing masing daerah pemilihannya.

Dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat para anggota
DPRD, daerah maupun DPR. RI pusat semua aspirasi yang
disampaikan di derah disampaikan dalam sidang sidang di
lembaga lembaganya masing masing. Hanya saja aspirasi

dari daerah daerah tersubut apa yang diinginkan masyarakat
yang ada di daerah ada yang terealisasi dan ada juga yang tidak
terpenuhi, karena begitu banyak persoalan daerah dengan
begitu luasnya daerah yang terpisah pisah sehingga tidak
sekaligus terkoormodir seluruhnya aspirasi masyarakat,
terkecuali yang bergitu urgen mendesak yang prioritas dan
disegerakan. Seperti bencana alam yang tidak dapat
diprediksikan sebelumnya.

72

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI
PENUBA DARI ORDE LAMA, ORDE

BARU, SAMPAI KEPADA ERA
REFORMASI

Sejak mulai merdeka, terlepas dari jajahan Colonial
Belanda, Pemerintah Indonesia memulai mendirikan
sekolah sekolah karena amat pentingnya pendidikan, negara
ini akan makmur dan sejahtera kalau sumberdaya manusianya
telah banyak yang berpendidikan. Pada tahun 1948 pertama
kali di Pulau Selayar telah dijadikan pendidikan dasar atau dulu
diberi nama Sekolah Rakyat No. 009 kemudian tahun 1963
berubah menjadi Sekolah Dasar No. 02 Lingga, kemudian
berubah lagi menjadi Sekolah Dasar No. 01 Selayar di Penuba.
Anak anak yang usia sekolah di Pulau Selayar bersekolah di
Penuba, kemudian di Desa Selayar di Tanjung Dua mendirikan
sekolah pelajaran dasar, sekolah ini awalnya atas swadaya
masyarakat, karena anak anak yang mau sekolah harus
menempuh perjalanan sangat jauh ke Penuba, transportasi yang
digunakan ketika itu bersepeda atau berjalan kaki anak anak
usia sekolah dasar tentunya masih kecil-kecil. Oleh karena itu,
warga desa Selayar mendirikan sekolah dasar atas swadaya
masyarakat itu sendiri. Membereri kesempatan kepada orang
tua anak-anak desa Selayar untuk menyekolahkan anak

73

anaknya, walaupun sekolah itu didirikan dengan menggunakan
kayu kayu bulat, sangat sederhana sekali dan yang mengajarkan

juga warga masyarakat desa itu sendiri, guru guru yang
mengajar juga atas dasar keinginan untuk memberikan
pendidikan kepada anak-anak yang sudah usia sekolah. Sekolah
swadaya masyarakat Desa Selayar didirikan pada tahun 1962.
Guru guru yang mengajar putra putri desa itu. Nama nama guru
yang pernah mengajar, Mustafa, Muhammad Noer, Djohanis
dan Chaidir putra Sungai Buluh Singkep. Pada tahun 1974
didirikan pemerintah Sekolah Dasar Inpres.

Sesuai dengan himbauan pemerintah anak yang usia bisa
ke-sekolah harus bersekolah, kemudian ada pengajar
Pemberantasan Buta Huruf (PBH), Tenaga pengajarnya
berkeliling kampung dengan jadwal harinya mengajar Bapak
Bapak Ibu Ibu yang buta huruf. Program ini berhasil, banyak
sekali orang orang dewasa laki perempuan yang buta huruf
akhirnya dapat menulis dan membaca, Cekgu yang mengajar
PBH setiap hari berkeliling kampung menggunakan sepeda
onthel untuk mengajar siswa siswanya. Ada yang sudah usia
tua. Kurikulum yang diajarkan menulis, membaca, dan
berhitung. Salah satu Cekgu yang masih dapat di ingat penulis
ialah Cekgu Usman (Alm) Cekgu ini berposter tubuh kurus
tinggi dengan selalu berpakaian baju putih tangan panjang rapi
dan berkopiah hitam, bersepeda onthel kalau warga di Pulau
Selayar menyebutnya sepeda kelencong, orangnya ramah-
tamah mudah senyum. Sosok Cekgu Usman sebagai tenaga
pendidik PBH, tanpa mengenal lelah dikerjakannya dengan

