The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by bangbembeng, 2024-04-02 08:07:49

InaForSale.anyflip

InaForSale.anyflip

P a g e | 100 12.000 orang mati selama pembangunan jalan itu. Kondisi Jawa terkini tentu jauh berbeda dengan era Daendels, penduduk telak melonjak tajam menjadi sekitar 130 juta jiwa, yang berarti separuh lebih dari total jumlah penduduk negeri ini. Ketika penduduk terus bertambah, sementara luas daratan tetap (129- .306,03kkm persegi), tentu menimbulkan berbagai masalah, kepadatan mencapai 1.005 jiwa per km persegi. Dengan kondisi demikian, tentu daya dukung Pulau Jawa akan semakin tambah berat, bahkan pada tingkat mengkhawatirkan. Perso-alan krisis air bersih selalu menjadi hantu di berbagai daerah, ratusan bahkan jutaan warga terbelit persoalan kemiskinan, petani yang kehilangan tanah garapan, nelayan yang tidak lagi sanggup melaut, dan segudang persoalan lainnya. JAWA TERKINI BERBEDA DENGAN ERA DAENDELS. DAYA DUKUNG PULAU JAWA MAKIN BERAT, BAHKAN BERADA PADA TINGKAT MENGKHAWATIRKAN. JAWA DIDERA BERBAGAI PERSOALAN YANG PENUNTASANNYA MESTI DILAKUKAN DENGAN TULUS DAN SERIUS.


P a g e | 101 04 RUMAH SEJARAH SAKSI BISU BELANDA KEOK tahun Belanda menjajah bumi Nusantara, siapa sangka bisa lepas dalam hitungan menit. Pada tanggal 8 maret 1942, Belanda menyerahkan kekuasaannya kepada Jepang, sebuah peristiwa yang sekaligus menandai dimulainya penjajahan Jepang di bumi Nusantara ini. Peristiwa itu terjadi hanya delapan hari setelah pasukan bala tentara Dai Nippon berhasil melakukan pendaratan mendadak. Peristiwa bersejarah yang menentukan berakhirnya kekuasaan Belanda di Nusantara setelah berkuasa selama tiga setengah abad itu, berlangsung di sebuah rumah perwira penerbang di sana. Kini, bangunan tersebut dinamakan “Rumah Sejarah”, terletak di tengahtengah Pangkalan Udara TNI-AU Suryadarma, Kalijati. 350


P a g e | 102 Halamannya luas, ruangan depan penuh dengan fotofoto dokumentasi yang menginformasikan peristiwa perundingan. Ruang tersebut dihubungkan dengan kamar utama, di dalamnya terdapat ranjang besi yang sudah tua. Beberapa koleksi lainnya antara lain sepeda ontel, pedang, jam dinding, dan prasasti marmer peringatan pendaratan pasukan Jepang. Prasasti tersebut bertuliskan:” Peringatan 1 Sangatsu Taoen 2602 Mendaratnya Balatentara Dai Nippon di Eretan, 8 Sangatsu Roentoehnya Pemerintahan Belanda pada Dai Nippon”. Konon, tempat perundingan itu berada di ruang tengah yang tempatnya lebih luas. Di ruang itu terdapat sebuah meja ukuran lebar kurang lebih 1,20 meter dan panjang 2 meter dengan delapan kursi di sisi-sisinya. Dua kursi letaknya saling berhadapan di ujung meja. Tiga kursi lainnya, letaknya saling berhadaphadapan, masing-masing tiga menghadap ke arah barat dan tiga kursi lainnya menghadap ke arah timur. Drama 10 Menit. Dikisahkan, perundingan penyerahan kekuasaan berlangsung amat singkat. Dalam transkrip perundi-ngan terungkap, pada saat itu Jenderal Jepang Imma-mura to the point bertanya pada lawannya:” Apakah Gubernur Jenderal dan Panglima tentara mempunyai wewenang untuk mengadakan perundingan ini?” ” Saya tidak memiliki wewenang bicara sebagai Panglima Tentara,” jawab Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg.


P a g e | 103 ” Bila Tuan tidak bicara sebagai panglima, mengapa Tuan datang?” desak Immamura. ” Tuan minta saya datang, dan saya datang memenuhi dengan harapan dapat bicara dengan Tuan tentang pemerintahan sipil di Jawa…”, katanya. Setelah itu, sembari melirik ke pintu tengah, Tjarda van Starkenborg berujar,” Maaf, kalau boleh, orang yang berdiri di pintu itu, apakah ia juru potret atau kuru pelapor. Saya ingin tuan melihat tuan mengusirnya,” pintanya kepada Jenderal Immamura. Tetapi permintaan itu tak digubris. Immamura justru malah menoleh kepada Panglima KNIL Ter Porten. Lalu bertanya langsung pada inti perundingan:” Apakah Tuan menyerah tanpa syarat.” ” Saya hanya dapat menyampaikan kapitulasi Bandung,” jawabnya. ” Kapitulasi Bandung?” itu tidak menarik perhatian kami,” timpal Immamura. Setelah berkali-kali Immamura menanyakan tentang penyerahan Hindia Belanda, tetapi berkali-kali pula Panglima Ter Porten hanya bicara tentang kapitu-lasi Bandung, hingga Jenderal Immamura habis kesa-baran. Akhirnya ia berkata:” Tidak ada gunanya mengajukan pertanyaan itu lagi. Tuan dapat segera kembali ke Bandung. Saya akan perintahkan pengawal Tuan sampai ke pertahanan terdepan, dan pada saat Tuan melewati pertahanan itu, Bandung akan dihujani bom oleh kapalkapal terbang ini. Namun, saya masih memberi kesempatan terakhir untuk mempertimbangkan permintaan saya, dan untuk itu saya beri waktu 10 menit,” kata Immamura bernada mengancam. Setelah itu ia keluar, memberi kesempatan kepada lawannya.


P a g e | 104 Setelah batas waktu habis, Jenderal Immamura kembali dan terjadilah dialog berikutnya dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Stakenborg. ” Saya tidak akan membicarakan pemerintahan sipil, karena nyatanya Tuan tidak memiliki wewenang tertinggi untuk menjawab pertanyaan saya. Sejak ini saya larang Tuan bicara dan akan saya tujukan pada Panglima Tentara,” katanya. Setelah itu untuk kesekian kalinya Immamura mendesak lagi Ter Poorten:” Kembali pada pertanyaan semula, apakah Tuan bersedia menyerah tanpa syarat,” katanya. ” Saya menerima untuk seluruh wilayah Hindia Belanda,” akhirnya Ter Poorten memutuskan. Begitu selesai diucapkan, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg menyela:” Oleh karena saya tidak mempunyyai wewenang mengambil keputusan, saya pergi,” katanya. Lantas ia berdiri meninggalkan meja perundingan. Namun sebelumnya, ia masih sempat mengeluarkan rasa jengkelnya dengan mengucapkan :”Saya harap tuan mengusir juru potret itu” Ter Poorten kemudian menandatangani penyerahan Hindia Belanda tanpa syarat kepada Jepang dengan naskah yang sudah disiapkan oleh Jepang. 4 hari kemudian, tanggal 12 Maret, seluruh Komandan Kesatuan Belanda, Inggris, dan Australia secara resmi menandatangani penyerahan pasukan kepada Komandan Tentara Jepang di sekitar Bandung, Letjen Maruyama. Demikian dikisahkan adegan dramatis penyerahan tanpa syarat Belanda kepada Jepang di “Rumah Sejarah” Kalijati. Rumah itu hingga sekarang masih sering dikunjungi, terutama oleh para siswa. Namun


P a g e | 105 tidak jarang juga oleh wisatawan asing, utamanya Jepang dan Belanda. Sebagai bangsa besar kita harus selalu ingat pesan Bung Karno:” JAS MERAH”. Jangan Sekali-kali Melupakan SejaRah!


