The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Sisa Bibirmu di Cangkir (Detak Buku 2)
Kumpulan Antologi Puisi ini telah lahir dari Ruang dan Panggung yang mewadahi dari berbagai kalangan maupun Suku. Yang telah mampu wujud dalam susunan sebuah karya kumpulan Antologi Puisi bersama berjudul Sisa Bibirmu di Cangkir.

Dalam sebuah puisi-puisi yang menggambarkan suasana ciri khas daerah juga karakternya penulis dan penyair masing-masing dan kesetiaannya dalam berproses juga menikmati setiap kehidupan lalu diluapkan melalui sebuah karya.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Residensi Sastra, 2023-08-11 22:33:40

Sisa Bibirmu di Cangkir

Sisa Bibirmu di Cangkir (Detak Buku 2)
Kumpulan Antologi Puisi ini telah lahir dari Ruang dan Panggung yang mewadahi dari berbagai kalangan maupun Suku. Yang telah mampu wujud dalam susunan sebuah karya kumpulan Antologi Puisi bersama berjudul Sisa Bibirmu di Cangkir.

Dalam sebuah puisi-puisi yang menggambarkan suasana ciri khas daerah juga karakternya penulis dan penyair masing-masing dan kesetiaannya dalam berproses juga menikmati setiap kehidupan lalu diluapkan melalui sebuah karya.

Sisa Bibirmu di Cangkir | 41 Di Ujung Mata Pena By: Naser Dahlan Dari sebuah pena yang pernah dipatahkan sepasang lengan memunguti bercak tinta tercecer pada lantai yang tak mampu bersuara Terbata-bata ia mengais kata menyusun kalimat -- maaf; tiada utuh bentuk semula mesti rapi terangkai nyata Hingga mampu tertulis rindu kepada kertas sepanjang gores hanya terbaca luka; cinta yang patah di ujung mata pena Bringin, Maret 2023


42 | Sisa Bibirmu di Cangkir Indah Tanpa Nama By: Naser Dahlan Masih kurasa hembus angin yang kau tiupkan kepada malam Dengan embun yang tercipta kulihat sekali lagi jauh lebih dekat kejernihan air yang menetes pada bening gelas kosong Rindulah rindu bangkit dari debu di ujung sepatu cintalah cinta tumbuh sekali lagi sebagai mekar dari duri yang patah Ambil seluruhnya setiap kecup pada kening yang menamparmu buang semuanya setiap kecap yang merayu,


Sisa Bibirmu di Cangkir | 43 melenakan dabar-debar sepi dadamu Hingga terbit fajar tiba mungkin batu-batu kerikil di bawah tempat berwudhu telah menyentuh kemuliaan dari tiap titis air yang kau jatuhkan Bringin, April 2023


44 | Sisa Bibirmu di Cangkir Kilah Malam By: Naser Dahlan Tak dapat lagi kupilah napasmu yang membaur dengan udara yang masih memburu rindu di jantung purnama Namun entah berapa kali bibir malam berkilah tak ada angin menghampiri pada ranting-ranting kering yang rapuh Bringin, Mei 2023


Sisa Bibirmu di Cangkir | 45 Jejak Kelak By: Naser Dahlan Jika kelak kita tiada jumpa usah merakit kenang sedalam kelam Jika kelak kita tiada jumpa usah merindu sehening deru Jika kelak kita tiada jumpa dengarkan fatwa hati tentang jalan pulang yang terpatahkan. Bringin, Februari 2023


46 | Sisa Bibirmu di Cangkir Sepi yang Tumbuh By: Naser Dahlan Aku simpan baik-baik belati yang telah selesai kau asah dengan batu tua yang lembut oleh banyu dan usia Mesti entah untuk apa aku gunakan namun dari tanganmu telah kudapati tumpul dan tajam yang dapat aku mainkan mungkin, pada kuntum mawar di antara kembang di taman Dari sepi yang tumbuh aku ambil sebatang rindu sebagai rumah dari belati yang selesai kau asah sementara daun jatuh dari sebatang rindu itu biarlah menjadi nyanyian tabah


