The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-book profesi keguruan kelas B 2020 Tadris Matematika IAIN Kudus

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by 36 Aris Setyaningsih, 2023-06-26 22:19:39

E-Book Profesi Keguruan

E-book profesi keguruan kelas B 2020 Tadris Matematika IAIN Kudus

Keywords: #ebook #proferikeguruan #tadrismatematikaB2020

97 integritas moral yang baik akan membantu seseorang bekerja dengan baik dan selalu memprioritaskan kepentingan bersama. Seorang yang dianggap profesional dalam profesinya adalah seseorang yang memiliki integritas pribadi atau moral yang tinggi. Hal ini karena mereka memiliki komitmen pribadi untuk menjaga integritas profesi, nama baik, dan kepentingan orang lain serta masyarakat. Dengan demikian, prinsip ini menuntut seorang profesional untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam menjalankan tugas profesinya, sehingga mereka tidak akan merusak reputasi, citra, dan martabat profesi. Prinsip adalah pedoman untuk berpikir dan bertindak. Tidak ada prinsip yang lebih dominan dari keempat prinsip tersebut, karena keempat prinsip tersebut saling terkait dan saling melengkapi. Jika salah satu prinsip tidak diimplementasikan dengan baik, seorang guru dapat menjalankan profesinya tanpa pedoman atau dengan kehendak pribadi yang sewenang-wenang. Prinsip keadilan harus didasari oleh tanggung jawab yang besar, begitu juga dengan prinsip otonomi (kebebasan), di mana seorang guru diberikan kebebasan tetapi juga diharapkan untuk bersikap adil dan bertanggung jawab. Begitu pula dengan prinsipprinsip lainnya yang saling terkait. Dalam praktek sehari-hari, seorang guru harus menggabungkan keempat prinsip ini secara seimbang. Keberhasilan dalam menjalankan profesinya tidak dapat dicapai jika salah satu prinsip tidak diterapkan dengan baik. Oleh karena itu, keempat prinsip tersebut harus saling berhubungan dan berkesinambungan dalam praktek seorang guru. D. Kode Etik 1. Definisi Kode Etik Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti, cara berfikir, kebiasaan, perasaan, sikap, karakter. Kode etik juga berarti pula aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam


98 menjalankan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan kumpulan aturan atau tata cara etis yang menjadi pedoman dalam berperilaku. Dalam konteks profesi, kode etik adalah serangkaian tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan bagi anggota suatu profesi. Dalam hal ini, kode etik guru mengacu pada pola aturan, tata cara, dan norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan antara guru dengan lembaga pendidikan (sekolah), antara guru dengan sesama guru, antara guru dengan peserta didik, dan antara guru dengan lingkungannya. Sebagai jabatan seorang pendidik, profesi pendidik memerlukan kode etik yang khusus untuk mengatur hubungan-hubungan yang terlibat dalam pekerjaan tersebut. Kode etik pendidik dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Karena itu, pendidik sebagai tenaga profesional perlu memiliki “kode etik pendidik” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan pendidik selama dalam mengabdi. Kode etik pendidik ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan pendidik. Jika seorang pendidik melakukan tindakan yang tidak senonoh atau asusila, maka dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap "kode etik pendidik".Sebab kode etik pendidik ini sebagai salah satu ciri yang harus dimiliki pada profesi pendidik itu sendiri. Dikutip dari Sudirman, kode etik yang telah dirumuskan sesuai dengan kongres PGRI XIII, yang terdiri dari berikut: a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila b. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaannya


99 d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya e. Guru memelihara hubungan baik dengan anggota masyarakat di sekitar sekolahanya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan f. Guru secara sendiri-sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam keseluruhan h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. 2. Contoh kasus kode etik guru a) Guru menghormati hak individu, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dari anak didiknya masingmasing b) Guru harus memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak didiknya masing-masing, sehingga guru hendaknya fleksibel didalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan hidup c) Untuk berhasilnya suatu pendidikan, guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakangkeluarganya d) Untuk berhasilnya pendidikan. Guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakang keluarganya. E. Contoh Pelanggaran Kode Etik Kode etik suatu profesi dapat diartikan sebagai suatu hal berupa normanorma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi didalam