P a g e | 106 Bagi orang-orang Belanda, tempat tersebut mungkin mengingatkan pengalaman bangsanya yang pahit. Namun, bagi bangsa Indonesia pengalaman bangsanya yang pahit tidak berarti berakhir dengan tancep kayon-nya Belanda. Karena konon, Jepang pun tidak kalah kejam, bahkan perlakuan yang dialami jauh lebih kejam lagi. Betapapun dan sampai kapanpun, penjajahan di muka bumi ini harus dihapuskan, karena bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan yang beradab. Sebagai bangsa besar kita harus selalu ingat pesan Bung Karno:” JAS MERAH”. Jangan Sekali-kali Melupakan SejaRah! “Rumah Sejarah” Kalijati adalah salah satu dari jejak tapak tilas penjajah. Betapapun dan sampai kapankan penjajahan dalam semua bentuk di muka bumi harus dihapuskan.


P a g e | 107 05 ISTIQLAL DAN KATEDRAL SEBUAH SIMBOL KERUKUNAN ebagai sebuah bangsa multikultur dengan keanekaragaman budaya, etnis dan agama, Indonesia sudah sejamaknya memiliki berbagai perbedaan dalam adat-istiadat, ekspresi budaya dan juga kepercayaan. Bagaimanapun bagi negara sebesar dan semajemuk seperti Indonesia, motto Bhineka Tunggal Ika (unity in diversity) menjadi suatu kenis-cayaan yang tak dapat dipungkiri. Agama—bagi bangsa Indonesia—telah menjadi suatu yang amat esensial bagi keberlangsungan negara ini sejak lama. Oleh karena itu, tidak heran jika kemudian bermunculan berbagai bangunan tempat beribadah S


P a g e | 108 berbagai agama di saentaro negeri dari Sabang hingga Merauke. Salah satu yang cukup fenomenal dan tak dimungkiri menjadi simbol kerukunan antara umat beragama di negeri ini adalah keberadaan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang berdiri berdampingan yang berada di Ibu Kota Negara. Sebagai bangunan berseja-rah dan simbol kerukunan dan persatuan bangsa sudah selayaknya kita menjaga, memelihara dan memaknai keberadaannya. Masjid Istiqlal Istiqlal sebagai masjid negara berdiri megah dan kokoh di pusat kota Jakarta. Pembangunan masjid ter-besar di Asia Tenggara ini diprakarsai oleh Ir.Sukarno yang juga melakukan pemancangan batu pertama pada tanggal 24 Agustus 1951. Masjid Istiqlal diarsiteki oleh Frederick Silaban, seorang Kristen Protestan. Sementara kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa. Lokasi kompleks masjid Istiqlal berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Monas. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu.


P a g e | 109 Bangunan utama dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka "45" melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka "12" yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka "5" yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila. Tidak seperti masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara, Istiqlal hanya memiliki satu menara yang melambangkan Keesaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berukuran tinggi 66,66 meter, melambangkan 6.666 ayat dalam persepsi tradisional dalam Al Quran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran, maka tinggi total menara adalah 96,66 meter. Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan yang berusia sekitar 300 tahun. Masjid Istiqlal dikenal dengan kemegahan bangunannya. Luas bangunannya hanya mencapai 26% dari kawasan seluas 9.32 hektar, yang selebihnya adalah halaman dan pertamanan. Pada taman masjid di sudut


P a g e | 110 barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya diaktifkan tiap hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari raya dan hari penting keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj. Menara tunggal Masjid Istiqlal sebagai simbol keesaan Allah, menjulang setinggi 66,66 meter, melambangkan 6.666 ayat dalam Al Quran. Ditambah kemuncak setinggi 30 meter melambangkan 30 juz' dalam Al Quran.


P a g e | 111 Gereja Katedral Gereja Katedral Jakarta diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neogotik dari Eropa, yakni arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu. Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Provicaris Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh CuypersHulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Jakarta. Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810 berlokasi di Senen, namun pada 27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh. Ada 3 menara di Gereja Katedral yaitu, Menara Benteng Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus Dei. Ketiga menara tersebut terbuat dari besi. Bagian bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia. Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis van Arcken & Cie. Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken. Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil dan disumbangkan oleh Tuan Chasse.


P a g e | 112 Lonceng yang terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah dari Tuan J.H. de Wit. Patung Kristus Raja berada di halaman depan gereja. Goa Maria, bentuk fisiknya mirip dengan Goa Maria di Lourdes Perancis. Goa ini terdapat di halaman samping gereja. Pada pintu masuk utama terdapat patung Maria dan ada tulisan Beatam Me Dicentes Omnes’ yang berarti “Semua keturunan menyebut aku bahagia”. Sebagai gereja katolik terbesar di Jakarta, Gereja Katedral banyak dikunjungi oleh wisatawan maupun peziarah agama. Bentuk bangunan gereja yang indah dan megah berhiaskan relief-relief cantik men-jadi daya tarik utama Gereja Katedral di mata wisatawan. Gereja Katedral memiliki bentuk yang mencolok dengan kehadiran menara berujung salib yang menjulang setinggi 45 meter dan 60 meter. Selain bentuk dan desain yang unik, Gereja Katedral Jakarta juga menjadi rumah dari koleksi-koleksi keagamaan menarik seperti patung, lukisan, pipe orgel, dan masih banyak lagi. Negara Bhineka Tunggal Ika Negara Republik Indonesia dengan 17.000 pulau membentang dari barat ke timur, dari Sabang hingga Merauke, dihuni oleh lebih dari 400 suku dan etnis dengan lebih dari 600 bahasa dan dialek serta beragam agama dan kepercayaan, sungguh amat tepat memiliki sebuah motto Unity in Diversity. Motto disandang tentu bukan hanya seba-gai hiasan, pajangan atau asesoris, tapi mesti dimaknai sebagai sebuah ekspresi pengungkapan jatidiri sebagai sebuah bangsa besar dan berbudaya. Keragaman dan


P a g e | 113 perbedaan tidak boleh dianggap sebagai unsur yang dapat memecahbelah bangsa, justru sebaliknya—dengan perbedaan dan keragaman itu—mesti dijadikan sebagai modal dasar untuk membangun sebuah bangsa yang besar dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa yang dapat dilakukan untuk memaknai kebhinekaan itu, tak lain adalah dengan menumbuhsuburkan perasaan memiliki (sense of belonging) akan negara tercinta ini. Pepatah yang mengatakan “bersama kita bisa”, tentu dapat menjadi rujukan untuk mewujudkan semua itu. Salam! 3 menara di Gereja Katedral yaitu, Menara Benteng Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus Dei.


