The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by PENDIDIKAN ISLAM SKPTLDMKK, 2020-11-19 05:46:06

KISAH ZULAIKHAH

KISAH ZULAIKHAH

kekuatan.79 Thabatthaba‟i sebagaimana dikutip oleh M Quraish Syihab
memahami "ِ‫ “اشذ‬sebagai usia pemuda dengan tanpa menentukan tahun

sampai dengan usia 40 tahun. Usia 40 tahun menurutnya adalah puncak

kesempurnaan kekuatan tetapi sebelum usia tersebut seseorang telah mencapai
kesempurnaan kekuatan.”80 Itulah balasan bagi Yūsuf yang telah melakukan

amal kebaikan dan taat kepada Allah swt.

Ada beberapa pendapat yang dikutip Hamka, mengenai kategori umur
dewasa Yūsuf. Pertama, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah,
menyatakan usia dewasa Yūsuf 33 tahun. Kedua, Adh-Dhahak mengatakan 20
tahun. Ketiga, al-Hasan mengatakan 40 tahun dan keempat Sa‟id bin Jubair
yang mengatakan 18 tahun.81

Jika melihat dari sudut pandang ilmu Psikologi, maka diantara pendapat
tersebut yang lebih menguatkan tentang usia dewasa Yūsuf adalah pendapat
Said bin Jubair dan Adh-Dhahak yaitu antara 18-20 tahun.82 Firman Allah
“Setelah dia/ِ‫”اشذ‬, yaitu Yūsuf, “mencapai kedewasaannya”, yaitu sempurna
akal dan tubuhnya serta mencapai iḥtilam, dan itu terjadi pada usia 18 tahun,
“Kami memberinya hikmah dan ilmu”, yaitu kenabian.83 Yūsuf diangkat

menjadi nabi pada tahun 1715 SM dan dia ditugaskan berdakwah
di Kan‟ān dan Hyksos di Mesir.84 Sejarah mencatat bahwa Mesir di zaman

79 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001, 407
80 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001, 407
81 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, hlm. 207
82 Syamsu Yūsuf , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008, 25
83 M. Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Iḥtishari Tafsir Ibnu Katsir,1999, 845
84 Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, 1992, 994

Amenhotep IV (ikhnaton) menyembah satu Tuhan. Kemungkinan itu sebagai
hasil upaya Yūsuf, sebagai seorang nabi Allah.85

f. Masa Dewasa Nabi Yūsuf

Yūsuf menjadi pria dewasa kematangan spiritual dan karakter
pribadinya yang semakin kuat. Mendapat ancaman istri tuannya, Yūsuf tetap
teguh dan memilih penjara daripada mengikuti kehendak Zulaikha. Baginya,
penjara lebih baik daripada berkumpul dengan orang-orang yang lupa
dengan keberadaan Tuhannya.86 Pilihan bahwa penjara lebih baik bagi
Yūsuf terungkap dalam sebuah doanya yang diabadikan Allah SWT dalam
firman-Nya berikut:

                            
       

33. Yūsuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari
padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."87

Penjara bagi Yūsuf merupakan satu-satunya jalan untuk menghindari
perangkap maksiat yang dapat melupakan dirinya dari Tuhannya. Doa
Yūsuf yang meminta perlindungan kepada Allah SWT melalui penjara

85 Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, 1992, 995
86 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
434-435
87 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 353

dikabulkan Allah SWT.88 Terkabulnya doa Yūsuf tertuang dalam firman
Allah SWT berikut:

                    

34. Maka Tuhannya memperkenankan doa Yūsuf dan Dia menghindarkan
Yūsuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.89

Meskipun Al-„Azis dan Zulaikha beserta orang-orang terdekat di
lingkungan kediaman pejabat Mesir mengetahui kebenaran dan kejujuran
Yūsuf, namun untuk menutupi rahasia kejelekan moral istri Al-„Azis dan
juga agar peristiwa tersebut tidak menjadi bahan pembicaraan yang berlarut-
larut dalam masyarakat luas,90 serta untuk membersihkan nama baik
keluarga dan kerajaan sehingga rakyat tetap percaya terhadap pemerintah,
maka timbullah satu fikiran di kalangan para pembesar kerajaan untuk
menyingkirkan Yūsuf. Kekhawatiran para pembesar kerajaan jika Yūsuf
hanya disingkirkan dengan dipindahkan ke kota lain kemudian istri-istri
mereka ada yang mengetahui dan ikut tergila-gila seperti halnya istri Al-
„Azis, maka diambil keputusan untuk menyingkirkan Yūsuf dengan
menjebloskan dia dipenjara.91 Dengan menjadikan Yūsuf sebagai kurban
pertimbangan-pertimbangan politik istana, pembesar-pembesar kerajaan
pada saat itu bisa menunjukkan kepada masyarakat luas, bahwa yang

88 Ahmad Showî al-Malik, Khāsyiyah ṣowî „Ala Tafsîr Jalālain,Tth, 242
89 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 353
90 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001, 436
91 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 227

bersalah dalam peristiwa memalukan itu adalah Yūsuf.92 Yūsuf memasuki
penjara dengan hati yang ikhlas dan bahagia.93 Bagi Yūsuf, penjara

merupakan tempat yang aman untuk terbebas dari godaan Zulaikha dan

merupakan gerbang awal untuk mencapai kebebasan dan kemenangan yang
sempurna.94 Tragedi masuknya Yūsuf ke penjara hanya digambarkan secara

sekilas oleh Allah dalam firman-Nya berikut:

                          

35. Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda
(kebenaran Yūsuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai sesuatu
waktu[753].95

Dengan pengakuan wanita-wanita yang pernah terluka tangannya dan
Zulaikha, maka raja memutuskan Yūsuf tidak bersalah dan dibebaskan dari
hukuman penjara. Berita tentang keputusan raja yang membebaskan Yūsuf
tersebar di saentro kota Mesir dan sampai pula di telinga Yūsuf yang masih
meringkuk di dalam penjara.96 Mendengar keputusan itu, Yūsuf berkata

sebagaimana yang difirmankan Allah swt berikut:

                                       

                           

92 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 231
93 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 675
94 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001, 434
95 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, hlm. 353 [753] Setelah mereka melihat
kebenaran Yūsuf , Namun demikian mereka memenjarakannya agar jelas bahwa yang bersalah
adalah Yūsuf ; dan orang-orang tidak lagi membicarakan hal ini.
96 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
463-467

52. (Yūsuf berkata): "Yang demikian itu agar dia (Al „Azis) mengetahui
bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan
bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.97

53. dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.98

Setelah memenuhi permintaan Yūsuf untuk mengurus masalahnya dan

memutuskan Yūsuf tidak bersalah, raja memanggil kembali Yūsuf untuk

segera menghadapnya.99 Raja mengutus panglimanya untuk menjemput

Yūsuf yang masih berada di dalam penjara. Setelah panglima menemui

Yūsuf dan menceritakan semua titah raja serta keputusan perkaranya, Yūsuf

bersedia untuk dibawa menghadap raja.100 Setelah raja bertemu dengan

Yūsuf, bercakap-cakap dan kembali bertanya tentang mimpinya, raja dapat

menyimpulkan bahwa selain Yūsuf pandai, dia juga memiliki karakter yang

lembut, santun, ramah, dan bijak. Oleh karena itu, raja mengangkat Yūsuf

sebagai pejabat kerajaan yang memiliki kedudukan tinggi.101 Allah

menggambarkan pertemuan Yūsuf dengan raja dalam firman-Nya berikut:

                               

54. Dan raja berkata: "Bawalah Yūsuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-
cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini

97 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 356
98 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 357
99 Ahmad Showî Al-Maliki, Khāsyiyah ṣowî „Ala Tafsîr Jalālain, Tth, 246
100 Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr, Semarang: Al
Munawar, Tth, 99
101 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
468-469

menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi
kami".102

Ketika Yūsuf diminta raja memilih jabatan yang bisa memberikan
manfaat bagi rakyat Mesir, Yūsuf memilih agar ia ditugaskan untuk menjadi
bendahara kerajaan.103 Yūsuf memilih jabatan itu karena keikhlasannya

untuk semata-mata hanya mengharap ridha Allah dengan mendapat

kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang ada di dalam dirinya
berupa rasa percaya diri dan mampu memikul tanggung jawab.104
Sedangkan potensi yang terdapat dalam diri Yūsuf itulah yang menjadi
syarat utama memikul jabatan tinggi itu. Selain itu, Yūsuf juga merasa

bahwa pekerjaan sebagai bendaharawan negara itu sangat berat dan tidak
sembarang orang bisa melakukannya.105 Dengan demikian, bisa diketahui
bahwa Yūsuf tidak menginginkan penghormatan dan kebesaran tanpa

pekerjaan yang seimbang.