Sisa Bibirmu di Cangkir | 47 yang aku dengar dari tarian sapu lidi di halaman rumah setiap pagi Bringin, Januari 2023


48 | Sisa Bibirmu di Cangkir Monolog Laut By: Aris Setiyanto : Shin Jun-ho kekasihmu telah dibenamkan ke dalam tubuhku undangan dan gaun pernikahan tak lagi hidup di kepalanya yang ada hanya bagaimana terbebas dari desa hari pernikahan makin dekat dan ia makin tak mengimani kematiannya sendiri ia terbang di antara langit yang kau pandang memanggil-manggil namamu meski kau hanya menangkap gumpalan awan. Maguwo, 21 Januari 2023


Sisa Bibirmu di Cangkir | 49 Pulsa By: Aris Setiyanto 1. sebelum jasad kembali ke haribaan, berkunjung dan sembahlah kakinya: meminta pengampunan. usiamu masih belasan malam itu, namun, kau ingat bukan? hutang. sejumput langkah menuju swargaloka—dineraka-nya, kau kemudian tertahan. 2. kau sedang tidur siang sore itu, terjaga. mimpi, melahirkan jati diri dari hati. tak acuh seberapa banyak ayam merampok di kandang kuala dan perselingkuhan yang berlangsung di dasbor—di antara pekerja, kau hanya ingin pergi membayar. Temanggung, 04 Maret 2023


50 | Sisa Bibirmu di Cangkir Peristiwa Melepaskan By: Aris Setiyanto harga diri terletak di antara kerja dan tidak bekerja kau tak perlu takut kehilangan satu teman kau akan kembali memeliharanya (ia yang lain) hewan yang akan memintamu menangkap seribu gambar dan tak pandai mengucapkan 'terima kasih' sama sekali ia kini sedang menonton film sejarah dan memotret struk pembayarannya ia kini sedang meletakkan kepalamu di bawah kakinya yang suci sebagaimana setiap aliran air, semuanya akan memecah ke samudera. Temanggung, 01 Mei 2023


Sisa Bibirmu di Cangkir | 51 Renjana By: Sulthon Azizan Zanuar Cinta berkibar begitu indah Sedikit kusut tak mengapa Angin itu berhembus siur Sedikit kerut tak sengaja Pagi mencemooh hati selokan Seolah-olah ia Akuarium berjalan Masih perlukah kau menangisi ia? "Jika kasihmu terbagi dua?" Masih perlukah kau tertawa? "Jika hanya baju kelicikanmu saja?" Sudahlah, biar semestinya ... Kau tak perlu berlagak kuat layaknya baja Sudahlah, biar selayaknya ... Kau tak perlu bergaya hebat seperti arjuna


52 | Sisa Bibirmu di Cangkir Wanita jika itu Nama-Mu By: Sulthon Azizan Zanuar Sore tadi mendadak meriang kerinduan Aku diterpa lamunan, tuk sadar! Kata petugas lingkungan, "Jangan membuang rindu sembarangan!" Karna ia mudah terbakar, ketika temuku hadir. "Kita harus cinta lingkungan!" Karna kekasih kita, menjadi salah satu penghuninnya. Dik, kasih sayangmu ialah kanvas yang begitu luas adanya. Tak ada bendungan batasan Sedikit bocor, meluap banjir ketidak percayaan. Luntur Kabur Aku ngelantur, adanya.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 53 Yang aku suka darimu ialah, ketika simetris-nya senyummu, hadir berlabuh pada masa perpisahanku dengan malam. Terlepas bagaimana nanti takdir berkata, setidaknya aku bersyukur kepada Tuhan, yang telah mengizinkan kita saling mengenal.