P a g e | 114


P a g e | 115 06 KOPI JAWA PERNAH MENDUNIA i negeri ini siapa yang kenal kopi? Hampir semua orang mengenal kopi, bahkan pernah meminumnya. Jika dicermati, tak ayal bahwa sanya kopi bukan hanya memberi pengalaman cita rasa tetapi juga sudah menjadi identitas budaya. Kopi adalah komoditas yang sudah ratusan tahun menjadi kebanggaan Indonesia di mata dunia serta menjadi komoditi unggulan, di mana Indonesia saat ini adalah pengekspor kopi terbesar nomor 4 di dunia. Kopi mulai dikembangkan di negeri ini sekitar 300 tahun yang lalu, ketika Belanda mulai mengembangkan tanaman kopi di Pulau Jawa pada abad 17. D


P a g e | 116 Indonesia sejak dahulu memang dikenal sebagai negara yang kaya dengan hasil bumi. Tak heran jika di abad-abad lampau bangsa-bangsa Eropa bertarung demi mendapatkan rempah-rempah Indonesia, seperti: cengkeh, gula, teh, coklat, sawit, dan kopi. Diantara hasil bumi yang ada, kopi adalah komoditas yang menempati posisi khusus sebagi sebah produk yang digemari hampir oleh seluruh penduduk dunia. Walaupun kopi bukanlah komoditas asli Indonesia, namun sejak dibawa masuk ke Nusantara kopi telah menjadi primadona di dunia. Ada berbagai macam jenis kopi yang terkenal dan semuanya berasal dari wilayah-wilayah perairan Indonesia, diantaranya yaitu kopi luwak, kopi Jawa, kopi Toraja, kopi Sumatera dan kopi Kintamani dan lain-lain. Salah satu jenis kopi dari Indonesia yang pernah mendunia adalah kopi Jawa. Pada abad 18, kopi Jawa sangat populer. Saking populernya, sampai-sampai nama Jawa kemudian melekat dengan kopi. Sehingga dahulu secangkir kopi disebut dengan a cup of Java, sebagai bentuk pujian akan aroma dan cita rasa yang dihasilkan oleh kopi Jawa. Dalam sejarahnya, kepopuleran kopi Jawa terus melesat hingga akhir abad 19. Sehingga dalam kurun waktu 2 abad, Jawa berkembang menjadi produsen ko-pi terbesar di dunia. Dari kesunyian kebun-kebun kopi di tanah air, aroma dan cita rasa kopi Jawa telah sampai ke gerai-gerai kopi di seluruh dunia.


P a g e | 117 Kopi Jawa adalah brand yang sangat populer sampai-sampai kata “jawa” dapat menggantikan kata “kopi”


P a g e | 118 Ada sebuah buku yang cukup menarik yang mengupas tentang kopi Jawa, yaitu The Road to Java Coffe yang ditulis oleh Prawoto Indarto. Buku tersebut bercerita tentang perjalanan kopi dari pulau Jawa sampai pada distribusi ke seluruh dunia pada akhir abad ke-18. Sebagai produk, kopi Jawa adalah brand yang sangat populer sampai-sampai kata “jawa” dapat menggantikan kata “kopi”. Buku ini mendokumentasikan bagaimana bangsa Indonesia seharusnya bangga pada kopinya sendiri. Pada tahun 1726, kopi Jawa telah menguasai pasar Eropa. Hal ini terjadi jauh sebelum masyarakat dunia mengenal kopi Brazil, Guetemala, dan India. Namun pada akhir abad-18 banyak perkebunan kopi di Jawa diserang hama yang cukup merontokkan produksi kopi Jawa saat itu. Sebagai akibatnya persediaan kopi di Jawa hampir habis dan kekosongan ini dimanfaatkan oleh kopi dari negara lain untuk mengisi pasar Eropa dan Amerika Serikat. Keunggulan rasa kopi Jawa terletak pada aroma hutan yang dimilikinya, rasanya yang manis dan lembut. Beberapa diantara kopi Jawa yang sudah terkenal seperti Mocha Java, Kopi Java Prime, Kopi Java Preanger, dan Kopi Javaco. Saat ini kebanyakan perkebunan kopi di Jawa dikuasai oleh PTPN yang meneruskan tradisi kopi Jawa yang sudah mendunia. Kopi Jawa dulu menjadi primadona yang diangkut dari perkebunan dataran tinggi melalui jalan Raya Pos (De Grote Postweg) untuk diekspor ke Eropa. Kopi Jawa saat itu adalah salah satu primadona seperti kina, tebu, teh, dan karet yang kini justru semakin surut


P a g e | 119 pamornya karena sistem budidaya pertanian yang coba sana-sini sehingga kehilangan fokus. Bermula dari Tanam Paksa Kejayaan kopi Jawa bermula dari penerapan tanam paksa (Cultuurstelsel) pada masa Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch (1830-1833). Dalam sistem tanam paksa pemerintah kolonial mewajibkan petani mengaloka-sikan seperlima lahan tanaman untuk pasar Eropa, yaitu kopi, tebu, nila, teh, dan tem-bakau. Tak ayal, eksotisme Jawa telah lama dikenal di dunia Barat terutama lewat hasil buminya yang terkenal yakni, kopi. Telah dakui bahwa kopi Jawa dari jenis Arabica atau pun Robusta memiliki kualitas premium di dunia. Tidak sembarangan memang untuk dapat memperoleh kopi Jawa dengan kualitas premium. Biji kopi harus disimpan lima tahun untuk jenis Robusta dan delapan tahun untuk kopi Arabica untuk selanjunya diproses demi mendapatkan cita rasa terbaik. Dari proses tersebut, dari 100 kg biji kopi (berry) kering, akan didapat sekitar 80 kg bubuk kopi yang bebas dari rasa masam. Untuk memperoleh kualitas terbaik, dalam memasak kopi Jawa pun tidak boleh menggunakan sembarangan kayu, tapi harus menggunakan kayu pohon karet dan disangrai dalam sebuah adah berbentuk globe. Namun, saat ini banyak pengusaha kopi yang tidak mematuhi kaidah teraebut yang hanya mengejar omzet.


P a g e | 120 Dewasa ini memang pamor kopi Jawa tidak semoncer di masa lalu. Berbagai pihak kini sedang berupaya mengembalikan pamor dan citra kopi Jawa dengan berbagai cara. Ternyata kopi di negeri ini, bukan hanya memberi pengalaman cita rasa tetapi juga sudah menjadi identitas budaya.


