The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by abdulkhanip39, 2021-11-24 02:04:05

modul FIQIH XI 1/2

modul FIQIH XI

d. Hikmah diharamkannya minuman keras
Diantara hikmah terpenting diharamkannya minuman keras adalah:

1. Masyarakat terhindar dari kejahatan seseorang yang diakibatkan pengaruh minuman
keras. Peminum minuman keras yang sudah sampai level “pecandu” tidak akan mampu
menghindar dari tindak kejahatan/kemaksiatan. Karena minuman keras merupakan induk
segala macam bentuk kejahatan. Maka, ketika minuman keras diharamkan dan kebiasaan
meminumnya bisa dihilangkan, secara otomatis berbagai tindak kejahatan akan sirna, atau
paling minimal menurun drastic

2. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh
pengaruh minuman keras seperti busung lapar, hilang ingatan, atau berbagai penyakit
berbahaya lainnya.

3. Masyarakat terhindar dari siksa kebencian dan permusuhan yang diakibatkan oleh
pengaruh minuman keras. Sebagaimana maklum adanya, minuman keras selain
mengakibatkan berbagai macam penyakit juga menjadikan mental pecandunya tidak stabil.
Pecandu minuman keras akan mudah tersinggung dan salah paham hingga dirinya akan
selalu diselimuti kebencian dan permusuhan.

4. Menjaga hati agar tetap bersih, jernih, dan dekat kepada Allah ta‟ala. Karena minuman
keras akan mengganggu kestabilan jasmani dan rohani. Hati pecandu minuman keras hari
demi hari akan semakin jauh dari Allah. Hatinya menjadi gelap, keras hingga ia tak
sungkan-sungkan melakukan pelanggar terhadap aturan syar‟i.

4. MENCURI

1) Pengertian Mencuri

Secara arti bahasa mencuri adalah mengambil harta atau selainnya secara sembunyi-

sembunyi. Dari arti bahasa ini muncul ungkapan “fulân istaroqo as-sam‟a wa an-nadhoro”

(Fulan mencuri pendengaran atau penglihatan).
Sedangkan menurut istilah syara‟ mencuri adalah,

‫اْلغْْْي ْخْفيْةْ إ ذْا بْالْ ْغ ن‬ ‫ْما ْل‬ – ‫الْْعاقل‬ ‫الْبْالغ‬ ‫ْي‬ ْ‫أ‬ – ‫ْكلْْف‬ ‫ْم‬ ْ‫ال‬ ‫ْذ‬ ‫ْخ‬ ْ‫أ‬ ‫ْي‬ ‫ه‬
ْ‫م ْن غْْْي أْ ْن يْ ْكْوْن لْه‬ ‫حْرْز‬ ‫ْصابْا م ْن‬

‫ْشْب ْهةْ ْف ْه ْذا الْ ْمال الْ ْمأْ ْخْوذ‬
Artinya : “Mukallaf yang mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi, jika harta

tersebut mencapai satu nishab, terambil dari tempat simpanannya, dan orang yang mengambil

tidak mempunyai andil kepemilikan terhadap harta tersebut.”

Berpijak dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa praktik pencurian yang pelakunya
diancam dengan hukuman had memiliki beberapa syarat berikut ini:
1. Pelaku pencurian adalah mukallaf
2. Barang yang dicuri milik orang lain
3. Pencurian dilakukan dengan cara diam – diam atau sembunyi – sembunyi
4. Barang yang dicuri disimpan di tempat penyimpanan
5. Pencuri tidak memiliki andil kepemilikan terhadap barang yang dicuri. Jika pencuri memiliki

andil kepemilikan seperti orang tua yang mencuri harta anaknya maka orang tua tersebut
tidak dikenai hukuman had, walaupun ia mengambil barang anaknya yang melebihi nishab
pencurian.
6. Barang yang dicuri mencapai jumlah satu nisab

Fikih-Kelas11Semester 1 35

Praktik pencurian yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas pelakunya tidak dikenai had.
Pun demikian, hakim berhak menjatuhkan hukuman ta‟zir kepadanya.

2) Pembuktian praktik pencurian
Disamping syarat – syarat di atas, had mencuri tidak dapat dijatuhkan sebelum tertuduh

praktik pencurian benar-benar diyakini –secara syara‟- telah melakukan pencurian yang
mengharuskannya dikenai had. Tertuduh harus dapat dibuktikan melalui salah satu dari tiga
kemungkinan berikut:
1. Kesaksian dari dua orang saksi yang adil dan merdeka
2. Pengakuan dari pelaku pencurian itu sendiri
3. Sumpah dari penuduh.

Jika terdakwa pelaku pencurian menolak tuduhan tanpa disertai sumpah, maka hak
sumpah berpindah kepada penuduh. Dalam situasi semisal ini, jika penuduh berani bersumpah,
maka tuduhannya diterima dan secara hukum tertuduh terbukti melakukan pencurian

3) Had Mencuri
Jika praktik pencurian telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dijelaskan di atas, maka

pelakunya wajib dikenakan had mencuri, yaitu potong tangan. Allah Swt berfirman dalam surat
al-Maidah ayat 38:

‫ْوال ْْسار ْق ْوال ْْسارقْةْ ف ْاقطعْْوا أْيْديْ ْه ْما ْجْزاءْ ْبْا ْك‬
‫ْسبْا نْ ْكاْال م ْن اهلل ْواهللْ عْزيْْز ْحكْي ْم‬

Artinya : “Laki – laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah kedua tangannya
sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.Al Maidah : 38)

Ayat di atas menjelaskan had pencurian secara umum. Adapun tekhnis pelaksanaan had

pencurian yang lebih detail dijelaskan dalam hadits Rasulullah berikut:

‫ْجْلسرْهْْقْفع‬ ‫الْاْقْسطاعرْق إْواْنر‬ ‫ قْا ْل ْف‬.‫م‬.‫ص‬ ْْْ‫ْْْندهالْْْن ْْْثْب‬ ْ‫أ‬ ْ‫اهللْْاقطْععْْنهْوا‬ ‫ْي‬ ‫ْرض‬ ‫ْهْريْْرْة‬ ‫أْْب‬ ‫ْن‬
‫إ ْن ْسرْق ف‬ ْ‫ي‬
‫ْن ْسرْق ف ْاقطعْْوا يْْدهْ ْْثْْ إ ْن ْسرْق ف‬
‫ْاقطعْْوا رْجلْهْ (رواه الشافعي)إ‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah bersabda mengenai pencuri : “jika ia

mencuri (kali pertama) potonglah satu tangannya, kemudian jika ia mencuri (kali

kedua) potonglah salah satu kakinya, jika ia mencuri (kali ketiga) potonglah

tangannya (yang lain), kemudian jika ia mencuri (kali keempat) potonglah kakinya

(yang lain).

Bersandar pada hadits tersebut sebagian ulama diantaranya imam Malik dan imam Syafi‟i
berpendapat bahwa had mencuri mengikuti urutan sebagaimana berikut:
1. Potong tangan kanan jika pencurian baru dilakukan pertama kali
2. Potong kaki kiri jika pencurian dilakukan untuk kali kedua
3. Potong tangan kiri jika pencurian dilakukan untuk kali ketiga
4. Potong kaki kanan jika pencurian dilakukan untuk kali keempat
5. Jika pencurian dilakukan untuk kelima kalinya maka hukuman bagi pencuri adalah ta‟zir dan

ia dipenjarakan hingga bertaubat.

36 Fikih-Kelas 11Semester 1

Sebagian ulama‟ lain diantaranya Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad berpendapat bahwa
hukuman potong tangan dan kaki hanya berlaku sampai pencurian kedua, yakni potong tangan

Fikih-Kelas11Semester 1 37

kanan untuk pencurian pertama dan potong kaki kiri untuk pencurian kedua, sedangkan untuk
pencurian ketiga dan seterusnya hukumannya adalah ta‟zir.

4) Nisab (kadar) barang yang dicuri.

Para ulama berbeda pendapat terkait nisab (kadar minimal) barang yang dicuri.

 Menurut madzhab hanafi nishab barang curian adalah 10 dirham

 Menurut jumhur ulama nishab barang curian adalah ¼ dinar emas, atau tiga dirham perak.
Dalil yang dijadikan sandaran jumhur ulama terkait penetapan had nishab ¼ dinar emas atau
tiga dirham perak adalah:

 Hadits yang diriwayatkan imam Muslim dalam kitab shahihnya dan imam Ahmad dalam
kitab musnadnya, dimana Rasulullah Saw bersabda:

ْ‫ْال تْْقطْ ْع يْْد ال ْْسارق إْْال ْف ْربْع دي‬
‫نْا ْر فْ ْصاع ْدا‬

Artinya: “Tidak dipotong tangan seorang pencuri kecuali jika ia mencuri sebanyak ¼ dinar
atau lebih”

 Dan dalam riwayat imam Bukhori dengan lafadz: ‫تْْقطْ ْع ْر ديْنْا ْصاع‬
Artinya: ”Tangan dipotong (pada pencurian) ¼ dinar atau lebih.” ْ‫ْر ف‬ ْ
‫ْدا‬ ْ‫ب‬ ‫ف‬ ‫ْد‬ ْ‫الْي‬
‫ع‬

Adapun tentang harga dinar atau dirham selalu berubah-ubah. Satu dinar emas diperkirakan
seharga 10-12 dirham. Jika dihargakan dengan emas, satu dinar setara dengan 13,36 gram
emas. Jadi diperkirakan nishab barang curian adalah 3,34 gram emas (1/4 dinar).

e. Pencuri yang dimaafkan
Ulama‟ sepakat bahwa pemilik barang yang dicuri dapat memaafkan pencurinya, sehingga

pencuri bebas dari had sebelum perkaranya sampai ke pengadilan. Karena had pencuri

merupakan hak hamba (hak pemilik barang yang dicuri).

Jika perkaranya sudah sampai ke pengadilan, maka had pencuri pindah dari hak hamba ke

hak Allah. Dalam situasi semisal ini, had tersebut tidak dapat gugur walaupun pemilik barang

yang dicuri memaafkan pencuri.
Teks syar‟i yang menjelaskan tentang masalah tersebut adalah, hadits riwayat Abu Dawud dan
Nasa‟i berikut:

:‫ قْا ْل‬.‫م‬.‫ْرْوي عْ ْمْرْو بْن ْشْعْي ْب عْ ْن أْبْيه ْع ْن ْج ْْده أْ ْْن ْر ْسْوْل اهلل ص‬
‫تْْعافْْوا ا ْْلْْدْوْد فْي ْما بْْينْ ْك ْم فْْما بْلْغْ ٌْن‬

‫م ْن ْح ْْد فْْق ْد ْو ْج ْب (رواه أبوا داود‬
)‫والنْسائي‬

Artinya :” Diriwayatkan dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya: “Sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda : “ Maafkanlah had selama masih berada ditanganmu,
adapun had yang sudah sampai kepadaku, maka wajib dilaksanakan.” (HR. Abu
Daud dan Nasa‟i)

38 Fikih-Kelas 11Semester 1

f. Hikmah had bagi pencuri
Adapun hikmah dari had mencuri antara lain sebagai berikut :
1. Seseorang tidak akan dengan mudah mengambil barang orang lain karena hal tersebut
akan memunculkan efek ganda. Ia akan menerima sanksi moral yaitu malu, sekaligus
mendapatkan sanksi yang merupakan hak adam yaitu had.

Fikih-Kelas11Semester 1 39

2. Seseorang akan memahami betapa hukum Islam benar-benar melindungi hak milik
seseorang. Karunia Allah terkait harta manusia bukan hanya dari sisi jumlahnya, lebih dari
itu, saat harta tersebut telah dimiliki secara syah melalui jalur halal, maka ia akan
mendapatkan jaminan perlindungan.

3. Menghindarkan manusia dari sikap malas. Mencuri selain merupakan cara singkat memiliki
sesuatu secara tidak syah, juga merupakan perbuatan tidak terpuji yang akan
memunculkan sifat malas. Sifat ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

4. Membuat jera pencuri hingga dirinya terdorong untuk mencari rizki yang halal.

5. PENYAMUN, PERAMPOK DAN PEROMPAK

a. Pengertian penyamun, perampok, dan perompak

Penyamun, perampok, dan perompak adalah istilah yang digunakan untuk pengertian
“mengambil harta orang lain dengan menggunakan jalur kekerasan atau mengancamnya
dengan senjata dan terkadang disertai dengan pembunuhan”. Perbedaannya hanya ada pada
tempat kejadiannya;

 menyamun dan merampok di darat

 sedangkan merompak di laut
Dalam kajian fiqh, praktik menyamun, merampok, atau merompak masuk dalam

pembahasan hirâbah atau qat‟ut tharîq (penghadangan di jalan).

b. Hukum penyamun, perampok, dan perompak
Seperti diketahui merampok, menyamun dan merompak merupakan kejahatan yang

bersifat mengancam harta dan jiwa. Kala seseorang merampas harta orang lain, dosanya bisa
lebih besar dari dosa seorang pencuri. Karena dalam praktik perampasan harta ada unsur
kekerasan.

Dan jika perampas harta sampai membunuh korbannya, maka dosanya menjadi lebih
besar lagi, karena ia telah melakukan perbuatan dosa besar yang jelas-jelas diharamkan
agama.

Maka wajar adanya, jika perampok, penyamun, dan perompak mendapatkan hukuman
ganda. Ia dikenai had, dan diancam hukuman akhirat yang berupa adzab dahsyat. Allah Swt
berfirman:

‫ ْوْْلْْم ْف اْْلْخْرة ْع ْذا ْب عْظْي ْم‬...

Artinya : “ … dan di akhirat mereka ( para penyamun) beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al –
Maidah : 33)

c. Had perampok, penyamun, dan perompak

Had perampok, penyamun, dan perompak secara tegas dinyatakan dalam al-Qur‟an,

surat al-Maidah ayat 33: ‫ْجْزاءْ الْْذيْ ْن‬ ‫إْ نْْا‬
‫ْْقتْلْْوا أْْو‬
‫أاهلْلْْو تْوْْرْقطْسْْْوْع أْلهْيْْْدفياْهْْلْمْْرْوأْض فْرْْجلْساْْْدها أْمْمْنْني‬ ‫يْْيْْارْصبلْْْبْْوْواْن‬
‫خْال ْف أْْو يْْنْفْوا م ْن اْْلْْرض ْذل ْك ْْلْْم خْز ْي ْف ال ْْدْن‬
‫يْا ْو ْْلْْم ْف اْْلْخْرة عْ ْذا ْب ْعظْي ْم‬
Artinya : “ Sesungguhnya pembalasan terhadap orang – orang yang memerangi Allah dan Rasul-

Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau

dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik (secara silang) atau dibuang

40 Fikih-Kelas 11Semester 1

dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk

Fikih-Kelas11Semester 1 41

mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar…” ( QS. Al –
Maidah :33)

Dari ayat di atas para ulama sepakat bahwa had perampok, penyamun, dan perompak
berupa : potong tangan dan kaki secara menyilang, disalib, dibunuh dan diasingkan dari
tempat kediamannya.