54 | Sisa Bibirmu di Cangkir Khutbah Seorang Penyair By: Sulthon Azizan Zanuar Di atas mimbar aksara Di bawah nirmala Ia ucapkan Tuhan dalam sastra Tuhan itu Maha! Maha segala kisah Maha segala kasih Kita pun maha! Maha segala lemah Maha segala pasrah Penyair menghelai nafas "Bertakwalah kepada Allah!" Maaf tuan! Mengapa? Aku belum bisa taqwa kepada-Nya! Karna perbuatan baikku, masih taraf riya dan terpaksa Tak apa, berbuat baiklah selalu


Sisa Bibirmu di Cangkir | 55 Kita bukan nabi ... Apalagi rasul yang suci ... Kita hanyalah hamba keterpaksaan


56 | Sisa Bibirmu di Cangkir Sepasang Kekasih By: Sulthon Azizan Zanuar Kita Analogi cinta paling sederhana Bersama mesra, berpisah doa pasrah. Kita Etimologi cinta paling sederhana Bersatu syukur, berdua makmur. Kita Aksiologi cinta paling sederhana Bertemu sayang, berjarak komitmen riang. Kita Anomali cinta paling sederhana Menjadi takdir Alhamdulillah, Tidak pun tetap Lillah.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 57 Malam Jumat By: Ali Afifi Dengungan beduk menyeruak ke dindingdinding rumah. Lengking azan berkumandang membosankan. Namun suara itu, menyusup ke sela-sela dinding bumi. "Bangunlah, saksikan anak-anakmu tertawa, menari tak karuan layaknya orang gila!" Jiwa-jiwa berpulang, menyaksikan anak cucunya. Tak mereka dapati apa-apa kecuali asing. Rumahnya asing, dapurnya asing, dapurnya asing, anak-anaknya asing. "Ah, apa yang kaucari? Lihatlah bapakmu yang pulang dengan hampa ini!" Anak-anaknya tertawa, gadisnya tertawa, dinding rumah tertawa, lukisannya tertawa, mobilnya tertawa. Menertawakan dia yang kosong. Paiton, 19 Januari 2023


58 | Sisa Bibirmu di Cangkir Telah Pergi By: Ali Afifi Kini engkau telah pergi meninggalkanku dalam bisu Tak sempat aku sadar, kau akan menjauh, rupanya kau telah entah jauh dimana. Getir kurasa, otot-ototku hampa tanpa suara Air mataku belum lagi kering kini engkau jauh tiada tara. Entah kita akan berjumpa kembali di lain waktu aku akan tetap sabar menunggu, sedia mengharap agar kita kembali bersua. Aku telah gagal di hari ini, engkau datang dan aku telantarkan Kini aku baru merasa, engkau datang dengan seribu bunga yang tak akan layu di esok pagi Aku gagal merawatmu, kini menyesal yang hanya tersisa.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 59 Aku akan menunggu kedatanganmu kembali Ramdhan al Karim Sumenep, 23 April 2023


60 | Sisa Bibirmu di Cangkir Detak Detik By: Tri Lande detak jantung menderu detik jam memburu tapi aku selalu punya waktu untuk merindukanmu aku pun tertidur di antara rindu-rindu yang enggan libur mengenang dan membencimu dalam satu waktu. esoknya ketika terjaga aku merasa baik-baik saja barangkali rindu ini terlalu anarki ia menjelma sebal paling tak masuk akal.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 61 Langit Runtuh By: Rustandi Rubiyatna Kosong pandangan ini Melihat suramnya dirimu. Sungguh sedih dan sepi Diri ini saat memandangmu. Boleh saja Kau sembunyikan Rasa gundah dan kesalmu, Boleh saja Kau terlihat Baik-baik saja. Aku buntu tidak tau, Harus bagaimana lagi Membuat dirimu Tersenyum lepas Aku pasrah dan tidak tau, Apa yang dirimu pikirkan Aku hanya orang asing Yang ingin selalu ada Di sisimu. Cileungsi, 23 Mei 2023


