The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Sisa Bibirmu di Cangkir (Detak Buku 2)
Kumpulan Antologi Puisi ini telah lahir dari Ruang dan Panggung yang mewadahi dari berbagai kalangan maupun Suku. Yang telah mampu wujud dalam susunan sebuah karya kumpulan Antologi Puisi bersama berjudul Sisa Bibirmu di Cangkir.

Dalam sebuah puisi-puisi yang menggambarkan suasana ciri khas daerah juga karakternya penulis dan penyair masing-masing dan kesetiaannya dalam berproses juga menikmati setiap kehidupan lalu diluapkan melalui sebuah karya.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Residensi Sastra, 2023-08-11 22:33:40

Sisa Bibirmu di Cangkir

Sisa Bibirmu di Cangkir (Detak Buku 2)
Kumpulan Antologi Puisi ini telah lahir dari Ruang dan Panggung yang mewadahi dari berbagai kalangan maupun Suku. Yang telah mampu wujud dalam susunan sebuah karya kumpulan Antologi Puisi bersama berjudul Sisa Bibirmu di Cangkir.

Dalam sebuah puisi-puisi yang menggambarkan suasana ciri khas daerah juga karakternya penulis dan penyair masing-masing dan kesetiaannya dalam berproses juga menikmati setiap kehidupan lalu diluapkan melalui sebuah karya.

Sisa Bibirmu di Cangkir | 91 propaganda di mana-mana tak ada yang nyata yang ada hanyalah omong kosong belaka ketika pagi kerjaanmu hanya duduk sambil mengopi dan memikirkan bagaimana caranya berkorupsi Negeri ini menjadi-jadi rakyat jadi kuli kaum kiri bersikap membuli dan pemimpin hanya bisa mengobral janji kaum jelata di mana-mana para kapitalis hanya memikirkan hartanya tak ada yang mengasihi mereka hanya bisa membuat sengsara tanpa memikirkan bagaimana caranya agar negara bisa subur dan kaya raya


92 | Sisa Bibirmu di Cangkir ketika rakyat sudah tak berdaya dan pemimpin sudah leluasa ketika keadilan tak lagi di tegakan maka,mereka dengan mudah mengambil uang negara dengan dalih yang mengada-ada menjual aset negara demi perekonomian keluarga tanpa memikirkan keluh kesah rakyat jelata bersikap bersahaja seakan semuanya baik-baik saja dan itu semua kau lah pelakonya dalam perpolitikan Negara 30 Maret 2020


Sisa Bibirmu di Cangkir | 93 Dakam Kerumitan By: Farihihi segumpal darah memanas tersayat oleh pilu, duka, dan rindu, semuanya terkenang ketika hitam menyelimuti pupil mataku, sejenak kumencoba tuk beralih, namun susah, aku tak mampu menahan semua ini dalam bayangan hitam pekat yang terus menghantuiku, sudah kucoba beberapa kali tuk kabur, kumusnahkan, kuacuhkan, selalu saja rasa ini permanen melekat dalam fikiranku dalam bayangan fana tak mampu kubuat menjadi nyata


94 | Sisa Bibirmu di Cangkir Bersabarlah By: Celotehanku Karena sabar, aku masih bisa tersenyum. Karena sabar, aku mampu bangkit. Karena sabar, aku mampu menjalani ujian Allah. Sabar bukan sekedar kata-kata, Namun menerima tanpa mempersoalkan takdir Kesulitan bukan untuk ditangisi Tapi untuk dihadapi dengan kesabaran dan keyakinan Bahwa kamu mampu melewatinya Selama Allah masih memberi rezeki, kekuatan dan badan yang sehat. Maka perjuanganmu masih belum berakhir Do'amu sedang diproses, usahamu akan berprogres. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melihat hasil dari yang selama ini kamu upayakan. Bersabarlah.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 95 Benarkah By: Choirul Muhtadin Sejenak, Di atas batu hitam Dia menari elok Pinggulnya ke kanan ke kiri Merayu mata yang melihatnya Benarkah? Ternyata hanya ilusi Menutupi goresan luka yang tak bertepi Memupuk kembali Hasrat tersembunyi Pada kedalaman hati


96 | Sisa Bibirmu di Cangkir Harapan By: M. Rifqi Fathoni Inilah diriku sendiri Yang punya sisi lain dari hati Serasa terus berkata di dalam diri Ingin rasanya hal itu terjadi Hal apa ya? Jadi, ini hanya keinginan hati Pengharapan yang sangat berisi Tetapi rasa bingung menyelimuti Apa yang harus diperbuat tangan ini Harus gimana ya? Aku tidak tahu Tapi rasanya sangat butuh hal itu Meski kenyataan bisa berujung buntu Penerimaannya yang dipermasalahkan tuh .... Cirebon, 7 Februari 2023


