The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by bangbembeng, 2024-04-02 08:07:49

InaForSale.anyflip

InaForSale.anyflip

P a g e | 50 Tambahan lagi dan lebih mengkhawatirkan, di tengah terus meningkatkan jumlah penduduk, ketersediaan tenaga kerja dalam sektor pertanian terus menurun. Padahal sektor pertanian yang selama ini menjadi faktor penyangga ketersediaan atau ketahanan pangan nasional. Situasi tersebut berbeda bila dibandingkan dengan jumlah orang yang bekerja di sektor industri yang justru terus meningkat. Sementara mereka yang bekerja di sektor industri sebagian besar adalah buruh low skill. Memanfaatkan Peluang Bonus demografi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pemerintahan baru. Apakah mampu menjadikan bonus demografi sesuatu yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa prasyarat ya-ng harus dipenuhi untuk memanfaatkan bonus demo-grafi; Pertama, penduduk usia produktif yang jumlahnya besar tersebut harus benar-benar produktif dan dapat terserap di lapangan kerja dengan layak. Oleh karena itu, penciptaan lapangan kerja mutlak diperlukan untuk menyerap mereka itu. Penduduk usia produktif memiliki energi amat besar, jika tidak tersalur tentu akan menimbulkan efek negatif. Bahayanya, jika mereka tidak terserap di pasar kerja dan tidak poduktif, justru mendatangkan masalah (demographic disaster). Kedua, penduduk harus berkualitas. Pabila tidak berkualitas, tentu mereka akan sulit terserap di pasar kerja formal sehingga akan berdampak pada sulitnya meningkatkan pendapatan.


P a g e | 51 Ketiga, peningkatan jumlah tabungan. Jumlah tanggungan dalam keluarga semakin kecil, sehingga kemampuan menabung masyarakat meningkat. Akumulasi tabungan nasional meningkat, dan ketersediaan dana investasi dalam negeri meningkat. Pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik. Keempat, program Keluarga Berencana terus dijalankan dan digunakan sebagai upaya mewujudkan pembangunan keluarga, bukan sekedar pengendalian kelahiran. Penduduk didonimasi oleh usia produktif. Tepatnya, tatkala rasio ketergantungan di bawah 50, yang artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung kurang dari 50 orang usia nonproduktif.


P a g e | 52 Sungguh malang nasib bangsa ini, pabila melahirkan generasi yang menggunakan budaya kekerasan sebagai solusi terhadap setiap masalah yang dihadapi.


P a g e | 53 08 SABUK PERADABAN NUSANTARA; Jejak 1,5 juta Tahun. ebagai bangsa besar Indonesia memiliki seja-rah peradaban yang panjang yang bermula sebelum masa sejarah. Beragam karya budaya yang merupakan bagian dari khasanah peradaban bangsa tersebut, amat banyak mengandung nilai dan makna yang merupakan kearifan nenek moyang lantas membentuk jati diri dan kebanggaan sebagai bangsa. Dalam rangka mengenalkan lebih lanjut kepada masyarakat luas akan kekayaan dan keberagaman warisan budaya bangsa, maka digelarlah sebuah pameran “Gelar Museum Nusantara” dengan tajuk “ Sabuk Peradaban Nusantara: Jejak 1,5 Juta Tahun”. Pameran dihelat pada tanggal 22-24 November 2014 Di Balai Sidang Jakarta Convention Center. Pameran yang melibatkan sekitar 60 museum di seluruh Indonesia, memamerkan kurang lebih 217 koleksi yang menceritakan tentang awal peradaban bang-sa kita sejak 1,5 juta yang lalu hingga sejarah terbentuknya negara Republik Indonesia. Awal Peradaban Hingga Menjadi Indonesia Kepulauan Nusantara telah mengalami proses panjang tentang penghunian manusia. Konfigurasi yang kita lihat saat ini adalah hasil dari berakhirnya masa glasiasi pada S


P a g e | 54 sekitar 11 ribu tahun yang lalu, yang me-misahkan Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan dari daratan Asia Tenggara yang selama jaman Es disebut sebagai Paparan Sunda. Di bagian timur, terpisah pula Australia dengan Papua Nugini dan Papua yang sekarang kita lihat, yang selama jaman Es merupakan daratan luas yang disebut Paparan Sahul. Pembentukan Paparan Sunda yang terjadi selama terjadinya jaman Es ini menjadi jembatan darat dalam rangka migrasi dari barat ke Timur, baik manusia atau hewan-hewan mamalia. Sejauh ini penghunian tertua dilakukan oleh Homo Erectus yang merupakan sebuah pencabangan dari evolusi manusia. Homo Erectus pertama kali muncul di Afrika pada 1,8 juta tahun yang lalu. Makhluk ini merupakan species pertama dari manusia yang mampu keluar dari Afrika dan menghuni berbagai tempat di dunia. Proses inilah yang disebut Out of Africa pada 1,8 juta tahun yang lalu. Mereka bergerak ke Eropa, Cina, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, teruta-ma Pulau Jawa. Homo Erectus setelah menghuni Jutaan tahun dan mengalami beberapa fase evolusi, maka pada 100 ribu tahun yang lalu spesies manusia ini punah dari bumi Nusantara akibat tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Perubahan lingkungan menghasilkan pula perilaku manusia atau hunian di Nusantara saat itu, dengan datangnya manusia Homo Sapiens sekitar 13 ribu tahun yang lalu. Spesies yang menghuni berbagai tempat di Nusantara ini disebut dengan spesies atau ras Australo-


P a g e | 55 Menjadi Indonesia sebagai NKRI, tidak secara ujug-ujug seperti apa yang kita lihatsaat ini, melainkan sebuah proses sejarah politik dan budaya yang panjang diawali pada kurun waktu 1,5 juta tahun lampau. Melalui proses pengembangan, akulturasi, dan dialog antar suku bangsa bahkan antar bangsa. melanesid. Mereka banyak ditemukan di gua-gua huni-an yang berasal dari 13 – 5 ribu tahun yang lalu. Kehi-dupan manusia ras Australomelanesid tidak berlangsung lama, hanya sekitar 8 ribu tahun. Dan tatkala 5 ribu tahun yang lalu mereka punah, lantas digantikan oleh ras baru yaitu ras manusia Austronesia. Ras manusia Austronesia—merupakan nenek moyang bangsa Indonesia saat ini—diperkirakan datang dari daerah Taiwan (Out of Taiwan) yang pada 4 ribu tahun yang lalu melakukan migrasi ke arah Selatan hingga ke wilayah Nusantara. Austronesia merupakan penutur bahasa Austronesia yang secara fisik digolongkan sebagai ras Mongoloid. Ras inilah yang menggantikan ras Australomelanesid yang telah punah. Ras Austronesia inilah yang kemudian berkembang dan mereka telah meninggalkan tradisi prasejarahnya, dengan telah mengenal berbagai tulisan aksara pada abad ke-4 dan mulai saat itulah wilayah Nusantara telah meninggalkan jaman prasejarah untuk memasuki era tulisan atau sejarah.