100 melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Dalam profesi guru terdapat kode etik guru yang bertujuan untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan mempertahankan profesionalisme sebagai pendidik. Mirisnya, peraturan ataupun norma yang berlaku tidak semuanya diterapkan pada guru bahkan beberapa oknum pun melanggar aturan yang merusak profesionalismenya sebagai seorang pendidik. Dan tentu saja terdapat fakta bahwa etika sudah mulai redup dalam dunia pendidikan, akibat pelanggaran etika yang terjadi dalam profesi guru. Adapun contoh pelanggaran kode etik antara lain: 1. Guru memposisikan diri sebagai penguasa dalam memberikan sanksi saat peserta didik melakukan kesalahan. 2. Guru memberikan reward (imbalan) semata-mata untuk membina kepatuhan peserta didik. 3. Guru tidak mampu menunjukkan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru. 4. Guru tidak mengkomunikasikan perkembangan peserta didik kepada orang tuanya. 5. Guru tidak menumbuhkan kepercayaan dan penghargaan atas diri peserta didiknya. 6. Guru tidak mampu mengembangkan strategi, metode,maupun media yang tepat dalam pembelajaran yang disebabkan karena tidak memahami perilaku peserta didiknya. 7. Guru melakukan tindak kekerasan yang tidak dapat ditolerir. 8. Tindak asusila yang dilakukan guru. Sanksi terhadap guru dapat berupa: Teguran. Contoh kasus guru jangan terlalu memberikan tugas yang banyak atau berlebihan. Peringatan tertulis. Contoh kasus guru sering terlambat. Penundaan pemberian hak guru. Contoh kasus guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban


101 Penurunan Pangkat. Contoh kasus penyelewengan kekuasaan Pemberhentian dengan hormat. Contoh kasus meninggal dunia, mencapai batas usia pensiun Pemberhentian tidak dengan hormat. Contoh kasus melanggar sumpah dan janji jabatan, melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama satu tahun. Guru sebagai tauladan bagi peserta didik, seharusnya tidak pantas melakukan tindakan yang melanggar aturan, norma- norma terlebih lagi pemerintah telah memberikan kode etik guru yang harus dipenuhi. Berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan agar tidak melakukan pelanggaran kode etik: 1. Sebelum menjadi guru, seorang calon guru seharusnya diberi tes psikologi yang ketat agar mampu menghadapi setiap karakter peserta didik. 2. Guru wajib untuk membaca dan menjalankan profesinya sesuai kode etik keguruan. 3. Mengikuti pelatihan-pelatihan bagaimana seorang guru menghadapi peserta didik yang berbeda karakter. Sehingga seorang guru, mampu menangani siswa yang karakternya nakal atau bandel. 4. Guru seharusnya memahami perkembangan tingkah laku peserta didiknya. Apabila guru memahami tingkah laku peserta didik dan perkembangan tingkah laku itu, maka strategi, metode, media pembelajaran dapat dipergunakan secara lebih efektif. 5. Tugas yang penting bagi guru dalam melakukan pendekatan kepada peserta didik adalah menjadikan peserta didik mampu mengembangkan keyakinan dan penghargaan terhadap dirinya sendiri, serta membangkitkan kecintaan terhadap belajar secara berangsur-angsur dalam diri peserta didik.