Sisa Bibirmu di Cangkir | 97 Ibu By: Firman Aldiansyah Engkau bagai langit di atas bumi Yang selalu menyayangi tiada henti Jasamu, bagai sya'ir Seperti air yang mengalir


98 | Sisa Bibirmu di Cangkir Perjuangan Menjadi Santri By: Raihan FadhiL M Perjuangan yang panjang Sayatan pedih yang terukir Bahagia dan duka berlalu Bersama tawa palsu dan tangis pilu Rasa sakit yang membeludak Rasa rindu yang membuncah Hidup bagai dalam penjara Aturan terkekang erat Meski banyak hal sulit yang melelahkan Meski berat pun tetap bertahan Disinilah hebatnya perjuangan kami Sebagi seorang SANTRI.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 99 Tanah Jawa By: Abidah El Laylah fauzan "Kemas barangmu" dawuh Abah Tepat pukul duapuluhsatu Tak lagi ada tapak jejak kaki di Madura Berlayar pada perantauan selanjutnya Hujan bulan juni kembali deras Membasahi pisah kala itu ,,, Paripurna tanah jawa Dengan sebutan bumi walinya Pekah senyum terbit dari perahu sang wali Abah, A, Ba, Ta, Tsa sudah tereja dengan lantang Sunyi Hening Lalu hilang. Ponpes Tahfidz DF Langitan Tuban. 5 Maret 2023


100 | Sisa Bibirmu di Cangkir Perjalanan yang Lelah By: M Nafis Fikri Setelah beberapa lama kemudian berkecamuk Dan hiruk pikuk hadir mewarnai kehidupan Tak seharipun melangkah jauh meninggalkan jejak pandangan, Empat pilar yang menopang arah pandang Air makna yang tiada henti hadir dan terus berdendang Tanpa lelah memandang gerak-gerikku Kulemparkan sepercik kenikmatan, hingga kau sulit merasakan Saat dia menikmati, aku juga menikmati Satu persatu bala tentara kuusir dengan kebahagiaan Sehingga bala tentara terbirit-birit, Satu persatu kulempari dengan harapan Blandong, 23 Juni 2022


Sisa Bibirmu di Cangkir | 101 Tumbuhan tanpa Gaduh By: Mona Dianes S.Pd Aku kembali menemukannya lagi, sedang tengah asik bergelut dengan potongan senang tempo hari. Ia terlihat kesepian namun tak ada satu pun tangan yang menuntunnya untuk kembali menemui jalan pulang. Kusapa ia, sedang apa tambahku untuk menghiburnya. Tak ada satupun jawaban, mulutnya terkunci memendam perasaan. Bukankah ia adalah aku? Berpura tegar dan kuat menghadapi hal-hal yang diluar mampuku. Memecah tangis dalam sunyi, berharap tak sampai gemanya pada semesta yang suka mengerjai. Rasanya penuh sesak meyakinkan diri bahwa pahit itu dapat beranjak. Menjadikan kesakitan itu kenang, tak lagi bermain dalam jurang pengasingan.


102 | Sisa Bibirmu di Cangkir Seorang Pecundang By: Aly Mahmud Dahulu aku seorang pecundang Dan hari ini aku seorang pemberani Itulah yang dinamakan hidup Berubah dengan berjalannya waktu Tanpa kita sadari itu semua berubah dengan sendirinya. Rabu, 12 sya`ban 1443 H


Sisa Bibirmu di Cangkir | 103 Tenang By: Ilham Rizqy Hartanto Katanya tenang itu dicari? Lalu mengapa ketenangan itu sulit tuk dicari? Sampai-sampai banyak orang yang bunuh diri Karna banyak orang yang mencaci, sampai-sampai banyak juga orang yang depresi Tapi mengapa mereka masih berusaha tuk mencari ketenangan? Buktinya ketenangan tak kunjung datang Apa kita tidak akan bisa menemukan ketenangan? Atau kita akan merasa tenang ketika kita pulang ke seseorang yang mereka anggap sebagai rumah?