Keberanian Yūsuf untuk memilih jabatan itu juga berawal dari raja
yang terlebih dahulu mengeluarkan pernyataan bahwa Yūsuf mendapat
kedudukan yang mulia di sisi raja.106 Oleh karena itu, Yūsuf yang memilih
jabatan dan raja yang menyetujuinya. Lebih lanjut lagi, Ibnu Su‟ud

mengatakan dalam tafsirnya sebagaimana dikutip oleh Hamka bahwa

102 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, 357
103 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
470-471
104 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 5
105 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
472
106 Hamka Tafsîr Al-Azhar, 1988, 6

“Yūsuf yang memilih jabatan adalah kehendak Allah, sedangkan fungsi raja

hanyalah sebagai alat penyalur kehendak Allah, dengan menyetujui
permintaan Yūsuf.”107 Dengan demikian, manusia diperbolehkan meminta

pekerjaan dan tanggung jawab dengan syarat sanggup menanggung

resikonya apalagi penguasanya adalah orang-orang yang zalim. Jawaban
Yūsuf dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

               

55. Berkata Yūsuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);
Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan".108

Menurut keterangan Muhammad bin Ishaq yang dikutip oleh Hamka
bahwa setelah Yūsuf menyatakan kesanggupannya untuk mengatur

perbendaharaan negara dan raja menyetujuinya, bendahara lama yang
bernama Athfir diberhentikan dari jabatannya, dan digantikan oleh Yūsuf.109

Tak lama kemudian, Athfir meninggal dunia, lalu raja Mesir yang bernama
Ar-Rayyan bin Walid menikahkan Yūsuf/al-‟Azis dengan janda Athfir/al-
‟Azis yang merupakan keponakannya yaitu, Zulaikha110
atau Ashenath perempuan yang dulu menggodanya.111 Saat itu Yūsuf berusia

107 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 6
108 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, 357
109 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 6
110 Ahmad Showî Al-Maliki, Khāsyiyah ṣowî „Ala Tafsîr Jalālain,Tth, 249, Athfir adalah
nama pejabat negara yang dimakzulkan dari jabatannya (bendaharawan negara) yang juga disebut
Al-‟Azis (Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, hlm 202), Al-‟Azis merupakan salah seorang dari
kelompok Heksos yang memerintah Mesir sekitar 1729 SM (M.Quraish Shihab, Tafsir al-
Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001, 179)
111 Lembaga Alkitab Indonesia, kitab kejadian 41: 50

30 tahun.112 Ternyata setelah menikah, baru diketahui kalau ternyata Athfir
adalah seorang yang „unah tidak dapat menyetubuhi istrinya sehingga istrinya
tergoda oleh Yūsuf.113 Dari pernikahannya Nabi Yūsuf dikaruniai dua orang
putra yaitu Afraisim bin Yūsuf dan Misya bin Yūsuf,114 atau Ephiraim dan
Manessa.115

Yūsuf wafat di Mesir tahun 1635 SM. Konon, jasadnya diawetkan

sebagaimana kebiasaan orang-orang Mesir pada masa itu. Ketika orang-orang

Israil meninggalkan Mesir, mereka membawa jasad/muminya dan
dimakamkan di satu tempat yang bernama Syâkim.116 Setelah meninggal
dunia Yūsuf dipindahkan ke Hebron (Khalil). Di gua al Makfilah terdapat peti
mati Yūsuf. Yūsuf memiliki monumen di Nablus (Palestina) dan yang lainnya
dibangun di dekat al-Nabak, di al-Qilmun, Suriah.117

BAB III

‘IBRAH EDUKATIF DARI KISAH NABI YŪSUF AS

E. ‘Ibrah dari Kisah Nabi Yūsuf As
Di antara kisah yang terdapat dalam Al-Qur‟an adalah kisah Nabi

Yūsuf As yang memiliki banyak hikmah atau pelajaran yang dapat dipetik.

112 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 6
113 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
466
114 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, hlm. 7
115 Lembaga Alkitab Indonesia, kitab kejadian 41: 51-52, keduanya lahir pada saat musim
paceklik (kitab kejadian 41: 50)
116 M Quraish Syihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
376
117 Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Qur‟an: Mengungkap Misteri Kebesaran Al-Qur‟an, Terj.
Abdul Ghofar, Jakarta: Almahira,2005, 73-74

Berikut ini akan dipaparkan beberapa pendidikan akhlak yang dapat diambil

dari peristiwa-peristiwa penting pada kisah Nabi Yūsuf As, sehingga dapat

kita transfer ke dalam kehidupan sehari-hari:

1. Mimpi

Mimpi Nabi Yūsuf adalah cita-cita. Di dalam kisah Yūsuf, mimpi

Yūsuf menjadi sarana utama Nabi Ya‟qub untuk membimbing Yūsuf. Yūsuf

bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud padanya.

Mimpi tersebut kemudian diceritakan kepada ayahnya.118 Tentang mimpi

Nabi Yūsuf, terekam dalam firman Allah swt. Berikut:

)٤( ٍَ ٚ‫ َضا ِج ِذ‬ٙ‫رُ ُٓ ْى ِن‬ْٚ َ‫ ُد أَ َحذَ َع َش َر َك ْٕ َكثًا َٔان َّش ًْ َص َٔا ْنقَ ًَ َر َرأ‬ْٚ َ‫ َرأ‬َِِّٙ‫ا أَ َت ِد إ‬َٚ ِّ ٛ‫ُٕ ُض ُف لأ ِت‬ٚ ‫ِِ ْر قَا َل‬
4. (Ingatlah), ketika Yūsuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku119[742],
Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku."120

Sebagai seorang Nabi, Nabi Ya‟qub langsung memahami dan mengerti

tabir mimpi anaknya itu, yaitu 11 bintang berarti 11 saudara, matahari adalah

bapak, dan rembulan adalah ibu.121 Mimpi tersebut menunjukkan bahwa

Yūsuf nantinya akan mendapat anugrah besar dengan menjadi manusia mulia

118 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an Vol 4,
Jakarta: Lentera Hati, 2001, 381-383

119 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Semarang: PT Grafindo, 1994, 348
[742] Bapak Yūsuf As ialah Ya'qub putera Ishak putera Ibrahim As

120 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, 348
121 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifâtil Qur‟anil „Adzîm, Kudus: Menara Kudus, 1995, 662,
dalam stam (sejarah keturunan), nama anak perempuan tidak dihitung, karena anak dari anak
perempuan adalah keturunan dari ayah suami anak perempuan itu (Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988,
189. Menurut al-Thabari “Sebelas bintang maksudnya adalah al-Harthan, al-Thâriq, al-Dhayyâl,
Qâbis, Masybah, Dzarûh, Dzu al-kanafât, Dzu al-Qar, Falîq, Wathaq,dan „Amûdain (Abu Ja‟far
Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Tabari Jami‟ul Bayan, Beirut: dar al-Fikr, 1978, 122)

dan terhormat dalam pandangan Allah swt dan manusia, yaitu menjadi Nabi
Allah.122

Selain itu, Nabi Ya‟qub juga berkata bahwa melalui mimpi itu Allah

telah mengistimewakannya dengan memilihnya menjadi seorang pembawa
risalah Allah di masa depan.123 Allah juga memberikan kemampuan kepada
Yūsuf berupa ilmu menafsirkan atau menakwilkan mimpi sebagai

mukjizatnya.

Menafsirkan mimpi berarti menyingkap rahasia dan makna yang

terkandung dalam sebuah mimpi berkaitan dengan kehidupan manusia atau

masa depan seseorang. Begitu juga, Allah akan menyempurnakan kenikmatan

hidupnya dengan berbagai kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagai tanda
bahwa Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.124 Kenikmatan tersebut

antara lain kenikmatan kenabian sebagaimana yang telah diterima ayah dan

kakeknya sebagaimana firman Allah berikut:

                        
                                

     

6. Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi nabi) dan
diajarkan-Nya kepadamu sebagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan
disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub,

122 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
384-388

123 Ahmad Showi al Maliki, Khasyiyah Showi „Ala Tafsîr Jalalain, Semarang: Toha Putera,
Tth, 235

124 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
385

sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang
bapakmu[743] sebelum itu, (yaitu) „Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.125

Sebagai anak kecil, Yūsuf merasa benar-benar terkesan dengan
mimpinya ditambah dengan penuturan ayahnya. Yūsuf merasa betapa Allah
sangat baik kepadanya dengan berbagai anugrah yang akan dia terima. Yūsuf
juga merasa betapa Allah sangat mencintainya dengan memilih dia sebagai
seorang Nabi. Di dalam al-Qur‟an tidak dijelaskan apakah Yūsuf
menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya atau tidak.126 Di dalam
perjanjian lama dinyatakan bahwa Yūsuf menceritakannya.127

2. Kasih Sayang (affection/rahmah)
Sebagai salah satu bentuk kebutuhan psikis individu, kasih sayang

merupakan pilar dan pondasi dalam pendidikan.128
a. Kasih Sayang Nabi Ya‟qub Kepada Yūsuf

Sejak Rakhel, ibu Yūsuf meninggal, kasih sayang Nabi Ya‟qub lebih
tercurah kepada Yūsuf dan Benyamin. Hal itu membuat iri dan dengki

125 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, hlm. 348, [743] Dimaksud bapak disini
kakek dan ayah dari kakek.
126 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
388
127 Lembaga Alkitab Indonesia, Progam al kitab, 2.00, 1974, kitab kejadian 37: 9
128 Hasan al-Asymawi, Hakadza Nurobbi Auladana, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2004, 33

saudara-saudaranya, sehingga mereka menganggap bahwa Nabi Ya‟qub
berada dalam kesesatan atau kekeliruan yang nyata, yaitu tidak adil dalam
membagi cinta dan kasih sayang kepada putra-putranya.129 Nabi Ya‟qub
juga menyadari dan memahami bahwa saudara-saudara Yūsuf yang tidak
sekandung memiliki sikap dan watak yang kurang baik kepada Yūsuf.
Oleh karena itu, Nabi Ya‟qub kemudian menasehati Yūsuf:

                      
            

5. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi manusia."130

Meskipun saudara-saudara Yūsuf tidak pandai menafsirkan mimpi,
Nabi Ya‟qub memerintahkan Yūsuf untuk tetap merahasiakannya. Setelah
menasehati Yūsuf, Nabi Ya‟qub menenangkan hati dan
menggembirakannya dengan menyatakan bahwa mimpinya adalah mimpi
yang benar dan bersumber dari Allah.131 Mimpi Yūsuf membuat Nabi
Ya‟qub merasa sangat khawatir jika ada orang yang cemburu, iri, dan
dengki terhadap keistimewaan yang akan diraih Yūsuf pada suatu saat

129 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr, Tth, 92
130 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, 348
131 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
385

nanti dan Yūsuf akan mendapat celaka jika mimpinya tersebut diketahui
oleh orang lain terutama dari saudara-saudara Yūsuf sendiri.