102 F. Implementasi Etika Profesi Etika profesi guru merupakan bagian penting dalam membantu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan guru yang menerapkan etika profesi dalam kegiatan belajar mengajar harus menjadi tempat yang nyaman bagi peserta didik dalam menimba ilmu, di dalamnya bukan hanya mentrasfer ilmu yang dimiliki guru pada peserta didik, melainkan membimbing dan menjadi teladan bagi peserta didik dalam menjadi pribadi yang memiliki karakter yang baik. Etika Profesi Pengajar pada hakekatnya adalah perumusan dan pelaksanaan cara mengajar yang baik serta pelaksanaannya sesuai dengan perilaku yang baik di masyarakat. Namun demikian untuk menjadikan pengajar sebagai suatu profesi masih memerlukan pemikiran yang lebih mendalam. Etika yang harus dilakukan guru terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan di lingkungan sekolah: a) Berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta menghidupkan syari'at Islam b) Guru hendaknya memiliki keikhlasan dalam mengajar c) Mencintai peserta didik sebagaimana mencinta dirinya sendiri d) Memberi kemudahan dalam mengajar dan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami e) Membangkitkan semangat peserta didik dengan jalan memotivasinya f) Memberikan latihan-latihan yang bersifat membantu g) Selalu memperhatikan kemampuan anak didik h) Tidak menampakkan kelebihan sebagian peserta didik terhadap peserta didik yang lain i) Mengerahkan minat anak didik j) Bersikap terbuka dan lapang dada kepada peserta didik k) Membantu memecahkan kesulitan anak didik l) Bila ada anak didik yang berhalangan hadir hendaknya menanyakan hal itu kepada teman-temannya


103 m) Tunjukkan sikap arif dan tawadhu' ketika memberi bimbingan kepada peserta didik n) Menghormati peserta didik dengan memanggil namanya yang baik.


104 BAB 8 PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN A. Peran Guru dalam Pembelajaran Guru merupakan peran yang sangat penting dalam pendidikan disekolah, masa depan anak didik banyak tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Di dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 dalam, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru harus memposisikan diri secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang tengah berkembang serta tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendunia. Guru memiliki tanggung jawab untuk membawa peserta didik mencapai cita-cita yang diinginkan. Peran guru sangatlah penting dalam mengajar dan mendidik siswanya. Secara sederhana, peran guru dalam pembelajaran yaitu: Pertama, mengajar. Artinya guru bertugas untuk mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada murid-muridnya. Kedua, mendidik. Artinya guru bertugas untuk mendidik tingkah laku murid supaya menjadi lebih baik. Oleh karena itu, guru harus menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik supaya menjadi teladan atau contoh untuk murid-muridnya. Ketiga, membimbing. Artinya guru bertugas untuk membimbing murid supaya berada dijalur yang tepat dalam kehidupan mereka sehingga tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya Psikologi Belajar dan Mengajar menulis peran guru yaitu pertama sebagai pengajar. salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru disekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi anak didik yang selaras dengan


105 tujuan sekolah itu. Kedua sebagai pembimbing, guru memberikan bimbingan bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum terhadap sekolah, keluarga, serta masyarakat. Peranan guru dianggap dominan menurut Dr. Rusman, M.Pd. diklasifikasikan sebagai berikut. a. Guru sebagai demonstrator Melalui perannya sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pembelajaran yang akan diajarkan dan mengembangkannya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. b. Guru sebagai pengelola kelas Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru hendaknya mampu melakukan penanganan pada kelas, karena kelas merupakan lingkungan yang perlu diorganisasi. c. Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Begitu juga guru sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber. buku teks, majalah, ataupun surat kabar. d. Guru sebagai evaluator Guru sebagai evaluator yang baik, guru hendaknya melakukan penilaian untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai apa tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat.


106 B. Masalah-Masalah Internal dan Eksternal Belajar 1. Masalah Internal Belajar Masalah internal belajar adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri peserta didik atau faktor-faktor internal yang menimbulkan permasalahan peserta didik dalam belajar. Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut: Rika adalah gadis berusia 13 tahun. Akhir-akhir ini, prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun, ketika ujian sumatif, hasil ulangan Rika tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Rika di kelas turun secara drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan. Rika tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar internal memiliki faktor- faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Menurut, Syah (2017: 130), faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik meliputi dua aspek, yakni: a. Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi tingkat semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, siswa dalam menyerap sangat mempengaruhi siswa informasi dan pengetahuan, khususnya