P a g e | 56 Bangsa Indonesia memasuki peradaban sejarahnya, dimulai dengan peradaban aksara. Peradaban Aksara di Nusantara dimulai sejak abad 4-5 silam dengan ditemukannya prasasti Yupa di Kalimantan Timur. Pengenalan tradisi aksara menandai kehidupan baru peradaban manusia dari era pra sejarah menuju era sejarah. Pengenalan tradisi aksara inilah merupakan catatan penting pada masanya, yang dapat dipelajari untuk mengetahui tingkat peradaban suatu bangsa. Di Indonesia, dikenal pernah berkembang 3 jenis aksara yang berasal dari luar, yaitu aksara Pallawa, aksara Arab, dan aksara Latin. Dalam lintas sejarah peradabannya bangsa Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman yang selalu menuntut adanya perubahan yang terus menerus. Disamping peradaban aksara, bangsa ini juga bergelut dan bergumul dengan peradaban kepercayaan dan agama, peradaban seni dan peradaban ilmu dan teknologi, sebelum akhirnya sampailah pada kurun waktu “Menjadi Indonesia” Menjadi Indonesia Perjalanan panjang sejarah peradaban Nusantara tersebut adalah hal yang ingin dikisahkan dalam pameran ini. Kita sebagai bangsa telah mengalami sejarah nan amat panjang yang tidak semua bangsa di dunia ini mengalami. Menjadi Indonesia sebagai NKRI, tidak secara ujug-ujug seperti apa yang kita lihat saat ini, melainkan sebuah proses sejarah politik dan budaya yang panjang


P a g e | 57 diawali pada kurun waktu 1,5 juta tahun lampau. Melalui proses pengembangan, akulturasi, dan dialog antar suku bangsa bahkan antar bangsa , seperti India, Tiongkok, Jepang, Timur-Tengah dan bangsa Barat, menjelma menjadi sebuah negara bernama Indonesia dengan kekayaan dan keragaman budaya dan peradaban. Kehadiran bangsa dan negara Indonesia juga setelah melalui proses politik yang panjang. Setelah berabad-abad dijajah, bangsa Indonesia mulai memi-kiki kesadaran akan harga diri sebagai bangsa yang bermantabat melalui gerakan Budi Utomo (1908) yang mengarahkan gerakan mereka kearah pembentukan negara bangsa Indonesia, yang diperingati sebagai Kebangkitan Nasional. Proses menuju pembentukan negara bangsa terus bergulir yang dimotori oleh para kaum terpelajar dan intelektual pada saat itu, yang pada akhirnya mencapai puncaknya pada Kongres Pemuda Indonesia dengan menyatakan ikrar yang melahirkan Sumpah Pemuda pada tahun1928. Proses “Menjadi Indonesia” tidak berhenti sampai tahun 1928, para pendiri bangsa melanjutkan perjuangan dengan terus menggelorakan api yang menyulut kesadaran rakyat akan pentingnya arti kemerdekaan dalam berbangsa dan bernegara. Melalui pengorbanan harta dan nyawa, akhirnya atas ijin dan rahmat Allah Yang Masa Esa “Menjadi Indonesia” pun menjadi kenyataan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dengan penuh kebanggaan, rasa haru dan hikmat memproklamasikan


P a g e | 58 kemerdekaan Indonesia. Dan sejak itu secara de facto dan de jure bangsa dan negara Indonesia lahir. MH Ainun Nadjib Tidak peduli apakah benar atau tidak “kesepuhan” nenek moyang Nusantara sengaja dikubur oleh pemenang sejarah dunia.


P a g e | 59 09 BATIK WARISAN BUDAYA DUNIA iapa yang tak kenal batik? Bisa dikatakan hampir semua orang Indonesia mengenal batik, bahkan orang asing sekalipun sudah tak asing dengan batik. Batik kini tak dipungkiri telah menjadi bagian penting dari keberadaan bangsa Indonesia di percaturan global, sebagai sebuah karya adilu-hung anak bangsa di bidang budaya. Menghargai karya bangsa sendiri adalah kewajiban kita semua sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dan nasionalisme. Di negeri ini sebetulnya banyak hal yang dapat menumbuhkan rasa bangga kita menjadi orang Indonesia, termasuk batik. Secara etimologi dan terminologi, batik merupakan rangkaian kata mbat dan tik. Mbat dalam bahasa Jawa diartikan sebagai ngembat atau melempar berkalikali, sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik berarti melempar titik-titik berkali-kali pada kain, sehingga akhirnya bentuk titik tersebut berhimpitan menjadi bentuk garis. Selain itu, batik juga berasal dari kata mbat yang merupakan kependekan dari kata membuat, sedangkan tik adalah titik. Ada juga yang berpendapat bahwa batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa amba yang bermakna menulis dan titik yang bermakna titik. S


P a g e | 60 Batik adalah warisan budaya bagi bangsa Indonesia yang sudah mendunia. Sebagai ahli waris kita ber-kewajiban untuk menjaga, merawat, melesta-rikan dan mengembangkan batik sebagai sebuah ikon budaya bangsa. Warisan Budaya Dunia Sebagai negara dengan kekayaan budaya yang beragam terbentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia sudah selayaknya menjaga kekayaan tersebut menjadi aset nasional yang diakui keberadaannya oleh dunia Internasional. Menjaga kekayaan budaya tersebut amatlah penting untuk menghindari klaim-klaim dari pihak lain yang tidak berhak. Beberapa budaya Indonesia telah diakui sebagai warisan budaya dunia, salah satu adalah batik. Keputusan bahwa batik diakui sebagai warisan budaya dunia yang dimiliki oleh Indonesia, telah dikuatkan oleh keputusan ENESCO yang menyatakan bahwa batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak Oktober 2009. Dengan diakuinya batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia, maka secara otomatis batik adalah identik dengan Indonesia. Artinya tidak ada lagi pihak lain yang berhak mengakui batik sebagai budaya mereka. Sehinga bisa dikatakan, jika berbicara mengenai batik, orang akan merujuk ke Indonesia sebagai akar dan pemilik dari budaya adiluhung ini. Tugas kita sebagai anak bangsa adalah menjaga, melestarikan dan mengembangkan menjadi aset