Kemudian para ulama berbeda pendapat mengenai had yang disebutkan dalam ayat
tersebut, apakah ia bersifat tauzî‟î dimana satu hukuman disesuaikan dengan perbuatan yang
dilakukan seseorang, atau had tersebut bersifat takhyîrî sehingga seorang hakim bisa memilih
salah satu dari beberapa pilihan hukuman yang ada.

Jumhurul ulama‟ sepakat bahwa hukuman yang dimaksudkan dalam surat al-Maidah ayat
33 bersifat tauzî‟î. Karenanya, had dijatuhkan sesuai dengan kadar kejahatan yang dilakukan
seseorang. Berikut simpulan akhir pendapat mayoritas ulama terkait had yang ditetapkan untuk
perampok, penyamun, dan perompak:
1. Jika seseorang merampas harta orang lain dan membunuhnya maka hadnya adalah

dihukum mati kemudian disalib.
2. Jika seseorang tidak sempat merampas harta orang lain akan tetapi ia membunuhnya

maka hadnya adalah dihukum mati.
3. Jika seseorang merampas harta orang lain dan tidak membunuhnya maka hadnya adalah

dihukum potong tangan dan kaki secara menyilang.
4. Jika seseorang tidak merampas harta orang lain dan tidak juga membunuhnya semisal kala

ia hanya ingin menakut-nakuti, atau kala ia akan melancarkan aksi jahatnya ia tertangkap
lebih dulu, dalam keadaan seperti ini, ia dijatuhi hukuman had dengan dipenjarakan atau
diasingkan ke luar wilayahnya.

Perlu dijelaskan bahwa hukuman mati terhadap perampok, penyamun, dan perompak
yang membunuh korbannya berdasarkan had bukan qishash, sehingga tidak dapat gugur
walaupun dimaafkan oleh keluarga korban

Sebagian ulama salaf berpendapat bahwa had perampok, penyamun, perompak yang
dijelaskan dalam surat al-Maidah ayat 33 bersifat takhyiri hingga hakim boleh memilih salah
satu jenis hukuman yang disebutkan dalam ayat tersebut.

d. Perampok, penyamun, dan perompak yang taubat
Taubatnya perampok, penyamun, dan perompak setelah tertangkap tidak dapat

mengubah sedikitpun ketentuan hukum yang ada padanya. Namun jika mereka bertaubat
sebelum tertangkap, semisal menyerahkan diri dan menyatakan taubat dengan kesadaran
sendiri, maka gugurlah had. Hal ini didasarkan pada firman Allah Swt :

‫إْْال الْْذيْ ْن تْابْْوا م ْن قْْبل أْ ْن تْْقدْرْوا ْعلْ يْه ْم‬
‫فْا ْعلْ ْمْوا أْ ْْن اهللْ غْْفْوْر ْرحْي ْم‬

Artinya :” Kecuali orang – orang yang taubat (diantara mereka) sebelum kamu dapat
menguasai (menangkap) mereka, maka ketahuilah bahwasannya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Al – Maidah : 34)

Diisyaratkan dalam ayat tersebut bahwa Allah Swt akan mengampuni mereka
(perampok, penyamun, perompak) yang bertaubat sebelum tertangkap. Ayat ini menunjukkan
bahwa had yang merupakan hak Allah dapat gugur, jika yang bersangkutan bertaubat sebelum
tertangkap.
42 Fikih-Kelas 11Semester 1

e. Hikmah pengharaman merampok, menyamun dan merompak
Prinsipnya, hikmah pengharaman merampok, menyamun, dan merompak sama dengan

hikmah pengharaman mencuri

6. BUGHAT (PEMBANGKANG)

1. Pengertian bughat

Kata ْ‫ بْغْاة‬adalah jamak dari isim fail ‫بْاْغ‬. Akar katanya ‫ بْغْى‬yang berarti : mencari,
‫ يْْبغي‬-

dan dapat pula berarti maksiat, melampaui batas, berpaling dari kebenaran, dan dzalim.
Adapun bughat dalam pengertian syara‟ adalah orang-orang yang menentang

atau memberontak pemimpin Islam yang terpilih secara syah. Tindakan yang dilakukan bughat
bisa berupa memisahkan diri dari pemerintahan yang syah, membangkang perintah pemimpin,
atau menolak berbagai kewajiban yang dibebankan kepada mereka.

Seorang baru bisa dikategorikan sebagai bughat dan dikenai had bughat jika beberapa
kriteria ini melekat pada diri mereka:
1. Memiliki kekuatan, baik berupa pengikut maupun senjata. Dari kriteria ini bisa disimpulkan

bahwa penentang imam yang tak memiliki kekuatan dan senjata tidak bisa dikategorikan
sebagai bughat.
2. Memiliki takwil (alasan) atas tindakan mereka keluar dari kepemimpinan imam atau
tindakan mereka menolak kewajiban.
3. Memiliki pengikut yang setia kepada mereka.
4. Memiliki imam yang ditaati.

2. Tindakan hukum terhadap bughat
Para bughat harus diusahakan sedemikian rupa agar sadar atas kesalahan yang mereka

lakukan, hingga akhirnya mau kembali taat kepada imam dan melaksanakan kewajiban
mereka sebagai warga negara.

Proses penyadaran kepada mereka harus dimulai dengan cara yang paling halus. Jika
cara tersebut tidak berhasil maka boleh digunakan cara yang lebih tegas. Dan jika cara
tersebut masih juga belum berhasil, maka digunakan cara yang paling tegas.

Berikut urutan tindakan hukum terhadap bughat sesuai ketentuan fiqh Islam:
1. Mengirim utusan kepada mereka agar diketahui sebab–sebab pemberontakan yang

mereka lakukan. Apabila sebab – sebab itu karena ketidaktahuan mereka atau keraguan
mereka, maka mereka harus diyakinkan hingga ketidak tahuan atau keraguan itu hilang.
2. Apabila tindakan pertama tidak berhasil, maka tindakan selanjutnya adalah menasehati
dan mengajak mereka agar mau mentaati imam yang sah.
3. Jika usaha kedua tidak berhasil maka usaha selanjutnya adalah memberi ultimatum atau
ancaman bahwa mereka akan diperangi. Jika setelah munculnya ultimatum itu mereka
meminta waktu, maka harus diteliti terlebih dahulu apakah waktu yang diminta tersebut
akan digunakan untuk memikirkan kembali pendapat mereka, atau sekedar untuk mengulur
waktu. Jika ada indikasi jelas bahwa mereka meminta penguluran waktu untuk
merenungkan pendapat-pendapat mereka, maka mereka diberi kesempatan, akan tetapi
sebaliknya, jika didapati indikasi bahwa mereka meminta penguluran waktu hanya untuk
mengulur-ulur waktu maka mereka tak diberi kesempatan untuk itu.

Fikih-Kelas11Semester 1 43

4. Jika mereka tetap tidak mau taat, maka tindakan terakhir adalah diperangi sampai mereka
sadar dan taat kembali.

3. Status Hukum Pembangkang
Kalangan bughat tidak dihukumi kafir. Allah sampaikan hal ini dalam firman-nya pada

surat al-Hujurat ayat 9:

...‫ْوإ ْن طْائْفْتان م ْن الْ ْمْؤمنْ ْيْ اقْتْتْلْْوا فْأْ ْصل ْحْوا‬

Artinya : “ Dan jika dua golongan dari orang – orang mukmin berperang, maka damaikanlah
antara keduanya.”(Q.S. al-Hujurat: 4)

Pembangkang yang taubat, taubatnya diterima dan ia tidak boleh dibunuh. Oleh sebab itu,
para bughat yang tertawan tidak boleh diperlakukan secara sadis, lebih-lebih dibunuh. Mereka
cukup ditahan saja hingga sadar.

Adapun harta mereka yang terampas tidak boleh disamakan dengan ghanimah. Karena
setelah mereka sadar, harta tersebut kembali menjadi harta mereka. Bahkan jika didapati
kalangan bughat yang terluka saat perang, mereka tidak boleh serta merta dibunuh. Terkait hal
ini Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa kala terjdi perang Jamal, Ali menyuruh agar
diserukan: “Yang telah mengundurkan diri jangan dikejar, yang luka-luka jangan segera
dimatikan, yang tertangkap jangan dibunuh, dan barang siapa yang meletakkan senjatanya
harus diamankan.”

RANGKUMAN MATERI

 Hudud adalah pembeda di antara dua hal, antara halal dan haram. Pembahasan mengenai
hudud di bagi menjadi enam macam yaitu masalah zina, qadzaf/menuduh orang lain berbuat
zina, miras, mencuri, hirabah dan bughah. Keenam hal tersebut harus kita hindari.
 Zina adalah perbuatan keji yang dilarang Allah. Perbuatan zina akan menurunkan derajat
kehidupan manusia.
 Zina dibagi menjadi dua macam, pertama: zina muhson yaitu praktik zina yang
dilakukan oleh orang yang sudah pernah berkeluarga. Hukumannya, dirajam hingga
mati. Kedua: zina ghairu muhson, yaitu praktik zina yang dilakukan oleh seseorang yang
belum menikah. Hukumannya didera 100 kali ditambah dengan hukuman pengasingan
selama satu tahun (menurut pendapat sebagian ulama).
 Qadzaf adalah menuduh wanita baik-baik melakukan praktik zina.
 Penuduh yang tidak dapat mengemukakan 4 orang saksi didera 80 kali.
 Miras adalah segala jenis minuman atau lainnya yang dapat memabukkan / menghilangkan
kesadaran. Miras berdampak pada sisi jasmani dan rohani.
 Peminum minuman keras didera 40 kali. Sedangkan Imam Abu Hanifah, Imam Malik
dan Imam Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa pukulan dalam had minum-minuman
keras adalah 80 (delapan puluh) kali.
 Mencuri adalah perbuatan seorang mukallaf (baligh dan berakal) mengambil harta orang
lain secara sembunyi-sembunyi, mencapai jumlah satu nishab dari tempat simpanannya,
dan orang-orang yang mengambil tersebut tidak mempunyai andil pemilikan terhadap
barang yang diambil.
 Hukuman bagi pelakunya adalah potong tangan dan kaki secara silang.

44 Fikih-Kelas 11Semester 1

 Hirabah ( menyamun, merampok dan merompak) berarti mengambil harta orang lain
dengan kekerasan/ancaman senjata dan kadang-kadang disertai dengan pembunuhan.

 Bughah adalah pemberontakan orang-orang Islam terhadap imam (pemerintah yang sah)
dengan cara tidak mentaati dan ingin melepaskan diri atau menolak kewajiban dengan
memiliki kekuatan, argumentasi dan pemimpin.
 Bughat yang tetap membangkang setelah dinasehati dan diajak untuk taat kepada
imam diultimatum untuk diperangi. Jika mereka masih juga membangkang, maka
mereka benar-benar diperangi sampai sadar dan taat kembali.

1. Bentuk mufrod dari kata hudud adalah... e. Terbukti berzina bila ada pengakuan dari
pihak laki-laki
a. Had d. Hadid 7. Dijatuhkan had bagi pelakunya apabial

b. Huda e. hudud

c. Hadyu memenuhi syarat-ayarat dibawah ini

2. Hudud ditinjau dari segi terminologi kecuali...

berarti... a. Pelalunya adalah seorang muslim

a. Denda d. Vonis b. Pelakunya adalah seorang non muslim
b. Batas e. Membatasi c. Pelakunya adalah baliq dan berakal
c. Hukuman-hukuman d. Pelakunya mengetahui zina diancam
3. Hukuman-hukuman tertentu yang dengan had
e. Perbuatan zina tidak dipaksa
ditetapkan oleh syarat diwajibkan atas 8. Dibawah bukan merupakan had dari

orang yang melanggar larangan-larangan

tertentu seperti berzina, mencuri, qadzaf perbuatan zina...

adalah definisi... a. Dicambuk d. Dijilid

a. Hudud secara khusus b. Diasingkan e. Diqishas
b. Hudud secara umum
c. Hudud secara luas c. Dilempari batu hingga meninggal dunia
d. Hudud secara sempit
e. Hudud secara ijtimal 9. Sesuai syariat islam hudud diberlakukan
4. Dibawah ini salah satu dari bentuk hukum
ta‟zir yaitu... atas tindakan yang tidak terpuji dibawah ini

yaitu kecuali...

a. Dera d. Jilid ini a. Zina
b. Diyat e. Qishas b. Menuduh seseorang berbuat zina
c. Penjara c. Mencuri
5. Perbuatan kriminal dibawah d. Merampok
e. Membunuh
10. Zina adalah suatu perbuatan tercela yang

mendapatkan sanksi hukuman hudud, sangat berat hukumannya untuk itu
kecuali…
diperlukan ketelitian dan kehati-hatian

a. Zina d. Qadzaf dalam menetapkan seseorang telah

b. Sariqah e. Muharibin berbuat zinaatau tidak, adapun

c. Ghosob ketetapannya sesuai syariat islam yaitu

6. Menurut ijtihad jumhur ulama ketentuan kecuali...

bagi perempuan hamil diluar nikah yaitu... a. Kesaksian empat orang saksi laki-laki
yang adil
a. Terbukti berzina karena ia telah hamil
b. Terbukti berzina kalau sudah melahirkan b. Kesaksian oleh pihak keluarga
c. Terbukti berzina bila ada pengakuan c. Adanya pengakuan
atau empat saksi d. Adanya korinah/ indikasi-indikasi
d. Terbukti berzina bila terjadi keguguran
tertentu yaitu telah nyata hamil
e. Li‟an

Fikih-Kelas11Semester 1 45

11. Pernyataan dibawah ini menjelaskan b. Makruh e. tarhib

pengertian zina kecuali... c. Jaiz

a. Hubungan seksual yang diharamkan 16. Islam dalam menerima aduan ataspelaku

baik melalui qubul dan dubur kejahatan seseorang sangat selektif dan

b. Memasukkan alat kelamin laki-laki ke hati-hati barang siapa menuduh orang lain

alat kelamin perempuan yang haram dengan sesuatu yang haram, maka wajib

menurut zat perbuatannya, bukan atasnya membuktikan tuduhan tercakup

karena subhat dan perempuan itu diantaranya qadzaf, penuduh harus

mendatangkan syahwat memenuhi syarat-syarat dibawah ini...