107 yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echioc dan econic (gema dan citra). b. Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah) Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas. perolehan belajar dan prestasi belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa Intelegensi adalah sebuah kemampuan untuk bertindak untuk mendapatkan pencapaian atau sesuatu dengan tujuan untuk berpikir secara rasional dan mampu berhubungan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya secara memuaskan. Dengan pengertian ini, faktor intelegensi seorang siswa dalam proses belajar mengajar dapat mencapai prestasi belajar yang diinginkan. 2) Sikap atau tingkah laku siswa Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku tertentu sesuai dengan apa yang sedang dihadapinya. Seseorang akan memiliki sikap tertentu baik secara positif atau negatif. Sikap yang positif dalam diri seorang siswa dapat dikembangkan untuk mengoptimalkan prestasi belajar yang diinginkan. 3) Bakat siswa Bakat adalah sebuah kapasitas atau potensi seseorang untuk dapat melakukan suatu tugas yang sebelumnya hanya diperoleh dari sedikit belajar atau latihan atau bahkan tidak perlu mengalami proses belajar tersebut. kesimpulannya adalah bakat merupakan potensi alami pada sesuatu yang dikerjakan. Jika diolah dengan baik, potensi akan berkembang dan menjadi sebuah prestasi belajar yang baik. 4) Minat siswa


108 Seorang siswa yang memiliki minat jadi salah satu faktor penentu dalam prestasi belajar siswa. Para pakar juga setuju dengan pendapat ini. Menurut mereka, minat adalah sebuah kecenderungan yang tepat agar bisa memperhatikan dan memegang kegiatan yang diamati oleh siswa yang disertai dengan rasa senang dan memperoleh kepuasan. Seseorang yang menyukai sesuatu atas dorongan minat akan merasa senang dalam belajar dan bisa menghasilkan prestasi belajar yang optimal. 5) Motivasi siswa Motivasi belajar adalah sebuah motor penggerak yang dapat mengaktifkan semangat siswa dalam meraih prestasi. Motivasi adalah penggerak dalam diri siswa membangkitkan semangat belajar sehingga tujuan yang bisa yang diinginkan akan mudah dicapai. Jadi, adanya motivasi dalam diri siswa akan membuat siswa tersebut mencapai prestasi belajar. 6) Emosi Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi siswa dalam meraih prestasi belajar yang baik. Siswa yang mempunyai prestasi belajar yang tinggi namun kecerdasan emosionalnya kurang maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar. 7) Penyesuaian diri Siswa yang memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap lingkungan sekitar akan memiliki prestasi yang baik pula, karena siswa dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar maupun dengan lingkungan yang baru.


109 2. Masalah Eksternal Belajar Masalah eksternal belajar adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri peserta didik atau faktor-faktor eksternal yang menimbulkan permasalahan peserta didik dalam belajar. Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut: Masalah kebersihan tempat proses belajar dan mengajar. Lingkungan sangat berpengaruh dalam pengembangan belajar siswa. Salah satunya kebersihan tempat belajar siswa, jika tempatnya kotor maka akan menimbulkan banyak masalah seperti bau menyengat, adanya nyamuk sehingga menimbulkan penyakit. Maka lingkungan yang bersih akan membantu siswa untuk semangat belajar dan lebih aktif. Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar eksternal memiliki faktor- faktor yang berasal dari luar diri anak itu sendiri. Menurut Ahmadi (2013: 138), yang tergolong faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, ialah: 1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, pengertian orang tua, dan lain-lain. b) Lingkungan sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, dan lain-lain. c) Lingkungan masyarakat, meliputi bentuk kehidupan masyarakat, teman bergaul, kegiatan peserta didik di masyarakat. 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.


110 C. Pengolahan Sumber Belajar Proses belajar mengajar merupakan sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen yang saling berkaitan didalamnya. Salah satu komponen tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah daya yang dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar. Baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian maupun keseluruhan. Pengolahan yakni berupa cara kita untuk mengolah sebuah hal yang akan kita capai. Sedangkan sumber belajar merupakan sebuah konsep yang akan memudahkan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Jadi, pengolahan sumber belajar merupakan cara kita mengolah sumber belajar sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan apa yang diajarkan. Berdasarkan tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan dua jenis menurut AECT dalam Komalasari (2010:109) yaitu: a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Contohnya: buku pelajaran, modul, program VCD pembelajaran, dan lain-lain. b. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang secara tidak langsung dirancang atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: surat kabar, siaran televisi, pasar, terminal, dan lain-lain. Sumber belajar dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan satu kesatuan yang didalamnya terdapat komponen- komponen dan faktorfaktor yang berhubungan dan berpengaruh satu sama lain. Sumber belajar menurut AECT dalam Daryanto (2010: 60-62) terdiri dari: a. Pesan (message) adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, makna, nilai, dan data. Contoh: bahan pelajaran, cerita rakyat, dongeng dan sebagainya.