104 | Sisa Bibirmu di Cangkir Pertemuan Singkat By: Rara Rizma Di pagi yang syahdu Aku melihatmu, Seorang pria berjaket biru Yang berhasil membuatku tersipu Tuhan sengaja mempertemukan aku dan kamu Hanya untuk menuntaskan rindu Yang ber- fermentasi dalam kalbuku Tapi,, ada hal yang mengharuskanku _berhenti mencintaimu ... Bukan karena cinta ini telah terganti, Tapi karena aku sadar dan mengerti, Bahwa selama apapun aku menanti, kau tak akan dapat kumiliki. Walau kau bukan yang pertama untukku,, Setidaknya kau telah menjadi yang terindah untukku


Sisa Bibirmu di Cangkir | 105 Di Awal Pagi Hari Rabu By: Rara Rizma Diawal pagi hari Rabu Dengan suasana sejuk hujan yang syahdu Ingin kubisikkan sebuah kisah sendu Ketika kumerasa kembalinya sang rindu Yang terlalu mahir buatku terbungkam pilu Dia seenaknya memilih pergi Tanpa pernah peduli Betapa miris Dikala kuberusaha menahan tangis, Rasanya sesak Hingga batinku terisak Namun bibirku enggan berteriak Dia telah pergi


106 | Sisa Bibirmu di Cangkir Benar-benar telah jauh berlari Jangan kaukejar lagi, Biarlah dia bahagia Bersama wanita pilihannya Yang akan dinikahinya Aku tak apa Aku baik-baik saja Selamat bahagia Sampai jumpa


Sisa Bibirmu di Cangkir | 107 Ayat-ayat Rindu By: M. Arifin Shihab Bersimpuh, bersujud Senandung Rindu seribu bait Berkumandang di langit-langit mustajabah Keikhlasan mengetuk jiwa yang rapuh, berikan diriku kekuatan! Amat berat! Namun kuasamu menuntut nafsuku Amanat hati menandai Cintamu meridhoi Hingga penghujung rindu nanti Ayat-ayatmu kudekap Namun, biarkan jiwa ini siap Menjemput kerinduan haqiqi Kupersembahkan Ayat-ayatku nanti


108 | Sisa Bibirmu di Cangkir Aku Ingin Pamit Pergi By: M. Arifin Shihab Rentang waktu mengujiku Mendobrak kuat tahanan imajinasiku Melilit sempit urat nadiku Apa yang pernah terjadi? Tak kira aku datang hanya sudi memberi? Namun jiwa sungguh makin sesat lupa batasan dan arti Memang aku yang datang? Namun yang datang di persilakan bukan? Tuk hanya sekadar menikmati jamuan makan atau menginap dua malam lalu pergi? Wahai, ... Ini adalah tentang ceritaku bersama kenangan masa lalu, tak sedikitpun lupa walau penuh deru Hingga buliran air mata keringat menyatu Hanya aku ... Dan hari itu ... Asamu menghasut keputusasaanku, menjatuhkan harapan dan mimpi


Sisa Bibirmu di Cangkir | 109 yang di bangun belasan taun lalu Hanya itu? Tidakkah sekalian mau ambil jiwa dan nyawaku? Kau jadikan pion ragamu hingga jadi seperti apa yang kau mau.


110 | Sisa Bibirmu di Cangkir Terima kasih Dzakwan Ali Srikandi Indung Sarerea Novan Aditya Wicaksono Sada Nawlih Khureenz A. Cahayatiana Zikri Wahyu Ramdani Naser Dahlan Aris Setiyanto Sulthon Azizan Zanuar Ali Afifi, Tri Lande Rustandi Rubiyatna Ibnu Ach. Jaylani Firman Kazur Noel Askara Mn Qomarul Lail Anggi Wijayanto Achmad Iqfani Wisnu Pratama M. Abil Khasan Farihihi Celotehanku Choirul Muhtadin M. Rifqi Fathoni Firman Aldiansyah Raihan Fadhil M Abidah El Laylah Fauzan M. Nafis Fikri Mona Dianes S.Pd Aly Mahmud Ilham Rizqi Hartanto Rara Rizma M. Arifin Shihab.


Sisa Bibirmu di Cangkir | 111 Redaksi Residensi Sastra merupakan Ruang dan Panggung media berkarya dalam dunia literasi dan sastra Indonesia. Gerakan inspirator sebuah wujud didikan beberapa Komunitas yang melibatkan berbagai pembinaan kesusastraan. Bergulir pada tanggal 21 Juli 2022. Semoga ini menciptakan sinergi baru buat penggiat literasi dan sastra dalam berkarya secara mentalitas dan produktivitas, juga terlibat terampil melangkah secara nyata maupun dunia maya. Residensi Sastra membuka ruang memuat karya-karya para penulis dan penyair terlebih dalam dunia sastra dari seluruh Nusantara. Juga melalui aktivitasnya di Instagram yang telah memuat ratusan karya terpilih dan selektif memuat dalam blog. Dalam aktivitasnya juga mengagendakan seminar melalui live bersama para narasumber yang handal dan merilis karya-karya terbaik dari kontributor dalam buku. Dari kami mengucapkan selamat atas karya dahsyatnya yang telah termuat di Residensi Sastra.


Click to View FlipBook Version