Mungkin muncul anggapan, ketika mimpi Yūsuf diceritakan kepada
saudara-saudaranya belum tentu mereka akan mengetahui bahwa takdirnya
bahwa Yūsuf kelak akan menjadi orang yang mulia. Apalagi mereka tidak
memiliki pengetahuan dalam menafsirkan mimpi. Sekilas tidak ada
masalah ketika Yūsuf menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya.
Tetapi, jika direnungkan lebih dalam, meskipun tidak mampu menafsirkan
secara pasti, lama kelamaan akan tumbuh pikiran bahwa matahari, bulan,
dan bintang adalah sesuatu yang dianggap mulia. Ketika sesuatu yang
lebih mulia tiba-tiba turun dan bersujud kepada orang yang berada di
bawahnya, jelas menandakan ada kemuliaan dari orang tersebut. Oleh
karena itu, mimpi itu mudah ditafsirkan.132 Dengan demikian, meskipun
saudara-saudara Yūsuf tidak pandai menafsirkan mimpi, Nabi Ya‟qub
memerintahkan Yūsuf untuk tetap merahasiakannya.

Mendengar permintaan kesepuluh saudara Yūsuf, Nabi Ya‟qub
menjadi khawatir, jika mereka mempunyai niat yang buruk untuk
mencelakakan Yūsuf.133 Kekhawatiran Nabi Ya‟qub terjadi karena kasih
sayang orang tua terhadap anaknya terutama status Yūsuf yang telah

132 Masykur Arif Rahman, Misteri Sobeknya Baju Nabi Yūsuf As,Yogyakarta: Diva press,
2012, 23

133 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
392

menjadi piatu. 134 Selain itu, Nabi Ya‟qub juga mendapat ilham bahwa
Yūsuf tidak mati dan akan memiliki peran yang sangat penting di kemudian

hari dengan memancarnya cahaya kenabian dari wajahnya, yang mana
cahaya tersebut tidak terpancar dari saudara-saudara yang lain.135 Selain itu,
kecemasan Nabi Ya‟qub juga disebabkan oleh usianya yang telah lanjut
sehingga muncul pikiran buruk seperti kalau Yūsuf diterkam serigala. Di

dalam dunia ilmu psikologi, kecemasan orang yang telah lanjut terhadap

orang-orang yang dikasihi selalu bertambah dan hal ini bisa memunculkan
pikiran buruk yang berbeda dari biasanya atau tidak masuk akal. 136 Nabi
Ya‟qub merespon permintaan saudara-saudara Yūsuf dengan bijak dan
halus agar tidak menambah kebencian mereka kepada Yūsuf.137 Jawaban
Nabi Ya‟qub dijelaskan Allah dalam firman-Nya berikut:

                         

   

13. Berkata Ya'qub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yūsuf amat
menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala,
sedang kamu lengah dari padanya."138

Akhirnya, Nabi Ya‟qub tidak memiliki alasan lagi menghalangi
kemauan anak-anaknya untuk membawa Yūsuf bermain bersama mereka.

134 M. Nasib ar-Rifa‟i, Taisîrû al-Aliyyul Qadîr li Ikhtishâri Tafsîr Ibnu Katsir, terj.
Syihabudin, Jakarta: Gema Insani, 1999, 84

135 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 198
136 Depag RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, 28
137 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
393
138 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, hlm. 349

Nabi Ya‟qub kemudian memberikan izin dengan berpegang pada janji
mereka yang akan melindungi Yūsuf dari segala bentuk bahaya. Setelah
mendapat izin untuk membawa Yūsuf, kegembiraan terpancar dari wajah
saudara-saudara Yūsuf. Sesuai dengan rencana yang telah disusun,
keesokan harinya mereka membawa Yūsuf ke tempat yang jauh. Ketika
akan berpisah, Nabi Ya‟qub terus memeluk dan menciumi Yūsuf serta
mendoakan keselamatannya.139

Dalam peristiwa kehilangan Yūsuf, ada pertarungan intuisi, rasio,
dan empiris pada diri Nabi Ya‟qub. Namun demikian, intuisi yang terdapat
pada Nabi Ya‟qub lebih dominan. Cinta dan intuisi Nabi Ya‟qub kepada
Yūsuf terbukti dengan Nabi Ya‟qub yang memiliki hati yang suci dan
bersih mendapat ilham dan bimbingan nubuwwat dari Allah tetap tidak
percaya kalau Yūsuf mati diterkam serigala meskipun saudara-saudara
Yūsuf menyodorkan bukti.140 Adapun alasan ketidak percayaan Nabi
Ya‟qub alasan antara lain pertama baju Yūsuf yang berlumuran darah
tetap utuh dan tidak ada yang sobek sedikitpun. Padahal, jika serigala
benar-benar memakan Yūsuf, tentu baju Yūsuf sobek karena gigitan
serigala. Ke dua, Jika Yūsuf melepas bajunya sebelum diterkam serigala,
maka baju yang tidak dipakai tidak mungkin berlumuran darah. Ke tiga,
saudara-saudara Yūsuf tidak menjelaskan alasan mengapa mereka
meninggalkan Yūsuf sehingga bisa dimakan serigala, padahal sebelum

139 M. Nasib ar-Rifa‟i, Taisîrû al-Aliyyul Qadîr li Ikhtishâri Tafsîr Ibnu Katsir, 1999, 841
140 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 197

berangkat mereka sudah berjanji akan menghibur dan menjaga Yūsuf dari
berbagai macam bahaya yang kemungkinan bisa menimpa Yūsuf terutama

dari bahaya terkaman serigala yang dikhawatirkan oleh ayahnya. Ke
empat, saudara-saudara Yūsuf pulang ke rumah tanpa membawa sisa
mayat/ tulang belulang Yūsuf, karena pada umumnya binatang yang

memakan manusia hanya memakan dagingnya dan hanya sekedar untuk
mengenyangkan perutnya. Jadi, jika Yūsuf benar-benar dimakan serigala
tidak mungkin seluruh tubuh Yūsuf ditelan semuanya. Bagaimanapun

kejahatan mereka tidak sempurna, karena ada jejak yang ditinggalkannya.

Ketidakpercayaan Nabi Ya‟qub yang diungkapkan melalui
pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukan kepada saudara-saudara Yūsuf,
ternyata bisa membongkar kebohongan mereka.141 Mereka hanya diam dan

tidak bisa menjawab pertanyaan ayahnya. Meskipun demikian, Nabi
Ya‟qub tetap bersikap bijak dan tidak marah kepada mereka. Adapun sikap
nabi Ya‟qub tersirat dalam firman Allah berikut:

                         

               

18. Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan
darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang
memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik
itulah (kesabaranku[746])142. dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."143

141 Ahmad Showî al Maliki, Khāsyiyah ṣowî „Ala Tafsîr Jalālain,Tth, 237
142Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, hlm. 350, [746] Maksudnya: dalam hal
ini Ya'qub memilih kesabaran yang baik, setelah mendengar cerita yang menyedihkan itu.
143 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, 350

Meskipun sudah mendapat cerita dari anak-anaknya, disertai bukti
kemeja yang yang tidak robek dan berlumuran darah. Ya‟qub tidak

kehilangan akal untuk menemukan bahwa apa yang dilakukan anak-

anaknya hanyalah akibat sifat buruk mereka. Hal ini terjadi karena di
dalam hati kecil Nabi Ya‟qub selalu mengatakan Yūsuf tidak mati. Selain

itu, kedatangan anak-anak yang hanya menangis tanpa terlihat kecemasan
di wajah mereka menyebabkan Nabi Ya‟qub bersikap tegas dan memilih
untuk teguh menerima cobaan. Nabi Ya‟qub merasa terpukul. Ya‟qub

mencoba untuk bersabar dan hanya mengisi hari-harinya dengan ibadah
dan menangis kepada Allah sampai akhirnya Ya‟qub tidak melihat. Air
matanya yang terus mengalir telah membuatnya buta.144 Hari-hari Nabi
Ya‟qub Kejadian itu diceritakan Allah dalam firman-Nya berikut:

                               

  

84. Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata:
"Aduhai duka citaku terhadap Yūsuf ", dan kedua matanya menjadi putih
karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya
(terhadap anak-anaknya).145

144 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,
Semarang: Al Munawar, Tth, 104, fa shobrun jamil berarti mengadu dan hanya minta pertolongan
kepada Allah, berserah diri kepada Allah bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik dari Allah
untuk kita serta tetap terus yakin dan berharap pertolongan Allah akan datang tepat pada waktunya
(Mu‟jam Al-Buldan, Tth, 234)

145 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,1994, 362

Di dalam dunia ilmu psikologi, stres yang terjadi pada seseorang
memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh. Reaksi
tersebut antara lain glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik,
kadar adrenalin dan kortisol dalam tubuh meningkat, penggunaan energi
dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi, gula, kolesterol dan asam-asam
lemak tersalurkan ke dalam aliran darah, tekanan darah meningkat dan
denyut nadi mengalami percepatan. Mungkin Nabi Ya‟qub mengalami itu
semua ketika kehilangan Yūsuf. Stress yang parah, mampu mempengaruhi
dan merubah fungsi-fungsi normal organ tubuh. Hal ini dapat berakibat
sangat buruk. Peningkatan kadar adrenalin dan kortisol dalam rentang
waktu yang lama bisa menyebabkan gangguan pada pankreas dan bisa
menimbulkan penyakit diabetes. Dalam banyak kasus, penyakit diabetes
dapat menimbulkan gejala katarak yaitu kekeruhan pada lensa mata yang
mengakibatkan pandangan kabur. Penanganan katarak yang kurang
menyebabkan kebutaan. Saat ini penyakit katarak bisa disembuhkan
karena kadar gula dalam darah dapat dikontrol dengan baik ketika
penderita katarak mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari
orang yang dikasihinya.146 Berbeda dengan Nabi Ya‟qub yang sembuh
dengan cepat setelah di usap baju gamis Yūsuf. Mungkin hal itu terjadi
karena mukjizat bagi seorang nabi atau bisa juga sebagai buah dari
”Kesabarannya” dan kadar gangguan fungsi mata berkurang sejak Nabi
Ya‟qub merasakan kasih sayang Yūsuf, anak yang paling dikasihi dan

146 Depag RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, 2009, 29-30

dicintai meski hanya melalui baju gamisnya. Di dalam ilmu psikologi, ada
istilah asosiasi yang mana antara seseorang dengan orang lain dipandang
sebagai rangkaian yang saling berhubungan dan keterkaitan satu sama
lain.147 Dalam hal ini, Nabi Ya‟qub memiliki hubungan yang sangat erat
dengan Yūsuf sehingga meskipun hanya baju gamisnya Yūsuf yang
datang, tetapi bisa menjadi sarana penyakit Nabi Ya‟qub sembuh dalam
waktu yang singkat.