111 b. Manusia (people) yang berperan sebagai pencari, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan atau informasi. Contoh: guru, dosen pembimbing, guru pembina, tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur, dan penatar. c. Bahan (materials) adalah sesuatu (program, media, atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat dirinya sendiri. Contoh: buku, modul. majalah, bahan majalah terprogram, trasnparansi, film, video tapel, pita audio (kaset audio), filmstrip dan sebagainya. d. Alat (device) adalah sesuatu (hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang ada didalam bahan. Contoh: proyektor slide, OHP, monitor televisi, monitor komputer, kaset recorder, kaset radio dan lain-lain. e. Metode teknik (tecnique) adalah prosedur yang runtut atau acuan yang disiapkan dalam memanfaatkan bahan, peralatan, orang dan lingkungan dalam menyampaikan pesan. Contoh: simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab, dan sebagainya. f. Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan. Contoh: ruangan kelas, studio, aula dan sebagainya. Sebelum memanfaatkan sumber belajar secara luas, hendaknya seorang guru memahami beberapa kualifikasi atau kriteria dalam memilih sumber belajar. Kriteria umum dalam memilih dan mengolah sumber belajar adalah: a. Ekonomis dalam arti hendaknya dalam memilih sumber belajar mempertimbangkan segi ekonomis dalam arti murah. b. Praktis dan Sederhana, praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka. Sederhana artinya tidak memerlukan pelayanan khusus yang mensyaratkan keterampilan yang rumit dan kompleks. c. Mudah diperoleh, dalam arti sumber belajar itu dekat, tersedia di manamana dan tidak perlu diadakan dan dibeli.


112 d. Bersifat Fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan pembelajaran dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya kemajuan teknologi, nilai, budaya dan lainnya. e. Komponen-komponen sesuai dengan tujuan. Beberapa kriteria mengolah sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain: a. Sumber belajar guna memotivasi, terutama berguna untuk siswa yang lebih rendah semangat belajarnya. b. Sumber belajar untuk pembelajaran, yaitu mendukung kegiatan belajar mengajar. c. Sumber belajar untuk penelitian, merupakan bentuk yang dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara teliti dan sebagainya. d. Sumber belajar untuk memecahkan masalah. Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran sudah tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. Manfaat sumber belajar diantaranya adalah: 1. Memberi pengalaman belajar secara langsung kap ada peserta didik sehingga pemahaman dapat berjalan cepat. 2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin dikunjungi. atau dilihat secara langsung. 3. Dapat menambah dan memperluas pengetahuan. 4. Dapat memberi informasi yang akurat. 5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan 6. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara tepat. 7. Dapat memacu untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.


113 BAB 9 EMPAT KOMPETENSI GURU A. Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi berasal dari kata competency (bahasa Inggris) yang memiliki arti ability (kemampuan), capability (kesanggupan), proficiency (keahlian), qualification (kecakapan), eligibility (memenuhi persyaratan), readiness (kesiapan), skill (kemahiran), dan adequency (kepadanan) (Marshal, 1994). Menurut Uzer Usman (1997), kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus sehingga memungkinkan seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2003). Ada beberapa unsur yang terkandung dalam kompetensi, Gordo menjelaskan beberapa ranah dalam konsep kompetensi: 1) pengetahuan, kesadaran dalam kognitif; 2) pemahaman, kedalaman kognitif dan afektif individu; 3) kemampuan, sesuatu yang dimiliki peserta didik untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya; 4) nilai, standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang; 5) sikap, perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar; 6) minat, kecenderungan seseorang untuk melakukan perbuatan (Mulyasa, 2005). Pengertian kompetensi dalam hal ini adalah memandang kompetensi sebagai hasil pembelajaran dalam perspektif pendidikan, yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Sebagai


