The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pulau Selayar merupakan salah satu pulau di Kabupaten Lingga yang mempunyai cerita sejarah yang cukup panjang. Penamaan selayar menurut tradisi lisan masyarakat setempat diberikan oleh para pelaut Bugis yang datang untuk singgah dari perjalanan mereka ke berbagai wilayah kerajaan Lingga-Riau-Johor-Pahang. Letaknya yang strategis ini lah yang membuat perjalanan sejarah Pulau Selayar cukup kompleks dari era Kesultanan Lingga hingga masa reformasi.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Buku Sejarah Lokal Kabupaten Lingga, 2022-10-06 22:29:00

MENELUSURI ZAMAN KEJAYAAN PERKAMPUNGAN DI PULAU SELAYAR

Pulau Selayar merupakan salah satu pulau di Kabupaten Lingga yang mempunyai cerita sejarah yang cukup panjang. Penamaan selayar menurut tradisi lisan masyarakat setempat diberikan oleh para pelaut Bugis yang datang untuk singgah dari perjalanan mereka ke berbagai wilayah kerajaan Lingga-Riau-Johor-Pahang. Letaknya yang strategis ini lah yang membuat perjalanan sejarah Pulau Selayar cukup kompleks dari era Kesultanan Lingga hingga masa reformasi.

Keywords: sejarah,lingga,riau,melayu,selayar,penuba

Rumah tahanan (rumah Jiil) dizaman dulu dibangun tahun
1932. Di sinilah dulunya Belanda memenjarakan rakyat
Indonesia yang dianggap mereka bersalah melanggar UU
pemerintahan Colonial Belanda Setelah tahanan di Penuba baru
dibawa ke Tanjungpinang setelah melalui proses pengadilan
Colonial Balanda baru dimasukan kembali kerumah Jill di
kampung Jawa Tanjungpnang. Orang-orang di penjara
Tanjungpinang kebanyakan orang-orang yang menentang
pemerintah penjajahan Colonial Belanda dan terkait kasus
Kriminal lainnya.

Penjajahan Colonial Belanda, dimulai ketika orang Belanda
pertama kali menginjakkan kakinya di Nusantara ini pada akhir
abad ke-16, sebaliknya, proses penjajahan oleh Belanda
merupakan proses ekspansi politik yang lamban, bertahap dan
berlangsungi selama beberapa abad sebelum mencapai batas
batas wilayah Indonesia seperti yang ada sekarang ini. Selama
abad ke-18, Vereenigde Oos-Indische Compagnie (isingkat
VOC) memantapkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi dan
politik di Pulau Jawa setelah runtuhnya Kesultanan Mataram
Perusahaan Dagang Belanda ini telah menjadi kekuatan utama
diperdagangan Asia sejak awal 16000-an, tetapi pada abad ke-
18 mulai mengembangkan minat untuk campur tangan dalam
politik pribumi di Pulau Jawa demi peningkatan kekuasaan
mereka pada ekonomi lokal. Namun korupsi, manajemen yang
buruk dengan persangingan yang ketat dari Inggeris (West India
Company) mengakibatnya runtuhnya VOC menjelang akhir
abad ke-18 pada tahun 1796, VOC bangkrut dan kemudiaan,