62 | Sisa Bibirmu di Cangkir Kemerdekaan Cinta By: Ibnu Malam hanyutkan luapan-luapan perasaan, Seakan menentang keras atas kegelapan khayalan. Dibalik celah terang redup sang rembulan, Menengadahkan diri untuk setia bertengger pada ranting-ranting sunyi. Kuimpaskan hasrat-hasrat tak bermoral, Atas jelmaan-jelmaan perempuan berkedok harapan. Pada atas sebongkah batu nisan buyuk keramat, Tempat semedi sebagai lampiasan para umat, Sedikit kutaburkan mawar di pertengahan aroma hangat kemenyan, Awal mula permainan Petapa dusta yang mengatasnamakan cinta Sebab jajahan api asmara,


Sisa Bibirmu di Cangkir | 63 Sebuah lontaran manis dua bait mantra, Berunjuk pedas pada akar mahkota jiwa, Berusaha meludahi takdir Sang Mahakuasa.


64 | Sisa Bibirmu di Cangkir Senrai Tense By: Ibnu (Bait-bait kehancuran) Kau tampakkan senyum kecut, Pada era senyum riang sang penakluk, Atas retakan cinta yang bertekuk lutut. Seolah perahu berlayar di tengah lautan, Saat angin bersenada dengan topan, Kau redupkan cahaya ingatan, Seakan mengekang keras akan lupa permukaan. Sudah cukup kau buat binasa kemakmuran, Dalam satu fase permainan, Cerdik kau anggap hardik, Entah pada akhir kerusakan atau kebinasaan. Lantas kau jadikan tawa sebagai indikator perayaan, Tanpa peduli akan ketetapan Yang terkubur persoalan, Dalam koderat persetan dengan kepuasan perorangan. 22 November 2022


Sisa Bibirmu di Cangkir | 65 Ima By: Ibnu Caramu merenggut rasa dari hati, Adalah rembulan yang terbit saat malam tertelan sunyi. Bersamamu hanyalah hasrat yang tersipu angan, Lalu hilang menyisahkan harapan. Ima, Kulihat jengkal matamu berlinang benih-benih kepastian, Atau air mata yang jatuh dengan kedustaan. Ima, Padamu kusajakkan cinta, Meski tinta berlinang air mata, Agar kelak engkau mengetahui jika hati ini aku tenggelamkan ke tengah lautan, Kuharap suatu saat bisa kau tarik kepermukaan, Sebab dirimu sajakku dilanda kesakitan, Sekali lagi aku kembali terluka, Sajakku kembali terluka oleh kata.


66 | Sisa Bibirmu di Cangkir Ima, Inikah cintamu? Hanyalah buih-buih dalam lautan. Asal kau tahu sajakku telah kutitipkan pada kapal pesiar, Yang kelak akan berlabuh di dermaga persaksian, Itupun, meski harus bukan lagi denganmu. 20, Maret,2023


Sisa Bibirmu di Cangkir | 67 Neraca Akhir Tahun By: Ach. Jaylani Adakah perubahan dalam neraca pengeluaran dan pemasukan amal perbuatan Bu. Semua pasti tercatat dengan baik. Karena malaikat penjaga kanan dan kiri kita tak pernah melewatkan meski hanya sekedip mata. Dia tak pernah memanipulasi semua. Ditulis apa adanya, bukan apa maunya dan ada apanya. Mari kita baca semua catatan hingga hari ini. Pergantian musim yang kita lewati meninggalkan jejak kenangan, suka duka, manis getir, sehat sakit, masalah penyelesaian, dan segala yang hadir dalam porsi pasangan sesuai alur takdir. Kadang gejolak dan gelombang mengaduk-aduk rasa, padahal Tuhan telah menyiapkan pasangan peredamnya Bu. Aku menatap gerimis tipis dibarengi angin laut yang naik ke daratan sedikit kencang. Biar kutanam segala bijibijian dengan mantra cinta agar tumbuh rimbun kebaikan semesta. Mari pupuk dengan takaran semestinya, tak perlu berlebihan atau mengurangi yang dijatahkan.