74

tulus ikhlas tanpa mengharapkan gaji dan fasilitas cukup,
penampilan sangat sederhana dan bersahaja, Cekgu Usman
berdomisili di kampung Pakal Danam Desa Penuba.Cekgu
Usman jasa mu sangat besar bagi warga masyarakat Pulau
Selayar. Atas jasa jasa mu mencerdaskan bangsa yang sudah
tercermin semasa hayatmu, kita harapkan pada generasi
generasi penurus kita sekarang ini diharapkan ada Cekgu
Usman-Cekgu Usman lainnya, sebagai penurus pahlawan
pendidikan di Pulau Selayar ini. Kemudian Taman Kanak
Kanak (TK) swasta Harapan Bunda didirikan atas swadaya
masyarakat Penuba. Sekarang TK tersebut sudah di negerikan
Dinas Pendidikan Kabupaten Lingga.

Tahun 1998 Kepala Desa Penuba atas swadaya masyarakat
mendirikan SMP Swasta atas dasar pemikiran pendidikan
semakin dibutuhkan masyarakat untuk perkembangan masa
depan generasi generasi baru yang harus dibekali dengan
pendidikan. Pada tahun 1992 SMP tersebut dinegerikan menjadi
SMP Negeri 1 Selayar Penuba.

Perjalanan perkembangan pendidikan di Desa Penuba sangat
diminati putra putri Pulau Selayar tahun 2012 telah dibangun
SMA Negeri 1 di Penuba. Sekarang di Penuba telah lengkap
sekolah, sekolah mulai dari Pendidikan Usaha Dini (PAUD)
Taman Kanak Kanak (TK) Swasta kini sudah dinegerikan pada
tanggal 5 April 2016 menjadi Taman Kanak Kanak (TK)
Pembina Negeri Selayar. SD, SMP, dan SMA semuanya sudah
berdiri di Penuba Kecamatan Selayar. Dulu anak anak Pulau
Selayar yang ingin melanjutkan pendidikan di SMP dan SMA,

75

harus ke Dabo Singkep atau ke Daik Lingga, dan tidak banyak
dulunya orang tua yang berminat untuk melanjutkan pendidikan
anak anaknya keluar Pulau Selayar, setelah era orde baru sudah
mulai anak-anak dan orang tuanya berminat untuk melanjutkan
pendidikan anak anaknya ke janjang pendidikan yang lebih
tinggi. Sampai kepada era reformasi fasilatas pendidikan terus
meningkat mulai dari sarana dan prasarana sekolah terus
dilengkapi dan di sempurnakan sampai saat ini.

Gambar 8

Kalau semasih penulis sekolah dasar dulunya di Penuba pada
tahun 1963 dengan berjalan kaki dari kampung Teluk
Mengkerang ke Penuba jaraknya tempuh hampir belasan kilo
meter dilalui dengan berjalan kaki dan jalanpun hanya jalan
kecil untuk pejalan kaki, atau yang menggunakan kenderaan
76

sepeda saja. Tak heran dulunya anak anak yang tinggal jauh
dari sekolah di kampung lain yang perjalanannya jauh ada di
antaranya anak anak tidak dapat menyelesaikan pendidikannya
enam tahun. Ketika itu anak anak yang berminat untuk
bersekolah sedikit sekali, apalagi kurangnya kesadaran orang
tua untuk menyekolahkan anak anaknya. Namun dari tahun ke
tahun waktu berjalan probahan demi prubahan terus berjalan.
Sarana informasi media telivisi terus menyadarkan masyarakat
begitu pentingnya pendidikan dimulai dari usia dini. Dengan
pesatnya pembangunan setelah pemekaran Kabupaten Lingga
infrastruktur jalan, pelabuhan, rumah sakit, kantor pelayanan
masyarakat, mulai dibangun terus mengikuti perkembangan
di era reformasi berjalan sesuai dengan otonomi daerah.
Pemerintah pusat memberikan kesempatan kepada daerah
daerah untuk mengurus daerahnya masing masing berlomba-
lomba untuk melakukan prubahan di semua aspek kehidupan,
tidak ketinggalan juga masyarakat Pulau Selayar. Sekarang
minat anak anak untuk bersekolah semakin bersemangat, dan
para orang tuanya pun semakin giat mendorong anak anaknya
bersekolah. Pemandangan sehari hari setiap pagi anak anak
berangkat ke sekolah dengan menggunakan kenderaan roda
dua dan ada yang menggunakan mobil angkutan sekolah yang
bayar perbulanan. Anak anak yang bersekolah di SMP dan SMA
dari Desa Jagoh meyemberang laut menggunakan sarana motor
laut pompong yang pompong yang dulunya swadaya
masyarakat sekarang sudah dibantu pemerintah. Ada juga anak
anak yang bersekolah di Penuba yang sekarang sudah berhasil