95

dinasionalisasi oleh pemerintah Belanda. Akibatnya, harta dan
milik VOC di Nusantara jatuh ketangan mahkota Belanda pada
tahun 1800 namun,ketika Perancis menduduki Belanda antara
tahun 1806 dan 1815, harta tersebut dipindahkan ke tangan
Inggeris. Setelah kekalahan Napoleon di Waterioo diputuskan
bahwa sebagian besar wilayah Nusantara kembali ke tangan
Belanda. Abad ke-19 juga dikenal sebagai abad ekspansi karena
Belanda melaksanakan ekspansi geografis yang substantial di
Nusantara. Didorong oleh mentalisme imperialisme baru,
Negara-negara Eropa bersaing untuk mencari koloni-koloni di
luar benua Eropa untuk motif ekonomi dan status. Salah satu
motif penting bagi Belanda untuk memperluas wilayah
jajahannya di Nusantara, selain keuntungan keuangan, adalah
mencegah Negara-negara Eropa lain mengambil bagian bagian
dari wilayah Nusantara. Pertempuran yang paling terkenal dan
pertempuran yang paling lama antara Belanda dan rakyat
pribumi, selama periode ekspansi Belanda abad ini adalah
Perang Aceh yang dimulai pada tahun 1873 dan berlangsung
sampai 1913, berakibat pada kematian lebih dari 100.000 orang
yang meninggal dunia, namun Belanda tidak pernah memegang
control penuh atas Aceh, namun integritas politik antara Jawa
dan pulau pulau lain di Nusantara sebagai kesatuan politis
colonial Belanda sebagian besar dicapai pada abad ke-20. Pada
tahun 1908, para mahasiswa di Batavia mendirikan asosiasi
BUDI OTOMO, kelompok politikus pribumi yang pertama.
Peristiwa ini dianggap sebagai saat kelahiran nasionalisme
Indonesia. Hal ini memulai tradisi politik kerja sama antara

96

elit muda Indonesia dan para pejabat pemerintahan Belanda
yang diharapkan untuk membantu wilayah Hindia Barat
mencapai kemerdekaan yang terbatas.

Keindahan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan,
tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman
persepsi kesenangan, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan
dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, social, dan
budaya. Sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang
dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk
kesempurnaannya, keindahan dalam luas. Pulau selayar patut
kita banggakan dengan keunikan dan kekayaan alam serta
tradisi masyarakatnya yang kuat, gunung Daik yang berhadapan
dengan Pulau Selayar dibatasi Selat Pulau Lima yang
memancarkan keindahan alam luarbiasa, menambah daya tarik
setiap orang yang memandangnya di pengairannya dapat
dijadikan taman laut sebagai wisata selam (diving). Kawasan
kampung Selayar ini yang berhadapan langsung dengan
Gunung Daik yang unik itu menunggu para peminat
membangun objek wisata.

97

LETAK GEOGRAFIS SANGAT
STRATEGIS UNTUK PERKEMBANGAN

BERBAGAI ASPEK KE DEPAN

Untuk menggambarkan letak suatu Pulau bisa ditentukan
dari tiga cara, karena itu dalam ilmu geografis biasanya
dikenal dengan istilah letak astronomis, letak geografis dan
letak geologis. Letak geologis merupakan letak suatu wilayah.
Pulau Selayar tidak kalahnya dengan alam indahnya yang ada
di Indonesia. Pulau Selayar dipisahkan dua pegunungan besar
Pulau Lingga dan Pulau Singkep. Untuk potensi ekonomi
letaknya yang strategis dapat dijangkau dari pulau pulau yang
bisa dijangkau pulau pulau yang lain yang berdekatan dengan
pulau pulau lain disekitarnya, kemudian dengan pelabuhan yang
mengukir sejarah kejayaan Penuba Pulau Selayar sebagai
pelabuhan yang tersibuk bongkar muat sebagai sentra
perdagangan pada zaman kejayaannya dulu. Pelabuhan
terlindung dari terpaan angin disegala penjuru. Pelabuhan
bersebelahan dengan Pulau Lipan memanjang ke Penuba Lama
dulu disebut dengan kampung Suak Kunting, teluk yang yang
panjang dan airnya pun dalam, pasang surut tidak berpengaruh
bagi kapal-kapal ke luar masuk teluk tersebut. Pelabuhan
Penuba yang strategis untuk perkembangan ke depan boleh