Beberapa waktu kemudian, Nabi Ya‟qub mendapatkan petunjuk
dengan ilham dari Allah bahwa Yūsuf masih hidup meski belum tahu
dimana keberadaannya.148 Nabi Ya‟qub berpikir seandainya Yūsuf sudah
meninggal, dia tidak akan berlarut-larut dalam kedukaan sehingga matanya
sampai putih. Allah memberi tahu tentang apa yang saudara-saudara Yūsuf
tidak ketahui, maka Nabi Ya‟qub memutuskan untuk tidak mengeluh
kepada orang lain dan mengadukan kesedihannya kepada Allah seraya
memohon agar dilepaskan semua kesedihan yang dia hadapi. Ilham yang
diterima Nabi Ya‟qub merupakan pemahaman yang diperoleh secara
langsung dari Allah, tanpa perantara, tanpa rentetan dalil dan susunan kata,
serta tanpa melalui langkah-langkah logika satu demi satu.149 Pemahaman
yang diperoleh langsung dari Allah tersebut disebut dengan istilah intuisi
atau ḥads. Intuisi dianugerahkan Allah kepada orang-orang yang bersih

147 Depag RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, 2009, 31
148 Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 103
149 Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 103

jiwanya dan selalu berbuat iḥsan.150 Intuisi dianugerahkan Allah kepada

orang-orang yang bersih jiwanya, selalu memperbaiki akhlak, dan selalu
berbuat iḥsan.151 Dalam kajian epistemologi Islam, intuisi menjadi salah

satu sumber ilmu dan kebenaran sebagaimana halnya rasio dan empiris.

Bahkan intuisi ini lebih tinggi kedudukannya daripada ilmu yang notabene

diperoleh melalui proses penalaran dan penginderaan. Kebenaran yang

dicapai melalui intuisi metodenya memang tidak bisa dibuktikan secara

rasional maupun empiris. Akan tetapi, hasil dari kebenaran intuisi tersebut

dapat dibuktikan secara rasional sekaligus empiris. Artinya, banyak orang

yang memperoleh pengetahuan yang mendalam secara intuitif yang
kemudian terbukti benar.152

Kemudian Nabi Ya‟qub memerintahkan saudara-saudara Yūsuf
untuk mencari berita tentang keberadaan Yūsuf dan Benyamin.153 Nabi
Ya‟qub juga berpesan agar mereka tidak berputus asa dalam
mencarinya.154 Perintah mencari Yūsuf digambarkan Allah swt. dalam

firman-Nya berikut:

                         

                

150 Ahmad Tafsir,Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu,
Memanusiakan Manusia, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, 29

151 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasmani, Rohani, dan Kalbu,
Memanusiakan Manusia, 2006, 39

152 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historia, Teoritis, dan Praktis),
Jakarta: Ciputat press, 2002, 29-30

153 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm,Tth, 703
154 M. Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Iḥtishari Tafsir Ibnu Katsir,1999, 877

87. Hai anak-anakku, Pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yūsuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir".155

Nabi Ya‟qub sudah bisa merasakan bahwa putra-putranya pulang

dengan membawa kabar gembira, meski mereka baru keluar dari negeri
Mesir. Nabi Ya‟qub merasa sudah dapat mencium bau Yūsuf yang
melekat pada gamisnya.156 Kegembiraan Nabi Ya‟qub beliau ungkapkan

kepada sanak keluarganya, sebagaimana firman Allah berikut:

                    

94. Tatkala kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata ayah
mereka: "Sesungguhnya aku mencium bau Yūsuf, sekiranya kamu tidak
menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)".157

Keluarganya tidak percaya dengan apa yang dirasakan Nabi
Ya‟qub.158 Mereka menganggap Nabi Ya‟qub lemah akal, sebagaimana

yang dijelaskan Allah swt berikut:

          

95. Keluarganya berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam
kekeliruanmu yang dahulu ".159

155 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 362
156 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
506
157 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 363
158 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
507
159 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 363

Tak lama kemudian, Nabi Ya‟qub dan keluarganya terkejut dengan
kedatangan saudara-saudara Yūsuf. Mereka segera mendekati Nabi Ya‟qub
dan melaksanakan pesan Yūsuf dengan meletakkan gamis Yūsuf ke
wajahnya.160 Pada saat itu juga, Nabi Ya‟qub bisa melihat kembali.
Kesembuhan Nabi Ya‟qub dari kebutaannya digambarkan Allah dalam
firman-Nya:

                           

         

96. Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, Maka diletakkannya
baju gamis itu ke wajah Ya'qub, lalu kembalilah dia dapat melihat.
berkata Ya'qub: "Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui
dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya".161

b. Kasih Sayang Saudara-Saudara Yūsuf kepada Yūsuf

Kasih Sayang Saudara-Saudara Yūsuf kepada Yūsuf hanyalah pura-
pura. Hal ini terlihat dari rencana saudara-saudara Yūsuf yang hendak
mengajak Yūsuf untuk bermain bersama-sama, kemudian mereka
ceburkan ke dasar sumur di pinggir jalan agar diambil oleh para kafilah
yang membutuhkan air.162 Cinta pura-pura saudara-saudara Yūsuf terjadi
karena sikap Nabi Ya‟qub yang lebih mencurahkan kasih sayangnya

160 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 706
161 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 363
162 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm,1995, 664

kepada Yūsuf dan Benyamin sejak Rakhel meninggal. Hal itu membuat iri
dan dengki saudara-saudaranya, sehingga mereka menganggap bahwa
Nabi Ya‟qub berada dalam kesesatan atau kekeliruan yang nyata, yaitu
tidak adil dalam membagi cinta dan kasih sayang kepada putra-
putranya.163 Tidak dapat dipungkiri, jika seseorang yang memiliki saudara
dan merasa dianakatirikan oleh orang tuanya, akan cemburu kepada
saudaranya yang dinomorsatukan. Kecemburuan ini merupakan tanda
bahwa semua anak membutuhkan cinta dan kasih sayang yang sama dari
orang tuanya. Pada dasarnya seorang ayah memang dituntut untuk
memahami watak dan sikap seluruh anak-anaknya agar dirinya mampu
mengatur dan membimbing mereka secara bijaksana.

Jika ditelaah kembali, kecemburuan saudara-saudara Yūsuf
sebenarnya bukan hanya karena Nabi Ya‟qub tidak adil dalam membagi
cinta, melainkan juga karena sifat mereka yang sombong. Saudara-saudara
Yūsuf menganggap dirinya merupakan satu golongan atau kelompok yang
kuat, sehingga menurut mereka, seharusnya Nabi Ya‟qub lebih cinta dan
sayang kepada mereka daripada kepada Yūsuf dan Benyamin yang masih
anak-anak dan mereka anggap lemah.164 Sedangkan anggapan bahwa Nabi
Ya‟qub berada dalam kesesatan yang nyata oleh sebagian puteranya,
termasuk cobaan Nabi Ya‟qub sebagai seorang ayah dan nabi. Mengenai

163 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 92
164 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
388-389

kecemburuan saudara-saudara Yūsuf sehingga menyalahkan ayahnya,

digambarkan dalam firman Allah swt Berikut:

                    

                       

7. Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada
(kisah) Yūsuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang
bertanya.165

8. (Yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yūsuf dan saudara
kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita
sendiri, Padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat).
Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.166

Ternyata jawaban Nabi Ya‟qub menambah kecemburuan saudara-
saudara Yūsuf.167 Awalnya mereka menyadari kebenaran perkataan
ayahnya bahwa Nabi Ya‟qub tentunya sebagai orang yang berusia lanjut

akan merasa sedih ketika berpisah dengan puteranya yang masih kecil dan

belum dapat mandiri menghadapi bahaya. Selain itu, mereka juga

membenarkan bahwa tidak mustakhil di tempat yang mereka tuju terdapat

binatang buas, baik serigala atau binatang buas lainnya yang dapat
membahayakan apalagi untuk anak sebesar Yūsuf.168 Karena mereka

merasa takut kehilangan kepercayaan dan harga diri sebagai pemuda-

pemuda yang kuat dan kompak di masyarakat, maka kekhawatiran Nabi

165 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 349
166 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 349
167 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 93
168 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
394

Ya‟qub mereka sanggah. Mereka tetap mendesak Nabi Ya‟qub agar
mengizinkan Yūsuf pergi bersama mereka dan mereka berjanji untuk
menjaga Yūsuf dari datangnya marabahaya yang tidak mereka inginkan.
Mereka meyakinkan, bahwa kekuatan mereka cukup kuat untuk mencegah
datangnya bahaya yang mengancam keselamatan Yūsuf. Mereka juga
meyakinkan, bahwa mereka termasuk orang-orang yang rugi dan lemah
jika tidak bisa melindungi Yūsuf dari serigala.169 Dari sikap dan perkataan
saudara-saudara Yūsuf memperlihatkan sifat mereka yang sombong dan
cenderung meremehkan anak kecil dan orang tua. Allah SWT
menggambarkan jawaban saudara-saudara Yūsuf atas kekhawatiran
ayahnya dalam ayat berikut:

                    

14. Mereka berkata: "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami
golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-
orang yang merugi[745]."170

Dalam perjalanan pulang, saudara-saudara Yūsuf bersorak gembira
setelah berhasil melaksanakan rencana jahatnya. Mereka merasa lega
karena Yūsuf yang paling dicintai oleh ayahnya sudah tidak ada. Mereka
membayangkan setelah semua berlalu, perhatian dan cinta ayahnya hanya
akan tertuju kepada mereka dan mereka merasa menang. Saudara-saudara

169 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
394

170 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 350, [745] Maksudnya: menjadi orang-
orang pengecut yang hidupnya tidak ada artinya.