77

bekerja sebagai PNS di berbagai dinas yang ada di Pemerintah
Kabupaten Lingga, sebagai pegawai Bank, dan banyak lagi
usaha usaha swasta lainnya. Dengan ada yang telah meraih
berbagai jabatan di pemerintahan maupun di swasta menambah
minat anak yang usia sekolah berminat untuk melanjutkan
pendidikanya ke jenjang yang lebih tinggi. Sekarang sudah
banyak anak anak di Pulau selayar melanjutkan studinya
diberbagai perguruan tinggi. Ada juga anak asli Pulau selayar
yang mencapai keserjanaan S 2, S 3, dan Lulusan pasentren di
berbagai displin ilmu yang mereka raih. Kita semua patut
bersyukur anak anak kita Pulau Selayar sudah bisa mengubah
masa depannya melalui pendidikan, karena pendidikan itu
amatlah penting untuk merobah masa depan daerah dan Negara
yang kita cintai ini. Kalau dulu anak anak suku asli tidak banyak
anak anak mereka yang bersekolah. Sekarang dengan adanya
SD Negeri di Pulau Lipan di mana tempat mereka bermukim
telah dibangun sekolah, temotivasi orang tua untuk menye-
kolahkan anak anak masuk sekolah, hampir setiap desa ada
pendidikan anak usia dini (PAUD).

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) berdiri swadaya
masyarakat, sarana sarana peribadatan, hampir setiap
pemukiman penduduk di kampung ada mussala, Surau dan
Mansjid, pengajian pengajian Ibu Ibu juga telah banyak
dibentuk para Ibu Ibu di setiap masjid dan Surau.Lembaga
lembaga telah banyak terbentuk di Kecamatan Selayar, ada
Lembaga Adat Melayu (LAM) kecamatan dan Desa, telah
terbentuk, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Selayar,

78

Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan Selayar,
dan berbagai lembaga lembaga yang lain dibentuk pemerintah
maupun masyrakat sudah berdiri di Kecamatan Selayar yang
kita semua mengapresiasi atas terbentuknya beberapa lembaga
yang bisa bersinergi bekerja sama dengan pemerintah
Kecamatan Selayar untuk kemajuan wialayah kecamatan
Selayar itu sendiri.

79

PERKEMBANGAN SENI BUDAYA,
SOSIAL POLITIK

Pegiat seni budaya boleh dibilang gudangnya banyak sekali.
Para pelaku seni yang berbakat, hanya belum ada sentuhan
secara serius untuk membantu mereka melalukan pembinaan
dan memfasilitasi sarana yang memadai, untuk pelaku seni
dapat mengembangkan bakatnya masing masing. Ini yang perlu
perhatian dari pihak pihak yang berko mpeten mengangkat
semua potensi pelaku atau pekerja seni dan budaya yang ada
di Kecamatan Selayar tersebut. Pelaku atau penggiat seni yang
ada di kecamatan Selayar sekarang ini sangatlah terbatas untuk
melakukan peningkatan kemampuannya secara pinansial,
tentunya mereka perlukan uluran tangan para pemodal yang
serius untuk mengangkat para bakat bakat seni, seperti batang
terendam tidak ada yang memperdulikannya. Telah beberapa
lagu yang dikarang oleh seniman kita, putra Pulau Selayar lagu
Pahlawan Dilak, arensemen dan lirik lagu lagu pop dan lagu
lagu Melayu dikarang oleh putra putra Pulau Selayar yang
cukup bagus. Hanya belum ada yang dimasukkan ke dapur
rekaman yang bisa beredar di tanah air kita tercinta ini. Seniman
seniman berbakat pengarang lagu lagu, seperti Said Husnan,