68 | Sisa Bibirmu di Cangkir Lalu serah sumarahkan pada kehendak Sang Maha, pada tiap tangkainya bisikkan sapa latif cinta dengan lafadz La haula Wala quwata Illa Billah.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 69 Antara Kita By: Ach. Jaylani Saat hujan turun mencipta genang di pelataran rumah, Aku kembali terkenang pada rindu yang lupa jalan pulang. Kilauan lampu menyala pantulkan cahaya dalam remang, masih saja membayang seraut wajah pada ingatan yang tak ingin hilang. Sesukar inikah lupa? Setiap kisahnya menjelma rentetan kata seakan kembali bernyawa, membelai lembut sekujur jiwa meski nyata telah tiada. Sumenep,19 april 2023


70 | Sisa Bibirmu di Cangkir Refleksi Rindu By: Firmankazur Pada suatu rindu Aku dijenguk oleh puisi Yang baik hati dan rajin menabung Serta lihai membaca. Kulayani ia berdiri di atas koran di rak buku yang dipenuhi dengan kenangan tentang kamu. Hingga kuhabiskan kangen Menulis setiap kehilangan Di semua nyanyian. Melibatkan waktu tanpa henti-hentinya Sambil memenjarakan setiap kata yang penuh dengan air mata. Badanku terdiri dari nama-nama yang mati


Sisa Bibirmu di Cangkir | 71 Dan benda-benda yang menghendaki cinta Dari penjuru paling terpencil sebuah lupa. Aku menulis puisi Mengubah ingatanku menjadi abu Menguburkan peristawa-peristiwa Dan melenyapkan mereka sekaligus. Kini, tidak pernah berarti berjuang memadamkan neraka. Cairo, 9 april 2023


72 | Sisa Bibirmu di Cangkir Peci Kiai Jadul By: Noel Askara Mn Waktu terus mengalir dan pulang Angin kerap mondar-mandir dan tak bilang-bilang Hendak kemana gerangan? ehemm, juga ihwal dedaun yang kerap bungkam padaku kala ia terkapar dihajar usia dan musim Kusadari itu Barangkali diriku belum bertaut dengan telaga Kaliopak Ia terlahir dari rahim Merapi yang agung, berkelana ke selatan, dan disambut hangat oleh segara kidul yang Kudus - Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Kenapa tiba-tiba kuterdampar di penjara suci pinggir kali? Ada apa di sini? Apa yang menarik dari anak-anak mengaji dan memujimuji nabi?


Sisa Bibirmu di Cangkir | 73 Siapa yang menggerakkanku hingga kuberpijak di tanah ini? Hendak apa kudisini? Siapakah aku? dan selalu saja barisan tanda tanya itu menggampar batok kepalaku Kata orang, tanah yang kupijak hidup seorang lelaki bijak Ia berasal dari Utara dekat pesisir Jawa Kemudian mengembara ke selatan untuk mengolah rasa dan jiwa Di bibir telaga, ia bangun pesantren dari serbuk ancala dan bebatuan kali Di sana, orang-orang akan membaca puisi dan mendalami lakon hidup dewa ruci - Kata temanku, kaliopak serupa telaga Kautsar yang menjanjikan kesegaran tak terhingga bagi siapapun yang menengak airnya Sungguh metafor berlebihan Kautsar tak bisa membuatmu haus dan letih di kaliopak, sebuah peci coklat lusuh diimani sebagai titisan dewa ruci


74 | Sisa Bibirmu di Cangkir Ia akan menyihir semua untuk dahaga ilmu tentang esensi diri dan Tuhan sarat akan petuah remote kontrol atas segala laku diri yang kerap kali bejat dan fana Peci itu kepunyaan Kiai Jadul. DIY. 21 Ramadan 1444 H.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 75 Rasa yang Berbeda By: Qomaru Lail Keluar dari rumah bak putri raja Mengkilau perhiasan dan permata Kaum adam semua memuja Saat dia tersenyum, manis gula tak ada rasa Ini seperti candu Kutatap dan kuratap Dan Hei, ... Bukankah dia seorang JANDA? mengapa tata riasnya begitu mempesona.