P a g e | 61 nasional yang memberi nilai tambah bagi keberlangsungan pembangunan nasional, utamanya, sebagai pelaku wisata, dunia pariwisata. Batik dan modernitas Perkembangan teknologi produksi serta dinamika aspirasi konsumen membuka peluang lebar bagi para pelaku industri untuk berupaya seoptimal mungkin memasuki pasar yang semakin terbuka. Demikian pun industri tekstil, terbuka berbagai kemungkinan bagi pembuatan produk-produk dengan keanekaragaman corak, model dan aspek fungsinya. Batik, jika ingin lebih dikenal di pasar global, maka industri batik nasional harus berupaya opitimal mempromosikan batik dalam ajang persaingan yang semakin tajam di kancah industri tekstil modern, tentu dengan tetap mempertahankan identitas batik sebagai budaya adiluhung bangsa. Dewasa ini batik menghadapi tantangan kekinian dengan memasuki dunia industri tekstil modern dengan sifatnya yang dekoratif sekuler serta amat dinamis dalam siklus-siklus penggantiannya. Bentuk, gaya, dan corak industri tekstil modern masa kini dapat dikatakan memiliki kemungkinan gagasan-gagasan yang tidak terbatas, bahkan cenderung “liar”. Kebutuhan terhadap kain bercorak tidak selalu memerlukan corak dengan latar belakang budaya tertentu seperti batik dengan segenap kekhasannya. Industri tekstil modern, secara umum, cenderung tampil dalam variasi bentuk dan gaya yang amat luas dan bebas, yang dikendalikan oleh perkembangan ber-


P a g e | 62 bagai konsep di bidang seni dan kendali pasar eksternal, sesuai dengan keperluan dan tuntutan masyarakat modern masa kini yang identik dengan istilah in fashion. Menghadapi tantangan dewasa ini, industri batik nasional mesti bertindak cermat dan cerdas dalam menyiasati kondisi yang berkaitan dengan industri tekstil modern yang high fashion. Kreativitas dan inovasi memegang peran penting tatkala industri batik nasional menginginkan agar batik mampu menapaki, memasuki, dan mewarnai dunia mode masa kini dan diterima secara luas sebagai bagian dari industri tekstil modern. Para pelaku industri batik nasional tidak dapat menolak dan menghindari akan serbuan modernitas industri tekstil masa kini. Yang harus dilakukan adalah berkreasi dan berinovasi agar bagaimana batik mampu memasuki dan mewarnai dunia mode global yang high fashion tersebut, tanpa kehilangan karakter dan kekhasan batik dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang terkandung di dalamnya. Batik dan Ekonomi Pariwisata Mempromosikan batik sebagai ikon budaya ke-pada para wisatawan menjadi pekerjaan bersama para pekerja pariwisata nasional; pemerintah dan swasta. Bagaimana agar para wisatawan dapat mengenal batik secara langsung, baik keragaman produk jadi ataupun proses pembuatannya, terus menerus harus diupayakan untuk lebih memopulerkan batik di kalangan wisata-wan. Bagi mereka yang belum mengenal batik supaya mengenal dan mengerti batik, bagi yang sudah menge-nal akan lebih mengenal lagi dan diharapkan lebih me-nyukai


P a g e | 63 serta mau membelanjakan uangnya untuk mem-beli batik.


P a g e | 64 Nelson Mandela bangga berbatik


P a g e | 65 Batik telah menjadi bagian tak terpisah-kan dari pariwisata tanah air, ini adalah sebuah keunggulan komparatif bagi dunia pariwisata yang tentunya akan berdampak pada keuntungan secara ekonomi. Tatkala batik semakin disukai dan digemari oleh wisatawan, pertumbuhan industri batik tentu akan naik secara signifikan. Dampaknya tentu peningkatan ekonomi kerakyatan, karena batik sebagian besar merupakan industri yang melibatkan jutaan pengrajin yang nota bene adalah rakyat kecil. Dunia kini tengah memasuki era industri gelombang ke empat, yaitu industri ekonomi kreatif, sebuah era yang amat mengandalkan pada gagasangagasan dan ide kreatif. Bagi Indonesia ini adalah peluang sekaligus tantangan bagi peningkatan kejaya-an ekonomi, mengingat bangsa ini dianugerahi berba-gai ragam kekayaan potensi ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya khas dan unik, dan batik adalah salah satunya. Pengembangan industri kreatif batik ditengarai memberi dua manfaat sekaligus, yakni sebagai lever-age pertumbuhan ekonomi dan penguatan identitas kultural bangsa. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi kreatif batik sebagai salah satu dari 14 komponen ekonomi kreatif, dengan melihat prospek pasar batik yang menjanjikan, harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Ekonomi kreatif batik telah berkontribusi menggerakkan ekonomi nasional dengan nilai ekspor sebesar 69 juta dollar AS. Disamping itu sebesar 99,39% dari


P a g e | 66 55.912 unit usaha yang bergerak di dalam industri batik adalah usaha mikro dan kecil, dengan konsumen batik dalam negeri lebih dari 72,86 juta orang. Saat ini penyerapan tenaga kerja industri batik sekitar 3,5 juta orang yang menyebar di berbagai wilayah, tentunya hal ini sangat signifikan dalam memberi kontribusi penciptaan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan rakyat. Peluang pengembangan ekonomi kreatif batik semakin memperoleh momentum pasca penetapan ba-tik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Dengan pengakuan ini setidaknya membuat brand awareness batik semakin nyata di mata dunia. Pengakuan UNESCO tersebut merupakan bentuk pengakuan yang strategis terhadap eksistensi batik dan nilai pentingnya bagi peradaban dan perkembangan kebudayaan di Indonesia, sekaligus menjadi kekuatan dahsyat bagi Industri batik Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar internasional. Menilik semua itu, tentu harapan besar akan berdampak positif pada perkembangan dunia pariwisita nasional. Penutup Sebagai bangsa besar kita patut menhargai ne-nek moyang yang telah bersusah payah menciptakan suatu kreasi yang amat fenomenal dan menyejarah, yakni batik. Telah dikenal di manca negara bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan keunggulan budaya yang layak diperhitungkan menjadi negara adidaya budaya.