81

Chaidir dan Said Abdullah, banyak lagi putra putri kita punya
bakat yang belum terangkat secara maksimal karena mungkin
tidak didukung dengan fasilitas yang belum memadai. Banyak
sekali bakat bakat putra putri kita Pulau Selayar yang
mempunyai bakat seni dari berbagai bidang seni. Di Desa
Penuba sekarang sudah punya Sanggar Rapang Kencane, disini
berkumpul para penggiat seni tarian, teater, nyanyian, dan
musik dan lain lain. Di Desa Penuba ada para seni lukis otodidak
yang cukup baik coretan penanya sebagai pelukis kontemporer
seperti Ahmad Baharudin. AS, Jaya Kesuma. AS saudara
saudara kita ini merupakan orang yang tanpa bantuan guru,
para seniman Pulau Selayar bisa mendapatkan banyak
pengetahuan dasar empiris yang dasar dalam bidang tertentu
mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dengan belajar
sendiri atau otodidak. Dulunya di Pulau Selayar ini terutama
di Desa Selayar terkenal dengan seni membaca Maulid,
berzanji, ketika itu orang tua, anak anak muda pandai maulud,
pada acara acara tertentu seperti acara nikah kawin, pesta
perkawinan, memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad
SWA. acara potong rambut anak yang baru lahir, acara sunatan.
Ada juga kalau keluarga berkaol atau berniat ketika mendapat
sesuatu yang dicita citanya terkabulkan mereka berniat akan
mengadakan Maulid atau berzanji. di zaman modernisasi
sekarang ini sangatlah jarang orang orang melaksanakan acara
Maulid, walaupun pada acara Maulud Nabi Muhammad SAW.
Yang dulunya sering diadakan acara Maulid tepat pada hari
bulan 12 Rabiul Awal, acara membaca sya’ir Maulid sekarang

82

hampir semua kampung tidak ada lagi yang mengadakannya.
Sebenarnya acara tradisi yang seperti ini perlu dilestarikan

jangan sampai punah begitu saja. Apabila generasi generasi
penurus tidak berminat lagi mempelajarinya sehingga tradisi
tersebut hanya tinggal kenangan saja. Itupun kalau masih ada
yang orang tua tua dapat menceritakannya, kalau tidak, dia
akan tenggelam ditelan masa. Banyak sekali tradisi seni budaya
Melayu Pulau Selayar mulai tergros hilang ditelan bumi Bunda
Tanah Melayu ini.

Acara memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad
SAW. Sampai hari hitungannya tetaplah diadakan hanya saja
dengan membaca Berzanji saja, memang ada perbedaan yang
signafikan antara Membaca syai’r Maulid, membaca sya’ir
Maulid setelah rombongan Maulid datang berkumpul para
penyair penya’ir sudah siap kalau dimulai jam delapan pagi
akan selesai jam empat petang, kurang lebih delapan jam secara
kontinyu terus menerus, beberapa kali saja istrihat makan dan
minum dan pada waktu masuk waktu shalat saja istrahat,
sesudah itu dilanjutkan kembali. Kalau acara itu dilaksanakan
dengan berzanji itu hanya menghabiskan waktu paling lambat
satu jam sudah selesai.

Biasanya kalau acara membaca Maulid atau berzanji di acara
penikahan yang punya hajat menyertakan dengan acara khatam
Al-Qur’an mempelai laki maupun perempuan, atau sanak
keluarganya yang sudah menamatkan belajar membaca Al-
Qur’an yang juga dilaksanakan setelah acara Maulid ataupun
berzanji yang khatam Al-Qur’an di depan majelis Maulid

83

ataupun Berzanji dipandu khalifah yang ditunjuk menjadi
pemimpin Maulid atau berzanji. Kemudian Guru Angji ataupun
Pak Imam yang dikenal di kampung itu akan turut memandu,
dan menyimak bacaan peserta yang khatam Al-Qur’an itu.
Setalah selasai membaca ayat ayat Al-Qur’an pada Jus Amma
selesai dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan ditutup dengan
do’a kepada Allah SWT. Memohon keberkahan dari Zat Yang
Maha Kuasa. Acara usailah sudah para peserta Maulid, ataupun
berzanji mendapat berkat dari Tuan rumah yang berhajat
sebagai tanda terima kasihnya.