c. Memasukkan alat kelamin laki-laki a. Penuduh adalah orang yang sudah

kedalam alat kelamin perempuan yang baliq dan berakal
b. Penuduh bukan orang tua tertuduh
telah menikah secara sah c. Penuduh memiliki empat orang saksi

d. Me-wathi-nya (persetubuhan) seorang yang adil

laki-laki mukallaf terhadap faraj wanita d. Pengakuan si penuduh disertai sumpah
e. Penuduh adalah muhson
yang bukan miliknya dilakukan dengan 17. Menuduh berbuat fahisyah (zina) dari

sengaja

e. Memasukkan zakar kedalam faraj seseorang kepada orang lain dengan

wanita yang bukan miliknya dilakukan terang-terangan disebut

12. ْ‫ل‬d‫لا‬e‫سب‬ng‫ء‬a‫ا‬n‫ْس‬s‫و‬eْ‫ة‬n‫ش‬ga‫ح‬ja‫كْانْفا‬ ‫والتقربواْالْْزىن انْْه‬ a. Qadzaf d. Li‟an
ْ ْ ْْ ْ ْْْْْْْ b. Sumpah e. Bughah

c. Qishas

Ayat diatas adalah dalil naqli untuk a. Haram d. mubah

hukum...

a. Zina d. Qadzaf

b. Membunuh e. Liwath

c. Bughah

13. Had zina dapat dijatuhkan kepada

pelakunya, jika telah terpenuhi syarat-

syarat dibawah ini yaitu kecuali...

a. Pelakunya sudah baliq dan berakal
b. Peelakunya sudah terbukti melakukan

zina
c. Pengaku zina tidak menarik kembali

pengakuannya
d. Perbuatan zina tidak dipaksa
e. Perbuatan zina dilakukan atas

kemauan orang lain
14. Had yang dijatuhkan kepada pelaku

kejahatan berupa pencambukan disebut...

a. Jilid d. Rajam

b. Targib e. Tarhib

c. Taghrib

….‫ْما اْْدى ا ْْل ا ْْلْْرام فْ ْهو ا ْْلْْراْم‬

15.

Dari kaidah diatas yang artinya setiap
sesuatu yang mendatangkan hal yang
haram adalah haram, dapat kita pahami
bahwa budaya pacaran merupakan
wasilah terjadinya perzinaan. Maka hukum
pacaran adalah...

46 Fikih-Kelas 11Semester 1

18. Suatu hukum yang belum ada

ketentuan hukumnya didalam nash
Al-Qur‟an atau hadits kemudian

diserahkan sepenuhnya kepada

kebijaksanaan hakim disebut...

a. Targib d. Taghrib

b. Tarhib e. Talaq

c. Ta‟zir

19. Arti qadzaf ditinjau dari etimologi adalah...

a. Melempar
b. Menuduh
c. Memfitnah
d. Memprovokasi
e. Mempropaganda
20. Dibawah ini arti qadzaf yang tidak
tepat ditinjau dari pengertian syara‟...

a. Melemparkan tuduhan berzina
dengan tuduhan terang-terangan

b. Menuduh berbuat fahisyah (zina)
dari seseorang kepada orang lain

c. Perbuatan menuduh orang lain
berbuat zina

d. Perbuatan menyuruh orang lain
berbuat zina

e. Menuduh seseorang berbuat zina
dengan perkataan “wahai pezina”

atau semisalnya
21. Tidak ada hukuman yang telah

ditetapkan oleh Allah SWT kepada

pelaku tindak kejahatan tanpa suatu

hikmah tak

Fikih-Kelas11Semester 1 47

terkecuali had qadzaf dimana hikmahnya 27. Sesuai surat An-Nur ayat 6-7 ketentuan

yaitu... untuk jumlah sumpah li‟an yaitu...

a. Menjaga penyebaran perbuatan- a. Satu kali d. Dua kali

perbuatan tercela diantara kaum b. Tiga kali e. Empat kali

muslimin c. Lima kali

b. Menjaga kesehatan jiwa dan raga 28. Syariat islam mengharamkan khamr sejak

kaum muslimin empat belas abad yang lalu dan hal ini juga

c. Menjaga hati agar tetap mendekatkan mulai disadari oleh orang non muslim

diri kepada Allah bahwa khamr dan sejenisnya (narkotika)

d. Menjaga tertib dan teraturnya urusan membawa banyak madharat terutama bagi

rumah tangga peminumnya yaitu kecuali...

e. Mencegah pertumpahan darah

22. Minuman keras yang terbuat dari anggur a. Dapat merusak hati dalam jangka

adalah... panjang

a. „ashir d. Bit‟i b. Menurunkan kesadaran

b. Laban e. Halib c. Gangguan metabolisme yang

c. Tamr menyebabkan gangguan jantung

23. Hukuman bagi pelaku qadzaf yang d. Menghambat terbentuknya trombosit

merdeka terhadap perempuan muhshonat e. Meyelesaikan masalah dengan cepat

yaitu... 29. Jumhur ulama dalam menetapkan had

a. Jilid 80 kali meminum khamr merujuk pada ketentuan

b. Jilid 100 kali hasil musyawarah Umar Ibn Khatab

c. Rajam bersama sahabat yang lain, yakni atas

d. Taghrib selama satu tahun usulan Abdurrahman bin Auf tentang had
e. Boikot
peminum khamr, dimana ketetapan
‫ْم ْن ْو ْج ْدْْتْْوهْ يْ ْع ْم ْل ْع ْم ْل‬
hadnya, yaitu...

24. ‫قْْوم لْْو ْْ فاْقْتلْْو‬ a. 40 kali jilid

b. 80 kali jilid

c. Taghrib selama setahun

‫الْْفاعل والْمْْفعْْوْل به‬ d. Dipenjarakan sampai bertaubat
e. Dita‟zir

ْHadits shahih riwayat abu daud dan 30. Sesuai ayat 4 surat An-Nur dalam qadzaf

tirmidzi diatas menunjukkan bahwa terdapat hukuman pokok yaitu dera dan

hukuman bagi pelaku homoseks adalah... ada pula hukumantambahan yaitu...

a. Rajam d. jilid a. Diasingkan selama setahun

b. Taghrib e. Qishas b. Diboikot selama-lamanya
c. Ta‟zir
c. Tidak diterimanya persaksian selama-
25. Sahabat yang datang kepada Rasulullah
lamanya
SAW dan meminta untuk dihukum rajam
d. Dera 80 kali
atas perbuatan mereka adalah...
e. Dirajam
a. Qabil dan Habil
31. ‫ْك ْلْ ْم ْسكْر ْْخْْر‬
b. Laila dan Majnun
c. Ma‟iz dan Ghomidiyah Maksud dari potongan hadits diatas
adalah...
d. Yusuf dan Zulaikah a. Tiap-tiap yang memabukkan disebut

e. Sofwan dan Aisyah khamr
b. Tiap-tiap khamr hukumnya haram
26. Seorang qadzif wajib atasnya had qadzaf c. Allah melaknat peminum khamr dan

kecuali apabila... penjualnya
d. Meminum khamr hukumnya haram baik
a. Maqdzuf memaafkan
b. Qadzif bukan orang tua tertuduh sedikit maupun banyak
c. Maqdzuf adalah muhson e. Allah melaknat sepuluh orang yang
d. Maqdzuf mengakui perbuatannya
e. Maqdzuf mempunyai empat orang terkait dengan khamr

saksi yang adil

48 Fikih-Kelas 11Semester 1

32. Andi adalah seorang pemuda yang hidup a. Fasiq c. Kafir
di negara yang berlandaskan atas syariat
Islam, pada suatu ketika dia tidak sengaja b. Kotor d. Dhalim
melihat temannya Indi bersama dengan
seorang laki-laki, kemudian Andi c. a, b, c dan d benar
melaporkan Indi kepada pihak berwenang 37. Menurut kitab suci Al-Qur‟an akibat dari
bahwa Indi telah berbuat zina, dibawah ini
pernyataan yang bernar dari hal dilakukan minuman keras adalah...
Andi ...
a. Persatuan dan kesatuan
b. Kerukunan dan keharmonisan
c. Kebersamaan dan kekompakan
d. Ketenangan jiwa
e. Kebencian dan permusuhan

a. Andi dikenakan had qadzaf apabila 38. Hukuman mati yang dilakukan dengan cara
tidak terbukti
dilempari batu sampai meniggal dunia
b. Andi terkena had qadzaf apabila tidak
memiliki 4 saksi disebut...

c. Andi bebas dari had qadzaf apabila a. Rajam d. Jilid
laporannya dibenarkan Indi
b. Dera e. Taghrib
d. Andi bebas dari had qadzaf apabila
dimaafkan Indi c. Cambuk

e. Andi terkena had karena menuduh 39. Hukuman mati yang dilakukan dengan cara
sekalipun benar
dilempari batu sampai meniggal dunia
33. Sanksi qadzaf dapat hapus karena
beberapa hal, diantaranya yaitu... dikenakan pada pelaku zina...
a. Tertuduh membenarkan penduh
b. Penuduh memiliki empat orang saksi a. Tadakhul
c. Tertuduh memaafkan penuduh b. Tsayyib (orang yang sudah menikah)
d. Li‟an jika tertuduh adalah istri penuduh
e. Jawaban a, b, c, dan d benar c. Muhson
d. Ghairu muhson
34. Dibawah ini termasuk hikmah e. Bikr (orang yang belum menikah)
disyariatkannya had qadzaf kecuali...
a. Menjaga kehormatan diri di mata 40. Pelaku zina yang belum pernah menikah
masyarakat
b. Menjaga keharmonisan dalam sesuai dengan ketentuan syariat agama
pergaulan antar sesama masyarakat
c. Mewujudkan keadilan dikalangan Islam atau menikah tapi belum melakukan
d. Mmeamsyealrihaakraat dan menjaga keturunan
hubungan suami istri disebut...
dengan baik
e. Menjaga penyebaran perbuatan- a. Tadakhul d. Tsayyib

perbuatan tercela diantara kaum b. Muhson e. Ghairu muhson

muslimin c. Bikr

35. ْ‫يْا اْيْْها الْْذيْ ْن ْوال‬ ‫ا ْْن الْْذيْ ْن يْْرْمْوْن الْ ْم ْح ْصنْات‬
‫اْمنْوا اْْنْاا ْْلْْمْر ْمْيسْر‬ 41. ‫ال ْْدنْْياواالْْاْلغْْْاخفْرةْعْالوْذتاْْلْمب‬
‫لْعنْواْف‬ ‫الْمْؤمنْات‬
ْْ

‫ْ ْعظ‬
‫ْي ْم‬
Sesuai ayat 23 surat An-Nur diatas hukum

qadzaf adalah... d. Mubah
a. Haram

‫عْْواْمْاللْ الْزالْْشْْيْمطارْْنج‬ ‫ْب‬ ‫ْصا‬ ‫ْواْالْنْْس‬ b. Makruh e. Mandhub
‫ْن‬ ‫ْْم‬ c. Jaiz

lafadz yang bergaris bawah artinya 42. ْ‫ْمااْ ْس ْكْر ْكْ يْْرهْ فْْقلْيلْه‬
adalah... ‫ْحْراْم‬
a. Keras d. Rusak
b. Keji e. Hina

Fikih-Kelas11Semester 1 49

Sesuai hadits riwayat ahmad diatas maka h ukum meminum sesuatu yang
c. Jahat
‫م‬ memabukkan walaupun sedikit hukumnya
‫ال‬36. Sedangkan kategori ‫ْع‬ ‫ْن‬
adalah...

‫ْمل ْْشْيط‬ a. Haram d. Mubah

‫اْن‬

Pada potongan ayat 90 surat Al-Maidah b. Makruh e. Mandhub
c. Jaiz
no. 35 diatas adalah...

50 Fikih-Kelas 11Semester 1

43. Dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat 47. Bentuk jama‟ dari had adalah...

Ibnu Majah dan Tirmidzi, dalam persoalan a. Had d. Hadid
b. Huda e. Hudud
khamr ada sepuluh orang yang dikutuk

karenanya, diantaranya yaitu kecuali... c. Hadyu
48. Menurut syariat Islam seorang pelaku zina
a. Produsen d. Distributor
ghairu muhson dihukum dengan dera dan
b. Peminum e. Penuangnya

c. Pencegahnya diasingkan disuatu tempat yang disebut

‫الْب ْكْر بالْب ْكر ْجْل ْد مائْْة ْونْْف ْي‬ dengan istilah...

44. ‫ْسنْْة‬ a. Jilid d. Dera
b. Taghrib e. Targib
c. Tarhib

Berdasarkan hadits riwayat Muslim diatas 49. Salah satu alasan pengharaman Allah
had untuk pelaku zina ghairu muhson
adalah... SWT terhadap sesuatu adalah dikarenakan
a. Dirajam
b. Dijilid 100 kali mengandung madharat, termasuk
c. Didera 100 kali
d. Taghrib selama satu tahun diantaranya pengharaman zina yang
e. Dijilid 100 kali dan taghrib selama satu
memiliki banyak madharat yaitu kecuali...
tahun
45. Segala sesuatu yang dilarang atau a. Menyebarkan HIV
b. Penyebaran penyakit kelamin
c. Perusakan nasab atau keturunan

diharakan oleh Allah SWT diketahui atau d. Menghilangkan kecantikan dan
ketampanan
belum diketahui mengandung banyak
e. Terjadinya poligami
50. Setiap anak Adam yang baru lahir adalah

hikmah dan hikmah diharamkannya zina dalam keadaan suci dan seseorang yang

diantaranya yaitu kecuali... berdosa tidak akan memikul dosa orang

a. Menjaga kesucian kaum muslimin lain, jadi apabila ada anak lahir hasil dari
b. Menjaga kehormatan muslimin
c. Mensucikan jiwa-jiwa kaum muslimin perbuatan zina maka status anak itu
d. Menjaga kemuliaan dan kesucian jiwa
adalah...
keturunan kaum muslimin
e. Mengekang hawa nafsu untuk segera a. Anak haram d. Anak zina
b. Anak suci e. Anak angkat
menikah c. Anak tiri

‫ال ْْشْي ْخ ْوال ْْشْي ْخةْ ا ْذاْزنْا‬
46. ْ‫فْاْرْْجْوْْْا البْتْْةْ نْكْاال‬

‫م ْن اللْه واهللْ ْعل يْ ْم ْحكْي ْم‬

Sesuai hadits riwayat Imam Ahmad diatas
had bagi pelaku zina muhson adalah...
a. Dirajam
b. Dijilid 100 kali
c. Didera 100 kali
d. Taghrib selama satu tahun
e. Dijilid 100 kali dan taghrib selama satu

tahun

JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN BENAR DAN TEPAT !
1. Jelaskan pengertian zina !