P a g e | 67 Mencermati semua itu, tentu kita sebagai ahli waris tak pantas jika hanya sekedar berbangga-bangga, menggagumi dan menikmati. Tapi lebih dari itu, kita mesti berbuat sesuatu yang lebih bermakna dengan menjaga, melestarikan, mengembangkan agar lebih maju lagi. Sebagai pelaku pariwisata kita harus memanfaatkan keunggulan ini sebagai bagian dari promosi pariwisata dengan harapan akan lebih banyak menarik wisatawan manca negara. Bolehlah kita bermimpi, suatu saat kita secara rutin dapat menyaksikan sebuah pagelaran akbar berskala global bertajuk “Jakarta International Batik Festival”.Waw! Batik adalah warisan budaya. Sebagai ahli waris kita berkewajiban untuk menjaga, merawat, melestarikan dan mengembangkan batik sebagai sebuah ikon budaya bansga.


P a g e | 68 Dunia kini tengah memasuki era industri gelombang ke empat, yaitu industri ekonomi kreatif, sebuah era yang amat mengandalkan pada gagasan-gagasan dan ide kreatif.


P a g e | 69 BAB 2


P a g e | 70 01 ATLANTIS SUNDALAND embincangkan sejarah peradaban manusia tiada akan habis dan lekang ditelan masa. Semakin dibincangkan akan semakin me-narik dan akan semakin memunculkan rasa keingintahuan (curiousity) untuk lebih mendalami, mengeksplorasi dan tentu memaknai. Begitu pun dengan sejarah keberadaan Atlantis, apalagi jika keberadaannya dikaitkan dengan keberadaan dan kejayaan Nusantara, tentu menarik dan menumbuhkan keasyikan tersendiri dan rasa penasaran yang membuih. Meski masih kontroversi, negeri bernama Atlan-tis sejak lama diperbincangkan, menjadi wacana dan kajian para ahli dan pakar sejarah peradaban manusia sebagai sebuah negeri super power dengan peradaban nan adi M


P a g e | 71 luhung, menjadi mercusuar dan menyejarah, yang selalu dikaji, diteliti dan dibuktikan keberada-annya. Nama Atlantis sendiri pertama kali diper-kenalkan oleh Plato dalam buku “Timaeus dan Critias” yang ditulis pada tahun 347 sm. Disebutkan bahwa benua Atlantis adalah asal muasal peradaban manusia, yang memiliki kebudayaan dan peradaban tinggi dan merupakan bangsa superior dengan kecanggihan ilmu dan teknologi. Lantas, diceritakan bahwa benua tersebut tenggelam selama ribuan tahun dikarenakan tertimpa berbagai bencana alam maha dahsyat, berupa letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus dan mencairnya lapisan Es. Pertanyaan yang menarik dan menjadi perdebatan para pakar kini adalah, dimanakah letak benua Atlantis itu? Selama lebih dari 2000 tahun, cerita dan kisah tentang Atlantis telah menjadi dongeng dan selan-jutnya sejak abad pertengahan (mid century) Atlantis–di kalangan para ilmuwan Barat–telah menjadi bahasan amat asyik dan menarik untuk diperbincangkan dan dikaji, utamanya tentang dimanakah letak Atlantis itu sesungguhnya. Berkembanglah spekulasi, dimana banyak dari mereka meyakini tentang keberadaan Atlantis yang sebenarnya. Beberapa menganggap bahwa Atlantis terletak di sekitaran Samudra Atlantis, beberapa beranggapan Atlantis terletak di benua Amerika hingga kawasan Timur-Tengah. Berbagai penelitian dilakukan untuk membuktikan semua itu, namun semua itu tidak ada yang mem-


P a g e | 72 beri bukti dan telaah yang cukup meyakinkan, kebanyakan hanya perkiraan dan spekulasi. Atlantis dan Sundaland. Misteri keberadaan Atlantis banyak menghadirkan opini, spekulasi dan kajian ilmiah yang hingga sekarang masih menjadi perdebatan, bahkan ada yang menganggap keberadaan Atlantis hanyalah mitos belaka yang tidak layak untuk dipercaya dan dibuktikan. Namun, hal itu tidak menyurutkan minat para pakar dan sejarawan untuk terus mengkaji, meneliti dan membuktikan bahwa Atlantis itu pernah ada. Beberapa tempat di muka bumi ini diduga merupakan tempat dimana Atlantis berada, dengan melihat keadaan tempat tersebut sebagaimana dilukiskan oleh Plato lebih dari 20 abad yang lalu. Namun, ternyata Samudra Atlantis tidaklah termasuk dimana lokasi Atlantis berada, sesuai dengan persyaratan yang dilukiskan oleh Plato. Yang menarik, beberapa peneliti dan pakar dewasa ini justru menganggap bahwa paparan Sunda (Indonesia bagian barat hingga semenanjung Malaya dan Thailand) merupakan tempat dimana Atlantis berada. Adalah Stephen Oppenheimer, seorang dokter ahli genetik yang banyak mempelajari sejarah peradaban yang pertama kali mengungkap Sundaland sebagai cikal bakal peradaban kuno. Dalam bukunya “Eden in The East” (1999), disebutkan bahwa Paparan Sunda (Sundaland) adalah cikal bakal peradaban masa lampau atau dalam bahasa agama sebagai taman Eden. Ia mengemukakan bahwa di wilayah Sundaland sudah


P a g e | 73 terdapat peradaban yang menjadi leluhur peradaban Timur-Tengah pada 6.000 tahun silam. Dengan landasan argumentasi pada aspek-aspek etnografi, erkeologi, oseanologi, mitologi dan analisa DNA, Oppenheimer menyatakan bahwa munculnya peradaban di Mesopotamia, lembah Sungai Indus dan China justru dipicu oleh kedatangan para migran dari Asia Tenggara. Migrasi yang terjadi akibat datangnya banjir besar yang menyebabkan penduduk Sundaland bermigrasi ke barat yaitu Asia, Jepang serta pasifik. Gagasan diaspora manusia dari kawasan Asia Tenggara oleh Oppenheimer direkontruksi dari peristiwa akhir zaman Es pada sekitar 20.000 tahun yang lalu. Saat itu permukaan laut berada pada ketinggian 150 meter di bawah permukaan laut dewasa ini. Kala itu kepulauan Indonesia bagian barat masih menyatu dengan benua Asia sebagai sebuah kawasan daratan amat luas yang disebut Paparan Sunda. Ketika perlahan-lahan bumi memanas, Es di kedua kutub bumi mencair sehingga permukaan air laut naik, akibatnya muncullah banjir sangat besar yang terjadi berulang. Akibatnya banjir tersebut menenggelamkan sebagian kawasan Paparan Sunda hingga terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang kini dikenal sebagai Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Bali. Saat itu Paparan Sunda sudah dihuni oleh manusia dalam jumlah besar, tatkala terjadi banjir besar terjadilah diaspora manusia ke belahan bumi lain. Oppenheimer berkeyakinan bahwa penduduk Malaysia, Sumatra, Jawa dan Kalimantan yang ada sekarang ini adalah keturunan dari penghuni Paparan