P a g e | 121 07 BERSENGGAMA DI GUNUNG KAU PUN KAYA alam masyarakat yang katanya beradab dan religius ini, ternyata takhayul, gugoh tuhon, ritualritual aneh dalam rangka suatu hajat, masih menjadi fenomena yang sering kita jumpai. Terlepas dari apakah percaya atau tidak, benar atau salah, fenomena semacam itu telah merasuki relung jiwa sebagian masyarakat kita, oleh karenanya sulit untuk melepaskan atau meninggalkan semua ritual-ritual yang aneh dan terkadang tidak masuk akal orang-orang yang masih berpikir waras dan sehat. Kejumudan me-mang selamanya akan berakibat fatal, mendistorsi nilai-nilai kemuliaan sebagai manusia. Membutakan mata dan menulikan telinga! D


P a g e | 122 Pun, ritual ngesex “ngalap berkah” di gunung (mungkin Anda pernah dengar cerita ini), tapi tak apalah, sebagai sebuah informasi yang perlu untuk diketahui, saya anggap hal demikian tidak pernah basi, dan justru akan terus mendatangkan sensasi karena hal ini termasuk informasi seksi, sekaligus sebagai pembelajaran. Gunung Kemukus, Antara Mitos dan Prostitusi. Konon, Gunung Kemukus dan seks adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Makam keramat di daerah Sragen, Jawa Tengah, itu adalah tempat ziarah sekaligus “surga” bagi para petualang seks. Di tempat itu, seks bebas (free sex) adalah sesuatu yang “dihalalkan” atas nama ritual ngalap berkah. Whuuiih! Gunung Kemukus terletak sekitar 30 km sebelah utara Kota Solo. Perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum, yang menghabiskan waktu sekitar 30 hingga 45 menit, bisa juga dari Kota Sragen. Untuk sampai di lokasi, mesti melewatai sebuah dukuh yang masih kental dengan suasana pedesaan, namanya Dukuh Samudro, kemudian menyeberangi Waduk Kedung Ombo dengan menggunakan rakit. Sejak pembangunan waduk membuat Gunung Kemukus menjelma menjadi semacam “pulau”, yang harus menggunakan kendaraan air menuju ke lokasi. kendaraan pribadi atau kendaraan umum, yang menghabiskan waktu sekitar 30 hingga 45 menit, bisa juga dari Kota Sragen.


P a g e | 123 Untuk sampai di lokasi, mesti melewatai sebuah dukuh yang masih kental dengan suasana pedesaan, namanya Dukuh Samudro, kemudian menyeberangi Waduk Kedung Ombo dengan menggunakan rakit. Di tempat itu, seks bebas (free sex) adalah sesuatu yang “dihalalkan” atas nama ritual ngalap berkah. Whuuiih!


P a g e | 124 Sejak pembangunan waduk membuat Gunung Kemukus menjelma menjadi semacam “pulau”, yang harus menggunakan kendaraan air menuju ke lokasi. Setelah menyeberang, pengunjung yang lewat gerbang depan akan melewati anak tangga 175 buah. Jika lewat jalan belakang, akan lewat Sendang Ontrowulan, dan melalui jalan bebatuan mendaki sejauh 1 km, melewati jalan setapak dengan suasana asri hutan yang tetap lestrasi, ditemani pohon-pohon besar yang berdiri tegak di sekitarnya. Gunung Kemukus memiliki puncak dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Lingkungan yang asri nan alami mengelilingi kondisi puncak Kemukus, sebuah tempat yang cukup nyaman untuk para pengunjung yang hendak berziarah. Namun, tampaknya bukan karena karena keasrian dan kealamian puncak Gunung Kemukus yang menjadi daya tarik utama mengapa orang berbondongbondong pergi ke Gunung Kemukus, melainkan keberadaan bangunan makam berbentuk joglo yang ada di puncaknya. Konon, makam tersebut adalah makam Pangeran Samudro, dan dua makam lagi milik dua abdi setianya. Komplek makam yang sederhana, dengan hiasan nisan antik dengan ornamen khas jawa di atas pusara. Lingkungan yang bersih, jauh dari kesan angker. Makam itulah, terutama makam Pangeran Samudro yang membuat orang-orang rela datang dari tempattempat yang jauh untuk datang ke Puncak Gugung Kemukus untuk” berziarah”. Mitos tentang tuah dari


P a g e | 125 makam Pangeran Samudro yang lebih banyak membuat orang hadir. Apalagi, mitos tuah keberadaan makam bercampur dengan kisah tentang laku berhubungan intim dengan orang yang bukan suami atau istrinya. pada akhirnya, Gunung Kemukus terkenal bukan hanya sebagai tempat bagi para peziarah yang ingin “ngalap berkah”, namun juga “surga” bagi para petualang seks. Sehingga, di tempat itu kini tidak hanya dapat dijumpai para peziarah, tapi para pekerja sek komersial(PSK) pun turut “memeriahkan”. Praktek prostitusi di kawasan itu juga didukung keberadaan warung-warung di sekitar lokasi yang menyediakan bilik-bilik khusus sebagai tempat berlangsungnya hubungan sek, baik antar sesama peziarah maupun yang melibatkan PSK. Nah lho! Mitos yang beredar bahwa jika ingin permohonannya terkabul, peziarah harus melakukan ritual laku hubungan seks dengan bukan pasangannya itu, ditengarai adalah sebab musabab utama merebaknya praktek prostitusi di kawasan itu, sehingga menimbulkan gelombang kedatangan para PSK dan para petualang seks ke Gunung Kemukus. Padahal, menurut juru kunci Gunung Kumukus, Harto, mitos demikian itu tidak jelas asal-usulnya dan tidak bisa dipercaya kebenarannya. Menurut Harto, tidak ada syarat khusus seperti itu saat berziarah. Yang penting, menurutnya adalah berdoa dengan sungguhsungguh agar permohonannya terkabul.


P a g e | 126 Pangeran Samudro, Siapa sih Sampeyan? Keberadaan Samudro sebenarnya masih banyak menyimpan misteri, riwayat yang samar, antara kebenaran yang sesungguhnya dan mitos belaka. Ada beberapa versi kisah Pangeran Samudro yang beredar di masyarakat, salah satunya adalah versi resmi dari pemerintah (PEMDA Sragen) yang bertujuan untuk menangkal ritual sesat yang telah terjadi di kawasan itu. Versi resmi (PEMDA Sragen). Konon, Samudro adalah putra dari selir Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit yang memerintah menjelang keruntuhan kerajaan Majapahit. Tatkala kerajaan runtuh, Samudro yang masih berusia 18 tahun, diboyong ke Demak bersama ibunya. Di tempat itu ia berguru agama Islam kepada Sunan kalijaga. Selepas belajar dari Sunan kalijaga, Samudro diperintah oleh Sultan Demak untuk kembali berguru pada Kyai Ageng Gugur di lereng Gunung Lawu, sekaligus mengemban misi untu mempersatukan saudara-saudaranya sesama keturunan Majapahit untuk bergabung dengan Demak. Dalam rangka misi itulah Samudro berkelana sambil berdakwah meyebarkan agama Islam ke beberapa wilayah yang dilalui. Ketika hendak kembali ke Demak, di wilayah yang bernama Dukuh Doyong, Kecamatan Miri, Sragen, Samudro terserang penyakit panas yang parah sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan, dan akhirnya meninggal di situ.