Setelah acara semua selesai biasanya juga pasangan
pengantin yang telah selesai dinikahi Tuan Imam, kedua
mempelai yang sudah khatam disandingkan dengan para peserta
khatam Al-Qur’an yang lain untuk dilanjutkan dengan acara
tepuk tepung tawar, yang di pandu Mak Inang pengantin, tepuk
tepung tawar dilaksana oleh pemuka adat, pemuka agama dan
pemimpin masyarakat di kampung itu, dari satu ke satu orang
penepuk tepung tawar diselingi dengan penari inai secara
begantian dengan gerakan estetis memiliki arti keindahan,
kemudian ditutup oleh pemuka agama dengan membacakan
do’a.Seni budaya lainnya cukup banyak ketika zaman itu yang
diprakarsai masyarkat kampung Pulau Selayar. Berbagai seni
tradisi budaya, seperti silat pengantin, diiringi gendang panjang
pengantin mengiringi pengantin mempelai laki laki menuju ke
rumah mempelai pengantin perempuan disambut dengan silat
pengantin juga disambut Mak Inang dengan beras kunyit yang
telah dicampur dengan uang celengan dilemparkan kepada

84

rombongan mempelai pengantin lelaki yang baru datang diiringi
dengan pantun-pantun, sya’ir sya’ir, gurindam gurindam yang
bernuansa nasihat nasihat hidup berumah tangga kepada dua
mempelai.

Orkes dan tarian Gambus, tarian orkes gambus ini adalah
kesenian Timur Tengah Arab. Namun kesinian ini sudah
membudaya di Pulau Selayar ketika itu, Pemuda-pemudi
berpasangan menari tarian gambus. Alat alat yang digunakan
ketika zaman itu sangat sederhana Gambus, gendang, atau
disebut dengan meruwas dimainkan oleh tangan tangan
terampil mementing gambus, dan memukul beruwas, dengan
rentak alunan orkes gambus dan tarian sangat mempersona.
Kesenian semacam ini sudah hampir punah tidak ada lagi. Pada
saat ini hampir tidak kita temukan lagi karena tidak ada yang
akan meneruskan kembali. Dari tahun enam puluhan Pulau
Selayar berjamuran penggiat penggiat seni bermacam macam
wadah kesenian mereka bentuk, pentas drama bangsawan atau
disebut sandiwara bangsawan yang temanya kisah kisah
kasatria kerajaan Melayu dengan cerita-cerita raja-raja Melayu
dengan kebaikan dan juga kezalimannya, di beberapa kampung
para pemuda mendirikan pentas sandiwara, bangsawan seperti
di desa Penuba, kampung Pangkal Danam, kampung Menserai
dan Tanjung Dua Desa Selayar, pemuda pemudi yang berbakat
senang dengan kesenian sejenis teater ini mereka bergabung
mementas drama yang telah disusun begitu rupa skrenio oleh
pelatih, kesenian kesenian di kampung kampung diadakan
seminggu sekali mereka mementaskan sandiwara bangsawan

85

ini setiap malam minggu. Penerangan ketika itu tidak ada listrik
mereka menggunakan lampu pitromac, atau dikampung disebut
lampu strongkeng, luarbiasa kreatif dan inovatif mereka
membuat pentas dan menyediakan peralatan seadanya. Saat
itu menjadi idola masyarakat kampung. Dulunya bukan seperti
sekarang ada televisi dan tontonan lainnya di kampung, ketika
itu sarana komunikasi dan hiburan hanya ada radio, itupun
bukan semuanya rumah memilikinya, namun mereka boleh
datang kepada tetangga-tetangga yang memiliki radio boleh
mendengar cerita syair bangsawan diangkasa dan siaran berita
berita hiburan nyanyian lainnya, pemancarnya dapat ditangkap
lewat radio Singapura, Malaysia dan siaran RRI Jakarta. Selain
hiburan seperti itu ada juga joget dangkong, ada penarinya
penonton boleh menari dengan membayar tiket. Pengebeng
tiket menari sudah ditentukan per orang, per lagu, joget yang
menari lima orang sampai tujuh orang menari berpasangan lagu
boleh diminta para penari terserah lagu yang disenangi mereka.
Joget-joget didatangkan dari luar, mereka datang dibayar siapa
yang memesannya, selain acara hiburan masyarakat umum ada
juga diminta datang pada acara pesta perkawinan, perayaan
tujuh belas Agustus meraka didanai panitia HUT kemerdekaan
RRI untuk memeriahkannya. Alat kesenian yang mereka guna,
sederhana sekali gendang, gong, dan biola. Mereka bisa
memainkan lagu lagu joget yang dipesan atau diminta
pengebeng, penari. Pada waktu lagu-lagu yang dimainkan lagu-
lagu Melayu, kadang ada juga penari yang menari dengan
berjoget lucu lucu, sehingga para penonton gelak ketawa,