99

dijadikan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Para nelayan Kabupaten Lingga yang menangkap ikan di

kawasan Kabupaten Lingga dapat menjualnya di pelelangan
ikan dan kapal yang penampung ikan di laut bisa pengepak
kan ikannya untuk dikemas kemudian setelah diurus dokumen
selengkapnya sesuai dengan ketentuan pemerintah, bisa di
ekspor ke Singapura, karena penghasil nelayan khusus di
Kepulauan Riau hasilnya di jual ke Singapura. Usaha ini boleh
dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini bisa
menghasilkan kontribusi dari pungutan pajak daerah, apa lagi
Desa Penuba punya pengalaman mengekspor ikan ke Singapura
melalui badan usahanya Koperasi Unit Desa (KUD) Penuba.
Hal ini terjadi masih Kepala Desa Penuba Soenarno pada masa
era Orde Baru. Untuk kawasan ke-selatan nelayan Kabupaten
Lingga hasil tanggakapan ikannya ada dua pengkalan ikan yang
tidak resmi pertama di Pulau Mas Kecamatan Kepulauan Posek,
kedua di Pulau Lalang. Melalui pelabuhan tambatan perahu
masyarakat, pembeli ikan dengan kapal penampung ikan yang
katanya dari Kecamatan Moro Kabupaten Tanjung Balai
Karimun yang membeli ikan dari nelayan Lingga, kemudian
disortir dipilah yang kualitas terbaik baru di ekspor ke
Singapura. Alangkah baik ikan ikan dari laut Kabupaten Lingga
ini, kita langsung yang mengelola melalui Tempat Pelelangan
Ikan (TPI), aktivitas pembeli dan penampung ikan kapal yang
dari Kecamatan Moro tidak kita larang silakan merekapun telah
lama melakukan ini tentunya sudah banyak pengalaman tentang
ekspor ikan, hanya saja kita sarankan kapal penampung ikan

100

tersebut proses sortir, pemilahan dan pengepakan ikan
dilakukan di Pelabuhan Penuba, sekalian dengan kelengkapan
dokumen dokumen ekspor ikan ke Singapura dilengkapi di
wilayah pemerintahan Kabupaten Lingga. Dengan demikian
pemerintah Kabupaten Lingga dapat melihat indek, angka,
jumlahnya ekspor ikan, udang, cumi-cumi ketam dan hasil laut
lainnya, dari hasil tangkapan nelayan di laut perairan Kabupaten
Lingga.

Banyak sekali dari berbagai aspek secara ekonomi yang
menguntungkan dari letak geografis posisi Pulau Selayar, dan
didukung oleh pelabuhan di Penuba yang dalam, sandar kapal
kargo maupun kapal Ferry penumbang untuk kapal-kapal
berlabuh dan terlindung dari sudut manapun dari terpaan angin
kencang, teluknya memanjang daratannya berbukit bukit
memperlihatkan panorama yang begitu indah.

Wisata bahari bertajuk Wonderfull Sail to Indonesia (WSTI)
dengan menyertakan puluhan kapal layar (yacht) wisatawan
mancanegara (wisman) menjadikan Desa Penuba, Kecamatan
Selayar, Kabupaten Lingga sebagai titik labuh perdana sebelum
meneruskan pelayaran ke Desa Tanjungkelit dan Benan untuk
selanjutnya singgah di Tanjungpinang, Kepri sempena kegiatan
Festival Bahari Kepri (FBK) 2016 dan sebagai rangkaian
kegiatan Sail Karimata yang berlangsung pada 21 – 29 Oktober
2016. Saat ini puluhan yacht tersebut — termasuk dari negara
tetangga Singapura — sudah memulai pelayarannya sesuai
jadwal dan rute yang telah ditentukan oleh pihak Kementerian
Pariwisata RI. Pergerakan puluhan yacht peserta WSTI itu akan