P a g e | 127 Di suatu pagi yang berkabut, ia wafat dikelilingi beberapa abdi setianya. Sebelum wafat Sang Pangeran berpesan pada para abdinya,” Barang siapa berhasrat untuk mencapai tujuan yanag dikehendaki, maka untuk itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, mantap, dengan bersih hati. Fokus dengan apa yang dikehendaki, seakan-akan sedang menuju tempat yang amat disenangi.” Jenazah Samurdo kemudian dimakamkan di sebuah bukit disebelah dukuh dimana ia wafat. Di bukit itu konon sering muncul fenomena aneh: tiap pergantian musim, akan tampak asap hitam berbentuk kukus atau tempat menanak nasi. Oleh karena itu, bukit tersebut dikenal dengan “Gunung Kemukus” yang artinya bukit/gunung yang berawan membentuk keru-cut seperti kukus. Dan sebagai bentuk kenangan pada Sang pangeran, di dekat Gunung kemukus terdapat sebuah dukuh yaang diberi nama Dukuh Samudro. Versi Non Resmi (masyarakat) Riwayat lain yang justru bertolak belakang banyak beredar di kalangan masyarakat, terutama para peziarah petualang nasib dan sek. Dalam versi Samudro bukanlah seorang pendakwah Islam, melainkan sosok sebaliknya yang diriwayatkan sebagai seorang Pangeran yang berselingkuh dengan ibu tirinya. Dikisahkan keduanya saling jatuh cinta dan melakjukan perselingkuhan di istana, namun akhirnya tercium juga sehingga membuat Sang Raja (konon Prabu Brawijaya) murka. Lantas mereka diusir dari


P a g e | 128 istana dan diceritakan menetap di Gunung Kemukus hingga ajal. Versi lain yang lebih seru, konon Sang pangeran lah yang diusir terlebih dahulu baru kemudian ibu tiri (Ontrowulan) menyusul. Di Gunung Itulah mereka sempat hendak melakukan hubungan sex namun keburu kepergok penduduk sekitar, dan para penduduk beramairamai lalu merajam keduanya hingga tewas. Konon, ceritanya, sebelum ajal Sang pangeran sempat berkata bahwa” barang siapa yaang dapat ” melanjutkan” hubungan intimnya dengan sang ibu tiri yang belum sempat terlaksana, akan terkabul segala permohonannya. Konon lagi, kata-kata lengkap Samudro adalah sbb” Baiklah aku menyerah, tapi dengarlah sumpahku, barang siapa yang meniru perbuatanku, itulah yang menebus dosaku dan aku akan membantu dalam bentuk apapun.” Celakanya sodara-sodara, versi terakhir inilah yang justru banyak dianut oleh para peziarah yang pergi ke Gunung Kemukus. Sementara penduduk sekitar kawasan pun punya keyakinan tersendiri tentang Samudro, yang bertolak belakang dengan versi pemerintah. Dalam versi pemerintah, pangeran tunduk pada Demak, sementara versi penduduk sekitar Pangeran adalah orang yang tidak mau tunduk dengan Demak. Naunun, apapun versinya, percayalah bahwa semua itu hanyal mitos, gugon tuhon takhayul yang tidak laik untuk dipercaya apalagi dipraktekkan. Sekadar berziarah, selama dilakukan dengan benar tidak menjadi masalah, tapi kalaun sudah dicampur aduk dengan hil-hil yang tak masuk akal, mendistorsi pikiran dan


P a g e | 129 nurani, menggerogoti keimanan akan keesaan Tuhan, nanti dulu lah!!!


P a g e | 130 Bahaya Syirik Dalam terminologi agama kata syirik, bagi orang beriman, merupakan kata nan amat menakutkan bin mengerikan. Betapa tidak! Syirik, yang artinya menduakan, ada kekuatan lain selain Allah, adalah satu dosa amat besar dimana Allah tidak akan memberi ampun bagi para pelakunya. Sebuah perilaku menyim-pang yang amat besar dan berat konsekuensinya kelak, jika saja tak sempat selama hidup di dunia melakukan pertobatan nasuha. Pun, perilaku ritual ngesex “ngalap berkah” di Gunung Kemukus adalah perbuatan syirik yang amat ceto welo-welo. Waspadalah, waspadalah!!! Menyekutukan Allah adalah dosa terbesar tak terampun bagi umat manusia. Sebuah perilaku menyimpang dengan resiko amat berat. Pun, ritual sek “ngalap berkah” di Gunung Kemukus.


P a g e | 131 LAMPIRAN KODE ETIK PARIWISATA DUNIA (GLOBAL CODE OF ETHICS FOR TOURISM) 1. Kontribusi pariwisata untuk membangun saling pengertian dan saling menghormati antar manusia dan masyarakat (Tourism's contribution to mutual understanding and respect between peoples and societies) 2. Pariwisata sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan kualitas hidup baik secara perseorang maupun secara kolektif (Tourism as a vehicle for individual and collective fulfilment) 3. Pariwisata sebagai faktor pembangunan berkelanjutan (Tourism, a factor of sustainable development) 4. Pariwisata sebagai pemakai warisan budaya kemanusiaan serta sebagai penyumbang pengembangan warisan budaya itu sendiri (Tourism, a user of the cultural heritage of mankind and contributor to its enhancement) 5. Pariwisata adalah kegiatan yang menguntungkan bagi masyarakat dan negara penerima wisatawan (Tourism, a beneficial activity for host countries and communities) 6. Kewajiban para pemangku kepentingan pembangunan kepariwisataan (Obligations of stakeholders in tourism development) 7. Hak dasar berwisata (Right to tourism)


P a g e | 132 8. Kebebasan bergerak wisatawan (Liberty of tourist movements) 9. Hak para pekerja dan pengusaha dalam industri pariwisata (Rights of the workers and entrepreneurs in the tourism industry) 10. Penerapan prinsip-prinsip Kode Etik Pariwisata Dunia (Implementation of the principles of the Global Code of Ethics for Tourism). PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK PARIWISATA DUNIA Pasal 1 Kontribusi pariwisata bagi saling pengertian dan saling menghormati antar manusia dan masyarakat 1. Pengertian dan promosi nilai-nilai etik bersama pada kemanusiaan dalam semangat toleransi dan hormat terhadap keragaman kepercayaan agama, filosofi dan moral merupakan dasar dan sekaligus konsekuensi dari suatu pariwisata yang bertanggung jawab; para pelaku pembangunan pariwisata dan wisatawan sendiri wajib memperhatikan tradisi atau praktek sosial dan budaya dari semua orang termasuk di dalamnya tradisi masyarakat minoritas dan penduduk-penduduk pribumi serta mengakui kekayaan mereka ini; 2. Kegiatan pariwisata harus dilakukan dalam harmoni sesuai dengan kekhasan dan tradisi daerah negara tuan rumah, dan dengan meng-