P a g e | 74 Sunda yang tidak hijrah saat terjadinya banjir besar. Singkatnya, Oppenheimer hendak menyatakan bahwa persebaran manusia ke belahan dunia lain berasal dari kawasan Sundaland. Selain buku Eden in the East (1999), ada satu buku lagi yang menguatkan keberadaan Atlantis di kawasan Nusantara. Adalah Prof. Arysio N. Dos Santos, seorang profesor ahli fisika nuklir juga membuat “gempar” dengan buku karangannya yang berjudul “ Atlantis, The Lost Continent Finally Found” menyatakan dengan tegas bahwa keberadaan Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu ternyata di Indonesia. Prof. Santos mengatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan selama ini karena dicari di tempat yang salah. Penelitian yang dilakukannya tentang kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun selama ini, membuktikan bahwa lokasi yang sesungguhnya adalah Indonesia. Atlantis musnah akibat terjadinya bencana nan amat dahsyat. Dalam bukunya Prof Santos menggambarkan lokasi Atlantis berada di ” the most vulcanic region in the world” atau daerah paling banyak memiliki gunung berapi. Sementara Indonesia adalah terletak pada posisi 3 lempeng tektonis yang saling menekan yang menimbulkan sederetan gunung api mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara dan terus berlanjut ke utara hingga ke wilayah Pilipina yang merupakan bagian dari “Ring of Fire“.


P a g e | 75 Stephen Oppenheimer dan bukunya yang sempat menghebohkan.


P a g e | 76 Bangga menjadi Indonesia. So What? Hipotesis Oppenheimer dan Santos, jika benar, akan mematahkan kepercayaan yang telah lama dipahami dan diajarkan setiap anak bangsa ini sejak Sekolah Dasar, bahwa asal-usul atau nenek moyang bangsa Indonesia adalah berasal dari Yunan(Out of Yunan). Telah tertanam sejak lama di benak semua orang Indonesia bahwa leluhur bangsa Indonesia yang seka-rang ini mendiami kepulauan Nusantara adalah bangsa pendatang yang bermigrasi dari wilayah Asia ke wilayah Asia bagian Selatan. Dalam buku “Eden in the East: the Drowned Continent of Southeast Asia”, Oppenheimer berhipotesis bahwa bangsa-bangsa Eurasia punya nenek moyang dari Sundaland. Hipotesis ini ia bangun berdasarkan penelitian atas geologi, arkeologi, genetika, linguistk, dan folklore atau mitologi Berdasarkan geologi, Oppenheimer mencatat bahwa telah terjadi kenaikan permukaan air laut dengan menyurutnya Zaman Es terakhir. Laut naik setinggi 500 kaki pada periode 14.000-7.000 tahun yang lalu dan telah menenggelamkan Sundaland. Arkeologi membuktikan bahwa Sundaland mempunyai kebudayaan yang tinggi sebelum banjir terjadi. Kenaikan permukaan air laut ini telah menyebabkan manusia penghuni Sundaland menyebar ke mana-mana mencari daerah yang tinggi (diaspora). Terjadilah gelombang besar migrasi ke arah Eurasia. Oppenheimer melacak jalur migrasi ini berdasarkan genetika, linguistik, dan folklore.


P a g e | 77 Sampai sekarang orang-orang Eurasia punya mitos tentang Banjir Besar itu, menurut Oppenheimer itu diturunkan dari nenek moyangnya. Hipotesis Oppenheimer (1998) yang kita sebut “Out of Sundaland” tentu punya implikasi yang luas. Sebuah kajian ilmiah tentu dilakukan dengan sangat hati-hati, melalui sebuah proses riset yang berkesinambungan dan dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan. Apakah yang telah diungkapkan oleh Oppenheimer dan Santos seperti di atas merupakan kebenaran ilmiah yang dilandasi oleh sebuah teori ilmu pengetahuan atau hanya pepesan kosong belaka? Sebagai anak bangsa, bagaimanapun, apapun yang akan terjadi dan bagaiamanapun kondisinya, kita harus tetap cinta dan bangga menjadi orang Indonesia. Kalau toh kelak terbukti benar bahwa Atlantis itu adalah Sundaland, so what? Apa yang dapat kita pelajari dan maknai dari semua itu? APAPUN YANG TERJADI KITA TETAP CINTA DAN BANGGA MENJADI ORANG INDONESIA. KALAU TOH BENAR BAHWA ATLANTIS ITU ADALAH SUNDALAND, SO WHAT? APA YANG DAPAT KITA PELAJARI DAN MAKNAI DARI SEMUA ITU?


P a g e | 78 Prof. Santos dan bukunya


P a g e | 79 02 GUNUNG PADANG eberadaan situs Gunung Padang membuat suasana gempita para pemerhati peradaban Nusantara. Apa yang terdapat di Gunung Padang—jika ternyata benar—adalah bukti betapa nenek moyang bangsa ini adalah sebuah bangsa besar yang telah ribuan tahun hidup dengan tingkat peradaban tinggi nan memesona sekaligus mengagumkan. Tak pelak, banyak orang terhenyak tatkala dikatakan bahwa Gunung Padang adalah situs purbakala yang telah berusia belasan ribu tahun bahkan lebih tua dari peradaban piramida di Mesir. Gunung Padang telah menjadi isu seksi yang keberadaan memunculkan berbagai misteri. Berbagai spekulasi melingkupi kemesteriusannya. Salah satu yang misteri yang paling menghebohkan adalah adanya K


P a g e | 80 sinyalemen bahwa di dalam bukit setinggi 885 meter di atas permukaan laut itu bersembunyi sebuah piramida. Sebagai sebuah situs purbakala Gunung Padang serta merta banyak menarik perhatian masyarakat dan tak diragukan kini menjadi daya tarik baru pariwisata sejarah dan budaya di tanah air. Apa yang terdapat di Gunung Padang—walau masih dalam proses penelitian—menunjukkan bahwa betapa negeri ini amat kaya dengan berbagai peninggalan sejarah dan peradaban besar dimasa lalu. Hal ini merupakan sebuah indakator bahwasanya benarlah apa yang sering dikatakan selama ini bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki sejarah dan peradaban yang agung. Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kini lokasi tersebut menjelma menjadi kawasan destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, dan tentunya memberi dampak kepada masyarakat setempat, secara ekonomi, sosial, dan budaya. Sejauh mata memandang, di puncak bukit tersebar dan berserakan ribuan batu-batu basalt berwar-na hitam. Di puncak dengan luas sekitar 1 hektar itu, batubatu yang ukurannya bervariasi tersebut juga tam-pak terpola dan tersusun rapi ada juga sebagian besar yang menumpuk berantakan di beberapa titik yang tersebar pada 5 teras. Setiap teras memiliki pola bangunan batu yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Teras pertama merupakan teras terluas dengan jumlah batuan paling banyak, teras kedua berkurang jumlah batunya.