101

dimulai dari Wakatobi, Lembata Flores Timur, Sikka, Ende,
Ngada, Manggara Lombok Utara, Buleleng, Jepara, Borobudur
Trip, Kota Waringin Barat, Ketapang, KKU, Bangka Belitung,
Lingga dan Tanjungpinang. “Kedatangan para wisman
disambut dengan meriah menampilkan pertunjukan budaya
tradisional khas Melayu Lingga, memang sudah cukup dikenal
dan menjadi daya tarik tersendiri. Setidaknya daerah destinasi
wisata ini memiliki lebih dari 50 pulau yang tersebar dengan
pemandangan alam yang eksotik dan alami. sudah terkenal di
mancanegara. “Sejak puluhan tahun lalu banyak kapal layar
dari wisman yang singgah di sini dan berlabuh berhari-hari.
Mereka kadang berombongan tapi juga hanya satu kapal, daerah
ini dulunya menjadi basis Angkatan Laut RI yang menempatkan
puluhan KRI saat terjadi konfrontasi dengan Malaysia. “Di sini
sangat nyaman, lautnya teduh. Kapal berukuran besar juga bisa
merapat ke pelabuhan karena kedalaman lautnya sekitar 40
meter. Airnya juga jernih dan tampak dari permukaan dengan
jelas dan itu sangat disenangi wisman sambil berenang dan
menyelam atau juga memancing. Para peserta menikmati
keindahan alam yang mempersona dan sangat terkesan buat
wisman yang datang, kemudian wisman tersebuat disugukan
dengan kesenian Melayu dipentas oleh dinas perwisata Lingga
yang ikut memeriahkan Fastival Bahari Kepulauan Riau.
Beberapa titik di wilayah Indonesia yang sudah ditentukan
Fastival bahari Kepri (FBK) 2016 termasuk kepulauan Riau
yang di pilih wilayah yang menyandang pridikat Bunda Tanah
Melayu yang juga mendapat gelar “Darul birri waddarussalam”

102

Kabupaten Lingga, kawasan yang dipilih Penuba Kecamatan
Selayar Kabupaten Lingga. Wilayah ini sudah sangat dikenal
dengan berberbagai latar belakang sejarahnya sejak dulu sudah
dikenal oleh bangsa asing, terutama Negara Negara Eropa.
Pernikahan massal suku asli di Pulau Lipan juga pernah
diselenggarakan pada tahun 2016 atas inisiatif masyarakat
Kecamatan Selayar sendiri melalui penitia Penyelenggara yang
bekerja sama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Keca-
matan Selayar melaksanakan.

103

Gambar 11

Wisata bahari bertajuk Wonderfull Sail to Indonesia (WSTI) dengan
menyertakan puluhan kapal layar (yacht) wisatawa kegiatan Sail
Karimata yang berlangsung pada 21 – 29 Oktober 2016 di Penuba
Kecamatan Selar Kabupaten Lingga

Pernikahan sebelas pasang suku asli di Pulau Lipan Desa
Penuba Kecamatan Selayar, nikah secara bersama secara Islam
oleh Imam nikah di Kecamatan Selayar, acara tersebut sanga.
Pernikahan massal suku asli di Pulau lipan juga pernah
104

disenggarakan pada tahun 2016 atas inisiatip masyarakat
Kecamatan selayar sendiri melalui penitia Penyelenggara yang
bekerja sama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Keca-
matan Selayar melaksanakan pernikahan sebelas pasang suku
asli di Pulau Lipan Desa Penuba Kecamatan Selayar, nikah
secara bersama secara Islam oleh Imam nikah di Kecamatan
Selayar, acara tersebut sangat membantu bagi suku asli yang
melanjutkan penikahannya secara massa yang dikoordinir oleh
panitia penyelenggara masyarakat Kecamatan Selayar menurut
adat budaya Melayu yang ada di Kecamatan Selayar. Pasangan
pengantin disangdingkan dan dihadiri masyarakat Kecamatan
Selayar, para pejabat Kabupaten Lingga dan para undangan
lainnya yang juga mengucapakan selamat kepada sebelas
pasangan pengantin tersebut. Terasa terharu bila penulis sendiri
menyaksikan sendiri sudah sekian lama sejak dahulu kala baru
kali pertama suku asli Pulau Lipan masyarakatnya diperlaku
sedemikian rupa, sebelum dulu dulunya warga suku asli kurang
ada perhatian, diawalnya suku asli ini oleh kebijakan
pemerintah di datangkan penyuluh agama yang mengajak
mereka menjadi umat yang beragama. Sekarang suku asli ini
yang berdomisili di pulau Lipan tersebut sudah ber-agama ada
yang mengaunut agama Islam ada juga sebagian kecil yang
beragama Nasrani. Sekarang mereka sudah bersekolah dan
bergaul membaur dengan masyarakat Kecamatan Selayar dan
anaknya sudah banyak sekali yang bersekolah bahkan ada yang
telah melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi.