114 karakteristik individu yang melekat, kompetensi merupakan bagian dan kepribadian individu yang relatif dan stabil, dapat dilihat, serta diukur dari perilaku individu Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan pendidik adalah pendidik profesional. Untuk itu, agar menjadi pendidik maka harus memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV (S1/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 35 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa standar nasional pendidikan terdiri dari isi, standar proses, standar pengelolaan, standar penilaian pendidikan, dan standar pembiayaan harus ditingkatkan secara berkala dan berencana. Pada Undang-Undang No dimana guru dan dosen pada ayat 10 1 disebutkan bahwa "Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyebutkan bahwa seorang guru adalah pendidik profesional yang tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, mengajar, menilai, melatih, dan peserta didik mulai dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan formal. Guru sebagai learning agent (agen pembelajaran) yaitu guru berperan sebagai fasilitator, pemacu, motivator, pemberi inspirasi, dan perekayasa pembelajaran bagi peserta didik. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang akan didapatkan jika mengikuti pendidikan profesi.


115 B. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan untuk memahami peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Dapat disimpulkan kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki. Kompetensi pedagogik dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut: a) Dapat memahami peserta didik dengan lebih mendalam. Dalam hal ini, seorang guru harus memahami peserta didik dengan cara memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, perkembangan kognitif, dan mengidentifikasi bekal untuk mengajar peserta didik. b) Melakukan rancangan pembelajaran. Guru harus memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, seperti menerapkan teori belajar dan pembelajaran, memahami landasan pendidikan, menentukan strategi pembelajaran didasarkan dari karakteristik peserta didik, materi ajar, kompetensi yang ingin dicapai, serta menyusun rancangan pembelajaran. c) Melaksanakan pembelajaran. Seorang guru harus dapat menata latar pembelajaran pembelajaran secara kondusif. serta melaksanakan d) Merancang dan mengevaluasi pembelajaran. Guru harus mampu merancang dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan dengan menggunakan metode, melakukan analisis evaluasi proses dan hasil belajar agar dapat menentukan tingkat


116 ketuntasan belajar peserta didik, serta memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki program pembelajaran. e) Mengembangkan peserta didik sebagai aktualisasi berbagai potensi peserta ik. Seorang guru mampu memberikan fasilitas untuk peserta didik agar dapat mengembangkan potensi akademik dan nonakademik yang mereka miliki. Dalam buku karya Rina Febriana ada pemambahan bagian, yaitu Pengembangan kurikulum/silabus. Pendidik memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. 1. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. Dalam menyelenggarakan pembelajaran, pendidik menggunakan teknologi sebagai media, Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. 2. Evaluasi hasil belajar. Pendidik memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respons anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, pen- didik harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengu- kuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat. Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan untuk memahami peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.


117 C. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang dewasa, arif dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari seorang pendidik akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya. Dengan demikian, pendidik akan tampil sebagai seseorang yang patut "digugu" (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan "ditiru" (dicontoh sikap dan perilakunya). Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah "kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak muliaarif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi kepribadian dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi: 1. Kepribadian yang stabil dan mantap. Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, bangga menjadi seorang guru, serta konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. 2. Kepribadian yang dewasa. Seorang guru harus menampilkan sifat mandiri dalam melakukan tindakan sebagai seorang pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi sebagai guru. 3. Kepribadian yang arif Seorang pendidik harus menampilkan tindakan berdasarkan manfaat bagi peserta didik, sekolah dan juga masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan melakukan tindakan. 4. Kepribadian yang berwibawa