P a g e | 81 Sedangkan Teras ke-3 sampai ke-5 merupakan terasteras yang jumlah batuannya tidak banyak. Situs Gunung Padang merupakan Punden Berundak yang tidak simetris, berbeda dengan punden berundak simetris seperti Borobudur, juga berbeda dengan punden berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat seperti situs Lebak Sibedug di Banten Selatan.Sebuah punden berundak tidak simetris menunjukkan bahwa pembangunan punden ini mementingkan satu arah saja kemana bangunan ini menghadap. Sementara nama Gunung Padang sendiri, ko-non berdasarkan kata “padang” berasal dari beberapa suku kata; Pa yang artinya tempat. Da, yang artinya besar,agung, atau gede. Hyang, artinya eyang, moyang, atau leluhur agung. Sehingga arti “Padang” adalah tempat agung para leluhur atau tempat para leluhur agung. Menurut perkiraan, Situs Gunung Padang yang sebut-sebut lebih tua dari peradaban Mesopotamia di Irak dan Piramida Gyza di Mesir, berusia 2.500 hingga 4000 tahun sebelum masehi. Bahkan, menurut penelitian lain mengatakan bahwa situs ini telah ada sejak 13.000 tahun sebelum masehi. Sehingga, dengan berdasarkan usia tersebut, situs Gunung Padang dianggap sebagai situs tertua di dunia. Luas areal situs Gungung Padang sekitar 25 ha dengan luas bangunan 900 m2 dengan tinggi bangunan 110 meter. Luas ini diperkirakan 10 kali luas Candi Borobudur.


P a g e | 82 Sketsa imajiner Gunung Padang oleh arkeolog Pon Puradjatnika, anggota Tim Bencana Katastropik Purba.


P a g e | 83 Situs Nasional Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menetapkan situs Gunung Padang sebagai situs nasional. Dengan penetapan sebagai situs nasional, maka pengelolaan situs Gunung Padang akan diambil alih pemerintah pusat. Badan pengelola Situs Nasional Gunung Padang dalam pengelolaannya nantinya tentu akan melibatkan masyarakat sekitar. Bagaimanapun masyarakat sekitar adalah yang bersentuhan langsung dengan keberadaan situs tersebut. Oleh karena itu, pemerintah dalam upaya pengelolaannya harus juga berupaya memberdayakan masyarakat sekitar. Sebagai situs yang diharapkan menjadi kawasan ekowisata berbasis budaya, banyak hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan kawasan Gunung Padang menjadi destinasi wisata yang nyaman, aman, dan layak dikunjungi. Adalah tugas pemerintahan dan kita semua untuk menjadikan Gunung Padang sdebagai destinasi wisata dunia setelah Borobudur dan Prambanan.


P a g e | 84 Situs Gunung Padang—jika benar adanya—menunjukkan pada dunia bahwa betapa negeri ini kaya dengan berbagai peninggalan sejarah dan peradaban besar dimasa lalu. Hal ini merupakan sebuah indakator bahwasanya benarlah apa yang sering dikatakan selama ini bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki sejarah dan peradaban yang agung.


P a g e | 85 03 BOROBUDUR DAN SULAIMAN embincangkan candi Borobodur, bagi masyarakat Indonesia, akan selalu menarik. Bukan saja karena merupakan peninggalan budaya yang amat bersejarah dan speltakuler, namun juga, tak dapat dimungkiri bahwa hingga dewasa ini masih banyak misteri yang melingkupi sekitar keberadaan candi tersebut. Borobodur seperti yang dipercayai masyarakat hingga kini adalah peninggalan dari kejayaan kerajaan Mataram Kuno (wangsa Syailendra) yang dibangun sekitar abad ke 8 hingga ke 9, pada masa kekuasaan Raja Samaratungga. M


P a g e | 86 Selama 150 tahun Candi Borobudur menjadi pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Akan tetapi, seiring dengan runtuhnya Kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, maka pusat kekuasaan dan kebudayaan di pindah ke Jawa Timur, hingga Borobudur pun terlupakan. Kemudian, dengan terjadinya gempa dan letusan gunung berapi, membuat candi melesak sehingga mempercepat keruntuhannya. Semak blukar tropis pun menutupi Candi Borobudur sehingga pada abad-abad selanjutnya candi ini lenyap ditelan sejarah. Misteri Peninggalan Sulaiman . Sebuah misteri kerap kali memunculkan berba-gai pembacaan dan pemaknaan yang lantas berujung pada wacana yang kontroversial. Begitupun dengan keberadaan Candi Borobudur. Sebuah bangunan monumental yang termasuk salah satu keajaiban dunia dan diakui sebagai warisan dunia (world haritage), tidak luput dari berbagai dugaan yang lantas memunculkan berbagai kontroversi, yang justru menjadikan keberadaan Borobudur semakin menarik untuk dipelajari. Sebuah kontroversi yang sangat menarik adalah adanya wacana yang menyatakan bahwa Candi Borobudur adalah bangunan bersejarah peninggalan Raja Sulaiman, yang nota bene adalah salah satu Nabi Allah yang diimani oleh umat Islam. Adalah KH. Fahmi Basya, seorang dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang pertama kali mengangkat wacana tentang keberadaan Candi Borobudur sebagai warisan Nabi Sulaiman.


P a g e | 87 Tentu saja, wacana ini serta merta mendapat reaksi beragam dari berbagai kalangan, dari mulai yang setuju, ada yang skeptis, dengan membiarkan wacana itu bergulir begitu saja, hingga ada yang keras, dengan menyangkal serta mentertawakan. Namun, tak sedikit pula yang bersikap biasa saja bahwa wacana itu hanyalah sebuah sensasi yang tak berdasar dan tak perlu ditanggapi. Terlepas apakah percaya atau tidak, tampaknya wacana unik ini cukup menarik untuk diangkat dan diketahui oleh masyarakat luas sebagai bentuk apresiasi bagi sebuah kajian keilmuan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Seorang KH. Fahmi Basya sebagai dosen dan peneliti, tentu saja tidak asal-asalan dan ngawur dalam melontarkan wacana ini, melainkan tentunya setelah melakukan penelitian dan penemuan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik sesuai kaidah keilmuan. Dari beberapa riset yang dilakukan KH. Fahmi Basya bersama dengan Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan, disebutkan bahwa sebenarnya Candi Borobudur adalah bangunan yang dibangun oleh ten-tara nabi Sulaiman termasuk di dalamnya dari kalangan bangsa jin. Masih menurut KH. Fahmi Basya, sangat sedikit masyarakat yang mengetahui bahwa di Candi Borobudur sendiri sebenarnya sangat banyak ditemukan simbol-simbol tentang Islam.