105

Gambar 12

Pesta pernikahan suku asli Pulau Lipan secara Agama Islam
Prosesi acara perkawinan adat Melayu suku asli Pulau Lipan
Desa Penuba, yang diselenggarakan Panitia Penyenglenggara
bekerja sama dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Keca-
matan Selayar di Penuba, yang di hadiri Lembaga Adat Melayu
(LAM) Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Lingga, tokoh
agama, Tokoh masyarakat yang berada di Kecamatan Selayar
dan para pejabat Kabupaten Lingga. Pulau selayar dengan
berbagai potensi yang dimilikinya sangatlah potensial untuk
dikembangkan dengan berbagai potensi ini modal besar bagi
daerah ini bisa berkembang, dengan perencanaan yang dikemas
dengan matang dan di dukung dengan sumber manusia yang
106

berkualitas dan peduli sebagai putra bangsa, kita semua yakin
daerah ini bisa menjadi penyumbang kontribusi terbebesar
untuk kabupaten lingga. Dilihat dari potensi sumber daya
alamnya, terutama objek wisata pulau Selayar tidak kalah
dengan objek-objek wisata lainnya yang ada wilayah di
Kepulauan Riau. Beberapa potensi subsector pariwisata
terdapat di wilayah ini, misalnya potensi ekowisata bahari,
agrowisata, wisata budaya dan wisata religi. Dan kemudian
wilayah ini berlatar belakang Gunung Daik yang begitu indah
menghiasi panorama keindahannya, gunung Daik ini gunung
tertinggi di kawasan Provinsi Kepulauan Riau, ketinggian
maksimal gunung Daik ini 1.165 meter dari pemukaan laut
yang diselimuti hutan tropis dan pulahan sungai dan air terjun.
Beragam keindahan destinasi objek wisata yang belum di
terkelola secara sempurna, tidak kalah jika dibandingkan
dengan daerah daerah lain di Indonesia. Minimnya pem-
bangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, penyedian
maskapai penerbangan murah, perhotelan, dan kemudahan
akses informasi percaya atau tidak, telah menghambat
perkembangan wisata bahari di Indonesia secara umum. Selain
masih sepinya pembangunan infrastruktur, dan masih
kurangnya promosi membuat keindahan laut dan pulau pulau
kecil yang ada di Kabupaten Lingga kurang bergaung di level
nasional, bahkan internasional, kurangnya pengelolaan di media
promosi seperti website dan layanan informasi online lainnya
merupakan salah satu contoh bahwa media promosi wisata
masih belum tergarap secara serius. Swasta diberi kesempatan

107

untuk berinvestasi, menjaring kerja sama “:sharing”
pengelolaan dengan swasta untuk mempercepat perkembangan
objek wisata tersebut.

Pengelolaan Kolaboratif
Setelah faktor di atas terlaksana, faktor lain yang juga perlu

diperhatikan adalah pengelolaan kolaboratif. Bukan rahasia
umum bahwa pengelolaan kawasan wisata pesisir dan pulau-
pulau kecil ini sering bermasalah dengan masyarakat sekitar
kawasan pengelolaan.