76 | Sisa Bibirmu di Cangkir Mengenang setiap Luka By: Anggi Wijayato Setiap goresan luka di dalam hati Yang membekas membuatku Tak ingin mengenalmu lagi Sudah lama luka ini dengan Satu kata yang membuat hatiku hancur Berkeping–keping Aku tak ingin mengenalmu lagi Kau buat aku mengemis Tentang rasa yang tak pernah kau balas Kau buat aku mengenangmu di setiap luka Aku tak ingin mengenalmu lagi Dan biarkan rindu ini hilang Dengan caraku melupakanmu Dan menjauh dari kehidupanmu


Sisa Bibirmu di Cangkir | 77 Aku tak ingin mengenalmu lagi Biarlah kenangan kita terkubur Bersama waktu 14 September 2022


78 | Sisa Bibirmu di Cangkir Kaum Petani By: Anggi Wijayato Kami kaum petani tak kenal lelah siap mengapdi untuk rakyat Kami kaum petani siap mengabdi pada Negara Indonesia Negara kedamaian kami hidup di tanah Indonesia Tanah perjuangan dan tanah kelahiran Kami kaum petani satu darah, satu bangsa Bangsa Indonesia, hidup yang penuh sejahtera Kami kaum petani akan mencintai negeri ini Dengan segenap jiwa dan raga Sampai kami mati menyatu Dengan tanah tercinta yaitu, Tanah Indonesia


Sisa Bibirmu di Cangkir | 79 Negeri dengan ribuan pulaunya Sabang sampai Merauke Dan kami kaum petani akan Selalu menjunjung tinggi 11 Agustus 2021


80 | Sisa Bibirmu di Cangkir Apa Kabar By: Anggi Wijayanto Sepintas wajahmu yang aku rindukan Seribu kata yang kubuat tak bisa kuucapkan Aroma parfummu menjemputku untuk menyapamu Wajahku mulai kusut ketika wajahmu terlintas di depan mataku Hatiku mulai gemetar melihat sosokmu Aku pun berkata siapa diriku Pantaskah aku mengharapkanmu kembali Kakiku mulai melangkah dari biasanya Hadirmu membuat aku gelisah tiada tara apa yang terjadi pada hatiku Menahan rindu di sepanjang waktu 23 Oktober 2022


Sisa Bibirmu di Cangkir | 81 Berjuang Demi Mimpi By: Achmad Iqfani Ketika matahari terbit menyambut semangat pagi Kan kulangkahkan kaki ini dengan penuh ambisi Demi tercapainya mimpi Penuh semangat dalam hati Hari demi hari aku lewati Walau kata payah, kata jera Selalu silih menyapa Kan kutepis dari ingatan demi mencapai sebuah impian. Kan kubangun Kan kutata Kan kurajut impian ini Demi masa depan yang cerah


82 | Sisa Bibirmu di Cangkir Aku Kata By: Wisnu Pratama Aku suka berandai menjadi kata Yang tetap bermakna walau sendiri Selalu dicari kalimat jika makna hanya ingin dimengerti Semisal aku benar menjadi kata Aku akan terus baik agar terus disebut kata bijak Dan terus bernyawa agar tidak dibiarkan menjadi kata terakhir Aku akan berusaha menjadi hal yang pasti Agar mulutmu tidak berbicara katanya Dan dirimu enggan terpaku kata mereka Sungguh, didoamu pasti ada aku yang berbaris sebagai kata dalam keadaan tegak di bawah kibaran kita