86

melihat gaya gaya penari yang aneh dan lucu. Itu terjadi pada
tahun empat puluhan sampai dengan tahun tujuh puluhan.
Setelah itu joget berganti dengan alat Band, terkenal dengan
joget Medan dengan membawa lagu lagu Pop moderen dengan
peralatan Band gitar, Orgen, drum, dan penyanyinya
membawakan lagu lagu rock dan lainnya. Joget dangkung joget
lambak lama sudah tidak muncul hampir punah. Kesenian ini
sejak di zaman kerajaan Melayu Riau Lingga lagu-lagu yang
dinyanyikan lagu serampang laut, anak kala, tanjung katung,
juga lagu dendang sayang, kota baru dan lainnya. Setelah para
penggiat seni mengangkat kembali seni budaya Melayu khas
Kepulauan Riau di antaranya joget lambak, joget dangkung,
Joget Lambak ini salah satu yang cuma ada di Kepulauan Riau,
alat yang dipergunakan joget lambak atau joget dangkung,
gendang, gung dan biola, kini Sanggar Seni Joget dangkung
mulai terangkat sudah banyak digemari masyarakat Kepulauan
Riau. Di acara resmi joget dangkung ini di ikut sertakan
memeriah acara resmi di kalangan pejabat daerah kabupaten,
kota di Kepulauan Riau. Joget dangkung selalu berpenampilan
menarik dan lucu mempresentasikan sebuah tema dengan suatu
peristiwa. Bisa memukau dan membawa para penonton dengan
ikut serta menggoyangkan badannya ikut menari. Kesenian
joget dangkung di kabupaten Lingga telah selalu diundang
diberbagai kota, dan juga ke negara jiran Malaysia untuk
memeriah acara resmi, Pernah juga ikut fastival kesenian daerah
nasional di daerah istimewa Yokyakarta. Meraih juara dua
nasional. Kita harapkan generasi generasi penerus Pulau

87

Selayar mau mengangkat seni budaya yang dulunya ada
sekarang sudah menghilang di telan masa.

Di Desa Penuba dulunya ada Bioskop semacam Misbar,
Gerimis bubar, gedung bioskop mutar filem bermacam macam
diputar untuk tontonan masyarakat, Filem didatangkan dari
Tanjungpinang setiap ada filem di umumkan kepada warga
masyarakat Pulau Selayar akan ada pemutaran filem dan judul
filem yang akan ditayangkan dibioskop Penuba. Bioskop itu
dulu lokasinya di sebelah atas kantor Desa sekarang ini di atas
bukit berhadapan dengan rumah H. Soenarno (Alm) mantan
Kepala Desa Penuba dulu. Bila ada pemutaran filem setelah
diumumkan, warga masyarakat berduyun-duyun datang dari
berbagai kampung Tanjung Dua, Sebilik, Teluk mengkerang,
Menserai, Teluk lanjut, Pangkal Danam, Sungai Tumu, Tanjung
Tungga dan sekitarnya, mereka semuanya berjalan kaki
beramai-ramai bersama-sama, ada yang bersepeda, ada juga
yang menggunakan kenderaan laut pergi nonton filem di
bioskop Penuba, ini terjadi pada tahun setelah merdeka tahun
1948 sampai 1974 setelah kondisi Bioskop telah rusak bioskop
berpindah ke dekat pasar Penuba ada ruko yang dijadikan
gerdung bioskop sampai tahun 1979, bioskop itupun tutup
karena tong ajaib televisi telah mulai merambah kemana mana
pelosok tanah air. Masyarakat telah banyak menggunakan
televisi hitam putih untuk hiburan nonton filem dan berbagai
acara hiburan telahpun disajikan siaran televisi TVRI, siaran
TV Malaysia dan TV Singapura yang terjangkau siarannya
melalui tiang antene tinggi sekali dipancangkan dengan

88

sebatang kayu.