JAWAB:

2. Tuliskan dasar hokum/dalil dilarang melakukan zina ! 51
Fikih-Kelas11Semester 1

JAWAB:
52 Fikih-Kelas 11Semester 1

3. Beberapa dasar yang digunakan untuk menetapkan seseorang telah berbuat zina adalah …
JAWAB:

4. Ada dua macam zina, yaitu zina muhson dan zina ghoiru muhson. Jelaskan maksud
keduanya….
JAWAB:

5. Bagaimanakah hukuman yang diberikan kepada orang yang melakukan zina muhson…
JAWAB:

6. Sebutkan beberapa hikmah dilarangnya perbuatan zina…
JAWAB:

7. Jelaskan perngertian dari qadzaf !
JAWAB:

8. Orang yang menuduh zina kemudian tidak bisa membuktikan tuduhannya maka orang
tersebut mendapat hukuman, jelaskan hukumannya…
JAWAB:

9. Meminum munuman keras dilarang oleh syari‟at islam, berikan dalilnya…!
JAWAB:

10. Apa hukuman bagi orang yang meminum minuman keras !
JAWAB:

TANGGAL NILAI TTD GURU TTD WALI

Fikih-Kelas11Semester 1 53

KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungng jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsive dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR
1. menunjukkan sikap patuh pada hukum
2. menganalisis ketenuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya
3. mempratikkan contoh penerapan ketentuan islam tentang Peradilan.

INDIKATOR
1. siswa dapat menjelaskan pengertian peradilan
2. siswa dapat menjelaskan fungsi peradilan
3. siswa dapat menjelaskan hikmah peradilan
4. siswa dapat menjelaskan pengertian hakim
5. siswa dapat menyebutkan syarat-syarat hakim
6. siswa dapat menjelaskan tata cara menentukan hukuman
7. siswa dapat menjelasakan cara memeriksa terdakwa dan terakwa yang tidak hadir di

persidangan
8. siswa dan menjelaskan tujuan sumpah, dan menyebutkan syarat-syarat yang

bersumpah

54 Fikih-Kelas 11Semester 1

Peta Konsep HAKIM
PERADILAN ISLAM SAKSI
PENGGUGAT
TERGUGAT
BUKTI DAN SUMPAH

Ayo Mengamati
Amatilah gambar dibawah ini dan buatlah komentar, pertanyaan !

Setelah kalian mengamati gambar diatas buatlah komentar atau pertanyaan yang baik
1. ...........................................................................................................................
2. ............................................................................................................................
3. ............................................................................................................................
4. .............................................................................................................................
5. .............................................................................................................................

MENANYA
Setelah kalian mengamati gambar diatas, jawablah pertanyaan dibawah ini !
1. seorang yang memutuskan dalam setiap kasus yang diajukan ke pengadilan itu disebut apa
2. apa yang kamu pahami tentang pengadilan islam ?
3. jelaskan dengan benar proses dipengadilan sesuai yang kamu ketahui dari gambar
4. menurut kalian peradilan kita seperti apa , jelaskan !

Fikih-Kelas11Semester 1 55

1. PERADILAN

a. Pengertian Peradilan

Dalam ilmu fiqih Peradilan adalah arti dari bahasa arab yaitu ‫ قْ –ضى‬yang
mempunyai arti memutuskan, menyelesaikan. ‫ْضى يْْق‬

Menurut Asy Syeh Ibnul Qosim Al Ghozi dalam kitab Fathul Qorib menyatakan bahwa

Peradilan menurut bahasa yaitu menghukumi sesuatu dan melestarikanya/ melaksanakannya.
Sedangkan menurut syara‟/ istilah yaitu memutuskan pertengkaran antara dua orang

yang bertengkar dengan hukum Allah Ta‟ala.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al maidah : 49

Artinya : “ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, “

Sedangkan menurut Ustad Labib MZ dan Dra.Harniawati bahwa peradilan yaitu lembaga
yang menempatkan perkara hukum sesuai dengan tempatnya. Yang benar diputuskan benar
dan yang salah diputuskan salah. Sesuai hukum yang berlaku.

Jadi secara umum peradilan yaitu suatu lembaga pemerintah atau negara yang
ditugaskan untuk menyelesaikan dan memutuskan atas setiap perkara yang terjadi dengan
adil berdasarkan hukum yang berlaku.

Untuk mengadili perkara tersebut tempanya disebut pengadilan, sedangkan orang yang
mengadili atau yang memutuskan perkara disebut Hakim atau Qadhi ( arab,red ). Adapun
yang dijadikan dasar peradilan islam adalah Hukum islam.

b. Dasar Hukum Peradilan
Sebelum menjadi kesepakan para ulama ( Ijama‟ ) yang menjadi dasar hukum peradilan

adalah
a. firman Allah dalam Surat Al maidah : 42

Artinya : dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara
itu) diantara mereka dengan adil.
b. surat Al Maidah : 49

Artinya : “ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, “
c. surat An nisa’ : 58

Artinya : dan (Allah menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil.
d. Hadist Nabi SAW yang diriwayatkan dari Abdulloh bin Amru bin Ash ra.

56 Fikih-Kelas 11Semester 1

‫ا ْذا ْح ْك ْم اْلْاك ْم فْا ْجتْه ْد ْْثْْ اْ ْصا ْب فْلْهْ اْ ْجْران ‪ْ ,‬وا ْذا ْح ْك ْم فْا ْجتْ‬
‫ْه ْد ْْثْْ اْ ْخطْأْ فْلْهْ اْ ْجْر (رواه خبارى و مسلم)‬

‫‪Fikih-Kelas11Semester 1‬‬ ‫‪57‬‬

Artinya : apabila seorang hakim menghukumi dan ia telah berijtihad, kemudia ternyata benar,
maka ia mendapatkan dua pahala, dan jika apa yang diputuskan/ ijtihadnya ternyata salah
maka baginya mendapat satu pahala . ( HR. Bukhari dan Muslim ).
e. Hadist Nabi SAW yang diriwayatkan dari Abi Hurairoh ra

‫ قْا ْض ْف اْلنْْة‬: ْ‫ اْلق ْضا ة ثْْال ثْة‬: ‫ قال رسول اهلل صلعم‬, ‫عن اْب هريرة رضي اهلل عنه قال‬
‫ْوقْا ْضيْان ْف‬
‫ْم وخبقْاْالفْهض‬, ‫ وْقا ْض عرف ا فْهلوْْقْففالنحْْاكر‬, ‫ قْا ْض ْعْر ْف اْل ْْق فقضى به فهو ْف اْلْنْْة‬, ‫النْْار‬

‫قْ ْضى على اْلْْهل فهو ْف النْْار ( رواه ابو داود وغْيه‬
)

Artinya : “ Hakim ada tiga macam, satu di surga dan dua di neraka . hakim yang
mengetahui kebenaran dan menetapkan hukum berdasarkan kebenaran itu maka ia
masuk surga. Hakim yang mengetahui kebenaran dan menetapkan hukum bertentangan
dengan kebenaran maka ia masuk neraka, dan hakim yang menetapkan hukum dengan
kebodohanya, maka ia masuk neraka ( HR.Abu Dawud dan lainya ).

c. Fungsi Peradilan

Peradilan sebagai lembaga hukum yang memberikan keputusan didalam perkara yang
nyata yang diembankan kepadanya untuk diadili dengan seadil-adilnya tanpa memandang
sanak saudara, teman dekat dan lain-lain.sehingga kedamaian,ketertiban dan keamanan
dimasyarakat tetap terwujud. Dengan demikian fungsi dari peradilan adalah :
a. menyelesaikan persengketaan ( mendamaikan ) antara dua orang atau lebih

b. menetapkan sangsi dan menerapkannya pada para pelaku perbuatan yang melanggar

hukum
c. menciptakan ketertiban dan ketentraman masyarakat

d. mewujukan keadilan yang menyeluruh dimasyarakat.

d. Hikmah Peradilan

Sebagaiman yang telah dijelaskan, dengan adanya lembaga peradilan maka akan
diperoleh Hikmah- hikmah yang sangat besar bagi kehidupan umat, berbngsa dan
bernegara.yaitu :
a. Terciptanya keadilan, kedaiman, kesejahteraan dalam masyarakat dan terwujudnya

masyarakat yang bersih. Hal ini sesuai sabda Nabi SAW :

‫اْْْمةْ الْيْْؤ ْخ ْد‬ ‫ْس‬ ‫تْْقد‬ ‫ْف‬ ‫ْكْي‬ : ‫يقول‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫اهلل‬ ‫صلى‬ ‫اهلل‬ ‫رسول‬ ‫ْسعت‬ : ‫قال‬ ‫جابر‬ ‫عن‬
‫ْم ْن ْشد يد ه ْم‬

‫ل ْضع يْفهم‬

Artinya : “ dari jabir ia berkata, saya mendengar dari Rosululloh SAW bersabda :

bagaimana umat dapat dinilai bersih sedangkan hukum ( saja ) tidak diberlakukan bagi
orang-orang yang kuat dan hanya diberlakukan bagi orang yang lemah diantara mereka (
HR. Ibnu Hibba )

b. Dapat mewujudkan suasana yang mendorong ketaqwaan kita pada Allah SWT dan
mahabbah pada Rosulullah. Allah bersabda pada surat Al Maidah : 8

Artinya : “ ...... Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa “.
58 Fikih-Kelas 11Semester 1

c. Terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyat . Allah berfirman pada surat An nisa‟ 58

Fikih-Kelas11Semester 1 59

Artinya : “ ..... dan (Allah menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
d. Terciptanya aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

2. HAKIM

a. Pengertian Hakim
Hakim adalah orang yang diangkat oleh pemerintah untuk menetapkan hukum atau

memutuskan hukum suatu perkara dengan adil. Untuk menjadi hakim maka seseorang tidak
boleh mengangkat dirinya sendiri, walaupun orang tersebut berpendidikan tinggi dan pandai
bdaerlalamkubaiddailn.gSheubkaugmai.mDaanna syeaonrganteglahhakdiimjelamsekmanilikRiokseudluuldlauhkaSnAyWandgatlaemrhoHrmadaist sNeylaam: a ia

‫ا ْذا ْجلْ ْس الْقاضى ْف ْم ْكانه ْهبْ ْط ْعلْ يْه ْملْ ْكان يْ ْس ْْدْدانه ْوي‬
‫ْْوافْقانه ْويْْرش ْدانه ْما ْْلْ ْْيْْر ْفا ْذا ْجاْر‬

) ‫ْعرجاْتْرْكاهْ ( رواه البيهقى‬

Artinya: apabila hakim duduk ditempatnya (sesuai dengan kedudukan hakim yang adil) maka

ْ ْdua malaikat membenarkan, menolong dan menunjukkannya selama tidak menyeleweng.

apabila menyeleweng maka kedua malaikat meninggalkannya (HR. Baihaqi).

b. Syarat-syarat Hakim
Terwujudnya keadilan dalam suatu perkara yang diperselihkan, maka menjadi tugas yang

sangat berat bagi seorang hakim, dengan begitulah hakim dipandang sangat mulia. Untuk itu,
maka menjadi seorang hakim (orang yang mengadili) harus memenuhi beberapa syarat.

Menurut Asy Syech Al-Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitab “Fathul
Mu‟in “bahwa diantara syarat yang harus dipenuhi menjadi seorang hakim adalah:
a. Beragama Islam (muslim), Untuk perkara yang berkaitan dengan hukum islam
b. Mukallaf (berakal dan baligh atau dewasa), jadi, anak kecil dan orang gila yang terus

menerus atau tidak , menjadi hakim dan menjatuhkan putusan itu tidak sah.
c. Adil. Sesuai dengan prinsip keadilan dan kebenaran
d. Seorang laki-laki. Tidak sah qohli seorang perempun atau banci yang tidak ada kejelasan

status laki-laki atau perempuan.
e. Dapat mendengar. Meskipun dengan suara keras yang diarahkan pada kedua telinganya.
f. Dapat melihat, menurut Imam Rauyani memperbolehkan seorang hakim yang melihat

hanya dengan sebelah mata (buta sebelah)
g. Orang yang merdeka, bukan seorang hamba sahaya.
h. Sehat jasmani dan Rohani.
Sedangkan menurut Asy syeh Al alamah Muhammad bin Qosim al Ghozi dalam kitab “Fathul
Qorib “nya menambah syarat-syarat lagi yaitu:
a. Mengetahui hukum-hukum yang tersebut dalam al-qur‟an dan Hadis melalui jalan ijtihad.

Tetapi tidak disyaratkan hafal ayat-ayat atau hadist.
b. Mengetahui ijma‟ ulama. Tapi tidak disyaratkan mengetahui tiap-tiap masalah dari masalah

ijma‟
c. Bisa menulis
d. Harus waspada/ tajam ingatan.
e. Mengetahui metode ijtihad, yakni mengetahui cara mengambil dalil dari beberapa dalil

tentang hukum.
f. Mengetahui bahasa arab dengan baik dari segi ilmu bahasa, sharaf dan nahwu.

Karena itu, jika seseorang tidak bisa memenuhi syarat-syarat diatas maka tidak dapat
diangkat menjadi hakim. Bila pengangkatan hakim oleh kepala negara secara mutlak, maka

60 Fikih-Kelas 11Semester 1

hakim diperbolehkan mengangkat pembantu untuk menangani urusan-urusan yang dirinya
tidak nampu menanganiya, bukan urusan yang lain.

c. Macam - macam Hakim
Hakim merupakan salah satu profesi yang sangat mulia, dengan kemuliaan tersebut

sebab dari keadilan seorang hakim dalam memberi putusan pada stiap perkara yang
diperselisihkan. itulah yang menjadi tugas berat bagi seorang hakim. Sebab mulianya seorang
hakim Sampai Rosululloh SAW menjelaskan melalui HadistNya yang diriwayatkan oleh
sahabat Abu Hurairah:

‫ قْا ْض ْف اْلنْْة‬: ْ‫ اْلق ْضا ة ثْْال ثْة‬: ‫ قال رسول اهلل صلعم‬, ‫عن اْب هريرة رضي اهلل عنه قال‬
‫ْوقْا ْضيْان ْف‬
‫ْم وخبقْاْالفْضه‬, ‫ وْقا ْض عرف ا فْهلوْْقْففالنحْْاكر‬, ‫ قْا ْض ْعْر ْف اْل ْْق فقضى به فهو ْف اْلْنْْة‬, ‫النْْار‬

‫قْ ْضى على اْلْْهل فهو ْف النْْار ( رواه ابو داود وغْيه‬
)

Artinya : “ Hakim ada tiga macam, satu di surga dan dua di neraka . hakim yang mengetahui
kebenaran dan menetapkan hukum berdasarkan kebenaran itu maka ia masuk surga. Hakim
yang mengetahui kebenaran dan menetapkan hukum bertentangan dengan kebenaran maka
ia masuk neraka, dan hakim yang menetapkan hukum dengan kebodohanya, maka ia masuk
neraka ( HR.Abu Dawud dan lainya ).