Yūsuf membuat siasat agar peristiwa tragis itu tidak dicurigai ayahnya,

ketika mereka pulang dengan tidak membawa Yūsuf. Mereka memberi

darah palsu pada baju Yūsuf, seolah-olah itu darah Yūsuf ketika diterkam

serigala.171 Selanjutnya, baju yang telah dilumuri darah binatang tersebut

dijadikan bukti palsu agar ayahnya yakin bahwa Yūsuf benar-benar

dimakan serigala. Sore harinya, saudara-saudara Yūsuf pulang ke rumah

dengan memasang wajah yang memelas, sedih, dan menangis seolah-olah

sedang ditimpa musibah besar.172 Peristiwa ini dijelaskan Allah dalam

firman-Nya berikut:

                                

                          

16. Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil
menangis.173

17. Mereka berkata: "Wahai ayah Kami, Sesungguhnya Kami pergi
berlomba-lomba dan Kami tinggalkan Yūsuf di dekat barang-barang
Kami, lalu Dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya
kepada Kami, Sekalipun Kami adalah orang-orang yang benar."174

3. Ketahan-malangan (Adversity/sabar)

171 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 667
172 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
398-399, dari apa yang telah dilakukan saudara-saudara Yūsuf, terlihat beberapa strategi yang
dilakukan untuk menutupi kejahatan antara lain: pertama, waktu yang dipilih tepat yaitu sore hari
dimana Nabi Ya‟qub berada di waktu santai sudah mulai fokus ibadah di malam hari; ke dua
mereka memiliki bukti yang kuat berupa darah palsu yang ada pada baju Yūsuf; ke tiga, gestur
yang dibawa meyakinkan dengan mereka datang menangis, memelas dan bersedih seolah habis
ditimpa musibah yang besar; ke empat, tempat yang tepat yaitu di rumah; dan ke lima, alasanyang
seolah rasional yaitu Yūsuf mati karena diterkam serigala.
173 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 350
174 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 350

Ketahan-malangan (sifat tahan banting) merupakan sikap tahan

terhadap penderitaan, berani menghadapi tantangan, dan resiko dalam
perjalanan hidupnya.175 Ketahan-malangan dimiliki Nabi Yūsuf di berbagai

mata rantai kehidupannya. Mata rantai kehidupan yang terdapat pada
kehidupan Yūsuf tersebut, juga bisa terdapat pada setiap orang. Oleh karena

itu, manusia hanya berjalan di atas rel-rel takdirnya. Sedangkan kewajiban

manusia adalah menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan waspada

menjaga jiwanya agar tidak jauh dari Tuhan yang mengatur perjalanan
hidupnya.176
a. Ketahan-malangan yang dimiliki Nabi Yūsuf As

Adapun ketahan-malangan dimiliki Nabi Yūsuf dalam hal berikut:
1) Ketahan-malangan Yūsuf sebagai anak tidak beribu

Ketahan-malangan dimiliki Yūsuf sejak kecil dengan

mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua hanya dari

ayahnya, sejak ibunya meninggal. Sedangkan ibu tirinya, Lea lebih
mencintai anak-anaknya dibanding Yūsuf dengan alasan Lea merasa
lebih tua jika dibandingkan dengan ibunya Yūsuf. Lea juga bisa lebih
memberikan banyak anak kepada Nabi Ya‟qub. Selain itu, rasa dengki

Lea terhadap Rakhel karena parasnya yang cantik dan meninggal lebih
awal membuat Nabi Ya‟qub kurang mencurahkan kasih sayangnya
kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, ketika Yūsuf mengalami

175 M. Seligman dan C. Peterson. “Strength,Virtue, and Character,” dalam Paul G. Stoltz and
Erik Weihenmayer. The Adversity Advantages Turning Everyday Struggles Into Everyday
Greatness, 2006), 74

176 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1986, 112-114

permasalahan psikologis yang mengganggu kejiwaannya, Yūsuf
berusaha mencari solusinya hanya dengan mengadukan kepada
ayahnya, Nabi Ya‟qub.
2) Ketahan-malangan Yūsuf sebagai saudara tiri

Di dalam kisah Yūsuf, ketahan-malangan dimiliki Yūsuf ketika
muncul perebutkan kasih sayang dari interaksi sosial dengan saudara-
saudara tirinya. Kemalangan tersebut dapat dilihat dari Yūsuf kecil
lebih banyak ditinggal di rumah bersama Benyamin dan Nabi Ya‟qub,
sedangkan saudara-saudara tirinya pergi menggembala kambing dan
lembu.177 Pembicaraan saudara-saudara Yūsuf yang mengungkapkan
kecemburuan dan menilai ayahnya dalam kekeliruan yang nyata,
akhirnya sampai pada rencana jahat yang ingin mereka lakukan, yaitu
membunuh Yūsuf.178 Mereka merencanakan siasat jahat tersebut
hanya untuk merebut cinta ayahnya.179 Dari pembicaraan saudara-
saudara Yūsuf, bisa diketahui bahwa ternyata untuk melaksanakan
suatu kejahatan adakalanya tidak dapat dilakukan sendiri, tapi juga
membutuhkan bantuan dan dukungan orang lain yang memiliki visi
yang sama. Pemikiran yang cerdas dan kekuatan mental dibutuhkan
untuk melaksanakan aksi kejahatan tersebut apalagi sampai tercetus
ide menghilangkan nyawa orang lain.

177 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 171
178 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 92
179 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 664

Adapun usaha yang mereka lakukan untuk merebut perhatian dan
cinta ayahnya sebenarnya ada tiga pilihan. Pertama, membunuh
Yūsuf, pilihan tersebut dinilai terlalu keras sehingga mendapat
pertentangan dari saudara Yūsuf yang tidak setuju jika Yūsuf
dibunuh.180 Kedua, Yūsuf dibuang ke daerah yang tidak dikenal,
dengan alasan Yūsuf bisa sendirian sehingga mati kelaparan atau mati
di makan binatang buas. Untuk menghilangkan rasa bersalah dan
berdosa, salah satu diantara mereka menyarankan untuk segera
bertaubat dan menjadi orang-orang yang baik.181 Dari Persekongkolan
tersebut, bisa diketahui bahwa saudara-saudara Yūsuf memiliki sikap
dan karakter yang keras, buruk, dan jahat. Dalam menginginkan
sesuatu, mereka menghalalkan segala cara, meskipun mencelakai
saudaranya sendiri. persekongkolan jahat saudara-saudara Yūsuf
tertulis di dalam Al-Qur‟an berikut:

                         ‫إ‬
    

180 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 92
181 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm,1995, 664

9. Bunuhlah Yūsuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak
dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan
sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik[744]."182

Di antara saudara-saudara Yūsuf yang cemburu kepadanya,

ternyata masih ada yang mempunyai benih kebaikan dan rasa belas

kasihan untuk tetap membiarkan Yūsuf hidup, meskipun Yūsuf adalah

saudara tirinya. Dia juga sepakat untuk menjauhkan Yūsuf dari

ayahnya dengan alasan dia juga mempunyai keinginan yang sama

dengan saudara-saudaranya berupa perhatian dan kasih sayang

ayahnya. Rasa takut kepada Allah dan rasa belas kasihan kepada

Yūsuf, membuat dia tidak setuju dengan rencana pembunuhan itu.183

Maka, tercetuslah alternatif rencana usaha untuk merebut cinta

ayahnya yang Ketiga, yaitu membuang Yūsuf ke dalam sumur di

dekat jalan para pengembara agar ketika para pengembara mengambil

air untuk minum, mereka menemukan Yūsuf dan mengambilnya,

182 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 349, [744] Menjadi orang baik-baik
yaitu, mereka setelah membunuh Yūsuf As. bertaubat kepada Allah serta mengerjakan amal-amal
saleh.

183 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
391, di dalam Al-Qur‟an tidak dijelaskan siapa yang mencegah pembunuhan Yūsuf dan
mengusulkan pembuangannya ke dalam sumur. Hal ini adalah kebiasaan al-Qur‟an yang tidak
menyebut nama pelaku dengan tujuan agar perhatian tertuju sepenuhnya kepada usul yang
disampaikan bukan pada yang menyampaikannya. Dalam perjanjian lama, disebut dua nama.
Pertama Ruben yang mengusulkan agar jangan di bunuh (Lembaga al kitab, kitab kejadian 37:
26). Kedua Yahudza yang mengusulkan agar jangan dibunuh dan dijual saja (Lembaga al kitab,
kitab kejadian 37: 26), Yahudza adalah anak ke empat Nabi Ya‟qub dari istrinya yang bernama
Lea (Lembaga al kitab, kejadian 35: 23), cara berpikir Yahudza yang berbeda jika dibandingkan
dengan saudara-saudaranya dimungkinkan karena selain posisi dia sebagai anak tengah juga sifat
bijak ayahnya yang juga sebagai seorang nabi mengalir ke dalam dirinya serta prinsip hidup hasil
didikan ayahnya untuk mengikuti ajaran agama telah tertanam kuat di dalam hatinya sehingga
ketidaknyamanan sering muncul melihat sikap ibu dan saudara-saudaranya yang kurang sesuai
dengan ajaran agamanya.