P a g e | 133 hormati undang-undang, adat dan kebiasaan negara yang bersangkutan; 3. Masyarakat tuan rumah, di satu pihak, dan para pelaku profesional lokal di lain pihak, harus belajar untuk mengerti dan menghormati para wisatawan yang mengunjungi mereka, dan mencari informasi tentang cara hidup mereka, selera mereka dan yang mereka harapkan; pendidikan dan latihan yang diberikan kepada para professional merupakan sumbangan bagi tuan rumah yang menyenangkan; 4. Pejabat pemerintah mempunyai tugas melakukan perlindungan terhadap para wisatawan dan pengunjung serta harta benda mereka; Pejabat pemerintah harus memberikan perhatian khusus terhadap keamanan para wisatawan asing sehubungan dengan posisi mereka yang rawan. Pejabat pemerintah harus memberikan kemudahan dalam penyediaan sarana informasi, peringatan-peringatan, perlindungan, jaminan dan bantuan khusus yang berhubungan dengan kebutuhan wisatawan; kejahatan dan agresi; penculikan atau ancaman terhadap para wisatawan dan para pekerja industri pariwisata, demikian pula penghancuran sengaja terhadap instalasi-instalasi wisata, harus dihukum seberatberatnya dan dicegah jangan sampa terjadi; 5. Para wisatawan dan pengunjung harus dapat menjaga diri, sewaktu melakukan perjalanan baik terhadap setiap perbuatan kriminal atau yang diperkirakan bersifat pelanggaran terhadap undang-undang negara yang dikunjungi, serta menjaga tingkah laku yang dirasakan akan menyinggung atau melukai hati penduduk setempat dan juga terhadap perbuatan yang dapat


P a g e | 134 merusak lingkungan hidup setempat. Mereka tidak boleh melakukan perdagangan narkotika dan obat berbahaya, senjata, barang-barang kuno, demikian pula produk dan bahan berbahaya atau yang dilarang oleh peraturan perundangan nasional setempat; 6. Para wisatawan dan pengunjung mempunyai tanggung jawab untuk mencari informasi, bahkan sebelum mereka berangkat, tentang karakteristik negara-negara yang akan mereka kunjungi; para wisatawan harus mempunyai kesadaran terhadap risiko di bidang kesehatan dan keamanan yang terkait pada setiap perjalanan di luar lingkungan mereka sendiri dan harus bertingkah laku sedemikian rupa untuk memperkecil risiko-risiko. Pasal 2 Pariwisata sebagai alat Pemenuhan Kebutuhan Individual dan Kolektif 1. Pariwisata, merupakan kegiatan yang sering dikaitkan dengan waktu luang, waktu santai, olah raga, pengenalan kepada budaya dan alam, yang harus diciptakan dan dilaksanakan sebagai sarana yang penting untuk pemenuhan kebahagiaan individual dan kolektif; Bila dilakukan dengan keterbukaan hati, pariwisata merupakan suatu faktor yang tidak tergantikan sebagai autodidak pribadi, sebagai saling toleransi dan latihan terhadap perbedaan yang sah antara rakyat dan budaya dan keseragaman mereka;


P a g e | 135 2. Kegiatan pariwisata harus menghormati kesamaan hak manusia pria dan wanita; kegiatan pariwisata harus cenderung untuk mempromosikan hak azasi manusia dan khususnya, hakhak khusus kelompok yang paling lemah, terutama anak-anak, orangorang lanjut usia dan cacat, minoritas etnik dan penduduk pribumi; 3. Eksploitasi terhadap orang lain dalam segala bentuknya, terutama eksploitasi seksual dan khususnya yang dilakukan terhadap anak-anak, bertentangan dengan tujuan dasar pariwisata dan merupakan pengingkaran terhadap pariwisata; dalam hal ini, eksploitasi harus dilarang dengan sekeras-kerasnya dan diberikan sanksi dengan hukum nasional baik di negara yang dikunjungi maupun di negara-negara asalnya pelaku-pelaku perbuatan tersebut, walaupun perbuatanperbuatan itu dilakukan di negara asing; 4. Perjalanan dengan motivasi keagamaan, kesehatan, pendidikan dan pertukaran budaya atau bahasa, merupakan bentuk-bentuk khusus yang menarik dalam pariwisata, yang perlu didorong perkembangannya; 5. Pengenalan dalam program-program pendidikan mengenai nilai pertukaran wisatawan, manfaatnya dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, namun juga risikori-sikonya, harus digalakkan.


P a g e | 136 Pasal 3 Pariwisata, merupakan faktor dalam pengembangan yang berkelanjutan 1. Menjadi kewajiban semua pelaku pembangunan pariwisata untuk menjaga kelestarian lingkungan alam, dalam perspektif suatu pertumbuhan ekonomi yang sehat, berkelanjutan dan berkesinambungan, tempat untuk memenuhi secara adil kebutuhan dan harapan generasi sekarang dan generasi yang akan datang; 2. Semua bentuk pembangunan pariwisata yang memungkinkan penghematan sumber alam yang langka dan berharga, terutama air dan energi, demikian pula untuk mengurangi produksi sampah harus prioritas dan digalakkan oleh pejabat pemerintah baik nasional, regional maupun lokal; 3. Pengaturan dalam waktu dan jarak arus wisatawan dan pengunjung, terutama pengaturan waktu cuti kerja dan liburan sekolah, dan menyeimbangkan tempattempat yang dikunjungi, harus diupayakan sedemikain rupa untuk mengurangi tekanan kegiatan pariwisata terhadap lingkungan hidup, dan sebaliknya, meningkatkan dampak positif bagi ekonomi lokal maupuan bagi industri pariwisata. 4. Prasarana dan kegiatan pariwisata harus dirancang dan diprogram sedemikian rupa untuk melindungi ekosistem dan biodiversitas serta untuk melestarikan jenis-jenis flora dan fauna yang terancam punah; para pelaku pembangunan pariwisata, terutama para profesional, harus


P a g e | 137 sepakat dan wajib memperhatikan batasan dan kendala yang ada pada kegiatan-kegiatan mereka terutama apabila dilakukan di tempat-tempat yang peka; wilayah padang pasir, kutub atau pegunungan tinggi, hutan tropis atau zona basah, yang tepat sebagai tempat-tempat pelestarian alam (taman-taman nasional) atau daerah yang dilindungi; 5. Wisata alam dan ekowisata diakui sebagai bentuk kegiatan pariwisata yang dapat memperkaya dan meningkatkan penghasilan pariwisata, apabila dilakukan dengan menghormati lingkungan alam, dan melibatkan penduduk setempat dalam pengembangan pariwisata serta sesuai dengan daya dukung daerah setempat. Pasal 4 Pariwisata, pengguna warisan budaya dan berperan dalam pengkayaannya 1. Sumber-sumber pariwisata adalah warisan milik bersama manusia; masyarakat di wilayah mana warisan budaya itu berada serta memiliki hak dan kewajiban yang khusus; 2. Kebijakan dan kegiatan pariwisata harus diarahkan dalam rangka penghormatan terhadap warisan kekayaan seni, arkeologi dan budaya, yang harus dilindungi dan diserahkan kepada generasi penerus; pemeliharaan secara khusus harus diberikan guna pelestarian dan peningkatan monumen-monumen, tempat-tempat suci dan museum, demikian pula tempat-tempat bersejarah atau arkeologis, yang harus dibuka secara


P a g e | 138 luas bagi kunjungan wisatawan; umum harus didorong agar dapat masuk ke dalam kekayaan dan monumen-monumen budaya swasta / pribadi, dengan menghormati hak-hak pemiliknya, demikian pula ke dalam bangunanbangunan keagamaan, tanpa merugikan normanorma agama; 3. Sumber penghasilan yang diperolah dari wisatawan ke tempat-tempat budaya dan monumenmonumen harus digunakan untuk, setidaktidaknya sebagian, bagi pemeliharaan, pelestarian, pengembangan dan pemerkaya warisan budaya; 4. Kegiatan pariwisata harus direncanakan sedemikan rupa untuk memungkinkan kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil budaya, seni tradisional, dan seni rakyat, dan bukan sebaliknya yang menimbulkan terjadinya standardisasi dan penurunan hasil-hasil budaya tersebut. Pasal 5 Pariwisata, kegiatan yang bermanfaat untuk negara dan masyarakat yang dikunjungi 1. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan dan secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka usahakan, khususnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan baik yang langsung maupun tidak langsung timbul dari pariwisata.