118 Seorang guru harus mempunyai perilaku yang dapat memberikan pengaruh positif dan disegani oleh peserta didik. 5. Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan. Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma yang berlaku (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan dapat diteladani oleh peserta didik. D. Kompetensi Sosial Kompetensi guru selanjutnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah. Kompetensi sosial meliputi: a. Memiliki sikap inklusif, bertindak obyektif, dan tidak melakukan diskriminasi terhadap agama, jenis kelamin, kondisi fisik, ras, latar belakang keluarga, dan status sosial. b. Guru harus dapat berkomunikasi secara santun, empatik, dan efektif terhadap sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, serta masyarakat sekitar. c. Guru dapat melakukan adaptasi di tempat bertugas di berbagai wilayah Indonesia yang beragam kebudayaannya. d. Guru mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulisan. Kompetensi sosial melibatkan kemampuan guru dalam berinteraksi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan, seperti sesama guru, orang tua, wali murid, dan komunitas sekitar sekolah. Guru yang memiliki kompetensi sosial yang kuat mampu bekerja dalam tim pengajar, berkomunikasi dengan efektif dalam berbagai konteks, dan menjalin kemitraan yang baik dengan pemangku kepentingan dalam pendidikan. Kompetensi sosial juga membantu dalam mengembangkan lingkungan belajar yang kolaboratif dan responsif.


119 E. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam. Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan subtansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi keilmuannya. Kompetensi profesional meliputi: a) Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat mendukung pembelajaran yang dikuasai. b) Penguasaan terhasap standar kompetensi dan kompetensi standar setiap mata pelajaran atau bidang yang dikuasai. c) Melakukan pengembangan materi pembelajaran yang dikuasai dengan kreatif. d) Melakukan pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan yang reflektif. e) Menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan melakukan pengembangan diri. Menurut Sudarmano, kompetensi adalah atribut untuk meletakkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas baik dan unggul. Atribut tersebut meliputi keterampilan, pengetahuan, dan keahlian atau karakteristik tertentu.


120 DAFTAR PUSTAKA Aris Suparno, “Kontribusi Pelatihan Guru, Iklim Organisasi dan Persepsi Guru tentang Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Keterampilan Guru dalam Pembelajran SMKN Kota Semarang.” Jurnal Varia Pendidikan, V Asnita Putri Dewi dan Rusdinal. “Perkembangan Karir Guru”, Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervise Pendidikan. Balqis, Putri, Nasir Usman and Sakdiah Ibrahim, Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Univeritas Syiah Kuala, 2014 Basori, Khomaruddin & dkk.2015.Pengembangan Kapasitas Guru.Jakarta:Pustaka Alfabet,hal.9 Burhanuddin, S. (2000). Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta: Rineka Cipta. Chairiah, Siti. 2010. "Efektivitas Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Dalam Menunjang Profesionalisme Guru (Studi Kasus Pada Guru Smp Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang Banten)." Skripsi Program Studi Ki-Manajemen Pendidikan Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Dan, Ondi dan Aris Suherman. Etika Profesi Keguruan. (Bandung: Refika Aditama: 2010) Danil, Deden. 2009. "Upaya Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa di Sekolah (Study Deskriptif Lapangan di Sekolah Madrasah Aliyah Cilawu Garut)". Danim, Sudarwan dan Khoiril. 2011. Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta) Dewi, Asnita Putri dan Rusdinal. "Perkembangan Karir Guru". Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervise Pendidikan. Vol. 5 No. 1. (2020). Dian, Mahsunah; Dian, Wahyuni; Arif, Antono; Santi, Ambarukmi. 2012. Kebijakan


121 E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dn Sertifikasi Guru. Bandung: Rremaja Rosdakarya Febriana, Rina, Kompetensi Guru. Bumi Angkasa jakarta, 2019 Ferdinan, ‘288593-Penilaian-Kinerja-Mutu-Pendidikan-Agama-3Edef191’, Jurnal Tarbawi, 1.2 (2017), 129–38 Garut: Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 3, No. 1. Getteng,Abd.Rahman.2013.Menuju Guru Profesional dan BerEtik.Yogyakarta:grha guru guru.h.57 Habibullah, Achmad. Kompetensi Pedagogik Guru, Edukasi, 201 Hakiki, M., & Fadli, R. (2021). Buku Profesi Kependidikan. Hamdan Bakran Adz-Dzakiey. 2004. Prophetic Intelelligence; Kecerdasan Kenabian Menumbuhkan Potensi Hakekat Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani. Jogjakarta : Islamika, hal,577- 578 Hasbullah. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres. Ihsan, Fuad. 1996. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, hal. 123. Janawi, Kompetensi Guru: Citra Guru Profesional. Alfabeta Bandung, 2019 Lorensius Amon, Theresia Ping, Soerjo Adi Poernomo. 2021. Tugas dan Fungsi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Gaudium Vestrum: Jurnal Kateketik Pastoral- Vol. 5, No. 1 Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, Edisi Kedua Cet. 17, hal. 7. Momon,Sudarma.2013.Profesi Guru:Dipuji,Dikritis,Dan Dicaci.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.h.23 Munawir , Nafisatul Aliya, and Qonita Salsa Bella. “Pengembangan Profesi Dan Karir Guru.” Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 2022. https://doi.org/10.29303/jipp.v7i1.339.