Sebagaimana yang terkandung dalam hadist tersebut maka hakim ada 3 (tiga) macam.
a. Hakim yang masuk surga, yaitu hakim yang mengetahui kebenaran dan menghukum

dengan adil dan benar
b. Hakim yang masuk neraka, yaitu hakim yang mengetahui kenbeneran tetapi ia

menghukumi yang seharusnya benar menjadi
c. Hakim yang masuk neraka. Hakim yang menghukum dengan kebodohanya.

d. Tata Cara Menjatuhkan Hukuman

Sebelum hakim memberikan putusan maka terlebih dahulu hakim memberikan
kesempatan pada Pendakwa untuk menyampaikan tuduhannya sampai selesai. Sedangkan
terdakwa diminta untuk mendengarkan dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh
pendakwa. Jika pendakwa sudah selesai menyampaikan tuduhanya dan terdaakwa bisa
menilai benar tidaknya tuduhan tersebut.

Wajib bagi hakim tidak boleh bertanya pada pendakwa sebelum apa yang disampaikan
telah selesai, alasanya dikhawatirkan akan memberikan pengaruh positif atau negatif kepada
terdakwa.

Setelah pendakwa selesai menyampaikan, hakim menyuruh pada terdakwa untuk
menjawab dakwaan/tuduhan dari pendakwa. Jika terdakwa mengakui atas dakwaan yang
dituduhkan pendakwa kepadanya, maka menjadi sah dakwaan yang diakuinya. Tetapi jika
terdakwa tidak mengakui dakwaan yang dituduhkan padanya, maka hakim minta pada
pendakwa untuk memberikan bukti atau mengajukan saksi disertai sumpah jika memang
kebenaran bisa diraih dengan adanya seorang saksi dan sumpah. Sebaliknya jika terdakwa
mampu mementahkan bukti-bukti pendakwa dan menegaskan bahwa bukti-bukti itu salah.
Maka hakim harus menerima sumpah terdakwa dan membenarkanya.

Hal ini sebagaiman sabda Nabi SAW :

( ‫البْيْنْةْ ْعلْْى الم ْْدعى واليْمْ ْْي على املْْْدعى عليه‬
) ‫رواه البيهقى‬

Artinya: “pendakwa harus punya bukti-bukti dan terdakwa harus bersumpah (HR. Baihaqi)

Fikih-Kelas11Semester 1 61

Dalam menjalankan tugas juga, seorang hakim tidak boleh menjatuhkan vonis
hukuman pada seseorang ketika dalam keadaan berikut :
1. saat marah

62 Fikih-Kelas 11Semester 1

2. saat lapar
3. sedang bersin-bersin
4. banyak terjaga
5. sedih
6. sangat gembira
7. sangat gembira
8. sakit
9. sangat panas atau dingin
10. sangat ngantuk.

Sepuluh Larangan bagi hakim ketika akan memutuskan perkara, tujuannnya dari
larangan tersebut agar hakim bisa konsentrasi dan bisa berijtihad dengan sebenar-benarnya,
sehingga hakim bisa memutuskan dengan seadil-adilnya. Tetapi apabila hakim sudah terlanjur
menghukumi dalam keadaan yang telah disebutkan, maka apa yang telah diputuskan tetap
sah tapi disertai kemakruhan, menurut pendapat Asy syeh Al alamah Muhammad bin Qosim al
Ghozi dalam kitab “Fathul Qorib “Bagi hakim tidak boleh menerima hadiah dari orang-orang
yang kasusnya sedang ditanganinya, tetapi jika hadiah bukan atas penanganan kasus yang
ditanganinya, maka hukumnya boleh. Berkaitan dengan larangan menerima hadiah/ suap bagi
seorang hakim sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rosulullah SAW melalui hadisnya:

‫لْْع ْن اهلل الْْراشى و المْْرتْشى ْف‬
‫اْلْ ْكم‬

Artinya : “ Allah melaknat orang yang menyuap dan penerima suap dalam menetapkan
hukum “.(HR. Ahmad dan Turmudzi)

e. Kedudukan Hakim Wanita.
Mengenai kedudukan hakim wanita, para ulama masih memperselisihkannya. Menurut

kebanyakan jumhur ulama diantaranya madzhab Maliki, Syafi‟i, Hambali dan lainny,
berpendapat bahwa seorang wanita tidak diperbolehkan menjadi hakim. Hal ini didasarkan
pada hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, At-Tirmidzi, dan An Nasa‟i, :

‫لْ ْن يْْفل ْح قْْو مْ ْولْْوا اْْمْرْه ْم اْمْرأْْة‬

Artinya : “ suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada seorang wanita, maka tidak
akan mendapat kemenangan atau kebahagiaan “.

Lebih jelasnya dibawah ini akan kami paparkan tentang masalah kedudukan hakim
wanita menurut pendapat para ulama‟.

Pandangan Ulama Tentang Kedudukan Hakim Perempuan diantaranya :
1. Pendapat Imam Syafi’i

Menurut jumhur ulama dikalangan mazhab syafi‟i, maliki dan hambali, laki-laki
merupakan syarat untuk dapat di angkat sebagai hakim. sedang Anak kecil dan wanita
tidak sah menjadi hakim. Tidak sah wanita diangkat sebagai kadi, apabila ada pihak yang
mengangkat wanita sebagai hakim, maka putusan yang dijatuhkan itu tidak sah.

Hal ini didasarkan kepada firman Allah dalam surat an-Nisa‟ ayat 43 ;

Artinya :. kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,

Imam Syafi‟i menjadikan ayat diatas sebagai dalil tidak bolehnya perempuan

menduduki jabatan hakim, akan tetapi dia tidak mengemukakan cara istidlal dengan

terperinci bagaimana caranya mengeluarkan hukum dari ayat tersebut. Namun untuk

Fikih-Kelas11Semester 1 63

melihat pendapat ini, kita dapat melacak tulisan imam Syafi‟i dalam kitabnya Al-Um. Disini
dia mengatakan bahwa perempuan mempunyai kekurangan jika dibandingkan dengan pria.
Oleh karena itu pria dijadikan sebagai pemimpin (Qawwam), hakim, berjihad, memperoleh
harta dua bahagian dibanding perempuan, dan sebagainya.

Oleh karna Imam Syafi‟i tidak memgemukakan cara istidlal maka disini akan
dikemukakan cara istidlal yang ditempuh oleh ulama yang sependapat dengannya, antara
lain Imam Al-Qurtubi. Dia menjadikan Q.S. An-Nisa‟ ayat 34 sebagai dalil bahwa
perempuan tidak boleh menjadi hakim. Hal ini dipahami dengan kata “qawwam” atau
pemimpin. Kata ini mempunyai tiga arti yaitu :1. hukkam (hakim), 2. Umara (penguasa), 3.
Man yazku (orang yang berperang). Demikian penafsiran kata qawwam oleh Imam Al-
Qurtubi.

Dalil kedua yang dijadikan alasan oleh Imam Syafi‟i tentang tidak bolehnya
perempuan menduduki jabatan hakim adalah hadits Rasul SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, Bukhari, Nas‟i dan Turmudji dari Abi Barkah yang berbunyi:

“Tidak diberi keuntungan suatu umat jika mereka menyerahkan urusan mereka untuk
dipimpin oleh perempuan”.

Pendapat ini juga didasarkan pada sebuah hadis dari Abi Barkah dimana Rasulullah
SAW pernah bersabda bahwa suatu bangsa tidak akan jaya apabila pemerintahan
dipegang oleh kaum wanita. Rasulullah SAW menyampaikan hal ini ketika mendengar Raja
Persia telah mati dan rakyat Persia melantikkan anak perempuannya menjadi Ratu.

2. Pendapat Imam Hanafi
Imam Abu Hanifah menjelaskan bahwa wanita boleh diangkat sebagai kadi untuk

memutuskan perkara yang menerima persaksian wanita, dan tidak boleh memangku
jabatan hakim dalam masalah yang menerima persaksiannya. Jika ada penguasa yang
mengangkat wanita sebagai hakim, maka pengangkatannya itu sah tetapi orang yang
mengangkatnya memangku dosa. Demikian juga dengan putusan yang dijatuhkan oleh
kadi wanita itu tetap dianggap sah, kecuali kasus-kasus hudud dan qisas. Hujah golongan
yang menyetujui pendapat mazhab Abu Hanifah ini didasarkan kepada qiyas, bahwa
wanita boleh menjadi saksi dalam berbagai masalah, maka wanita juga bisa menjabat
sebagai hakim dalam berbagai perkara, terutama perkara-perkara yang diharuskan wanita
bisa menjadi saksi.

Imam Hanafi menghubungkan pendapatnya itu dengan hukum kesaksian. Menurut
beliau setiap orang yang dapat diterima kesaksiannya dalam kasus tertentu, maka orang
tersebut bisa menjadi hakim dalam kasus tertentu pula. Demikian pula sebaliknya,
seseorang yang tidak bisa menjadi saksi dalam kasus tertentu, maka untuk menjadi hakim
pun tidak dibolehkan. Disini terlihat jelas suatu hubungan hukum yang erat antara
kebolehan menjadi hakim dengan kebolehan menjadi saksi.

Adanya upaya Imam Hanafi untuk mempersamakan ketentuan hukum yang berlaku
bagi hakim dengan ketentuan hukum yang berlaku bagi saksi dipandang mempunyai aspek
persamaan yang dominan. Kedua hal ini sama-sama berperan dalam mewujudkan nilai
suatu keputusan hukum, namun masih sulit sekali untuk menentukan mana yang lebih
dominan diantara keduanya. Sebagai contoh, penentuan syarat yang ketat bagi saksi
dimaksudkan agar keterangan yang diberikan benar-benar sesuai dengan fakta, akan
tetapi hal itu akan menjadi sia-sia bila hakim yang memutuskan perkara tersebut adalah
zhalim. Hal ini sama sia-sianya jika hakim yang adil memutuskan hukum berdasarkan

64 Fikih-Kelas 11Semester 1

keterangan yang diberikan oleh saksi yang menyembunyikan kebenaran (saksi palsu).
Dengan demikian kedua hal tersebut sama-sama penting guna mewujudkan suatu
keputusan hukum yang adil.

Untuk lebih jelasnya hubungan diatas, maka perlu dijelaskan ketentuan hukum kesaksian
menurut Imam Hanafi. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
a. Kesaksian dua orang perempuan bersama seorang pria;

Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah SWT Q.S. al-Baqarah ayat 282 yang
artinya: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang –orang lelaki (di antara
kamu), jika tak ada dua orang lelaki maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, jika seorang lupa maka seorang lagi
mengingatkannya...”
b. Kesaksian perempuan secara mandiri
Imam Hanafi dengan tegas mengatakan kesaksian perempuan secara mandiri tidak
dapat diterima. Hal ini didasarkan pada ketentuan Q.S. al-Baqarah ayat 282. Didalam
ayat tersebut ditegaskan bahwa saksi haruslah terdiri dari dua orang laki-laki, atau
kalau tidak terpenuhi maka boleh kesaksian seorang pria ditambah dengan dua orang
perempuan. Selanjutnya dalam ayat tersebut dikemukakan pula agar para saksi dapat
mengingatkan satu sama lainnya jika salah satunya lupa. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa Imam Hanafi pada prinsipnya tidak membolehkan perempuan untuk
menjadi saksi secara mandiri. Namun ia juga memberikan pengecualian terhadap
kasus-kasus yang dipandang “khususiah” bagi kaum perempuan. Untuk kasus ini ia
menerima kesaksian perempuan secara mandiri, karena kalau tidak akan menyulitkan
dalam pembuktian. Hal ini disebabkan karena pria tidak dapat menyaksikan kasus
tersebut.

Indonesia menganut prinsip yang memperbolehkan wanita boleh diangkat menjadi
Hakim. Kebolehan mengangkat wanita dalam jabatan hakim itu hasil musyawarah ulama
senior yang dipimpin oleh Hasbi Ash Shiddieqy pada tahun tujuh puluhan. Mungkin para
ulama terbatas waktu itu mendasarkan kepada mazhab Abu Hanifah dalam mengambil
keputusan tentang dibolehkannya mengangkat wanita sebagai hakim

3. Pendapat Ibn Jarir at-Tabari
Abu Said al-Hasan bin Abi Hasan Yasar al-Basri, Ibn Jarir at-Tabari, dan Mazhab az-

Zahiri berpendapat bahwa wanita boleh menjadi hakim secara mutlak, yakni dalam semua
perkara.

Ibn Jarir at-Tabari berpendapat bahwa perempuan boleh menjadi hakim secara
umum sama seperti kesempatan yang diperoleh kaum pria. Logika yang ditempuh Ibn Jarir
at-Tabari dengan memberi ketentuan bahwa setiap orang yang boleh memberi fatwa
(menjadi mufti), maka orang tersebut boleh pula memutuskan perkara (diangkat menjadi
hakim). Disini jelas ada kaitan yang erat antara seorang hakim dengan seorang mufti.

Sebelum menganalisis lebih jauh pendapat Ibn Jarir at-Tabari tentang hakim
perempuan, perlu dijelaskan mengenai fatwa itu sendiri. Hal ini dapat ditemukan dari
ucapannya tentang kebolehan perempuan berfatwa. Ibn Jarir at-Tabari dengan tegas
mengatakan; perempuan boleh berfatwa secara umum terhadap seluruh masalah fiqh dan
cabang-cabangnya tanpa ada pengecualian. Kebolehannya sama dengan yang dimiliki
oleh kaum pria. Inilah yang dapat dilacak dari pendapatnya yang tegas mengenai fatwa.
Berdasarkan landasan inilah ia menganalogikan kebolehan perempuan menjadi hakim

Fikih-Kelas11Semester 1 65

sama dengan kebolehan yang diperoleh kaum pria. Ketentuan ini diperoleh karena kedua-
duanya (pria dan perempuan) boleh memberikan fatwa secara umum, tanpa ada
perbedaan satu sama lain.