P a g e | 139 2. Kebijakan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat di wilayah yang mendapat kunjungan dan memenuhi kebutuhan mereka; pendekatan perencanaan arsitektural dalam pengembangan kawasan wisata dan akomodasi harus dilakukan secara terpadu dan integrasinya sebaik mungkin dengan jaringan ekonomi dan sosial setempat; demikian juga dengan kompetensi yang sama, prioritas harus diberikan kepada tenaga kerja lokal; 3. Perhatian khusus harus diberikan terhadap masalah-masalah khusus di daerah- daerah pantai, wilayah pulau, demikian pula pada daerah pedesaan atau pegunungan yang mudah rusak, di mana pariwisata seringkali menjadi suatu kesempatan untuk menghadapi menurunnya kegiatan-kegiatan ekonomi tradisional; 4. Para pelaku profesional pariwisata, terutama penanam modal, bekerjasama dengan pemerintah pusat, regional dan lokal, harus melakukan studi tentang dampak rencana pembangunan terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar. Mereka harus juga menyampaikan secara transparan dan seobyektif mungkin, informasi mengenai programprogram mereka yang akan datang dan akibatakibat yang diperkirakan, serta memberikan kemudahan bagi terciptanya dialog dengan penduduk yang berminat terhadap isi program mereka.


P a g e | 140 Pasal 6 Kewajiban-kewajiban para pelaku pembangunan pariwisata 1. Para pelaku profesional di bidang pariwisata mempunyai kewajiban untuk memberikan kepada para wisatawan suatu informasi yang obyektif dan jujur tentang tempat-tempat tujuan dan kondisi perjalanan, penerimaan dan tempat tinggal; menjamin keterbukaan yang sempurna tentang syarat-syarat kontrak / perjanjian yang diusulkan kepada para wisatawan, baik menyangkut harga dan mutu pelayanan yang dijanjikan maupun gantirugi keuangan yang menjadi tanggung jawab mereka jika terjadi pemutusan kontrak dari pihak mereka; 2. Para profesional pariwisata, sepanjang tergantung pada mereka, harus benar-benar memperhatikan untuk bekerjasama dengan para pejabat pemerintah, keamanan dan keselamatan, pencegahan terhadap kecelakaan, perlindungan kesehatan dan hygiene makanan dari para wisatawan yang menggunakan jasa mereka; mereka mengusahakan adanya sistem asuransi dan bantuan yang sesuai; mereka menyetujui kewajiban memberikan laporan-laporan, menurut cara-cara yang ditentukan oleh peraturan nasional, dan jika perlu, membayar ganti rugi yang adil jika kewajibankewajiban kontrak mereka tidak mereka penuhi 3. Para profesional pariwisata, sepanjang tergantung pada mereka, harus memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kultural dan spiritual


P a g e | 141 para wisatawan dan member peluang, selama perjalanan para wisatawan untuk melaksanakan kewajiban agama mereka; 4. Pejabat pemerintah negara-negara asal dan negara penerima, bekerjasama dengan para profesional yang bersangkutan dan asosiasi mereka, mengusahakan adanya mekanisme yang perlu untuk pemulangan para wisatawan jika terjadi kegagalan / kebangkrutan pada perusahaan yang mengatur perjalanan wisata mereka; 5. Pemerintah mempunyai hak dan kewajiban – khususnya dalam keadaan krisis, untuk memberikan informasi kepada warganegara mereka tentang keadaan yang sulit, atau bahaya, yang dapat menimpa para warganegara itu pada waktu mengadakan perjalanan di luar negeri; juga menjadi kewajiban mereka untuk memberikan informasi secara benar atau tidak berlebihan yang dapat merugikan industri pariwisata di negara penerima wisatawan dan terhadap kepentingan operator mereka sendiri. Isi dari peringatan-peringatan itu sebelumnya harus didiskusikan dengan para pejabat di negara penerima wisatawan dan para profesional yang bersangkutan; rekomendasirekomendasi yang dibuat haruslah sepadan dengan besarnya bahaya dari situasi setempat serta terbatas pada zona geografis di mana terdapat ketidakamanan; rekomendasi tersebut haruslah dikurangi atau dihapuskan segera apabila keadaan telah normal 6. Pers, terutama wartawan pariwisata dan media lainnya, harus menyajikan informasi yang jujur dan berimbang tentang kejadian-kejadian dan situasi yang dapat mempengaruhi arus kunjungan wisatawan; Mereka itu juga harus


P a g e | 142 memberikan indikasi dan informasi yan gakuran dan dapat dipercayai kepada konsuman / wisatawan; teknologi baru di bidang komunikasi dan perdagangan elektronika harus pula dikembangkan dan digunakan untuk tujuan ini, demikian pula media, mereka dengan cara apapun tidak diperkenankan untuk mempromosikan pariwisata seksual. Pasal 7 Hak atas Pariwisata 1. Kemungkinan untuk memenuhi keingintahuan, baik secara langsung maupun pribadi, untuk mengenal dan menikmati kekayaan planet bumi merupakan suatu hak terbuka bagi seluruh penduduk di dunia; keikutsertaan yang lebih luas dalam kepariwisataan nasional dan internasional harus dipertimbangkan sebaga salah satu perwujudan terbaik dari perkembangan yang berkelanjutan dan tidak terhalang oleh berbagai kendala; 2. Hak universal atas pariwisata harus dilihat sebagai konsekuensi logis dari hak untuk istirahat dan bersenang-senang, termasuk batas kewajaran jam kerja dan cuti periodic yang dibayar, yang dijamin oleh pasar 24 Deklarasi Universal Hak-Hak Azasi Manusia dan pasal 7d Pakta Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya; 3. Wisata sosial, terutama wisata asosiatif, yang memungkinkan memenuhi keingintahuan sejumlah besar orang untuk memanfaatkan waktu luang, melakukan perjalanan dan liburan,