P a g e | 88 Borobudur adalah fenomena, misteri dan kontroversi, yang justru menjadikan Borobudur semakin menarik untuk dipelajari. Sebuah kontroversi yang sangat menarik adalah adanya wacana yang menyatakan bahwa Candi Borobudur adalah bangunan bersejarah peninggalan Raja Sulaiman.


P a g e | 89 Dari hasil ekspedisi dan penelitian yang dilakukannya, ditemukan juga fakta baru mengenai indikatorindikator tentang adanya kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba di Candi Borobudur dan Ratu Boko. Dari penelitian tersebut, juga disebutkan bahwa nama-nama daerah tertentu di Jawa Tengah seperti nama Sleman diduga berasal dari kata Sulaiman dan Wonosobo berasal dari Hutan Ratu Shaba. Menurut Fahmi Basya, dan seperti yang penulis lihat melalui relief-relief yang ada, memang terdapat beberapa simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana keteangan Alquran. Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tongkat Musa, serta memberikan ketenangan. Pada relief yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang. Masih banyak hal lain yang diungkapkan oleh Fahmi Basya dalam buku “Borobudur & Peninggalan Sulaiman”. Sebagai sebuah kajian tentu sah-sah saja untuk dilontarkan ke publik sebagai pengayaan waca-na bagi masyarakat. BANTAHAN Hal yang bersifat kontroversi tentu saja menim-bulkan pro dan kontra. Demikian pula dengan buku Fahmi Basya di atas. Banyak pihak yang mencoba membantahnya dengan mengajukan argumen yang cukup meyakinkan untuk mementahkan pernyataan KH. Fahmi


P a g e | 90 Basya. Salah satunya adalah bantahan yang dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul “Misteri Borobudur, Candi Borobudur bukan Peninggalan Sulaiman”, yang tulis oleh Seno Panyadewa. Teori bahwa Borobudur peninggalan Nabi Sulaiman dikupas tuntas di buku ini. Bukti-bukti yang diajukannya diperiksa kebenarannya satu demi satu. Seno Panyadewa juga membandingkan bukti-bukti dari berbagai penelitian ilmiah apakah Candi Borobudur peninggalan Dinasti Syailendra ataukah Nabi Sulai-man. Bahkan bukti-bukti mengenai lokasi sebenarnya Negeri Saba juga dibahas. Dalam buku ini tidak hanya mengupas berbagai kejanggalan teori Borobudur peninggalan Sulaiman, buku ini juga membahas secara mengesankan perihal Borobudur, sejarah agama Budha dan Hindu pada saat itu, serta analisis tentang ikonografi, arsitektur, dan simbol-simbol pada Borobudur. Tak pelak, buku ini akan memampukan Anda untuk memberikan penilaian yang lebih akurat dan objektif mengenai sejarah dan misteri yang menyelimuti monumen agung bernama Borobudur


P a g e | 91 Buku yang membantah teori KH. Fahmi Basya tentang Borobudur peninggalan Sulaiman, yang ditulis oleh Seno Panyadewa.


P a g e | 92 Terlepas apakah percaya atau tidak, tampaknya wacana unik ini cukup menarik untuk diangkat dan diketahui oleh masyarakat luas sebagai bentuk apresiasi bagi sebuah kajian keilmuan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang terus berkembang.


P a g e | 93 03 JALAN RAYA POS alam perjalanan sejarah negeri ini, utamanya Jawa, tak terlepas dari sebuah nama yang cukup melegenda dalam khasanah sejarah kolonial, yakni, Daendels, tepatnya Herman Willem Daendels, sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda kurun waktu 1808-1811, yang telah “membikin” Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) sepanjang 1.100 km, membentang dari Anyer hingga Panarukan. Meski, masih ada silang pendapat diantara para ahli, apakah Daendles yang hanya berkuasa 3 tahun 4 bulan yang betul-betul “membangun” atau sekedar memperbaiki. Atau, betulkah Daendels yang telah membuka Anyer – Panarukan? Namun apapun, jalan tersebut tak dimungkiri adalah sebuah Jalan “transjawa” yang penting dan telah menghubungkan pulau ini sebagai sebuah kesatuan. Mulanya, Jalan Raya Pos hanya diperuntukkan bagi kepentingan administrasi dan penguasa kolonial, D


P a g e | 94 sehingga gerobak dan cikar milik rakyat tidak boleh lewat. Dibangunnya jalan raya pos, bermula dari keinginan untuk menyiapkan sistem pertahanan dari kemungkinan serangan Inggris. Sekaligus berprespektif ekonomi; sebagai sarana transportasi bagi penyedotan sumber daya dari berbagai daerah di Pulau Jawa ke pusat pemerintahan Hindia Belanda. Adalah Herman Willem Daendels, yang dilahirkan di Gelderland, Belanda, pada tahun 1762. Pada tahun 1783 Daendels lulus dari sekolah hukum dengan gelar “Meester in de Rechten” (Mr), kemudian ia aktif dalam gerakan politik lokal yang disebut Kaum Patriot dan sangat terpengaruh oleh Revolusi Perancis. Pada tahun 1808, Daendels diminta oleh Raja Belanda waktu itu yaitu Louis (Lodewijk) Napoleon, saudara Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte (waktu itu Belanda dijajah Perancis), untuk mempertahankan Pulau Jawa dari kemungkinan serangan Inggris. Pada saat itu, banyak wilayah jajahan Perancis yang telah berhasil direbut oleh Inggris, sehingga kemungkinan Inggris juga akan merebut Jawa, yang adalah jajahan Belanda, sehingga secara tidak langsung juga merupakan jajahan Perancis. Maka, diutuslah Daendels sebagai orang Belanda yang mewakili Perancis. Walaupun singkat, namun Daendels telah menorehkan namanya sendiri dalam khasanah sejarah kolonial negeri ini. Salah satu yang paling terkenal adalah pembangunan Jalan Raya Pos (Grote Postweg) yang membentang dari Anyer di ujung barat Pulau Jawa hingga Panarukan di ujung timur Pulau Jawa, sepanjang


P a g e | 95 kurang lebih 1.100 km, yang memakan ribuan korban jiwa. Daendels, tepatnya Herman Willem Daendels, sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda kurun waktu 1808- 1811, yang telah “membikin” Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) sepanjang 1.100 km, membentang dari Anyer hingga Panarukan.