Sisa Bibirmu di Cangkir | 83 Kosong By: Wisnu Pratama Aku lebih suka duduk diruang Yang ramai dengan kosong: Sepi, sunyi, dan lampu setengah menyala Sangat padu sendu-sendunya Runtuhkan kokoh dinding resah Rehatkan linu sendi-sendiriku


84 | Sisa Bibirmu di Cangkir Jarum Jam By: Wisnu Pratam Kehidupan mudaku Selalu tidak betah pada Apa yang sudah terjadi Dan terus berharap Menempati kehidupan yang dulu Jika nanti usia mengabulkan tua Aku harap aku adalah jarum jam yang tetap berdetak Mesti banyak melahap detik Meski renta tapi banyak menyimpan waktu Aku harap aku bernadi Mengalir abadi Menjadi hati yang mengabdi


Sisa Bibirmu di Cangkir | 85 Sendiri Tertatih By: M. Abil Khasan Selalu kutundukan kepala Berharap mukjizat nyata Lelahku berusaha Tanpa tahu seberapa hasilnya Ekspektasi yang ada Selalu merasa dahaga Rintang yang tak terbaca Terhambat segalanya. Namun kusadar ... Bukan kehendak yang tega, Tetapi jiwa yang selalu terpaku Akan hasrat nafsu Hai, Jiwaku Bangkit dari tidurmu Lawan hasratmu Lawan nafsumu Yang menjajahmu Yang menghalangmu Sirnakan tanpa sisa


86 | Sisa Bibirmu di Cangkir Hilangkan, hanguskan Tunjukan dirimu BISA وليس بينه وبين تركه ¥ اال رياضة امرء بفكه Kaliwungu, 17 Januari 2023


Sisa Bibirmu di Cangkir | 87 Tertunduk Rapuh By: M. Abil Khasan Kala langit merintikkan air mata Kala sendiri merintih seraya berdoa Sayu pohon menundukan dirinya Tawa sirna tersapu angin senja Tertunduk seraya merenungi Melabuhi problem tanpa ujung ini Namun sadar diri ini Selalu terpaku akan ekspektasi Terbenak di dalam hati Mampukah terlewati Kehendak yang hebat ini? Pojok lemari 17 maret 2023


88 | Sisa Bibirmu di Cangkir Celoteh Sang Pendosa By: M. Abil Khasan Cerah mentari sendu Tertutup awan kelabu Terungkap Tersipu malu Tertutup seraya ragu Terurai derai kata dan doa Dari lisan sang pendosa Tak malu akan Tuhan-nya Berbangga akan titel pendosa Tanpa sadar terbesit dalam hati Ya allah, selalu kusadari Engkau Sang Pengampun diri Atas dosa seluas lautan ini Namun, kupercaya Rahmat-Mu tak sekecil samudra Terlalu hampa Takkan tersebut dengan kata


Sisa Bibirmu di Cangkir | 89 Luas ampunan-Mu Semerbak wangi nan syahdu Teriring rahmat-Mu Murni bak mutiara rindu Duhai Tuhan Sang Penciptaku Selalu kupintakan doaku Hanya dengan-Mu Sujud dan doa tertuju Teras, beriring rintik hujan rahmat


90 | Sisa Bibirmu di Cangkir Rakyat Menggugat By: Farihihi sewaktu kau berjanji semua itu belum terbukti kau tak mampu berdedikasi harta dan harta yang kaupikiri hanyalah diri sendiri ketika berdeklarasi kau seakan bersikap manusiawi memohon dan berjanji agar semua itu sesuai ekspatasi "bapak ibu tolong pilih aku, aku akan memudahkan perekonomian kalian dan berjanji tidak akan memungut uang ataupun yang lainya" rakyat haruslah waspada barangkali itu hanyalah sebuah wacana belaka agar memudahkan mereka dengan cara mengobral janji


Click to View FlipBook Version