Beranjak dari logika terdahulu yang dikemukakan oleh Ibn Jarir at-Tabari, yaitu
menganalogikan tugas kehakiman terhadap adanya persyaratan yang dibutuhkan bagi
seorang mufti, maka sampailah ia pada kesimpulan bahwa perempuan itu boleh menjadi
hakim. Kenyataan seperti ini berawal dari menganalogikan tugas kehakiman kepada
kesempatan menjadi mufti, kemudian dinyatakan bahwa perempuan boleh menjadi mufti,
yang akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa perempuan boleh menjadi hakim.

Selanjutnya mengenai dalil yang diajukan oleh kedua ulama terdahulu baik Imam
Syafi‟i maupun Imam Hanafi seperti: Q.S an-Nisa‟ ayat 34, Q.S al-Baqarah ayat 282 dan
hadis Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Nasa‟i dan Turmudzi dan
Abi Barkah, semuanya ditolak oleh Ibn Jarir at-Tabari. Karena menurut dia tidak ada yang
secara tegas mengatur tugas kehakiman.

3. SAKSI

a. Pengertian Saksi
Yang dimaksud dengan saksi adalah seorang atau beberapa orang yang melihat dan

mengetahui suatu peristiwa yang diperkarakan.
Dalam suatu persidangan, biasanya dihadirkan seorang atau beberapa saksi untuk

diminta keterangannya mengenai suatu peristiwa yang dapat menguatkan apakah benar-benar
terjadi atau tidak. Dan saksi itu yang dapat memberatkan atau meringankan terdakwa.

Tujuan saksi dihadirkan ke tempat persidangan adalah untuk memberikan keterangan
yang sebenarnya dan sejujur-jujurnya apa yang telah diketahui dan dilihatnya. Dengan
demikian hakim, maka hakim bisa mengadili terdakwa dengan bukti-bukti yang ada, termasuk
termasuk dari saksi tersebut.

Berkaitan dengan persaksian, Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqoroh 283 :

Artinya : dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya;

b. Syarat-syarat menjadi Saksi
1. Beragama Islam
2. Sudah dewasa (baligh dan berakal)
3. Orang yang merdeka (bukan hamba sahaya)
4. Tidak bisu
5. Adil
Adil menjadi syarat mutlak bagi saksi, adil disini dalam artian sudah baligh, berakal, tidak
pernah melakukan dosa besar, dan tidak terlalu sering melakukan dosa kecil, terhindar dari
perbuatan bid‟ah, dapat mengendalikan diri saat marah dan berakhlaq mulia.

Apabila ada orang yang dengan suka rela mengajukan diri menjadi seorang saksi tanpa
diminta maka termasuk akhlaq yang terpuji. Kesaksian yang demikian ini merupakan
kesaksian murni yang belum dipengaruhi oleh persoalan lain. Nabi SAW bersabda:

ْ‫أْْال أْ ْخ ْْبْك ْم خبْْْي ْشْه ْداءْ هو الذى يْأْ تى بال ْشْهاْدة قْْب ل‬

66 Fikih-Kelas 11Semester 1

) ‫اْ ْن يْ ْسأْْْلْا ( رواه مسلم‬

Fikih-Kelas11Semester 1 67

Artinya :” Maukah kalian aku beritahu tentang sebaik-baik saksi ? ia adalah orang yang
menyampaikan kesaksian sebelum diminta “

c. Saksi yang ditolak
Jika saksi tidak memberikan keterangan yang sebenarnya, maka kesaksianya harus

ditolak. Saksi yang ditolak diantaranya :
1. saksi yang tidak adi
2. saksi seorang musuh kepada musuhnya
3. saksi seorang ayah (orang tua) kepada anaknya
4. saksi seorang anak kepada orang tuanya
5. saksi orang yang menumpang dirumah terdakwa.

d. Sanksi Terhadap Saksi Palsu
Yang dimaksud dengan saksi palsu adalah seseorang yang memberikan kesaksian atau

keterangan yang tidak sebenarnya (bohong). Hukumnya adalah haram dan termasuk dosa
besar bagi siapa saja yang melakukannya, karena dapat merugikan pihak-pihak tertentu.

Hal ini dijelaskan dalam hadist Nabi SAW:

‫ اْْكبْْر ال ْكْبائر الشْرْك باهلل واليْم يْْ الغْ ْمو ْس‬: ‫وقال صلى اهلل عليه وسلم‬
) ‫( رواه الطْباىْن‬

Artinya : “ Rosululloh SAW bersabda , “ Dosa yang paling besar ialah menyekutukan Allah dan
sumpah palsu ( bohong ) ( HR. Thabrani )

Kesaksian palsu bisa berakibat yang salah menjadi benar dan dibebaskan dari hukuman,
sedangkan yang benar menjadi salah dan mendapat hukuman. Sehingga hal itu akan
membuat jatuhnya wibawa hukum dimata masyarakat.

4. PENGGUGAT DAN BUKTI (BAYYINAH)

1. Pengertian Penggugat
Yang dimaksud dengan penggugat adalah seseorang yang haknya telah diambil oleh

orang lain atau ada suatu permasalahan dengan pihak lain yang dianggap merugikannya,
sehingga ia menuntut keadilan melalui jalur hukum (pengadilan).

Penggugat mengajukan gugatanya ke pengadilan pada umumnya gugatan itu berisi
permohonan supaya pengadilan tersebut menghadirkan orang yang bersangkutan untuk
mempertanggung jawabkan perkara yang dipersengketakan didepan pengadilan.

Dalam mengajukan gugatanya penggugat harus dapat membuktika kebenaran
gugatanya disertai bukti-bukti yang akurat, saksi-saksi yang adil atau dengan melakukan
sumpah. Contoh sumpah “apabila gugatan saya ini tidak benar, maka Allah akan melaknat
saya “. Ketiga hal tersebut (bukti, saksi dan sumpah) termasuk syarat untuk mengajukan
gugatan.

2. Syarat - Syarat Gugatan
Suatu perkara yang diajukan ke pengadilan segera diproses untuk dipersidangkan harus

memenuhi beberapa syarat, secara umum syarat-syarat mengajukan gugatan adalah :
a. tuntutan yang diajukan ke pengadilan harus sesuai dengan kejadian perkara
b. memenuhi persyaratan khusus yang dibuat oleh pengadilan
c. gugatan diajukan secara tertulis dan telah ditandatangani oleh penggugat, diperbolehkan

secara lisan kepada ketua pengadilan dan nanti akan dicatat oleh petugas pengadilan
d. gugatan yang diajukan harus diuraikan secara jelas, baik yang berkaitan dengan

permasalahannya atau alasan-alasannya.

68 Fikih-Kelas 11Semester 1

e. pihak tergugat tertentu orangnya
f. penggugat dan tergugat sama-sama mukallaf, baligh dan berakal
g. penggugat dan tergugat tidak dalam keadaan perang antar agama.

3. Bukti (Bayyinah)

Suatu tuduhan atau dakwaan dapat dibenarkan bila dilengkapi dengan bukti-bukti yang
ada. sedangkan segala sesuatu yang ditunjukkan oleh penggugat untuk memperkuat
kebenaran dakwaanya disebut barang bukti (bayyinah).

Adapun bukti-bukti itu bisa berupa:
a. Saksi, baik dari pihak pendakwa atau terdakwa

b. Barang bukti yang ada dalam terjadinya peristiwa yang dipersidangkan
c. Pengakuan terdakwa
d. Sumpah
e. Pengetahuan atau keyakinan hakim

Berkaitan dengan pentingnya barang bukti dalam persidangan, Rosululloh SAW
bersabda :

‫ نْت ْج ْت هذه‬: ‫ ك ْلْ ْواح ْد منهما‬: ‫ أْ ْْن ْر ْجلْْيْ ا ْختْ ْص ْما ْف نْاقْْة فقال‬: ‫عن جا بر‬
ْ‫النْْاقْةْ عندى ْواقْاْم بْيْْنْة‬

‫فْْق ْضى ْبا رسول اهلل صلعم للْْذى هي ْف‬
‫يْْديْه‬

Artinya : “Dari Jabir ra bahwasanya ada dua orang yang bersengket tentang seekor onta betina,
masing-masing diantara keduanya mengatakan : “ peranakan onta ini milikku “ dan ia
mengajukan bukti, maka Rasululloh saw memutuskan bahwa onta ini miliknya. “

4. Cara Memeriksa Terdakwa dan Terdakwa Yang Tidak Hadir Di Persidangan

Hakim harus melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa di pengadilan secara terbuka,

supaya tidak terjadi kesalahfahaman dengan masyarakat.

Mula-mula Pengadilan memanggil pihak terdakwa, apabila ia tidak hadir maka boleh

dipanggil sampai batas tiga kali, jika ia masih tetap tidak hadir lalu ia memberikan ikrar

(pernyataan) kepada hakim bahwa ia akan menerima apa yang menjadi keputusan yang telah

dijatuhkan oleh hakim di persidangan. Maka hakim diperbolehkan memutuskan perkara

tersebut dengan adil, walau pihak terdakwa tidak hadir.

Allah SWT berfirman dalam surat Shad : 26

‫فْا ْح ْك ْم بْْس بالْْق‬
Artinya :” Maka berilah keputusan ( perkara ) diantara manusia dengan adil “
‫يْْ النْْا‬

Hal ini sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi SAW kepada sahabat Abu Sufyan yang

diadukan oleh istrinya, dimana pada waktu itu Abu Sufyan tidak hadir, maka beliau tetap

memberikan keputusan pada perkara tersebut.
Sebagaimana yang disampaikan Nabi SAW pada istri Abu Sufyan :

Artinya : “ Ambilah yang mencukupimu “ ) ‫ْخذى ْما يْك ( رواه البخارى ومسلم‬

‫ْكفْي‬

Fikih-Kelas11Semester 1 69

5. TERGUGAT DAN SUMPAH

a. Pengertian Tergugat

Tergugat adalah seseorang yang dianggap telah mengambil hak-hak orang lain,
sehingga ia dituntut untuk mengembalikan keadilan atau mempertanggung jawabkan
kesalahan atas tuduhan (dakwaan) pihak lain.

Didalam persidangan, seorang hakim diperbolehkan melakukan pemaksaan terhadap
tergugat untuk menjawab dan memberikan keterangan yang dipandang perlu, berkenaan
dengan gugatan si penggugat. Sementara itu tergugat diperbolehkan mempertahankan atas
kebenaran apa yang telah diucapkanya. Sedangkan si penggugat harus dapat mengemukakan
saksi atau bukti yang menyakinkan atas apa yang telah dituduhkan kepada tergugat. Dengan
demikian, apabila si tergugat ingin menolak atas tuduhan yang ditunjukkan kepadanya, maka
sebagai jalan terakhir yang harus dilakukkan adalah dengan cara bersumpah.

Sebagaimana sabda Rosulullah SAW :

‫البْيْنْةْ علىْ امل ْْدعى واليْمْ يْْ على املدعى عليه ( رواه البخارى و‬
) ‫مسلم‬

Artinya : orang yang mendakwa ( penggugat ) harus menunjukkan bukti dan orang yang
terdakwa ( tergugat ) harus bersumpah.

Jika yang tergugat tidak sanggup bersumpah, maka penggugat yang bersumpah.
Rosululloh SAW pernah mengembalikan sumpah kepada penggugat dalam rangka mencari
kebenaran.

Dalam istilah peradilan islam ada yang perlu kita fahami diantaranya;
 Materi gugatan disebut hak
 Penggugat disebut mudda‟i
 Tergugat disebut mudda‟i alaih
 Keputusan mengenai hak penggugat disebut mahkum bih
 Orang yang dikenai putusan untuk diambil haknya disebut mahkum bih (istilah ini bisa

untuk tergugat maupun penggugat)

b. Sumpah
1. Pengertian Sumpah

ْ‫(ي‬Sumpah adalah arti dari kata arab yaitu kata “yamiin” yang mempunyai arti tangan
)‫مين‬

kanan, kemudian diucapkan untuk suatu sumpah. Sedangkan menurut syara‟ adalah

menyatakan sesuatu yang memungkinkan bertentangan atau mengukuhkannya dengan

menyebut Nama Allah SWT, atau dengan menyebut satu sifat dari sifat-sifat Dzat-Nya.

2. Syarat-Syarat Orang Yang Bersumpah
Sumpah yang diucapkan oleh seseorang menjadi sah, bila orang tersebut memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mukallaf (baligh, berakal dan dewasa)
b. berdasarkan kemauannya sendiri, bukan karena paksaan dari orang lain.
c. diucapkan dengan memakai nama Allah.
d. diucapkan secara sengaja dalam keadaan sadar, tidak mabuk, tidur, pingsan dan lain

70 Fikih-Kelas 11Semester 1

sebagainya.

Fikih-Kelas11Semester 1 71

3. Lafadz – lafadz Sumpah
Lafadz yang digunakan untuk sumpah itu ada tiga yaitu :

1. ‫ْواهلل‬
2. ‫با هلل‬
3. ‫تْا هلل‬

Ketiga lafadz sumpah tersebut mengandung arti “Demi Allah“ Rosulullah pernah
bersunpah dengan lafadz “ wallahi “, sebagaimana dijelaskan dalam hadistnya :

‫واهلل ْالْ ْغْزْوْْن قْْري ْشا ثالث‬
‫مرات‬

Artinya : Demi Allah,sesungguhnya aku akan memerangi kaum Quraisy.kalimat ini beliau
ulangi tiga kali. ( HR. Abu Daun )

4. Pelanggaran Sumpah
Sumpah sama artinya dengan janji, bila orang telah bersumpah maka ia telah

mengucapkan janji. sumpah tidak boleh diingkari. Apabila ada seseorang yang mengingkari
sumpahnya atau sumph / janjinya tidak ditepati disebut pelanggaran sumpah dan ia telah
berosa besar. Bagi orang yang melanggar sumpah diwajibkan membayar kafarat atau
denda.

Apabila seseorang bersumpah untuk meninggalkan kewajiaban seperti, sholat fardlu,
puasa ramadlon dan lain-lain, atau melakukan perbuatan haram, seperti, mencuri, zina,
minum-minuman keras an lain-lain maka ia adalah bermaksiat.dan ia wajib melanggar/
menerjang sumpahnya serta membayar kafarat.