sehingga membawa Yūsuf ke tempat yang jauh atau ke daerah

pengembara sehingga Yūsuf akan jauh dari ayahnya.184 Sumur

tersebut bernama Jub,185 ghayābatil jub yang berarti dasar sumur yang

gelap. Sumur tersebut terletak di persimpangan jalan Jerusalem,

tempat kafilah-kafilah dagang dan para musafir beristirahat.186 Dengan

demikian, kemungkinan Yūsuf akan diselamatkan dari sumur tersebut

dan dibawa oleh siapa saja untuk dijadikan budak.187 Benyamin tidak

diikutkan dalam persekongkolan tersebut dengan alasan kesepuluh

saudara Yūsuf takut rencana mereka akan terlebih dahulu terbongkar,

mengingat Benyamin merupakan saudara kandung Yūsuf.188

Alternatif pilihan tersebut dijelaskan dalam firman Allah berikut:

                         

       

10. Seorang diantara mereka berkata: "Janganlah kamu bunuh Yūsuf ,
tetapi masukkanlah dia ke dasar sumur supaya dia dipungut oleh
beberapa orang musafir, jika kamu hendak berbuat."189

Kedua pilihan tersebut, tidak mereka laksanakan karena selain

mempunyai resiko yang besar berupa perbuatan yang dilaknat Allah,

mereka juga masih mempunyai perasaan takut dosa.190 Setelah

184 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 188
185 Nuhas Abi Ja‟far Ahmad bin Muhammad bin Isma‟il, I‟rāb al-Qur‟ān, Beirut: Dar al-
Kutub al-Imiah, 2004, 306
186 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
390
187 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 93
188 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
391
189 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 349
190 Ahmad Showî al Maliki, Khāsyiyah ṣowî „Ala Tafsîr Jalālain,Tth, 236

mempertimbangkan secara matang, akhirnya saudara-saudara Yūsuf

sepakat dengan pilihan yang ketiga dengan resiko terkecil, yaitu tidak

melakukan pembunuhan yang merupakan dosa besar dan dilarang
Allah.191 Persekongkolan tersebut menghasilkan satu keputusan bulat,
bahwa Yūsuf hendak mereka ajak untuk bermain bersama-sama,

kemudian mereka ceburkan ke dasar sumur di pinggir jalan agar
diambil oleh para kafilah yang membutuhkan air.192 Setelah itu,

mereka menjalankan siasat jahat itu dengan memohon dan mengiba di
hadapan ayahnya agar diizinkan membawa Yūsuf bermain sambil
menggembala ternaknya. Dengan demikian, Yūsuf akan merasa

terhibur di tengah-tengah saudaranya dan memiliki pengalaman yang
berbeda, tidak hanya selalu di dalam rumah bersama ayahnya.193
Kemungkinan Yūsuf sendiripun banyak berubah dan sering

mengasingkan diri dari saudara-saudaranya, sehingga hubungan antara
Yūsuf dan saudara-saudaranya menjadi semakin renggang. Kalaupun
Yūsuf bermain, dia hanya bermain dengan saudara kandungnya,
Benyamin.194 Peristiwa itu digambarkan Allah dalam firman-Nya

berikut:

                      
                 

191 Muhammad bin Ahmad bin Iyas al Hanafi, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 96
192 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 664
193 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
392-393
194 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 192

11. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak
mempercayai kami terhadap Yūsuf, Padahal sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang mengingikan kebaikan baginya.195
12. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat)
bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami
pasti menjaganya."196

Sebagai saudara tiri, ketahanan-malangan dimiliki Yūsuf ketika

Yūsuf mendapat cinta dan kasih sayang pura-pura dari saudara-

saudara tirinya. As-Suddi menceritakan bahwa ketika masih di

hadapan Nabi Ya‟qub, saudara-saudara Yūsuf memperlihatkan kasih

sayang mereka kepada Yūsuf dengan pelukan dan senyuman. Tetapi

selepas dari penglihatan Nabi Ya‟qub, mereka mulai melepas sakit

hati mereka kepada Yūsuf dengan memaki dan menghina serta ada

yang memukul, menendang, dan menyepak.197 Dalam perjalanan,

Yūsuf dimasukkan ke dalam sumur dan ditinggal pergi oleh saudara-

saudaranya.198 Saat itu Yūsuf berusia 12 tahun.199 Dalam perjanjian

lama disebutkan bahwa lokasi bermain dan sumur tempat bermain

Yūsuf dan saudara-saudaranya disebut Dotan.200 Sebagaimana dikutip

M. Quraish Shihab dari pendapatnya Ibnu „Asyūr, yaitu sebuah

wilayah yang berada di antara Banias dan Thabariyah,201 tepatnya

195 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 349
196 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 349
197 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 194
198 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
394-396,
199 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 196
200 Lembaga al kitab, kitab kejadian 37: 17
201 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
397

sekitar 12 mil dari Thabariyah, satu wilayah dekat kota Damaskus,
Syiria.202 Ketika berada di dalam sumur, Yūsuf mendapat
perlindungan dari Allah berupa perasaan tenang, terlindungi, tubuh
yang tidak sakit dan kabar gembira mengenai masa depannya.203
Kisah pembuangan Yūsuf dijelaskan Allah SWT dalam firmanNya
berikut:

                            

             

15. Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya
ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah
dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yūsuf : "Sesungguhnya kamu
akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang
mereka tiada ingat lagi."204

Firman Allah swt “Kami wahyukan kepada Yūsuf :
"Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan
mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi", mempunyai makna
bahwa Allah mengingatkan Yūsuf tentang kasih sayang Allah
kepadanya dan kemudahan yang akan diterimanya setelah berbagai
ujian kehidupan yang dia hadapi. Pada saat Yūsuf mengalami
kesulitan terutama ketika berada di dalam sumur tua yang gelap, Allah
memberikan wahyu kepadanya untuk menghibur dan

202 Yakut Al-Hamawi, Mu‟jam Al-Buldan, Libanon: Dar al-Kutub Al-Ilmiya, 1224
203 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
397
204 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 350

menguatkannya,205 “Janganlah kamu bersedih karena keadaanmu ini,

karena kamu akan memiliki jalan keluar yang baik. Allah akan

menolongmu dari mereka, meninggikan dan menaikkan derajatmu.

Kamu akan menceritakan kepada mereka apa yang pernah mereka
lakukan kepadamu sekarang.” Firman Allah, “ sedang mereka tidak
ingat lagi”, yakni mereka sudah tidak mengenalimu dan tidak merasa
pernah berbuat salah kepadamu.206
3) Ketahan-malangan Yūsuf sebagai budak dan anak angkat

Ketahan-malangan dimiliki Yūsuf setelah tidak berapa lama
Yūsuf berada di dalam sumur di ambil sekelompok musafir dan dijual

sebagai budak. Sekelompok orang-orang musafir tersebut sering
disebut Kafilah/Sayyarah atau Caravan istilah dari orang barat.207

Mereka dari Madyan hendak menuju Mesir dengan membawa barang
dagangan.208 Ketika hendak mengambil air, mereka melihat Yūsuf di
dalam sumur. Mereka menjadi gembira karena Yūsuf saat itu

merupakan anak kecil yang tampan, berusia 12 tahun dan dapat

mereka jual sebagai budak. Setelah itu, mereka menyembunyikan
Yūsuf bersama barang-barang dagangan.209 Peristiwa itu digambarkan

Allah dalam firman-Nya berikut:

205 M. Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Iḥtishari Tafsir Ibnu Katsir,1999, 841
206 Depag RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Departemen
Agama RI, 2009, 442
207 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 201
208 Depag RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, 2009, 499
209 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
401-402

                             

              

19. Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka
menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya,
dia berkata: "Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!" kemudian
mereka menyembunyikannya sebagai barang dagangan. dan Allah
Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.210

Setelah itu, Yūsuf dibawa ke Mesir sebagai barang dagangan dan

dijual di kota Hyksos (Afaris, yang sekarang bernama Shan al-Hajar,
dekat danau al Manzilah).211 Pada saat itu, usia Yūsuf diperkirakan

oleh Sayid Qutub sebagaimana dikutip oleh M Quraish Syihab adalah
tidak lebih dari 14 tahun dengan alasan kata (‫ )غلاو‬atau remaja

dipahami berarti anak laki-laki yang berusia antara 10 sampai 20
tahun.212 Yūsuf dijual dengan harga yang murah, yaitu 20 dirham.213
Yūsuf dijual kepada pembesar negeri itu yaitu Qithfir, seorang raja

Mesir yang bernama Ar-Rayyan bin Walid mempunyai julukan Al
„Azis.214Mengenai hal itu Allah berfirman:

                     

210 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 350
211 Syauqi Abi Khalil, Atlas Al-Qur‟an: Mengungkap Misteri Kebesaran Al-Qur‟an, Terj.
Abdul Ghofar, Jakarta: Almahira,2005, 73
212 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
402
213 Ahmad Showî al-Maliki, Khāsyiyah ṣowî „Ala Tafsîr Jalālain,Tth, 238
214 Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 95

20. dan mereka menjual Yūsuf dengan harga yang murah, Yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya
kepada Yūsuf [747].215

4) Ketahan-malangan Yūsuf sebagai orang berwajah tampan

Ketahan-malangan dimiliki Yūsuf ketika semua kelebihan yang

dimiliki nya, diam-diam telah membuat istri Al-„Azis, yang

bernama Zulaikha, yang mengasuh, menemani dan merawatnya

hingga dewasa, jatuh hati kepadanya. Ketertarikan Zulaikha kepada

Yūsuf diantaranya disebabkan oleh Al-„Azis yang telah mundur

syahwatnya dan menjadi „innin (impotent) atau orang yang kebiri.216

Kecintaan Zulaikha kepada Yūsuf kemudian ditampakkan secara

agresif. Zulaikha menuruti hawa nafsunya untuk melakukan sesuatu

yang dilarang agama,217 sebagaimana firman Allah berikut:

                     

                             

23. Dan wanita (Zulaikha) yang Yūsuf tinggal di rumahnya
menggoda Yūsuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia
menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yūsuf
berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuhanku telah
memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang
zalim tiada akan beruntung.218

215 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 350, [747] Hati mereka tidak tertarik
kepada Yūsuf karena dia anak temuan dalam perjalanan. Jadi mereka khawatir kalau-kalau
pemiliknya datang mengambilnya. oleh karena itu mereka tergesa-gesa menjualnya Sekalipun
dangan harga yang murah.