Sosial politik Pulau Selayar
Sebelum berdirinya kecamatan, sosial politik di Pulau

Selayar dari orde lama, sampai kepada Orde Baru, boleh
dikatakan tidaklah terlalu antonym menonjol, hanya sebatas
pembicaraan di kedai kopi saja. Namun, setalah memasuki era
reformasi pembicaraan tetang politik mulai disenangi
masyarakat terutama perbincangan seharian di kedai kopi.
Apalagi masyarakat Pulau Selayar ada yang melibatkan diri
secara langsung di partai politik. Keterlibatan didalam politik
praktis ini membuat geliat politik sangatlah antusias
dibicarakan, apalagi menjelang Pemilihan Umum Pemilu tahun
2019 pemilihan Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD

Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan nantinya diikuti
Pemilihan Kepala Daerah Pilkada. Saat-saat itulah memanasnya
pembicaraan dukung mendukung, beda warna, beda persepsi,
terutama yang berdominsili di ibu kota Kecamatan Selayar,
sampai ke kampung kampung dimana tempat berkumpulnya
warga masyarakat di situlah pembicaraan tentang Pemilu. Siapa
siapa calon yang akan dipilih. Dari jumlah penduduk hampir
4000 jiwa sehingga para politikus ikut dalam pemilihan Umum
sangat objektif untuk didekati sebagai konstituen, banyak
calon-calon legislatif yang berdatangan merebut simpati, suara
warga Pulau Selayar saat Pemilihan Umum, ataupun Pemilu
Kada, karena tempatnya stratiges mudah terjangkau tak heran
para politisi senang berkunjung ke daerah ini. Pada Pemilu

89

tahun 2019, putra, putri Kecamatan Pulau Selayar lima orang
yang mencalonkan (Caleg) DPRD Kabupaten Lingga dari
berbagai Partai Politik berkompetisi untuk meraih suara Rakyat,
Kecamatan Selayar masuk dalam daerah pemilihan (Dapil)
satu, terdiri dari kecamatan Lingga, kacamatan Lingga Timur,
kecamatan Lingga utara dan kecamatan Selayar, caleg yang
termasuk dari Dapil satu berdatangan ke mana-mana di wilayah
Dapil yang telah ditentukan untuk mencari suara, betebaran di
pasar di kampung kampung Kecamatan Selayar. Spanduk,
baleho dengan foto berbagai jenis ukuran besar kecil, stiker,
dan sejenisnya, ada yang lewat media social berbagai ragam
bentuk dan bahasanya.

Politik jaman now, sekarang ini orang sudah menggunakan
digital, melalui Hendphone mereka berkempanye lewat,
facebook, twitter, instagram, whats App dan bermacam
komunikasi dapat digunakan, untuk mempengaruhi massa
untuk mendapat suara, pada hari penjeblosan di Tempat
Pemilihan Suara (TPS). Begitulah kecanggihan orang
berkomunikasi sekarang ini tidak seperti dulu lagi, karena
terlalu bebasnya komunikasi melalui teknik digital sehingga
diatur pemerintah dengan Undang Undang Informasi Teknik.

90

PANORAMA KEINDAHAN ALAM
PULAU SELAYAR

Di Pulau Selayar keindahan alam cukup menarik perhatian
siapa saja yang memandangnya. Ini suatu anugerah Yang
Maha Kuasa luar biasa yang kita miliki. Banyak potensi alam
yang bisa dijadikan objek wisata yang memerlukan tata kelola
yang sungguh sungguh. Boleh kita lihat kalau pergi ke
kampung Selayar, alam yang menghadap ke selat Palau Lima
dengan backgroundnya Gunung Daik sangat indah sepertinya
di alam objek wisata Bali. Alamnya masih alami dengan
pantainya yang landai pasir putih bersih sangat indah
mempersona. Di belakangnya berlatar belakang Gunung
Selayar disitu mengalir air dari gunung Selayar air bersih dan
dingin. Dulunya sudah ada tempat wisata yang dibangun dinas
periwisata Kabupaten Lingga lokasinya dipantai kampung
Tanjung Dua Desa Selayar.