P a g e | 143 hendaknya digalakkan dan dikembangkan oleh pejabat-pejabat pemerintah; 4. Keluarga, pemuda, dan lanjut usia serta orang cacat harus diberi kemudahan. Pasal 8 Kebebasan perjalanan wisatawan 1. Para wisatawan dan pengunjung harus memperoleh keuntungan dari pemenuhan, undangundang internasional dan peraturan nasional, kebebasan bergerak di dalam negeri dan dari satu negara ke negara yang lain, sesuai dengan pasal 13 Deklarasi Universal Hak-Hak Azasi Manusia; Mereka harus diperkenankan masuk ke wilayahwilayah transit dan tinggal, demikian pula ke tempat-tempat wisata dan budaya tanpa formalitas yang berlebihan dan tanpa diskriminasi; 2. Para wisatawan dan pengunjung harus diperkenankan untuk memakai semua alat komunikasi yang tersedia, internal atau eksternal; mereka harus memperoleh pelayanan segera dan kemudahan dalam keperluan administrasi setempat, hukum dan pelayanan kesehatan; Mereka secara bebas boleh menghubungi pejabat konsuler / perwakilan negaranya sesuai konvensi diplomatik yang berlaku; 3. Para wisatawan dan pengunjung mempunyai hak-hak yang sama seperti warganegara di negara yang dikunjungi dalam hal kerahasiaan data dan informasi pribadi mereka, terutama apabila data dan informasi itu disimpan dalam bentuk elektronik;


P a g e | 144 4. Prosedur administratif yang berkaitan dengan lewat perbatasan negara baik yang berasal dari negara-negara maupun hasil persetujuan internasional misalnya visa, kesehatan dan formalitas kepabeanan, harus disesuaikan sejauh memungkinkan sehingga memperoleh kebebasan yang maksimal dalam bepergian dan pencapaian yang luas terhadap kepariwisataan internasional; Persetujuan antara kelompokkelompok negara dalam hal mengharmonisasikan dan menyederhanakan prosedurprosedur tersebut harus ditingkatkan; pajak-pajak dan beban-beban khusus yang memberatkan bagi industri pariwisata serta merugikan dalam persaingan harus dihapuskan atau diperbaiki secara bertahap; 5. Sepanjang situasi ekonomi negara mereka memungkinkan, para wisatawan harus memperoleh sejumlah mata uang yang dapat ditukarkan dan dibutuhkan untuk melakukan perjalanan. Pasal 9 Hak-hak pekerja dan pengusaha industri pariwisata 1. Hak-hak mendasar para pekerja yang digaji, pekerja bebas dalam industri pariwisata dan kegiatan lain yang terkait, harus mendapat jaminan dengan pengawasan dari pemerintah negara asal maupun pemerintah negara tujuan, dengan perhatian khusus sehubungan dengan kendala-kendala tertentu terutama yang berkaitan dengan sifat musiman dari kegiatan mereka, dimensi global industri mereka dan fleksibilitas


P a g e | 145 yang sering terjadi karena sifat pekerjaan mereka; 2. Para pekerja yang digaji, pekerja bebas industri pariwisata dan kegiatan terkait mempunyai hak dan kewajiban untuk memperoleh inisial dan melanjutkan pendidikan yang sesuai. Mereka harus diberi perlindungan sosial yang memadai. Ketidakpastian pekerjaan harus dibatasi sedapat mungkin; dan suatu status khusus, terutama mengenai jaminan sosial, harus diberikan pula kepada pekerja-pekerja musiman sector 3. Semua perusahaan dan orang, setelah diketahui memenuhi aturan-aturan dan kualifikasikualifikasi yang diperlukan, berhak diakui untuk mengembangkan suatu kegiatan profesional di bidang pariwisata, di bawah perundang-undangan nasional yang berlaku; pengusaha dan penanam modal – terutama dari kalangan perusahaan kecil dan menengah – berhak mendapatkan kemudahan akses memasuki sector pariwisata dengan sesedikit mungkin pembatasan hukum dan birokrasi; 4. Pertukaran-pertukaran pengalaman yang ditawarkan berbagai negara untuk pegawai pelaksana dan pekerja, baik tetap maupun tidak tetap memberikan sumbangan bagi maraknya industri pariwisata dunia; mereka sedapat mungkin harus diberi kemudahan dan tunduk pada peraturan perundang-undangan nasional dan konvensi internasional yang berlaku; 5. Sebagai faktor yang tak tergantikan antara pembangunan dan dinamika perkembangan dalam perdagangan internasional mewajibkan perusahaan multinasional industry pariwisata tidak menyalahgunakan posisi dominan yang


P a g e | 146 dimiliki, mereka harus menghindari dari menjadi sarana model budaya dan social yang dipaksakan dan dibuat- buat terhadap masyarakat setempat; sebagaian imbalan kebebasan menanam modal dan berusaha secara komersial, yang sepenuhnya diberikan kepada perusahaan- perusahaan multinasional itu, dan mereka harus ikut serta dalam pembangunan setempat dengan menghindarkan diri dari usaha memulangkan sebanyak mungkin keuntungan-keuntungan yang mereka peroleh dan menekan impor-impor mereka, serta mengurangi sumbangan yang mereka berikan kepada pembangunan ekonomi di Negara mana mereka menanamkan modal; 6. Kemitraan dan keseimbangan hubungan yang mapan antara perusahaan-perusahaan dari negara asal dengan perusahaan-perusahaan di negara tujuan, mempunyai tujuan yang sama untuk pembangunan pariwisata secara berkelanjutan dan untuk suatu pembagian yang adil atas keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pertumbuhan pariwisata. Pasal 10 Melaksanakan prinsip-prinsip Kode Etik Pariwisata 1. Para pelaku pariwisata, bekerjasama dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip ini dan wajib melakukan pengawasan terhadap efektifitas pelaksanaannya; 2. Para pelaku pariwisaa mengakui perananan lembaga-lembaga internasional, pertama adalah


P a g e | 147 WTO, organisasi-organisasi nonpemerintah yang kompeten dalam bidang promosi dan pengembangan pariwisata, baik di bidang perlindungan hak-hak azasi manusia dan lingkungan hidup, serta menghormati prinsip-prinsip umum hukum intenasional; 3. Para pelaku harus menunjukkan perhatiannya untuk menyerahkan, dalam rangka konsiliasi, perselisihan-perselisihan tentang pelaksanaan atau tentang penafsiran Kode Etik Pariwisata Dunia kepada suatu badan sebagai pihak ketiga yang tidak memihak dinamakan “Komisi Dunia untuk de Etika Pariwisata.” Sumber: World Tourism Organization


P a g e | 148


P a g e | 149 KEPUSTAKAAN Asti Musman & Ambar B. Arini, Batik: Warisan Adiluhung Nusantara, G- Media, 2011. Haris Firdaus, Mistri-Misteri Terbesar Indonesia, BukuKatta, 2008. Her Suganda, Jendela Bandung. Penerbit Kompas,2007. Katalog Pameran, Gelar Museum Nusantara 2014, Sabuk Peradaban Nusantara, jejak 1,5 juta tahun, Kemendikbud, Jakarta, 2014. Laporan Jurnalistik Kompas, Ekspedisi Anyer-Panarukan, Penerbit Kompas,2008. Pramudya Ananta Toer, Jalan Raya Pos Jalan Daendels, Lentera Dipantara, 2005. Rusdi, Wajah Cantik nan Misterius Borobudur & Prambanan, FlashBooks, 2010. Artikel Majalah dan Koran. Bembeng Je Susilo, Indonesia “For Sale”, Media Wisata, Edisi IX, 2013. Bembeng Je Susilo, Kompetensi, Media Wisata, Edisi XII, 2014.


Click to View FlipBook Version