Atau bersumpah untuk meninggalkan perbuatan sunah atau melakukan perbuatan
makruh, Misalnya: Demi Allah, aku tidak akan makan sepuluh hari jika naik kelas. maka
disunahkan menerjangnya dan wajib membayar kafarat.

Adapun cara membanyar kafarat sumpah dapat memilih salah satu dari tiga ketentuan
berikut ini:
1. memberikn makanan pokok kepada orang miskin dengan ukuran masing orang

mendapat ¾ liter
2. memberikap pakaian yang pantas kepada 10 orang niskin
3. memerdekakan hamba sahaya.

Jika pelanggar sumpah maasih juga tidak mampu membayar kaffarah dengan
melakukan salah satu dari tiga hal diatas, maka ia diperintahkan untuk berpuasa tiga hari.
Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al Maidah: 89

Artinya : “ Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang
miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi
pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup
melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari “.

72 Fikih-Kelas 11Semester 1

I. Pilihlah jawaban yang paling tepat di antara a, b, c, d atau e dengan cara memberi
tanda silang (X) pada kolom lembar jawab yang tersedia

1. )33: ‫وال تقتلوا النفس التي حرم هللا الا بالحك (اإلسراء‬

Ayat Al Qur‟an di atas adalah sebagai dasar hukum larangan ………………

a. mendlolimi d. merampok

b. membunuh e. mencuri

c. menganiaya

2. Seeorang menembak burung tetapi terkena seorang anak, kemudian meninggal dunia. Hal ini

merupakan contoh pembunuhan…..

a. Qatl al-„Amd d. Qatl al-Khata‟

b. Qatl Syibh al-„Amd e. Qatl Nafs

c. Qatl Dhohir

3. Hukuman bagi orang yang melakukan pembunuhan dengan sengaja adalah………………

a. Kafarat d. Qishosh

b. diasingkan e. Diyat

c. Dipenjara

4. A‫ى‬y‫ف‬a‫ص‬t yaْn‫ا‬g‫ص‬m‫ْق‬en‫ال‬je‫كم‬lْas‫ي‬k‫ل‬a‫ع‬n‫ب‬h‫ْت‬uk‫ك‬um‫وا‬a‫من‬n‫أ‬b‫ن‬a‫ي‬g‫ذ‬i‫الل‬p‫ا‬e‫ه‬m‫ياي‬budnu...h.‫ف‬an‫و‬d‫ر‬e‫ْع‬ng‫م‬a‫ال‬n‫ ب‬s‫ع‬e‫ا‬n‫ْتب‬gْaja‫فا‬a‫ء‬d‫ي‬al‫ش‬ah…‫فمن ع ْف…ي ل…ه…من… أ…خيه‬
a. ‫القتلى‬
b. ....‫ومن قتل مؤ ْمنا خطأ فتحرير رقبة مؤ ْمنة‬... e. ......‫والسا ْرق والسا ْرق ْة فاقطعوا ايديهما‬
c. ...‫اْال وان ق ْتيل الخطأ ش ْب ْه ال ْع ْم ْد ما كان بالسواط‬

5. Salah satu hikmah dilarangnya pembunuhan adalah....................

a. Tidak menyelamatkan jiwa manusia d. Berani berbuat maksiat

b. Pelaku kejahatan tidak merasa jera e. Tidak takut terhadap hukuman Allah

c. Terjaminnya kelangsungan hidup manusia

6. Dibawah ini yang tidak ternasuk sarat dari qisos adalah.....

a. Ada kesengajaan membunuh d. Yang membunuh bukan Bapaknya

b. Yang dibunuh bukan orang kafir e. Yang membunuh bapaknya sendiri

c. Bebas dari paksaan (ikhtiar)

7. Orang yang terlibat pembunuhan massa maka Qishoshnya dilakukan secara bersama-sama

terhadap orang terlibat, hal tersebut pernah dilakukan oleh.......

a. Ulama‟ Syafi‟iyyah dan hambaliyyah d. Imam Malik

b. Ibnu Abbas e. Imam Syafi‟i

c. Umar Bin Khattab

8. Hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan atau melukai atau perusakan

anggota badan atau melinghangkan pemanfaatan anggota tubuh orang lain merupakan

pengertian dari......

a. Diyat d. Jinayah

b. Kafarat e. Pembunuhan

c. Qisos

9. Sejumlah harta benda yang wajib diberikan kepada pihak korban sebagai denda akibat
tindakan pembunuhan maupun melukai dan pemotongan anggota tubuh, dinamakan………..

a. Kafarat d. Qishosh

b. Hudud e. Ranjam

c. Diyat
‫ عشرون ج ْذ ْع ْة عش ْرو ْن ْنت م ْخاض وعشرون ْنت لْ ْب ْو ْن و عش‬,‫ عش ْر ْو ْن ح ْْقة‬,‫د ْي ْة ال ْخ ْطاء أ ْخ ْما ْسا‬
10. ‫ْر ْو ْن ا ْب ْن لْ بْ ْو ْن‬

Hadits diatas merupakan dasar hukum dari…..

a. diyat mughaladho d. sangsi hokum

b. diyat mukhafafah e. sangsi pidana

Fikih-Kelas11Semester 1 73

c. diyat dan kafarah
74 Fikih-Kelas 11Semester 1

11. Hal-hal yang tidak termasuk sebab-sebab ditetapkan diyat adalah………….

a. Pembunuh atau perusak anggota tubuh telah dimaafkan

b. Pelaku pembunuhan/perusak anggota tubuh melarikan diri dan pembayaran diyatnya

dibebankan kepada keluarganya

c. Matinya pelaku pembunuhan atau perusak anggota tubuh

d. Keluarga tidak memaafkan

e. Semua jawaban benar

12. Diyat selain pembunuhan bagi orang yang menghilangkan salah satu anggota tubuh manusia
yang berpasangan seperti melukai satu mata harus membayar diyat………

a. Diyat Setengah d. Diyat Batil

b. Diyat Penuh e. Semua Jawaban salah

c. Diyat Seper empat

13. Diyat Mukhoffafah dilakukan dengan membayar 100 onta yang terdiri dari…………..
a. 20 hiqqoh, 20 jadza‟ah, 20 bintu labun, 20 ibnu labun, 20 binta makhod
b. 15 hiqqoh, 25 jadza‟ah, 20 bintu labun, 15 ibnu labun, 25 binta makhod
c. 10 hiqqoh, 30 jadza‟ah, 20 bintu labun, 10 ibnu labun, 30 binta makhod
d. 20 hiqqoh, 30 jadza‟ah, 10 bintu labun, 20 ibnu labun, 20 binta makhod

e. 20 hiqqoh, 20 jadza‟ah, 10 bintu labun, 30 ibnu labun, 30 binta makhod
14. Hikmah dilaksnakannya diyat antara lain sebagai berikut…………..

a. Pelaku pembunuhan diharapkan sadar atas kelalaiannya

b. Mendorong untuk mengulangi pembunuhan atau merusak anggota badan orang lain

c. Diyat dengan harta adalah untuk kepentingan kedua belah pihak

d. Diyat untuk mencegah agar jangan sampai terjadi kejahatan dan melindungi jiwa

e. Semua jawaban salah
15. Tebusan karena melakukan perbuatan yang dilarang Allah , dinamakan………..

a. Kafarat d. Hudud

b. Qodzaf e. Sumpah

c. Khilaf
16. Kifarat bagi orang yang mengucapkan Sumpah Dzihar adalah……

a. Mengganti binatang ternak yang seimbang

b. memerdekakan budak atau puasa dua bulan berturu-turut atau memberi makan 60 orang
c. Mengqodlo‟ puasa dan puasanya batal

d. Boleh menggauli istrinya

e. puasa tiga hari berturut-turut

17. Seseorang yang membunuh orang yang terpelihara darahnya sedangkan ia sudah balig dan

berakal dilakukan dalam keadaan sengaja, maka dikenakan.....

a. Diyat d. Kafarat

b. Diyat Mugholladhoh e. Qishos

c. Diyat Mukhoffafah

18. Kafarat seseorang suami yang melakukan hubungan badan dengan istrinya disiang hari pada

bulan Ramadhan adalah……

a. Tidak mengqodlo‟ puasa d. Membayar kafarat Dzihar dan Qodlo‟

b. Membayar Diyat e. Memyembelih binatang

c. memberi makan 10 orang miskin

19. Pelaku zina dapat dibedakan menjadi dua, yaitu……

a. Mufrod dan Ghiru Mufrod d. Fasid dan Ghoiru Fasid

b. Muhson dan Ghoiru Muhson e. Muallaq dan Ghoiru Muallaq

c. Mutlaq dan Muqoyyad

20. Zina yang dilakukan orang yang terikat tali perkawinan maka dikenai Had……

a. Diasingkan d. Dita‟zir

b. Dijilid e. Disiksa

c. Diranjam
21. Menuduh berbuat zina dengan terang-terangan di depan orang disebut dengan……

a. Hudud d. Li‟an

Fikih-Kelas11Semester 1 75

b. Bughah e. Had

c. Qodzaf
22. Had bagi orang yang menuduh zina secara terang-terangan adalah……

a. Diranjam d. Dijilid

b. Di Qishosh e. Diasingkan

c. Dita‟zir

23. Had Qadzaf menjadi gugur apabila terpenuhinya syarat berikut……

a. Tidak dimaafkan oleh yang tertuduh d. Mendatangkan satu orang saksi
b. Menggunakan Sumpah Li‟an e. Menghilangkan barang bukti

c. Menggunakan Sumpah pocong
24. Hukuman/Had bagi peminum minuman keras adalah……

a. Diasingkan d. dibuang
b. Dijilid e. Dita‟zir

c. Diranjam
25. Diharamkannya minuman keras mengandung dampak positif bagi manusia, kecuali……

a. Menjaga kesehatan badan dan mental d. Melindungi kehormatan

b. Menghindari lahirnya kejahatan e. Menghindari pemborosan harta

c. Manusia semakin rusak
26. Berikut termasuk syarat-syarat peminum yang dikenai hukuman jilid, yaitu……

a. Dipaksa d. Dermawan

b. Gila e. Kemauan sendiri

c. Hilang ingatan
27. Seseorang yang melakukan pencurian, maka Hadnya adalah……

a. Diasingkan d. Disuruh Taubat

b. Dipotong tangannya e. Dirajam

c. Dipotong telinganya
28. Nisab barang yang dicuri yang pelakunya dikenai had menurut Madzhab Imam Syafi‟i

adalah………

a. 10 dirham d. 1 dinar

b. 4 dirham e. 15 dirham

c. ¼ dinar
29. Berikut termasuk syarat-syarat pencuri yang dikenai had, kecuali…….

a. Orang yang mencuri adalah mukallaf

b. Pencurian itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi

c. Barang yang dicuri adalah benar-benar milik orang lain

d. Barang yang dicuri mencpai jumlah nisab

e. Barang yang dicuri tidak berada ditempat penyimpanan atau tempat tidak layak

30. Orang yang memberontak atau menentang kepada pimpinan pemerintahan yang sah
disebut………

a. Al-Qotlu d. Bughat

b. Qadzaf e. Syariq

c. Shiyal

31. Tindakan hukum terhadap bughat adalah

a. Dijilid d. dibiarkan
b. Diperangi e. dita‟zir

c. dijauhi
32. Hukumnya warga Negara yang menentang terhadap pemerintahan yang sah…….

a. Benar d. Wajib
b. Dzolim e. Bid‟ah

c. Sunnah

33. Lembaga yang menempatkan perkara-perkara hukum sesuai dengan tempatnya, yang benar
diputuskan benar, dan yang salah diputuskan salah adalah……..

a. LBH d. Peradilan

b. LBHI e. Keadilan

c. Pengadilan

76 Fikih-Kelas 11Semester 1

34. Fungsi lembaga peradilan menurut ibnu Khaldun sebagai berikut, kecuali…….

a. Menjaga tegaknya supremasi hukum

b. Memelihara hak-hak atau kepentingan umum

c. Menyelesaikan persengketaan yang terjadi di tengah masyarakat

d. Mengurus wakaf dan wasiat

e. Membebaskan keadaan saksi, boleh saksi adil dan saksi yang tidak adil

35. Orang yang diangkat penguasa untuk menyelesaikan dakwaan dan persengketaan dalam
suatu perkara disebut……..

a. Hakim d. Penggugat

b. Saksi e. Bayyinah

c. Pembela

36. Mendamaikan pihak yang bersengketa, menetapkan sangsi yang melanggar aturan dan
menyelesaikan persengketaan adalah fungsi dari………

a. Jaksa d. Hakim

b. Panitera e. Saksi

c. Saksi

37. Berikut ini yang bukan merupakan syarat-syarat hakim adalah

a. Mengetahui hukum-hukum/undang-undang

b. Sehat Jasmani dan rohani

c. Balig

d. Non-muslim

e. Adil
38. Dalam memutuskan perkara, seorang hakim harus beretika. Salah satunya adalah……..

a. Memperlakukan sama d. Menerima suap

b. Berat sebelah e. Memberi tekanan

c. Sangat gembira dan sangat susah

39. Imam madzhab empat berselisih pendapat tentang diperbolehkannya mengangkat hakim
wanita. Di bawah ini imam yang memperbolehkan wanita menjadi hakim adalah…………

a. Madzhab Hambali d. Madzhab Maliki
b. Madzhab Syafi‟i dan Hambali e. Madzhab Hanafi

c. Madzhab Maliki dan Hambali
40. Salah satu syarat menjadi saksi harus adil yaitu……

a. Baik hati d. Menjaga kehormtannya

b. Menjauhkan diri dari dosa e. Musuh Terdakwa

c. Dapat dipercaya ketika marah

II. Jawablah dengan benar dan singkat !

41. Sebutkan macam-macam pembunuhan dan jelaskan !
42. Tulislah dasar dalil diharamkan perbuatan Zina !
43. Tulislah dalil naqli yang menunjukkan diharamkannya minuman keras !
44. Dalam memutuskan perkara hakim dikelompokkan menjadi tiga bagian, sebutkan dan

jelaskan!
45. Suatu dakwaan dapat diterima dan dibenarkan apabila disertai dengan bukti yang lengkap

dari penggugat, akan tetapi apabila dari pihak tergugat mengelak maka bagi pihak tergugat
wajib sumpah, tuliskan hadis yang menunjukkan kewajiban tergugat bersumpah !