Disitu juga telah dibangun pentas hiburan dan tempat tempat
duduk santai untuk menikmati indahnya alam desinasi wisata.
Kalau ada warga masyarakat yang punya modal, bisa dikelola
oleh warga yang punya lokasi sendiri swadaya masyarakat ini
sangat potensial untuk dikembang menjadi objek wisata,

91

ketimbang tanah itu dijual dengan orang luar yang belum jelas
untuk apa. Ada beberapa lokasi dulunya di Pulau Selayar ini
ada objek wisata yang dikelola Dinas Pariwisata Kabupaten
lingga yang keindahannya memang menarik, tapi akhir ini
kelihatan tidak ada lagi yang mengurusi objek objek itu, di
Desa Pantai Harapan satu-satu masih ada didatangi para
pengunjung. Di Pantai Padang daerah wisata ini sering
dikunjung wisata lokal setiap hari hari libur. Pantai Padang ini
dengan pemandangan berhadapan dengan Pelau Singkep dan
pulau pulau sekitarnya. Tanjung Kelembai dengan batuan-
batuan yang menyebar ke laut. Kemudian tempat wisata busung
berhadapan dengan kampung Penuba Lama atau Suak Kunting
berbatasan dengan wilayah Desa Penuba Timur. Banyak tempat
panoramanya indah yang bisa dijadikan objek wisata, hanya
saja belum ada dari pihak pemerintah maupun swasta yang
mau mengolah industri wista ini secara sungguh sungguh dapat
dijadikan mata pencaharian untuk warga masyarakat setempat,
dan ada kontribusi untuk pemerintah daerah apabila dikelola
secara profosional, usaha-usaha seperti tidak semuanya kita
berharap dari bantuan pemerintah, namun harus dikelola oleh
swadaya masyarakat, maupun badan badan usaha yang
mempunyai keakhlian di bidang objek wisata. Pemerintah
hanya bisa membantu sarana dan prasarana infrastruktur, seperti
akses jalan, penerangan listrik, warung warung yang digunakan
untuk pedagang berjualan barang dan makanan yang beraneka
ragam bentuknya. Sekarang ini ada kemudahan objek wisata
ini.

92

Gambar 9

boleh dikelolakan oleh Desa melalui Badan Usahan Milik Desa
(BUMDES) bekerja sama dengan organisasi kepemudaan
Karang Taruna Desa mengelola potensinya masing masing,
seperti tempat tempat wisata dan lainnya. Untuk mempromosi
tempat tempat ini boleh diviral di instagram, what sapp, twitter,
fecebook, dan online dan lainnya. Sekarang ini yang menjadi
kendala transportasi untuk pariwisata domestik, maupun asing
yang datang ke objek wisata kita masih terkendala di
transportasi laut, udara yang harus dimaksimalkan terlebih
dahulu. Pemerintah Kabupaten Lingga sedang mengupayakan
infrastruktur sarana pelabuhan domestik, Bandar udara, yang
sekarang sedang diusulkan ke Menteri Perhubungan untuk
perpanjangan landasan penerbangan di Dabo Singkep sekarang
ini hanya bisa turun pesawat Fokker F.VII, jenis pesawat baling

93

baling atau turboprop. Apabila rencana pemerintah meman-
jangkan landasan pesawat dan pesawat berbadan lebar Airbus
A380.800 atau jenis Boeing 747 sudah bisa turun dilandasan
pesawat dabo Singkep banyak para wisata asing maupun
domestik yang datang ke Lingga tidak hanya itu saja, para
investor yang datang untuk menginvestasi modal usaha
usahanya ke daerah kabupaten Lingga.

Kemudian kapal cepat yang bisa ditempuh satu setengah
jam antara batam Lingga, antara Tanjungpinang Lingga, kapal
cepat ini minimal bisa berlayar satu hari sekurang kurang dua
kali pulang pergi. Pulau Selayar ke depan ada beberapa lokasi
sangat berpotensi akan dijadikan objek wisata alam terindah
dan bisa juga ada wisata bahari nantinya karena lautnya
berpotensi untuk itu. Untuk wisata situs bangunan peninggalan
Colonial Belanda masih banyak tersisa yang pada saat ini
terkesan kurang terawat seperti rumah tahanan (Jill).

Gambar 10

Rumah jill pemerintah colonial Belanda

94


Click to View FlipBook Version