122 Muslich,Masnur.2020.Sertifikasi Guru Profesionalisme Pendidik.Jakarta:PT Bumi Aksara.Cet,1.h.12 Octavia, S. A. (2020). Etika Profesi Guru. Deepublish Pengembangan Profesi Guru. (Jakarta: Badan PSDMPK-PMP) Prof. Dr. Syawal Gultom, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU 2. Rohman, Ahmad dkk. 2022. Profesi Keguruan (Pekerjaan Guru sebagai Profesi). (Bandung: CV. Harfa Creative) Said,Khoiruddin.2019.Pengembangan Profesi Guru Pada Kurikulum 2013.Riau:PT Indragiri,Hal.42 Sangputri et al., “PENILAIAN KINERJA GURU” Saondi, Ondi dan Aris Suherman.2010.Etika Profesi Keguruan. Bandung:Refika Aditama.hlm.96 Sujana, I Wayan Cong. 2019. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia 4, no. 1. hal. 29-32. Susilo, Jimat. Peran Dan Fungsi Pendidikan Basaha Indonesia Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional. Cirebon: PBSI. Tumpal dan Tambunan. “Pengembangan Karir Guru Menuju Indonesia Emas.” SEMINAR NASIONAL PGSD UNIMED. Undang-Undang Sisdiknas Th 2003. 2003. Bab XI Pasal 39 Ayat 1 & 2, hal. 28. Jogjakarta: Media Wacana.


123 TENTANG PENULIS Tadris Matematika B 2020 atau lebih dikenal dengan TM-B20 merupakan salah satu kumpulan mahasiswa dalam satu kelas yang tak lain merupakan mahasiswa Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri Kudus yang tergabung pada 26 Agustus 2020 TM-B 20 ini merupakan angkatan keempat dalam program studi Tadris Matematika yang terdiri dari 31 mahasiswa. Mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam TM- B 20 ini berasal dari berbagai daerah, diantaranya kabupaten Pati, Jepara, Kudus, Blora, Rembang dan Purwodadi. Mahasiswa TM-B 20 yaitu Ariyanti Utari Latifah, Shofia Wahida, Aris Setyaningsih, Adiba I’lliyyun Nada, Laily Arofah, Durrotun Nafisah, Laila Noviana, Diyah Ayu Fatimah, Putri Azzamalia, Yunita Amayda Setyaningrum, Lutvi Rahmawati, I’da Mushoffa Mifta, Nabila Aulia Faradisa, Ria Umiyati, Fara Aufa Silmi, Naila Hidayatun Nuril Izza, Mardiyah, Lia Indah Cahyani, Khoirun Nisa Asti Fara, Siti Nur Asih, Marsa Istiana Salsabila, Asfiatul Maulidiyah, Sinta Sari Dewi, Afifah Miftahul Jannah, Sa’adatun Nafiah, Kurnia Safitri, Della Valerie Alya Ardani, Ani La Sari, Usnul Khotimah, Eko Sulistiawan, dan Anita Salsa Billa. Angkatan keempat program studi Tadris Matematika ini sedang menapaki semester 6 dalam bangku perkuliahan reguler. Tadris Matematika B 2020 pada semester ini memperoleh mata kuliah profesi keguruan yang diajar oleh Ibu Fina Tri Wahyuni, M.Pd. Beliau juga menjadi salah satu penulis dari Buku Profesi Keguruan ini.


124


Click to View FlipBook Version