216 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 207
217 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
410-414
218 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352

Manusia yang tunduk pada hawa nafsunya, seperti Zulaikha yang
menggoda Yūsuf, dapat juga dikatakan bahwa sebelumnya, Zulaikha
adalah orang yang bersih. Namun, karena suami Zulaikha telah
mundur syahwatnya sehingga menjadi „innin (impotent) dan mendapat
bisikan setan yang menjanjikan kenikmatan, Zulaikha menggoda
Yūsuf. Dengan demikian, Zulaikha dapat dikatakan mengikuti bisikan
setan atau nafsu yang berpotensi pada kejahatan dan bisikan setan
datang bersamaan dalam diri Zulaikha sehingga dirinya menjadi
semakin berani untuk melakukan kejahatan. Sebenarnya, setan hanya
mengobarkan potensi negatif yang terdapat pada hawa nafsu manusia.
Jadi, setan tidak mengambil alih peran jahat manusia, melainkan
hanya menghidupkan potensi kejahatan yang terdapat di dalam
dirinya. Jika bisikan setan dan potensi jahat pada manusia berpadu,
kecenderungan untuk melakukan kejahatan akan kuat sekali.219

Pada dasarnya, setan memiliki banyak strategi untuk menjalankan
aksinya dalam menggoda manusia. Adapun strategi yang paling
ampuh dan sering membuat manusia terlena adalah membuat sesuatu
yang tidak berguna seolah-olah menjadi sangat berguna, indah dilihat
mata, dan menjadi indah jika dijalankan. Begitu juga sebaliknya, setan
membuat sesuatu yang berguna menjadi kelihatan menjemukan,

219 Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur‟an, Bandung: Pustaka, 1995, 185

memberatkan, dan menakutkan.220 Namun, jika ingin memutusnya,

manusia harus minta perlindungan kepada Allah atau sadar dengan
kejahatannya.221 Oleh karena itu, ketika mendapat godaan dari
Zulaikha, Yūsuf mengatakan “Aku berlindung kepada Allah.” Dengan
demikian, secara tidak langsung Yūsuf telah melaksanakan perintah

Allah untuk memohon perlindungan kepadaNya dari godaan setan dan

manusia.

Sebagai lelaki normal, Yūsuf juga punya keinginan untuk

melakukan hal itu, karena derasnya godaan yang dilancarkan Zulaikha
kepada Yūsuf. Namun, karena memiliki keimanan yang kokoh dengan
merasa takut kepada Allah, Yūsuf mampu menepis godaan itu dengan
menolaknya secara tegas.222 Peristiwa itu diabadikan Allah dalam

firman-Nya berikut:

220 43. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan
diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan
syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.(QS. Al-
An‟am {6}: 43) dan 48. “Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan
mereka dan mengatakan: "tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada
hari ini, dan Sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah
dapat saling Lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata:
"Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, Sesungguhnya saya dapat melihat apa yang
kamu sekalian tidak dapat melihat; Sesungguhnya saya takut kepada Allah". dan Allah sangat
keras siksa-Nya”.(QS. Al-Anfaal {8}: 48)

221 200. “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada
Allah[590].[590] Maksudnya: membaca A'udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim.” QS. Al-A‟raaf
{7}: 200

222 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
415-418

                     

                  

24. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan
itu) dengan Yūsuf , dan Yūsuf pun bermaksud (melakukan pula)
dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari)
Tuhannya[750]223. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari
padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yūsuf itu
Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.224

Yūsuf yang tidak bersedia memenuhi ajakan Zulaikha segera

berusaha lari menghindar menuju pintu untuk kabur. Zulaikha yang
sudah kalap tidak mau melepaskan Yūsuf begitu saja. Dia juga berlari
mendekati pintu untuk menghalangi Yūsuf agar tidak kabur. Namun,
karena Yūsuf lebih cepat dan dahulu sampai pintu, Zulaikha akhirnya
menarik bagian belakang baju Yūsuf dengan sangat kuat hingga
sobek.225 Peristiwa sobeknya Nabi Yūsuf salah satunya disebabkan

oleh ketidakmampuan Zulaikha dalam munundukkan nafsu ammarah
bissu‟ yang ada dalam dirinya sehingga rela menghalalkan segala cara

untuk memenuhi apa yang diinginkannya. Nafsu tersebut seolah-olah

menjanjikan kenikmatan, kebahagiaan, dan kenyamanan hidup sesaat.
Lain halnya dengan Yūsuf yang mampu menundukkan dan mengelola

223 [750] Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yūsuf As. punya keinginan yang buruk
terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga andaikata dia
tidak dikuatkan dengan keimanan kepada Allah swt. tentu dia jatuh ke dalam kemaksiatan.

224 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352
225 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 669

nafsu ammarah bissu‟ di dalam dirinya mampu melawan godaan
hebat dari Zulaikha dan segera menggantinya dengan nafsu
mutma‟innah, yaitu nafsu yang membawa pada ketenangan dan di
dapat ketika selalu mengingat Allah.

Tiba-tiba Al-„Azis sudah berdiri di depan pintu.226 Keduanya
sangat terkejut dan sesaat suasana menjadi sangat tegang. Sekilas
mereka membayangkan Al-„Azis akan marah dan menghukum
mereka.227 Karena takut kejadian nista itu terungkap dan harga dirinya
hancur, Zulaikha segera membela diri dengan mengatakan kapada
suaminya bahwa Yūsuf hendak berbuat serong kepada dirinya dan
meminta Yūsuf dihukum atas perbuatannya.228 Kejadian ini
digambarkan Allah dalam firman-Nya berikut:

                        

                        

25. Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu
menarik baju gamis Yūsuf dari belakang hingga koyak dan keduanya
mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata:
"Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong
dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab
yang pedih?"229

226 Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 96
227 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 214
228 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
419-420
229 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352

Yūsuf tidak berdiam diri atas tuduhan Zulaikha. Dia menceritakan
kejadian yang sebenarnya dengan mengatakan bahwa Zulaikha yang
menggodanya dan dia dengan tegas menolaknya. Terjadilah
perdebatan antara Yūsuf dan Zulaikha di hadapan Al-„Azis. Mereka
sama-sama mengatakan dirinya yang benar. Sebenarnya Al-„Azis
sudah mempunyai firasat kalau Yūsuf tidak bersalah,230 dengan alasan
pertama Yūsuf saat itu berstatus sebagai budak karena meskipun
menjadi anak angkat Yūsuf juga menyelesaikan pekerjaan layaknya
pembantu, dengan demikian Yūsuf tidak mungkin berani
mengkhianati tuannya. Kedua, Yūsuf lari, seandainya Yūsuf
menginginkan untuk menuruti nafsunya untuk menaati perintah istri
tuannya maka Yūsuf tidak akan lari. Ketiga, selama Yūsuf mengabdi
tidak pernah menimbulkan sesuatu yang janggal sehingga masih dapat
dipercaya oleh tuannya.

Menghadapi peristiwa yang sensitif itu, Al-„Azis mampu menahan
marah dan mampu bersikap bijak dengan tidak menyalahkan atau
membenarkan salah satu pendapat. Al-„Azis mendatangkan seorang
saksi yang sekiranya dapat mengungkap kebenaran diantara mereka.
Saksi itu berasal dari keluarga Zulaikha, yang mungkin berada di sana
ketika ada kejadian itu. Tanpa memihak Yūsuf dan Zulaikha, dia
memberikan kesaksian dengan mengatakan “ Jika baju sobek di
depan, maka Zulaikha benar dan Yūsuf termasuk pendusta. Namun,

230 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 670

jika baju Yūsuf sobek di bagian belakang, maka Zulaikha yang salah

dan dia termasuk pendusta, sedangkan Yūsuf termasuk orang-orang

yang benar. Atas kesaksian itu, suami Zulaikha langsung memeriksa

baju Yūsuf.

Dari hasil pemeriksaan, diketahui baju Yūsuf sobek pada bagian

belakang. Dengan bukti itu, suami Zulaikha menganggap Zulaikha

telah bersalah dan harus segera bertaubat kepada Allah. Sedangkan

Yūsuf diminta untuk melupakan kejadian itu dan tidak

menceritakannya kepada orang lain.231 Peristiwa itu dijelaskan Allah

dalam firman-Nya berikut:

                     

                       

                         

231 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
421-425, ada beberapa pendapat yang dikutip Hamka tentang saksi peristiwa antara Yūsuf dan
Zulaikha, antara lian: pertama, hadits yang dirowikan oleh al-Baihaqi bahwa Nabi bersabda salah
satu anak yang masih dalam ayunan bisa berbicara adalah anak kecil dalam ayunan yang menjadi
saksi melepaskan Yūsuf dari tuduhan berzina; ke dua, Asy-Syaukani yang berpendapat bahwa
saksi itu adalah keluarga terdekat dari perempuan itu; ke tiga, ibnu Abbas yang menyatakan saksi
itu adalah orang besar, terdekat kepada raja, dan bijaksana; ke empat, Abu Ja‟far an-Nuhas yang
mengatakan saksi itu adalah orang yang berakal, bijaksana, diajak musyawarah raja, dan selalu
memberikan pendapatnya; ke lima, Al-Qurthubi menyatakan bahwa sakasi itu adalah orang yang
bijak, ahli hikmat, berakal budi tinggi, selalu diajak musyawarah raja tentang hal-hal yang penting,
dan termasuk keluarga istri raja. Al Qurthubi juga menyatakan saksi itu masuk ke dalam rumah
bersama Wazir besar dan seketika dimintai pendapatnya. Saksi itu berkata “Saya mendengar ada
ribut-ribut di dalam rumah seketika saya akan masuk, saya dengar dari belakang pintu dan saya
dengar juga ada baju yang koyak. Tetapi saya tidak tahu bagaimana keadaan sebenarnya. Cuma
saya ambil saja kesimpulan: kalau baju yang robek di depan, berarti kau yang benar, hai
perempuan! kalau dan jika baju yang robek di belakang, berarti kau yang benar, hai
Yūsuf!mendengar perkataan orang budiman itu, mereka memperhatikan baju Yūsuf dan ternyata
robek dibelakang (Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 216-218)