P a g e | 96 Diangkatnya Daendels sebagai Gubernur Jende-ral di Hindia Belanda, tak terlepas dari situasi perang di Eropa, dimana Perancis saat itu memang sedang mengalami berbagai kekalahan di beberapa medan tempur melawan Persekutuan Eropa. Oleh karena itu, tugas utama Daendels adalah mempertahankan Pulau Jawa dari kemungkinan serangan Inggris. Kondisi jalan yang buruk membuat Daendels berpikir, bagaimana ia bisa mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris dengan kondisi jalan yang begitu buruk. Menyadari hal itu, Daendels bergerak cepat dan teringat dia dengan Jalan Raya Pos yang dibangun pada masa Imperium Romawi, yang dikenal dengan nama Cursus Publicus (lembaga perposan waktu itu), yang menghubungkan Roma dengan kota-kota jajahannya. Kebijakan Imperium Romawi dalam pembangunan jalan inilah yang memberi inspirasi kepada Daendels untuk menempuh kebijakan yang sama di Pulau Jawa. Pembangunan Jalan Raya Pos yang membentang dari Barat ke Timur, telah menghubungkan tempattempat yang kemudian menjadi kota-kota, baik kota besar, kota kecil, maupun kota kecamatan. Pembangunan jalan juga disertai dengan pembangunan stasiun pos, demi memperlancar arus komunikasi dari daerahdaerah ke pusat pemerintahan. Seperti telah disebut, sebenarnya Jalan Raya Pos itu bukan sepenuhnya jalan baru. Sebagian, Daendels hanya memperbaiki dan melebarkan jalan yang sudah ada. Sedangkan kota-kota yang dilalui Jalan Raya Pos, antara lain; Anyer, Tangerang, Jakarta, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Se-


P a g e | 97 marang, Demak, Kudus, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya, Probolinggo, dan Panarukan. Tak pelak pembangunan Jalan Raya Pos telah membawa perubahan yang penting bagi perkembangan tata ruang dan hubungan antar kota di Pulau Jawa, dan tentu saja berdampak pada kemajuan perekonomian di daerah-daerah yang dilalui jalan tersebut. Sebelum jalan tersebut dibangun, pengiriman surat dari Batavia ke Semarang membutuhkan waktu antara 10-14 hari di musim kemarau atau 3 minggu di musim hujan. Diperlukan waktu 1 bulan untuk melaku-kan perjalanan dari Batavia ke Surabaya pada musim kemarau. Setelah dibangun Jalan Raya Pos, Perjalanan darat dari Anyer ke Batavia yang sebelumnya diperlukan waktu 4 hari, cukup hanya 1 hari saja. Dari Batavia ke Surabaya, yang biasanya memakan waktu 40 hari, menjadi 6 hari saja. Dampaknya, perhubungan dan perdagangan di Pulau Jawa menjadi ramai, juga memperbaiki hubungan melalui pos. Pada mulanya, pembangunan Jalan Raya Pos tidak serta merta memberi manfaat untuk rakyat. Karena ternyata selama 40 tahun hanya kereta pos milik pemerintah kolonial dan kereta milik pribadi (orang Belanda) dan segelintir elit pribumi yang boleh melewati jalan tersebut. Sedangkan gerobak atau cikar milik rakyat ti-dak boleh melewatinya, karena dikawatirkan akan me-rusak jalan. Mereka harus tetap melewati jalan-jalan yang


P a g e | 98 kondisinya buruk untuk bepergian, atau lewat jalan buruk yang dibangun sekedarnya di sisi Jalan Raya Pos. Baru pada tahun 1853 terjadi perubahan. Dimana ditetapkan bahwa Jalan Raya Pos dibuka untuk semua jenis kendaraan termasuk pedati milik rakyat pribumi. Setelah berkuasa selama 3 tahun 4 bulan, Daendels pun harus meninggalkan segala proyeknya yang belum selesai dan dipanggil pulang ke negerinya dan diterima kembali sebagai Jenderal Divisi dalam Tentara Besar Kaisar Napoleon di Paris. Setelah kekaisaran Perancis jatuh, Daendels dikirim Raja Belanda sebagai Gubernur di Gold Coast Afrika dan meninggal di sana pada tahun 1818. Masa penjajahan dimanapun selalu menyisakan cerita kepedihan. Begitu pun masa Daendels, yang dinilai menjalankan kekuasaan dengan tangan besi. Ribuan orang mati tersiksa selama pembangunan Jalan Raya Pos. “Memoir of the Conquest of Java” mencatat sebanyak 12.000 orang tewas selama pembangunan jalan itu.


P a g e | 99 Pesona Jawa Pesona Pulau Jawa memang terkenal sejak masa lalu. Jawa memang ibarat “permata” dengan sumber daya yang melimpah, sehingga tak heran bila penjajah menjejakkan kakinya di pulau Jawa dan menjadikan Jawa sebagai basis pemerintahan. Hal ini terbukti dengan kepiawaian penjajah menguras sumber daya yang ada di Pulau Jawa untuk mengapungkan negeri Belanda. Kepiawaian penjajah menguras sumber daya Pulau Jawa, tak terlepas dari apa yang disebut sistem tanam paksa (cultuurstelsel), yang merupakan pendukung utama dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi kala itu. Sebuah sistem yang diperkenalkan oleh Johanes van den Bosch pada 1830, yang terbukti dengan sangat nyata turut mendongkrak pundi-pundi penguasa kolonial yang hancur karena perang di Eropa. Belanda bak mendulang “emas hijau” dari sistem cultuurestelsel. Apalagi komoditas unggulan seperti kopi, gula, teh, dan tembakau asal Jawa terus menanjak menjadi primadona di pasar dunia. Masa tanam paksa telah menja-dikan Jawa sebagai pemasok sumber daya yang luar biasa. Bahkan, dari hutan-hutan Jawa, pemerintah kolonial pun dapat mengekspor damar sampai cula badak. Sehingga dari semua itu diperkirakan Belanda bisa mendapatkan untung sampai 2,4 juta gulden per tahun, sementara buruh perkebunan hanya dibayar sekitar 30 sen saja. Masa penjajahan dimanapun selalu menyisakan cerita pilu. Begitu pun masa Daendels, ribuan orang mati tersiksa selama pembangunan Jalan Raya Pos. “Memoir of the Conquest of Java” mencatat sebanyak


Click to View FlipBook Version