Fikih-Kelas11Semester 1 77

Depaertemen Agama RI, Fikih Kelas III Untuk Madrasah Aliyah, 2002
Suparta dan Dejejen Asinudin, Fikih Kelas III Madrasah Aliyah, Semarang, Toha Putra.
Al-Bukhari, Imam. 1953. Sahih Bukhari. Alih Bahasa : H. Zainudin Hamidi,
Jakarta. Wijaya Al-Halabi, Musthafa Al-Babi & Al-Syaukani, Muhammad bin Ali.
H. Nail al-Authar. Mesir.
As-Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid I Cet. IV, Daarul Fiqr,
Beirut, 1983 Departemen Agama RI. 1998. Al-Qur‟an dan
Terjemahannya.
Departemen Agama RI. 1998. UU Peradilan Agama Tahun
Departemen Agama RI. Kurikulum Madrasah Aliyah Mata Pelajaran Fiqih 2006
(KTSP) Departemen Agama RI. Fiqih Untuk Madrasah Aliyah, 2002
Kifayatul Ahyar, Fi Hilli Ghoyatil Ikhtishor jilid I dan II, Usaha Keluarga
Semarang Khalimi, Menggali Hukum Islam, Pustaka Insan Madani,
Sleman, 2006 Muhammad Rifa‟I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, CV. Toha
Putra Semarang, 1978
M. Suparta, MA, Fiqih, Madrasah Aliyah, PT. Karya Thoha Putra

Fiqih – Kelas 11 Semester 2 78

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
MA MIFTAHUL ULUM

NGEMPLAK MARANGGEN DEMAK

SEMESTER
2

Fiqih – Kelas 11 Semester 2 79

BAB 1 PERNIKAHAN DALAM ISLAM ............................................................. 4
1. Pengertian dan Hukum Nikah ........................................................... 5
2. Persiapana Pelaksanaan Pernikahan ............................................... 6
3. Mahram/Perempuan yang haram dinikahi ........................................ 7
4. Prinsip Kafa‟ah dalam pernikahan ................................................... 9
5. Syarat dan Rukun Nikah .................................................................. 10
6. Wali dan Saksi ................................................................................. 11
7. Ijab Qobul ......................................................................................... 14
8. Mahar ............................................................................................... 14
9. Macam-Macam Pernikahan Terlarang ............................................. 16
10. Hak dan Kewajiban suami Istri ......................................................... 17
11. Walimah ........................................................................................... 17
12. Ulangan harian ................................................................................. 20

BAB 2 PERCERAIAN (TALAK) DAN DAMPAKNYA ....................................... 22
1. Pengertian talak ............................................................................... 23
2. Khuluk ............................................................................................. 25
3. Fasah ............................................................................................... 26
4. Iddah ................................................................................................ 26
5. Hadhonah ......................................................................................... 28
6. Rujuk ............................................................................................... 28
Ulangan Harian ................................................................................................... 30

BAB 3 WARIS DALAM ISLAM .......................................................................... 33
1. Ilmu Mawaris .................................................................................... 35
2. Sebab-sebab seseorang mendapat warisan ..................................... 39
3. Hal-Hal yang menyebabkan seseorang tidak mendapat warisan ...... 41
4. Ahliwaris yang tidak bisa gugur haknya ............................................ 42
5. Permasalahan Ahli Waris ................................................................. 42
6. Ashobah .......................................................................................... 50
7. Hijab ................................................................................................ 51
8. Tata cara pelaksanaan pembagian warisan ..................................... 53
Ulangan Harian .................................................................................................... 55
Penilaian Tengah Semester Genap ................................................................... 57

Penilaian Akhir Semester Genap............................................................... 60
Daftar Pustaka ............................................................................................ 64

80 Fiqih – Kelas 11 Semester 2

PETA KONSEP

PERNIKAHAN

KONTEKS WALI DAN SAKSI IJAB QOBUL
PERNIKAHA
 Pengertian  Ijab Qobul
 Pengertian  Macam tingkatan  Mahar
 Hukum pernikahan  Pernikahan Terlarang
 Khitbah/Meminang wali  Hak dan Kewajiban
 Prinsip Kafa’ah  Saksi Nikah
 Syarat dan rukun suami istri

nikah
 Hikmah Nikah

Amatilah gambar berikut, kemudian berikan tanggapanmu !

Setelah Anda mengamati

gambar disamping buat daftar

daftar komentar atau

pertanyaan yang relevan

________________________

________________________

________________________

________________________

________________________

________________________________

________________________________

Fiqih – Kelas 11 Semester 2 81

1. Pengertian Dan Hukum Nikah

I. PENGERTIAN DAN HUKUM NIKAH
a. Pengertian Nikah

‫نِ َكاح‬Kata Nikah ( ) atau pernikahan sudah menjadi kosa kata dalam bahasa

‫َزَوا ُُج‬Indonesia, sebagai padanan kata perkawinan ( ). Nikah artinya suatu akad yang

menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan seorang perempuan yang bukan
mahramnya hingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya, dengan
menggunakan lafadz inkah atau tazwij atau terjemahannya.

Dalam pengertian yang luas, pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin yang
dilaksanakan menurut syariat Islam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan,
untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga guna mendapatkan keturunan.
b. Hukum Pernikahan
Pernikahan merupakan perkara yang diperintahkan syari'at Islam, demi terwujudnya
kebahagiaan dunia akhirat. Allah berfirman dalam surat an-Nisa' ayat 3:

ُ)6ُ:ُ‫فَانْ ِك ُحْواَُماُطَا َبُلَ ُك ْمُِم َنُالنِّ َساِءَُمثََْنَُوثَُل َثَُوُرََب ْعُفَِإ ْنُ ِخْفتُ ْمُأَلَاُّتَ ْع ِدلُْواُفَوا َح َدُةًُ(النساء‬

Artinya: "Maka kawinlah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja atau budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya."(QS. AnNisa': 3)

Rasulullah bersabda :

ُ‫ُلَ ِكَِّنُاَََن‬:ُ‫ُأَ َّنُالَنَِِّّبُ َصَلّىُاللهُُ َعلَيِْوَُو َسَلّ َمََُِح َدُاللهََُوأَثََْنُ َعلَُْيِوَُوقَا َل‬:ُُ‫َع ْنُأَنَ ٍسُبْ ِنَُمالِ ٍكَُر ِض َىُاللهُُ َعنْو‬
)‫ُفَ َم ُْنَُرِغ َبُ َع ْنُ ُسَنِّتُفَلَْي َسُُِمَُِّن(رواهُالبخارىُومسلم‬,َ‫اُ َصلِّىَُواَََنمَُُواَ ُصْومَُُواُفْ ِطُرَُواَتََزَّو ُجُالنِّ َساء‬

Artinya: "Dari Anas bin Malik ra. Bahwasannya Nabi SAW memuji Allah dan
menyanjungnya, beliau bersabda: "Akan tetapi aku shalat, aku tidur, aku berpuasa, aku
makan, dan aku mengawini perempuan, barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka
bukanlah dia dari golonganku (HR. al-Bukhari Muslim)

Jumhur ulama menetapkan hukum menikah menjadi lima yaitu :
1. Mubah
Hukum asal pernikahan adalah mubah. Hukum ini berlaku bagi seseorang yang tidak

terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan nikah atau mengharamkannya.
2. Sunnah
Hukum ini berlaku bagi seseorang yang memiliki bekal untuk hidup berkeluarga, mampu

secara jasmani dan rohani untuk menyongsong kehidupan berumah tangga dan dirinya
tidak khawatir terjerumus dalam praktek perzinaan atau muqaddimahnya (hubungan
lawan jenis dalam bentuk apapun yang tidak sampai pada praktik perzinaan).

Sabda Rasulullah :

ُ‫َُوَم ْن‬,ُ‫ََيَم ْع َشَرُال َّشبَا ِبَُم ِنُا ْستَطَا َعُِمنْ ُك ُمُالْبَا َءةَُفَ ْليَتَ َزَّو ْجُفَِإَنّوُُأَغَ ُّضُلِلْبَ َص ِرَُوأَ ْح َص ُنُلِلَْفْرِج‬

82 Fiqih – Kelas 11 Semester 2

)‫ََلُْيَ ْستَ ِط ْعُفَ َعلَْيِوَُِبل َّصْوِمُفَِإَنّوُُلَوُُ ِو َجاءٌُ(رواهُالبخارىُومسلم‬

Artinya: "Hai kaum pemuda, apabila diantara kamu kuasa untuk kawin, maka kawinlah,
sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjuga mata dan kemaluan, dan barangsiapa
tidak kuasa hendaklah berpuasa, sebab puasa itu jadi penjaga baginya (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)

3. Wajib
Hukum ini berlaku bagi siapapun yang telah mencapai kedewasaan jasmani dan rohani,

memiliki bekal untuk menafkahi istri, dan khawatir dirinya akan terjerumus dalam
perbuatan keji zina jika hasrat kuatnya untuk menikah tak terwujudkan.

4. Makruh
Hukum ini berlaku bagi seseorang yang belum mempunyai bekal untuk menafkahi

keluarganya, walaupun dirinya telah siap secara fisik untuk menyongsong kehidupan
berumah tanngga, dan ia tidak khawatir terjerumus dalam praktik perzinaan hingga
datang waktu yang paling tepat untuknya.

Untuk seseorang yang mana nikah menjadi makruh untuknya, disarankan memperbanyak
puasa guna meredam gejolak syahwatnya. Kala dirinya telah memiliki bekal untuk
menafkahi keluarganya, ia diperintahkan untuk bersegera menikah.

5. Haram
Hukum ini berlaku bagi seseorang yang menikah dengan tujuan menyakiti istrinya,

mempermainkannya serta memeras hartanya. Demikian juga nikah dengan wanita yang
haram dinikahi. Hal itu seperti memadu dua perempuan bersaudara pada waktu yang
sama.

2. Persiapan Pelaksanaan Pernikahan

A. Meminang atau Khitbah
Khitbah artinya pinangan, yaitu permintaan seorang laki-laki kepada seorang

perempuan untuk dijadikan istri dengan cara-cara umum yang sudah berlaku di
masyarakat. Terkait dengan permasalahan khitbah Allah Swt. Berfirman:

)568ُ:‫َولاَُ ُجنَا َحُ َعلَيْ ُك ْمُِفيْ َماُ َعَّر ْضتُ ْمُبِِوُِم ْنُ ِخطْبَِةُالنِّ َساِءُأَْوُأَ ْكنَْنتُ ْمُِفُأَنْ ُف ِس ُك ْمُ(ُالبقرة‬

"Dan tak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran yang baik atau
harus menyembunyikan keinginan mengawini mereka dalam hatimu ....(QS. A-Baqarah:
235).

1. Cara mengajukan pinangan

o Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya dinyatakan
secara terang- Terangan

o Pinangan kepada janda yang masih dalam masa iddah thalaq bain atau ditinggal mati
suami tidak boleh dinyatakan secara terang-terangan. Pinangan kepada mereka
hanya boleh dilakukan secara sindiran. Hal ini sebagaimana Allah terangkan dalam
surat al-Baqarah ayat 235 diatas.

Fiqih – Kelas 11 Semester 2 83

2. Perempuan yang boleh dipinang

Perempuan yang boleh dipinang ada tiga, yaitu :

o Perempuan yang bukan berstatus sebagai istri orang.
o Perempuan yang tidak dalam masa 'iddah.
o Perempuan yang belum dipinang orang lain.

Rasulullah Saw. Bersabda:

ُ‫لاََُيْطُ ُب ُأَ َح ُدُك ْم ُ َعلَى ُ ِخطْبَِة ُأَ ِخْيِو ُ َح َِّت ُيَتْ ُرَك ُاْْلَا ِط ُب ُقَبْلَوُُأَْو ََُي ْءذَ َن ُلَوُُ(رواه ُالبخارى‬
)‫والمسلم‬

Artinya: "Janganlah salah seorang diantara kamu meminang atas pinangan saudaranya,
kecuali peminang sebelumnya meninggalkan pinangan itu atau memberikan ijin
kepadanya" (HR. Bukhari dan Muslim)

B. Melihat Calon Istri atau Suami
Melihat perempuan yang akan dinikahi disunnahkan oleh agama. Karena meminang
calon istri merupakan pendahuluan pernikahan. Sedangkan melihatnya adalah
gambaran awal untuk mengetahui penampilan dan kecantikannya, hingga pada
akhirnya terwujud keluarga yang bahagia.

Beberapa pendapat tentang batas kebolehan melihat seorang perempuan yang akan
dipinang yaitu:

a. Jumhur Ulama' berpendapat boleh melihat wajah dan kedua telapak tangan, karena
dengan demikian akan dapat diketahui kehalusan tubuh dan kecantikannya.

b. Abu Dawud berpendapat boleh melihat seluruh tubuh.
c. Imam Abu Hanifah membolehkan melihat dua telapak kaki, muka dan telapak tangan.

Terdapat sebuah riwayat bahwa Mughirah bin Syu'bah telah meminang seorang

perempuan, kemudian Rasulullah bertanya kepadanya, apakah engkau telah melihatnya?

‫َف ِئ َّن ُه‬ ‫ها‬Mَ ‫َل ْي‬u‫ ِا‬g‫ ْس‬h‫ ُظ‬ir‫ن‬aْ ‫ا‬h‫َف‬ berkata "Belum" ‫ل‬Rَ ‫ا‬a‫ق‬sَ ‫ف‬uَ l‫ة‬uً ‫أ‬l‫َس‬lَa‫م‬hْ ‫ا‬ b‫َج‬e‫و‬rَّ ‫ز‬sَ a‫َي َت‬b‫ن‬dْ a‫ َا‬:‫َأ َزا َد‬ ‫ال ُم ِغ ْي َرْة ْب َن ُش ْع َبت‬ ‫ َأ َّن‬:‫بن َما ِل ْك‬ ‫َأ َع ْحْنَسَأ َني َأ ٍ ْسن‬
)‫(زواه الترمري‬ ‫ُي ْؤ ِد َم َب ْي َن ُك َما‬
‫ال َّن ِب ُّي هللا ىلص ِإ ْذ َه ْب‬

Artinya: "Amat-amatilah perempuan itu, karena hal itu akan lebih membawa kepada kedamaian
dan kemesraan kamu berdua" (HR. Turmuzi)

3. Memahami Mahram

Mahram adalah orang baik laki-laki maupun perempuan yang haram dinikahi. Adapun
sebab-sebab yang menjadikan seorang perempuan menjadi haram dinikahi oleh seorang laki-
laki dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Sebab Haram dinikahi untuk selamanya

84 Fiqih – Kelas 11 Semester 2


Click to View FlipBook Version