Dijelaskan dalam UU No. 1 tahun 2014 pasal 60 ayat (1a)
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau pulau kecil,
masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh akses terhadap
bagian perairan pesisir yang sudah diberi izin lokasi dan izin
pengelolaan. Artinya, masyarakat sekitar atau masyarakat lokal
juga punya hak sekaligus tanggung jawab untuk mengelola
kawasan pesisir, termasuk pengelolaan kawasan wisata. UU
No. 1 Tahun 2014 pasal 60 ayat (1a) tentang Pengelolaan
Wilayah pesisir dan Pulau Pulau Kecil, masyarakat mempunyai
hak untuk memperoleh akses terhadap bagian perairan pesisir
yang sudah diberi izin pengelolaan. Artinya masyarakat sekitar
atau masyarakat lokal juga punya hak sekaligus tanggung jawab
untuk mengelola kawasan pesisir, termasuk pengelolaan
kawasan wisata. Pengelolaan kolaboratif sangat indentik
dengan prinsip berkelanjutan sudah pasti tidak dapat dipisahkan
dengan usaha konservasi. Beberapa objek wisata seperti
kepulauan Ujung Kulon dan Anbak Krakatau masyhur karena

108

menerapkan ekowisata berbasis konservasi. Dengan mem-
perhatikan pembangunan infrastruktur dan peningkatan
promosi, probabilitas potensi wisata bahari Lingga khususnya
Pulau Selayar Kabupaten lingga menjadi destinasi wisata akan
semakin kuat. Pembangunan infrastuktur serta giat melakukan
promosi, akan semakin lengkap dengan usaha konservasi dan
pengelolaan kolaboratif yang tidak hanya melibatkan swasta,
tetapi juga masyarakat lokal. Kabupaten Lingga merupakan
daerah yang indah, kaya raya akan sumber daya alam, termasuk
Pulau Selayar dan tentunya merupakan akan menjadi tujuan
wisata. Bicara tentang wisata ternyata Pulau Selayar juga
memiliki objek wisata yang cukup bagus dan indah untuk di
kembangkan. Pulau Selayar yang terletak arah ke selatan
Kepulauan Riau sudah sangat dikenal snorkeling dan divingnya.
Di Bunaken ini terdapat banyak batu karang yang cantik, tak
hanya kekayaan alam yang potensial kebudayaan

khas Melayu yang menjadikan daerah ini semakin berwarna
dan memiliki situs warisan peninggalan kerajaan yang pernah
tersohor di kawasan asia dan mendunia. Kita mempunyai
banyak pantai pasir putih bersih dengan hamparan yang
panjang, bila kita kelola dengan perencanaan yang bagus tertata
justru mengundang banyak wisatawan asing yang datang
dengan tidak perlu mengorbankan budaya dan nilai kekhasan
Bunda Tanah Melayu.

109

Gambar 13

Rumah Peninggalan Kolonial Belanda Eks. Benteng pertahanan Kolonial

kondisi sudah rusak berat. Belanda

Rumah dan kantor Manteri Candu Blangkas keuangan dikantor controeur
Belanda

Eks. Kantor Resort Kehutanan Penuba Puing puing benteng pertahanan
Kolonial Belanda

110

Daftar : Hadir Diskusi Penulisan Buku Menelusuri Zaman
Kejayaan Perkampungan Pulau Selayar mengungtip dari
berbagai sumber informasi tentang apa yang pernah terjadi

ketika zaman itu.
Penuba, 30 Juli 2011

111

PHOTO TOKOH MASYARAKAT DISKUSI DENGAN PENULIS
TENTANG ADANYA KEARIFAN LOKAL DAN PENINGGALAN

PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA DI PENUBA

Penuba, 30 Juli 2011

Mulia Pohan (80) Zainal (79) H. M. Ali Siman (70)

Moch. Djally (65) M. Tarmizi S (64) Ahmad Baharudiun
AS (58)

112

SUMBER BERITA YANG DI HIMPUN PADA TULISAN
BUKU INI :
1. Nara sumber yang didapatkan dari orang orang tua saksi

hidup ketika zaman ke zaman di alami dan di rasakan para
orang tua yang masih ingat akan kejadian ketika itu. Semua
informasi di himpun menjadikan rangkaian tulisan sederhana
ini.
2. Dari berbagai media, Kepri Pos, Batam Pos, Trubun Pos,
yang dikutip untuk melengkapi tulisan tersebut.
3. Buku sejarah Pembentukan Kabupaten Lingga

113


Click to View FlipBook Version