                     

                     

26. Yūsuf berkata: "Dia menggodaku untuk menundukkan diriku
(kepadanya)", dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan
kesaksiannya:"Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu
benar dan Yūsuf termasuk orang-orang yang dusta.232
27. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah
yang dusta, dan Yūsuf termasuk orang-orang yang benar."233
28. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yūsuf koyak di
belakang berkatalah dia: "Sesungguhnya (kejadian) itu adalah
diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah
besar."234
29. (Hai) Yūsuf : "Berpalinglah dari ini[751]235, dan (kamu Hai
isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu
sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah."236

Meski telah ditutup rapat-rapat, namun hubungan antar Zulaikha

dan Yūsuf lama kelamaan diketahui oleh orang lain dan berubah

menjadi rahasia umum yang mudah tersebar.237 Hal ini terjadi karena

kebiasaan istri-istri penguasa Mesir lebih sering menghabiskan waktu

dengan cara bertamu dari satu tempat ke tempat lain dan

membicarakan hal-hal yang kurang berguna seperti dalam hal pakaian,

perhiasan, kekayaan, dan suami. Selain itu, banyaknya pelayan,

pengasuh dan dayang-dayang di istana yang memiliki berbagai

karakter juga mempermudah tersebarnya rahasia yang telah ditutup

232 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352
233 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352
234 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352
235 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352, [751] Maksudnya: rahasiakanlah
Peristiwa ini.
236 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352
237 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 674

rapat. Perasaan dengki kepada perempuan lain yang dirasa menjadi
saingan dalam hal kecantikan atau kedudukan menyebabkan berita
buruk lebih mudah tersiar.238

Saat itu, Zulaikha menjadi buah bibir masyarakat, khususnya di
kalangan para wanita dan istri-istri para pembesar kerajaan Mesir.
Hal itu membuat kewibaan Zulaikha merosot dalam pandangan
masyarakat, terutama kaum wanita yang melihat tindakan Zulaikha
merupakan kesalahan besar, mengingat Zulaikha adalah istri seorang
pejabat terpandang.239 Allah menggambarkan peristiwa itu dalam
firman-Nya berikut:

                         

              

30. dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al „Azis [752240]
menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya),
sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat
mendalam. Sesungguhnya Kami memandangnya dalam kesesatan
yang nyata."241

238 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 221-222
239 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
426
240Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352, [752] Al „Azis sebutan bagi raja di
Mesir.
241 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352

Maka untuk membela kehormatan dirinya dan menutup
rahasianya, Zulaikha mengundang istri para penguasa dan istri orang-
orang terkemuka untuk hadir dalam jamuan makan di rumahnya.242
Zulaikha menyediakan hidangan aneka buah yang dilengkapi dengan
pisau yang tajam untuk mengupasnya.243 Ketika wanita-wanita
tersebut mengupas buah-buahan dengan pisau yang tajam tersebut,
Zulaikha menyuruh Yūsuf keluar dan berlalu di hadapan para tamu
undangannya.244

Ketahan-malangan tetap dimiliki Yūsuf setelah difitnah merayu
istri tuannya dan diminta untuk merahasiakan peristiwa yang terjadi
setelah Yūsuf terbukti tidak bersalah dengan menuruti perintah istri
tuannya yang memintanya keluar dan berlalu di depan para wanita
yang menjadi tamu kehormatan Zulaikha.245 Semua wanita yang hadir
terperanjat dan langsung terpesona dengan ketampanan Yūsuf,
sehingga tanpa disadari para wanita yang hadir saat itu, telah mengiris
jari-jari tangan mereka dengan pisau pemotong buah yang mereka
pegang.246 Allah menggambarkan peristiwa itu dalam firman-Nya
berikut:

242 Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 96
243 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
429
244 Hamka, Tafsîr Al-Azhar, 1988, 223
245 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 675
246 Muhammad bin Ahmad bin Iyas, Badāi‟uz Zuhûr fî Waqôi‟ud Duhūr,Tth, 97

                     

                          

                    

31. Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,
diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka
tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka
sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata
(kepada Yūsuf ): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka".
Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada
(keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan
berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia.
Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah Malaikat yang mulia."247

Ayat 31 menggambarkan kekayaan dan kedudukan sosial yang

maju dan beradab saat itu. Hal itu terbukti dengan adanya pembantu-

pembantu yang melayani para tamu, tetapi juga dari cara dan tempat

makan yang mereka gunakan. Mereka duduk di kursi-kursi bersandar

dengan santai. Ada juga meja-meja tempat menghidangkan makanan

dan mereka menggunakan pisau untuk memotong makanan yang

dihidangkan. Di sisi lain, meskipun wanita itu kaya dan memiliki
pembantu-pembantu selain Yūsuf, dia menyiapkan sendiri dengan

alasan jamuan tersebut adalah jamuan istimewa dan memiliki tujuan

tertentu.

Setelah Yūsuf berlalu dan hilang dari pandangan, para wanita

kaget dan baru sadar kalau mereka telah mengiris tangannya sehingga

terluka dan sakit. Dari peristiwa tersebut, bisa diketahui bahwa

247 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 352

ternyata meskipun berpredikat sebagai istri-istri pembesar Mesir dan
menjadi tamu kehormatan, mereka mudah kagum dan lupa diri akan
jati diri mereka sebagai seorang wanita terhormat hanya karena
ketampanan atau kecantikan seseorang. Mereka juga menilai
seseorang bisa dikatakan ideal hanya dari segi fisik. Memang,
seseorang yang diliputi oleh rasa takut dan kagum seringkali
melakukan hal-hal yang tidak disadarinya. Menurut Fakhrudin ar-Razi
sebagaimana dikutip oleh M Quraish Syihab mengatakan bahwa
“Ketampanan wajah Yūsuf dan cahaya kenabian yang menghiasi
kepribadian Yūsuf sehingga menjadikan Yūsuf berwibawa
menjadikan alasan utama para undangan terpesona pada Yūsuf.”248

Melihat peristiwa kekaguman tamu-tamu kehormatannya itu,
Zulaikha memanfaatkan situasi tersebut untuk membela dirinya yang
telah jatuh di pandangan mereka. Dia membenarkan dirinya yang telah
jatuh cinta dan menggoda Yūsuf agar tunduk kepadanya. Dia merasa
tidak pantas untuk disalahkan apalagi menjadi buah bibir masyarakat.
Dia bisa membuktikan dengan mengadakan jamuan makan khusus
para wanita dan menghadirkan Yūsuf di tengah-tengahnya, sehingga
membuat para wanita terpesona dan mengiris tangan mereka sendiri.

248 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
431

Dengan lantang dia mengatakan kepada wanita-wanita yang hadir saat
itu,249 sebagaimana firman Allah swt berikut:

                        

                   

32. Wanita itu berkata: "Itulah Dia orang yang kamu cela aku karena
(tertarik) kepadanya, dan Sesungguhnya aku telah menggoda dia
untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. dan
sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan
kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk
golongan orang-orang yang hina."250

Mendapat ancaman Zulaikha tersebut, Yūsuf tetap teguh dan

memilih penjara daripada mengikuti kehendak Zulaikha. Baginya

penjara lebih baik daripada berkumpul dengan orang-orang yang lupa
dengan keberadaan Tuhannya.251 Keteguhan hati Yūsuf menunjukkan

bahwa ternyata masih ada kemerdekaan hati meskipun berstatus

sebagai seorang hamba sahaya. Hal ini berbeda dengan keadaan hati

Zulaikha yang berstatus sebagai istri raja dan telah terkekang jiwanya

hanya karena hawa nafsu. Penolakan seorang hamba sahaya terhadap

perintah majikannya adalah penghinaan. Hal yang sama juga bisa

terjadi pada penguasa yang merasa dihina dan sakit hati sehingga dia

akan mudah untuk mengatur siasat untuk mencelakakannya.

249 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
432-433

250 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 353
251 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbāh, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, 2001,
434-435

Yūsuf yang berpendirian kuat, lebih memilih penjara daripada
menuruti perintah istri tuannya yang dilarang agama dengan alasan
untuk mempertahankan kemerdekaan jiwanya.252 Pilihan bahwa
penjara lebih baik bagi Yūsuf terungkap dalam sebuah doanya yang
diabadikan Allah swt. dalam firman-Nya berikut:

                               
         

33. Yūsuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai
daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau
hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh."253

Yūsuf sadar jika dirinya tidak menjauh dari para wanita yang
menggoda, tentu dirinya akan cenderung memenuhi ajakan mereka.
Karena itu, penjara bagi Yūsuf merupakan satu-satunya jalan untuk
menghindari perangkap maksiat yang dapat melupakan dirinya dari
Tuhannya. Doa Yūsuf yang meminta perlindungan kepada Allah
melalui penjara dikabulkan Allah.254 Terkabulnya doa Yūsuf tertuang
dalam firman Allah berikut:

                        

252 Bisri Mustofa, Al Ibrîz li Ma‟rifatil Qur‟ânil „Adzîm, 1995, 675
253 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1994, 353
254 Ahmad Showî al-Malik, Khāsyiyah ṣowî „Ala Tafsîr Jalālain,Tth, 242


Click to View FlipBook Version